BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kinerja perusahaan dinilai dari tingkat perolehan laba yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, bertumbuh serta berkembang dalam persaingan usaha yang ketat. Namun, untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus memiliki strategi yang terintegrasi dengan baik dan sesuai dengan karakter perusahaan. Manajemen perusahaan juga dituntut untuk dapat mengelola aktiva atau modalnya secara efektif dan efisien. Perusahaan yang mampu memilih strategi dengan tepat serta mampu mengelolanya akan dapat mempertahankan dan mengungguli persaingan dalam pertumbuhan dan perolehan laba serta mampu bertahan dalam siklus kehidupan bisnis dalam jangka waktu yang panjang. Bagi perusahaan ukuran keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh. Masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan
laba tersebut,
atau
dengan
kata lain
ialah
menghitung
rentabilitasnya (Riyanto,2001:37). Rentabilitas merupakan perbandingan antara laba yang dihasilkan perusahaan dengan aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas yang tinggi menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menjalankan operasinya, ini berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang besar dalam menghasilkan laba. Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada (Harahap,2010:304). Salah satu jenis rasio rentabilitas adalah ROI (Return on Investment) yang menunjukkan hasil
(return)
atas
jumlah
aktiva
yang
digunakan
dalam
perusahaan
(Kasmir,2009:202). Dalam menjalankan aktivitas operasinya, pengelolaan modal kerja yang baik pada perusahaan akan terlihat melalui rentabilitasnya yang berguna untuk menetapkan kinerja perusahaan yang profit oriented . Modal kerja merupakan dana yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional rutin misalnya
membeli bahan baku atau barang
dagangan, membayar upah buruh dan gaji karyawan, dan biaya lainnya. Pengelolaan modal kerja mempengaruhi posisi keuangan perusahaan sehingga diperlukan keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaannya. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana menganggur (idle fund), dimana dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif, sebaliknya kekurangan modal kerja akan menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan. Efektivitas modal kerja dapat dinilai dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Semakin tinggi perputaran modal kerja menunjukkan semakin efektif penggunaan modal kerja yang nantinya berdampak pada peningkatan rentabilitas. Di samping itu perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha untuk menghasilkan volume penjualan yang ingin dicapai, yang harus dioperasikan secara efisien. Untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan dapat dinilai dengan rasio Total Asset Turnover (TATO).
Dengan
jumlah total aktiva tertentu, diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang akhirnya dapat mempercepat Total Asset Turnover.
TATO yang rendah
menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup banyak volume bisnis. Perusahaan sebaiknya melakuka langkah-langkah untuk meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau kombinasi dari keduanya (Brigham dan Houston,2009:100). Dana yang dioperasikan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dapat diperoleh dari internal maupun eksternal perusahaan. Sumber internal adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal diambil dari dana yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi serta tuntutan persaingan usaha, dana yang berasal dari dalam perusahaan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu perusahaan berusaha mencari tambahan dana yang berasal dari sumber eksternal yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada kreditur berupa utang atau melalui penerbitan saham.
