KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG BERDASARKAN PERSEPSI PASIEN Dita Astrifianti1 dan Amy S. Rahayu2 1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung. Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil dari setiap indikator diukur pada lima poin skala ordinal : sangat baik, baik, cukup, buruk dan sangat buruk. Sampel diambil berdasarkan teknik sampling non probabilitas, secara accidental. Berdasarkan hasil analisa data pada setiap indikator didapatkan hasil bahwa indikator input dinilai cukup, indikator poses dinilai buruk dan indikator output dinilai cukup. Sehingga didapatkan hasil akhir bahwa kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung adalah cukup. Kata Kunci : puskesmas; persepsi pasien; kualitas pelayanan kesehatan
ABSTRACT This research aims to analyse the quality of health services at Cakung Subdistrict health center. This research is a descriptive research with quantitative approach. The outcome of every indicators was measured on five-point ordinal scales: Very Good, Good, Fair Enough, Bad and Very Bad. The sample was taken based on non probability sampling technique, in an accidental manner. Based on the analysis result on every indicators, the research result shows that input indicator is fair enough, process indicator is bad and output indicator is fair enough. So the final result shows that the quality of health services at Cakung Subdistrict health center is fair enough. Key Words : health center; patient’s perception; health services quality
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia (Sinambela, 2010:198). Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Budiman Rusli (2004) yang berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia akan selalu membutuhkan pelayanan. Pelayanan menurut Budiman Rusli (2004) sesuai dengan life cycle theory of leadership (LCTL) bahwa pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara fisik sangat tinggi, tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Kurniawan, 2005:1-2). Disisi lain menurut Osborne dan Gaebler (terjemahan Rasyid, 2000:192), pelayanan harus dilakukan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan pihak yang dilayani walaupun pelayanan itu tidak profitable, seperti pelayanan kepada masyarakat. Isu tentang pelayanan pelayanan publik yang berkualitas kian mengemuka seiring dengan berkembangnya nilai-nilai demokrasi
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat
setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari pemerintah, baik dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Pelayanan publik yang baik merupakan salah satu kunci strategis untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan investasi, peningkatan pendapatan perkapita serta tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sinambela, 2010:5). Pelayanan publik yang berkualitas dianggap sebagai salah satu dasar menuju tata pemerintahan yang baik. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, pelayanan publik merupakan segala kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang-undangan bsgi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik sendiri adalah instansi pemerintah beserta dinas terkait. Pemerintah dalam pelayanan publik memiliki peran untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai warga negaranya. Salah satu bentuk pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk masyarakat adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan dalam bidang kesehatan sendiri merupakan salah satu hak dasar yang dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa salah satu hak dasar rakyat adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu dalam Surat Edaran Meneg PAN No. SE/10/M.PAN/07/2005, pelayanan kesehatan termasuk salah satu prioritas pelayanan yang perlu diperhatikan oleh seluruh jajaran pemerintah dalam menyediakan pelayanan. Solusi yang diberikan pemerintah agar semua penduduk Indonesia dapat dengan mudah menjangkau pelayanan masyarakat dibidang kesehatan adalah dengan mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di setiap daerah. Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Departemen Kesehatan RI, 2012). Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kepadatan tinggi membutuhkan pelayanan kesehatan yang dapat mengakomodir kebutuhan seluruh penduduk Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 sebanyak 8.524.152 penduduk (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011). Jumlah Puskesmas yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta sampai dengan tahun 2010 sebanyak 340 unit (Departemen Kesehatan RI, 2014). Provinsi DKI Jakarta merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memenuhi standar jumlah puskesmas WHO dan Departemen Kesehatan. Sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, satu unit Puskesmas idealnya melayani 30.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak 8.524.152 jiwa, Provinsi DKI Jakarta seharusnya memiliki minimal 284 unit Puskesmas yang tersebar di 6 Kota. Apabila melihat keadaan jumlah Puskesmas saat ini, rata-rata satu puskesmas di Povinsi DKI Jakarta
