BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya bertujuan untuk memperoleh laba yang maksimal. Dengan adanya laba yang tinggi dan didukung dengan nilai perusahaan yang baik maka perkembangan perusahaan dapat dipertahankan dan perusahaan dapat tumbuh dan berkembang serta melakukan ekspansi dalam ruang lingkup bisnisnya. Martono dan Harjito (2001:1) menyatakan perusahaan harus bisa melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien agar tujuan perusahaan dapat tercapai, dimana laba yang maksimal mengandung konsep bahwa perusahaan harus melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien. Untuk mengukur efektif atau tidaknya pemerataan sumber daya keuangan terutama pada pos aktiva adalah dengan mengunakan rasio aktivitas. Menurut Sawir (2005:133), maksud dari efektivitas yaitu efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva yang berupa aktiva lancar dan aktiva tetap serta efektivitas stuktur pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat penegmbalian investasi lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut. Salah satu alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur keefektifan operasional manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimiliki dalam melaksanakan kegiatannya adalah dengan menggunakan rasio aktivitas. Menurut Ross, Westerfield dan Jordan (2009:86), analisis efektivitas operasional perusahaan dapat diukur dengan menggunakan berbagai rasio aktivitas, yaitu: rasio perputaran total aktiva (Total Asset Turnover Ratio), rasio perputaran piutang dagang (receivable turnover 1
ratio), perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover), perputaran persediaan (Inventory Turnover) dan perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Rasio-rasio ini akan dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaannya telah beroperasi dengan efektif, dimana apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba semakin besar. Kebijakan-kebijakan keuangan dan management performance yang baik dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan. efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi operasional. Efisiensi operasional merupakan efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya dalam menghasilkan penjualan, sehingga biaya dapat diminimalkan dan akan tercapai laba yang maksimum. Semakin efisien perusahaan menggunakan total assetnya, maka total cost akan semakin kecil dan net profit semakin besar. Sedangkan efektivitas perusahaan yang dimaksud adalah efektivitas perusahaan dalam manajemen aktiva baik lancar maupun tetap, dan juga efektivitas struktur pendanaan aktiva-aktiva tersebut, sehingga tingkat pengembalian lebih besar dari dari biaya modal yang digunakan untuk menbiayai aktiva-aktiva tersebut (Sawir, 2005:133). Semakin efektif perusahaan melakukan manajemen aktiva lancar dan aktiva tetap, maka tingkat pengembalian investasi akan semakin besar karena total cost semakin kecil. Perusahaan harus memperhatikan masalah efektivitas operasional dan juga masalah profitabilitas perusahaan sebagai dasar penilaian terhadap keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Profitabilitas perusahaan perlu dilakukan untuk mengukur kinerja perusahaan menyangkut tentang keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta dalam hal pengambilan keputusan dan menetapkan kebijakan keuangan. Salah satu ukuran profitabilitas adalah Return on Investment. Menurut Sawir (2005:19) Return on Investment adalah rasio yang menunjukkan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian atas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya Return on Investement dan menjadi unsur dasar dalam perhitungan Return on Investment yaitu laba bersih perusahaan dan total aktiva yang dimiliki dan digunakan perusahaan. Properti dan real estat merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati investor. Industri properti dan real estat merupakan industri dengan prospek yang cukup baik mengingat semakin pesatnya pertambahan produk dan pertambahan pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan permintaan dan penawaran tempat tinggal. Oleh karena itu sektor properti merupakan lahan yang paling strategis untuk berinvestasi yang akan memberikan keuntungan yang tinggi. Investasi pada sektor properti dan real estat merupakan investasi jangka panjang dan sebagai aktiva multiguna yang dapat digunakan perusahaan sebagai jaminan, oleh karena itu perusahaan properti dan real estat mempunyai struktur modal yang tinggi. Harga tanah yang cenderung naik dari tahun ke tahun yang dikarenakan jumlah tanah terbatas sedangkan permintaan akan semakin tinggi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk. Penjualan properti di Indonesia pada semester pertama tahun 2010 mengalami perkembangan yang cukup baik. Penjualan properti di Indonesia naik 12% dibandingkan dengan periode sebelumya. Selama semester pertama tahun 2010 penjualan properti di Indonesia secara keseluruhan mencapai angka Rp. 45 Triliun. Permintaan produk perkantoran dan apartemen terbilang cukup banyak sehingga mendorong peningkatan penjualan properti di Indonesia. Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) memperkirakan di tahun 2010 keseluruhan penjualan properti Indonesia akan mengalami peningkatan hingga 15%. Menurut PSPI Executive Director, Panangian Simanungkalit, harga properti di Indonesia masih relatif rendah bila dibandingkan dengan negara lain, namun pergerakan kenaikan harga properti masih terus terjadi sehingga nantinya masih akan memberikan imbal hasil yang cukup tinggi bagi investor. Kontributor utama dalam
