J. Agrivigor 11(2): 244-250, Mei – Agustus 2012; ISSN 1412-2286
KUALITAS BUNGA KRISAN POTONG ‘YELLOW FIJI’ SEBAGAI RESPON DARI APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE Quality of cut flower of ‘yellow fiji’ as a respons of 1methylcyclopropene application Syariful Mubarok E-mail:
[email protected] Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 Jatinangor 40600. Tlp. 022-7796320. Fax. 022-7796316
ABSTRAK 1-Methylcycloprope (1-MCP) merupakan inhibitor untuk menghambat efek etilen yang dapat mempercepat penurunan kualitas bunga potong. Efek 1-MCP akan memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap tanaman tergantung dari jenis tanaman dan konsentrasinya. Penelitian ini dilakukan untuk mencari konsentrasi optimum 1-MCP untuk meningkatkan kualitas bunga krisan potong (Chrysanthemum morifolium) ’Yellow Fiji’. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Januari 2012. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan 1MCP (0 µL L-1, 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1), semua perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian 1-MCP 0.25 µL L-1 sudah efektif mampu menghambat terjadinya perubahan warna bunga, mencegah pelayuan bunga dan memperpanjang kesegaran bunga krisan potong ’Yellow Fiji’.
Kata Kunci: 1-MCP, Etilen, dan Krisan.
ABSTRACT 1-Methylcycloprope (1-MCP) is an ethylene inhibitor used for preventing ethylene effect that can reduce postharvest quality of cut flowers. 1-MCP gives different effect in different species. The effect of 1-MCP depends on cultivars and active concentrations. The aim of this experiment was to find out the optimum concentration of 1-MCP in increasing postharvest quality of cutted chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) ’Yellow Fiji’. This experiment was cinducted in Horticulture Laboratory, Agriculture Faculty, Universitas Padjadjaran on January 2012. Randomized Coplete Design was used in this experiment with five treatments of 1-MCP concentrations (0 µL L-1, 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1) and repeated thrice. The result showed that 1-MCP 0.25 µL L-1 was effective in preventing flower color change, preventing flower wilt and increasing vase life of chrysanthemum cut flower’Yellow Fiji’.
Keywords: 1-MCP; Ethylene; Chrysanthemum.
PENDAHULUAN Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan tanaman hias terpopuler di Indonesia baik sebagai bunga potong atau bunga pot selain bunga mawar dan anggrek. Bunga krisan potong yang popular di Indonesia antara lain bunga krisan berbunga kuning yang salah satunya adalah krisan kultivar Fiji. Penurun-
an kualitas dan kesegaran bunga potong merupakan kendala yang paling banyak ditemukan. Penurunan kualitas dan kesegaran bunga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu suhu yang ekstrim, periode gelap yang lama, dan etilen (Rapaka et al., 2008). Etilen merupakan penyebab utama penurunan kualitas dan kesegaran bunga potong. Bunga
244
Syariful Mubarok Pelargonium hortonum, Pelargonium domesticum and Pelargonium peltatum layu kurang dari 2 hari setelah diberi etilen 1 µL L-1 (Jones et al., 2001; Evensen, 1991; Cameron and Reid, 2001). Beberapa jenis inhibitor etilen banyak digunakan untuk meningkatkan kesegaran baik bunga potong atau bunga pot, diantaranya adalah 2,5-norbornadine (2,5-NBD), Diazocyclopentadine (DACP), STS and 1-MCP (Serek et al., 2006). Di antara etilen inhibitor tersebut 1-MCP merupakan jenis inhibitor yang paling banyak digunakan karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan inhibitor lainnya yaitu tidak bersifat racun dan efektif dalam konsentrasi rendah. Efektivitas 1-MCP dalam mencegah efek etilen tergantung dari jenis tanaman yang diberi 1-MCP, konsentrasi, durasi waktu pemberian, suhu, stadia pertumbuhan tanaman dan kedewasaan tanaman (Blankenship and Dole, 2003; Dole and Wilkins, 2005). Pada bunga Pelargonium, 1-MCP lebih efektif diberikan pada bunga muda dibandingkan bunga tua dalam meningkatkan kesegaran bunga (Evensen, 1991; Cameron and Reid, 2001) dan 1-MCP tidak efektif untuk meningkatkan umur kesegaran bunga bila diberikan pada bunga yang menuju senescenece (Kim et al., 2007).
cultural Society Fifth Edition dan sudut kulai mahkota bunga antara 75° - 80° terhadap garis vertikal tangkai bunga. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakukan konsentrasi 1MCP (0 µL L-1, 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1) dan diulang sebanyak tiga kali. Setiap perlakuan terdiri dari empat tangkai bunga.
