KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK IMUNISASI
1
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK IMUNISASI TUJUAN SKK IMUNISASI I. Golongan Siaga - Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana - Mengetahui tujuan imunisasi
- Mengetahui jenis dan jumlah pemberian imunisasi - Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi II. Golongan Penggalang - Dapat menjelaskan pengertian dan tujuan imunisasi - Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi - Dapat menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi III. Golongan Penegak - Dapat mengaplikasikan tentang manfaat imunisasi - Dapat mengaplikasikan tentang siapa yang perlu mendapatkan imunisasi IV. Golongan Pandega - Dapat memberikan penyuluhan tentang imunisasi - Dapat membantu petugas dalam mengajak dan mendorong orang lain agar mau diimunisasi Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit tertentu. Tujuan Imunisasi Imunisasi bertujuan menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 2
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jenis Imunisasi Jenis imunisasi di Indonesia adalah : Hepatitis B, BCG, Polio, Campak, DPT/HB/Hib, DT, Td dan TT. Manfaat Pemberian Imunisasi Imunisasi diberikan untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila kelak ia terpapar penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Jenis dan Manfaat Vaksin Jenis dan manfaat vaksin program imunisasi di Indonesia adalah : 1. Vaksin Hepatitis B , untuk mencegah penyakit Hepatitis B 2. Vaksin Polio, untuk mencegah penyakit Polio 3. Vaksin DPT-HB, untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B 4. Vaksin DT, untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus 5. Vaksin TT, untuk mencegah penyakit Tetanus 6. Vaksin Campak, untuk mencegah penyakit Campak 7. Vaksin Td, untuk mencegah penyakit Tetanus dan Difteri. Sasaran Imunisasi Sasaran imunisasi di Indonesia adalah ditampilkan pada tabel dibawah ini : Tabel 1 Sasaran Imunisasi di Indonesia
3
Sasaran
Jenis Imunisasi
Jumlah Pemberian
Bayi
Hepatitis B
1 kali
BCG
1 kali
Polio
4 kali
DPT/HB/Hib
3 kali
Campak
1 kali
Anak kelas 1 SD
Campak
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT 1 kali
DT
1 kali
Anak kelas 2 dan 3 Td SD
1 kali
Wanita Usia Subur
1 kali
TT
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang saat ini menjadi program pemerintah adalah : 1. Hepatitis B Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan produknya, melalui suntikan yang tidak aman, melalui transfusi darah dan melalui hubungan seksual; dan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala penyakit : - Badan terasa lemah - Gangguan perut - Gejala lain seperti flu - Warna urin menjadi kuning - Tinja menjadi pucat. - Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit Komplikasi hepatitis B : - Hepatitis kronis - Pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis) - Kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) - Menimbulkan kematian
4
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Difteri Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik (bahan eksudat dari lesi di kulit) dan pernafasan. Daya penularan penyakit ini sangat tinggi. Gejala penyakit : - Gejala awal adalah gelisah - Aktifitas menurun - Radang tenggorokan - Hilang nafsu makan - Demam ringan - Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil Komplikasi difteri - Gangguan pernafasan yang berakibat kematian
3. Pertusis Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran 5
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
pertusis adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit : - Pilek - Mata merah - Bersin - Demam - Batuk ringan - Lama-kelamaan batuk menjadi parah - Batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis : - Pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
4. Tetanus Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala penyakit : - Gejala awal adalah kaku otot pada rahang - Disertai kaku pada leher - Kesulitan menelan - Kaku otot perut 6
- Berkeringat dan demam
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
- Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir - Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku Komplikasi tetanus - Patah tulang akibat kejang - Pneumonia - Infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian
5. Tuberkulosis Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Penyakit ini pada umumnya menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit dan tulang. 7
Gejala penyakit :
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
- Gejala awal adalah lemah badan - Penurunan berat badan - Demam, dan keluar keringat pada malam hari - Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. (Selengkapnya dibahas dalam SKK Tuberculosis)
6. Campak (Measles) Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak sewaktu bersin atau batuk. Pada anak yang sehat dan bergizi baik penyakit ini jarang berakibat serius. Gejala penyakit : - Gejala awal penyakit adalah demam - Bercak kemerahan (Bercak Koplik) - Batuk dan pilek - Konjunctivitis (mata merah) - Selanjutnya timbul ruam (bintik kemerahan) pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki Komplikasi: - Diare hebat yang menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi) dan kematian - Peradangan pada telinga (otitis media) - Infeksi saluran napas (pneumonia). - Kebutaan 8
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
7. Poliomielitis Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP) . Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala penyakit: - Demam, - Nyeri otot dan - Kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Komplikasi - Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot- otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
9
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jadwal Pemberian Imunisasi Imunisasi harus diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu : -
Hepatitis B usia 0-7 hari
-
BCG usia 0-1 tahun
-
Polio usia 0 – 1 tahun
-
DPT-HB usia 2 bulan – 1 tahun
-
Campak usia 9 bulan – 1 tahun dan pada
-
DT pada siswa klas 1 SD
-
Td pada anak siswa klas 2 dan 3 SD
-
TT pada wanita usia subur
siswa klas 1 SD
Tabel 2 Dosis, Jumlah Pemberian, Interval dan Cara Pemberian Imunisasi Jenis vaksin
Jumlah pemberian
Interval
Cara
Hep. B
1 kali
0,5 ml
BCG
1 kali
0,05 ml IC
Polio
4 kali
1 bulan
2 tetes
oral
DPT-HB
3 kali
1 bulan
0,5 ml
IM
Campak
1 kali
0,5 ml
SC
DT
1 kali
0,5 ml
IM
TT
1 kali
0,5 ml
IM
Td
1 kali
0,5 ml
IM
Keterangan : IM : Intra musculer (kedalam otot) IC : Intra cutan (kedalam kulit) Oral : Melalui mulut (diteteskan) SC : Sub cutan (dibawah kulit) 10
Dosis
IM
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Anggota Pramuka Pandega harus mampu memotivasi menyelenggarakan pelayanan imunisasi, dengan cara :
masyarakat
untuk
- Menjelaskan manfaat imunisasi, yaitu dapat melindungi terhadap beberapa penyakit sehingga kita menjadi kebal. - Mengingatkan untuk datang pada pelayanan berikutnya karena kekebalan tidak akan optimal apabila pemberian belum lengkap. - Ajaklah tetangga, saudara, kenalan, ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi dan balita untuk datang ke posyandu, puskesmas, Rumah Sakit, klinik, bidan praktek swasta, dokter praktek swasta untuk mendapatkan imunisasi. - Kadang-kadang akan timbul panas setelah mendapatkan imunisasi, ini merupakan reaksi yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. - Memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke posyandu - Membantu pencatatan dan pelaporan pelaksanaan imunisasi Campak, DT dan Td di sekolah (Bulan Imunisasi Anak Sekolah/BIAS)
11
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE I Golongan Siaga: Mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit diare Mampu mengetahui penyebab penyakit diare Mampu mengetahui gejala penyakit diare 12
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Mampu mengetahui bahaya penyakit diare
II Golongan Penggalang Mampu mengetahui SKK Siaga Mampu mengetahui cara pengobatan penyakit diare Mampu mengetahui pencegahan penyakit diare III Golongan Penegak Mampu megetahui cara penularan penyakit diare Mampu mengetahui manfaat oralit dan zinc Mampu mengetahui cara melarutkan oralit dengan benar Mampu mengetahui agar tidak sakit diare IV Golongan Pandega Mampu melakukan penyuluhan tentang penyakit diare Mampu melakukan penyuluhan cara penanggulangan penyakit diare Mampu melakukan penyuluhan cara pencegahan penyakit diare Mampu melakukan penyuluhan ke masyarakat sekitarnya Pengertian Penyakit Diare Buang air besar yang lebih sering dari biasanya ( umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan bentuk cair yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau keracunan makanan. Catatan: Bayi muda yang mendapat ASI biasanya buang air besar 5-6 kali perhari itu adalah normal bila bentuknya biasa (tidak cair) Gejala Penyakit diare: 1. Buang air besar cair yang lebih dari 3 kali kecuali bayi muda lebih dari 5-6 kali 2. Panas 3. Sakit perut 4. Muntah 5. Feses berdarah atau berlendir 6. Feses seperti air cucian beras 13
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Penyebab Penyakit Diare: 1. Bakteri 2. Virus 3. Parasit 4. Malabsorbsi 5. Keracunan makanan 6. Alergi 7. Imunodefisiensi
Bahaya sakit Diare 1. Kekurangan cairan (dehidrasi). 2. Kematian 3. Menyebabkan wabah PRINSIP TATALAKSANA PENDERITA DIARE a) Mencegah terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) 14
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup atau jus buah. b). Mengobati dehidrasi (kekurangan cairan) 1. Pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. 2. Dehidrasi segera dibawa ke sarana kesehatan untuk pemberian cairan intravena bila terjadi dehidrasi berat.
c). Memberi makanan Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak. d). Mengobati masalah lain Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. Pencegahan penyakit diare: Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah - Memberikan Air Susu Ibu (ASI) ekskusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun - Memperbaiki makanan pendamping ASI sesuai umur - Menggunakan air bersih yang cukup - Mencuci tangan menggunakan sabun - Menggunakan Jamban 15
- Membuang tinja bayi yang benar - Memberikan imunisasi campak
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Cara penularan penyakit diare
Pengobatan
Manfaat Oralit: 1. Mengembalikan cairan yang hilang 2. Membuat keseimbangan cairan di dalam tubuh 3. Membuat tubuh segar Cara melarutkan oralit dengan benar 1. Cuci tangan pakai air mengalir dan sabun 2. Siapkan air masak yang dingin sebanyak 200 ml 3. Masukkan oralit kedalam gelas tersebut 16
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
4. Aduk yang rata 5. Minum sesuai takaran, bila umur < 1 tahun setiap kali BAB minum oralit sebanyak 50-100 ml sedangkan pada anak umur > 1 tahun setiap kali BAB minum oralit sebanyak 100-200 ml 6.
17
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Manfaat tablet zinc 1. Mempersingkat masa diare 2. Membuat daya tahan tubuh terhadap penyakit diare selama minimal 3 bulan 3. Memperbaiki sel tubuh yang rusak
18
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Penjelasan agar tidak sakit diare: 1. Cuci tangan dengan air mengalir dengan sabun sebelum mengolah makanan atau minuman 2. Makan dan minum yang bersih dan dimasak 3. Menutup makanan pada saat makanan sudah dimasak 4. Cuci tangan dengan air mengalir dengan sabun sebelum makan
Penanggulangan Penyakit Diare di masyarakat dengan memutus rantai penularan misalnya dengan cara : 1. Membuang tinja penderita dijamban 2. Bekas pakaian yang tercemar kotoran penderita diberi cairan lisol kemudian dicuci dengan air dan sabun cuci 3. Sesudah mencuci pakaian penderita diwajibkan cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir 4. Petugas dan penjaga penderita diharuskan untuk cuci tangan memakai sabun sebelum makan atau memberi makan penderita. 19
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Catatan pada alur ini masih ada larutan gula garam, kesepakatan ahli menyebutkan bahwa larutan gula garam tidak dianjurkan karena sering tidak tepat cara mencampurnya seperti terlalu banyak gula atau terlalu banyak garam sehingga penyakit diarenya bukannya sembuh tetapi menjadi makin berat.
20
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT CACINGAN
21
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT CACINGAN
Golongan Siaga -
Mengetahui penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
-
Mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan
-
Mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan
Golongan Penggalang -
Menjelaskan penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
-
Menjelaskan cara pencegahan penyakit cacingan
-
Menjelaskan cara pengobatan penyakit cacingan
Golongan Penegak -
Dapat mengaplikasikan cara pencegahan penyakit cacingan untuk diri, kelompok dan keluarganya.
-
Dapat mengaplikasikan cara pengobatan penyakit cacingan untuk diri, kelompok dan keluarganya.
-
Dapat memberikan penyuluhan kepada kelompok dan keluarganya tentang pencegahan penyakit cacingan dan cara pengobatan penyakit cacingan.
Golongan Pandega -
Dapat mengaplikasikan cara pencegahan penyakit cacingan pada masyarakat dilingkungan sekitarnya.
-
Dapat mengaplikasikan cara pengobatan penyakit cacingan masyarakat dilingkungan sekitarnya.
-
Dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat dilingkungan sekitarnya tentang pencegahan penyakit cacingan dan cara pengobatan penyakit cacingan.
22
PENYAKIT CACINGAN
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
A. PENGERTIAN Seorang dikatakan cacingan, bila pada pemeriksaan tinjanya ditemukan telur cacing. B. TANDA-TANDA CACINGAN 1. Pucat, kurang darah 2. Lesu, kurus, malas 3. Mual, kurang nafsu makan 4. Perut buncit 5. Mata cembung 6. Rambut jarang 7. Keluar cacing dari dubur atau mulut
C. PENYEBAB CACINGAN Penyakit cacingan disebabkan melalui tanah, yaitu:
23
oleh cacing perut yang penularannya
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Cacing gelang
Cacing cambuk
Cacing tambang
D.
CARA PENULARAN 1. Apabila penderita cacingan buang air besar sembarangan. Tinja yang mengandung telur cacing mengotori tanah. 2. Di tanah yang lembab dengan suhu yang sesuai dan waktu tertentu telur menjadi matang dan siap menulari orang lain. 3. Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang dikotori oleh telur cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor. 4. Dapat juga penularan melalui gigitan tempayak (larva) pada kulit yang tidak memakai alas kaki.
E.
LINGKARAN KEHIDUPAN DAN PROSES PENULARAN a. Lingkaran kehidupan dan proses penularan cacing gelang.
24
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
b. Lingkaran kehidupan dan proses penularan cacing cambuk
c. Lingkaran kehidupan dan proses penularan cacing cambuk
E. BAHAYA DAN KERUGIAN PENDERITA CACINGAN 25
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
- Cacing menghisap makanan dalam usus sehingga penderita kurang gizi. - Cacing menghisap darah usus sehingga penderita kurang darah. - Pertumbuhan anak terganggu.
- Cacing dewasa dapat menjalar keluar usus dan merusak alat-alat tubuh sehingga menimbulkan penyakit lain. - Jika jumlah cacing banyak dapat menyumbat usus sehingga penderita dapat meninggal. - Anak yang menderita cacingan mudah terserang penyakit lain dan sukar menerima pelajaran. - Orang dewasa yang menderita cacingan dapat menurun kemampuan kerjanya. F. CARA MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN 1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar serta saat mau menyuapi anak. 2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit 2 kali setiap hari. 3. Memotong dan membersihkan kuku. 4. Memakai alas kaki (sandal atau sepatu) sewaktu diluar rumah. 5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan dan minum. 6. Membuang tinja di jamban. 7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji. 8. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air. 9. Menjaga kebersihan rumah. 10. Menjaga kebersihan lingkungan. 11. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi. 12. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah. 13. Membuang sampah di tempat yang semestinya. 14. Memberantas binatang yang menyebarkan telur cacing seperti lalat, lipas dan tikus. G. PENGOBATAN PENDERITA CACINGAN 26
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
‐ Bila seorang sakit cacingan, maka orang tersebut perlu diberikan obat cacing. Apabila menggunakan obat cacing Albendazole dosis untuk usia diatas 2 tahun adalah 400 mg, dosis tunggal. Untuk anak usia 1 – 2 tahun dosisnya adala 200 mg, dosis tunggal. Obat tidak boleh diberikan kepada orang yang sedang demam, ibu hamil dan bayi berumur kurang dari 1 tahun. ‐ Apabila menggunakan obat cacing Pyrantel pamoat dosisnya adalah 10 mg/kg berat badan dosis tunggal. Obat tidak boleh diberikan kepada orang yang sedang demam, ibu hamil dan bayi berumur kurang dari 4 bulan. ‐ Selain obat albendazole dan pyrantel pamoat dapat pula digunakan obat-obat lain seperti: mebendazole dan obat-obat tradisional (petai cina, temulawak, dan lain-lain). Perhatikanlah aturan pemakaiannya. ‐ Untuk meyakinkan bahwa orang tersebut telah sembuh dari cacingan maka perlu diperiksa tinjanya di Puskesmas. Bila orang tersebut masih cacingan, pengobatan dapat diberikan lagi sampai tinjanya negative telur cacing. Karena angka penularan cacing dan terinfeksi (infeksi ulang) di Indonesia pada umumnya masih tinggi, maka membiasakan makan obat cacing secara teratur 6 bulan sekali dapat dilakukan, tetapi kegiatan pencegahan lebih penting dan sangat dianjurkan. H. PENYULUHAN KEPADA KELOMPOK PRAMUKA DAN MASYARAKAT - Menjelaskan bahwa penyakit cacingan adalah merupakan salah satu penyakit menular yang sering dijumpai di kalangan masyarakat Indonesia. Setiap 100 orang lebih kurang 60 diantaranya mengandung telur cacing dalam perutnya. - Menjelaskan dengan baik dan benar tentang: a. Kebersihan lingkungan 1. Setiap anggota keluarga agar selalu buang air besar ke dalam jamban. Jangan buang air besar di sembarang tempat. 2. Setiap anggota keluarga agar selalu menggunakan air bersih yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
27
3.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Keluarga agar selalu memasak makanan dan minuman sebelum dimakan dan diminum. 4. Keluarga agar selalu menggunakan tudung saji (penutup makanan) agar makanan terhindar dari jamahan lalat dan debu. b. Kebersihan diri pribadi Setiap anggota keluarga agar membiasakan hidup bersih dengan cara: 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar. 2. Memotong kuku seminggu sekali. 3. Memakai alas kaki (sandal, sepatu dan sebagainya). 4. Memelihara kebersihan jiwa/rohani. Hal ini sangat penting dan erat hubungannya dengan kebersihan badani, bahkan oleh agama disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian daripada iman. Pokoknya semua bersih, lingkungan, badan, hati dan cita-cita.
- Membimbing keluarga dan masyarakat untuk melaksanakan peranannya, antara lain dengan cara: a. Memberikan petunjuk pembuatan, pemanfaatan dan pemeliharaan jamban yang sehat. b. Memberikan petunjuk cara-cara mewujudkan kebersihan diri pribadi setiap anggota keluarga. c. Memberikan petunjuk cara-cara memilih dan menggunakan obat cacing secara tepat. I.
PENGETAHUAN LAIN ‐
28
Daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi. Daerah yang mempunyai angka kesakitan cacingan (prevalensi) tinggi adalah dengan kriteria sebagai berikut: a. Letak daerah dengan iklim yang panas dan lembab yang cocok dengan pertumbuhan cacing perut.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
b. Penduduk padat. c. Sarana penunjang lingkungan (air bersih, jamban, kebersihan makanan dan minuman) belum memenuhi syarat kesehatan atau belum dimanfaatkan. d. Pendidikan masyarakat masih rendah e. Sosial ekonomi masih rendah ‐ Menambah pengetahuan mengenai penyakit cacingan terutama tentang pencegahan serta pengendaliannya dengan meminjam dam mempelajari buku pedoman pelaksana pengendalian cacingan yang ditularkan melalui tanah dari Kementerian Kesehatan. ‐ Dapat membantu atau bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan penyuluhan, pengobatan melalui program terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral. J. KEGIATAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT CACINGAN ‐ Penyuluhan Kesehatan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Cacingan oleh Petugas Kesehatan maupun kader-kader pembangunan bidang kesehatan. ‐ Membantu memberikan pengobatan dengan obat cacing yang dapat diperoleh di Puskesmas atau toko-toko obat (diutamakan bagi umur di bawah 13 tahun). ‐ Meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan dengan melibatkan peran serta masyarakat. ‐ Program dilakukan dengan memperhatikan program/sektor terkait.
