II. TINJAUN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Bunga Krisan Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (Tumbuh – tumbuhan)
Devisi
: Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Sub-divisi
: Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas
: Dycotiledonae (Biji berkeping dua)
Ordo
: Asterales (Compositae)
Famili
: Asteraceae
Genus
: Chrysanthemum Krisan dalam Bahasa latinnya disebut Chrysanthemum sebenarnya bunga
asli dari kawasan Asia Timur, seperti Korea, Jepang dan China Utara tapi saat ini lebih banyak ditanam di Negara Eropa dan Amerika. bunga potong krisan mempunyai banyak spesies antara lain: Chrysanthemum indicum (berbunga kuning) Chrysanthemum morifolium (berbunga ungu dan merah muda) dan Chrysanthemum daisy (bulat pompon). bunga potong krisan dapat sebagai tanaman musiman (annual) atau tahunan (parenial). Jika siklus hidupnya hanya sampai menghasilkan bunga tanaman ini termasuk musiman, tetapi jika tanaman setelah dipanen bunganya dan kemudian tanaman dibiarkan berbunga kembali secara periodik maka tanaman ini termasuk tahunan. Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya Hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan Varietas Balithi 27.108,13.9722.177,28.7 dan 30.13A adalah bunga potong krisan produksi Indonesia.
6
7
Bunga potong krisan adalah komoditi bunga potong yang paling banyak dibudidayakan dan paling diminati di dunia. bunga potong krisan sangat diminati untuk berbagai keperluan seperti untuk mengucapkan selamat, dekorasi upacara pernikahan, pertemuan resmi dan lain-lain. bunga potong krisan memiliki semua jenis warna kecuali biru dan hitam serta memiliki ribuan varietas, 60 varietas diantaranya tumbuh di Indonesia. bunga potong krisan mempunyai usia hidup setidaknya 2 minggu setelah di panen. bunga potong krisan adalah salah satu tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan dijadikan sumber penghasilan, karena jarak tanam bunga potong krisan hanya 11 x 11 cm menjadi faktor tidak perlunya lahan yang luas untuk budidaya bunga potong krisan. Usia tanam sampai dengan masa panen akhir cukup berpengaruh dan menentukan jumlah investasi yang ditanamkan dalam usaha budidaya bunga potong krisan. Usia bunga potong krisan dipengaruhi dengan cuaca setempat, bila cuaca kering atau musim kering akan mempercepat waktu tanam hingga panen sebaliknya, bila musim hujan akan memperpanjang umur tanaman sampai dengan panen. Secara umum umur tanaman bunga potong krisan sampai dengan panen terakhir berkisar 80 s.d 125 hari. 2.1.1
Agroklimatologi dan hama penyakit bunga potong krisan Tanah atau media tanam yang ideal untuk media tumbuh bunga potong
krisan adalah tanah yang bertekstur liat dan berpasir, subur, gembur dan drainase yang baik, tidak mengandung hama atau penyakit ulat tanah (agrotis ipsilon) dan ber-pH 5,5 s.d 6,7. Kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
8
berbagai unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman jua merupakan syarat untuk media tanam yang baik bagi bunga potong krisan. Temperatur udara merupakan faktor yang penting dalam proses pembungaan. Temperatur atau suhu udara yang ideal untuk pertumbuhan bunga potong krisan berkisar antara 20o s.d 26o C pada siang hari dengan toleransi batas minimum 17o dan batas maksimum 30o C. Suhu yang ideal pada malam hari antara 16o s.d 18o C, jika suhu turun dibawah 16o C maka pertumbuhan tanaman menjadi cenderung lebih mendorong pertumbuhan vegetative sehingga bertumbuh bertambah tinggi dan akan memperlambat pembungaan. Pada suhu redah 16oC akan mempengaruhi intensitas warna menjadi lebih pudar sebaliknya jika suhu siang hari tinggi mengakibatkan warna pudar, sehingga penampilan tampak kusam walaupun bunga masih segar. bunga potong krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang hari sekitar 32.000 lux agar pertumbuhannya optimal. Intensitas cahaya siang hari di dataran tinggi Indonesia pada ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut sebesar 50.000 lux. Upaya mengatur intensitas cahaya yang sesuai pada bunga potong krisan diperlukan rumah kaca (greenhouse). Umumnya bunga potong krisan membutuhkan kondisi kelembaban udara yang tinggi yaitu 70-80 %. Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara yang lancar, bila kelembaban udara tinggi tapi sirkulasi udara tidak lancar mengakibatkan mudah berkembangnya organisme penyebab penyakit pada bunga potong krisan terutama jamur. Curah hujan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan bunga potong krisan. Budidaya bunga potong krisan di daerah bercurah hujan tinggi sebaiknya dilakukan di dalam bangunan rumah lindung plastik atau menggunakan greenhouse.