melayani 25.000 penduduk. Provinsi DKI Jakarta sudah memiliki
berbagai SDM di bidang kesehatan yang tersebar dalam berbagai jenis bidang kehalian. Provinsi DKI Jakarta yang berpenduduk sebanyak 8.524.152 jiwa, memiliki jumlah dokter umum dan dokter spesialis dengan jumlah 8.837 dokter. Idealnya satu dokter melayani 2.500 pasien apabila merujuk pada standar World Health Organization (WHO). Apabila melihat keadaan tenaga dokter di Provinsi DKI Jakarta sekarang berarti satu dokter di Provinsi DKI Jakarta melayani sekitar 965 pasien. Namun demikian, terlepas dari berbagai kelebihan dan keunggulan yang terdapat di Puskesmas Provinsi DKI Jakarta. Masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan di beberapa puskesmas (bbc.co.uk, 2013). Masih terdapatnya pungutan yang dibebankan pada pasien menjadi salah satu masalah dalam
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
pelayanan Puskesmas di DKI Jakarta serta masih kurangnya fasilitas kesehatan yang mengakibatkan pelayanan puskesmas terganggu (radaronline.co.id, 2014). Masalah mengenai pelayanan puskesmas juga disampaikan oleh Agung Nugroho sebagai Koordinator Dewan Kesehatan Rakyat Jabodetabek yang dikutip dalam tribunnews.com (2013) menyatakan bahwa masih terdapat puskesmas yang tutup pada jam 11.00 WIB dengan alasan rapat atau ada kunjungan kerja. Selain itu warga yang berobat masih dikenakan biaya untuk mendapatkan obat padahal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menerapkan KJS yang menjamin bahwa setiap warga yang ingin berobat ke Puskesmas tidak perlu dipungut biaya. Jakarta Timur merupakan kota administratif dengan jumlah penduduk terbanyak di DKI Jakarta. Jumlah penduduk di Jakarta Timur pada tahun 2010 sebanyak 2.693.896 jiwa (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010). Salah satu Kecamatan di Jakarta Timur yang perlu mendapat perhatian lebih adalah Kecamatan Cakung, hal tersebut dikarenakan Kecamatan Cakung adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Jakarta Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 503.846 jiwa dan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi DKI Jakarta (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010). Salah satu puskesmas yang terdapat di Kecamatan Cakung adalah Puskesmas Cakung. Puskesmas Kecamatan Cakung. Menurut penuturan Rani salah seorang pasien di Puskesmas Kecamatan Cakung yang dikutip dari radaronline.co.id (2014), Puskesmas Cakung masih membebankan pungutan biaya untuk pengobatan pasien walaupun pasien tersebut sudah membawa kartu jaminan kesehatan. Puskesmas Cakung juga merupakan salah satu dari 13 Puskesmas yang terendam banjir pada bulan januari-februari 2014 sehingga proses pelayanan kesehatan dihentikan sementara (beritajakarta.com, 2014). Selain itu pada bangunan Puskesmas Kecamatan Cakung terdapat beberapa kerusakan mengingat puskesmas kecamatan cakung terakhir kali direnovasi pada tahun 2003 atau 10 tahun yang lalu. Hal tersebut tentunya akan menggangu proses pelayanan kesehatan terhadap pasien (beritajakarta, 2014). Tinjauan Teoritis Levey dan Loomba dalam Notoatmodjo (2008: 13), mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventive), menyembuhkan penyakit (kuratif), serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, ataupun masyarakat (rehabilitative)
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kemandirian individu, keluarga, dan
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
kelompok/masyarakat untuk mengatasi masalah keperawatan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan optimal (Azwar, 1996:37). Teori yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui persepsi pengguna jasa tentang kualitas pelayanan kesehatan adalah teori kualitas pelayanan kesehatan John Øvretveit (2005:537) dan teori Donabedian. Evaluasi tentang kualitas penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Donabedian (2003:171) merupakan salah satu peneliti terkemuka dalam bidang kualitas pelayanan kesehatan dan telah menemukan 3 dimensi untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan pengalaman yang telah diterima oleh pasien, yaitu : 1. Structure : menunjukkan bahwa evaluasi mengenai kualitas pelayanan kesehatan dapat dikonseptualisasikan menjadi tiga dimensi yaitu : struktur, proses dan hasil. Struktur mengacu pada pengaturan dimana perawatan disampaikan termasuk fasilitas yang memadai dan peralatan, struktur administrasi, dan jam operasional pelayanan. Apabila menggunakan pendekatan ini, pengaturan perawatan yang baik dan struktur pendukung seperti fasilitas berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang baik pula. 2. Process : mencakup semua tindakan dalam pelayanan kesehatan. Umumnya termasuk diagnosis, pengobatan, perawatan pencegahan, dan pendidikan pasien tetapi dapat diperluas untuk mencakup tindakan yang diambil oleh pasien atau keluarga dalam proses pengobatan 3. Output : Hasil yang mengandung semua dampak dari pelayanan kesehatan kepada pasien, termasuk perubahan status kesehatan, perilaku, atau pengetahuan serta kepuasan pasien dan kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan. Hasil kadang-kadang dilihat sebagai indikator yang paling penting dari kualitas karena meningkatkan status kesehatan pasien adalah tujuan utama kesehatan. Namun, secara akurat mengukur hasil yang dapat dikaitkan secara eksklusif untuk kesehatan sangat sulit. Ketiga dimensi tersebut kembali di tegaskan oleh John Øvretveit,
