KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG
Evawani Elisa Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP- UHAMKA
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Metode penelitian ialah menggunakan metode eksperimen dengan teknik korelasional. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mencari data yang faktual. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug tahun ajaran 2012-2013 yang jumlahnya 120 siswa. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini ada (n) 30 siswa dengan menggunakan teknik Sampel Random Sampling. Instrumen penelitian ini berupa tes penguasaan struktur kalimat untuk mengukur kemampuan siswa. Kemudian dilakukan tes kemampuan mengarang narasi yang judulnya “Pengalaman Masa Orientasi Siswa”. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Kata Kunci: Struktur kalimat, mengarang narasi.
1
PENDAHULUAN Komunikasi dengan bahasa pada dasarnya merupakan rangkaian kalimat-kalimat yang diujarkan atau dituliskan oleh pembicara atau penulis dalam suatu konteks. Kalimat-kalimat itu harus dapat dipahami bersama antara pembicara dengan pendengar agar komunikasi berjalan lancar. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang dibuat haruslah kalimat yang baik dan benar. Untuk membuat kalimat-kalimat yang baik dan benar itu tidak mudah, oleh karena itu diperlukan penguasaan tentang kalimat. Salah satu di antaranya adalah penguasaan struktur kalimat. Dengan penguasaan struktur kalimat itu diharapkan dapat merangkai kata-kata atau kelompok kata menjadi satu kesatuan yang bermakna yaitu kalimat. Pengajaran struktur kalimat ini lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat teori. Siswa lebih banyak dijejali dengan seperangkat pengetahuan struktur kalimat yang bersifat hafalan. Padahal ini belum sesuai dengan perkembangan berpikirnya. Sebagai akibatnya mereka kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia dengan baik, sehingga merupakan kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran kalimat yang akan berpengaruh dalam membuat karangan narasi. Dalam membuat sebuah karangan yang benar, struktur kalimat sangat berperan penting di dalamnya agar ide yang kita tuangkan ke dalam bahasa tulis tersebut susunannya benar sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.
2
Bahasa memegang peranan penting dalam dalam kehidupan kita. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan informasi, menuangkan pikiran, perasaan, dan gagasan seseorang kepada orang lain. Sebagai alat untuk menuangkan pikiran dan perasaan, bahasa merupakan hasil segala sesuatu yang diolah dalam otak kita, yang dilahirkan dalam wujud kata-kata sehingga membentuk kalimat. Sesuatu yang ada dalam otak kita itu baru dapat bermakna apabila diwujudkan dengan bahasa, dengan kata-kata yang tersusun baik, maka orang yang akan menyimak dapat menerima dan sekaligus dapat memberikan tanggapan. Bahasa dan pikiran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jika pikiran dalam otak kita teratur maka bahasa yang dihasilkannya akan teratur. Akan tetapi, jika kita membaca bahasa yang berwujud tulisan yang dihasilkan seseorang itu bahasanya tidak teratur, maka kita dapat berasumsi bahwa alur pikiran penulisnya tidak teratur dan ketika dituangkan ke dalam bahasa tulis terjadi masalah yaitu kesalahan pada penggunaan atau pemakaian struktur kalimat. Dalam hal ini (Arifin, 1995: 78) “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!)”. Jadi, kalimat itu harus selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya yang pada umumnya terdiri atas kata-kata harus menempati posisi yang jelas dalam hubungannya satu sama lain. Kata-kata itu mesti 3
diurutkan menurut aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Dari keadaan lapangan dalam proses pembelajaran mengarang narasi terdapat faktor guru yang menjadi kendala pula untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu guru kurang mampu menjabarkan tujuan, kurang melatih siswa, tidak mampu memberi, menggali motivasi dan potensi yang ada serta tidak sabar menghadapi siswa yang mempunyai bakat dan minat yang berbeda-beda, juga siswa yang malas membaca, tidak mau berlatih, tidak mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan cepat jenuh. Dengan kata lain siswa kurang memiliki kemampuan mengarang. “ Mengarang berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik yang mengena pada pembaca”. (Caraka, 1993: 7 ). Pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia yang diberikan di sekolah mempunyai tujuan utama yaitu, melatih siswa agar terampil berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, latihan berbahasa Indonesia menjadi sangat penting diberikan kepada anak didik di sekolah. Di dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan berbahasa yang saling berhubungan yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Untuk mewujudkan keterampilan menulis seperti yang diharapkan para pendidik, realisasinya diwujudkan dan dilaksanakan di sekolah-sekolah melalui belajar keterampilan berbahasa yang dalam hal ini penulis hanya meneliti tentang 4