9
Hama bunga potong krisan ada beberapa jenis antara lain ulat tanah (agrotis ipsilon), Penggerek daun (Liriomyza sp) dan Tungau Merah (Tetranycus sp). bunga potong krisan yang terkena hama ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat dilihat gejalanya pucuk dan tangkai terkulai karena ulat memakan ujung batang tanaman muda, pengendalian hama ulat tanah (agrotis ipsilon)
dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida. Penggerek daun (Liriomyza sp) gejala bunga potong krisan yang terkena hama ini adalah daun menggulung seperti trowongan kecil, berwarna putih keabuan yang mengelilingi permukaan daun, pengendalian hama ini dapat dilakukan memotong daun yang terserang dan aplikasi insektisida. Tungau Merah (Tetranycus sp) gejala yang disebabkan adalah daun yang terserang berwarna kuning kecoklatan, terpelintir dan bercak-bercak kuning, pengendalian hama Tungau Merah (Tetranycus sp) dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar agar tidak menular ke tumbuhan yang lain serta dilakukan aplikasi insektisida. Bunga potong krisan mempunyai penyakit antara lain Karat daun danTepung oidium. Karat daun disebabkan oleh jamur Puccinia sp dengan gejala pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat atau hitam dan terjadi lekukanlekukan mendalam yang berwana pucat pada permukaan daun bagian atas. Serangan karat daun yang hebat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga, karat daun dapat dikendalikan dengan pemotongan daun yan sakit dan penyemprotan insektisida. Penyakit tepung oidium disebabkan oleh jamur Oidium chrysatheemi dengan gejala permukaan daun tertutup tepung putih dengan cara pengendalian memotong daun yang sakit dan penyemprotan fungisida.
10
2.1.2
Teknologi budidaya bunga potong krisan Bunga potong krisan dibudidayakan dengan cara penyetekan dan ditanam
pada lahan dengan ketinggian antara 700 s.d 1200 diatas permukaan laut (dpl). Penanaman bunga potong krisan dilakukan di dalam bangunan rumah kaca atau plastik UV (greenhouse). bunga potong krisan dalam perkembangannya juga membutuhkan cahaya yang lebih lama, maka dimalam hari perlu bantuan cahaya dari lampu pijar. Penyinaran paling baik untuk bunga potong krisan di malam antara jam 23.00 s.d 03.00 dengan lampu 100 watt atau setara dengan 100 lux untuk areal sembilan meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2 s.d 6 minggu) untuk mendorong hormone pertumbuhan atau hormon auxin pada bunga potong krisan. Bunga potong krisan siap untuk dipanen setelah berumur tiga bulan. bunga potong krisan dipanen 2 kali dalam seminggu selama tiga minggu. Selesai masa panen dilakukan pembersihan lahan dari sisa panen bunga potong krisan, kemudian dilakukan pengolahan lahan untuk dipersiapkan menanam kembali selama tujuh hari. 2.1.3
Nilai ekonomis bunga potong krisan Bunga potong krisan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi ini dilihat
dari kebutuhan akan bunga potong krisan masih sangat tinggi. Kota Denpasar merupakan daerah peminat bunga potong krisan tertinggi di Bali yang pada satu bulannya Kota Denpasar memasok sekitar 3.600.000 potong bunga krisan per bulan. Permintaan yang besar membuat para petani lokal kewalahan dalam memenuhi permintaan tersebut. Petani bunga krisan di Bali tidak mampu memenuhi seluruh permintaan pasar bunga potong krisan dan hanya mampu memenuhi sekitar
11
8,3 % saja dan sisa sebesar 91,7% di impor dari daerah disekitar Bali yaitu dari pulau Jawa. bunga potong krisan Bali dihargai sebesar Rp. 1.500,- per batang, sedangkan bunga potong krisan yang diimport hanya diharga sebesar Rp. 1000,per batang. Pebedaan harga antara bunga Krisan Bali dan di luar Bali terjadi karena kualitas bunga yang dimiliki bunga potong krisan Bali dari segi warna lebih Bagus dan dari segi ukuran Bunga Krisan Bali lebih besar ukurannya serta pengantaran yang cukup jauh akan menyebabkan penurunan kesegaran bunga potong krisan. 2.1.4
Manfaat bunga potong krisan Selain untuk tanaman hias, bunga potong krisan juga mempunyai manfaat
lain yaitu bermanfaat untuk kesehatan seperti, bermanfaat untuk pengobatan influenza bahkan membersihkan liver. Bunga potong krisan dapat diambil maanfaatnya dengan dikonsumsi dalam bentuk teh. Teh bunga krisan dibuat dengan dilakukannya proses pengeringan pada bunga potong krisan kemudian setelah kering diseduh dengan air panas. Teh bunga krisan ini selain bermanfaat untuk pengobatan influenza dan membersihkan liver dapat juga sebagai bahan relaksasi, menyembuhkan panas dalam serta menyerap racun dalam tubuh karena di dalam bunga potong krisan mengandung zat antioksidan. Bunga potong krisan juga dapat melancarkan peredaran darah. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian, 2013). Bunga potong krisan mengandung minyak astiri juga dapat dimanfaatkan untuk pengharum ruangan dan bahan anti serangga. Untuk produksi minyak astiri faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tingkat kemekaran bunga, varietas dan metode ekstraksi. Bunga potong krisan warna kuning dengan tingkat kemekaran 75% yang terbaik untuk diekstrak minyak astirinya (Balai Peneltian
12
Tanaman Hias Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006). 2.2
Teori Usahatani Usahatani merupakan kegiatan bercocok tanam dengan mengalokasikan