definisi umum
mengenai kualitas pelayanan adalah apakah kebutuhan terhadap kesehatan dapat terpenuhi dengan tingkat biaya yang paling rendah, dan apakah ketentuan mengenai hal ini sudah diatur dalam peraturan (Øvretveit, 2002:37). Definisi ini dapat digunakan untuk menilai pelayanan melalui tiga dimensi sebagai berikut:
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
1. Persepsi
pasien: pandangan pasien mengenai pelayanan kesehatan yang telah
diberikan 2. Persepsi tenaga ahli kesehatan: pandangan para tenaga ahli kesehatan apakah pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penilaian dan apakah staf penyelenggara pelayanan kesehatan telah menjalankan prosedur secara baik dan sesuai dengan kebutuhan pasien 3. Persepsi manajemen: apakah penggunaan sumber daya untuk
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan telah digunakan secara efisien. Model kualitas pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh John Øvretveit dan Donabedian memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang saling melengkapi. John Øvretveit membagi fokus persepsi pelayanan berdasarkan tiga persepsi yaitu persepsi pasien, persepsi manajemen dan persepsi tenaga kesehatan sedangkan Donabedian hanya fokus pada kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan persepsi pasien. Pada penelitian kali ini untuk konsep kualitas pelayanan kesehatan John Øvretveit hanya menggunakan persepsi pasien saja. Hal tersebut dikarenakan pasien adalah pelanggan yang menerima pelayanan sehingga dapat menggambarkan bagaimana pelayanan kesehatan sebenarnya dan juga dapat menjelaskan bagaimana kebutuhan pelayanan yang seseungguhnya dibutuhkan oleh pasien. Informasi ini dapat membimbing penyedia jasa pelayanan kesehatan ketika membuat skala prioritas dan membuat semakin responsive akan kebutuhan dan keinginan pasien. Pada teori kualitas pelayanan kesehatan yang disebutkan John Øvretveit memiliki dimensi persepsi pasien yang sama dengan konsep pelayanan kesehatan kesehatan menurut Donabedian. Hal tersebut dikarenakan Donaedian hanya mengungkapkan konsep kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan persepsi pasien saja. Indikator input yang disebutkan oleh John Øvretveit dengan indikator structure memiliki kemiripan. Selanjutnya indikator process juga dikemukakan baik oleh John Øvretveit dan Donabedia juga memiliki kesamaan. Indikator terakhir yang dikemukakan oleh John Øvretveit adalah output yang memiliki kemiripan dengan indikator outcome yang dikemukakan oleh Donabedian. Selain terdapat persamaan anatara teori yang dikemukakan oleh John Øvretveit serta Donabedian, terdapat pula beberapa perbedaan antara keduanya. Namun perbedaan ini dianggap sebagai pelengkap dari teori yang telah dikemukakan John Øvretveit. Donabedian memasukkan unsur sistem pembayaran dalam indicator structure selain itu terdapat juga unsur penjelasan mengenai pencegahan tetang penyakit yang
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
diderita pada indikator process yang kedua hal tersebut tidak dikemukakan oleh John Øvretveit. Metode Penelitian Penggunaan pendekatan kuuantitatif dipilih karena pada penelitian ini memakai asumsi teori yang telah ada yaitu teori kualitas pelayanan kesehatan untuk menjadi sumber utama kegiatan penelitian dan berusaha mengukur teori tersebut. Berdasarkan pada tujuannya, penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif dengan manfaat yang bersifat murni tanpa disponsori pihak manapun dan berdasarkan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian sejak Februari 2014 sampai Juni 2014. Berdasarkan teknik pengumpulan datanya, penelitian yang dilakukan tergolong sebagai penelitian survei. Survei dilakukan untuk memperoleh data primer. Dalam penelitian survei, data di lapangan dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden baik melalui kuesioner maupun wawancara (Prasetyo dan Jannah, 2005:48). Populasi dalam penelitian ini masyarakat pegunjung puskesmas yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Cakung dan telah melakukan kunjungan lebih dari sekali. Sampel penelitian ini adalah masyarakat pengunjung Puskesmas Kecamatan Cakung pada saat penelitian ini dilakukan. Adapun poupulasi target dalam penelitian ini meliputi : a. Isi, yaitu masyarakat pengunjung Puskesmas Kecamatan Cakung pada saat penelitian ini dilakukan yang telah menggunakan jasa pelayanan kesehatan di puskesmas sebanyak 2 kali atau lebih selama periode tahun 2013-2014 b. Cakupan, yaitu di Puskesmas Kecamatan Cakung c. Batasan waktu, yaitu pada bulan Januari hingga bulan Mei 2014. Teknik penarikan saampel pada penelitian ini merupakan penarikan sampel nonprobabilita berupa aksidental. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasari oleh teknik penentuan besar sampel oleh Fraenkel dan Wallen (1993:92) yang menyatakann besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 responden. Alat ukur dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan lima alternatif jawaban yang bersifat ordinal berupa skala likert. Pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner diberikan lima alternative pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5, skoring adalah sebagai berrikut: •
Diberi skor 1 = sangat buruk
•
Diberi skor 2 = buruk
•
Diberi skor 3 = cukup
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
•
Diberi skor 4 = baik
•
Diberi skor 5 = sangat baik
Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, dielaborasi dari tiga indikator yaitu input, proses dan output. Indikator input merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur input pelayanan puskesmas berdasarkan persepsi pengguna jasa mengenai kondisi gedung dan ruangaan yang ada dipuskesmas, sedangkan dalam mengukur proses pelayanan kesehatan yang diberikan, digunakan indikator proses. Sementara itu, indikator output dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keluaran (output) pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Selanjutnya, penggabungan dari ketiga indikator tersebut, disajikan dalam satu dimensi yaitu dimensi kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan persepsi pengguna jasa. Indikator Input Kualitas Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas Kecamatan Cakung
berdasarkan Persepsi Pasien Penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan persepsi pasien, memiliki indikator input yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan puskesmas dari segi bangunan fisik, peralatan dan fasilitas yang terdapat ada dipuskesmas untuk menilai baik atau buruknya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas. Indikator input yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan puskesmas berdasarkan persepsi pasien, diturunkan menjadi beberapa sub indikator yang dinilai oleh responden melalui kuesioner. Sub indicator input tersebut antara lain : kondisi peralatan medis yang gunakan oleh tenaga kesehatan saat menangani pasien, kenyamanan ruang tunggu pasien, kenyamanan ruang penanganan pasien, kondisi fasilitas di ruang tunggu, kondisi fasilitas ruang penanganan, kelengkapan jenis ruang penanganan, kerapihan kondisi dokter, perawat dan karyawan puskesmas, ketersediaan petugas pelayanan untuk menjelaskan syarat administrasi pengobatan, keterjangkauan biaya pelayanan bagi pasien, kesesuaian biaya yang antara jumlah biaya yang ada di peraturan dengan yang dikenakan kepada pasien dan kesesuaian waktu buka dan tutup dengan peraturan yang berlaku. Puskesmas yang dijadikan objek penelitian adalah Puskesmas Kecamatan Cakung. Pada awal didirikannya Puskesmas Kecamatan Cakung, puskesmas ini memiliki visi yaitu, “Menjadi Puskesmas Yang Melasanakan Pelayanan Kesehatan Prima Yang Berorientasi
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Kepada Kepuasan Pelanggan”. Salah satu misi yang mendukung terwujudkan visi tersebut adalah memberikan pelayanan prima yang meliputi kegiatan: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi untuk masyarakat. Selain itu misi lainnya yang mendukung terwujudkan visi Puskesmas Kecamatan Cakung adalah mengembangkan sumber daya manusia yang professional dan berkualitas sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai dan terpenuhi. Visi, misi dan strategi yang dirancang oleh Puskesmas Kecamatan Cakung, telah terealisasi dengan baik, hal ini didukung oleh penyebaran kuisoner terhadap 100 responden yang menyatakan bahwa input pelayanan puskesmas masuk dalam kategori cukup. Berikut ini adalah gambaran grafik yang menggambarkan indikator input pelayanan puskesmas secara keseluruhan.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 1 Indikator Input Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n = 100)
Sebagaimana digambarkan di atas bahwa dari 100 responden, sebanyak 47% atau sebanyak 47 responden menyatakan bahwa input pelayanan puskesmas termasuk dalam kategori cukup, sedangkan 28% atau sebanyak 28 responden menyatakan bahwa input pelayanan puskesmas masuk dalam kategori buruk dan sisanya sebanya 25% atau sebanyak 25 responden menyatakan bahwa input pelayanan puskesmas dalam kategori baik. Hasil di atas diperoleh berdasarkan survei terhadap 100 responden, yang seluruhnya menyatakan pernah menggunakan jasa pelayanan Puskesmas Kecamatan Cakung lebih dari sekali. Oleh karena itu, seluruh responden yang disurvei dapat mengetahui dan menilai kualitas pelayanan puskesmas sesuai dengan pengalaman responden ketika menerima pelayanan dari puskesmas.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 2 Kompilasi Grafik Indikator Input Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n=100)
