KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM DI SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH WALIDATUL IKROMAH NIM : 11110107
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
ii
iii
MOTTO
“Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu..” (QS. At-Taubah: 41)
iv
PERSEMBAHAN بسم هللا الرحمن الرحيم Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Penulis persembahkan karya tulis skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam perjalanan hidup penulis, khususnya untuk : 1. Ayah dan Bunda tercinta (Bpk. Munawir dan Ibu Shoimah). Ini adalah sebagian perjuangan dan cita-cita, iringan doa dan restunya. Karena jasa dan kasih sayang beliaulah penulis sampai bisa menyelesaikan kuliah. 2. Adik-adik (Fauzi Ahsani, Nayla Muna Pratiwi dan Tashfiyaturrafi‟ah), yang penulis banggakan, yang selalu berdoa dan memberi dorongan dan semangat untuk mencapai kesuksesan. 3. Sahabat-sahabat kecil (Wahid, Yuliawan, dan Mula) yang tidak pernah berhenti mendorong serta memberi semangat dalam menjalani hidup. 4. Teman-teman seperjuangan (KKN Cungkup) yang memberi motivasi untuk menyelesaikan studi. 5. Teman-teman Racana Nagasandhi dan teman-teman pecinta alam yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama ini. 6. Para dosen IAIN Salatiga, terutama dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Semoga mereka semua selalu dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.
WALIDATUL IKROMAH
v
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil „alamin Peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas nikmat yang Allah s.w.t. anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DI SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016 dengan baik. Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaiakan terima kasih kepada: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku pembimbing skripsi. Bapak Agus Prasetyo, S.IP selaku pembina Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Salatiga. Bapak Bambang Setiyaji, S.H., selaku pimpinan Kelurahan Salatiga. Bapak M. Sinwan selaku Ketua RW 09 Kemiri Salatiga. Bapak Wiyono selaku Ketua RW 11 Kemiri Salatiga. Bapak Saiful Fanani selaku Ketua RW 08 Domas-Somopuro Salatiga.
Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan hidayah dalam setiap langkah hidupnya.
Salatiga, 30 Mei 2016
WALIDATUL IKROMAH NIM: 11110107
vii
ABSTRAK WALIDATUL IKROMAH. (2016). Kualitas Keberagamaan Masyarakat di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi, Sarjana Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing dan Dosen Pengampu Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum. Kata kunci: Kualitas Keberagamaan Masyarakat, Gejala pelemahan keimanan umat Muslim
Pendidikan keagamaan memiliki peran penting terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan yang berada di suatu wilayah pasti memberi dampak terhadap lingkungan sekitarnya, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial maupun budayanya. Adanya Perguruan Tinggi di Kelurahan Salatiga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar terutama terhadap kualitas pendidikan keagamaan masyarakat terutama umat Muslim. Hal ini menarik minat peneliti untuk menguak lebih jauh mengenai: Pertama, Bagaimana kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar UKSW, Kelurahan Salatiga? Bagaimana pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi agama. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak delapan informan masyarakat perkampungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim mengalami penurunan dari masa ke masa. Kedua, adanya pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan agama Islam. Kehidupan sosial keberagamaan masyarakat ditemukan beberapa bukti bahwa adanya proses Kristenisasi dengan melemahkan keimanan umat muslim melalui beberapa cara atau metode yang tidak banyak disadari oleh masyarakat Muslim pada umumnya. Data yang ditemui hampir setengah masyarakat sudah menjadi korban misi Kristenisasi oleh tokoh agama non-Muslim, bahkan sudah berpindah kepercayaan. Metode yang berhasil ditemui antara lain melalui pendidikan dan tawaran pekerjaan, pacarisasi, hamilisasi, pernikahan beda agama, bantuan tidak terbatas, dukungan tokoh masyarakat, kegiatan sosial masyarakat dan membuat wadah bersama antara masyarakat Kristen dan Islam.
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i ORISINILITAS .............................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii MOTTO .......................................................................................................... iv PERSEMBAHAN ........................................................................................... v PENGESAHAN ............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang ..................................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................................ 9 Tujuan Penelitian ................................................................................. 10 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10 Penegasan Istilah ................................................................................. 11 Metodologi Penelitian .......................................................................... 15 Sistematika Penulisan .......................................................................... 24
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori .................................................................................... 26 1. Teori Lingkungan dan Masyarakat ............................................... 26 2. Teori Pendidikan .......................................................................... 42 3. Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap Perkembangan Masyarakat Muslim .............................................. 53 B. Telaah Pustaka .................................................................................... 88 BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Salatiga ................................................. 91 1. Letak Geografis ............................................................................. 91 2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Salatiga ....................................... 92
ix
B. Latar Belakang Wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas sebagai Kawasan Masyarakat Pluralitas ........................................................... 93 1. Lokasi dan Kondisi Alam.............................................................. 97 2. Keagamaan Masyarakat ................................................................ 98 3. Aktifitas Masyarakat ..................................................................... 99 4. Potensi Ekonomi ........................................................................... 100 5. Pendidikan Masyarakat ................................................................. 101 C. Data tentang Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap Kualitas Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat ........................... 102 D. Profil Informan ..................................................................................... 105 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Sekitar UKSW ............. 112 B. Kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap Keberagamaan Masyarakat Muslim di Sekitar UKSW .................................................................... 115 C. Pengaruh Masyarakat terhadap Pemahaman dan Keberagamaan Masyarakat Muslim.............................................................................. 119 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 130 B. Saran ........................................................................................................... 131 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 133 LAMPIRAN Lampiran 1 ....................................................................................................... 139 Lampiran 2 ....................................................................................................... 156 Lampiran 3 ....................................................................................................... 157 Lampiran 4 ....................................................................................................... 163 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 171
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Transkip Wawancara
Lampiran 2
Peta Lingkungan UKSW
Lampiran 3
Tabel
Lampiran 4
Dokumentasi
Lampiran 5
Nota Pembimbing
Lampiran 6
Daftar Nilai SKK
Lampiran 7
Lembar Konsultasi
Lampiran 8
Rekomendasi Ijin Penelitian
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salatiga merupakan sebuah kota kecil berada di tengah-tengah segitiga kota besar Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang), yang secara morfologis berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil yaitu Gajah Mungkur, Telomoyo, Payung dan Rong. Secara astronomi terletak antara 007.17‟ dan 00.17‟.23” Lintang Selatan dan antara 110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64” Bujur Timur. Sebagai dataran tinggi, Kota Salatiga terletak di ketinggian ±1500 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, Kota Salatiga berada di Propinsi Jawa Tengah, di tengahtengah wilayah Kabupaten Semarang. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Tengaran. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Tuntang. Jumlah penduduk Salatiga ± 100.000 jiwa, 90% diantaranya suku Jawa, sedikit WNA dan suku-suku lain dari berbagai daerah di Indonesia. Keagamaan penduduk Salatiga mayoritas beragama Islam, urutan kedua adalah penduduk beragama Kristen dan Katholik. Namun dalam perkembangannya kota Salatiga terkenal di luar daerah sebagai penduduk yang mayoritas beragama Nasrani. Membahas mengenai pendidikan dan keagamaan, kebanyakan orang apabila ditanya tentang pendidikan di kota Salatiga yang ada dibayangan mereka adalah lembaga pendidikan yang terkenal yaitu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
1
Pendidikan merupakan sebuah fondasi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, terutama dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Pendidikan dan masyarakat sesungguhnya sangat erat kaitannya. Lembaga pendidikan tanpa peran masyarakat tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, masyarakat tidak akan berkembang dan berkualitas tanpa adanya pendidikan di dalamnya. Dunia pendidikan kini mendapat berbagai kritik karena belum mampu menanggulangi berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Dunia pendidikan juga banyak dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat belum mampu mencapai perubahan dalam kehidupan mereka. Menurut Hasbullah (2009 : 2) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri, datang dari orang dewasa atau diciptakan seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya. Pendidikan menurut Suwito (2005 : 105)adalah sebuah aktivitas sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial berperan sebagai objek sekaligus subjek pendidikan. Bertambahnya anggota masyarakat secara otomatis akan meningkat pula kebutuhan dari tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi. Salatiga merupakan sebuah kota yang masyarakatnya beragam, terutama dalam hal menganut agama. Banyaknya penduduk pendatang dari luar daerah memberi pengaruh tersendiri terhadap keagamaan masyarakat. Beragamnya agama dalam suatu masyarakat menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Bagaimana hubungan interaksi dan saling pengaruh antara pendidikan Agama Islam terhadap
2
keberagamaan masyarakat muslim, bagaimana pengaruh masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana terhadap pemahaman masyarakat tentang Agama Islam. Definisi masyarakat Islam menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 8) yaitu masyarakat yang secara nyata ada dalam suatu kelompok manusia yang beragama Islam dengan sejumlah indikasi yakni memiliki kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang sama seperti halnya masyarakat Islam yang menjadi mayoritas penghuni bangsa ini. Perhatian terhadap masyarakat muslim saat ini adalah bagaimana kualitas pemahaman pendidikan keagamaan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah kualitas pendidikan agama Islam mempunyai pengaruh terhadap sikap dan interaksi sosial keagamaan dalam masyarakat yang heterogen. Di Salatiga terdapat lembaga pendidikan yang sudah banyak orang mengenalnya, yaitu Universitas Kristen Satya Wacana. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa lembaga pendidikan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Masyarakat yang berada di sekitar UKSW sebagian besar adalah beragama muslim. Meskipun banyak juga yang beragama Kristen dan Katolik. Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sikap masyarakat dalam menjaga kerukunan antar agama serta kepedulian terhadap pendidikan keagamaan masyarakat. Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Dari pengertian umum pendidikan di atas berarti Pendidikan Agama bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya
3
menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Karena dengan pendidikan Agama manusia akan mendapatkan tuntunan jalan yang lurus dalam kehidupannya. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al- Baqarah 2:269 seperti berikut :
Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al-Baqarah 2:269) Dengan ilmu atau pendidikan agama, manusia dapat berfikir lebih bijak atas fenomena apa yang ada di bumi dan seisinya. Sehingga akan meningkatkan keimanannya terhadap Tuhan atas segala ciptaan serta ajarannya. Beberapa hal yang terjadi wilayah kelurahan Salatiga terutama di kampung Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas yang letaknya di sekitar kampus UKSW adalah mereka kebanyakan sudah tidak memperdulikan ajaran dari agamanya (Islam). Kehidupan yang dijalani serasa bebas tanpa ada yang mengikatnya. Untuk warga masyarakat sendiri banyak yang memilih mementingkan pekerjaan baik usaha sendiri maupun bekerja di Yayasan Non Muslim yang secara tidak langsung telah dibuat lemah imannya dengan membuat lalai mengerjakan kewajiban beribadah. Begitu pula para orang tua muslim banyak yang memilih menyekolahkan anak-anaknya di Sekolah Yayasan Nasrani, dengan alasan sekolah tersebut terkenal, dapat memberikan lulusan terbaik dan biaya pendidikan lebih murah daripada sekolah
4
Islam. Hal itu berpengaruh terhadap pendidikan agama yang diperoleh anak tersebut. Mau tidak mau anak didik yang sekolah di sekolah yayasan Nasrani setiap hari akan diberikan pendidikan agama Nasrani dan mulai kurang mengasah ilmu mereka tentang pendidikan agamanya sendiri yaitu Pendidikan Agama Islam. Para remaja juga tak kalah terkena imbasnya, namun berbeda dengan para orang tua. Para remaja di perkampungan tersebut, saat ini memiliki gaya hidup yang tidak mencerminkan syariat Islam. Mereka terpengaruh dengan para mahasiswa UKSW yang sebagian besar adalah orang luar Jawa dengan gaya hidup kebaratan. Mereka beralasan inilah gaya hidup anak muda jaman sekarang, gaul, keren dan sebagainya. Mereka mengenakan pakaian yang tidak mencerminkan aturan kesopanan, free sex,minum minuman keras, narkoba, wanita yang suka merokok, bahkan memelihara anjing juga sudah diikuti oleh remaja muslim di kampung Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup. Sikap para remaja di perkampungan tersebut seperti kembali ke masa jaman Jahiliyyah, yang tidak berpedoman kepada Al- Qur‟an dan Hadits. Mereka seperti manusia yang tidak mempunyai agama. Pengaruh itulah yang banyak dikhawatirkan oleh para orang tua. Padahal dalam Islam sudah disebutkan larangan untuk mendekati perilaku-perilaku kaum Jahiliyyah karena dapat mempengaruhi keimanan seseorang, seperti di sebutkan dalam Q.S. AlMaaidah 5:91 yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang;
5
Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maaidah 5:91) Perilaku itulah yang akhirnya membawa para remaja untuk meninggalkan ibadah kepada Allah. Lebih parahnya lagi ternyata banyak yang memilih untuk keluar dari agama Islam (murtad), bukan hanya remaja namun juga orang tua dengan iming-iming mendapat kehidupan yang lebih layak. Letak lembaga pendidikan non swasta secara tidak langsung sangat berdampak terhadap kualitas keberagamaan warga muslim di wilayah sekitarnya yaitu masyarakat kampung Kemiri, Somopuro, Domas dan Cungkup. Dan isu yang berkembang adalah program yayasan Nasrani dalam misi Kristenisasi umat muslim. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.” (VOA Muslim, 2002). Isu tentang kristenisasi sesungguhnya sudah lama terjadi di Indonesia. Salatiga salah satu yang menurut banyak orang mudah untuk melakukan misi tersebut karena kualitas keimanannya yang kurang kuat serta kota kecil ini banyak dikuasai oleh yayasan Nasrani. Hal itulah yang akhirnya menimbulkan perselisihan antar agama, terutama agama Islam dan Kristen. Konflik umat Islam dan umat Nasrani sudah terjadi sejak jaman Nabi Muhammad S.A.W. pada tahun 8 H/ 629 M. Seperti yang disebutkan dalam Q.S. Al- Maaidah 5: 82, yaitu:
6
Artinya : ” Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri”. (QS. Al-Maaidah 5:82) Berdasarkan ayat di atas menurut Zakiyyudin Baidhawy (2011 : 47-48), dua agama misionaris ini Islam dan Kristen dalam kenyataannya sering terlibat dalam perebutan kepentingan untuk mempengaruhi orang-orang yang belum maupun sudah beragama dan kepercayaan. Begitu pula menurut Budiharjo (2007 : 8) konflik antara Nasrani dan Islam yang paling dahsyat bisa dilihat pada Perang Salib. Perang Salib mulanya diserukan oleh Paus Urban II tahun 1095. Paus menyerukan perang suci melawan kaum kafir yang menguasai makam kristus. Pada tahun 1098 tentara salib telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Marra‟tun–Nomam, salah satu kota terpadat di Syiria. Tahun 1099 mereka membantai 30.000 penduduknya, Muslim dan Yahudi. Dari sejarah itulah kemungkinan konflik antar agama tersebut masih terasa sampai sekarang. Masing-masing agama menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar. Sebenarnya, tiap agama pasti mempunyai misi dakwah tersendiri, hanya saja yang terlihat lebih mencolok di mata masyarakat adalah misi dakwah
7
kaum Muslim dan kaum Nasrani yang akhirnya banyak menuai konflik baik dari segi politik, pendidikan maupun sosial. Sesungguhnya apabila masyarakat mempunyai tingkat keimanan yang tinggi serta toleransi agama yang tinggi pasti tidak akan terjadi konflik yang berkepanjangan. Karena semua orang beragama itu dilahirkan menjadi orang yang baik. Al-Qur‟an menjelaskan pula di dalamnya bahwasanya orang Yahudi, Nasrani dan Islam termasuk orang-orang yang baik. Seperti yang disebutkan di Kitab mereka yaitu Injil Perjanjian Lama Mazmur :16 dan Amsal :5-6 bahwa mereka juga meyakini akan Allah sebagai Tuhan yang disembah. Mazmur ayat 16 pasal 1 : “Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.” Pasal 2 : Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” Pasal 11 : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” Amsal ayat 5-6 Pasal 1 : Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,” Pasal 2 : “Supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.” Pasal 21 : “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.” Pasal 22 : “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.” Pasal 23 : “Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.” Maka dari itu, Islampun sesungguhnya telah mengajak kaum yang berselisih tersebut untuk bersatu menyembah Tuhan yang satu yaitu Allah, seperti yang disebutkan dalam Q.S. Ali- Imran 3:64 sebagai berikut;
8
Artinya : Katakanlah : “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa Kami adalah orangorang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran 3:64) Berdasarkan kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kualitas Keberagamaan Masyarakat Muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2016”. B. Rumusan Masalah Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaanpertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas keberagamaan masyarakat muslim di sekitar UKSW ?. Rumusan masalah tersebut dapat diperinci dalam sejumlah pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana
kualitas
Pendidikan
Agama
Islam
terhadap
keberagamaan
masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016 ? 2. Bagaimana pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan Agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016 ?
9
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui tentang : 1. Mengetahui kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016. 2. Mengetahui pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan Agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak terkait, baik kalangan akademis maupun masyarakat umum. Manfaat dari penulisan skripsi sebagai berikut: 1. Teoritik Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat secara teoritik dan manfaat praktik. Manfaat teoritis yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan kualitas keberagamaan masyarakat muslim sekitar Universitas Kristen Satya Wacana yaitu di perkampungan Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas kelurahan Salatiga, sehingga hasil pembahasan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk tetap meningkatkan keimanan dan mengutamakan pemahaman Agama Islam terutama
bagi
masyarakat
muslim
dalam
mengatasi
kristenisasi(pelemahan keimanan) yang berkembang di Salatiga.
10
pengaruh
2. Praktik Sedangkan manfaat secara praktik ini adalah sebagai berikut: a.
Sebagai bahan perhatian dan pemahaman keluarga muslim tentang pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan keimanan.
b.
Sebagai bahan informasi kaitannya dengan pengaruh Universitas yayasan Nasrani yang mempunyai pengaruh besar di Salatiga terutama wilayah sekitar kampus Universitas Kristen Satya Wacana terhadap kualitas keimanan dan pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam.
c.
Dari segi kepustakaan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Islam yang bermanfaat.
E. Penegasan Istilah 1. Kualitas Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu (KBBI). Maksud dari kualitas dalam penelitian ini adalah tingkat baik buruknya pengetahuan masyarakat terhadap keberagamaan masyarakat muslim dan pemahaman terhadap Pendidikan keagamaan terutama agama Islam yang banyak dianut oleh masyarakat di sekitar UKSW. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang (Yahya, 2003: 5). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
11
maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.(Hasbullah. 2005 : 4) Sedangkan pendidikan agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Menurut Zakiah Daradjat (1992 : 86) pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Menurut penulis pendidikan keagamaan adalah pengajaran yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak tentang agama dengan cara memberikan pemahaman ataupun bimbingan serta pengarahan berdasarkan ajaran atau perintah agama Islam. Pendidikan Agama Islam disini adalah pemahaman masyarakat Kemiri, Somopuro, Domas dan Cungkup tentang apa itu Islam dan ajaran-ajarannya. Bagaimana menerapkan ilmu dari Pendidikan Agama Islam tersebut ke dalam lingkungan bermasyarakat, menjaga kualitas keagamaan serta menanamkannya kepada anak-anaknya maupun masyarakat. Masyarakat menilai seberapa pentingnya pemahaman pendidikan agama Islam itu dalam kehidupannya, apalagi mereka berada di lingkup Universitas
12
Kristen Satya Wacana yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan mereka, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya serta keagamaan. Dibutuhkan pula peran masyarakat dalam menjaga keutuhan umat beragama terutama agama Islam supaya tidak terpengaruh dengan kabar yang beredar tentang misi kristenisasi. 3. Masyarakat Muslim Pengertian masyarakat menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 5) adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat. Dalam konteks kemanusiaan, masyarakat dibentuk dan membentuk dengan sendirinya dengan tujuan untuk
saling menguatkan,
saling menolong, dan saling
menyempurnakan. Masyarakat selalu mempunyai peran yang utama dalam segala hal,baik dalam pemerintahan maupun pendidikan. Begitu pula berdirinya Universitas Kristen Satya Wacana juga atas peran aktif masyarakat. Tanpa masyarakat tidak akan berjalan dengan baik, tidak akan ada hubungan timbal balik yang dirasakan oleh Yayasan Nasrani tersebut. Masyarakat
Islam
dengan
mengadopsi
definisi
masyarakat
Nanih
Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 5-6) adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam. Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Masyarakatpun mendapat nilai positif maupun negatif dengan adanya Universitas beryayasan Nasrani tersebut. Nilai positif yang dirasakan dapat berupa
13
perkembangan perekonomian masyarakat, kualitas tingkat pendidikan, dan perhatian yang lebih dibidang sosial. Nilai negatif juga sangat dirasakan masyarakat disekitarnya, antara lain berkurangnya aktifitas keagamaan Islam di masyarakat, bertambahnya penduduk non-muslim di lingkungan masyarakat. Generasi muda juga menjadi sasaran dalam penurunan etika serta budaya bermasyarakat. Sudah jarang terlihat para pemuda yang tetap berpegang teguh dengan norma-norma agama, mereka lebih memilih mengikuti gaya hidup kebaratan. Meninggalkan ajaran-ajaran agama untuk beribadah. Bahkan mereka seakan-akan menganggap agama itu tidak penting dalam kehidupannya. 4. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semula lahir dengan nama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI). Diresmikan pada tanggal 30 November 1956 dengan lima jurusan, yaitu Pendidikan, Sejarah, Bahasa Inggris, Hukum, dan Ekonomi. PTPG-KI Satya Wacana berubah menjadi FKIP-KI pada tanggal 17 Juli 1959. Kemudian pada tanggal 5 Desember 1959 diresmikan menjadi Universitas Kristen Satya Wacana dengan kehadiran Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum yang kemudian diikuti dengan pembukaan beberapa Fakultas dan Program Studi baru. Sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang kini melewati usia emasnya, Satya Wacana yang berarti “Setia Kepada Firman Tuhan”, terus berkembang dan mendapat kepercayaan baik dari masyarakat maupun pemerintah.
14
UKSW mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan pemerintahan dan pendidikan khususnya di Salatiga sebagai donatur terbesar dan penghasil lulusan terbaik. UKSW merintis dan mengembangkan kerjasama dengan berbagi lembaga lain, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain kerjasama dengan pemerintah, perusahaan / yayasan, bank di Indonesia serta menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi / Instansi di Luar negeri seperti University Passau (Germany), Arizona State University (Amerika), Kwansei Gakuin University( Jepang) dan sebagainya. F. Metodologi Penelitian Metodologi merupakan studi dari prinsip-prinsip yang merupakan petunjuk pelajaran pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, terutama beberapa cabang dari ilmu pengetahuan dalam program doktor, apakah diterima atau ditolak dalil-dalil tertentu sebagai bagian dari pengetahuan umum atau disiplin ilmu mereka. (Rita, Hanafi dan Soetiono, 2007 : 84) 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi Agama yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif menuju kepada pengetahuan umum, jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan. (Hendropuspito, 1986 : 7) Sosiologi Agama menangani agama sebagai sasaran yang langsung, terdiri dari komponen-komponen konstitutif meliputi struktur dan fungsinya, pengaruh terhadap masyarakat luas. Sosiologi Agama mempelajari agama dan masyarakat dari sudut empiris-sosiologis.
15
Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan interaksi dan saling pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dengan keberagamaan masyarakat muslim, serta pengaruh masyarakat muslim di sekitar UKSW terhadap pemahaman masyarakat tentang Agama Islam. 2. Kehadiran Peneliti Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara observasi dan dokumentasi, bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sebagai tahap penelitian awal, peneliti melakukan penelitian observasi langsung ke objek sasaran yaitu perkampungan disekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2016. Sedangkan penelitian lanjutan, penulis melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung. Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. (Maslikah, 2013 : 320) Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi
pekerja UKSW, mahasiswa
UKSW, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat umum 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Perkampungan Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas, Kelurahan Salatiga. Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. 4. Sumber Data
16
Peneliti mencari informasi dengan menggunakan Sumber data prinsip (3) P, yaitu person, paper, dan place. Person terdiri dari tokoh agama masyarakat, tokoh masyarakat, pekerja kampus UKSW, mahasiswa UKSW dan masyarakat setempat. Paper dengan meneliti kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim dan place yaitu tempat di perkampungan di sekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup, Somopuro, Domas, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka, observasi dan dokumentasi. a.
Metode Wawancara Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang
dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Emzir, 2011: 50). Wawancara yang akan digunakan dengan menggunkan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang dilaksanakan dan gagasan beserta strategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan. Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang pengaruh UKSW terhadap masyarakat baik
17
nilai positif dan negatif yang dirasakan, pengaruhnya terhadap kualitas keimanan dan pendidikan agama Islam di masyarakat, serta pentingnya pendidikan keagamaan dalam masyarakat untuk mencegah terkenanya isu misi kristenisasi yang marak di Salatiga. Data yang diperoleh dibuat verbatim wawancara yang memuat daftar wawancara, koding dan interprestasi. Dalam wawancara dapat dideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara membuat kode-kode berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara. b.
Metode Observasi Metode observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian
naturalistik (kualitatif) (Suprayogo, 2003: 167). Masih menurut Imam Suprayogo (2003:167) metode observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Metode ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta berbagai perubahan pola kehidupan masyarakat yang terjadi. c.
Metode Dokumentasi Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen
resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan dalam hubungannya
18
untuk mendukung wawancara (Emzir, 2011: 75). Data ini dapat berupa data monografi kelurahan Salatiga, serta foto-foto yang terkait.
6. Analisis Data Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke penemuan-penemuan baru. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. a.
Reduksi Data (data reduction) Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,
abstraksi, dan pentransformasi data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran dengan jelas dan mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya. b.
Penyajian Data (data disply) Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowechart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011 : 249). c.
Penarikan
Kesimpulan
dan
Verifikasi
ferification)
19
(conclusion
drawing
and
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 253). 7. Pengecekan Pengabsahan Data Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability)
dilakukan
untuk
mengurangi
kesalahan-kesalahan
dalam
mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti) Kepastian dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. (Maslikah, 2013 : 323-324) 8. Tahap-Tahap Penelitian Menuliskan
tahap-tahap
penelitian
untuk
mendapatkan
perencanaan
penelitian yang matang, sehingga penelitian yang dilaksanakan tidak serampangan. Tahap-tahap penelitian yang direncanakan meliputi :
20
a.
Penelitian pendahuluan Penulis mulai datang ke lokasi penelitian serta mulai mengamati dan
menjajaki keadaan di lokasi penelitian terutama pada masyarakat muslim di lingkungan tersebut. b.
Pengembangan desain Setelah mengamati lokasi penelitian, penulis mulai menyusun pedoman-
pedoman yang akan digunakan untuk kegiatan wawancara. c.
Penelitian di lapangan Setelah penulis mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kualitas
pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim di sekitar UKSW kemudian penulis melakukan wawancara ke subjek penelitian. Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan. 9. Hambatan-hambatan Penelitian Penulis mengalami beberapa kesulitan serta hambatan dalam melakukan penelitian sejak dimulainya perijinan sampai pengumpulan data-data informan. a.
Perijinan Penelitian Sesuai prosedur penelitian wilayah kodya yaitu Kota Salatiga, penulis
melakukan perijinan sebelum melakukan penelitian dengan runtutan permohonan ijin kepada Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kota Salatiga, Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kelurahan Salatiga. Penulis melakukan perijinan dengan melampirkan surat dari Instansi pada tanggal 10 Maret 2015 ke Kesbangpol Kota Salatiga dengan menjelaskan maksud
21
dan tujuan penelitian. Setelah memenuhi persyaratan penulis mendapat surat rekomendasi ijin penelitian pada tanggal 12 Maret 2015, kemudian penulis mengantarkan surat tembusan ke Bappeda, Kecamatan Sidorejo, dan Kelurahan Salatiga. Penulis tidak mengalami hambatan ketika melakukan perijinan di Bappeda dan Kecamatan Sidorejo. Namun, ketika melakukan perijinan di Kelurahan Sidorejo, penulis mengalami banyak kesulitan. Surat rekomendasi ijin penelitian dari Bappeda penulis berikan kepada pegawai kelurahan pada tanggal 12 Maret 2015, dan penulis meminta bantuan bagaimana prosedur meminta data kependudukan (monografi kelurahan Salatiga) sebagai data penulisan skripsi. Pegawai kelurahan memberikan janji apabila surat sudah diserahkan kepada Lurah penulis akan dihubungi kembali dengan meninggalkan kontak person. Lima hari penulis menunggu kepastian ijin penelitian namun tidak mendapat hasil. Atas saran dari ketua RW 08, penulis kembali mengkonfirmasi didampingi orangtua penulis (bapak Munawir). Ketika penulis mengkonfirmasi kepastian ijin penelitian dan data kependudukan yang sudah dijanjikan sebelumnya, ternyata surat ijin tersebut tidak ditanggapi. Bahkan sekretaris kelurahanpun merasa tidak mengetahui adanya surat tersebut ketika ditanya oleh bapak Munawir. Ketika kami ingin menemui kepala Kelurahan, kami tidak diperbolehkan oleh para pegawai kelurahan. Para pegawai kelurahan tidak ada yang mengaku telah menerima surat dari penulis dan melempar tanggung jawab dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Dengan alasan surat hilang penulis diminta
22
memberi surat kembali kepada sekretaris kelurahan. Kemudian diproses surat tersebut karena merasa malu dan takut. Hari berikutnya penulis datang untuk meminta data kependudukan kelurahan Salatiga. Setelah mendapat data tersebut, penulis diminta menghadap Kepala Kelurahan Salatiga dan diberi nasehat terkait judul penelitian yang penulis lakukan. Pak Lurah mengatakan bahwa beliau kurang setuju dengan apa yang akan penulis teliti, dengan mengutarakan berbagai kekhawatirannya. “baca judul kamu saja saya sudah khawatir apalagi isi dari penelitianmu nanti ?” Untuk mempertahankan penelitian, penulis menjelaskan ranah-ranah yang akan diteliti tanpa menjelek-jelekkan agama lain. Namun saat itu penulis sangat kecewa karena penulis merasa penjelasan yang sudah diutarakan tidak didengar dengan alasan penulis masih anak kecil yang belum mengetahui apa-apa. “terserah kamu mau bilang apa, saya tidak peduli penjelasan kamu, yang penting sampaikan semua yang saya ucapkan tadi kedosen kamu. Kamu itu masih anak kecil, belum tau apa-apa tentang masalah seperti ini.” Penulis menangkap nilai positif dari perkataan beliau, bahwa apa yang diutarakan beliau semata-mata untuk “ngemong masyarakat” supaya tidak terjadi perselisihan. Ketakutan-ketakutan yang diutarakan kepada penulis antara lain: 1) Apabila terbukti bahwa kualitas pendidikan agama Islam masyarakat muslim di sekitar UKSW menurun. 2) Tidak diperbolehkan menyinggung tentang kaum misionaris Salatiga, karena ditakutkan akan memicu perselisihan antar agama.