sumber-sumber daya seperti tanah, lahan, tenaga kerja, modal, dan air untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Soekartawi (1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani memiliki empat unsur pokok produksi (Hermanto, 1996). Unsur yang pertama adalah lahan. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas. Unsur kedua adalah tenaga kerja yang dapat berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga sendiri. Unsur ketiga adalah modal yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani. Unsur keempat adalah pengelolaan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan faktorfaktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan 2.2.1
Faktor produksi usahatani Proses produksi usahatani untuk menghasilkan suatu produk dapat
dipengaruhi oleh satu atau beberapa faktor. Faktor produksi usahatani adalah input
13
yang digunakan untuk menghasilkan produk. Faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti luas lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen, faktor -faktor ini dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan petani (Hernanto, 1993). 1.
Tanah (lahan) Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah
merupakan tempat dimana usahatani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah sifatnya tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan tanah semakin meningkat sehingga sifatnya langka. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan. 2.
Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau
produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya sehingga dinamakan tenaga upahan.
3.
Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi proses
produksi komoditas pertanian. Modal adalah barang yang bernilai ekonomi atau uang yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Modal dalam usahatani secara bersamaan dengan faktor produksi lainnya akan menghasilkan produk pertanian.
14
modal pada usahatani dapat diperoleh dari dalam atau dari luar usahatani. Modal dari dalam usahatani diperoleh dari warisan atau keuntungan yang disimpan sedangkan modal dari luar usahatani diperoleh dari pinjaman dari lembaga keuangan. 4.
Manajemen Usahatani Manajemen
usahatani
adalah
kemampuan
petani
menentukan,
mengkoordinasikan faktor produsi yang dikuasainya dan mampu menerapkan serta memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Tujuan dari manajemen usahatani untuk meningkatkan taraf hidup petani menjadi lebih tinggi. Manajemen usahatani meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan. 2.2.2
Penerimaan usahatani Menurut Soekartawi (2002) penerimaan dapat diartikan sebagai nilai
produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani yaitu jumlah produksi dari komoditas yang dihasilkan oleh petani dikalikan dengan harga yang berlaku saat itu. Penerimaan usahatani dapat diketahui dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Rumus yang digunakan sebagai berikut.
TR = Y. Py Dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan) Y = Output (Produksi) Py = Price Output (Harga Produksi)
15
2.2.3
Biaya usahatani Biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran
dari sumber ekonomi yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu: 1.
Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit seperti tanah, penyusutan alat dan bangunan, pemeliharaan pompa air dan lainnya.
2.
Biaya tidak tetap (Variable cost) biaya tidak tetap yang sifatnya berubah ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan seperti biaya bibit, pupuk, obat – obatan, biaya tenaga kerja dan lainnya. Biaya di dalam usahatani dikeluarkan oleh petani bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang optimal bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan pendapatan yang setinggitingginya melalui peningkatan produksi. Biaya juga sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya total Usahatani yang dikeluarkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. TC = TFC + TVC Dimana : TC = Total Cost (total biaya) TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap) TVC = Total Variable Cost (total biaya tidak tetap) 2.2.4
Pendapatan bersih usahatani
16
Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan ukuran keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran total usahatani. Usahatani yang dijalankan dinilai menguntungkan apabila total penerimaan lebih besar dari pengeluaran total usahatani, sebaliknya bila total penerimaan lebih kecil dari pengeluaran total usahatani maka usahatni tersebut dikatakan rugi. Pengeluaran total usahatani atau total biaya yang dikeluarkan (total farm expences) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis pakai atau dikeluarkan didalam proses produksi (Soekartawi, 1995). Untuk meningkatkan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input–input yang mempengaruhi. Menurut Soekartawi (2006) pendapatan bersih usahatani bunga potong krisan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Π = TR – TC Dimana: Π = Income (Pendapatan Bersih) TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) 2.3
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan dalam kaitannya dengan analisis pendapatan usahatani yang dijalankan. Analisis pendapatan disasarkan pada biaya, penerimaan, serta keuntungan yang didapat.