29
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
30
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
TUJUAN: 1. Memahami informasi tentang penyakit TB 2. Melaksanakan tugas sebagai SKK pengendalian penyakit TB secara aktif, baik, terampil dan benar. KOMPETENSI SKK : Golongan Siaga: 1. Mengetahui tentang informasi dasar TB 2. Mengetahui gejala utama TB 3. Mengetahui cara pencegahan penularan TB Golongan penggalang 1. Menjelaskan gejala utama TB dan gejala tambahan TB serta gejala TB pada anak 2. Menjelaskan tentang cara penularan TB dengan lengkap 3. Mengetahui pengobatan TB dengan benar 4. Menyebarluaskan informasi tentang TB termasuk penyakit TB bisa disembuhkan. Golongan Penegak 1. Dapat membantu petugas kesehatan /Kader TB melakukan deteksi dini suspek TB 2. Dapat membantu petugas kesehatan/kader dalam pendampingan pasien TB selama pengobatan 3. Dapat mengaplikasikan/memberi contoh cara mencegah penyakit TB 4. Dapat membantu petugas kesehatan/kader dalam penyuluhan tentang TB. Golongan Pandega 1. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada masyarakat 2. Membantu menemukan orang yang dicurigai sakit TB dan pasien TB di wilayahnya 31
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Membantu puskesmas atau sarana kesehatan lainnya dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap menelan obat secara benar dan teratur 4. Menjadi Pengawas menelan Obat (PMO) bagi pasien TB 5. Mengetahui efek samping dari Pengobatan TB
INFORMASI PENYAKIT TB Pengertian TB Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll) TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (1550 tahun) dan anak-anak. TB banyak terdapat pada masyarakat ekonomi lemah yang tinggal pada lingkungan kumuh dan padat penduduk. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5 tahun. Gejala TB
Gejala TB pada Anak 32
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB pada anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skoring (penilaian). Anak perlu dicurigai menderita TB bila ada gejala sebagai berikut: - Adanya kontak dengan pasien TB dewasa - Uji tuberkulin positif - Berat badan kurang - Demam tanpa sebab jelas - Batuk - Pembesaran kelenjar - Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut - Foto dada terkesan TB Penularan TB Pasien TB paru dengan BTA Positif (dalam dahaknya mengandung kuman TB) memberikan risiko penularan lebih besa daripada pasien TB dengan BTA negatif.
Risiko seseorang terpapar kuman TB ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Jika ada pasien TB BTA positif maka harus dilakukan pemeriksaan kontak serumah yang memiliki gejala TB.
33
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jika ada kasus TB anak, maka harus dicari sumber penularan dari orang dewasa di sekitar lingkunganya.
Penyakit TB dapat menular secara: 1.Langsung Kuman TB berasal dari pasien TB Bakteri Tahan Asam (BTA) positif berpindah ke orang lain secara langsung pada waktu pasien TB tersebut batuk atau bersin. Kuman tersebut akan menyebar ke udara dalam bentuk percikan dahak dan terhisap oleh orang lain. Sekali batuk pasien TB dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. 2.Tidak langsung Bila pasien TB meludah di tempat yang lembab kemudian ludah yang mengandung kuman TB tersebut mengering, maka akan diterbangkan angin lalu terhisap oleh orang lain. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Orang yang berisiko tinggi terkena TB : - Orang-orang yang kontak erat dengan pasien TB yang belum diobati - Orang yang status gizinya rendah - Orang dengan daya tahan tubuh rendah - Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif - Orang dengan HIV/AIDS
34
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Cara menentukan pasien TB Seseorang dengan gejala TB itu sudah dapat dijadikan tersangka TB (suspek TB) dan untuk memastikan apakah suspek TB menderita penyakit TB harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis di puskesmas atau balai kesehatan paru masyarakat (BKPM). Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu : sewaktu-pagisewaktu, dalam 2 hari berturut-turut.
Jenis penyakit TB • TB Paru Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru • TB Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya:selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll
35
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
• TB Anak Tuberkulosis yang menyerang pada anak. Batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak. Penentuan TB pada anak dilakukan oleh dokter dengan menggunakan sistem skoring (penilaian). Pengobatan TB Pengobatan pasien TB diberikan dalam 2 tahap, itu tahap awal dan tahap lanjutan Panduan obat dan cara pemberiannya adalah sebagai berikut : 1. Paduan Obat Kategori I (TB paru dan Ekstra Paru) Untuk pengobatan : Pasien baru TB paru BTA positif, Pasien TB paru BTA negatif foto rontgen dada positif, dan pasien TB Ekstra paru. Cara pemberian obatnya antara lain : a) Tahap awal, obat diminum setiap hari selama 2 bulan (56 hari) b) Tahap lanjutan, obat diminum 3 hari dalam seminggu, selama 4 bulan (48 hari) 2. Paduan Obat Kategori II (TB kambuh dan gagal) Untuk pengobatan pasien TB BTA positif kasus kambuh, pasien gagal dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
36
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
a) Tahap awal, obat diminum setiap hari selama 3 bulan (84 hari), disertai dengan penyuntikan Streptomicin setiap hari selama 2 bulan (56 hari) b) Tahap lanjutan, obat diminum 3 hari dalam seminggu selama 5 bulan (60 hari)
1. Apa pentingnya menelan obat secara teratur Pengobatan TB harus lengkap dan teratur sesuai petunjuk sampai dinyatakan sembuh. Bila pasien berhenti menelan obat sebelum selesai pengobatan akan berisiko: 1. Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke orang lain 2. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian 3. Kuman menjadi kebal/tidak mempan terhadap obat anti tuberculosis lini
pertama. Pasien ini disebut TB MDR (Multiple drug resistant) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama yang disediakan saat ini tidak dapat membunuh kuman yang telah kebal terhadap obat tersebut, sehingga pasien membutuhkan penanganan yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama. 2. Efek samping Obat Anti Tuberkulosis 37
Efek samping ringan:
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gejala efek samping
Yang harus dilakukan
Warna kemerahan pada air seni Jelaskan kepada pasien untuk tidak (urin) perlu kuatir karena warna merah berasal dari salah satu obat yang ditelan Mual, sakit perut
Jelaskan kepada pasien agar obat ditelan malam hari sebelum tidur
Nyeri sendi
Segera rujuk ke Petugas Kesehatan
Kesemutan sampai dengan rasa Segera rujuk ke petugas Kesehatan terbakar di kaki Efek samping berat -
Gatal dan kemerahan pada kulit
-
Gangguan pendengaran
-
Gangguan penglihatan
-
Gangguan keseimbanagan/limbung
-
Kuning pada mata atau kulit tanpa penyebab lain
-
Gelisah dan muntah-muntah
- Bintik-bintik kemerahan pada kulit dan syok Bila ada gejala efek samping berat seperti di atas segera hentikan obat dan hubungi petugas Kesehatan. 3. Pencegahan penularan TB Untuk mencegah penularan kepada orang sehat, seorang pasien TB hendaknya:
38
-
Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
-
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin.
-
Cuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup mulut pada watu batuk dan bersin
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
-
Ventilasi yang cukup, sehingga udara segar dan sinar matahari masuk ke dalam rumah
-
Mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur. Menjemur alat-alat tidur sesering mungkin, karena kuman TB mati oleh sinar matahari.
-
Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi meludah di tempat tertentu seperti tempolong atau kaleng tertutup yang sudah diisi dengan air sabun, karbol atau lisol. Buanglah dahak tersebut ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.
-
Bagi orang di sekitar pasien TB, agar menjaga daya tahan tubuhnya dengan makan makanan yang bergizi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi keluarga, kader dan lingkungan pasien TB -
Anjurkan orang yang mempunyai gejala TB untuk segera memeriksakan diri ke sarana pelayanan TB
-
Awasi pengobatannya sampai sembuh/selesai
-
Ajarkan dan anjurkan perilaku hidup bersih dan sehat tanpa TB
-
Imunisasi BCG bagi balita untuk mencegah TB berat (misalnya: TB selaput otak dan TB paru berat)
4. Penyuluhan Penyuluhan TB bertujuan memberikan informasi tentang TB sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu melakukan perubahan perilaku demi tercapainya tujuan Program Pengendalian TB yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Penyuluhan TB dapat dilakukan secara perorangan (diberikan kepada satu orang) dan kelompok (kegiatan penyuluhan yang diberikan kepada sekelompok orang). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyuluhan adalah: 1. Pilihlah waktu yang tepat untuk memberikan penyuluhan. 2. Tunjukkan sikap yang ramah dan sopan. 39
3.
4. 5. 6.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pastikan anda mengenal orang yang disuluh, atau jika belum saling kenal perkenalkan diri anda terlebih dahulu dan jelaskan bahwa anda adalah seorang penyuluh. Pesan yang disampaikan jangan terlalu panjang dan rumit. Ucapkan terima kasih sebagai penutup penyuluhan anda. Siapkan materi dan perlengkapan penyuluhan dapat berupa lembar balik, leaflet, gambar, pengeras suara, kursi, tikar, dll.
Pesan-pesan tentang TB harus diarahkan pada:
Apa itu TB dan bagaimana penyakit ini menular?.
Gejala-gejala TB dan pentingnya diagnosis dini.
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memberi pelayanan TB.
Tatalaksana pengobatan TB.
Pentingnya berobat teratur sampai dengan selesai dan bahayanya bila berobat tidak teratur.
Cara pencegahan TB.
Langah-langkah pelaksanaan penyuluhan: 1) Ucapkan salam sebagai pembuka penyuluhan. 2) Perkenalkan diri anda dan jelaskan bahwa anda adalah seorang Kader Kesehatan. 3) Ajukan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk mengetahui pemahaman mereka tentang TB. 4) Ajukan beberapa pertanyaan kepada peserta mengenai mengetahuan mereka tentang TB 5) Presentasi materi penyakit TB. Pesan utama yang penting untuk disampaikan pada saat penyuluhan TB adalah: apa itu TB, gejala TB, bagaimana cara penularan dan pengobatannya, bagaimana cara pencegahannya serta kemana harus berobat jika sakit TB. Pesan Tambahan 40
• Perilaku hidup bersih dan sehat
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
• Manfaat mematuhi pengobatan secara teratur sesuai anjuran dokter • Akibat bila tidak memeriksakan diri dan tidak minum obat secara teratur 6) Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 7) Ulangi sekali lagi pesan-pesan kunci dari penyuluhan anda. 8) Tutup penyuluhan anda dengan ucapan terima kasih. Setelah selesai melaksanakan penyululuhan usahakanlah untuk melakukan evaluasi kegiatan. Evaluasi bukan merupakan ajang untuk menghakimi atau saling menyalahkan melainkan untuk mendiskusikan tentang: apakah informasi yang disampaikan sudah tepat, apakah peserta puas, hal-hal apa saja yang kurang selama kegiatan berlangsung, apakah tempat pelaksanaannya cocok untuk penyuluhan, apakah waktu penyuluhan terlalu lama atau terlalu singkat. Evaluasi dilakukan sebagai pembelajaran dengan harapan bahwa kegiatan-kegiatan yang akan datang lebih bagus lagi. Tips-tips untuk seorang penyuluh: 1) Pelihara kontak mata dengan semua orang dalam kelompok dimana anda bicara. Menunjukkan, ketertarikan, perhatian, kehangatan dan kepercayaan. 2) Bereaksi terhadap apa yang diucapkan orang lain dengan mengangguk, tersenyum atau tindakan lain yg menunjukkan bahwa anda tertarik. 3) Apabila berbicara dalam Kelompok, Hindarkan berbicara dari tempat dimana tidak semua orang dapat melihat anda. 4) Jika diperlukan anda dapat berdiri dan bergerak dalam Kelompok dengan tidak mengganggu suasana dalam kelompok (Dinamis). 5) Berdiri tegak dan menghadap pendengar memberi kesan Keterbukaan, Penerimaan dan persahabatan. 6) Hindari berbicara sambil membelakangi peserta atau melihat ke lantai atau ke atas.
41
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
7) Gerak tangan: membantu anda dalam pembicaraan terkesan menarik dan membantu pula sebagai suatu pemahaman. 8) Jarak: Jarak badan dipengaruhi oleh norma atau budaya.
42
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN HIV AIDS DAN IMS
43
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK Pengendalian HIV AIDS dan IMS
A. Bagi Golongan Penggalang 1. Mengetahui apakah HIV DAN AIDS dan IMS serta gejala umumnya. 2. Mengetahui cara penularan HIV DAN AIDS dan IMS serta pencegahannya 3. Mengetahui siapa saja yang dapat terinfeksi HIV DAN AIDS dan IMS 4. Mengetahui mengapa kita perlu mengendalikan HIV DAN AIDS dan IMS 5. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dalam rangka pengendalian HIV DAN AIDS dan IMS B. Bagi Golongan Penegak 1. s.d 5. Mengetahui dan mampu melakukan semua SKK bagi Golongan Penggalang. 2. Mengetahui dan mampu menjelaskan hubungan IMS dan HIV DAN AIDS 3. Mengetahui faktor perilaku dan faktor lainnya yang mempengaruhi penyebaran HIV DAN AIDS dan IMS 4. Mengetahui bagaimana memperlakukan orang yang terinfeksi HIV DAN AIDS dan IMS 5. Mengetahui hubungan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) dengan HIV DAN AIDS 6. Mengetahui dimana dapat memperoleh perawatan dan pengobatan bagi penderita HIV DAN AIDS dan IMS C.
Bagi Golongan Pandega 1. Melakukan sosialisasi dalam pengendalian HIV DAN AIDS dan IMS 2. Menyampaikan informasi untuk mengendalikan HIV DAN AIDS dan IMS melalui tulisan di koran, majalah, media cetak lainnya, dan media elektronik. 3. Menyampaikan informasi HIV DAN AIDS dan IMS melalui karya seni dan karya kreatif lainnya 44
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
4. Menjadi anggota atau ikut mengambil bagian dalam organisasi yang bergerak dalam pengendalian HIV DAN AIDS dan IMS 5. Melakukan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya dalam rangka pengendalian HIV DAN AIDS dan IMS
Pelayanan Komprehensif HIV DAN AIDS Pelayanan komprehensif berkesinambungan melibatkan jejaring kerjasama semua sumber daya dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan secara holistik(badan, jiwa dan sosial), menyeluruh dan dukungan yang luas bagi Masyarakat umum, Orang dengan HIV AIDS (ODHA) dan keluarganya. Pelayanan komprehensif meliputi unsur-unsur: 1. Bagi Golongan Penggalang 2. Bagi Golongan Penegak 3. Bagi Golongan Pandega 4. Dan tentunya dukungan dari seluruh masyarakat Peran Penggalang, Penegak dan Pandega sangat membantu dalam proses pelayanan komprehensif terutama setelah Orang yang dinyatakan positif HIV atau setelah ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) menjalankan perawatan dari tenaga kesehatan harus kembali ke masyarakat umum. Peran dalam pelayanan komprehensif HIV dan AIDS •
Membantu dalam upaya promosi pengendalian HIV dan AIDS kepada masyarakat.
•
Memberikan pengertian kepada keluarga, dan orang disekitarnya untuk tidak mendiskriminasi dan memberi cap buruk pada ODHA.
•
Mengingatkan ODHA untuk selalu patuh berobat dan mengikuti petunjuk petugas kesehatan.
•
Membantu mengingatkan ODHA untuk teratur meminum ARV. 45
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Memberitahu tentang efek samping ARV.
•
Memberikan dukungan yang menguatkan rasa percaya diri dan untuk tetap produktif.
•
Menyalurkan ke pelayanan kesehatan jika mengalami masalah.
•
Pedidikan dan pelatihan tentang tatalaksana dan pencegahan HIV dan AIDS bagi para pendamping ODHA (petugas kesehatan, keluarga, tetangga,dan relawan)
•
Membantu merujuk kepada Kelompok dukungan Sebaya (KDS). Memberikan penguatan spiritual secara spiritual untuk tetap semangat .
•
Mensupport ODHA untuk tetap bisa berdaya dan produktif.
•
Memudahkan ODHA untuk akses dukungan kesehatan, psikososial, peningkatan kualitas hidup ODHA, layanan spiritual, Akses ARV, peningkatan gizi dan sebagainya.
•
Mobilisasi Komunitas untuk menguatkan peran dan keberadaanya dimasyarakat umum
Informasi tentang HIV DAN AIDS untuk Masyarakat umum. HIV dan AIDS di tengah kita! HIV dan AIDS sudah menular ke banyak orang di Indonesia. Sudah saatnya kita lebih menjaga diri, melindungi keluarga dan mereka yang kita cintai dari HIV dan AIDS. HIV dan AIDS adalah: •
HIV(Human Immuna Deficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS.
•
Bila kita tertular HIV, maka daya tahan tubuh dapat menurun sehingga mudah terkena berbagai penyakit dan mengganggu kualitas hidup.
•
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. AIDS dapat menyebabkan kematian.
46
Siapa pun berisiko tertular HIV, jika :
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Berganti-ganti pasangan seks.
•
Berhubungan seks dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.
•
Menggunakan jarum suntik tidak steril secara bergantian.
•
HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya melalui proses persalinan dan saat menyusui.
Cegahlah penularan HIV dengan cara : •
Tidak melakukan hubungan seks adalah cara paling aman.
•
Bersikaplah saling setia pada pasangan.
•
Melakukan hubungan seks dengan pakai kondom secara benar.
•
Hindari penggunaan jarum suntik tidak steril secara bergantian.
HIV menular melalui :
47
HIV tidak dapat menular melalui :
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Virus HIV belum dapat ditaklukan, namun kita akan mampu hidup normal dengan minum obat ARV (Anti Retro Viral) •
Untuk memperpanjang usia hidup, orang dengan AIDS harus minum obat ARV.
•
Kalau sudah memulai obat ini harus di teruskan secara rutin pada jam tertentu, setiap hari dan seumur hidup.
•
Carilah informasi lebih jelas tentang hal ini ke tempat layanan kesehatan terdekat di daerahmu. Orang dengan HIV dan AIDS sangat memerlukan uluran kasih kita, berupa dukungan, dampingan, dan perawatan. Maka itu, kita tidak perlu mengucilkan (mendiskriminasi) dan menyalahkan (menstigmatisasi) saudara kita yang telah terinfeksi HIV dan AIDS.
48
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Orang dengan terinfeksi HIV tidak bisa diketahui terlihat dari penampilan fisiknya. Ia akan tampak sehat selama bertahun-tahun, tetapi virusnya bisa menularkan ke orang lain Bagaimana kita tahu sudah tertular HIV? •
Bila menyadari perilaku kita berisiko, melakukan tes HIV adalah tindakan yang bertanggung jawab, bijaksana, dan tepat.