23
3) Hasil tulisan penelitian ini akan memicu “omongan” atau perkataan di masyarakat yang negatif. 4) Apabila tulisan tersebut “jadi bahan omongan” dan kaum misionaris merasa dijelek-jelekkan maka penulis bisa dikenai hukum pidana. b.
Pengumpulan data informan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interview kepada para
informan di sekitar UKSW. Hambatan yang penulis alami ketika menggali informasi antara lain: 1) Informan yang beragama non-muslim sulit untuk ditemui. 2) Masyarakat muslim yang mendapat bantuan dalam bentuk materi maupun bentuk lainnya dari pihak non-muslim sengaja menutup-nutupi informasi tersebut. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka laporan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB II : LANDASAN TEORI Landasan teori tentang kualitas pemahaman pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim yang heterogen, Bab ini membahas mengenai teori lingkungan
24
dan masyarakat, teori pendidikan, pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan masyarakat muslim. 3. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Paparan data dan temuan penelitian lapangan mengenai profil subjek penelitian, pengaruh kehidupan masyarakat beda agama terhadap pemahaman pendidikan agama Islam pada masyarakat. Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data lapangan dimulai dari pemaparan gambaran umum wilayah kelurahan Salatiga, yang mana akan menguraikan tentang batas wilayah; jumlah penduduk; keadaan penduduk menurut agama, pendidikan dan mata pencaharian. Latar belakang masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai kawasan masyarakat pluralitas, serta data profil informan. 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. 5. BAB V : PENUTUP Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum peneliti terjun ke lapangan, langkah penting yang harus dilakukan adalah melakukan kajian kepustakaan atau penelusuran penelitian terdahulu yang memiliki kaitan langsung atau tidak langsung dengan permasalahan penelitian yang diangkat. Dalam penelitian sosiologi agama posisi narasumber sangat penting, bukan sekedar memberi respons, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Mencari informasi mengenai masalah-masalah keagamaan yang dianggap penting dan sanggup memberikan data-data yang dibutuhkan. A. Landasan Teori Landasan teori merupakan paparan singkat dari teori yang akan digunakan dalam penelitian. (Maslikhah, 2013 : 207) 1. Teori Lingkungan dan Masyarakat a.
Sosiologi 1) Pengertian Sosiologi Definisi sosiologi secara luas ialah ilmu tentang masyarakat dan gejalagejala mengenai masyarakat. Sosiologi seperti itu disebut macro sosiology yaitu ilmu tentang gejala-gejala sosial, institusi-institusi sosial dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Secara sempit sosiologi didefinisikan sebagai ilmu tentang perilaku sosial ditinjau dari kecenderungan individu dengan individu lain dengan memperhatikan simbol-simbol interaksi.
26
Pada dasarnya terdapat dua jenis metode menurut Syamsuddin Abdullah (1997 : 13-14), yaitu metode empiris yang menyadarkan diri pada keadaan-keadaan nyata didapat di dalam masyarakat, dan jenis metode rasionalitas yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Sosiologi agama menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 26) dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang inter-relasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Sejalan dengan perkembangan zaman, kemajuan sains dan teknologi serta perkembangan kebudayaan pada umumnya, perintah agama bukan satusatunya pilihan moral bagi manusia. Sikap manusia terhadap perintah agamapun bermacam-macam. Ada yang menganggapnya sudah kuno, ada yang menerima bila sesuai dengan zaman, ada yang pilih-pilih sebagian diterima sebagian ditolak, ada yang kompromi, ada yang memutlakkan dan sebagainya. Secara umum, kajian tentang etika dan moralitas agama mencakup bagaimana perintah agama dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam berbagai dimensi
kebudayaan.
mengharuskan
Setiap
umatnya
untuk
agama
pasti
memiliki
mendakwahkan,
doktrin
menjunjung
yang tinggi,
mengembangkan, mensosialisasikan, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian agama yang mengkaji organisasi keagamaan dapat berupa doktrin yang dikembangkan, metode pemahaman agama, proses sosialisasi
27
doktrin, pengalaman, hubungan pemimpin dengan yang dipimpin dan antar warga dalam organisasi, basis sosialnya, perilaku politik, ekonomi, dan sebagainya. Persoalan-persoalan kontemporer lainnya seperti hubungan agama dan negara, paham pluralisme agama, konflik antar penganut agama, sinkretisme, pertemuan antar agama (adaptasi, akulturasi, inkulturasi), sikap terhadap agama lain (indiferentisme / menyamakan, relativisme, menghargai, tidak aman, fanatisme), pergaulan antar penganut agama yang berbeda (apologetis / membela agamanya, polemis / perang, competition / persaingan, toleransi, dialog). (Suprayogo, Tobroni. 2001 : 43) 2) Teori Sosiologi a) Teori-teori Struktural-Fungsional Para sosiolog abad ke-19 seperti Auguste Comte dan Herben Spencer sangat terpengaruh oleh persamaan-persamaan yang terdapat antara organisasi biologis dengan kehidupan sosial. Spencer pernah mengatakan bahwa masyarakat manusia adalah seperti suatu organisasi, kesatuan dari unsur-unsur yang saling berhubungan selama jangka waktu tertentu, atas dasar pola tertentu. Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Lembaga ekonomi misalnya berfungsi untuk mengadakan produksi dan distribusi barang-barang serta jasa-jasa. Lembaga sosial keluarga mempunyai fungsi reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan anak-anak dan seterusnya. b) Teori-teori Konflik
28
Kadang di dalam masyarakat dapat dijumpai hal-hal yang dianggap baik, akan tetapi hal itu tidak banyak terdapat sehingga ada golongangolongan tertentu yang merasa dirugikan. Konflik mencakup suatu proses dimana terjadi pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan seterusnya, dimana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak lain. Salah satu pengungkapan dari teori konflik yaitu teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels dalam “Comunist Manifesto” (1848), mereka menganggap bahwa proses terpenting dalam masyarakat adalah terjadinya pertentangan klas (class strunggle). c) Teori-teori Interaksi-Simbolis Dasar kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama lambang-lambang sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda atau gerakan yang secara sosial dianggap mempunyai arti tertentu. Titik tolak dari pendapat para sosiolog kalangan interaksionissimbolis mengikuti ajaran dari George Herbert Mead mengatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain dengan perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama mereka dapat menafsirkan keadaan dan perilaku dengan menggunakan lambang-lambang tersebut terutama bahasa tidak hanya merupakan sarana untuk mengadakan komunikasi antarpribadi tetapi juga untuk berfikir. d) Teori-teori Social-Exchange
29
Di dalam pergaulan hidup manusia terdapat kecenderungan yang kuat bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain terhadap dirinya sendiri. Para sosiolog yang menganut teori ini mengatakan bahwa seseorang akan berinteraksi dengan pihak lain, oleh karena itu dianggapnya menguntungkan sehingga dia mendapatkan suatu imbalan. e) Etnometodologi Dalam kehidupan sehari-hari akan tampak bahwa manusia senantiasa cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Yang menjadi pusat perhatian etnometodologi adalah bagaimana suatu perilaku yang merupakan kebiasaan terjadi atau berlangsung. Seorang etnometodologi mempelajari bagaimana masyarakat membentuk dan berpegang pada presumsi bahwa kehidupan sosial merupakan suatu ciri yang nyata, dengan kata lain meneliti tingkah laku warga masyarakat yang merupakan suatu realitas dan tertib sosial tertentu. (Yulius, Bonet. 1982 : 6-10) 3) Paradigma Penelitian Sosial Agama Paradigma penelitian Sosial Agama dibagi menjadi empat macam paradigma antara lain yang pertama adalah paradigma definisi sosial. Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 86-91) paradigma ini dipelopori oleh Weber yang mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial “penuh arti” antar hubungan sosial. Yang dimaksud tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan bagi tindakan orang lain. Teori
30
yang termasuk dalam paradigma ini antara lain teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik, fungsi paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta, melakukan prediksi dan menunjukkan hubungan dua variabel sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, melainkan lebih banyak untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti. Kedua, paradigma positivistik (paradigma fakta sosial). Dalam paradigma ini fenomena sosial dipahami sebagaimana fenomena alam, cara kerja ilmu sosial menggunakan metode ilmu alam yang disebut fisika sosial. Penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik ini biasanya bertujuan untuk menjelaskan (explanation) mengapa suatu peristiwa terjadi, bagaiman frekuensinya (intensitasnya) proses kejadiannya, hubungannya antarvariabel, rekaman perkembangan, deskripsi, bentuk dan polanya. Ketiga adalah paradigma naturalistik (paradigma definisi sosial). Penelitian dengan menggunakan paradigma naturalistik bertujuan untuk memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol dan fenomenafenomena. Keempat, paradigma rasionalistik (paradigma verstehen). Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 93) Ia memandang realitas sosial sebagaimana dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan didialogkan dengan pemahaman subjek yang diteliti / data empirik. Paradigma ini banyak digunakan antara lain dalam penelitian filsafat, bahasa, agama (ajaran) dan komunikasi.
31
Aliran teori yang dapat dikelompokkan dalam paradigma ini meliputi, pertama teori fungsionalisme struktural yaitu agama dan kitab suci merupakan pranata sosial yang melingkupi kehidupan manusia, dan agama menjadi fungsional ketika agama menjadi norma dan kultur bersama dalam masyarakat. Kedua teori konflik, yaitu konflik dalam masyarakat akan muncul dengan sendirinya apabila pranata dan struktur sosial yang ada dianggap tidak memadai lagi dan norma-norma lama, struktur sosial yang lama juga perlu diganti atau direformasi, dalam rangka menciptakan tatanan yang baru dan keseimbangan yang baru. Ketiga teori sistem mengatakan bahwa kehidupan ini adalah sebuah sistem, baik dalam konteks mikro (mikrokosmos / manusia) maupun makro (makrokosmos / alam jagad raya). 4) Aliran-aliran dalam Sosiologi Agama a) Aliran Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun memahami masyarakat dalam segala totalitasnya, dia menunjukkan segala fenomena untuk bahan studinya. Dia mencoba untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas (sebab akibat) di bawah sorotan sinar sejarah. Keunggulan aliran sosiologi karya Ibnu Khaldun yang pertama adalah falsafah sejarah yaitu peristiwa-peristiwa sejarah terkait dengan determinisme kealaman dan bahwa fenomena sejarah adalah kejadiankejadian dalam negara. Adapun internal sejarah adalah refleksi, verifikasi dan kausalitas bagi peristiwa-peristiwa dan prinsip-prinsinya. Kedua adalah metodologi sejarah yaitu kriteria logika tidak sejalan dengan watak
32
benda-benda empirik, karena epistemologinya adalah observasi, sehingga merangsang para sejarawan untuk mengorientasikan pemikirannya kepada eksperimen-eksperimen dan tidak menganggap cukup eksperimen yang sifatnya individual, tetapi mereka hendaknya mengambil sejumlah eksperimen. Ketiga adalah pengasas ilmu peradaban atau falsafat sosial, dimana adalah kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang salah dalam penyajian fakta, menunjukkan yang mungkin dan yang mustahil. Agama menurut paham Ibnu Khaldun bukan pikiran manusia. Metode berpikir manusia adalah akal, sedangkan metode agama adalah wahyu. Bahwa wahyu itu bukan akal, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa maujud itu terbatas sejalan dengan persepsi setiap makhluk rasional. b) Aliran Max Weber Pusat perhatian Max Weber adalah dalam dua segi, ialah agama mempengaruhi pandangan hidup manusia terhadap masyarakat. Perubahan ekonomi dan sosial dapat mempengaruhi agama. Metode tipe ideal aliran Max Weber menunjukkan penelitian tentang berbagai gejala agama dan kebudayaan erat hubungannya dengan metode komparatif.
Sedangkan
konsep
rasionalisasi
Weber
bercirikan
rasionalisasi yang progressif khas masyarakat barat, yaitu sistematis yang mungkin
tumbuh
dari
ide-ide
dan
konsep-konsep
keagamaan,
pertumbuhan rasionalitas etis dan kemunduran yang progressif dari unsurunsur magis, evolusionis karena memberikan perhatian kepada hancurnya
33
kebudayaan Eropa tradisional hingga tumbuhnya birokrasi politik, agama merupakan kepercayaan universal karena terdapat disetiap masyarakat. c) Aliran Joachim Wach Definisi menurut Syamsudin Abdullah (1997 : 94-95) “sociology of religion” dengan penelitian tentang hubungan antara agama dengan masyarakat yang dipengaruhi agama. Metode yang paling cocok untuk mengadakan penelitian sosiologi agama adalah metode empiris deskriptif dan fenomenologis.
Wach menyatakan masalah-masalah normatif
merupakan masalah etika dan filsafat agama. Pengaruh agama terhadap masyarakat sama kuatnya dengan pengaruh masyarakat terhadap agama. Tugas metode tipologis menurut Wach, pertama, menganalisis dengan cara perbandingan kelompok-kelompok keagamaan yang secara alami menjadi masyarakat. Kedua, menganalisis kelompok-kelompok keagamaan yang secara alami menjadi bagian dari masyarakat ; terdiri dari kecenderungan-kecenderungan yang lebih spesifik berhubung akibat diferensiasi dari masyarakat yang lebih maju. Ketiga, diferensiasi sosial dalam masyarakat berpengaruh atas sikap keagamaan dengan cara yang spesial. Keempat, mempelajari hubungan antara agama dan negara. Menurut Wach, hubungan antara agama dan negara mempunyai pengaruh terhadap agama. Kelima, menganalisis secara perbandingan jenis-jenis wibawa otoritas, pendiri, pembaharu, nabi, ahli peramal, orang suci, dan lain-lain.
34
d) Aliran Gabriel Le Bras Sociologie religieuse adalah ilmu pengetahuan sosiologi dengan suatu perhatian khusus kepada perilaku keagamaan dan tentang kelompokkelompok keagamaan. (Abdullah, Syamsuddin. 1997 : 96) Kemajuan yang pesat dari sociologie religieuse saat ini disebabkan oleh perbaikan-perbaikan di dalam teknik-teknik penelitian ilmu-ilmu sosial dan penelitian sejarah. Langkah-langkah yang ditempuh adalah pertama, menghimpun informasi yang tepat (accurate). Kedua, memerlukan kepekaan dan kesungguhan adalah interpretasi informasi ini sebelum langkah-langkah lainnya direncanakan dan dilaksanakan. 5) Sosialisasi Sosialisasi merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menjadi anggota masyarakat dan melalui sosialisasi manusia dapat menjadi makhluk sosial. Sosialisasi menurut John Scott (2013 : 259) dapat dibedakan antara sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer ialah pembentukan dasar atau awal kepribadian dan dalam diri anak dimulai dengan mengakumulasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi anggota dalam masyarakat tertentu. Sedangkan sosialisasi sekunder terdiri atas pengalamanpengalaman yang kompleks dan terjadi sepanjang masa untuk menjadi anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu. b.
Penetrasi Sosial
35
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang sejauh kita mampu melalui beberapa proses. Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikat manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya, begitu pula kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, tidak ditutuptutupi. Lapisan sedikit lebih dalam adalah lapisan kepribadian bersifat semiprivate, tidak terbuka bagi semua orang. Lapisan terdalam adalah wilayah private didalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam dan semacamnya, tidak terlihat oleh dunia luar oleh siapapun bahkan orang terdekat sekalipun, akan tetapi lapisan inilah yang berperan dalam kehidupan seseorang. Teori perspektif teori penetrasi sosial Altman dan Taylor menjelaskan empat penjabaran. Pertama, lebih sering dan lebih akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri seseorang, semakin dalam berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal balik) terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri dan keterbukaan bersifat timbal balik. Ketiga, penetrasi akan cepat
36
diawal, akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab” karena membutuhkan suatu proses yang panjang. Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar, maksudnya ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang konsep pertukaran sosial (sosial exchange), menurut mereka dalam konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational outcomes, relational satisfaction, relational stability. Cenderung memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Teori pertukaran sosial mengajukan dua standar umum tentang apa yang dijadikan perbandingan atau tolak ukur dalam mengevaluasi suatu hubungan, yaitu relative satisfaction (kepuasan relatif) adalah seberapa jauh hubungan interpersonal tersebut dapat membuat kita bahagia atau justru tidak bahagia, dan the comparison level of alternatives, pada tahap ini muncul pertanyaan dalam hubungan interpersonal sejauh mana suatu hubungan memberikan keuntungan. Ciri perubahan sosial masyarakat menurut Said Agil Husin Al Munawar ( 2004 : 202-203) ditandai dengan beberapa trend dominan dan objektif yaitu pertama, terjadi teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat teknologis ditandai dengan adanya pembakuan kerja dan perubahan nilai, yaitu dominannya pertimbangan efisiensi dan produktivitas. Kedua, kecenderungan perilaku masyarakat yang semakin
37
fungsional, ditandai dengan pola hubungan sosial hanya terlihat dari sudut kegunaan dan kepentingan. Kemampuan individual dibutuhkan untuk menentukan seberapa jauh ia bermanfaat untuk orang lain. Ketiga, masyarakat padat informasi. Masyarakat yang padat informasi akan semakin bergerak ke depan, terbuka menerima berbagai jenis dan sumber informasi apabila diatur secara baik oleh sebuah sistem yang terbuka (open system) dan dijalankan secara efektif oleh masyarakat. Budaya cenderung bergeser pada “budaya tertutup” ke “budaya terbuka”, karena budaya yang tidak menghargai pluralitas sosial sembari bersikap otoriter, absolut dan tiranik adalah budaya eksklusif. Sedangkan budaya yang gemar menghargai pluralitas sosial seraya bersikap demokratis, kosmopolit dan egaliter adalah budaya inklusif. Akhir-akhir ini menguat pola tuntunan masyarakat terhadap hasil kerja budaya, yaitu kesadaran budaya yang kian menghargai perbedaan ras, golongan, etnik, warna kulit, maupun agama. Perbedaan itu sebagai akibat logis dari pengakuan Allah di dalam Al-Qur‟an bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berbeda, tetapi perbedaan itu akan dipertemukan dengan sebuah garis lurus yang membentang dari segenap perbedaan-perbedaan diantara manusia yang oleh AlQur‟an disebut takwa (kualitas). Kualitas (ketakwaan) inilah yang membuat mereka menjadi sama dan sederajat dimata Tuhan. Manusia harus berjuang mempertemukan perbedaan tersebut melalui peran kreatif pertemuan budaya secara kualitatif di kalangan manusia sendiri. Karena itu, penetrasi budaya haruslah dimulai dari penguatan budaya lokal, penguatan etika dan penguatan agama, serta penguatan profesi atau keahlian
38
masyarakat agar mereka tidak mudah tergoda oleh arus budaya asing yang menawarkan profesi dan keahlian yang lebih menggiurkan secara material. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah etika (akhlak-agama), kultural (ilmu iptek) dan profesi (amal shaleh-keahlian). Al-Qur‟an mengingatkan kaum muslimin agar waspada untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang akan menimbulkan kekhawatiran dibelakang hari. Kesadaran berbudaya, beretika dan profesi adalah bagian dari upaya mempersiapkan generasi yang berakhlak tinggi (etika atau agama), tangguh dibidang kultural (iptek) dan memiliki (profesi) tertentu yang bisa diandalkan. (Q.S. An-Nisa : 9) c.
Asimilasi Budaya Asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar
yang bercampur dengan unsur-unsur kebudayaan lokal sehingga menjadi unsurunsur kebudayaan baru yang berbeda. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam proses asimilasi, yang pertama masyarakat harus dapat menghargai unsur-unsur asing dan kebudayaan yang dibawanya karena tidak semua unsur-unsur asing berdampak negatif. Kedua adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda. Toleransi adalah sikap menghargai kebudayaan atau pendapat yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Masyarakat yang memiliki rasa toleransi tinggi cenderung mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Ketiga
39
adanya sifat terbuka. Masyarakat yang senantiasa menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan sifat terbuka, akan dapat hidup sejahtera. Hal-hal yang dapat menghambat asimilasi, antara lain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan lain, ketakutan terhadap kebudayaan atau unsur-unsur yang baru, sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri, perbedaan kepentingan, dan letak geografis yang terisolasi. d.
Pertukaran Budaya 1) Perubahan Sosial Masyarakat Perubahan sosial menurut R.L Warren dan J.S Roucek (1984 : 215-217) adalah perubahan proses sosial atau struktur masyarakat, sedangkan perubahan kebudayaan mempunyai istilah yang lebih luas termasuk segala perubahan dalam kebudayaan seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa, teknologi dan lain-lain. Masalah yang menyebabkan terjadi perubahan sosial, yang pertama adalah sumber-sumber yang berbeda terhadap perubahan. Kebanyakan perubahan dalam masyarakat tertentu terjadi bukan hasil ciptaan, tetapi melalui difusi atau melalui penyebaran sifat masyarakat lain. Penerimaan sifat baru yang muncul tergantung kepada sejauh mana masyarakat dapat menggunakan sifat baru itu. Kedua, peranan faktor penduduk. Perubahan penduduk
akan
membawa
perubahan
dalam
masyarakat
dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang biasanya memerlukan organisasi sosial yang lebih kompleks dan cara yang lebih tepat untuk memperoleh nafkah dan memantapkan pengawasan sosial. Ketiga, peranan teknologis. Dalam
40
masyarakat
kita,
revolusi
industri
berhubungan
dengan
berbagai
perkembangan dan kemajuan dalam teknologi termasuk ilmu sains dan mempunyai pengaruh penting atas aspek yang berbeda dalam kehidupan institusi seperti: keluarga, agama, organisasi ekonomi, pemerintahan dan pendidikan. Keempat, peranan nilai-nilai perubahan. Sejarah merupakan pernyataan pentaklukan yang mutlak, dan perubahan sosial yaitu hasil jalinan pendapat yang unggul. 2) Akulturasi Akulturasi adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Bisa diartikan juga bahwa akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing di suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan yang
diidam-idamkan.
Dengan
keseimbangan,
seluruh
unsur-unsur
kemasyarakatan akan benar-benar berfungsi dan saling mengisi. e.
Interaksi Sosial 1) Masyarakat Masyarakat
sebagai
kekuatan
impersonal
yang mempengaruhi,
mengekang, dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya. Masyarakat menurut David Berry (2003 : 5-6) ialah suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dan individu-individu yang merupakan
41
anggota-anggotanya, bukan sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka. 2) Sistem Sosial Wawasan sistem sosial dari para ahli sosiologi telah dikembangkan secara luas dengan meninjau wawasan dari ilmu pengetahuan alam, didalamnya terkandung persamaan dengan beberapa sifat dan konsep seharihari. Sistem menunjuk pada cara bagaimana kehidupan sosial diatur dan diorganisasi, dapat menunjuk pada masyarakat dalam skala yang besar pada sektor tertentu dalam masyarakat. Perubahan dan perkembangan didalam suatu aspek kegiatan sosial tertentu dapat menghasilkan perubahan dan perkembangan atau menimbulkan reaksi pada kehidupan lainnya. 2. Teori Pendidikan a.
Pendidikan Islam Pendidikan Islam (tarbiyah) sebagai proses penyampaian petunjuk-petunjuk
ilahiyah, menyucikan dan mengajarkan manusia dengan mendidik dan mengajar dengan bahan yang bersumberkan dari sumber ajaran Islam. (Q.S. Al-Isra‟ : 24) Ahmad Tafsir dikutip Noeng Muhadjir, pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru) mencakup aspek jasmani, rohani dan hati. (Salim, Moh. Haitami. 2013 : 27) Agama (KBBI) merupakan kata benda yang berarti ajaran, sitem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
42
Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Pendidikan Agama menurut Moh. Haitami Salim (2013 : 29) adalah usaha sadar, terencana dan sistematik untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, latihan keterampilan, bimbingan dan keteladanan oleh diri sendiri dan orang lain agar memiliki keyakinan, pengetahuan, keterampilan, keteladanan dan kepribadian yang sesuai ajaran Islam. Pendidikan menurut Kaelany (2000 : 240) ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata rabba. Tuhan juga disebut sebagai Rabb karena ia Yang Memperbaiki, Yang Mengatur, Yang Berkuasa Mutlak, Yang Tegak, Yang Menjadi Sandaran, Yang Memelihara, Yang Meluruskan dan Yang Memberi Nikmat. Menurut
Langeveld,
pendidikan
adalah
setiap
usaha,
pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya. (Hasbullah 2009: 2) Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau tindakan yang diberikan kepada seseorang
43
dalam proses pengubahan sikap menuju kepada pendewasaan melaksanakan tugas hidupnya. Para ahli pendidikan Islam telah mencoba permutasi pengertian pendidikan Islam, di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah : Al-Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. Muhammad Fadhil Al-Jamaly mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatanya. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil) Ahmad Tafsir (2005 : 45) mendefenisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan perspektif agama Islam ialah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi (internalisasi), sehingga menjiwai cara berpikir, bersikap, dan bertindak (individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah (ibadah) dan hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat (sosialisasi) serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan (mu‟amalah ma‟al makhluk atau kultural civilisasi) dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di bumi. (Kaelany, 2000 : 240)
44
Pendidikan Islam menurut Achmadi (1992 : 20) adalah usaha untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya pengembangan individu melalui bimbingan cara berpikir, bersikap dan bertindak untuk mewujudkan insan kamil dalam hubungannya dengan Allah, manusia serta alam semesta. 1) Pentingnya Pendidikan Islam Pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia, melalui pendidikan
manusia
bisa
belajar
mempelajari
alam
semesta
demi
mempertahankan kehidupannya. Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan sebagai aspek sangat penting yang mewajibkan umatnya senantiasa menjalankan komitmennya. Hal ini diperkuat oleh firman Allah pada ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad :
1. 2. 3. 4. 5.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-„Alaq 96:1-5)
45
Pada ayat lain al-Qur‟an memperlihatkan penghargaan tingginya kepada mereka yang secara bersamaan percaya kepada Allah dan menimba ilmu pengetahuan, dalam Q.S al-Mujadalah Allah berfirman :
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Mujadiilah 58:11) Bukti lain diutamakannya pendidikan adalah sangat seringnya kata „ilm dan kata jadiannya (seperti „alima, ya‟lamu, „alim, i‟lam) disebut dalam alQur‟an, yang seluruh arti dasarnya berkaitan dengan pemikiran pendidikan. (Proceeding Konferensi Regional, 2004 : 233) Penegasan
keutamaan
pendidikan
Rasulullah
nyatakan
melalui
sabdanya dalam kitab Hadits Shahih Bukhari no. 67 berikut ini:
َح َّدثَنَ َاس ِع ْيدُ ْب ُن ُع َف ْ ٍْيقَا َل َح َّدثَنَا ا ْب ُن َوه ٍْب َع ْن يُ ْوو ُ َس َع ْن ا ْب ِن ِشه ٍَاب قَا َل قَا َل ُ َُح ْيدُ ْب ُن َع ْب ِد َّالر ْ َُح ِن َ َِس ْع ُت ُم َعا ِوي َ َةخ َِط ْي ًباي َ ُق ْو ُل َ َِس ْع ُت َالنَّ ِ َِّب ُهللا ِب ِه خ ْ ًَْيايُ َفقًهْ ُه ِ ِْف ّ ِال ْي ِن َوِاه َّ َما ُ هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ ََّل ي َ ُق ْو ُل َم ْن ُي ِرد ُ َص ََّّل ِ هللا يُ ْع ِط ْي َول َ ْن تَ َزا َل َه ِذ ِه ْ ُاْل َّم ُة قَائِ َم ًة عَ ََّل َا ْم ِر هللا ٌ ِ ََاَنَ ق ُ اِس َو ِ ُض ُ ُْه َم ْن خَال َ َفه ُْم َح ََّّت يَأْ ِ َِت َا ْم ُر . هللا ُّ ُ َ َْلي 46
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa‟id bin „Ufair. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu‟awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi S.A.W bersabda:“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang putusan Allah”.(Kitab Shahih Bukhari no: 67, hal 45) Umat manusia dalam sejarahnya telah memperlihatkan tentang pentingnya pendidikan sejak masa Rasul hingga masa sekarang ini. Kegiatan yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan ta‟lim (pembelajaran) kepada para sahabatnya, guna mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga Rasul membuat kompleks belajar Dar-Al-Arqam, ini semua merupakan salah satu bukti besarnya perhatian Rasul kepada pendidikan. Kaelany (2000 : 241-242) berpendapat pendidikan Islam diperlukan sebagai suatu upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syari‟ah Islam. Agama datang ke permukaan bumi ini bertujuan membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak. Secara umum, keutamaan pendidikan terletak pada dua hal. Pertama pendidikan itu sangat penting karena pendidikan yang dilandasi nilai-nilai
47
Islam akan menuntun umat Islam menuju ketaqwaan secara total kepada Allah, dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan manusia. Pada tingkat kedua, pendidikan Islam itu penting karena secara akademis pendidikan merupakan aktivitas intelektual sebagai sarana terwujudnya formulasi islamisasi pengetahuan. Tanpa keterlibatan dan kontribusi lembaga pendidikan tinggi Islam lengkap dengan intelektual Muslim didalamnya, Islamisasi mungkin hanya omong kosong belaka. 2) Pendidikan Keagamaan Masyarakat Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak ada satu prestasipun tanpa peran pendidikan. Islam
sebagai
agama
paripurna
memberikan
tuntunan
yang
komperhensif, sehingga terhadap problematika keluargapun tak luput dari perhatian Islam. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Al-Qur‟an maupun Hadist di bawah ini yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keluarga yaitu :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
48
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. AtTahrim: 6). Selain itu Rasulullah juga menggambarkan tentang pendidikan dalam keluarga sebagaimana dijelaskan di Kitab Shahih Bukhari no. Hadits 1271 berikut ini :
ِ َُح َّدثَنَا َع ْبدَ ُان َاخ َ ََْبَنَ َع ْبد هللا اخ َ ََْبَنَ يُ ْوو ُ ُس َع ْن ُّالز ْه ِر ِ ّي َاخ َ ََْب ِ ِْن َابُ ْو ِ هللا َع ْن ُه قَا َل قَا َل َر ُس ْو ُل هللا ُ ِض َ ِ َسلَ َم َة ْب ُن َع ْب ِد َّالر ْ َُح ِن َا َّن َا ََبه َُرْي َرة ََر هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ ََّل َما ِم ْن َم ْولُ ْو ٍد ا َّْليُ ْو َ ُلعَ ََّل الْ ِف ْط َر ِةفَأَب َ َوا ُه ُيُ َ ِّو َدا ِه ِه ُ َص ََّّل ِ ّصا ِه ِه َأ ْويُ َم ِ ّج َسا ِه ِه َ َمَك ثُنْتَ ُج الَْبَ ِ ْي َم ُة َبَ ِ ْي َم ًة َ َْج َعا َءه َْل ُ ُِت ُّس ْو َن ِف ْْيَا َ ّ ِ ََويُن ِ هللا َع ْن ُه ( ِف ْط َرة َهللا ال َّ ِ ِْت ُ ِض َ ِ ِم ْن َج ْدعَا َء ُ َُّث ي َ ُق ْو ُل َابُ ْوه َُرْي َر َة َر ِ ٍ ْفَ َط َرالنَّ َاا عَلَ ْْيَا َْلثَ ْب ِديْ َل ِل َ ل َ ِ َ هللا . ) ُ ّ ِ اا ّ ِال ْي ُن الْ َق Artinya : Telah menceritakan kepada kami “Abdan telah mengabarkan kepada kami “Abdullah telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhriy telah mengabarkan kepada saya Abu Salamah bin „Abdurrahman bahwa Abu Hurairah r.a berkata; Telah bersabda Rasulullah S.A.W: “Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”. Kemudian Abu Hurairah r.a berkata, (mengutip firman Allah S.A.W Q.S Ar-Ruum: 30 yang artinya: (“Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus”).(Kitab Shahih Bukhari no: 1271, hal 745-746) Jadi, pendidikan keagamaan harus sudah ditanamkan sejak dini kepada masyarakat terutama anggota keluarga terkecil supaya fitrah yang diberi Tuhan dapat menjadi jalan yang baik.