menumbuhkan sektor properti adalah kondisi perekonomian yang baik dan rendahnya tingkat suku bunga. (Vibiznews-Property, 02 Spetember 2010)
Tabel 1.1 Kapitalisasi Bisnis Properti Tahun 2005 sampai dengan Kuartal I 2009 No
1 2 3 4 5 6
Nama proyek Proyek Pusat Perbelanjaan Jabotabek Proyek Pusat Perbelanjaan Daerah Proyek Apartemen Jabotabek Proyek Apartemen Daerah Proyek Hotel (Nasional) Proyek Perumahan (Nasional) Kapitalisasi Proyek Properti Nasional (Rp. Miliar)
2005
2006
Tahun 2007
2008
2009P
Kapitalisasi (Rp.Miliar)
31.984
23.130
14.300
3.945
6.907
80.266
18.358 7.945 1.412 3.108 17.730
10.155 8.445 3.509 3.043 17.561
7.225 9.786 3.326 3.536 22.977
4.308 10.372 4.769 3.740 29.371
3.645 7.289 4.259 4.127 25.931
43.691 43.837 17.275 17.554 113.570
80.537
65.843
61.150
56.505
52.158
316.193
Sumber : PT Pananginan Simanungkalit & Associates, April 2009 Berdasarkan data di atas, kapitalisasi segmen proyek pusat perbelanjaan Jabotabek dan proyek pusat perbelanjaan daerah pada tahun 2005 cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar Rp. 31.984 miliar dan Rp. 18.358 miliar, namun pada tahun 2006 sampai kuartal pertama tahun 2009 kapitalisasi secara terus menerus mengalami penurunan. Pada segmen proyek apartemen daerah lebih rendah dibangdingkan dengan segmen lain, rendahnya perkembangan apartemen di daerah disebabkan dengan gaya hidup yang berbeda dari masyarakat daerah dibandingkan dengan masyarakat kota khususnya Jakarta. Selain itu pekerja asing yang biasanya merupakan penyewa apartemen juga masih terkonsentrasi di wilayah Jakarta. Sementara itu masih lesunya sektor pariwisata akibat faktor keamanan telah berimbas pada usaha perhotelan dan kurang menariknya pengembangan dalam properti perhotelan. Proyek apartemen Jabotabek dan proyek perumahan (nasional) mengalami peningkatan kapitalisasi, hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat pada periode tersebut semakin meningkat. Kecenderungan
menurunnya tingkat inflasi residensial sejak tahun 2004 serta meningkatnya kredit konsumsi perbankan merupakan faktor penunjang meningkatnya kegiatan properti di segmen ini. Tabel 1.2 Perkembangan Total Aktiva, Piutang, Penjualan dan Laba Bersih pada beberapa perusahaan Properti dan Real Estat di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009 Kode Perusahaan BKSL CTRS DART GMTD LPCK LPKR
Tahun
total aktiva (Rp.)
Piutang usaha (Rp.)
Penjualan (Rp.)
laba (rugi) bersih (Rp.)
2008
2.543.182.987.219
59.664.915.666
80.110.391.344
(15.714.827.355)
2009
2.784.021.782.133
142.710.367.969
162.658.608.611
2.457.166.164
2008
2.159.220.314.884
73.281.784.230
581.174.900.313
144.326.623.408
2009
2.268.629.009.246
49.983.301.228
391.451.881.878
57.118.544.162
2008
2.774.514.489.772
7.620.374.691
371.712.663.749
100.850.567.924
2009
3.213.315.053.678
11.050.590.822
314.355.357.529
30.186.439.156
2008
287.040.432.423
13.746.789.458
60.084.104.695
8.022.795.695
2009
305.635.686.223
26.547.707.487
63.013.041.199
13.485.473.435
2008
1.401.408.806.528
53.680.477.670
276.557.519.426
14.173.441.150
2009
1.551.020.489.441
67.433.324.857
323.158.797.330
25.681.106.177
2008
11.787.777.210.609
798.246.501.351
2553.306.718.090
370.872.333.757
2009
12.127.644.010.796
530.422.288.809
2.565.101.010.425
388.053.495.627
Sumber : www.idx.co.id Keterangan : BKSL = PT Sentul City Tbk CTRS = PT Ciputra Surya Tbk DART = PT Duta Anggada Realty Tbk GMTD = PT Gowa Makasar Tourism Tbk LPCK = PT Lippo Cikarang Tbk LPKR = PT lippo Karawaci Tbk
Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan kondisi keuangan pada beberapa perusahaan properti dan Real Estat selama tahun 2008 dan 2009. Tabel diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktiva dan penjualan pada tahun 2008 dan 2009
di beberapa perusahaan properti dan real estate yang diikuti dengan peningkatan laba bersih. Pendapatan yang maksimal dapat diperoleh dari penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien. Aktiva memiki hubungan erat dengan tingkat laba yang diperoleh dari perusahaan melalui kegiatan penjualan. Tingat penjualan yang tinggi mendukung pencapaian laba yang maksimum. Berdasarkan fenomena dan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return on Investment Pada Perusahaan Properti dan Real Estat Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalh penelitian ini adalah: “apakah efektivitas operasional yang terdiri dari Fixed Asset Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover berpengaruh terhadap Return on Investment pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”. C. Kerangka Konseptual Return on Investment mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva perusahaan yang dimiliki. Maka besarnnya laba perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang tertanam. Dana yang cepat berputar menunjukkan semakin efektif penggunaan dana tersebut sehingga semakin besar pula atas dana yang tertanam. Efektivitas operasional adalah efektivitas perusahaan dalam mengelola manajemen aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga efektivitas sturktur