Sebagaimana digambarkan di atas terlihat bahwa sub indikator kenyamanan ruang penanganan adalah subindikator yang memiliki jawaban sangat buruk terbanyak. Hal tersebut patut disayangkan mengingat ruang penanganan adalah tempat pemeriksaan kondisi pasien oleh tenaga kesehatan. Buruknya kenyamanan ruang penanganan dipengaruhi sempitnya ruang penanganan dan buruknya ventilasi serta pencahayaan yang ada di ruang penaganan. Ruang penanganan di Puskesmas Kecamatan Cakung sendiri tidak memiliki ventilasi dan jendela sama sekali sehinggga ruangan penanganan sangat redup pencahayaan luar dan hanya mengandalkan pencahayaan dari lampu saja. Buruknya kenyamanan ruang penanganan berpengaruh dengan proses pemeriksaan selanjutnya, menurut pengakuan pasien di Puskesmas Kecamatan Cakung pasien diperiksa bersama-sama 2 pasien lainnya. Sehingga 3 pasien masuk berdatangan di ruang penangan dengan sempitnya ruang penanganan dan penuhnya pasien tentu menggangu jalannya proses pemeriksaan. Dokter yang melakukan pemeriksaan menjadi tergangu ketika melakukan pemeriksaan karena dengan luas ruangan yang sempit menjadi tidak leluasa dalam memeriksa pasien. Selain itu dengan banyanya jumlah orang yang ada di ruang penanganan menjadikan dokter memeriksa kondisi pasien tidak maksimal karena ingin memeprcepat pemeriksaan mengingat masih banyaknya pasien yang menunggu untuk diperiksa.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Subindikator kenyamanan ruang tunggu juga memiliki banyak jawaban sangat buruk. Hal tersebut dikarenakan luas ruangan yang tergolong sempit untuk menampung banyaknya pasien yang datang, buruknya ventilasi udara serta pencahayaan. Pada pagi hingga sore hari banyak pasien yang mengunjungi Puskesmas Kecamatan Cakung untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Namun kondisi ruang tunggu masih tergolong buruk yang dikarenakan jumlah bangku yang tidak dapat mengakomodir seluruh pasien yang berdatangan, tidak adanya ventilasi udara, serta pencahayaan yang buruk karena hanya mengandalkan pencahayaan dari pintu depan yang dibuka saja. Padahal pentinganya peran ruang tunggu bagi pasien, dikhawatirnya kondisi pasien akan semakin memburuk apabila tidak mendapatkan tempat untuk beristirahat selama menunggu giliran pemeriksaan. Ventilasi udara di ruang tunggu yang buruk menyebabkan kondisi ruangan semakin pengap khususnya ketika waktu pagi hingga sore hari dimana pasien bisa berdatangan hingga 200-250 pasien setiap harinya. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri dinilai masih buruk oleh mayoritas pasien hal tersebut dikarenakan menurut pengakuan pasien bahwa puskesmas tidak buka sesuai jadwal. Ketika jam 1 dimana waktu istirahat berakhir justru puskesmas baru buka kembali pada pukul setengah 2 siang. Padahal banyak pasien yang sudah menunggu dalam waktu yang cukup lama dan ingin segera mendapatkan pelayanan kesehatan secepatnya. Keterlambatan pembukaan pelayanan dilakukan hampir setiap hari di Puskesmas Kecamatan Cakung. Selain itu ketika waktu pagi hari dimana waktu buka awal adalah pukul setengah 8 tetapi dokter baru berdatangan pukul 8 pagi sehingga pasien yang sudah mengantri dari awal harus menunggu sampai dokter datang dan siap untuk memulai pemeriksaan. Pada hari-hari tertentu Puskesmas Kecamatan Cakung menjadi tempat untuk diadakan acara pengajian Dinas Kesehatan Jakarta Timur sehingga pasien diharuskan keluar dari ruang tunggu dan harus menunggu diluar. Hal ini tentunya akan menggangu kondisi pasien pemeriksaan yang akan dilakukan oleh doter karena ruangan yang berada diluar hanya ada 2 sedangkan pasien terus berdatangan sehingga pemeriksaan mejadi tidak maksimal. Sedangkan banyak pasien yang membutuhkan penanganan dengan segera karena urgensi penyakit yang dideritanya. Ruangan pemeriksaaan yang hanya 2 di luar menjadikan pasien akan semakin lama menunggu untuk diperiksa oleh dokter. Kelengkapan jenis ruang penanganan juga dirasa masih buruk oleh mayoritas responden. Saat ini yang ada di Puskesmas Kecamatan Cakung hanya 2 poli umum, 1 poli gigi, 1 poli MTBS bagi balita, 1 poli jiwa, mata dan gizi. Khusus untuk poli mata, jiwa dan gizi menggunakan 1 ruangan secara bergantian setiap harinya. Sedikitnya jumlah poli dan kurangnya jumlah ruang penanganan mengganggu pasien dalam proses pengobatan, dengan
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