49
b.
Pendidikan Sekular 1) Pengertian Sekularisme Menurut Ensiklopedi Britani, sekularisme adalah sebuah gerakan yang bertujuan memalingkan dari kehidupan akhirat dengan semata-mata berorientasi kepada dunia. Kamus Dunia Baru oleh Wipster, sekularisme bermakna semangat keduniaan atau orientasi “duniawi” dan sejenisnya. Kamus
Oxford,
sekularisme
adalah
bersifat
keduniaan
atau
materialisme, bukan keagamaan atau keruhanian. Kamus Intrenasional Modern ketiga menyebutkan sekularisme adalah undang-undang akhlak sosial yang berlandaskan pemikiran yang mewajibkan ditegakkannya nilainilai perilaku dan moral menurut kehidupan modern dan solidaritas sosial tanpa memandang kepada agama. Sekularisasi ialah suatu gerakan (sosial) yang diarahkan kepada terwujudnya otonomi dunia dan nilai duniawi dengan mengikutsertakan agama dan nilai-nilai keagamaan. Kesimpulan sekularisme ialah memisahkan agama dari kehidupan individu atau sosial dalam artian agama tidak boleh ikut berperan dalam pendidikan, kebudayaan maupun hukum. 2) Pengaruh sekularisasi terhadap agama Dalam arus besar proses sosial dan perubahan masyarakat dapat dtemukan satu jenis proses dan perubahan sosial yang mempunyai warna dan nada tersendiri, yang disebut sekularisasi.
50
Kata sekularisasi menurut D. Hendropuspito (1896: 136) berasal dari kata latin “saeculum” yang berarti “dunia”, dari kata dasar “saeculum” dari bentuk kata “saecularis” atau sekular yang diberi arti “serba duniawi”. Sejak abad yang lalu hingga dewasa in terdapat dua macam sekularisme, yaitu : Sekularisme ekstrem ialah pandangan hidup atau ideologi yang mencitacitakan otonomi nilai duniawi lepas dari campur tangan Tuhan dan pengasuh agama. Dan sekularisme yang moderat yaitu pandangan hidup atau ideologi yang mencita-citakan otonomi nilai duniawi yang mengikutsertakan Tuhan dan Agama. 3) Sekularisme dalam Pendidikan Menurut Muhammad Qutb (ancaman sekularisme, 1986) diartikan sebagai Iqomatu al-hayati „ala ghoyri asasina mina al-dini (membangun struktur kehidupan di atas landasan selain sistem Islam). Dan An-Nabhani mengartikan, “Pemisahan agama dengan kehidupan, ide ini menjadi aqidah (asas), sekaligus qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis) serta sebagai qaidah fikriyah (landasan berfikir)”, atas dasar berfikir ini, mereka berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya, dan sesuai dengan hawa nafsu serta akalnya yang sangat terbatas. Kondisi ini menimpa sistem pendidikan dan hampir disemua negara bahkan negeri-negeri kaum muslimin terhadap dunia pendidikan mereka ketika ini, akibat dari apa yang disebut westoxciation (racun pemikiran barat) yakni : pluralisme, sinkretisme, nasionalisme, liberalisme, kapitalisme, sekularisme, dan mencoba untuk melakukan imitasi bahkan substitusi secara
51
total atau melakukan pembelasteran (perkawinan) antara sistem barat (sekuler-liberal) dengan sistem Islam yang suci, fitrah dan mulia. Fenomena dunia pendidikan menjadi topik perbincangan yang menyentuh berbagai kalangan dari masyarakat jelata, para profesional, akademisi, cendekiawan sampai birokrat namun tidak berdaya menyatukan konsep dan realitas, justru sumber daya manusia semakin carut marut dan porak poranda yang memiliki karakteristik pola fikir dan pola sikap yang tidak Islami. Secara jelas dan pasti Islam menjadi tujuan pendidikan melahirkan “kepribadian Islam” dan membekali dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan, sehingga metode penyampaian pelajaran dirancang sedemikian rupa untuk menunjang tercapainya tujuan dan setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tujuan tersebut dilarang. Dengan demikian pendidikan Islam tidak hanya “transfer of knowledge”, tanpa memperhatikan ilmu pengetahuan yang diberikan apakah dapat menumbuhkan pola fikir dan tingkah laku yang Islami atau tidak. Islam memposisikan pendidikan pada hukum wajib, mewajibkan negara berperan penuh dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan umat dalam memahami tsaqafah Islamiyah dan kemaslahatan umum rakyatnya, termasuk non muslim yang dilindungi haknya untuk hidup damai dan sejahtera. 4) Kewajiban sekularisasi Sekularisasi menurut D. Hendropuspito (1986 : 138) merupakan hal wajar karena berakar atas pertimbangan yang wajar, alasannya antara lain
52
adalah hal yang masuk akal bahwa dalam mengurus hal duniawi manusia berani memikul tanggung jawab dan tidak melemparkan tanggung jawab kepada instansi lain, karena dunia seisinya diserahkan kepada manusia. Wajar bahwa nilai-nilai duniawi berkembang dengan kekuatan sendiri dan tidak perlu berlindung di bawah nilai-nilai supra duniawi. Hal yang sewajarnya apabila Tuhan yang lain dari yang lain tidak dijadikan “keranjang sampah” tempat melemparkan tanggung jawab atas kegagalan yang dibuat manusia sendiri. Sudah tiba waktunya bahwa semua agama membersihkan diri dari beban tambahan yang bersifat takhayul dan mitologis baik yang membebani ajarannya maupun praktek peribadatannya. 5) Tanggapan Agama terhadap Sekularisasi Agama mempunyai tujuan memanusiakan manusia sebagai pribadi yang berdaulat. Agama bermaksud memajukan umat dengan melepaskan yang lama, tetapi sekaligus agama mau mempertahankan yang lama. Sikap dualistis ini menjadi penghalang untuk menerima model pemahaman dan pengalaman agama yang baru. 3. Pengaruh
Masyarakat
terhadap
Pemahaman
dan
Keberagamaan
Masyarakat Muslim a.
Perkembangan Masyarakat Muslim Dalam konteks Indonesia, masyarakat Islam sebagai penghuni mayoritas
bangsa masih terlalu jauh dari segala keunggulan bila dibandingkan dengan sesama umat manusia dari negara-negara lain. Kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini yakni
53
pemberdayaan dalam tataran ruhaniah, intelektual, dan ekonomi. Untuk keluar dari belitan persoalan, masyarakat Islam harus berjuang keras untuk melahirkan desain kurikulum pendidikan untuk setiap wilayah pendidikan yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniah islamiah yang tidak bertentangan dengan perjuangan kebenaran ilmiah dan kemodernan. Masalah kemiskinan menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 44-45) identik dengan masyarakat Islam di Indonesia. Tantangannya adalah setiap pribadi Muslim harus lebih keras dalam bekerja, berkreasi, berwirausaha, dalam bekerja sama, komunikatif dan lebih profesional dalam mengolah potensi-potensi ekonomi umat. b.
Masyarakat Muslim Khususnya di Sekitar UKSW Definisi masyarakat menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut : 1) David I Still dalam bukunya (International Encyclopaedia of The Social Sciencies, 1972:578), masyarakat (society) adalah a relatively independent or self sufficient population characterized by internal organization, territoriality, culture distinctiveness, and sexual recruitmen. Masyarakat adalah populasi yang relatif bebas atau mandiri ditandai dengan adanya organisasi intern, wilayah, budaya kekhasan, dan perekrutan seksual. 2) Mircea Elliade, masyarakat berarti komunitas yang beradab (civilized community) atau masyarakat madani, dalam bahasa The Encyclopadia of Region disebut dengan istilah median community.
54
3) Rodney Stark adalah society is a group of people who are united by social relationships, masyarakat adalah sekelompok orang yang disatukan oleh hubungan sosial. (Machendrawaty dan Safei, 2001 : 5)
Dengan demikian, dalam masyarakat terkandung makna komunitas, sistem organisasi, peradaban dan silaturahmi. Masyarakat membentuk dan dibentuk dengan sendirinya dengan tujuan untuk saling menguatkan, saling menolong dan saling menyempurnakan. Masyarakat Islam
menurut pendapat Nanih Machendrawaty dan Agus
Ahmad Safei (2001 : 6) adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama yakni agama Islam. Sedangkan menurut Agus Efendi dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Berbeda pula dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ali Syari‟ati dengan menggunakan kata ummah untuk mensubstitusi terminologi masyarakat Islam. Ummah adalah masyarakat yang hijrah, yang satu sama lain saling membantu agar bisa bergerak menuju tujuan yang mereka cita-citakan. Ummah dipandang sebagai persaudaraan Islam, seluruh masyarakat Muslim, yang mempertalikan kaum Muslim menjadi satu kesatauan adalah kesamaan pandangan dunia (din), yang didasarkan kepada sebuah gagasan universal (tauhid) dan sejumlah tujuan bersama : mencari keadilan („adl) dan ilmu („ilm) dalam upaya memenuhi kewajiban sebagai pengembangan
amanah
(khilafah)
Tuhan.
55
Menurut
Abdullah
Nasheef
menerjemahkan ummah sebagai bangsa atau komunitas. Ummah dipandang sebagai komunitas orang yang percaya kepada Tuhan yang menciptakan mereka, memelihara mereka, membahagiakan mereka. Sedangkan masyarakat dalam pandangan Islam menurut Kaelany (2000 : 157) merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan. Pembinaan masyarakat haruslah dimulai dari pribadi-pribadi, masing-masing wajib memelihara diri, meningkatkan kualitas hidup agar di tengah masyarakat itu di samping dirinya berguna bagi masyarakat, juga tidak merugikan orang lain. Islam memandang manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa. Baik dilihat dari asal manusia yang satu diri itu maupun setelah berkembang biak memenuhi bumi, manusia seyogyanya tidak membeda-bedakan sesamanya dengan dalil apapun, seperti karena keturunan, ras, suku, bangsa, agama, dan sebagainya. Justru perbedaan itu mendorong manusia untuk saling mengenal, saling berhubungan, dan saling berlomba dalam kebaikan. Seperti firman Allah dalam Q.S al-Hujuraat ayat 13 :
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
56
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Al-Qur‟an menekankan “persaudaraan orang-orang yang beriman” bersamasama semua implikasinya. Aturan-aturan Islam yang berhubungan dengan hubungan-hubungan internasional dikalangan orang-orang Islam dan non-Islam serta etika al-Qur‟an mengenai perang didasarkan atas keadilan mutlak serta mengakui kerendahan hati. Demikan pula al-Qur‟an melarang orang-orang Islam untuk memburu orang-orang non-Islam dan memaksa mereka masuk Islam, dengan memberikan kebebasan memilih bagi mereka. (Kaelany, 2000 : 164) Masyarakat ideal yang dicitakan oleh Islam adalah masyarakat yang digambarkan al-Qur‟an dengan sebutan masyarakat mardlatillah (masyarakat yang diridhai Allah) atau Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Untuk memenuhi masyarakat yang mardlatillah harus disusun rangkaian pola yang bertendensi dan berdimensi antara lain sebagai berikut : 1) Umat yang Satu Sebagai manusia, perbedaan-perbedaan suku, warna kulit, agama, bahasa dan adat istiadat hendaknya tidak menjadi penghalang bagi yang satu dengan yang lain untuk hidup rukun berdampingan. Dengan sikap demikian itu tumbuhlah rasa toleransi antar umat. Toleransi yang dimaksud dalam ajaran Islam ialah dalam lingkup masalah sosial kemasyarakatan bukan dibidang
akidah
keimanan.
Meskipun
hidup
berdampingan
dengan
masyarakat berbagai agama, umat muslim tidak boleh larut atau goyah keimanannya, keyakinan tetap dipertahankan bahwa Islamlah satu-satunya
57
agama Allah yang diyakini kebenarannya oleh umat Islam, sesuai dengan firman yang tertulis di dalam al-Qur‟an surah Ali-Imran ayat 19 :
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. 2) Umat yang Bertakwa Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat yang digambarkan oleh al-Qur‟an sebagai Masyarakat Mardlatillah
karena
masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya al-Qur‟an dan Sunah Rasul. c.
Kristenisasi 1) Pengertian Kristenisasi Kristenisasi adalah sebuah proyek besar yang terus dilakukan oleh orang-orang kristen sampai hari kiamat untuk memurtadkan (khususnya) umat Islam dan umat agama lain yang tidak beragama kristen. Gerakan kristenisasi adalah sebuah gerakan yang terorganisir dengan baik dan rapi yang bertujuan untuk mengajak manusia menjadi pengikut dan 58
penumpang gerbong umat kristiani. Gerakan kristenisasi adalah gerakan yang bersifat religi, politik dan penjajahan yang muncul akibat kekalahan pasukan Kristen dalam perang salib yang berlangsung dalam waktu yang panjang. Inisiator yang sekaligus panglima pertama gerakan ini adalah Raymond Lowel, seorang warga negara spanyol yang hidup pada abad ke 16 M. Dia mulai menjalankan misinya dengan belajar bahasa arab lalu melakukan berbagai riset dan penelitian di hampir seluruh negara Islam, dengan harapan ia mampu menemukan titik kelemahan kaum Muslimin dan bagaimana memanfaatkan kelemahan tersebut untuk melemahkan dan menghancurkan kaum muslim. Media dakwah http://www.mimbarindo.com menjelaskan bahwa lambat laun gerakan ini mendapatkan respon positif dari saudara-saudara seimannya. Kemudian mereka mendirikan sebuah lembaga yang menjadi pusat pendidikan, penelitian dan penyusunan strategi kristenisasi internasional, di London, Inggris pada tahun 1795 M. Disusul oleh pendirian lembagalembaga misionaris di berbagai negara, seperti Skotlandia, New York, Jerman dan beberapa negara eropa lainnya. Sejak ratusan tahun lalu, para misionaris Kristen di Indonesia sudah berusaha keras mengubah bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim, menjadi sebuah negeri Kristen. Kini, sejumlah tokoh misi Kristen di Indonesia mendeklarasikan, bahwa Indonesia merupakan sebuah negeri yang siap melakukan transformasi besar-besaran, menjadi negeri Kristen. Ibarat lahan, Indonesia sudah siap panen. Pada tahun 2003, ada sebuah buku terbitan kaum Misionaris Kristen di Indonesia yang berjudul
59
Transformasi Indonesia : Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan dengan
Kesatuan
Tubuh
Kristus
(Jakarta
:
Metanoia)
Buku
ini
menggambarkan ambisi dan harapan besar, bahwa kaum misionaris Kristen akan melakukan ”panen raya” pada tahun 2020. Saat itulah, kata mereka akan terjadi proses Kristenisasi secara besar-besaran di Indonesia. Kaum misionaris menyatakan tekadnya : ”Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang Ia rencanakan.” (http://www.minbarindo.com/Media,_Dakwah_Dan_Publikasi/Ancama n_Dan_Metode_Gerakan_Kristenisasi.aspx, 24 September 2014) Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kristenisasi adalah gerakan yang terorganisir bersifat religi, politik yang mengajak seseorang atau kelompok untuk mengikuti ajaran agama Kristen dengan tujuan untuk melemahkan keimanan umat muslim. 2) Sejarah Kristenisasi Sejarah kristenisasi sudah ada sejak masa pemerintahan Rasulullah S.A.W hingga pemerintahan Indonesia, bahkan terjadi pula di Jawa Tengah. a) Masa Pemerintahan Rasulullah S.A.W Konflik umat Islam dan umat Nasrani dimulai ketika Nabi Muhammad S.A.W. mengirim seorang utusan pada tahun 8 H / 629 M agar menyampaikan surat kepada penguasa Busra yang bernama Syurahbil
60
bin „Amr al- Ghasari. Utusan Rasulullah S.A.W. itu bernama Al- Harits bin Umar Al-Asadi. Utusan itu diikat dan dipenggal lehernya. Konflik antara Nasrani dan Islam yang paling dahsyat bisa dilihat pada Perang Salib. Perang Salib mulanya diserukan oleh Paus Urban II tahun 1095. Paus menyerukan perang suci melawan kaum kafir yang menguasai makam kristus. Pada tahun 1098 tentara salib telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Marra‟tun–Nomam, salah satu kota terpadat di Syiria. Tahun 1099 mereka membantai 30.000 penduduknya, Muslim dan Yahudi. (Budiharjo, 2007 : 5-8). Seperti yang disebutkan dalam Q.S. Al- Maaidah 5 : 82, bahwa permusuhan memang sudah terjadi sejak dahulu kala.
Artinya: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orangorang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Orang zaman sekarang mempunyai banyak kebutuhan. Mereka butuh percaya pada sesuatu yang melampaui fakta dari hidup sehari-hari,
61
dengan segala krisisnya, frustasi dan kenikmatan sesaatnya. Mereka membutuhkan alasan untuk berharap, untuk terus-menerus berusaha menjadi pribadi-pribadi sejauh mereka dapat, dan menggerakkan komunitas manusia menuju keadilan dan martabat yang dapat menjadi ciricirinya. Mereka membutuhkan sumber inspirasi yang dapat menuntun mereka mengatasi egoisme, konflik dan isolasi diri (saling ketertutupan). Bagi orang-orang yang percaya kepada Allah, ia telah memberikan perutusan untuk menunjukkan dengan kata dan teladan, jalan menuju ke pemenuhan kemanusiaan kita. Umat Kristiani dan Muslim, hendaknya memandang diri masing-masing sebagai partner dan teman dalam perutusan itu. Sebagaimana Paus Yohanes Paulus II telah katakan kepada sejumlah perwakilan komunitas muslim yang menyambut kedatangannya di Nairobi tahun 1980, bahwa umat Muslim dan Kristiani sama-sama dipanggil untuk “bersama bertekad memajukan perdamaian, keadilan sosial, nilai-nilai moral dan semua kebebasan yang benar dari diri manusia”. Menurut S.J Thomas Michel (2007 : 137) Itulah suatu tantangan yang dihadapi dua komunitas agama dalam hubungan kita satu sama lain dengan pendekatan yang sama kepada hidup di planet bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah mengingatkan dalam Al-Qur‟an,
...
62
”Dan mereka tidak akan pernah berhenti memerangi kamu, sampai mereka berhasil memurtadkan kamu dari agamamu.” (Al-Baqarah: 217). Ingatlah firman Allah :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.(QS Al Baqoroh : 120)
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS Al-Baqoroh : 109) b) Kristenisasi di Indonesia Kristenisasi di Indonesia menurut C. Guillot (1985 : 3-4) menganggap permulaan pengembangan agama Kristen di Indonesia terjadi pertengahan abad VII dengan berdirinya episkopat Syria di Sumatra. Masuk mereka ke agama Kristen sangat penting untuk dicatat karena sampai kemerdekaan RI banyak orang Maluku menjadi serdadu yang
63
diperbantukan pada pasukan Belanda. Mereka dikirim ke kawasan militer Belanda yang utama, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Berarti merekalah yang pertama-tama membentuk jemaah Kristen pribumi di Pulau Jawa. Meskipun hasilnya minim, tidak dapat dikatakan bahwa tidak ada kegiatan dalam bidang agama pada zaman VOC. Selama berkuasa dua ratus tahun di sini, Belanda telah mengirim 245 pendeta ke Hindia Belanda, terutama ke daerah bekas koloni Portugis dan Spanyol di Maluku, Minahasa, dan lain-lain. Dari jumlah yang cukup berarti ini, beberapa orang ditempatkan di Jawa pada kota-kota yang didiami orangorang Eropa, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Tugas mereka pertama-tama melayani orang-orang Eropa disamping orang-orang pribumi yang masuk Kristen. Barulah setelah VOC jatuh dan setelah melewati permulaan abad XIX yang penuh keguncangan itu, mencuat keinginan melakukan Kristenisasi terhadap kaum pribumi secara menggebu-gebu. “Awal kegiatan misionaris di Jawa terjadi pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda. Tahun 1813, seorang Inggris, Robinson datang ke Batavia. Dia bukanlah pendeta yang dikirim untuk umat Eropa, melainkan datang untuk mengkristenkan bumiputra.” (Guillot. C, 1985 : 4) Program mengkristenkan masyarakat pribumi sudah terbukti ada pada jaman penjajahan melalui tokoh-tokoh agama Kristen yang dikirim oleh para negara penjajah. “...berbicara tentang struktur keagamaan di Jawa, baik kita bedakan terlebih dahulu beberapa istilah : pejabat dari Gereja Protestan (resmi
64
dari pemerintah) disebut predikant yang kadan-kadang dibantu oleh hulppredikant, sedangkan misionaris yang dikirim oleh masyarakat misionaris disebut zendeling yang dibantu oleh seorang hulpzendeling yang biasanya orang Jawa.” (Guillot. C, 1985 : 8) Kekuasaan yang dimiliki oleh para penjajah dimanfaatkan untuk kegiatan kristenisasi, terutama mengkristenkan penduduk Jawa. Bukti bahwa adanya sekutu mengirimkan orang kepercayaannya sebagai pembawa misi adalah sebagai berikut : “ Janz misionaris kelahiran 1820 ini tiba di Jawa tahun 1851, dikirim oleh DZV yaitu masyarakat misionaris Mennonite yang baru terbentuk. Jansz menetap di Semarang dan tinggal di rumah Hoezoo. ...tahun 1853, dua tahun setelah kedatangan Jansz baru keluar “SK”nya untuk melakukan Kristenisasi.” (Guillot. C, 1985 : 12) c) Misi gaya baru Kenyataanya, bersamaan dengan berkembangnya daerah jajahan, para misionaris ini meninggalkan desa-desa karena mereka tidak merasa betah di sana, dan menemukan suasana yang lebih cocok dengan mereka di kota. Misi-misi ini mengarahkan usaha mereka dalam bidang pengabdian sosial, seperti kesehatan, kerajinan tangan, dan terutama pendidikan. “Demikianlah, dari beberapa ribu orang pada akhir abad XIX, jumlah pemeluk Kristen melebihi 60.000 tahun 1938. Tetapi perlu pula dicatat bahwa pada tahun yang sama, sekitar 35.000 orang anak belajar di sekolah Protestan!” (Guillot. C, 1985 : 18) d) Kristenisasi oleh orang Eropa non-Gereja Di pihak lain, tatkala masyarakat misionaris mulai mengirim pendeta-pendetanya, ketika itu sudah terbentuk jemaah Kristen Jawa. Dan cukup lama gerakan Kristenisasi hanya diikuti dari belakang oleh misionaris tersebut, sampai kemudian mereka mengambil inisiatif sendiri.
65
Sebetulnya orang-orang Jawa itu mula-mula masuk Kristen berkat “aksi berganda” orang-orang Belanda non-Gereja dengan kiai Jawa. “...secara umum ada dua ciri khas mereka. Pertama, orang-orang tersebut hampir semuanya pengelola perkebunan. Kedua, mereka mempunyai ikatan istimewa dengan tanah Jawa karena kawin dengan orang Jawa atau karena mereka itu peranakan.” (Guillot. C, 1985 : 21) e) Perkembangan Kristen di Jawa Tengah Bukti bahwa di kota kecil Salatiga sudah terjadi kegiatan Kristenisasi sejak jaman penjajahan. Tidak menutup kemungkinan bahwa kesempatan Kristenisasi semakin besar karena sejarah yang sudah ditinggalkan sejak puluhan tahun yang lalu. “Di dekat Salatiga terdapat sebuah jemaat kecil (terdiri dari 50 orang anggota) yang merupakan hasil pengabaran Injil yang dilakukan Nyonya Le Jolle. Sepulangnya ke Negeri Belanda, wanita ini berusaha sekuat tenaga agar dapat dikirimkan dari Belanda seorang misionaris untuk melayani berkas pengikutnya itu. Upayanya tidak sia-sia, tahun 1869 sampailah di Salatiga Misionaris Boer. Di Salatiga ditemukan Boer yang baru saja datang dari negeri Belanda. Best bertugas di Ungaran, tetapi tidak begitu banyak yang diketahui mengenai misionaris ini.” (Guillot. C, 1985 :69- 70) f) Hubungan Tuhan dengan Manusia Dasar agama Islam menurut C.Guillot (1985 : 190) seperti halnya agama Kristen adalah hakikat Tuhan yang transendental yang senantiasa dinyatakan dengan ucapan Allahu Akbar, Tuhan maha besar. Tuhan adalah pencipta, sedangkan manusia makhluk ciptaan-Nya. Sejak dari abad awal Hijriah sampai hari ini, aliran-aliran mistik terkadang dipengaruhi oleh pemikiran
India,
mencoba
dengan
cara
mereka
masing-masing
memecahkan masalah sulit wahdat‟al-wujud (keunikan wujud). Kadangkadang pengalaman mistik dapat menjauh kelihatannya dari dogma, 66
seperti teriakan terkenal dari al-Bistami: “Hormatilah aku, betapa besar kekuasaanku” seakan-akan dialah Tuhan. Namun pengalaman ini hanya dianggap sebagai suatu kemabukan cinta. Ghazali menjelaskan, “ketika pengikut mistik tidak lagi mabuk kepayang dan mereka menemukan kembali cara menggunakan akalnya, yang merupakan timbangan Tuhan di bumi, maka mereka menyadari bahwa yang terjadi selama ini bukanlah penyatuan –dengan Tuhan- yang sesungguhnya, tetapi sesuatu yang mirip dengan itu... Ibarat seorang yang melihat gelas berisi anggur dan mengira bahwa warna anggur itu adalah warna gelas itu. Adalah dua hal berbeda, mengatakan „anggur adalah gelas‟ dengan seakan-akan anggur adalah gelas.” Makrifat Islam seperti juga Kristen membolehkan pencapaian keyakinan-keyakinan semacam ini, bukan kesatuan ontologis antar manusia dan Tuhan. (Guillot. C, 1985 : 190) Keberhasilan Kristenisasi pada abad ke 19 di Jawa adalah hasil aktivitas orang-orang pribumi sendiri. Sadrach merupakan orang pertama yang mencapai sukses besar dalam penginjilan di desa-desa. Mengenai tanah kelahirannya sumber beranggapan bahwa Sandrach lahir di Kewedanan Jepara, dibagian utara Jawa Tengah. Bahkan ada yang mencantumkan secara lebih tepat tempat kelahiran Sadrach yaitu disebuah desa dekat Demak. “Setelah sekian lama di Ponorogo, Sadrach kembali ke daerah asalnya; ia menetap di Semarang di “Kauman”, menurut Adriaanse untuk memperdalam pendidikan agamanya dengan “orang-orang Arab dan para haji”. Ketika itu ia menambahkan nama Arab “Abas” di belakang namanya. Pada masa itu pula ia berjumpa dengan bekas gurunya, Pak Kurmen yang sejak berpisah dengannya telah menjadi Kristen setelah kalah dalam perdebatan melawan Kiai Tunggul Wulung.” (Guillot. C, 1985 : 59) Proses penyebaran agama Kristen oleh kiai Sadrach membutuhkan ilmu dan pemikiran yang lebih. Cara yang digunakan kiai Sadrach untuk 67
mengkristenkan umat muslim adalah dengan mengadu ilmu agama, seperti yang tertulis di buku Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa berikut ini : Cara Sadrach menyebarkan agama Kristen adalah sebagai berikut : ia selalu berjalan kemana-mana dan mengunjungi guru-guru yang terkemuka di daerah itu serta berusaha meyakinkan mereka akan kepercayaan Kristen. Jika tidak berhasil, maka dilancarkanlah tantangan untuk mengadakan perang tanding di depan umum, untuk mengetahui siapa diantara mereka yang lebih hebat ilmunya. Kadang-kadang perdebatan itu bersifat dramatis, kedua tokoh itu berhadapan, murid-murid duduk beberapa langkah di belakang sang guru. Sebelum dimulai ditetapkanlah aturan permainannya. Sadrach berjanji andai kata kalah, ia akan kembali masuk Islam. Jika ia menang, ia menuntut lawannya agar masuk Kristen dan tunduk kepadanya. Karena Sadrach memiliki ngelmu Jawa dan pernah belajar paling sedikit pada dua pesantren, lagi pula sudah menerima “ilmu baru” yakni ajaran Kristen, tambahan lagi ia sama sekali tidak bodoh, maka sedikit pun tidak ada yang ditakutinya. Begitu kalah sang lawan langsung mengucapkan semacam pengakuan takluk kula meguru (saya berguru). Para murid kiai yang kalah bersama-sama
guru
mereka
menjadi
pengikut
sang
pemenang.
