KREATIVITAS GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : Asep NIM 809011000237
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: o'Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam" disusun oleh Asep , NIM: 809011000237 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguaruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 Desernber 2013 di depan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana
Sl (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, Maret 2014
Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program
(S
Tanggal
lT/2,
Bahsrissalim. M.Ag NIP. 196803071 99803 1002 Sekretaris
Studi)
I
b,fi
ekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiuddin Shidiq. M.Ae NrP. 1 9760328200003 I 001
wJt:y"/
Penguji I
Drs. Sapiuddin Shidiq. M.As NIP. 19760328200003 I 001
JTJT.-"1
Penguji II
Dr. H. A. Basuni. M.Ae. NIP: 19491 1261979011001
'%.
-
20/'/
Mengetahui, Dekan Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NIP. 19s91 0201 986032001
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
skripsi berjudul KRTATIVITAS GURU AGAMA
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti disusun oleh Asep, NIM
809011000237,.Iurusan pendidikan Agama Islam, Fakultas Itmu Tarbiyah dan Keguruan {Jniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak unhrk diujikan pada sidang munaqasarh sesuai ketentuan yang clitetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Juli2012
Yang mengesahkan, Pernbimbing
0--\ \ Drs. Rusdi.Iamil. M.Ag NIP: 1962123 I I 99503 1005
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. lr. ii. Juanda No 95 Ciputat I
FORM (FR)
lndonesia
541 2
01
Hal
1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI Nomor : Un.Ol/Ft./KM.0 t.3ltV l'2013 Lamp. : Outline/Proposal
Hal
1 Maret
Tgl. Terbit No. Revisi:
Jakarta, 29 April2013
: Observasi
Kepada Yth.
Kepala SDIT Meranti Di Tempat
Ass alanzu' alai kum wr.ytb.
Dengan hormat kami sarnpaikan bahwa: Nama
: ASEP
NIM
: 80901 1000237
Jurusan.iProdi : Pendidikan Agarna Islam (pAI) Semester
:
VIII (Delapan)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian "Skripsi", mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena ifu, hami mohon kesediaan saudara untuk nrenerima mahasiswa tersebut dan mernberikan bantuannya Demikianlah, atas perhatian dan trantuan saudara karni ucapkan terima kasih. Was s alamu'
alaikum wr.w
b.
ffi
Dekan ndidikan Agama Islam
*tr,{
clf .al s,
,
M.Ag
307 t998C3
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
t
002
201O
ABSTRAK Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat Kata kunci
: Kreativitas Guru
Kreativitas guru agama adalah kemampuan untuk menemukan pemikiran tentang ide-ide baru dalam pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang pendidikan agama Islam. Oleh karena itu guru yang kreatif harus mempunyai rasa tertarik untuk mencari tentang perkembangan pendidikan Islam pada saat ini dan harapan untuk yang akan datang. Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam harus dibarengi dengan : guru yang berkualitas, peningkatan materi, peningkatan pemakaian metode, dan peningkatan sarana dan prasarana. Tujuan penelitian ini untuk menjawab masalah pokok penelitian yaitu : untuk mendiskripsikan kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam, upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam serta faktor pendukung serta penghambat guru agama untuk berkreativitas di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk penelitian yang bersifat Deskriptif Kualitatif. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, komunikasi dan dokumenter. Sedangkan untuk analisis datanya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, serta prosentase untuk penghitungan angket. Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa kreativitas guru yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat tersebut menggunakan berbagai cara, diantaranya pada kegiatan pembelajaran, yang menyangkut perbaikan sistem mengajar, guru dituntut untuk menciptakan sistem pembelajaran dikelas lebih menarik, nyaman dan menyenangkan. Agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan materi yang disampaikan oleh guru, dan dengan demikian peserta didik akan tertarik untuk giat belajar dan kualitas pendidikan agama islam akan lebih meningkat menjadi lebih baik. Faktor pendukung : a) Kegiatan sekolah yang sangat mendukung baik kurikuler maupun ekstrakurikuler, b) Guru-Guru yang berkualitas, c) Lingkungan sekolah yang kondusif, d) Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung. Sedangkan factor penghambat : a) Latar belakang siswa, b) Minat serta semangat siswa yang terkadang kurang, c) kemampuan penangkapan pemahaman siswa yang heterogen, d) kesadaran siswa yang kurang berdisiplin. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah bahwa kreativitas setiap guru bervariasi dan penerapan kreativitas guru agama tersebut disesuaikan dengan materi, keadaan siswa dan lingkungan.
ASEP (PAI)
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, serta atas iradah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para pengikut setianya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis mendapatkan pengalaman berharga pertama kalinya dalam penulisan karya ilmiah,yang secara jujur, penulis akui bahwa pekerjaan ini tidak akan dapat selesai sesuai aturan yang ada tanpa bantuan pihak-pihak terkait.Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan untaian kalimat syukur dan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A. Ph. D. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag. 3. Pembimbing Skripsi yaitu Bapak Drs. Rusdi Jamil, M. Ag. dengan kesabaran dan ketelitiannya. 4. Segenap dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ide dan pemahamannya, serta berbagai pelayanan selama melaksanakan studi. 5. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam merekomendasikan dan menyediakan sumber-sumber bacaan. 6. Kedua orang tua, yang dengan keridhoannya menghantarkan kami hingga saat ini.
ii
iii
7. Isteri tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis untuk terus belajar. 8. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala jenis bantuannya yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Atas segala kontribusinya yang telah diberikan kepada penulis, semoga semua itu akan bernilai ibadah yang Allah swt. akan lipatgandakan ganjaran kebaikannya, amin.
Jakarta, Agustus 2013 Penulis,
ASEP NIM: 809011000237
`
DAFTAR ISI ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
PENDAHULUAN ..................................................................
1
A.
Latar Belakang ..........................................................................
1
B.
Identifikasi Masalah .................................................................
4
C.
Pembatasan Masalah .................................................................
4
D.
Rumusan Masalah .....................................................................
5
E.
Tujuan Penelitian ......................................................................
5
F.
Keguanaan Penelitian ................................................................
5
KAJIAN TEORI .....................................................................
7
A.
Pengertian Kreativitas ...............................................................
7
B.
Pengertian Guru Agama ............................................................
9
C.
Meningkatkan Kreativitas Guru Agama ...................................
15
D.
Ciri-ciri Guru Kreatif ................................................................
19
E.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam ....................
21
F.
Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
33
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
33
B.
Metode Penelitian .....................................................................
33
C.
Populasi dan Sempel Penelitian ................................................
34
D.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................
36
E.
Teknik Analisis Data .................................................................
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN ............................................................
40
A.
Gambaran Umum ......................................................................
41
B.
Analisis Data .............................................................................
46
BAB I
BAB II
vi
vii
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
69
A.
Kesimpulan ...............................................................................
69
B.
Saran .........................................................................................
71
BAB V
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
3.1
Populasi Sempel ..........................................................................
34
3.2
Sempel Penelitian ........................................................................
35
3.3
Instrumen kisi-kisi Kuisioner ......................................................
35
4.1
Senang belajar Pendidikan Agama Islam .................................... Tidak putus asa walupun tidak memahami salah satu teori atau pengertian .................................................................................... Cepat lelah apabila belajar agama Islam ....................................
48
Senang mengerjakan soal-soal Pendidikan Agama Islam ........... Rajin membaca dan memahami Pelajaran Agama Islam supaya nilai ulangan lebih baik ............................................................... Mengadakan lomba PAI pada peringatan hari besar Islam ........ Guru menerapkan berbagai metode pada proses belajar Pendidikan Agama Islam ............................................................. Menyampaikan materi dengan menggunakan teknologi dan informasi ..................................................................................... Memutar film sejarah para nabi .................................................
50
Memberikan reword kepada siswa yang mendapat nilai bagus . Guru agama Islam sangat menguasi materi pelajaran yang akan di ajarkan ..................................................................................... Guru-guru berusaha melengkapi buku-buku PendidikanAgama Islam ............................................................................................ Mengadakan Ulangan harian setiap sebulan sekali .................... Guru mengunakan berbagai sumber media yang sesuai dengan materi yang disampaikan ............................................................ Menggunakan media audio visual .............................................. Mengajak siswa membuat media gambar atau tulisan indah dari bahan yang murah ............................................................... Mengadakan bimbingan untuk guru agama Islam untuk meningkatkan kreativitas ............................................................ Menyediakan kurikulum untuk pendidikan agama Islam ........... Menyediakan buku-buku penunjang bagi pendidikan agama Islam ... Mengadakan evaluasi pendidikan gama islam dengan tes lisan saja ..............................................................................................
53
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20
iv
49 49
50 51 51 52 52
55 55 56 56 57 58 58 59 59 60
v
4.21
61
4.24
Menambah jam pelajaran untuk pendidikan agama Islam ........ Menambah sumber media pembelajaran sebagai daya tarik siswa ............................................................................................ Saya suka memutar kaset/CD yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam ............................................................. Mengadakan latihan tulisan indah/kaligrafi di sekolah ..............
4.25
Mengajarkan pendidikan agama Islam di luar jam sekolah ........
63
4.26
Membiasakan tadarus bersama sebelum belajar dimulai ..........
63
4.27
Saya selalu hadir dalam mengikuti pelajaran Agama Islam ........ Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islamdengan sungguh-sungguh ........................................................................ Senang membiasakan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru ................................................................................ Saya sering membaca al-Quran di waktu senggang ...................
64
4.22 4.23
4.28 4.29 4.30
61 62 62
64 65 66
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang dengan sedemikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat indonesia sedikit banyak telah menikmati buah karya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi seperti : mobil, pesawat, kereta api, listrik, komputer, televisi dan masih banyak lagi sarana yang memudahkan kerja manusia.1 Melihat kondisi sekarang ini disertai dengan kemajuan IPTEK menjadi tantangan bagi guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Banyak masalah yang menghambat guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam diantaranya tayangan televisi yang kurang mendidik dan semaraknya game online
yang
menimbulkan para siswa akan meniru prilaku yang kurang baik. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulya mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengalaman nilainilai tersebut dalam kehidupan individu ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabat sebagai makhluk tuhan.
1
Yeni Racmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, hal. 3
1
2
Pendidikan Agama merupakan mata pelajaran yang paling mendasar bagi setiap manusia dan dengan di masukkanya pelajaran Pendidikan Agama ini ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai SD sampai dengan Perguruan Tinggi. sebagai mana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poteni peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan banga.2 Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Melihat kondisi sekarang ini disertai dengan kemajuan IPTEK menjadi tantangan bagi guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Banyak masalah yang menghambat guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam diantaranya tayangan televisi yang kurang mendidikn dan semaraknya game online
yang
menimbulkan para siswa akan meniru prilaku yang kurang baik. Kejadian seperti ini menuntut para keluarga, guru agama Islam, serta pemerintah ikut bertanggung jawab atas masa depan generasi muda tersebut. 2
Abd. Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1 h. 6
3
Dengan mengatasi adanya kejadian diatas sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan IPTEK dan yang perlu diperhatikan secara serius saat ini adalah semaraknya game online dan acara televisi pada jam dimana anak seharusnya untuk belajar. Hal ini sebagai salah satu penyebab merosotnya gairah belajar yang akan berakibat pada menurunnya kualitas pendidikan terutama pendidikan agama Islam. Dalam hal ini kreatifitas dan suri tauladan seorang guru sebagai pendidik sangat diharapkan, terutama guru pendidikan agama islam yang notabene mengajarkan akhlak serta keimanan. Guru bukan hanya sekedar transper ilmu pengetahuan saja kepada peserta didiknya, akan tetapi penanaman nilai serta karakter pun perlu diperhatikan. Kreativitas
pada
intinya
merupakan
kemampuan
seseorang
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karyanyata, karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menjadi guru kreatif tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, melainkan lahir dari proses belajar dari pengalaman yang dilaluinya. Guru yang kreatif artinya guru yang memiliki daya cipta dalam menyiapkan metode, perangkat, media dan muatan materi pembelajaran. Dari kreativitas guru tersebut, akan menular pada siswa secara jangka pendek maupun panjang. Karena siswa disadari atau tidak cenderung belajar dari kreativitas gurunya dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang variatif, dapat merangsang semangat dan rasa penasaran siswa untuk belajar pendidikan agama islam. Membangun
kreativitas
guru
membutuhkan
proses
yang
mengawalinya seperti: pertama, belajar dari pengalaman mengajar, baik diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman guru lain. Guru dapat belajar dan merefleksikan perjalanan proses belajar mengajarnya ke dalam praktik pembelajaran bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap murid-muridnya agar mereka menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta adalah energi kehidupan.
4
Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada cinta dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga totalitas kinerja guru lahir. Perasaan siswa dapat menangkap cinta kasih gurunya sehingga terjalin hubungan psikologis antara siswa dan guru. Ketiga, adanya tanggung jawab yang mendalam
terhadap
tugasnya.
Keempat,
guru
giat
belajar
untuk
meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian dan keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Keberhasilan siswa untuk belajar secara efektif tidak lepas dari peran guru dalam melakukan pendekatan dan pengontrolan terhadap siswa dalam kelas, melakukan interaksi yang baik dan harus kreatif dalam menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan sehingga anak lebih efektif dalam belajar dan lebih maksimal.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan agama islam, antara lain : 1.
Kreativitas guru berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan agama Islam.
2.
Kreativitas guru sangat dibutuhkan dalam memenuhi 8 standar pendidikan.
3.
Kreativitas sangat berperan dalam mengembangkan metode pengajaran agama Islam.
C.
Pembatasan Masalah Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, namun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada masalah Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan
5
Kualitas Pendidikan Agama Islam. Yang dimaksud kreativitas guru disini yaitu upaya guru dalam mengembangkan materi pelajaran, menggunakan metode serta mememanfaatkan media/sumber belajar dengan tepat. Kualitas yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh oleh siswa baik itu pemahaman maupun nilai. Guru Agama disini di khusususkan guru agama yang yang berugas/mengajar di SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat.
