KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRACT With a good product quality, it is expected that the consumers can trust the product. Fulfilling this need, a quality improvement program is implemented with the aim of producing products with higher quality but with less cost. The problem faced by PT USC is the number of defects in production caused by the lack of quality control to product defects. The method used to solve the problem is FMEA and seven tools methods consisting of control charts, pareto diagram, and cause-effect diagram. By performing calculations sigma capability, sigma value 4.7064 obtained by following the reference Motorola’s sigma. For new company who early founded, to say the sigma value is pretty good although it should be continuously improved to nearly the level of six sigma. Keywords: quality control, FMEA, seven tools, pareto diagram, cause-effect diagram
ABSTRAK Dengan memiliki kualitas produk yang bagus, diharapkan konsumen dapat mempercayai produknya Oleh karena itu, diperlukan suatu program peningkatan kualitas yang baik, yaitu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik setiap saatnya, dengan biaya yang lebih rendah. Masalah yang dihadapi oleh PT USC adalah banyaknya terjadi cacat dalam produksi, yang disebabkan oleh belum adanya pengendalian kualitas terhadap produk cacat. Metode yang dipakai untuk mengatasi masalah tersebut adalah FMEA dan metode 7 tools, yang terdiri dari peta kendali, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Dengan melakukan perhitungan kapabiltas sigma, didapatkan nilai sigma sebesar 4.7064 sigma dengan mengikuti acuan Motorola. Untuk perusahaan yang baru didirikan, bisa dikatakan bahwa nilai sigma tersebut cukup baik meskipun harus terus ditingkatkan hingga mendekati level 6 sigma. Kata kunci: pengendalian kualitas, FMEA, 7 tools, diagram pareto, diagram sebab-akibat
Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto)
105
PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan pada dunia kosmetik sudah semakin pesat dan semakin ketat. Dalam dunia bisnis, salah satu indikator terhadap baik atau tidaknya kualitas sebuah produk, yaitu dilihat dari penampilan fisik produk tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih menilai bahwa kualitas sebuah produk dapat dilihat dari fisik produk tersebut. Dalam hal ini, PT Universal Science Cosmetic sependapat dengan pola pikir sebagian masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk membuat produk yang berkualitas dan berpenampilan fisik yang menarik untuk dapat bersaing terhadap produk-produk sejenis. Dengan memiliki kualitas produk yang bagus, diharapkan konsumen dapat mempercayai produknya kepada perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu program peningkatan kualitas yang baik, yaitu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik setiap saatnya dengan biaya yang lebih rendah. Jika hal tersebut dapat dilakukan, bukan hanya konsumen yang akan merasa puas, namun pihak perusahaan juga akan mendapatkan berbagai keuntungan, yakni akan semakin banyak konsumen yang menggunakan produknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan peneliti pada perusahaan selama bulan Februari hingga Maret 2007. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah reject produk karena terdapat bagian yang cacat pada produk tersebut. Jenis-jenis cacat tersebut meliputi bedak retak, bedak kasar, dan bedak tidak sesuai selama 30 hari.
Peta Pengendali Kualitas Peta pengendali kualitas digunakan untuk mengetahui apakah proses produksi telah berada di dalam batas kendali statistik atau tidak. Penggunaan peta pengendali P-Chart karena (1) Data atribut, yaitu data tidak dapat diukur dengan skala yang jelas, dan (2) Data banyak dengan variasi jumlah yang berbeda. Dari 30 data observasi, terdapat 12 data yang keluar dari batas pengendali (out of control). Berikut merupakan grafik P-Chart yang disajikan dalam Gambar 1. P Chart of Jumlah Cacat 0.08 1
0.07 1
Proportion
0.06
1
1
1
1
1
UCL=0.05644 _ P=0.04910
0.05 0.04
LCL=0.04176
1 1
0.03
1
1
0.02
1
1
4
7
10
13
16 Sample
19
22
25
28
Tests performed w ith unequal sam ple sizes
Gambar 1 Peta Kontrol P-Chart
106
INASEA, Vol. 10 No.2, Oktober 2009: 105-111
Perhitungan DPMO dan Level Sigma D (Jumlah keseluruhan produk cacat) = 12174 buah U (Total produk yang diproduksi) = 247942 buah OP (Karakteristik Kualitas Kunci/QTC) = 3
D 12174 = = 0.049100193 U 247942 TOP (Total Opportunities) = U × OP = 247942 × 3 = 743826 D 12174 = = 0.016366731 DOP (Defect per Opportunities) = TOP 743826 DPMO (Defect per Million Opportunities) = DOP × 10 6 = 16366.73093 Y (Yield) = e − DPU = e −0.04910019 = 95.20857% DPU (Defect per Unit) =
Level Sigma (Hasil interpolasi dari Yield) = 3.2064 sigma
Diagram Pareto Berikut merupakan diagram pareto untuk persentase jenis cacat, yaitu bedak retak, bedak kasar dan bedak kurang sempurna, yang terjadi pada periode Januari – Maret 2007 (Gambar 2).