BAHAN DAN METODE
Pengamatan Kualitas Bunga Potong Setelah 6 jam diperlakukan dengan 1-MCP, bunga potong dikeluarkan dari dalam glass chamber dan dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi air untuk merendam tangkai bunganya. Satu botol berisi satu tangkai bunga. Bunga potong yang telah disimpan di dalam botol, kemudian disimpan dalam ruangan untuk meihat kualitas dan lama kesegaran
Persiapan Alat dan Bahan Percobaan dilaksanakan pada Bulan Januari 2012 di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bahan tanaman yang dipergunakan adalah Bunga Krisan Potong (Dendranthema grandiflora) ‘Yellow Fiji’ dengan kriteria warna bunga pada skala 2B menurut Color Chart Royal Horti245
Aplikasi 1-MCP Sebelum diperlakukan dengan 1MCP, tangkai bunga krisan dipotong untuk mendapatkan panjang tangkai bunga yang seragam yaitu 70 cm. Setelah tangkai bunga dipotong, bunga dimasukkan ke dalam glass chamber yang berbeda untuk diberi perlakuan dengan 1MCP pada konsentrasi yang berbeda. Untuk lima perlakuan dan tiga ulangan dibutuhkan sebanyak 15 glass chamber berisi masing – masing 4 kuntum bunga. Serbuk formulasi 1-MCP yang telah ditimbang untuk mendapatkan konsentrasi 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1 masing – masing dimasukkan ke dalam glass chamber yang telah berisi bunga, sedangkan untuk kontrol (0 µL L-1) tidak diberi apa – apa. Beberapa tetes air ditambahkan pada serbuk formulasi tersebut, kemudian glass chamber ditutup rapat dan dibiarkan selama 6 jam.
Kualitas bunga krisan potong sebagai respon dari aplikasi 1-methylcyclopropene bunga. Beberapa parameter yang diamati yaitu: 1. Periode perubahan warna bunga (hari) dihitung mulai dari kriteria warna bunga awal saat panen atau saat mulai perlakuan dimana warna bunga pada skala 2B sampai bunga mengalamiperubahan warna menjadi skala 2C pada grup warna kuning Fan 1 berdasarkan standar Color Chart Royal Horticultural Society Fifth Edition. 2. Sudut kulai bunga diamati dengan menghitung sudut kulai mahkota bunga terhadap garis vertikal tangkai bunga. Sudut kulai bunga diamati pada saat bunga kontrol (tanpa perlakuan 1-MCP) mengalami terjadinya perubahan warna bunga dari skala 2B ke 2C (Color Chart Royal Horticultural Society Fifth Edition). 3. Lama kesegaran bunga dihitung dari kondisi sangat segar, dengan criteria warna bunga kuning cerah (skala 2B) dan mempunyai sudut kulai bunga <90°, sampai dengan bunga mencapai criteria layu atau kesegaran bunganya sudah hilang yang ditandai dengan perubahan warna bunga menjadi pudar (skala 2C) dan mempunyai sudut kulai bunga >130°. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian dianalisis menggunakan ANOVA pada taraf 5% pada program SPSS 17. Untuk melihat perbedaan nilai rata – rata antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis statistik menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa pem-
berian 1-MCP memberikan pengaruh yang signifikan terhadap periode waktu perubahan warna bunga, sudut kulai mahkota bunga dan lama kesegaran bunga (p-value > 0.05). Perbedaan nilai rata – rata di antara perlakuan menggunakan uji Duncan pada taraf 5% menunjukkan bahwa periode waktu perubahan warna bunga (Gambar 1), sudut kulai mahkota bunga (Gambar 2) dan lama kesegaran bunga (Gambar 3) pada bunga krisan ’Yellow Fiji’ yang tidak diberi 1-MCP (kontrol) secara signifkan berbeda nyata dengan bunga yang diberi