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Bagaimana kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ?
2.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ?
E.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitan dalam pembahasan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui hakekat kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.
2.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.
F.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1.
Bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan agama Islam.
6
2.
Bagi kepala Sekolah diharapkan sebagai masukan yang akan diimplementasikan kepada guru-guru lainnya.
3.
Bagi penulis sebagai tambahan wawasan mengenai seputar kreativitas guru
4.
Bagi peserta didik kiranya dapat mengembangkan kreatifitas sesuai kemampuan.
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan suatu istilah yang terkait dengan upaya meningkatkan daya fikir atau gagasan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan kreativitas diharapkan pelaksanaan suatu aktivitas lebih bersifat aktif, dinamis, menggairahkan dan pada akhirnya megarah pada pencapaian kualitas hasil yang diharafkan.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa : kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta / daya cipta.2 Kreativitas bagi seorang guru khususnya guru agama sangat dibutuhkan guna menemukan cara-cara baru, terutama didalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama pada peserta didik. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problem-problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya yang mengandung suatu hasil pendekatan yang sama sekali baru bagi yang berkesempatan, meskipun untuk orang lain merupakan hal yang tidak begitu asing lagi.3 Dari makna diatas dapat diketahui bahwa kreativitas mencakup pengertian yang luas dan komplek, mulai dari peringkat proses pemecahan masalah sampai ke aktualisasi diri manusia itu sendiri, mulai dari potensi sampai dengan produk. Kreativitas bukan hanya binaan teoritis tapi terkait juga dengan masalah penilaian. Menurut psikologi kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problemproblem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya yang mengandung suatu hasil pendekatan yang sama sekali 1
Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010), Cet. 1, h. iii 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoneia, ed. 3, (Jakarta: Balai Putaka, 2007), cet. 4, h. 599 3 Balnadi Sutadipura, Aneka Problem Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1985), h. 102
7
8
bersangkutan, meskipun untuk orang lain merupakan hal yang tidak baru lagi. Dengan melihat batasan-batasan diatas, mengandung inti yang sama, walaupun berlainan dengan perumusannya tiga unsur yang paling penting yaitu: pertama, kreativitas merupakan suatu proses dari pada perubahan. Kedua, perubahan lebih menyangkut perorangan daripada kelompok dan ketiga, perubahan itu sama sekali baru bagi yang bersangkutan. Kreativitas bukanlah merupakan sifat dan prilaku yang bersifat bawaan atau bakat lahiriah seseorang, melainkan dapat dipelajari. Oleh karenanya sikap pesimistis dalam upaya meningkatkan kreativitas pembelajaran guru bukan merupakan hal yang mustahil, sebaliknya optimistis bahwa sikap dan prilaku sedemikian rupa dapat dibina dan dikembangkan.4 Dalam mengembangkan kreatifitas perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut, yaitu : a.
Kreatifitas bukan merupakan sifat atau bakat bawaan melainkan dapat dipelajari dan diolah oleh setiap orang;
b.
Kreativitas merupakan hasil kemampuan nalar yang mendorong seseorang untuk berupaya dan mencari sesuatu yang baru;
c.
Kegagalan merupakan jalan keberhasilan;
d.
Kehidupan menyimpan berbagai misteri yang pelik dan tersembunyi;
e.
Karya yang kreatif menuntut sikap penerimaan terhadap subjektivitas, toleransi terhadap perbedaan, pemanfaatan pendapat orang lain dan penghormatan terhadap pengalaman serta pendapat orang lain;
f.
Pemikiran kreatif merupakan pemecahan harapan untuk meraih hasil dan tujuan yang lebih baik; dan
g.
Dalam diri setiap orang telah tercipta kekuatan yang akan mendorong pengembangan kreativitasnya.5
4 5
Agung, op. Cit.., h. 4 Agung, op. Cit., h. 4-5
9
B.
Pengertian Guru Agama Sebelum kita mengetahui definisi guru agama terlebih dahulu kita bahas pengertian guru. Guru berasal dari baha Inonesia yang berarti orang yang mengajar.6 Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecture, pemberi kuliah, penceramah.7 Dalam bahasa Arab istilah yang megacu kepada pengertian guru lebih banyak, seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mualim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-Mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.8 Istilah al-Mu‟allim terdapat dalam al-Quran surat al-Baqoroh ayat 151 yaitu :
“Sebagaimana
Kami
telah
mengutus
kepadamu
seorang
Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kam, menyucikan kam, dan mengajarkan kepadamu Kitab(Al-Quran) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”9 Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam. Istilah ini banyak digunakan oleh masyarakat Islam Indonesia dan di Malaysia. Sedangkan kata-kata ustadz dalam buku-buku pendidikan Islam yang di tulis para ahli pendidikan jarang digunakan. Ada pula istilah syaikh yang 6
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 377. Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2001) Cet. 1, h. 41. 8 Ibid, hal 41-42. 9 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang di Sempurnakan), Jilid I, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2010) h. 228-229 7
10
digunakan untuk merujuk kepada guru dalam bidang tasawuf. Dan ada pula sebutan Kyai, Ajengan dan Buya. Dan ada pula istilah tuanku yang menunjukkan kepada guru atau ahli agama untuk masyarakat Minangkabau Sumatera Barat, seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Cikditiro dan sebagainya.10 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Adapun dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.11 Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Guru Agama adalah orang dewasa yang mengajar dan mendidik ilmu agama kepada peserta didiknya dengan memenuhi syaratsyarat tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dari luasnya definisi tersebut diatas dalam hal ini saya hanya membahas guru agama yang ada di lembaga pendidikan formal yang mempunyai syarat dan fungsi serta perannya sebagai tenaga pendidik. Syarat-syarat tersebut yang harus dipenuhi oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik yang profesional terdapat didalam pasal 2 ayat (1) Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah berfungsi untuk meningkatkan martabat, dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : 10 11
Nata, op. Cit., h. 42. Ibid., h. 159.
11
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang dan tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesional; dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 12 Selanjutnya menurut pemikir Islam, pembicaraan tentang pendidik yang profesional sudah lama berlangsung, seperti menurut Imam al-Ghozali misalnya melihat konsep etika pendidik sebagai berikut : 1) Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah; 2) Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran, 3 : 15) Katakanlah: "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-
12
Departemen Pendidikan RI, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006) h. 6-8
12
sungai, mereka kekal didalamnya. dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. dan Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya.13 3) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak; 4) Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama (QS. Al-Najm, 53 : 32)
(yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.14 5) Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan kelompok masyarakat (QS. al-Hijr 15 : 88).
Janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman.15 6) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia;
13
Kementrian Agama Ri, op. cit, jilid I., h. 458-459 Ibid., Jilid IX., h. 542 15 Ibid., Jilid V., h. 269 14
13
7) Berikap lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tinngkat kecerdasannya rendah, serta membinanya sampai pada tarap maksimal; 8) Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problema peserta didik; 9) Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya; 10) Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama peserta didik yang belum mengerti dan tidak sesuai dengan masalah yang dipertanyakan itu, tidak bermutu dan tidak sesuia dengan masalah yang diajarkan; 11) Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya; 12) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik; 13) Mencegah dan mengontrol peserta didik yang mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. al-Baqoroh, 2 : 195) Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengantangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.16 14) Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus-menerus mencari informasi guna disampaikan kepada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub (kedekatan) dengan Allah SWT (QS. al-Bayyinah, 98 : 5)
16
ibid., jilid I., h. 286
14
Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaatinya semata-mata karena (menjalankannya) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang luru (benar).17 15) Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif), seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya, sebelum mempelajari ilmu fardu ‘ain (kewajiban individual), seperti akidah, syariah dan akhlak; dan 16) Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik (QS. al-Baqoroh 2 : 44 dan QS. al-Shaaf, 61 : 2-3)18 Mengapa kamu menyuuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? tidakkah kamu mengerti?.19
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangat di benci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang kamu tidak kerjakan.20 Mengenai peranan guru, ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut : 1.
Pray Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dan pengembangan sikap dan
17
Ibid., Jilid X., h. 737 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-1, hlm. 94-95. 19 Kementrian Agama RI, op. cit., Jilid I, h. 91-92 20 Ibid, jilid X, h. 108 18
15
tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2.
Havinghurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah bagipegawai (employee)
dalam
hubungan
kedianasan,
sebagai
bawahan
(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. 3.
James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4.
Federasi dan Organisai Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.21
C.
Meningkatkan Kreativitas Guru Agama Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadi pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. perilaku pembelajaran yang di cerminkan oleh guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi degan gagasan/ide dan prilaku pembelajaran yang kreatif. Kraetivitas baru akan muncul apabila dalam pembelajaran oleh guru didukung dengan pemahaman tentang makna mengajar dan belajar. Mengajar bukan hanya sekedar memberikan materi atau pun melaksanakan hal-hal tertentu, apalagi jika dikaitkan dengan pencapaian target program pengajaran. Belajar juga tidak melulu hanya mengingat apa yang di jejalkan guru/buku pelajaran kepada siswa selama kegiatan belajar mengajar. Guru bukan sekedar menitik bratkan sebagai 21
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Ed 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 19, h. 143-144
16
penyampai pengetahuan dan pengalih keterampilan serta merupakan satusatunya sumber belajar, tetapi perlu dirubah menjadi pembimbing, Pembina, pengajar dan pelatih yang berarti membelajarkan anak didik.22 Seorang guru haruslah meninggalkan rutinitas dalam proses pembelajaran, sebaliknya lebih mengarah kepada prilaku professional yang kreatif. Skinner menitik beratkan perlunya pengembangan krativitas guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya melalui pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan penguatan.23 Menurut Rogers bahwa dalam mengembangkan kreativitasnya seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan, yakni : a. Guru perlu memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstuktur; b. Guru dan siswa membuat kontrak kerja; c. Guru perlu menggunakan metode inkuiri atau belajar menemukan (discovery larning); d. Guru pelu meggunakan metode simulasi; e. Guru perlu mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain; f. Guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar; dan g. Guru perlu menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.24 Secara garis besar yang dapat menunjang peningkatan kualitas guru ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a. Faktor Internal Faktor internal yang ada pada guru meliputi yaitu : 1.
Latar Belakang Pendidikan Guru Salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi guru sebelum mengajar adalah memiliki ijazah keguruan. Dengan memiliki ijazah tersebut, guru akan memiliki pengalaman mengajar dan bekal
22
Agung, op. cit. h. 23-24. Ibid. h. 24 24 Ibid., hal. 25 23
17
pengetahuan baik pedagogis maupun didaktis, yang sangat besar peranannya dalam membantu pelaksanaan tugas guru. Sebaliknya tanpa pengetahuan dibidang profesional kependidikan tersebut, maka guru akan sulit sekali mengadakan peningkatan kemampuan dirinya. Karena profesi guru juga ditentukan oleh pengalaman maupun pendidikan kerja sebelumnya, sebagaiman yang dikemukakan oleh Ali Saifullah HA. bahwasannya: “Professional guru dalam banyak hal ditentukan oleh pendidikan persiapan, pengalaman kerja dan kepribadian guru, terutama bila ditinjau dari sudut dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan sekolah”. Dengan demikian ijazah guru akan menunjang pelaksanaan tugas mengajar sendiri 2.
Pengalaman Mengajar Bagi guru yang mengajarnya baru setahun, maka akan berbeda dengan guru yang mengajar bertahun-tahun. Sehingga kian lama menuju kesempurnaan dalam menjalankan tugasnya.
3.
Perbedaan Motivasi Kualitas Guru Mengingat beratnya tanggung jawab guru sebagai pelaksana pendidikan ini, maka tidak semua orang berhak dan bersedia jadi guru. Namun dalam kenyataan kadang–kadang membuktikan bahwa seorang guru bukan karena terpaksa atau karena sempitnya lapangan pekerjaan, sedang seorang guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya maupun keluarganya. Bagi seorang guru yang memiliki motivasi profesional karena tanggung jawab dan tugas akan senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki demi menjaga kualitas pendidikan agar menjadi lebih baik. Demikian juga sebaliknya tugas guru yang mencari imbalan tanpa adanya kesadaran diri, tentu akan menghambat usaha dalam peningkatan tersebut.
b. Faktor Eksternal Sedangkan yang termasuk faktor eksternal (diluar diri ) guru yaitu : 1.
Adanya Sarana Pendidikan
18
Dalam dunia pendidikan atau pelaksaan tugas belajar mengajar, sarana merupakan faktor yang ikut menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tersdianya sarana yang memadai akan mempengaruhi pencapaian tujuan, sedangkan terbatasnya sarana juga akan menghambat tujuan yang akan dicapainya. Karena kurangnya sarana pendidikan dan kesiapan alat peraga dalam pengajaran secara tidak langsung akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan dan upaya untuk
meningkatkan
kualitas
pendidik.
Sehingga
masalah
kekurangan gedung, text book, alat-alat praktikum, ruang laboratium dan terutama biaya, semua merupakan problem pendidikan yang sangat sulit. 2.
Pengawasan dari Kepala Sekolah Pengawasan kepala sekolah terhadap tugas pendidik dalam melaksakan tugasnya. Tanpa adanya pengawasan dari kepala sekolah akan seenaknya dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tujuan yang akan
diharapkan
tidak
dapat
dicapai.
Karena
pelaksanaan
pengawasan kepala sekolah ditujukan untuk pembinaan dan peningkatan proses belajar mengajar. Dalam pengawasan ini hendaknya kepala sekolah bersifat fleksibel dengan memberi kesempatan kepada pendidik untuk mengemukakan masalah
yang
mengemukakan
dihadapinya ide
demi
serta
diberi
perbaikan
dan
kesempatan peningkatan
untuk hasil
pendidikan. Sifat untuk menonjolkan kedudukan sebagai atasan dan menganggap
pendidik
sebagai
bawahan
semata-mata
akan
melahirkan hubungan yang kaku. Sebagai akibatnya pendidik akan tertekan dan tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pendidikan. 3.