Demikianlah cara Sadrach mengkristenkan beberapa kiai dalam tempo beberapa tahun. (Guillot. C, 1985 : 79)
68
3) Cara-cara Kristenisasi Sinyalemen Al-Qur‟an itu memang benar. Dalam
Konferensi
Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlak
sebagaimana
seorang
Muslim.
Tujuan
kalian
adalah
mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.” (http://www.voaislam.com/read/christology tanggal 24 September 2014) Keterangan di atas sudah jelas bahwa tujuan utama kristenisasi adalah melemahkan keimanan umat muslim supaya perlahan meninggalkan ajaran agama Islam dan berpaling dari agama yang dianut sebelumnya. Ada banyak cara untuk melemahkan keimanan kaum muslim antara lain yang pertama dengan plesetan Al-Qur‟an. Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu yang isinya memuji-muji Yesus. Selain ada Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits. Menurut Pdt. R. Muhamad Nurdin “Muslim murtad” dalam majalah jemaat Indonesia (edisi 4 Juni 2001) menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mereka membuat buku agar dibaca umat Kristen,
69
kemudian disalurkan kepada umat beragama lain. Itu cara yang hati-hati dalam merebut hati kaum Muslimin. Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran. Siti Muflikhah, santri Pesantren At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat berisi komik anak-anak dari sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di bagian awal, komik itu berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada pernyataan, “Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juru selamat saya”. Menurut pernyataan di atas, media dengan mudah dijadikan umpan karena kemajuan jaman yang mengharuskan orang-orang mengakses media dalam bentuk apapun sebagai sumber ilmu. Memasukkan makna Al-Qur‟an yang tidak sesuai kepada para muslim supaya dapat mengubah pola pikir muslim tersebut. Cara yang kedua dengan mengaku mantan haji. Bidang kesehatan juga dibidik, dengan menawarkan bantuan biaya pengobatan bagi masyarakat muslim yang kesulitan mendapatkan biaya berobat keluarganya, namun dengan syarat masuk Kristen. Cara yang cukup sulit diidentifikasi adalah tipu daya
dengan
meniru
adat
atau
kebiasaan
komunitas
muslim
menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah menyanyikan puji-pujian kepada Yesus. Memakai peran menjadi orang muslim digunakan untuk mendapatkan kepercayaan oleh kaum muslim yang menjadi target kristenisasi.
70
Ketiga melalui pendidikan dan tawaran pekerjaan. Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Mereka mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola Yayasan Misi Global Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta, yang mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks. Lapangan kerja juga menjadi lahan subur, dengan menawarkan pekerjaan kepada para muslimin, memberikan beberapa janji namun akhirnya orang yang ditawari pekerjaan dipaksa masuk agama Kristen oleh seorang pendeta atau orang yang membawa misi tersebut. Penawaran biaya pendidikan dan pekerjaan banyak dilakukan kepada masyarakat muslim yang memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah. Tidak hanya di luar Jawa, bahkan di Salatigapun hal tersebut sudah tersebar luas. Cara keempat adalah dukungan tokoh “Muslim” liberal (JIL). Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan‟ dari beberapa orang yang sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia baru‟, dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Mempengaruhi tokoh Muslim menjadi hal yang sangat membantu bagi kaum Nasrani untuk menjalankan programnya tanpa harus mendekati target satu persatu. Seperti dengan cara mempererat hubungan masyarakat Muslim dan non Muslim dengan alasan toleransi antar agama.
71
Kelima melalui Hipnotis, Pacarisasi dan Hamilisasi. Pertama mereka mengarahkan perhatian pada kaum muslimah yang mentalnya sedang terganggu karena menghadapi berbagai masalah. Misalnya, orang tuanya sedang sakit atau baru meninggal dengan mendekatinya sebagai rasa empati kemudian menghipnotis gadis tersebut. Setelah wanita itu terpedaya, sebagian mereka langsung menunjukkan jati dirinya. Biasanya sang gadis ini tak dapat berbuat apa-apa daripada mendapat malu, misalnya, karena sudah hamil. Sebagian lagi, sampai menikah tak membuka rahasia. Tapi selama masa perkawinan para aktivis ini menjauhkan akidah Islam dari si istri. Suami mencuci otak istrinya, misalnya, memberikan ayat-ayat Alquran yang diputarbalik. Begitu terus sampai istrinya terpengaruh dan akhirnya masuk Kristen, bahkan menjadi aktivis gereja. Muslimah yang kuat imannya, mungkin masih bisa bertahan, tapi yang lemah hancurlah dia. Hipnotis merupakan cara yang paling halus karena korban tidak menyadari apa yang sudah dilakukannya, dan akan sadar apabila otaknya sudah diubah pemikirannya dengan menjauhkan korban tersebut dari kebiasaan beribadah. Cara keenam melalui pernikahan beda agama. Cara ini merupakan lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat islam, dengan berpurapura masuk Islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah untuk kafir (murtad).
72
Ketujuh
dengan
mendatangi
rumah-rumah
umat
muslim.
Mereka
menanyakan hal-hal tentang Islam yang tidak dapat dijawab oleh akal. Misalnya bertanya tentang “Dimanakah surga yang dijanjikan oleh Islam”, lalu mereka memberikan brosur tentang “Surganya umat Kristen”. Kedelapan melalui anjuran Gereja mengucapkan “Selamat „Idul Fitri”. Anjuran tersebut dilakukan supaya warga muslim memberi balasan untuk mengucapkan “Selamat Natal” bagi orang-orang Kristen maupun Katholik. Cara yang kesembilan dengan menjebol UU perkawinan. Mereka menolak UU perkawinan yang melarang pasangan beda agama dengan dalih HAM, propaganda KB (Keluarga Berencana). Tujuannya agara umat islam semakin sedikit, sementara umat kristen diharamkan KB. Mendirikan gereja di tengah-tengah komunitas muslim dengan mendatangkan jamaah dari tempat lain. Kesepuluh dengan membuat wadah bersama (Kristen dan Islam). Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat islam dengan dalih yang beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama dan sejenisnya. Cara kesebelas meminta dana kepada kaum kafir. Banyak LSM dan organisasi Islam yang berlindung di bawah ketiak donatur kafir (The Asia Foundation). Ada sekitar 44 (empat puluh empat) LSM dan organisasi Islam yang bekerjasama dengan The Asia Foundation yang melakukan kristenisasi. Bahkan Amerika menyediakan dana yang sangat besar agar pesantren-pesantren di Indonesia diubah kurikulumnya. Cara yang terakhir dengan menyewa tokoh-tokoh cendikiawan dan politikus Islam. Tokoh-tokoh dan politikus Islam disewa untuk mengajar di sekolah
penginjil. Para mahasiswanya diajarkan Islamologi (ilmu tentang Islam) sebanyak 40 sks. Salah satu tujuannya adalah mencari titik lemah Islam kemudian mengajarkannya kepada umat Islam.
73
Sudah sejak dulu, kaum misionaris Kristen menyadari dan merasakan, bagaimana beratnya melaksanakan tugas misinya ke dunia Islam. Tokohtokoh cendekiawan dan politikus Islam yang terkenal pandai disewa untuk melancarkan penyebaran misi kristenisasi melalui pendidikan di perguruan tinggi atau universitas serta melalui politik di negara-negara yang mayoritas beragama Islam. d.
Konversi Agama Konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan dengan
berubah agama atau masuk agama. 1) Pengertian Konversi Agama Konversi agama menurut Jalaluddin (2012 : 379) dibagi menjadi dua yaitu menuurt etimologi dan terminologi. Konversi agama menurut etimologi, berasal dari kata latin “konversio” yang berarti taubat, pindah dan berubah (agama). Dalam bahasa Inggris “conversion” mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama lain (change from one state, or from one religion, to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertaubat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk kedalam agama. Konversi agama menurut terminologi. Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu
sistem
kepercayaan
yang
sebelumnya.
74
berlawanan
dengan
kepercayaan
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempatnya berada. Konversi agama memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri, adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak, perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri, selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa. 2) Inisiasi Inisiasi menurut D. Hendropuspito (1896 : 78) berasal dari kata latin “initiatio” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia “inisiasi” dapat juga diberi arti “masuk agama”. Tetapi kata inisiasi lebih menitikberatkan aspek upacara penerimaan resmi seseorang anggota baru ke dalam suatu kumpulan keagamaan, misalnya orang yang mau masuk agama Katolik hanya diterima dengan upacara pembaptisan, setelah melewati tahap “calon baptis” yang masing-masing dengan upacara tersendiri. Seseorang yang mau masuk agama Islam diterima pada waktu dia mengucapkan syahadat Islam. Begitu pula apabila masuk agama Buddha dan agama lain. 3) Faktor yang Menyebabkan terjadinya Konversi Agama Konversi agama Jalaluddin (2012 : 384-385), menurut Max Heirich disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu, yang
75
pertama para ahli agama atau teologi mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Kedua, para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial, antara lain :pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama, kebiasaan yang rutin, anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, pemimpin keagamaan, perkumpulan yang berdasarkan hobi, kekuasaan pemimpin. Ketiga, para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadi konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor intern (dari dalam diri) yang mempengaruhi konversi agama terdiri dari faktor kepribadian yang memengaruhi kehidupan jiwa seseorang dan faktor pembawaan semacam kecenderungan urutan kelahiran, antara anak sulung, anak bungsu akan berbeda tekanan batinnya dibanding anak yang lahir diantara keduanya. Faktor ekstern konversi agama terdiri dari faktor keluarga karena masalah dalam keluarga menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga konversi agama dipilih sebagai usaha meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya. Kedua faktor lingkungan tempat tinggal dimana orang yang merasa tersingkir dari kehidupan suatu tempat menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung. Ketiga perubahan status yang berlangsung secara mendadak banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama seperti perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan
76
pekerjaan, nikah dengan orang berlainan agama. Dan yang keempat adalah faktor kemiskinan, karena kondisi sosial ekonomi yang sulit menjadi faktor mendorong dan mempengaruhi terjadi konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia lebih baik. Kebutuhan mendesak (sandang dan pangan) dapat mempengaruhi. Keempat, para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama seperti berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah yayasan agama tentu mempunyai tujuan keagamaan pula. 4) Aneka pengaruh sosial Berbagai aktivitas yang berpengaruh atas konversi religius meliputi pengaruh pergaulan antar pribadi, orang diajak masuk kumpulan yang sesuai dengan seleranya oleh seorang teman akrab dan diajak berulang-ulang menghadiri kebaktian keagamaan, selama waktu “mencari pegangan baru” orang mendapat anjuran dari saudara-saudaranya atau teman dekat, sebelum bertaubat orang menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama tertentu. Cara diatas bersifat persuasif, masih perlu ditampilkan pengaruh konversi yang bersifat “koersif” (memaksa), paksaan dapat secara moral atau fisik. Menurut D. Hendropuspito (1896: 82) dalam abad pertengahan tercatat fakta paksaan moral. Ada pepatah berbunyi “cuius regio illius est religio” artinya rakyat yang tinggal di wilayah seorang raja, diwajibkan memeluk agama raja. Cara ekstrim dalam arti “paksaan fisik” bukan kayalan belaka. Terkenal pepatah yang berbunyi “agama (tertentu)itu melebarkan sayapnya
77
dengan pedang”. Peristiwa sedemikian itu terjadi bersamaan dengan peperangan yang dilakukan raja dengan tentaranya menaklukkan penduduk di wilayah baru. 5) Proses Konversi Agama Masalah masuk atau pindah agama menjadi hal yang menarik karena menyangkut perubahan batin yang mendasar dengan orang atau kelompok yang bersangkutan. Pengaruh situasi apakah yang dapat menghancurkan realitas kejiwaan dasar dalam diri seseorang atau kelompok dan kemudian membangun realitas baru? a) Proses Psiko-Sosiologis Konversi Religious Menurut M.T.L Penido yang dikutip H. Carrier, konversi relogius mengandung dua aspek yaitu penobatan batin (endogenos origin) yang timbul dalam diri seseorang oleh karena kesadaran subyek atau kelompok yang bersangkutan dan penobatan lahir (exogenos origin) yang datang dari faktor-faktor luar yang menguasai subyek atau kelompok itu. Kekuatan luar berupa kejadian-kejadian yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Seseorang mengalami proses pertaubatan didorong oleh keinginan untuk mencari komunitas keagamaan yang dianggap sanggup memberikan jawaban yang meredakan batinnya. b) Faktor-faktor Sosiologis Konversi Religius Dalam konversi terdapat pengaruh timbal balik antara kekuatan dalam (batin) dan kekuatan luar, antara faktor-faktor psikologis dan faktor-
78
faktor sosiologis. Proses konversi agama dapat diperumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung bangunan lama dibongkar dan ditempat yang sama didirikan bangunan baru yang berbeda dari bangunan sebelumnya. Kehidupan batin yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianut, maka setelah terjadi konversi agama pola dirinya secara spontan pola lama ditinggalkan. Jalaluddin. (2012 : 388-389) membagi proses konversi agama menjadi beberapa pentahapan dan masa. H. Carrier membagi proses dalam pentahapan karena
terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi
sebagai akibat dari krisis yang dialami, reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru, tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peran yang dituntut oleh ajarannya, timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan penggilan suci petunjuk Tuhan. Dr. Zakiah Daradjat membagi proses konversi agama menjadi beberapa masa. Pertama, masa tenang dimana kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Kedua, masa ketidaktenangan yang berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya, dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan
berdosa
yang
dialaminya,
yang
mengakibatkan
terjadi
kegoncangan batin. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. Ketiga, masa konversi terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin terpenuhi. Disaat ketenangan batin terjadi dilandaskan
79
atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama. Keempat, masa tenang dan tenteram jika pada tahap pertama keredaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Kelima, masa ekspresi konversi sebagai ungkapan dari sikpa menerima terhadap konsep baru dalam ajaran agama yang diyakini, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya tersebut. 6) Kohesi Kelompok Keagamaan Fenomena keagamaan sesudah tahap terakhir proses masuk agama selesai ialah kohesi kelompok keagamaan. Kenyataan yang dapat diamati bahwa anggota-anggota baru suatu agama tinggal setia kepada kelompoknya. Kohesi kelompok dibentuk oleh dua kekuatan yaitu kekuatan intern dan kekuatan ekstern. Hendropuspito (1896: 94) menunjuk empat unsur prinsip dari psikologis kohesi yang hendak diterapkan dalam kohesi keagamaan, yaitu pemahaman atau persepsi anggota-anggota mengenai keadaan mereka yang saling tergantung (interdependensi), motivasi yang sesungguhnya dari keanggotaannya, prestise kelompok, kedudukan kelompok dalam masyarakat. Intensitas kohesi kelompok tergantung juga dari prestise dan kedudukan kelompok itu dalam masyarakat.
80
e.
Kerukunan Beragama dalam Keragaman Agama Menghadapi realitas semacam ini tetap berada dalam tataran toleransi
tingkat tinggi sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur‟an , (Q.S. Al- Kaafiruun 109: 6) berbunyi :
“ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Dengan demikian, masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar tanpa harus memutlakkan ajaran yang diyakininya benar tersebut kepada pihak lain. Masing-masing pihak bertanggung jawab terhadap resiko keyakinannya, dan Tuhanlah yang akan memberikan keputusan terakhir sebagaimana dengan tegas dinyatakan :
25. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang Kami perbuat dan Kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat". 26. Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Saba‟ 34: 25-26) (Siti Nadroh, 2000 : 116) Menurut Siti Nadroh (2000 : 121-122) kenyataan bahwa akar-akar konflik seringkali mewarnai hubungan agama-agama pada dasarnya berhubungan dengan doktrin-doktrin teologi yang eksklusif. Hal ini menyadarkan umat beragama khususnya kaum intelektual masing-masing untuk segera mencari jalan yang dapat membebaskan diri dari hidup penuh ketegangan dan konflik. 81
Setiap orang memiliki kebebasan untuk mewujudkan agama atau kepercayaannya terhadap ajaran-ajaran, praktek, ibadah, dan ketaatan baik secara individu atau dalam komunitas bersama penganut lainnya dalam wilatah pribadi maupun publik. Dalam analisis doa Yahudi yang menginspirasi Yesus ketika mengajarkan Doa Bapa Kami dalam Injil Matius 6 : 9-13, mengajarkan untuk memohon shalom (perdamain, anti kekerasan). Air tidak menghilangkan api dan api tidak melenyapkan air, keduanya berada dalam posisi masing-masing. Melalui kata syamayim, api dan air sebagai dua unsur yang sangat berbeda telah didamaikan, tetap tidak terlebur satu sama lainnya, dan tidak saling meniadakan. Jadi kunci penghadiran shalom di bumi ialah bagaimana kita menciptakan ruang bagi yang lain, tidak saling memaksa, membunuh, atau menghilangkan eksistensi pihak lain. (Siradj, Said Aqiel. 2001 : 44) Menurut penulis, kita tidak berhak memutlakkan agama kita sendiri, karena hanya Allah saja satu-satunya yang mutlak di dunia ini. Tidak seorangpun di muka bumi ini harus tunduk pada paksaan, tekanan, intimidasi, represi yang mengganggu atau menghalangi kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau kepercayaan yang didasarkan atas pilihan masing-masing. Menurut Baidhawy Zakiyudin (2011 : 7-9) negara diharuskan menghargai kebebasan para orang tua dan para wali yang absah secara hukum, untuk memastikan pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai keyakinan- keyakinan mereka sendiri dan harus memberikan perlindungan atas hak-hak setiap anak untuk bebas beragama atau kepercayaan sesuai dengan
82
kemampuan mereka sendiri. Setiap orang tua atau wali diperkenankan untuk memilihkan
dan
menentukan
pendidikan
agama
pada
anak-anaknya,
membesarkan mereka dengan ajaran-ajaran moral menurut keyakinannya, sejauh tidak ada pemaksaan pada mereka untuk menjalankan agama atau kepercayaannya itu melampaui batas maksimal. Keharusan menyampaikan pesan-pesan universal mendorong dua agama besar ini dalam perjalanan sejarah panjangnya terlibat aktif dalam proses mempengaruhi orang lain untuk ikut menjadi pemeluk agamanya. Rentangan sejarah dua agama ini dipenuhi dengan perluasan atau ekspansi wilayah atas nama ekonomi atau politik. Yang pada akhirnya diniatkan atau tidak, secara langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau tersembunyi, dimanfaatkan juga kepentingan perluasan misi agama. Dua agama misionaris ini Islam dan Kristen dalam kenyataannya sering terlibat dalam perebutan kepentingan untuk mempengaruhi orang-orang yang belum maupun sudah beragama dan kepercayaan. Sementara itu, konflik antar agama yang terjadi di Indonesia dapat dihindarkan. Mayoritas orang Indonesia dari semua agama menginginkan kedamaian dan toleransi. Akan tetapi untuk dapat mencapai iklim toleransi yang abadi dan saling menghormati satu sama lain kita harus meningkatkan komunikasi, melalui dialog pada semua level, termasuk pada tingkat akar rumput dan kita harus mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi dan keluhan yang ada pada masing-masing komunitas. Mungkin yang pertama harus kita pelajari kembali adalah bersikap untuk bisa toleran terhadap umat lain. Toleransi dapat
83
diartikan dengan menerima dengan tulus keberadaan yang lain dan komunitas lain sebagai komunitas yang berbeda. (Harmoni, Proceeding Konferensi Regional. 2004 :17) 1) Dimensi Hubungan Kristen Islam Dimensi hubungan Kristen Islam dijelaskan menjadi enam dimensi. Dimensi yang pertama adalah Dimensi Teologis, dalam inti keyakinan ajaran Kristen dan Islam terdapat penegasan-penegasan khusus tentang Tuhan, yang menggambarkan sejumlah kesamaan dasar antara keyakinan mereka. Kedua adalah Dimensi Filosofis. Dimensi filosofis penting dalam hubungan Kristen-Islam, sebagai akibat adanya fakta bahwa kedua komunitas jika perlu menggunakan bahasa manusia untuk mengekspresikan ajarannya, dan diwajibkan menggunakan kata-kata dan konsep yang memiliki implikasi filosofis. Ketiga adalah Dimensi Historis. Sejarah berperan penting dalam mengembangkan hubungan antara Kristen dan Islam. Ketika Islam pertama kali muncul dan mulai membuktikan keberadaan dirinya di luar wilayah Arabia, penganut Kristen yang pertama kali menunjukkan reaksinya berusaha memahami keberadaan Islam dalam konteks sejarah agama yang sudah mereka kenal, yakni sebagaimana tertulis dalam Injil. Keempat adalah Dimensi Sosial. Persamaan-persamaan yang ada dalam Kristen dan Islam sama sekali bukanlah persoalan pokok keduanya dalam lingkup konsep komunitas. Kata Yunani ecclesia pada awalnya berarti perkumpulan atau majlis, sementara kata umma dalam bahasa Arabpun
84
berarti perkumpulan atau majlis, meskipun dalam bahasa Arab berarti ibu. Dengan demikian, baik penganut Kristen maupun Islam tidak dimaksudkan untuk hidup menyendiri. Kelima adalah Dimensi Politik. Aspek politik hubungan Kristen-Islam sampai hari ini masih merupakan masalah yang signifikan, bukan sekedar karena adanya konflik yang berlangsung melibatkan kekuatan militer Amerika Serikat dan Inggris. Perbedaan antara Kristen dan Islam bukanlah berarti terdapat pertentangan yang tidak dapat dihindari antar keduanya. Keenam adalah Dimensi Kultural. Dalam kurun waktu yang panjang terjalinnya interaksi antara Kristen dan Islam kita dapati unsur interaksi kultural di dalamnya, semisal dibidang arsitektur dimana seniman Kristiani memberikan sumbangan keahliannya terhadap beberapa bangunan arsitektur Muslim seperti Kubah Batu di Jerussalam. f.
Pluralisme Latar belakang wacana pluralitas agama menarik untuk dikaji karena
beberapa alasan, yang pertama perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan damai dan perdamaian dalam kehidupan umat manusia. Kedua, wacana agama pluralis, toleran dan inklusif merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran agama itu sendiri. Ketiga, ada kesenjangan yang jauh antara cita-cita ideal agama-agama dan realitas empirik kehidupan umat beragama di tengah masyarakat. Keempat, semakin menguatnya kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi disebagian umat beragama yang pada gilirannya memicu terjadi konflik dan permusuhan yang berlabel agama.
85
Kelima, perlu dicari upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama. Pluralisme menurut Nurcholish Madjid (2001 : 12) dalam The Oxford English Dictionary disebutkan bahwa pluralisme difahami sebagai suatu teori yang menentang kekuasaan negara monolitis dan sebaliknya mendukung desentralisasi, otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan individu dalam masyarakat. 1) Pluralisme dan Toleransi Keberagamaan Terjadinya konflik sosial yang berlindung dibawah bendera agama atau mengatasnamakan kepentingan agama bukan merupakan justifikasi dari doktrin agama, karena semua agama mengajarkan kepada umatnya sikap toleransi dan menghormati sesama. Agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam masyarakat dengan kekuasaan yang dimilikinya. Agama dapat diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustasi sosial, penindasan dan kemiskinan. Setiap agama mengajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau aturan tingkah laku para pemeluknya. Dalam realitas objektif faktor agama menjadi faktor ancaman yang paling serius dalam dinamika kehidupan, kemasyarakatan, terlebih lagi masyarakat yang serba majemuk seperti Indonesia. Konflik dalam skala nasional ternyata banyak bersumber ada masalah yang dikaitkan dengan agama.
86
Pendekatan menurut Nurcholish, Madjid ( 2001 : 128-131) yang dilakukan di masa Orde Baru oleh Depag dalam menangani masalah kerukunan antar umat beragama antara lain pertama melalui pendekatan Pragmatis (security approach) digunakan untuk mengatasi ketegangan antar umat beragama, bersifat reaktif dan hanya berguna dalam jangka pendek. Kedua dengan pendekatan Legalistik, mengandalkan bahwa kerukunan antar umat beragama harus dijalin dengan sejumlah peraturan perundangundangan. Ketiga melalui pendekatan Kultural yang didasari pandangan bahwa dialog merupakan sarana tepat untuk mencari titik temu yang dapat menjadi saling mengerti dan bekerjasama antar umat beragama. Keempat dengan pendekatan Sosio Institusional dilatarbelakangi asumsi bahwa pemuka agama mempunyai otoritas dan kedudukan terhormat dalam struktur komunitas setiap pemeluk agama. Kelima, pendekatan Teologis yang mengandalkan sebuah kerukunan yang bukan karena diatur secara eksternal melainkan karena tumbuh secara otentik dari dalam diri setiap uamt beragama dengan cara penghayatan iman yang bersangkutan dan melalui dinamika hidup bersama antar umat beragama. 2) Kulturalisasi Agama Kulturalisasi agama menurut pendapat Nurcholish Madjid (2001 : 188) ketika agama disampaikan tidak melalui media (budaya) masyarakat, maka akan
memicu
munculnya
ideologisasi
“semu”
terhadap
konsekuensinya masyarakat menyikapi agama secara “buta”.
87
agama,
Agama bukan lagi sebagai ajaran untuk belajar memilih yang tebaik dan mencapai kebenaran abadi, namun telah dijadikan ajaran final yang bertugas menghakimi kenyataan. Masyarakatpun tidak berani untuk memahami agama melebihi dari apa yang ia dengar dan ia baca, otomatis mereka dibuat tidak berdaya untuk membedakan mana yang pure agama (tekstual) dan mana yang bukan (kontekstual). Keberagamaan semacam ini akan melahirkan sikap ekslusif dan merasa paling agamis. B. Telaah Pustaka Telaah pustaka memberikan gambaran atas penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya supaya dapat dijadikan sebagai referensi untuk menemukan persamaan atau perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Rahma, Ayu Nisfatu. Tesis. 2011. UIN Sunan Ampel Surabaya. Judul Studi Kasus Tentang Pengaruh Kegiatan Keagamaan Buddha terhadap Pendidikan Agama Islam Masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika kegiatan keagamaan Buddha dilihat Dinamika kegiatan keagamaan Buddha jika dilihat dari jumlah jemaat yang mengikuti kegiatan keagamaan mengalami pertambahan dari tahun sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari segi kegiatan keagamaan yang diadakan telah mengalami penambahan unsur sosial kemasyarakatan, semula hanya sebatas mengadakan ritual (puja bakti) yang diadakan di dalam vihara, namun sekarang kegiatan keagamaan kemasyarakatan diperbanyak, seperti arakan dan juga kegiatan sosial lainnya seperti pembagian sembako atau pun pengobatan gratis. Adapun dinamika pendidikan agama Islam masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto dilihat dari segi kepercayaan telah didominasi dengan tradisi
88
ke-Islaman. Sedangkan dilihat dari jumlah lembaga pendidikan non formal telah mengalami pertambahan jumlah TPA. Sedangkan pengaruh kegiatan keagamaan Buddha terhadap pendidikan agama Islam masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto adalah berkurangnya dorongan orang tua yang menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan agama dengan baik, dan perpindahan agama bagi warga yang kurang dalam menanamkan pendidikan agama. Listyarini Dyah Wulandari. Skripsi. 2011. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Zending : Kristenisasi di Margorejo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati Tahun 1852-1942. Hasil penelitian sejarah terbentuknya desa Kristen Margorejo berawal dari pekerjaan Doopgezinde Zendingsvereeniging (DZV) yang dipimpin oleh Pieter Janz di kawasan Jepara. Pieter Janz berhasil mengkristenkan beberapa orang kemudian dikumpulan di suatu desa Persil untuk dijauhkan dari pengaruh budaya bumi yang tidak sesuai ajaran Kristen. Keberhasilan mengkristenkan penduduk didukung oleh penyelenggaraan pendidikan oleh zending dan pelaksanaannya terbuka untuk umum dan dengan biaya yang rendah. Aniswatun Hidayah. Skripsi. 2012. STAIN Salatiga. Hambatan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga pada Masyarakat Nelayan di Desa Ujungnegoro Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Hasil penelitian faktor agama, faktor sosial, faktor budaya dan faktor ekonomi menjadi hambatan dalam pendidikan agama Islam pada masyarakat desa Ujungnegoro. Meskipun secara kuantitas bahwa Ujungnegoro adalah desa yang masyarakatnya pemeluk Islam semua, namun untuk tingkat ketaatan terhadap agama masih sangat kurang. Ini karena konsentrasi warga yang harus fokus terhadap pemenuhan kebutuhan materi.