Utang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana pada saatnya harus dibayar kembali. Brigham dan Houston (2009:1010) menyatakan, jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari pemilik modal akan diperbesar, atau diungkit (leveraged). Perolehan dana yang berasal dari utang harus dapat dikelola dengan baik karena penggunaan utang mempunyai konsekuensi yang tinggi berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok dan angsuran bunga. Utang yang terlalu besar akan menyebabkan tingginya beban yang berakibat pada penurunan laba dan pada akhirnya akan berdampak pada tingkat rentabilitas perusahaan. Untuk menilai sejauh mana perusahaan mengelola utangnya adalah dengan menggunakan rasio utang (Debt to total asset). Rasio utang merupakan perbandingan total utang dengan total aktiva perusahaan atau dengan kata lain menunjukkan sejauh mana aktiva yang dimiliki perusahaan didanai dengan utang. Semakin tinggi Debt to Asset Ratio (DAR), semakin besar risiko keuangan (Horne dan Wachowicz,2005;210). Manajemen perusahaan harus dapat membuat kebijakan yang tepat dalam mengambil keputusan pendanaan untuk memperoleh aktiva yang digunakannya dalam beroperasi agar dapat menghasilkan laba yang maksimal. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus nilai dari
pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut. Pemilihan pada kelompok industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil penelitian. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari situs www.depdag.go,id, peningkatan ekspor non migas periode Januari-September 2010, terutama didorong oleh industri manufaktur. Pertumbuhan (100%)
Nilai Ekspor (Juta USD )
34,2 68,9
-25,5
51,3 42,0 19,4 13,6
25,9
Jan-Sep 2010 Jan-Sep 2009
3,6
15,7 -11,4
3,1
Gambar 1.1 Ekspor Non Migas Periode Januari-September 2010 Sumber : www.depdag.go.id Gambar 1.1 di atas menunjukkan bahwa ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,5%. Hal ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg terlihat dari adanya peningkatan
permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia. Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor beberapa produk yang naik signifikan, yaitu produk karet, otomotif, serta alas kaki. Kinerja industri manufaktur yang mengalami peningkatan ini menunjukkan kebijakan manajemen perusahaan
dalam
mengelola
aktiva
dan
pendanaan
perusahaan
untuk
meningkatkan volume penjualan. Dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia tahun 2009 terlihat adanya nilai tertinggi dan terendah dari Working Capital Turn Over (WCTO), Total Assets Turn Over (TATO), dan Debt to Assets Ratio (DAR), serta nilai ROI yang terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Data Perputaran Modal Kerja, TATO, DAR, dan ROI pada beberapa Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2009 Keterangan Perusahaan WCTO TATO DAR(%) Nilai WCTO tertinggi & terendah
Pan Brothers Tex Tbk 443,41 1,94 54,38 (PBRX) Nipress Tbk -219,72 0,89 51,98 (NIPS) Nilai TATO Tembaga Mulia Semanan Tbk 128,73 2,73 47,95 tertinggi & (TBMS) terendah Surya Intrindo Makmur Tbk 19,26 0,07 144,91 (SIMM) Nilai DAR Jakarta Kyoei Steel Works 2,07 0,76 240,98 tertinggi & (JKSW) terendah Duta Pertiwi Nusantara Tbk 1,16 0,65 0 (DPNS) Nilai RoI Mulia Industrindo Tbk -0,62 0,98 126,22 tertinggi & (MLIA) terendah Aneka Kemasindo Utama Tbk -0,25 0,08 24,33 (AKKU) Sumber: www.idx.co.id, diakses tanggal 29 November 2010 (dimodifikasi)
ROI (%) 4,06 1,17 5,40 -13,75 2,48 5,00 44,53 -17,43
Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa tingginya perputaran modal kerja (WCTO) tidak selalu meningkatkan nilai Return on Investment (ROI). Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Horne dan Wachowicz (2005:16) bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan pendanaan pendukungnya (modal kerja) dapat memaksimalkan tingkat laba. Demikian juga terjadi pada perputaran total aktiva, perusahaan dengan TATO yang rendah justru memiliki RoI yang tinggi. Fenomena ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2009:100), Horne dan Wachowicz (2005:222) yang menyatakan bahwa rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah “Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) mempunyai hubungan yang siginifikan terhadap Rentabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
C. Kerangka Konseptual Perolehan laba mempengaruhi tingkat rentabilitas pada suatu perusahaan. Dalam artian, laba yang tinggi belum dapat dijadikan ukuran bahwa pengelolaan yang dilakukan perusahaan telah bekerja secara efisien. Maka suatu badan usaha dalam menjalankan usahanya diarahkan untuk mendapatkan tingkat rentabilitas yang optimal. Efisiensi kerja suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba, inilah yang disebut rentabilitas. Menurut Harahap (2010:304) rasio rentabilitas disebut juga dengan profitabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Terdapat berbagai macam cara dalam menghitung rentabilitas perusahaan. Salah satunya yaitu, laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva, yang disebut dengan Return on Investment (ROI). Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan, di samping itu modal kerja juga sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kontinuitas perusahaan. Efektivitas modal kerja dapat dihitung dengan Working Capital Turn Over, yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan beroperasi dengan modal kerja yang tinggi atau rendah. Horne dan Wachowicz (2005:16) menyatakan bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan pendanaan pendukungnya (modal kerja) dapat memaksimalkan tingkat laba
Semakin tinggi Working Capital Turn Over maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin (2007:48), yaitu semakin tinggi perputaran (turnover) dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam artian memperoleh laba yang optimal dengan kemampuan mengelola modal kerjanya. Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan juga dapat dilihat dari pengelolaan asetnya. Dalam hal ini aset diperlukan untuk digunakan sebgai sarana (aktiva produksi) dalam memperoleh laba. Salah satu rasio untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya adalah Total Asset Turn Over (TATO). Total Asset Turn Over menunjukkan tingkat penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Brigham dan Houston (2009:100), Horne dan Wachowicz (2005:222) menyatakan bahwa rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan.