• Ajaklah pasangan untuk melakukan tes HIV juga. Kita Perlu tes HIV jika: Ya
Tidak
Pernah berhubungan seks berganti pasangan tanpa pakai kondom Pernah menggunakan jarum narkoba suntik yang tidak steril atau bergantian Pernah terkena penyakit kelamin Kondom yang dipakai pecah/robek Pernah menerima donor darah yang tidak aman Pernah menerima cangkok organ Pasangan seks kita diketahui positif HIV Pernah melalukan tindik/tato yang tidak steril Tes HIV Penting Manfaatnya •
Jadi tahu status HIV kita
•
Mendapatkan bantuan layanan sosial dan kesehatan
•
Mudah mendapat layanan kesehatan, psikologis, sosial, maupun spiritual
•
Lebih percaya diri merencanakan hidup, bersama pasangan dan keluarga.
•
Pengobatan HIV dengan ARV (Anti Retroviral)
49
•
Mengatasi dengan tenang masyarakat.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
kemungkinan cap buruk ataupun perbedaan di
Kenyamanan Tes HIV untuk kita •
Kerahasiaan kita terjaga
•
Persetujuan tes
•
Kualitas layanan terjamin
Kemudahan Persiapan Tes HIV Didampingi konselor yang ramah, melakukan : •
Konseling sebelum dites HIV
•
Tanda tangan surat persetujuan tes HIV
•
Tes HIV dan
•
Konseling setelah tes HIV
Dimana bisa melakukan Tes HIV? Lakukan tes HIV di Puskesmas, rumah sakit atau LSM penyelenggara program HIV DAN AIDS. Kita Tetap Nyaman Menghadapi Hasil Tes HIV. •
Konselor tetap mendampingi kita bila Hasil Tes Positif ataupun Negatif.
•
Kegiatan konseling tetap membantu kita setelah diketahui hasil tes HIV. Kita akan diberitahu apa saja yang perlu dilakukan sesuai dengan hasil tes tersebut. Bahkan, hingga bantuan kesehatan yang diperlukan dalam pengobatan HIV.
•
Bila kita positif, tetap akan mendapatkan kemudahan memperoleh Dampingan dan Layanan psikologis, sosial dan kesehatan serta pengobatan HIV.
Apa yang kita lakukan jika orang terdekat kita terinfeksi HIV? •
Tetaplah bersikap biasa dan jangan menghindar. 50
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Jangan takut tertular melalui kegiatan sehari-hari. Karena HIV hanya menular melalui perilaku seks tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik bergantian.
•
Bantu dia untuk tetap semangat dan menghadapi masa depan. Ada obat ARV yang mampu menekan jumlah virusnya sehingga ia tetap bisa produktif.
•
Berikan pengertian kepada keluarga dan masyarakat sekitar untuk tetap biasa. Karena masih banyak salah pengertian sehingga mereka memberi cap buruk dan diskriminasi. Kemungkinan Infeksi yang muncul karena AIDS. Jika seseorang yang sudah terinfeksi HIV sudah berada pada fase AIDS, infeksi yang muncul karena sistem kekebalan tubuh yang sudah turun biasanya berupa: •
Kanker kulit
•
Infeksi usus yang menyebabkan diare berkepanjangan dan berat badan turun
•
TB Ekstra paru
•
Infeksi retinitis karena virus citomegalovirus
•
Toksoplasma susunan syaraf pusat
•
Ensefalopati HIV
•
Meningitis
Informasi umum tentang IMS (Infeksi Menular Seksual) Apakah IMS itu? IMS juga dikenal dengan istilah penyakit kelamin. IMS biasanya ditularkan melalui hubungan seksual (vaginal, anal/lewat anus dan oral/dengan mulut). Ada beberapa jenis IMS yang bisa menular melalui penggunaan jarum suntik bekas secara bergantian. Beberapa IMS yang dikenal adalah : •
HIV/AIDS
•
Hepatitis B dan C/Sakit Kuning
•
Sifilis/Raja Singa
•
Gonore/Kencing Nanah 51
•
Klamidia
•
Herpes
•
Jengger Ayam (Kondiloma akuminata)
•
Kutu Bayur (Pedikulosis pubis)
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Bagaimana Penularan IMS? IMS menular melalui : •
Hubungan seks tanpa kondom.
•
Penggunaan jarum suntik napza bekas secara bergantian
Apa Saja Gejala IMS? •
IMS seringkali tidak menunjukkan gejala terutama pada perempuan.
•
Jika bergejala, yang kemungkinan akan muncul adalah: − Keputihan yang berbau dan disertai gatal. − Muncul benjolan, bintil atau luka disekitar kelamin. − Gatal, sakit atau rasa panas di sekitar kelamin. − Keluar nanah dari penis dan sakit pada saat kencing − Sakit di bagian dalam vagina saat berhubungan seks. − Bengkak di pangkal paha.
− Pendarahan pada alat kelamin. Beberapa jenis IMS tidak memiliki tanda ataupun gejala. Walaupun pasangan kita kelihatan sehat, bisa saja dia sudah terkena IMS. Bagaimana Kita Melindungi Diri dari IMS? •
Setia dengan satu pasangan seks.
•
Kalau tidak bisa setia, selalu pakai kondom setiap berhubungan seks.
•
Kalau sedang hamil, periksa IMS ke klinik atau rumah sakit.
•
Jangan melakukan hubungan seks dalam keadaan ’high’ atau mabuk.
•
Tidak memakai jarum suntik bekas secara bergantian. 52
Kalau Terlanjur Kena, Harus Bagaimana?
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Jangan diobati sendiri. Segera ke dokter untuk diperiksa dan diobati.
•
Jangan minum antibiotik tanpa resep dokter.
•
Habiskan obat yang diberikan dokter.
•
Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks selama masih dalam pengobatan.
Siapa saja yang bisa Terinfeksi IMS? Siapa saja dapat terinfeksi IMS. Tidak memandang usia, pekerjaan, suku atau jenis kelamin sepanjang dia melakukan hubungan seks berisiko. Apa yang Terjadi Kalau IMS Tidak Diobati? •
Lebih mudah terinfeksi HIV.
•
Berisiko terjadi kemandulan.
•
Berisiko keguguran.
•
Berisiko menularkan IMS pada janin yang dikandung.
•
Berisiko terjadi kerusakan otak hingga berakibat pada kematian.
Apa hubungan IMS dan HIV? •
HIV DAN AIDS termasuk salah satu IMS karena ditularkan melalui hubungan seksual.
•
Luka karena IMS bisa menjadi pintu masuk HIV.
•
Orang yang pernah terinfeksi HIV sebaiknya mengikuti Tes HIV.
Informasi umum tentang Napza Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya. Populer masyarakat menyebutnya dengan Narkoba (Narkotika dan Obat-obat berbahaya). •
Semua zat/obat-obatan yang mempengaruhi kerja pusat sistem syaraf yang berpengaruh pada pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. 53
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Efek yang ditimbulkan berbeda setiap jenisnya.
•
Penggunaan berlanjut berakibat ketergantungan fisik dan/atau psikologis.
•
Kerusakan pada sistem syaraf.
•
Bila digunakan dalam jumlah yang banyak atau dikombinasikan dengan beberapa jenis lainnya berakibat Over Dosis (OD).
Apa saja jenis-Jenis Napza? MARIJUANA(Ganja/Gelek/Cimeng/Bong/Mary-Jane/Grasspot/Cone/ Canabis/ Budhastik) Bentuk: •
Hashis
Ganja: daun kering seperti tembakau
• Hashis atau minyak hashis: balok kecil coklat/hitam Efek: Mulai setelah beberapa detik dan berakhir setelah beberapa jam tergantung berapa banyak konsumsinya. •
Fisik: denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, berkurangnya kemampuan gerak, daya ingat berkurang.
•
Psikis: senang, santai, keringanan stress dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, kebingungan, paranoid, panik, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang. Akibatnya: • Jarang menimbulkan over dosis. • Meningkatkan kemungkinan kecelakaan karena hilangnya konsentrasi. • Beberapa meningkatkan keinginan seks, kurang memperhatikan penggunaan kondom. • Penggunaan secara regular dalam waktu lama meningkatkan kemungkinan bronchitis, gangguan pernafasan sampai kanker paru-paru.
HEROIN (Putaw/Pt/Bedak/Etep/Putih) Bentuk: •
Biasanya bubuk berwarna kecoklatan 54
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Efek: Mulai dengan cepat dan berakhir setelah beberapa jam tergantung berapa banyak konsumsinya. •
Fisik: penggunaan pertama mual dan muntah, hilangkan rasa sakit, kesulitan bernafas, sulit buang air besar, menurunnya konsentrasi
• Psikis: Merasa nyaman (euforia), rasa hangat, santai, mengurangi rasa gelisah, lesu. Akibatnya: •
Pemakaian dengan cara disuntikkan memperbesar masalah: abses, kerusakaan pembuluh darah, hepatitis, HIV.
•
Pemakaian yang regular menyebabkan dosis terus bertambah.
•
Pemakaian dengan dosis tinggi, akan memperlambat sistem saraf pusat hingga menyebabkan koma dan kematian.
•
Pada perempuan: menstruasi yang tidak teratur dan ketidaksuburan.
•
Penggunaan selama kehamilan, bayi yang dilahirkan dapat membawa gejala putus obat.
KOKAIN (Snow/Coke/Girl/White lady/Sugar block/Charlie/Crack) Bentuk: • Serbuk putih, kristal Efek: Efek kokain tahan 10 - 40 menit tergantung pada kemurnian dan cara pemakaiannya. •
Fisik: pupil membesar, hiperaktif, agitasi iritabilitas, peningkatan aktivitas psikomotor
•
Psikis: Euforia, senang, hiperaktif, keriangan, bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri, berpendirian tidak tetap, merasa tidak terkalahkan, agresif dan suka bertengkar. Akibatnya: Meningkatkan risiko stroke karena pembuluh darah yang melemah pecah, menyebabkan perdarahan di dalam otak •
Penggunaan kokain yang kronis menyebabkan gangguan jantung 55
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Kematian karena serangan jantung
•
Bila berhubungan seks sering tidak menggunakan kondom sehingga berisiko tertular HIV dan Hep C.
ECSTACY(Inex/I/Kancing/Cheche/Inex/XTC/Dolphin/BlackHeart/Gober/ Circle K) Bentuk: • Pil atau tablet berbagai bentuk dan warna Efek: Mulai setelah 20-60 menit dan berakhir setelah beberapa jam tergantung berapa banyak konsumsinya. •
Fisik: detak jantung meningkat, tekanan darah meningkat, kehilangan nafsu makan, pupil mata melebar, rahang kaku, mulut dan kerongkongan kering
• Psikis: energik, akrab, pengertian, rasa marah berkurang, percaya diri, gembira Akibatnya: •
Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan otak permanent dan pendarahan otak.
•
Kematian banyak diakibatkan tidak suhu badan tinggi dan kebanyakan minum
•
Kelelahan yang berlebihan yang membutuhkan tidur lama untuk memulihkan
•
Gangguan suasana hati, kehilangan semangat dan merasa tertekan
•
Pada orang yang mempunyai penyakit jantung sering terjadi serangan jantung
•
Bila berhubungan seks sering tidak menggunakan kondom sehingga berisiko tertular HIV dan Hep C.
METHAMPHETAMINE (Shabu/SS/Ubas/Ice/Speed/Meth) Bentuk: • Seperti tepung Efek pemakaian dapat bertahan antara 3-12 jam tergantung dosis dan cara pemakaian. •
Fisik: pernafasan cepat, pupil mata melebar, hiperaktif 56
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
• Pskis: nyaman, percaya diri, bertenaga, mudah panic, agresif, mudah marah, Akibatnya: •
Terjadi gangguan tidur dan kelelahan
•
Selara makan turun berakibat malnutrisi
•
Bila disuntikan dapat menyebabkan kematian karena menyumbat pembuluh darah
•
Serangan jantung dan tekanan darah tinggi
•
Suasana hati mudah berubah dan dapat menjadi agresif
• Dapat menyebabkan ganguan jiwa Gejala putus zat: •
Fisik: kelelahan
•
Psikis: mudah marah, lesu, depresi, gelisah
OBAT PENENANG (Obat tidur/Pil koplo/BK/Nipam/Megadon/Valium/Rohypnol/Librium/ Lexotan/Ativan) Bentuk: • Tablet, Kapsul, serbuk, cairan Efek: •
Fisik: memperlambat detak jantung dan pernafasan, menurunkan energi dan koordinasi otot, menumpulkan panca indera, sembelit, mual, disfungsi seksual, kesulitan bicara
• Psikis: Depresi, konsentrasi turun, eforia, nyaman, tenang, perubahan kepribadian, Akibatnya: •
Peningkatan berat badan dipicu meningkatnya napsu makan
•
Kesulitan tidur
•
Kehilangan daya ingat.
•
Kesulitan berpikir.
•
Perubahan perilaku.
•
Masalah seksual.
•
Masalah menstruasi pada perempuan 57
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT INHALANT (Ngelem/Pappers/Rush/Climax) Bentuk: • Cairan atau padat yang mengeluarkan bau tertentu Efek: Efeknya tidak bertahan lama 30-60 menit: •
Fisik: memperlambat denyut jantung dan pernafasan, pusing, gangguan visual, konsentrasi menurun
• Psikis: halusinasi, santai, gembira, disorientasi, Akibatnya: •
Penggunaan jangka panjang, terutama produk minyak yang mengandung timbel, dapat mengakibatkan kerusakan pada otak, hati, ginjal, dan terutama paru. Hubungan Napza dan HIV DAN AIDS •
Penggunaan napza dengan cara disuntikkan dan jarumnya digunakan secara bergantian berisiko tinggi menularkan HIV. Selain HIV juga menularkan Hepatitis, pembengkakan pembuluh darah dan risiko overdosis.
58
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
59
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
Tujuan Golongan Siaga: o Mampu menyebutkan penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue o Mampu menyebutkan penular penyakit Demam Berdarah Dengue o Mampu menyebutkan cara penularan o Mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit secara sederhana Golongan Penggalang: o Mengetahui ciri-ciri dari nyamuk penular demam berdarah (Aedes aegypti) o Mengetahui siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti o Mengetahui tempat-tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti o Mengetahui dan menjelaskan cara pencegahan penyakit demam berdarah dengue o Mengetahui dan menjelaskan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M plus Golongan Penegak dan Pandega o Mampu menjelaskan penyebab, dan cara penularan serta gejala penyakit DBD o Mampu melaksanakan PSN dengan 3M plus o Mampu melakukan pemeriksaan jentik pada rumah tangga dan Tempat-tempat Umum (TTU), mis: mesjid, gereja, pasar, sekolah, dll. o Mampu membedakan jentik Aedes aegypty dibandingkan dengan jentik nyamuk jenis lain o Mampu memberikan penyuluhan cara mencegah DBD o Mampu memberikan pertolongan pertama kepada penderita DBD A. Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue atau yang lebih dikenal dengan penyakit Berdarah adalah penyakit menular yang berbahaya karena: Timbulnya mendadak disertai perdarahan 60
Demam
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Penderita dapat meninggal dalam waktu yang tidak lama (1 minggu) Dapat menular dengan cepat sehingga menimbulkan wabah B. Tanda-tanda Demam Berdarah Dengue Hari pertama
Panas tinggi mendadak, suhu badan 38 – 40oC, badan lemas dan lesu
a.
Hari kedua atau hari ketiga
Bintik-bintik merah pada kulit
Sering terasa nyeri di ulu hati 61
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan)
Mungkin terjadi muntah atau berak darah
Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung jari tangan dan kaki terasa dingin dan lemah C. PENYEBABNYA Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus tersebut sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat mikroskop khusus. Nyamuk Aedes aegypti yang menggigit manusia hanya nyamuk betina saja. D. CARA PENULARAN DBD Penyakit demam berdarah dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu menghisap darah penderita DBD, atau orang yang kelihatannya sehat tetapi mengandung virus dengue di dalam darahnya.
62
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Siklus Penularan 1. Ciri-ciri nyamuk demam berdarah dengue o Badannya kecil, warnanya hitam dengan belang-belang putih di seluruh tubuh. o Menggigitnya pada pagi dan sore hari. Siang hari nyamuk beristirahat. o Hidup di rumah dan sekitarnya o Suka beristirahat di tempat yang terlindung dari sinar matahari seperti pakaian yang bergelantungan. o Berkembang biak dengan menaruh telurnya ditempat-tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. o Nyamuk betina senang menggigit/menghisap darah manusia. 63
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Daur hidup nyamuk demam berdarah dengue. o Nyamuk meletakkan telur di tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan dengan tanah. o Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian menjadi kepompong dan akhimya menjadi nyamuk dewasa. Dari jentik hingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 - 10 hari. o Dalam waktu 1 - 2 hari nyamuk yang baru menetas siap menggigit manusia. o Setelah menghisap darah, nyamuk beristirahat ditempat-tempat yang gelap dan lembab sambil menunggu proses pematangan telur. o Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 - 3 bulan.
64
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Tempat-tempat nyamuk penular demam berdarah bersarang dan berkembang biak a. Di dalam rumah b. Di luar rumah PENYAKIT DEMAM BERDARAH DAPAT DICEGAH DENGAN MEMBERANTAS NYAMUK PENULARNYA "Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati" Oleh karena vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah belum ada, maka satusatunya cara pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberantas nyamuknya penularnya (Aedes aegypti), tetapi membunuh nyamuknya saja juga belumlah cukup selama jentik-jentiknya masih dibiarkan hidup. Karena itu upaya yang paling tepat adalah dengan memberantas jentik-jentiknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) 3M yang terdiri dari kegiatan : 1. Menguras bak mandi/WC dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali atau 65
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air sehingga nyamuk demam berdarah tidak bertelur di situ. 3. Memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi tempat sarang nyamuk. Kegiatan 3M ini perlu ditambahkan dengan beberapa kegiatan dibawah ini, yaitu : 1. Mengganti air vas bunga dan tempat minum burung setiap hari. 2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak. 3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dengan tanah 4. Menaburkan bubuk pembunuh jentik (larvasida) pada tempat-tempat penyimpanan air yang sulit dikuras. 5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air. 6. Memasang kawat kasa pada ventilasi, jendela, lubang angin. 7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar 8. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. 9. Menggunakan kelambu Secara keseluruhan cara tersebut di atas disebut dengan istilah “3M PLUS” LEBIH BAIK MENCEGAH DARI PADA MENGOBATI H. CARA-CARA MEMBERANTAS SARANG NYAMUK a. Menguras 1) Bersihkan bak kamar mandi, tempayan dan tempat-tempat penampungan air lainnya seminggu sekali 2) Gantilah air pada vas bunga setiap hari 3) Gantilah air minum burung setiap hari b. Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
66
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Menutup yang benar
Menutup tapi tidak rapat (salah) 1) Berilah tutup pada tempayan agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur. 2) Balikkanlah drum yang tidak terpakai agar tidak tergenang air
67
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
c. Menyingkirkan sampah-sampah yang dapat menampung air hujan dari halaman rumah, seperti: kaleng bekas, botol bekas, gelas plastik, tempurung kelapa, ban bekas, pecahan botol, dsb. 1) Mendaur ulang atau membakar kaleng bekas, plastik bekas pecahan botoi, tempurung dan benda-benda bekas lainnya yang dapat menampung air. 2) Memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan racun pembasmi jentik yang dikenal dengan Abatisasi 3) Menghindari dari gigitan nyamuk a) Pemasangan kawat kasa ventilasi, jendela, pintu rumah atau dengan memasang kelambu b) Memberikan penerangan yang secukupnya dan tidak menggantung pakaian kotor yang menjadi kesenangan tempat hinggapnya -nyarnuk " c) Mengolesi dengan obat anti serangga atau memasang obat nyamuk bakar, dan sebagainya. I.
PERAN 1 . Membantu orang tua dalam memelihara kebersihan rumah dan halaman masing-masing sesuai dengan kemampuannya, antara lain: a. Menyapu halaman b. Membantu membersihkan bak mandi/WC c. Menjaga/membantu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. d. Tidak menggantung pakaian e. Memeriksa jentik pada tempat-tempat sbb: bak mandi/wc, vas bunga, dispenser 2. Ikut membantu dalam memelihara kebersihan : a. Rumah dan lingkungannya b. Agar membuang sampah pada tempatnya c. Menjaga/membantu kebersihan lingkungan di sekoiah dan sekitamya.
II. GOLONGAN PENEGAK DAN PANDEGA 68
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
A. PENGERTIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH 1. Penyebab penyakit demam berdarah Penyakit demam berdarah dengue tergoiong penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang timbuinya mendadak disertai dengan perdarahan. Penyakit ini; dapat menimbuikan kematian dalam waktu yang, tidak iama serta dapat menimbulkan wabah. Virus penyakit demam berdarah sampai sekarang dikenai ada 4 type virus., : D1, D2, D3 dan D4, termasuk daiam grup E Arthropod Borne Viruses. 2. Penularan penyakit demam berdarah Penyakit demam berdarah ditularkan meialui gigitan nyamuk Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu menghisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawa virus dalam darahnya (carrier). 3. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 (tujuh) hari orang tersebut dapat menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalain tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 minggu. 4. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menuiarkan pada orang lain di berbagai wilayah. 5. Gejala penyakit demam berdarah a. Pada hari pertama sulit dibedakan dengan penyakit lain. Tanda-tanda yang lazim adalah: 1) Panas mendadak terus-menerus, suhu badan 38°C- 40°C atau lebih 2) Ditambah 2 atau lebih gejala/tanda di bawah ini: • Muka kemerahan 69
• Mata merah
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
• Nyeri kepala • Nyeri belakang bola mata • Nyeri otot dan tulang b. Pada hari kedua atau ketiga 1) Timbul bintik-bintik merah di pada lengan, kaki dan badan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, kulit direnggangkan, bila hilang berarti bukan tanda penyakit demam berdarah. 2) Nyeri ulu hati 3) Kadang-kadang disertai dengan keluar darah dari hidung (mimisan) dan berak darah atau muntah darah. c. Antara hari ketiga sampai ketujuh Panas turun secara tiba-tiba kemungkinan yang terjadi adalah : 1) Penderita sembuh atau 2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan : a) Gelisah b) Ujung tangan dan kaki dingin c) Banyak mengeluarkan keringat 3) Bila keadaan berlanjut dapat terjadi : a) Renjatan (lemah, lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba) b) Kadang-kadang kesadaran menurun 4) Bila tidak segera ditolong di Rumah Sakit/ Puskesmas penderita dapat meninggal dunia. 6. Nyamuk penular demam berdarah Aedes Aegypti a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti 1) Berwarna hitam dengan geIang-gelang putih (belang)putih pada tubuhnya, bercak-bercak putih di badan, sayapnya dan kakinya.
70
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2) Hinggap mendatar, senang di tempat yang gelap (terlindung sinar matahari) dan suka beristirahat pada pakaian atau benda-benda yang tergantung di kamar. 3) Berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air, seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain. 4) Hidupnya di dalam dan di sekitar rumah/bangunan 5) Biasanya menggigit pada siang hari. 6) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya. 7) Kemampuan terbangnya 100 meter 8) Nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi menghisap cairan tumbuh-tumbuhan. b. Daur hidup. 1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembangbiakannya. 2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembangbiakan dari telur-jentik-kepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari)
71
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar Daur hidup nyamuk Aedes Aegypti 1) Dalam tempo 1 - 2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan menggigit (menghisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan dengan nyamuk jantan. 2) Setelah menghisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya. 3) Siklus menghisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3 - 4 hari. 4) Bila menghisap darah seorang penderita demam berdarah seumur hidupnya nymuk ini dapat menularkan virus tersebut. 5) Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. f. Cara pemberantasan nyamuk Aedes aegypti Vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue belum tersedia, oleh karena itu upaya pencegahan penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk penularnya, yaitu Aedes aegypti. Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan memberantas nyamuk dan jentiknya. 1) Pemberantasan nyamuk Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan racun serangga termasuk racun serangga yang digunakan sehari-hari dapat digunakan untuk membunuh nyamuk tersebut. 2) Pemberantasan Jentik 72
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenel istilah Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan cara: a) Fisik Cara ini dikenal dengan kegiatan 3 M (menguras, menutup, mengubur) yaitu menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air, seperti tempayan drum. dan lain-lain, serta mengubur atau nenyingkirkan barangbarang bekas seperti kaleng bekas, ban bekas dan lain sebagainya. b) Biologi Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, dan lain-lain). c) Kimia Memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan racun pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah Abatisasi. Larvasida biasanya menggunakan themephos berbentuk butiran pasir (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Abatisasi dengan themephos ini mempunyai efek residu 3 bulan dan aman digunakan meskipun diberikan pada tempat-tempat penampungan air baik untuk mencuci atau air minum sehari-hari.
B. PERAN 1. Jika menjumpai penderita/tersangka demam berdarah dengue dengan tandatanda seperti di atas agar menganjurkan kepada penderita/tersangka/keluarga penderita untuk: a. Memberikan minum banyak b. Kompres dingin c. Memberikan obat penurun panas d. Serta menganjurkan kepada penderita/tersangka! keluarga segera memeriksakan ke Puskesmas/Rumah Sakit/dokter praktek/bidan desa/unit pelayanan lainnya. 73
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Meneruskan informasi tentang adanya penderita/tersangka (berdasarkan pemeriksaan dokter/petugas kesehatan) kepada ketua RT/RW/Lurah/Kades. 3. Membantu ketua RT/RW dalam berbagai kegiatan untuk mencegah/memberantas penyakit demam berdarah dengue termasuk kegiatan penyuluhan, membantu petugas kesehatan dalam penyemprotan, abatisasi, dan lain-lain. 4. Melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah masingmasing sesuai dengan uraian di atas serta melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk di lingkungannya melalui kerja bakti RT maupun RW.
74
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA
TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA I. Golongan Siaga: A. Mengetahui pengertian malaria B. Mengetahui penyebab dan penularan malaria C. Mengetahui tanda dan gejala malaria D. Mengetahui bahaya malaria E. Mengetahui cara pencegahan malaria F. Dapat melakukan pencegahan malaria A. Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. 75
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT B. Penularan Malaria Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (Anopheles) betina. Nyamuk yang menularkan parasit malaria disebut nyamuk Anopheles. Tidak semua nyamuk menularkan malaria. Jika nyamuk Anopheles sudah menggigit penderita malaria kemudian menggigit orang sehat, maka parasit malaria dipindahkan ke badan orang sehat tersebut sehingga jatuh sakit.
13
Gambar. Penularan Malaria Ciri khas nyamuk Anopheles adalah : jika menggigit badannya menungging dan setelah menggigit nyamuk beristirahat pada dinding rumah yang gelap dan lembab, di bawah meja, di kolong tempat tidur dan di belakang lemari. Nyamuk tersebut hanya menggigit pada malam hari, di dalam maupun luar rumah. 76
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Tempat perkembangbiakan utama Anopheles adalah tempat-tempat berupa genangan air maupun yang mengalir perlahan. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah di luar rumah, seperti selokan yang tersumbat, rawa, danau dan lagun.
77
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar. tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles
C. Tanda-tanda dan Gejala Malaria Gejala malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat, pusing, pucat, kuning, mual, muntah dan diare. Bila sesorang dengan keluhan seperti di atas harus segera memeriksakan diri ke bidan atau puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan malaria dan diberi pengobatan bila positif menderita malaria. D. Bahaya Malaria 1. Menyebabkan kekurangan darah pada penderita malaria karena sel-sel darah merah banyak yang hancur karena dirusak/dimakan oleh Plasmodium. Akibat kurang darah akan menyebabkan : - Daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terkena infeksi lain dan daya kerja kurang.
78
-
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pertumbuhan otak pada anak-anak terhambat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan dengan akibat anak-anak menjadi bodoh. 2. Pada ibu hamil penyakit malaria dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir dengan berat badan dan kematian bayi yang dikandung. Pada penderita penyakit malaria tropika yang berat dan tidak diobati, pembuluh darah otaknya dapat tersumbat, sehingga dapat menyebabkan malaria otak bahkan kematian. E. Pencegahan Malaria 1. Hindari gigitan nyamuk dengan cara : Tidur memakai kelambu
79
Gambar. kelambu berinsektisida
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Memakai obat anti nyamuk oles (repelen
Gambar menggunakan repelen Menyemprot kamar dengan obat semprot nyamuk Pemasangan kawat kasa Membakar obat pengusir nyamuk Gunakan pakaian yang menutup tubuh pada malam hari seperti baju lengan panjang. 2.
Membunuh jentik nyamuk dengan menimbun atau mengalirkan air tergenang, menebarkan ikan pemakan jentik (ikan gupi, ikan kepala timah, ikan cupang) menebarkan bahan kimia.
80
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar ikan pemakan jentik, penebaran ikan di danau, kebersihan lingkungan II. Golongan Penggalang A. Mengetahui 4 jenis malaria B. Mengetahui cara penularan malaria C. Mengetahui pentingnya pemeriksaan darah D. Mengetahui beda nyamuk anopheles dengan nyamuk lainnya. E. Mengetahui siklus hidup nyamuk F. Mengetahui cara pencegahan penularan malaria G. Mengetahui siklus hidup parasit malaria H. Mengetahui bahaya malaria I. Dapat melakukan pencegahan malaria
1. Ada 4 jenis palsmodium penyebab malaria
1) Malaria tropika Disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan gejala : demam, menggigil dan berkeringat, atau gejala khas lainnya. Gejala demam timbul terus menerus setiap hari. Jenis malaria ini bisa menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian. 81
2) Malaria tertiana
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan gejala demam, menggigil dan berkeringat atau gejala khas lainnya. Gejala demam timbul (berulang) setiap 3 hari.
3) Malaria ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale yang gejalanya sama dengan Malaria Tertiana.
4) Malaria Kuartana Disebabkan oleh Plasmodium malariae dengan gejala demam, menggigil dan berkeringat atau gejala khas lainnya. Gejala demam timbul (berulang) setiap 4 hari. 2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan darah Malaria harus diwaspadai. Bila anggota keluarga ada yang terkena demam, tidak mau makan, muntah-muntah, lesu atau uring-uringan (rewel), harus segera dilakukan pemeriksaan laboratorium darahnya baik secara mikroskopis atau RDT (Rapid Diagnostic Test) dan diberi obat anti malaria sesuai petunjuk dari petugas kesehatan bila hasil pemeriksaan darahnya positif.
82
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar pemeriksaan dengan Mikroskop
Gambar pemeriksaan dengan RDT
3. Mengetahui ciri nyamuk dan jentik anopheles
83
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Ciri jentik anopheles sejajar Ciri jentik anopheles tegak lurus dengan permukaan air
84
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Ciri nyamuk anopheles : warna coklat Ciri nyamuk aides : warna hitam menungging bila hinggap berbintik putih, badan rata bila hinggap III. Golongan Penegak dan Pandega A. Mengetahui siklus hidup parasit pada manusia B. Mengetahui Jenis Nyamuk C. Mengetahui cara diagnosa malaria D. Mengetahui obat anti malaria E. Mengetahui pencegahan penularan malaria 85
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Mengetahui siklus hidup nyamuk
Mengetahui pengobatan Malaria Seseorang yang terkena malaria harus terus minum obat meskipun sudah tidak demam lagi (sesuai aturan). Jika pengobatan tidak tuntas, akibatnya akan menjadi lebih parah dan sulit diobati. Obat anti malaria yang digunakan adalah ACT (Artemisinin Combination Therapy). Terlambat menolong anak yang demam karena malaria, walau hanya sehari, dapat mengakibatkan kematian. Petugas kesehatan dapat memberi petunjuk mengenai obat yang paling tepat dan berapa lama harus dilanjutkan.
86
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
87
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar Obat Anti Malaria
Gambar siklus hidup parasit Siklus hidup parasit terdiri dari 2 siklus yaitu : di dalam tubuh nyamuk dan di dalam tubuh manusia. Dalam tubuh nyamuk :
1.
88
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Dalam tubuh manusia : Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati. Skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah.
2.
Mengetahui cara diagnosa malaria Gejala Malaria : Demam, menggigil, berkeringat (Trias Malaria), sakit kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pucat. Kalau Ibu tampak gejala seperti di atas segera bawa ke petugas Kesehatan. Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan tanya jawa), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat.
89
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Pertanyaan tentang malaria : a. Gejala malaria, . b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu yang lalu ke daerah tertular malaria. c. Riwayat tinggal di daerah tertular malaria d. Riwayat sakit malaria e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir f. Riwayat mendapat transfusi darah
2. Pemeriksaan fisik a. Suhu badan > 38o C b. kelopak mata atau telapak tangan pucat c. Perut buncit karena Pembesaran Limpa dan hati d. Manifestasi malaria berat dapat berupa : penurunan kesadaran, demam tinggi, konjungtiva pucat dan telapak tangan pucat serta ikterik 90
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera diperiksa dengan mikroskopik atau RDT 3. Pemeriksaan laboratorium
a.
Pemeriksaan dengan mikroskop
1. 2. 3.
Pemeriksaan sediaan darah untuk menentukan: Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif). Jenis plasmodium Kepadatan parasit
Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat/ (RDT- Rapid Diagnostic Test) Tes ini digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (Anopheles) betina dan mengandung parasit. Melalui gigitan itu parasit ditularkan kepada orang sehat, didalam tubuh parasit berkembangbiak dengan merusak sel-sel darah. Jentik nyamuk malaria hidup di air yang tergenang maupun mengalir perlahan seperti sawah, lagon, rawa-rawa. Pentingnya Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah sangat penting untuk mengetahui ada/tidaknya dan jenis parasit malaria di dalam darah/tubuh kita. Dengan diketahuinya jenis parasit maka kita dapat menentukan pengobatan dengan tepat. Pemeriksaan sebaiknya dengan mikroskop namun jika belum ada dapat dilakukan dengan tes cepat /RDT (RDTrapid diagnostik test).
91
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar Larva Nyamuk Culek (a), Anopheles (b), dan Aedes (c) dan Nyamuk Dewasa
Gambar nyamuk anopheles dan aides Aighipty Beda Nyamuk Anopheles dengan nyamuk lainnya. Nyamuk anopheles saat hinggap didinding membentuk sudut 45 derajat sedangkan nyamuk lainnya sejajar. Jentik nyamuk anopheles sejajar dengan permukaan air saat mengapung di air sedangkan nyamuk lainnya membentuk sudut sekitar 45 derajat.
92
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
. Nyamuk akan mencari air untuk meletakkan telurnya, 4 hari kemudian telur akan berubah menjadi jentik. Setelah 10 hari jentik akan berubah menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk segera terbang dan hinggap ditempat aman dan disukai nyamuk seperti semak-semak, pohon rimbun dan siap untuk menularkan parasit dari penderita malaria ke orang sehat. Pramuka dapat membantu pencegahan malaria berupa kegiatan: Penyuluhan malaria mulai dari pencegahan, terutama upaya-upaya dalam mencegah perkembang biakan nyamuk, penggunaan kelambu berinsektisida dan kebersihan lingkungan untuk menghilangkan tempattempat perindukan nyamuk Membantu penebaran ikan pemakan jentik Membantu menjaga lingkungan dari nyamuk malaria dengan menimbun genangan air, merapikan dan menebang semak-semak di sekitar pemukiman untuk mencegah nyamuk hinggap, Bergotong royong membersihkan lumut dan tanaman pada lagon atau rawa-rawa untuk mencegah nyamuk berkembangbiak, serta Kerja bakti untuk mengalirkan air yang tergenang. 93
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT SKK PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES
TUJUAN SKK PENGENDALIAN RABIES Golongan Siaga : -
Mengetahui secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit rabies (anjing gila) pada manusia dan hewan (terutama anjing).
-
Mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika digigit hewan penular rabies (cara pencucian luka gigitan hewan penular rabies dan pemberian Vaksin Anti Rabies).
Mengetahui pentingnya memberikan vaksinasi pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera secara berkala. Golongan Penggalang :
-
-
Menjelaskan secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit rabies (anjing gila) pada manusia dan hewan (terutama anjing).
-
Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan jika digigit hewan penular rabies (cara pencucian luka gigitan hewan penular rabies dan pemberian Vaksin Anti Rabies).
Menjelaskan pentingnya memberikan vaksinasi pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera secara berkala . Golongan Penegak :
-
-
Menjelaskan secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit rabies (anjing gila) pada manusia dan hewan (terutama anjing).
-
Melakukan cara pencucian luka gigitan hewan penular rabies.
-
Menyarankan seseorang yang telah digigit hewan penular rabies ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
-
Mengantar/Menyarankan pemilik hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera agar mendapatkan vaksinasi rabies secara berkala.
-
Melakukan promosi kesehatan tentang penyakit rabies secara sederhana kepada orang terdekat/keluarga. 94
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Golongan Pandega : -
Menjelaskan secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit rabies (anjing gila) pada manusia dan hewan (terutama anjing).
-
Melakukan cara pencucian luka gigitan hewan penular rabies.
-
Menyarankan dan atau mampu mengantar seseorang yang telah digigit hewan penular rabies ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
-
Menyarankan dan atau mampu mengantar pemilik hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera agar mendapatkan vaksinasi rabies secara berkala.
-
Melakukan promosi kesehatan tentang penyakit rabies kepada masyarakat. PENYAKIT RABIES (ANJING GILA) A. PENGERTIAN Penyakit Rabies (Anjing Gila) adalah Suatu penyakit menular akut, menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus dan akan mengakibatkan kematian, dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. B. PENYEBAB RABIES Rabies disebabkan oleh lyssa virus dari golongan Rhabdovirus yang terdapat dalam air liur hewan penular rabies. Bentuknya seperti peluru. Ukurannya sangat kecil dan tidak bisa dilihat oleh mata biasa.
95
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar 1 lyssa virus
C. CARA PENULARAN Rabies ditularkan melalui gigitan, cakaran dan jilatan hewan penular rabies yang menderita rabies, dimana virus rabies terdapat pada air liur hewan penular rabies.
Gambar. Cara penularan rabies
D. HEWAN PENULAR RABIES 98 % ditularkan oleh Anjing dan sisanya ditularkan oleh kucing dan kera.
96
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar. Hewan Penular Rabies (Anjing)
E. MASA INKUBASI RABIES 1. Pada Manusia : Bervariasi antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung dari jarak letak luka gigitan dengan otak. 2. Pada Hewan : Bervariasi antara 2 – 8 minggu setelah digigit oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. F. TANDA-TANDA RABIES PADA MANUSIA 1. Stadium Permulaan (Prodormal) : a. Lemah b. Lesu c. Nafsu makan berkurang d. Sulit tidur e. Demam seperti infeksi penyakit lainnya f. Muntah-muntah 97
g. Sakit kepala yang berat h. Nyeri di tenggorokan i. Mual
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Stadium Rangsangan (Sensoris) : a. Nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada luka gigitan b. Cemas c. Reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik
3. Stadium Gila (eksitasi) : a. Berteriak-teriak b. Menjambak-jambak rambut c. Berlari-lari dan melompat-lompat d. Takut air e. Takut cahaya f. Takut suara g. Berlebihan air liur h. Berlebihan cairan tubuh i. Berlebihan air mata 4. Stadium Lumpuh (paralisis) : a. Mulut menganga b. Lumpuh mulai dari kaki c. Kelumpuhan otot-otot pernafasan (susah bernafas) d. Biasanya penderita meninggal dalam 4-6 hari setelah gejala pertama muncul G. TANDA-TANDA RABIES PADA HEWAN Rabies pada hewan ada 2 bentuk : 1. Rabies yang ganas : 98
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Suara menjadi parau Tidak menurut perintah majikannya lagi Menyerang dan menggigit apa saja yang bergerak/dijumpai Lari tanpa tujuan Lupa pulang Berkelahi tak mau kalah Ekor berada diantara dua paha Kejang-kejang yang disusul kelumpuhan Biasanya mati dalam 4-7 hari setelah gejala pertama muncul
Gambar.Rabies Tipe Ganas 2. Rabies yang tenang : a. Bersembunyi ditempat gelap dan sejuk b. Tidak mampu menelan c. Mulut terbuka d. Air liur berlebihan e. Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tak terlihat f. kelumpuhan g. Kematian terjadi dalam waktu singkat
99
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT H. CARA PENANGANAN LUKA GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES PADA MANUSIA 1. Cuci luka gigitan secepatnya dengan sabun/deterjen pada air mengalir minimal 15 menit lalu diberi antiseptik seperti obat merah dan sejenisnya
Gambar.Cara Mencuci Luka Gigitan 2. Segera pergi ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) atau pelayanan kesehatan lainnya untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies dan atau Serum Anti Rabies sesuai kriteria pemberian Vaksin Anti Rabies.
Gambar.Pemberian Vaksin Anti Rabies
100
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
I.
CARA PENANGANAN HEWAN PENULAR RABIES YANG MENGIGIT MANUSIA Jika terjadi kasus gigitan hewan penular rabies sedapat mungkin hewan penular rabies tersebut ditangkap dan diserahkan kepada petugas peternakan di Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi/diamati selama 14 hari. Jika hewan mati sebelum 14 hari dan atau spesimen otaknya menunjukkan hasil positif maka penderita luka gigitan harus diberikan Vaksin Anti Rabies secara lengkap.
J.
CARA PENCEGAHAN RABIES PADA HEWAN 1. Memelihara hewan penular rabies di dalam rumah atau pekarangan rumah 2. Anjing dirantai kurang lebih 2 meter bila rumah tidak diberi pagar 3. Anjing dilengkapi pengaman (dibrongsong) terutama jika dibawa keluar rumah 4. Memvaksinasi anti rabies pada anjing, kucing dan kera peliharaan secara teratur setiap tahun
K. SINONIM RABIES 1. Anjing Gila (Indonesia) 2. Rage (Perancis) 3. Tollwur (Jerman) 4. Canine madness (Inggris) 5. Rabbia (Italia)
L. PENYEBARAN 101
6. Lyssa (Yunani) 7. Rabiosa (Spanyol) 8. Rabere (Romawi) 9.KyoKemRyo (Jepang) 10. Hydrophobia (Latin)
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Eropa 2. Asia (India, Cina, Filipina, Vietnam, Thailand, Sri Lanka, Indonesia) 3. Amerika Selatan (Argentina, Brazil dan Meksiko) 4. Amerika Bagian Utara 5. Afrika Daerah penyebaran di Indonesia ada di 24 provinsi. Daerah yang bebas rabies yakni Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.
M. PERAN SERTA 1. Melatih Pramuka Siaga dan Penggalang untuk mencapai SKK. 2. Melatih memasang tali dan berongsong anjing. 3. Melatih memegang anjing waktu divaksinasi. 4. Membantu menangkap anjing liar. 5. Membantu mengirim kepala hewan penular rabies. 6. Membantu melaporkan kasus gigitan ke Puskesmas dan Dinas Peternakan.
Gambar.Cara Mengikat & Berongsong Anjing
102
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar.Cara Menangkap Anjing Liar
Gambar.Mengkandangkan Anjing N. PRINSIP PENGENDALIAN 1. Vaksinasi hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera secara berkala. 2. Ikat atau kandangkan hewan peliharaan kita. 3. Penangkapan hewan peliharaan yang diliarkan dan lakukan eliminasi secara selektif. 4. Mentaati Undang-undang dan/atau peraturan tentang rabies. 5. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies.
103
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Gambar.Vaksinasi Rabies pada Anjing
104
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Tujuan Untuk memperoleh Tanda Kecakapan Khusus (TKK) pengendalian PTM, maka ditetapkan syarat kecakapan khusus untuk Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Golongan Siaga a. Mengetahui jenis-jenis penyakit tidak menular b. Mengetahui penyebab penyakit tidak menular c. Mengetahui akibat penyakit tidak menular Golongan Penggalang a. Menjelaskan tentang jenis-jenis penyakit tidak menular b. Menjelaskan tentang penyebab penyakit tidak menular c. Menjelaskan tentang akibat penyakit tidak menular d. Menjelaskan tentang faktor risiko penyakit tidak menular Golongan Penegak Golongan penegak selain memiliki kompetensi siaga dan penggalang juga memiliki kompetensi sebagai berikut: a. Menjelaskan gejala awal dari penyakit tidak menular b. Menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular Golongan Pandega Golongan Penegak dan pandega selain memiliki kompetensi golongan siaga dan penggalang, penegak dan pandega dapat: a. Menjelaskan dan mengaplikasikan kegiatan promosi / pemberdayaan masyarakat/ penyuluhan tentang penyakit tidak menular b. Menjelaskan dan mampu mengaplikasikan kegiatan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular serta merujuk segera ke petugas kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan A. JENIS-JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR 105
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jenis penyakit menular yang umum terjadi di Indonesia antara lain Hipertensi, Radang sendi, Kecelakaan Lalu Lintas, Penyakit Jantung, DM (populasi perkotaan), Tumor/Kanker, Asma, DM dan Stroke B. PENYEBAB PENYAKIT TIDAK MENULAR Sebagian besar penyakit tidak menular (penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit kronik, penyakit akibat kecelakaan dan cedera,dan penyakit diabetes melitus) adalah adanya ketidakseimbangan metabolisme dan kerentanan sel dalam tubuh disebabkan oleh paparan faktor-faktor pemicu baik dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. C. AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR Akibat dari penyakit tidak menular dapat berupa gangguan fungsi tubuh ringan sampai berat, kecacatan hingga kematian. D. FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR Penyakit tidak menular (penyakit jantung, diabetes melitus, kanker dan penyakit paru kronik) merupakan titik akhir dari perjalanan faktor risiko yang tidak terkendali, yaitu faktor risiko perilaku (merokok, diet tidak seimbang, minum alkohol dan kurang aktifitas fisik). Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko perantara antara lain hipertensi, kegemukan dan kadar kolesterol yang tinggi. Faktor-faktor risiko penyakit akibat kecelakaan dan cedera antara lain Faktor risiko internal (perilaku) dan faktor risiko eksternal (kelayakan kendaraan, penerapan peraturan serta keamanan tempat-tempat yang rawan terjadi kecelakaan). E. CARA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENYAKIT TIDAK MENULAR Pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular dapat dilakukan dengan : 1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pengendalian penyakit tidak menular. Dengan upaya KIE PTM, diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat : 1) Pola makan sehat dan seimbang 2) Tidak Merokok 3) Tidak mengkomsumsi alkohol 106
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
4) Peningkatan aktifitas fisik KIE dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan, penyampaian pesan pada poster, lembar balik, dialog , dan sebagainya. 2. Deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular 3. Tindak lanjut dini PTM 4. Penanganan penyakit tidak menular F. DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR DI MASYARAKAT MELALUI POSBINDU PTM (POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR)
Deteksi dini merupakan kegiatan mengidentifikasi penyakit/ kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular dapat di masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan POSBINDU PTM. Posbindu PTM merupakan Kegiatan bentuk peran serta masyarakat dalam melakukan upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular melalui pembinaan dan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular secara terpadu dan berkelanjutan. Kegiatan yang dapat dilakukan di posbindu PTM adalah : 1) Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan perilaku. 2) Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh. 3) Melakukan pengukuran tekanan darah. 4) Melakukan pemeriksaan gula darah. 5) Melakukan pengukuran kadar lemak darah 6) Melaksanakan konseling dan penyuluhan (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) termasuk rujukan ke Puskesmas. 7) Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya. 8) Melakukan rujukan ke Puskesmas 107
Gambaran kegiatan Posbindu PTM : Meja 1 Pendaftaran
Meja 2 Wawancara
Meja 3 Pemeriksaan
108
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
109
Meja 4 Penyuluhan
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Meja 5 Pencatatan
Kegiatan deteksi dini sebagai berikut: 1. Wawancara Dalam hal ini meliputi identitas peserta posbindu (nama, umur, jenis kelamin dan alamat lengkap).
110
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Format wawancara faktor risiko PTM
Wawancara
Ya
Hasil Tidak
Skor
Merokok setiap hari Minum minuman beralkohol 12 bulan terakhir Sering makan makanan asin (≥1 kali/hari) Sering makan makanan tinggi lemak (≥1 kali/hari) Kurang sayur buah (makan sayur <2 kali (porsi)/hari) dan makan buah <3 kali (porsi)/hari) Kurang aktifitas fisik (tidak melakukan olahraga minimal 30 menit/hari, 3-4 hari/minggu) Stres (tegang/cemas/panik ≥1 kali/hari) Total Skor Keterangan: Ya = Score 1 Tidak = Score 0 2.
Pengukuran dan pemeriksaan
a. Pengukuran Tekanan Darah 1) Gunakan tensimeter air raksa 2) Tekanan darah diukur dalam posisi duduk atau berbaring (tiduran). Sebaiknya diukur dalam posisi berbaring. 3) Manset tensimeter dipasang (diikatkan) pada lengan atas. Manset sedikitnya atas daerah lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Stetoskop ditempatkan pada lipatan lengan atas (pada arteri brakhialis pada permukaan ventral/depan siku agak ke bawah manset tensimeter).
111
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
4) Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan dengan memompa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam tensimeter diturunkan pelan-pelan. 5) Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang tercantum dalam tensimeter, tekanan ini adalah tekanan atas (sistolik). 6) Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada saat suara denyutan yang keras itu melemah, baca lagi tekanan dalam tensimeter, tekanan itu adalah tekanan bawah (diastolik). 7) Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran kedua setelah selang waktu 1 (satu) menit. 8) Jika perbedaan hasil pengukuran pertama dan kedua adalah 10 mmHg atau lebih harus dilakukan pengukuran ketiga. 9) Informasikan hasil pengukuran ke masyarakat.
• •
112
b. Pengukuran BB, TB, lingkar perut dan penilaian IMT Pengukuran berat badan 1) Alat timbangan harus diletakkan pada lantai yang keras dan rata 2) Masyarakat diminta untuk menitipkan barang yang dibawanya / dikenakannya (perhiasan, jam tangan, kunci, hand phone dLl) dan melepaskan alas kaki (sepatu, sandal , kaos). 3) Pastikan timbangan pada nilai pengukuran 0 4) Masyarakat diminta untuk berdiri tegak, lutut lurus (tidak ditekuk), tangan lurus ke bawah menghadap ke dalam dan merapat pada samping tubuh, kepala menghadap kedepan dengan pandangan mata lurus ke depan sejajar telinga dan tidak bergerak 5) Baca nilai berat badan yang muncul dalam Kg dan catat angka yang tertera Pengukuran tinggi badan 1) Melepas alas kaki (sepatu, sandal, kaos kaki), topi, kopiah, sanggul atau pita yang dikenakan. 2) Berdiri tegak menghadap pemeriksa, tumit kaki dan punggung dirapatkan pada alat pengukur yang menempel
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
didinding, lutut lurus (tidak ditekuk) dan tangan lurus ke bawah menghadap ke dalam merapat dengan tubuh 3) Menghadapkan kepala ke depan dengan pandangan mata lurus ke depan sejajar telinga (tidak memandang pemeriksa) 4) Tarik alat pengukur tinggi badan dan letakkan di atas kepala (upayakan menempel rapat dengan kulit kepala (jika rambut sangat tebal atau disasak, harus disibakan atau diratakan dahulu) 5) Baca centimeter tinggi badan pada garis/ titik yang tepat dan catat mendekati angka 0,1 cm. Catat pada lampiran 1 kolom 7 dalam meter persegi (m2). Pengukuran Lingkar Perut : 1) Sebelum melakukan pengukuran, seseorang diminta untuk berdiri tegak dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm dan bernafas normal, tidak menahan perutnya/ nafasnya 2) Longgarkan ikat pinggang/lepaskan kancing celana 3) Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah 4) Beri tanda titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan menggunakan spidol/ pulpen 5) Tetapkan titik batas atas ujunglengkung tulang pangkal panggul 6) Beri tanda titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul 7) Tetapkan dan beri tanda titik tengah antara batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul 8) Lakukan pada kedua sisi tubuh seseorang 9) Pengukuran saat akhir ekspirasi normal 10) Lakukan pengukuran lingkar perut mulai dari titik tengah bagian kanan, secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan titik tengah bagian kiri melewati bagian perut dan kembali menuju ke titik tengah bagian kanantubuh seseorang.
113
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui dengan mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BB (Kg)
2
IMT (Kg/m = TB(m) x TB(m)
c. Pengukuran dan penilaian kadar gula darah, trigliserida
HDL darah dan
Pemeriksaan gula darah sewaktu Alat dan Bahan : 1) Alat pemeriksa glukosa darah : Glukometer kapiler 2) Test strip (carik uji) 3) Lancet/ Autoclix 4) Alkohol 70% 5) Kapas Cara Pengambilan Darah : 1) Bersihkan salah satu ujung jari pasien (jari manis, jari tengah, jari telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan 2) Tusukkan lancet/ autoclix pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan tidak terlalu dalam 3) Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar dari ujung jari 4) Tekan ujung jari ke arah luar 5) Balikkan tangan dan biarkan darah keluar setetes/ dua tetes 6) Sentuhkan setetes/ dua tetes darah pada strip test 7) Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan instruksi masing-masing alat periksa 114
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Cara Menggunakan Glukometer (disesuaikan dengan jenis glukometer) :
1. Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
2. Bersihkan ujung jari (jari manis/ jari tengah/ jari telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan
3. Tusukkan lancet/ autoclix pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan tidak terlalu dalam
4. Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar dari ujung jari. Tekan ujung jari ke arah luar
115
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
5. Sentuhkan satu/ dua tetes darah sampai memenuhi tengah medan test
6. Baca hasil glukosa darah yang muncul
A. HIPERTENSI a. Pengertian dan Klisifikasi hipertensi Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥139 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 89 mmHg (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003). Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mm Normal ≤120 dan ≤80 Prehipertensi 120-139 atau 80-90 Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100 Hipertensi Sistolik ≥140 dan < 90 Terisolasi (HST) b. Faktor risiko Penelitian membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit jantung. Faktor risiko penyakit hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu : Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah a) Umur 116
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga angka kejadian hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. b)Jenis Kelamin Umumnya pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, angka kejadian hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. c) Keturunan (genetik) Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Faktor Risiko Yang Dapat Diubah a) Kegemukan (obesitas) Klasifikasi IMT di Indonesia : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Indonesia IMT (Kg/cm2) Kategori < 17 17,0 – 18,5 18,5 – 25,0 > 25,0 – > 27,0 > 27
Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat
Sumber : Dit. Gizi Depkes RI Jakarta, 1994 b) Psikososial dan Stress Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan 117
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
meningkat. c) Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. d) Kurang Olah Raga Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Namun sebaliknya kurang olahraga dapat meningkatkan risiko hipertensi. e) Konsumsi Alkohol Berlebih Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. f) Konsumsi Garam Berlebihan Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi. g) Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia Kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Untuk jelasnya dapat dilihat tabel 4.di bawah ini. 118
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Tabel 4. Batasan kadar lipid/lemak dalam darah Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi Kolesterol Total < 200 Yang diinginkan 200 – 239 Batas tinggi > 240 Tinggi Kolesterol LDL < 100 Optimal 100 – 129 Mendekati optimal 130 – 159 Batas tinggi 160 – 189 Tinggi > 190 Sangat tinggi Kolesterol HDL < 40 Rendah > 60 Tinggi Trigliserida < 150 Normal 150 – 199 Batas tinggi 200 – 499 Tinggi > 500 Sangat tinggi
( Sumber NCEP 2002) B. DIABETES MELITUS a. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah. b. Penyebab penyakit Diabetes Melitus Penyebab meningkatnya kadar gula darah seseorang diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin dalam tubuh yang berguna untuk mengolah gula dalam tubuh. c.
119
Gejala-gejala penyakit Diabetes Melitus Gejala-gejala klasik Penyakit Diabetes Melitus adalah: 1). Rasa haus yang berlebihan 2). Sering kencing terutama malam hari
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3). Banyak makan dan berat badan turun dengan cepat Gejala-gejala lain yang mungkin timbul adalah: 1) Kesemutan pada jari tangan dan kaki 2) Cepat lapar 3) Gatal-gatal 4) Penglihatan kabur 5) Luka yang sulit sembuh 6) Ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg
d. Akibat penyakit Diabetes Melitus Dalam jangka panjang kadar gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan: 1) Kebutaan 2) Kaki busuk akibat luka yang sulit sembuh 3) Gangguan ginjal 4) Gangguan jantung dan pembuluh darah 5) Gangguan pada sistem saraf e.
Faktor-faktor risiko penyakit Diabetes Melitus Faktor-faktor risiko penyakit diabetes melitus dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu: 1). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a). Usia › 45 tahun b). Ada riwayat keluarga Diabetes Melitus c). Riwayat pernah menderita diabetes selama kehamilan d). Riwayat lahir dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg 2). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a). Kegemukan b). Kurangnya aktifitas fisik c). Tekanan darah tinggi d). Kadar kolesterol tinggi e). Diet tak sehat, dengan tinggi gula dan rendah serat f. 120
Pemeriksaan penyaring penyakit Diabetes Melitus
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar gula darah sewaktu atau kadar gula darah puasa. g.
Cara-cara pengendalian faktor-faktor risiko penyakit Diabetes Melitus 1. Metode pencegahan faktor risiko a). Pendidikan kesehatan masyarakat Hal ini dilakukan untuk mendorong masyarakat mandiri dalam melakukan pencegahan faktor risiko terutama dalam melakukan perubahan tingkah laku yang menjurus ke perilaku atau gaya hidup yang dapat menjamin agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal. b). Deteksi dini Deteksi dini melalui pemeriksaan penyaring berupa pemeriksaan kadar gula darah sewaktu atau pemeriksaan gula darah puasa. c). Aktifitas gerak Aktifitas gerak yang dilakukan harus memenuhi takaran/dosis yang ditentukan, karena bila kurang tidak akan memberikan manfaat. Takaran yang harus diperhatikan, adalah: Takaran intensitas latihan Intensitas latihan dikontrol melalui denyut nadi atau jantung Takaran lamanya latihan Lama latihan antara 20-30 menit dalam zona latihan Takaran frekuensi latihan Intensitas dan lamanya latihan paling sedikit 3 kali perminggu. d). Perencanaan makanan Merencanakan makanan yang dianjurkan seimbang dengan komposisi energi yang dihasilkan oleh karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%. Prinsipnya adalah makan yang teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J).
2. Metode penanggulangan faktor risiko a). Diagnostik dini 121
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Kegiatan diagnostik dini dilakukan oleh tenaga medis yang didasarkan oleh penemuan gejala khas dan gejala tidak khas pada penderita diabetes melitus. b). Pendidikan kesehatan Sasaran pendidikan kesehatan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai faktor risiko, penyandang diabetes melitus, terutama penyandang baru. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa kegiatan penyuluhan, dialog dan pembentukkan kader guna memberikan motivasi pada masyarakat dalam menangani penyakit diabetes melitus. c). Perencanaaan makanan dengan gizi seimbang Penentuan berat badan idaman Berat Badan Idaman = (TB-100)- 10% Catatan: Untuk wanita Dengan tinggi badan ‹ 150 cm dan pria › 160 cm, tidak dikurangi 10% lagi. TB: Tinggi Badan (1) BB kurang ‹ 90 % BB Idaman (2) BB Normal: 90-110% BB Idaman (3) BB Lebih: 110-120% BB Idaman (4) Gemuk: › 120% BB Idaman Prinsip pembagian porsi makanan sehari-hari, disesuaikan dengan kebiasaan makan penderita dan diusahakan porsi tersebar sepanjang hari. Disarankan porsi porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil): 1) Makan pagi - Makan selingan pagi 2) Makan siang - Makan selingan siang 3) Makan malam – Makan selingan malam d). Meningkatkan aktifitas gerak Prinsipnya:
(1) Kontinyu (2) Rythmical (3) Interval (4) Progressive Latihan dilakukan bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit. Sasaran 122
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
denyut nadi rata-rata =75-85% dari maksimum denyut nadi, maksimum denyut nadi rata-rata = 220-umur
(5) Endurance Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan pernapasan. h. Penanganan awal terhadap penyakit Diabetes Melitus 1. Kadar gula darah terlalu rendah (Hipoglikemik) Tanda-tanda hipoglikemik: a). Lapar, mual, lemah, lesu, sulit bicara dan sulit menghitung sederhana. b). Keringat dingin pada muka terutama hidung, bibir atau tangan dan berdebar-debar. c). Koma(tidak sadar) dengan atau tanpa kejang.
Penanganan: Berikan gula murni ± 30 g (2 sendok makan) atau sirop, permen dan makanan yang mengandung hidrat arang. Pada keadaan koma segara bawa penderita ke sarana kesehatan terdekat guna mendapat penanganan segera.
C. PENYAKIT JANTUNG KORONER a. TANDA-TANDA PENYAKIT JANTUNG KORONER 1) Nyeri dada kiri yang menjalar ke bahu, rahang, punggung dan lengan kiri. 2) Keringat dingin 3) Sesak napas 4) Wajah pucat Tanda-tanda vital yang terjadi : 1) Frekuensi napas meningkat 2) Nadi bisa lebih cepat atau lambat, lemah dan tidak teratur 3) Suhu sedikit meningkat dan terjadi 12 jam setelah serangan 4) Tekanan darah bisa normal, meningkat atau menurun
123
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
b. AKIBAT DARI PENYAKIT JANTUNG KORONER Bila terjadi penyempitan pada sebagian lubang pembuluh darah maka penderita merasakan nyeri dada, sesak napas dan berkeringat dingin. Bila sumbatan yang terbentuk secara total memblokade aliran darah dalam pembuluh darah maka akan terjadi kerusakan sel-sel otot jantung bagian hilir pembuluh darah, karena suplai oksigen dan zat makanan terhenti oleh sumbatan, hal ini dapat pula menyebabkan kematian. c. PENYEBAB PENYAKIT JANTUNG KORONER Penyebab penyakit jantung koroner adalah bertumpuknya lemak di dinding dalam pembuluh darah arteri jantung (koroner) sehingga terjadi penyempitan dan dapat menyumbat aliran darah. d. FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG 1). Merokok Merokok dapat meningkatkan: • Risiko 2x lipat terkena stroke, penyakit jantung koroner dan impoten • Risiko 3x lipat meninggal karena penyakit jantung koroner yang tidak terdiagnosis. 2). Kurangnya aktivitas fisik/berolah raga Aktivitas fisik berhubungan dengan salah satu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi). 3). Kegemukan (obesitas) Kegemukan disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, yaitu dengan mengkonsumsi rendah serat dan tinggi lemak. 4). Diabetes melitus Diabetes melitus (DM) menyebabkan gangguan metabolisme lemak yang diduga menyebabkan gangguan pembuluh darah yang mempercepat proses aterosklerosis. 5). Tekanan darah tinggi (hipertensi) 124
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Hipertensi memicu proses aterosklerosis oleh karena tekanan darah tinggi mampu mendorong kolesterol lebih mudah masuk ke lapisan pembuluh darah dan menumpuk di pembuluh darah. 6). Kadar lemak (kolesterol) yang abnormal Akibat dari kolesterol yang meningkat dalam darah mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah dan plak arterosklerotik. e. CARA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO
1). Melakukan perubahan gaya hidup (a) Menghindari/berhenti merokok (b) Melakukan pemilihan makanan sehat (diet kaya serat dan rendah lemak) (c) Meningkatkan aktivitas fisik/berolah raga (d) Mencegah kegemukan (obesitas) Penurunan berat badan dengan lingkar pinggang yang diharapkan untuk laki-laki < 90 cm dan untuk wanita < 80 cm (modifikasi Asia)
2). Melakukan pemeriksaan secara rutin (a) Tekanan darah Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. (b) Kadar lemak darah (kolesterol) Menurunkan kada kolesterol jahat (LDL) dapat membantu menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner. (c) Kadar gula darah Pengontrolan yang baik terhadap kadar gula darah dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. D. PENYAKIT ASMA a. PENGERTIAN Penyakit asma adalah penyakit pembengkakan saluran napas yang ditandai dengan napas berbunyi (mengi), napas sesak, batuk yang terjadi secara berulang 125
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT b. TANDA-TANDA PENYAKIT ASMA 1). Mengi 2). Batuk 3). Sesak napas 4). Rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan c.
PENYEBAB PENYAKIT ASMA Inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas(reaksi yang berlebihan) pada bronkus (saluran napas) terhadap berbagai rangsangan.
d. AKIBAT PENYAKIT ASMA Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi (kambuh) dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian. e.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENYAKIT ASMA Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor lingkungan. 1). Faktor genetik (keturunan) a) Hipereaktivitas b) Atopi/alergi bronkus c) Faktor yang memodifikasi penyakit genetik d) Jenis kelamin e) Ras/etnik 2). Faktor lingkungan a) Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur dll) b) Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari) c) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
126
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
d) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, obat penghilang nyeri dll) e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain) f) Ekpresi emosi berlebih g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif h) Polusi udara di luar dan di dalam ruangan i) Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas tertentu j) Perubahan cuaca
127
f.
CARA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT ASMA Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada bayi dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara : 1). Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak 2). Diet hipoalergenik (makanan yang tidak memicu alergi) untuk ibu hamil dan menyusui, dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin 3). Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan Pencegahan sekunder menghindari pajanan asap rokok, serta allergen( zat-zat yang menyebabkan terjadinya alergi) dalam ruangan terutama tungau debu rumah. Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah.
g.
PENANGGULANGAN SERANGAN ASMA Tujuan tata laksana umum penyakit asma: 1) Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma; 2) Mengupayakan aktivitas normal termasuk olahraga 3) Menghindari efek samping obat; 4) Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara limitation)
(airflow
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
5) Mencegah kematian karena asma. 6) Khusus anak, untuk mempertahan-kan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetik. Asma mengakibatkan penyempitan jalan napas,sehingga terdengar suara mencicit ketika mengeluarkan napas, penderita tampak tegang dan cemas, sukar berbicara dan kulitnya tampak kebiruan. Tindakan : 1). Tenangkan pasien 2). Bantu pasien duduk bersandar ke depan dan istirahat dan pastikan penderita cukup mendapat udara segar 3). Bila penderita mempunyai obat, segera gunakan obat. 4). Bila serangan berlangsung lama dan tidak ada perbaikan, bawa ke unit pelayanan kesehatan terdekat. h. TATA LAKSANA UMUM PENYAKIT ASMA Penatalaksanaan umum pada penyakit asma bertujuan: 1) Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma 2) Mencegah eksaserbasi akut 3) Meningkatkan dan mempertahankan fungsi paru seoptimal mungkin 4) Mengupayakan aktivitas normal termasuk berolahraga 5) Menghindari efek smping obat 6) Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara yang bersifat ireversibel 7) Mencegah kematian karena asma 8) Khusus untuk anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya E. PENYAKIT KANKER a.
128
PENGERTIAN PENYAKIT KANKER DAN TUMOR Tumor adalah semua benjolan atau gumpalan yang timbul pada tubuh, baik yang kelihatan di permukaan tubuh maupun yang tersembunyi di dalam tubuh. Tumor dapat bersifat jinak dan ganas (kanker)
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Kanker adalah perubahan dan pertumbuhan sel jaringan yang tidak normal dan tidak terkendali. Sel kanker bersifat ganas karena tumbuhnya cepat, tidak bersimpai, dapat merusak jaringan disekitarnya dan dapat menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening menyebabkan metastatis di organ yang lain. b. CONTOH-CONTOH JENIS PENYAKIT KANKER 1) Kanker Payudara 2) Kanker Leher Rahim 3) Kanker Paru-Paru 4) Kanker Kelenjar getah bening 5) Kanker Nasofaring 6) Leukemia 7) Retinoblastoma c.
FAKTOR RISIKO PENYAKIT KANKER Ada beberapa faktor risiko yang sering menyebabkan terjadinya kanker seperti: 1. Kelebihan makanan yang mengandung lemak. 2. Kurang makanan yang mengandung serat 3. Kurang beraktivitas fisik atau olah raga 4. Mengkonsumsi minuman beralkohol 5. Merokok 6. Terpapar sinar matahari terus menerus
d. AKIBAT PENYAKIT KANKER Penyakit kanker dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian tergantung luas organ yang terkena dan berat-ringannya komplikasi yang menyertai. e.
129
CONTOH PERILAKU HIDUP SEHAT American Cancer Society merekomendasikan 4 hal untuk mencegah kanker : 1. Memperbanyak makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buah-buahan 2. Membatasi asupan makanan tinggi lemak terutama dari sumber hewani, perbanyak makanan laut dan nabati
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Aktifitas secara fisik 4. Menghindari minuman beralkohol dan asap rokok 5. Menghindari paparan sinar matahari secara langsung f.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT KANKER 1) Kanker Payudara a). Gejala : Benjolan di payudara sampai pada pangkal ketiak, 80-90% benjolan 1 cm dapat teraba dengan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) Kulit berkerut seperti kulit jeruk Adanya tarikan kedalam pada kulit (seperti lesung pipi) dan puting Keluar darah/cairan abnormal dari puting Luka yang tidak sembuh-sembuh pada payudara b). Faktor risiko : • Riwayat kanker payudara pada keluarga • Riwayat penyakit payudara jinak-fibrokistik • Tidak melahirkan anak • Kehamilan pertama setelah usia 30 tahun • Tidak menikah • Tidak menyusui • Menstruasi dini dan atau menopause terlambat • Radiasi, alkohol, pola makanan berlemak c). Pencegahan Melaksanakan pola hidup sehat terutama menghindari asap rokok dan kegemukan Deteksi dini : o SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dilakukan setiap bulan, hari ke 7 haid o Mammografi :
130
•
o
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pertama kali pada usia 35-40 tahun, setiap 2 tahun pada usia 40-49 tahun, dan setiap tahun mulai usia 50 tahun • Wanita yang mempunyai faktor resiko sebaiknya mulai melakukan mammografi pada usia lebih dini USG (Ultrasonografi)
2) Kanker Leher Rahim a). Gejala : • Perdarahan tidak teratur atau di luar siklus menstruasi • Perdarahan setelah masa menopause • Keluar cairan atau keputihan yang berlebihan dan berbau • Perdarahan setelah hubungan seksual b). Faktor risiko : • Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) • Merokok • Sering berganti pasangan • Hubungan seksual di usia muda • Pemakaian oral kontrasepsi (pil KB) yang lama (lebih dari 7 tahun) c). Pencegahan : • Melakukan vaksinasi HPV pada usia 9 – 12 tahun • Menghindari faktor risiko terutama dengan melakasanakan perilaku seks yang sehat Deteksi Dini : • Pemeriksaan pap-smear atau IVA secara rutin
131
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
SKK KEGAWATDARURATAN
TUJUAN SKK KEGAWATDARURATAN Untuk memperoleh Tanda Kecakapan Khusus (TKK) kegawatdaruratan, maka ditetapkan syarat kecakapan khusus untuk Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. 2. Golongan Siaga (7-10 tahun) 1) Mengetahui alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Para Medis, dan Pelayanan Ambulans 118 2) Mengetahui cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat 3) Mengetahui cara menilai pernafasan dan 4) Mengetahui cara membalut luka 5) Mengetahui P3K dasar 3. Golongan Penggalang (11-15 tahun) 1) Dapat menjelaskan alamat Puskesmas Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Para Medis, dan Pelayanan Ambulans 118 terdekat 2) Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat 3) Dapat menjelaskan cara penilaian pernafasan dan denyut nadi 4) Dapat melaporkan secara lisan melalui telepon 5) Dapat menjelaskan mengenai P3K dasar 4. Golongan Penegak (16-25 tahun) Golongan penegak selain memiliki kompetensi siaga dan penggalang juga memiliki kompetensi sebagai berikut: 1) Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang 2) Dapat mengaplikasikan P3K 3) Dapat mengaplikasikan cara melakukan resusitasi oleh 1 penolong atau 2 penolong 132
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
4) Dapat mengetahui gejala dan tanda patah tulang dan dapat memasang bidai. Dapat menggunakan alat komunikasi radio. Dapat melakukan evakuasi / trasportasi korban dalam situasi gawat darurat. 5. Golongan Pandega Selain menguasai persyaratan Siaga, Penggalang, dan Penegak, seorang Pramuka golongan Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti: 1) Keadaan pendarahan, keracunan, kebakaran, gigitan binatang, tersengat listrik dan pada waktu tenggelam. 2) Memperagakan cara memimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan raya 3) Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota pramuka dan masyarakat 4) Menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota pramuka lain dan masyarakat luas.
Dalam mengatasi keadaan gawat darurat, seorang Pramuka harus menunjukkan kemampuan mengatur anak buah untuk melaksanakan tahap-tahap penanggulangan berupa : a. Permintaan pertolongan b. Pengamanan penderita dan menertibkan masyarakat c. Melakukan resusitasi d. Menghentikan perdarahan e. Memasang bidai atau pembalut f. Transportasi Sehingga penderita dapat ditolong dengan cepat dan aman. PRINSIP PENANGANAN KEGAWATDARURATAN : 1) Pastikan tidak ada bahaya (kondisi aman) bagi penolong, korban dan orang lain di sekitar tempat kejadian 133
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2) Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. Anda diharapakan menjadi penolong bukan pembunuh atau menjadi korban selanjutnya (ditolong) 3) Gunakan mata dengan jeli, kuatkan hatimu karena anda harus tega melakukan tindakan yang membuat korban menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah kerusakan. 4) Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll 5) Penolong harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan kondisi bahaya yang terjadi, berupa : masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, pelampung, dsb. 6) Periksa pernafasan korban. Kalau tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas lalu berikan pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing management) 7) Periksa nadi atau denyut jantung korban. Kalau jantung berhenti, lakukan pijat jantung luar. Kalau ada perdarahan berat segera hentikan (C = Circulatory management) 8) Apakah penderita Syok? Kalau syok cari dan atasi penyebabnya 9) Setelah A, B, dan C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalau ada patah tulang lakukan pembidaian pada tulang yang patah, Jangan buruburu memindahkan atau membawa ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang patah dibidai. 10) Tandai tempat kejadian. 11) Sementara memberikan pertolongan usahakan hubungi ambulans / polisi / rumah sakit / dokter dan fasilitas kesehatan terdekat lainnya. Dalam permintaan pertolongan perlu diperhatikan halhal berikur : ALAMAT Alamat Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu diketahui agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan bidang kesehatan, juga perlu mengetahui alamat pelayanan ambulans 118.
134
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT CARA MENYAMPAIKAN LAPORAN Untuk mendapatkan pertolongan perlu singkat tetapi mengandung semua keterangan yang penting, yaitu : 1. Nama dan alamat atau nomor telepon pelapor 2. Tempat dan waktu kejadian 3. Jenis kejadian (kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, dan lainlain) 4. Jumlah korban atau penderita 5. Keadaan penderita, sadar atau tidak
CARA MENILAI PERNAFASAN DAN NADI (SIRKULASI) Sebelum pernafasan dinilai dan diperiksa, dilakukan tindakan membebaskan jalan nafas pada penderita dengan menidurkan penderita terlentang dan mengangkat leher serta mendorong kepala ke belakang. Selanjutnya dada penderita diperhatikan, serta punggung tangan atau pipi penolong diletakkan dekat mulut atau hidung korban. Penderita bernafas apabila : 1. Terlihat gerakan naik turun dinding dada 2. Terdengan hirupan dan hembusan nafas 3. Terasa hembusan udara pernafasan pada punggung tangan atau pipi penolong Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang diraba pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah pernafasan dan denyutan nadi setiap menit dicatat. Cara mengetahui adanya denyut jantung : 1) Letakkan telinga anda dekat dengan dada kiri pasien, jika anda mendengar suara berdetak, jantung pasien masih berdetak. 2) Tekan tenggorok pasien dengan pelan (di bawah tulang rahang) dengan jari pertama dan kedua untuk merasakan adanya denyut nadi. 3) Tekan jari tengah kedalam garis luar lengan (garis pergelangan tangan ke arah ibu jari), rasakan denyut nadi. 135
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN BUATAN Korban tidak sadar Pernafasan: tidak ada/lemah/tidak teratur
Pernafasan buatan segera dimulai
Setiap detik sangat berharga!!! Lebih cepat dimulai, lebih besar kemungkinan berhasil
Henti napas Jika pasien tidak bernapas sama sekali setelah membuka jalan napas, berikan pernapasan buatan Jika jantung berdetak, namun tidak ada napas, berikan napas. Terdapat dua metode pemberian napas : mulut ke mulut dan mulut ke hidung Mulut ke mulut - Jaga kepala pasien ke belakang dengan meletakkan satu tangan di bawah leher. - Letakkan tangan yang lainnya di dahi, cubit hidung secara erat dengan menggunakan tangan anda dan berikan tiupan kuat. Ulangi sebanyak 5 kali secara terus menerus dan lihat dinding dada : Jika dinding dada mengembang ketika anda meniup dan dinding dada mengempis saat berhenti meniup, pernapasan buatan efektif. - Lepaskan pasien dan biarkan dia bernapas sendiri. Kenali napas pasien dengan pipi anda, telinga atau tutupi dengan kain tipis di atas hidung pasien. - Lanjutkan sebanyak 10-12 kali per menit. - Jika dinding dada tidak mengembang setelah pernapasan mouth – mouth, ada kemungkinan keberadaan benda di tenggorok. Periksa dan hilangkan dengan cepat.
