EFEK SUSPENSI PENGAWET TERHADAP KUALITAS BUNGA POTONG HERBRAS SUSPENSION EFFECT OF TRANSVAAL DAISY CUT FLOWER PRESERVATIVE ON QUALITY
Farida Iriani Program studi Agroteknologi FP Universitas Bandung Raya Jl. Cikutra No. 171 Bandung. 40124. Telp/Fax 022-7202193 Korespondensi:
[email protected] ABSTRACT
The usage of preservative solution as a force to improve the quality of Transvaal daisy cut flower Ornella cultivar is effective. A preservative that was formulated from sucrose + citric acid + lysol + oxyacetate acid was made as suspension by adding of cmc, will be examined its effectivity in this experiment. An experiment by using Randomized Block Design bifactor, which are dosage of suspension and suspension saving period before it was going to be added into the soaking water of Transvaal daisy cut flower. Respons of variable which analyzed are vase life, petal blooming capacity, dynamics of fresh weight relative and water absorpsiton relative 2-days. The result showed that dosage a 50 mLL-1 of suspension and three months saving period was the best compare to another respons variable.
Key words: cut flower preservative, dosage suspension
ABSTRAK Pemanfaatan bahan pengawet sebagai upaya meningkatkan kualitas bunga potong herbras kultivar Ornella adalah efektif. Bahan pengawet yang diformulasi dari senyawa sukrosa + asam sitrat + lisol + asam oksiasetat yang telah dibuat menjadi bentuk sediaan suspensi dengan penambahan penyuspensi cmc, akan dikaji keefektifannya dalam percobaan ini. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dwi faktor, yaitu takaran suspensi dan lama suspensi tersimpan yang akan ditambahkan ke dalam air perendam sebelum bunga potong tersebut diperagakan. Peubah yang diamati adalah umur peragaan, diameter mekar maksimum, dinamika perkembangan bobot segar relatif dan serapan air relatif 2-harian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa takaran suspensi 50 mLL-1 dan tersimpan tiga bulan adalah terbaik terhadap semua peubah yang diamati.
Key words: pengawet bunga potong, takaran suspensi,
PENDAHULUAN Permintaan domestik Indonesia akan bunga potong semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Denpasar (BPEN, 2007), hal ini diprediksi seiring dengan meningkatnya pendapatan dan peradaban masyarakat. Bunga potong herbras (Gerbera jamesonii) adalah salah satu jenis bunga potong yang digemari semua golongan masyarakat karena tingginya keragaman warna, dan harga yang relatif terjangkau . Umumnya konsumen menghendaki bunga potong berkualitas baik, antara lain diameter mekar bunga lebih lebar, warna yang tidak cepat pudar, dan umur peragaan yang panjang. Perbedaan umur peragaan tiap jenis bunga potong dengan bahan dekoratif lainnya, seringkali menjadi kendala bagi produsen dalam menata suatu rangkaian. Upaya pengelolaan pascapanen bunga potong dengan maksud meningkatkan kualitas bunga potong itu selama masa peragaan telah dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya (Iriani, 2006). Beberapa peneliti sependapat bahwa kualitas bunga potong dapat ditingkatkan melalui upaya perendaman dalam bahan pengawet sejak bunga dipotong hingga tiba di jaringan pemasaran (Acedo dan Kanlayanarat, 2001).
Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa bahan pengawet yang diformulasi dari senyawa sukrosa + asam sitrat + lisol adalah efektif meningkatkan kualitas bunga potong herbras kultivar Ornella, terutama umur peragaan yaitu meningkat sebesar 29 % dibandingkan jika direndam dalam larutan tanpa bahan pengawet (Iriani, 2009a). Kualitas umur peragaan tersebut ternyata masih dapat ditingkatkan lagi menjadi 38 % jika formula pengawet itu ditambahkan senyawa asam oksiasetat (Iriani, 2009b). Bahan pengawet yang diformulasi dari senyawa sukrosa + asam sitrat + lisol + asam oksiasetat telah dibuat menjadi bentuk suspensi dengan penambahan senyawa penyuspensi jenis
karboksi metil selulosa (kms) selama masa simpan sampai
dengan tiga bulan adalah stabil sifat fisika-kimianya (Iriani, 2010).