perlakuan 1-MCP pada semua tingkatan konsentrasi yang berbeda. Akan tetapi diantara bunga yang diberi perlakuan 1MCP tidak menunjukkan perbadaan yang nyata pada periode waktu perubahan warna bunga, sudut kulai mahkota bunga dan lama kesegaran bunga krisan ’Yellow Fiji’. Bunga yang tidak diberi 1-MCP, memiliki waktu perubahan warna bunga dari skala 2B ke 2C yang lebih cepat (9.3 hari) dibandingkan dengan bunga yang diberi perlakuan 1-MCP 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1 yang masing – masing mempunyai periode waktu perubahan warna bunga masing – masing adalah 12.3 hari, 12.7 hari, 13.0 hari dan 12.7 hari (Gambar 1). Perubahan warna mahkota bunga, merupakan gejala awal yang terjadi pada proses penuaan bunga. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan warna mahkota bunga krisan ’Yellow Fiji’ selama proses penyimpanan dari skala 2B yang berwarna kuning cerah ke 2C yang berwarna kuning pucat atau pudar. Perubahan warna mahkota bunga selama proses penuaan erat kaitannya dengan pengaruh etilen, karena etilen merupakan hormon yang sangat ber246
Syariful Mubarok terlihat bahwa pemberian 1-MCP dapat memperpanjangwaktu perubahan warna bunga 3 sampai 4 hari lebih lama dibandingkan dengan bunga yang tidak diberi 1-MCP.
pengaruh terhadap proses penuaan pada tanaman. Hal ini terlihat dari bunga Lupinus albifrons yang diberi etilen, warna bunganya berubah menjadi lebih pudar (Stead and Reid, 1990). Dari grafik yang disajikan pada Gambar 1 dapat
b
b
b
b
a
Gambar 1. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap periode perubahan warna bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.
a
b
b b
b
Gambar 2. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap sudut kulai mahkota bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.
247
Kualitas bunga krisan potong sebagai respon dari aplikasi 1-methylcyclopropene
Selain proses perubahan warna bunga menjadi lebih pudar, proses penuaan bunga ditandai dengan pelayuan bunga yang diakibatkan oleh hilangnya turgiditas sel bunga yang pada akhirnya menyebabkan bunga rontok (van Doorn, 2008). Pada periode waktu penyimpanan, bunga krisan ‘Yellow Fiji’ selain mengalami proses perubahan warna bunga, terlihat juga adanya proses pelayuan bunga yang ditandai dengan layunya mahkota bunga atau meningkatnya sudut kulai bunga. Sudut kulai bunga akan menentukan berapa besar tingkat kelayuan bunga tersebut. Gambar 2 menunjukkan derajat sudut kulai bunga krisan ‘Yellow Fiji’ pada umur 9 hari setalah perlakuan 1-MCP. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pemberian 1-MCP secara
nyata dapat mencegah pelayuan bunga krisan yang ditandai lebih kecilnya sudut kulai bunga antara 7.5° - 10.8° dibandingkan dengan bunga yang tidak diberi 1-MCP (kontrol) yang mempunyai sudut kulai bunga 121.7°. Kualitas bunga potong tidak lepas dari kriteria lama kesegaran bunga atau lama waktu bunga mekar. Lama waktu bunga mekar merupakan waktu yang ditempuh untuk bunga mekar mulai dari panen sampai penampilan bunga sudah tidak menarik atau layu. Pada penelitian ini, kriteria kesegaran bunga krisan ‘Yellow Fiji’ sudah hilang ketika warna bunga memudar dan sudut kulai bunga lebih dari 130°. Dari Gambar 3 terlihat bahwa pemberian 1-MCP secara nyata dapat
Gambar 3. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap lama kesegaran bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.
248
Syariful Mubarok memperpanjang lama kesegaran bunga krisan ‘Yellow Fiji’ antara 2 – 3.4 hari lebih lama dibandingkan dengan bunga yang tidak diberi 1MCP. Hal ini pun terlihat dari hasil penelitian Kebenei et al. (2003) yang melaporkan bahwa 1-MCP secara nyata dapat memperpanjang kesegaran bunga kalancu dan sweet pea selama 4 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol. Secara umum, 1MCP dalam konsentrasi rendah (0.25 µL L-1 ) sudah mampu untuk menghambat aktivitas etilen dengan mencegah penurunan kualitas hasil bunga krisan ‘Yellow Fiji’. Kerja 1MCP dalam menghambat aksi etilen, diduga bahwa 1-MCP menempati reseptor etilen sehingga etilen tidak dapat terikat pada reseptornya (Sisler and Serek, 2006). Selain itu 1-MCP pun dapat menghambat biosintesis etilen (Uthaichay, 2007). Ketidak mampuan etilen untuk meng-ikat reseptornya mengakibatkan etilen tidak dapat memberikan respon terhadap tanaman. KESIMPULAN Penggunaan 1-MCP pada konsentrasi rendah 0.25 µL L-1 sudah mampu mempertahankan kualitas bunga krisan potong ’Yellow Fiji’ dengan cara menghambat terjadinya perubahan warna bunga, mencegah pelayuan bunga dan memperpanjang lama kesegaran bunga.
249
DAFTAR PUSTAKA Blankenship, S., M. and J. M. Dole. 2003. 1-Methylcyclopropane: a review. Postharvest Biol. Technol. 28: 1 – 25. Cameron, A., C. and M. S. Reid. 2001. 1-MCP blocks ethylene induced petal abscission of Pelargonium peltatum but the effect is transients. Postharvest Biology and Technol. 22: 169 – 177. Dole, J., M. and H. F. Wilkins. 2005. Floriculture: Principle and Species 2nd edition. Pearson/ Prentice Hall, New Jersey, ISBN: 0-13-046250-0, pp. 726 – 739. Evensen, K. B. 1991. Ethylene responsiveness changes in Pelargonium X domesticum. Physiologia Plantarum 82: 409 – 412. Jones, M. L., E. S. Kim and S. E. Newman. 2001. Role of ethylene and 1-MCP in flower development and petal abscission in zonal Pelargonium.Hort. Science. 36(7): 1305 –1309. Kebenei, Z., E.C. Sisler, T. Winkelmann. and M. Serek, M. 2003. Efficacy of inhibitors of ethylene perception in improvement of display life of kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana Poelln.) flowers. Postharvest Biol. and Tech. 78: 433–436. Kim, H. J., R. Craig and K. M. Brown. 2007. Ethylene resistance of Regal Pelargonium is complemented but not replaced
Kualitas bunga krisan potong sebagai respon dari aplikasi 1-methylcyclopropene
by 1-MCP. Postharvest Biol. Technol, 45: 66 –72 Rapaka, V. K., J. F. Faust, J. M. Dole and E. R. Runkle. 2008. Endogenous carbohydrate status affects postharvest ethylene sensitivity in relation to leaf sensecence and adventitious root formation in Pelargonium cuttings. Postharvest Biology and Technology, 48: 272 – 282. Serek, M., E. J. Woltering, E. C. Sisler, S. Frello and S. Srikandarajah. 2006. Controlling ethylene responses in flower at the receptor level. Biotechnology Advances, 24: 368 – 381.
Steid, A.D. and M. S. Reid. 1990. The effect of pollination and ethylene on the colour change of the banner spot of Lupinus albifrons (bentham) flowers. Life Sci. Annals of Bot. 66(6): 655 – 663. Uthaichay, N, S. Ketsa and W.G. van Doorn. 2007. 1-MCP pretreatment prevents bud and flower abscission in Dendrobium orchids. Postharvest Biol. and Tech. 43: 374–380 van Doorn, W. G and E. J. Woltering. 2008. Physiology and molecular biology of petal senescence. J. of Experimental Bot. 3: 1 – 28.
250