Kutukan Komoditas Panduan bagi ORNOP Indonesia Jan Willem van Gelder (Profundo), Eric Wakker, Matthijs Schuring dan Myrthe Haase (AIDEnvironment)
Maret 2005
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Daftar Isi Bab 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Kutukan Komoditas Indonesia ...................................... 1 Kekayaan Alam ............................................................................... Kutukan Komoditas ......................................................................... Siapa yang Menyebabkan Hal Ini ? ...................................................... Tujuan dan Isi Buku Panduan Ini ........................................................
1 1 2 3
Bab 2
Memanfaatkan Pasar Internasional ................................ 5
2.1 2.2 2.3 2.4
Memanfaatkan Keterkaitan dengan Dunia Internasional .......................... 5 Langkah yang Harus di ambil ............................................................. 6 Contoh-contoh Kampanye terhadap Pasar dan Lembaga Keuangan ............ 8 Pelajaran yang Dapat dipetik dari Kampanye Pasar dan Investasi .............12
Bab 3
Pasar Komoditas Internasional .................................... 18
3.1 3.2 3.3
Apa yang Dimaksud dengan Rantai Pasokan/Suply .................................18 Perbedaan diantara Berbagai Rantai Pasokan .......................................19 Pedagang Komoditas Besar .............................................................. 20
Bab 4
Lembaga Keuangan Internasional ................................. 21
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
Ekuitas dan Pinjaman .....................................................................21 Lembaga Keuangan Swasta .............................................................. 21 Lembaga Keuangan Publik atau Semi-publik ........................................22 Layanan Keuangan .........................................................................22 Peran Dunia Internasional dalam Pembiayaan Produksi Komoditas Indonesia ...................................................................... 25
Bab 5
Kayu dan Plywood .................................................... 21
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6
Tinjauan Singkat ...........................................................................21 Dampak Sosial dan Ekologis .............................................................21 Perusahaan Mana yang Terlibat .........................................................22 Kemana Kayu Gergajian dan Plywood Dijual ? ...................................... 22 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? ...................................................... 25 Studi Kasus : Menelusuri Arus Impor Kayu ke Belanda ...........................31
Bab 6
Pulp dan Kertas ....................................................... 34
6.1 6.2
Tinjauan Singkat ...........................................................................29 Dampak Sosial dan Ekologis .............................................................30
2
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
6.3 6.4 6.5 6.6
Perusahaan Mana yang Terlibat .........................................................31 Kemana Produksi Pulp dan Kertas Tersebut dijual ? ..............................32 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? ......................................................36 Studi Kasus : Asia Pacific Resources International Holdings (APRIL) ..........38
Bab 7
Kelapa Sawit ........................................................... 21
7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6
Tinjauan Singkat ...........................................................................21 Dampak Sosial dan Ekologis .............................................................21 Perusahaan Mana yang Terlibat .........................................................22 Kemana Produk Kelapa Sawit Dijual ? ................................................22 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? ......................................................25 Studi Kasus : PT PP London Sumatera Indonesia ...................................31
Bab 8
Pertambangan ......................................................... 21
8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7
Tinjauan Singkat ...........................................................................21 Dampak Sosial dan Ekologis .............................................................21 Perusahaan Mana yang Terlibat .........................................................22 Kemana Komoditas Tersebut Dijual ? .................................................22 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? ......................................................25 Studi Kasus : Inco ..........................................................................31 Studi Kasus : Aneka Tambang ...........................................................32
Bab 9
Minyak dan Gas Bumi ................................................ 21
9.1 9.2 9.3 9.4 9.5
Tinjauan Singkat ...........................................................................21 Perusahaan Mana yang Terlibat .........................................................21 Kemana Komoditas ini Dijual ? .........................................................22 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? ......................................................25 Studi Kasus : Proyek LNG Tangguh .....................................................31
Bab 10 Bagaimana Mendapatkan Lebih Banyak Informasi ? .......... 21 10.1 10.2
Bagaimana Melakukan Riset atas Kaitan Internasional ...........................21 Ornop Asing Mana Saja yang Mungkin Tertarik ?
3
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Kutukan Komoditas Indonesia
1
1.1 Kekayaan Alam Indonesia kaya akan komoditas alam, baik yang telah disediakan oleh alam maupun yang ditanam oleh manusia. Kayu dan berbagai hasil hutan, minyak bumi, gas dan batubara, komoditas pertanian seperti karet, coklat dan kelapa sawit, bahan-bahan mineral seperti timah, nikel dan tembaga: seluruhnya dihasilkan dalam jumlah besar di Indonesia. Banyak negara lain di dunia merasa iri terhadap kekayaan alam Indonesia, yang berasal dari kondisi iklim dan geologi. Sebagian besar dari komoditas-komoditas ini, yang lalu diproses menjadi jutaan produk, dikonsumsi secara harian oleh sebagian besar penduduk bumi. Namun, tidak banyak negara yang mampu menghasilkan cukup banyak komoditas-komoditas ini. Dengan kata lain, Indonesia memiliki begitu banyak kekayaan alam untuk dipasarkan di dunia, dengan mengekspor komoditas yang tidak dibutuhkan untuk konsumsi domestiknya.
Ekspor Indonesia tahun 1998 Nilai total: US$ 49,3 milyar 15% 44%
16%
Minyak Bumi & Gas Mineral Komoditas Pertanian Produk Kayu Ekspor Lainnya
12% 13%
Ekspor Indonesia tahun 2003 Nilai total: US$ 61,0 milyar 24% 44%
12% 9% 4
11%
Minyak Bumi & Gas Mineral Komoditas Pertanian Produk Kayu Ekspor Lainnya
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Ekspor komoditas ini menghasilkan devisa untuk Indonesia. Dengan devisa ini, Indonesia mampu membeli mesin-mesin, teknologi dan barang-barang lainnya yang dapat digunakan untuk mengembangkan ekonominya. Dari angka di atas terlihat bahwa 56% nilai ekspor Indonesia terdiri dari ekspor komoditas, baik di tahun 1998 maupun tahun 2003. Ekspor minyak bumi dan gas menunjukkan perkembangan paling tinggi dan saat ini mencapai 24% dari keseluruhan ekspor Indonesia. Ekspor penting lainnya adalah ekspor bahan-bahan mineral (12% dari total ekspor), komoditas pertanian (11%) dan produk kayu (9%). Di tahun 2003, Indonesia mendapatkan tidak kurang dari US$ 34,2 milyar dari ekspor komoditas ini.i
1.2 Kutukan Komoditas. Kekayaan alam Indonesia yang dianggap sebagai anugerah bagi seluruh penduduk, oleh banyak masyarakat lainnya dianggap tak lebih dari kutukan. Penebangan pohon untuk diambil kayunya, untuk memasok pabrik kertas dan pulp atau untuk membuka perkebunan kelapa sawit dan perkebunan lainnya, berperan amat besar dalam laju penyusutan hutan di Indonesia yang setiap tahunnya mencapai 2,4 juta hektar. Penambangan minyak bumi, gas, batu bara dan bahan mineral lainnya juga berperan dalam penyusutan hutan dan mencemarkan sistem air dan udara di sekitar lokasi penambangan. Akibat kerusakan hutan dan berbagai macam pencemaran, ekosistem yang amat berharga menjadi tidak stabil dan akhirnya lenyap, yang menyebabkan musnahnya berbagai hewan liar dan kerusakan keanekaragaman hayati yang tak dapat dipulihkan. Masyarakat adat dan masyarakat lokal yang menggantungkan hidup mereka dari pertanian dan wanatani kehilangan mata pencariannya akibat rusaknya ekosistem tempat mereka menggantungkan hidup dan penggusuran secara paksa. Resminya, seluruh hutan Indonesia dimiliki oleh negara, yang memiliki hak untuk memberikan konsesi lahan kepada pihak swata untuk dijadikan lahan produksi. Hutan Indonesia memberikan penghidupan bagi 40 juta masyarakat adat dan masyarakat pedesaan lainnya, namun hak adat mereka atas lahan dan hutan tidak diakui negara. Luas lahan yang dikonversi menjadi lahan produksi dan jumlah masyarakat yang terkena dampaknya amat besar. Dalam tiga puluh tahun terakhir, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat adanya 365 konflik lahan produksi di dalam kawasan hutan, yang meliputi 762 desa dan luas keseluruhan 1,4 juta hektar. ii Dengan tidak adanya atau kurangnya mekanisme penyelesaian konflik, konflik-konflik yang terjadi menjadi berlarut-larut dan sering kali berakhir dengan kerusuhan. Beberapa konflik telah menyebabkan terhentinya secara total kegiatan perusahaan, dan untuk mengatasinya banyak perusahaan membayar pihak kepolisian, militer dan pejabat untuk meredam kerusuhan, yang sering kali meliputi pelanggaran HAM.
1.3 Siapa yang Menyebabkan Hal Ini ? Unsur-unsur domestik seperti korupsi dan lemahnya peradilan telah menyebabkan kemunduran pembangunan Indonesia. Namun, kemunduran tersebut juga didorong oleh perusahaan asing dan pasar internasional. Permintaaan pasar dunia yang tidak pernah terpuaskan akan komoditas asal Indonesia telah mendorong secara terus menerus peningkatan kapasitas produksi, pencarian dan eksploitasi kekayaan alam, luasnya lahan, murahnya ongkos buruh dan peraturan yang lemah. Banyak perusahaan Indonesia meraup keuntungan besar dari produksi komoditas-komoditas ini 5
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
lewat konsesi yang dengan mudah mereka terima. Namun, terdapat banyak perusahaan asing yang juga meraup keuntungan besar dan memainkan peranan penting di sektor ini. Perusahaan dagang dan perusahaan pengolahan asing juga memainkan peranan penting dalam membeli komoditas-komoditas Indonesia dalam jumlah besar. Perusahaan keuangan asing pun memainkan peranan penting dalam memberikan modal besar bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, baik milik Indonesia maupun milik asing. Di masa lalu dan masih kerap terjadi di masa sekarang, buldoser berdatangan ke desa tanpa sepengetahuan dan persetujuan mereka. Operator buldoser hanya memberitahu masyarakat bahwa pemerintah telah mengeluarkan ijin bagi pemegang konsesi untuk membuka lahan. Lalu, mereka menghidupkan mesin buldoser dan mengakhiri percakapan dengan mengatakan, “Jadi, jika Anda mempunyai masalah, bicaralah dengan Kementerian Kehutanan, jangan dengan kami.” Masyarakat bersama organisasi masyarakat serta Ornop lokal yang mendukung sudah tidak asing lagi dengan kunjungan ke ibukota kabupaten untuk berbicara dengan Pemkab. Lalu dengan bupati, departemen propinsi, gubernur, BPN, berbagai dinas departemen di Jakarta … Mereka menghabiskan jutaan rupiah untuk kunjungan ini. Mereka juga menulis surat, petisi dan menemui media lokal … Seluruh upaya-upaya ini lebih sering tidak menunjukkan hasilnya. Sebuah organisasi masyarakat di Jokkmokk, Swedia bagian utara, menghadapi masalah yang sama, yaitu tidak mendapatkan respon yang memadai dari pihak pemerintah di tahun 1980-an ketika mereka mengutarakan keluhan atas praktek perusahaan penebangan yang menggunduli hutan-hutan di daerah mereka. Suatu ketika, mereka mulai mempertanyakan kemana tujuan truktruk pengangkut kayu milik perusahaan. “Perusahaan mana yang membeli kayu-kayu ini?” tanya mereka dalam hati. Ketika mereka membuntuti truk-truk tersebut, mereka mengetahui bahwa kayu-kayu tersebut dibawa ke Jerman, Inggris dan Belanda. Di sana, mereka bertemu dengan organisasi kampanye yang mau bekerja sama dengan organisasi masyarat dari Swedia tersebut. Banyak perusahaan di negara-negara tersebut yang menjual furnitur, lantai kayu dan produk kertas mengklaim bahwa kayu asal Swedia ditebang secara bertanggung jawab. Untuk setiap pohon yang ditebang, satu pohon lainnya akan ditanam. Kelompok-kelompok tadi membentuk sebuah jaringan aksi internasional yang diberi nama Taiga Rescue Network pada tahun 1991 dan memulai berkampanye bersama membongkar klaim palsu tersebut. Mereka berhasil mendesak para penerbit majalah di Jerman untuk memboikot pulp hasil penebangan di Swedia dan mendesak toko-toko penjual alat pertukangan untuk menekan para pemasok mereka untuk menaruh perhatian pada isu tersebut. Mereka juga membujuk perusahaan penebangan untuk memulai sertifikasi kehutanan. Beberapa tahun selanjutnya, hutan-hutan di wilayah Jokkmokk sudah mendapatkan sertifikat FSC. Kegiatan penebangan tidak serta merta berhenti, namun daerah-daerah hutan kritis telah dilindungi dan terdapat sebuah sistem bagi masyarakat untuk mengajukan keluhan, atau mendesakkan perbaikan pada pengelolaan hutan. Contoh dari Swedia di atas menunjukkan bahwa amat penting mengenal perusahaan yang beroperasi di suatu daerah yang dilanda konflik sosial dan pengrusakan alam. Untuk mempengaruhi perusahaan-perusahaan tersebut, Anda perlu mengetahui titik lemah mereka. Sering kali, titik lemah tersebut terletak di daerah tujuan produk kayu perusahaan-perusahaan tersebut. Di pasar, perusahaan-perusahaan tersebut akan berusaha menjual produknya sebagai produk berkualitas 6
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
tinggi, berharga murah dan, tentu saja, legal sesuai dengan standar-standar lingkungan hidup internasional. Pihak perusahaan tidak ingin orang mengatakan hal-hal buruk tentang produknya karena takut kehilangan pasar. Ornop dan masyarakat dapat memaksakan perubahan dengan memanfaatkan kekhawatiran tersebut sebagai sarana pemicu perubahan.
1.4 Tujuan dan Isi Buku Panduan Ini Buku panduan ini bertujuan untuk mengungkap peran pasar komoditas dan keuangan internasional dalam kutukan ini, selain menunjukkan bagaimana ORNOP Indonesia dapat memanfaatkan hubungan internasional ini untuk memperkokoh posisi mereka dan mewujudkan tujuan mereka. Pasar internasional dapat dimobilisasi untuk membantu mendukung usaha-usaha konservasi dan perjuangan masyarakat lokal yang terkena dampak kegiatan penebangan, perkebunan dan penambangan. Struktur Buku panduan ini adalah sebagai berikut: • Bab 2 akan membicarakan bagaimana sebuah upaya kampanye yang memanfaatkan keterkaitan dengan hubungan internasional dapat dibentuk dan pelajaran apa yang bisa didapat dari kampanye-kampanye sebelumnya; • Bab 3 akan membicarakan tentang tata cara pasar internasional beroperasi dan bagaimana mereka terkait dengan produksi komoditas Indonesia; • Bab 4 menguraikan secara ringkas dasar-dasar pembiayaan perusahaan, jenis-jenis lembaga keuangan yang ada di pasar keuangan dan berbagai jenis layanan yang mereka berikan; • Bab-bab berikutnya masing-masing akan membicarakan sektor penghasil komoditas utama di Indonesia dan keterkaitan mereka dengan pasar komoditas dan keuangan internasional: • Kayu dan plywood akan dibicarakan di Bab 5; • Kertas dan pulp akan dibicarakan di Bab 6; • Kelapa sawit akan dibicarakan di Bab 7; • Pertambangan akan dibicarakan di Bab 8; • Minyak dan gas bumi akan dibicarakan di Bab 9; Terakhir, di Bab 10, kami akan membicarakan bagaimana Ornop Indonesia dapat mencari informasi lebih banyak mengenai komoditas internasional dan keterlibatan lembaga donor, serta Ornop asing mana saja yang bersedia membantu.
7
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Memanfaatkan Pasar Internasional
2
2.1 Memanfaatkan Keterkaitan dengan Dunia Internasional Banyak produsen asing saat ini memainkan peranan penting dalam memproduksi dan mengekstrasi komoditas Indonesia. Perusahaan pengolahan dan perdagangan asing juga memainkan peranan penting dengan membeli komoditas Indonesia dalam jumlah besar. Dan lembaga keuangan asing memainkan peranan yang tak terpisahkan dalam pendanaan proyekproyek produksi di Indonesia, baik yang dimiliki pengusaha Indonesia maupun pengusaha asing. Di bab ini, kami akan membicarakan bagaimana Ornop Indonesia dapat memanfaatkan hubungan internasional ini untuk memperkokoh posisi mereka dan mewujudkan tujuan mereka. Perusahaan dagang dan pengolahan komoditas Indonesia dan lembaga keuangan yang mengucurkan pinjaman ikut bertanggung jawab atas dampak sosial dan ekologis yang ditimbulkan kegiatan ekstrasi dan produksi komoditas-komoditas ini di Indonesia. Mereka merupakan bagian dari permasalahan. Kadang kala mereka harus dilawan, kadang kala mereka dapat diajak kerja sama untuk mendapatkan solusi. Jika mereka dapat menggunakan daya beli dan pendanaan mereka untuk menekan produsen besar atau pemerintah daerah, maka usaha-usaha konservasi dan perjuangan masyarakat lokal dapat ditingkatkan. Pembeli komoditas Indonesia dari luar negeri misalnya dapat menuntut para produsen Indonesia agar: • • • • •
Tidak ada hutan alam yang dibuka untuk memproduksi komoditas-komoditas tersebut; Pihak perusahaan tidak melakukan kegiatannya di hutan lindung; Hak masyarakat lokal atas tanah dihormati; Perusahaan melakukan pembangunan masyarakat berkelanjutan bagi masyarakat lokal; Perusahaan menggunakan teknologi lingkungan terkini.
Pihak produsen dengan demikian harus dapat membuktikan kepada para pembeli dari luar negeri bahwa mereka telah sugguh-sungguh menghormati kriteria-kriteria ini. Jika tidak, pembeli akan mencari perusahaan lain dan perusahaan bersangkutan akan kehilangan pasarnya. Kuasa dari daya beli ini bisa menjadi amat efektif jika dilakukan dan dikontrol dengan ketat. Lembaga keuangan asing dapat membuat kesepakatan serupa: hanya jika produsen dapat memenuhi kriteria-kriteria ini, maka lembaga keuangan akan mengucurkan pinjaman. Dan jika kriteria-kriteria ini dilanggar, maka pinjaman tersebut harus segera dikembalikan. Kuasa dari daya pendanaan ini juga dapat menjadi amat efektif jika dilakukan dan dikontrol dengan ketat. Pembeli dan pemberi dana dari luar negeri juga dapat melakukan tekanan kepada pemerintah setempat, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Jika sekelompok pembeli atau bank dari luar negeri yang akan menanamkan investasi di Indonesia merumuskan kriteria untuk menilai klien mereka, maka pemerintah Indonesia akan menaruh perhatian. Karena pemerintah berharap 8
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
bahwa ekspor komoditas-komoditas tersebut akan membawa kemakmuran bagi bangsa dan negara, mereka akan berhati-hati untuk tidak mengabaikan tuntutan dari pembeli dan pemberi dana dari luar negeri ini.
2.2 Langkah yang Harus Di Ambil Ornop Indonesia ingin pembeli dan penyokon dana dari luar negeri merumuskan dan mengontrol kriteria yang ketat bagi para produsen Indonesia. Namun, bagaimana mewujudkannya? Berikut ini adalah serangkaian langkah-langkah indikatif yang dapat dilakukan: • Dokumen: Dokumentasikan alasan dan kasus yang akan Anda angkat. Untuk menarik perhatian dan meyakinkan para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri, Anda perlu memberikan gambaran yang baik dan fakta-fakta yang terdokumentasi dengan baik. Gambaran yang tidak jelas tanpa didukung angkaangka, tanggal dan fakta lainnya tidak akan dapat meyakinkan mereka. Dibutuhkan data yang dapat diandalkan mengenai kasus yang spesifik, baik di tingkat nasional maupun sektoral. Sebagai contoh, angka-angka luas lahan hutan yang dikonversi atau jumlah konflik atas lahan di seluruh Indonesia perlu untuk menggarisbawahi keseriusan permasalahan kutukan komoditas ini. Menggambarkan suatu kasus tertentu juga membutuhkan data-data yang dapat diandalkan, yang dapat menjelaskan perusahaan yang mana melakukan apa dan kapan melakukannya, dan bagaimana kegiatan ini membawa dampak merugikan bagi lingkungan dan masyarakat lokal. Hal-hal ini juga perlu didokumentasikan dengan baik, dan, jika mungkin, disertai dengan dokumen-dokumen resmi, kesaksian dan visualisasi (foto dan video). • Riset: Riset mengenai para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri yang mana yang terkait dengan kasus tertentu. Bagaimana melakukan riset ini akan diuraikan lebih dalam di Bab 10.1. • Kontak dengan Ornop luar negeri: Jika Anda telah memiliki dokumentasi kasus yang lengkap dan Anda tahu asal para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri ini, misalnya dari Inggris, para Ornop di sana sering kali akan tertarik untuk membantu Anda lewat kampanye. Hubingi Ornop-ornop asing ini, berikan dokumentasi kasus Anda, dan mintalah bantuan dan kerja sama dari mereka. Bagaimana mendapatkan Ornop yang dapat mendukung Anda akan diuraikan di Bab 10.2. • Pemilihan kasus: Untuk memulai sebuah kampanye yang efektif, Anda perlu menentukan kasus yang akan diangkat, karena Anda tidak mungkin mencurahkan waktu untuk seluruh kasus di saat yang sama. Memilih kasus mana yang akan diangkat amat penting, karena Anda pasti akan mencurahkan waktu dengan serius pada kasus yang menjanjikan hasil terbaik. Hal berarti Anda harus mengevaluasi apa yang Anda miliki: • Dalam kasus yang mana Anda memiliki (atau dapat Anda kumpulkan) bukti-bukti, serta
foto-foto dan video yang terbaik? 9
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
• Dalam kasus yang mana Anda bisa mendapatkan nama-nama para pembeli dan pemberi
dana dari luar negeri? • Dalam kasus yang mana Anda mungkin berhasil menggalang dukungan dari Ornop luar negeri? Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, Anda harus menentukan kasus yang akan diangkat. Hal ini tidak berarti Anda harus melupakan kasus-kasus lainnya selama kampanye. Anda juga dapat menceritakan kasus-kasus lainnya, untuk menggambarkan bahwa Anda tidak hanya menangani sebuah kasus yang terpisah. Namun, Anda harus menfokuskan perhatian hanya pada kasus tertentu dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Namun, jika anda telah berhasil dalam sebuah kasus, Anda adpat berpindah ke kasus lain, dengan meminta pihak-pihak terkait untuk mengikuti contoh dari kasus keberhasilan Anda. Jika Anda memiliki contoh keberhasilan yang dapat ditunjukkan, maka semakin besar peluang untuk meraih keberhasilan kembali. • Perumusan Tuntutan-tuntutan: Apa yang Anda ingin para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri ini lakukan secara konkrit ? Pikirkan hal-hal ini sebelumnya, karena mengubah tuntutan selama kampanye tidak memberikan kesan yang baik. Dan komunikasikan tuntutantuntutan ini kepada Ornop luar negeri yang Anda mintai bantuan, untuk memastikan bahwa mereka menyepakati tuntutan-tuntutan tersebut dan tidak akan membicarakan tuntutantuntutan lain selama kampanye. • Kontak dengan Para Pembeli dan Pemberi Dana dari Luar Negeri: Sering kali para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri tidak mengetahui bahwa klien mereka melakukan pelanggaran HAM dan menghancurkan kawasan hutan yang luas. Dengan mengirimi mereka surat dan bukti-bukti tertulis dan foto, bersama-sama dengan Ornop luar negeri, dapat membuat mereka menaruh perhatian akan hal ini. Sampaikan dengan jelas tuntutan-tuntutan Anda, namun berikan mereka waktu yang cukup untuk menanggapinya. Sampaikan dengan jelas UU dan konvensi internasional apa saja yang dilanggar, serta pernyataan-pernyataan seperti Deklarasi Universal HAM, dan pedoman OECD bagi Perusahaan-Perusahaan Multinasional. Namun, jangan lupa untuk juga merujuk pada prinsip usaha perusahaan-perusahaan itu sendiri dan prakarsa sektoral yang mereka patuhi, seperti the Equator Principles. Undang perusahaan-perusahaan tersebut untuk berdiskusi lebih lanjut, baik di negara asal mereka didampingi Ornop luar negeri maupun di Jakarta. Dalam pertemuan-pertemuan seperti itu, dapat ditunjukkan materi-materi lainnya, misalnya video. • Pengorganisasian Kunjungan Lapangan: Para manajer perusahaan pembeli dan pemberi dana dari luar negeri sepanjang hari duduk di kantor-kantor ber-AC jauh dari kenyataaan yang terjadi di Indonesia. Anda dapat memberi tahu mereka tentang kegiatan klien mereka di Kalimantan Timur atau Sulawesi dan Anda dapat memperlihatkan fotofoto dan video kegiatan tersebut, namun sering kali mereka sulit mengakui bahwa hal-hal itu sungguh-sungguh terjadi. Dan mereka terlibat di dalamnya! 10
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Jika para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri tersebut dapat menerima fakta-fakta tersebut, kunjungan lapangan akan membuka mata mereka atas apa yang terjadi. Organisasikan kunjungan lapangan tersebut dengan baik, dan aturlah pertemuan dengan masyarakat yang terkena dampak, dll. • Peningkatan Tekanan: Jika penyampaian informasi mengenai kasus Anda masih belum cukup untuk membuat para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri ini memenuhi tuntutantuntutan Anda, Anda harus bekerja sama dengan Ornop luar negeri untuk meningkatkan tekanan. Hal ini meliputi penyampaian informasi ke konsumen di luar negeri dan melibatkan mereka. Jika konsumen mangetahui bagaimana produsen barang konsumsi mereka terlibat dalam berbagai masalah sosial dan lingkungan yang parah, mereka akan termotivasi untuk meminta produsen tersebut berbuat sesuatu mengenai masalah ini. Hal yang sama dapat dilakukan pada nasabah-nasabah lembaga keuangan pemberi pinjaman, yaitu individu biasa, sekolah, pemerintah setempat dan yayasan. Jika nasabahnasabah ini meminta lembaga-lembaga tersebut menerapkan kriteria bagi para kliennya, produsen di Indonesia, hal tersebut akan sangat membantu. Berbagai sarana kampanye yang kreatif dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tekanan kepada para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri ini. Sebagian besar Ornop telah memiliki cukup pengalaman dalam menentukan sarana mana yang efektif dan mana yang tidak. Umumnya, Ornop harus melakukan berbagai kegiatan dan dibutuhkan daya tahan yang kuat. Berbagai contoh kampanye yang dilakukan Ornop luar negeri terhadap komoditas Indonesia ini dapat dilihat di Bab 2.3. • Keikutasertaan dalam Forum-forum Internasional: Berpartisipasilah dalam forum-forum internasional dimana para pemain pasar internasional bertemu, misalnya Konferensi Meja Bundar tentang minyak sawit yang keberlanjutan. Di sana, Anda akan menemui para kompetitor dan mitra pembeli dan pemberi dana dari luar negeri kepada siapa Anda melakukan kampanye. Menyampaikan informasi kepada para kompetitor-kompetitor ini dapat membantu, terutama jika mereka menyepakati tuntutan-tuntutan Anda. Meskipun langkah-langkah di atas umumnya merupakan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kampanye, itu bukanlah jaminan akan keberhasilan. Ambillah sebagai masukan, yang harus dilaksanakan dengan tekun dan kreatif.
2.3 Contoh-contoh Kampanye Terhadap Pasar dan Lembaga Keuangan Dalam lima tahun terakhir ini, telah terjadi pengorganisasian berbagai kampanye Ornop di luar negeri yang ditujukan untuk mempengaruhi para pembeli produk komoditas Indonesia dan pemberi dana proyek produksi komoditas-komoditas ini di luar negeri. Lewat kampanye tersebut, para Ornop ini menuntut pihak-pihak terkait ini untuk menggunakan kuasa daya beli dan pendanaan mereka untuk merubah praktek-praktek usaha klien Indonesia mereka. Kami tuliskan beberapa contoh menarik di bawah ini: • Di bulan Maret 1998 Friends of the Earth Belanda (FoE-NL) mengorganisasikan pembunyian ratusan jam weker di kantor ABN AMRO Bank milik Belanda. Para pelaku kampanye mendesak pihak bank untuk melakukan investasi hanya pada proyek penambangan yang bersih dan jujur. Bank tersebut harus menggunakan pengaruhnya untuk memaksa perusahaan tambang emas dan tembaga Freeport di Papua beroperasi dengan bersih dan jujur.iii 11
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Kemudian, FoE-NL meminta para nasabah bank tersebut mengirimkan kartu pos tentang Freeport kepada pihak bank. Kartu yang dikirimkan ternyata mencapai 5.000 buah. Aksi ini berhasil mendorong ABN AMRO Bank pada bulan Desember 1998 mengeluarkan tuntutan kepada Freeport agar melakukan sebuah studi independen terhadap dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan, dan menuntut Freeport agar memperbaiki rencana kerjanya. Pihak Freeport tidak merespon tuntutan-tuntutan ini dan akhirnya pihak bank menyerah. Meskipun demikian, kasus ini telah berhasil menciptakan preseden yang baik. iv • Tahun 2000 World Wide Fund for Nature (WWF) di Swiss memulai sebuah kampanye untuk mendorong produksi minyak sawit (di Indonesia dan Malaysia) dan minyak kedelai (di Amerika Selatan) yang berkelanjutan. Berbagai cabang WWF lainnya di Eropa menggabungkan diri ke dalam kampanye ini. Riset dilakukan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan mana saja yang menggunakan minyak sawit dan diskusi pertama diselenggarakan dengan jaringan supermarket (supermarket chain) Migros di Swiss. Di bulan Agustus 2001, Migros mengeluarkan Kriteria bagi Perkebunan Kelapa Sawit, yang menuntut pihak produser untuk mematuhi kriteria sosial dan lingkungan yang ketat. Karena tidak satupun produsen minyak sawit dari Indonesia mampu memberikan jaminan untuk ini, akhirnya Migros beralih ke produsen dari Ghana. v Tahun 2002 WWF Swiss membuat website Check your Oil (Periksa Minyak Anda). Situs internet ini menjelaskan masalah-masalah seputar minyak sawit dan minyak kedelai dan mendorong konsumen untuk mengirimkan komentar ke perusahaan makanan, deterjen, sabun dan kosmetik. Dalam surat-surat ini, pihak perusahaan diminta untuk memberikan informasi seputar pemasok mereka dan catatan-catatan sosial dan lingkungan para pemasok ini. Hasilnya, ribuan surat telah dikirimkan. vi Di bulan April 2003 WWF Jerman memulai kampanye serupa, yang ditujukan kepada perusahaan raksasa di bidang makanan Nestlé dan perusahaan besar penghasil deterjen Henkel. Kedua perusahaan ini menerima surat sebanyak 17.000 dan sepakat untuk mengadopsi kriteria yang diusulkan WWF.vii Akibat dari kampanye-kampanye ini, beberapa pembeli minyak sawit utama Eropa (termasuk Unilever, Karlshamns dan Aarhus) menyelenggarakan Meja Bundar tentang minyak sawit yang keberlanjutan created (the Roundtable on Sustainable Palm Oil - RSPO). Acara ini membawa perusahaan perkebunan, pembeli minyak sawit, lembaga keuangan, Ornop dan organisasi lainnya duduk bersama membicarakan produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Pertemuan-pertemuan yang lebih besar diadakan di bulan Agustus 2003 dan Oktober 2004, dan saat ini RSPO sedang menyusun kriteria tentang apa yang dimaksud dengan minyak sawit yang berkelanjutan. Kini, semakin banyak pembeli dan lembaga keuangan yang menggabungkan diri ke dalam pertemuan tersebut, dan perusahaan perkebunan dari Indonesian dan Malaysian didesak untuk ikut serta dalam proses-proses ini.viii • Di bulan Maret 2001, perusahaan Singapura Asia Pulp & Paper (APP) mengumumkan akan menghentikan pembayaran kembali hutangnya yang amat besar, yang mencapai US$ 13,4 milyar. APP adalah bagian dari Sinar Mas group yang dikuasai keluarga Eka Tjipta Widjaja dari Indonesia. APP menguasai perusahaan pulp dan kertas Indah Kiat, Tjiwi Kimia, Pindo Deli dan Lontar Papyrus di Indonesia. 12
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Penghentian pembayaran hutang ini mengguncangkan industri keuangan global. Di bulan Mei 2001, Friends of the Earth Inggris (FoE-UK) menerbitkan laporan berjudul Paper Tiger, Hidden Dragons, yang menjelaskan alasan di balik tindakan perusahaan tersebut. Lebih dari 300 bank besar dari Eropa, Amerika Serikat, China dan Jepang, di samping sebagian besar lembaga penyedia kredit ekspor dari negara-negara tersebut, memainkan peranan dalam pengucuran hutang yang amat besar tersebut. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pembicaraan tentang restrukturisasi yang telah dimulai antara APP dan lembagalembaga keuangan ini, dapat memberikan kesempatan emas untuk menekan APP agar beroperasi dengan cara yang lebih berkelanjutan. FoE-UK memulai kampanye pengiriman surat, yang ditujukan kepada bank dari Inggris Barclays dan HSBC yang juga terlibat dalam pendanaan APP.ix Prakarsa berikutnya diambil berbagai kantor cabang World Wide Fund for Nature (WWF) di Jerman, Swiss dan Indonesia, yang melobi para lembaga-lembaga keuangan ini agar mereka mendesak APP untuk menerima suplai bahan baku hanya dari sumber yang berkelanjutan. Kampanye Friends of the Earth Inggris juga mengekspos para pelanggan utama kertas produk APP di Inggris, dimana banyak diantaranya akhirnya membatalkan kontrak-kontrak mereka. WWF Jepang melakukan tekanan kepada para pelanggan kertas APP di Jepang, yang juga menyebabkan terancamnya kelangsungan kontrak-kontrak mereka.x Akibat tekanan dari lembaga-lembaga keuangan dan para konsumen ini, APP memulai pembicaraan dengan WWF dan di bulan Agustus 2003 kedua belah pihak menandatangani letter of intent yang menyatakan bahwa kedua belah pihak mencapai kesepakatan di bidang konservasi lingkungan dan pengelolaan hutan. Di bulan Februari 2004 APP menerbitkan Rencana Aksi Keberlanjutan (Sustainability Action Plan-SAP), yang ditujukan untuk menjadikan pasokan fiber APP sepenuhnya lestari di tahun 2007, untuk mengkaji nilai konservasi di wilayah konsesi APP dan untuk menyisakan wilayah hutan primer. Meskipun hal ini dapat dipandang sebagai langkah penting ke masa depan, WWF di bulan Februari 2004 menyimpulkan bahwa rencana kerja yang dikembangkan APP tidak berhasil mengatasi beberapa isu-isu krusial tentang konservasi dan keberlanjutan, dan akhirnya mengakhiri kerja sama tersebut.xi Di bulan Oktober 2004 APP mengambil langkah lebih jauh dengan mengumumkan bahwa perusahaan tersebut akan melanjutkan kajian atas konsesi hutannya untuk dua wilayah konsesi lainnya di Riau, Sumatra, dan untuk sementara menghentikan kegiatan penebangan sampai kajian diselesaikan. Dengan pengumuman ini, APP berkomitmen untuk melindungi hutan dengan nilai konservasi tinggi di empat dari wilayah konsesinya.xii • Akhir tahun 2001 dan awal tahun 2002 empat buah bank terbesar di Belanda (ABN AMRO Bank, Rabobank, Fortis Bank dan ING Bank) merupakan bank asing pertama yang mengadopsi serangkaian prinsip-prinsip dalam investasi baru mereka di sektor perkebunan kelapa sawit. Komitmen ini merupakan hasil dari kampanye bersama Friends of the Earth dan Greenpeace di Belanda.xiii Kedua Ornop ini meminta bank-bank tersebut agar dalam mengucurkan pinjaman kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit memastikan bahwa klien mereka: • Tidak akan membuka hutan hujan tropis (Hutan Dengan Nilai Konservasi Tinggi); • Tidak akan melakukan pembukaan lahan dengan api; • Akan menghormati hak dan keingian masyarakat lokal; 13
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
• Akan menghormati perundang-undangan negara Indonesia dan konvensi internasional
yang relevan. Kampanye tersebut dimulai di musim semi tahun 2000 dengan penerbitan laporan berjudul Funding Forest Destruction, yang menjelaskan masalah sosial dan lingkungan dalam sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia dan menganalisa keterlibatan bank-bank besar Belanda dalam pendanaan perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Karena pada awalnya bank-bank ini tidak terlalu merespon tuntutan para Ornop ini, di bulan Februari 2001 Friends of the Earth menyebarkan 250.000 kartu pos di Belanda. Kartu pos-kartu pos ini membuat nasabah bank-bank tersebut mendesak bank untuk menghentikan investasi dalam proyek perkebunan yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Di bulan April 2001, Friends of the Earth Belanda meluncurkan studi kasus perusahaan perkebunan PT Matrasawit di Kalimantan Timur, yang didanai ING Bank, Rabobank dan ABN AMRO Bank. Laporan tersebut menunjukkan bahwa investasi ketiga bank tersebut berkaitan erat dengan konversi lahan hutan primer, kebakaran hutan, kegiatan-kegiatan ilegal dan konflik sosial. Peluncuran laporan ini menimbulkan kemarahan bank-bank terkait, namun laporan tersebut jelas berhasil memaksa bank-bank tersebut menyetujui kriteria investasi, setengah tahun kemudian. Faktor lain yang membantu keberhasilan kampanye tersebut adalah kunjungan beberapa staf ABN AMRO Bank ke masyarakat lokal yang sedang terlibat konflik dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Kunjungan tersebut diorganisasikan lewat kerja sama dengan Sawit Watch.xiv • Di bulan Januari 2003 Friends of the Earth Belanda berhasil membujuk perusahaan kimia Belanda Akzo Nobel untuk menarik diri dari investasi pabrik pulp baru di Kalimantan Selatan senilai US$ 1,2 milyar. Pabrik pulp tersebut dikembangkan oleh United Fiber Systems dari Singapura. Hampir 50.000 hektar hutan hujan tropis akan dibabat habis untuk dikonversi menjadi perkebunan bahan baku pulp. Akzo Nobel telah menyepakati pembangunan pabrik kimia di lokasi pabrik pulp yang akan menghasilkan bahan pemutih (bleaching agent) untuk pabrik pulp tersebut. Setelah Akzo Nobel mengundurkan diri, UFS harus mencari pemasok bahan pemutih lainnya, yang telah mengakibatkan tertundanya pembangunan pabrik pulp tersebut. Keputusan Akzo Nobel untuk mengundurkan diri ini diambil setelah FoE-NL memasang sebuah tirai hutan yang disertai bunyi-bunyi gergaji listrik di depan kantor pusat Akzo Nobel di Arnhem, Belanda. Di saat yang sama, FoE-NL meluncurkan laporan tentang rencana investasi Akzo Nobel di Indonesia ini. xv • Di bulan April 2003 World Wide Fund for Nature (WWF) Internasional meluncurkan laporan bejudul Elephant Forests On Sale. Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 64% atau 315.000 hektar hutan Tesso Nilo, salah satu habitat terakhir gajah Sumatera dan keanekaragaman hayati yan unik, telah dikonversi menjadi perkebunan industri sejak tahun 1980-an. Kayu dan minyak sawit yang dihasilkan perkebunan ini diproses lebih lanjut di Eropa menjadi kertas fotokopi, karton, margarin, dan permen. Menurut laporan tersebut, lembaga keuangan Eropa seperti Barclays Bank dari Inggris, Deutsche Bank dari Jerman dan beberapa lembaga penyedia kredit ekspor dari berbagai pelosok dunia ikut andil dalam pembangunan perkebunan ini, lewat kucuran pinjaman dan jaminan bagi dua pabrik pulp raksasa di dekat Tesso Nilo.xvi 14
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
• Di bulan Juni 2003 sepuluh bank yang memainkan peranan penting dalam pendanaan proyekproyek di seluruh dunia meluncurkan sejumlah kriteria keberlanjutan (the Equator Principles) yang akan mereka gunakan untuk menseleksi proyek di masa depan. Prakarsa tersebut datang dari ABN AMRO Bank (Belanda), Barclays (Inggris), Citigroup (Amerika Serikat) dan WestLB (Jerman). Kriteria tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability safeguards) yang digunakan the International Finance Corporation. Saat ini, 28 bank telah mengadopsi the Equator Principles. Jumlah ini mewakili 75% pasar pendanaan proyek internasional. Bank-bank itu sendiri menyatakan bahwa dengan menerapkan the Equator Principles ini mereka dapat mencegah pendanaan proyek-proyek yang menimbulkan dampak sosial dan lingkungan. xvii Kampanye mengenai komoditas Indonesia atas ABN AMRO Bank (Freeport, minyak sawit), Barclays (APP, Tesso Nilo) dan Citigroup (LonSum, Indah Kiat) jelas memainkan peranan penting dalam mendorong munculnya prakarsa ini. • Di bulan Januari 2004 Ornop dari Amerika Serikat Rainforest Action Network (RAN) dan bank terbesar Amerika Citigroup mengumumkan bahwa Citigroup telah mengadopsi sebuah kebijakan lingkungan yang komprehensif yang menetapkan standar baru dalam industri keuangan. Kebijakan tersebut memberikan kerangka jangka panjang bagi Citigroup untuk mendorong standar lingkungan yang lebih tinggi lewat praktek-praktek usahanya. Kebijakan tersebut menetapkan serangkaian standar yang berkaitan dengan ekosistem yang terancam kepunahan, pembalakan liar, pembangunan yang berkelanjutan secara ekologis, dan perubahan iklim.xviii Kesepakatan tersebut dicapai setelah bertahun-tahun RAN berkampanye menentang Citigroup. Kampanye menentang Citigroup ini meliputi berbagai demonstrasi, aksi duduk, pemasangan spanduk dan kegiatan kreatif lainnya. Salah satu kasus yang diangkat RAN untuk menunjukkan keterlibatan Citigroup dalam kerusakan hutan di seluruh dunia adalah kasus PP London Sumatra Indonesia (Lihat Bab 7.6). Selama tahun 1990-an Citigroup merupakan salah satu sumber pendanaan terbesar bagi LonSum. Kasus lainnya yang melibatkan Citigroup adalah perusahaan pulp Indonesia PT Indah Kiat. • Sebelum diselenggarakannya pertemuan tahunan produsen kue dan minuman Inggris Cadbury Schweppes di bulan Mei 2004, Friends of the Earth Inggris menyebarkan coklat produksi Cadbury yang diberi label tambahan. Label tersebut memperingati konsumen bahwa permintaan akan minyak sawit telah menyebabkan kerusakan hutan di Asia Tenggara. “Para pekerja perkebunan mendapat upah yang amat kecil, dan sering kali dipaksa membawa seluruh anggota keluarganya untuk ikut bekerja untuk memenuhi target produksi,” menurut FoE-UK.xix • Tahun 2004, Ornop dari Jerman Robin Wood berhasil menekan beberapa perusahaan di Jerman atas pembelian kertas produksi APP. Robin Wood melakukan tekanan kepada perusahaan-perusahaan seperti Metro (pemilik jaringan supermarket Kaufhof and Real), Karstadt (jaringan supermarket lainnya) dan Deutsche Post (perusahaan pos Jerman). Ornop tersebut menerbitkan hasil penelitian baru yang menunjukkan bahwa APP telah menghancurkan hutan tropis yang luas untuk produksi kertasnya dan bertanggung jawab atas pelanggaran HAM terhadap masyarakat lokal di sana. Robin Wood juga mendakwa laboratorium terkemuka Amerika Serikat lewat analisa serat kertas fotokopi produksi APP 15
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
dengan merek Sigma Universal, yang dijual Real. Hasil analisa menunjukkan bahwa kertas tersebut terbuat dari campuran kayu keras tropis. Aksi ini dilanjutkan dengan aksi protes saat pertemuan pemegang saham Metro di Düsseldorf serta aksi protes di depan department store beberapa kota di Jerman. Di bulan Agustus 2004 Metro mengumumkan bahwa Metro akan memutus hubungan usaha dengan APP. Sejak saat itu, Metro selalu meminta bukti tertulis dari seluruh pemasok kertas yang menyatakan bahwa bahan baku kertas bukan berasal dari hutan yang harus dilindungi.xx
2.4 Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Kampanye Pasar dan Investasi Banyak dari berbagai kampanye pasar dan investasi yang dibicarakan di laporan ini adalah contoh kampanye yang lebih berhasil. Sesungguhnya, kampanye pasar dapat menjadi kampanye yang amat kuat, menarik perhatian dan mengasyikkan. Dibandingkan dengan lobi-lobi terhadap instansi-instansi pemerintah, banyak pelaku kampanye menganggap kampanye pasar jauh lebih dinamis dan mengasyikkan. Kampanye-kampanye ini mungkin agak mahal, namun sering kali mendatangkan hasil dengan lebih cepat. Namun, apa makna keberhasilan, dan keberhasilan bagi siapa ? Di bagian ini kami akan mendiskusikan sebagian tantangan yang menghadang kampanye pasar berdasarkan pelajaran-pelajaran di masa lalu. Tidak diragukan lagi, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dan kami mendorong setiap orang untuk mempertimbangkan pelajaran-pelajaran ini sebelum memulai kampanye. • Apa yang Dimaksud dengan Kampanye Pasar ? Perusahaan menggunakan situs, laporan tahunan, iklan dan dokumentasi lain mereka untuk meyakinkan para konsumen, pemerintah dan para kompetitor bahwa mereka bertindak sebagai warga negara yang baik. Namun, masyarakat lokal yang dirugikan perusahaanperusahaan ini dan kalangan Ornop mungkin berpendapat lain. Sebuah kampanye pasar memanfaatkan tanggung gugat perusahaan dengan membongkar praktek-praktek buruk perusahaan-perusahaan ini kepada publik dan memberikan pujian bagi perusahaan yang dapat memenuhi tuntutan para Ornop secara terbuka. Unsur tanggung gugat ini amat penting: tanggung gugat mengacu pada apa yang tertulis dalam UU nasional, kebijakan atau publikasi perusahaan. Proses dasar kampanye pasar adalah menyelidiki, mengungkapkan, menekan, menegosiasikan dan, jika perusahaan melakukan suatu terobosan, memberikan pujian secara terbuka. Beberapa kelompok pelaku kampanye mengkhususkan diri pada kampanye seperti ini, terutama di Amerika Serikat, dan telah melakukannya dengan efektif. • Siapa yang Bertanggung Jawab Membersihkan Dunia ? Kampanye pasar umumnya lazim dipraktekkan di negara-negara dengan budaya kebebasan yang tinggi, seperti AS, Inggris dan, untuk tingkatan tertentu, juga Brasil. Dalam komunitas Ornop, ada yang mempertanyakan fundamental kampanye pasar ini. Diyakini bahwa pemerintah, dan bukan kalangan Ornop, yang perlu mendesak pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja sosial dan ekologis mereka, terutama saat terjadi pelanggaran terhadap UU. Namun, pihak lainnya akan membantah dan mengemukakan bahwa dimana terjadi kekurangan kerangka perundangan pemerintah yang baik dan sistem peradilan yang kuat, melakukan tekanan pada pasar merupakan satu-satunya cara yang harus diambil. Lagi-lagi, 16
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
pihak lainnya akan mengatakan bahwa kedua pendekatan di atas akan saling melengkapi. Tekanan pada pasar akan membuka ruang politik bagi perundang-undangan atau penegakan hukum yang baru atau, tentu saja, sebaliknya. Terdapat debat serupa mengenai kebutuhan untuk menekan pihak perusahaan atau memberi penghargaan kepada mereka yang beroperasi dengan baik. Beberapa Ornop secara proaktif bekerja dengan pihak perusahaan untuk memperbaiki kinerja mereka dan memberikan publisitas yang baik atas usaha tersebut. Meskipun mungkin saja efektif, pendekatan ini juga memiliki kelemahan. Banyak perusahaan memunculkan ‘proyek baikbaik’ untuk menimbulkan publisitas yang positif tentang mereka, namun gagal mengatasi masalah yang terjadi di bagian lain dari perusahaan tersebut. Namun publisitas negatif dan tekanan yang terus menerus juga dapat menimbulkan kebencian yang fatal terhadap pihak perusahaan (Orang mungkin akan berkata, “perusahaan ini memang brengsek dan tidak pernah menjadi lebih baik”). Menemukan keseimbangan yang tepat merupakan kuncinya. • Legitimasi dan Dukungan Masyarakat Kadang kala kampanye pasar yang dilakukan sebuah Ornop berlangsung tanpa mengikutsertakan masyarakat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya pada suatu daerah yang menjadi fokus kampanye. Kampanye seperti itu menghadapi bahaya yang serius karena memaksakan kebijakan atau pembangungan yang tidak dapat ditanggung masyarakat lokal. Skenario terburuknya, masyarakat lokal terpaksa harus muncul dan mengklarifikasikan posisi mereka yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan Ornop tersebut. Ornop akar rumput di Indonesia mendapatkan legitimasinya dari masyarakat yang tinggal dan menggantungkan hidup pada sumber daya alam yang terancam. Jaringan kerja mereka di Jakarta, Bogor atau daerah lainnya juga mengandalkan diri pada legitimasi tersebut. Sebaliknya, jaringan kerja Ornop internasional mengandalkan legitimasi dari masyarakat akar rumput. Hal ini tidak berarti bahwa masyarakat lokal adalah yang menentukan agenda Ornop selamanya. Banyak masyarakat tidak terorganisir, terpecah-pecah atau mendukung suatu pembangunan hanya karena mereka menginginkannya. Agenda hutan atau lingkungan banyak Ornop internasional juga tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat lokal. Oleh karena itu, masyarakat dan Ornop selayaknya duduk bersama untuk membangun landasan yang sama. Begitu landasan ini berhasil dibangun, terciptalah suatu dasar yang kuat bagi kampanye tingkat internasional, jika aksi lainnya tidak mendatangkan hasil. • Keberhasilan Siapa ? Tentu saja, makna pertanyaan di atas tergantung pada apa yang dimaksud dengan sebuah keberhasilan, namun secara 17
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
keseluruhan, lebih mudah mencapai keberhasilan di negara-negara maju dibandingkan di negara-negara yang sedang dilanda konflik lingkungan. Hal ini disebabkan karena para pengecer dan investor di negara-negara maju lebih rentan terhadap protes dari masyarakat. Banyak perusahaan telah merumuskan kebijakan lingkungan atau sosial, dan jika mereka tidak melakukan apa yang mereka janjikan, mereka akan dengan mudah menjadi sasaran tekanan kalangan Ornop. Banyak perusahaan di negara-negara maju akan menuruti tekanan terus menerus dari kalangan Ornop, dan – tentu saja – ada yang melakukannya dengan tulus. Ornop di negara-negara maju sering kali dengan bangga mengumumkan keberhasilan mereka di media massa; sebagian besar dari mereka memang sudah sepantasnya merasa bangga. Namun, keberhasilan di negara-negara maju tidak lantas berarti bahwa konflik sesungguhnya di tingkat lapangan akan berhasil diselesaikan. Hutan yang rusak tidak akan ditanami kembali, hak atas tanah tidak akan diberikan. Setidaknya, tidak akan serta merta saat itu, dan terutama jika kalangan Ornop di negara-negara berkembang tidak memanfaatkan pengaruh (leverage) yang dihasilkan dari kerja sama mereka dengan para Ornop di negara-negara maju. Kampanye pasar dalam kasus luar biasa dapat menghasilkan perubahan yang nyata di lapangan, namun pada umumnya kampanye pasar menghasilkan pengaruh (leverage) atau kekuatan negosiasi. • Pengaruh (Leverage) dan Negosiasi Para Ornop di negara-negara berkembang sebenarnya dapat berbuat lebih untuk memaksimalkan pengaruh yang ditimbulkan kampanye di negara lain. Kadang kala, kondisi ini terjadi karena Ornop di negara-negara berkembang tidak selalu mampu melihat kesempatan yang tercipta, namun sering kali kondisi ini terjadi akibat kegagalan Ornop di negara-negara maju untuk mengkomunikasikan kepada rekan-rekan mereka di negara-negara berkembang mengenai apa yang telah terjadi dan apa yang telah berubah. Bila jaringan Ornop dapat melakukan koordinasi yang lebih baik, dari akar rumput ke akar rumput (banyak Ornop di negara-negara maju mengorganisasikan aktifis lokal dan masyarakat yang peduli), maka hasil yang akan dicapai lewat kampanye pasar ini akan berdampak lebih baik di negara-negara berkembang. Salah satu kemungkinan sederhana adalah berpikir bagaimana keberhasilan di negaranegara maju dapat dipresentasikan dengan baik dalam konteks negara-negara berkembang. Kadang kala, media akan akan mengambil sebuah press release. Dalam contoh lain, informasi dimaksud dapat disertakan saat pertemuan, seminar dan pembicaraan lainnya. Dan, tentu saja, keberhasilan yang dicapai dapat menjadi pendorong untuk membawa pihak perusahaan untuk duduk bersama melakukan negosiasi. Telah banyak Ornop di negara-negara maju yang harus belajar bagaimana melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan dan banyak dari mereka masih terus berusaha meningkatkan kampuan negosiasi ini. Hal yang sama dapat diikuti oleh Ornop di negaranegara berkembang. Saat Anda pada akhirnya mampu membawa perusahaan yang bermasalah untuk duduk bersama, Anda sebaiknya mengetahui dengan pasti bagaimana cara melakukan negosiasi! • Kerjasama antara Negara Maju dan Negara Berkembang Untungnya, banyak Ornop di negara-negara maju tetap memegang teguh prinsip bahwa harus ada dukungan dari (Ornop) negara berkembang atas kampanye mereka. Sayangnya, 18
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
jarak yang memisahkan masyarakat yang dirugikan dan pelaku kampanye di negara-negara maju secara fisik, budaya dan finansial amat besar. Itulah sebabnya mengapa Ornop tingkat nasional dan regional menjadi amat penting karena mereka dapat mengamati dengan lebih baik apa yang dibutuhkan pelaku kampanye di luar negeri dan masyarakat lokal. Mereka sering kali harus mengambil tanggung jawab yang besar untuk memfasilitasi komunikasi dan, yang penting, kadang kala mereka harus memutuskan usulan mana yang baik, usulan mana yang buruk. Sasaran dan strategi Ornop di negara-negara maju tidaklah selalu sama dengan sasaran dan strategi Ornop di negara-negara berkembang. Jika ternyata sasarannya berbeda, amat penting untuk duduk bersama untuk mendiskusikan apakah dan bagaimana sasaran yang berbeda ini dapat disatukan. Sebagai contoh, sebuah Ornop konservasi internasional menginginkan terhentinya kegiatan penebangan liar di taman nasional yang diusulkan, sementara masyarakat lokal di sana sedang berjuang untuk mempertahankan hak mereka atas hutan yang sama. Kadang kala, strategi bersama dapat dibangun, namun kadang kala tidak. Ornop di negara-negara maju juga melakukan kampanye pasar untuk mempromosikan perubahan kebijakan negara atau perusahaan. Kampanye ini ditujukan untuk mewujudkan perubahan jangka panjang dalam cara perusahaan dan pemerintahan di negara-negara maju berhubungan dengan sumber daya alam dan masyarakat di negara-negara berkembang. Untuk keperluan kampanye mereka, Ornop di negara-negara maju ini membutuhkan informasi dan contoh-contoh konflik di lapangan . Banyak organisasi lokal berusaha keras memenuhi kebutuhan itu, namun mendapati bahwa Ornop luar negeri tadi telah melakukan kampanye lain atau mengangkat kasus lain setelah informasi tersebut disampaikan. Oleh karena itu, menjadi selalu penting agar kedua kelompok ini dapat memastikan bahwa perbedaan sasaran dan strategi ini dapat dicairkan. • Merumuskan Tuntutan Ornop di negara-negara maju memiliki kelompok sasaran yang berbeda dari Ornop di negara-negara berkembang. Hal ini berarti bahwa Ornop di negara-negara maju membutuhkan masukan dari Ornop di negara-negara berkembang untuk menentukan petanyaan apa yang harus mereka ajukan pada perusahaan-perusahaan tersebut. Penting agar Ornop di negara-negara maju ini melakukan upaya yang serius untuk melakukan konsultasi dengan rekan-rekan mereka di negara-negara berkembang tentang tuntutan yang akan disampaikan kepada perusahaan-perusahaan ini. Bagian ini merupakan bagian kritis dari sebuah proses kampanye karena Ornop di negara-negara maju, terutama beberapa tahun terakhir ini, mungkin saja diundang pihak perusahaan tersebut untuk melakukan dialog atau bahkan negosiasi. Ornop di negara-negara maju harus cukup cermat untuk tidak melakukan negosiasi dengan mengatasnamakan Ornop negara berkembang tanpa kepastian bahwa mereka tahu hal apa yang dapat dinegosiasikan dan hal apa yang tidak. Ornop negara berkembang sering kali tidak diundang untuk melakukan negosiasi atau mungkin saja itu bukanlah bagian dari strategi mereka untuk bernegosiasi dengan kalangan industri. Meskipun demikian, mereka harus berusaha memahami bagaimana kampanye di negaranegara maju dilakukan, yaitu, apa yang dapat dan apa yang tidak dapat diharapkan dari perusahaan-perusahaan di negara-negara maju. 19
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
• Melanjutkan Proses Lobi Tingkat Lokal dan Nasional Going international merupakan upaya terakhir saat ada kepastian bahwa para pengambil keputusan di tingkat lokal tidak bersedia berupaya, atau tidak memiliki kuasa, untuk merubah apa yang terjadi. Namun, proses lobi di tingkat lokal dan nasional jangan dihentikan. Para pengambil keputusan di kalangan pemerintah atau industri yang memahami dan menaruh simpati atas apa yang diperjuangkan masyarakat dan Ornop – meskipun amat langka – dapat berbalik menentang mereka jika kasusnya serta merta di bawa ke dunia internasional. Sama halnya, aksi masyarakat akar rumput bersama dan di dalam masyarakat yang terlibat harus terus berlanjut, karena semakin tekanan kepada perusahaan, semakin besar resiko mendapat serangan balik (backlash). • Mencegah Serangan Balik (backlash) Kampanye pasar sering kali mengundang perhatian dan dapat sungguh-sungguh mempengaruhi keuntungan perusahaan atau bahkan ekspor suatu negara. Tanggapan dari pihak perusahaan atau pemerintah setempat tidak selalu mudah untuk ditebak namun kita tidak dapat mengharapkan mereka untuk bertindak sportif. Mereka akan segera mengidentifikasi orang di balik kampanye tersebut dan sering kali mereka akan mulai melakukan intimidasi kecil-kecilan. Upaya penyuapan juga kerap dicoba. Pihak perusahaan mungkin akan terus meningkatkan upaya memecah belah masyarakat, menyusup ke dalam kelompok masyarakat atau Ornop dibalik aksi kampanye atau melakukan serangan ke kantor Ornop tersebut, atau hal lain yang lebih buruk. Pihak perusahaan tidak akan segan-segan menggunakan jasa aparat keamanan atau preman untuk melakukan aksiaksi kotor ini dan mungkin tidak selalu mudah untuk menyalahkan pihak perusahaan atas malapetaka yang ditimbulkannya ini. Banyak Ornop akar rumput telah mengalami semua ini. Penentangan dari perusahaan terhadap tekanan Ornop ini dikenal sebagai backlash, yang juga meliputi aksi pembalasan dendam yang dilakukan atau diorganisasikan pihak perusahaan. Membangun hubungan internasional (dan regional dan nasional) dapat membantu melindungi aktifis setempat bila pihak yang merencanakan aksi busuk mengetahui bahwa aktifis tadi memliki teman. Pihak perusahaan atau kepolisian tidak akan ragu-ragu untuk menindak seseorang yang tidak memiliki hubungan seperti itu. Namun, para pelaku kampanye di negara-negara maju sering kali tidak sepenuhnya menyadari resiko besar yang mungkin harus dihadapi masyarakat dan Ornop setempat. Oleh karena itu, resiko ini harus dibicarakan dan mereka yang terlibat harus mengetahui dengan baik apa yang harus dilakukan jika keadaan berubah menjadi tidak terkendali. Salah satu pelajaran yang dipetik beberapa tahun yang lalu adalah bahwa setiap aktifis lokal harus memiliki asuransi kesehatan yang baik. Tindakan pencegahan lainnya adalah memastikan bahwa ada mekanisme yang dapat segera memberitahu teman saat keadaan berubah menjadi buruk. Banyak aktifis Ornop telah mengalami aksi-aksi busuk perusahaan atau instansi pemerintah untuk menghentikan aksi mereka. Nasihat terbaik adalah meminta mereka yang telah mengalami untuk memberikan nasihat kepada Anda sebelum kampanye pasar dimulai, untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terburuk.
20
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
3
Pasar Komoditas Internasional
3.1 Apa yang Dimaksud dengan Rantai Pasokan / Suplai ? Sebagian besar komoditas Indonesia di ekspor ke pasar internasional. Bab ini akan memberikan latar belakang mengenai bagaimana pasar internasional ini beoperasi secara umum. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasar komoditas internasional, pasar ini harus dilihat sebagai kumpulan berbagai rantai suplai. Rantai suplai adalah suatu jaringan perusahaan yang mendatangkan bahan baku, memprosesnya sampai menjadi produk akhir, lalu menjualnya ke konsumen lewat sebuah sistem distribusi. Gambar di bawah menunjukkan rantai suplai untuk pulp dan kertas Indonesia. Rantai suplai dimulai dari hutan, yang berperan sebagai sumber kayu yang murah bagi perusahaan penebangan. Kayu hasil tebangan lalu dijual ke pabrik pengolahan kayu, namun
Indonesia Hutan Perusahaan Penebangan
Perkebunan Kayu
Kayu
Pabrik Pengolahan
Pulp
Pabrik Kertas
Kertas
Pulp
Luar Negeri Pedagang Pulp
Pabrik Kertas
Penjual Kertas
Kertas
Toko
Konsumen
Gambar 1. Rantai Pasokan Pulp dan Kertas 21
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
kayu berkualitas agak rendah dijual ke pabril pulp. Hutan juga dapat dikonversi menjadi perkebunan kayu, yang ditanami berbagai kayu keras yang cepat tumbuh. Jika dikelola dengan baik, perkebunan kayu dapat menyediakan pasokan bahan baku pabrik pulp yang lebih berkelanjutan. Namun, Indonesia tidak memiliki jumlah perkebunan kayu yang memadai, dan tidak seluruhnya dikelola dengan baik. Oleh karena itu, tekanan terhadap hutan untuk memasok pabrik pulp di Indonesia masih terus berlangsung. Pabrik pulp Indonesia dapat menjual produknya di dalam atau ke luar negeri. • Di dalam negeri pulp Indonesia dapat dijual ke pabrik kertas,yang menghasilkan kertas,
kardus dan produk sejenis. Sebagian dari produk kertas ini dijual di dalam negeri dan sebagian diekspor. • Pulp Indonesia juga dapat dijual ke pedagang di luar negeri. Pedagang ini lalu menjualnya ke pabrik kertas di negara lain dan pabrik kertas ini menggunakan pulp Indonesia untuk menghasilkan kertas, kardus, dan produk sejenis. Pedagang kertas menjual kertas yang diproduksi pabrik kertas, dari pabrik kertas Indonesia atau dari pabrik kertas di luar negeri yang menggunakan pulp Indonesia. Dalam kedua kasus ini, kertas hasil akhir tersebut berasal dari hutan Indonesia. Pedagang kertas lalu memasok kertaskertas tersebut ke toko alat tulis, percetakan, pasar swalayan, dll. Dari sana, kertas-kertas tersebut berakhir di rumah para penggunanya, yang digunakan untuk membaca, menulis, membuat fotokopi, mencetak, membungkus, dsb. Selain dari perusahaan-perusahaan yang disebutkan dalam gambar di atas, perusahaan ekspedisi juga memainkan peranan penting dalam rantai suplai ini dengan mengangkut pulp dan kertas ke luar negeri dan ke toko-toko.
3.2 Perbedaan di Antara Berbagai Rantai Pasokan Di bab 3.1, kita telah membicarakan rantai suplai pulp dan kertas secara cukup rinci. Rantai suplai komoditas lainnya (kayu, minyak bumi, karet, dll.) juga serupa. Para pedagang dan perusahaan ekspedisi umumnya memainkan peranan penting, sebagai produser produk antara (intermediate products). Dalam rantai suplai pulp dan kertas, pulp merupakan produk antara yang utama. Pulp amat dibutuhkan untuk membuat kertas, namun pulp itu sendiri tidak dapat digunakan secara langsung oleh konsumen. Konsumen hanya dapat menggunakan produk akhir (end products), dalam hal ini berupa kertas. Produk antara diproduksi oleh sebuah perusahaan dan dijual ke perusahaan lain. Perusahaan akhir ini lalu menggunakan produk antara tersebut untuk menghasilkan produk akhir. Contoh produk antara adalah: kawat tembaga, potongan emas, minyak kelapa hasil sulingan, LNG, kayu dll. Produk-produk ini lalu dijual ke produser produk akhir, seperti perusahaan makanan, pembuat peralatan rumah tangga, pabrik penyulingan minyak, dll. Contoh produk akhir adalah bensin, listrik, margarin, kripik kentang, furnitur, kaleng, dan berbagai macam produk lainnya dapat dihasilkan dari komoditas Indonesia. Meskipun sebagian besar rantai suplai terlihat sama, tentu saja terdapat perbedaan antara berbagai rantai suplai. Beberapa perbedaan yang penting adalah sebagai berikut:
• Sebagian rantai suplai tidak terlalu panjang, karena produk akhirnya juga dihasilkan di Indonesia, yang dekat dengan asal komoditas tersebut. Contohnya adalah kertas dan plywood, yang dihasilkan dalam jumlah besar di Indonesia. Produk-produk ini juga ada yang diekspor, 22
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
namun lewat pedagang perantara yang langsung mendatangi toko-toko dan pasar swalayan. Mengenali produk-produk ini sebagai produk asal Indonesia oleh karena itu relatif mudah. • Komoditas lain mungkin harus melewati berbagai tahapan produk antara. Sebagai contoh, biji tembaga pertama-tama harus dikirim ke pabrik pemurnian logam, yang menghasilkan bahan baku bagi pembuat kawat tembaga. Kawat listrik ini lalu dijual ke perusahaan konstruksi, yang menggunakannya untuk membangun rumah dan kantor atau dijual ke produser peralatan rumah tangga. • Para pedagang memainkan peranan penting dalam rantai suplai, dengan menyediakan komoditas bagi produser antara, produk antara bagi produser produk akhir dan produk akhir bagi toko-toko. Namun, para pedagang ini tidak selalu merupakan perusahaan yang independen. Produser baja, penyulingan minyak, produser alat-alat listrik dan perusahaan makanan umumnya memiliki divisi pembelian sendiri, yang membeli komoditas dan produk antara secara langsung. Dengan cara yang sering kali lebih murah ini, mereka melewati pedagang independen. Namun, Anda perlu menjadi pembeli besar dengan pengetahuan pasar yang luas untuk melakukan hal ini. Oleh karena itu, banyak perusahaan bergantung pada pedagang independen. Di Bab 5 sampai 9, kita akan membicarakan berbagai rantai suplai komoditas Indonesia dengan lebih rinci.
3.3 Pedagang Komoditas Besar Kami menutup bab ini dengan menuliskan beberapa pedagang komoditas terutama di dunia, yang sering kali beroperasi tidak hanya dalam sebuah rantai suplai. Jika melihat pasar internasional untuk komoditas Indonesia, kita akan sering bertemu dengan para pedagang ini:
• Cargill: Perusahaan Amerika ini merupakan raksasa dunia dalam komoditas pertanian,
• •
• •
• •
termasuk kelapa sawit, karet dan makanan hewan. Namun, Cargill juga merupakan pemain penting dalam industri minyak dan baja. ADM: Raksasa lain dari Amerika yang bergerak di bidang komoditas pertanian. Glencore: Perusahaan ini berkantor pusat di Swiss dan merupakan pedagang utama logam dan bahan mineral, minyak mentah dan produk-produk minyak, batu bara dan produk pertanian. Louis Dreyfus: Perusahaan utama dari Perancis bergerak di bidang komoditas pertanianmineral dan energi. Mitsubishi, Sojitz, Sumitomo, Marubeni and Mitsui: Kelompok perusahaan utama Jepang (sogo shosha), yang bergerak di seluruh jenis komoditas: pertanian, kehutanan, pertambangan danminyak dan gas. Cofco, Sinopec dan Minmetals merupakan salah satu importir utama milik pemerintah China. Wilmar: perusahaan patungan ADM dan Cofco berbasis di Singapura, merupakan pedagang minyak sawit terbesar di dunia.
23
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Lembaga Keuangan Internasioanal
4
4.1 Ekuitas dan Pinjaman Bab ini akan memberikan sedikit latar belakang tentang pembiayaan perusahaan dan peranan yang dimainkan oleh lembaga keuangan. Setiap perusahaan memiliki sejumlah aset; yang digunakan untuk memproduksi dan menjual barang dan/atau jasa. Aset sebuah perusahaan terdiri dari seluruh benda, baik yang konkrit maupun tidak, yang dimiliki perusahan tersebut, termasuk, tanah, bangunan, mesin-mesin, uang tunai, investasi, dll. Aset-aset ini didapat lewat modal perusahaan. Jika sebuah perusahaan tidak memiliki modal, maka perusahaan tersebut tidak dapat memiliki aset dan tidak dapat menjalankan usahanya. Ada dua jenis utama modal, yaitu ekuitas dan pinjaman:
• Ekuitas Ekuitas adalah nilai terkini dari saham yang dibeli pemegang saham. Pembeli saham merupakan pemilik bersama perusahaan (co-owner) dan pemodalan seperti ini oleh karena itu menghadapi resiko yang dihadapi perusahaan. Sampai nantinya sang pemilik saham menjual sahamnya, ia harus menghadapi resiko terjadinya kebangkrutan pada perusahaan, dalam hal ini ia tidak akan mendapatkan apa-apa dari investasi yang ia buat.
• Pinjaman Hutang adalah modal utama lainnya, yang dapat digunakan untuk membiayai operasi seharihari dan rencana ekspansi. Berbeda dengan pemegang/pembeli saham, kreditor (pemberi kredit) tidak memiliki bagian dalam perusahaan. Oleh karena itu mereka tidak menghadapi resiko seperti yang dihadapi pemilik perusahaan. Kreditor berhak atas imbalan berupa bunga dari kredit yang dikucurkan, yang besarnya disepakati oleh pemilik perusahaan dan kreditor dalam persetujuan kredit. Pinjaman umumnya diberikan oleh individu, perusahaan lain atau pemerintah. Namun, kreditor paling utama adalah lembaga keuangan. Lembaga keuangan dapat memainkan berbagai peran dalam membiayai sebuah perusahaan, yaitu lewat pemberian pinjaman atau ekuitas, atau pemberian bantuan untuk mendapatkan pinjaman atau ekuitas dari lembaga keuangan lain. Dalam bab-bab berikut kami akan pertamatama menjelaskan berbagai kategori lembaga keuangan, yang terbagi ke dalam lembaga swasta dan negara. Dalam bab 3.4 kami akan memberikan gambaran tentang berbagai jenis layanan yang ditawarkan bank atau lembaga keuangan.
4.2 Lembaga Keuangan Swasta Lembaga keuangan swasta dimiliki individu dan perusahaan, bukan negara. Lembaga keuangan ini terbagi ke dalam dua golongan besar, yaitu bank dan investor, yang masing-masing mungkin 24
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
menawarkan jenis layanan yang berbeda.
• Bank Bentuk dasar pembiayaan dari bank adalah menggunakan uang tabungan untuk diberikan sebagai pinjaman kepada individu, organisasi, lembaga dan perusahaan. Hal ini disebut juga pembiayaan komersial. Bentuk lainnya adalah pembiayaan investasi, yang berarti membantu perusahaan dengan mengeluarkan/menawarkan saham atau obligasi kepada investor, baik perorangan maupun korporasi. Bentuk pembiayaaan lainnya adalah bank penjamin dan bank swasta. Kelompok-kelompok bank besar umumnya mejalankan seluruh bentuk pembiayaan ini.
• Investor Institusional Investor institusional ini menanamkan investasi dengan membeli saham atau obligasi yang dikeluarkan perusahaan, dengan tujuan utamanya bukan untuk membiayai perusahaan tetapi untuk mendapatkan keuntungan. Dibandingkan dengan investasi aktif yang dilakukan perbankan, investor jenis ini umumnya melakukan investasi pasif atau investasi portfolio. Jenisjenis investor ini adalah perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun, pengelola dana kerjasama (mutual funds), usaha (venture) dan investasi (investment fund). Penting untuk dicatat di sini bahwa perbedaan antara bank dan investor yang diuraikan di atas adalah penjelasan skematis dan saat ini perbedaan itu sudah semakin kabur. Di masa lalu, banyak negara melarang perusahaan asuransi menjalankan kegiatan bank, dan untuk perusahaan pengelola dana pensiun peraturan yang diterapkan bahkan lebih ketat lagi. Namun, dalam dua dekade terakhir, pembatasan ini sudah mencair dan sudah tidak dipraktekkan lagi di beberapa negara. Banyak kelompok keuangan besar saat ini memiliki divisi perbankan dan asuransi. Beberapa pengelola dana pensiun juga mulai menjalankan kegiatan yang dulunya hanya dilakukan oleh bank dan/atau perusahaan asuransi.
4.3 Lembaga Keuangan Publik atau Semi-publik Lembaga keuangan publik umumnya dimiliki oleh pemerintah atau beberapa pemerintahan. Hal ini menjadikan kegiatan mereka sedikit banyak diwarnai oleh motivasi politik, yang dapat menimbulkan perbedaan dalam resiko dan kondisi yang siap mereka tanggung dan jenis perusahaan (negeri maupun swasta) yang akan mereka biayai. Lembaga keuangan publik dan semi-publik ini terbagi ke dalam kategori-kategori berikut:
• Bank Pembangunan Multilateral, misalnya Bank Dunia (the World Bank) dan Bank •
• • • •
Pembangunan Asia (the Asian Development Bank) Lembaga Pembangunan Multilateral, misalnya Program Pembangunan PBB (the United Nations Development Programme - UNDP) dan Program Lingkungan PBB (the United Nations Environmental Programme - UNEP) Bank Pembangunan dan Investasi Nasional Lembaga Pemberi Bantuan Pembangunan Asing Bank Pembangunan dan Investasi Asing Lembaga Pemberi Kredit Ekspor, yang ditujukan untuk merangsang ekspor dari negara asal, lewat pemberian kredit ekspor kepada perusahaan pengekspor atau kepada perusahaan tujuan ekspor di negara lain. Atau yang lebih umum, kredit ekspor itu sendiri diberikan oleh bank swasta sedangkan Lembaga Pemberi Kredit Ekspor hanya bertindak sebagai penjamin pencairan uang. Lembaga pemberi kredit ekspor ini umumnya milik pemerintah, namun 25
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
kadang-kadang dapat berupa perusahaan asuransi yang mengucurkan kredit ekspor mewakili pemerintah.
4.4 Layanan Keuangan Lembaga keuangan dapat menawarkan berbagai jasa finansial kepada perusahaan, yang umumnya berkaitan dengan ekuitas atau pinjaman. Berikut ini kami akan membicarakan berbagai jenis layanan keuangan yang ditawarkan: • Layanan yang Berkaitan dengan Pencarian Ekuitas Lembaga keuangan dapat membantu perusahaan dengan menambah ekuitas perusahaan lewat: • Partisipasi Langsung: Lembaga keuangan lewat dana yang mereka kelola dapat membeli saham perusahaan tertentu. Pembelian saham ini akan menambah ekuitas perusahaan dan memungkinkan lembaga keuangan pembeli mempengaruhi strategi perusahaan secara langsung. Tentunya, besar pengaruh ini tergantung dari seberapa besar porsi kepemilikannya. • Penjualan Saham di Bursa: Memasuki bursa efek memungkinkan perusahaan menambah
ekuitasnya dengan menarik sejumlah besar pembeli saham, baik besar maupun kecil. Pembeli saham potensial ini dapat berupa individu atau perusahaan investor lain. Kegiatan menawarkan saham untuk yang pertama kali di bursa efek disebut Initial Public Offering (IPO). Saat seluruh saham telah terjual, perusahaan penjual saham dapat melakukan secondary offering (menawarkan saham tambahan). Untuk melakukan IPO atau secondary offering, perusahaan perlu bantuan dari satu atau lebih bank investasi (investment bank), yang akan mempromosikan saham tersebut dan mencari pembeli potensial. Karena IPO akan menarik perhatian yang besar kepada perusahaan penjual saham dan kepada bank investasi, maka bank tersebut akan mencermati strategi dan kebijakan perusahaan penjual, dan mendesak penyesuaian jika dibutuhkan. Oleh karena itu, peran bank tersebut tersebut di sini amatlah penting. • Mendapatkan Ekuitas di Luar Bursa Efek: Memasuki bursa efek membutuhkan biaya yang
tinggi, terikat oleh berbagai peraturan, dan menuntut transparansi dari perusahaan penjual. Oleh karena itu, perusahaan kecil, terutama perusahaan yang baru berdiri, dan perusahaan keluarga tidak selalu mampu atau bersedia mencari tambahan ekuitas lewat bursa. Mereka umumnya, mencari tambahan ekuitas lewat jalur informal, misalnya mendekati investor swasta, lembaga investor institusional, atau perusahaan lain (misalnya kompetitor). Mereka juga mungkin meminta bank investasi untuk mencarikan mereka investor yang sesuai. • Banyak lembaga investor tidak siap untuk menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan
yang belum go public. Namun, ada yang mengarah ke sana dan bahkan ada yang memang mengkhusukan diri pada investasi seperti itu (disebut venture funds). • Layanan Terkait dengan Pinjaman Lembaga keuangan dapat membantu perusahaan mendapatkan pinjaman lewat jalan-jalan berikut: • Memberikan Pinjaman Jangka Pendek: Pinjaman jangka pendek (termasuk kredit
perdagangan, rekening, sewa, dll.) memiliki tempo kurang dari setahun. Umumnya, pinjaman ini digunakan untuk membiayai kegiatan sehari-hari, seperti membeli bahan, pajak, dll. Pinjaman jangka pendek umumnya diberikan oleh bank komersial, yang tidak meminta jaminan yang besar dari perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu mengembalikan 26
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
pinjamannya, bank dalam mengambil sebagian mesin-mesin atau harta benda perusahaan. Hal ini terjadi umumnya pada perjanjian sewa (leasing), yang diperuntukkan untuk membiayai aset tetap tertentu. Fasilitas modal kerja tidak memiliki waktu tertentu, namun memberikan bank jaminan juga yang kuat atas pengembalian pinjaman. • Memberikan Pinjaman Jangka Panjang: Pinjaman jangka panjang memiliki waktu paling sedikit satu tahun, namun umumnya tiga sampai sepuluh tahun. Pinjaman jangka panjang khususnya bermanfaat untuk membiayai rencana ekspansi, yang akan menghasilkan keuntungan setelah periode tertentu. Sering kali pinjaman jangka panjang diberikan oleh sebuah sindikat bank, yang merupakan sekelompok bank yang dikelola oleh satu atau lebih bank (arranging bank). Sindikat bank tersebut akan menyetujui pemberian pinjaman jika perusahaan dapat memberikan jaminan bahwa perusahaan mampu membayar bunga dan mengembalikan pinjaman. Hal ini tentu saja memberikan bank komersial yang tergabung dalam sindikat pengaruh yang cukup besar dalam strategi dan kebijakan perusahaan. • Mengeluarkan Obligasi: Mengeluarkan obligasi adalah cara lain untuk meminjamkan uang.
Cara terbaik untuk menjelaskan obligasi ini adalah memecah-mecah pinjaman yang besar menjadi bagian yang kecil-kecil lalu menjualnya secara terpisah. Pembeli obligasi berhak mendapatkan pembayaran kembali setelah periode tertentu dan mendapatkan bunga tiap tahunnya dalam periode tersebut. Obligasi umumnya dikeluarkan dalam jumlah besar oleh pemerintah (lazim disebut sovereigns), namun dapat juga oleh korporasi (lazim disebut corporates). Obligasi dijual di pasar modal kepada investor swasta dan investor institusional Bank jarang membeli obligasi. Namun, untuk dapat mengeluarkan obligasi, Anda perlu didampingi oleh satu atau lebih bank investasi yang menjamin (underwrite) sejumlah obligasi. Underwriting berarti membeli obligasi dengan tujuan menjualnya kembali ke investor. (Namun, jika bank tidak mampu menjual seluruh obligasi yang ia jamin, obligasi tersebut akan menjadi milik bank). Proses ini mirip sekali dengan IPO. • Layanan Keuangan Lainnya Terlepas dari kegiatan yang terkait langsung dengan penambahan modal (ekuitas atau pinjaman), lembaga keuangan juga dapat memberikan layanan lainnya kepada perusahaan, seperti: • • • • •
Perencanaan fiskal dan jasa perwalian (trust) Penjualan aset Asuransi Jaminan kredit ekspor Kontrak pertukaran komoditas dan mata uang (Commodity and currency swap contracts)
4.5 Peran Dunia Internasional dalam Pembiayaan Produksi Komoditas Indonesia Indonesia memiliki banyak lembaga keuangan, yang dapat memberikan seluruh layanan keuangan yang dijelaskan pada bab 4.4. Namun, lembaga keuangan asing memainkan peranan penting dalam membiayai berbagai berbagai kegiatan produksi komoditas Indonesia. Ada beberapa alasan untuk ini, yaitu: • Hubungan: Jika sebuah perusahaan Amerika atau Eropa menanamkan investasi di bidang 27
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
produksi nikel, kelapa sawit atau pulp di Indonesia, perusahaan tersebut akan meminta bank yang ia sudah kenal baik (umumnya dari negara asal perusahaan tersebut) untuk pendanaan. Jika misalnya perusahaan pertambangan Amerika ingin mengeluarkan obligasi kepada investor institusional Amerika, perusahaan tersebut tidak akan meminta bank Indonesia tetapi bank Amerika untuk memimpin sindikat penjamin. Namun, obligasi ini dapat digunakan untuk membiayai penambangan nikel di Indonesia. • Ketersediaan Modal: DI pertengahan tahun 1990-an, banyak modal tersedia di pasar modal Amerika untuk tujuan investasi di Asia Timur. Produsen pulp seperti Asia Pulp & Paper dan April meraup keuntungan dari penjualan saham dan obligasi di Amerika Serikat, dengan bantuan bank Amerika. • Harga: Harga jelas merupakan faktor yang paling penting, karena tiap perusahaan berusaha menekan beban pinjamannya. Jadi jika bank Indonesia meminta bunga yang tinggi karena tingkat inflasi yang tinggi di Indonesia, baik perusahaan produsen Indonesia maupun asing akan mencari pinjaman yang lebih murah di tempat lain. Pinjaman yang lebih murah bisa didapat contohnya dari: • Bank komersil asing, yang umumnya memiliki akses terhadap dana tabungan berbunga
rendah; • Bank/Lembaga pembangunan multilateral atau bank/lembaga pembangunan asing, yang
bersedia memberikan tingkat bunga lebih rendah untuk memacu pembangunan ekonomi Indonesia; • Lembaga kredit ekspor, yang dapat memberikan jaminan untuk memacu ekspor mesin-mesin ke Indonesia; atau • Bank asing yang bersedia membantu nasabah utama mereka menjamin/memastikan impor komoditas dari Indonesia. Namun, tingkat bunga modal asing tidak selalu lebih rendah dari tingkat bunga di Indonesia, pemerintah Indonesia memberikan subsidi untuk pinjaman yang dikucurkan bank Indonesia di sektor perkebunan untuk memacu pertumbuhan sektor ini. • Kondisi: Meskipun tingkat rendahnya tingkat bunga menjadi isu utama, kondisi yang terkait dengan pinjaman dan bentuk pinjaman lainnya juga penting. Untuk menanamkan investasi, perusahaan umumnya lebih suka mendapatkan pinjaman dengan jangka yang lebih panjang walaupun berarti biaya yang harus ditanggungnya lebih tinggi. Umumnya, perusahaan tidak selalu suka dengan berbagai kondisi dan persyaratan dari pinjaman yang diajukan, misalnya, bank multilateral. Penjualan obligasi di Amerika Serikat terikat oleh lebih banyak peraturan dari pada di Indonesia. Dan sebuah Lembaga Kredit Ekspor akan meminta perusahaan untuk membeli mesin-mesin di negara tempat lembaga tersebut berdiri, yang dapat menjadi alasan kuat untuk mencari sumber pendanaan lain (lihat studi kasus Aneka Tambang di Bab 8.7). • Kompleksitas: Membiayai investasi yang besar dan rumit untuk pabrik pulp atau pengeboran gas bumi membutuhkan kemampuan finansial dan hukum yang tinggi yang tidak dimiliki oleh kebanyakan bank Indonesia. Di seluruh dunia hanya ada 50 lembaga internasional yang mendominasi proyek besar seperti ini.
28
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
5
Kayu dan Plywood
5.1 Tinjauan Singkat
Produksi Kayu Bulat Indonesia
Beberapa dekade yang lalu, Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo. Kekayaan alam ini memungkinkan Indonesia berkembang menjadi produsen kayu keras tropis, kayu gergajian dan plywood terbesar di dunia. xxi Juta m3
% produksi kayu keras global 40
26%
35
25%
30
24%
25
23%
Akibatnya, sebagian besar hutan 20 22% Indonesia menghadapi siklus eksploitasi 15 21% besar-besaran sejak tahun 1970-an. Pertama, dilakukan penebangan pada 10 20% spesies kayu bernilai tinggi yang lalu diekspor 5 19% sebagai kayu bulat. Kedua, penebangan 0 18% yang lebih ekstensif dilakukan pada spesies 1999 2000 2001 2002 2003 kayu yang bernilai lebih rendah untuk furnitur, plywood dan ekspor kayu bulat. Lalu, hutan bekas tebangan dibuka untuk diambil sisa kayunya untuk mensuplai pabrik pulp. Terahir, perkebunan kelapa sawit atau perkebunan lainnya didirikan di atas lahan yang telah dibuka. Bab ini akan membicarakan sektor kayu tahap Produksi kayu gergajian Indonesia pertama dan kedua. Sektor pulp dan kertas akan dibicarakan di Bab 6 dan kelapa sawit % produksi kayu gergajian keras di Bab 7. global 6,8
20%
6,7
19% 18%
Juta m3
6,6
17%
6,5
16%
6,4
15%
6,3
14% 13%
6,2
12%
6,1
11%
6,0
10% 1999
2000
2001
2002
2003
Di bawah pemerintahan Orde Baru pimpinan Soeharto, yang dimulai pada tahun 1966, lebih dari 64 juta hektar lahan konsesi diberikan kepada perusahaan milik pemerintah atau milik pengusaha yang dekat dengan kekuasaan. Akibatnya, Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia, dengan volume ekspor mencapai hampir 300 juta m 3 pada tahun 1970-an.xxii Pertengahan tahun 1980-an, pemerintah melarang ekspor kayu bulat untuk memacu investasi di bidang plywood. Tahun 1990 29
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Produksi plywood Indonesia % produksi plywood keras global 40%
8,5
Juta m3
39% 8,0
38% 37%
7,5
36%
7,0
35% 34%
6,5
33% 32% 31%
6,0
30% 1999
2000
2001
2002
2003
Indonesia memiliki 132 produsen plywood, yang keseluruhannya mampu memproduksi lebih dari 12 juta m3 panel per tahunnya. Tahun 1990-an Indonesia mendominasi 70% ekspor plywood tropis dunia dengan nilai keseluruhan mencapai US$ 3,5 milyar per tahun. xxiii Saat ini, Indonesia tercatat memproduksi 20 sampai 25% produksi kayu bulat tropis legal dunia. xxiv Sebagian besar produksi ini digunakan dalam sektor pulp dan kertas (lihat Bab 6) dan sebagian lainnya diekspor. Sebagian besar lainnya digunakan untuk memproduksi produk kayu, dimana yang paling utama adalah kayu gergajian dan plywood.
Angka-angka di atas, yang menunjukkan perbandingan antara volume produksi Indonesia dengan produksi dunia, lebih rendah dari angka produksi sebenarnya. Data-data resmi tidak dapat diandalkan karena maraknya pembalakan liar. Sawmill dan produsen plywood tidak akan memberikan angka produksi mereka yang sesungguhnya untuk menutup-nutupi pasokan kayu ilegal yang mereka terima dan gunakan. Berdasarkan data resmi, produksi kayu gergajian dan plywood mengalami sedikit penurunan. Namun, Indonesia masih mencatat 18% produksi kayu gergajian dunia dan 34% produksi plywood dunia! xxv Sebagian besar plywood dan sepertiga produksi kayu gergajian diekspor ke luar negeri. Sektor plywood memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapat ekspor Indonesia meskipun pendapatan resmi dari ekspor turun menjadi US$ 1,3 milyar di tahun 2003. Namun, hal ini dikompensasikan dengan tingginya pendapatan dari ekspor kayu ilegal.xxvi
5.2 Dampak Sosial dan Ekologis
30
Pendapatan ekspor kayu gergajian 140
2,5
120
2,0
100 1,5
80
1,0
60 40
0,5
20
0,0
0 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Kayu gergajian (Juta US$)
Hutan yang sudah rusak ini lalu dijadikan hutan konversi, yang mengakibatkan penggundulan hutan secara total. Pihak berwenang memberikan konsesi untuk mengkonversi hutan misalnya menjadi perkebunan kelapa sawit. Hutan yang tersisa lalu ditebangi dan kayu ‘konversi’ ini dikirim
Pendapatan ekspor plywood
Plywood (Juta US$)
Permintaan dunia akan kayu dan plywood telah menimbulkan kerusakan hutan Indonesia yang cepat. Sebagian besar hutan Indonesia yang tersisa paling tidak pernah dirambah satu kali dan penebangan hutan terus terjadi dengan laju 1 juta hektar per tahun.xxvii
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
ke pabrik pulp. Terutama dalam 8-10 tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan pembalakan liar dan konversi hutan secara besar-besaran. Selama tiga dekade terakhir, Indonesia telah kehilangan sebagian besar tutupan hutan alamnya. Hilangnya sumber daya alam ini hampir menyeluruh akibat kegiatan industri kayu, yang membabat habis hutan atau mengkonversi hutan. Penelitian Bank Dunia belum lama ini memperkirakan laju kerusakan hutan Indonesia saat ini mencapai 2 juta hektar per tahun. xxviii Dan data resmi dari Kementerian Kehutanan menyatakan bahwa dalam 4-5 tahun terakhir laju kerusakan hutan mungkin mencapai 3,8 juta hektar per tahun! Akibat yang ditimbulkan oleh hilangnya hutan amat banyak: musnahnya keanekaragaman hayati, banjir, tanah longsor, hilangnya mata pencarian masyarakat lokal, perubahan iklim, dsb.xxix Di samping itu, penggunaan api untuk membuka hutan secara sembrono menimbulkan polusi lingkungan, kerusakan hutan dan kadang-kadang kematian masyarakat lokal. Sebagian besar kerusakan hutan ditimbulkan oleh pembalakan liar dan penyelundupan kayu. Fenomena ini telah berlangsung sejak pemerintah kolonial mengambil alih seluruh lahan hutan dan penguasaanya dari masyarakat lokal.