17
Pada penelitian yang dilakukan Marissa (2010) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Tebu (Studi Kasus PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat) menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu di PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru sebesar Rp 27.923.500,00 untuk satu kali musim panen dengan nilai R/C ratio sebesar 1,69 dengan kata lain usahatani ini dikatakan menguntungkan. Wigati (2014) dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani bunga potong krisan (Crysanthemum. Sp) Di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta menunjukan rata-rata biaya usahatani bunga krisan sebesar Rp. 18.299.735,35/ ha, rata-rata penerimaan Rp. 30.898.920,00/ ha dan rata-rata pendapatan Rp.12.599.188,65/ ha, Petani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,68. Dari hasil penelitian ini, maka usahatani ini layak untuk diusahakan. Pada penelitian Nurliah (2002) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Keriting diketahui bahwa usahatani cabai keriting sudah efisien dan menguntungkan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 17.131.413 Petani yang digunakan sebagai responden berjumlah 30 orang, responden tersebut dipilih secara sengaja. Biaya usahatani cabai keriting sebagian besar diserap oleh upah tenaga kerja non keluarga dan pembelian pestisida. Biaya tenaga kerja dan pestisida yang dikeluarkan mencapai 26,86 persen dan 22,49 persen dari biaya total rata-rata sebesar Rp.14.311.487/ ha. Penelitian yang dilakukan Sriadi (2006) degan judul penelitian Analisis Pendapataan Usahatani jagung manis (kasus di kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur) pendapatan yang diterima
18
petani yang tergabung dalam kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur sebesar Rp. 7.070.250,00 hasil dibagi dua oleh pemilik lahan dimana 1/3 bagian atau Rp. 2.356.750,00 untuk pemilik lahan dan 2/3 atau Rp. 4.713.500,00 adalah penerimaan yang diperoleh petani. setelah dikurangi total biaya usahatani sebesar Rp. 1.183.135,00 maka pendapatan bersih petani sebesar Rp. 3.530.365,00 dalam semusim. Penelitian ini memiliki persamaan maupun perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan analisis pedapatan yang sama dan satu penelitian terdahulu menggunakan komoditi yang sama. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek yang diteliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian serta penelitian ini tidak menggunakan R/C Ratio. 2.4
Kerangka Pemikiran Pasar bunga potong krisan di Bali sangat baik dimana kota Denpasar
merupakan daerah peminat bunga potong krisan di Bali. Produksi bunga potong krisan lokal belum dapat memenuhi permintaan akan bunga potong krisan karena sedikitnya petani yang mau mengusahatani bunga potong krisan. Para petani takut berusahatani Bunga potong ini karena tidak tahu berapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani bunga potong krisan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani bunga potong krisan dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan oleh para petani bunga potong krisan dalam satu kali musim tanam, mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya penanaman, biaya perawatan bunga potong krisan dan biaya memanen bunga potong krisan.
19
Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan petani dalam berusahatani bunga potong krisan. Penerimaan usahatani diketahui dari seluruh produksi yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam dikalikan dengan harga jual produksi yang berlaku. Penelitian ini juga dapat mengetahui seberapa besar pendapatan petani bunga potong krisan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan keluarganya serta sebagai bahan pertimbangan kepada para petani dan masyarakat yang akan berinvestasi usaha bunga potong krisan. Pasar bunga potong krisan ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk memulai berbisnis usahatani bunga potong krisan. Analisis pendapatan usahatani bunga potong krisan ini dilakukan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Letak geografis dan topografi Desa Pancasri sangat cocok untuk komoditi bunga potong krisan, selain itu Desa Pancasari mempunyai kelompok tani yang aktif dalam usahatani bunga potong krisan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
20
Usahatani Bunga Potong Krisan
Produksi Bunga Potong Krisan
Biaya Usahatani
Penerimaan Usahatani
Biaya Variabel
Biaya tetap
Analisis Pendapatan TR=Y.Py TC=TFC+TVC Π=TR-TC
Kesimpulan
Rekomendasi Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran