64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1 Lay out penelitian I
66
Lampiran 2 B. humidicola tanpa N (A), B. humidicola denganN (B), P. notatum tanpa N (C), P. notatum dengan N (D), A. compressus tanpa N (E), A.compressus dengan N (F), A. pintoi tanpa N (G), and A. pintoi dengan N (H)
67
Lampiran 3 Pembuatan pot penelitian
Prosedur: 1. Fiber plastik diukur sesuai ukuran pot yang akan digunakan, kemudian dibuat lubang dengan ukuran 10 cm x 20 cm. 2. Kemudian dibuat lagi satu fiber plastik dengan rancangan yang sama. Plastik ini kemudian ditutup bagian lubang yang dibuat dengan screen nylon dengan menggunakan lem tembak (glue gun). 3. Kedua buah fiber plastik yang sama direkatkan satu sama lain dan kembali dilem. 4. Bagian atas dan bawah di rekatkan dengan bantuan staples, kemudian pertemuan kedua sisi fiber juga direkatkan dengan staples, sehingga menjadi dua kompartemen. 5. Bagian bawah pot diberi polibag dan di rekatkan dengan selotipe, untuk menjadi bagian dasar pot. 6. Pot denan dua kompartemen siap dipakai.
68
Lampiran 4 Prosedur analisis kandungan P tajuk 1. Satu g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 120 ml/100ml. 2. Kemudian ditambahkan 5 ml HNO3 (p) dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang asam dan dibiarkan semalam dengan kondisi sampel dalam keadaan tertutup. 3. Setelah itu, ditambahkan .4 ml H2SO4 (p) dan dipanaskan di atas hot plate + 1 jam (sampai larutan menjadi lebih pekat-berkurang volumenya). 4. Kemudian ditambahkan dengan 2-3 tetes larutan campuran HClO4: HNO3 (2:1). 5. Pemanasan tetap terus dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua (+ 1 jam). 6. Setelah perubahan warna terjadi, pemanasan terus dilanjutkan sampai 10 – 15 menit. 7. Setelah dingin, sampel dipindahkan dan ditambahkan dengan 2 ml aquades dan 0,6 ml HCl (p). 8. Kemudian dipanaskan kembali agar sampel menjadi terlarut (+15 menit), kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. Apabila terdapat endapan, endapan disaring dengan glass wool. 9. Tiga ml larutan hasil penyaringan dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan Cl3La.7H2O, kemudian divortex. 10. Setelah itu, absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
69
Lampiran 5 Prosedur analisis kandungan N tajuk (metode Kjeldahl) 1. Sebanyak 0.2-0.3 g sampel diletakkan dalam labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan dengan campuran selenium dan 20 ml H2SO4 (p) dan diekstrak sampai larutan menjadi jernih. 2. Air destilasi ditambahkan sampai ke ukuran 120 ml. sebanyak 5 ml aliquot dipipet dan ditambahkan kedalam alat destilasi. 3. Sebanyak 10 ml NaOH ditambahkan dalam labu ukur dan dicuci dengan air destilasi. 4. Kemudian 5 ml asam borak dengan indicator dimasukkan ke dalam 100 ml erllenmeyer dan diletakkan dalam condenser sampai 30 ml. 5. Hasil destilasi dititrasi dengan 0.01 N HCl sampai warna berubah dari hijau ke permanen pink. Blanko dibuat tanpa menggunakan sampel. Perhitungan : % N= (Volume sampel titrasi - Blanko) x 14 x Normalitas HCl x 24 x 100) Berat sampel (mg)
70
Lampiran 6 Pengamatan infeksi akar 1. infeksi oleh cendawan mikoriza arbuskula yang dilakukan dengan teknik pewarnaan akar (Koske dan Gemma 1989). 2. Pewarnaan akar dilakukan dengan cara akar dicuci bersih kemudian dipotongpotong dan dimasukkan ke dalam tabung film, lalu ditambahkan 10% KOH dan tabung ditutup. 3. Setelah akar tampak jernih (+24 – 48 jam), kemudian akar dicuci dan direndam dengan larutan HCl 2% selama 24 jam. 4. Setelah itu, larutan HCl dibuang dan diganti dengan larutan staining dan disimpan selama 24 jam dalam tabung film. 5. Pengamatan infeksi akar dilakukan dengan mengambil potongan akar sepanjang 1 cm, kemudian diletakkan di gelas preparat dan ditutup dengan cover glass. Bila belum dapat dihitung akar yang terinfeksi dapat disimpan di dalam kulkas. 6. Pengamatan infeksi akar dilakukan dengan mengambil potongan akar sepanjang 1 cm, kemudian diletakkan di gelas preparat dan ditutup dengan cover glass. 7. Perhitungan persentase infeksi akar dilihat dengan menggunakan mikroskop; yaitu dengan memberi tanda positif bila terdapat struktur mikoriza arbuskula (hifa, vesikula, arbuskula) setiap jarak pandang. Setiap 1 cm akar memberikan jaran pandang 7 - 10. Bila belum dapat dihitung akar yang terinfeksi dapat disimpan di dalam kulkas. Persentase jumlah akar terinfeksi dihitung dengan rumus: Persentase infeksi = jumlah akar yang terinfeksi x 100% jumlah akar yang diamati
71
Lampiran 7 Prosedur analisis pH tanah 1. Analisis pH dilakukan dengan menimbang 10 g tanah kering udara dan dimasukkan ke dalam botol kocok. 2. Kemudian ditambahkan sebanyak 10 ml air destilasi dan dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesik pengocok. 3. Larutan didiamkan selama 5 menit dan kemudian diukur dengan menggunakan pH meter. 4. Terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan standar pH 4.0 dan pH 7.0.