sedikitnya jumlah ruang penanganan menjadikan pasien akan semakin lama menunggu dan merasa tidak nyaman ketika harus masuk bersama-sama pasien lainnya untuk menghemat waktu pemeriksaan. Padahal pasien mengharapkan dokter menjelaskan penyakit yang pasien derita namun karena jumlah ruangan yang sedikit dan harus masuk bersama pasien lain, dokter menjadi merasa harus terburu-buru untuk melakukan proses pengobatan. Padahal sudah menjadi hak pasien untuk mendapatkan penjelasan dari dokter mengenai penyakit yang diderita dan cara pencegahan penyakit tesebut. Selain itu bagi penyakit yang mudah tertularpun tidak ada ruangan sendiri, penyakit TBC adalah salah satu jenis penyakit yang mudah ditularkan. Sehingga dibutuhkaan ruangan khusus bagi penyakit tersebut namun sayangnya karena keterbatasan ruang penanganan pasien denga penyakit yang mudah ditularkan diperiksa bersama-sama dengan pasien lain. Selain itu tidak beroperasinya lagi poli rontgen membuat pasien harus bolak-balik hanya untuk melakukan rontgen di rumah sakit terdekat. Indikator Proses Kualitas Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas Kecamatan Cakung
berdasarkan Persepsi Pasien Indikator proses merupakan salah satu indikator yang berperan dalam melihat dan menilai persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas Kecamatan Cakungg. Indicator proses mencakup proses dalam pelayanan Puskesmas Kecamatan Cakung, seperti ketanggapan dalam penanganan pasien, kemampuan dokter untuk berkomunikasi dengan pasien, kejelasan diagnosis atas penyakit yang diderita pasien, obat yang mudah didapatkan, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cakung, diketahui bahwa persepsi pasien terhadap kualitas pelayaanan yang dilihat dari inidikator proses berjalan dengan baik. Hasil analisis indikator proses dapat dilihat pada data di bawah ini.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 3 Indikator Proses Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n = 100)
Berdasarkan grafik di atas, mayoritas sebanyak 46 responden melihat proses pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung menilai dalam kategori buruk, 37 responden menilai cukup, 16 reponden menilai sangat baik dan sisanya sebanyak 1 responden menilai sangat buruk. Hasil grafik di atas merupakan gabungan semua variabel yang terdapat dalam indikator proses yang diperoleh melalui survei terhadap 100responden. Hasil pada grafik di atas didukung oleh 8 variabel dalam indikator proses yang saling berkaitan satu sama lain, atau yang disebut sebagai subindikator. Subindikator-subindikator tersebut antara lain, ketanggapan penanganan pasien, kecepatan penanganan pasien, kondisi tenaga kesehatan dalam keadaan sehat, tenaga kesehatan memberikan penjelasan diagnosis kepada pasien, kesediaan tenaga kesehatan mendengarkan keluhan dari pasien, kemampuan tenaga kesehatan menjawab pertanyaan mengenai penyakit yang diderita, tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai cara pencegahan penyakit, dan kemudahan dalam menembus obat yang telah diresepkan.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 4 Kompilasi Grafik Indikator Proses Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n=100)
Melihat dari gafik di atas masih banyak subindikator yang mendapatkan nilai sangat buruk bagi pasien. Subindikator paling banyak yang mendapatkan nilai sangat buruk adalah kejelasan informasi pencegahan penyakit. Hal ini patut disayangkan terjadi mengingat pentingnya informasi pencegahan penyakit bagi pasien agar kondisi pasien akan cepat membaik dan tidak terulang lagi dikemudian hari. Apabila dokter memberikan informasi mengenai pencegahan tentunya akan lebih baik bagi pasien sehingga akan mempengahuri kondisi pasien nantinya dan juga kondisi perkembangan pasien akan semakin baik. Subindikator lain yang mendapatkan nilai sangat buruk terbanyak adalah kesedian dokter mendengarkan keluhan penyakit pasien dan kemampuan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pasien.Mayoritas responden menyatakan
buruknya kesediaan dokter
mendengarkan keluhan pasien, kebanyakan dokter hanya mendengarkan keluhan awal pasien lalu memeriksa kondisi pasien dengan sebentar dan langsung menuliskan obat bagi pasien. Buruknya kesediaan dokter untuk mendengarkan keluhan pasien akan mempengaruhi kondisi ppasien nantinya, hal tersebut dikarnnakan pasien tidak diberikan waktu yang cukup lama untuk bercerita atau menguluh penyakit yang dideritanya lebih lanjut. Sehingga terkadang kondisi pasien justru semakin memburuk setelah melakukan pengobatan hal tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi dua arah anatar dokter dan pasien untuk mengetahui penyakit pasien secara keseluruhan. Selain itu buruknya kemampuan dokter untuk menjawab
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