Selama rejim Soeharto pemerintah Indonesia tidak mematuhi amanat UU-nya, Pemerintah telah gagal dalam memberi batas 90% lahan hutan di luar Jawa, yang berarti bahwa seluruh konsesi yang diberikan kepada perusahaan di daerah tersebut adalah ilegal. Di puncak permasalahan, UU dan berbagai SK Kehutanan tidak disusun dengan benar. Bahkan, meskipun perusahaan telah mematuhi peraturan-peraturan ini, mereka masih tetap menghancurkan hutan dan mata pencarian masyarakat lokal. Dan hampir tak ada pemilik konsesi yang mematuhi UU Kehutanan. Jadi, 10-20 tahun yang lalu pembalakan liar di Indonesia sudah menyebar kemanamana. Beberapa tahun terakhir, pembalakan liar telah menjadi masalah yang lebih besar lagi. Penyebab utamanya mungkin adalah kebijakan yang buruk:
• Menurut UU Otonomi Daerah, pemerintah daerah mulai memberikan konsesi tanpa harus mendapat persetujuan pemerintah pusat; • Sesuai dengan Revitalisasi Sektor Kehutanan Kementerian Kehutanan menarik sejumlah besar konsesi HPH, namun kapasitas pengolahan sawmill dan pabrik plywood tidak sentuh. Beberapa perusahaan bahkan meningkatkan kapasitas pengolahan mereka meskipun bahan baku resmi semakin berkurang; 31
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
• Sumber daya hutan Malaysia semakin menipis. Meskipun pemerintah Indonesia telah menutup banyak sawmill kecil (hal ini mungkin saja terjadi!), permintaan akan kayu dari perusahaanperusahaan Malaysia seperti Minho Group, Rimbunan Hijau Group, Samling, DLH Group dan lainnya jauh melebihi suplai resmi dari hutan-hutan Malaysia. Jadi, Indonesia mulai memenuhi kekurangan pasokan kayu untuk Malaysia ini meskipun Indonesia mengalami kekurangan kayu yang semakin besar; • Masyarakat lokal masih kekurangan sarana/perangkat hukum untuk memiliki dan mengelola hutan tempat mereka menggantungkan hidup. Mereka melihat orang luas berdatangan ke hutan mereka dan mencuri kayu-kayunya. Bisa dipahami jika mereka paling tidak ingin mendapatkan hasil tersebut untuk mereka sendiri.
5.3 Perusahaan Mana yang Terlibat ? Ketika sektor kehutanan Indonesia dibangun, sebagian besar perusahaan kayu atau kelompok usaha kayu di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan rejim Soeharto (ingat Bob Hasan?). Setelah reformasi sektor kehutanan pada tahun 1999, terjadi restrukturisasi perusahaan penebangan politik, namun sebagian struktur yang lama masih ada. Sudono Salim (Salim Group) dan Prajogo Pangestu (Barito Pacific Timber Group) masih berkecimpung di sektor ini. Bob Hasan telah dibebaskan dari penjara, dan siapa yang tahu kapan ia akan kembali ke industri ini lagi ? Meskipun demikian, begitu banyak konsesi penebangan (HPH) yang menarik diri dalam beberapa tahun terakhir ini sehingga kita tidak tahu kelompok usaha yang mana yang termasuk sepuluh perusahaan penebangan paling besar di Indonesia saat ini. Sepuluh kelompok perusahaan penebangan terbesar yang dapat dilihat pada Tabel 1 adalah berdasarkan data tahun 1997-1998. xxx Tabel 1. Sepuluh Kelompok Usaha Pemilik HPH Terbesar Tahun 1997-1998 Barito Pacific Djajanti Kayu Lapis Indonesia (KLI) Alas Kusuma Inhutani I Bob Hasan Group Armed Forces/Navy Korindo Kodeco Sumalindo
Sebagian besar perusahaan-perusahaan di atas milik pengusaha Indonesia, namun ada juga yang sahamnya dimiliki pengusaha asal Malaysia dan Singapura. Tidak diragukan lagi, Barito Pacific Timber masih merupakan perusahaan penebangan dan pengekspor kayu terbesar di Indonesia sampai saat ini. Kelompok usaha ini memiliki lahan konsesi paling luas dan memiliki 52 konsesi penebangan dan 31 sawmill, yang mengkonsumsi kayu lebih dari 4,3 juta m3 per tahun. Di tahun 2003, dengan asumsi bahwa seluruh sawmill ini berjalan dengan kapasitas penuh, maka mereka memengambil 67% dari seluruh suplai kayu resm nasional. Barito Pacific juga memiliki 32
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
saham minoritas di puluhan perusahaan penebangan dan pengolahan kayu Indonesia dan menjalankan berbagai perusahaan kehutanan di Malaysia, Papua Nugini dan China.xxxi Barito Pacific dimiliki oleh teman Soeharto, Prajogo Pangestu, yang beberapa kali dituduh melakukan tindak korupsi. Barito Pacific juga diketahui terlibat dalam kegiatan pembalakan liar. Sebuah studi yang dilaksanakan pada tahun 1999 menunjukkan bahwa dua pertiga dari suplai kayu ke Barito berasal dari sumber ilegal atau tidak lestari, dan kondisi ini kemungkinan besar akan semakin buruk. xxxii
5.4 Kemana Kayu Gergajian dan Plywood Dijual ? Menurut ekspor tercatat, terjadi penurunan drastis dalam ekspor kayu dalam beberapa tahun terakhir, yaitu hanya mencapai 0,6 juta m3 di tahun 2003. Sekitar 40% diantaranya diekspor ke China dan sekitar 33% ke Malaysia. xxxiii Namun, umum telah mengetahui bahwa sejumlah besar kayu bulat dan kayu balok ilegal telah (dan masih terus) dikirim secara ilegal ke Malaysia.
Pasar Ekspor Kayu Gergajian Indonesia (2002) 8%
7%
1%1%
10%
52% 21%
China Jepang Hong Kong Negara Lainnya
Malaysia Korea Selatan Uni Eropa
Resminya, produk ekspor utama adalah kayu gergajian dan plywood. Kayu gergajian umum digunakan dalam sektor konstruksi (kusen dan pintu rumah/gedung) dan untuk pembuatan furnitur untuk kebun. Di tahun 2002 ekspor kayu gergajian Indonesia mencapai 2,5 juta m3. Pasar ekspor terbesar adalah China, yang mengimpor 1,3 juta m 3 (52%). Negara pengimpor utama lainnya adalah Malaysia, Jepang dan Korea Selatan. Sedangkan, Uni Eropa hanya mengimpor 1.4%. xxxiv Plywood umumnya digunakan dalam bisnis konstruksi, perusahaan konstruksi profesional maupun toko ‘lakukan sendiri’ membeli plywood dalam jumlah besar. Dari total ekspor sebanyak 5,5 juta m 3 tahun 2002, sekitar 2,6 juta m3 (48%) diekspor ke Jepang, dimana plywood digunakan untuk membingkai cetakan dinding (di Jepang disebut con pane). Belum lama berselang, plywood yang berasal dari hutan tempat banyak masyarakat menggantungkan hidupnya hanya Pasar Ekspor Plywood Indonesia (2002) digunakan sekali saja lalu dibuang. Setelah 21% aksi yang dilakukan ornop dari Jepang dan 5% 48% dari belahan dunia lainnya, banyak perusahaan Jepang mengenalkan sistem pemakaian con pane berulang kali. Pasar 7% ekspor utama lainnya adalah Amerika Serikat, 9% Korea Selatan dan Uni Eropa. xxxv 10%
Jepang Korea Selatan Taiwan
Amerika Serikat Uni Eropa Negara Lainnya
Di Eropa, Belgia, Inggris dan Jerman merupakan importir utama plywood Indonesia, namun jumlahnya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan total seluruh ekspor 33
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Suplai Kayu Keras ke Inggris, Belanda dan Belgia tahun 2002 Ribuan m3 Kayu Bulat 0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Brasil Indonesia Malaysia Gabon Kamerun China Ghana Pantai Ivory Liberia Kongo DR of Congo Equatorial Myanmar Guyana
plywood Indonesia. Namun, negara-negara Eropa amat bergantung pada Indonesia (dan Malaysia) untuk impor kayu keras tropis. Angka-angka di atas menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pemasok kayu keras tropis kedua terbesar ke Inggris, Belanda dan Belgia. xxxvi Ada kemungkinan bahwa ekspor kayu Indonesia ke China dan Korea Selatan akhirnya masuk ke pasar Uni Eropa. Namun yang lebih penting, sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar kayu Malaysia yang diekspor berasal dari hutan Indonesia karena banyaknya kayu ilegal yang diselundupkan ke Malaysia. Sumber dari dalam industri perkayuan Belanda memperkirakan bahwa pada tahun 1999 sebanyak 60 % dari ekspor kayu dari Malaysia Barat ternyata berasal dari hutan Indonesia. xxxvii Jika kita mempertimbangkan fakta ini, maka dampak dari pasar Eropa terhadap hutan Indonesia ternyata jauh lebih besar dari yang ditunjukkan data-data perdagangan bilateral.
5.5 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? Secara umum, sektor keuangan formal tidak terlalu banyak berperan dalam industri penebangan. Hal ini dikarenakan penebangan dan bahkan pengolahan kayu membutuhkan modal eksternal yang terbatas. Seperti yang dikatakan seorang pengusaha penebangan, “Saya tidak perlu bank. Yang saya butuhkan adalah hutan yang baik, truk, gergaji mesin (chainsaw) dan anak buah. Dua minggu kemudian, saya sudah menjadi miliuner!” (catatan: miliuner dalam dolar, bukan dalam rupiah!). Tentu saja, pengolahan kayu dan terutama produksi plywood membutuhkan dana yang lebih tinggi. PT Barito Pacific Timber, sebagai contoh, yang adalah perusahaan kayu terintegrasi yang terbesar di Indonesia amat tergantung pada pinjaman bank. Bank utama penyokong kelompok usaha ini adalah ING Bank (Belanda), Deutsche Bank (Jerman), Crédit Suisse (Swiss) dan American Express Bank (Amerika Serikat).xxxviii Tahun 1994, Onop Pengawas Hutan dari Inggris bersama Ornop Indonesia, telah menyulitkan Barito Pacific saat perusahaan ini akan mencatatkan diri di bursa efek Jakarta. Forests Monitor mendistribusikan informasi tentang praktek-praktek buruk Barito Pacific dalam mengelola hutan 34
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
kepada investor potensial di London dan menganjurkan para investor iniuntuk tidak membeli saham perusahaan ini. Hal ini telah mengakibatkan turunnya harga saham Barito dan selama beberapa tahun perusahaan ini mengalami penurunan harga sahamnya. Secara keseluruhan, peran lembaga keuangan dalam sektor penebangan dan pengolahan kayu tidak terlalu besar. Hanya sedikit sekali bank internasional yang bersedia menanamkan uang dalam penebangan yang, akibat kampanye internasional, diapandang berresiko tinggi. Hal ini menunjukkan keberhasilan kegiatan kampanye, namun kampanye saja belumlah cukup untuk menghentikan perusahaan penebangan, karena lembaga keuangan lainnya telah terjun ke dalam sektor ini. Di Indonesia, cukong (middlemen) merupakan sumber utama pendanaan kelompok penebang liar yang merambah hutan lindung dan taman nasional. Sebagian besar cukong-cukong ini adalah pengusaha Indonesia, namun cukong dari Malaysia juga aktif bergerak di Kalimantan Timur dan Papua. Cukong-cukong ini amat suslit ditekan; satu-satunya cara untuk menekan mereka adalah jika mereka membuka rekening di bank-bank yang biasa, karena bank-bank seperti itu harus melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan. Oleh karena itu, CIFOR dan berbagai Ornop mendesak pemberlakuan UU tentang Pencucian Uang untuk sektor kehutanan, yang tahun lalu telah disetujui pemerintah Indonesia.
5.6 Studi Kasus: Menelusuri Arus Impor Kayu ke Belanda Mendesakkan perubahan pada sektor kehutanan Indonesia lewat pasar dapat dilakukan dengan melacak dan menelusuri arus pergerakan kayu dari hutan sampai ke konsumen. Jika perusahaan penerima kayu di Eropa atau Amerika Serikat dihadapkan pada bukti-bukti, Anda dapat pastikan bahwa perusahaan penghasil kayu akan menerima surat dari pembelinya. Dalam beberapa kasus, produsen kayu akan kehilangan pembelinya, dan otomatis uang dalam jumlah besar. Dalam kasus lainnya, produsen akan dipaksa memperbaiki praktek-praktek usahanya. Empat tahun terakhir, Ornop Belanda seperti Greenpeace, WWF dan Milieudefensie (Friends of the Earth Belanda) telah menekan industri perkayuan Belanda untuk menghentikan impor kayu ilegal. Kampanye yang dilakukan meliputi penerbitan laporan, aksi media, lobi-lobi dan aksi langsung. Pada awalnya, importir kayu berdalih bahwa kayu ilegal bukanlah isu karena di pasar tidak ada orang yang secara jelas meminta kayu legal!. Namun, aksi para Ornop tersebut terus berlanjut, dan sektor industri perkayuan 35
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
tersebut pun terbelah. Ada perusahaan yang merasa bahwa jika mereka tidak dapat memastikan legalitas kayu yang mereka terima, maka dasar usaha mereka akan dipertanyakan. Tahun 2003, Asosiasi Perdagangan Kayu Belanda (the Netherlands Timber Trade Association - NTTA) menerapkan kebijakan pembelian yang mengikat seluruh 270 anggotanya. Kebijakan tersebut menyatakan bahwa terhitung tanggal 1 Januari 1, 2005 tidak satu pun dari anggotaasosiasi ini boleh memperdagangkan kayu ilegal.xxxix Meskipun tanggal berlakunya kebijakan tersebut merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, NTTA telah melakukan berbagai langkah untuk mendukung kebijakannya, yaitu:
• Tahun 2003, seluruh anggota NTTA yang melakukan perdagangan dengan Indonesia dan
•
•
•
•
Malaysia meminta perusahaan pengekspor kayu menyertakan catatan tertulis yang berisi jaminan komitmen mereka untuk mengekspor hanya kayu yang legal saja. Kebijakan ini mengakibatkan terpecahnya produsen kayu menjadi mereka yang membuat komitmen (entah sungguh-sungguh atau tidak) dan produsen yang tidak membuat komitmen. Golongan yang terakhir ini akan dikeluarkan dari pasar Belanda; Bulan Juni 2004, NTTA bersama dengan Ornop Belanda mengeluarkan pernyataan bersama yang mendukung FLEGT, Rencana Aksi Eropa untuk membasmi perdagangan kayu ilegal. Dan pemerintah Belanda diminta untuk memanfaatkan kedudukannya sebagai Ketua Uni Eropa untuk meminta pelarangan total kayu ilegal.xl Dua pedagang kayu terbesar Belanda, Jongeneel and PontMeyer, yang mewakili 25% seluruh perdagangan kyu di Belanda, diterima ke dalam Kelompok Pembeli FSC Belanda dengan syarat mereka harus berhenti memperdagangkan kayu ilegal dan berusaha memperdagangkan kayu yang berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikasi FSC; NTTA menugaskan the Tropical Forest Trust (TFT) untuk mengkaji kinerja belasan pemasok asal Indonesia ke pasar Belanda. Yang kinerjanya tidak baik akan dilarang melakukan hubungan dagang dengan anggota NTTA. Beberapa diantaranya diminta memuilai prose verifikasi legalitas independen; NTTA sedang merencanakan kunjungna ke Indonesia bulan Februari untuk melakukan konsultasi dengan berbagai stakeholser, termasuk Ornop tingkat lokal dan nasional, tentang kegiatan NTTA dan pemasalahan yang ada.
Salah satu alasan mengapa NTTA berniat melaksanakan kebijakan pembeliannya adalah laporan berjudul Suspected Timber - Timber imported by Jongeneel and PontMeyer yang diterbitkan oleh Milieudefensie (FoE NL) tahun 2003.xli Laporan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Milieudefensie (FoE NL), konsultan AIDEnvironment dan sejumlah Walhi daerah dan Ornop Indonesia lainnya. Intinya, sukarelawan Milieudefensie melakukan investigasi terhadap plywood yang dijual toko Jongeneel and PontMeyer di Belanda. Secara diam-diam, para sukarelawan ini memotret logo dan lambang-lambang/kodekode yang terdapat pada bungkus plywood tersebut. Nama-nama yang tertera di bawah ini dikumpulkan dan dianalisa oleh AIDEnvironment. Beberapa nama yang berhasil diidentifikasi adalah: · · · · · 36
PT Asia Forestama Raya (Raja Garuda Mas Group) di Pekanbaru dan Medan PT Sangkulirang Bakti (Barito Pacific Timber Group) di Kalimantan Timur PT Narindu di Medan PT Tanjung Johor Timber (Tanjung Group) di Jambi PT Korindo di Balikpapan
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
· ·
PT Rimba Sunkyong di Padang PT Siak Raya Timber (SRT Group) di Pekanbaru
Kontak dan studi yang dilakukan para Ornop ini memberikan banyak informasi yang berharga mengenai praktek-praktek ilegal perusahaan-perusahaan di atas yang menjual produk mereka ke pedagang Belanda yang telah berkomitmen untuk menghentikan perdagangan kayu ilegal. Karena banyak plywood yang ditemukan berasal dari Asia Forestama Raya dan Siak Raya Timber, Walhi Riau mengadakan sebuah investigasi. Dengan berani, mereka melakukan survei lapangan selama musim banjir di Taman Nasional Keremutan, Giam Siak Kecil dan daerah-daerah lainnya. Para penebang liar mencurigai tim investigasi ini, yang dengan cermat menanyakan tujuan kayu-kayu yang sedang mereka tebangi. Tim ini harus menghadapi resiko diserang harimau, dan kadang-kadang harus tidur di atas pohon untuk menghindari banjir. Informasi yang berhasil mereka kumpulkan menunjuk kepada pabrik pplywood milik PT Asia Forestama Raya di Pekanbaru karena perusahaan ini membeli kayu hasil tebangan penebang liar tersebut dari tongkang-tongkang dan truk yang mereka lihat di dalam hutan lindung tersebut. Setelah laporan tersebut diterbitkan, seorang pedagang kayu menyatakan, “Laporan ini terlalu meyakinkan untuk kami sangkal. Para penulisnya bahkan mampu mengidentifikasi plat nomor truk yang membawa kayu-kayu curian itu dari dalam hutan. Kami perlu menanggapinya dengan serius dan bertindak.” Penting bagi kalangan Ornop dan masyarakat untuk mengetahui dari mana produsen kayu mendapatkan bahan baku untuk produksinya dan kepada siapa mereka menjual produknya. Informasi ini dapat digunakan dalam negosiasi dengan perusahaan tersebut, dan mereka pasti tidak suka jika Anda mengetahui praktek-praktek usaha mereka. Anda bisa mendapatkan informasi tentang pihak pemasok dan pembeli dari investigasi lapangan, namun Anda juga bisa mendapatkannya dari staf produsen kayu tersebut. Dinas pabean di pelabuhan-pelabuhan kadang kala juga menyimpan data-data yang berharga. Begitu Anda mendapatkan informasi-informasi ini, alangkah baiknya jika informasi ini disebarkan kepada orang lain, karena mereka mungkin mengetahui pihak eksportir yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. 37
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Pulp dan Kertas
6
6.1 Tinjauan Singkat
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah mengeluarkan sejumlah besar konsesi perkebunan, yang sebagian besar diberikan pada keluarga atau orang-orang yang dekat dengan Soeharto. Pemerintah juga 38
6
Juta ton
5 4 3 2 1 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
0
Produksi
Ekspor
Produksi dan ekspor kertas Indonesia 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Di awal tahun 1980-an, pemerintahan Soeharto meluncurkan rencana ambisius di bidang kehutanan untuk mengembangkan industri bubur kayu dan kertas dengan tujuan menjadikan Indonesia penghasil bubur kayu dan kertas utama di dunia. Industri ini harus mendapat pasokan dari perkebunan pulpwood, yang disebut-sebut dapat merehabilitasi lahan rusak dan mengurangi tekanan atas hutan alam.
Produksi dan ekspor pulp Indonesia
Juta ton
Produksi pulp/bubur kayu dan kertas dimulai dengan pengumpulan (batang) kayu. Kayu-kayu ini dihasilkan dari perkebunan atau kegiatan penebangan di hutan. Kayu-kayu ini lalu dikirim ke pabrik pulp, yang akan mengubahnya menjadi bubur kayu/pulp bleached hardwood kraft (BHK). Di Indonesia, sering kali bubur kayu lunak hasil impor ditambahkan untuk menghasilkan campuran bubur kayu untuk membuat kertas berkualitas tinggi. Bubur kayu ini lalu dijual ke berbagai produsen kertas dan bahan pembungkus. Bubur kayu diperdagangkan di seluruh dunia dan margin keuntungannya rendah. Untuk menghasilkan keuntungan yang memadai, bubur kayu harus diproduksi secara besarbesaran. Hal ini berarti dibutuhkan investasi besar untuk menbangun pabrik pengolahan pulp ini.xlii
Produksi
Ekspor
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
mengucurkan pinjaman jutaan dolar tanpa bunga sebagai insentif untuk mendorong berbagai pihak terlibat dalam sektor ini. Perusahaan-perusahaan ini dengan cepat memulai operasinya dengan menebangi kayu yang ada di daerah konsesi mereka, yang umumnya terletak di dalam hutan. Investasi besar-besaran untuk mendirikan pabrik pulp dan kertas ini terjadi pada awal tahun 1990-an, jauh sebelum perkebunan yang mampu memasok kebutuhan pabrik-pabrik ini didirikan. Dikarenakan dorongan pemerintah, industri pulp dan kertas Indonesia tumbuh dengan pesat sejak akhir tahun 1980-an. Sampai tahun 2001 lebih dari 8 juta hektar lahan diberikan kepada sekitar 175 perusahaan untuk dikonversi menjadi perkebunan kayu. Sekitar 5 juta hektar lahan diantaranya diperuntukkan untuk perkebunan monokultur tanaman cepat tumbuh (yang umumnya berupa tanaman jenis Acacia mangium dan Eucalyptus).xliii Angka di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2002 Indonesia menghasilkan 5,5 juta ton bubur kayu keras, dimana 2.2 juta ton diantaranya diekspor ke luar negeri. Produksi kertas Indonesia pada tahun 2002 mencapai 7 juta ton, dimana 2,4 juta ton diantaranya diekspor ke luar negeri. Antara tahun 1989 dan 2002, produksi pulp Indonesia meningkat dari 0,3% menjadi 3,3% dari total produksi pulp dunia. xliv Produksi pulp Indonesia % produksi global 6
Juta ton
5 4 3
4% 3% 2%
2 1
0%
19 89 19 90 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02
0
1%
6.2 Dampak Sosial dan Ekologis Kapasitas produksi pulp dan kertas Indonesia meningkat dengan pesat dalam lima belas tahun terakhir. Peningkatan ini jauh melebihi usaha-usaha untuk menyediakan pasokan bahan baku yang berkelanjutan dari perkebunan pulpwood. Pabrik pulp Indonesia amat tergantung pada pasokan bahan baku ilegal, yang sebagian besar dihasilkan dari penebangan pohon di hutanhutan alam. Dari 120 juta m3 kayu yang dierkirakan dikonsumsi industri pulp selama periode 1988-2000, hanya 10 persen berasal dari perkebunan. Sisanya dihasilkan dari penebangan di hutan-hutan alam, yang umumnya dilakukan secara ilegal. Selama periode tersebut, permintaan akan pulpwood diperkirakan telah menimbulkan hilangnya lebih dari 900.000 hektar hutan alam.xlv Berdasarkan data dari Pusat Statistik Pengelolaan Hutan dan Kementerian Kehutanan, industri pulp dan kertas Indonesia akan terus bergantung pada pasokan bahan baku dari hutan alam untuk memenuhi kebutuhannya hingga beberapa tahun ke depan. 39
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Perusahaan pulp telah menunjukkan bahwa mereka lebih tertarik pada kayu ‘gratis’ hasil pembukaan hutan; setelah hutan dibersihkan danseluruh kayunya diambil, lahan tersebut ditinggalkan begitu saja tanpa ditanami kembali sebagaimana disyaratkan dalam rencana konsesi pemerintah. Lewat praktek-praktek seperti ini, jutaan hektar hutan, yang sebelumnya merupakan hutan primer tempat masyarakat lokal menggantungkan hidupnya, mengalami kerusakan parah. Hutan yang rusak tersebut kehilangan fungsi alamiahnya dalam mengatur keseimbangan ekosistem, yang akhirnya menimbulkan banjir, kebakaran hutan dan tanah longsor yang merugikan ratusan ribu masyarakat. Bencana-bencana ini tidak terjadi secara alamiah, namun timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam yang eksploitatif dan tidak berkelanjutan.xlvi Dua contoh terkini dari Jambi dan Riau menunjukkan parahnya bencana yang diakibatkan. Di awal tahun 2003, terjadi kebakaran besar di Jambi. Hampir 500 hektar perkebunan yang dikelola PT Dyera Hutan Lestari (PT DHL) terbakar selama tiga minggu akibat buruknya pengelolaan perkebunan. Di daerah Jambi lainnya, tepatnya di daerah Mendahara Ulu terjadi banjir akibat rusaknya hutan bakau di hulu sungai oleh operasi sebuah perusahaan pulp. Awal tahun 2003 terjadi banjir besar yang berlangsung hampir satu bulan di Riau. Banjir tersebut menghancurkan apa saja yang dilewatinya dan menimbulkan kerugian sampai Rp764 milyar, yang setara dengan 64% anggaran tahun 2002 propinsi tersebut. Laporan dari WALHI mengungkapkan bahwa konversi lahan secara besar-besaran di hulu sungai telah menghilangkan daya dukung lahan dan menibulkan erosi tanah, sedimentasi dan banjir. Pertengahan tahun 2003 Riau dihantam banjir besar lainnya yang diikuti dengan kebakaran hutan yang menghancurkan lebih dari 245.000 hektar hutan dalam waktu kurang dari 23 hari saja. 32 dari 54 perusahaan yang membuka hutan dengan api merupakan perusahaan pulp dan kertas.xlvii Di samping dampak negatif terhadap lingkungan, industri pulp dan kertas juga mengakibatkan berbagai konflik sosial.xlviii Berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan, lebih dari 5.700 konflik yang terkait dengan perusahaan pulp dan kertas terjadi di seluruh Indonesia dari tahun 1990 sampai 1996. Sebagian besar konflik tersebut adalah konflik atas kepemilikan lahan antara masyarakat adat dan masyarakat lokal dengan pihak pemilik konsesi.xlix Di Porsea, Sumatera Utara, konflik antara masyarakat lokal dengan PT Inti Indorayon Utama (IIU) semakin meruncing dan melibatkan penggunaan kekerasan oleh perusahaan yang didukung pemerintah tersebut. Ratusan masyarakat diserang dan mengakibatkan beberapa orang mengalami cacat tubuh permanen, puluhan lainnya dimasukkan ke penjara dan beberapa orang meninggal. Daerah di sekitar pabrik terkontaminasi oleh bau busuk dari bahan klorin yang digunakan, membuat orang sulit bernafas. Lahan pertanian masyarakat tercemar limbah kimia dari pabrik. Lewat perjuangan selama bertahun-tahun, akhirnya pabrik tersebut ditutup. Namun, sistem hukum yang korup dan kepentingan politik yang bermain telah menuju ke pembukaan kembali perusahaan tersebut, yang kini berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari. l Perusahaan lainnya menggunakan cara yang berbeda untuk menangani protes masyarakat, namun sama-sama opresif. Sebagai contoh, PT Indah Kiat Pulp & Paper dan PT Riau Andalan Pulp & Paper membentuk pasukan pengamanan lokal yang disebut Pam Swakarsa untuk meredam protes masyarakat. Di Jambi, PT Lontar Papyrus dan PT Wira Karya Sakti berhasil menggunakan pengaruhnya untuk memaksa pemerintah setempat mengakomodir kepentingan mereka lewat Perda.li 40
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Masih banyak contoh dampak negatif sosial dan lingkungan lain yang ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas. Karena perusahaan di sektor ini akan terus bergantung pada pasokan bahan baku dari hutan alam, potensi munculnya konflik-konflik serupa sangat besar.
6.3 Perusahaan Mana yang Terlibat ? Ada sekitar 16 produsen hardwood pulp di Indonesia, yang sebagian besar memproduksi pulp untuk kebutuhan pembuatan kertas internal mereka. Ada 5 buah pabrik yang memproduksi pulp untuk produksi kertas di Indonesia dan luar negeri, dan ada satu pabrik yang memproduksi pulp untuk pembuatan rayon (Toba Pulp Lestari). Produser pulp utama Indonesia, yaitu Riau Andalan Pulp & Paper dan Indah Kiat, keduanya berlokasi di Riau. Dengan kapasitas produksi tahunan masing-masing mencapai 2 juta ton, keduanya termasuk tiga produsen pulp terbesar di dunia! Meskipun terdapat lebih dari 70 pabrik kertas dan bahan pembungkus di Indonesia, yang utama hanya sekitar 10 buah saja. Tiga anak perusahaan Asia Pulp & Paper, yang berada di bawah naungan Sinar Mas Group, mendominasi pasar kertas lokal. Perusahaan Riau Andalan Kertas dari Raja Garuda Mas Group juga merupakan produsen kertas utama lainnya, namun sebagian besar produksinya diekspor ke luar negeri. Di pasar bahan pembungkus, kompetisinya amat ketat, namun kembali perusahaan di bawah naungan Sinar Mas Group yang menguasai pasar. Tabel 2 menunjukkan perusahaan pulp dan kertas utama di Indonesia beserta prakiraan kapasitas produksi mereka. Berbeda dengan sektor produksi komoditas lainnya, sektor pulp dan kertas di Indonesia didominasi oelh kelompok usaha milik pengusaha dalam negeri. Kepemilikan langsung perusahaan asing di perusahaan-perusahaan ini amat jarang. Hanya Tanjungenim Lestari 60% sahamnya dimiliki perusahaan Jepang (Marubeni, Nippon Paper dan OECF). Namun, menyusul krisis keuangan tahun 1997, banyak perusahaan pulp & paper mengalami kesulitan keuangan. Dalam beberapa kasus, bila ada perusahaan yang tidak mampu membayar Tabel 2. Perusahaan Pulp dan Kertas Utama di Indonesia Kelompok
Perusahaan
Kapasitas produksi tahunan Pulp (Ton)
Lokasi
Kertas (Ton)
Barito Pacific
Tanjungenim Lestari
450.000
-
Dirgahayu
Surya Kertas
-
347.750
Jawa Timur
Fajar Surya Wisesa
Fajar Surya Wisesa
-
500.000
Jawa
Gudang Garam
Surya Zigzag
-
200.000
Jawa
Kalimanis
Kiani Kertas
525.000
-
Kalimantan Timur
Raja Garuda Mas
Riau Andalan Pulp & Paper
2.000.000
-
Riau
-
600.000
Riau
Riau Andalan Kertas Toba Pulp Lestari Sinar Mas
Sumatra Selatan
Sumatra Utara
240.000
-
Indah Kiat
2.000.000
1.724.000
Tjiwi Kimia
-
400.000
Jawa Timur
Pindo Deli
-
698.000
Jawa Barat
545.000
67.500
Aceh, Jambi
-
168.000
Lontar Papyrus Lainnya
Sumatra Selatan, Jawa Barat
Jawa Timur, Jawa Barat
bunga pinjaman mereka, pihak bank akhirnya akan mengambil alih saham-saham perusahaan tersebut. Baik Toba Pulp Lestari dan Kiani Kertas kini dimiliki oleh bank asing dan pengelola aset. 41
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
6.4 Kemana Produksi Pulp dan Kertas tersebut Dijual ? Pulp merupakan komponen utama pembuatan kertas, karton dan berbagai bahan pembungkus. Sejumlah kecil produksi pulp digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti serat tekstil, film dan kertas kaca (cellophane).lii Kertas merupakan produk yang tak terukur nilainya dalam masyarakat modern. Bahkan meskipun teknologi komunikasi digital telah berkembang sedemikian pesatnya, kertas masih merupakan media penyampaian informasi paling utama di dunia. Sebagian besar produksi pulp Indonesia diekspor ke luar negeri, terutama ke China, Korea Selatan, Jepang, Belanda dan Italia.liii Pembeli pulp Indonesia umumnya adalah perusahaan penghasil kertas. Dua produsen pulp utama Indonesia, yaitu RAPP dan Indah Kiat, memiliki hubungan yang erat dengan produsen kertas di China, yang merupakan pembeli utama pulp mereka.