pendanaan aktiva tersebut sehingga tingkat penegmbalian investasi lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut Alat untuk mengukur Efektivitas operasional adalah dengan rasio aktivitas. Rasio aktivitas menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimilki perusahaan. Atau dengan kata lain rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana (Ross, Westerfield dan Jordan 2009:86). Fixed Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan. Fixed Asset Turnover mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjulan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Semakin cepat perputaran aktiva tetap maka Return on Investment akan semakin besar. Inventory Turnover menunjukkan barapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas. Perputaran persediaan yang semakin besar akan semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan produksi berjalan lancar. Kegiatan penjualan yang cepat akan mendatangkan laba, sehingga perputaran persediaan yang cepat memberi kontribusi terhadap pencapaian laba yang maksimal. Receivable Turnover menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam satu tahun. Perputaran piutang memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba perusahaan. Perputaran piutang yang semakin cepat menunjukkan semakin cepat piutang berubah menjadi kas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena semakin besar piutang perusahaan yang terkumpul.
Semakin besar Receivable Turnover maka Return on Investment akan semakin meningkat. Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan. Perputaran total aktiva yang semakin besar mengidentifikasikan semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Semakin cepat perputaran aset maka Return on Investment akan semakin meningkat. Working Capital Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan. Apabila penjualan meningkat yang pada umumnya disertai oleh peningkatan kebutuhan modal kerja yang seiring dengan meningkatnya nilai persediaan dan piutang, maka rasio ini dapat pula menunjukkan jumlah rupiah dari penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang tertanam dalam persediaan dan piutang. Hal ini dapat disebabkan pula oleh banyaknya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum piutang berubah menjadi uang. Semakin cepat perputaran modal kerja maka Return on Investment semakin meningkat. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Fixed asset turnover (X1) Inventory turnover (X2) Receivable turnover (X3) Total assets turnover (X4) working capital turnover (X5)
Return on investment (Y)
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual (diolah) Sumber : Ross, Westerfield dan Jordan(2009:86), Kasmir (2008:180)
D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Fixed Asset Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover berpengaruh terhadap return on investment pada perusahaan Properti dan Real Estat di Bursa Efek Indonesia.” E. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Fixed Asset Turnover, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover terhadap Return on Investment pada perusahaan properti dan Real Estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perusahaan properti dan real estate dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio profitabilitas. b. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang aspek-aspek yang terdapat dalam aktivitas operasional perusahaan. c. Bagi pihak lain Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya melakukan penelitian mengenai topiktopik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi. F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam mambahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Batasan operasional variabel dalam penelitian ini antara lain: a. Variabel independen (X) adalah Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5). b. Variabel dependen (Y) adalah Return on Investment perusahaan properti dan real estat. c. Data laporan keuangan perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2009 setiap tahun. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Variabel-variabel yang akan diteliti adalah : a. Variabel Independen (X) 1) Fixed Asset Turnover (X1)
Fixed Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelolah seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan. Rasio Fixed Asset Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89): Fixed Asset Turnover = 2) Inventory Turnover (X2) Inventory Turnover menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. Rasio Inventory Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Kasmir, 2008:180) :
Inventory Turnover =
3) Receivable Turnover (X3) Receivable Turnover menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam satu tahun. Rasio Receivable Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:87) :
Receivable Turnover =
4) Total Assets Turnover (X4) Total Asset Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelolah seluruh asset untuk menghasilkan penjualan. Rasio Total Asset Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:89) :
Total Asset Turnover = 5) Working Capital Turnover (X5)
Working Capital Turnover menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan. Rasio Working Capital Turnover dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:88)
Working Capital Turnover =
b. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Investment perusahaan properti dan real estat. Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Rasio Return on Investment dapat dihitung sebagai berikut (Ross, Westerfield & Jordan, 2009:90):