pertanyaan dari pasien juga akan mempengaruhi perkembangan kondisi pasien nantinya. Pasien berhak menanyaan mengenai kondisi penyakitnya kepada dokter sehingga memiliki gambaran mengenai penyakit yan dideritanya dan dokter wajib untuk menjawab pertanyaan dari pasien. kemampuan dokter menjawab yang dirasa masih kurang akan mempengaruhi informasi yang didapatkan oleh pasien mengenai penyakitnya sehingga ketika memeriksakan penyakit di puskesmas, pasien tidak mendapatkan informasi apapun mengenai penyakit yang dideritanya. Subindikator lain yang mendapatkan nilai buruk dan sangat buruk terbanyak adalah kejelasan diagnosis penyakit pasien oleh dokter. Kejelasan diagnosis penyakit adalah hal terpenting dalam proses pemeriksaan kesehatan pasien. Apabila pasien tidak mendapatkan kejelasan mengenai penyakit apa yang dideritanya tentunya akan mempengaruhi perkembangan kondisi pasien dikemudian hari. Dokter wajib memeberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien agar pasien juga turut mendaptkan edukasi mengenai penyakitnya. Patut disayangkan subindikator ini juga mendapatkan nilai sangat buruk dan buruk padahal subindikator ini sangat penting dalam proses pemeriksaan pasien. Buruknya kejelasan diagnosis penyakit oleh dokter mengakibatkan pasien tidak mengetahui apapun mengenai penyakit yang diderita serta asal dari penyakit tersebut. Indikator Output Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien Selain indikator input dan proses, penelitian ini juga menggunakan indikator output sebagai keluaran dari indikator input yang telah diproses. Indikator output yang terdapat dalam penelitian ini adalah perkembangan kondisi pasien setelah berobat atau melakukan pengobatan dari puskesmas. Berikut ini adalah grafik perkembangan kondisi pasien setelah berobat.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 5 Indikator Output Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n=100)
Pada indikator output yang menjelaskan mengenai perkembangan pasien setelah berobat, sebesar 50 responden menyatakan bahwa perkembangan kondisi pasien setelah melakukan pemeriksaan di puskesmas adalah cukup, 29 responden menyatakan baik dan sisanya sebesar 21 responden menyatakan sebaliknya bahwa perkembangan kondisi pasien adalah buruk. Hasil survei di atas menunjukkan bahwa mayoritas kondisi pasien membaik setelah melakukan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Cakung. Patut disayangkan masih adanya responden yang menilasi bahwa kondisi penyakit mereka masih buruk ataupun tidak cocok dengan pengobatan Puskesmas Kecamatan Cakung. Beberapa subindikator input dan proses yang buruk juga turut mempengaruhi hasil dari indikator output. Seperti pada subindikator input masih kurangnya jenis ruang penanganan dan kurangnya kenyamanan di ruang penanganan tentunyan akan mempengaruhi pada proses pemeriksaan pasien. selain itu pada indikator proses, kurangnya kejelasan diagnosis penyakit yang seharusnya memegang peran penting dalam pemeriksaan kondisi pasien. Buruknya kejelasan diagnosis penyakit tentu akan memepenngaruhi informasi yang didapatkan oleh pasien yang didapatkannya. Informasi yang didapatkan pasien mengenai penyakitnya menjadi sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien Pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat merupakan kewajiban pemerintah baik pusat ataupun daerah. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan mendirikan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat). Puskesmas sendiri pada walnya bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat yang memiliki akses yang cukup
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
jauh dengan rumah sakit atau klinik terdekat selain itu puskesmas juga merupakan ujung tombak pelayanan dasar pertama bagi pasien. Puskesmas Kecamatan Cakung merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Pemerintah Kota Administratif Jakarta Timur di bidang kesehatan. Pendirian puskesmas ditujukan untuk mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau, obat-obatan yang berkualitas, dilayani oleh tenaga kesehatan yang profesional, dan lokasi puskesmas yang lebih dekat dengan masyarakat. Agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai dibutuhkan suatu pelayanan yang berkualitas berbagai aspek. Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien diketahui bahwa Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung sudah tergolong baik menurut mayoritas responden. Hal ini dapat terlihat dari hasil survei yang dilakukan terhadap 100 responden yang merupakan pasien Puskesmas Kecamatan Cakung dan hasil analisis beberapa indikator yang telh dilakukan yaitu indikator input, proses dan output.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014 Grafik 6 Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung Berdasarkan Persepsi Pasien (n=100)
Dari hasil analisis indikator input, proses, output, diketahui bahwa Kualitas Pelayanan Kesehata di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien dinilai sudah cukup. Hal ini dapat dilihat dari grafik di atas, setengah responden, yaitu sebesar 50% atau sebesar 50 responden menyatakan bahwa kualitas pelaayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung sudah tergolong baik, selain itu 27 responden berpendapat bahwa kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung tergolong buruk dan sisanya menilai baik. Indikator input, proses dan output secara keseluruhan memiliki penilaian cukup untuk input, buruk untuk indikator proses dan cukup untuk indikator output.