Bagaimana keefektifan suspensi pengawet yang diformulasi dari empat jenis senyawa kimia dan telah ditambahkan senyawa penyuspensi jenis kms itu terhadap peningkatan kualitas bunga potong herbras merupakan tujuan dari percobaan ini.
Hasil kajian yang
diperoleh akan menginformasikan bahwa suspensi pengawet yang telah dibuat layak dikomersialisasikan sehingga diharapkan dapat memacu industri florikultura Indonesia.
BAHAN DAN METODA Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dwi faktor, yaitu penggunaan suspensi dengan empat taraf lama simpan: (0 bulan) (w0), 1 bulan (w1), 2 bulan (w2), atau 3 bulan (w3), dan tiga taraf takaran suspensi: 50 % di bawah optimum (t1), takaran optimum *(t2), dan takaran 50 % di atas optimum (t3) yang dilarutkan dalam 1 L akuades sebagai air perendam bunga potong herbras selama 15 jam. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali yang terdiri atas tiga tangkai bunga. Kriteria keseragaman contoh bunga potong herbras adalah, panjang tangkai 30-50cm, dan kondisi bunga mekar berdiameter 6 - 7 cm. Dari percobaan ini telah dikumpulkan berbagai data peubah tanaman, yaitu umur peragaan (hsp), diameter mekar maksimum (cm), perkembangan bobot segar relatif 2-harian (%) dan perkembangan serapan air relatif 2-harian ( g.g.-1). Data penunjang diukur pH larutan pengawet (Lampiran 1.) dan suhu ruang rata-rata harian, yaitu24 0C. Data umur peragaan dan diameter mekar maksimum, diuji dengan sidik ragam menurut Rancangan Acak Kelompok (Gasperz, 1991) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dinamika peningkatan kualitas bunga potong, diamati melalui perkembangan bobot segar relatif 2harian (BSR) dan serapan air relatif 2-harian (SAR) yang diperoleh melalui rumus berikut (Setyadjid et al, 2004). ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------*) takaran optimum setara dengan (50 x 103 sukrosa + 248 asam sitrat + 825 lisol + 50 asam oksiasetat) mgL-1
BSR = Wt
Wt
x 100 %
Wt−2
= bobot segar bunga potong (g) pada hari ke 3, 5, 7,…
Wt-2 = bobot segar bunga potong (g) pada hari ke t-2 SAR = St-2 - St Wt-2 St
= bobot air dalam jambangan (g) pada hari ke 3,5,7,…
St-2 = bobot air dalam jambangan (g) pada hari ke t-2 Wt-2 = bobot segar bunga potong (g) pada hari ke t-2 Hasil perhitungan BSR dan SAR kemudian diuji menurut sidik
regresi model
kuadratik (Gasperz, 1995). Kurva yang diperoleh diperbandingkan dengan uji kesejajaran keberimpitan (Draper dan Smith, 1981). HASIL DAN PEMBAHASAN Umur peragaan dan diameter mekar maksimum Umur peragaan dan diameter mekar maksimum hanya dikendalikan oleh takaran suspensi. Perendaman dalam larutan bersuspensi pengawet pada takaran 50 mLL-1 (setara takaran optimum yang diformulasi dari senyawa sukrosa + asam sitrat + lisol + asam oksiasetat sebelum ditambahkan penyuspensi kms) memberikan efek yang lebih baik terhadap umur peragaan dan diameter mekar maksimum bunga potong herbras. Umur peragaan bunga potong herbras
meningkat sebesar 71 % jika dibandingkan dengan perendaman dalam
larutan tanpa pengawet atau akuades saja. Umur peragaan dan diameter mekar maksimum bunga potong herbras yang direndam dalam larutan suspensi pengawet diduga lebih dikendalikan oleh peran senyawa sukrosa sebagai sumber energi, sedangkan senyawa asam oksiasetat diperkirakan berperan dalam mencegah percepatan rusaknya membran sel akibat serangan mikroba pada dasar tangkai bunga (Iriani, 2009b)).