89
Mukti Ali. Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol. VIII. April- Juni 2009. Harmoni. Pluralitas Bukan Sekedar Diversitas: Telaah atas Kondisi Keberagamaan di Amerika. Keberagaman agama (pluralitas agama) sudah menjadi tipologi masyarakat yang mempunyai kesadaran tinggi akan perebedaan. Karena nilai perbedaan bukan berarti harus menghalangi tujuan utama hidup dan sekaligus harus menghilangkan perbedaan dengan menggantinya dengan nilai persamaan. Persamaan atau perbedaan adalah sebuah proses pilihan yang harus berakhir pada nilai kehidupan yang di dalamnya terdapat nilai kesejahteraan, ketenangan, kedamaian, serta keamanan bagi setiap diri dan individu masyarakat. Amerika dengan berbagai penilaian yang prejudis–baik itu skuler, kapitalis, bahkan ateis- menyimpan dimensi yang sangat berharga guna membentuk dan menumbuhkan harmonisasi kehidupan, toleran, dialogis, bahkan lebih dari itu, mereka mampu berperan aktif dalam menjaga nilai-nilai agama. Baik agama yang dianutnya maupun yang dianut oleh orang lain. Jadi di Amerika pluralisme agama bukan sekedar fakta historis dan politis semata ; di dalam pemikiran orang Amerika, ini merupakan syarat utama dari berbagai hal, sebuah aspek yang esensial dalam cara hidup Amerika, dan oleh karena itu dengan sendirinya merupakan aspek dari keyakinan keagamaan. Analisis mengenai kehidupan beragama di Amerika berlanjut setelah tahun 1965 membawa serta tradisi keagamaan yang beraneka ragam, yaitu Hindu, Muslim, Budha, Sikh, Jain, dan Zoroaster. Mereka juga membawa perspektif mereka sendiri mengenai masyarakat Amerika, dan lama kelamaan citra Amerika menjadi masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok keagamaan (pluralisme agama)
90
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab III ini penulis sajikan paparan data berdasarkan temuan penelitian gambaran umum kelurahan Salatiga berupa letak geografis serta kondisi masyarakatnya dan latar belakang wilayah penelitian sebagai kawasan masyarakat pluralitas antara lain lokasi dan kondisi alamnya, kegamaan masyarakat, aktivitas masyarakat, potensi ekonomi, pendidikan masyarakat. Serta data tentang pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat. A. Gambaran Umum Kelurahan Salatiga Gambaran umum kelurahan Salatiga dijelaskan berupa letak geografis serta kondisi masyarakatnya yang dikelompokkan berdasarkan agama, pendidikan, dan pekerjaan. 1. Letak Geografis Kota Salatiga merupakan suatu wilayah yang secara morfologis berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil lainnya. Secara astronomi terletak antara 007.17‟ dan 00.17‟.23” Lintang Selatan dan antara 110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64” Bujur Timur. Sebagai dataran tinggi Kota Salatiga terletak di ketinggian antara ± 1500 meter di atas permukaan laut. Kelurahan Salatiga terletak di Kecamatan Sidorejo seluas 202 Ha, dengan jumlah penduduk 15.904 orang terdiri dari 7.797 penduduk laki-laki dan 8.107 penduduk perempuan yang tersebar di 80 RT dan 12 RW. Kondisi cuaca dan iklim Kelurahan Salatiga termasuk sejuk sehingga membuat banyak pendatang nyaman tinggal di wilayah tersebut. Selain itu infrastruktur jalan di wilayah Kelurahan Salatiga cukup
91
baik, karena dekat dengan jalan raya dan akses angkutan umumpun sangat mudah diperoleh. Kelurahan Salatiga terdapat beberapa lembaga pendidikan mulai dari Pendidikan Usia Dini hingga Perguruan Tinggi yaitu UKSW serta pabrik-pabrik yang membuat banyak masyarakat berlomba-lomba membuat wirausaha baik di pinggiran jalan raya maupun di dalam perkampungan. 2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Salatiga Adapun keadaan penduduk Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dapat dilihat dari data Laporan Monografi Kelurahan Salatiga bulan Februari tahun 2015 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Salatiga beragama Islam dengan jumlah 11.050 jiwa. Agama Kristen menempati urutan kedua dengan jumlah 3.222 jiwa dan Katholik diurutan ketiga berjumlah 1.539 jiwa. Sedangkan menurut data pendidikan masyarakat kelurahan Salatiga menunjukkan jumlah penduduk 15.904 hanya 2.596 yang menempuh pendidikan di atas SLTA. Jumlah penduduk terbanyak adalah lulusan SLTA yaitu 5120 jiwa. Mayoritas penduduk Kelurahan Salatiga adalah pelajar atau mahasiswa dengan jumlah 3.171 jiwa. Pekerjaan sebagai karyawan swasta menempati urutan kedua yaitu 2.936 dan urutan ketiga dengan jumlah 2.777 adalah penduduk yang belum atau tidak bekerja. Adapun penduduk yang bekerja sebagai pendeta, pastor dan biarawati jumlahnya cukup banyak yaitu 38 jiwa.
92
B. Latar Belakang Wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai Kawasan Masyarakat Pluralitas Berdirinya Universitas terbesar di Salatiga memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Banyaknya warga pendatang yang ingin melakukan studi di Universitas Kristen Satya Wacana atau para pendatang yang bekerja di Universitas tersebut membuat warga masyarakat domisili memutar otak untuk memanfaatkan kondisi yang ada demi meningkatkan mutu kehidupan masyarakat terutama dibidang perekonomian. Masyarakat yang memiliki lahan kosong berbondong-bondong membangun tempat usaha yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah seperti warung bahan pokok, toko pakaian, rumah makan, rental motor atau mobil, jasa percetakan dan fotocopy, kontrakan, tempat kost, counter pulsa, bengkel, salon, jasa loundry bahkan minimarket banyak didirikan di sekitar Universitas tersebut. Dari beberapa usaha tersebut yang paling banyak diminati oleh para pendatang atau pembeli tanah adalah membuat tempat kost untuk para mahasiswa/mahasiswi UKSW. Karena menurut mereka usaha tersebut tidak perlu kerja yang menyita banyak waktu. Apabila mempunyai modal untuk membeli tanah dan membangun bangunan tempat kost sudah dapat menghasilkan uang tanpa harus menyita banyak waktu seperti berjualan atau kerja yang lain. Seperti tutur salah satu pemilik tempat kost di sekitar UKSW berikut ini : “usaha kost-kostan itu paling gampang mbak, asal kita punya modal banyak untuk membeli tanah di daerah sini lalu membangun tempat itu ya sudah mbak, uang akan mengalir sendiri tanpa harus kita repot-repot menghabiskan waktu, tidak susah-susah, capek seperti usaha yang lain seperti berdagang, membuat rumah makan dan lain-lain. Seperti saya ini kan tidak domisili di sini, kita yang punya kost-kostan cukup sebulan sekali menengok tempat kost
93
hanya untuk sekedar melihat-lihat kondisi dan menerima uang bulanan. Untuk hal yang lain kan kita bisa pasrah sama orang sini yang bisa kita percaya, seperti kebersihan, keamanan, dan lain-lain.” Semakin banyak kesempatan usaha yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar Universitas ini membuat harga tanah melonjak drastis. Karena banyak orang luar kota yang berminat ingin memiliki tanah di lingkungan sekitar Universitas untuk investasi usaha jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut masyarakat di lingkungan sekitar Universitas harga tanahpun bisa melebihi harga tanah di wilayah Salatiga yang lainnya. Untuk tanah di lingkungan Kemiri, Somopuro, dan Cungkup harga tanah kisaran 1.000.000 – 2.000.000 / meter. Adanya usaha tempat kost bagi mahasiswa/mahasiswi UKSW memberi dampak bagi masyarakat di sekitarnya. Dampak positif yang dirasakan masyarakat yakni merasa terbantu perekonomian mereka dari adanya pemakai tempat kost atau sering disebut “anak kost”, yaitu dengan berbagai usaha seperti jasa loundry, jasa kebersihan, rumah makan, warung-warung, maupun usaha kecil lainnya. Namun terdapat juga dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar, seperti gaya hidup anak kost yang kebanyakan berasal dari luar Jawa (Ambon, Papua, Sulawesi, Kalimantan, Flores, NTT, NTB dan lain sebagainya) yang memiliki banyak perbedaan dari gaya hidup masyarakat yang tinggal di Jawa. Hal itu yang membuat banyak masyarakat khawatir terutama bagi mereka yang memiliki anak kecil atau remaja yang masih rentan akan budaya luar yang masuk di dalam kehidupannya, seperti gaya pakaian yang di luar kesopanan, memakai obat-obatan terlarang, pergaulan bebas (free sex), suka minum minuman keras dan gaya hidup lain yang jauh dari norma agama.
94
Sebagai contoh nyata beberapa tempat kost putra di lingkungan UKSW sering menjadi buruan polisi karena kasus narkoba dan ternyata pemakai tersebut adalah orang luar Jawa. Banyak pula tempat kost di lingkungan UKSW yang belum memiliki tingkat keamanan yang memadai, seperti belum adanya pembatas antara kost putra dengan kost putri, belum adanya aparat keamanan khusus untuk mengawasi tempat kost tersebut sehingga sering terjadi tindakan kriminal serta pergaulan bebas (free sex) terutama di tempat kost putri. Lebih memprihatikan lagi, gaya hidup anak kost (luar Jawa) pesta minuman keras menurut mereka adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat di tempat mereka tinggal dan sudah menjadi adat istiadat setempat. Toleransi antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat memang seharusnya ditanamkan, supaya hal-hal tersebut tidak terjadi oleh para generasi muda. Pelemahan ilmu keagamaan menjadi faktor penting terjadinya asimilasi budaya yang berdampak negatif bagi generasi penerus. Apabila adat atau hukum agama
setempat lebih tegas, maka
budaya luar tidak akan semudah itu masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan bukan menjadi hal yang penting bagi masyarakat di sekitar Universitas, terutama pendidikan agama. Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tanpa mampu menyeimbangkan dengan kebutuhan akhirat. Pendidikan akademik umum lebih banyak dipilih oleh masyarakat daripada pendidikan khusus keagamaan, karena menurut mereka pendidikan akademik umumlah yang nantinya dapat menjamin masa depan anak-anak mereka. Masyarakatpun tidak banyak peduli terhadap kegiatan keagamaan terutama kegiatan agama Islam seperti pengajian, TPQ dan kegiatan lain yang dapat menambah ilmu
95
keagamaan umat muslim. Hanya generasi tualah yang mau melaksanakan kegiatan seperti pengajian tersebut, karena menurut mereka usia diatas 40 tahun adalah saat dimana mereka harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Di lingkungan sekitar UKSW masih berjalan beberapa kegiatan pengajian oleh masyarakat muslim meskipun semakin hari semakin berkurang jamaah pengajiannya. Ada beberapa hari khusus diadakan pengajian rutin oleh masyarakat muslim generasi tua di lingkungan Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup. Sebagai contoh, setiap malam Sabtu diadakan pengajian yasinan di Mushola Al-Mau‟idhoh, setiap Rabu wage diadakan “pidaan” di Masjid Ath-Thohiriyyah, setiap malam Jum‟at Kliwon diadakan pengajian di Madjid Al-Huda, setiap malam Kamis diadakan jamaah Qur‟anan di RW 08, dan rutin setiap malam Jum‟at diadakan Yasinan bapak-bapak dan ibu-ibu di kampung masing-masing. Namun tidak banyak yang berminat mengikuti jamaah pengajian terutama generasi remaja muslim. Tidak jauh berbeda dengan TPQ yang ada di lingkungan UKSW. Beberapa tahun yang lalu di lingkungan Kemiri masih ada 3 TPQ ditiap Masjid dan Mushola. Di Domas dan Somopuro ada 2 TPQ di Masjid Ath-Thohiriyyah dan Mushola AlMau‟idhoh. Di Cungkup terdapat 1 TPQ di Masjid Al-Huda. Namun diantara empat kampung tersebut kini hanya 3 TPQ yang masih berjalan yaitu TPQ Masjid AlHikmah Kemiri dengan santri ± 15 orang, TPQ Masjid Al-Huda dengan santri ± 7 orang dan TPQ Mushola Al-Ikhlas dengan santri ± 5 orang. Sedangkan TPQ yang lain tidak berjalan karena banyak santri yang tidak berangkat ngaji karena jadwal TPQ bertepatan dengan jadwal “Les” pelajaran umum sekolah yang di jadwal dari pukul 15.00 hingga pukul 18.00 WIB. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah para
96
pejuang pendidikan Islam di lingkungan UKSW. Pemikiran masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan akademik umum daripada pendidikan keagamaan, serta adanya bimbel (bimbingan belajar) yang mengadakan proses pendidikan pada waktuwaktu luang anak-anak yaitu sejak pukul 13.00 sampai 19.00 WIB yang secara otomatis menyita waktu anak untuk melaksanakan sholat berjamaah di Masjid atau Mushola dan juga pendidikan keagamaan seperti TPQ. Waktu anak-anak terkuras habis untuk pendidikan umum, dan kurang adanya perhatian dari orang tua untuk mengajak anak melakukan sholat berjamaah. Dari pagi sekolah hingga pulang malam, waktu anak hanya untuk belajar pendidikan umum. Apabila ingin diberi pendidikan agama selalu ada alasan bahwa anak besok ulangan dan harus les atau bimbel dan mengesampingkan pendidikan agama. Setiap selesai waktu sholat Maghrib anak-anak tidak ada waktu untuk belajar membaca Al-Qur‟an karena waktunya mereka belajar malam dan istirahat karena merasa sudah lelah belajar, begitulah seterusnya. 1. Lokasi dan Kondisi Alam Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas merupakan perkampungan di Kelurahan Salatiga yang terletak di RW 08, 09, dan 11 dengan jumlah penduduk pendatang terbanyak. Perkampungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas adalah wilayah terdekat dari kawasan Yayasan terbesar Nasrani di Salatiga yaitu YPTKSW (Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana) meliputi PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana). Udara Kota Salatiga dikenal sejuk karena secara geografis kota ini terletak di kaki Gunung Merbabu. Curah hujan tertinggi tercatat sebesar 450 mm pada bulan
97
Januari dan hari hujan terbanyak tercatat sebesar 19 pada bulan Januari dan Desember. Rata-rata curah hujan Kota Salatiga sebesar 16 mm/hari. Kondisi alam seperti inilah mengakibatkan banyak pendatang dari luar Jawa seperti Ambon (Maluku), Papua, Sulawesi, Flores, NTT dan wilayah lainnya memilih untuk menempuh pendidikan dan bekerja di YPTKSW dan bertempat tinggal di KemiriSomopuro. Penduduk pendatang adalah mereka yang berprofesi sebagai tokoh agama non-muslim yang membeli tanah bahkan rumah di wilayah perkampungan Kemiri-Somopuro. Mahasiswa UKSW kebanyakan adalah mahasiswa luar Jawa yang memperoleh beasiswa dari Yayasan Nasrani atau pemerintahan di tempat asal mereka dan bertempat tinggal di Kemiri-Somopuro baik kontrak maupun kost. 2. Keagamaan Masyarakat Masyarakat asli Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas dulunya mayoritas beragama Islam dan masih banyak para kyai yang memperjuangkan menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.
Namun beberapa tahun setelah berdirinya
UKSW, para tokoh agama Islam banyak yang meninggal dan pendatang baru berdatangan, kaum Muslim yang bertempat tinggal di Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas banyak yang berpindah keyakinan masuk agama Kristen dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan ikut agama suami / istri, seperti yang diungkapkan salah satu informan yaitu Sdr. Anto. “Kalau daerah Kemiri dan Somopuro warganya yang pindah haluan dari Islam banyak, tapi paling banyak di daerah Kemiri. Bahkan yang anak pondokan, aktif dibidang keagamaan remaja, dari keluarga yang Islamnya kuat saja bisa ikut agama istrinya apalagi yang sama sekali tidak ada dasar ilmu agamanya?” (Wawancara dengan Sdr. Anto, 04 September 2015 pukul 22. 15)
98
Adapula yang pindah agama karena tuntutan pekerjaan seperti yang dialami oleh Bp. Muhammad Arifin sewaktu bekerja menjadi petugas keamanan (satpam) UKSW yang kini mengundurkan diri dari karyawan UKSW karena tidak memperoleh hak-haknya dalam beribadah. “Awal mula saya merasa tidak nyaman itu ketika saya diberi sift kerja di waktu-waktu ibadah. Saat itu saya kerja hari Jum‟at, dulu ada perjanjian boleh melaksanakan ibadah. Namun waktu saya ijin mau melaksanakan sholat Jum‟at malah tidak boleh dan saya dipanggil pimpinan diberi peringatan. Peraturan karyawan dulu dan sekarang sudah beda, kalau yang sekarang karyawan UKSW wajib menyertakan surat pembaptisan. Temanteman saya yang masih bekerja di sana saja jadi abu-abu. Maksudnya abu-abu itu agamanya tidak jelas. Mereka itu sebenarnya Islam, tapi di KTP ditulis Kristen. Banyak juga yang mau pindah Kristen karena takut kehilangan pekerjaan, ya... karena memang itu syarat utamanya kalau mau kerja di sana. “ (Wawancara dengan Bp. Muhammad Arifin, 07 Maret 2015 pukul 19:51) Adapun yang meninggalkan agama Islam karena himpitan ekonomi dan rasa berhutang budi atas bantuan yang diberikan tokoh Nasrani kepada orang tersebut berupa modal usaha, bangunan, kendaraan, pendidikan dan masih banyak lagi. Pendidikan keagamaan masyarakat Kemiri-Somopuro kurang mendukung, terutama bagi generasi muda. Para orang tua sekarang lebih memilih memberikan pendidikan formal kepada anaknya di sekolah yang beryayasan Nasrani daripada sekolah yang beryayasan Islam, dengan alasan mutu pendidikan yang diperoleh, lebih terjangkau, beasiswa. 3. Aktivitas Masyarakat Masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas rata-rata bekerja sebagai karyawan swasta maupun buruh pabrik. Masyarakat aslipun banyak yang pindah ke luar kota karena rumah tempat tinggalnya dijadikan usaha baik dikontrakkan, kost mahasiswa, maupaun disewakan sebagai tempat usaha. Keadaan itulah yang
99
membuat banyak pendatang dari luar Jawa berbondong-bondong menempati wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas untuk menempuh pendidikan maupun membuat wirausaha. Kedatangan mereka memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, namun juga berdampak negatif bagi keagamaan dan adat istiadat masyarakat. Sebagai contoh kecil adalah adanya mahasiswa luar Jawa yang kost di wilayah tersebut memberi dampak negatif bagi perkembangan pendidikan serta adat istiadat masyarakat yang terpengaruh dari gaya hidup mereka yang kebaratan. Aktifitas keagamaan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas saat ini butuh perhatian. Masjid dan Mushola kini sepi jamaah yang menunaikan ibadah. Mereka lebih mempentingkan pekerjaannya tanpa memperdulikan kewajibannya dalam menjalankan ibadah seperti sholat. Ada pula warga muslim yang memelihara anjing di rumahnya. Pendidikan kegamaan anak-anak seperti TPApun sudah tidak banyak peminatnya. Mereka lebih memilih berangkat privat mata pelajaran formal di tempat bimbingan belajar yang didirikan oleh mahasiswa UKSW dari pada belajar ilmu agama di TPA. 4. Potensi Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan adanya sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Potensi ekonomi masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sangat menjanjikan, karena berada di lingkungan Perguruan Tinggi terbesar di Salatiga yaitu Universitas Kristen Satya Wacana, Lembaga Pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini
100
sampai tingkatan Sekolah Menengah Atas, Pabrik-pabrik besar maupun usaha rumahan yang membuat banyak masyarakat luar wilayah berdatangan ke Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup untuk menempuh pendidikan, kerja bahkan membuka wirausaha. Kondisi tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal maupun pendatang, sehingga banyak warga yang berlomba-lomba membuka usaha demi mendapatkan pundi-pundi rupiah yang lebih banyak dari pada tahun-tahun sebelumnya.
Para warga memanfaatkan kondisi tersebut dengan membuka
wirausaha seperti menyediakan tempat kost mahasiswa maupun pabrik, membuka laundry pakaian, warung makan, toko pakaian, minimarket, bengkel, tambal ban, counter pulsa, salon, jasa rental pengetikan dan foto copy, rental sepeda motor dan mobil, dan usaha lain yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal tersebut membuat warga lebih mementingkan mencari pundi-pundi rupiah, hingga tidak sedikit yang melupakan kewajibannya menunaikan ibadah seperti sholat fardhu, puasa Ramadhan, bahkan silaturahmi bersama warga yang lain. 5. Pendidikan Masyarakat Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya serta kualitas intelektual masyarakatnya, salah satu bentuk usaha dalam pengembangan sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagian besar adalah lulusan SMA sederajat. Masyarakat lebih memilih kerja menjadi karyawan swasta setelah selesai menempuh pendidikan.
101
Pendidikan kegamaan masyarakat saat ini bisa dikatakan memprihatinkan. Banyak masyarakat yang kurang memperdulikan pentingnya pendidikan agama Islam, terutama para pemuda. Kewajiban menunaikan ibadahpun sudah tidak dihiraukan. Para orang tua kebanyakan lebih memilih melanjutkan pendidikan anak-anaknya di sekolah swasta beryayasan non-Muslim daripada sekolah swasta Islam atau sekolah negeri. Masyarakat memilih melanjutkan pendidikan anakanaknya karena biaya pendidikan yang terjangkau, mutu pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah negeri bertaraf nasional,
materi pendidikan yang tidak
memberatkan anak didik, serta adanya beasiswa atau bantuan pendidikan yang dijanjikan oleh pihak sekolah non-Muslim. Pendidikan kegaamaan non formal seperti Tempat Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) atau Madrasah Diniyah kini sedikit peminatnya. Para orang tua lebih memilih memberikan pendidikan non formal materi umum seperti bimbingan belajar di sore atau malam hari daripada memberikan pendidikan non formal berupa pendidikan keagamaan seperti TPA dan sejenisnya. Lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas menjadi tempat pilihan didirikannya lembaga pendidikan karena letaknya yang strategis. Lembaga pendidikan yang berada di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas ada 17 sekolah, mulai dari tingkatan usia dini hingga perguruan tinggi. C. Data tentang Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana Terhadap Kualitas Pemahaman Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat Semenjak didirikannya Universitas Kristen Satya Wacana pada tahun 1956, kualitas pendidikan Agama Islam pada masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan
102
Domas mulai mengalami penurunan. Kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin, pondok pesantren, kegiatan meramaikan masjid serta kegiatan keagamaan yang lain dari tahun ke tahun mengalami penurunan jamaah dari masyarakat sekitar Universitas Kristen Satya Wacana. Seiring perkembangan jaman, masyarakat kini seakan-akan menganggap pendidikan Agama Islam pada keluarga dan masyarakat kurang begitu penting bahkan banyak yang menghiraukan akan pentingnya pendidikan kegamaan tersebut baik dalam diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Bagi masyarakat saat ini yang terpenting adalah pendidikan formal akademik karena lebih dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, supaya dapat meningkatkan interaksi sosial masyarakat dan perekonomian keluarga. Hanya untuk mengejar kebutuhan duniawi banyak masyarakat yang lupa akan hak dan kewajibannya sebagai pemeluk agama terutama agama Islam. Masyarakat lokal sedikit demi sedikit meninggalkan tempat kelahirannya dengan memanfaatkan sebagai lahan usaha bagi para pendatang yang berasal dari luar Jawa. Memanfaatkan adanya lembaga pendidikan yang terletak di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai proyek perbaikan perekonomian masyarakat. Masjid kini tidak seramai dahulu. Masjid dibangun megah namun jamaah sholatnya sama sekali tidak bertambah bahkan mengalami penyusutan. Ketika panggilan sholat datang masyarakatpun seakan-akan tidak mendengarnya. Mereka lebih semangat mencari pundi-pundi rupiah daripada sholat berjamaah di Mushola maupun Masjid. Pendidikan Agama Islam dalam keluarga sudah mulai tidak dihiraukan. Buktinya masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas banyak
103
sekali yang memilih melanjutkan pendidikan anak-anaknya di sekolah yayasan nonMuslim. Alasannya adalah biaya pendidikan yang terjangkau dan tersedianya beasiswa apabila sekolah di yayasan tersebut. Pelemahan keimanan umat muslim melalui pendidikan adalah cara termudah bagi mereka yang mempunyai perekonomian menengah ke bawah. Lapangan pekerjaanpun tak luput dari sasaran. Mereka yang pengangguran diberikan bantuan berupa modal usaha yang tidak terbatas atau diberi pekerjaan yang dapat membuat pekerja tersebut lupa akan kewajiban ibadahnya sebagai umat muslim. Salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para pemuda Somopuro Kidul adalah merawat beberapa ekor anjing milik seorang pendeta yang berada di daerah tersebut dengan upah tiap bulannya. Pekerjaan tersebut sekilas mudah, namun dampak yang terjadi adalah pemuda tersebut akan menghabiskan waktunya untuk merawat anjing sehingga membuatnya lupa akan kewajibannya melakukan sholat lima waktu. Setiap harinya pemuda tersebut akan berhadapan dengan najis mugholladzoh (besar) yang akhirnya akan membuatnya malas apabila harus membersihkan najis tersebut sesuai ajaran dalam Islam. Interaksi sosial masyarakat menjadi langkah yang tidak mudah dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Gejala-gejala pelemahan keimanan umat muslim banyak dimasukkan dalam kegiatan sosial masyarakat seperti PKK, Dasawisma dengan membuat acara tersebut sejak sore hingga waktu maghribpun habis. Memberikan bantuan tidak terbatas bagi masyarakat dewasa maupun anak-anak. Kaum remajapun menjadi sasaran dengan cara pacarisasi dan hamilisasi hingga akhirnya terjadi pernikahan beda agama yang membuat salah satu pihak harus
104
mengikuti agama pasangannya. Gejala-gejala pelemahan keimanan umat Muslim sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, namun tidak banyak masyarakat yang menyadari akan akibat yang akan diperoleh apabila hal tersebut tetap dibiarkan berkembang biak di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas. Hal tersebut dikarenakan minimnya kualitas pendidikan Agama Islam pada keluarga dan masyarakat. D. Profil Informan Untuk mengetahui kondisi dan kualitas pendidikan agama Islam masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas maka penulis melakukan wawancara secara langsung dengan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas baik beragama Islam maupun non-Islam di sekitar lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana. Ada beberapa informan yang berkenan memberikan keterangannya terhadap pengaruh lembaga pendidikan Kristen terhadap kualitas keagamaan masyarakat adalah sebagai berikut : Informan 1 : Elmo Baskoro ( 14 tahun) Elmo Baskoro adalah seorang pelajar SMP Katholik Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII. Elmo merupakan anak tunggal dari ibu Yuyun yang bertempat tinggal di Jl. Kemiri Raya no. 32 B (belakang UKSW) yang lahir di Salatiga pada 21 Maret 2001. Dia tumbuh dalam keluarga mu‟alaf, sedangkan saudara-saudara dari ibunya beragama Kristen dan Katholik. Sejak kecil dia tidak pernah dikenalkan dengan ajaran agama Islam oleh orang tuanya. Pilihan pendidikanpun menjadi tidak terarah, sehingga Elmo memilih sekolah di Yayasan non-Muslim daripada sekolah negeri. Lingkungan tempat dia tinggal adalah mayoritas Nasrani karena berada di belakang
105
Universitas Kristen Satya Wacana dan kebanyakan adalah warga pendatang dan mahasiswa. Informan 2 : Bu Agus Salim ( 67 tahun ) Bu Agus S. adalah seorang janda yang lahir di Solo, 8 Desember 1947, tinggal di belakang UKSW, Kemiri Raya. Beliau mempunyai 4 orang putri yang 3 diantaranya sudah berkeluarga. Sejak kecil beliau hidup di lingkungan keluarga Kristen dan Katholik. Diantara beberapa saudaranya bu Agus adalah satu-satunya yang pindah ke agama Islam karena mengikuti suaminya yang beragama Islam. Pada saat menikah bersama suaminya, beliau masih beragama Kristen hingga memiliki 2 orang putri. Lambat laun beliau merasa kurang nyaman dengan perbedaan yang ada di dalam rumah tangganya, kemudian beliau memutuskan untuk menganut agama Islam. Dulu memang tidak ada masalah dengan keluarganya yang non-Muslim. Namun kini beliau merasa kehadirannya sudah tidak dianggap di dalam keluarga besarnya. Bahkan di lingkungan masyarakat tempat beliau tinggal juga merasa tidak diperhatikan oleh tetangga Muslim karena faktor kecemburuan sosial. Lingkungan tempat tinggal beliau adalah mayoritas beragama Kristen dan Katholik. Banyak para pendatang dari luar Jawa yang berdomisili di tempat tersebut untuk bekerja atau menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. Beliau belajar agama Islam bersama KH. Fathoni (alm.) dan H. „Ali (alm.) dalam kegiatan pengajian mingguan. Namun sekarang belum ada pengganti beliau tokoh agama masyarakat setelah para tokoh tersebut meninggal dunia.
106
Informan 3 : Setyo Afandi (24 tahun ) Setyo Afandi adalah seorang mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Fakultas Teknik Informatika tahun 2010 hingga sekarang. Afandi lahir di Salatiga tanggal 8 Maret 1991, bertempat tinggal di Somopuro Lor Rt 02 Rw 08 Salatiga. Afandi adalah anak terakhir dari 4 bersaudara bapak Slamet Djumadi yang bekerja sebagai perajin kursi rotan. Afandi dididik dari keluarga muslim dan berada di lingkungan yang mayoritas beragama Islam. Dari tiga saudaranya hanya dia yang dapat mendapat kesempatan menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Saudara-saudaranya hanya dapat menempuh pendidikan hingga SMK dan sekarang bekerja menjadi pegawai pabrik dan pengasuh panti asuhan. Afandi memilih melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana karena perguruan tinggi tersebut sudah terkenal dengan mutu pendidikannya yang tinggi di kota Salatiga. Menurut dia ilmu umum lebih penting karena banyak dibutuhkan dalam dunia kerja nyata, sedangkan pendidikan agama adalah pilihan individu masyarakat yang menjalaninya. Informan 4 : Muhammad Arifin ( 37 tahun ) Muhammad Arifin adalah karyawan swasta penjaga keamanan SMP Al-Azhar Salatiga, lahir di Salatiga pada tanggal 11 Agustus 1978, bertempat tinggal di Somopuro Lor. Bapak Arifin mempunyai dua orang putra bernama Bintang dan Abu yang masing-masing adalah pelajar SD kelas 6 dan TK. Bapak Arifin dididik oleh keluarga muslim yang kuat dan berada di lingkungan mayoritas beragama Islam. Sebelumnya bapak Arifin bekerja menjadi penjaga keamanan (Satpam) di Universitas Kristen Satya Wacana bersama saudara-sudaranya karena perjanjian
107
“tukar guling” (jual beli tanah) antara Almh. Mbah Muslimah (nenek bapak Arifin) bersama pihak pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana beberapa waktu silam. Perjanjian tersebut menghasilkan kesepakatan apabila Universitas tersebut berdiri maka beberapa pewaris tanah Mbah Muslimah akan ditempatkan menjadi karyawan Universitas Kristen Satya Wacana tanpa ujian atau tes kepegawaian. Awal beliau kerja di tempat tersebut masih merasa nyaman, hingga tahun lalu beliau mengundurkan diri menjadi karyawan Universitas Kristen Satya Wacana karena sudah tidak mendapatkan hak-haknya dalam menjalankan ibadah sesuai agamanya. Informan 5 : KH. Muhammad Haris ( 60 tahun ) KH. Muhammad Haris adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di Domas. Beliau memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Istri beliau dulunya adalah seorang Nasrani yang kemudian beralih menjadi agama Islam setelah menikah bersama bapak KH. Muhammad Haris. Beliau termasuk tokoh agama yang aktif menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Domas, Somopuro, Cungkup melalui jamaah pengajian mingguan ibu-ibu dan bapak-bapak. Beliau termasuk orang yang disegani masyarakat karena keterbukaan beliau menerima siapa saja yang mau belajar agama baik fenomena yang terjadi di masyarakat maupun belajar kitab tanpa pandang usia. Hal yang menurut beliau perlu diperhatikan adalah generasi muda yang sudah mulai lupa dan tidak peduli dengan ajaran agama Islam karena pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Jamaah pengajian yang beliau pimpin rata-rata adalah para bapak dan ibu yang usianya lebih dari 40 tahun. Sedangkan kegiatan kagamaan anak-anak atau remaja sudah tidak lagi berjalan seperti dulu.
108
Informan 6 : Ustadz Danuri ( 63 tahun ) Ustadz Danuri adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di Kemiri dan mempunyai seorang putri. Ustadz Danuri termasuk aktifis keagamaan di Salatiga yang pernah ikut serta membuat gerakan 25 Desember di Salatiga sebagai perwujudan protes terhadap kebijakan kaum Nasrani yang tidak memperbolehkan masjid Darul Amal mengumandangkan adzan disetiap tanggal 25 Desember (Misa Natal). Beliau juga termasuk orang yang gigih dalam memperjuangkan agama Islam di tempat beliau tinggal. Disaat lingkungan Kemiri dipadati para pendatang nonMuslim beliau berusaha untuk memegang masyarakat satu RT supaya tidak mudah terpengaruh dengan budaya yang dibawa oleh para pendatang. Awal mula beliau membangun Mushola kecil di depan tempat tinggalnya dengan harapan masyarakat di sekitarnya mau sholat berjamaah di Mushola. Hingga banyak yang peduli terhadap perjuangan beliau dan kini Mushola tersebut dapat dibangun menjadi Masjid. Beliau mulai mengajak anak-anak kecil untuk belajar alQur‟an di Masjid setiap sore hari. Memang tidak mudah untuk mengajak masyarakat mau beribadah bersama di Masjid. Karena faktor dari luar juga sangat berpengaruh. Namun perjuangan beliau membuahkan hasil, kini beliau mempunyai banyak santri bahkan dari luar lingkungannya. Aktifitas keagamaan yang beliau perjuangkan memang belum menyeluruh, hanya sebatas lingkup tempat tinggal beliau (RT). Sedangkan lingkungan luar tempat tinggal beliau yang masih dalam wilayah Kemiri banyak yang berpindah agama dari Islam menjadi Kristen.
109
Informan 7 : Oma Rita ( 57 tahun ) Oma Rita adalah seorang pendatang dari Manado yang bertempat tinggal di Somopuro sejak 2 tahun yang lalu. Beliau mempunyai 2 orang anak yang berbeda agama Kristen dan Islam. Keluarga beliau merupakan tokoh agama Nasrani di Manado. Oma Rita hidup di Salatiga bersama cucunya yang sekolah di SMA Kristen Satya Wacana. Beliau merasa nyaman hidup di Somopuro karena mudah dekat dengan warga-warganya. Oma Rita sering main ke rumah tetangga-tetangganya satu RT sekedar berbagi cerita atau memberi hasil masakannya. Beliau juga rajin pergi ke Gereja bersama cucunya. Informan 8 : Anto ( 32 tahun) Anto adalah seorang pegawai kebun SMK N 2 Salatiga sudah 5 tahun bekerja. Anto merupakan anak ke lima dari delapan bersaudara. Dibesarkan oleh keluarga muslim di Somopuro Lor. Beliau termasuk orang yang mudah bersosialisasi dan haus akan ilmu agama. Anto sangat senang apabila ada diskusi tentang beda agama, karena keluarga besar dari ibunya adalah beragama Kristen dan Katholik, sehingga sedikit banyak beliau tahu tentang ajaran Kristen dan Katholik. Beliau sering bertukar pikiran dengan tokoh agama Kristen maupun Katholik seperti pendeta, biarawati, pastor dan masyarakat non-Muslim lainnya. Beliau merupakan saksi terjadinya gejala kristenisasi di lingkungan Kemiri dan Somopuro, karena beliau juga pernah dekat dengan pendeta yang melakukan hal tersebut. Bahkan anggota keluarganyapun juga pernah mendapat tawaran oleh pendeta tersebut dengan memberi bantuan pendidikan maupun modal usaha.
110
Anto merupakan pemuda yang aktif dalam kegiatan keagamaan bersama jamaah pengajian bapak-bapak, dan jamaah pengajian di luar lingkungan SomopuroDomas. Beliau juga merasa prihatin terhadap generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya. Generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya kini seperti menganggap pendidikan agama sudah tidak penting. Tempat ibadah dibangun megah, namun sedikit yang mau berkunjung di tempat tersebut. Bahkan untuk melaksanakan sholat berjamaahpun terasa berat bagi pemuda Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas. Anak-anak kecil kurang tertarik untuk belajar ilmu agama, dan lebih tertarik dengan belajar ilmu umum yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana melalui bimbingan belajar sepulang sekolah.
111
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menyajikan temuan data lapangan dalam bentuk deskripsi mengenai Kualitas Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulisan ini akan memberikan pemahaman secara lebih mendalam tentang dampak Lembaga Pendidikan Kristen terhadap pendidikan keagamaan serta kehidupan masyarakat muslim, dan bagaimana pandangan masyarakat tentang gejala-gejala pelemahan keimanan masyarakat muslim yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama Kristen. A. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Sekitar UKSW Beragamnya
penganut
agama
pada
masyarakat
di
sekitar
UKSW
mengaharuskan para penduduknya bersikap baik, ramah, dan saling tolong menolong. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW sangat baik, karena masyarakat yang beragam agamanya dapat bergabung menjadi satu kesatuan masyarakat yang demokratis, solidaritas tinggi tanpa membedakan strata maupun agama. Namun dari kehidupan sosial tersebut banyak pula yang akhirnya lepas dari ajaran agama yang dianut oleh individu tersebut. Pergaulan anak muda yang banyak masyarakat tidak menyadarinya yaitu proses pelemahan keimanan melalui pacarisasi, hamilisasi dan pernikahan beda agama dengan orang-orang Nasrani, yang mengakibatkan mereka pemuda pemudi muslim yang memiliki pasangan agama non Muslim akan mudah mengikuti kemauan pasangannya. “Sekarang yang paling rawan itu anak-anak muda, yang perempuan dikenalkan laki-laki non Muslim, yang laki-laki dikenalkan dengan perempuan non Muslim. Di ajak main kemana-mana. Nah itu malah berbahaya apabila tidak
112
bisa menjaga. Cara mereka adalah dengan memecah belah umat muslim menjadi berbagai aliran, apabila sudah terpecah belah maka mereka akan lebih mudah mempengaruhi keimanan umat muslim. Sering juga mahasiswa UKSW yang dikirim ke sini untuk menanyakan perihal kegiatan umat muslim. Kalau ke sini juga waktunya maghrib. Jadi menurutku itu mereka sengaja untuk mengorek-orek info tentang umat muslim.” (Wawancara dengan Ustadz Danuri, tanggal 1 April 2015) “.. ya, anak muda itu masih gampang dipengaruhi. Apalagi masanya kan masih labil. Liat sendirilah di Somopuro sini bagaimana. Remaja atau mahasiswa UKSW otomatis punya temen atau kenalan agama non Muslim kan. Carane ya mereka yang muslim diajak main ke kost mahasiswa Kristen itu. Nanti di sana kalau sesama laki-laki ya diajak main playstation sampai lupa waktu sholat. Kalau yang perempuan ya diajak free sex, nanti jadinya hamil, secara otomatis pasti meminta pertanggung jawaban dengan menikah. Nah kalau menikah gak bisa kan beda agama. Salah satu harus mengalah. Proses pernikahan Nasrani itu juga tidak mudah lho dek. Sebelum menikah itu calon pengantinnya harus menghafal doa di Gereja selama satu bulan. Kalau sudah baru dibaptis, dan menikahnya orang non Muslim itu tidak bisa disembarang Gereja dek. Bisanya ya di tempat dimana dia terdaftar menjadi jemaat Gereja. Dan orang Nasrani itu kalau sudah menikah sulit cerai. Di sini banyak yang pindah agama Kristen karena ikut suami atau istri. Bahkan anak ulama atau lulusan pondok pesantren sekalipun.” (Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4 September 2015) Pemberian bantuan tidak terbatas kepada masyarakat yang membutuhkan adalah cara yang paling banyak ditempuh untuk melemahkan keimanan umat muslim. “..kalau orang muslim yang pindah agama di Kemiri gak usah ditanya lagi. Sudah sebagian besar sana, kalau di Somopuro, Domas ya masih beberapa orang. Contohnya saja itu keluarga Bp. MS Somopuro Kidul, satu keluarga sekarang beda-beda agama. Awale ya anak-anaknya itu di kasih beasiswa di sekolah Kristen. Terus disuruh merawat anak anjinge pendeta Bagus itu. Temen-temenku ya banyak yang mau kerja merawat anjing dari pendeta Bagus itu. Dulu aq juga ditawari, mau dikasih modal usaha juga, tapi aku tidak mau. Jadi yang pendeta Bagus itu sistemnya gini, dia kasih anak anjing ke pemuda Somopuro Kidul, suruh merawat nanti tiap bulannya digaji. Semua kebutuhan anjing sudah disediakan sama pendeta itu. Tuntutane anjing itu harus dilatih berburu. Karena sibuk nglatih berburu itu, akhirnya mereka lupa waktu sholat. Apalagi kan itu ya najis tho dek. Mereka saja tidak tau gimana cara menghilangkan najis dari air liur anjing itu. Kalau tidak salah mereka digaji tiap bulannya Rp. 350.000,00. Nah nanti kalau sudah besar, anjing itu dikasihkan yang merawat biar jadi hak milik. Kenyataannya sekarang temantemanku yang mau merawat anjing juga udah pindah Kristen kok. “
113
“.. ya, bantuan materi itu lumayan berhasil lah, apalagi masyarakat sini kan ekonominya menengah ke bawah. Contohnya warga Somopuro Lor. Mas L itu dikasih kendaraan, modal usaha buat tambal ban yang sekarang di perempatan itu. Rumahnya saja dibangunke sama pendeta Bagus itu. Banyak sih jane kalau kasus pemberian modal kayak gitu. Malah sekarang Mas L gak jelas itu agamane pakai aliran apa. Tetangganya pernah diajakin katanya kalau sholat fardlu itu cukup sehari sekali kalau jam duabelas malam. Anaknya juga tidak boleh sekolah umum. Selain modal usaha adikku sendiri, D itu ditawari mau dikuliahkan di UKSW. Tapi ya itu, tidak boleh keluar dari tempat itu. Kan otomatis harus mengikuti agamanya mereka. Mereka yang membawa misi kan bisa memurtadkan orang muslim itu sebagai tabungannya nanti. Pendeta itu pekerjaan lho dek. Pendeta tidak boleh menikah kalau belum punya jamaah. Gereja-gereja itu juga semua milik pribadi dek. Aku tau kayak gini ya dikasih tau temen tempat aku kerja, dia pendeta. Jadi kalau pendeta belum punya jemaat dan belum bisa mendirikan gereja ya berarti belum dapat gaji dan belum boleh menikah. Kalau mendirikan gereja itu kan ada syaratnya harus punya sekian jemaat gitu. Supaya bisa terpenuhi ya memang caranya seperti itu, kasih bantuan sana sini biar mereka bisa membuat umat muslim pindah ke Kristen. Kalau sudah punya gereja nanti uang yang dikeluarkan dia selama proses kristenisasi itu akan diganti sama jemaatnya lewat iuran wajib tiap ibadah. Dan kalau mau menikah pendeta itu tidak bisa menikah di Gerejanya sendiri. Kalau tidak bisa memenuhi target ya sudah, dia tidak dapat gaji dan dinyatakan gagal. Sama kaya yang jadi Rama, kalau mau jadi Rama juga harus keluar biaya lagi. Dia harus berjuang selama 6 tahun dengan memberi bantuan tidak terbatas. Pastur juga sama. Semua tokoh agama Kristen atau Katholik punya proses sesuai tingkatannya. Bahkan perjuangan hidup mereka sebenarnya lebih sulit dari agama Islam. Aku pernah juga ketemu sama calon biarawati sewaktu dia melarikan diri di Pondoknya ustadzku karena mau dibunuh. Ya aku tau semua ini karena aku sering main ke Gereja, ngobrol sama tokoh agama Kristen Katholik, ya keluarga dari ibuku kan tidak ada yang Islam jadi banyak hal yang aku tau dari proses mereka.” (Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4 September 2015) Kegiatan
sosial
masyarakat
Islam
dengan
Nasrani
bertujuan
untuk
mendekatkan tali persaudaraan antar umat beragama. “... kalau di lingkungan sini orang Islam sama non muslim akur mbak. Bahkan yang non muslim itu ramah sekali, perhatian banget. Sering banget kasih bantuan, main ke rumah-rumah yang muslim, bawa makanan. Kalau ada orang muslim yang sakit ya dijenguk, kadang juga dibantu biaya Rumah sakitnya. “Di sini ada 11 KK mbak, yang muslim cuma 4 keluarga. Waktu perayaan Natal ya kita sering dapat undangan perayaan di rumah warga yang agama merayakan. Kalau dikasih undangan apa ya mau ditolak, nanti dikira orang Islam orang yang susah. Kalau lebaran juga mereka ikut merayakan sama kita
114
umat muslim. Mereka juga ikut keliling waktu lebaran ke rumah tetangga yang muslim.” (Wawancara dengan Ibu Agus Salim, tanggal 18 Maret 2015) “... aku senang hidup di sini, sudah nyaman saya di sini. Ya kayak gini, seringlah main ke rumah tetangga, dari timur sampai barat semua aku kenal. Kalau perayaan Natal gitu, aku selalu masak makanan banyak. Nanti makanan itu aku kasihlah sama tetangga-tetangga samping rumah, depan rumah. Kadang juga kalau liat itu anak nongkrong di jalan, aku kasih mereka main ke rumah. Anakku yang satu juga ikut suaminya jadi muslim di Jakarta. Kalau lebaran ya aku ikut bikin makanan yang banyak. Apa itu namanya, ketupat, opor, kue lebaran banyak sekalilah. Keliling juga berkunjung ke rumah tetangga yang muslim, ikut seneng ajalah.” (Wawancara dengan Oma Rita, tanggal 29 Maret 2015) Toleransi antar umat beragama di masyarakat tentang mengucapkan selamat pada hari besar keagamaan Nasrani seperti Natal, Paskah dan hari besar lainnya sudah menjadi hal biasa dalam masyarakat Kemiri dan Cungkup. Namun tidak menurut para Kyai di lingkungan Domas. “wong muslim ngerayakake Natal yen aku ra iso. Tetep tak larang, yen pas upacarane lho. Kui hukume tetep haram. Kecuali gowo jabatan orapopo, wong kui carane ngemong masyarakat. Koyo pak Lurah yen pidato ngucapke Natal kui rapopo, mergone gowo jabatan udu pribadine.” “orang muslim merayakan Natal kalau saya tetap tidak bisa. Tetap saya larang, kalau pada saat upacara perayaannya lho. Itu hukumnya tetap haram. Kecuali apabila membawa jabatan tidak mengapa, karena itu sebagai cara mengayomi masyarakat, seperti pak Lurah apabila pidato mengucapkan selamat Natal tidak apa-apa, karena atas nama jabatan bukan atas nama pribadi.” (Wawancara dengan K.H M.Kharis, tanggal 29 Maret 2015) B. Kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap Keberagamaan Masyarakat Muslim di Sekitar UKSW Melalui data-data yang penulis peroleh, pendidikan agama Islam dan lingkungan tempat tinggal mempengaruhi kualitas keagamaan baik perseorangan maupun masyarakat. Lingkungan yang berada di sekitar Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana menjadi sasaran terjadinya misi Kristenisasi berupa
115
pelemahan keimanan umat Muslim dengan menjauhkan umat Muslim dari kebiasaan melakukan ibadah dan ajaran yang sesuai syari‟at Islam. Berikut beberapa bukti adanya misi Kristenisasi dengan pola pelemahan keimanan umat Muslim di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas yang penulis dapatkan : Target yang paling mudah untuk pelemahan keimanan umat muslim yaitu dengan mempengaruhi anak-anak kecil. Para penganut agama non muslim secara perlahan memberi doktrin kepada anak-anak yang belum menguasai pendidikan keagamaan dengan tawaran-tawaran yang menarik. Seperti yang dialami oleh informan pelajar SMP muslim yang sekolah di sekolah Katholik berikut ini : “aku memilih sekolah di SMP Pangudi Luhur karena kata nenek gampang kalau sekolah di situ. Keluarga besar nenek kan semuanya beragama Katholik mbak. Aku dari kecil tidak pernah diajari agama sama mama. Katanya di sekolah-sekolah Islam di Salatiga itu anak-anaknya bandel. Kata om aku kalau sekolah di sekolah Islam nanti diajari jadi teroris.” (Wawancara dengan Elmo Baskoro, tanggal 2 Maret 2015) Informasi yang kurang tepat mengenai lembaga pendidikan Islam di Salatiga memberi pengaruh para orang tua dalam memilih pendidikan formal, tanpa menimbang dan memperhatikan akan pentingnya pendidikan agama Islam bagi anaknya. Doktrin yang berbahaya bagi anak muslim yang masih di bawah umur adalah dengan cara mempengaruhi pikiran anak bahwa agama Islam itu jahat di mata agama lain, dan membujuk anak kecil untuk mengikutinya masuk ke agama Kristen maupun Katholik dengan berbagai cara yang menarik bagi anak kecil, seperti yang diutarakan pelajar SMP berikut ini : “...aku juga bimbang mbk sama agama Islam. Aku sering diajak om aku pergi ke gereja. Kata om aku yang agamanya Katholik, Islam itu sulit. Orang Islam itu jahat dengan orang Katholik gitu mbak. Kalau sama om aku, aku selalu
116
dikasih uang, dibeliin mainan, aku diajak biar masuk agama Katholik. Tapi aku kok merasa nyaman kalau dekat dengan orang Islam mbak.” (Wawancara dengan Elmo Baskoro, tanggal 2 Maret 2015) Tidak hanya pelajar SMP namun mahasiswa muslimpun diberi doktrin negatif tentang agama Islam melalui pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana sebagai berikut : “...ya semua yang kuliah di UKSW kan pasti ada mata kuliah agama Kristen. Sejak awal masuk waktu OSPEK juga udah diajari nyanyian puji-pujian. Kalau yang belum faham ya pasti langsung mikir. Mereka (mahasiswa dan pelajar) itu di doktrin kalau “Islam itu Jahat”. Sedangkan sekolah yang berbasis Islam itu terlalu banyak aturan. Makanya mungkin itu juga yang membuat banyak orang tidak mau sekolah di sekolah yang berbasis Islam.” (Wawancara dengan Setyo Afandi, tanggal 4 Maret 2015) Tidak dipungkiri proses kristenisasi itu memang benar adanya didalam lembaga pendidikan yayasan Kristen tersebut. Sasarannya adalah mahasiswa UKSW yang beragama muslim seperti yang dikisahkan oleh seorang mahasiswa UKSW sebagai berikut : “... sebenarnya semua ajaran itu punya misi tersendiri. Kalau di UKSW pembawa misi yang terlihat banget itu bukan dari pihak yayasannya, tapi dari dosen sama mahasiswa yang dari luar jawa itu lho. Memang dasarnya aku orang cuek ya, kalau bergaul ya sama siapa saja aku oke. Tapi sering itu kalau lagi kumpul sama mahasiswa luar jawa pasti ngajak bahas tentang agama Kristen sama Islam. Ya ngomongin macam-macam lah. Temenku banyak yang ditawari suruh masuk Kristen, ada yang mau dibeliin tanah, rumah, terus dikasih pekerjaan, di kasih kendaraan. Aku juga pernah ditawari mau dikasih inilah itulah, tapi aku kan orange cuek, gak tak gubris omongane.” (Wawancara dengan Setyo Afandi, tanggal 4 Maret 2015) Masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacanapun merasakan dampak negatif terhadap kualitas pendidikan agama Islam, dari hal terkecil sekalipun. “... ya otomatis yen UKSW gowo misi kristenisasi. Sak pungguhku yen Kemiri, Somopuro Kidul sing keno misine kui. Cah nom sing ngingu kirik. Kelemahan dalam segi keimanan terjadi erosi lan diinceng urusan weteng, kui paling rawan. Sing tuwa-tuwa wae berat leh ngurusi apa maneh sing cah nom.
117
Masalahe kui warga yen ngaji yo mung ngrungokke ceramah, moco buku ora ngoceki opo isine. InsyaAllah yen Domas iseh aman.” “... ya otomatis apabila UKSW membawa misi kristenisasi. Setau saya Kemiri, Somopuro Kidul itu yang sudah menjadi korban misi tersebut. Anak muda yang memlihara anjing. Kelemahan dalam segi keimanan terjadi erosi dan yang menjadi sasaran adalah urusan perut (ekonomi) itu yang paling rawan. Yang tua-tua saja berat mengurusinya apalagi yang anak muda. Masalahnya itu warga yang ngaji (mempelajari ilmu agama Islam) hanya mendengarkan ceramah, membaca buku tanpa memahami maknanya. InsyaAllah kalau Domas masih aman.” (Wawancara dengan K.H. M. Kharis, tanggal 29 Maret 2015) Misi kristenisasi kini dikaitkan dengan kegiatan pendidikan non formal terutama bagi anak-anak kecil. Cara mereka adalah memberi pengaruh terhadap pikiran anak-anak melalui lagu, bacaan, doa-doa, maupun majalah. Menyita waktu anak-anak supaya tidak ada kesempatan belajar ilmu agama di Masjid-masjid setempat. “Sebetulnya terget mereka yang paling mudah itu anak-anak kecil. Lewat bimbingan belajar apa kegiatan bermain itu lho dek. Aku bisa cerita karena aku sudah membuktikan sendiri. Keponakanku sendiri pernah dek, diajak sama mahasiswa UKSW belajar katanya. Mereka berkelompok dek, ngajak anakanak kecil mainan bersama, belajar bersama. Setiap pertemuan itu anak-anak kecil dikasih makanan yang sekiranya bisa menarik buat anak-anak kecil, ya.. seperti permen, coklat, banyak lah. Sistem belajare itu, mereka ngajari anakanak kecil nyanyi-nyanyi pakai bahasa Inggris, kan kalau anak-anak kecil belum mudeng sama lagu asing seperti itu. Terus diajari doa-doa pakai bahasa Indonesia sama Inggris. Nah, kalau sudah selesai anak-anak kecil itu dikasih majalah kecil gitu, disuruh bawa pulang, dibaca sendiri. Pernah buku keponakanku tak pinjem, aku penasaran tak baca. Ternyata isine itu ya tentang pendidikan agama Kristen. Ya memang kemasane kelihatane menarik, ada gambar-gambarnya, tapi kalau dibaca bener-bener ternyata isine menjurus ke situ. Kalau lewat lagu, majalah kan anak seumuran PAUD, TK gampang banget nyantel, karena daya ingat anak masih bagus banget. Nah, lewat cara seperti itu ternyata mereka memberi pengaruh kepada anak-anak kecil.” (Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4 September 2015) “Pendidikan agama Islam anak-anak menurun yang pertama karena adanya les atau bimbingan belajar itu. Itu menghancurkan generasi muslim dengan tidak mengenalkan Masjid. Kalau di sini warga Kristen hanya memberi bantuan berupa sembako. “(Wawancara dengan Ustadz Danuri, tanggal 1 April 2015)
118
C. Pengaruh
Masyarakat
terhadap
Pemahaman
dan
Keberagamaan
Masyarakat Muslim Berdirinya Perguruna Tinggi Yayasan Kristen pasti memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya, baik dalam faktor ekonomi, pendidikan, sosial, bahkan keagamaan. Pengaruh yang sangat dirasakan masyarakat muslim di sekitar UKSW adalah tentang perkembangan masyarakat muslim itu sendiri. Masyarakat muslim kini semakin banyak yang merasa tidak peduli terhadap aturan dan masa depan agamanya sendiri, buktinya banyak masyarakat muslim yang kurang merespon terhadap kegiatan keagamaan di Masjid maupun Mushola baik pengajian maupun TPQ. Masyarakat muslim lebih memilih pendidikan umum daripada pendidikan agama, karena menurut mereka pendidikan umumlah yang nantinya dapat
menjamin
masa
depan
anak
dan
keluarganya.
Masyarakat
lebih
mengedepankan kepentingan duniawi tanpa menyeimbangkan kepentingan akhirat. Selain mahasiswa, para pegawai dan karyawan muslimpun ikut menjadi target. Mantan penjaga keamanan UKSW mengutarakan beberapa kejadian yang membuat beliau mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai penjaga keamanan di Universitas tersebut. “.. masalah pengangkatan kepegawaian (masuk dan pengangkatan pangkat) dituntut harus menyertakan surat keterangan “Baptis”. Hubungannya dengan kristenisasi pasti ada, di UKSW itu ada hari tertentu kalau tidak salah setiap hari Senin diadakan kegiatan ibadah bersama, dan pegawai yang muslim diwajibkan untuk mengikuti. Untuk kesempatan sholat sebenarnya disediakan ruangan khusus di pasca sarjana, tapi kan tergantung dari pimpinan masingmasing. Di UKSW itu ada kubu-kubu. Pada saat itu aku ditemui oleh pimpinanku, dia itu anggota majelis Gereja. Pas aku masuk kerja hari Jum‟at aku mau sholat Jum‟at itu di tegur. Katanya aku siap meninggalkan sholat. Nah iku yang tak luruske, aku siap menunaikan kewajiban tapi tidak meninggalkan ibadah. Aku dibanding-bandingke sama satpam juga orang Kemiri siap meninggalkan sholat dan KTPnya itu Kristen. Padahal dia itu muslim, dia
119
punya KTP dua. Di UKSW itu sering dikasih sesuatu, “hei orang muslim, kesinilah tak kasih sesuatu” sering banget seperti itu. Dan disitu tidak ada toleransi job, pegawai yang senior dikasih libur. Kalau aku lebaran saja tidak boleh ambil cuti. Di Asrama UKSW itu ada mahasiswa dari Kalimantan sekitar 80 orang diberi beasiswa tapi tuntutannya harus masuk Kristen. “ (Wawancara dengan Bpk Arifin, tanggal 7 Maret 2015) “..termasuk UKSW kui yen wisuda ditibakke dino Jum‟at supaya wong muslim ora iso jumatan. Pepinginane yo mung gampang, kowe ra usah melu agamaku, mung tak gawe keset leh ngibadah wae.” “..termasuk UKSW apabila melaksanakan wisuda pasti dijatuhkan pada hari Jum‟at supaya orang muslim tidak dapat menjalankan ibadah sholat Jum‟at. Keinginannya sederhana, kamu tidak harus mengikuti agamaku, hanya saya buat agar kamu malas beribadah.” (Wawancara dengan K.H. M. Kharis, tanggal 29 Maret 2015) 1. Pernikahan beda agama Pernikahan merupakan penyatuan dua keluarga yang berbeda menjadi satu bagian melalui tali ikatan yang suci. Ibu UN sejak kecil berasal dari keluarga muslim turunan arab, kemudian menikah dengan suaminya yang beragama kristen yang memaksa ibu UN untuk masuk agama Kristen supaya dapat menikah dengan laki-laki tersebut. Bapak JMR adalah seorang turunan muslim berasal dari Jogjakarta, keluarganya merupakan donatur salah satu masjid agung di Semarang. Kemudian menikah dengan seorang perempuan beragama Kristen yang mengakibatkan pak Jumiran mengikuti ajaran istrinya hingga sekarang menjadi pembawa misi kristenisasi di daerah Somopuro dan Domas sejak 40 tahun yang lalu. Bapak TMR adalah seorang santri pondok Tegalrejo, Magelang, keponakan dari seorang ulama yaitu KH. Muntaha, Tegaron Muncul, Banyubiru. Beliau menikah dengan seorang perempuan beragama Kristen yang memaksa beliau harus mengikuti agama istrinya.
120
Ibu JM, ibu HJ dahulunya juga beragama muslim, namun setelah menikah beliau mengikuti agama suaminya. Karena keluarga besarnya beragama muslim dan beliau mendapat ancaman akan dihapus dari daftar warisan, kini beliau kembali lagi menjadi agama Islam berbeda dengan suaminya. Ibu WRS (Cungkup), bu JMR ( Domas), bu TMR (Somopuro Tengah), ibu KMSY (Somopuro Tengah) merupakan beberapa orang yang membawa misi kristenisasi melalui beberapa kegiatan masyarakat seperti PKK, Dasawisma, Posyandu dan kegiatan sosial lainnya. 2. Pacarisasi dan Hamilisasi NRM adalah seorang lulusan S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana, putri dari Bapak H. SR dan Ibu YD berasal dari keluarga muslim. NRM mempunyai kekasih bernama SD yang beragama Kristen, yang mengakibatkan hamil diluar nikah, keduanya dituntut untuk
menikah dalam tradisi muslim
sehingga memaksa laki-laki beragama Kristen tersebut mengucap kalimah syahadat supaya dapat menikahi perempuan ini. Beberapa bulan setelah menikah laki-laki tersebut kemudian berpindah kembali ke agama yang sebelumnya yaitu Kristen hingga sekarang. NI adalah mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana seorang putri dari pengusaha emas. Berawal dari menjalin hubungan dengan teman kuliahnya di Universitas yang sama kemudian berlanjut hingga pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil di luar nikah. SA merupakan mahasiswa Fakultas Informatika Universitas Kristen Satya Wacana yang menjalin hubungan dengan teman sekampusnya beragama Kristen.
