ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika Teknik Industri Universitas Mercu Buana Jakarta e-mail:
[email protected]
ABSTRAK PT. MSI bergerak dalam memproduksi bahan baku pakaian, seperti kain grey dan kain woven serta bahan baku pembalut dan popok bayi yang terdiri dari kain non woven, CPE Film dan tisu. Fokus penelitian adalah untuk mengurangi penyimpangan dan kerusakan produk CPE Film, sehingga perlu direncanakan upaya pengendalian. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan pengendalian kualitas statistik. Berdasarkan pengendalian ditentukan batas kendali untuk masing-masing kerusakan produk. Dari analisis peta kendali rata-rata masih terjadi penyimpangan pada kecacatan CPE Film yaitu berkerut. Adapun garis pusat peta kendali rata-rata sebelum dan sesudah direvisi yaitu: Kecacatan CPE Film berkerut sebelum direvisi: 23.04 dan sesudah direvisi: 23.02. Dari diagram fishbone, dapat diketahui penyebab timbulnya masalah, yaitu: kesalahan operator dalam mengontrol proses kerja pembuatan CPE Film, kejadian dalam lingkungan, yaitu suhu ruang kerja yang panas, karena pengaruh umur mesin dan peralatan pendukung menyebabkan semakin menurunnya produktifitas akan kualitas CPE Film yang dihasilkan. Dengan metode ini didapatkan rencana untuk menanggulangi masalah cacat yang terjadi, yaitu perusahaan harus melakukan perawatan berkala pada mesin, memperhatikan kondisi operator pada saat bekerja, serta menyeleksi ketat material yang diterima dari supplier. Penanggulangan tersebut diharapkan akan meningkatkan pengendalian kualitas pada perusahaan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kata kunci : Pengendalian Kualitas Statistik, Peta Kendali, Variabel dan Manajemen Kualitas. ABSTRACT PT. MSI is engaged in producing garments raw materials, such as gray fabrics and woven fabrics and raw materials pads and baby diapers are composed of non-woven fabric, CPE film and paper. The focus of the research is to reduce fraud and product damage CPE film, so it needs to be planned control efforts. One way that can be achieved is by applying statistical quality control. Based on the specified control limits for each control product damage. From the analysis of control chart average deviation is still going on disability CPE film is wrinkled. The controls chart center line average before and after revision is: CPE Disability Film wrinkled before revision: 23:04 and after revision: 23:02. Of the fishbone diagram, it can be seen causing the problem, namely: operator error in process control work CPE film-making, the incidence in the environment, the temperature of the hot work space, because of the age of machines and support equipment will lead to the decline in productivity resulting film quality CPE . With this method got a plan to address the problem of defect that occurs, the company must perform regular maintenance on the machine, consider the condition of the operator at work, as well as selecting tight material received from suppliers. Poverty is expected to increase the company's quality control in accordance with customer needs. Keywords: Statistical Quality Control, Full Map, Variables and Quality Management..
50
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Tahun 2013, Vol. 1 No.1: 50 - 58
PENDAHULUAN Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk disamping faktor harga yang bersaing. Perbaikan dan peningkatan kualitas produk dengan harapan tercapainya tingkat cacat produk mendekati zero defect membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perbaikan kualitasdan perbaikan proses terhadap sistem produksi secara menyeluruh harus dilakukanjika perusahaan ingin menghasilkan produk yang berkualitas baik dalam waktuyang relatif singkat. Suatu perusahaan dikatakan berkualitas bila perusahaan tersebut mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses terkendali. Melalui pengendalian kualitas (quality control) diharapkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam mencegah terjadinya produk cacat (defect prevention), sehingga dapat menekan terjadinya pemborosan dari segi material maupun tenaga kerja yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Meminimumkan cacat adalah usaha yang harus dilakukan secara berkesinambungan dalam hal peningkatan kualitas suatu produk. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk menerapkan salah satu metode pengendalian dan peningkatan kualitas yang dapat membantu mengurangi cacat dalam memproduksi produk CPE Film ini. Berkaitan dengan permintaan konsumen, perusahaan harus berusaha mempertahankan kepercayaan pelanggan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan,walaupun harus berusaha mempertahankan kepercayaan pelanggan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, walaupun pada kenyataannya selalu ada produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang
diharapkan sehingga terpaksa dilakukan reject atau return. Salah satu metode yang dipakai untuk peningkatan dan pengendalian kualitas ialah Statistical Process Control (SPC). Metode ini merupakan salah satu metode yang akurat, yang mampu meminimalkan dan meniadakan cacat (zero defect) pada produk serta mempertahankan dan memaksimalkan kesuksesan suatu perusahaan. Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : masih banyak ditemukan produk yang cacat (reject) pada produk CPE Film, masih belum terpenuhinya hasil produk yang berkualitas tinggi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan dan permintaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab identifikasi permasalahan di atas, yaitu: mengetahui sejauh mana kualitas produk CPE Film, mengetahui pelaksanaan pengendalian kualitas produk CPE Film, mengetahui hasil dari analisa pengendalian kualitas produk CPE Film. Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang bahan baku pakaian, seperti kain grey dan kain woven serta bahan baku pembalut dan popok bayi yang terdiri dari kain non woven, CPE Film dan tissu. Ruang lingkup penelitian di ambil pada departemen produksi. Pembatasan penelitian ini hanya dibatasi pada: Pembahasan hanya berkisar pada pengendalian kualitas produk yang difokuskan CPE Film Backsheet 73 mm yang berada di PT. MSI dengan cara mengambil sampel barang jadi. Analisa dilakukan dengan menggunakan peta kendali data variabel, yaitu peta 𝑥 dan R. Pemecahan masalah dari penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan tools diagram Pareto, 5W+1H, dan diagram
51
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika
fishbone untuk memberi masukan atau solusi dalam penyimpangan yang terjadi. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah: kualitas, biaya dan produktivitas. Kualitas adalah kemampuan dari suatu produk atau jasa yang secara konsisten memenuhi harapan dari konsumen. Dengan demikian kualitas adalah satusatunya hal yang paling penting bagi kedua belah pihak.Dalam banyak kasus, konsep kualitas berbeda antara pabrikan/produsen dan pelanggan/konsumen [1]. Pengertian Pengendalian Kualitas (QC) dan Pemastian Mutu (QA) Sasaran terpenting pengendalian mutu ialah memastikan mutu produk. Inilah yang disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance). Semula pengendalian mutu hanya terbatas pada mengurangi jumlah produk yang cacat di jalur produksi, tetapi kini pengendalian mutu terpadu yang meliputi semua bidang di hulu dan hilir termasuk perancangan pengembangan dan pemasaran. Pengendalian mutu terpadu ialah sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai divisi disebuah perusahaan sehingga sedemikian rupa memungkinkan produksi mencapai tingkat yang paling ekonomis [2]. Sementara itu, definisi kesalahan atau cacat sama, kecuali berkaitan dengan penggunaan atau kepuasan. Kesalahan atau cacat tepat digunakan apabila evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan. Cacat (defect) adalah semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses gagal memenuhi kebutuhan 52
pelanggan. Secara konvesional kualitas menggambarkan suatu karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (realibility), mudah digunakan (easy of use), dan estetika (esthetic) [1]. Selain itu perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Atau dengan menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, antara lain: Pengujian 100% kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk diuji.Tetapi kelemahannya seringkali produk justru rusak selama dalam pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Pengujian dengan pengambilan sampel kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga dibanding dengan cara 100% inspeksi. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah. Manajemen Kualitas Lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu [3]: Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasikan maupun diukur.Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa.Untuk produk dan jasapelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Tahun 2013, Vol. 1 No.1: 50 - 58
(kosmetik), pelayanan prima (bank) dan tempat berbelanja yang nyaman (mall).Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas. Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuasakan preferensi seseorang atau cocok dengan selera merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya dan prosedur.
Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standarstandar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.Oleh karena itu kualitas dalam pendangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memilki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.Produk yang paling bernilai adalah produk yang tepat beli. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik Statistical Process Control (SPC) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi [4]. Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical Process Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain yaitu; checksheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram dan diagram proses [3].
Gambar 1. Tujuh Alat Kualitas
53
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika
Peta Kendali (Control Chart)[1] Peta Kendali (control chart) adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus.Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas, yang terdiri dari 2 situasi, pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus (assignable cause), kemudian dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya perbaikan proses. Peta kendali dapat dibagi menjadi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu Peta kendali untuk data atribut dan Peta kendali untuk data variabel. Jenis-jenis peta kendali variabel adalah: Peta Kendali Rata-rata (X-bar)
LCL x z n UCL x z
x
METODE PENELITIAN Metodologi penelitian dari penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini. mulai
Studi Literatur
Observasi
1. 2.
1. 2. 3.
Perumusan Masalah Masih Banyak ditemukan Produk yang cacat (reject) pada produk CPE Film Masih belum terpenuhinya hasil produk yang berkualitas tinggi yang sesuai dengan standart yang telah ditetapkan perusahaan dan permintaan konsumen
Tujuan Penelitian Menegetahui sejauh mana kualitas produk CPE Film? Mengetahui pelaksanaan pengendalian kualitas produk CPE Film? Mengetahui hasil dari analisa pengendalian kualitas produk CPE Film?
Pengumpulan Data 1. Data primer 2. Data sekunder
x
x
Peta X dan R Peta control X-Bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta control X-bar dan R sering disebut sebagai peta control untuk data variabel. Metode 5W + 1H [3] Analisa 5W + 1H adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk melakukan penanggulangan terhadap setiap akar permasalahan yaitu: What (Apa Penanggulangannya?), Why (Mengapa Ditanggulangi?), How (Bagaimana Penanggulangannya?), Where (Dimana Penanggulangannya?), When (Kapan Penanggulangannya?), Who (Oleh Siapa Penanggulangannya?).
Pengolahan Data I: Pareto
Pengolahan Data II: Peta kendali 𝑥 dan R
Peta Kendali
Pengolahan Data III: Diagram Fishbone dan 5W+1H
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 2 Diagram Alir Metode Penelitian
54
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Tahun 2013, Vol. 1 No.1: 50 - 58
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pengendalian Kualitas di PT. MSI Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan permintaan konsumen.Oleh karena itu, maka perusahaan harus melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas secara terus menerus terhadap produk yang dihasilkannya. Adapun pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: Pengendalian terhadap bahan baku dan pengendalian terhadap proses produksi, Dari hasil penelitian terdapat beberapa banyak kerusakan yang terjadi dalam hasil produk CPE Film Backsheet 73 mm, dan masih cukup tinggi bahkan melebihi batas toleransi kerusakan produk yang ditetapkan oleh perusahaan. Kerusakan tersebut dapat bersifat kompleks atau bersifat sederhana.Pihak perusahaan harus berusaha untuk dapat menyelesaikan masalah yang timbul dengan segera. Jenis-jenis kecacatan yang terjadi pada CPE Film Backsheet 73 mm, antara lain: CPE Film berkerut, Ketebalan yang salah, Kotor, Ukuran salah, Warna luntur. Pengukuran dangan Diagram Pareto Tabel 1. Jumlah dan jenis kecacatan NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Kecacatan CPE Film berkerut Ketebalan salah Kotor Ukuran salah Warna luntur TOTAL
Jumlah(roll) 24 15 13 4 6 62
Tabel 2. Jumlah Frekuensi Jenis Kecacatan CPE Film NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Kecacatan CPE Film berkerut Ketebalan salah Kotor Ukuran salah Warna luntur TOTAL
Jmlh
%
% Kum
24
39%
39%
15
24%
63%
13
21%
84%
6
10%
94%
4
6%
100%
62
100% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
60 40 20
0
Jumlah cacat
Gambar 3. Diagram Pareto Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kecacatan terbesar yang terjadi pada produksi CPE Film yaitu karena ‘CPE Film berkerut’ dengan persentase 39 %, selanjutnya kecacatan karena ‘ketebalan salah’ sebesar 24 %, kecacatan karena ‘kotor’ sebesar 21% % , kecacatan karena ‘ukuran salah’ sebesar 10%, dan kecacatan karena ‘warna luntur’ sebesar 6% dari jumlah produksi, sebesar 459 roll. Dalam analisa peta kendali 𝑥 dan R di bawah ini, akan difokuskan pada dua kecacatan terbesar, yaitu ‘CPE Film berkerut. Peta Kendali X dan R Perhitungan CL, UCL dan LCL peta kendali rata-rata adalah sebagai berikut:
55
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika
Peta Kendali Range dapat dilihat di bawah ini:
Xbar Chart of x1, ..., x5 1
24.0
1
1
UCL=23.664
R Chart of x1, ..., x5 2.5 _ _ X=23.038
23.0
UCL=2.295 2.0
22.5
LCL=22.412 1
1
1
3
5
1
7
9
11
13 15 Sample
17
19
21
23
25
Sample Range
Sample Mean
23.5
1.5 _ R=1.085
1.0
0.5
Gambar 4. Peta Kendali x CPE Film Berkerut Dari peta diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat titik yang berada diluar batas kontrol atas (UCL) dan diluar batas kontrol bawah (LCL), sehingga bisa dikatakan bahwa produk tidak terkendali. Oleh karena itu, perlu direvisi dengan mengeluarkan nilai yang berada di luar batas kendali dan melakukan perhitungan ulang. Sehingga diperoleh hasil perhitungan yang baru. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Xbar Chart of x1, ..., x5 23.75
UCL=23.689
Sample Mean
23.50 23.25 _ _ X=23.023
23.00 22.75 22.50
LCL=22.357 1
3
5
7
9 11 Sample
13
15
17
0.0
LCL=0 1
3
5
7
9
11
13 15 Sample
17
19
Analisa Kecacatan Dengan Diagram Fishbone (Diagram Sebab - Akibat) Setelah diketahui jenis-jenis kecacatan yang terjadi, maka perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah timbulnya produk cacat yang serupa. Sebagai alat bantu untuk mencari penyebab terjadinya produk cacat tersebut, digunakan diagram sebab akibat. Adapun penggunaan diagram sebab akibat untuk menelusuri jenis kecacatan yang paling dominan adalah sebagai berikut:
Mesin/Alat Manusia
Operator Ngantuk
SOP Kurang Spesifik
Metode
Setting tidak sesuai
Udara yang panas
Preventif maintenance kurang
Pecahayaan yang kurang
Lingkungan
Gambar 7. Fish Bone Diagram CPE Berkerut 56
25
Pada grafik peta kendali R CPE Film berkerut sudah tidak ada lagi sample yang di luar batas kendali.