pelajaran mengarang. Untuk membantu upaya para siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan serta ide-idenya secara tertulis, para siswa harus memiliki jumlah pengetahuan kebahasaan yang memadai. Melalui kegiatan menulis, siswa dilatih untuk berpikir kritis, siswa tidak hanya menyerap informasi yang diberikan guru tetapi juga dituntut untuk mampu menghasilkan informasi atau menuangkan ide, gagasan, dan pikirannya ke dalam bentuk tulisan yang berupa karangan. Dalam penelitian ini, penulis menekankan pada penggunaan struktur kalimat pada karangan narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan serta memberikan pengalaman estetis yang dilihatnya kemudian dituangkan dalam kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan pola struktur kalimat bahasa Indonesia yang benar. Alasan itulah yang mendorong penulis ingin meneliti penguasaan struktur kalimat dalam karangan narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. KAJIAN TEORI Penguasaan secara umum dapat diartikan sebagai perbuatan menguasai sesuatu dalam hal ini struktur kalimat. Penguasaan materi adalah suatu keadaan di mana seseorang belajar mampu menunjukkan tingkah laku perbuatan sebagai hasil dan tujuan yang akan dicapai. Santoso (1998: 47) memberikan tekanan pada proses berpikir dalam penguasaan ilmu pengetahuan, lebih lanjut ia berpendapat bahwa Ilmu pengetahuan 5
baru dapat dikuasai dengan memuaskan, kalau proses berpikir telah terlatih sampai memiliki sifat teliti, teratur, dan tepat. Tingkat berpikir yang demikian itu secara mutlak menuntut penguasaan bahasa dengan baik pula. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penguasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu menunjukkan tingkah laku perbuatan melalui proses berpikir yang terlatih, teliti, teratur mengenai suatu hal. Kalimat merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan . Kalimat itu mungkin terdiri dari satu kata atau juga mungkin lebih, bahwa sederet atau sebuah kata merupakan kalimat, dapat dikenal dari lagu atau intonasinya bila diucapkan, dan dari tanda baca atau pungtuasinya bila dituliskan. Bertalian dengan ilmu kalimat bahasa Indonesia, umum telah mengetahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa definisi kalimat. Kalimat itu ialah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu susunan pikiran yang lengkap, sehingga komunikasi antara orang-orang yang mengucapkan atau menuliskan kalimat itu terjadi dengan orang-orang yang mendengar atau membacanya (Takdir Alisjahbana, 1983: 71). Rangkaian unsur-unsur bahasa itu tersusun dalam kalimat yang bermakna dan dapat berfungsi untuk menyatakan diri, pendukung pikiran, maksud dan perasaan pemakai bahasa. Istilah lain kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap ( Abdul Chaer, 2006: 327). Kalimat terdiri dari S, P, O, Pel, dan Ket. Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan disebut istilah subjek, unsur atau bagian yang menjadi 6
“komentar” tentang subjek disebut dengan predikat dan unsur yang merupakan pelengkap dari predikat disebut objek. Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam sebuah kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Dari segi bentuknya dapat berwujud kata, frase maupun klausa (Abdul Chaer, Op.Cit. 327). Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur kalimat adalah susunan satuan-satuan bahasa menurut sistem tertentu yang tersusun dalam kalimat yang bermakna dan dapat berfungsi untuk menuangkan segala gagasan pemakai bahasa, kalimat harus memiliki kesatuan bentuk sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Dengan kelengkapan unsur S, P, O, dan K dalam sebuah kalimat maka kalimat yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik sebagai informasi yang jelas. Sebuah kalimat minimal terdiri atas subjek atau predikat, dan ada juga yang memerlukan objek dan dan keterangan. Dalam pembicaraan, adakalnya kita tinggalkan subjek atau predikat jika situasinya sudah diketahui. Dalam mengarang kita harus menggunakan kalimat yang lengkap minimal bersubjek dan berpredikat. Adakalnya kita terkecoh oleh serangkaian kata-kata yang panjang dan kita anggap sebagai kalimat, tetapi setelah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh ternyata kita menemukan keraguan-keraguan yang tidak dapat dijelaskan oleh rangkaian kata itu. Dalam struktur kalimat, terdapat pula fungsinya seperti S, P, O, dan K yang disebut juga sebagai struktur gramatikal dan merupakan tulang punggung sebuah 7