121
Hubungan tersebut membuat dia harus mengikuti kegiatan keagamaan perempuan tersebut seperti ke gereja dan
ikut merawat anjing yang dimiliki kekasihnya
tersebut. FS adalah lulusan S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana bertempat tinggal di Somopuro Lor. Sejak masa kuliah FS menjalin hubungan dengan teman kuliahnya yang beragama Kristen. Hubungan tersebut membuat FS sedikit banyak mengetahui kegiatan kekasihnya, seperti diajak untuk mengantar pergi ke gereja, mengikuti pesta natal dan hari perayaan agam a Kristen lainnya, diajak melakukan pergaulan bebas dan kegiatan yang dapat melemahkan keimanan umat Muslim lainnya. 3. Pendidikan Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Banyaknya masyarakat yang tidak memiliki lapangan pekerjaan dijadikan umpan menjalankan misi kristenisasi dengan memberikan lapangan pekerjaan yang dapat membuat umat Muslim lupa akan kewajibannya menjalankan ibadah sesuai ajaran agama Islam. Berikut beberapa kasus yang terjadi di masyarakat lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana : Melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih adalah impian semua orang. Masyarakat Somopuro sebagian besar adalah keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah. Keluarga yang memiliki keadaan ekonomi seperti itulah yang banyak ditawari oleh pihak Yayasan atau pemuka agama Kristen untuk melanjutkan pendidikan di Yayasan non-Muslim, seperti saudari DW adalah lulusan SMK N 1 Salatiga. Setelah lulus dia ditawari oleh seorang pendeta setempat untuk
122
melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana hingga selesai. Namun ada syarat yang harus dijalani, yaitu DW tidak boleh keluar dari tempat tersebut dan harus mengikuti semua yang diajarkan di Universitas tersebut. Secara tidak langsung seorang yang memilih melanjutkan pendidikan di sekolah swasta non-Muslim pasti diharuskan mengikuti mata pelajaran agama sekolah tersebut. Seperti Sekolah Laboratorium Kristen Satya Wacana juga mengharuskan siswanya mengikuti mata pelajaran agama Kristen meskipun siswa tersebut beragama non-Kristen. Begitu juga mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana, secara perlahan apabila tidak dapat memfilter ilmu yang didapat tersebut dapat mengakibatkan melemahnya keimanan mahasiswa yang beragama Islam. Maka wajar saja jika lambat laun pemahaman umat islam terhadap Al-Qur‟an dan sunnah menjadi samar. Salah satu doktrin mereka terhadap para mahasiswanya adalah “lepaskan pemikiran islam yang ada dalam benak anda yang pernah diperoleh di institusi sebelumnya”. Mereka punya target (perang pemikiran) sehingga akhirnya para mahasiswa terbawa arus pemikiran liberal dan meragukan Islam. Target selanjutnya adalah anak-anak kecil melalui pendidikan non formal seperti bimbingan belajar atau kelompok bermain. Seperti yang dialami keponakan dari salah satu warga Somopuro. Keponakan saudara AT diajari oleh mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana dalam kegiatan belajar dan bermain bersama. Anak-anak tersebut diajarkan menyanyi, doa-doa dalam bahasa Indonesia dan Inggris, setiap pertemuan anak-anak diberi makanan kesukaan anak kecil seperti coklat, permen dan lain-lain. Kemudian setiapa anak diberi majalah supaya anak-
123
anak membaca dan mempelajarinya. Namun ternyata buku tersebut berisi ajaran agama Kristen yang dikemas dengan bahasa yang menarik untuk anak-anak, berisi nyanyian pujaan, memperkenalkan akan adanya Tuhan Yesus sebagai juru keselamatan dan materi lainnya. 4. Tawaran Pekerjaan Lapangan kerja juga menjadi lahan subur untuk melancarkan aksinya melemahkan keimanan umat muslim. Para pemuda muslim di lingkungan Somopuro diberi pekerjaan merawat anak anjing salah seorang pendeta yang bertempat tinggal di lingkungan tersebut hingga anjing tersebut besar. Semua kebutuhan anjing mulai dari makanan, vitamin dan lain-lain sudah disediakan oleh pendeta Bagus. Pemuda yang merawat anak anjing tersebut tiap bulannya digaji senilai Rp 350.000,00. Apabila anjing tersebut sudah besar maka anjing tersebut akan menjadi hak milik pemuda yang merawatnya. Pekerjaan merawat anjing memang terlihat mudah, namun pekerjaan itu berdampak negatif kepada kualitas keimanan pemuda muslim. Pemuda muslim yang merawat anjing dituntut untuk melatih anjing tersebut supaya dapat berburu, sehingga banyak menyita waktu yang berdampak lupa waktu melakukan ibadah wajib yaitu sholat lima waktu. Perawat anjingpun akan terbiasa dengan najis dari air liur anjing, dan akan merasa malas untuk mensucikan najis tersebut sesuai syariat Islam. Rasa malas mensucikan najis itu yang membuat pemuda perlahan meninggalkan kewajiban menjalankan ibadah sholat fardlu. Tidak sedikit pemuda muslim yang merawat anjing pendeta Bagus memilih untuk meninggalkan agama
124
Islam dan beralih ke agama Kristen disertai berbagai iming-iming yang menggiurkan. Universitas Kristen Satya Wacana berdampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Universitas Kristen Satya Wacana banyak merekrut masyarakat menjadi karyawan di Universitas terbesar se-Salatiga tersebut. Bapak ARF adalah salah satu saksi adanya kegiatan kristenisasi dengan cara pelemahan keimanan umat muslim yang bekerja di tempat tersebut. Bapak ARF adalah mantan penjaga keamanan kampus UKSW yang mengundurkan diri karena merasa tidak dipenuhi haknya sebagai umat beragama Islam. Selama bekerja menjadi Satpam UKSW beliau dituntut untuk mengikuti peraturan atasan antara lain, bekerja pada hari Jum‟at dan tidak diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah sholat Jum‟at. Hari-hari besar Islam seperti Hari Raya „Idul Fitri karyawan muslim tidak diperbolehkan mengambil cuti atau libur. Mewajibkan karyawan muslim untuk mengikuti kegiatan ibadah agama Kristen bersama. Beberapa tahun terakhir dalam proses pengangkatan pegawai UKSW, pelamar pekerjaan harus menyertakan surat Baptis. Bapak ARF mengundurkan diri karena mendapat ancaman dari salah satu anggota majelis gereja yang mengharuskannya siap untuk meninggalkan sholat apabila bekerja di tempat tersebut. Masyarakat yang pendidikan di bawah SMU dan merupakan keluarga dengan perekonomian menengah ke bawah disarankan untuk membuat usaha sendiri. Apabila tidak memiliki modal, maka pihak utusan yayasan akan memberikan bantuan dana. Seperti yang dialami oleh salah satu warga Somopuro bernama bapak LS. Bapak LS mendapat bantuan dana sebesar Rp 20.000.000,00 dari seorang
125
pendeta Bagus untuk membuat usaha tambal ban di lingkungan UKSW, diberiakan kendaraan bermotor dan direnovasikan rumahnya sehingga tampak lebih bagus. Keluarga Bapak LS merasa terbantu dalam mencari nafkah, hal ini yang membuat keluarga ini seakan-akan buta dengan ilmu agama yang telah dianutnya. Target mereka saat ini adalah menjauhkan umat islam dari ajaran islam yang benar dengan memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan menghasut hadis Rasulullah dengan berbagai dalih yang “seolah” masuk akal tetapi sebenarnya menipu dan menyesatkan. Kini beliau sekeluarga menjalankan ibadah agama Islam yang tidak sewajarnya yaitu mengajarkan kepada anak serta istrinya bahkan mengajak tetangganya untuk menjalankan sholat fardlu satu kali dalam sehari setiap pukul duabelas malam atau pukul 00.00 WIB. Dan masih banyak lagi para warga yang ditawari membuat usaha sendiri dengan modal dari pendeta tersebut, bahkan dicukupi semua kebutuhannya baik tempat tinggal, pendidikan maupun kendaraan. 5. Dukungan tokoh muslim liberal Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan‟ dari beberapa orang yang sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia baru‟, dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Hal ini terjadi pada masyarakat Kemiri dan Cungkup dalam memperingati hari besar keagamaan. Seperti halnya kegiatan halal bi halal dalam bulan Syawall, yang sejak dulu menjadi tradisi umat Muslim sebagai wadah mempererat tali persaudaraan antar umat muslim setelah merayakan kemenangan menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan. Namun ntuk menghilangkan fanatisme agama Islam dan
126
Nasrani, acara halal bi halal direncanakan dan dipanitiai gabungan umat Muslim dan Nasrani di wilayah Kemiri dan Cungkup. Umat Nasrani juag dianjurkan untuk mengucapakan “Selamat „Idul Fitri” kepada umat muslim dan ikut serta merayakannya dengan cara bersilaturahmi ke rumah tetangganya yang beragama Islam dan memberi makanan seperti tradisi membuat opor, ketupat dan kue kering kepada tetangganya yang beragama Islam. Begitu pula dengan masyarakat beragama Nasrani, pada perayaan hari besar keagamaan seperti Natal, Paskah, Wafat Isa Almasih mereka juga mengundang warga muslim untuk sekedar merayakan kegembiraan bersama. Ada bebrapa tokoh muslim yang menghimbau untuk mengucapkan selamat Natal bagi pemuka agama Nasrani yang merayakan, sehingga hal tersebut diikuti oleh masyarakat muslim lainnya. 6. Kegiatan Sosial Masyarakat Kegiatan sosial bertujuan untuk mempererat persaudaraan dan kerukunan antar warga. Hal ini yang dimanfaatkan oleh para tokoh agama Nasrani untuk memperoleh kepercayaan dari warga yang beragama Islam. Kasus yang terjadi di lingkungan Kemiri, Somopuro dan Cungkup yaitu melalui kegiatan PKK dan Dasawisma ibu-ibu rutin satu bulan sekali. Pertemuan dilakuakan pada tanggal 14 pukul 14.00 di tempat berurutan sesuai giliran atau permintaan. Apabila tuan rumah pertemuan adalah warga non Muslim maka waktu berakhirnya kegiatan dibuat melebihi waktu dari biasanya yaitu melebihi waktu sholat maghrib. Tidak hanya itu, warga beragama Kristen mengambil simpati warga dengan memberikan dorprice (hadiah), memberikan sembako kepada warga yang berangkat PKK.
127
Memberikan bantuan dana yang cukup besar untuk melancarkan kegiatan umum masyarakat seperti peringatan HUT RI, peringatan sumpah hari Kartini, peringatan Sumpah Pemuda maupun kegiatan sosial masyarakat lainnya. 7. Membuat Wadah Bersama (Kristen dan Islam) Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat Islam dengan dalih yang beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama, perayaan halal bi halal bersama dan sejenisnya. 8. Bantuan Tidak Terbatas Memberi bantuan menjadi cara yang paling diandalkan untuk melemahkan keimanan umat muslim, dengan cara melihat target perekonomian masyarakat di lingkungannya. Jenis bantuan yang ditawarkanpun beraneka macam. Seperti yang dialami oleh warga sekitar Universitas Kristen Satya Wacana berikut ini. Seorang warga Somopuro bernama NB bekerja sebagai tukang becak memiliki seorang putra bernama AK yang dahulu adalah pelajar di salah satu sekolah menengah pertama di Salatiga. Semasa sekolah AK terjerat kasus kriminalitas sehingga membuatnya harus berurusan dengan hukum pidana di Salatiga. Kondisi ekonomi keluarga yang melemah membuat bapak NB kesulitan menebus anaknya yang berada di sel tahanan Salatiga. Melihat kondisi tersebut pendeta Bagus memberi bantuan uang untuk menebus AK supaya dapat keluar dari sel dan dapat melanjutkan pendidikannya kembali. Setelah keluar dari sel AK dibiayai oleh pendeta tersebut melanjutkan pendidikannya hingga tamat SMK. Karena rasa hutang balas budi tersebut membuat keluarga bapak NB mau menuruti apapun yang diinginkan oleh pemberi
128
bantuan antara lain menyuruh AK memlihara anjing, mengajaknya pergi ke gereja dan kegiatan yang lain. Warga yang memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah juga mendapat bantuan tidak terbatas seperti memberikan bantuan modal usaha, memberi bantuan biaya pendidikan, memberikan tempat tinggal atau perbaikan rumah, memberikan kendaraan, memberikan biaya kesehatan bagi warga yang sakit. Sdr LS, SW, SA juga menceritakan mendapatkan tawaran bantuan berupa pekerjaan, modal usaha, rumah, dan kendaraan apabila mereka mau meninggalkan ajaran agama Islam. Semua kebutuhan hidupnya akan dicukupi apabila warga tersebut mau mengikuti ajaran yang dianutnya.
129
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan hasil penelitian bahwa kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana sebagai berikut : 1. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW Kehidupan sosial keagamaan masyarakat sangatlah baik, namun dibalik kehidupan sosial tersebut terdapat indikasi adanya program Kristenisasi dengan melemahkan keimanan umat Muslim yang tidak disadari oleh kebanyakan masyarakat Muslim di sekitar UKSW. Metode-metode yang digunakan untuk melemahkan keimanan umat Muslim antara lain dengan cara : a.
Pernikahan Beda Agama
b.
Pacarisasi dan Hamilisasi
c.
Pendidikan
d.
Tawaran Pekerjaan
e.
Dukungan Tokoh Muslim Liberal
f.
Kegiatan Sosial Masyarakat
g.
Membuat Wadah Bersama (Kristen dan Islam)
h.
Bantuan Tidak Terbatas
130
2. Kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar UKSW Kualitas pendidikan agama Islam semakin lama semakin menurun karena anggapan bahwa pendidikan kegamaan kurang begitu penting. Para orang tua sebagian besar memilih melanjutkan pendidikan formal anaknya di sekolah swasta non Muslim, serta pendidikan non formal dengan mementingkan bimbingan belajar akademik sehingga menyita waktu anak-anak belajar ilmu agama. Kurangnya pemahaman pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim menjadi faktor utama menurunnya kualitas keberagamaan tersebut. 3. Pengaruh
masyarakat
terhadap
pemahaman
dan
keberagamaan
masyarakat muslim Universitas Kristen Satya Wacana memberi pengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian masyarakat, namun memberikan dampak negatif terhadap pemahaman agama Islam dan kualitas keberagamaan masyarakat Muslim di sekitarnya. B. Saran Dari beberapa kesimpulan di atas dapat dilihat kualitas pendidikan agama Islam masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, dan Domas. Masalah ekonomi dan rendahnya pemahaman terhadap agama menjadi faktor primer terjadinya gejala kristenisasi sebagai upaya pelemahan keimanan. Diharapkan studi tentang pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap pemahaman pendidikan agama Islam dan keberagamaan pada masyarakat ini dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang
131
lengkap tentang gejala-gejala yang ditimbulkan dan dapat mempengaruhi masa depan umat muslim terutama di wilayah Salatiga. Setelah melihat fenomena tersebut maka penulis selanjutnya akan merumuskan beberapa rekomendasi dan saran sebagai solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, dan Domas. Adapun saran dan rekomendasi dirumuskan sebagai berikut : 1. Internalisasi nilai-nilai aqidah. 2. Rekonsiliasi umat Islam secara paripurna. 3. Masjid di jadikan Sebagai Pusat (Sentral) Pembinaan Umat. 4. Memiliki komitmen untuk mengaplikasikan syariat Islam. 5. Keteladanan ulama dan Pemimpin Pemerintahan. 6.
Menata manajemen dakwah yang handal.
7. Pemetaan lokasi dakwah (mapping) yang representatif. 8. Perlu meningkatkan wawasan tentang kristologi dan berbagai aliran atau paham yang berkembang. 9. Perlunya membuat sistem perekonomian yang Islami, dan perlu membuat jaringan bisnis dari para agnia/pengusaha muslim dalam rangka mengangkat perekonomian umat
132
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat :Pendekatan Sosiologi Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Al-Munawar, Said Agil Husin. 2004. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta : Penamadani. Arief, Armai. 2004. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung : Angkara. Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Hanafie, SRDm Rita dan Soetiono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Cet. ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo Hendropuspito. 1986. Sosiologi Agama. Yogyakarta : Kanisius. Husain, Adian. 2004. Tinjauan Historis Yahudi, Kristen, Islam. Jakarta : Gema Insani.
133
J.S. Roucek dan R.I. Warren. 1984. Sociology An Introduction (Pengantar Sosiologi). Jakarta : Bina Aksara. Jalaludin, H. 2012. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kaelany. 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara. Madjid, Nurcholish. 2001. Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa. Yogyakarta : TrustMedia. Michel, Thomas, S.J. Tanpa tahun. Pokok-Pokok Iman Kristiani(Sharing Iman Seorang Kristiani dalam Dialog Antar Agama). Terjemahan oleh Y.B. Adimassana dan F. Subroto Widjojo, S.J. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei. 2001. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Proceeding Konferensi Regional International Association for teh History of Religions. 2004. Kehidupan Beragama: Problem, Parktik dan Pendidikan. Yogyakarta dan Semarang : Harmoni. Prof. Dr. Imam Suprayogo dan Drs. Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama, 2001. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
134
Salim, Moh Haitami. 2013. Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Scott, John. 2013. Cet ke-2. Sosiologi The Key Concept. Penerjemah: Tim Penerjemah Labsos FISIP UNSOED. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Siradj, Said Aqiel. 2001. Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Yogyakarta : PBMR Andi. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet. Suprayogo, Imam. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suwito dan Faizan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Universitas Kristen Satya Wacana. 2011. Pedoman Kredit Keaktifan Mahasiswa. Salatiga : UKSW.
Yahya, Yudrik. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen dan Dirtendik. Yulius, Bonet. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta : Ghalia Indonesia. Zakiah Daradjat., dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-2. Jakarta: Bumi
135
Zuhairani,dkk.1983.Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Kebebasan Beragama Perspektif HAM dan Islam. Salatiga : STAIN Salatiga Press. Budiharjo. 2007. Konflik Antar Umat Agama Samawi dan Solusinya. Yogyakarta : Sumbangsih Press. C.Guillot. 1985. Kiai Sandrach Riwayat Kristenisasi di Jawa. Jakarta : Grafiti Pers. Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers. Nadroh, Siti. 2000. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta : Rajawali Pers. Zainuddin, M. 2010. Pluralisme Agama (Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia). Jakarta : UIN Maliki Press.
Ali, Mukti. 2009. Pluralitas Bukan Sekedar Diversitas: Telaah atas Kondisi Keberagamaan di Amerika.Jakarta : Harmoni (Jurnal Multikultural dan Multireligius) vol. VIII April – Juni.
Hidayah, Aniswatun. 2012. Judul Hambatan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga pada Masyarakat Nelayan di Desa Ujungnegoro Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Skripsi. STAIN Salatiga.
136
KTI, Koordinator. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. (online), (www.freeebook.net/t.174. diakses 19 Januari 2015 pukul 12:57 WIB) Rahma, Ayu Nisfatu. 2011. Judul Studi Kasus Tentang Pengaruh Kegiatan Keagamaan Buddha terhadap Pendidikan Agama Islam Masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto. Tesis. UIN Sunan Ampel Surabaya. Wulandari, Listyarini Dyah. 2011. Judul Zending : Kristenisasi di Margorejo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati Tahun 1852-1942. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ummi, Dwi Septiawati. 30 Januari 2014. Cermati, Awasi dan Laporkan 6 Modus Kristenisasi. (Online), (http://www.voa-islam.com. Diakses 24 September 2014 pukul 22:03)
http://bphl.uksw.edu/pages/sekilas-salatiga (diakses 23 September 2014 pukul 22:50 WIB)
http://www.dudung.net/artikel-Islami/Sekularisme-dalam-sistem-pendidikan-html. (diakses 14 Maret 2016 pukul 08:05 WIB)
http://www.kbbi.web/id.php/pengaruh (diakses 11 September 2015 pukul 14:11 WIB)
http://www.minbarindo.com/Media,_Dakwah_Dan_Publikasi/Ancaman_Dan_Me tode_Gerakan_Kristenisasi.aspx (diakses 24 September 2014 pukul 21:22 WIB)
137
http://www.uksw.edu/id.php/tentang (diakses 23 September 2014 pukul 23:03 WIB)
https:// DosaTerbesarAdalahKesyirikan/posts/ (diakses 24 September 2014 pukul 20:18 WIB) modus-kristenisasi-ini/#sthash.aud0kuy7.dpbs ( diakses 24 September 2014 pukul 22:03 WIB)
138
Lampiran 1 LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa yang anda ketahui tentang Universitas Kristen Satya Wacana? 2. Adakah dampak positif maupun negatif yang anda rasakan sejak berdirinya Universitas tersebut hingga sekarang? 3. Menurut anda apakah adanya UKSW berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan
masyarakat?
Bagaimana
pengaruhnya
terhadap
tingkat
keimanan dan pendidikan Islam masyarakat muslim disekitarnya? 4. Bagaimana kualitas pendidikan agama Islam masyarakat muslim di sekitar UKSW? 5. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW? 6. Adakah perlakuan khusus dalam hal pekasanaan ibadah bagi mahasiswa muslim yang menempuh studi di UKSW atau masyarakat muslim yang bekerja di UKSW? 7. Menurut anda, apakah pendidikan agama dalam masyarakat itu penting? 8. Bagaimana cara dari agama anda dalam usaha mempererat persaudaraan antar umat beragama di Salatiga, khususnya di wilayah KemiriSomopuro- Domas- Cungkup? (non-muslim) 9. Apa pendapat anda tentang kabar yang beredar dimasyarakat mengenai misi kristenisasi dalam upaya melemahkan keimanan umat muslim? 10. Apa usaha anda dalam meningkatkan keimanan dan mutu pendidikan Islam terutama dalam keluarga?
139
11. Kaitannya dengan ilmu agama, apakah semua mahasiswa UKSW diberi tambahan ilmu tentang pendidikan kegamaan termasuk mahasiswa muslim sebagai pengtahuan lintas agama atau toleransi keberagamaan? 12. Bagaimana pendapat anda mengenai perpindhaan agama baik dari muslim ke nasrani maupun nasrani ke muslim pada masyarakat sekitar UKSW? 13. Apa saja yang dilakukan oleh masyarakat muslim khususnya masyarakat Kemiri- Cungkup-Somopuro-Domas untuk mencegah masuknya pengaruh buruk pengikisan keimanan masyarakat muslim? 14. Bagaimana cara anda untuk menjaga toleransi keberagamaan masyarakat di sekitar UKSW? 15. Tahukah anda bahwa di Salatiga marak dengan kabar kristenisasi dan terkenal di luar daerah dengan mayoritas penduduk beragama Nasrani? Apa pendapat anda mengenai kabar tersebut? 16. Menurut anda, apakah Pendidikan agama Islam itu penting dalam masyarakat Kemiri-Cungkup-Somopuro-Domas terutama bagi generasi muda dimasa-masa sekarang ini? 17. Lebih memilih mana memberikan pendidikan anak atau menyekolahkan anak di Yayasan Nasrani atau Yayasan Islam? Adakah pengaruh terhadap masa depan anak? Salatiga,
Maret 2015
Penulis
140
HASIL WAWANCARA Informan 1 Nama:Elmo Baskoro Tempat/tgl lahir:Salatiga, 21 Maret 2001 Agama:Islam Pekerjaan:Pelajar Alamat:Jl. Kemiri Raya No. 32 B Kesimpulan Wawancara: Elmo merupakan seorang pelajar SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas X, yang ingin belajar agama Islam. Dia berasal dari keluarga mu‟alaf dan sebagian besar kleuarganya adalah non muslim (Katholik). Elmo merasa belum mengetahui tentang agama Islam karena tidak pernah mendapat pendidikan agama Islam sejak kecil. Dia sekolah di yayasan non muslim karena saran dari neneknya yang dulu adalah seorang Katolik kemudian setelah menikah mengikuti suami menjadi agama Islam. “aku memilih sekolah di SMP Pangudi Luhur karena kata nenek gampang kalau sekolah di situ. Keluarga besar nenek kan semuanya beragama Katholik mbak. Aku dari kecil tidak pernah diajari agama sama mama. Katanya di sekolah-sekolah Islam di Salatiga itu anak-anaknya bandel. Kata om aku kalau sekolah di sekolah Islam nanti diajari jadi teroris.” Secara tidak langsung apabila seorang anak sekolah di yayasan non muslim pasti akan mendapatkan pendidikan keagamaan sesuai agama sekolah tersebut, yang
141
berakibat akan melemahkan pengetahuan mereka tentang ajaran agamanya sendiri yaitu Islam. Keluargapun mempengaruhi banyak terhadap pemahaman agama Islam Elmo. Satu keluarga beda agama memberi dampak membingungkan bagi anak tersebut, seperti memberi doktrin tidak baik tentang agama Islam. “...aku juga bimbang mbk sama agama Islam. Aku sering diajak om aku pergi ke gereja. Kata om aku yang agamanya Katholik, Islam itu sulit. Orang Islam itu jahat dengan orang Katholik gitu mbak. Kalau sama om aku, aku selalu dikasih uang, dibeliin mainan, aku diajak biar masuk agama Katholik. Tapi aku kok merasa nyaman kalau dekat dengan orang Islam mbak.Om juga pernah bilang kalau orang Islam itu jahat dengan Katholik” .Informan 2 Nama: Bu Agus Salim Tempat/tgl lahir: Solo, 8 Desember 1947 Agama: Islam Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat: Jl. Kemiri Raya No. 32 B Kesimpulan Wawancara: Bu Agus Salim adalah seorang mu‟alaf dari agama Katholik ke agama Islam, karena beliau menikah dengan TNI beragama Islam. Beliau masuk agama Islam karena kesadaran diri setelah lahir anak kedua. Lingkungan tempat bu Agus tinggal adalah lingkungan dengan masyarakat heterogen atau berbeda agama. Toleransi antar penganut agama terjalin dengan
142
baik dengan saling tolong menolong. “... kalau di lingkungan sini orang Islam sama non muslim akur mbak. Bahkan yang non muslim itu ramah sekali, perhatian banget. Sering banget kasih bantuan, main ke rumah-rumah yang muslim, bawa makanan. Kalau ada orang muslim yang sakit ya dijenguk, kadang juga dibantu biaya Rumah sakitnya.” Begitu pula dengan perayaan hari besar agama, masyarakat membaur jadi satu sebagai bentuk toleransi antar agama. “Di sini ada 11 KK mbak, yang muslim cuma 4 keluarga. Waktu perayaan Natal ya kita sering dapat undangan perayaan di rumah warga yang merayakan. Kalau dikasih undangan apa ya mau ditolak, nanti dikira orang Islam orang yang susah. Kalau lebaran juga mereka ikut merayakan sama kita umat muslim. Mereka juga ikut keliling waktu lebaran ke rumah tetangga yang muslim.” Beliau mempunyai semangat dalam mendalami agama Islam. Beliau mengikuti pengajian bersama ibu-ibu di lingkungan sekitar di Masjid atau Mushola lingkungan Kemiri. Namun seiring berjalannya waktu, setelah para Kyai atau Ustadz meninggal dunia, pengajaran agama Islam di lingkungannya semakin berkurang. ”di sini ada kelompok pengajian mbak di satu Rw. Saya sering diajak ibu-ibu ikut pengajian di Masjid atau Mushola. Dulu saya sering ikut ngaji di tempat pak Haji „Ali, pak K.H. Fathoni, tapi setelah beliau meninggal dunia saya sudah jarang ikut pengajian, karena sudah tidak ada yang mimpin ngaji seperti dulu. Jadi saya hanya melihat pengajian-pangajian di televisi, amalan apa yang diajarkan di televisi saya ikuti, seperti dzikir membaca surat pendek dan lain-lain. Tapi saya bisanya membaca dengan tulisan latin mbak, karena saya tidak bisa membaca Al Qur‟an.” 143
Sikap toleransi yang ditunjukkan orang non muslim terhadap bu Agus sempat membuat beliau ingin berubah pikiran kembali lagi ke agama Katholik seperti dahulu. Karena toleransi dan kepedulian masyarakat non muslim lebih besar dibandingkan dengan sesama muslim. Informan 3 Nama: Setyo Afandi Tempat/tgl lahir: Salatiga, 8 Maret 1991 Agama: Islam Pekerjaan: Mahasiswa Alamat: Jl. Somopuro Lor No. 35 02/08 Salatiga Kesimpulan Wawancara: Setyo Afandi adalah seorang mahasiswa UKSW jurusan TI tahun 2010. Menurut dia adanya UKSW di lingkungan tempat tinggal memberi dampak terhadap kemajuan masyarakat terutama segi ekonomi dan pendidikan. Alasan kuliah di UKSW adalah karena UKSW universitas yang terkenal dan bisa mengeluarkan lulusan yang baik. Gampang cari kerja di mana-mana, apalagi di Salatiga. Resiko menempuh pendidikan di yayasan non muslim pasti ada kaitannya dengan ajaran agama tersebut. “...ya semua yang kuliah di UKSW kan pasti ada mata kuliah agama Kristen. Sejak awal masuk waktu OSPEK juga udah diajari nyanyian puji-pujian. Kalau yang belum faham ya pasti langsung mikir. Mereka (mahasiswa dan pelajar) itu di doktrin kalau “Islam itu Jahat”. Sedangkan
144
sekolah yang berbasis Islam itu terlalu banyak aturan. Makanya mungkin itu juga yang membuat banyak orang tidak mau sekolah di sekolah yang berbasis Islam.” Misi Kristenisasi sudah ada sejak mahasiswa masuk pertama kali, dan banyak juga yang karena pergaulan akhirnya mau melepas agama Islam, terutama pergaulan dengan anak luar Jawa. Banyak mahasiswa yang ditawari masuk agama Kristen dengan berbagai macam iming-iming, seperti pendidikan, harta, pekerjaan. “... sebenarnya semua ajaran itu punya misi tersendiri. Kalau di UKSW pembawa misi yang terlihat banget itu bukan dari pihak yayasannya, tapi dari dosen sama mahasiswa yang dari luar jawa itu lho. Memang dasarnya aku orang cuek ya, kalau bergaul ya sama siapa saja aku oke. Tapi sering itu kalau lagi kumpul sama mahasiswa luar jawa pasti ngajak bahas tentang agama Kristen sama Islam. Ya ngomongin macam-macam lah. Temenku banyak yang ditawari suruh masuk Kristen, ada yang mau dibeliin tanah, rumah, terus dikasih pekerjaan, di kasih kendaraan. Aku juga pernah ditawari mau dikasih inilah itulah, tapi aku kan orange cuek, gak tak gubris omongane.” Informan 4 Nama: Muhammad Arifin Tempat/ tgl lahir: Salatiga, 11 Agustus 1978 Agama: Islam Pekerjaan: Karyawan Swasta Alamat: Jl. Pattimura Somopuro Lor
145
Kesimpulan Wawancara: Muhammad Arifin merupakan mantan karyawan UKSW bagian keamanan. Pengangkatan pangkat dan kepegawaian harus menyertakan surat baptis. Ada hari-hari tertentu yang diwajibkan mengikuti acara jemaat, dan pimpinan memberi ancaman apabila tidak mengikutinya. Sering juga ada penampilan seni di lapangan itu mahasiswa non muslim menampilkan shalawatan. Penyebaran agama Kristen dari Salib Putih terbilang sukses karena sebagian besar pegawai kebun adalah dari Kopeng.“.. masalah pengangkatan kepegawaian (masuk dan pengangkatan pangkat) dituntut harus menyertakan surat keterangan “Baptis”. Hubungannya dengan kristenisasi pasti ada, di UKSW itu ada hari tertentu kalau tidak salah setiap hari Senin diadakan kegiatan ibadah bersama, dan pegawai yang muslim diwajibkan untuk mengikuti. Untuk kesempatan sholat sebenarnya disediakan ruangan khusus di pasca sarjana, tapi kan tergantung dari pimpinan masing-masing. Di UKSW itu ada kubu-kubu.