Utang dapat diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Penambahan pinjaman menimbulkan risiko yang lebih besar demikian pula potensi pengembalian menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. Semakin tinggi Debt to Asset
Ratio
(DAR),
Wachowicz,2005;210).
semakin
besar
risiko
keuangan
(Horne
dan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Efektivitas Modal Kerja: Working Capital Turn Over (X1)
Total Asset Turn Over (X2)
Rentabilitas: Return On Investment (Y)
Debt to Asset Ratio (X3) Gambar 1.2. Kerangka Konseptual Sumber: Harahap (2004), Syamsuddin (2007), Brigham dan Houston (2009), dan Horne dan Wachowicz (2005), dimodifikasi.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono,2004:51). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) mempunyai hubungan yang sinifikan terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:. a. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan wawasan, dan pola pikir peneliti, khususnya mengenai hubungan Working Capital Turnover, Total Assets Turnover, dan Debt to Assets Ratio dengan Rentabilitas Perusahaan. b. Bagi Pihak lain Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasa operasional penelitian ini terbatas pada hubungan Working Capital Turnover, Total Assets Turnover, dan Debt to Assets Ratio sebagai variabel bebas dengan Rentabilitas (Return on Investment) sebagai variable terikat pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dengan memakai laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan 2009 yang telah diaudit. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson dengan alat bantu program SPPS versi 16.0 for windows. 2. Defenisi Operasional Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas (independent variable) 1) Efektivitas Modal Kerja (X1) Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan Working Capital Turnover (WCTO) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Menurut Riyanto (2001:335) rumus untuk menghitung Working Capital Turnover (WCTO) sebagai berikut : WCTO =
Sales x 1 kali Current Assets − Current Liabilities
2) Perputaran Total Aktiva (X2) Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Total Assets Turnover dihitung dari pembagian antara penjualan dengan asetnya. Rasio ini menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Untuk menghitung rasio TATO dapat digunakan rumus (Horne dan Wachowicz, 2005:221) :
Total Assets Turnover =
Sales x 1 kali Total Assets
3) Rasio Utang (X3) Rasio utang dapat diukur dengan menggunakan Debt to Assets Ratio (DAR). Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang. Rumus untuk menghitung Debt to Assets Ratio adalah sebagai berikut (Kasmir,2009:156): Debt to Assets Ratio =
Total Debt Total Assets
b. Variabel terikat (dependent variable) Rentabilitas (Y) Menurut Harahap (2010:304), Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui
semua
kemampuan
dan
sumber
yang
ada
(Harahap,2010:304). Salah satu jenis rasio rentabilitas adalah ROI
(Return on Investment) yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal perusahaan. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan keefektivan pengelolaan modal perusahaan. Return on Investment (ROI)=
Lababersih × 100 % TotalAset
3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian a. Popolasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro,2009:118). Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009, yaitu sebanyak 135 perusahaan. b. Populasi Sasaran Adapun kriteria (pertimbangan) yang digunakan dalam penentuan populasi sasaran adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. 2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2006-2009. 3. Perusahaan mempunyai utang (Debt) minimal satu dalam empat tahun penelitian.
Tabel 1.2 Jumlah Popolasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan No. 1.
Karakteristik sampel Perusahaan
yang
terdaftar
di
Jumlah Bursa
Efek
135
Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai
(45)
Indonesia selama periode penelitian 2.
laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2008-2009. 3.
Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai
(7)
utang dalam laporan keuangan periode2006-2009. Jumlah populasi sasaran
83
Sumber: www.idx.co.id, diakses tanggal 29 November 2010 (diolah) Berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh populasi sasaran sebanyak 83 perusahaan. Adapun perusahaanperusahaan yang menjadi data penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3 Perusahaan-perusahaan yang Menjadi Data Penelitian No.
Kode
Nama Perusahaan
Sub Sektor
1.
ADES
Akasha Wira International Tbk
Makanan & Minuman
2.
ADMG
Polychem Indonesia Tbk
Tekstil & Garmen
3.
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Makanan & Minuman
4.
AKKU
Aneka Kemasindo Utama Tbk
Plastik & Kemasan
5.
APLI
Asiaplast Industries Tbk
Plastik & Kemasan
6.
ARNA
Arwana Citra Mulia Tbk
Keramik, Poerselen & Kaca
7.
ASII
Astra International Tbk
Otomotif & Komponennya
8.
AUTO
Astra Otoparts Tbk
Otomotif & Komponennya
9.
BATA
Sepatu Bata Tbk
Alas Kaki
10.
BIMA
Primarindo Asia Infrastr. Tbk
Alas Kaki
11.
BRNA
Berlina TBk
Plastik & Kemasan
12.
BRPT
Barito Pacific Tbk
Kimia
13.
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
Kimia
14.
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
Makanan & Minuman
15.
CTBN
Citra Tubindo Tbk
Logam & Sejenisnya
16.
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara Tbk
Kimia
17.
DYNA
Dynaplast Tbk
Plastik & Kemasan
18.
EKAD
Ekadharma Internasional Tbk
Kimia
19.
ESTI
Ever Shine Textile Inds. Tbk
Tekstil & Garmen
20.
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk
Pulp & kertas
21.
GDYR
Goodyear Indonesia Tbk
Otomotif & Komponennya
22.
GJTL
Gajah Tunggal Tbk
Otomotif & Komponennya
23.
HMSP
HM Sampoerna Tbk
Rokok
24.
IGAR
Kageo Igar Jaya Tbk
Plastik & Kemasan
25.
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
Kabel
26.
INAF
Indofarma (Persero) Tbk
Farmasi
27.
INAI
Indal Alumunium Industri Tbk
Logam & Sejenisnya
28.
INCI
Intanwijaya Internasional Tbk
Kimia
29.
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
Makanan & Minuman
30.
INDR
Indorama Syntetics Tbk
Tekstil & Garmen
31.
INDS
Indospring Tbk
Otomotif & Komponennya
32.
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Semen
33.
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
Logam & Sejenisnya
34.
KAEF
Kimia Farma Tbk
Farmasi
35.
KARW
Karwell Indonesia Tbk
Tekstil & Garmen
36.
KBLM
Kabelindo Murni Tbk
Kabel
37.
KBLV
First Media Tbk
Elektronika
38.
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
Peralatan Rumah Tangga
39.
KICI
Kedaung Indah Can Tbk
Peralatan Rumah Tangga
40.
KLBF
Kalbe Farma
Farmasi
41.
LMPI
Langgeng Makmur Plastic I Tbk
Peralatan Rumah Tangga
42.
LMSH
Lionmesh Prima
Logam & sejenisnya
43.
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
Otomotif & Komponennya
44.
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
Pakan ternak
45.
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
Makanan & Minuman
46.
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
Keramik, Poerselen & Kaca
47.
MRAT
Mustika Ratu Tbk
Kosmetik
48.
MYOH
Myoh Technology Tbk
Elektronika
49.
MYOR
Mayora Indah Tbk
Makanan & Minuman
50.
NIPS
Nipress Tbk
Otomotif & Komponennya
51.
PAFI
Panasia Filament Tbk
Tekstil & Garmen
52.
PBRX
Pan Brothers Tex Tbk
Tekstil & Garmen
53.
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
Logam & Sejenisnya
54.
POLY
Polysindo Eka Perkasa Tbk
Tekstil & Garmen
55.
PRAS
Prima Alloy Steel Tbk
Otomotif & Komponennya
56.
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
Makanan & Minuman
57.
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
Elektronika
58.
PYFA
Pyridam Farma
Farmasi
59.
RDTX
Roda Pipatex Tbk
Tekstil & Garmen
60.
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
Tekstil & Garmen
61.
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk
Rokok
62.
SAIP
Surabaya Agung Industri P. Tbk
Pulp & Kertas
63.
SCPI
Schering Plough Indonesia Tbk
Farmasi
64.
SIMM
Surya Intrindo Makmur Tbk
Alas Kaki
65.
SIPD
Sierad Produce Tbk
Pakan ternak
66.