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Simpulan Dalam penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan persepsi pasien, peneliti menggunakan satu dimensi yaitu kualitas pelayanan menurut pasien yang terdiri atas tiga indikator antara lain indikator input, indikator proses, dan indikator output. Hasil analisis penelitian untuk masing-masing indikator ini: •
Indikator Input Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien adalah cukup
•
Indikator Proses Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien adalah buruk d
•
Indikator Output Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien adalah cukup
Elaborasi dari ketiga indikator di atas menghasilkan suatu hasil penelitian dengan kesimpulan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien adalah cukup. Hasil ini didapatkan dengan melakukan survei terhadap 100 pasien yang memiliki persyaratan sudah menggunakan jasa pelayanan kesehatan puskesmas lebih dari sekali.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang peneliti dapat berikan terkait Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung berdasarkan Persepsi Pasien adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya renovasi atau perbaikan kondisi gedung terutama bentuk bangunan atau keluasan bangunan. Berdasarkan pengamanatan peneliti, kondisi bangunan tergolong sempit untuk menampung 300 pasien setip harinya. Selain itu menurut pernyataan dari salah satu pasien puskesmas, gedung puskesmas sudah tergolong tua dan sudah lama tidak direnovasi sehingga ruang tunggu menjadi sempit dan banyak pasien yang harus menunggu secara berdiri. Berdasarkan dari penuturan Kepala Puskesmas Kecamatan Cakung salah satu kendala yang dihadapi adalah luas bangunan yang sempit sehingga ruang penanganan menjadi sedikit dan ada 3 poli yang menggunakan 1 ruangan bersamaan. Puskesmas Kecamatan Cakung sendiri direncakan ada direnovasi pada bulan Agustus 2014, berdasarkan pengamatan peneliti kondisi bangunan puskesmas tidak memungkinkan adanya pelebaran bangunan karena luas tanah yang sempit dan berada di lingkungan padat penduduk. Sehingga pilihan yang mungkin dilakukan
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
untuk perbaikan infrastruktur bangunan puskesmas adalah menambah satu hingga dua tingkat lantai juga menambah jumlah ruang penanganan dan memperluas ruang tunggu bagi pasien 2. Perlunya tenaga kesehatan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien. Dengan dilakukannya pemeriksaan kesehatan bagi pasien secara lebih cermat tentunya akan menguntungkan bagi kedua belah pihak, tenaga kesehatan harus dapat mendengarkan keluhan pasien denga baik serta menjelaskan kondisi kesehatan pasien ketika melakukan pemeriksaan. Hal tersebut diperlukan agar pasien mendapatkan edukasi ataupun informasi dan cara pencegahan mengenai penyakit yang dialami. Sehingga diharapkan dengan adanya komunikasi baik antara tenaga kesehatan dengan pasien, kondisi pasien akan semakin baik dan pasien dapat terhindar dari penyakit yang sama dikemudian hari 3. Perlunya penindaklanjutan oleh tenaga kesehatan atas keluhan pasien yang merasa bahwa perkembangan penyakit pasien tidak semakin membaik setelah memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Kecamatan Cakung. Penindaklanjutan tersebut harus dilakukan setelah melihat rekam medis atas pekerbangan kondisi kesehatan pasien terakhir. Tenaga kesehatan dapat memeriksakan kondisi ulang dan memberikan resep dengan dosis yang baru atau apabila pihak puskesmas tidak bias menangani penyakit tersebut karena keterbatasan perlengkapan medis ataupun obat maka pihak puskesmas harus dengan cepat memberikan surat rujukan ke rumah sakit terdekat dari lingkungan Puskesmas Kecamatan Cakung
Referensi Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2012). Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DKI Jakarta. Februari 14, 2014. http://jakarta.bps.go.id/ Departemen Kesehatan Indonesia. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Februari 12, 2014 http://www.depkes.go.id/ Donabedian, A.( 2003). An introduction to quality assurance in health care. New York: Oxford University Press Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Pembaruan : Yogyakarta Osborne, David. and Peter, Plastrik. 2000. Memangkas Birokrasi, Terjemahan Abdul Rosyid. Jakarta: PPM Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Øvretveit, John. (2005). The Oxford Handbook of Public Management. London :Oxford University Press
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014
Øvretveit , John. (2002). Action Evaluating of Health Programmes and Changes: A handbook for a user-focused approach. United Kingdom: Radcliffe Medical Press Ltd. Redaksi BBC. (2013). Wajah Layanan Kesehatan DKI Jakarta. Februari 27, 2014. http://www.bbc.co.uk/indonesia/ Redaksi Radar Online. (2014). Pasien Keluhan Pelayanan Puskesmas Kecamatan Cakung. Februari 21, 2014. http://www.radaronline.co.id/ Redaksi Tribunnnews. (2013). Dinas Kesehatan DKI Bantag Ada Puskesmas Tututp Siang Hari. Februari 27, 2014. http://www.tribunnews.com/ Rusli, Budiman. (2004). Pelayanan Publik di Era Reformasi. Febrauari 22, 2014. www.pikiran-rakyat.com Sinambela. L.P. (2010). Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan, Implementasi. Bumi Aksara : Jakarta Soekidjo Notoatmodjo. (2008). Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Website Berita Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2014). 13 Puskesmas Terendam Banjir. Februari 25, 2014. http://www.beritajakarta.com/
Kualitas pelayanan…, Dita Astrifianti, FISIP UI, 2014