700 606 600 500 400 300
249
200 100
120
94 89 81 41 37 23 21
Ita lia In A dia us tr al i In a gg r is P N eg era n ar c a la is in ny a
0 K C or ea hin Se a la ta Je n pa B ng el an da
Ribu ton
Produksi pulp Tanjungenim Lestari di Sumatra Selatan dibeli oleh perusahaan dagang Cellmark (Swedia) dan Marubeni (Jepang) dan sebagian besar dikirim ke Jepang. Produksi Kiani Kertas sebelumnya dijual ke perusahaan kertas Hansol Corporation (Korea Selatan) dan Shinho Corporation (Jepang), namun, produksi Kiani Kertas tidak terlalu banyak dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pasar ekspor pulp Indonesia in 2002
Toba Pulp Lestari mengekspor pulp jenis tertentu yang digunakan untuk pembuatan rayon. Kemungkinan produksinya dijual ke pabrik rayon China yang sebelumnya terletak di Sumatera Utara juga, namun kemudian dikirim ke China. Tidak seluruh produksi pulp Indonesia diekspor, sebagian besar dikonsumsi oleh perusahaan kertas domestik (bersama pulp impor yang dihasilkan dari pendaurulangan kertas). Sebagian besar produksi kertas Indonesia juga diekspor ke pedagang kertas besar dunia. Pedagang kertas besar tersebut lalu mendistribusikannya ke industri pencetakan dan toko-toko alat tulis. Penelitian yang dilakukan Friends of the Earth pada tahun 2001 mengungkapkan beberapa kelompok toko buku dan alat tulis penting di menjual kertas fotokopi yang diproduksi Asia Pulp & Paper.
6.5 Siapa yang mendanai sektor ini ? Untuk dapat bersaing di pasar dunia, sebuah perusahaan pulp harus mendapatkan keuntungan dari besar kecil perusahaannya: perusahaan besar mampu membeli bahan/peralatan pokok (bahan kimia, mesin potong, mesin pembuat pulp, dll.) dalam jumlah besar yang lebih murah. Oleh karena itu, perusahaan pulp umumnya besar-besar yang berarti membutuhkan investasi awal yang besar 42
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
pula. Secara umum, dibutuhkan dana antara US$ 1.000 dan US$ 2.000 untuk setiap ton kapasitas produksi. Perusahaan pulp besar Indonesia yang didirikan puluhan tahun silam menyedot dana antara US$ 600 juta dan US$ 1,3 juta. Pertumbuhan industri pulp dan kertas Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir telah melibatkan investasi sekitar US$ 12 milyar. Sampai tahap tertentu, perusahaan pulp dan kertas Indonesia didorong untuk menanamkan investasi besar dalam proyek dengan resiko tinggi ini karena pemiliknya mampu menghindari resiko yang ada. Ada tiga faktor yang memungkinkan mereka mampu berbuat demikianliv: · Pemerintah Indonesia menyediakan subsidi besar bagi produsen pulp & kertas, termasuk penyediaan bahan baku fiber dengan harga di bawah nilai tegakannya; · Peraturan sistem keuangan pemerintah yang lemah memungkinkan produsen pulp & kertas memanfaatkan berbagai praktek ilegal untuk mendapatkan pendanaan yang murah; · Lembaga keuangan internasional telah mengucurkan bantuan milyaran dolar untuk pengusaha pulp dan kertas tanpa mengkaji terlebih dahulu dengan cermat keberlanjutan pasokan bahan baku atau legalitas pengelolaan keuangannya. Sebagian besar pabrik pulp dan kertas yang didirikan di Indonesia pada tahun 1990-an menggunakan mesin-mesin buatan Eropa, terutama dari Finlandia, Swedia, Jerman dan Austria. Lembaga Pemberi Kredit Ekspor dari negara-negara ini memainkan peranan penting dalam pembiayaan pabrik-pabrik ini, dengan mengucurkan pinjaman atau bertindak sebagai penjamin pinjaman bank. Bank-bank komersial Eropa, terutama dari Jerman, Swedia, Belanda dan Inggris, juga memainkan peranan penting dalam pembiayaan pendirian pabrik pulp & kertas ini. 6.6 Studi kasus: Asia Pacific Resources International Holdings (APRIL) Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (APRIL) merupakan salah satu perusahaan pulp dan kertas terkemuka di dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di Singapura dan memiliki pabrik-pabrik utamanya di Indonesia dan China. APRIL merupakan holding company produksi pulp dan kertas Raja Garuda Mas Group (RGM) dari Indonesia, yang merupakan kelompok usaha besar yang bergerak di bidang agribisnis, kehutanan, pulp dan kertas, baja, bahan kimia, pertambangan, dll.lv APRIL mengontrol dua buah produsen pulp & kertas di Indonesia, yaitu:lvi · PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP), yang memiliki pabrik pulp dengan kapasitas produksi 2 juta ton per tahun di Riau. · PT Riau Andalan Kertas (RAK), yang memiliki pabrik pulp dengan kapasitas produksi 350.000 ton per tahun di Riau. Angka-angka yang ada pada diagram di samping ini menunjukkan cakupan produk yang dihasilkan oleh APRIL. Merek dagang APRIL yang paling utama adalah PaperOne, Copy & Laser, Crystal Copy, Perfect Copy dan Dunia Mas. Pasar ekspor utama adalah Asia, Timur Tengah dan Eropa.lvii Setiap tahunnya, APRIL mengekspor 80.000 ton kertas dan 10% dari produk pulpnya ke Eropa.lviii
Produk APRIL 8%
5%
24% 63% Kertas tulis dan cetak Tisu
Kardus dan kertas lapis Kertas lainnya 43
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Lembaga keuangan asing banyak membantu pendanaan ekspansi kedua perusahaan di bawah naungan APRIL ini. Pada akhir tahun 1990-an, APRIL mengalami kesulitan keuangan akibat krisis keuangan Asia. Bersama anak perusahaannya, APRIL harus merestrukturisasi hutangnya yang mencapai US$ 1,3 milyar. Meskipun didera masalah-masalah keuangan ini, mereka masih berusaha mencari bantuan dana untuk melipatgandakan kapasitas produksi pulp dan kertas mereka.lix Dari awal produksi pulpnya dari tahun 1995 sampai 2000, RAPP bergantung sepenuhnya pada pasokan bahan baku dari pembukaan hutan. Diperkirakan pada akhir tahun 2001 RAPP telah membuka 220.000 hektar hutan hujan tropis. Berdasarkan perkiraan perusahaan itu sendiri, masih ada sekitar 147.00 hektar hutan lagi yang akan dibuka sampai tahun 2008, namun angka ini mungkin terlalu rendah.lx Akibat pasokan bahan bakunya yang tidak berkelanjutan, konflik lahan dengan masyarakat lokal dan hancurnya hutan alam, APRIL mendapat kritikan tajam dari ORNOP Indonesia dan internasional. Tahun 2001, ORNOP Indonesia, WWF dan Friends of the Earth menuntut APRIL menghentikan operasi pembukaan hutan di sekitar lahan konsesinya. Di saat yang sama, salah satu investor APRIL dan konsumen utama produksi pulpnya, UPM-Kymmene, juga menuntut APRIL agar dapat beroperasi dengan cara yang lebih lestari. Sesungguhnya, WWF-Finlandia dan Friends of the Earth-Finlandia telah bertahun-tahun melakukan lobi untuk membujuk UPM-Kymmene untuk menuntut APRIL melakukan hal ini. Di bulan April 2002, APRIL mengumumkan bahwa mereka akan melakukan sejumlah peningkatan di bidang lingkungan. Peningkatan dimaksud meliputi: lxi · Moratorium penebangan di hutan Tesso Nilo, Riau, sambil mendiskusikan solusi untuk melestarikan keanekaragaman hayat di daerah ini; · Kesepakatan bahwa APRIL tidak akan mengijinkan kapalnya mengangkut truk bermuatan kayu-kayu tanpa ijin. Di bulan April 2004, ORNOP dari Jerman Robin Wood menerbitkan laporan tentang kegiatan APP dan APRIL. Kesimpulan utama dari laporan tersebut adalah, meskipun baik APP maupun APRIL berusaha menunjukkan kepada mitra usahanya bahwa mereka adalah perusahaan yang memperhatikan lingkungan dengan mnggunakan istilah ‘hutan lindung’, penebangan hutan alam masih terus terjadi di daerah sekitar konsesi mereka. Di daerah yang berada di bawah moratorium penebangan tersebut masih terjadi aksi penebangan liar, dan daerah tersebut secara resmi masih belum mendapatkan perlindungan. Masih saja ada kayu hasil penebangan di daerah tersebut yang dikirim ke pabrik pulp tersebut. Menurut laporan Robin Wood, APP dan APRIL telah terlalu lama meraup keuntungan di atas kerusakan hutan alam. Bersama ORNOP lingkungan Indonesia, Robin Wood dalam laporannya menuntut agar 44
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
produsen, pedagang dan konsumen kertas mengurangi pembelian pulp dan kertas dari Indonesia selama aksi penebangan hutan hujan tropis masih berlangsung. lxii Di bulan Mei 2004, 50 organisasi lingkungan dari seluruh dunia menuntut perusahaan kertas terkemuka dari Jerman Papier Union untuk segera memutuskan hubungannya dengan APRIL, karena keterlibatannya dalam kerusakan hutan yang besar dan konflik sosial di Sumatera. Namun, Papier Union menolak seluruh tuduhan terhadap APRIL tersebut dan menyatakan bahwa peranan mereka sebagai mitra usaha kritis lebih memiliki dampak yang berarti daripada boikot. Perusahaan Jerman tersebut terus membeli produk kertas PaperOne dari APRIL, yang telah mengkonversi ribuan hektar hutan gambut – habitat harimau Sumatera – menjadi perkebunan monokultur untuk kebutuhan bahan baku pembuatan kertasnya. Robin Wood telah menyatakan bahwa mereka akan terus melakukan protes terhadap Papier Union selama perusahaan tersebut masih meneruskan hubungan bisnisnya dengan APRIL. Papier Union menjadi contoh buruk yang terkenal di kalangan pemerhati lingkungan dunia, satu-satunya jalan untuk menghilangkan dampak buruk ini adalah dengan mengubah kebijakan pembelian. lxiii Kampanye menentang mitra usaha APRIL ini perlu terus dilanjutkan, mengingat bahwa APRIL saat ini sedang mengajukan permohonan untuk lahan konsesi baru seluas 250.000 hektar. Lahan konsesi baru ini terletak jauh di tengah hutan rawagambut di pesisir, yang merupakan hutan rawa gambut terbesar kedua yang masih tersisa di dunia setelah hutan rawa gambut di pesisir selatan Papua Guinea.
45
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Kelapa Sawit
7
7.1 Tinjauan Singkat Lebih dari seabad yang lalu, pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) hanya didapati di daerah pesisir Afrika Barat. Di daerah tersebut, kelapa sawit tidak ditanam di perkebunan, namun dibiarkan tumbuh sendiri di hutan. Saat masyarakat lokal di sana mendapati bahwa kelapa sawit dapat dijadikan minyak, mereka lalu membuka perkebunan kelapa sawit kecil. Sampai saat ini, masih terdapat kelompok masyarakat yang membudidayakan tanaman kelapa sawit ini di Afrika Barat dan Tengah. Sama halnya dengan karet bagi masyarakat Indonesia, kelapa sawit masih merupakan ‘gaya hidup’ banyak masyarakat lokal di Afrika.
Produksi minyak sawit global tahun 2003 Total: 27,9 juta ton Malaysia
46% 39%
Indonesia Nigeria
3%
Thailand
2%
Kolombia
2%
Papua New Guinea
1%
Ekuador 1% Pantai Ivory 1% Negara lainnya
5%
Jutan ton
0% 10% 20% 30% 40% 50% Di Asia Tenggara, perkebunan kelapa sawit pertama dibuka hampir 100 tahun yang lalu oleh pemerintah kolonial. Untuk menghasilkan minyak kelapa dalam jumlah yang memadai, lalu perkebunan besar mulai dikembangkan di kawasan dataran rendah tropis Asia Tenggara, karena di daerah itulah kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik.
Tiga puluh tahun terakhir ini, pemanfaatan minyak sawit dalam industri makanan global meningkat amat pesat. Dengan Konsumsi dan ekspor minyak sawit meningkatkan ekspor minyak sawit, 12 Indonesia dapat meningkatkan penerimaan devisa yang dapat digunakan untuk 10 pembangunan ekonominya. Oleh karena itu, 8 sejak tahun 1970-an, pemerintah Indonesia 7,2 6 6,4 4,9 dan Bank Dunia telah berusaha mendorong 4,1 3,3 2,3 4 pertumbuhan sektor kelapa sawit. 3,0 1,9 1,9
2
2,4
2,7
2,4
3,1
2,9
2,9
3,1
2,6
3,1
0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Ekspor minyak sawit dari Indonesia Konsumsi minyak sawit di Indonesia 46
Saat ini, Malaysia dan Indonesia merupakan produser minyak sawit terbesar di dunia. Dari 27,9 juta ton produksi kelapa sawit dunia tahun 2003, 48% diantaranya dihasilkan Malaysia dan 37% dihasilkan Indonesia.lxiv
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Pendapatan ekspor dari sektor kelapa sawit 4,5%
3.000
4,0%
2.500 Juta US$
3,5% 2.000
3,0%
1.500
2,5% 2,0%
1.000
1,5%
500
1,0% 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pendapatan ekspor % dari total ekspor
Antara tahun 1995 dan 2003 produksi minyak sawit Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dari 4,3 juta ton menjadi 10,3 juta ton. Namun, konsumsi minyak sawit domestik hanya mengalami sedikit peningkatan dalam kurun waktu itu. Ekspansi sektor kelapa sawit lebih banyak dipicu oleh ekspor ke negara lain. Seiring dengan meningkatnya volume ekspor dan harga kelapa sawit, Indonesia menikmati peningkatan pendapatan dari ekspor kelapa sawit. Ekspor produk kelapa sawit di tahun 2003 saja mencapai US$ 2,6 milyar, setara dengan 4,3% dari seluruh pendapatan ekspor saat ini.
7.2 Dampak Sosial dan Ekologis Sektor perkebunan kelapa sawit dipacu perkembangannya di Indonesia karena diyakini dapat membawa pendapatan dan kemakmuran bagi daerah miskin di Indonesia. Namun, lebih sering terjadi bahwa perkebunan kelapa sawit menimbulkan kesengsaraan dan kerusakan hutan tempat tinggal masyarakat. Untuk mendaptakan lahan bagi perkebunan kelapa sawit, daerah yang luas ditebangi pohonya dan dibakar. Hutan dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia beserta satwa liarnya yang unik dihancurkan untuk menyediakan lahan bagi perkebunan kelapa sawit besar. Seluruh desa yang ada di atas lahan tersebut dihancurkan, termasuk lahan pertanian masyarakat. Dengan cara ini, mata pencarian masyarakat lokal musnah, dan tidak memberikan mereka banyak pilihan kecuali pindah ke daerah lain, memaksa hidup dalam kemiskinan atau bekerja untuk perkebunan. Puluhan orang terbunuh dalam konflik atas lahan dan kondisi kerja di perkebunan yang buruk. Selain itu, dampak lingkungan dari perkebunan kelapa sawit seperti polusi yang ditimbulkan kebakaran hutan telah mengambil ratusan Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia nyawa manusia.lxv 4.000 3.500
2.500 2.000 1.500 1.000 500
20 03
19 98
19 93
19 88
19 83
19 78
19 73
0 19 68
Ribu hektar
3.000
Pemerintah memberikan konsesi perkebunan kepada perusahaan, sering kali tanpa memikirkan akibatnya pada masyarakat lokal. Hak masyarakat lokal menurut UU dan Deklarasi HAM internasional sering kali dilanggar oleh pemerintah sendiri. Lebih jauh lagi, peraturan yang mewajibkan perusahaan perkebunan mendapatkan ijin sebelum membuka perkebunan sering tidak diterapkan oleh aparat pemerintah. Pihak perusahaan dapat mulai membuka hutan bahkan sebelum ijinnya keluar. 47
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Banyak organisasi masyarakat dan ORNOP lokal berusaha menghentikan dampak negatif produksi minyak sawit. Namun, suara mereka tidak pernah didengar oleh pemerintah, perusahaan perkebunan dan lembaga keuangan yang terlibat dalam pembangunan perkebunan tersebut.
7.3 Perusahaan Mana yang Terlibat ? Terdapat lebih dari 700 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan yang lebih besar mengontrol puluhan perusahaan di lapangan dan umumnya memiliki pabrik pengolah minyak sawit sendiri, sementara perusahaan yang lebih kecil menjual TBSnya ke pabrik pengolahan tetangganya. Tabel 3. Kelompok Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Utama di Indonesia Kelompok Anglo-Eastern Astra Agro Bakrie Benua Indah Bolloré Cargill Carson Cumberbatch CDC Dutapalma Golden Hope Incasi Raya & Metro Johor Kuala Lumpur Kepong Kumpulan Guthrie Kuok Lyman Musim Mas Napan & Risjadson Oriental Perkebunan Nusantara Raja Garuda Mas REA Rowe Evans Salim Sinar Mas Sipef Sungai Budi Surya Dumai Tirtamas dan Maharani Wilmar
Negara Pemilik Malaysia Singapura Indonesia Indonesia Perancis Amerika Serikat Sri Lanka Inggris Indonesia Malaysia Indonesia Malaysia Malaysia Malaysia Malaysia Indonesia Indonesia Indonesia Malaysia Indonesia Indonesia Inggris Inggris Indonesia Indonesia Belgia Indonesia Indonesia Indonesia Amerika Serikat / China
Luas lahan (ha) 33.692 290.621 80.000 180.000 37.467 27.000 15.934 30.625 60.000 72.000 200.000 140.000 52.000 215.973 57.927 160.000 60.000 340.000 43.900 770.000 543.000 125.000 35.304 230.000 591.000 65.000 62.015 154.133 270.000 200.000
Produksi CPO (ton) 63.240 543.635 55.401 ? 182.628 100.000 26.570 100.000 ? ? ? ? ? 329.524 16.100 ? ? 259.492 ? 2.094.364 600.000 28.557 ? 775.651 1.105.000 127.003 ? ? ? ?
Meskipun jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit amat banyak, sektor ini hanya didominasi oleh sekitar 30 kelompok usaha perkebunan kelapa sawit. Seperti dapat dilihat dalam Tabel 3, setengah dari kelompok usaha ini milik pengusaha Indonesia, setengah lainnya milik pengusaha asing. 7.4 Kemana Produk Kelapa Sawit Dijual ? Minyak sawit dihasilkan dari pemerasan buah kelapa sawit. Kelapa sawit tumbuh berkelompok 48
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
(tandan) di pangkal daun dan dapat dipanen tiga atau empat tahun setelah kelapa sawit ditanam. Setelah dipanen, tandan buah kelapa sawit dibawa ke pabrik pengolahan dimana minyak sawit mentah (crude palm oil) diambil dari batok kelapa (palm kernels). Batok kelapa tersebut lalu dihancurkan di pabrik penghancur. Dengan cara ini, ada tiga produk dasar yang dihasilkan dari buah kelapa sawit, yaitu:
• Crude Palm Oil (CPO), yang dihasilkan dari pemerasan daging buahnya;
• Palm Kernel Oil (PKO), yang dihasilkan dari penghancuran batok kelapanya; dan • Palm Kernel Meal (PKM), yang merupakan residu dari batok kelapa yang telah dihancurkan. Di Indonesia satu hektar perkebunan kelapa sawit menghasilkan rata-rata 3.200 kilogram CPO, 340 kilogram PKO dan 420 kilogram PKM per tahun.lxvi Ketiga produk dari kelapa sawit ini dijual dan diproses lebih lanjut dalam berbagai rantai suplai produk kelapa sawit. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2, kelapa sawit Indonesia melewati rantai suplai yang panjang sebelum sampai ke konsumen di Eropa, India atau China. Perkebunan kelapa
Tandan Buah Segar (TBS) Batok kelapa
Pengolah an CPO
Crude Palm Oil (CPO)
Pedagang
Pedagang
Pabrik
Refinery
Crude Palm Kernel Oil (PKO)
Refined, Bleached dan Deodorized Palm Oil (RBDPO) Pabrik Oleochemical
Palm Kernel Meal (PKM)
Pemurnia
Pemurnia
RBD Olein
RBD PKO
Fatty acids, fatty alcohols, esters, glycerine, dll.
RBD Stearin
Makanan
Pdg Industri makana
Industri makanan
Petani
Industri deterjen dan kosmetik
Industri kimia dan lainnya
Babi, unggas
Industri Kue kering, es krim, keripik, margarin, minyak sayur, biskuit, dll.
Plasticizers, bahan aditif, cat, pelapis, dll.
Sabun, deterjen, lipstik, shampoo, dll.
Daging, produk daging
Supermarket dan toko lainnya Konsumen
Gambar 2. Rantai Suply Kelapa Sawit 49
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Crude palm oil dan crude palm kernel oil harus melewati proses pemurnian dahulu di pabrik pemurnian, yang dapat terletak di Indonesia maupun di negara lain, Malaysia atau Eropa misalnya. Pabrik pemurnian ini menghasilkan berbagai jenis minyak dan lemak (misalnya olein dan stearin). Sebagian dari hasil pengolahan ini diproses lebih lanjut oleh pabrik oleochemical, yang lalu menghasilkan bahan kimia seperti fatty acids dan fatty alcohols. Seluruh produk antara ini dijual ke pedagang, yang lalu menjualnya kembali ke industri makanan, deterjen dan kosmetik dan industri kimia. Industri-industri ini menghasilkan berbagai produk akhir dengan bahan baku kelapa sawit dan bahan-bahan lainnya. Produk-produk berikut menggunakan kelapa sawit (dan bahan-bahan lainnya) sebagai bahan bakunya: kue kering, es krim, keripik, snacks, margarin, minyak sayur, biskuit, sabun, deterjen, lipstik, shampoo, plastik dan cat. Lewat supermarket dan toko lainnya, produk-produk ini sampai ke tangan konsumen. Palm kernel meal memiliki rantai suplainya sendiri. Produk ini digunakan untuk makanan hewan, yang pada akhirnya dikonsumsi oleh konsumen. Lewat rantai suplai yang rumit ini, kelapa sawit Indonesia dikonsumsi jauh dari asalnya. 70% dari produksi minyak sawit Indonesia diekspor ke luar negeri. Sepuluh tahun yang lalu, Uni Eropa mengimpor lebih dari setengah ekspor minyak sawit Indonesia, namun saat ini mengalami penurunan menjadi hanya 19%. Dewasa ini, India menjadi pasar terbesar minyak sawit Indonesia dengan mengimpor 36% dari seluruh ekspor minyak sawit Indonesia. Pasar lainnya di Asia, terutama China, Malaysia, Pakistan dan Banglades, juga semakin banyak mengimpor minyak sawit Indonesia.lxvii Namun, Uni Eropa masih merupakan pasar utama palm kernel oil dan palm kernel meal dari Indonesia. 73% dari produksi palm kernel oil Indonesia diekspor, paling banyak ke Uni Eropa (59%). China mengimpor 11% dan Malaysia 9%. Dan 94% dari produksi palm kernel meal Indonesia diekspor, terutama ke Uni Eropa (76%) dan Korea Selatan (18%).
Pasar Ekspor Minyak Sawit Indonesia 35,6%
India China
16,1%
Negara Asia lainnya
15,6% 19,0%
Uni Eropa Negara Eropa lainnya Ex-Uni Soviet
3,0% 2,1%
Afrika 7,9% Seperti dapat dilihat dalam Gambar 2, Benua Amerika 0,2% perusahaan dagang asing memainkan Negara lainnya 0,4% peranan penting dalam membawa produk kelapa sawit dari Indonesia ke negara lain. 0% 10% 20% 30% 40% Terdapat berbagai jenis perusahaan dagang yang juga memiliki pabrik pemurnian di Indonesia, Malaysia atau di negara konsumen, yaitu:
• Beberapa perusahaan perkebunan Indonesia dan Malaysia mendirikan sister company di negara-negara lain, yang membeli produk kelapa sawit mereka
• Perusahaan dagang internasional seperti Cargill dan Archer Daniel Midland (ADM), yang memiliki hubungan suplai jangka panjang dengan produsen kelapa sawit di Indonesia. Sering kali perusahaan-perusahaan ini juga memiliki pabrik pemurniannya sendiri. Wilmar, perusahaan patungan Cofco milik pemerintah China dan ADM dari AmerikaSerikat, memiliki empat buah pabrik pemurnian besar dan merupakan pedagang minyak sawit Indonesia yang terbesar. • Divisi Pembelian berbagai perusahaan makanan, deterjen dan kimia utama internasional seperti Unilever, Nestlé, Henkel dan Procter & Gamble, yang membeli produk kelapa sawit untuk pabrik mereka sendiri. 50
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 2, bahan baku kelapa sawit digunakan dalam segala jenis produk makanan, sabun, deterjen dan kosmetik dan kimia. Beberapa perusahaan multinasional utama dalam industri ini, yang menggunakan bahan baku kelapa sawit Indonesia dalam jumlah besar untuk produknya, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perusahaan Pengguna Kelapa Sawit Utama Perusahaan
Negara Asal
Produk
Merek Dagang Utama
Beiersdorf Colgate-Palmolive Danone Heinz Henkel
Jerman Amerika Serikat Perancis Amerika Serikat Jerman
Shampoo, kosmetik Shampoo, kosmetik, deterjen Biskuit Sup, saos Deterjen, shampoo, kosmetik
Kraft Foods Mars
Amerika Serikat Amerika Serikat
Kue Kue, es krim, sup, saos
McCain Nestlé
Kanada Swiss
Keripik kentang Kue, es krim, pasta, sup, saos
PepsiCo Procter & Gamble
Amerika Serikat Amerika Serikat
Snacks Deterjen, kosmetik, snacks
Sara Lee Unilever
Amerika Serikat Belanda/Inggris
United Biscuits
Inggris
Shampoo, kosmetik, deterjen Margarin, saos, snacks, sabun, es krim, kosmetik, sabun, shampoo, deterjen Biskuit, snacks
Vandemoortele
Belgia
Kue kering, margarin, minyak sayur
Labello, Atrix, Nivea Colgate, Palmolive, Ajax Danone, Lu, Jacob’s Heinz Schwarzkopf, Fa, Gliss, Taft, Dixan, Persil Côte d’Or, Toblerone, Milka, Kraft Mars, Twix, Snickers, Bounty, Suzi Wan, Uncle Ben’s McCain Nestlé, Buitoni, Maggi, KitKat, Lion, Mövenpick, Schöler Lay’s, Walkers Pringles, Head & Shoulders, Ariel, Dash, Dreft Sanex, Badedas, Zwitsal, Prodent, Biotex Ola, Magnum, Ben & Jerry’s, Mora, Blue Band, Becel, Bertolli, Andrélon, Lux, Dove, Cif, Omo, Sun McVities, Go-Ahead!, Delacre, Verkade, Hula Hoops, McCoys, KP Nuts Reddy, Fama, Belolive, Gold Cup
Terakhir, rantai supermarket dan pengecer lainnya berperan penting dalam membawa produkproduk yang terbuat dari ks, seperti margarin, es krim, biskuit, coklat, lipstick, sabun, minyak goreng dan daging, ke tangan konsumen.
7.5 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? Mengembangkan perkebunan kelapa sawit membutuhkan dana yang amat besar. Butuh waktu beberapa tahun sebelum perkebunan tersebut menghasilkan, dan sering kali pabrik pengolahan CPO juga harus didirikan. Rata-rata, biaya mendirikan perkebunan baru berkisar antara US$ 2.500 dan 3.500 per hektarnya. Biaya pendirian pabrik pengolahan CPO biasa diperkirakan mencapai US$ 5 juta.lxviii Dengan lebih dari 3 juta hektar lahan telah diubah menjadi perkebunan kelapa sawit antara tahun 1988 dan 2003, diperkirakan dana yang telah ditanamkan dalam sektor kelapa sawit ini mencapai lebih dari US$ 10 milyar.lxix Ekspansi sektor kelapa sawit yang cepat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai lembaga keuangan. Lembaga keuangan dari Indonesia dan dari Eropa, Amerika Serikat dan Asia Timur telah membantu pengembangan sektor ini lewat pinjaman dan jasa keuangan lainnya. Tinjauan singkat tentang negara asal lembaga keuangan yang telah menanamkan investasi di sektor kelapa sawit Indonesia dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di halaman selanjutnya : lxx 51
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Kepulauan Cook
Thailand
Kanada
Tidak diketahui
Rusia
Austria
Italia
Hong Kong
Sri Lanka
Bahrain
Belgia
China
Korea Selatan
Taiwan
Singapura
Perancis
Multilateral
Jerman
Inggris
Jepang
Amerika Serikat
Swiss
Belanda
Malaysia
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Indonesia
Juta US$
Lembaga keuangan yang melakukan investasi di sektor kelapa sawit Indonesia
Dari seluruh lembaga keuangan Investasi di sektor kelapa sawit Indonesia tahun 1992-2002 (dalam juta US$) domestik dan asing yang telah membiayai 40 381 12 sektor kelapa sawit Indonesia dalam 10 273 tahun terakhir ini, sebagian besar merupakan bank komersial dan investasi. Mereka mengucurkan 82% dari total investasi. Kelompok utama lainnya adalah investor korporasi (pengelola aset, 3.100 asuransi, dan pengelola dananpensiun), Bank Komersial & Investasi Bank Pembangunan yang mengucurkan 10% dari total Lembaga Kredit Ekspor investasi. Meskipun bank pembangunan Manajer Aset, Asuransi & Lembaga Pengelola dana Pensiun Lembaga keuangan lainnya multilateral seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia telah mendorong dan mempromosikan pengembangan sektor kelapa sawit pada tingkat kebijakan, mereka tidak menanamkan banyak dana di sektor ini. Hak ini tercermin dari kecilnya kontribusi bank pembangunan (7%). Lembaga Pemberi Kredit Ekspor di sini hanya memainkan peranan yang minimal saja. Hal ini terutama disebabkan karena ekspor barang-barang modal dari negara-negara barat ke sektor kelapa sawit Indonesia relatif kecil.lxxi Sepuluh lembaga keuangan penanam investasi terbesar di sektor ini dapat dilihat pada Tabel 5.
lxxii
Tabel 5. Sepuluh Lembaga Keuangan Asing dengan Investasi Terbesar Lembaga Keuangan
Negara Jumlah Investasi (Juta US$ )
UBS Swiss Yayasan Pelaburan Bumiputra Malaysia ING Bank Belanda Rabobank Belanda Commerce Asset-Holding Malaysia ABN AMRO Bank Belanda J.P. Morgan Chase & Co. Amerika Serikat Sumitomo Mitsui Financial Jepang HypoVereinsbank Jerman Malaysia Bank Islam
52
216,2 201,2 166,4 125,5 123 104 100,5 96,9 92,3 91,5
% dari Total Investasi Asing 7,40% 6,80% 5,70% 4,30% 4,20% 3,50% 3,40% 3,30% 3,10% 3,10%
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
7.6 Studi Kasus: PT PP London Sumatra Indonesia PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia merupakan salah satu perusahaan perkebunan tertua dan terbesar di Indonesia, yang didirikan pada tahun 1906 oleh perusahaan multinational dari Inggris Harrisons and Crosfield. Saat ini, LonSum dan sister company-nya lebih banyak aktif di perkebunan kelapa sawit, namun mereka juga memiliki perkebunan karet, coklat, the dan kopi. Di bulan Juli 1994, Harrisons and Crosfield menjual LonSum kepada perusahaan yang kemudian menjadi perusahaan induknya (holding company) yaitu PT Pan London Sumatra Plantation, yang merupakan perusahaan patungan Napan Group dan Risjadson Group. Kedua kelompok usaha asal Indonesia ini juga memiliki perkebunan kelapa sawit lainnya.lxxiii Awal tahun 2000 LonSum memiliki 22 perkebunan kelapa sawit di Sumatra, Jawa , Sulawesi dan Kalimantan, dengan luas keseluruhan 166.600 hektar. Selain itu, perusahaan ini juga sedang mengembangkan 58.500 hektar lahan bagi petani kecil (smallholders). Total lahan yang dikuasainya berarti mencapai 225.100 hektar. Namun, belum semua lahan konsesinya dijadikan perkebunan. Akhir tahun 2003, LonSum telah telah menanami lahan seluas 66.046 hektar di Sumatera Utara dan Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa . Sebagian besar perkebunan ini adalah perkebunan kelapa sawit; produk kelapa sawit yang dihasilkannya mencapai 79% dari seluruh penjualan LonSum di tahun 2003.lxxiv LonSum terlibat dalam konflik lahan dengan masyarakat lokal yang tanahnya diambil alih secara ilegal oleh LonSum. Kasus yang belum lama ini menarik perhatian terjadi di desa Pergulaan di Sumatera Utara, di mana penduduknya melakukan protes secara damai menuntut pengembalian lahan mereka seluas 169 ha yang diambil secara paksa 30 tahun yang lalu. Di bulan Juni 2004 perkebunan kelapa sawit tersebut menggali selokan besar dengan lebar 4 meter dan dalam 6 meter di sekitar desa untuk memutus aksi protes tersebut. Kelompok pengaman bersenjata dikirim untuk meredam aksi protes tersebut. lxxv Contoh lain datang dari Bulukumba di Sulawesi Selatan. Tahun 1980 pemerintah Indonesia menyewakan lahan milik masyarakat adat tanpa meminta persetujuan mereka kepada LonSum untuk dijadikan perkebunan. Sejak saat itu, masyarakat lokal berusaha mendapatkan kembali tanah mereka, namun tidak menunjukkan hasilnya. Hari Senin tanggal 21 Juli, 2003, masyarakat adat ditembak dan dipukuli karena mereka berusaha mengambil alih tanah mereka. Akibat tindak kekerasan yang dilakukan Polisi ini, 4 orang meninggal dunia dan banyak yang menderita lukaluka. 14 orang dimasukkan ke dalam penjara.lxxvi Menanggapi tindak kekerasan di Bulukuma, beberapa ORNOP membentuk ‘Koalisi Solidaritas untuk Bulukumba’. Koalisi inimendatangi perusahaan dan pihak berwewenang meminta agar kekerasan terhadap masyarakat adat/lokal ini segera dihentikan dan meminta mereka menghormati hak adat masyarakat atas tanah dan sumber daya alam. Meskipun aksi penembakan tersebut menyedot banyak perhatian di Indonesia, konflik-konflik tersebut masih belum terselesaikan. Bulan Juni 2001, sungai Itam di kabupaten Musi Rawas tercemar limbah dari pabrik pengolahan CPO milik LonSum. Air sungai berubah menjadi coklat, berbau dan berlendir. Air tersebut tidak lagi dapat digunakan untuk mencuci atau mandi karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Penangkap ikan setempat menyatakan bahwa mereka tidak lagi menemukan ikan di sungai. Meskipun pihak perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak membuang limbah ke dalam sungai, masalah ini terselesaikan dengan hanya ganti rugi sebesar US$ 706 dari pihak perusahaan di bulan Juli 2001. lxxvii 53
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Kejadian ini hanya sebagian dari konflik-konflik yang terjadi antara LonSum dan masyarakat lokal. Masih banyak kasus-kasus tindak kekerasan terhadap masyarakat lokal atau kasus pengrusakan mata pencarian mereka. Tampaknya, LonSum tidak mempedulikan masalah-masalah tersebut bahkan meskipun ORNOP besar Indonesia menuntut agar pihak perusahaan dan pemerintah menghentikan tindak kekerasan terhadap masyarakat lokal. Pertanyaan yang muncul di sini adalah ‘Bagaimana cara memaksa LonSum menghormati hak masyarakat lokal atas tanah?’ Keterkaitan lembaga keuangan internasional dapat memberikan peluang ke arah tersebut. Pada tahun 1990-an beberapa lembaga keuangan terlibat dalam pendanaan perkebunan milik LonSum. Investor terbesar adalah UBS dari Swiss, HSBC Bank dari Inggris, Commerzbank dari Jerman dan ABN Amro Bank dan ING Bank dari Belanda. Selain itu, beberapa bank dari Indonesia serta bank dari Amerika Serikat, Malaysia, China, Singapura dan Korea Selatan juga ikut menanamkan investasi di LonSum.lxxviii Sejak tahun 1998 LonSum mengalami masalah keuangan dan tidak lagi mampu mengembalikan pinjamannya. Selama beberapa tahun LonSum tidak mampu berkembang akibat kekurangan modal. Satu-satunya cara mengatasi masalah keuangan ini adalah melakukan restrukturisasi hutang secara besar-besaran, yang melibatkan beberapa lembaga keuangan besar. Hal ini terbukti kemudian amat sulit dilakukan. Situasi ini memberikan peluang bagi ORNOP internasional untuk memaksakan sebuah ‘paket kesepakatan’, yaitu atas tekanan para ORNOP, lembaga keuangan tersebut dapat memaksa LonSum untuk menyelesaikan konflik sosial dan lingkungan sebagai prasyarat untuk mendapatkan restrukturisasi hutang. Namun, ternyata restrukturisasi hutang tersebut terjadi sebelum ORNOP dari Eropa berhasil menekan salah satu investor utama LonSum, yaitu HSBC. Sejak restrukturisasi hutang pada bulan Mei 2004, pemegang saham utama LonSum adalah perusahaan investasi Ashmore Investment Management (dari Inggris) dan First Durango International dari Mauritius. Para investor di belakang First Durango International adalah perusahaan konsultansi dan investasi Australia Carnegie, Wylie & Company dan Emtek Group, sebuah perusahaan telekomunikasi dan IT dari Indonesia. Ashmore Investment Management mengelola uang dari dana ensiun dan investor perorangan kaya raya asal Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Swedia.lxxix Menekan perusahaan investasi jauh lebih sulit dari pada menekan bank komersial. Bank sensitif terhadap opini publik, yang dapat disampaikan lewat kampanye ORNOP tentang buruknya praktek perusahaan yang didanai oleh pihak bank. Sedangkan kegiatan perusahaan investasi hampir seluruhnya berada dalam sektor keuangan tanpa kontak dan keterkaitan dengan masyarakat luas. Perusahaan-perusahaan ini oleh karena itu tidak terlalu terpengaruh dengan kampanye ORNOP dan opini publik. Kini LonSum telah keluar dari kesulitan keuangannya, dan mampu mengembangkan perkebunan baru. Beberapa tahun yang lalu, LonSum mendapatkan konsesi baru di Kalimantan Tengah dan baru-baru ini perusahaan tersebut juga telah mendapatkan ijin untuk mengembangkan lahan seluas 5.000 hektar di Kalimantan Timur, yang dapat berujung pada konflik-konflik baru dengan masyarakat lokal di sana.
54
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
8
Pertambangan
8.1 Tinjauan Singkat Pertambangan merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, yang menyumbangkan pendapatan sebanyak 2,7% dari GDP tahun 2002. Bahan mineral utama adalah batu bara, tembaga, emas, timah dan nikel. Sebagaimana dapat dilihat dari angka-angka di bawah, produksi bahan mineral utama ini meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Indonesia kini merupakan salah satu produsen bahan mineral utama dunia, terutama timah (25% dari produksi dunia) dan juga batu bara (2,2%), tembaga (7,2%), emas (5,4%) dan nikel (5,7%). lxxx Produksi Nikel Indonesia
Produksi Batu Bara Indonesia
% produksi global
% produksi global
80 75
120
2,4%
5,5%
110
2,2%
100
2,0%
90
1,8%
80
1,6%
70
1,4%
60
1,2%
5,0%
70 Ribu ton
6,0%
65
4,5%
60
Juta ton
85
4,0%
55 50
3,5%
45
50
40
1,0%
3,0% 1998
1999
2000
2001
2002
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2003 Produksi Timah Indonesia % produksi global
Produksi Tembaga Indonesia % produksi global 1.200 1.100
9,0%
70
8,5%
65
28% 27% 26%
1.000
7,5% 7,0%
900
6,5%
800
25%
60 Ribu ton
Ribu ton
8,0%
24% 23%
55
22% 50
21%
6,0% 700 600 1998
1999
2000
2001
2002
2003
5,5%
45
5,0%
40
20% 19% 18% 1998
1999
2000
2001
2002
2003
55
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Produksi Emas Indonesia % produksi global 170
6,5%
160
6,0%
Ton
150 140
5,5%
130
5,0%
120 4,5%
110 100
4,0% 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Sebagian besar komoditas ini diekspor ke luar negeri, mendatangkan devisa sebanyak US$ 7,6 milyar pada tahun 2003. Angka-angka berikut ini menunjukkan kontribusi komoditas mineral paling penting.lxxxi Nilai ekspor barang mineral Indonesia tahun 2001 Total: US$ 7,0 milyar 21% 27% 3%
3% 4% 8% 11% Tembaga Besi Baja Nikel Aluminium
23% Batu Bara Logam Berharga Timah Lain-lain
8.2 Dampak Sosial dan Ekologis Dampak sosial dan ekologis industri ini amat besar. Sebagian besar penambangan dilakukan secara terbuka, yang berarti bahwa daerah yang luas dibuka/dibersihkan dan lubang besar digali untuk mengambil mineralnya. Salah satu akibat dari penambangan terbuka ini adalah tercemarnya sumber dan aliran air di daerah sekitarnya, yang penting bagi masyarakat, satwa liar dan hutan di daerah tersebut. Pencemaran ini dapat ditimbulkan oleh penggunaan air secara sengaja untuk memisahkan lumpur dari bahan mineral yang digali, namun mungkin terjadi akibat erosi, karena banyak penambangan terletak di dataran miring. Ketika tutupan hutan hilang, air dan lumpur mulai mengalir ke bawah akibat hujan dan masuk ke sumber air. Erosi tanah inibahkan dapat menimbulkan tanah longsor dan banjir yang fatal. Dampak sosial dari penambangan adalah berkenaan dengan hak atas tanah, karena tanah (hutan) yang luas tempat masyarakat lokal menggantungkan hidupnya akan diambil untuk kegiatan penambangan. Di daerah yang lebih luas di sekitar penambangan, sumber air akan tercemar. Pencemaran ini akan berdampak langsung pada masyarakat lokal yang menggunakan air tersebut 56
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
untuk minum dan keperluan lainnya, dan secara tidak langsung akan mengancam lahan pertanian dan wanatani mereka. Saat kegiatan penambangan diakhiri, perusahaan penambangan meninggalkan lubang terbuka, tanah yang tidak dapat dimiliki kembali, saluran pembuangan berisi bahan kimia dan berbagai kerusakan lingkungan dan sosial lainnya. Di seluruh Indonesia terdapat 231 tambang yang sudah tidak beroperasi. lxxxii Tahun 1999 muncul kabar yang melegakan ketika pemerintah mengeluarkan UU Kehutanan No. 41/1999 yang melarang kegiatan penambangan di dalam hutan lindung. Sekitar 40 perusahaan tambang harus menghentikan kegiatan mereka.lxxxiii Sejak saat itu industri pertambangan, yang antara lain didukung oleh pemerintah Australia dan Kanada, berusaha sekuat tenaga melakukan lobi-lobi untuk melanjutkan operasi mereka.lxxxiv Lewat usaha keras selama lima tahun, akhirnya pada bulan Mei 2004 mereka berhasil. Meskipun ditentang para ORNOP, Presiden Megawati Sukarnoputri mengeluarkan SK Presiden yang mengijinkan 13 perusahaan pertambangan melanjutkan operasinya di hutan lindung sampai masa kontraknya berakhir. Kementerian Kehutanan menentang keras SK ini dengan mengemukakan fakta bahwa laju kerusakan hutan Indonesia telah menjadi yang tertinggi di dunia.lxxxv Ke-13 perusahaan ini menambah panjang jumlah perusahaan penambangan (ada 99 buah) yang sedang siap beroperasi di akhir tahun yang lalu.lxxxvi Hal ini berarti bahwa banyak perusahaan penambangan baru yang akan beroperasi di masa depan, yang akan membawa permasalahan sosial dan lingkungan yang besar. Beberapa dari proyek-proyek yang paling kontroversial dapat dilihat pada tabel berikut.lxxxvii Tabel 6. Proyek Penambangan Baru di Indonesia Perusahaan penambangan Lokasi
Komoditas Mitra usaha asing
PT Nusa Halmahera Minerals PT Weda Bay Nickel PT Gag Nickel PT Citra Palu Minerals PT Natarang Mining Lampung PT Meratus Sumber
Emas Nikel Nikel Logam Emas Emas
Pulau Halmahera, Maluku Pulau Halmahera, Maluku Pulau Gag, Papua Palu, Sulawesi Tenggara Lampung Selatan Kotabaru, Tapin dan Banjar, Kalimantan Selatan
Newcrest - Australia (82.5%) Weda Bay Minerals - Kanada (90%) BHP-Billiton - UK/Australia (75%) Rio Tinto - Inggris (90%) Meekatharra Minerals - Australia (85%) Placer Dome - Kanada (60%)
8.3 Perusahaan Mana yang Terlibat ? Hanya 23 perusahaan tambang batu bara dan perusahaan tambang lainnya yang saat ini beroperasi di Indonesia.lxxxviii Perusahaan tambang paling utama di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7. Perusahaan tambang asing memainkan peranan penting si Indonesia, terutama sebagai mitra usaha perusahaan Indonesia.lxxxix
8.4 Kemana Komoditas Tersebut Dijual ? Tidaklah cukup untuk menjabarkan seluruh komoditas mineral secara ekstensif di sini, karena seluruhnya digunakan untuk berbagai produk di berbagai pasar yang berlainan. Namun, salah satu aspek penting dari batu bara dan logam adalah bahwa pihak perusahaan hanya mengadakan kontrak dengan sedikit konsumen, seperti pembangkit tenaga listrik (untuk batu bara dan pengolahan logam (untuk biji logam). Kontrak-kontrak ini sering kali merupakan kontrak jangka 57
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
panjang dan umumnya telah ditandatangani sebelum bahan tambang tersebut diproduksi. Kontrak dengan calon konsumen ini juga penting demi kelancaran pengucuran pinjaman dari bank untuk pengembangan penambangan. Bagi kalangan ORNOP, amatlah masuk akal karenanya untuk menghubungi para konsumen potensial yang sedang dalam proses negosiasi, karena para konsumen ini dapat mempengaruhi cara operasi perusahaan tambang. Tabel 7. Perusahaan Tambang Utama di Indonesia Perusahaan
Lokasi
Komoditas
Mitra Asing
PT Adaro Indonesia
Paringin dan Tutupan, Kalimantan Selatan Pulau Bintan, Riau Pomalaa, Sulawesi Selatan dan Gebe dan Pulau Gee Ertsberg dan Grasberg, Papua
Batubara
New Hope Coal - Australia (40.8%); Edison International - Amerika Serikat (9%) -
PT Aneka Tambang
PT Freeport Indonesia PT Indo Muro Kencana PT Indocement Tunggal Prakarsa PT International Nickel Indonesia PT Kaltim Prima Coal PT Kelian Equatorial Mining PT Koba Tin PT Newmont Nusa Tenggara
PT Semen Cibinong PT Tambang Batubara Bukit Asam PT Tambang Timah
Bauksit Nikel
Tembaga, emas Freeport-McMoRan - Amerika Serikat (90.6%) & perak Rio Tinto - Inggris Emas Straits Resources - Australia (70%)
Permata Intan, Murung dan Tanah Siang, Kalimantan Tengah Cirebon dan Citeureup, Jawa Barat Semen dan Tarjun, Kalimantan Selatan Sorowako, Sulawesi Selatan Nikel
-
Samarinda, Kalimantan Timur Sangatta, Kalimantan Timur Koba, Pulau Bangka Nusa Tenggara Barat, Pulau Sumbawa
Batu bara Emas Timah Tembaga & emas
Narogong, Jawa Timur Tanjung Enim dan Ombilin, Sumatra Selatan Pulau Bangka, Belitung dan Singkep
Semen Batu bara
Inco - Canada (58.7%); Sumitomo Metal Mining - Jepang (20.1%) Rio Tinto - Inggris (90%) Malaysia Smelting - Malaysia (75%) Newmont Gold Mining Amerika Serikat (45%); Sumitomo Corp. - Jepang (35%) -
Timah
-
Berikut ini adalah informasi tentang pasar ekspor komoditas tambang utama Indonesia: • Batu bara Batu bara digunakan untuk membangkitkan tenaga, baik untuk pembangkit tenaga listrik maupun untuk kegiatan industri yang besar seperti pabrik baja. Lebih dari 70% hasil tambang batu bara Indonesia diekspor, dengan Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Filipina merupakan pasar utama. Namun, konsumsi batu bara untuk pembangkit tenaga listrik dalam negeri terus meningkat dengan pesat. Pada tahun 2000, 45% dari tenaga listrik di Indonesia dihasilkan oleh batu bara sebanyak 19 juta ton. Dengan adanya rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik batu bara yang baru, pemerintah Indonesia memperkirakan konsumsi domestik batu bara akan mencapai 56 juta ton pada tahun 2010.xc • Tembaga Tembaga tahan terhadap panas yang tinggi dan merupakan konduktor listrik yang baik. Tembaga mudah dibengkokkan dan tahan terhadap karat. Tiga perempat pemanfaatan tembaga adalah untuk keperluan kelistrikan seperti kabel listrik, telekomunikasi, dan produk elektronik. Tembaga juga digunakan untuk pembuatan atap, mobil, kapal laut, pesawat udara, mesinmesin, uang logam dan berbagai peralatan rumah tangga. Selama dekade 1990-an, permintaan global untuk tembaga meningkat 2,9% setiap tahunnya. Pasar utama tembaga Indonesia adalah Jepang dan Eropa.xci 58
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
• Nikel Nikel adalah logam keras yang tidak mudah berkarat atau beroksidasi. Sekitar dua pertiga dari nikel yang dikonsumsi dunia digunakan untuk pembuatan besi anti karat (stainless steel), yang digunakan untuk gedung, jembatan, mesin-mesin, pipa, mobli, peralatan dapur/makan, dll. Nikel juga digunakan untuk berbagai produk seperti baterai, uang logam dan katalis. Rata-rata pertumbuhan permintaan nikel dunia diperkirakan mencapai 3,8% per tahun antara tahun 2003 dan 2014. Permintaan akan nikel terus meningkat di Eropa, Amerika Utara dan Jepang, namun industri baja di China semakin lama menjadi semakin penting. Permintaan akan stainless steel dari China diperkirakan tumbuh 12% per tahun. Ada tahun 2014 permintaan nikel dari China diperkirakan akan mencapai 221.000 ton, dibandingkan dengan 97.000 ton yang diperkirakan untuk tahun 2003.xcii • Timah Pemanfaatan timah yang paling penting adalah untuk melapisi kaleng bir, minuman, sayuran, buah-buahan, dan makanan lainnya. Timah juga digunakan sebagai bahan pelapis atau sebagai logam campuran dengan bahan lain seperti timbal atau seng, untuk keperluan penyolderan (penyambungan pipa atau sirkuit elektronik), pembuatan kaca dan berbagai aplikasi kimia.xciii
8.5 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? Menurut Menteri Pertambangan dan Energi di tahun 1999, total investasi pada sektor pertambangan di Indonesia mencapai US$ 10,8 milyar dalam 30 tahun terakhir, dengan US$ 6,4 milyar diantaranya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat.xciv Belakangan ini, investasi menurun drastis, dari US$ 2.168 juta pada tahun 1998 menjadi hanya US$ 364 juta pada tahun 2003. xcv Penurunan ini mungkin diakibatkan krisis keuangan Asia pada tahun 1998 dan pemberlakukan UU Kehutanan tahun 1999 yang melarang kegiatan penambangan di dalam hutan lindung. Investasi di sektor pertambangan ini didanai oleh: • Perusahaan penambangan dan pemegang sahamnya (dari dalam dan luar negeri); • Bank komersial dari Indonesia dan luar negeri. Perusahaan penambangan asing sering kali memohon pinjaman dari bank di negara asalnya, sementara perusahaan Indonesia memohon pinjaman baik dari bank domestik maupun bank asing; • Lembaga Penyedia Kredit Ekspor terbatas perannya di sini, mereka hanya memberikan kredit bagi pengadaan peralatan; • Lembagan multilateral tidak melakukan investasi besar di sektor ini, namun mereka lebih banyak melakukan peran fasilitasi lewat investasi di pembangunan pelabuhan ekspor dan penyediaan fasilitas pendanaan umum untuk ekspor. Dan pinjaman dalam jumlah besar (ratusan juta dolar) yang dikucurkan Bank Dunia, Bank Ekspor Impor Amerika Serikat, Overseas Private Investment 59
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Corporation (Amerika Serikat) dan lembaga penyedia kredit ekspor Jepang untuk pembangkit tenaga listrik energi batu bara di Asam-Asam, Paiton, Jawa dan Suralaya tentu telah memacu perkembangan sektor pertambangan di Indonesia. xcvi • Bentuk pendanaan yang relatif penting di sektor ini adalah penjualan obligasi baik di bursa di Indonesia maupun di luar negeri. Salah satu keuntungan obligasi adalah bahwa pihak perusahaan memiliki waktu yang cukup panjang sebelum mulai melakukan angsuran.
8.6 Studi Kasus: Inco PT International Nickel Indonesia (PT Inco) mengoperasikan penambangan nikel terbuka di dekat Sorowako, Sulawesi Selatan sejak tahun 1978. Biji nikel dikonversi oleh pabrik pengolahan perusahaan lalu diekspor ke Jepang untuk proses pemurnian lebih lanjut. Dari Jepang nikel tersebut dijual ke pabrik stainless steel di Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China. xcvii Tahun 2003, PT Inco menghasilkan 70.200 ton nickel (matte). Perusahaan tersebut mencatat penjualan tahunan sebesar US$ 509 juta dan pendapatan bersih senilai US$ 104 juta, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut amat menguntungkan.xcviii Semenjak pertama beroperasi, PT Inco telah menyebabkan masalah sosial dan lingkungan yang besar. Masyarakat Karonsi’e Dongi di daerah Sorowako tergusur dari tanah leluhurnya tanpa mendapat kompensasi dan harus kehilangan akses ke sumber daya alam tempat mereka menggantungkan hidup. Sungai Larona dan danau Matano, yang merupakan sumber ikan air tawar, telah tercemar berat akibat debu dan asap dari pabrik milik PT Inco, limbah pabrik dan rumah tangga menumpuk di danau dan lumpur datang dari pertambangan. Bentang alam di daerah tersebut rusak, tanah dan udaranya tercemar. Masyarakat lokal hidup dalam kemiskinan struktural karena mereka kehilangan sumber daya alam dan mengalami diskriminasi dalam kesempatan bekerja yang ditawarkan perusahaan. Sepucuk surat terbuka dikeluarkan oleh 50 ORNOP yang menyatakan bahwa ‘Sejak bulan Mei 2003, terjadi eskalasi tindakan intimidatif dan kekerasan oleh polisi dan militer di Sorowako. Contohnya, terjadi ancaman-ancaman, penghancuran pondok-pondok penduduk dan penangkapan karena masyarakat dituduh melakukan kegiatan dalam kawasan Perusahaan Inco. 6 orang telah ditangkap dan mendapatkan hukuman yang tidak adil pada bulan Oktober 2003. Masyarakat Karonsi’e Dongi merasa kehidupan mereka terancam akibat intimidasi dan tindak kekerasan yang dilakukan PT Inco dan polisi.”xcix Kawasan konsesi PT Inco meliputi daerah seluas 218.500 hektar yang membentang di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara. Saat ini perusahaan tersebut berencana untuk meluaskan kegiatannya di bagian lain Sulawesi Tengah dan Tenggara meskipun mendapat tentangan kuat dari masyarakat lokal di daerah-daerah tersebut. c Selain penambangan itu sendiri, PT Inco juga mendirikan pabrik pemurnian, dua buah pembangkit listrik tenaga air, sebuah pelabuhan, terminal gas dan minyak dan fasilitas lainnya. Nilai keseluruhan asetnya mencapai US$ 1.295 juta di akhir tahun 2003.ci Siapa yang mendanai investasi ini? Pertama-tama adalah para pemegang sahamnya. Perusahaan ini sudah terdaftar di bursa efek Jakarta dan sekitar 20% sahamnya dimiliki oleh pengusaha Indonesia. Namun, pemegang saham mayoritasa adalah perusahaan tambang raksasa Kanada Inco (61%) dan perusahaan tambang Jepang Sumitomo Metal Mining (20%). Empat 60
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
perusahaan dagang logam Jepang lainnya memiliki 1% saham. Keempat perusahaan Jepang ini juga merupakan pembeli utama produksi nikel PT Inco’s. cii Selain dari saham, PT Inco juga telah mendapatkan pinjaman-pinjaman jangka panjang untuk membiayai kegiatannya. Pinjaman-pinjaman ini umumnya dikucurkan oleh konsorsium lembaga penyedia kredit ekspor dan bank komersial asing. Tahun 1973, saat penambangan akan dibuka, the Overseas Economic Cooperation Fund (Jepang), the Export Development Corporation (Kanada) dan the Export-Import Bank of the United States of America menyediakan pinjaman sindikat bersama sejumlah bank komersial, terutama dari Kanada dan Amerika Serikat.ciii Untuk membiayai ekspansi penambangannya, di bulan April 1996 PT Inco berhasil mendapatkan sejumlah pinjaman senilai US$ 580 juta. The Export Development Corporation (Kanada) sendiri menyediakan pinjaman senilai US$ 85 juta dan menjamin pinjaman dari beberapa bank komersial Amerika Utara senilai US$ 115 juta. Japan Bank for International Cooperation (salah satu lembaga penyedia kredit ekspor dari Jepang) menyediakan pinjaman senilai US$ 140 juta. civ Bulan Oktober 2004 PT Inco mengumumkan rencana ekspansi barunya, yaitu pembangunan bendungan pembangkit tenaga listrik ketiganya di sungai Latona yang membutuhkan biaya sekitar US$ 150 juta. Pembangunan bendungan baru ini merupakan langkah awal investasi untuk meningkatkan produksi tahunan PT Inco sebesar 25% pada tahun 2009. Program ini akan memakan waktu 4 tahun dan membutuhkan dana sekitar US$ 250 juta. Membuka penambangan baru di Sulawesi Tengah dan Tenggara mungkin merupakan bagian dari program ini.cv Perusahaan tersebut mungkin akan mencari dana dari kelompok pemegang sahamnya untuk rencana pengembangan tersebut. Namun, sebagian dari dana yang dibutuhkan harus disediakan oleh para pemegang saham. Sebagai pemegang saham utama, perusahaan Kanada Inco Ltd. harus menyediakan sebagian besar dari dana tersebut. Untuk mendapatkan cukup dana bagi investasi ini dan investasi-investasi lainnya, perusahaan tersebut menawarkan saham baru dan convertible (obligasi yang nantinya dapat diubah menjadi kepemilikan/saham). Terakhir kali Inco menawarkan convertible adalah pada bulan Maret 2003, ketika perusahaan menawarkan saham/convertible senilai US$ 470 juta. Penawaran ini dikelola oelh bank dari Amerika Morgan Stanley & Co. dan Salomon Smith Barney (dari kelompok Citigroup).cvi Para pemegang convertible utama ini dapat dilihat di Tabel 8.cvii Tabel 8. Para Pemegang Convertible Utama Inco Pemilik
Negara Asal
Pioneer Investments Sagamore Hill Capital Management KBC Funds Silverback Master JP Morgan Securities Tempo Master Fund Swiss Re Citigroup GLG Partners Alta Partners Deephaven Capital Management
Amerika Inggris Belgia Inggris Amerika Amerika Swiss Amerika Inggris Amerika Amerika
Serikat
Serikat Serikat Serikat Serikat Serikat
Nilai (US$ Juta) 106,5 36 22,5 21 19,5 18,5 17,8 17,1 15 13 12,9
Berbagai pihak masih mempertanyakan tentang keterlibatan para (calon) pemegang saham ini dalam rencana ekspansi PT Inco. Bank-bank seperti KBC dan Citigroup (keduanya merupakan penanda tangan Equator Principles) agak sensitif terhadap pertanyaan ini. 61
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
8.7 Studi Kasus: Aneka Tambang Dengan penjualan tahunan mencapai Rp 2.139 milyar (US$ 252 juta) pada tahun 2003, Aneka Tambang (Antam) merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar Indonesia. 65% saham perusahaan ini dimiliki pemerintah Indonesia dan perusahaan ini beroperasi di sejumlah daerah di seluruh Indonesia memproduksi nikel, emas, bauksit dan pasir besi. Nikel merupakan produk paling utama Antam, yang meliputi 75% total penjualannya. 85% dari produksinya diekspor ke luar negeri. Konsumen utamanya adalah perusahaan stainless steel dan trading house:cviii . ALZ (kelompok Arcelor) Belgia . AvestaPolarit (kelompok Outokumpu) Finlandia . Mitsubishi Corp. Jepang . Mitsui & Co. Jepang . Pohang Iron and Steel Korea Selatan . Thyssen Krupp Nirosta Jerman
Ci n a S e lat Laut an
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
S B RU N E I D A RU S S A L A M
MA L A Y S I A
M
la
s
i
Se
t
M al ak a
ut La
S
u
l
a
w
e
P. Sangir
L
a
u
M
t
MA L A Y S I A
P. Simeulue
PROP. SUMATERA UTARA
al uku
P. Padang
PROP. SULAWESI UTARA
P. Nias P. Rantau Kepulauan Riau
Kijang : (Bauxite)
A
P
A
S
I
P. Weigo
la
P. Bacan P. Batanta
kas
t
ar im
P. Salawati
P. Peleng P. Peleng
P. Obi
PROP. BANGKA BELITUNG
PROP. IRIAN BARAT
P. Yapen
P. Misol
Sel
a
at
at
Gebe Island : Nickel P. Biak
PROP. SULAWESI TENGAH
Ma
PROP. KALIMANTAN TENGAH
K
P. BANGKA P. Sipura
R
KepulauanTogean
Se
Kepulauan Lingga
PROP. JAMBI
E
PROP. MALUKU UTARA
s ar
PROP. RIAU
PROP. GORONTALO
PROP. KALIMANTAN BARAT
PROP. SUMATERA BARAT
D
F I K Gee Island : Nickel
PROP. KALIMANTAN TIMUR
S I N G A P U RA
P. Bengkal is
U
P. Morotai
P. Rupat
P. Siberut
A
P. Talaud
P. Natuna
P. BELITUNG
PROP. SUMATERA SELATAN
P. Pagai Utara
P. Pagai Selatan
P. SERAM P. BURU
PROP. BENGKULU
PROP. SULAWESI TENGGARA
PROP. IRIAN TENGAH
P. Wowoni
S
A
P. Kabaena
M
Pongkor : (Gold)
PROP. IRIAN TIMUR
B an d Laut a
P. Muna
P. Enggano
PROP. LAMPUNG
PROP. MALUKU
Pomalaa : Nickel
PROP. SULAWESI SELATAN
PROP. KALIMANTAN SELATAN
Laut J awa
P. Buton
Kepulauan Kai
DKI JAKARATA
U
PROP. BANTEN
D
E
R
PROP. JAWA BARAT
Kepulauan Aru P. Selayar
P. Kangean Kepulauan Tanimbar
P. MADURA
PROP. JAWA TENGAH
A
H
DI YOGYAKARTA
I
N
PROP. JAWA TIMUR
PROP. NUSA TENGGARA BARAT
PROP. BALI
Cikotok : (Iron Sand) P. LOMBOK
I A
Ar af Laut ur u
P. Dolak
Kepulauan Leti P. Alor P. Antar
P. SUMBAWA
D
Kepulauan Babar
P. Wetar P. Lomblen
P. FLORES
PROP. NUSA TENGGARA TIMUR
T I MOR L OR O S A E
P. SUMBA
Gambar 3. Tambang Utama PT Antam.
Antam mendapat ijin untuk beroperasi di hutan lindung pada bulan Mei 2004, yaitu di Sulawesi Utara dan Maluku Utara.cix Aneka Tambang juga merupakan mitra minoritas dalam sejumlah proyek penambangan kontroversial milik perusahaan asing, yaitu: tambang emas Newcrest di Pulau Halmahera (17%), tambang nikel di Teluk Weda di pulau yang sama (10%), tambang emas Sorikmas milik Western Metals di Sumatra Utara (25%) dan tambang nikel milik BHP-Billiton di Pulau Gag (25%).cx Nikel, yang merupakan produk utama Antam, dihasilkan dari tiga tambang nikel, yaitu Pomalaa di Sulawesi Tenggara, Pulau Gee dan Pulau Gebe (keduanya terletak di Maluku). Dua pabrik peleburan biji nikel terletak di tambang di Pomalaa. Masyarakat di desa Tambea di dekat lokasi penambangan merasa resah atas polusi yang ditimbulkan oleh penambangantsb yang, menurut mereka, berdampak buruk pada kegiatan pertanian dan penangkapan ikan mereka. PT Aneka Tambang menyangkal seluruh tuduhan pencemaran ini, namun masyarakat lokal di sana bersikeras bahwa perusahaan tersebut telah mencemari daerah di sana. Salah seorang petambak tripang (sea cucumber) mengatakan bahwa hasil tambaknya menurun drastis akibat kegiatan penambangan. Masyarakat desa menyakini bahwa 120 hektar hutan bakau yang mereka tanam 10 tahun yang lalu tidak dapat tumbuh dengan baik akibat pencemaran tersebut. Pada tahun 62
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
2001, masyarakat lokal di sana menuntut agar perusahaan tersebut menghentikan kegiatannya dan membayarkan kompensasi kepada masyarakat. Mereka menyerahkan tuntutan-tuntutan ini kepada pemerintah kabupaten Kolaka. cxi Masyarakat lokal di sana mengkhawatirkan terjadi peningkatan pencemaran dengan dibangunnya pabrik peleburan biji fero-nikel ketiga, yang akan melipatgandakan kapasitas produksi tahunan dari 11.000 ton menjadi sekitar 26.000 ton awal tahun 2006. Pohang Iron and Steel (Korea Selatan) akan membeli 7.000 ton nikel per tahun dari pabrik baru ini Krupp Thyssen Nirosta (Jerman) akan membeli 8.000 ton per tahun.3cxii Di bulan Agustus 2002 Antam mengumumkan bahwa perusahaan ini akan membiayai sebagian besar investasi senilai US$ 380 juta ini dari pinjaman senilai US$ 255 juta dari IKB Deutsche Industriebank (Jerman) yang dijamin oleh lembaga penyedia kredit ekspor dari Jerman Hermes Kreditversicherungs.cxiii Namun, di bulan Mei 2003 perusahaan tersebut tiba-tiba mengubah rencananya. Hermes mewajibkan Antam melakukan kontrak pengadaan mesin, konstruksi dan teknis (EPC) hanya dengan supllier dari Jerman, yang pembayarannya dalam mata uang euros. Karena nilai euros terus meningkat, maka nilai kontrak tersebut juga akan meningkat terus. Karena biaya konstruksi ini ditutup dari penjualan nikel, PT Antam khawatir bahwa strateginya untuk tetap menjadi salah satu produsen nikel dengan biaya terrendah di dunia akan gagal. Oleh karena itu, Antam membatalkan kontraknya dengan Hermes dan menyewa perusahaan dari Jepang Mitsui Co. dan Kawasaki Heavy Industries untuk membangun pabrik peleburan itu, yang menurunkan biaya menjadi hanya US$ 320 juta. PT Antam berani melakukan hal itu karena beberapa perusahaan Indonesia telah berhasil menawarkan sahamnya di pasar bursa internasional pada tahun 2003. Di bulan September 2003 Antam menawarkan saham intenasional senilai US$ 200 juta, yang dijamin oleh ABN AMRO Bank (Belanda) dan Mandiri Sekuritas. Biaya pendanaan lebih tinggi dibandingkan pinjaman dari Hermes, namun biaya konstruksinya jauh lebih rendah.cxiv Pelajaran yang dapat diambil para ORNOP dari contoh ini adalah bahwa perkembangan pasar dan modal dapat sangat mempengaruhi pilihan yang akan diambil perusahaan dari berbagai alternatif pendanaan yang ada. Jadi, teruslah cermati seluruh opsi yang ada, jangan fokuskan perhatian hanya pada Bank Dunia, Lembaga Penyedia Kredit Ekspor atau bank. Saat ini, PT Aneka Tambang bekerja sama dengan Citibank (Amerika Serikat) – dalam proyek pembangunan pabrik pengolahan bauksit baru di Tayan, Kalimantan Barat. Di bulan September 2004 PT Antam mengumumkan rencananya untuk menawarkan saham senilai Rp1.000 sampai Rp1.500 milyar di pasar modal Indonesia untuk mendanai proyek ini. cxv ORNOP Indonesia dapat memanfaatkan hubungan ORNOP Amerika dengan Citibank untuk mengedepankan keprihatinannya.
63
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
9
Minyak dan Gas Bumi 9.1 Tinjauan Singkat
Indonesia merupakan salah satu produser minyak bumi yang penting dalam beberapa dekade terakhir dan merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ladang minyak utama terletak di Sumatera, Jawa bagian utara-barat, Paupa, Kalimantan Timur dan Laut Natuna. cxvi Nilai Ekspor Minyak Bumi & Gas Indonesia
90
16
80
14
70
12 Milyar US$
Jutaan ton minyak bumi (ekuivalen)
Produksi Minyak Bumi & Gas Indonesia
60 50 40 30
10 8 6 4
20
7,1
7,1 5,6
5,9
6,8
6,6
2001
2002
4,6 8,0
3,3 5,7
7,3
4,1
2
10
0
0 1970
1975
1980
1985
1990
1995
Minyak Bumi
1998
2000
1999
2000
Minyak Bumi & Produk Olahannya
Gas
2003
LNG & LPG
Sejak pertengahan tahun 1970-an tingkat produksi minyak bumi Indonesia relatif konstan, namun beberapa tahun terakhir terjadi penurunan. Produksi gas bumi baru dimulai tahun 1975 dan terus meningkat. Tahun 2002 produksi gas bumi untuk pertama kalinya melebihi produksi minyak bumi.cxvii Ekspor dan Impor Minyak Bumi Indonesia 50
12
40
10
30
8 20 6 10
4 2
0 1998
1999
2000
Nilai impor Volume impor 64
2001
2002
2003
Nilai Ekspor Volume ekspor
Juta ton
Milyar US$
14
Sekitar 60% produksi minyak bumi dan sekitar 50% produksi gas diekspor ke luar negeri, kedua komoditas ini merupakan sumber pendapatan devisa yang penting. Nilai ekspor minyak bumi dan gas Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dalam 6 tahun terakhir, yang dipicu oleh tingginya harga minyak bumi dan gas dunia. Tahun kemarin nilai ekspor minyak bumi dan gas mencapai US$ 14,4 juta billion, hampir seperempat nilai keseluruhan ekspor Indonesia. cxviii Namun, angka-angka ini dapat menipu, karena Indonesia juga harus mengimpor
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
minyak bumi dan produk minyak bumi dalam jumlah besar. Konsumsi minyak bumi Indonesia saat ini hampir sama besarnya dengan produksinya, dan karenanya volume impor minyak bumi sudah mendekati volume ekspornya.cxix Sebagian dari impor minyak bumi tersebut adalah produk olahan yang tinggi harganya, nilai impor minyak bumi di tahun 2002 sudah melebihi nilai ekspor (nilai impor tahun 2003 belum tersedia). Hal ini berarti bahwa sektor minyak bumi tidak lagi menjadi penarik tapi sebagai penguras devisa!.cxx Tampaknya hanya memboros-boroskan energi saja mengekspor minyak bumi dalam jumlah yang sama dengan yang diimpor. Hal ini sebagian disebabkan karena Indonesia tidak memiliki pabrik pengolahan minyak bumi dalam jumlah yang memadai, jadi minyak bumi mentah harus diekspor dan produk olahannya diimpor. Kementerian Pertambangan dan Energi merasa optimis Indonesia akan menjadi pengekspor minyak bumi kembali, karena ada beberapa ladang minyak baru yang siap berproduksi dan ada 15 kontrak baru yang telah ditandatangani pada tahun 2003, yang diharapkan dapat mulai menghasilkan dalam periode 5-6 tahun ke depan.cxxi Meskipun demikian, masa depan minyak bumi tidak terlalu menggembirakan karena Indonesia terbukti hanya memiliki cadangan minyak bumi sebanyak 600 juta ton saja – yang dengan kapasitas produksi saat ini hanya cukup untuk produksi selama 10 tahun.cxxii Industri perminyakan Indonesia berharap akan ditemukannya cadangan minyak bumi baru di bagian timur Indonesia. cxxiii Konsumsi gas Indonesia juga terus meningkat, terutama oleh pembangkit tenaga listrik, namun Indonesia tidak mengimpor gas. Sekitar setengah dari produksi gas diekspor lewat proyek LNG di Arun (Aceh) dan Bontang (Kalimantan Timur) dan lewat jalur pipa baru dari Natuna Barat ke Singapura. Ekspor gas akan meningkat dengan akan beropeasinya proyek-proyek baru (Tangguh LNG dan jalur pipa lainnya). Indonesia memiliki cadangan gas sebanyak 2.560 milyar m3, yang dengan kapasitas produksi saat ini cukup untuk produksi selama 35 tahun.cxxiv
9.2 Perusahaan Mana yang Terlibat ? Banyak perusahaan minyak bumi dan gas asing dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia Timur beroperasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang paling utama dapat dilihat pada Tabel 9. cxxv Produsen minyak bumi dan gas terbesar di Indonesia adalah perusahaan milik negara Pertamina. Namun, posisi ini lebih banyak disebabkan karena fasilitas-fasilitas yang didapat perusahaan ini di masa silam, yaitu Pertamina harus disertakan sebagai mitra dalam seluruh proyek asing (Production Sharing Contracts). Penyertaan ini harus dilakukan jika ada perusahaan yang ingin mendapatkan konsesi ladang minyak bumi dan atau gas, namun monopoli ini telah berakhir pada akhir tahun 2003. Karena Pertamina merupakan mitra dalam berbagai konsesi, Pertamina mendapatkan sebagian produksinya tanpa harus bersusah payah. cxxvi Beberapa tahun terakhir ini ada trend baru dalam industri dan gas Indonesia, yaitu berbagai perusahaan minyak kecil milik Amerika dan Eropa (Amerada Hess, Devon Energy, Repsol YPF, sebagian dari Premier Oil) beramai-ramai menjual kepemilikan Indonesia dalam perusahaan mereka kepada perusahaan dari Asia, seperti CNOOC, Petrochina dan Petronas. 65
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Tabel 9. Perusahaan Minyak Bumi dan Gas Utama di Indonesia Perusahaan
Negara asal
Lokasi
Komoditas
BP China National Offshore Oil Corporation Conoco Phillips Exxon Mobil Inpex
Inggris China
Jawa, Kalimantan Timur, Papua Jawa, Sumatra
Gas Minyak bumi
3,6 2
Amerika Serikat Amerika Serikat Jepang
Minyak bumi, Gas Minyak bumi, Gas Minyak bumi, Gas
2,9 7,1 6,8
Medco Energi
Indonesia
Minyak bumi, Gas
4,1
Pertamina Petrochina Petronas Premier Oil Texaco Chevron Total Unocal
Indonesia China Malaysia Inggris Amerika Serikat Perancis Amerika Serikat
Laut Natuna, Sumatra, Jawa Aceh, Jawa Jawa, Kalimantan Timur, Papua, Sumatra, Laut Timor, Laut Natuna Sumatra, Jawa, Papua, Sulawesi, Kalimantan Berbagai daerah Jawa, Sumatra, Papua Laut Natuna, Jawa , Kalimantan Laut Natuna Sumatra bagian tengah Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Minyak Minyak Minyak Minyak Minyak Gas Minyak
bumi bumi bumi, Gas bumi, Gas bumi bumi, Gas
Produksi Tahunan dalam Juta Ton Minyak (Ekuivalen)
12 1,5 ? 1,3 10,2 7,7 5,7
9.3 Kemana Komoditas Ini Dijual? Banyak perusahaan minyak bumi juga memproduksi gas alam dan sebaliknya. Teknologi eksplorasi dan produksinya serupa dan banyak kandungan geologis yang mengandung keduanya. Namun, dari sudut pasarnya, terdapat perbedaan yang besar antara kedua komoditas ini. Hal ini disebabkan karena minyak bumi berwujud cair pada temperatur ruang, yang membuatnya mudah dikirim dalam botol, tanki atau kapal tanker. Di pabrik pengolahan, minyak bumi diolah menjadi berbagai produk, yang kebanyakan juga berwujud cair, untuk berbagai keperluan:
• • • • • •
Bensin, yang kebanyakan digunakan untuk menjalankan mobil Kerosine, untuk pesawat terbang Diesel, untuk truk, motorboat, traktor, kereta api dan berbagai mesin Fuel oil, untuk kapal laut dan pembangkit tenaga listrik Naphta, bahan baku untuk industri kimia yang memproduksi plastik, aspal, deterjen, dll. LPG (berupa gas), untuk sistem pemanas ruangan, memasak dan menjalankan mobil.
Sejak pertengahan abad 19 perdagangan dan konsumsi minyak bumi dan produk turunannya telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Hal ini berarti bahwa untuk perusahaan yang ingin bergerak di sektor ini tidak perlu lagi mempertanyakan pasar bagi produksinya. Terdapat ribuan pabrik pengolahan minyak bumi di seluruh dunia, secara prinsip minyak bumi hanya dapat dikirimkan ke tempat-tempat tersebut. Sebagian besar produsen minyak bumi akan mengikat kontrak jangka panjang (offtake contract) dengan pabrik pengolahan, namun banyak terjadi pertukaran antar konsumen dan banyak minyak bumi juga diperdagangkan secara spot market jangka pendek, kepada pembeli yang tidak dikenal produsennya. Tidak jarang, minyak yang dibawa kapal tanker dijual lebih dari satu kali, yang kadang menyebabkan kapal harus mengubah arah. Pasar gas alam tampak amat berbeda, pertama-tama karena gas alam sulit diangkut. 50 tahun terakhir ini, banyak dibangun jaringan pipa gas yang luas di Eropa dan Amerika Utara untuk menyalurkan gas untuk rumah-rumah, toko, industri dan pembangkit tenaga listrik. Sebagian besar gas yang dikonsumsi ini berasal dari daerah sekitar atau dari Rusia dan disalurkan melintasi daerah luas. 66
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
Jika sebuah perusahaan, katakanlah di Indonesia, menemukan ladang gas alam, pertanyaan yang pertama diajukan adalah: siapa yang akan membelinya? Menemukan seorang pembeli yang mau terikat kontrak selama 20 tahun atau lebih penting sekali, karena produsen gas harus menanamkan investasi yang amat besar untuk memompa keluar gas, menyimpannya di ruangan bersuhu -160°C (saat gas tersebut berubah menjadi cairan atau dikenal sebagai LNG) dan membawanya dengan kapal.
Gambar 4. Jaringan Pipa Saat Ini (
) dan Masa Depan (----).cxxix
Setelah gas dipompa ke dalam tanki pembawa, gas tersebut hanya dapat dibawa ke luar lewat terminal penerimaan LNG, yang jumlahnya amat sedikit di seluruh dunia, sebagian besar terletak di negara-negara maju Asia Timur: pertama Jepang, lalu Korea Selatan dan Taiwan, dan saat ini juga China. Negara-negara ini tidak memiliki sumber gas yang memadai dan sudah bersiap untuk menanamkan investasi besar untuk membangun terminal dan jarnigan pipa gas untuk menyalurkannya ke konsumen. Tahun 2003, LNG Indonesia diekspor ke Jepang (67%), Korea Selatan (19%) dan Taiwan (13%).cxxvii Pemegang peran penting dalam impor LNG ke Jepang in adalah kelompok usaha raksasa Jepang (sogo shosha). Mitsubishi Corporation bertqanggung jawab atas setengah dari impor LNG ke Jepang dan terlibat dalam proyek Arun dan Tangguh di Indonesia.cxxviii LNG Jepang, yang dimiliki kelompok Sojitz dan Sumitomo, juga memainkan peranan penting dalam proyek Tangguh. Sejak dua tahun yang lalu Indonesia juga mengekspor gas lewat pipa dari Laut Natuna ke Singapura dan Malaysia. Investasi raksasa dibutuhkan untuk membangun jaringan pipa ini dan setelah selesai dibangun, jaringan tersebut tidak mungkin dapat dipindahkan lagi. Jadi, keputusan pembangunan jaringan pipa seperti itu harus didasarkan atas kontrak jangka panjang dengan para konsumen, dalam hal ini SembCorp Gas (Singapura) dan Petronas (Malaysia). Hal yang 67
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
sama harus menjadi perhatian Indonesia jika di kemudian hari akan membangun jaringan pipa gas baru. Karena faktor lingkungan dan lainnya, gas alam semakin diminati untuk pembangkit listrik di seluruh dunia. Untuk dapat mengimpor lebih banyak gas, saat ini telah dibangun sejumlah terminal LNG di Amerika Utara dan Eropa bagian selatan, namun pilihan ini masih terbatas dan kontrak jangka panjang masih mendominasi pasar gas dunia. Untuk proyek pipa gas atau proyek LNG, mencari konsumen potensial merupakan fase yang paling krusial. Oleh karena itu, bagi para ORNOP yang berusaha mempengaruhi rancang bangun proyek-proyek ini, menghubungi para konsumen ini sebelum mereka menandatangani kontrak merupakan strategi yang amat masuk akal.
9.4 Siapa yang Mendanai Sektor Ini ? Proyek minyak bumi dan gas, terutama skala besar, umumnya didanai oleh sindikat bank-bank besar. Bank komersial umumnya menyediakan sejumlah besar pendanaan, namun terutama di negara-negara berkembang mereka lebih suka ikut bergabung dengan bank-bank multilateral seperti IFC dan Bank Pembangunan Asia. Posisi khusus bank-bank multilateral ini memberikan jaminan yang lebih besar bagi bank komersial bahwa uang yang mereka kucurkan tetap akan dikembalikan meskipun negara bersangkutan mengalami kesulitan keuangan. Bentuk jaminan lainnya yang juga dicari oleh bank komersial adalah jaminan kredit ekspor dari lembaga penyedia kredit ekspor (ECAs). Jaminan ini akan memastikan pengembalian pinjaman meskipun perusahaan gas bersangkutan menghadapi masalah. Karena banyaknya peralatan dan mesin-mesin yang harus didatangkan ke Indonesia, lembaga penyedia kredit ekspor ini harus bersiap menjamin pembayaran peralatan dan mesin-mesin tersebut.
9.5 Studi Kasus: Proyek LNG Tangguh Di atas daerah seluas 3.200 hektar di Teluk Bintuni bagian selatan di Papua (propinsi Berau Bintuni), sebuah konsorsium perusahaan minyak yang dimotori oleh raksasa minyak Inggris BP akan membangun sebuah pabrik LNG, yang dikenal dengan Proyek Tangguh. Dari tahun 2007
S
A
M
U
D
i
P. Talaud
s
e
u t L a
S
u
l
a
w
P. Sangir
L
a
u
M
t
a l u k u
E
R
A
P
P. Morotai
PROP. SULAWESI UTARA
S
Tangguh Field
PROP. MALUKU UTARA
PROP. GORONTALO
A
I F
I K
P. Weigo Kepulauan Togean P. Bacan P. Batanta P. Biak
LAWESI AH
P. Salawati P. Peleng P. Peleng
P. Obi
PROP. IR IAN BARAT P. Yapen
P. Misol
P. SER AM P. BURU
PROP. SULAWESI TENGGARA
PR OP. IRIAN TENGAH
PROP. MALUKU P. Wowoni
L a u t
P. Muna P. Kabaena
PROP. IRIAN TIMUR
B a n d a
P. Buton
Kepulauan Kai
Kepulauan Aru
Kepulauan Tanimbar
Kepulauan Babar
P. Wetar Kepulauan Leti
P. Lomblen
L a u t
A r a f u r u
P. D olak
P. Alor P. Antar
ES
PROP. NUSA TENGGARA TIMUR
TI M OR LOROSAE
Gambar 5. Lokasi Proyek Tangguh (Kiri) dan Detail Ladang Minyaknya (Kanan) 68
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
atau 2008 proyek ini akan mampu mengekspor 7,5 juta ton LNG per tahunnya. Produksi sebanyak ini akan meningkatkan ekspor gas Indonesia sebanyak 28%. cxxx Kelompok pemerhati HAM dan lingkungan di seluruh Indonesia dan luar negeri bersikap semakin kritis terhadap proyek ini. Para ORNOP tersebut menuduh bahwa transformasi bentang alam di Teluk Bintuni akan merusak 300.000 hektar hutan bakau, yang merupakan ekosistem bakau terbesar kedua di dunia, tempat tinggal 7 kelompok masyarakat adat dan berbagai masyarakat lokal serta keanekaragaman hayati laut yang tak ternilai. Terdapat 9 kelompok masyarakat adat yan gterdiri dari 3.000 KK di daerah Berau/Bintuni yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam setempat seperti udang, ikan dan pohon sagu. Sayangnya, kondisi politik dan hukum di Papua Barat tidak memungkinkan para masyarakat lokal ini untuk menveto proyek yang akan dibangun di daerah mereka, dan mereka mencemaskan hilangnya seluruh mata pencarian mereka. Masyarakat lokal ini menyatakan bahwa sumur-sumur percobaan yang dibuat pada tahun 1997 telah mencemari sungai dan menyebabkan kematian 48 bayi di desa Weriagar di dekat lokasi sumur tersebut. Pohon sagu yang menjadi makanan pokok masyarakat di sana rusak saat dilakukan survei seismik (gempa bumi) pada tahun 1996 dan 1997. Saat ini, tanah mereka diambil alih hanya dengan ganti rugi sebesar satu dolar per meter perseginya. Kekhawatiran lainnya adalah kemungkinan terjadinya militerisasi di daerah tersebut. Militer Indonesia telah dikenal sebagai pencipta konflik, yang dinyatakan disulut oleh tindakan Gerakan Papua Merdeka (OPM), lalu memanfaatkan kondisi ketidakamanan ini untuk menarik uang perlindungan dari perusahaan yang berada di sana. BP telah menyatakan dengan tegas bahwa mereka tidak mau meminta jasa pengamanan dari militer namun pihak militer jelas ingin membuat kontrak jasa pengamanan tersebut dengan BP. Jika proyek tersebut merupakan kepentingan nasional, yang dalam hal ini memang benar, menurut perundang-undangan Indonesia proyek ini harus dilindungi oelh militer, jadi pihak militer mungkin akan memaksakan kehadiran mereka di daerah tersebut. cxxxi Gas alam yang akan memasok Tangguh berasal dari ladang-ladang minyak di lepas pantai Papua, yang mengandung cadangan gas bumi sebesar 400 milyar m3. Pengoperasian ladangladang ini berada di bawah tiga buah kontrak bagi hasil yang terpisah, yang melibatkan berbagai perusahaan minyak. Seluruh perusahaan minyak ini adalah pemegang saham Tangguh: cxxxii • •
BP Inggris 37,16 % Mitsubishi Corporation Jepang dan : INPEX Coorporation Jepang 16,30 % • China National Oil Corporation China 16,96 % • Nippon Oil Jepang 12,23 % • Japan National Oil Corporation Jepang dan : Kanamatsu Corporation Jepang dan : Overseas Petroleum Corporation Jepang 10,00 % • Sojits Corporation Jepang dan : Sumitomo Corporation Jepang 7,35 % Kontrak pengadaan teknik dan permesinan diserahkan kepada perusahaan-perusahaan di bawah ini: cxxxiii • • •
GE Energy JGC Corporation Kellogg, Brown and Root
Amerika Serikat/Italia Jepang Amerika Serikat 69
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
•
Pertafenikki Engineering
Indonesia
Dalam dua tahun terakhir, kontrak pasokan LNG telah ditandatangi oleh perusahaan-perusahaan berikut:cxxxiv • • • •
CNOOC K Power (SK Corporation dan BP) Posco Steel Sempra Energy
China Korea Selatan Korea Selatan Amerika Serikat
2,6 Juta Ton/Tahun 0,8 Juta Ton/Tahun 0,55 Juta Ton/Tahun 3,7 Juta Ton/Tahun
Saat ini, kapasitas tahunan proyek ini (7,5 juta ton/tahun) juga dikontrakan, untuk memastikan kelancarann pendanaan proyek. Total investasi untuk tahap awal inii diperkirakan mencapai US$ 4,5 milyar. Para pemegang saham kemungkinan akan menanggung sekitar 45% (US$ 2,0 milyar) diantaranya, sementara 55% (US$ 2,5 milyar) sisanya akan didanai oleh lembaga keuangan. cxxxv Sejak awal tahun 2003 para pemegang saham Tangguh mencari lembaga keuangan yang bersedia mendanai proyek, pertama-tama dengan Mizuho Bank sebagai penasehat keuangan. cxxxvi Dalam tahap awal ini telah dilakukan pendekatan-pendekatan terhadap lembaga keuangan multilateral, lembaga penyedia kredit ekspor dari negara asal pemasok, serta bank komersial dan pembangunan dari negara asal pemegang saham, dan calon konsumen LNG. cxxxvii Namun, karena ternyata butuh waltu lebih lama dari yang diperkirakan dalam penandatanganan kontrak pasokan LNG, lembaga keuangan ragu-ragu untuk mengucurkan pinjaman. Akhir tahun 2003, Mizuho Bank digantikan oleh bank dari Perancis Société Génerale (SG) sebagai penasehat keuangan utama proyek.cxxxviii Saat ini tampaknya rencananya adalah mebentuk beberapasindikat perbankan, yang masingmasing akan mendanai sebagian proyek. Pinjaman sebesar US$ 1 milyar akan dikucurkan oleh sindikat perbankan dari China, yang mencerminkan pentingnya peran perusahaan CNOOC (dari China) sebagai pemegang saham dan pembeli LNG. Saat ini, para pemegang saham Tangguh sedang menseleksi bank-bank mana saja dari China yang akan membentuk sindikat ini. Sekitar 7 bank dari China sedang menjalankan mandat ini, yaitu:cxxxix • • • • • • •
Agricultural Bank of China Bank of China Bank of Communications China Construction Bank China Development Bank China Export and Import Bank Industrial and Commercial Bank of China
Selain sindikat perbankan dari China ini, sindikat perbankan lainnya mungkin dibentuk oleh bank pembangunan Jepang Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan lembaga penjamin kredit ekspor Jepang NEXI. Sindikat perbankan Jepang ini siperkirakan akan mengucurkan pinjaman sebesar US$ 1 milyar juga, yang 40% diantaranya disediakan oleh bankbank komersial.cxl Sindikat perbankan ketiga mungkin akan dibentuk oleh bank-bank dari Korea, yang diperkirakan akan mengucurkan pinjaman sebesar US$ 500 juta. cxli Sehubungan dengan lembaga multilateral, ada desas desus mengatakan bahwa Bank Pembangunan Asia juga akan mengucurkan pinjaman bagi proyek ini.cxlii Dan BP telah meminta Bank Dunia mengatur suatu pinjaman yang dapat meningkatkan investasi di bidang kesehatan, 70
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
pendidikan dan program pembangunan lainnya di propinsi Papua. BP berjanji bahwa proyek Tangguh akan membawa kemakmuran bagi masyarakat di sana, namun karena proyeknya tertunda, hasilnya baru akan diperoleh pada tahun 2011. Sebuah kajian independen merekomendasikan agar BP menyediakan pinjaman perantara (bridging loan) untuk Pemda Papua untuk meningkatkan kondisi sosialnya lebih dulu, dan BP tampaknya berusaha mengalang bantuan dari Bank Dunia untuk secara tidak langsung mendukung proyek ini.cxliii Lembaga keuangan lain yang mungkin terlibat dalam pendanaan proyek adalah lembaga penyedia kredit ekspor dari Amerika Serikat (US Exim) dan Italia (SACE).cxliv
71
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Bagaimana Mendapatkan Lebih Banyak Informasi
10
10.1 Bagaimana Melakukan Riset Atas Kaitan Internasional Buku panduan ini memberikan tinjauan yang luas akan para pembeli dan pemberi dana dari luar negeri yang terkait dengan produksi komoditas Indonesia. Namun, untuk keperluan kampanye, informasi yang lebih rinci akan pihak-pihak yang terkait dengan kasus tertentu ini sangat bermanfaat. Informasi ini bisa didapatkan lewat berbagai macam riset, sebagai berikut: • Meminta Informasi dari Perusahaan Penghasil Komoditas: Tentu saja, perusahaan yang terkait dengan sebuah kasus tertentu tahu persis siapa yang membeli produknya dan siapa yang mendanai proyeknya. Situs perusahaan tersebut beserta laporan tahunan dan berbagai publikasi di dalamnya dapat mengungkapkan sebagian dari informasi ini. Bertanya pada anak perusahaan atau kantor pusat di luar negeri untuk informasi lebih kanjut juga dapat membantu. • Kantor Pendaftaran Perusahaan: Seluruh perusahaan di Indonesia, besar maupun kecil, harus menyerahkan laporan keuangan mereka ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP). Laporanlaporan ini sulit didapat masyarakat luas, namun Anda dapat berusaha menghubungi KPP pusat atau kantor cabangnya. • Kantor Pendaftaran Perusahaan: www.dprin.go.id/wdp/lingwdp.htm • Bursa Efek: Banyak produsen komoditas di Indonesia terdaftar di Bursa Efek Jakarta atau Surabaya (atau di keduanya). Sering kali hanya sejumlah kecil saham yang diperdagangkan di bursa, dan mayoritas saham-saham tersebut dimiliki oleh pemegang saham besar (kadangkadang produsen komoditas asing). Perusahaan yang telah terdaftar harus menyimpan laporan keuangan dan informasi operasional penting lainnya di bursa. Seluruh dokumen-dokumen ini dapat diakses di situs bursa tersebut: • Bursa Efek Jakarta: www.jsx.co.id • Bursa Efek Surabaya: www.bes.co.id • Badan Koordinasi Penanaman Modal: Seluruh proyek investasi asing di Indonesia harus mendapat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM setiap bulannya menerbitkan tinjauan singkat seluruh investasi asing yang baru, yang meliputi besar investasi, kegiatannya dan nama-nama investornya. • BKPM: www.bkpm.go.id • Ijin Produksi dan Eksploitasi: Untuk memproduksi atau mengeksploitasi komoditas di Indonesia, perusahaan harus mendapatkan ijin. Perusahaan tambang dan migas harus mendapat ijin dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, sementara perusahaan perkebunan, pulp dan kertas dan perkayuan harus mendapat iji dari Departemen Kehutanan. Perusahaan pertanian harus mendapat ijin dari Departemen Pertanian. Departemen-departemen 72
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
ini menerbitkan tinjauan singkat perusahaan-perusahaan yang telah mendapat ijin beserta luas daerah konsesinya dan informasi lainnya. • Departemen Pertanian: www.deptan.go.id • Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral: www.esdm.go.id • Departemen Kehutanan: www.dephut.go.id • Data Statistik Resmi: Statistik dapat memberikan gambaran pada tingkat sektoral mengenai perkembangan volume produksi, nilai dan volume ekspor, tujuan utama ekspor, dll. Data-data ini dapat dilihat pada situs masing-masing kementerian, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Badan Pengembangan Ekspor Nasional. • Bank Indonesia: www.bi.go.id • Badan Pusat Statistik: www.bps.go.id • Badan Pengembangan Ekspor Nasional: www.nafed.go.id • Pelabuhan dan Dinas Pabean/Bea Cukai: Seluruh ekspor komoditas Indonesia harus melewati salah satu pelabuhan di Indonesia. Dinas pelabuhan dan pabean mencatat seluruh kapal yang masuk dan keluar dari pelabuhan tersebut. Mereka juga tahu siapa yang melakukan pengiriman dan dari mana asal barang yang dikirim. Informasi ini belum diterbitkan secara berkala, namun Anda dapat mendekati kedua dinas ini dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Jika Anda bisa mendapatkan nama kapal pengirim dan tujuan pengiriman, Ornop luar negeri dapat mencari tahu siapa pembeli barang-barang tersebut. • • • • •
Pelabuhan Indonesia I: www.inaport1.co.id Pelabuhan Indonesia II: www.inaport2.co.id Pelabuhan Indonesia III: www.pp3.co.id Pelabuhan Indonesia IV: www.portina4.go.id Direktorat Jenderal Bea dan Cukai: www.beacukai.go.id
• Surat Kabar, Majalah dan Situs Berita: Informasi menarik seputar kegiatan perusahaan dan para nasabah dan penyantun dananya kadang-kadang dapat ditemukan di artikel surat kabar, majalah dan situs internet. Sumber-sumber informasi ini amat berguna jika Anda memiliki arsip yang bebas dikunjungi. Beberapa sumber informasi yang menarik dapat Anda temukan di situssitus berikut: • • • • • • • • • • • • • • •
Antara: www.antaranews.net Bisnis Indonesia: www.bisnis.com Gatra: www.gatra.com Indobiz: www.indobiz.com Indomedia: www.indomedia.com Indonesia Commercial Newsletter: www.datacon.co.id/icn.htm Indonesia Financial: www.indonesiafinancial.com Indonesia News: www.indonesianews.net Indonesian Business: articles.ibonweb.com Inside Indonesia: insideindonesia.org InvestorIndonesia: www.investorindonesia.com Jakarta Post: www.thejakartapost.com Kompas: kompas.com Miningindo: www.miningindo.com Radio Republik Indonesia: www.rri-online.com 73
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
• Daftar Alamat: Jika Anda telah mendapatkan nama pembeli atau pemberi dana, Anda mungkin berniat mengetahui situs, alamat dan nomor telepon mereka untuk menghubungi mereka. Salah satu pilihannya adalah menggunakan web search engine seperti Google, AltaVista atau HotBot: tinggal ketik nama perusahaan tersebut dan umumnya muncul situs pers tersebut. Namun, untuk perusahaan kecil, metode ini tidak dapat diandalkan. Anda dapat mencoba Kompass, yang memiliki daftar 1,8 juta perusahaan di seluruh dunia. Jika Anda mengetahui negara asal perusahaan tersebut, Anda dapat mencoba salah satu dari Halaman Kuning (Yellow Page) nasional yang terdapat di berbagai negara. • • • • • •
AltaVista: www.altavista.com Google: www.google.com HotBot: www.hotbot.com Kompass: www.kompass.com International Yellow Pages: www.yellow.com/international.html Juga: www.yellowpages.com
• Ornop Asing: Ornop asing mungkin mengetahui tentang para pembeli atau pemberi dana tertentu, atau dapat membantu untuk mencarikannya untuk Anda. Beberapa jaringan Ornop, seperti BankTrack, bahkan dapat menyediakan bantuan dana untuk Ornop dari negara berkembang untuk keperluan pencarian ini. Di Bab 10.2 kami akan membicarakan bagaimana menemukan Ornop asing yang dapat membantu Anda.