Kedisiplinan Kerja Kedisiplinan sekolah tidak hanya diterapkan pada peserta didik, akan tetapi kedisiplinan kerja seluruh personal sekolah juga harus dilaksanakan. Bahkan untuk membina kedisiplinan kerja ini
19
merupakan pekerjaan yang mudah karena maing-masing pendidik mempunyai sifat dan latar belakang kemampuan yang heterogen. Kedisiplinan yang ditanamkan kepada pendidik dan seluruh staf sekolah akan menciptakan kondisi kerja yang baik, dan sebagai realisasinya tentu akan mempengaruhi upaya peningkatan kualitas guru agama maupun guru umum. D.
Ciri-ciri guru kreatif Untuk mengetahui kreatif dan tidaknya seorang guru. Di bawah ini akan di jelaskan beberapa ciri-ciri guru kreatif yaitu : 1.
Mampu menciptakan ide baru Kreatif identik dengan sebuah penemuan ide baru, jadi guru kreatif
adalah guru yang bisa menemukan sebuah ide baru yang bermanfaat. Ide bisa muncul dengan sendirinya atau pun melalui perencanaan. Namun para guru perlu mengetahui untuk bisa menciptakan ide, para guru harus banyak belajar. Kalau hanya statis yang penting ngajar, saya rasa akan sulit buat guru untuk bisa menciptakan ide-ide yang segar. 2.
Tampil beda Guru yang kreatif akan kelihatan tampil beda, di bandingkan dengan
guru-guru yang lain. Mereka cenderung punya ciri khas tersendiri karena memang merek penuh dengan sesuatu yang baru, yang terkadang tidak pernah di pikirkan oleh guru-guru yang lain. Biasanya juga mereka lebih di sukai para siswa. 3.
Fleksibel Guru yang kreatif adalah fleksibel , tidak kaku tapi tetap punya
prinsip. Mereka memiliki kemampuan memahami para siswa dengan lebih baik, memahami karakter siswa, memahami gaya belajar siswa dan tentunya
20
memahami apa yang diharapkan oleh siswa. Tapi mereka tidak lembek, mereka tetap tegas dalam mengambil keputusan dan menjalankannya. 4.
Mudah bergaul Guru yang kreatif adalah guru yang mudah bergaul dengan para siswa.
hal ini harus ditunjukkan dengan sikap profesional guru saat berada di kelas dan pada saat di rumah atau di luar kelas. Guru tidak boleh terlalu jaga gengsi, karena hal ini akan membuat siswa enggan mendekati kita. Bersikaplah biasa-biasa saja, tidak terlalu jaga gengsi dan tidak terlalu bebas. Sebisa mungkin tempatkanlah siswa di hati kita sebagai teman dan sahabat dengan begitu, siswa akan merasa bahwa kita itu lebih bersahabat. 5.
Menyenangkan Siapapun orang pasti suka dengan orang yang menyenangkan,
termasuk siswa pasif akan lebih suka dengan guru yang menyenangkan dari pada guru yang menyeramkan. Ciri ini selalu di tunjukkan dengan sikap dan selara humor yang di miliki oleh seorang guru. Guru kreatif adalah guru yang menyenangkan dan memiliki selera humor yang baik. Biasanya juga mereka menggunakan humornya secara proposi tidak berlebihan dan tidak kurang. Pembelajaran yang terlalu tegang juga tidak akan menyenangkan, tapi terlalu banyak humornya juga tidak akan efektif. 6.
Suka melakukan eksperimen Guru kreatif pasti suka melakukan eksperimen atau uji coba. Entah itu
uji coba metode pembelajaran atau uji coba hal yang lain. Intinya uji coba ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya menjadi seorang guru. Dia tidak akan pernah jenuh untuk mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah di lakukan, kalau berhasil akan di teruskan kalau tidak akan di evaluasi, dan di jadikan bahan pembelajaran untuk mencapai sesuatu yang lebih baik
21
7.
Cekatan Guru kreatif bekerja dengan cekatan agar dapat menangani berbagai
masalah dengan cepat dan baik. Ia tidak suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Setiap masalah yang di hadapi akan di selesaikan secepatnya dengan baik. Guru cekatan biasanya juga ringan tangan, Ia akan membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
E.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas peningkatan kualitas Pendidkan Agama Islam, terlebih dahulu akan diuraikan devinisi dari kualitas itu sendiri. Menurut Poerwadarminto berpendapat: “Secara etimologi ‘Kualitas‟ mempunyai pengertian sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat, taraf, dan mutu sesuatu. Jika digabungkan dengan kata „Pendidikan Agama Islam‟ maka akan menjadi „Kualitas Pendidikan Agama Islam’ yang mengandung pengertian bahwa baik buruknya kadar, derajat atau taraf pendidikan agama Islam yang telah dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan.” Secara teknik, efisiensi akan tercipta jika peningkatan yang diinginkan dapat menghasilkan secara optimal dengan harga masukkan yang relative tetap atau dengan masukan sekecil mungkin setelah diproses dapat menghasilkan peningkatan sebagaimana yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa efesiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas optimal yang diperoleh dengan harga masukkan yang seminimal mungkin. Pandangan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang efisien dan efektif. Jika berpegang pada paham bahwa pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari masukanproses dan lulusan (hasil), maka dikatakan bahwa pendidikan yang berkaulitas apabila masukkan, proses dan lulusan (hasil) dengan secara efesien dan efektif. Dan peningkatan hasil yang berkualitas adalah dimana lulusan atau hasil tersebut telah mampu telah mencapai efesiensi dan efektivitas proses pendidikan yang telah diselenggarakan.
22
Misalnya, pada setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai tujuan, sebab tidak mungkin manusia itu berbuat sesuatu terutama mendirikan sebuah organiasi atau lembaga tanpa adanya tujuan, kecuali manusia tersebut belum memahami kemanusiannya. Oleh karena setiap lembaga atau organisasi mempunyai tujuan, maka lembaga atau organisasi terebut merupakan penghasil output atau lulusan (hasil). dan dikatakan menghasilkan output atau lulusan yang bermutu jika telah dapat mewujudkan tujuan tau sasaran ideal yang telah ditetapkannya. dengan kata lain, output bermutu adalah output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga atau organisasi yang mengelolanya. inilah yang disebut dengan efesiensi internal. Selain pandangan diatas ada yang mengatakan baha output atau hasil yang berkaulitas adalah output yang mempunyai kemampuan atau keahlian yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Artinya, tidak dapat dikatakan berkualitas jika ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya tidak ada gunanya. Bagaimanapun istilah kualitas ini mengandung dua hal. dari kedua pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa output atau hasil yang berkualitas adalah hasil yang secara internal telah mencapai tujuan atau setidak-tidaknya mencapai target yang minimal. Pendidikan yang telah ditetapkan dan secara eksternal telah dicapai dalam proes pendidikan yang telah dilakukan baik berupa pengalaman, ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya itu dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Jika berpijak pada pengertian di atas, maka pengertian kualitas pendidikan adalah apabila output atau hasil itu mampu mencapai tujuan yang telah diselenggarakannya dalam program pendidikan, setelah apa yang diperoleh baik berupa ilmu pengetahuan, pengalaman, nilai-nilai, dan sebagainya dapat berguna dan bermanfaat bagi semua manusia termasuk pada dirinya Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek; kepribadian manusia (jasmani dan rohani)
23
agar dapat menjadi manusia yang berkepribadian, yaitu harus berlangung secara bertahap atau dengan kata lain bahwa terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu sosial dan sebagai manusia yang ber- Tuhan. Dalam kehudupan masyarakat yang dinamis, dimana Negara kita memasuki era globalisasi yang banyak dipacu oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Sehingga ciri era tersebut berkaitan erat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, dan tidak ada satu pun Negara yang menutup diri hubungan dunia luar. Oleh karena itu pendidikan memiliki
peranan
yang
menentukan
eksitensi
dan
perkembangan
masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dan aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus pendidikan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung dapat mempergaruhi anak dengan gaya hidupnya, yang dapat kita lihat pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutama pembentukan mental spiritual dan nilai-nilai luhur yang sekarang ini akibat perkembangan teknologi dan informasi yang memerlukan sekali adanya filter untuk mengantisipasi dan mengatasinya perlu upaya peningkatan keagamaan pada peserta didik. Pendidikan agama Islam, dari segi kehidupan kultur umat manusia tidak lain juga adalah salah satu alat pembudayaan masyarakat manuia itu sendiri. Sebagai suatu alat pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup dunia maupun kehidupan akherat. Untuk itu, maka pendidikan Islam harus benar-benar memiliki kualitas bagi manusia dalam menghadapi segala perkembangan zaman dalam kehidupan. Usaha
yang dapat
dilakukan
pendidikan agama Islam antara lain: a.
Peningkatan Kualitas Guru
dalam
meningkatkan kualitas
24
Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik yang profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan sehari-harinya. Untuk
meningkatkan
profesionalisme
pendidik
dalam
pendidikan agama, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut: 1.
Mengikuti Penataran Menurut
para ahli bahwa penataran adalah semua usaha
pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang masing-masing. 25 Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan untuk : a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masingmasing. b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal. c) Perkembangan
kegairahan
kerja
dan
peningkatan
kesejahteraan.26 Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globalisasi. adapun penataran itu diselenggarakan
25
Jumhur dan surya, bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (Jakarta ; Rajawali Press, 2001),
h. 115 26
Ibid., hal 116
25
oleh Depertemen Agama dan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan antara lain: 1.
Mengikuti Kursus-Kursus Pendidikan Hal ini akan menambah wawasan terutama guru agama, adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan arab dan inggris serta komputer.
2.
Memperbanyak Membaca Menjadi guru profesional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang profesional haruslah banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan-pengetahuan
dan
informasi-informasi
yang
muncul dan berkembang di dalam mayarakat. 3.
Mengadakan Kunjungan Kesekolah Lain (studi banding) Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya serta mengatasi permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat.
4.
Mengadakan Hubungan Dengan Orang Tua/Wali Siswa Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan
yang
diberikan
di
sekolah
dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga.
lebih
sedikit
26
b.
Peningkatan Materi Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang diberikan tentu akan menambah lebih luas pengetahuan. Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan benar. Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan sesuai yang tercantum dalam kurikulum, begitu pula pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak boleh kurang dari kurikulum yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaanya benar-benar terarah. Pendidik harus menguasai materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi mempelajari pendidikan terutama pendidikan agama. adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah: 1.
Menambah Jam Pelajaran Alokasi waktu pelajaran pendidikan agama Islam merupakan suatu kendala, sebab materi yang akan disampaikan sangat banyak berdasarkan rumusan kurikulum yang ada. Oleh karena itu perlu menambah waktu atau jam pelajaran. Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi padatnya isi kurikulum, dan salah satunya adanya kegiatan di luar kelas seperti, ekstra kurikuler, sebab kebijakananya yang selama ini diberikan semakin terbatas. Penambahan jam pelajaran ini dimaksudkan, pertama: agar materi agama yang disampaikan dapat terpenuhi, kedua: pendidik memiliki waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas dan rinci sesuai yang diinginkan.
27
2.
Perorganisasian Materi. Ini dikarenakan banyaknya materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, maka diperlukan perorganisaian materi, sehingga meteri akan tersampaikan seluruhnya secara baik dan sistematis sehingga akan mempermudah pendidik dalam penyampaian, sesuai pernyataan Dra Roestiyah N. K. bahwa materi pendidikan tidak mungkin dapat asala saja, tetapi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik dengan baik. Tujuan perorganisasian
pelajaran
adalah
agar
pendidik
lebih
memperhatikan urutan (equence) dari materi yang akan diberikan sesuai dengan tujuan intruksional yang telah dituangkan.27 3.
Menyesuaikan tingkat materi dengan kemampuan peserta didik dan alokasi waktu yang tersedia. Penyesuaian tersebut harus dilakukan oleh pendidik, sebab pemberitahuan sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikan, maka akan tercapailah tujuan pendidikan dan dapat mempermudah peserta didik untuk dapat memahami dan menerima antara lain: a.
Guru agama dalam pengajaran harus disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat keadaan peserta didik. Karena hal tersebut dapat meningkatkan minat, motivasi peserta didik, kreativitas dan responnya terhadap materi yang disampaikan.
b.
Dalam
menyampaikan
materi
hendaknya
menggunakan
literatur lain yang berkaitan dengan materi terebut. Sehingga cakrawala dan wawasan peserta didik akan bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan 4.
Memperbanyak Pelajaran Praktek Ibadah Praktek ibadah ini sangat penting, dan menggunakan metode pembiasaan, artinya segala yang berkaitan dengan materi yang membutuhkan praktek seperti; sholat, baca al-Qur‟an, doa, beramal dan sebagainya. Praktek ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
27
Rostiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta ; Bina Aksara, 1982), hal 65
28
menghayati dan memimpin serta merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari c.
Peningkatan Dalam Pemakaian Metode Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode. Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya atau penggunaanya yang sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar. Metode
pendidikan
agama
Islam
dan
metode
untuk
menyampaikan materi pendidikan agama merupakan segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk menyampaikan tujuan pendidikan agama melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dan lingkungan sekolah.28 Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk itulah dalam penyampaian metode pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1.
Selalu berorientasi pada tujuan
2.
Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja
3.
Mempergunakan berbagai metode sebagai suatu kombinasi, misalnya: metode ceramah dengan tanya jawab. Jadi usaha tersebut merupakan upaya meningkatkan kualita
pendidikan agama islam pada peserta didik diera yang emakin modern.
28
Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta ; Bumi Aksara), h. 84
29
d.