Tabel 1. Umur peragaan dan diameter mekar maksimum bunga potong herbras yang direndam dalam larutan suspensi pengawet bervariasi takaran dan lama simpan. Peubah yang diamati
Takaran suspensi (T)
Lama simpan suspensi (W) (bulan) 0
1
2
3
………hari setelah panen (hsp)………
Umur peragaan
……hsp…..
25 mLL-1
11,33
11,33
11,33
11,00
11,25
b
50 mLL-1
12,01
11,67
12,67
11,67
12,01
c
75 mLL-1
11,00
9,33
10,67
9,33
10,08
a
………………..cm………………..
Diameter mekar maksimum
Rerata semua lama simpan
……cm…..
25 mLL-1
9,37
9,13
8,87
9,27
9,16
y
50 mLL-1
9,23
9,30
9,17
9,33
9,26
y
75 mLL-1
8,80
8,40
8,80
8,70
8,68
x
Keterangan: Efek T teruji nyata untuk tiap peubah yang diamati. Masing-masing angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama arah vertikal tidak berbeda menurut uji BNT=0,05.
Lebih tingginya angka umur peragaan dan diameter mekar maksimum yang dicapai akibat perendaman dalam larutan suspensi pengawet daripada jika direndam dalam akuades saja, tidak begitu berarti dibandingkan dengan deskripsi bunga potong herbras kultivar Ornella yang digunakan (Lampiran 2). Hal itu disebabkan oleh banyak faktor terutama selama kultivar tersebut berada di pertanaman, antara lain tanaman tidak berasal dari benih atau rizoma unggul herbras kultivar Ornella melainkan hasil perbanyakan vegetatif yang berulang (kebun sudah 5 tahun mengalami regenerasi), status gizi, pengairan, dan lingkungan green house yang kurang optimal. Namun, pertambahan panjang umur peragaan dan ukuran diameter mekar maksimum yang dicapai dalam percobaan ini cukup bermakna, mengingat herbras merupakan tanaman sub tropis yang tidak menginginkan kehadiran cahaya berlebih seperti yang terjadi jika ditanam di daerah tropis.
Dinamika serapan air dan penurunan bobot segar relatif Gambar 1. dan Gambar 2. berikut, masing-masing menyajikan perkembangan serapan air relatif dan bobot segar relatif 2-harian bunga potong herbras. Berdasarkan ke dua gambar itu dapat disimpulkan bahwa perendaman dalam larutan suspensi pengawet pada takaran 50 mLL-1 atau 25 mLL-1 memberikan efek yang lebih baik daripada takaran 75 mLL-1. Hasil itu sejalan dengan data umur peragaan dan diameter mekar maksimum. Tidak tercapainya peningkatan kualitas akibat meningkatnya takaran sebesar 75 mLL-1 diduga disebabkan oleh konsentrasi yang terlalu tinggi, mengakibatkan pH larutan perendam menjadi sangat rendah, yaitu nilai pH berkisar 3,12 sampai 3,41 sedangkan pH air perendam selanjutnya atau selama bunga potong herbras diperagakan, yaitu 8,32. Kondisi perubahan nilai pH yang mendadak pada air perendam mengakibatkan
bunga
potong
herbras
mengalami
pembengkokan leher tangkai (bent neck syndrome).