Return on Investment =
3. Populasi dan Sampel a.
Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai 2009 yang berjumlah 39 perusahaan. b. Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003:103). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Kuncoro, 2003:119). Adapun pertimbangan yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai berikut : 1) perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. 2) perusahaan properti dan real estat yang mempublikasikan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. 3) perusahaan properti dan real estat memilki laba bersih pada tahun 2009. Hasil seleksi dari sampel penelitian ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel No
Kriteria Sampel
Jumlah
1
Perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di BEI 39 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan 2 mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 (15) Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih (rugi) mulai 3 tahun 2009 (5) Jumlah sampel penelitian 19 Berdasarkan kriteria seleksi sampel pada tabel maka diperoleh sampel penelitian sebagai berikut : Tabel 1.4 Sampel penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode BKSL CTRS DART DILD GMTD JIHD JRPT KIJA KPIG
Nama Perusahaan PT Sentul City Tbk PT Ciputra Surya Tbk PT Duta Anggada Realty Tbk PT Intiland Development Tbk PT Gowa Makasar Tourism Tbk PT Jakarta Internasional hotels & Development Tbk PT Jaya Real Properti Tbk PT Kawasan Industri Jababeka Tbk PT Global Land development Tbk
10 LAMI PT Lamicitra Nusantara Tbk 11 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk 12 LPKR PT lippo Karawaci Tbk 13 MDLN PT Modernland Realty Tbk 14 MORE PT Indonesia Prima properti Tbk 15 PTRA PT New Century Development Tbk 16 PWON PT Pakuwon Jati Tbk 17 SIIP PT Suryainti permata Tbk 18 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk 19 SMRA PT Summarecon Permata Tbk Sumber : www.idx.co.id 4.
Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pemanfaatan media internet dengan situs www.idx.co.id. b. Waktu penelitian Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan November sampai dengan Januari tahun 2010.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang www.idx.co.id. Laporan keuangan, buku-buku, jurnal referensi, surat kabar dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung literatur, penelitian terdahulu, laporanlaporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan
diteliti serta melalui pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 7.
Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis dekriptif adalah metode analisis dimana data-data yang
dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. b. Metode Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) terhadap variabel dependen yaitu Return on investment (Y) perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia, dengan rumus : Y = α+β1X2+β2X2+β3X3+β4X4+β5X +e Keterangan : Y
= Return on Investment
α
= Konstanta
β1,2,3,4,5,6 = Koefisien masing-masing variabel independen X1 X2
= Fixed Asset Turnover = Inventory Turnover
X3
= Receivable Turnover
X4
= Total Asset Turnover
X5
= Working Capital Turnover
e
= standar eror
Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. a.
Pengujian Asumsi Klasik 1)
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah distribusi sebuah data mengikuti
atau mendekati distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : a. Jika data menyebar diantara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdisitribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan melalui analisis grafik dan analisi kolmogorov-Smirnov (K-S). Hipotesisnya sebagai berikut : H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti data tidak normal dan H1 diterima.
2) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001:69). Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homokedastisitas. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan uji Glejser dan melihat pola diagram pencar dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika diagram pencar ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur pada suatu sudut atau bagian maka model regresi mengalami gangguan heterokedastisitas. b. Jika diagram pencar tidak membentuk suatu pola atau telihat acak maka regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatum model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < DW < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ DW ≥ du
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4 - dl < DW < 4
Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan negatif
No decision
4 - du ≤ DW ≤ 4 - dl
Tidak ditolak
du < DW <4 - dl
Smber : Situmorang, dkk (2010:120) Keterangan :
4)
du = batas atas dl = batas bawah
Uji multikolineritas Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik korelasi variabelvariabel independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.01 atau sama dengan VIF > 5 dan untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolinieritas dapat dilihat jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90.
b. Pengujian Hipotesis 1) Uji Signifikan Simultan (uji-F) Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah : H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working
Capital Turnover (X5) secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return on Investment (Y). H1 : β1, β2, β3, β4, β5, β6 # 0 artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y). Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2)
Uji signifikan parsial (uji-t) Uji statistik t disenut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya : H0 : β1 = 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return on Investment (Y). H1 : β1 # 0, artinya Fixed Asset Turnover (X1), Inventory Turnover (X2), Receivable Turnover (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Working Capital Turnover (X5) secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap Return on Investment (Y). Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika -ttabel < thitung
ttabel pada α = 5%
H1 diterima jika - ttabel > thitung > ttabel pada α = 5%