Peningkatan Sarana “Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.29 Untuk meningkatkan sarana pendidikan agama, maka pihak pendidik hendaknya mempersiapkan arena yang memadai sehingga pelaksanaan pendidikan Islam akan tercapai secara optimal. Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan adanya usaha meningkatkan sebagai berikut: 1.
Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan
2.
Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar mengajar
3.
Pembuatan media harus sederhana dan mudah
4.
Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang akan diajarkan. Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang
sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang menjelaskan: Sarana sekolah meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja, kursi, alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya proses belajar mngajar atau 29
Roestiyah, op. cit., h. 67
30
pendidikan di sekolah, sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan semuanya
yang berkenaan dengan
sekolah. e.
Peningkatan Kualitas Belajar Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi dengan berbagai usaha sebagai berikut: 1.
Memberi Rangsangan Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang. Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi bahasa maupun mimic dari wajah dengan memvariasikan setiap metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan selanjutnya setelah peserta didik terangsang terhadap pendidikan Islam maka pendidik tinggal memberikan motivasi secara kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga tinggal memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja, sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman keagamaan yang dapat menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat.
2.
Memberikan Motivasi Belajar Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai
31
hidup peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Sebab motivasi merupakan daya pengerak yang besar dalam proses belajar mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa: a.
Memberikan penghargaan. Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita pendidikan.
b.
Memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan dengan pelajaran Islam. Hal ini bermaksud untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakuan oleh peserta didik.
F.
Hasil Penelitian yang Relevan Setelah penulis mencari dan meneliti beberapa studi terdahulu, ternyata judul skripsi “ Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam” sudah ada yang membahas yaitu : 1.
Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Kota Batu, ditulis oleh Sahdan Mulia Tahun 2010 Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.
Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan
32
Negara Kabupaten Jembrana-Bali, ditulis Tina Tri Layanthi Tahun 2007 Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Analisis Tingkat Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus Tentang Penggunaan Media Audio Visual Di SMA Muhammadiyah Kota Jayapura-Papua) ditulis oleh Saif Zulfikar Ali. Dari ketiga judul skripsi tersebut, setelah penulis menelitinya walaupun ada kesamaan dalam judul tetapi objek yang dan kajiannya berbeda-beda hal ini dapat di lihat dari rumusan masalah serta latar belakangnya. Sahdan Mulia dia meneliti di MTs Negeri Batu, beliau pokus penelitiannya Kreativitasnya,
terhadap serta
upaya faktor
guru
Agama
pendukung
dan
dalam
meningkatkan
penghambat
dalam
meningkatkan kreativitas guru tersebut. Tina Tri Layanthi dia meneliti di Sekolah Menengah Pertama sekecamatan Nagara, Jembrana Bali, yang terdiri dari 3 sekolah. Kalau melihat dari objeknya ini lebih kompleks permasalahannya di tambah lagi letaknya yang berada di Bali dituntut seorang guru kreatif dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam yang notabene mayoritas peserta didiknya beragama Hindu. Penelitian ini sama mempokuskan bagaimana kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Saif Zulfikar Ali studi kasus di SMA Muhammadiyah di daerah Papua. Dia menghususkan penenelitiannya terhadap kreativitas guru agama Islam dalam menggunakan media audio Visual, serta faktor penghambat guru agama dalam menggunkan media audio visual.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti yang beralamat di Jl. Kali Baru Timur V No. 13-15 Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Dengan pertimbangan bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ini merupaka salah satu sekolah Islam Swasta yang ada di kelurahan bungur dengan tingkat kepercayaan dari masyarakat yang begitu tinggi dalam menitipkan pendidikan putra putrinya mempelajari dan memahami agama Islam. Selain itu sekolah ini juga mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, seperti masjid, proyektor di setiap kelas, perpustakaan dan wifi. Oleh karena itu seorang pendidik harus kreatif dalam memanfatkan sarana dan prasarana yang ada serta menggunakan berbagai macam metode untuk menarik simpatik peserta didik agar peserta didik dapat menyenangi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penulis melakukan penelitian pada 6 Mei s.d 8 Juni 2013.
B.
Metode Penelitian Metode penelitian yaitu cara mengumpulkan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal atau terpercaya.1 Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriftip. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat fopulasi tertentu.2 Penelitian deskriptif adalah penelitian
1
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Quantum Teaching, 2006), Cet. 1, h. 2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 6, h. 8 2
33
34
yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti.3 Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yang di maksud penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tylor dalam moleong adalah prosedur penelitian yang mengahsilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perrilkau, yang dapat di amati. Sementara Kirk dan miller dalam moleong adalah bahwa:”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawaannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasnya dan dalam peristilahannya”.4 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan atau memaparkan data yang di peroleh peneliti yang berkaitan dengan Kreatifitas guru agama dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian daitarik kesimpulannya. 5 Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek, bendabenda serta alam. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
3
Ruseffendi, Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 33 4 Margono, op.cit., H. 36 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 117
35
obkjek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sipat yang dimiliki oleh subjek atau objek.6 Sedangkan Dalam hal ini peneliti menentukan populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V A, B dan C pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Merati Jakarta Pusat yang berjumlah 54 siswa. Berikut rincian populasi penelitian:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
Kelas V A
23 siswa
2.
Kelas V B
22 siswa
3.
Kelas V C
20 siswa
Jumlah
65 siswa
2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 bisa dikatakan sampel merupakan bagian dari populasi. Berdasarkan tujuan penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 30 siswa dengan teknik Purposive Sample. Teknik pengambilan sampel ini dikarenakan adanya pertimbangan tertentu, seperti keterbatasan waktu dan dana penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Arikunto bahwa “teknik purposive sample dilakukan
karena
beberapa
pertimbangan,
misalnya
alasan
keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.”8 Berdasarkan hal tersebut, sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 6
Ibid. Ibid, h. 118 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet. 13, h. 140 7
36
Tabel 3.2 Sampel Penelitian No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
Kelas V A
10 siswa
2.
Kelas V B
10 siswa
3.
Kelas V C
10 siswa
Jumlah
30 siswa
D.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen Penelitian Intstrumen Penelitian merupakan alat aatau fasilitas yang digunakan untuk memperoleh/mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sitematis sehingga lebih mudah untuk diolah. Berikut ini tabel instrumen kisi-kisi penelitian kreativitas guru.
Tabel 3.3 Instrumen kisi-kisi Kuisioner Pokok pertanyaan
: Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam
Sub Pokok Pernyataan
Indikator Memberikan rasa percaya diri Membimbing untuk
Kreativitas Guru
mengerjakan tugas Perlombaan penggunaan media dan
Butir
Jumlah
Soal
Soal
1, 2, 3
3
4,5
2
6
1
7, 8
2
37
Sub Pokok
Butir
Jumlah
Soal
Soal
Mengadakan Pengamatan
9
1
Pemberian reword
10
1
Penguasaan materi
11
1
Indikator
Pernyataan metode
Melengkapi buku-buku dan mengadakan tes Upaya Pengingkatan Kreativitas
Penggunaan Media Modrn
12, 13, 14
3
15, 16
2
17
1
18, 19
2
20
1
21, 22
2
Menyediakan fasilitas belajar
23, 24
2
Penambahan jam belajar
25, 26
2
Menyediakan waktu senggang
27, 28,
(IT) Memberikan bimbingan Pengadaan kurikulum dan buku-buku Pemberian evaluasi Penambahan waktu dan sumber media
Faktor yang mempengaruhi kreatifitas
29, 30
4
38
2.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian, sealin perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan datayang relevan. Pengumpulan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat diperolehnya data yang objektif. Dibawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data.9 a.
Metode Obervasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.10 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data tentang kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualita pendidikan agama islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat, sejarah sekolah serta sarana dan prasarana yang menunjang.
b. Metode Komunikasi Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi anatara pengumpul data dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Teknik komunikasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan interviu sebagai alatnya; 2. Teknik komunikasi tidak langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunkan angket atau kuesioner sebagai alatnya. 11 Wawancara/interviu yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara yang tidak berstruktur. Artinya pertanyaan yang memberikan
kebebasan
kepada
responden
dalam
menjawab
pertanyaan. Sebab ada tiga bentuk pertanyann dalam interviu, yaitu : 1) Pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan yang memberi struktur 9
Margono, op.cit., h 158 Ibid. 11 Ibid. h. 165 10
39
kepada responden dalam menjawabnya. Seperti pertanyaan : “Bentuk tes apakah yang sering anda gunakan dalam melakukan evaluasi ?”. pertanyan ini menuntut jawaban yang sudah mempunyai struktur, karena jawabanyan hanya dua kemungkinan yaitu bentuk tes esay atau objektif/PG. 2) Pertanyaan tak berstruktur yaitu pertanyaan yang memberikan
kebebasan
kepada
responden
untuk
menjawab
pertanyaan. Dan 3) Campuran antara pertanyaan berstruktur dengan dengan tak berstruktur.12 Berdasarkan tujuan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara kepada dua pihak yang berkepentingan dengan objek penelitian ini, yaitu Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat dan Guru Agama SD Islam Terpadu Meranti Jakarat Pusat. c.
Metode Dokumenter Teknik dokumenter atau studi dokumenter adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukumhukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.13 Dalam menyelidiki
melaskanakan
metode
benda-benda tertulis
seperti
dokumenter,
peneliti
buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, dan lain-lain. Metode pengumpulan data ini peneliti gunakan untuk memperoleh data keadaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti sebagai obyek penelitian yang meliputi jumlah guru dan karyawan, latar belakang pendidikan, termasuk juga data mengenai sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, serta sarana dan prasarana
12 13
Hadeli, op. cit. h. 84 Ibid., h. 181
40
yang menunjang dalam pelaksanaan kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam.
E.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teknik analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, bukan angka-angka. Hal ini karena adanya penerapan metode kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif berisi kutipan-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan laporan dokumen pribadi maupun resmi lainnya. Dalam menganalisi data ini, peneliti mendeskripsikan dan menguraikan tentang kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti. Sedangkan untuk penghitungan angket sebagai pelengkap data akan dianalisis dengan menggunakan rumus berupa prosentase atau frekuensi relatif. Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keterangan : P
= Presentase
F
= Frekuensi jawaban responden
N
= Jumlah Responden
100% = Bilangan tetap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum
1.
Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti terletak di Jl. Kalibaru Timur V/13-15, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen Jakarta Pusat, yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1972. Penyelenggaraan kegiatan sebagai satuan pendidikan tingkat dasar pertama kalinya dimulai pada tanggal 11 Januari 1973 yang dibuktikan dengan surat Dinas Dikbud RI dalam bentuk Surat Izin Operasional No. 123/U/IV/SD/2009. Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti pertamakalinya dipimpin oleh Dra. Hasanah Ali selama enam tahun dengan jumlah siswa mencapai 178 orang. Hingga kini Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti dipimpin oleh Handi Sugizarto, S.Pd. MM. dengan jumlah siswa sebanyak 307 orang. Keberadaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti secara struktural ada di bawah naungan Yayasan Masjid Meranti yang dibentuk pada tahun 1957, melalui Akte Notaris Mister Suwandi. Diselenggarakannya lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tersebut
didasari alasan yang kuat, bahwa mayoritas
masyarakat sekitar beragama Islam yang sangat menanti hadirnya lembaga pendidikan formal yang berbasis keagamaan (Islam), meski sebelum itu dua sekolah negeri (SDN Bungur, Senen Jakarta Pusat dan SDN Harapan Mulia, Kemayoran Jakarta Pusat) dan satu sekolah swasta umum “Yayasan Kartini” yang diketuai oleh Minarsih, SH., di mana yayasan tersebut berada di bawah pembinaan Ginanjar Kartasasmita. Hal inilah kiranya yang menjadi komitmen para dewan pendiri yayasan (Founding Fathers) sejak 54 tahun lalu, bahwa Yayasan Masjid Meranti bergerak dalam bidang da’wah, sosial dan pendidikan, bahkan kegiatan usaha lainnya
yang dapat
41
menunjang
dan memperluas
42
kemajuannya. Faktor positif masih bertahannya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti sampai saat ini antara lain : -
Letaknya yang mudah terjangkau/strategis;
-
Biaya pendidikan yang relative terjangkau, terutama oleh masyarakat setempat dan sekitar;
-
Lingkungan bermain dan sarana prasarana yang cukup representative;
-
Kedisiplinan yang tinggi;
-
Waktu kegiatan belajar mengajar dari pk. 06.30 – 14.20 WIB.;
-
Visi dan Misi yang jelas; dan
-
Selalu menampilkan suasana nuansa keislaman dalam setiap interaksi sosialnya pada semua pihak. Kurikulum yang dipakai di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti
adalah kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan kemudian dikolaborasikan dengan kurikulum yang dikeluarkan Kementerian Agama R.I. Karena itu, untuk bidang pendidikan agama Islam porsi waktunya dari kelas satu hingga enam, mencapai rata-rata 10-12 jam/minggu, hal ini jauh berbeda dengan struktur kurikulum sekolah dasar negeri dan swasta khususnya di wilayah kecamatan Senen, Jakarta Pusat, di mana pendidikan agama Islam hanya 3-4 jam/minggu.
Di sisi lain, bahwa dengan
memanfaatkan kurikulum dari Kemenag tersebut, dapat diambil kebijakan internal lembaga/yayasan, para lulusan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti akan mendapat dua ijazah (dual degree), yakni Ijazah Diniyah Takmiliyah
(Kemenag
RI)
dan
Ijazah
Sekolah
Dasar
(Formal)
Kemendiknas RI. Bahkan selintas Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti identik dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Daya tarik dan kelebihan lain yang dimiliki Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat bagi masyarakat sekitar dan lainnya adalah aspek persaudaraan dan keakraban yang mentradisi sejak dahulu,
43
dari tingkat pengurus yayasan hingga orang tua siswa, bahkan ke masyarakat sekitar sekalipun, misalnya setiap tahunnya baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, dan hari besar Agama Islam dalam kegiatannya selalu melibatkan masayarakat dan juga orang tua siswa. Hal ini dapat di maklumi, karena Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti memang berada di bawah Yayasan Masjid Meranti. Tak kalah pentingnya yang juga dapat diinformasikan, bahwa penyelenggaraan pendidikan Islam di yayasan tersebut, senantiasa memberikan keringanan bahkan subsidi terhadap siswa yang tidak mampu, bahkan membebaskan dari segala biaya yang dikhususkan bagi siswa yatim. Alhamdulillah, lantaran itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tetap eksis.
2.
Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat Tahun 2012 – 2013 Visi : Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ berwawasan rahmatan lil ‘alamin.
Misi : 1) Membangun dan menciptakan kultur sekolah yang berlandasakan pada nilai Islam 2) Melaksanakan sistem kegiatan belajar mengajar dan pendalaman materi secara efektiv dan berkelanjutan. 3) Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa untuk mencapai kompetensi yang optimal dan berimbang. 4) Mengondisikan siswa untuk selalu hidup sehat secara jasmani dan rohani, serta berwawasan lingkungan.
44
5) Membangun karakter siswa melalui proses pembelajaran intra, ekstra, dan ko kurikuler dalam perspektif kebangsaan Indonesia.
3.
Sarana dan Prasarana Sarana yang di maksud di sini adalah segenap perlengkapan yang digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan seperti: gedung sekolah, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang belajar, ruang tata usaha dan lain-lain. Sedangkan
prasarana
yang dimaksud
disini
adalah
segenap
perlengkapan yang dimiliki sekolah sebagai penunjang terselenggaranya suatu proses seperti : perpustakaan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan sarana dan prasarana di sini adalah segenap sesuatu yang dapat digunakan dalam mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer yang keberadaannya tidak kalah penting dengan unsurunsur lainnya bagi siswa dalam melangsungkan proses belajar mengajar.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar a.
Kegiatan Kurikuler Sekolah dilaksanakan 5 (lima) hari belajar, Senen hingga Jum’at.
Dimulai pukul 06.30 hingga 14.10 WIB. Kecuali hari Jum’at, hingga pk. 11.15 WIB. Para siswa telah mendapatkan hak pelayanannya secara baik. Para guru melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Pelaksanaan ulangan/evaluasi, serta pelaksanaan remedial (khusus bagi siswa yang kurang memenuhi standar ketuntasan minimal) dilaksanakan berdasar program yang terrencana dan terkoordinasi dengan baik. Para guru juga melakukan latihan, bimbingan dan sebagainya kepada siswa, terutama mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa melalui pemberian fasilitas perpustakaan. Khusus kelas VI diberikan Pendalam Materi (PM) tiga kali ( Senin, Rabu, dan Kamis) perminggu. Pelaksanaan pelajaran
45
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)/ Komputer juga menjadi hal yang sangat penting bagi siswa, terutama dalam menghadapi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pegerjaan administrasi kelas dan murid yang dibuat guru dilakukan tiap hari, termasuk pembuatan Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP), serta silabusnya
masing-masing bidang
studi selalu di-file-kan terutama persiapan pelaksanaan akreditasi yang semuanya mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan ditambah dengan materi pendidikan karakter dan pengembangan diri. Dalam rangka peningkatan kualitas Kepala Sekolah dan para guru, Yayasan telah mengalokasikan dana untuk kegiatan pelatihan, penataran, studi banding dan sebgainya, termasuk kegiatan rutin di Gugus Sekolah, Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). b.
Kegiatan Ekstra Kurikuler Disamping kegiatan kurikuler di atas, kegiatan ekstra kurikuler pun mendapat porsi waktu yang cukup. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kegiatan belajar seminggu adalah enam hari, lima harinya diambil untuk kegiatan belajar efektif, sedangkan satu harinya yaitu pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekskul dan pengembangan diri, seperti misalnya; Marawis, Silat, Pramuka, Bahasa Inggris, Iqra/Qira’ati (Baca Tulis Al- Quran). Termasuk di dalamnya kegiatan ekskul, para siswa giat dalam
melaksanakan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, guna mengapresiasi kemahiran dan ketekunan serta kepahlawanan para pendahulu. Kegiatan-kegiatan dimaksud telah turut mengisi daftar kejuaraan baik di tingkat kecamatan maupun kota.
46
B.
Analisis Data
1.
Kreatifitas Guru Agama Kreativitas guru agama itu berbeda-beda antara satu guru dengan guru lain dan dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Guru agama yang kreatif akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik yang akan mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara. Kreativitas guru agama adalah bagaimana seseorang guru mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar serta mewujudkan sesuatu yang baru untuk menemukan ide-ide, metode-metode atau sistem baru untuk pemecahan problem-problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan islam untuk menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam penelitian tersebut, kami mengambil obyek penelitian di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti. Setiap guru agama mempunyai kreativitas sendiri-sendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru agama serta kepala sekolah menyatakan bahwa kreativitas guru agama dalam proses belajar mengajar bervariasi antara satu guru dengan guru yang lain karena setiap guru agama mempunyai cara-cara tertentu untuk mengembangkan kreativitas yang tumbuh dengan sendirinya tergantung dari situasi dan kondisi para peserta didik. Dalam proses belajar mengajar guru agama selalu memberikan kreativitasnya agar tidak terjadi kejenuhan di dalam kelas misalnya guru tidak hanya mengajarkan peserta didik di dalam kelas saja tetapi dengan menggunakan fasilitas lain yang tersedia. Guru agama dalam mengatur sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dengan cara yang seefektif mungkin. Guru agama yang ada di SD Islam Terpau Meranti dalam mengajar harus melihat kondisi peserta didik. Guru agama harus bisa mengatur cara yang tepat agar bisa memberikan ilmu pengetahuan agama kepada peserta didik tanpa ada halangan yang berarti.
47
Selain memilih bentuk pengajaran komponen sarana dan prasarana perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan kreativitas guru agama. Pengunaan alat peraga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di setiap sekolah, tanpa adanya alat peraga maka sulitlah mewujudkan tujuan pendidikan. Pemanfaatan fasilitas yang ada di sekolah ini sangat menunjang guru agama untuk berkreativitas karena dengan cara inilah guru agama dapat memaksimalkan setiap materi yang ada dibuku panduan sehingga memudahkan para peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan. Alat peraga dibutuhkan dalam membantu memudahkan pelaksanaan proes belajar mengajar yang berfungsi menghindari verbalisme terhadap materi yang diajarkan. Misalnya setiap guru agama yang ada di SD Islam Terpadu Meranti tidak hanya mengajarkan teori saja akan tetapi langsung mempraktekkannya ke lapangan. misalnya dalam materi berwudhu dan sholat berjamaah guru agama langsung mengajarkan sholat berjamaah di Masjid. Bahkan sekolah membuat program paket dzuhur berjamaah setiap hari kecuali hari Jum’at. Hal ini dilakukan untuk membiasakan para peserta didik untuk selalu sholat berjamah setiap waktu di masjid. Dalam dunia pendidikan sarana prasarana merupakan faktor utama dalam proses belajar mengajar karena dengan adanya sarana prasarana yang cukup memadai akan mencapai tujuan pendidikan yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama dan kepala sekolah bahwa Sarana dan prasarana di SD Islam Terpadu Meranti ini cukup memadai seperti dengan adanya gedung untuk pembelajaran pendidikan agama islam berupa ruang kelas yang di lengkapi dengan proyektor/infocus, perpustakaan, lapangan, dan masjid yang biasa dipakai sebagai sarana pembelajaran, seperti tadarus al-Quran serta paket dzuhur berjamaah dan yang lainya. Perpustakaan sekolah setidaknya telah menyediakan berbagai buku pelajaran baik untuk pendidikan agama islam ataupun pendidikan umum sebagai wahana peserta didik dalam mencari bahan pelajaran yang dibutuhkan. Faktor yang paling mendukung dalam proses belajar mengajar
48
adalah lingkungan yang kondusif agar setiap guru dapat mengembangkan kreativitasnya. Dari penelitian yang telah penulis lakukan kepada siswa kelas III SD Islam terpadu Meranti. Penulis melakukan analisis data dengan memberikan nilai berupa prosentase pada setiap jawaban dari angket yang telah disebar kepada 30 peserta didik/siswa( 15 siswa kelas III A dan 15 Siswa Kelas III B). Berikut ini prosentase hasil angket atau kuisioner tersebut. Berdasrkan setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan responden : Tabel 4.1 Senang belajar Pendidikan Agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat senang
16
54%
Senang
10
33%
Kurang senag
4
13%
Tidak senang
-
-
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa siswa senang dalam belajar Agama Islam menunjukkan banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban yaitu 54 % siswa menjawab Sangat senang, 33 % siswa Senang, 13 % siswa menjawab kurang Senang, dan tidak seorang pun siswa menjawab bahwa tidak senang mengikuti pelajaran Agama Islam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa senang dengan Pelajaran Agama Islam di sekolah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa guru Agama islam bisa menguasai kelas sehingga pelajaran menyenangkan.
49
Tabel 4.2 Tidak putus asa walupun tidak memahami salah satu teori atau pengertian Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
-
-
Kadang-kadang
3
10%
Jarang
4
13,3%
Tidak pernah
23
76,7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak putus asa walaupun tidak memahami salah satu teori atau pengertian yaitu 76,7%, 13,3% siswa menjawab jarang putus asa, sedangkan 10% siswa menjawab kadang-kadang putus asa, dan tidak satu orang pun menjawab selalu putus asa. dari data di atas dapal diketahui bahwa pelajar PAI merupakan pelajaran yang mudah di pahami dan dimengerti oleh para siswa. Tabel 4.3 Cepat lelah apabila belajar agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
-
-
Kadang-kadang
3
10%
Jarang
6
20%
Tidak pernah
21
70%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban selalu melaksanakan tidak pernah cepat lelah belajar agama Islam yaitu 70%, siswa yang menjawab jarang sebanyak 20 %, dan siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 10 %, sedangkan tidak ada yang menjawab selalu cepat lelah dalam mengikuti pelajaran agama Islam. Dengan demikian seluruh siswa SD Islam Terpadu Merati selalu siap
50
mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tabel 4.4 Senang mengerjakan soal-soal Pendidikan Agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
22
73,3%
Setuju
6
20%
Tidak Setuju
2
6,7%
30
100%
Sangat Tidak Setuju Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui tidak seorang siswa pun menjawab sangat tidak setuju, 6,7% siswa menjawab setuju, 20% siswa menjawab setuju dan 73,3% siswa menjawab sangat setuju. Dari data di atas menunjukkan bahwa siswa/siswi SD Islam Terpadu Meranti suka mengerjakan soal Pendidikan Agama Islam, denga demikian berarti tidak ada hambatan dalam memberikan lebih soal-soal latihan untuk menguatkan penguasaan materi yang telah di berikan/diajarkan.
Tabel 4.5 Rajin membaca dan memahami Pelajaran Agama Islam supaya nilai ulangan lebih baik Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
27
90%
Setuju
2
6,7%
Tidak Setuju
1
3,3%
30
100%
Sangat Tidak Setuju Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan siswa selalu belajar dan memahami pelajaran Pendidikan Agama Islam supaya mendapatkan nilai yang
51
memuaskan. Hal ini di buktikan dengan banyaknya siswa menjawab sangat setuju 90%, siswa menjawab setuju 6,7%, siswa menjawab tidak setuju 3,3% dan tidak ada yang menjawab tidak sangan setuju.
Tabel 4.6 Mengadakan lomba PAI pada peringatan hari besar Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
23
76,7%
Setuju
1
3,3%
Tidak Setuju
4
13,3%
Sangat Tidak Setuju
2
6,7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui para siswa sangat merespon terhadap diadakannya perlombaan yang dia dakan pada peringatan Hari Besar Islam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan siswa dan untuk menggali kemampuan siswa di bidang pendidikan agama Islam hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 76,7%, Setuju 3,3%, tidak setuju 13,3% dan sangat tidak setuju 6,7%. Tabel 4.7 Guru menerapkan berbagai metode pada proses belajar Pendidikan Agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
22
73,3%
Kadang-kadang
6
20%
Jarang
2
6,7%
30
100%
Tidak pernah Jumlah
52
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab guru agama selalalu menggunakan metode yang sesuai dengan meteri yang akan diajarkan, agarlebih terarah dan mencapai target yang diinginkan. Metode yang digunakan harus berfariasi dan menarik siswa, hal ini dibuktikan dengan jawaban responden yang menyatakan selalu 73,3%, siswa yang menjawab kadang-kadang 20%, siswa yang menjawab jarang 6,7%, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah.
Tabel 4.8 Menyampaikan materi dengan menggunakan teknologi dan informasi Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
27
90%
Setuju
2
6,7%
Tidak Setuju
0
0%
Sangat Tidak Setuju
1
3,3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas diketahui informasi bahwa siswa sangat membutuhkan teknologi dan informasi yang menunjang dalam kegiatan belajar Agama Islam, hal ini di buktikan dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 90%, setuju 6,7%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 3.3%. Kondisi ini dapat difahami, bahwa guru Agama harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mengoprasikan teknologi dan informasi yang modern sesuai kemajuan zaman.