136
Mulut ke hidung -
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jika terjadi cedera mulut berat atau tidak dapat membuka mulut, lakukan pernapasan buatan mouth – nose.
- Miringkan kepala ke belakang dan angkat dagu ke atas dekat dengan mulut pasien. - Ambuil napas dalam, tutupi hidung pasien dengan mulut anda, berikan napas lambat hingga anda dapat melihat dinding dada pasien mengembang, ulangi hingga 4 kali secara berturutan - Lepaskan dan biarkan pasien bernapas sendiri - Lakukan hingga 10-12 kali per menit - Pernapasan buatan dapat diberikan secara terus menerus jika terdapat tanda kehidupan dan dapat berlangsung hingga 1- 2 jam atau lebih lama. Oleh karena itu, pernapasan buatan dapat dilakukan oleh minimal dua orang. Kompresi Dinding Dada (Pijat Jantung) Jika tidak bernapas dan jantung tidak berdetak, berikan pernapasan buatan dan kompresi dinding dada (pijat jantung). Tehnik -
Posisikan pasien dalam posisi tidur di lantai yang keras, berlututlan di samping dinding dada pasien.
-
Letakkan tumit tangan anda di tengah tulang payudara kanan di antara puting, dan letakkan tumit tangan anda satunya di atas tangan pertama. Jangan tekan jari pada tulang rusuk untuk mencegah patah tulang rusuk dan bagian atas tulang payudara untuk melindungi hati dari perdarahan dan kerusakan.
Dorong tulang payudara ke bawah 4-5 cm dari perdarahan dan kerusakan. Jika Satu orang penolong memberikan kompresi dada - Berikan 5 kali pernapasan buatan secara berturutan dan berikan kompresi dinding dada
137
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
- Berikan 30 kali kompresi dada dan 2 kali napas buatan. Ulangin 5 kali secara berturut-turut : setelah tiap kali, hentikan 5 detik dan periksa napas dan denyut jantung dan kemudian lanjutkan. - Jika denyut nadi kembali namun pasien belum bernapas, lanjutkan bantuan pernapasan. Jika dua penolong memberikan kompresi dada - Penolong pertama : memberikan napas 5x - Penolong kedua : memberikan kompresi dada 30 kali - Lanjutkan proses : 1 kali bantuan napas dan 5 kali kompresi dada - Setelah 16 kali bantuan napas, hentikan 15 detik untuk mengecek denyut nadi dan pernapasan -
Lanjutkan hingga mencapai denyut nadi dan pernapasan normal
PIJAT JANTUNG LUAR - Pada orang dewasa : korban diletakkan di tempat yang keras dan rata, pangkal telapak tangan anda ditindihkan satu sama lain dan diletakkan dua jari di atas ujung tulang dada korban. Ditekan sedalam 3 -5 cm ke arah tulang belakang korban dengan kecepatan 60 kali permenit. - Pada anak-anak : korban diletakkan di tempat yang keras dan rata, sebelah dari pangkal telapak tangan diletakkan di pertengahan tulang dada. Ditekan sedalam 2-3 cm ke arah tulang belakang dengan kecepatan lebih kurang 100 kali per menit. - Pada bayi : punggung korban diletakkan di kedua telapak tangan. Kedua ibu jari dipertengahan tulang dada. Kedua jari tersebut ditekan ke arah tulang belakang 1-2 cm, sebanyak 100 – 200 kali per menit. - Cara lain : penekanan dilakukan dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah.
138
RESUSITASI Tindakan atau pertolongan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi jantung yang terganggu guna melangsungkan hidup penderita.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Resusitasi Tindakan resusitasi berdasarkan skema berikut : 1) Resusitasi dilakukan pada penderita yang ditidurkan terlentang. 2) Pembebasan jalan nafas dengan meletakkan satu tangan di bawah leher dan tangan lain di atas dahi, lalu mendorong kepala sejauh mungkin ke belakang. 3) Pernafasan buatan dilakukan setelah jalan nafas dibebaskan, lubang hidung ditutup rapat-rapat dengan jari-jari penolong sambil penolong menarik nafas dalam-dalam, selanjutnya bibir penolong ditempelkan dan diketatkan di sekeliling mulut penderita. Tiupkan udara ke dalam paru-paru sambil memperhatikan dadanya. Bila dada penderita naik berarti udara telah mencapai paru-paru. Selanjutnya bibir dilepaskan kembali sehingga secara pasif udara akan keluar dari paru-paru penderita, disertai mengecilnya dada. Ambillah nafas sebelum meniupkan udara ke dalam paru-paru korban. Lakukan peniupan ini secara teratur hingga digantikan orang lain yang mengerti penafasan buatan. Pernafasan buatan untuk oramg dewasa dilakukan 12 – 20 kali/detik. Sedangkan untuk anak bayi 20 – 30 kali/detik. •
139
Pijat luar jantung dilakukan terhadap penderita yang tidak sadar dan nadi karotisnya tidak teraba. Juga ada tanda-tanda lain seperti henti nafas, tampak seperti mati, orang-orangan mata melebar, dan warna kulit (atau kuku) pucat sampai kelabu. Pada orang dewasa pijatan luar jantung dilakukan dengan mula-mula meletakkan penderita di tempat yang keras dan rata. Selanjutnya telapak tangan penolong ditindihkan satu sama lain dan diletakkan 2 jari di atas ujung
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
bawah tulang dada penderita. Tekanlah sedalam 3-5 cm ke arah tulang belakang penderita dengan kecepatan 60 kali semenit. Untuk anak-anak penekanan hanya dengan satu pangkal telapak tangan di pertengahan tulang dada, sedalam 2 – 3 cm dengan hanya 2 jari (telunjuk dan jari tengah) sedalam 1 – 2 cm dengan kecepatan 100 – 120 kali semenit. Cara ini dinyatakan berhasil apabila nadi karotis mulai berdenyut pernafasan mulai spontan dan kulit yang mula-mula keabu-abuan menjadi merah. Pijatan luar jantung boleh dihentikan apabila nadi karotis sudah teratur tetapi pernafasan buatan harus diteruskan hingga pernafasan spontan timbul. Jalan nafas tersumbat
Jalan nafas terbuka
Korban tidak sadar dan terbaring terlentang dengan posisi kepala normal, mengakibatkan lidah dapat jatuh ke belakang
Letakkan satu tangan di bawah leher korban dan angkat ke atas. Dorong kepalanya ke belakang dengan tangan yang lain di atas dahinya
Jangan meletakkan sesuatu di bawah Pada posisi di atas, lidah tertarik ke kepala karena hanya akan atas, jalan nafas akan terbuka memperburuk keadaan Hati-hati penanganan pada : Penderita yang tidak sadar dalam posisi duduk akan tersumbat oleh lidahnya sendiri. Penderita dengan luka berat di punggung dan daerah leher. Mengeluarkan penderita yang tidak sadar dari dalam mobil Menilai dan memeriksa pernafasan : - Angkat kepala dan kemudian tarik ke belakang untuk membuka jalan nafas. - Perhatikan dada korban - Punggung tangan atau pipi penolong diletakkan diatas mulut dan hidung korban 140
Bernafas :
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
- Melihat dada korban bergerak - Mendengar, menghirup dan menghembuskan nafas - Merasa, udara pernafasan dihembuskan ke punggung tangan atau pipi BALUT PRINSIP-PRINSIP PEMBALUTAN : 1. Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat mengganggu sirkulasi. 2. Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas. 3. Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi. 4. Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tetap rapat, kemudian evaluasi keadaan sirkulasi. SYARAT – SYARAT PEMBALUTAN : 1. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan. 2. Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk dan besarnya bagian tubuh yang akan dibalut. MACAM – MACAM BAHAN PEMBALUTAN 1. Pembalut Segitiga (MITELLA)
2. Pembalut Bentuk Pita 141
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pembalut bentuk pita ada bermacam-macam : Pembalut kasa gulung dan Pembalut elastik
Pembalut Martin Terbuat dari karet, pada ujungnya dilekatkan pita kain. Dipakai untuk balutan keras (tourniquet), dan balutan setengah keras. Pembalut Gips Menggunakan pembalut kasa yang dibubuhi bubuk gips. Saat ini tersedia di toko pembalut gips yang siap pakai. BEBERAPA TEKNIK PEMBEBATAN Pembalut Segitiga 1. Untuk kepala
142
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
a. Untuk pembungkus kepala/penahan rambut.
b. Untuk fiksasi cedera tulang/sendi pada wajah Untuk pembalut mata/telinga/perdarahan temporal.
143
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Untuk pembalut sendi bahu, sendi panggul. 3. Untuk pembalut punggung/dada, penyangga buah dada. 4. Untuk pembalut sendi siku/lutut/tumit/pergelangan tangan.
5. Untuk pembalut tangan/kaki. 144
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
6. Untuk penyangga lengan/bahu (sling).
145
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Pembalut Pita 1. Untuk kepala dan wajah. 2. Untuk anggota badan berbentuk bulat panjang a. Balutan biasa berulang (dolabra currens) untuk leher, telinga,tungkai. b. Balut pucuk rebung (dolabra reversa) untuk lengan, tungkai.
146
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Untuk anggota badan lainnya dan persendian
B. B I D A I Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau letak tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai adalah untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang terdekat
147
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
dengan tulang yang patah, dan tidak boleh terlalu kencang/ketat karena akan merusak jaringan tubuh. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN : - Anggota badan penderita sendiri - Papan, bambu, dahan yang tidak mudah bengkok ataupun patah - Karton, majalah, kain - Bantal, guling, selimut, dan lain-lain SYARAT-SYARAT BIDAI • •
Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Panjang bidai diusahakan melampaui dua sendi yang membatasi bagian yang mengalami patah tulang.
•
Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit.
•
Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang yang patah.
•
Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat.
Perhatian • Pada saat pemasangan bidai ingat nyeri dapat lebih menghambat, dapat menyebabkan shock. • Pada saat pemasangan bidai yang kurang hati-hati dapat mengakibatkan patang tulang makin parah. 3. Transportasi penderita Pengertian : Suatu proses usaha memindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan ataupun tanpa mempergunakan bantuan alat. Tergantung situasi dan kondisi lapangan. Beberapa aturan dalam penanganan dan pemindahan korban 1. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak membahayakan penolong. 148
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
2. Terangkan secara jelas pada korban apa yang akan dilakukan agar korban dapat kooperatif. 3. Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan dikerjakan. 4. Pertolongan pemindahan korban di bawah satu komando agar dapat dikerjakan bersamaan. 5. Pakailah cara mengangkat korban dengan teknik yang benar agar tidak membuat cedera punggung penolong. TENAGA PENOLONG SATU ORANG Mengangkat yang aman Ikuti cara-cara berikut : 1. Pikir masak-masak sebelum mengangkat/konsentrasi. 2. Berdiri sedekat mungkin dengan pasien atau alat-alat angkat. 3. Pusatkan kekuatan pada lutut. 4. Atur punggung tegak namun tidak kaku. 5. Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan. 6. Selanjutnya bergeraklah secara halus, tahanlah si pasien atau alat angkut dekat ke arah saudara. a. CARA HUMAN CRUTCH (papah rangkul) b. Human Crutch : dipapah dengan dirangkul dari samping, bila dimungkinkan berikan alat bantu jalan sebagai penopang atau penguat (alat bantu ekstra). 1. Berdiri di samping pasien di sisi yang cedera atau yang lemah, rangkulkan satu lengan pasien pada leher penolong dan gaitlah tangan pasien atau pergelangannya. 2. Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arah belakang menggait pinggang pasien. Tahan kaki penolong yang berdekatan dengan pasien untuk mendampingi pasien, sedang kaki penolong yang jauh dari pasien maju setapak demi setapak. 149
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Bergeraklah pelan-pelan maju. 4. Selanjutnya tarik pelan-pelan gulungan yang ada di arah kepala agar terbuka mengalasi tubuh pasien bagian atas sedang gulungan yang ada di arah kaki tarik ke bawah agar terbuka mengalasi tubuh pasien bagian bawah. 5. Selanjutnya selundupkan kedua tongkat masing-masing di kiri dan kanan tepi kanvas yang sudah dilipat dan dijahit. 6. Angkat & angkut pasien hati-hati.
HUMAN CRUTCH CARA DRAG (drag = diseret) 1. Jongkoklah di belakang pasien bantu pasien sedikit/setengah duduk. Atur kedua lengan pasien menyilang dadanya. 2. Susupkan kedua lengan penolong di bawah ketiak kiri dan kanan pasien dan gapai serta pegang kedua pergelangan tangan pasien. 3. Secara hati-hati tarik/seret tubuh pasien ke belakang sembari penolong berjalan jongkok ke belakang. 4. Bila pasien kebetulan memakai jaket buka semua kancingnya, balik bagian belakang jaketnya, tarik dan seret hati-hati bagian belakang. Perhatian : Cara-cara ini tidak digunakan pada pasien dengan cedera pundak, kepala dan leher. 150
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
DRAG METHOD CARA CRADLE (dengan membopong) 1. Jongkoklah di belakang pasien letakkan satu lengan penolong merangkul di bawah punggung pasien sedikit di atas pinggang. 2. Letakkan lengan yang lain di bawah paha pasien tepat pelipatan lutut. Berdirilah pelan-pelan dan bersamaan mengangkat pasien.
151
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
CRADLE METHOD PICK-A-BACK CARA PICK A BACK = (digendong, "ngamplok di punggung") 1. Jongkoklah di depan pasien dengan punggung menghadap pasien. 2. Anjurkan pasien meletakkan kedua lengannya merangkul di atas pundak penolong. Bila dimungkinkan kedua tangannya saling berpegangan di depan pada penolong. 3. Gapai dan peganglah paha pasien, pelan-pelan angkat ke atas menempel pada punggung penolong.
TENAGA PENOLONG 2 ORANG Dengan kedua lengan penolong/ tanpa kursi CARA THE TWO-HANDED SEAT = (ditandu dengan kedua lengan penolong) Pasien didudukkan 1. Kedua penolong jongkok dan saling berhadapan di samping kiri dan kanan pasien lengan kanan penolong kiri dan lengan kiri penolong kanan saling menyilang di belakang punggung pasien. Menggapai dan menarik ikat pinggang pasien. 2. Kedua lengan penolong yang menerobos di bawah pelipatan lutut pasien, saling bergandengan dan mengait dengan cara saling memegang pergelangan tangan. 152
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3. Makin mendekatlah para penolong. Tahan dan atur punggung penolong tegap. Angkatlah pasien pelan-pelan bergerak ke atas.
4. Kedua lengan penolong yang menerobos di bawah pelipatan lutut pasien, saling bergandengan dan mengait dengan cara saling memegang pergelangan tangan
CARA THE FORE AND AFT CARRY Jongkoklah di belakang pasien 1. Dudukkan pasien. Kedua lengan menyilang di dada. Rangkul dari belakang dengan menyusupkan kedua Iengan penolong di bawah ketiak pasien setinggi dada pasien. 2. Pegang pergelangan tangan kiri pasien oleh tangan kanan penolong. Dan pergelangan tangan kanan pasien oleh tangan kiri penolong. 3. Penolong yang lain jongkok di samping pasien setinggi lutut pasien dan mencoba mengangkat kedua paha pasien. 4. Bekerjalah secara koordinatif. Pertahankan punggung tegap dan angkat pelan - pelan. 153
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
TENAGA PENOLONG 2 ORANG Dengan kursi
154
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
MEMAKAI TANDU
155
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
156
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
CARA MEMBAWA TANDU c. Peraturan umum membawa pasien dengan usungan kepala pasien di arah belakang kecuali pada hal-hal tertentu : 1. Korban dengan kerusakan tungkai berat, hipotermia, menuruni tangga atau bukit. 2. Pada pasien stroke, trauma kepala, letak kepala harus lebih tinggi dari letak kaki. Setiap pengangkat siap pada keempat sudut. Apabila hanya ada 3 pengangkat, maka 2 pengangkat di bagian kepala sedang yang satu di bagian kaki. Masing-masing pengangkat jongkok dan menggapai masing-masing pegangan dengan kokoh. Di bawah komando salah satu pengangkat di bagian kepala, keempat pengangkat bersamaan berdiri sambil mengangkat usungan (stretcher). Dengan komando berikutnya pengangkat bergerak maju perlahan-lahan. Dengan posisi tubuh dekat dengan usungan. Selanjutnya untuk menurunkan usungan dengan satu komando keempat pengangkat berhenti dan selanjutnya bersamaan merunduk sambil menurunkan usungan.
157
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Sebelum penderita dipindahkan, perlu dipenuhi persyaratan : 158
Keadaan penderita telah stabil
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Jalan nafas tetap terjamin bebas/terbuka
-
Pengawasan ketat terhadap jantung, nadi, dan paru-paru tetap dapat dilaksanakan Pengangkutan penderita dapat memakai -
-
Tenaga manusia
-
Tandu : khusus, papan, bambu/dahan, atau matrass
-
Kendaraan : darat laut, udara
PENDARAHAN - Tekan luka dengan tangan. Balut dengan kain bersih atau dikompress. Bila kain kompress menjadi basah, jangan dilepas, namun tetap berikan kompress dan tekan luka hingga ambulans datang. - Bila mungkin, angkat bagian yang cedera. Jangan mengangkat bagian yang cedera bila menimbulkan kesakitan lebih atau terdapat deformitas (kelainan bentuk). - Bila tangan atau kaki terluka, dan pendarahan belum berhenti dengan tindakan di atas, maka: a. Kaki: Letakkan pergelangan tangan di area selangkangan dan tekan dengan kuat. Jangan menekan langsung di atas luka. Mungkin butuh bantuan dari orang lain/korban sendiri bila mampu. b. Lengan: Letakkan jari secara mendatar ke sisi dalam lengan diantara ketiak dan siku. Jangan menekan langsung di atas luka. Mungkin butuh bantuan dari orang lain/korban sendiri bila mampu. -
159
Rawat bagian yang cedera Bila korban merasa gelisah, pusing, lemah, pucat atau bernafas cepat, berikan perawatan untuk syok. 1. Baringkan korban 2. Tinggikan posisi korban sekitar 20 – 25 cm (bila tidak membahayakan cedera lainnya). Jangan meninggikan posisi kaki bila: 3. Menambah kesakitan lain 4. Adanya kemungkinan cedera tulang belakang
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
5. Adanya deformitas (kelainan bentuk) 6. Jangan biarkan korban merasa kedinginan. Selimuti dengan kain, jaket atau benda lain yang bisa dipakai. 7. Hindari korban bergerak terlalu banyak.
