Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING ADAT MULI PERANGINANGIN, S.E., MSi (SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SURYA NUSANTARA) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Modal Kerja ke Asset (WCTA), Current Ratio (CR), Pendapatan operasi untuk Jumlah Kewajiban (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Gross Profit Margin (GPM) , dan Net Profit Margin (NPM) pada Laba Pertumbuhan dengan Ukuran Firm sebagai variabel moderating pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kausal dan data sekunder. Populasi adalah 38 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013, dan 22 dari mereka digunakan sebagai sampel, yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji residual untuk variabel moderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Modal Kerja ke Asset (WCTA), Current Ratio (CR), Pendapatan operasi untuk Jumlah Kewajiban (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Gross Profit Margin (GPM), dan Net Profit Margin (NPM ) dipengaruhi pertumbuhan laba. Sebagian, Modal Kerja ke Asset (WCTA), Current Ratio (CR), Pendapatan operasi untuk Kewajiban (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Laba Pertumbuhan. Itu juga menemukan bahwa Ukuran Perusahaan itu variabel moderasi. Kata kunci: Modal Kerja ke Asset (WCTA), Current Ratio (CR), Pendapatan operasi untuk Jumlah Kewajiban (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Profit Pertumbuhan, Firm Ukuran
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Kegiatan bisnis yang ada didunia ini, akan selalu mengharapkan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan baik dan menghasilkan imbal balik bagi setiap dana yang telah diinvestasikan. Dalam mengukur keberhasilan suatu kegiatan bisnis, laporan keuangan adalah suatu cermin bagi perusahaan untuk menyatakan seberapa besar keberhasilan atau kegagalan yang dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan roda kegiatan bisnisnya. Melalui laporan keuangan pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal(pemegang saham, kreditur, dll) dapat melihat kinerja perusahaan selama satu periode waktu tertentu (bulanan, semesteran, tahunan).Didalam laporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen, yang menjadi salah satu fokus utama perhatiaan para pemangku kepentingan adalah laba. Pencapaian kinerja yang baik akan dapat dilihat melalui laba yang meningkat. Laba sebagai suatu pengukuran kinerja perusahaan merefleksikan terjadinya proses peningkatan atau penurunan modal dari berbagai sumber transaksi (Takarini dan Ekawati,2003). Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Simorangkir,2003) dan (Hapsari, 2007). Pertumbuhan laba yang baik akan memberikan nilai bagi perusahaan serta keuntungan bagi pemegang saham karena mereka akan mendapat dividen demikian juga bagi manajemen yang akan mendapatkan bonus atas pencapaian laba yang maksimal.Untuk pengukuran laba serta menganalisis akan pencapaian laba maka dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Bagi pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut, laporan keuangan/informasi akan bermanfaat dan berguna jika melalui laporan keuangan tersebut akan dapat memberikan informasi tentang masa yang akan datang bahkan diharapkan dapat memprediksi yang akan terjadi dimasa yang akan datang (Prastowo dan Juliaty, 2005). Dengan melakukan suatu teknik tertentu yang sering digunakan seperti analisa laporan keuangan maka laporan keuangan tersebut diharapkan akan dapat memberikan informasi tentang apa yang akan mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Didalam melakukan analisa laporan keuangan atas laporan keuangan suatu perusahaan, maka dibutuhkan suatu teknik yang baku dan terukur serta dapat diaplikasikan untuk semua jenis laporan keuangan. Teknik analisa laporan keuangan yang sering digunakan adalah rasio. Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisa laporan keuangan. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Rasio keuangan secara umum dapat dikelompokkan menjadi lima rasio yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian. Tabel 1.1 Contoh Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Consumer Goods Tahun 20092013 No Nama Pe rus ahaan 1 PT Gudang Garam Tbk
2 PT
3 PT
4 PT
5 PT
6 PT
7 PT
8 PT
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Indofarma Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Langgeng Makmur Industri Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Merck Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Schering-Plough Indonesia Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Mandom Inonesia Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Darya Varia Laboratoria Tbk 2009 2010 2011 2012 2013 Indofood Sukses Makmur Tbk 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
2
Laba Rugi Pe rtumbuhan Laba 3.594.321 4.214.789 14,72% 4.268.102 1,25% 4.878.711 12,52% 5.249.932 7,07% 2.125.733.472 12.546.667.359 83,06% 36.919.316.551 66,02% 42.385.114.982 12,90% (54.222.595.302) -178,17% 5.991.716.796 2.794.104.212 -114,44% 5.424.322.790 48,49% 2.340.674.019 -131,74% (12.040.411.197) -119,44% 146.700.178 118.794.278 -23,49% 231.158.647 48,61% 107.808.155 -114,42% 175.444.757 38,55% 10.789.275 (8.043.270) -234,14% (25.420.338) 68,36% (17.996.909) -41,25% (12.167.645) -47,91% 101.611.778.666 131.445.098.783 22,70% 371.238.819.641 64,59% 398.703.851.969 6,89% 1.069.148.465.833 62,71% 72.272.233 110.880.522 34,82% 120.915.340 8,30% 163.909.089 26,23% 186.796.473 12,25% 3.486.781 3.934.808 11,39% 4.091.673 3,83% 5.049.446 3,12% 5.116.635 1,31%
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
Berdasarkan Tabel 1.1, diatas menunjukkan bahwa dari delapan perusahanConsumer Goods ada empat perusahaan yang mampu konsisten dan bertumbuh dalam menghasilkan laba dalam kurun waktu 2009 – 2013, yaitu PT Mandom Indonesia Tbk, PT Gudang Garam Tbk, PT Darya Varia Laboratoria Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Walaupun pertumbuhan tersebut tidak selalu meningkat dari tahun ke tahun tetapi masih menunjukkan pertumbuhan laba yang positif, sedangkan empat diantara perusahaan yang ada di Tabel 1.1 mengalami pertumbuhan yang tidak stabil dan bahkan ada yang mengalami penurunan laba secara terus menerus dalam kurun waktu 2009 -2013. Salah satu contoh Pertumbuhan Laba yang positif ditunjukkan oleh PT Mandom Indonesia Tbk, dimana pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 22,70% dari Rp.101.611.778.666,- menjadi Rp.131.445.098.783,- Pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 64,59% dari Rp.131.445.098.783,-menjadi Rp.371.238.819.641,- Pada tahun 2012 juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,89% dari Rp.371.238.819.641,- menjadi Rp.398.373.851.969.Demikian juga pada tahun 2013 juga mengalami pertumbuhan sebesar 62,71% dari Rp.398.373.851.969.- menjadi Rp.1.069.148.465.833,Sedangkan contoh pertumbuhan laba yang mengalami ketidakkonsistenan dan fluktuasi pertumbuhan adalah Pada tahun 2012, ada empat perusahaan yang mengalami penurunan laba yaitu: PT Langgeng Makmur Industri Tbk. Perusahaan ini dari tahun 20092013 cenderung mengalami trend pertumbuhan yang menurun kecuali pada tahun 2011 yang menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 48,49 %. Bahkan pada tahun 2013 perusahaan mengalami pertumbuhan laba negatif yang besar yaitu -119,44 % sehingga perusahaan mengalami defisit sebesar Rp. 12.040.411.197. Dari Tabel 1.1 dan uraian yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa perusahaan yang berada didalam sektor Consumer Goods telah mengalami fluktuasi pertumbuhan laba dalam kurun waktu 2009-2013, dengan besaran pertumbuhan yang bervariasi. Berdasarkan pertentangan antar peneliti-peneliti terdahulu (research gap) dan fenomena yang ada maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba pada perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia yang diproksikan dengan rasio keuangan(Working Capital to Asset(WCTA), Current Ratio(CR), Operating Income to Total Liabilities(OITL). Total Asset Turnover(TAT), Gross Profit Margin(GPM), dan Net Profit Margin(NPM) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Consumer Goods dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai dengan 2013. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Analisis Rasio keuangan Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling banyak digunakan. Suatu rasio mengungkapkan hubungan matematika antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya, meskipun rasio hanyalah merupakan hubungan matematikan akan tetapi penjabaran dan intrepretasinya dapat mempunyai arti dan kompleks. Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) analisis rasio keuangan adalah merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan mengambarkan simptom(gejala-gejala yang tampak) suatu keadaan. Jika diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat menunjukkan areaarea yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan, analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Secara garis besar analisis rasio keuangan dibagi menjadi lima area analisis yang akan diharapkan dapat memberikan gambaran dan interpretasi mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan terutama sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Menurut Lubis dan Putra (2012) Rasio Keuangan dapat dibagi atas: 3
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
1. Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.. Rasio Likuiditas terdiri dari : a. Current Ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar b. Quick Ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antaraaktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan Working Caiptal to Assetdan Current Ratio, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Working Caiptal to Asset (WCTA) dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995). Aktiva Lancar − Hutang Lancar WCTA = Jumlah Aktiva Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan dari dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan currentmaturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dariaktiva lancar dengan aktiva tetap, sedangkan Current Ratio(CR) yang juga digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sesuai dengan Lubis dan Putra (2012). Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar, sedangkan hutang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua hutang lancer benar-benar harus dibayar. Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan 2. Rasio Solvabilitas/Leverage Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997, Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004): a. b.
Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan totalasset Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutanglancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antarahutang jangka panjang dengan modal sendiri. d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatansebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang. e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutanglancar terhadap persediaan. f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antaralaba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang. Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan denganOperating Income to Total Liability (OITL), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. OITL dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995): Laba Operasi Sebelum Bunga Dan Pajak OITL = Jumlah Hutang Laba operasi sebelum bunga dan pajak merupakan hasil pengurangan dari penjualan bersih, harga pokok penjualan dan biaya operasi. Jumlah hutang yang dimaksud adalah penjumlahan antara hutang lancar dan hutang tetap . 3. Rasio Aktivitas Menurut Kasmir (2011), rasio yang digunakan mengukur efektivitas perusahaan 4
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
dalam menggunakan aset yang dimilikinya disebut rasio aktivitas. Sedangkan menurut Harahap (2012), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.. Rasio aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa rasio: a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersihdengan jumlah aktiva b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokokpenjualan dengan persediaan rata-rata c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutangrata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit. d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualanbersih terhadap modal kerja. Dalam penelitian ini rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset Turnover (TAT), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang palingberpengaruh terhadap pertumbuhan laba. TAT dapat dirumuskan sebagai berikut Ang ( 1997). Penjualan 𝑇𝐴𝑇 = Total Aktiva Penjualan bersih (net sales) merupakan hasil penjualan bersih selama satu tahun. Total aktiva merupakan penjumlahan dari total aktiva lancar dan aktiva tetap. 4. Rasio Profitabilitas Menurut Prastowo dan Juliaty (2005),rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan: a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelahpajak (NIAT) terhadap total penjualannya. b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotorterhadap penjualan bersih. c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajakdengan jumlah aktiva. d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan NPM dan GPM, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut Prastowo dan Juliaty(2005). Laba Bersih Setelah Pajak 𝑁𝑃𝑀 = Penjualan Bersih Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi pajak penghasilan. Penjualan bersih menunjukkan besarnya hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan barang-barang dagangan atau hasil produksi sendiri (Reksoprayitno, 1991). GPM dapat dirumuskan sebagai berikut Prastowo dan Juliaty(2005): Laba Kotor 𝐺𝑃𝑀 = Penjualan Bersih Laba kotor atau Gross Profit Margin adalah selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Rasio ini mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Pertumbuhan Laba Dalam perkembangan perjalanan suatu operasi kegiatan bisnis mendapatkan laba adalah merupakan tujuan utamanya. Dengan laba yang diperoleh akan dapat menunjang pengembangan bisnis ke arah yang lebih baik dan maju, demikian juga untuk menunjang investasi yang lebih besar dilakukan dengan menggunakan laba sebagai modal untuk penambahan investasi serta dengan laba yang dicapai oleh manajamen akan menunjukkan pencapaian kinerja manajemen. Posisi laba yang ditunjukkan dilaporan keuangan akan 5
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
menjadi dasar bagi pemegang saham dalam menilai kinerja manajemen serta menjadi salah satu dasar bagi pemegang saham/investor dalam pen Laba sebagai suatu alat prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Nilai laba di masa lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan, terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang. Laba terdiri dari hasil opersional atau laba biasa dan hasil-hasil nonoperasional atau keuntungan dan kerugian luar biasa di mana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba bisa dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi. Laba adalah suatu ukuran kepengurusan (stewardship) manajemen atas sumberdaya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu perusahaan. (Belkaoui,2007). Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah pajak (Earning After Tax), pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut (Usman,2003): ΔYit = (Yit-Yit-1) Yit-1 Dimana : ΔYit = pertumbuhan laba pada periode t Yit = laba perusahaan i pada periode t Yit-1=laba perusahaan i pada periode t-1 Ukuran Perusahaan Secara umum besar kecilnya suatu perusahaan akan menentukkan bagaimana dia dapat menguasai persaingan yang timbul dalam kegiatan bisnis. Ukuran perusahaan yang besar cenderung dapat mengendalikan pasar dan sebaliknya jika ukuran perusahaan kecil maka akan sulit bersaing dalam kegiatan bisnis. Menurut Panjaitan (2004) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, penjualan aset, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Jika ada peningkatan atas penjualan, total aktiva, log size, nilai pasar saham, serta kapitalisasi pasar maka dapat dikatakan bahwa terjadinya juga peningkatan atas ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan total aktiva sebagai proksi dari ukuran perusahaa. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Sudarmadji 2007).Semakin besar aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula kemampuan dalam mendapatkan laba. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma Natural (Ln) dari total aktiva. Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total aktiva perlu di Ln kan. Logaritma Natural sendiri adalah logaritma yang berbasis e adalah 2,7182818….yang terdefinisikan untuk semua bilangan real positif x dan dapat juga didefinisikan untuk bilangan kompleks yang bukan nol. Adapun perhitungan ukuran perusahaan menurut Arini(2009) adalah sebagai berikut : Ukuran Perusahaan =Ln. Total Aktiva Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan masalah penelitian, maka peneliti mengembangkan kerangka konsep yang diuji secara simultan dan partial sebagaimana terlihat pada gambar 1
6
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
Gambar 1: Kerangka konseptual Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Rasio keuangan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM dan GPM berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sector Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM dan GPM dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sector Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksplanasi yaitu penelitian ini mencari berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa sebab akibat antara dua variabel atau lebih dan dalam waktu yang berbeda (Lubis,2012). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Consumer Goods di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakanmetodenonprobabilitysampling dengan jenis metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteriatertentu (Lubis,2012). Metode purpose sampling pada penelitian ini dilaksanakan dengan memasukkan semua perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI kemudian dibatasi pada perusahaan Consumer Goods yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian (tahun 2009 sampai dengan 2013). 2. Perusahaan Consumer Goods yang menyediakan data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian tahun secara kontinu (2009 sampai dengan 2013). 3. Perusahaan yang tidak mempunyai laba negatif selama waktu penelitian (2009 sampai dengan 2013). Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah pajak (Earning After Tax),dapat dirumuskan sebagai berikut (Usman, 2003). (Yit − Yit − 1) ∆Yit = Yit − 1 Dimana : ΔYit = pertumbuhan laba pada periode t Yit=laba perusahaan I pada periode t Yit-1=laba perusahaan i pada periode t-1 Variabel Independen 7
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
1. Working Capital to Total Asset (WCTA) WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan, sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Machfoedz, 1994).Working Capital to Total Asset (WCTA) merupakan perbandingan antaraaktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva.WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995). WCTA =
Aktiva Lancar − Hutang Lancar Jumlah Aktiva
2. Current Ratio(CR) CRmerupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan, sehingga mampu membayar hutang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Machfoedz, 1994). Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar 3. Operating Income to Total Liabilities (OITL) Mahfoedz (1994) menyatakan bahwa OITL merupakan rasio solvabilitas/leverage yang menunjukkan akan kemampuan pendapatan operasi perusahaan dalam melunasi seluruh kewajibannya. OITL dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995): Laba Operasi Sebelum Bunga dan Pajak OITL = Jumlah Hutang 4. Total Asset Turnover (TAT) TAT merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan efisiensi penggunaan seluruh aktiva (total assets) perusahaan untuk menunjang penjualan (sales). TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997). Penjualan TAT = Total Aktiva 5. Net Profit Margin (NPM) NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersihnya (Riyanto, 1995). NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997). Laba Bersih Setelah Pajak NPM = Penjualan Bersih 6) Gross Profit Margin (GPM) GPM merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan tingkat kembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya (Ang, 1997). GPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997): Laba Kotor GPM = Penjualan Bersih Variabel Moderating Variabel moderating adalah variabel independen yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen.Variabel moderating ini adalah penting tetapi bukanlah yang utama, dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen, tetapi tidak mempunyai pengaruh utama. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran perusahaan (Size) yang diproksikan dengan total asset perusahaan.Adapun perhitungan ukuran perusahaan menurut Arini(2009) adalah sebagai berikut : Ukuran Perusahaan =Ln. Total Aktiva
8
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Deskriptif statistik menyajikan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 : Deskriptif Statistik Descriptive Statistics N WCTA CR OITL TAT NPM GPM Ukr.Perusahaan Pertumbuhan Laba Valid N (listwise)
110 110 110 110 110 110 110 110 110
Minimum .00 .20 .02 .10 .01 .10 12.09 .00
Maximum .73 13.00 3.09 6.00 .40 .72 33.00 1.10
Mean .3155 3.1387 .6737 1.4305 .1075 .3680 22.8628 .2319
Std. Deviation .19108 2.56455 .65227 .76092 .07553 .16501 5.74175 .23532
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (data diolah) Hasil Pengujian Asumsi Klasik Dalam sebuah penelitian ilmiah untuk memastikan apakah penelitian tersebut adalah layak untuk diuji atau tidak sebagai model regresi maka diperlukan pengujian terlebih dahulu yaitu: uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah normalitas, multikoliniearitas. autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa normalitas terdapat pada data serta multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas tidak terdapat dalam model yang digunakan. Bila semua syarat yang dipenuhi maka data yang digunakan telah layak untuk digunakan sebagai bahan untuk pengujian model analisis regresi. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel penganggu atau resdiual memiliki distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan cara uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual tidak berdistribusi normal Ha : Data residual terdistribusi normal Untuk menentukannya maka kriterianya adalah sebagai berikut: H0 : diterima apabila nilai signifikansinya (Asymp.Sig) < 0,05 Ha : diterima bila nilai signifikansinya ( Asymp.Sig ) > 0,05 Tabel 5.2 Hasil uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 110 .0000000 4.66913507 .061 .060 -.061 .637 .812
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,637 dan signifikansinya pada 0,812 nilainya diatas α = 0,05 (asymp.sig = 0,812 > 0,05) sehingga hipotesis Ha diterima, yang berarti data residual terdistribusi normal.
9
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
Histogram Dependent Variable: Pertumbuhan Laba Frequency
40 30 20 10 0 -2
0
2
4
Regression Standardized …
Mean =-1.04E-17 Std. Dev. =0.972 N =110
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Gambar 5.1 Histogram Normal P-P Plot of Unstandardized Residual
Expected Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Gambar 5.2 Normal P-P Plot Berdasarkan Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram berbentuk lonceng sempurna dan grafik normal P-P Plot tersebar sepanjang garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil Uji Multikolinearitas Uji multikoliniearitas dilakukan bertujuan untuk mengujji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian Multikoliniearitas dilakukan dengan menggunakan variance inflation factor (VIF). Data dikatakan tidak mengalami multikolinearitas apabila nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hasil pengujian multikolinearitas atas penelitian ini dapat kita lihat pada Tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model 1
WCTA CR OITL TAT NPM GPM
Collinearity Statistics Tolerance VIF .678 1.475 .819 1.221 .684 1.462 .907 1.102 .726 1.377 .719 1.390
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinearitas. 10
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
Hasil Uji Autokolerasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji Autokorelasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji run test. Uji run test dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data tidak mengalami autokorelasi Ha : Data mengalami autokorelasi Untuk menentukan maka kriterianya H0 : diterima bila nilai signifikansinya (Asymp. Sig ) > 0,05 Ha : diterima bila nilai signifikansinya (Asymp. Sig ) < 0,05 Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual .29517 55 55 110 24 6.130 .720
a. Median
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah) Tabel 5.4 diatas memperlihatkan nilai signifikansi uji run test adalah sebesar 0,720 dimana nilainya diatas α = 0,05 (Asymp Sig = 0,720 > 0,05) , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala autokorelasi. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilakukan ddengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya ) yang telah distudentized. Scatterplot
Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Pertumbuhan Laba 4 2 0 -2 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Hasil Penelitian, 2015(Data Diolah) Gambar 5. 3 Scatterplot Uji Heteroskedasitas Dari scatterplot pada Gambar 5.3 diatas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas atas penyebaran titik-titik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Uji 11
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
heteroskedastisitas juga dapat dilihta melalui uji Glejser. Hasil uji Glejser juga menunjukkan didalam model penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini Tabel 5.5 akan memperlihatkan hasil uji Glejser. Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1 (Constant) WCTA CR OITL TAT NPM GPM
Unstandardized Coefficients B Std. Error .726 .185 .318 .334 .142 .023 .341 .097 .093 .073 .707 .817 .185 .376
Standardized Coefficients Beta .080 .477 .292 .092 .070 .040
t -3.923 .953 6.256 3.499 1.275 .865 .491
Sig. .000 .343 .124 .094 .205 .389 .624
a. Dependent Variable: abs_res_1
Sumber : Hasil Penelitian, 2015(Data Diolah) Uji Glejser jika dilihat dari nilai signifikansi setiap variabel bebas yang harus diatas 0,05. Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari setiap vatriabel bebas memiliki nilai diatas 0,05 yang berarti bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Determinasi (R2), Uji-F secara simultan, Uji-t secara parsial dan uji residual (moderating). Uji Determinasi (R2) Hipotesis Pertama Untuk mengetahui seberapa besar variabel independen (WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM) dapat menjelaskan variabel dependen Y (pertumbuhan laba). Hasil uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Hasil Uji Determinasi ( R2 ) Model Summaryb Model 1
R .565a
R Square .319
Adjusted R Square .280
Std. Error of the Estimate .19972
a. Predictors: (Constant), GPM, TAT, CR, NPM, OITL, WCTA b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Hasil penelitian 2015 (Data Diolah) Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,28 atau 28 %. Hal ini berarti WCTA, CR, OITL, TAT GPM, NPM dapat menjelaskan pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba sebesar 28 % sedangkan sisanya 72 % dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar model estimasi ini. Uji Hipotesis secara Simultan ( Uji F) Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan semua variabel independen dalam model penelitian mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji F yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5. 7 berikut: Tabel 5.7 Hasil Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1.927 4.108 6.036
df 6 103 109
Mean Square .321 .040
F 8.054
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), GPM, TAT, CR, NPM, OITL, WCTA b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Hasil Penelitian, 2015(data diolah) Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Artinya hipotesis pertama secara simultan dapat diterima. Uji Hipotesis secara Parsial ( Uji t ) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh satu independen secara 12
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
individual berpengrauh terhadap variabel dependen (secara parsial) dengan mengganggap variabel independen yang lain bersifat konstan. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi t yang ditunjukkan oleh Sig dari t. Jika nilai Sig nilai < 0,05 maka variabel independen berpengrauh terhadap variabel. Untuk pengujian uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. 8 seperti dibawah ini: Tabel 5.8 Hasil Uji-t Coefficientsa
Model 1
(Constant) WCTA CR OITL TAT NPM GPM
Unstandardized Coefficients B Std. Error .060 .067 .371 .122 .018 .008 .120 .035 .078 .026 .591 .297 .277 .137
Standardized Coefficients Beta .301 .191 .332 .251 .190 .194
t .898 3.053 2.125 3.382 2.944 1.988 2.023
Sig. .371 .003 .036 .001 .004 .049 .046
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah) Berdasarkan Tabel 5.8 dapat ditunjukkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y= 0,060+0,37X1+0,018X2+0,120X3+0,078X4+0,591X5+ 0,277X6 Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear berganda diatas adalah sebagai berikut: 1. Konstanta bernilai 0,060. Hal ini menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh variabel independen yaitu WCTA, CR, OITL, TAT, NPM dan GPM sama dengan nol, maka pertumbuhan laba akan tetap sebesar 0,060. 2. WCTA bernilai 0,371. Hal ini menunjukkan bahwa jika WCTA naik 1 satuan, maka WCTA pun akan naik sebesar 0,371 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. 3. CR bernilai 0,018. Hal ini menunjukkan bahwa jika CR naik 1 satuan, maka CR pun akan naik sebesar 0,018 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. 4. OITL bernilai 0,120. Hal ini menunjukkan bahwa jika OITL naik 1 satuan, maka OITL pun akan naik sebesar 0,120 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. 5. TAT bernilai 0,078. Hal ini menunjukkan bahwa jika TAT naik 1 satuan, maka TAT pun akan naik sebesar 0,078 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. 6. NPM bernilai 0,591. Hal ini menunjukkan bahwa jika NPM naik 1 satuan, maka NPM pun akan naik sebesar 0,591 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. 7. GPM bernilai 0,277. Hal ini menunjukkan bahwa jika GPM naik 1 satuan, maka GPM pun akan naik sebesar 0,277 satuan dengan mengganggap nilai variabel independen yang lain konstan. Dari Tabel 5.8 juga dapat dijelaskan pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial, yaitu: 1. WCTA (X1) terhadap Pertumbuhan Laba (Y) Hasil uji t untuk WCTA diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 003 yang artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa WCTA secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 2. CR (X2) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji t untuk CR diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 036 yang artinya nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa CR secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 3. OITL (X3) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji t untuk OITL diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 001 yang artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa OITL secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 13
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
4.
TAT (X4) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji t untuk TAT diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 004 yang artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa OITL secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 5. NPM (X5) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji t untuk NPM diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 049 yang artinya nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa NPM secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 6. GPM (X6) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji t untuk TAT diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0, 046 yang artinya nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa GPM secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Uji Residual Moderating Uji residual dilakukan untuk mengetahui apakah variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen seperti terlihat pada Tabel 5.9 dan Tabel 5.10 berikut : Tabel 5.9. Hasil Uji Residual (Moderating ) Model 1
(Constant) WCTA CR OITL TAT NPM GPM
Unstandardized Coefficients B Std. Error 22.741 1.618 10.089 2.924 .405 .198 2.137 .853 1.294 .635 20.555 7.148 6.891 3.287
Standardized Coefficients Beta .336 .181 .243 .172 .270 .198
t 14.051 3.450 2.045 2.506 2.039 2.876 2.097
Sig. .000 .001 .043 .014 .044 .005 .038
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (Data Diolah) Tabel 5.10. Hasil Pengujian Variabel Moderating Coefficientsa
Model 1
(Constant) Pertumbuhan Laba
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.021 .048 .474 .146
Standardized Coefficients Beta .299
t -.004 3.253
Sig. .997 .002
a. Dependent Variable: moderate
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (Data Diolah) Berdasarkan Tabel 5.9 dan 5.10 tersebut di atas dapat disusun persamaan hasil uji residual : Z = 22,741 + 10,089X1 + 0,405X2 + 2,137X3 + 1,294X4 + 20,555X5 + 6,891X6 + e /e/ = -0,021 + 13.474Y Dari Tabel 5.9 dapat disimpulkan bahwa WCTA (X1), CR (X2), OITL (X3), TAT (X4), NPM (X5), GPM (X6) berpengaruh terhadap Ukuran Perusahaan (variabel moderating). Tabel 5.9 ini merupakan tabel proses yang bertujuan untuk mendapatkan nilai residual dari variabel moderating. Nilai resdiual dari Tabel 5.9 digunakan sebagai variabel dependen pada tabel 5.10. Pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,002 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan terbukti merupakan variabel moderating yang mampu memperkuat/memperlemah hubunngan antara WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, dan GPM dengan Pertumbuhan Laba. Artinya , hipotesis kedua diterima. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pengaruh WCTA terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian WCTA terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa WCTA berpengaruh positif dan signifikan. Positif dapat dilihat dari nilai koefisien regresi 0,371 dan nilai signifikan 0,031 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh positif 14
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
menunjukkan bahwa WCTA searah dengan Pertumbuhan Laba dan pengaruh signifikan menunjukkan bahwa WCTA mempunyai peranan penting dalam penentuan Pertumbuhan Laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) yang menyatakan bahwa WCTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba. Dan hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Riyanto (1995). Pengaruh CR terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian CR terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa CR berpengaruh positif dan signifikan. Positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,018 dan nilai signifikan 0, 36 lebih besar dari 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa CR searah dengan Pertumbuhan Laba dan berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa CR mempunyai peranan penting dalam menentukan Pertumbuhan Laba. Hasil ini menunjukkan adanya persamaan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsudin dan Primaytua (2008) demikian juga yang dilakukan oleh Hartini (2012) dimana CR berpengaruh terhadap perubahan laba. Pengaruh OITL terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian OITL terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa OITL berpengaruh positif dan signifikan. Positif dapat dilihat dari nilai koefisien regresi 0,120 dan nilai signifikan 0,01 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa OITL searah dengan Pertumbuhan Laba dan pengaruh signifikan menunjukkan bahwa OITL mempunyai peranan penting dalam penentuan Pertumbuhan Laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio OITL berpengaruh terhadap pertumbuhann laba, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) dan Suwarno (2004) dengan hasil bahwa OITL tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba. Pengaruh TAT terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian TAT terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa TAT berpengaruh positif dan signifikan. Positif dapat dilihat dari nilai koefisien regresi 0,078 dan nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa TAT searah dengan Pertumbuhan Laba dan pengaruh signifikan menunjukkan bahwa TAT mempunyai peranan penting dalam penentuan Pertumbuhan Laba. Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa rasio TAT berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) dan Meiriewaty (2005) dengan hasil bahwa TAT berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ang (1997). Pengaruh NPM terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian NPM terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif dan signifikan. Positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,591 dan nilai signifikan 0,049 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa NPM searah dengan Pertumbuhan Laba dan berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa NPM mempunyai peranan penting dalam menentukan Pertumbuhan Laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio NPM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Takarini dan Ekawati (2003) dengan hasil bahwa NPM tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Pengaruh GPM terhadap Pertumbuhan Laba Hasil pengujian GPM terhadap Pertumbuhan Laba pada penelitian ini menunjukkan bahwa GPM berpengaruh positif dan signifikan. Positif dapat dilihat dari nilai koefisien 15
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
regresi 0,271 dan nilai signifikan 0,046 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa GPM searah dengan Pertumbuhan Laba dan pengaruh signifikan menunjukkan bahwa GPM mempunyai peranan penting dalam penentuan Pertumbuhan Laba. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa rasio GPM berpengaruh positif terhadap pertumbuhahn laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taruh (2012) dan Hartini (2012) bahwa GPM mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan Pada penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan terbukti sebagai variabel moderating. Nilai signifikansi 0,002 adalah lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan dapat memperkuat/memperlemah hubungan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM terhadap Pertumbuhan Laba. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara simultan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektor Consumer Goods. Secara parsial WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM berpengaruh dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiasektor Consumer Goods. 2. Ukuran Perusahaan terbukti dapat memoderasi hubungan WCTA, CR, OITL, TAT, NPM, GPM dengan Pertumbuhan Laba pada perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Periode penelitian yang singkat. Periode yang diamatidalampenelitianinihanya 5 (lima) tahun yaitu mulai tahun 2009sampaidengantahun2013. 2. Jumlah sampel perusahaan yang sedikit, hanya 22 perusahaan. 3. Variabel independen yang digunakanhanya mampu menjelaskan 28% pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektor Consumer Goods. Saran Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka penyempurnaan yang disarankan peneliti untuk peneliti selanjutnya adalah : 1. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitianlan jutan tentang Pertumbuhan Laba disarankan agar menggunakan rentang waktu lebih dari 5 tahun untuk menemukan persamaan regresi yang memberikan gambaran yang lebihbaikterhadappermasalahan yang diteliti. 2. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang Pertumbuhan Labadisarankan tidak hanya menggunakan sub sektor pada Perusahaan tertentu agar
16
Vol : II No: 5 Januari 2015
3.
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
dapat mendapatkan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga akan mendapatkan gambaran hasil yang lebih banyak Variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan 28% terhadap Pertumbuhan Laba. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terhadap Pertumbuhan Laba disarankan untuk menambah variabel penelitian, seperti pertumbuhan ekonomi,.rasio keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert, 1997, Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia. Arini, Riska Irva. 2009. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Periode 2005-2008. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Arif, Abubakar, 2006,”Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik. Vol. 1. Asyik, Nur Fadjrih dan Soelistyo, 2000,”Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No. 3 Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. : BPFE, Yogyakarta. Belkaoui dan , Ahmed Riahi 2007, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Erlangga. Chariri danGhozaliImam, 2004 Teori Akuntansi,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Daulay, Murni. 2010, Metodologi Penelitian Ekonomi,USU Press. Medan. Ediningsih, Sri Isworo, 2004, ”Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumbuhan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”,Wahana, Vol. 7, No. 1. Financial Accounting Standards Board (FASB), 1978, Statement of FinancialAccounting Concepts No.1: Objectives of Financial Reporting by BusinessEnterprises, Stamfort, Connecticut. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar, 1999, Basic Econometrics, Mc Graw Hill Inc: New York. Gunawan, Wahyuni, 2013,” Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia,Jurnal Manajemen & Bisnis Vol. 13 No.1. Hapsari, Epri Ayu dan Prasetiono, 2007, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 sampai dengan 2005),Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.6.No.1. Harahap, Sofyan Syafri, 2012, “Teori Akuntansi”Rajawali Press, Jakarta. Innocent, Chinedu Enekwe, Okwo Ifeoma Mary, Ordu Monday Matthew (2013),” Financial Ratio Analysis as a Determinant of Profitability in Nigerian Pharmaceutical Industry”International Journal Business and Management, Vol.8 No.8 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,Jakarta Juliana, Roma Uly dan Sulardi, 2003, ”Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur ”, Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol. 3, No.2 Lusiana, Noor Andriyani, 2008, “Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI. Kasmir, 2011, “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Lubis,Fatma Ade dan Adi Syahputra, 2012,”Metodologi Penelitian Akuntansi dan Format Penulisan Tesis” USU Press, Medan. Machfoedz, Mas’ud, 1994, “Financial Ratio analysis and The Prediction of Earnings Changes In Indonesia”, Kelola,Vol III,No. 7. Munawir, S, 2004, “Analisa Laporan Keuangan”,Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. 17
Vol : II No: 5 Januari 2015
Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)
Meriewaty dan Setyani, 2005, “Analisis Rasio Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang terdaftar di BEJ”. SNA VIII. Meythi, 2005, “Rasio Keuangan yang paling baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”,Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XI No. 2. Nugroho, Augustinus Heri, 2003, “Evaluasi Terhadap Alternatif-Alternatif Penilaian Kinerja Perusahaan”, Antisipasi, Vol. 7, No. 2. Ou, Jane A., 1990, “The Information Content of Nonearnings Accounting Numbers as Earnings Predictors”, Journal of Acounting Research, Vol. 2, No. 1. Panjaitan, Yunia dkk, 2004. Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan RisikoTerhadap Return Yang Diharapkan Investor Pada Perusahaan-PerusahaanSaham Aktif, Jurnal Balance Vol. 1, No.1 . Prastowo, Dwi dan Juliaty Rifka, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi 2, UPP AMP YKPN. Reksoprayitno, Soediyono, 1991, Analisis Laporan Keuangan: Analisis Rasio, Liberty, Yogyakarta. Riyanto, Bambang, 1995, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”,Edisi 4, BPFE,Yogyakarta. Salvatore, Dominick, 2001, Managerial Economics in a Global Economy 4th Edition, Harcourt College Publishers. Sawir,Agnes Sawir, 2009, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simorangkir, Charles (2003), Manajemen Keuangan, Jakarta: Badan Penerbitan FE Universitas Indonesia. Syamsudin dan Priyatua, 2008, “Rasio Keuangan dan Prediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.13, No. 1. Syahyunan, 2013, Manajemen Keuangan, USU Press. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT, Vol 2. Suwarno, Agus Endro, 2004, “Manfaat Informasi Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2. Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia”, Ventura, Vol. 6 No. 3. Taruh, Victorson, 2012,” Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol.3 No.12. Usman, Bahtiar, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-Bank di Indonesia”,Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol 3 No. 1. Wibowo, Pujiati, 2011,” Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia(BEI) dan Singapura(Sgx)”The Indonesian Accounting Review Vol.1, No.2. Windi, Hartini, 2012,”Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi”, Management Analysis Journal. Wijayati, 2005, “Kemampuan Informasi Keuangan Memprediksi Perubahan Laba”,Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 1. Wild, Jhon J, Subramanyam dan Robert F Halsey (2005).”Analisis Laporan Keuangan”,Buku Satu Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
18