53
Tabel 4.9 Memutar film sejarah para nabi Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
19
63,4%
Setuju
7
23,3%
Tidak Setuju
1
3,3%
Sangat Tidak Setuju
3
10%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui Pemutaran film juga termasuk salah satu media pembelajaran yang bersifat audio visual yang mempunyai fungsi kognitif, karena gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan pelajaran yang bersifat cerita/hikayat, 63,4%, atau 19 siswa menjawab sangat setuju, 23,3% siswa setuju, dan 3,3% siswa menjawab tidak setuju, dan 10% siswa menjawab sangat tidak setuju. Tabel 4.10 Memberikan reword kepada siswa yang mendapat nilai bagus Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
20
66,7%
Kadang-kadang
6
20%
Jarang
3
10%
Tidak pernah
1
3,3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas diketahui pemberian reword merupakan suatu cara guru untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar, juga dikatakan sebagai tujuan untuk membarikan motivasi dalam belajar, karean dapat membangkitkan, meningkatkan dam memelihara semangat siswa belajar sampai berhasil, terbukti dengan jawaban yang diberikan oleh responden sebanyak 66,7% siswa menyakan sering diberi reword, 20% siswa yang
54
menjawab kadang-kadang, 10 siswa menjawab jarang, dan 3% siswa menjawab tidak pernah. Upaya meningkatkan kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di SD Islam terpadu Meranti dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mengikut sertakan guru agama dalam penataran yang di selenggarakan baik oleh Kemendiknas ataupun oleh Kemenag. Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat para guru agama semakin terpanggil untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam.
Mereka mencari metode pembelaajran
yang menarik dan
menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman mengikuti pelajaran agama islam baik di kelas maupun di luar kelas. Dengan teknologi yang canggih guru dapat dengan mudah mencari informasi yang relevan dengan pokok bahasan yang akan di ajarkan. Internet telah menyediakan informasi apa saja yang di butuhkan oleh manusia, yang dituntut disini kreativitas seorang guru dalam memanfatkan media tersebut untuk menunjang pelajaran. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu menghidupkan suasana kelas agar lebih menarik. Penyampaian materi harus melihat kondisi peserta didik. Guru agama tidak megajarkan teori saja akan tetapi pemahaman juga. Sehingga pelajaran yang sifatnya proses hendaknya jangan di ajarkan dengan metode ceramah akan tetapi dengan praktek langsung. Seperti pelajaran shalat, peserta didik langsung di bawa ke mesjid memparktekan langsung gerakan shalat dengan baik, sehingga murid lebih cepat menangkap materi yang di ajarkan.
55
Tabel 4.11 Guru agama Islam sangat menguasi materi pelajaran yang akan di ajarkan Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
28
93,4%
Setuju
1
3,3%
Tidak Setuju
1
3.3%
Sanagat Tidak Setuju
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari table di atas dapat diketahui mayoritas guru sangat menguasai materi yang akan diajarkan, dibuktikan dengan siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 93,4%, siswa menjawab setuju guru sangat menguasai materi yang diajarkan sebanyak 3,3%, siswa tidak setuju 3,3 %. Tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju. Tabel 4.12 Guru-guru berusaha melengkapi buku-buku PendidikanAgama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
18
60%
Kadang-kadang
8
26,6%
Jarang
2
6,7%
Tidak pernah
2
6,7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menjawab selalu mengapresiasi terhadap guru yang selau berusah melengkapi buku PAI yaitu sebanyak 60%, sebanyak 26,6% siswa menjawab kadang-kadang, sedangkan 6,7% siswa menjawab jarang, dan 6,7% siswa menjawab tidak pernah. Jawaban siswa sebesar itu, tentang apresiasi guru yang selalu melengkapi buku buku pelajaran Pendidikan Agama Islam lantaran bahwa
56
hal tersebut dapat menjadi salah satu alat pendidikan yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap yang baik bagi siswa.
Tabel 4.13 Mengadakan Ulangan harian setiap sebulan sekali Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
18
60%
Kadang-kadang
5
16,6%
Jarang
4
13,4%
Tidak pernah
3
10%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 60% siswa menjawab bahwa selalu diadakan ulangan harian tiap bulan, 16,6% siswa menjawab kadang-kadang dilaksanakan tiap bulan, sedangkan 13,4% siswa menjawab jarang dilaksanakan tiap bulan, dan sisanya menjawab tidak pernah diadakan ualangan harian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh siswa tidak keberatan dengan diadakan ulangan hariantiap bulan, hal ini dilakukan untuk mengukur kemapuan mereka menguasai materi pelajaran agam Islam.
Tabel 4.14 Guru mengunakan berbagai sumber media yang sesuai dengan materi yang disampaikan Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sanagat Setuju
20
66,6%
Setuju
6
20%
Tidak Setuju
2
6,7%
Sangat Tidak Setuju
2
6,7%
30
100%
Jumlah
57
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD Islam terpadu Meranti menginginkan guru agama islam menggunakan media yang relevan dengan materi yang akan diajarkan sebagai daya tarik merka agar menyukai pelajaran agama Islam, terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju 66,6%, yang menyatakan setuju 20%, sedangkan yangf menyatakan tidak setuju 6,7% dan sisanya 6,7% menyatakan sangat tidak setuju. Dari data di atas bahwa guru harus terus berupaya meningkatkan kreativitasnya guna mendapatkan suatu metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dengan menarik dan menyenagkan.
Tabel 4.15 Menggunakan media audio visual Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
22
73,3%
Kadang-kadang
5
16,7%
Jarang
1
3,3%
Tidak pernah
2
6,7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas di dapat sisimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang memberikan contoh untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi berupa gambar atau lambang visual yang dapat menggugah emosi dan sikap siswa, dibuktikan dengan jawaban dari responden yang menyatakan sering lebih dari separuh jumlah siswa yang menyatakan sering yaitu 73,3%, yang menyatakan kadang-kadang16,7%, yang menyatakan jarang 3,3%, dan menyatakan tidak pernsah 6,7%, dengan demikian media audio visual mempunyai fungsi untuk memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar.
58
Tabel 4.16 Mengajak siswa membuat media gambar atau tulisan indah dari bahan yang murah Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
25
83,3%
Setuju
5
16,7%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 83,3% siswa menjawab selalu, 16,7% siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab jarang dan tidak sama sekali. Jadi siswa sangat senang dan tertarik untuk membuat tulisan indah atau gambar. Hal ini melatih kreativitas siswa.
Tabel 4.17 Mengadakan bimbingan untuk guru agama Islam untuk meningkatkan kreativitas Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
30
100%
Setuju
0
0%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para siswa sangat setuju dengan adanya bimbingan kepada guru agama Islam agar kreativitas guru semakin meningkat terbukti dengan jawaban responden yang 100% sangat setuju. Bimbingan bagi guru agama dengan cara mengikuti seminar ataupun
59
workshop yang diadakan oleh kemendiknas ataupun oleh kemenag serta juga bimbingan yang dibuat oleh sekolah/yayasan.
Tabel 4.18 Menyediakan kurikulum untuk pendidikan agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
27
90%
Setuju
2
6,7%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
1
3,3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 90% siswa sanagat setuju, 6,7% siswa menjawab setuju, sedangkan 3,3% siswa sangat tidak setuju, dan tidak seorang siswa pun menjawab tidak setuju. Dari data di atas dapat disimpulkan seluruh siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sanagat setuju dengan adanya kurikulum untuk pelajaran Pendidikan agama Islam. Kurikulum sangat dibutuhkan agar pembelajaran Pendidikan Agama islam lebih terrarah dan tepat pada sasarannya. Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.
Tabel 4.19 Menyediakan buku-buku penunjang bagi pendidikan agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
30
100%
setuju
0
0%
Tidak setuju
0
0%
Sangat tidak setuju
0
0%
30
100%
Jumlah
60
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 77% siswa menjawab selalu guru memukul telapak tangan ketika menghukum, 10% siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab wajah yang dipukul guru ketika menghukum, dan 0% jarang guru menghukum pukul telapak tangan, sedangkan 14% menjawab tidak pernah.Hal ini membuktikan bahwa guru dalam menghukum siswa memilih bagian anggota badan yang tidak membahayakan siswa.
Tabel 4.20 Mengadakan evaluasi pendidikan gama islam dengan tes lisan saja Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
3
10%
setuju
6
20%
Tidak setuju
3
10%
Sangat tidak setuju
18
60%
30
100%
Jumlah
Dari tabel
di atas dapat diperoleh informasi bahwa 10% siswa
menjawab sanagat setuju, 20% siswa menjawab setuju, 10% siswa menjawab tidak setuju, dan 80% siswa menjawab sangat tidak setuju. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mereka sangat tidak setuju tes dialksankan dengan cara lisan saja. Ini dimungkinkan tidak semua siswa bisa percaya diri dalam tes satu persatu secara lisan. Mereka lebih senang dengan tes secara tertulis. Sasaran evaluasi adalah suatu kegiatan seorang guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
61
2.
Faktor yang mempengaruhi kreativitas Tabel 4.21 Menambah jam pelajaran untuk pendidikan agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
0
0%
setuju
1
3,3%
Tidak setuju
2
6,7%
Sangat tidak setuju
27
90%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui siswa menjawab sangat setuju yaitu sebanyak 0%, sebanyak 3,3% siswa menjawab setuju, 6,7% siswa tidak setuju, dan 90% siswa menjawab sangat tidak setuju. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi-reaksi siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti atau mengapresiasi terhadap guru yang memberikan jam tambahan kepada siswa sangat berpareasi tanggapannya, ini di mungkinkan karena mereka sudah lelah belajar di sekolah. Karena sekolah hanya 5 hari belajar efektif, jadi mereka pulangnya sore. Kalau di tambah lagi jam pelajaran banyak yang bilang sangat tidak setuju.
Tabel 4.22 Menambah sumber media pembelajaran sebagai daya tarik siswa Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
25
83,4%
setuju
4
13,3%
Tidak setuju
1
3,3%
Sangat tidak setuju
0
0%
30
100%
Jumlah
62
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sumber media pembelajaran dapat bermanfaat untuk mencapai sasaran belajar. Karena sumber belajara dapat di temukan dengan mudah baik berupa sarana prasarana maupun media cetak dan gambar. Hal ini dibuktikan dengan jawban para siswa yang menjawab sangat setuju.
Tabel 4.23 Saya suka memutar kaset/CD yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
12
40%
setuju
9
30%
Tidak setuju
5
16,7%
Sangat tidak setuju
4
13,3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kurang dari separuh dari siswa belum menggunakan fasilitas berupa kaset/CD untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, terbukti dengan jawaban responden yang menjawab sangat setuju hanya 40%, setuju 30%, tidak setuju 16,7% dan sanagat tidak setuju 13,3%.
Tabel 4.24 Mengadakan latihan tulisan indah/kaligrafi di sekolah Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
13
43,3%
Setuju
6
20%
Tidak setuju
8
26,7%
Sangat tidak setuju
3
10%
30
100%
Jumlah
63
Tabel di atas menunjukan bahwa rendahnya minat untuk mengikuti latihan tulisan indah/kaligrafi yang diadakan di sekolah, dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 43,3%, setuju 20%, tidak setuju 26,7% dan sangat tidak setuju 10%. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perlu perhatian guru agama untuk mengatasi masalh tersebut, diperlukan daya tarik supaya anak lebih banyak mengikuti latihan tersebut. .
Tabel 4.25 Mengajarkan pendidikan agama Islam di luar jam sekolah Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat setuju
3
10%
setuju
6
20%
Tidak setuju
3
10%
Sangat tidak setuju
18
60%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 10% siswa menjawab setuju, 20% tidak setuju, 60% siswa menjawab sangat tidak setuju. Banyaknya siswa yang menjawab sangat tidak setuju,
hal ini
disebabkan mereka sudah banyak kegiatan di luar jam sekolah sehingga susah untuk mengatur waktunya lagi. Tabel 4.26 Membiasakan tadarus bersama sebelum belajar dimulai Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
6
20%
Kadanag-kadang
18
60%
Jarang
3
10%
Tidak pernah
3
10%
30
100%
Jumlah
64
Dari tabel di atas dapat diketahui, sebanyak 20% siswa menjawab sering bertadarus sebelum memulai pelajaran, 60% siswa menjawab kadang-kadang, 10% siswa menjawab jarang, dan 10% siswa menjawab tidak pernah. Hal ini kemungkinan kurangnya pengawasan dari guru agama/guru kelas.
Tabel 4.27 Saya selalu hadir dalam mengikuti pelajaran Agama Islam Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
16
53,4%
Kadanag-kadang
10
33,3%
Jarang
4
13,3%
Tidak pernah
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui sebanyak 53,4% siswa selalu mengikuti, 33,3% siswa menjawab kadang-kadang mengikuti, sedangkan 13% siswa menjawab jarang jarang, tidak ada yang menjawab tidak pernah ikut mengikuti pelajaran agama islam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa selalu hadir dalam pelajaran agama Islam.
Tabel 4.28 Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islamdengan sungguhsungguh Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
18
60%
Kadanag-kadang
5
16,7%
Jarang
4
13,3%
Tidak pernah
3
10%
30
100%
Jumlah
65
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 60% siswa menjawab selalu mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam, sebanyak 16,7% kadang-kadang, 13,3% siswa menjawab jarang, dan 10% siswa menjawab tidak pernah. Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun ada yang tidak mengikuti pelajaran Pendidikan agama Islam dengan sungguhsungguh yang mengakibatkan kurang kondusifnya keadaan di kelas. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan metode yang tepat. Tabel 4.29 Senang membiasakan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
10
33,3%
Kadanag-kadang
16
53,4%
Jarang
4
13,3%
Tidak pernah
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa masih belum terbiasa mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru, dari 30 responden yang dijadikan sampel sebanyak 33,3% siswamenjawab selalu melakukannya, tidak seorang siswa pun menjawab tidak pernah melakukan, sedangkan 13,3% siswa menjawab jarang melakukan, dan 53,4 % siswa menjawab kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan perlunya pembiasaan dan pengawasan dari guru supaya para siswa biasa mengucapkan salam apabila ketemu dengan guru.