Pada saat itu aku ditemui oleh
pimpinanku, dia itu anggota majelis Gereja. Pas aku masuk kerja hari Jum‟at aku mau sholat Jum‟at itu di tegur. Katanya aku siap meninggalkan sholat. Nah iku yang tak luruske, aku siap menunaikan kewajiban tapi tidak meninggalkan ibadah. Aku dibanding-bandingke sama satpam juga orang Kemiri siap meninggalkan sholat dan KTPnya itu Kristen. Padahal dia itu muslim, dia punya KTP dua. Di UKSW itu sering dikasih sesuatu, “hei orang muslim, kesinilah tak kasih sesuatu” sering banget seperti itu. Dan disitu tidak ada toleransi job, pegawai yang senior dikasih libur. Kalau aku lebaran saja tidak boleh ambil cuti. Di Asrama UKSW itu ada mahasiswa dari Kalimantan sekitar 80 orang diberi beasiswa tapi tuntutannya harus masuk Kristen. “
146
Pendidikan agama Islam sangat penting bagi beliau terutama bagi anak. Pelemahan agama Islam banyak dipengaruhi oleh budaya yang dibawa pendatang dari luar Jawa yang jauh dari Islami yang sangat mudah diikuti oleh masyarakat terutama remaja. Informan 5 Nama: K.H. Muhammad Haris Agama: Islam Pekerjaan: Tokoh Agama Masyarakat Alamat: Jl. Pattimura, Domas 04/08 Salatiga Kesimpulan Wawancara: KH. Muhammad Haris adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di Domas. Beliau termasuk tokoh agama yang aktif menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Domas, Somopuro, Cungkup melalui jamaah pengajian mingguan ibu-ibu dan bapak-bapak. Beliau termasuk orang yang disegani masyarakat karena keterbukaan beliau menerima siapa saja yang mau belajar agama baik fenomena yang terjadi di masyarakat maupun belajar kitab tanpa pandang usia. Hal yang menurut beliau perlu diperhatikan adalah generasi muda yang sudah mulai lupa dan tidak peduli dengan ajaran agama Islam karena pengaruh lingkungan dan gaya hidup Begitu pula dengan toleransi agama yang semakin hari mengikis pemahaman terhadap agama Islam sendiri, dari yang kurang memahami agama menjadi tidak faham agama. Hal kecil yang sering terjadi di masyarakat adalah
147
merayakan dan mengucapkan hari besar agama lain. “wong muslim ngerayakake Natal yen aku ra iso. Tetep tak larang, yen pas upacarane lho. Kui hukume tetep haram. Kecuali gowo jabatan orapopo, wong kui carane ngemong masyarakat. Koyo pak Lurah yen pidato ngucapke Natal kui rapopo, mergone gowo jabatan udu pribadine.” Masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacanapun merasakan dampak negatif terhadap kualitas pendidikan agama Islam, dari hal terkecil sekalipun. “... ya otomatis yen UKSW gowo misi kristenisasi. Sak pungguhku yen Kemiri, Somopuro Kidul sing keno misine kui. Cah nom sing ngingu kirik. Kelemahan dalam segi keimanan terjadi erosi lan diinceng urusan weteng, kui paling rawan. Sing tuwa-tuwa wae berat leh ngurusi apa maneh sing cah nom. Masalahe kui warga yen ngaji yo mung ngrungokke ceramah, moco buku ora ngoceki opo isine. InsyaAllah yen Domas iseh aman.” “..termasuk UKSW kui yen wisuda ditibakke dino Jum‟at supaya wong muslim ora iso jumatan. Pepinginane yo mung gampang, kowe ra usah melu agamaku, mung tak gawe keset leh ngibadah wae.” Informan 6 Nama: Ustadz Danuri Agama: Islam Pekerjaan: Tokoh Agama Masyarakat
148
Alamat: Kemiri Kesimpulan Wawancara: Ustadz Danuri adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di Kemiri dan mempunyai seorang putri. Ustadz Danuri termasuk aktifis keagamaan di Salatiga yang pernah ikut serta membuat gerakan 25 Desember di Salatiga sebagai perwujudan protes terhadap kebijakan kaum Nasrani yang tidak memperbolehkan masjid Darul Amal mengumandangkan adzan disetiap tanggal 25 Desember (Misa Natal). Beliau juga termasuk orang yang gigih dalam memperjuangkan agama Islam di tempat beliau tinggal. Disaat lingkungan Kemiri dipadati para pendatang nonMuslim beliau berusaha untuk memegang masyarakat satu RT supaya tidak mudah terpengaruh dengan budaya yang dibawa oleh para pendatang. “Sekarang yang paling rawan itu anak-anak muda, yang perempuan dikenalkan laki-laki non Muslim, yang laki-laki dikenalkan dengan perempuan non Muslim. Di ajak main kemana-mana. Nah itu malah berbahaya apabila tidak bisa menjaga. Cara mereka adalah dengan memecah belah umat muslim menjadi berbagai aliran, apabila sudah terpecah belah maka mereka akan lebih mudah mempengaruhi keimanan umat muslim. Sering juga mahasiswa UKSW yang dikirim ke sini untuk menanyakan perihal kegiatan umat muslim. Kalau ke sini juga waktunya maghrib. Jadi menurutku itu mereka sengaja untuk mengorek-orek info tentang umat muslim.” Awal mula beliau membangun Mushola kecil di depan tempat tinggalnya dengan harapan masyarakat di sekitarnya mau sholat berjamaah di Mushola. Hingga banyak yang peduli terhadap perjuangan beliau dan kini Mushola tersebut dapat 149
dibangun menjadi Masjid. Beliau mulai mengajak anak-anak kecil untuk belajar alQur‟an di Masjid setiap sore hari. “Pendidikan agama Islam anak-anak menurun yang pertama karena adanya les atau bimbingan belajar itu. Itu menghancurkan generasi muslim dengan tidak mengenalkan Masjid. Kalau di sini warga Kristen hanya memberi bantuan berupa sembako. “ Memang tidak mudah untuk mengajak masyarakat mau beribadah bersama di Masjid. Karena faktor dari luar juga sangat berpengaruh. Namun perjuangan beliau membuahkan hasil, kini beliau mempunyai banyak santri bahkan dari luar lingkungannya. Sedangkan lingkungan luar tempat tinggal beliau yang masih dalam wilayah Kemiri banyak yang berpindah agama dari Islam menjadi Kristen. Informan 7 Nama: Oma Rita Agama: Kristen Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Alamat: Somopuro Tengah 06/08 Salatiga Kesimpulan Wawancara: Oma Rita adalah seorang pendatang dari Manado yang bertempat tinggal di Somopuro sejak 2 tahun yang lalu. Keluarga beliau merupakan tokoh agama Nasrani di Manado. Oma Rita hidup di Salatiga bersama cucunya yang sekolah di SMA Kristen Satya Wacana. Beliau merasa nyaman hidup
150
di Somopuro karena mudah dekat dengan warga-warganya. Oma Rita sering main ke rumah tetangga-tetangganya satu RT sekedar berbagi cerita atau memberi hasil masakannya. Beliau juga rajin pergi ke Gereja bersama cucunya. Toleransi antar agamapun ditunjukkan beliau kepada masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.“... aku senang hidup di sini, sudah nyaman saya di sini. Ya kayak gini, seringlah main ke rumah tetangga, dari timur sampai barat semua aku kenal. Kalau perayaan Natal gitu, aku selalu masak makanan banyak. Nanti makanan itu aku kasihlah sama tetangga-tetangga samping rumah, depan rumah. Kadang juga kalau liat itu anak nongkrong di jalan, aku kasih mereka main ke rumah. Anakku yang satu juga ikut suaminya jadi muslim di Jakarta. Kalau lebaran ya aku ikut bikin makanan yang banyak. Apa itu namanya, ketupat, opor, kue lebaran banyak sekalilah. Keliling juga berkunjung ke rumah tetangga yang muslim, ikut seneng ajalah.” Informan 8 Nama: Anto Agama: Islam Pekerjaan: Pegawai Alamat: Somopuro Lor 02/08 Salatiga Kesimpulan Wawancara: Anto adalah seorang pegawai kebun SMK N 2 Salatiga sudah 5 tahun bekerja. Keluarga besar dari ibunya adalah beragama Kristen dan Katholik, sehingga sedikit banyak beliau tahu tentang ajaran Kristen dan
151
Katholik. Beliau sering bertukar pikiran dengan tokoh agama Kristen maupun Katholik seperti pendeta, biarawati, pastor dan masyarakat non-Muslim lainnya. Beliau merupakan saksi terjadinya gejala kristenisasi di lingkungan Kemiri dan Somopuro, karena beliau juga pernah dekat dengan pendeta yang melakukan hal tersebut. Bahkan anggota keluarganyapun juga pernah mendapat tawaran oleh pendeta tersebut dengan memberi bantuan pendidikan maupun modal usaha. “..kalau orang muslim yang pindah agama di Kemiri gak usah ditanya lagi. Sudah sebagian besar sana, kalau di Somopuro, Domas ya masih beberapa orang. Contohnya saja itu keluarga Bp. MS Somopuro Kidul, satu keluarga sekarang beda-beda agama. Awale ya anak-anaknya itu di kasih beasiswa di sekolah Kristen. Terus disuruh merawat anak anjinge pendeta Bagus itu. Tementemenku ya banyak yang mau kerja merawat anjing dari pendeta Bagus itu. Dulu aq juga ditawari, mau dikasih modal usaha juga, tapi aku tidak mau. Jadi yang pendeta Bagus itu sistemnya gini, dia kasih anak anjing ke pemuda Somopuro Kidul, suruh merawat nanti tiap bulannya digaji. Semua kebutuhan anjing sudah disediakan sama pendeta itu. Tuntutane anjing itu harus dilatih berburu. Karena sibuk nglatih berburu itu, akhirnya mereka lupa waktu sholat. Apalagi kan itu ya najis tho dek. Mereka saja tidak tau gimana cara menghilangkan najis dari air liur anjing itu. Kalau tidak salah mereka digaji tiap bulannya Rp. 350.000,00. Nah nanti kalau sudah besar, anjing itu dikasihkan yang merawat biar jadi hak milik. Kenyataannya sekarang teman-temanku yang mau merawat anjing juga udah pindah Kristen kok. “
152
“.. ya, bantuan materi itu lumayan berhasil lah, apalagi masyarakat sini kan ekonominya menengah ke bawah. Contohnya warga Somopuro Lor. Mas L itu dikasih kendaraan, modal usaha buat tambal ban yang sekarang di perempatan itu. Rumahnya saja dibangunke sama pendeta Bagus itu. Banyak sih jane kalau kasus pemberian modal kayak gitu. Malah sekarang Mas L gak jelas itu agamane pakai aliran apa. Tetangganya pernah diajakin katanya kalau sholat fardlu itu cukup sehari sekali kalau jam duabelas malam. Anaknya juga tidak boleh sekolah umum. Selain modal usaha adikku sendiri, D itu ditawari mau dikuliahkan di UKSW. Tapi ya itu, tidak boleh keluar dari tempat itu. Kan otomatis harus mengikuti agamanya mereka. Mereka yang membawa misi kan bisa memurtadkan orang muslim itu sebagai tabungannya nanti. Pendeta itu pekerjaan lho dek. Pendeta tidak boleh menikah kalau belum punya jamaah. Gereja-gereja itu juga semua milik pribadi dek. Aku tau kayak gini ya dikasih tau temen tempat aku kerja, dia pendeta. Jadi kalau pendeta belum punya jemaat dan belum bisa mendirikan gereja ya berarti belum dapat gaji dan belum boleh menikah. Kalau mendirikan gereja itu kan ada syaratnya harus punya sekian jemaat gitu. Supaya bisa terpenuhi ya memang caranya seperti itu, kasih bantuan sana sini biar mereka bisa membuat umat muslim pindah ke Kristen. Kalau sudah punya gereja nanti uang yang dikeluarkan dia selama proses kristenisasi itu akan diganti sama jemaatnya lewat iuran wajib tiap ibadah. Dan kalau mau menikah pendeta itu tidak bisa menikah di Gerejanya sendiri. Kalau tidak bisa memenuhi target ya sudah, dia tidak dapat gaji dan dinyatakan gagal. Sama kaya yang jadi Rama, kalau mau jadi Rama juga harus keluar biaya lagi. Dia harus berjuang selama 6 tahun dengan memberi bantuan tidak terbatas. Pastur juga sama.
153
Semua tokoh agama Kristen atau Katholik punya proses sesuai tingkatannya. Bahkan perjuangan hidup mereka sebenarnya lebih sulit dari agama Islam. Aku pernah juga ketemu sama calon biarawati sewaktu dia melarikan diri di Pondoknya ustadzku karena mau dibunuh. Ya aku tau semua ini karena aku sering main ke Gereja, ngobrol sama tokoh agama Kristen Katholik, ya keluarga dari ibuku kan tidak ada yang Islam jadi banyak hal yang aku tau dari proses mereka.” Beliau juga merasa prihatin terhadap generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya. Generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya kini seperti menganggap pendidikan agama sudah tidak penting. Tempat ibadah dibangun megah, namun sedikit yang mau berkunjung di tempat tersebut. Bahkan untuk melaksanakan sholat berjamaahpun terasa berat bagi pemuda Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas. “.. ya, anak muda itu masih gampang dipengaruhi. Apalagi masanya kan masih labil. Liat sendirilah di Somopuro sini bagaimana. Remaja atau mahasiswa UKSW otomatis punya temen atau kenalan agama non Muslim kan. Carane ya mereka yang muslim diajak main ke kost mahasiswa Kristen itu. Nanti di sana kalau sesama laki-laki ya diajak main playstation sampai lupa waktu sholat. Kalau yang perempuan ya diajak free sex, nanti jadinya hamil, secara otomatis pasti meminta pertanggung jawaban dengan menikah. Nah kalau menikah gak bisa kan beda agama. Salah satu harus mengalah. Proses pernikahan Nasrani itu juga tidak mudah lho dek. Sebelum menikah itu calon pengantinnya harus menghafal doa di Gereja selama satu bulan. Kalau sudah baru dibaptis, dan menikahnya orang non Muslim itu tidak bisa disembarang Gereja dek. Bisanya ya di tempat dimana dia terdaftar
154
menjadi jemaat Gereja. Dan orang Nasrani itu kalau sudah menikah sulit cerai. Di sini banyak yang pindah agama Kristen karena ikut suami atau istri. Bahkan anak ulama atau lulusan pondok pesantren sekalipun.”Anak-anak kecil kurang tertarik untuk belajar ilmu agama, dan lebih tertarik dengan belajar ilmu umum yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana melalui bimbingan belajar sepulang sekolah. “Sebetulnya terget mereka yang paling mudah itu anak-anak kecil. Lewat bimbingan belajar apa kegiatan bermain itu lho dek. Aku bisa cerita karena aku sudah membuktikan sendiri. Keponakanku sendiri pernah dek, diajak sama mahasiswa UKSW belajar katanya. Mereka berkelompok dek, ngajak anak-anak kecil mainan bersama, belajar bersama. Setiap pertemuan itu anak-anak kecil dikasih makanan yang sekiranya bisa menarik buat anak-anak kecil, ya.. seperti permen, coklat, banyak lah. Sistem belajare itu, mereka ngajari anak-anak kecil nyanyi-nyanyi pakai bahasa Inggris, kan kalau anak-anak kecil belum mudeng sama lagu asing seperti itu. Terus diajari doa-doa pakai bahasa Indonesia sama Inggris. Nah, kalau sudah selesai anak-anak kecil itu dikasih majalah kecil gitu, disuruh bawa pulang, dibaca sendiri. Pernah buku keponakanku tak pinjem, aku penasaran tak baca. Ternyata isine itu ya tentang pendidikan agama Kristen. Ya memang kemasane kelihatane menarik, ada gambar-gambarnya, tapi kalau dibaca benerbener ternyata isine menjurus ke situ. Kalau lewat lagu, majalah kan anak seumuran PAUD, TK gampang banget nyantel, karena daya ingat anak masih bagus banget. Nah, lewat cara seperti itu ternyata mereka memberi pengaruh kepada anak-anak kecil.
155
Lampiran 2 Peta Lingkungan UKSW dan sekitarnya
156
Lampiran 3 TABEL 3.1 Pengelompokan Penduduk berdasar Agama
No.
Keterangan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Islam
5471
5579
11050
2.
Kristen
1526
1696
3222
3.
Katholik
755
784
1539
4.
Hindu
2
6
8
5.
Budha
42
41
83
6.
Konghucu
0
0
0
7.
Kepercayaan
1
1
2
7797
8107
15904
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015 9:36:11) TABEL 3.2 Pengelompokan Penduduk berdasar Pendidikan No.
Keterangan
1.
Tidak / Belum Sekolah
1108
1159
2267
Belum Tamat SD / Sederajat
782
800
1582
3.
Tamat SD / Sederajat
891
1259
2150
4.
SLTP / Sederajat
1030
1159
2189
5.
SLTA / Sederajat
2681
2439
5120
6.
Diploma 1 / 2
51
94
145
2.
Laki-Laki Perempuan Jumlah
157
7.
Akademi / Diploma 3 Sarjana Muda
288
341
629
8.
Diploma 4 / Strata 1
873
788
1661
9.
Strata 2
86
62
148
10.
Strata 3
7
6
13
7797
8107
15904
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015 9:38:15) TABEL 3.3 Pengelompokan Penduduk berdasar Pekerjaan No.
Keterangan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Belum / Tidak Bekerja
1417
1360
2777
Mengurus Rumah Tangga
5
2055
2060
3.
Pelajar / Mahasiswa
1672
1499
3171
4.
Pensiunan
294
204
498
5.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
234
189
423
6.
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
46
0
46
7.
Polri
43
4
47
8.
Perdagangan
22
21
43
9.
Petani / Pekebun
9
5
14
10.
Peternak
0
1
1
11.
Industri
2
5
7
12.
Konstruksi
5
0
5
2.
158
13.
Transportasi
6
0
6
14.
Karyawan Swasta
1752
1184
2936
15.
Karyawan BUMN
45
19
64
16.
Karyawan BUMD
7
6
13
17.
Karyawan Honorer
21
19
40
18.
Buruh Harian Lepas
638
323
961
19.
Buruh Tani / Perkebunan
15
2
17
Buruh Peternakan
4
0
4
21.
Pembantu Rumah Tangga
0
34
34
22.
Tukang Cukur
5
1
6
23.
Tukang Listrik
6
0
6
Tukang Batu
15
0
15
25.
Tukang Kayu
9
0
9
26.
Tukang Sol Sepatu
1
0
1
27.
Tukang Las / Pandai Besi
4
0
4
28.
Tukang Jahit
6
9
15
29.
Penata Rias
1
1
2
30.
Penata Rambut
0
1
1
31.
Mekanik
13
0
13
32.
Seniman
6
0
6
33.
Tabib
1
0
1
34.
Perancang Busana
0
1
1
20.
24.
159
35.
Pendeta
16
3
19
36.
Pastor
4
0
4
37.
Wartawan
3
1
4
38.
Ustad / Mubaligh
1
0
1
39.
Juru Masak
2
1
3
40.
Anggota DPRD Kabupaten / Kota
2
0
2
41.
Dosen
44
35
79
42.
Guru
87
192
279
43.
Pengacara
2
0
2
44.
Notaris
0
1
1
45.
Arsitek
3
0
3
46.
Akuntan
1
1
2
47.
Konsultan
0
1
1
48.
Dokter
7
8
15
49.
Bidan
0
11
11
50.
Perawat
1
10
11
51.
Apoteker
2
2
4
52.
Psikiater / Psikolog
0
1
1
53.
Pelaut
5
0
5
54.
Peneliti
1
3
4
55.
Sopir
64
0
64
56.
Pedagang
117
158
275
160
57.
Biarawati
0
5
5
58.
Wiraswasta
1128
729
1857
59.
Pekerjaan Lainnya
3
1
4
7797
8106
15903
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015 9:46:05) TABEL 3.4 Daftar Nama Tempat Ibadah No.
Nama Tempat Ibadah
Agama
Lokasi
1.
Masjid Ath-Thohiriyyah
Islam
Domas
2.
Mushola Nurussalam
Islam
Domas
3.
Mushola Ar-Rahman
Islam
Domas
4.
Mushola Al-Mau‟idhoh
Islam
Somopuro Lor
5.
Mushola An-Nur
Islam
Somopuro Kidul
6.
Mushola Nurul Hidayah
Islam
Somopuro Tengah
7.
Masjid Al-Huda
Islam
Cungkup
8.
Masjid Darul Istiqomah
Islam
Kemiri
9.
Mushola Ar-Rahman
Islam
Kemiri
10.
Masjid Istiqomah
Islam
Kemiri
11.
Masjid Al-Ikhlas
Islam
Kemiri
12.
Gereja Berea (STTB)
Kristen
Kemiri
13.
Masjid Al-Hikmah
Islam
Kemiri
161
TABEL 3.5 Data Lembaga Pendidikan
No
Nama Lembaga Pendidikan
Jenjang Pendidikan
1.
PAUD Ath-Thohiriyyah Salatiga
PAUD
Domas
2.
PAUD Laboratorium Kristen Satya Wacana
PAUD
Cungkup
Pos PAUD Kasih Bunda 09 Salatiga
PAUD
Kemiri
4.
TK Ath-Thohiriyyah Salatiga
TK
Domas
5.
TK Laboratorium Kristen Satya Wacana
TK
Cungkup
6.
TK Pertiwi Salatiga
TK
Kemiri
7.
SD N 08 Salatiga
SD
Domas
8.
SD N 12 Salatiga
SD
Domas
SD
Cungkup
SMP
Cungkup dan Kemiri
3.
Lokasi
10.
SD Laboratorium Kristen Satya Wacana SMP Laboratorium Kristen Satya Wacana
11.
SMP Kristen 02 Salatiga
SMP
Kemiri
12.
SMA Laboratorium Kristen Satya Wacana
SMA
Cungkup dan Kemiri
13.
SMK Kristen 01 Salatiga
SMK
Kemiri
14.
SMK Teresiana Salatiga
SMK
Kemiri
SMA N 01 Salatiga
SMA
Kemiri
Perguruan Tinggi
Kemiri
Perguruan Tinggi
Kemiri
9.
15. 16. 17.
Sekolah Tinggi Teologi Berea (STTB) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
162
Lampiran 4
Wawancara dengan Bp. M. Arifin
Warga non-Muslim ikut merayakan Hari Raya Idul Fitri
163
Pertokoan sekitar UKSW
164
Jalan pintu belakang UKSW
165
Perkampungan Kemiri – Salatiga
Rumah Kos Putra di Somopuro Lor - Salatiga
166
Rumah Kos Putri di Somopuro Lor – Salatiga
Masjid Darul Istiqomah, Kemiri - Salatiga
167
PAUD Ath-Thohiriyyah Domas – Salatiga
TPQ Mushalla Al-Mau‟idhoh, Somopuro Lor - Salatiga
168
Wawancara dengan K.H. Muh. Haris
Warga Muslim yang memelihara anjing
169
Gedung Sekolah Tinggi Teologi BAREA
Komplek Biara Betlehem
170
171
SURAT KETERANGAN KEGIATAN Nama
: Walidatul Ikromah
Fakultas/Jurusan : FTIK / PAI NIM
: 11110107
Dosen PA
: Muna Erawati, M.Si.
No
Nama Kegiatan
Tanggal
Keterangan
Nilai
Pelaksanaan 1.
OPAK
25 s.d 27
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
8
Peserta
2
2
Agustus 2010 2.
User Education (Pendidikan
20 s.d 25
Pemakai) STAIN Salatiga
September 2010
3.
Pendidikan dan Latihan Calon
08 s.d 11
Penegak Pandega ke-20 (PLCPP
Oktober 2010
XX) 4.
Gladi Wira Brigsus ke-17 (GWB
26 s.d 29
XVII) Brigade Khusus Naga
Nopember 2010
Sandhi 5.
National Workshop of
19 Desember
Entrepreneurship and Basic
2010
Cooperation 2010 6.
7.
Pembrivetan dan Pelantikan
25 s.d 26
Brigade Khusus Naga Sandhi
Desember 2010
SK Komandan Brigsus Racana
31 Desember
Anggota
Kusuma Dilaga- Woro Srikandhi
2010
Brigsus Naga
tentang Penetapan Nomor
Sandhi
Registrasi Brigsus 8.
Kursus Pembina Pramuka Mahir
25 s.d 30
172
Panitia
8
Tingkat Lanjutan (KML) ke-3
Januari 2011
Se-Jawa 9.
Temu Prestasi Penggalang dan
18 s.d 20
Penegak se- Salatiga dan
Februari 2011
Panitia
4
Peserta
2
Pengurus
4
Sekitarnya 10. Latihan Gabungan (LATGAB) Brigsus Nogo Sosro Sabuk Inten
25 s.d 27 Februari 2011
STAIN Kudus dan Brigsus Naga Sandhi STAIN Salatiga bersama Racana Se- Jawa 11. SK Ketua Stain Salatiga tentang
23 Maret 2011
Pengangkatan Pengurus Racana
(TekPram
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
02.238)
Masa bakti 2011/2012 12. Sosialisasi Nasional Undangundang No. 12 th 2010 tentang
25 s.d 27 Maret
Peserta
8
Peserta
8
15 Mei 2011
Peserta
2
24 s.d 26 Juni
Panitia
3
Panitia
3
Peserta
8
2011
Gerakan Pramuka 13. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar di Pusdiklatda
21 s.d 24 April 2011
Jawa Timur 14. Bhakti Sosial Racana Sultan Agung 2011 tingkat se- Jawa Tengah 15. Jambore dan Olimpiade Anak Sholeh Hidayatullah se- Jawa
2011
Tengah 16. Pendidikan dan Latihan Calon
30 September
Pramuka Pandega ke
s.d 03 Oktober
-21 (PLCPP XXI)
2011
17. Perkemahan Wirakarya X
21 s.d 30
173
Perguruan Tinggi Agama Islam
November 2011
(PTAI) se-Indonesia di IAIN Ambon 18
Workshop Nasional 2 Hari “Bisa
10 s.d 11
Ngomong Inggris Kuasai 500
Desember 2011
Peserta
8
Pengurus
4
Kosakata, Kuasai Grammar” 19. SK Kepala UPK STAIN Salatiga
03 Januari 2012
tentang Pengangkatan Pengurus
(Giat Ops
Racana Kusuma Dilaga-Woro
02.238)
Srikandhi masa bakti 2012 20. Latihan Gabungan (LATGAB) Brigsus STAIN Salatiga dan
5 s.d 7 April
Panitia
3
Peserta
2
Panter 344
2
2012
Brigsus STAIN Kudus 21. Gladi Tangguh Brigsus ke-7 Brigsus Naga Sandhi STAIN
25 s.d 26 Februari 2012
Salatiga 22. SK Komandan Brigsus Racana
26 April 2012
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
(PBB)
tentang Penetapan Penjurusan Panter 23. SK tentang Pengangkatan
15 Juli 2012
Tutor PAUD
4
12 s.d 13
Peserta
4
Panitia
3
Kepengurusan PAUD “SITI RAHMA” Pabelan 24. Kemah Bhakti ke-V Racana seJawa dan Penegak se- Jepara
Januari 2013
Racana INISNU Jepara 25. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)
27 Maret s.d 01 April 2013
174
175
176
\
177
RIWAYAT HIDUP PENULIS Walidatul Ikromah lahir di Salatiga, merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, dari
pasangan Bapak Munawir dan Ibu
Shoimah tanggal 9 April 1992. Bertempat tinggal di Jalan Somopuro Lor Rt 02 Rw 08, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga. Riwayat pendidikan, TK Tarbiyatul Banin I Salatiga ( 1998), SD Negeri 08 Salatiga ( 2004), SMP Negeri 02 Salatiga ( 2007), MA Negeri Salatiga (2010 ), kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan program studi Pendidikan Agama Islam. Organisasi selama menjadi mahasiswi di IAIN Salatiga adalah sebagai pengurus Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi (2010-2014). Organisasi di luar IAIN Salatiga adalah anggota Himpunan Pendidik Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang (2013 hingga sekarang). Skripsi yang berjudul “Kualitas Keberagamaan Masyarakat di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2016 ” adalah karya Ida yang disusun guna memenuhi syarat untuk diperolehnya gelar Sarjana dalam menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yaitu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
178