12000
100
10000
80
Count
8000
60
6000 40
Percent
Pareto Chart of Jenis Cacat
4000 20
2000 0 Jenis Cacat Count Percent Cum %
Bedak Retak 7379 60.6 60.6
Bedak Kasar 3961 32.5 93.1
Berat Tidak Sesuai 834 6.9 100.0
0
Gambar 2 Diagram Pareto
Dari diagram tersebut, dapat dilihat bahwa cacat terbesar pada produk bedak adalah bedak retak dengan presentase 60.6%. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas hasil dan mengetahui faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan, dapat digunakan diagram tulang ikan atau diagram sebab akibat.
Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Berikut merupakan diagram sebab akibat untuk dua cacat terbesar, yaitu bedak retak dan bedak kasar (Gambar 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi Fishbone bedak retak adalah (1) Dari faktor manusia, operator merasa lelah karena jam kerjanya yang cukup panjang sehingga konsentrasi mereka berkurang dan tidak hati-hati dalam melakukan produksi dan menyebabkan bedak menjadi retak; (2) Dari faktor mesin. Kurangnya perawatan pada mesin produksi yang telah lama dan dipakai tiap hari dengan jam kerja yang tinggi; (3) Dari faktor material. Bahan baku
Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto)
107
kurang baik dan pencampurannya kurang bagus akan berpengaruh pada saat dilakukan pencetakan bedak, yang mengakibatkan bedak akan menjadi retak; (4) Dari faktor metode. Kurangnya pelatihan yang diberikan mengakibatkan operator kurang mengetahui hal-hal yang harus dilakukan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bedak kasar adalah (1) Dari faktor manusia. Operator terkadang merasa bahwa tidak mau tahu terhadap hasil produksi dan malas untuk melakukan pengawasan terhadap produk tersebut; (2) Dari faktor mesin. Kurangnya perawatan terhadap mesin dapat mempengaruhi hasil produksi, salah satunya adalah bedak yang dihasilkan kurang halus; (3) Dari faktor material. Jika pada tahap pencampuran bahan baku menjadi bahan setengah jadi kurang rata atau kurang halus akan berdampak pada hasil produk yang kasar; (4) Dari faktor metode. Belum adanya standar produksi pada perusahaan dan juga standar perawatan mesin, menyebabkan para pekerja dapat sesuka hati dalam melakukan perawatan terhadap mesin tersebut (Gambar 4).
Gambar 3 Fishbone Bedak Retak
Gambar 4 Fishbone Bedak Kasar
108
INASEA, Vol. 10 No.2, Oktober 2009: 105-111
Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Berikut ini adalah FMEA untuk jenis-jenis cacat yang terdapat dalam produksi bedak, yang modus kegagalannya diambil dari analisis dengan menggunakan diagram tulang ikan. Pertama, bedak retak. Tabel 2 merupakan FMEA untuk jenis cacat bedak retak. Tabel 1 FMEA untuk Jenis Cacat Bedak Retak Modus Kegagalan Potensial Bahan baku kurang baik
Efek Potensial Modus Kegagalan Kualitas produk akhir tidak sempurna
Tidak hati-hati
Bedak rentan retak
Pressing kurang kuat
Kepadatan bedak saat pencetakan kurang baik
Nilai RPN
Sebab Potensial Modus Kegagalan
4
64
Kelembaban pada gudang penyimpanan terlalu tinggi
5
3
90
3
5
75
O
S
D
4
4
6
5
Pada saat selesai dicetak operator tidak hati-hati dalam meletakkannya Tidak ada standar terhadap kekuatan pressing
Pengendalian Memasang alat untuk dapat mengatur kelembaban udara. Pemberitahuan kepada operator
Menetapkan standar kekuatan pressing
Jika dilihat dari tabel FMEA di atas, hal yang paling perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko pada cacat bedak retak yaitu dalam hal peletakannya harus dilakukan secara hati-hati. Hal ini dapat kita lihat pada bobot RPN dari tabel di atas, di mana bobot terbesar yaitu sebesar 90 terdapat pada modus kegagalan tersebut .Jika peletakan produk akhir tidak hati-hati, maka dapat mengakibatkan guncangan pada produk yang menyebabkan produk menjdadi retak. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus memberikan arahan kepada operator untuk lebih berhatihati lagi dalam meletakan produk jadi. Selain itu, perusahaan juga harus menetapkan standarstandar produksi dari awal hingga produk jadi dan harus dipatuhi oleh seluruh operator. Kedua, bedak kasar. Tabel 2 merupakan tabel FMEA untuk jenis cacat bedak kasar. Tabel 2 FMEA untuk Jenis Cacat Bedak Kasar Modus Kegagalan Potensial Kurang pengawasan Pencampuran bahan baku tidak rata Pembersihan cetakan tidak benar