19
Tidak dicek
23
Gambar 6. Peta Kendali R CPE film Berkerut
Gambar 5. Peta Kendali x CPE film Berkerut (Revisi)
Kurang Perhatian
21
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Tahun 2013, Vol. 1 No.1: 50 - 58
Pemecahan Masalah dengan 5 W + 1 H Tabel 5. Tabel 5 W + 1 H Penyebab dominan CPE Film berkerut
What
Why
Who
Where
When
How
Kondisi CPE film yang tidak rapi
Kelalaian operator dan mesin kurang terawat Kelalaian operator dan mesin kotor Tangan operator kotor Kelalaian operator dan setingan mesin salah Kelalaian operator dan control panas tidak normal
Operator dan mesin
Unit mesin slitting
Februari 2012
Operator mendapat pelatihan, memilih SDM yang berkualitas, melakukan perawatan mesin
Operator dan mesin Operator
Februari 2012
Operator dan mesin
Unit mesin slitting Unit mesin slitting Unit mesin slitting
Februari 2012
Operator mendapat pelatihan, pemeriksaan mesin sebelum digunakan Budayakan kebersihan dan lengkapi operator dengan sarung tangan Operator mendapat pelatihan dalam menseting mesin
Operator dan mesin
Unit mesin slitting
Februari 2012
Operator mendapat pelatihan, perawatan mesin teratur
Ketebalan Salah
Ketebalan tidak sama
Kotor
Kondisi CPE kotor
Ukuran salah
Tidak sesuai dengan permintaan Warna luntur
Warna luntur
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : PT. MSI sudah melakukan pengendalian kualitas, namun tidak menngunakan metode yang menunjang pengendalian tersebut. Sehingga kemungkinan akan kesalahan atau cacat pasti akan terjadi karena tidak ada pengukuran standar yang digunakan dan hanya berdasarkan pengalaman yang terdahulu. Pada PT. MSI terdapat kecacatan yang terjadi pada produknya, yaitu ‘CPE Film berkerut’dengan persentase 39 %, selanjutnya kecacatan karena ‘ketebalan salah’ sebesar 24 %, kecacatan karena ‘kotor’ sebesar 21%, kecacatan karena ‘ukuran salah’ sebesar 10%, dan kecacatan karena ‘warna luntur’ sebesar 6% untuk bulan Februari. Dari analisis peta kendali rata-rata masih terjadi penyimpangan pada kecacatan CPE Film berkerut. Adapun garis pusat peta kendali rata-rata sebelum
Februari 2012
dan sesudah direvisi yaitu: Kecacatan CPE Film berkerut sebelum direvisi:23.04 dan sesudah direvisi: 23.02. Dari diagram fishbone, dapat diketahui penyebab timbulnya masalah, yaitu: kesalahan operator dalam mengontrol proses kerja pembuatan CPE Film, kejadian dalam lingkungan, yaitu suhu ruang kerja yang panas, karena pengaruh umur mesin dan peralatan pendukung menyebabkan semakin menurunnya produktifitas akan kualitas CPE Film yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA [1]. Ariani, Dorothea Wahyu, 1999, Manajemen Kualitas, Universitas Atmajaya, Yogyakarta. [2]. Feigenbaum, Armand V., 1991, Total Quality Control, Third Edition, McGraw-Hill, Inc. [3]. Garvin, David, Managing Quality. Di dalam Nasution, M. N., 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total 57
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CPE FILM DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT. MSI Hayu Kartika
[4].
[5].
[6].
[7].
[8].
58
Quality Management), Jakarta. Ghalia Indonesia. Heizer dan Barry Render, 2005, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh, Jakarta Salemba. Ariani, Wahyu Dorothea, 2003, Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif, Jakarta, Ghalia Indonesia. Chany, 2011, Jurnal Pengendalian Kualitas Statistik, http://elista akprind.ac.id/upload/files/3645-PKSD3. Diakses 26 Januari 2012. Yamit, Zulian, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII., Yogyakarta. Yamit, Zulian, 2001, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Ekonisia, Yogyakarta