cekaman
sehingga
terjadi
gejala
Pembengkokan leher tangkai pada bunga
potong merupakan kondisi yang umum ditemukan, disebabkan oleh ketidaklancaran translokasi air dan linarut ke seluruh jaringan (Durso dan Boodlley, 1979) sehubungan dengan terhalangnya sistem vaskuler di dasar tangkai akibat akumulasi mikroba jika nilai pH larutan perendam 5 (Conrado et al., 1980) sehingga mengakibatkan munculnya gejala senesens. Selain itu, konsentrasi bahan pengawet yang terlalu tinggi menyebabkan linarut berada
pada zona
penghambatan menurut teori toleransi Shelford (1913, dikutip oleh Salisbury dan Ross, 1995) sehingga sel berada pada taraf keracunan dan berakhir dengan senesens yang dipercepat . Selain itu terjadi pemanjangan tangkai bunga dan perubahan warna bunga yang semakin gelap (menjadi oranye tua) selama diperagakan akibat sebelumnya direndam dalam larutan suspensi pengawet bertakaran 75 mLL-1 sehingga kelopak bunga lebih cepat layu, dan serbuk
(a) SAR bunga herbras dengan lama simpan suspensi nol bulan
(b) SAR bunga herbras dengan lama simpan suspensi satu bulan 0.5
Serapan air relatif (g.g ^-1)
Serapan air relatif (g.g ^-1)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.4 0.3 0.2 0.1
0
0 1
3
5
hari
7
9
11
1
3
5
7
hari
9
11
____ Yt1 = 0,5350 - 0,0473x + 0,0015x2 R2 = 0,9022** ____ Yt2 = 0,5376 - 0,0533x + 0,0017x2 R2 = 0,8613** ____ Yt3 = 0,5199 - 0.0557x + 0,0018x2 R2 = 0,8212*
____ Yt1 = 0,5727 - 0,0655x + 0,0023x2 R2 = 0,8649** ____ Yt2 = 0,5501 - 0,0567x + 0,0019x2 R2 = 0,9064** ____ Yt3 = 0,5256 - 0,0613x + 0,0024x2 R2 = 0,7470*
Matriks perbandingan antar kurva:
Matriks perbandingan antar kurva:
Yt2 Yt3
Yt1
Yt2
/ /
//
(c) SAR bunga herbras dengan lama simpan suspensi dua bulan
Yt2
/
Yt3
/
Yt2
//
(d) SAR bunga herbras dengan lama simpan suspensi tiga bulan
0.5
0.5
Serapan air relatif (g.g ^-1)
Serapan air relatif (g.g ^-1)
Yt1
0.4
0.4
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0 1
3
5
hari
7
9
____ Yt1 = 0,6602 - 0,0827x + 0,0032x2 R2 = 0,9913** ____ Yt2 = 0,6903 - 0,0753x + 0,0024x2 R2 = 0,8869** ____ Yt3 = 0,6545 - 0,0817x + 0,0032x2 R2 = 0,9403** Matriks perbandingan antar kurva:
Yt2 Yt3
Yt1 // /
Yt2
11
0 1
3
hari
7
9
11
____ Yt1 = 0,6413 - 0,0717x + 0,0024x2 R2 = 0,9423** ____ Yt2 = 0,5394 - 0,0457x + 0,0016x2 R2 = 0,9539** ____ Yt3 = 0,5817 - 0,0637x + 0,0021x2 R2 = 0,9621** Matriks perbandingan antar kurva:
//
Keterangan: / sejajar dan berhimpit // sejajar dan tidak berhimpit * berbeda pada taraf uji 0,05 ** berbeda pada taraf uji 0,01
5
Yt2 Yt3
Yt1 / //
Yt2 /
t1 = takaran 25 mLL-1 t2 = takaran 50 mLL-1 t3 = takaran 75 mLL-1
Gambar 1. Efek perendaman dalam larutan suspensi pengawet bervariasi lama simpan dan takaran terhadap perkembangan SAR bunga herbras.
(a) BSR bunga herbras dengan lama simpan suspensi nol bulan
(b) BSR bunga herbras dengan lama simpan suspensi satu bulan 120
Bobot segar relatif (%)
Bobot segar relatif (%)
120 100 80 60 40 20
100 80 60 40 20
0
0 1
3
5
7
9
11
1
3
5
hari ____ Yt1 = 107,1415 - 8,7477x + 0,3919x2 ____ Yt2 = 105,2624 - 5,4906x + 0,1417x
R2 = 0,9668**
2
9
11
____ Yt2 = 104,9221 - 4,5854x + 0,0043x2 R2 = 0,9572**
2
____ Yt3 = 105,1130 - 5,5437x + 0,1273x2 R2 = 0,9697 Matriks perbandingan Yt1 Yt2 antar kurva: Yt2 /
____ Yt3 = 104,7142 - 4,6724x + 0,1111x R = 0,9313** Matriks perbandingan Yt1 Yt2 antar kurva: Yt2 / Yt3
____ Yt1 = 104,3924 - 5,0769x + 0,1213x2 R2 = 0,9583**
2
R = 0,9661**
2
x
x
Yt3
(c) BSR bunga herbras dengan lama simpan suspensi dua bulan
/
/
(d) BSR bunga herbras dengan lama simpan suspensi tiga bulan
120
120
Bobot segar relatif (%)
100
Bobot segar relatif (%)
7
hari
80 60 40 20 0
100 80 60 40 20 0
1
3
5
7
9
11
hari ____ Yt1 = 105,7521 - 5,0006x + 0,0177x2 R2 = 0,9741** 2
2
1
3
5
hari
7
9
11
____ Yt1 = 104,3902 - 5,0769x + 0,1213x2 R2 = 0,9583**
____ Yt2 = 105,8534 - 5,9877x + 0,1581x R = 0,9322**
____ Yt2 = 104,9252 - 4,5854x + 0,0043x2 R2 = 0,9572**
____ Yt3 = 105,2830 - 6,8810x + 0,2077x2 R2 = 0,9612**
____ Yt3 = 105,1145 - 5,5437x + 0,1273x2 R2 = 0,9697**
Matriks perbandingan antar kurva:
Matriks perbandingan antar kurva:
Yt1 Yt2
/
Yt3
//
Keterangan : / berhimpit // sejajar x tidak sejajar * berbeda pada taraf uji 0,05
Yt2
//
Yt1 Yt2
/
Yt3
/
Yt2
/
t1 = takaran 25 mLL-1 t2 = takaran 50 mLL-1 t3 = takaran 75 mLL-1 * * berbeda pada taraf uji 0,01
Gambar 2. Efek perendaman dalam larutan suspensi pengawet bervariasi lama simpan dan takaran terhadap perkembangan BSR bunga herbras
sari segera rontok, akibat energi yang semula diharapkan untuk mempertahankan mekar bunga tetapi dialihkan untuk dimanfaatkan dalam proses pemanjangan tangkai dan proses pematangan seluruh organ atau jaringan. Penurunan bobot segar relatif
bunga herbras yang lebih lambat adalah akibat
perendaman dalam larutan pengawet bertakaran 50 mLL-1, yaitu tersisa 55 % pada ke-11 hsp kemudian diikuti oleh takaraan 25 mLL-1, yaitu tersisa 34 % pada ke-11 hsp. Angka persentase yang diperoleh itu, mendukung data panjang umur peragaan dan tampilan fisik bunga potong herbras pada ke-11 hsp. Dengan demikian, efek larutan suspensi pengawet bertakaran 50 mLL-1 yang ditambahkan dalam larutan perendam
mampu menstimulasi faktor internal bunga potong
herbras agar mempertahankan kesegarannya. Hasil percobaan sejalan dengan pendapat Pate (1976) bahwa setiap linarut yang membawa nutrisi berbeda akan masuk ke lintasan translokasi dalam
xilem
dengan
masing-masing
perbedaan
gradien
konsentrasi
sehingga
akan
mempengaruhi tingkat serapan linarut itu, dan tanggap jaringan terhadap masukan linarut bervariasi setiap jam, umur fisiologis jaringan, siklus metabolisme, status gizi, dan tingkat keparahan sel akibat kondisi cekamam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1)
Perendaman tangkai bunga potong herbras dalam larutan berisi suspensi pengawet yang diformulasi dari senyawa sukrosa + asam sitrat + lisol + asam oksiasetat + kms pada takaran 50 mLL-1 yang telah disimpan tiga bulan adalah efektif meningkatkan kualitas bunga potong itu,
2)
Peningkatan kualitas bunga potong herbras yang direndam dalam larutan pengawet yang telah dibuat dalam bentuk sediaan suspensi adalah lebih baik daripada yang direndam dalam larutan pengawet sebelum dibuat menjadi bentuk sediaan suspensi (meningkat sebesar 38 %) atau yang direndam dalam akuades saja (meningkat sebesar 71 %).
Saran Perlu dikaji lebih lanjut mengenai suspensi tersimpan lebih dari tiga bulan dan bagaimana efeknya terhadap peningkatan kualitas bunga potong herbras. DAFTAR PUSTAKA Acedo, A.L., and Kanlayanarat. 2001. Handling system for ornamental crops. Post harvest handling system of agricultural products. Division of Postharvest Technol. King Mangkut Univ. of Technol. Thonbury, Bangkok. BPEN. 2007. Prospek bisnis anggrek masih menjanjikan. < http://www.nafed.go.id/indo > [20/01/07]
Melalui
Conrado, L.L., R.Shanahan, and W.Eisinger. 1980. Effects of pH, osmolarity, and oxygen on solution uptake by cut rose flowers. J.Amer.Soc.Hort.Sci. 105(5): 680 – 683. Durso, M., and J.W.Boodlley. 1979. The relation of water stress to bent neck in Roses. HortScience.14(6): 68. Draper, N., and H.Smith. 1981. Applied regression analysis. 2nd ed. John Wiley and Sons, Singapore. Gaspersz, V. 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Jilid 1. Penerbit Tarsito, Bandung. Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis dalam penelitian percobaan. Jilid 2. Penerbit Tarsito, Bandung. Iriani, F. 2006. Keefektifan bahan pengawet terhadap peningkatan kualitas bunga potong. Wawasan Tridharma. Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah IV. No.10 Th XVIII. h. 21-24. Iriani, F. 2009a. Formulasi bahan dasar larutan pengawet bunga potong krisan, anyelir, herbra. J.Agrikultura Vol. 20. No.1. April 2009. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung. h. 55-61. Iriani, F. 2009b. Formulasi bahan dasar lengkap larutan pengawet bunga potong herbra. J.Agria. Vol 5 No. 2 Pebruari 2009. h. 19-23. Iriani, F. 2010. Formulasi suspensi pengawet bunga potong herbras (Gerbera jamesonii). Prosiding seminar nasional hasil penelitian bidang pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang. Oktober 2010. h. 105-112
Nell, T.A, J.F.Barrett, and R.Stamps. 1982. Water relations and wilt of leatherleaf fern. Abstract: 389. HortScience. 17(3): 527. Pate, J.S. 1976. Nutrients and metabolites of fluids recovered from xylem and phloem : Significance in relation to long-distance transport in plants. p. 253-281. In J.B. Passioura, and I.F.Wardlaw (ed.). Transport and transfer processes in plants. Acad.Press, Inc., New York. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan D.R, Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB Press, Bandung. Setyadjit., D.C.Joice, D.E. Irving, and D.H. Simons. 2004. Effects of 6-benzylaminopurine treatments ont the longevity of harvested Grevillea ‘Sylvia’ inflorescences. Plant Growth Regulation 43: 9-14. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai pH larutan suspensi pengawet sebagai larutan perendam bunga potong erbras (setelah dicampur dengan akuades). Kombinasi Perlakuan t1w0 t1w1 t1w2 t1w3
Nilai pH 4,10 3,91 3,90 3,75
t2w0 t2w1 t2w2 t2w3
3,88 3,80 3,78 3,63
t3w0 t3w1 t3w2 t3w3
3,79 3,67 3,60 3,54
Lampiran 2. Deskripsi bunga potong herbra (Gerbera jamesonii) kultivar Ornella. No. 1. 2. 3. 4.
Deskripsi Famili Genus Spesies Jumlah warna petal
Kriteria Asteraceae Gerbera jamesonii Dua warna
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jumlah grup petal Warna bagian terluar petal Warna bagian tengah petal Bagian terdalam petal Warna sepal Warna stamen Warna tangkai bunga Tipe jumlah kuntum Bidang simetri petal Umur berbunga (asal biakan vegetatif) Diameter petal Umur peragaan
Sumber: Everbloom.com, 2005 Lenbushroses.com, 2005 Ombrello, 2004 Sunshinefloral.com, 2005
Tiga Oranye Oranye dan kuning di bagian ujung Kuning muda Hijau Kuning Hijau dan berbulu halus tunggal simetri 8 – 10 minggu 11 – 12 cm 10 – 11 hari