Efek Potensial Modus Kegagalan
O
Nilai S D
RPN
Sebab Potensial Modus Kegagalan
Hasil akhir kurang baik
4
4
2
32
Bahan setengah jadi kurang halus
5
3
4
60
Jarang dilakukan pengecekan terhadap operator Operator kurang berpengalaman
Terdapat debu atau pasir pada cetakan
4
5
2
40
Lingkungan kurang bersih
Pengendalian Pengawasan terhadap operator secara berkala Memberikan training terhadap operator Membersihkan area produksi
Jika dilihat dari tabel FMEA di atas, maka prioritas terbesar terhadap risiko terdapat pada modus kegagalan berupa pencampuran bahan baku tidak rata dengan nilai RPN sebesar 60, yang berakibat bahan baku tidak tercampur dengan sempurna sehingga terdapat bagian yang masih kasar. Pada saat dilakukan pencetakan, mengakibatkan teksur permukaan bedak menjadi kasar. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus lebih memperhatikan kualitas bahan bakunya,
Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto)
109
terutama saat melakukan pencampuran bahan bakunya. Dalam melakukan pencampuran tersebut, sebaiknya terdapat operator yang bertugas untuk melihat kualitas hasil dari pencampuran tersebut. Operator tersebut nantinya akan bertugas untuk mengecek, apakah campuran sudah halus atau belum. Selain itu, pihak perusahaan juga harus menerapkan sistem pencampuran yang baik sehingga nantinya terdapat standar baku yang harus ditaati oleh operator.
SIMPULAN Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah (1) Proses produksi bedak padat belum stabil karena masih banyak terdapat data yang melewati batas kendali, yang telah ditentukan seperti yang terlihat pada peta kendali; (2) Kapabilitas sigma pada proses produksi bedak sebesar 3.2064 dianggap cukup baik jika dilihat dari umur perusahaan yang masih baru, yaitu sekitar 2 tahun. Namun, untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain, perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan level sigmanya hingga mendekati nilai 6 sigma; (3) Faktor dominan yang menyebabkan cacat, yaitu dari segi manusia (operator) karena ketidakhati-hatian dalam melakukan produksi terhadap produk yang rentan mengalami cacat dan metode yang benar dalam proses produksi belum diterapkan dalam perusahaan; (4) Terdapat 2 jenis cacat yang paling berpengaruh dan harus diperbaiki yang didapat dari diagram pareto, yaitu cacat bedak retak dengan presentase sebesar 60.6% dan cacat bedak kasar dengan presentase sebesar 32.5%.
DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, V. (1998). Statistical process control: Penerapan teknik-teknik statistikal dalam manajemen bisnis total, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, V. (2002). Pedoman implementasi program six sigma, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ishikawa, K. (1988). Teknik penuntun pengendalian mutu, cetakan ketiga, Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Mitra, A. (1998). Fundamentals of quality control and improvement, 2nd ed, United States of America: Prentice-Hall, Inc. Montgomery, D.C. (2001). Introduction to statistical quality control, 4th ed., United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
110
INASEA, Vol. 10 No.2, Oktober 2009: 105-111
LAMPIRAN Data jumlah produksi dan jumlah cacat produk bedak No.
Jenis Cacat Bedak Retak
Bedak Kasar
Berat Tidak Sesuai
Total
1
232
154
27
413
2
228
132
16
376
3
249
163
23
435
4
216
157
45
418
5
223
141
32
396
6
264
152
36
452
7
224
116
19
359
8
337
128
13
478
9
261
134
26
421
10
220
147
21
388
11
227
136
34
397
12
253
142
28
423
13
205
139
19
363
14
222
146
41
409
15
195
83
9
287
16
255
118
25
398
17
248
146
32
426
18
290
137
46
473
19
145
103
11
259
20
282
154
27
463
21
225
165
29
419
22
296
129
36
461
23
295
141
42
478
24
375
147
59
581
25
121
62
14
197
26
185
79
13
277
27
269
107
20
396
28
252
121
34
407
29
278
129
26
433
30
307
153
31
491
Kualitas Produk Bedak... (Edy Susanto)
111