72
Lampiran 8 Prosedur analisis P-total (HCl 25%) 1. Analisis ini dilakukan dengan menimbang 2 g sampel tanah kering dan dimasukkan dalam botol kocok dan kemudian ditambahkan dengan 10 ml HCl 25% dan dikocok dengan mesin kocok selama 5 jam. 2. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dibiarkan semalam. 3. Sebanyak 0,5 ml ekstrak jernih sampel dipipet ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan air bebas ion (diencerkan 20x) dan dikocok. 4. Kemudian sebanyak 2 ml ekstrak sampel encer dan standar masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 10 ml larutan pereaksi pewarna P dan dikocok. 5. Setelah itu dibiarkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
73
Lampiran 9 Prosedur analisis P-tersedia (P-Bray I) 1. Larutan ekstrak Bray and Kurtz P-1 (0.025 M HCl dalam 0.03 M NH4F); 11.11 g of reagen ammonium fluoride (NH4F) dilarutkan dalam 9 L air destilasi. 2. Kemudian ditambahkan 250 mL 1M HCl (yang sudah distandarisasi lebih dulu) dan dibuat menjadi volume 10 L dengan air destilasi. 3. Campur dan kocok menyeluruh. pH hasil larutan sekitar 2.6 ± 0.05. 4. Penyesuaian pH dilakukan dengan penambahan HCl atau NH4OH. 5. Analisis P-tersedia dilakukan dengan menimbang 1.5 g tanah kering udara dan kemudian ditambahkan dengan 15 ml larutan P-Bray 1 dalam 50 ml labu erlenmeyer. 6. Setelah itu, larutan dikocok selama 15 menit dengan mesin pengocok dan kemudian disaring dengan kertas Whatman 41. 7. Hasil saringan ditampung dalam labu Erlenmeyer 120 ml. 8. Sebanyak 5 ml hasil saringan dipipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, dikocok dan dibiarkan selama 15 menit. 9. Absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.
74
Lampiran 10 Prosedur analisis P larutan tanah (water soluble phosphate) 1. Analisis P larutan tanah (water soluble phosphate) dilakukan dengan mengeksktrak tanah dengan menggunakan air bebas mineral (deionized water). 2. Rasio tanah dan air bebas mineral sebesar 1 : 20 dengan waktu ekstraksi 2 jam. 3. Lima gram tanah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan dicampur dengan 100 ml air bebas mineral, kemudian di kocok dengan shaker dengan 150 rpm. 4. Setelah itu, larutan tadi disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman 41. 5. Tiga ml supernatan dipipet dan di pindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan Cl3La.7H2O, kemudian divortex. Absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm,
75
Lampiran 11 Prosedur analisis bakteri pelarut P (dilution plate method) 1. Sebanyak 90 ml larutan fisiologi dengan menggunakan labu Erlenmeyer 250 ml dan 10 ml laruan fisiologi dalam tabung reaksi, kemudian ditutup dengan penutup gabus. 2. Larutan ini diautoklaf selama 25 menit pada suhu 121 °C. Setelah itu larutan dikeluarkan dan didinginkan. 3. Sebanyak 10 g tanah ditambahkan ke dalam 90 ml larutan fisiologi dan dikocok + 30 menit. 4. Setelah itu, sebanyak 1 ml larutan suspensi dipipet dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologi. 5. Dengan menggunakan pipet steril, dipipet 1 ml larutan dan di tuangkan ke dalam cawan petri yang sudah disiapkan (steril) dan diratakan. 6. Kemudian, 10 – 15 ml media agar (media pickovskaya) diambil dan dituangkan ke dalam cawan yang sudah berisi sampel dan diratakan (dengan memutar cawan ke kiri dan ke kanan untuk menjadi rata). 7. Setelah padat, cawan petri ditutup dan kemudian diinkubasi selama + 3 hari. Setelah itu, dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri. 8. Perhitungan koloni bakteri pelarut P dilakukan dengan rumus: Jumlah mikroorganisme total/g tanah (SPK)
= koloni yang terbentuk pada setiap cawan petri X faktor pengenceran
76
Lampiran 12 Prosedur analisis N-tersedia (N-NH4+ dan N-NO3-) 1. Sebanyak 5 g sampel tanah ditimbang dan ditambahkan ke dalam larutan KCl 2M, 25 ml dalam tabung. 2. Kemudian larutan dikocok selama 30 menit dan disaring dengan menggunakan kertas saring dalam labu Erlenmeyer 120 ml. 3. Kemudian sebanyak 5 ml hasil saringan dipipet dan dimasukkan dalam labu destilasi dan ditambahkan dengan pewarna aloy. 4. Sebanyak 1 ml etanol, 100 ml aquades dan 5 ml NaOH 50%, kemudian didestilasi. 5. Hasil destilasi ditampung ke dalam Erlenmeyer yang sudah berisi 10 ml H3Bo3 1 % sampai kurang lebih 50 ml hasil destilasi. 6. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya. Kemudian dititrasi sampai warna menjadi merah jambu. Kemudian dicatat HCl yang dipakai untuk titrasi.
77
Lampiran 13 Serangan hama dan penyakit periode panen pertama
78
Lampiran 14 Serangan hama dan penyakit periode panen kedua
Prosedur pembuatan pestisida alami: 1. Bawang putih dan cabe rawit masing-masing satu bagian diblender, kemudian dilarutkan dalam 1 liter air. 2. Larutan ditambahkan dengan 1 – 2 sendok makan deterjen, kemudian di aduk. 3. Lautan didiamkan 2 – 3 jam, dan bisa dipakai untuk penyeprotan hama kutu