kalimat. Untuk mengenal istilah S, P, O, dan K bukan semata-mata untuk menganalisis atau menguraikan kalimat atau unsur-unsurnya itu melainkan untuk mengecek apakah kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa atau tidak karena kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Dalam kehidupannya, manusia diberikan beberapa kelebihan oleh Tuhan, karena manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk yang lain. Di antara kelebihan itu manusia pun diberikan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan menulis merupakan sebuah frasa yang berasal dari dua kata yakni kemampuan dan menulis, kedua kata tersebut jelas memiliki makna tersendiri tanpa ada kaitan sama sekali. Akan tetapi ketika dua kata tersebut menjadi satu kesatuan maka menimbulkan arti yang saling berhubungan dan berkaitan. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan “bakat” memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan dating ( Conny Semiawan, 1987: 1). Suatu kemampuan tidak datang secara otomatis, khususnya mengarang narasi, akan tetapi memerlukan suatu proses pelatihan yang berwujud kegiatankegiatan berbahasa dalam upaya membentuk keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Bahasa diperlukan untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang 8
lain, dari penulis kepada pembaca. Sehubungan dengan hal ini, Sudiati berpendapat bahwa, “kemampuan menggunakan bahasa yang sesuai, selaras, dan serasi dengan faktor-faktor situasi” ( Sudiati, 1996: 21). Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan adalah suatu usaha untuk bertindak atau perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang sanggup melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, suatu kemampuan yang optimal hanya dapat diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan (usaha) yang benarbenar terarah dan teratur. Karangan merupakan suatu bentuk uraian atau paparan yang dengan sendirinya merupakan hasil rancangan pembicara atau penulisnya dengan suatu kegunaan tertentu yang disesuaikan dengan rancangan bentuk tersebut. Karangan juga merupakan buah pikiran atau hasil karya seseorang yang dirangkai antara kata dengan kata, kalimat dengan kalimat dan menjadikannya sebuah wacana yang utuh. Dari wacana tersebut dapat dilihat pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca dapat menangkap pesan tersebut. Pada
waktu
mengarang
itu,
terjadi
usaha
mencoba,
mengubah,
menghilangkan, menambah, memperbaiki, dan menyusun kembali karena kegiatan tersebut memerlukan waktu apalagi bagi pemula. Ada banyak jenis karangan tersebut yaitu karangan narasi, deskripsi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi, dan yang akan penulis kemukakan disini yaitu mengenai karangan narasi. Gorys Keraf (1994: 36) mengatakan bahwa narasi atau cerita adalah serangkaian kejadian atau peristiwa yang biasa disusun menurut urutan waktu. Peristiwa itu 9
boleh yang benar-benar terjadi atau hanya khayalan. Semua bentuk karangan prosa, seperti dongeng, hikayat, biografi, roman, novel, kisah, begitu pula drama dapat kita masukkan ke dalam golongan cerita.
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi, jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur, jadi narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Tujuan narasi bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Kejadian boleh berupa sesuatu yang dikhayalkan oleh penulis dan dihidupkan dalam alam fantasi yang sama sekali jauh dari realita kehidupan ( Nursito, 1999: 39). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional, karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat dan tepat. Data penelitian ini diambil dengan cara tes pilihan ganda untuk struktur kalimat dan tes mengarang untuk karangan narasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Budi Mulia Ciledug yang terletak di jalan H.O.S. Cokroaminoto No. 1 Sudimara Jaya, Kec. Ciledug Kota Tangerang. Peneliti memilih sekolah tersebut karena letak sekolah yang sangat strategis selain itu dari pengamatan selama PPL di sana, penulis melihat kemampuan menulis
10
narasi siswa di sekolah tersebut masih kurang dilihat dari nilai keterampilan menulisnya. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 19 juli sampai dengan 31 juli 2012 selama 3x Pertemuan. Populasi penilitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug dengan jumlah 120 siswa yang terdiri dari 3 kelas dari kelas X1 – X3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Sample Random sampling. Seperti sudah dijelaskan di atas populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug dengan jumlah siswa 120 siswa yang terdiri dari 3 kelas, Sampel untuk penelitian ini diambil 10 siswa dari tiap kelas dengan teknik random sampling yang menggunakan lintingan kertas sehingga jumlah siswa yang menjadi sampel sebanyak 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes obyektif (Pilihan Ganda) tentang penguasaan struktur kalimat dan tes essai untuk kemampuan mengarang narasi. 1. Tes Penguasaan Struktur Kalimat. Tes yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes tentang struktur kalimat sebanyak 20 soal. Bentuk penilaian yaitu setiap soal yang benar diberi bobot 5, jika benar semua siswa akan mendapat nilai 100. 2. Tes Kemampuan Mengarang. Tes yang digunakan adalah siswa diperintahkan membuat karangan dengan judul “ Pengalaman Masa Orientasi Siswa”.