66
Tabel 4.30 Saya sering membaca al-Quran di waktu senggang Pilihan Jawaban
Frekwensi
Persentase
Selalu
12
40%
Kadanag-kadang
10
33,4%
Jarang
4
13,3%
Tidak pernah
4
13,3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lebih dari separuh siswa kelas III SD Islam Terpadu Meranti mempergunakan waktu luangnya untuk membaca al-Quran. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu 40%, kadang-kadang 33,4%, jarang 13,3% dan yang tidak pernah 13,3%. Para siswa masih menggunakan waktu luangya hanya untuk bermain atau untuk menonton TV. Dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak terlepas dari hambatan hambatan. Hal ini juga dirasakan oleh guru-guru Agaman Islam yang ada di SD Islam terpadu Meranti. Akan tetapi penghambat tersebut diusahakan tidak berpengaruh besar, karena perbaikan terus diusahakan oleh lemabaga ini. Dari hasil observasi, wawancara serta angket yang telah di lakukan maka saya mengambil kesimpulan yang mejadi hambatan kreativitas guru agama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam diantaraya yaitu : 1.
Latar belakang siswa Keadaan siswa yang bermacam-macam serta latar belakang siswa yang bermacam-macam pula sedikit mempengaruhi dalam proses belajar di kelas. Mereka kurang semangat dalam mengikuti pelajaran khususnya pendidikan agama islam.
67
2.
Kesadaran siswa untuk berdisiplin Tidak semua siswa memahami akan nilai-nilai yang terkandung dari kedisiplinan, sehingga mereka terkadang kurang disiplin dalam bersekolah maupun belajar. Padahal penegakan kedisiplinan di sekolah merupakan sutu bekal nantinya untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Karena kedisiplinan dari usia dini akan terus melekat dan berakar sampai mereka dewasa.
3.
Kemapuan daya tangkap belajar siswa Keberadaan anak-anak yang memiliki daya tangkap terhadap materi yang kurang dari yang lain akan menjadikan kendala tersendiri, dimana mungkin ketertinggalan akan terjadi dalam memahami materi. Karena pada dasarnya tidak semua anak memiliki kecerdasan pada semua mata pelajaran yang ada.
4.
Pihak guru yang terkadang kurang tanggungjawab Selain adanya kelemahan yang ada pada peserta didik, faktor lain yang terkadang menghambat kreativitas guru agama dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam terpadu Meranti adalah sikap guru yang terkadang kurang tanggungjawab terhadap tugas-tugasnya sebagai pendidik atau seorang guru, yang hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan serta kontrol yang baik dari berbagai pihak.
5.
Arus Informasi yang Semakin Bebas. Kemajuan informasi yang begitu cepat akan mengakibatkan timbulnya kendala tersendiri, dimana ketika siswa diberikan contoh yang baik tentang nilai-nilai mulia, terkadang mereka lupa ketika sudah mengakses Internet, memiliki Handphone, menyaksikan tayangan televisi semakin semarak dengan acara-acara yang kurang mendidik yang tidak sepantasnya mereka pertontontonkan, dan lain sebagainya. Faktor penghambat dan pendukung akan semakin kompleks sejalan
dengan arus globalisasi dan perkembangan zaman. Akan tetapi usaha perbaikan dan pembenahan akan selalu dilakukan guna menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas sehingga mampu bersaing secara ketat dengan
68
Negara-negara luar yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara Indonisia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Setiap guru mempunyai kreativitas masing-masing dalam mengelola pembelajaran walau pun ada kesamaan dalam metode pengajarannya. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam.
Setiap
guru
diharuskan
terus
berupaya
meningkatkan
kreativitasnya baik dari penggunaan metode pembelajaran, pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada serta menggunakan media yang tepat untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden dari angket yang peneliti bagikan (tabel 4.7, s.d 4.16). 2. Upaya peningkatan kretaivitas guru di Sekolah Dasar Islam terpadu Meranti dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mengikut sertakan guru dalam kegiatan seminar, penyetaraan pendidikan minimal S1, mengadakan pelatihan komputer bagi guru-guru yang belum menguasai penggunaannya dan mengadakan rapat pembinaan sebulan sekali dan sebagainya. Upaya tersebut diharapkan supaya para guru berkembang kreativitasnya sehingga dalam kegiatan belajar mengajar tidak terpaku hanya satu metode saja yaitu ceramah tapi bisa menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
69
70
Yang dampaknya siswa akan lebih senang dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran agama Islam. 3. Faktor pendukung dan penghambat kualitas pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti, yaitu : a. Faktor pendukung -
Kegiatan sekolah berkarakter baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
-
Lingkungan sekolah yang kondusif
-
Sarana prasarana yang memadai
-
Guru yang kompeten
b. Faktor penghambat -
Latar belakang sifat, dan karakter siswa
-
Kemampuan siswa dalam menangkap materi yang tidak sama
-
Kedisiplin siswa
-
Guru yang terkadang kurang tanggungjawab
-
Arus alat komunikasi dan informasi yang semakin canggih
Namun dengan demikian bisa dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti memenuhi apa yang telah diharapkan. Yaitu dengan meeningkatanya kualitas guru, penggunaan berbagai metode, sarana dan prasara, serta peningkatan kualitas pendidikan agama Islam.
71
B.
Saran Dari kesimpulan diatas penulis sarankan yang mudah-mudahan menjadi masukan bagi pengelola Sekolah Dasar Islam terpadu Meranti Kususnya, dan kepada Yayasan masjid meranti umumnya sebagai berikut : 1. Bagi seorang guru khususnya guru Agama Islam hendaknya terus berupaya meningkatkan kreativitasnya supaya meningkat juga kualitas pendidikan agama Islam. 2. Kepala sekolah terus menbina serta membimbing para gurunya, supaya tercipta guru yang kreatif dan berkualitas. 3. Guru yang kreatif dapat meminimalisir masalah-masalah yang timbul dalam kegaiatan belajar mengajar. Sehingga siswa kembali kondusif dalam mengikuti pelajaran, khususnya pelajaran agama islam. 4. Orang tua siswa hendaknya terus memberikan dorongan dan contoh yang baik dalam belajar, serta kerja sama yang baik dengan gurugurunya agar siswa tersebut mampu mengamalkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar, meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010, Cet. I Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. 13 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemaahnya, Bandung: Diponogoro. Departemen Agama RI, Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. 4. Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Jakarta: Quantum Teaching, 2006, cet. 1 Jumhur dan Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Jakarta: Rajawali Press, 2001 Margono, S., Metode Penelitian Kependidikan : Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, Cet. 6 Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Yusuf, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, Cet. Ke-1 Nata, Abudin, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid,Studi Pemikiran Tasawuf Al Ghazali, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2001, cet. 1. Racmawati, Yeni dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1 Rozak, Abd., Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undangan dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: PITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1. Rostiyah, N. K., Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982 Ruseffendi, Dasar-dasar Penelitian Pendidikan eksaktaLainnya, Bandung: Tarsito 2005
&
bimbingan
Non-
Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2011, cet. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kependidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010, cet. 11 Sutadipura, Balnadi, Aneka Problem Keguruan, Bandung: Angkasa, 1985. Zuhairini dkk, Filsapat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Yayasan Masjid lAeranti 5 ["
H{} L.4 Fl' ffi ;{.$.& Ft
$
I[ 9...q b$'tr K ${.X},4 $}€
]
.${
${A
&$
\
-$
SURAT KETERAI{GAII No "
: o o/ ISDIT/P. I6/Yb&4-XaI NI/2013 I
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Handhi Sugizarto, S. Pd. MM.
Jabatan
. Kepala Sekolah
Menerangkan dengen sebenarnya bahwa
NIM Judul
. :
:
Asep 80901rc00231
Skripsi : Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Penididkan Agama Islam di Sekolah l)asar Islam Terpadu Meranti. Nama tersebut di atas telah melaksanakan penelitian dan observasi skripsi dari tanggal
6 Mei s.d 8 Juni 2013
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakart4 8 Juni 2013
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
No
: : : :
Asep 809011000237 Pendidikan Agama Islam Kreativas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat
Judul dan Halaman Buku/ Referensi BAB I
1.
Yeni Racmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, hal. 3
2.
Abd. Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi UndangUndang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1 h. 6
BAB II 1
Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010), Cet. 1, h. Iii
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoneia, ed. 3, (Jakarta: Balai Putaka, 2007), cet. 4, h. 599
3
Balnadi Sutadipura, Aneka Problem Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1985), h. 102
4
Agung, op. cit.., h. 4
5
Agung, op. cit., h. 4-5
6
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 377
Paraf Pembimbing
No
Judul dan Halaman Buku/ Referensi
7
Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2001) Cet. 1, h. 41.
8
Ibid, hal 41-42
9
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang di Sempurnakan), Jilid I, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2010) h. 228-229
10
Nata, op. Cit., h. 42.
11
Ibid., h. 159.
12
Departemen Pendidikan RI, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006) h. 6-8
13
Kementrian Agama Ri, op. cit, jilid I., h. 458-459
14
Ibid., Jilid IX., h. 542
15
Ibid., Jilid V., h. 269
16
Ibid., jilid I., h. 286
17
Ibid., Jilid X., h. 737
18
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-1, hlm. 94-95.
19
Kementrian Agama RI, op. cit., Jilid I, h. 91-92
20
Ibid, jilid X, h. 108
21
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, Ed 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 19, h. 143-144
22
Agung, op. cit. h. 23-24.
Paraf Pembimbing
No
Judul dan Halaman Buku/ Referensi
23
Ibid. h. 24
24
Ibid., hal. 25
25
Jumhur dan surya, bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (Jakarta ; Rajawali Press, 2001), h. 115
26
Ibid., hal 116
27
Rostiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta ; Bina Aksara, 1982), hal 65
28
Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta ; Bumi Aksara), h. 84
29
Roestiyah, op. cit., h. 67
BAB III 1
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Quantum Teaching, 2006), Cet. 1, h. 2
2
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 6, h. 8
3
Ruseffendi, Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 33
4
Margono, op.cit., H. 36
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 117
6
Ibid.
7
Ibid, h. 118
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet.
Paraf Pembimbing
No
Judul dan Halaman Buku/ Referensi
Paraf Pembimbing
13 9
Margono, op.cit., h 158
10
Ibid.
11
Ibid. h. 165
12
Hadeli, op. cit. h. 84
13
Ibid., h. 181
Pembimbing
Drs. Rusdi Jamil, M.Ag NIP: 196212311995031005
Lampiran I
PEDOMAN PENELITIAN A.
Pedoman Observasi 1. Kondisi fisik
: Gedung, ruang kelas dan sarana prasarana.
2. Kondisi non fisik
: Metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.
B.
Pedoman Komunikasi Untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka peneliti mengadakan komunikasi kepada responden baik langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung yaitu dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah, perwakilan guru agama dan wakil kepala SD Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan sebagai berikut : 1.
Bagaimana sejarah berdirinya SD Islam Terpadu Meranti ?
2.
Apa Visi, Misi serta Tujuan didirikannya SD Islam Terpadu Meranti ?
3.
Berapa jumlah peserta didik di SD Islam Terpadu Meranti ?
4.
Berapa orang tenaga pendidik yang ada di SD Islam Terpadu Meranti ?
5.
Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki SD Islam Terpadu Meranti?
6.
Bagaimana
kurikulum
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? 7.
Bagaimana kreativitas guru agama di SD Islam Terpadu Meranti ?
8.
Apa saja bentuk kreativitas guru di SD Islam Terpadu Meranti ?
9.
Apa
saja
upaya
yang
dilakukan
guru
dalam
meningkatkan
kreativitasnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SD Islam Terpadu Meranti ?
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan kreativitas guru di SD Islam Terpadu Meranti ? 11. Metode pembelajaran apakah yang digunakan dalam pelajaran agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? 12. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? 13. Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, bentuk evaluasi apa yang digunakan di SD Islam Terpadu Meranti ? Komunikasi tidak langsung yaitu dengan membagikan angket kepada responden sebagai data penunjang. Angket yang peneliti ajukan sebagai berikut :
Nama : ......................................................... Kelas : ......................................................... Petunjuk Pengisian 1. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban A, B, C dan D yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 2. Apapun jawaban anda tidak mempengaruhi nilai raport dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan sekolah ini 3. Jawaban anda terjamin kerahasiaannya 4. Bacalah Bismillah sebelum mengisi. Pertanyaan-pertanyaan 1.
Pelajaran Agama Islam ternyata bukan mata pelajaran yang sulit, apakah anda senang mengikuti pelajaran Agama Islam? a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang
2.
Dalam pelajaran Agama Islam ada materi yang saya tidak mengerti, apakah anda tidak putus asa? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
3.
Apakah anda cepat lelah ketika mengikuti pelajaran Agama Islam? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
4.
Saya senang mengerjakan soal-soal latihan agama Islam: a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5.
Jika saya rajin belajar dan memahami pelajaran agama Islam pasti saya mendapat nilai ulangan yang bagus. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6.
Apakah anda setuju apabila diadakan perlombaan PAI pada peringatan Hari Besar Islam? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7.
Apakah guru agama Islam selalu menggunakan berbagai metode saat proses belajar mengajar? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
8.
Pernahkah Guru menggunakan teknologi dan informasi ketika menyampaikan materi? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
9.