10.2 Ornop Asing Mana Saja yang Mungkin Tertarik ? Ketika merancang kampanye yang efektif yang ditujukan untuk mempengaruhi pembeli dan pemberi dana untuk merubah praktek-praktek operasi produsen komoditas Indonesia, amat penting untuk mendapatkan dukungan dan komitmen dari satu atau lebih Ornop asing. Ada ratusan Ornop di seluruh dunia, namun bagaimana mengtahui Ornop mana saja yang bersedia membantu Anda? Berikut ini adalah beberapa nasehat praktis: • Carilah Ornop yang berasal dari negara temapt pembeli atau pemberi dana yang telah Anda identifikasi. Sebagian besar Ornop lebih suka mengarahkan kegiatannya pada perusahaan atau lembaga pemberi dana dari negara sendiri. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kantor pusat dan mengadakan pertemuan-pertemuan tahunannya di negara yang sama, yang dapat Ornop-ornop ini kunjungi. Pemegang sahamnya juga tinggaldi negara yang sama. Dan perusahaan-perusahaan ini sering kali amat dikenal publik dan memiliki pangsa pasar yang besar di dalam negeri. Seluruhnya ini memberikan lebih banyak opsi-opsi untuk kampanye. • Jaringan Ornop yang besar memiliki kantor atau afiliasi di berbagai negara. Anda dapat menemukan kantor atau afiliasi-afiliasi ini di internet. • World Wide Fund for Nature (WWF): www.panda.org • Friends of the Earth: www.foei.org • Greenpeace: web.greenpeace.org • Untuk mendapatkan lebih banyak lagi Ornop independen di negara tertentu, Anda dapat memanfaatkan direktori berikut: • Idealist.org: www.idealist.org • OneWorld: www.oneworld.net/section/partners/ • UN Non-Governmental Liaison Service: www.un-ngls.org/links.htm 74
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
• Anda juga dapat menghubungi komunitas Ornop internasional yang tertarik paa sektor atau subyek tertentu. Jika kasus Anda berkaitan dengan sektor atau subyek tersebut, pengelola jaringan ini dapat menghubungkan Anda dengan Ornop-ornop tersebut. Contoh jaringan yang dimaksud dapat dilihat di bawah ini: • • • • • • • • •
Bank Information Center - multilateral banks: www.bicusa.org BankTrack - (private) commercial and investment banks: www.banktrack.org Coalition for Global Rights Rules & Responsibilities - financial sector: www.grrr-now.org ECA Watch - Export Credit Agencies: www.eca-watch.org Forests.org - timber, pulp&paper, plantations: forests.org Mines & Communities - mining: www.minesandcommunities.org Oilwatch - oil & gas sector: www.oilwatch.org.ec Project Underground - oil and mining: www.moles.org World Rainforest Movement - timber, pulp&paper, plantations: www.wrm.org.uy
75
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
Referensi
1. Kutukan Komoditas Indonesia i
Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004.
ii
Website Konsorsium Pembaruan Agraria (www.kpa.or.id), Viewed in October 2004.
2. Memanfaatkan Pasar Internasional iii
Milieudefensie schudt ABN AMRO-filiaal wakker - ‘Zorg voor schone en eerlijke mijnbouw’, Press release Friends of the Earth Netherlands, Amsterdam, 25 March 1998.
iv
Letter to Milieudefensie on Freeport, ABN AMRO Bank, Amsterdam, 22 December 1998.
v
MIGROS Criteria for Oil Palm Plantations, Press Release Migros, Zurich, 22 August 2001.
vi
Website Check you Oil (www.checkyouroil.ch), Viewed in November 2004.
vii
Nestlé kommt auf den Geschmack, Press release WWF Germany, Frankfurt, 24 July 2003, WWF gewinnt Unterstützung durch Henkel, Press release WWF Germany, Frankfurt, 29 July 2003.
viii
Website Roundtable on Sustainable Palm Oil (www.sustainable-palmoil.org), Viewed in November 2004.
ix
Paper Tiger, Hidden Dragons, Ed Matthew and Jan Willem van Gelder, Friends of the Earth England, Wales & Northern Ireland, London, June 2001.
x
Japan Threaten to Boycott Indonesia “Pulp”, Riau Pos, Pekanbaru, 31 August 2004.
xi
WWF and Asia Pulp and Paper Sign Agreement on Environmental Conservation and Forest Management, Press release WWF and APP, Jakarta, 19 August 2003; Time running out for APP, says WWF, Press release WWF, Jakarta, 19 February 2004; Indonesia’s Largest Pulp & Paper Company Announces Far-reaching Commitments to Environmental and Community Development, Press release Asia Pulp & Paper, Jakarta, 20 February 2004.
xii
WWF Indonesia’s Response to APP Announcement of 28 October 2004, Press release WWF Indonesia, Jakarta, 29 October 2004.
xiii
Fighting Forest Fires through Financial Institutions, E. Wakker and J.W. van Gelder, UNEP-FI Newsletter (www.unepfi.net), 2004.
xiv
Dutch banks commit to forest conservation, Focus on Finance Newsletter Vol. 1, no. 3, Amsterdam, November 2001.
xv
Akzo Nobel withdraws from controversial project, Press Release Friends of the Earth Netherlands, Amsterdam, 8 January 2003.
xvi
New WWF report shows how European banks contribute to the destruction of a forest jewel, Press Release WWF International, Gland, 8 April 2003.
xvii
Website Equator Principles (www.equator-principles.com), Viewed in November 2004.
xviii
Rainforest Action Network and Citigroup Announce Enhanced Citigroup Environmental Policy, Joint press release by Citigroup Inc. and Rainforest Action Network, San Francisco & New York, 22 January 2004.
xix
Fat or fiction: Cadbury accused of rainforest destruction, Simon Bowers, The Guardian, London, 22 May 2004.
xx
Robin Wood convinces Metro: Commercial Group intends to renounce paper from the destruction of rainforest, Press release Robin Wood, Hamburg, 25 August 2004.
76
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
5. Kayu dan Plywood xxi
The State of the Forest:, Indonesia Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch, Bogor, 2002.
xxii
Banking on sustainability: structural adjustment and forestry reform in post-Suharto Indonesia. C. Barr, CIFOR / WWF International Macroeconomics Program Office, Jakarta, September 2001.
xxiii
Banking on sustainability: structural adjustment and forestry reform in post-Suharto Indonesia. C. Barr, CIFOR / WWF International Macroeconomics Program Office, Jakarta, September 2001.
xxiv
Annual Review and Assessment of the World Timber Situation 2003, International Tropical Timber Organization, Yokohama, July 2004.
xxv
Annual Review and Assessment of the World Timber Situation 2003, International Tropical Timber Organization, Yokohama, July 2004.
xxvi
Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004.
xxvii
Meranti in the Market - report for Greenpeace Netherlands, AIDEnvironment, Amsterdam, 2002; Roundwood demand and supply in the forest sector in Indonesia, N. Scotland et al., UK-Indonesia Tropical Forest Management Programme, 1999.
xxviii
Import of illegal tropical timber to the UK, Friends of the Earth England, Wales and Northern Ireland, London, February 2002.
xxix
Verdacht hout uit Indonesië - Houtimport van Jongeneel en PontMeyer, Milieudefensie, Amsterdam, June 2003.
xxx
The State of the Forest:, Indonesia Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch, Bogor, 2002.
xxxi
Importing Destruction, Rainforest Action Network, San Francisco, 2003.
xxxii
Addicted to Rent: Corporate and Spatial Distribution of Forest Resources in Indonesia, David Brown, September 1999.
xxxiii
Annual Review and Assessment of the World Timber Situation 2003, International Tropical Timber Organization, Yokohama, July 2004.
xxxiv
Annual Review and Assessment of the World Timber Situation 2003, International Tropical Timber Organization, Yokohama, July 2004.
xxxv
Annual Review and Assessment of the World Timber Situation 2003, International Tropical Timber Organization, Yokohama, July 2004.
xxxvi
UCBD.
xxxvii
Verdacht hout uit Indonesië - Houtimport van Jongeneel en PontMeyer, Milieudefensie, Amsterdam, June 2003.
xxxviii
European banks and palm oil and pulp & paper in Indonesia - A research paper prepared for WWF International, Jan Willem van Gelder (Profundo), Castricum, December 2001.
xxxix
Missie en Gedragscode, Vereniging Van Nederlandse Houtondernemingen (VVNH), Almere, December 2002.
xl
Unieke samenwerking tegen illegaal hout, Press release Greenpeace Netherlands, Amsterdam, 8 July 2004
xli
Verdacht hout uit Indonesië - Houtimport van Jongeneel en PontMeyer, Milieudefensie, Amsterdam, June 2003.
6. Pulp dan Kertas xlii
European banks dan palm oil dan pulp & paper in Indonesia, research paper for WWF International. J.W. van Gelder, Profundo, Belanda, December 2001.
xliii
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
xliv
Website of FAOSTAT (Statistical database of the Food dan Agriculture Organisation of the United Nations) (http://faostat.fao.org/faostat/default.jsp), viewed November 2004.
77
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
xlv
Banking on sustainability: structural adjustment dan forestry reform in post-Suharto Indonesia. C. Barr, CIFOR / WWF International Macroeconomics Program Office, Jakarta, September 2001.
xlvi
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
xlvii
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
xlviii
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004; Indonesia: Without remedy: human rights abuse dan Indonesia’s pulp & paper industry. Human Rights Watch Vol. 15, No. 1 (C), January 2003; Banking on sustainability: structural adjustment dan forestry reform in postSuharto Indonesia. C. Barr, CIFOR / WWF International Macroeconomics Program Office, Jakarta, September 2001.
xlix
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
l
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
li
The Pulp dan kertas Industry in Indonesia: A Growing Disaster. Rivani Noor, Rully Syuamanda, Rudy Lumuru & Longgena Ginting. World Rainforest Movement (WRM)’s bulletin Nº 83, June 2004
lii
Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003; website of Market Pulp Association (MPA) (http:// www.pppc.org/en/2_0/2_1.html), viewed October 2004.
liii
FAO Yearbook of Forest Products 1996 - 2000
liv
Profits on Paper: The Political-economy of Fiber, Finance, dan Debt in Indonesia’s Pulp & paper Industries, C. Barr, CIFOR / WWF-International Macroeconomics Program Office, Jakarta, November 2000, in: European banks dan palm oil dan pulp & paper in Indonesia, research paper for WWF International. J.W. van Gelder, Profundo, Belanda, December 2001.
lv
Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003; European banks dan palm oil dan pulp & paper in Indonesia, research paper for WWF International. J.W. van Gelder, Profundo, Belanda, December 2001.
lvi
Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003; Annual Report 2000, Asia Pacific Resources International Holding Inc., Singapura, April 2001 in: European banks dan palm oil dan pulp & paper in Indonesia, research paper for WWF International. J.W. van Gelder, Profundo, Belanda, December 2001.
lvii
APRIL’s Corporate Social Responsibility, Asia Pacific Resources International Holding Ltd., Singapura, April 2002, in: Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003.
lviii
Clearcut paper: APP, APRIL dan the End of the Rainforest in Sumatra’s Riau Province. Results of ROBIN WOOD research, J. Wieting, Robin Wood, Hamburg, July 2004.
lix
Paper tiger, hidden dragons 2: APRIL Fools – The forest destruction, social conflict & financial crisis of APRIL & the role of financial institutions & paper merchants, Friends of the Earth England, London, February 2002, in: Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003.
lx
Profits on Paper: The Political-economy of Fiber, Finance, dan Debt in Indonesia’s Pulp & paper Industries, C. Barr, CIFOR / WWF-International Macroeconomics Program Office, Jakarta, November 2000; Paper tiger, hidden dragons 2: APRIL Fools – The forest destruction, social conflict & financial crisis of APRIL & the role of financial institutions & paper merchants, Friends of the Earth England, London, February 2002, both in: Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003.
lxi
Elephant Forests on Sale, rain forest loss in the Sumatran Tesso Nilo region dan the role of European banks dan markets. WWF Jerman, March 2003; Action alert on Indonesian forests, UMP-Kymmene dan APRIL, Friends of the Earth Finlandia, Helsinki, November 2002.
lxii
Clearcut paper: APP, APRIL dan the End of the Rainforest in Sumatra’s Riau Province. Results of ROBIN WOOD research, J. Wieting, Robin Wood, Hamburg, July 2004.
78
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
lxiii
Clearcut paper: APP, APRIL dan the End of the Rainforest in Sumatra’s Riau Province. Results of ROBIN WOOD research, J. Wieting, Robin Wood, Hamburg, July 2004; communication with J. Wieting, June 2004.
7. Kelapa Sawit lxiv
Oil World Annual 2004, ISTA Mielke, Hamburg, May 2004.
lxv
Greasy Palms, the social and ecological impacts of large-scale oil palm plantation development in Southeast Asia, Eric Wakker (AIDEnvironment), Friends of the Earth England, Wales and Northern Ireland, London, March 2004.
lxvi
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxvii
Oil World Annual 2000, ISTA Mielke, Hamburg, May 2000; Oil World Annual 2004, ISTA Mielke, Hamburg, May 2004. Figures for 2003 refer to January-November.
lxviii
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxix
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxx
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxxi
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxxii
Risking the Forests: identification and management of Indonesian oil palm plantation risks by financial institutions - Research paper for WWF, Eric Wakker (AIDEnvironment) and Jan Willem van Gelder, (Profundo), Amsterdam/Castricum, September 2003.
lxxiii
Napan Group acquires foreign plantation firm, The Jakarta Post, Jakarta, 17 November 1994; Pan LonSum issues bonds worth $25 million, The Jakarta Post, Jakarta, 14 November 1995.
lxxiv
Annual Report 1999, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk., Jakarta, April 2000; Annual Report 2003, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk., Jakarta, March 2004.
lxxv
Correspondence: Action Alert by Friends of the Earth England, May 2004.
lxxvi
Correspondence with Friends of the Earth Indonesia: Joint press release by NGOs in Solidarity with Bulukumba, July 2003.
lxxvii
Greasy Palms, the social and ecological impacts of large-scale oil palm plantation development in Southeast Asia, Eric Wakker (AIDEnvironment), Friends of the Earth England, Wales and Northern Ireland, London, March 2004.
lxxviii
Financing of the Indonesian oil palm sector - Research paper prepared for WWF Asia & Pacific Forest Programme & WWF Indonesia, Jan Willem van Gelder (Profundo), Castricum, July 2003.
lxxix
The new shareholders of LonSum - Research paper prepared for Friends of the Earth England, Wales and Northern Ireland & Sawit Watch Indonesia, Jan Willem van Gelder (Profundo), Castricum, July 2004.
8. Pertambangan lxxx
Indonesian figures: Website Ministry of Energy dan Mineral Resources - Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara (www.dpmb.esdm.go.id), Viewed in October 2004; International figures (except for coal): Website USGS Mineral Resources Program (minerals.usgs.gov), Viewed in October 2004; International coal figures: BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004.
lxxxi
Coal: Website Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id), Viewed in October 2004; Other minerals: Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004. 79
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
lxxxii
Indonesian Mining Industry Survey 2003, PriceWaterhouseCoopers, Jakarta, December 2003.
lxxxiii
Indonesian Mining Industry Survey 2003, PriceWaterhouseCoopers, Jakarta, December 2003.
lxxxiv
Save Indonesia’s Protected Forest Areas From Mining, Walhi / WWF Indonesia / Jatam, Jakarta, July 2003; All-out campaign to stop mining in protected forests, Down to Earth Newsletter No. 58, London, August 2003.
lxxxv
Indonesia allows 13 mining firms to operate in protected forests, AFX Asia, Jakarta, 18 May 2004.
lxxxvi
Indonesian Mining Industry Survey 2003, PriceWaterhouseCoopers, Jakarta, December 2003.
lxxxvii
List of Projects dan Companies seeking Access to Protected Forests, JATAM, Jakarta, July 2003.
lxxxviii
Indonesian Mining Industry Survey 2003, PriceWaterhouseCoopers, Jakarta, December 2003.
lxxxix
The Mineral Industries of Indonesia dan East Timor, Pui-Kwan Tse, U.S. Geological Survey Minerals Yearbook 2002, Washington, April 2004.
xc
Coal Report Indonesia 2000, Embassy of Amerika Serikat of America, Jakarta, October 2000.
xci
Website International Copper Study Group (www.icsg.org), Viewed in October 2004.
xcii
Website Aneka Tambang (www.antam.com), Viewed in October 2004.
xciii
Website USGS (minerals.er.usgs.gov), Viewed in October 2004.
xciv
Mining in Paradise (Bali)?, Engineering & Mining Journal, June 1999.
xcv
Indonesian Mining Industry Survey 2003, PriceWaterhouseCoopers, Jakarta, December 2003.
xcvi
Website Sustainable Energy & Economy Network (www.seen.org), Viewed in October 2004.
xcvii
Jepangese Involvement in Nickel Mining in Indonesia, Anto Sangadji, Yayasan Tanah Merdeka, Palu, 18 July 2002.
xcviii
PT International Nickel Indonesia Tbk More Than Triples Earnings To $104.2 Million (U.S.) In 2003 Dan Sets Production Record Press release PT International Nickel Indonesia, Jakarta, 5 February 2004.
xcix
Open Letter of Support for the PT Inco Affected Karonsi’e Dongi Community, 50 NGOs, Jakarta, 12 December 2003.
c
Indonesia – Inco Nickel Mine, in: Seven Deadly Secrets: What the Export Development Canada does not want you to know, Halifax Initiative, Ottawa, January 2003.
ci
PT International Nickel Indonesia Tbk More Than Triples Earnings To $104.2 Million (U.S.) In 2003 Dan Sets Production Record, Press release PT International Nickel Indonesia, Jakarta, 5 February 2004.
cii
Japanese Involvement in Nickel Mining in Indonesia, Anto Sangadji, Yayasan Tanah Merdeka, Palu, 18 July 2002.
ciii
Japanese Involvement in Nickel Mining in Indonesia, Anto Sangadji, Yayasan Tanah Merdeka, Palu, 18 July 2002.
civ
Japanese Involvement in Nickel Mining in Indonesia, Anto Sangadji, Yayasan Tanah Merdeka, Palu, 18 July 2002.
cv
PT International Nickel Indonesia Tbk. plans dam to boost energy dan nickel in matte production, Press release PT International Nickel Indonesia, Jakarta, 7 October 2004.
cvi
Inco enters into agreements to sell privately two issues of convertible debentures in separate concurrent offerings, Press release Inco Ltd., Toronto, 4 March 2003; Amendment No. 1 to Form F-10 Registration Statement Under The Securities Act Of 1933, Inco Ltd., Toronto, 29 April 2003.
cvii
Prospectus Supplement No. 13 for the $272,679,000 Inco Limited Convertible Debentures Due 2023, Inco Ltd., Toronto, 10 August 2004; Prospectus Supplement No. 13 for the $227,100,000 Inco Limited 31/ 2% Subordinated Convertible Debentures Due 2052, Inco Ltd., Toronto, 17 September 2004.
cviii
Antam Operating Profit Up 66% To Rp 468b (Usd55m) In Full Year 2003, Press Release Antam, Jakarta, 15 March 2004.
cix
Indonesia allows 13 mining firms to operate in protected forests, AFX Asia, Jakarta, 18 May 2004.
cx
Website Aneka Tambang (www.antam.com), Viewed in October 2004.
cxi
German company to build nickel smelter, Down to Earth, London, February 2001
80
Jan Willem van Gelder, Eric Wakker, Matthijs Schuring, Myrthe Haase
cxii
Emerging Market Debt - Indonesia, International Financing Review, London, 28 March 2002.
cxiii
Antam ferronickel plant funding decision expected, American Metal Market, 17 January 2002; Aneka Tambang to fund project via $330 million loan, Dow Jones, Jakarta, 2 August 2002.
cxiv
PT Antam’s $200m debut to test high yield demand, Euroweek, London, 30 May 2003; Antam picks ABN for dollar debut after Hermes misfire, Euroweek, London, 13 June 2003; Antam Likely To Set $150M Bond Coupon At 7%, Dow Jones, 8 July 2003; Antam Has Agreed To Issue US Dollar-Denominated Notes To Finance Nickel Expansion Project, Press Release Antam, Jakarta, 18 September 2003.
cxv
Antam Selects Citigroup As Corporate Financial Advisor, Press Release Antam, Jakarta, 21 July 2004; Mining for money, IFR Asia, Hong Kong, 11 September 2004.
9. Minyak dan Gas Bumi cxvi
Indonesia Country Analysis Brief, US Department of Energy - Energy Intelligence Agency, Washington, 12 July 2004.
cxvii
BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004.
cxviii
Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004.
cxix
BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004; Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004.
cxx
Website Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id), Viewed in October 2004.
cxxi
2003: Oil Export Higher than Import, Ministry of Energy dan Mineral Resources, Jakarta, 28 May 2004.
cxxii
BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004.
cxxiii
Indonesia Country Analysis Brief, US Department of Energy - Energy Intelligence Agency, Washington, 12 July 2004.
cxxiv
BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004.
cxxv
Various company websites, Viewed in October 2004.
cxxvi
Indonesia Country Analysis Brief, US Department of Energy - Energy Intelligence Agency, Washington, 12 July 2004.
cxxvii
BP Statistical Review of World Energy, BP, London, 15 June 2004.
cxxviii
Website Mitsubishi Corporation (www.mitsubishicorp.com), Viewed in October 2004.
cxxix
Website Perusahaan Gas Negara (www.pgn.co.id), Viewed in October 2004.
cxxx
Indonesia - Tangguh to go corporate, Project Finance International, London, 15 September 2004; Website BP (www.bp.com), Viewed in October 2004.
cxxxi
Behind the BP Tangguh Project Propaganda, JATAM (Mining Advocacy Network), Jakarta, October 2003.
cxxxii
Website BP (www.bp.com), Viewed in October 2004.
cxxxiii
BP Selects KBR-led Consortium for Tangguh LNG Project, Press release BP, London, 25 April 2003; GE to Supply Second Compressor Train for New LNG Plant in Indonesia, Press release GE Energy, Florence, 12 July 2004.
cxxxiv
Tangguh Partners Sign Gas Sales dan Purchase Agreement with Korea Selatan’s Posco, Press release BP, London, 1 July 2004; Tangguh Partners Sign Gas Sales Agreement with K Power of Korea, Press release BP, London, 31 August 2004; BP Signs Agreement with Sempra Energy LNG to Bring First Asia Pacific Gas to North American Markets, Press release BP, London, 12 October 2004
cxxxv
Indonesia - Tangguh to go corporate, Project Finance International, London, 15 September 2004.
cxxxvi
Indonesia - Official opening for Tangguh, Project Finance International, London, 8 January 2003; Indonesia - Tangguh soundings, Project Finance International, London, 5 February 2003.
cxxxvii
Indonesia - Tangguh approaches lenders, Project Finance International, London, 2 April 2004; Indonesia - Tangguh EPC selected, Project Finance International, London, 29 May 2004.
cxxxviii
Indonesia - Update, Project Finance International, London, 1 October 2003; Lead - Chinese banks for Tangguh, Project Finance International, London, 3 March 2004; Indonesia - Update, Project Finance International, London, 17 March 2004. 81
KUTUKAN KOMODITAS, Panduan bagi ORNOP Indonesia
cxxxix
Indonesia - Seven Chinese banks keen on Tangguh, Project Finance International, London, 20 October 2004.
cxl
Indonesia - Tangguh soundings, Project Finance International, London, 5 February 2003; BP Seeks Loan from Bank of China, JBIC for Tangguh Finance, Fitri Wulandari, The Jakarta Post, Jakarta, 4 March 2004; Indonesia - Trustee borrowing for Tangguh, Project Finance International, London, 1 April 2004; Indonesia - Tangguh to ink GSAs soon, Project Finance International, London, 21 July 2004; Indonesia Tangguh to go corporate, Project Finance International, London, 15 September 2004; Indonesia Tangguh sponsors to provide guarantee, Project Finance International, London, 22 October 2004
cxli
Indonesia - Tangguh to ink GSAs soon, Project Finance International, London, 21 July 2004; Indonesia Tangguh to go corporate, Project Finance International, London, 15 September 2004.
cxlii
Indonesia - Tangguh sponsors to provide guarantee, Project Finance International, London, 22 October 2004
cxliii
Indonesia - BP dan World Bank consider Papua loan, Project Finance International, London, 10 March 2003.
cxliv
Indonesia - Tangguh EPC selected, Project Finance International, London, 29 May 2004.
82