Amputasi: Rawat pasien terlebih dahulu, lalu fokus pada bagian yang akan diamputasi. 1.Pendarahan: Hentikan pendarahan untuk sementara dengan menekan area dekat luka. 2.Temukan dan simpan bagian yang diamputasi. Bungkus dengan bersih dan berikan kepada pihak yang bertanggungjawab utk keperluan pemeriksaan berikutnya (bila diperlukan).
-
- Pendarahan di hidung: Lakukan Sit up dan bersandar ke depan. Tekan area yang luka pada pangkal hidung. - Tertusuk suatu objek: biarkan saja, jangan dicabut hingga ditangani oleh petugas kesehatan. Perdarahan hidung (mimisan) Penderita duduk dengan kepala sedikit menunduk
-
Tekan/jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk selama 1-2 menit. Bila tidak ada perubahan sumbat lubang hidung dengan gulungan kasa steril selama 1 jam. Secara tradisional, gulungan daun sirih yang sudah dicuci bersih dengan air matang, dapat digunakan sebagai tampon Perdarahan didalam telinga, mata
-
- Bila keluar darah dari lubang telinga, jangan membersihkan/mencuci bekuan darah bawa ke rumah sakit - Bila mata terkena tinju/pukulan, kelopak mata bisa bengkak dan luka memar. Dalam bola mata dapat terjadi pendarahan. Keadaan ini merupakan keadaan darurat. 1.
KERACUNAN Tindakan darurat: pertahankan jalan nafas 160
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Monitor CAB (pernafasan, sirkulasi) 2. Bila tidak sadar: baringkan korban. Jangan menaruh bantal atau apapun di bawah kepala korban (dapat mengganggu jalan nafas). 3. Bila muntah: miringkan tubuh korban (miringkan ke kiri). 4. Bila gemetar: lihat prosedur yang sesuai 5. Kumpulkan obat yang dikonsumsi korban dan identifikasi produk mana saja yang mencurigakan (obat-obatan, kotak, wadah, bahan-bahan berzat kimia). 6. Bila ada informasi mengenai lingkungan yang terkontaminasi. 1.1 Ada informasi mengenai lingkungan yang terkontaminasi. - Evakuasi orang-orang keluar dari daerah terkontaminasi - Buka pintu dan jendela utnuk ventilasi udara, bila korban tidak dapat bergerak. - Monitor CAB, terapkan pijat jantung bila diperlukan - Tindakan syok - Kendurkan pakaian - Baringkan pasien di posisi ternyamannya, dan tidak mempengaruhi cedera lainnya (bila ada) 1.2 Di area tumpahan zat-zat kimia: pastikan keamanan si penolong terlebih dahulu. Sangat penting untuk mencegah si penolong melakukan kontak langsung dengan zat berbahaya atau objek terkontaminasi lainnya. - Singkirkan zat- zat berbahaya dari pakaian korban - Bila terdapat bubuk/partikel beracun: Sikat untuk diberishkan, tapi jangan disentuh. Gunakan kain / bahan yang ada untuk membersihkan. - Sirami dengan air mengalir. Berhati-hatilah agar aliran air tidak tersiram ke bagian kulit yang tidak terkontaminasi. 7. Bila perilaku korban menjadi agresif: - Biarkan si korban beristirahat dan pindahkan ke daerah yang lebih aman - Jangan merasa terancam, senang ataupun terlalu dekat dengan korban - Singkirkan benda-benda berbahaya yanga ada di sekitarnya. - Berikan air putih yang dicampur dengan gula kepada si korban. 161
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT 2. KEBAKARAN Bantuan Pasien Sebelum Petugas Medis Datang Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal. Oleh karena itu perawatan luka bakar dapat bervariasi tergantung dari penyebab dan kondisi cederanya. 1) Luka bakar karena api a. Tempatkan di air dingin (16 – 20oC) atau celupkan luka bakar ke air dingin selama 20 – 30 menit. Gulungkan luka bakar dengan kain basah. Jika luka bakar terdapat di kepala, wajah, dan leher, gunakan handuk basah. b. Jangan mencabut baju atau kain yang melekat pada luka bakar. 2) Luka bakar karena bahan kimia a. Peringatan: hindari kontak dengan bahan kimia b. Luka bakar karena partikel kimia: Bersihkan partikel – partikel tersebut, tapi jangan dibersihkan dengan tangan kosong. Hindari kontak dengan dengan partikel kimia tersebut. c. Bilas luka dengan air mengalir. Hindari air mengalir ke bagian tubuh lain. d. Berhati-hati sewaktu melepas barang-barang yang terkontaminasi, seperti pakaian, kacamata, perhiasan, dll. 3) Luka bakar karena listrik: a. Jika masih kontak dengan sumber listrik, maka: b. Jangan menyentuh si korban (lihat pemutusan aliran listrik) c. Pindahkan korban ke tempat yang lebih aman (bebas dari api dan asap) d. Monitor CAB. pijat jantung jika dibutuhkan. Perawatan untuk syok. 4) Luka bakar yang disertai gangguan pernapasan a. Pada kondisi ini curiga adanya trauma inhalasi pada saluran pernapasan. Lakukan pertolongan pertama dengan prosedur ABC (Airway, Breathing and Circulation ) : 1. Bebaskan jalan napas 2. Evaluasi pernapasan 3. Jaga sirkulasi 162
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT 3. TENGGELAM 1) Korban di air a. Berteriak minta tolong b. Bila tidak bisa berenang, jangan meloncat ke dalam air untuk menolong korban. 1.1 Bila korban dekat dengan tepi sungai: Lemparkan ban/karet atau tali kearah korban untuk menarik korban ke tepian. 1.2 Bila korban jauh dari tepian sungai dan tidak sadarkan diri: a. Gunakan perahu untuk menolong korban secepatnya. b. Bila mampu berenang, ikatkan tali di pinggang dan ujungnya dipegang oleh rekan lain di tepian sungai. Bila si korban masih sadarkan diri, tenangkan si korban. Pegang korban dengan posisi dagunya terangkat. Rekan di tepian sungai lalu menarik si penolong dan korban ke tepian. 2) Korban sudah tidak di air (sudah di darat) a. Cek nafas, detak jantung, nadi dan kesadaran b. Berikan tekanan di perut agar air dapat dimuntahkan. Prosedur ini tidak boleh lebih dari 30 detik. 2.1 Bila korban sadarkan diri: a. Keluarkan benda asing dari hidung atau mulut b. Baringkan korban secara terlentang, miringkan c. Amankan korban 2.2 Bila korban tidak sadarkan diri, nafas lemah: a. Buka jalan nafas dengan mengeluarkan lumpur atau mulutnya. 163
kepalanya
tanah dari hidung atau
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
b. Tempelkan jari ke tenggorokan korban, tekan bagian dada dan perut untuk mengeluarkan air. 2.3 Korban tidak bernafas a. Kompresi dada/pijat jantung b. Baringkan korban secara terlentang, miringkan di bawah bahu korban, kendurkan pakaian. c. Jaga suhu korban tetap hangat d. Jangan memindahkan pasien 4.
kepalanya, taruh bantal
TERSENGAT LISTRIK
Peringatan: bila korban berada diantara genangan air dekat dengan sumber listrik, jangan mengenai genangan air tersebut.
1) Berteriak meminta tolong kepada orang-orang sekitar. 2) Pindahkan korban secepatnya dari area sumber listrik dengan cara berikut ini: a. Matikan listrik/sumber tenaga: turunkan sekring (sentuh hanya di bagian yang berplastik). b. Bila tidak menemukan sumber tenaganya: berdirilah di atas bahan insulator (papan kayu kering, tumpukan kertas, atau pakai sepatu boot karet dan gunakan alat sederhana seperti batang kayu, atau batang bambu untuk menyingkirkan kable listrik dari si korban. Jangan tidak beralas kaki. 3) Jangan dekati korban kecuali dapat dipastikan keselamatannya. 4) Jangan menyentuh korban bila si korban masih bersentuhan/terhubung dengan sumber listrik. 5) Pada listrik bervoltase tinggi : Jangan memasuki area atau mencoba menyingkirkan kabel atau benda lain disekitar korban. Bila voltasenya cukup tinggi, benda disekitar korban dapat saja menghantarkan listrik. 164
6) 7) 8)
5.
165
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Bawa korban keluar dari area berbahaya. Baringkan korban, punggung menyentuh lantai, kepala aga dimundurkan, pastikan untuk menyingkirkan benda asing di mulut korban (bila ada). Bila tidak terdengar suara detak jantung dan nafas: berikan tindakan nafas dan tekanan pada dada hingga jantung berdetak lagi, dan korban kembali bernafas. Setelah itu, rujuk ke rumah sakit. GIGITAN BINATANG Pindahkan korban dan si penolong ke lokasi yang aman dari ancaman binatang. Jangan menangani binatang kecuali aman untuk dilakukan. 1) Monitor CAB, pijat jantung bila diperlukan. 2) Perhatikan tanda-tanda syok dan tangani segera. 3) Hindari area yang terluka dari banyak bergerak 4) Gigitan ular: a. Keluarkan korban dan penolong dari area serangan binatang b. Bila ular menggigit bagian ekstrimitas: coba perlambat aliran darah dengan balutan perban. c. Minimalisir aktivitas fisik. Jaga korban tetap tenang. d. Jangan menoreh atau menghisap bisa ular e. Jangan menaruh es atau memakaikan Tourniquet. f. Daerah gigitan tidak boleh digerakkan agar bisa ular tidak menyebar. 5) Gigitan Laba-laba/serangga: a. Cuci area gigitan dengan air mengalir dan sabun b. Coba identifikasi atau tangkap serangga tersebut bila memungkinkan, namun tetap harus memastikan keamanannya. 6) Gigitan anjing/kera/kucing a. Cuci area gigitan dengan air mengalir dan sabun atau deterjen secepat mungkin, kemudian cuci dengan alkohol 70 & atau yodium tinctuur b. Tutup luka dengan kasa steril. Bila luka cukup parah, beritahu orang tua agar membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit
c.
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Tangkap anjing tersebut bila memungkinkan, namun tetap harus memastikan keamanannya.
Catatan : • Lapor ke RT/RW setempat agar binatang yang mengigit ditangkap dan diserahkan kepada Dinas Peternakan. • Bila binatang tersebut hilang/lari, orang tua
Dasar-dasar penanganan kegawat daruratan : •
P3K Dasar
•
Cara meminta pertolongan
•
Bantuan Hidup Dasar
•
Balut dan Bidai
•
Mengangkat dan mengangkut penderita (evakuasi korban)
SYOK Selain menguasai bahan-bahan TKK Gawat Darurat, seorang Pramuka harus menguasai : 1. Tanda – tanda syok 1) Kulit yang pucat, dingin, dan basah (berkeringat) 2) Pusing 3) Napas yang dangkal, cepat dan lemah 4) Menggeliat, menggigil atau kedinginan, menguap, dan gelisah 5) Haus 6) Hitungan denyut nadi cepat (lebih dari 100 kali/menit) dan lemah 7) Nafas cepat 8) Orang – orangan mata (pupil) melebar 166
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
9) Kelemahan, penglihatan berkurang dan penurunan kesadaran 2.
Tindakan untuk mengatasi syok : 1) Posisikan pasien dalam posisi tidur, longgarkan pakaian dan sabuk 2) Hangatkan pasien 3) Tenangkan pasien dan coba untuk membuat pasien tidak banyak bergerak 4) Angkat kaki lebih tinggi dari kepala 15 – 20 cm. Jangan angkat kaki jika : o Jika menyebabkan nyeri. Hal ini mengindikasikan patah tulang kaki. Dalam kasus ini, mengangkat kaki dapat menyebabkan syok yang lebih parah. o Terdapat kemungkinan cedera tulang belakang, mengangkat kaki menyebabkan cedera jadi lebih parah dan dapat mengakibatkan kelumpuhan o Terdapat tanda adanya patah tulang. o Terdapat potongan objek, dilarang mengangkat kaki karena dapat menyebabkan cedera kaki serius. 5) Jangan beri makan ataupun minum CARA MEMBUKA JALAN NAPAS Buka jalan napas dan buang benda asing, yang sangat penting dalam melakukan napas buatan, sebagai berikut : 1) Posisikan pasien dalam posisi tidur, punggung di atas lantai yang keras. Letakkan satu tangan di bawah leher pasien dan angkat leher ke atas, angkat dahi pasien ke belakang dengan tangan satunya. Tindakan ini dapat membuat leher pasien relax dan menggerakkan lidah ke belakang jauh dari tenggorokan. Jaga pasien dalam posisi ini selama pemberian napas buatan dan kompresi jantung. 2) Jika terdapat benda, keluarkan benda tersebut dari mulut dengan menggunakan jari anda 167
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
3) Letakkan telinga anda dekat dengan hidung dan mulut untuk memeriksa apakah ada napas atau tidak 4) Longgarkan pakaian pasien 5) Kenali adanya tanda pernapasan kembali : dengarkan napas dan liat pergerakan dinding dada dan perut Bila diketahui kesulitan bernafas diakibatkan oleh adanya sumbatan benda asing di tenggorokan dapat dilakukan tindakan Heimlich, yaitu : 1) Bila penderita berdiri atau duduk : a. Penolong memeluknya dari belakang, tangan yang satu memegang tangan yang lain dan dikepalkan dengan ibu jari ke arah ulu hati. b. Tangan yang dikepalkan diletakkan di daerah ulu hati, tepat dibawah tulang dada. c. Lakukan penekanan dengan cepat dan keras pada ulu hati dengan arah ke atas. Bila perlu tindakan penekanan ini dapat diulang beberapa kali. 2) Bila penderita terlentang : a. Penolong berlutut dengan penderita di antara kedua tungkainya. Tindakan penekanan yang sama dilakukan dengan tekanan oleh kedua tangan, tetapi tidak dengan kepalan tetapi pangkal tangan b. Kalau cara ini tidak berhasil, dapat dilakukan pemukulan yang keras dan cepat beberapa kali pada punggung di antara kedua belikat dengan penderita dalam keadaan tengkurap dan sebaiknya dengan kepala dan dada penderita lebih rendah dari perut dan tungkainya. Tindakan pada keadaan gawat darurat 1. Tentukan apakah korban tidak sadar. 2. Tidak mungkin membangunkan korban yang tidak sadar dengan menyentuh atau memanggil 3. Buka jalan nafas. Angkat kepala koban yang tidak sadar ke belakang setelah dipastikan tidak ada cedera di bagian leher, dengan meletakkan satu tangan di bawah lehernya dan tangan yang lain diatas dahinya (pada orang dewasa). Pertahankan supaya kepala tetap pada posisi ini. 4. Tindakan selanjutnya tergantung pada keadaan korban itu sendiri 168
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
5. Korban bernafas cukup : Tindakan : letakkan korban dalam posisi miring (menyamping) dan posisi leher dan kepala tetap dipertahankan.
Daftar pustaka American College of surgeons, Advanced Trauma Life Support, First Impression, USA, 1997 Anna Ulfah Rahayoe dkk, Advanced Cardiac Life Support, Koka Pusdiklat RS Jantung Harapan Kita/ Pusat Jantung Nasional, Jakarta, 2003 Mark H. Beers,etc, Merck Manual of Medical Information second home edition, Pocket book, New York USA, 2004 Pedoman teknis pengukuran faktor risiko Diabetes Melitus, Depkes RI 2008 Pedoman Teknis penemuan dan tatalaksana penyakit Diabetes Melitus, Depkes, 2008 Ministry of Health of Thailand, Response to Injured Victims in Community, Thailand, 2008 American College of surgeons, Advanced Trauma Life Support, First Impression, USA, 1997 Anna Ulfah Rahayoe dkk, Advanced Cardiac Life Support, Koka Pusdiklat RS Jantung Harapan Kita/ Pusat Jantung Nasional, Jakarta, 2003 Mark H. Beers,etc, Merck Manual of Medical Information second home edition, Pocket book, New York USA, 2004 Mengenal Cacing Perut dan Cara Pencegahannya, Sub.Dit. Cacing Tambang dan Parasit Perut lainnya, Ditjen P3M. Departemen Kesehatan RI, 1981. Keluarga Sehat karena Bebas dari cacing, Departemen Kesehatan Jakarta, 1983. Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 424/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan, Depkes RI, Ditjen PP dan PL, 2007. 169
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT
Departemen Kesehatan RI. Aku tekun Aku Sembuh. Jakarta. 1983. Subdit P2TB Paru. Ditjen P3M dan Dit PKM Buku Saku Kader program penanggulangan TB, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009 Kementrian Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Penangggulangan TB. Tahun 2011 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP dan PL, Kepmenkes nomor : 1611/MENKES/SK/XI/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Gunawan S .”Memasyarakatkan Program Imunisasi Dalam Rangka Menurunkan Angka Kematian Bayi Dan Anak.”
Kontributor : 1. dr. Desak Made Wismarini 2. dr. Andi Muhadir, MPH 3. dr. Slamet, MPH 4. Dr. Hj. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes 5. Dr. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes 6. dr. Lucky Tjahjono, M.Kes 7. Desi Ampuiani 8. Arman Zubair,S.Ap 9. dr. Kernely Herlena, M. Epid 10. Nenden Siti Aminah, SKM 11. drg. Devi Yuliastanti 12. dr. Ainor Rasyid 13. Johanes Eko Kristiyadi 14. dr. Eksi Wijayanti 170
Direktur Simkar Kesma Direktur PPBB Direktur PPML Direktur PPTM Saka Bakti Husada Saka Bakti Husada Kwartir Nasional Pramuka Subdit Pengendalian Diare Subdit Pengendalian Diare Subdit Pengendalian Tuberculosis Subdit Pengendalian Tuberculosis Subdit Pengendalian AIDS dan PMS Subdit Pengendalian Zoonosis Subdit Filariasis dan Kecacingan
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Subahagio, SKM Rohani Simanjuntak Dewa Made Angga, M.Sc.PH dr. Pranti dr. Novi Indriastuti Nur Idayanti, SKM dr. H.C. Susanto, Msa, SpKP Rita Djupuri, BSc, DCN, M.Epid Imam Syahbandi, SKM, M.Kes dr. Mirza Irwanda dr. Irma Gusmi Ratih Andini Wisdhanorita, SKM Suharto, SKM
Editor : 1. Rita Djupuri, BSc, DCN, M.Epid 2. dr. Mirza Irwanda 3. dr. Irma Gusmi Ratih
171
KRIDA PENGENDALIAN PENYAKIT Subdit Pengendalian Arbovirosis Subdit Pengendalian Arbovirosis Subdit Pengendalian Malaria Subdit Pengendalian Malaria Subdit Gakce dan Tisan Subdit Gakce dan Tisan Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra
Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra Subdit Kesehatan Matra