11
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah: Memberikan tes struktur kalimat dan tes mengarang narasi dengan judul “Pengalaman Masa Orientasi Siswa” pada siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug, hasil tes struktur kalimat dan hasil tes mengarang narasi dikumpulkan, hasil tes yang sudah terkumpul dikoreksi, hasil tes yang sudah terkumpul dikelompokkan, data yang sudah terkumpul dianalisis secara statistik. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus product moment untuk mencari korelasi antara kemampuan penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari temuan penelitian terlihat bahwa terdapat korelasi antara penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Nilai rata-rata penguasaan struktur kalimat sebesar 75,9. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan mengarang narasi sebesar 77,7. Hasil perhitungan data berdasarkan nilai tes penguasaan struktur kalimat dan kemampuan mengarang narasi yang diolah menggunakan uji-r menunjukkan bahwa nilai rhitung 0,506, selanjutnya penulis mengkonsultasikan dengan tabel harga
12
kritik r product moment, ialah 0,361. Hasil konsultasi tersebut dapat diketahui r hitung > rtabel yaitu ( 0,506 > 0,361 ). Dengan demikian, H1 diterima, yang menyatakan bahwa ada korelasi antara penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Jadi, terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X (Penguasaan Struktur Kalimat) dan variabel Y (Kemampuan Mengarang Narasi) siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Penguasaan adalah perbuatan menguasai sesuatu materi di mana seseorang belajar mampu menunjukkan tingkah laku perbuatan sebagai tujuan yang akan dicapai. Struktur kalimat haruslah benar dan kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya kacau, tidak menggambarkan kesatuan yang jelas. Untuk mampu mengarang siswa harus menguasai struktur kalimat, karena karangan itu adalah kumpulan dari kalimat-kalimat yang bermakna. Kemampuan dalam mengarang yaitu proses penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam ucapan atau tulisan atau suatu penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu pokok persoalan secara lisan dan tulisan. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang karangan narasi. Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah 13
pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu, sebab unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu, dan mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Dari penjelasan mengenai struktur kalimat dan mengarang di atas, siswa harus menguasai kedua faktor tersebut untuk bisa menjadi pengarang yang baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil data tentang penguasaan struktur kalimat dan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut. Nilai penguasaan struktur kalimat memiliki nilai tertinggi 95, nilai terendah 60, dan nilai rata-rata 75,9.Nilai kemampuan mengarang narasi memiliki nilai tertinggi 93, nilai terendah 60, dan nilai rata-rata 77,7. Berdasarkan perhitungan denga.n menggunakan rumus product moment diperoleh hasilnya sebesar r hitung 0,506 dan rtabel 0,361, jadi rhitung > rtabel (0,506 > 0,361) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara penguasaan struktur kalimat dengan kemampuan mengarang narasi siswa kelas X SMA Budi Mulia Ciledug. Dari hasil data penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Siswa harus menguasai faktor tersebut untuk bias menjadi pengarang yang baik, apabila
14
penguasaan struktur kalimat siswa baik maka akan baik pula isi karangan mereka karena struktur kalimat tersebut akan berpengaruh terhadap tepat atau tidaknya karangan yang dibuat. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ambary, Abdullah. 1992. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Djatnika. Arifin, E. Zaenal. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. . 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Caraka, Cipta Loka. 1993. Teknik Mengarang. Yogyakarta: Kanisius. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Gie, The Liang. 1995. Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty . Karsana, Ano. 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta: Karunika, Univ. Terbuka. Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. . 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
15
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Nursito. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. Sartuni, Rasjid. 1984. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina Dinamika. Semiawan, Conny. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia. Sudarno. 1992. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. Sudiati, V. 1996. Kreatif Berbahasa Menuju Keterampilan. Yogyakarta: Kanisius. Sugiono, Dendi. 1989. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Priastuti. Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. . 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
16