SKLT
Sekar Laut Tbk
Makanan & Minuman
67.
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
Semen
68.
SMGR
Semen Gresik Tbk
Semen
69.
SMSM
Selamat Sempurna Tbk
Otomotif & Komponennya
70.
SPMA
Suparma Tbk
Pulp & Kertas
71.
SQMI
Allbond Makmur Usaha Tbk
Otomotif & Komponennya
72.
SRSN
Indo Acidatama Tbk
Kimia
73.
STTP
Siantar Top Tbk
Makanan & Minuman
74.
SULI
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Kayu & Pengolahannya
75.
TBMS
Tembaga Mulia Semanan
Logam & Sejenisnya
76.
TFCO
Teijin Indonesia Fiber Tbk
Tekstil & Garmen
77.
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk
Keramik, Poerselen & Kaca
78.
TPIA
Tri Polyta Indonesia Tbk
Kimia
79.
TRST
Trias Sentosa Tbk
Plastik & Kemasan
80.
TSPC
Tempo Scan Pasific tbk
Farmasi
81.
ULTJ
Ultra Jaya Milk Tbk
Makanan & Minuman
82.
UNTX
Unitex Tbk
Tekstil & Garmen
83.
YPAS
Yanaprima Hastapersada Tbk
Plastik & Kemasan
Sumber: www.idx.co.id, diakses tanggal 29 November 2010 (dimodifikasi)
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011. 5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder yang digunakan berupa data laporan keuangan perusahaan, antara lain neraca (balance
sheet), laporan laba rugi (income statements), Ratio, yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, media internet, buku-buku, dan surat kabar. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa, jurnal, penelitian terdahulu, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder berupa laporan –laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan
dan
dikelompokkan
kemudian
dianalisis
dan
diinterpretasikan secara objektif. b. Penelitian pada mulanya menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total AKtiva (TATO), dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas (ROI). Karena tidak dapat memenuhi salah satu dari uji asumsi
klasik
yaitu
Uji
Autokorelasi,
maka
penelitian
ini
menggunakan analisis korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan
dari Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total AKtiva (TATO), dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas (ROI). c. Metode Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi Pearson berguna untuk mengetahui hubungan dua variable yang berskala rasio yang menunjukkan hubungan yang linear (Situmorang et al, 2008:47). Korelasi ini sering juga disebut korelasi Product Moment. Rumus:
[n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )] r= [n∑ X − (∑ X ) ] [n∑ Y − (∑ Y ) ] 2
2
2
2
2
Dimana: r
= Koefisien Korelasi Pearson
X = Variabel bebas Y = Variabel terikat n
= Jumlah data
Koefisien korelasi Pearson berkisar dari -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis -1 < r < 1. Tanda positif menunjukkan arah hubungan dua variable yang positif (searah) dan tanda negatif menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah). Selain itu untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan dari Korelasi Pearson yang diperoleh, maka dapat dilihat dari tingkt signifikansi yang dihasilkan. Apabila tingkat signifikansi yang ditetapkan untuk
penelitian (α) = 5%, maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).
Tabel 1.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2007:183)
Bentuk pengujian yang digunakan adalah: Ho : r = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang positif (negatif) dan signifikansi antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). Ha : r ≠ 0, artinya terdapat hubungan yang positif (negatif) dan signifikansi antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika – r tabel < r hitung < r tabel , dengan α = 5 % Ha diterima jika – r tabel > r hitung > r tabel , dengan α = 5 % d. Pengujian Hipotesis Uji Statistik – t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi dari koefisien korelasi yang diperoleh. Pengujian signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2004:466): t=r
n−2 1− r2
Dimana: t = Nilai t hitung r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah data pengamatan Bentuk pengujian yang digunakan adalah: Ho : t = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabelvariabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). Ha : t ≠ 0, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabelvariabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). Pengujian selanjutnya akan dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan tingkat signifikansi α = 5 % dengan t
hitung
yang
diperoleh. Jika t hitung > t tabel berarti Ho ditolak atau terdapat hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel- variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y) dan sebaliknya. Kriteria pengambilan keputusan pada Uji- t ini adalah: Ho diterima jika – t tabel < t hitung < t tabel , dengan α = 5 % Ha diterima jika – t tabel > t hitung > t tabel , dengan α = 5 %.