Memutarkan film para nabi ketika pembahasan sejarah para nabi. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
10. Apabila ada siswa yang mendapat niali bagus, apakah guru suka memberi reword? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 11. Setujukah anda bahwa Guru agama sangat menguasai materi pelajaran agama Islam? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
12. Bagaimana pendapatmu, bila guru-guru berusaha melengkapai bukubuku agama islam? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Apakah guru agama suka mengadakan ulangan harian tiap bulan? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah 14. Pabila guru menggunkan berbagai sumber media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, bagaimana menurutmu? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 15. Setiap
menyampaikan
materi
pelajaran
apakah
guru
selalu
menggunakan Audio Visual? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 16. Dengan menggunkan media yang murah, guru mengajak siswa belajar membuat gambar/tulisan arab indah. a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sanagat tidak setuju
17. Seutjukah anda bila sekolah mengadakan bimbinngan kepada guru agama kamu untuk lebih meningkatkan kwalitas mengajar agama ? a. sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Guru menyediakan kurikulum untuk pelajaran Agama Islam a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19. Guru melengkapi buku-buku buat penunjang pelajaran Agama Islam. a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20. Apakah anda setuju jika tes dilakukan secara lisan? a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 21. Setujukah jika menambah jam pelajaran Agama Islam? a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 22. Bagaimana
pendapatmu
pembelajaran? a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju
bila
guru
menanbah
sumber
media
d. Sangat tidak setuju 23. Guru memutar CD/kaset pembelajaran agama islam... a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Apakah kamu setuju guru mengadakan latihan kaligrafi? a. Sangat setuju b. setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 25. Setujukah jika menambah jam pelajaran pendidikan agama Islam di luar jam Sekolah? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 26. Apakah anda melakukan tadarus bersama sebelum memulai pelajaran ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 27. Apakah anda selalu hadir mengikuti pelajaran agama Islam? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 28. Apakah anda selalu sungguh-sungguh mengikuti pelajaran agama Islam? a. Selalu b. Kadang-kadang
c. Jarang d. Tidak pernah 29. Apakah anda selalu mengucapkan salam jika ketemu guru? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 30. Apakah anda membaca al-Quran di waktu senggang di rumah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
C.
Pedoman Dokumentasi 1.
Sejarah berdirinya SD Islam Terpadu Meranti.
2.
Visi, Misi dan tujuan berdirinya SD Islam Terpadu Meranti.
3.
Struktur lembaga SD Islam Terpadu Meranti.
4.
Fasilitas dan sarana prasarana SD Islam Terpadu Meranti.
5.
Kondisi guru dan karyawan SD Islam Terpadu Meranti.
6.
Program extrakurikuler SD Islam Terpadu Meranti.
7.
Prestasi yang telah diraih SD Islam Terpadu Meranti.
Lampiran II
Data Sekolah
1
Nama Sekolah
Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti
2
Alamat
Jl. Kalibaru timur V No. 13-15
3
Kelurahan
Bungur
4
Kecamatan
Senen
5
Kota
Jakarta Pusat
6
Provinsi
DKI Jakarta
7
No. Telephone
021-42876532
8
NSS
104016004982
9
NIS
100430
10
Jenjang Akreditasi
A
11
SK.BAS
No.11/BAS-DIKNAS/XII/2004
12
Tahun didirikan
1981
13
Luas Tanah
875 M2
14
Luas Bangunan
728 M2
Lampiran III
Keadaan Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti
No
Kelas
1
IA
2
Laki-
Perempuan
Jumlah
16
15
31
IB
18
11
29
3
II A
15
12
27
4
II B
13
11
24
5
III A
14
13
27
6
III B
9
18
27
7
IV A
12
13
25
8
IV A
12
13
25
9
VA
9
14
23
10
VB
10
12
22
11
VC
9
11
20
12
VI A
14
12
26
13
VI B
20
10
30
179
168
347
Jumlah
laki
Lampiran IV
Keadaan Guru /Karyawan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti No.
Nama
Ijazah
Jabatan
L/P L
1.
Handhi Sugizarto, S.Pd. MM.
S2
2.
Karnadi, S.Pd.
S1
3.
Nirzayenti, S. Pd.
S1
Kepsek Wa Ka/Gr Kls VI A Gr. Kls V B
4.
Aceng Subrata, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
5.
H. Wagimin, BA
D III
Gr. Kls III B
L
6.
Drs. Raswad
S1
Gr. Orkes
L
7.
Nurasiah, S.Pd
S1
Gr.Kls II B
P
8.
Dea Siti Shodiqoh, S. Pd.
S1
Guru BK
P
9.
Dra. Hj. Hasanah Ali, MM
S2
Guru Agama
P
10.
Asep A. Yani, S. Pd.I.
S1
Gr.Kls IV B
L
11.
Ardiansyah, A.Ma.Pd.
D II
Gr.Kls V C
L
12.
Dessy Husniarsih,S.Pd
S1
Gr.Kls VI B
P
13.
Dra. Hanifah
S1
Gr.Agama
P
14.
Sujiyati, S.Pd.
S1
Gr. Kls I B
P
15.
Drs. Suherman
S1
Gr. B.Inggeris
L
16.
A. Abdullah, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
17.
Sri Patimah,S.Pd.I
S1
Gr.Agama
P
18.
Lilia Lusiana, S. Pd.I.
S1
Gr. Kls II A
P
19.
Hj.Maryam,S.Ag
S1
Gr.Agama
P
20.
Achmadi, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
21.
Asep Muktafi
SMA
Guru TIK
L
22.
M.Rani Rachfani, S. Kom.
S1
Gr.Kls IV A
L
23.
Eka Wahyuni, S. Pd.
S1
Gr. Kls V B
P
24.
Komariah
DI
Gr. Kls I A
P
25.
Nurul Qotrunnada,S.Pd.I
S1
P
26.
Jasman Budi Santoso, S. Pd.
S1
Gr. Kls III A Operator Sekolah
L P
L
No.
Nama
Ijazah
Jabatan
L/P
Guru TIK
L
27.
Harto
28.
Siti Khodijah
SMA
TU
P
29.
M. Arif
SMA
Penjaga Sekolah
L
30.
Sadame
SD
Penjaga Sekolah
L
Lampiran V
Status Guru dan Karyawan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti No
Status Guru
Status Karyawan
Jumlah
GTY
GTTY
PTY
PTTY
1
20
5
3
-
28
Jml
20
5
3
-
28
Lampiran VI
Sarana dan Prasarana
No.
Sarana dan Prasana
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang Belajar
13
Baik
2.
Ruang perpustakaan
1
Baik
3.
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
4.
Ruang Guru
1
Baik
5.
Ruang Tata Usaha
1
Baik
6.
Masjid Jami’
1
Baik
7.
Ruang UKS
1
Baik
8.
Ruang PMR
1
Baik
9.
Kantin
1
Baik
10.
Ruang Komputer
1
Baik
11.
Ruang Audio Visual
1
Baik
12.
Koperasi Sekolah
1
Baik
13.
WC Siswa Laki-laki
2
Baik
14.
WC Guru Laki-laki
2
Baik
15.
WC Siswa Perempuan
3
Baik
16.
WC Guru Perempuan
2
Baik
1
Baik
17.
Halaman Sekolah/Lapangan Olah Raga
Lampiran VII
Bagan Organisasi SDIT Meranti
Yayasan/ Bidang Pendidikan
KEPAKA SEKOLAH
Komite Sekolah
Tata Usaha WAKIL KEPSEK
Guru Kls. I A
Guru Kls. I B
Guru Kls. II A
Guru Kls. II B
Guru Kls. III A
Guru Kls. III B
Guru Kls. IV A
Guru Kls. IV B
Guru Kls. V A
Guru Kls. V B
Guru Kls. V C
Guru Kls. VI A
Guru Kls. VI B
Guru PAI Kls I
Guru PAI Kls. II
Guru PAI Kls. III
Guru PAI Kls. IV
Guru PAI Kls. VI
Guru B. Ing.
Guru Penjaskes
Guru TIK
Penjaga Sekolah/Kebersihan
Siswa-siswi
Lampiran VIII
HASIL WAWANCARA
1.
Bagaimana sejarah berdirinya SD Islam Terpadu Meranti ? Jawaban : SD Isam Terpadu Meranti didirikan pada tanggal 24 Desember 1972 di bawah naungan Yayasan Masjid Meranti. Kepala sekolah yang pertama adalah Dra. Hasanah Ali, dan sekarang di pimpin oleh Handi Sugizarto, S. Pd. MM.
2.
Apa Visi, Misi serta Tujuan didirikannya SD Islam Terpadu Meranti ? Visi : Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ berwawasan rahmatan lil ‘alamin. Misi : 1) Membangun dan menciptakan kultur sekolah yang berlandasakan pada nilai Islam 2) Melaksanakan sistem kegiatan belajar mengajar dan pendalaman materi secara efektiv dan berkelanjutan. 3) Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa untuk mencapai kompetensi yang optimal dan berimbang. 4) Mengondisikan siswa untuk selalu hidup sehat secara jasmani dan rohani, serta berwawasan lingkungan. 5) Membangun karakter siswa melalui proses pembelajaran intra, ekstra, dan ko kurikuler dalam perspektif kebangsaan Indonesia.
3.
Berapa jumlah peserta didik di SD Islam Terpadu Meranti ? Peserta didik SD Islam Terpadu Meranti berjumlah 347 Siswa.
4.
Berapa orang tenaga pendidik yang ada di SD Islam Terpadu Meranti ? Tenaga Pendidik di SD Islam Terpadu Meranti berjumlah 25 orang.
5.
Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki SD Islam Terpadu Meranti ? Sara dan Prasarana yang ada :
6.
-
Masjid
-
Ruang kelas Ful AC
-
Lapangan/Halaman
-
Ruang Komputer
-
Ruang Kesenian
-
Kantin
-
Toilet
-
Dll.
Bagaimana kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? Kurikulum yang digunkanan adalah kurikulum diknas yaitu KTSP dan Kurikulum Kemenag yaitu kurikulum Madrasah Ibtidaiyah.
7.
Bagaimana kreativitas guru agama di SD Islam Terpadu Meranti ? Guru-guru secara keseluruhan sangat kreatif dalam mengajar.
8.
Apa saja bentuk kreativitas guru di SD Islam Terpadu Meranti ? Guru-guru selalu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas pada saat itu serta materi yang akan diajarkan tercipta suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
9.
Apa saja upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitasnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SD Islam Terpadu Meranti ? Dalam
meningkatkan
kreativitasnya
guru
mengikuti
seminar
yang
dilaksanakan oleh diknas ataupun kemenag. Serta mencari sumber materi yang relepan baik itu dari sumber buku lain ataupun dari media internet. 10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan kreativitas guru di SD Islam Terpadu Meranti ? Faktor pendukung : -
Kegiatan sekolah yang sangat mendukung
-
Lingkungan sekolah yang kondusif
-
Sarana dan prasarana yang memadai
Faktor penghambat : -
Kemampuan yang tidak sama
-
Kedisiplinan siswa
-
Sifat dan karakter siswa
-
Arus alat komunikasi dan informasi yang semakin canggih
11. Metode pembelajaran apakah yang digunakan dalam pelajaran agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? Guru-guru menggunakan metode yang bervariatif, disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Seperti metode ceramah, praktek. 12. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam Terpadu Meranti ? Proses belajar mengajar di dalam kelas sangat tergantung metode yang dipakai oleh guru tersebut. Guru yang kreatif dalam menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan maka akan menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. 13. Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, bentuk evaluasi apa yang digunakan di SD Islam Terpadu Meranti ? Dalam mengetahui keberhasilan peserta didik, guru di wajibkan mengadakan evaluasi dengan tes tulis ataupun praktek.
HASIL KUISIONER Responden
1 A
B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1
∑
16 10
2 C
D
A
B
3 C
D
A
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1
1 4
0
0
3
4
23
0
3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
6
B
1 1
1
1 1 1 1 1 1
6
2
0
27
1 1 1 1 1
C
1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
4
2
22
D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 23
B
1
1
1
0
A 1 1
1
1 1 1 1
1
D
1
1
2
8 C
1
1 1
1 1 1
B
1 1
1
1 1
A 1 1
1
1 1 1 1 1
1
D
1
1
1 1 1 1
7 C
1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
21 22
6 A
1 1
1 1 1 1
1
1
D
1 1 1 1 1
1
1
C
1 1
1
1
B
1 1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1
1
1 1
A
1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
D
1
1 1
1
B
Nomor Item 5 A B C D
6
2
0
27
2
0
1
Responden
9 A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1
∑
19
B
10 C
D
A
B
11 C
D
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 1
1
1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
3
C
D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6
3
28
B
14 C
1
1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1
3
20
1 1 2
2
18
1 1 1 1
1
1
8
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1
1
1 1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 1
1
1
1
1 1 1
1
D
1
1
1 1
1 1
C
1 1
1
1
B
1
1
1
A
1
1 1
D
1
1
18
15 C
1
1
0
B 1
1
1
A 1
1 1 1 1
1
D
1 1
1 1 1 1
1 1
13 A
1
1
1 20
B
1 1 1 1 1
1 7
A
Nomor Item 12 A B C D
5
4
1 1 1 1 1 1 1 1
6
2
2
21
5
1
2
Responden
16 A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1
∑
25
B
17 C
D
B
18 C
D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5
A
0
0
30
A
B
C
D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0
0
27
2
0
1
Nomor Item 19 A B C D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
20 A
B
21 C
D
A
B
22 C
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
6
1
1 1 1 1 1 1 1
1
0
1 1 1
1
0
A
1
1
0
D
3
18
0
1
2
27
B
C
D
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
4
1
0
Nomor Item Responden
23 A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
B
24 C
D
1 1
A
B
25 C
1
A
B
26 C
1 1
1
1 1
1 1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1 1 1 1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
4
13
1
1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
6
8
3
3
6
3
18
6
18
1 1 1
16
10
0
18
1 1 1 1 1
1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1 1
1 1 1 1
1 1
1
1 1 1
1 1 1
1 1 4
1
1
1 1 1
3
1
1 1 1
1
3
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1 5
4
3
10
D
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1
C
1 1
1
1 1
1
1
5
1 1
1 1 9
1 1 1 1
B
1
1 1
A 1
1 1
1 1 1
1
1
1 1 1 1
1
1
D
1 1
1 1
1
30 C
1
1 1
1 1
1 1
B
1
1
1
A 1 1
1 1
1
1
D
1
1
1
29 C
1
1
1
1
B
1
1
1
1
A
1 1
1 1 1 1
1 1 1
1
D
1
1 1 1
28 C
1
1
1
1
B
1
1
1
1
A
1 1 1 1
1
D
1 1 1
1
1
27 C
1
1
1
B 1 1 1
1
1 1
A
1
1
1
D
1 1
1
12
D
16
1 1 4
0
12
10
4
4
PROFIL SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU MERANTI
FOTO KEGIATAN SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU MERAN