KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VII SMPN 106 SSN JAKARTA TIMUR
Fitri Puspitasari 0801055046
Abstract Correlation Between Reading Ability habit Narrative Writing 106 Seventh Grade Students of SMP SSN Jakarta. Thesis, London: Education Studies Program Language and Literature, University of Muhammadiyah Prof. FKIP Indonesia. DR. Hamka 2012. This study aims to find out is there a correlation between reading habits with the ability to write narrative junior class VII. The research method used is descriptive correlational. Data collection techniques with spread questionnaires and value students' ability to write narrative. The data were analyzed using Moment product formula, in order to obtain the result by 0.58 r count r table is greater than 0.339 with significant limits (α) = 0.842. Thus, the research hypothesis (H1) are accepted. The population was 106 students of class VII SMP SSN East Jakarta consisting of 8 classes with a number of 288 students. The sample was 34 students. The results of the analysis suggests the average value of the reading habits of 74.79, while the average value of the ability to write a narrative of 86.32. Based on these results, we can conclude that there is a significant correlation between the ability of Reading Habits Narrative Writing Grade VII SMP SSN 106 East Jakarta. If the good reading habits, the ability of the narrative will be good also.
PENDAHULUAN Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap saat manusia melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan sesama. Interaksi dan sosialisasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahasa. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan tertulis. Bahasa lisan menyangkut keterampilan berbicara dan menyimak, sedangkan bahasa tertulis menyangkut keterampilan membaca dan menulis. Ada empat keterampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan keterampilan lainnya dengan cara beraneka rona (Tarigan, 1994:1). Selain itu keempat keterampilan tersebut saling berkorelasi. Contoh seperti, seorang bayi pada tahap awal hanya mampu mendengar dan menyimak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya. Karena seringnya ia mendengar dan menyimak secara berangsur-angsur, ia akan mengikuti dan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara. Setelah ia memasuki usia sekolah ia akan mengenal huruf-huruf dan ia akan mulai belajar membacanya, lalu ia mencoba menulis huruf-huruf tersebut sehingga menjadi sebuah kata, setelah dapat membuat kata ia akan mampu menulis sebuah kalimat. Membaca bagaikan membuka jendela dunia dan jendela kehidupan, siapapun tanpa terkecuali dapat membukanya. Jika membukanya maka akan mendapatkan sinar yang memancarkan betapa banyaknya
ilmu yang akan diperoleh dari membaca.
Membuka jendela tersebut pasti juga akan dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau, saat ini, bahkan yang akan datang. Tidak akan ada orang yang merugi jika membukanya. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari membaca. Salah satu manfaat dari membaca adalah akan mendapatkan informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak kita membaca maka akan semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Buku dapat dikatakan sebagai tempat bersarangnya ilmu. Dikatakan demikian karena dengan membaca buku selain mendapatkan informasi yang sedang berkembang, kita juga akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh (Tampubolon, 1993:41). Oleh karena itu kita harus berusaha membiasakan diri untuk membaca. Usaha peningkatan kebiasaan untuk mengorganisasikan informasi seperti yang nampak dalam kebiasaan membaca, penting dipelajari karena perkembangan kebiasaan ini terjadi secara
bertahap. Kebiasaan mengorganisasikan informasi ini juga dapat mengembangkan seorang untuk berpikir. Bila guru membiasakan siswa untuk membaca sejak dini maka selanjutnya siswa akan terbiasa untuk membaca, sehingga siswa akan mudah dalam memahami isi bacaan dan mengembangkan pengetahuan sekaligus juga mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kemampuan ini akan mendorong siswa semakin tertarik dengan membaca karena akan terpenuhi rasa ingin tahunya. Dengan demikian siswa akan terbiasa membaca. Di negara-negara maju seperti Jepang, sebagian penduduknya memilih membaca sebagai kegiatan pengisi waktu luang paling utama bagi mereka, segala macam bacaan mereka baca. Kebiasaan membaca menjadikan mereka memiliki wawasan yang luas dan mengetahui segala macam informasi yang sedang terjadi, sehingga menjadi negara yang maju berkat masyarakatnya yang memiliki wawasan yang luas. Sangat berbeda di Indonesia, sebagian besar penduduknya mengisi waktu luang mereka untuk menggosip, hanya sebagian kecil saja masyarakat yang meluangkan waktunya untuk membaca. Kebiasaan membaca akan menunjang kemampuan berbahasa lainnya. Kebiasaan membaca dapat meningkatkan siswa untuk dapat menulis narasi dari apa yang telah mereka baca dan dapat mengetahui apakah karena kebiasaan membaca siswa dapat menulis narasi dengan baik, sehingga tulisannya menarik untuk dibaca. Pada dasarnya sebuah tulisan itu dapat dikatakan menarik jika pembaca mampu memahami isi dan pesan yang terkandung di dalam tulisan tersebut. Pada dasarnya sebuah penulis membuat sebuah tulisan untuk menyampaikan sebuah informasi yang terkandung di dalamnya, sehingga di butuhkan interaksi dari seorang penulis dengan si pembacanya. Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu di baca oleh orang lain ; paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis
dan pembaca. (Tarigan,
1982:4). Menulis merupakan salah satu ragam yang harus dikuasai oleh siswa dengan tujuan agar mampu berkomunikasi, mengungkapkan ide dan penyaluran emosi dalam bentuk tulisan. Kemampuan menulis adalah kemampuan yang kompleks, artinya kemampuan menulis membutuhkan kemampuan lain. Kemampuan menulis juga dipengaruhi oleh kebiasaan membaca, menulis, serta penguasaan ide atau gagasan. Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada
pihak lain. Aktivitas penulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Suparno dan Yunus, 2011:1.29) Menulis narasi termasuk salah satu yang diberikan untuk siswa mulai dari tigkat SD, tetapi kenyataannya saat ini masih banyak siswa SMP yang belum mampu menulis secara baik dan benar. Kemampuan mereka dalam menulis narasi masih sangat kurang baik. Mereka masih sangat mengalami kesulitan menceritakan kejadian dalam bentuk tulisan. Tidak sedikit siswa yang masih bingung dalam memulai menulis narasi. Mereka masih kesulitan dalam menulis permulaan cerita. Selain itu, kejadian-kejadian yang mereka tuliskan sering terkesan melompat-lompat sehingga sulit ditangkap alur kejadian dalam cerita yang mereka buat, mereka lebih banyak membahas tentang pengalaman pribadi mereka. Kemampuan menulis narasi merupakan salah satu kemampuan menulis yang harus dikuasai oleh siswa SMP. Karena sejak kelas lima SD mereka telah diajarkan menulis narasi. Oleh karena itu, siswa SMP seharusnya sudah mampu menulis narasi dengan baik. Dari uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang Korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta. Penulis melakukan penelitian tersebut, karena berdasarkan informasi yang didapat oleh penulis dari salah satu guru bahasa Indonesia di SMPN 106 SSN Jakarta, siswa kelas tujuh masih memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam menulis narasi. Kemampuan siswa untuk menulis narasi yang rendah tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah kebiasaan membaca SMPN 106 SSN Jakarta masih sangat kurang, maka ini menjadi hal penting yang mempengaruhi pula pada kemampuan siswa dalam menulis narasi. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 106 SSN Jakarta Timur, Jln. H. Baping No. 28 Kecamatan. Ciracas Jakarta Timur 13740. Dilaksanakan pada waktu semester ganjil. Penelitian ini mempergunakan metode deskriptif korelasional. Dalam penelitian ini peneliti memberikan tindakan berupa apersepsi terhadap siswa. Siswa sebagai sampel diberi angket untuk memperoleh data dan informasi kebiasaan membaca siswa dan penugasan menulis narasi. Peneliti menghubungkan data-data yang diperoleh
untuk
dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi. Selanjutnya dalam penelitian ini juga diperdalam dengan
mengetahui seberapa besar kontribusi kebiasaan membaca siswa dengan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta. Dalam pembahasan ini dikemukakan teori-teori tentang kebiasaan dan membaca. Banyak faktor yang mempengaruhi keterampilan kita dalam memahami suatu bacaan, salah satu faktor tersebut adalah kebiasaan membaca. Pada umumnya orang (yang belum pernah mendapat pelatihan khusus) membaca terlalu lambat dari pada kemampuannya. Hal ini disebabkan hal-hal berikut : (1)Kebiasaan lama yang salah yang telah mendarah daging di bawa dari kecil. (2)Tidak agresif dalam usahanya memahami arti baca. Tidak kosentrasi, sehingga tidak cepat menanggapi dan tidak cepat berusaha menyelesaikan bacaan. (3)Persepsinya kurang sehingga dalam menginterpretasikannya apa yang di baca. Pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut : (1)Menggerakan bibir untuk melafalkan kata yang di baca (2)Menggerakan kepala dari kiri ke kanan. (3)Menggunakan jari atau benda lain intuk menunjukkan kata demi kata.(Soedarso, 1991:4). Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dari kecil, biasanya sulit dihilangkan hingga dewasa. Seperti menggigit jari hingga tidur, sehingga hal ini telah mendarah daging dalam dirinya. Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang, dan kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca yang efesien, yaitu kebiasaan membaca disertai minat yang baik dan keterampilan membaca yang efesien telah samasama berkembang dengan maksimal. (Tampubolon, 1993:228). Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di bawah ini tentang kebiasaan dan membaca, maka penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan membaca adalah suatu keterampilan yang telah mendarah daging yang menghubungkan antara pembaca dengan penulis sehingga membudaya dan berkembang dalam diri, serta untuk mendapatkan informasi tertulis yang ada dalam sebuah makna tulisan, secara berulangulang kegiatan ini dilakukan tanpa dipikir lagi. Karena dilakukan secara berulang-ulang maka kegiatan ini menjadi hal yang wajib dilakukannya setiap waktu, sehingga kebiasaan membaca tidak terlepas dalam kehidupan sehari-hari. Maka membaca menjadi suatu kebiasaan yang rutin dilakukan. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi
Dalam pembahasan ini dikemukakan langkah-langkah tentang kemampuan menulis narasi. Langkah-langkah menulis narasi : (1)Menentukan tema dan pesan yang akan disampaikan (2)Menetapkan siapa sasaran pembaca (3)Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur (4)Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal cerita, perkembangan cerita, dan akhir cerita (5)Merinci peristiwa-peristiwa utama sebagai pendukung cerita (6)Menyusun latar, sudut pandang, tokoh, dan perwatakan. Oleh karena itu, dalam menulis narasi sebaiknya cerita itu dirangkai dengan menggunakan rumus 5W + 1H, dapat disingkat dengan adik simba, yaitu : a. What
; apa yang diceritakan
b. Where
; di mana latar, setting atau lokasi ceritanya
c. When
; kapan peritiwa berlangsung
d. Who
; siapa pelaku ceritanya
e. Why
; mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi
f. How
; bagaimana cerita itu dipaparkan.
Kemampuan menulis narasi adalah kesanggupan untuk merangkai huruf-huruf menjadi sebuah kalimat efektif yang dilakukan oleh penulis untuk memaparkan suatu cerita secara tidak langsung yang disusun berdasarkan urutan waktu yang memiliki alur. Kesanggupan untuk melakukan suatu bentuk komunikasi secara maksimal dalam aktivitas mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk cerita yang mencangkup rangkaian waktu yang memiliki alur ke dalam bahasa tulis yang baik dan benar serta sesuai dengan aturan-aturan penulisan yang berlaku seperti : ejaan, titik, dan tanda koma, agar mudah dipahami membacanya. Berdasarkan pendapat – pendapat dari pakar bahasa korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi adalah suatu keterkaitan yang timbul dari keberadaan tinggi rendahnya tingkat kebiasaan membaca siswa yang memberi dampak atas tinggi redahnya tingkat kemampuan menulis narasi tersebut. Letak keterkaitan kedua variabel itu pada variabel membaca yang pada hakekatnya merupakan bentuk belajar menulis narasi.
PEMBAHASAN Sebelum menguji hipotesis dengan Uji Product Moment, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas Uji normalitas sampel bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chisquare. Berdasarkan sampel ini akan hipotesis nol “sampel ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.” Untuk dapat menerima atau menolak hipotesis nol akan dibandingkan dengan harga mutlak dari perhitungan ݔଶhitung dengan harga mutlak dari Chi-square ݔଶtabel pada taraf signifikansi (ߙ) = 0,95. Dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila ݔଶhitung < ݔଶtabel.
Adapun hasil perhitungan uji normalitas sampel dengan menggunakan uji Chi-square
yang tertera pada tabel berikut ini :
1,25
࢞tabel
Kesimpulan
34
࢞hitung
9,49
Berdistribusi Normal
34
8,5
9,49
Berdistribusi Normal
No
Variabel
N
1
X
2
Y
Keterangan : X = variabel kebiasaan membaca Y = variabel kemampuan menulis narasi N= banyaknya atau jumlah sampel ᵡ2= Chi kuadrat dari sampel penelitian Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan data diperoleh nilai koefesien korelasi dengan rumus product moment, r
sebesar 0,58. Untuk mengetahui apakah kebiasaan membaca
mempunyai korelasi atau tidak dengan kemampuan menulis narasi. Pengujian Berdasarkan Korelasi Product Moment Uji Korelasi Product Moment
Data hasil penelitian variabel X (kebiasaan membaca ) dan variabel Y (kemampuan menulis narasi) kelas VII SPM N 106 SSN Jakarta Timur No
Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
AFD
85
87
7225
7569
7395
2
ANR
78
72
6084
5184
5616
3
ARG
74
79
5476
6241
5846
4
AZZ
68
92
4624
8464
6256
5
BGS
66
84
4356
7056
5544
6
CKR
76
90
5776
8100
6840
7
CPR
84
78
7056
6084
6552
8
DND
68
82
4624
6724
5576
9
DSY
72
91
5184
8281
6552
10
DMS
80
89
6400
7921
7120
11
ELV
74
77
5476
5929
5698
12
END
73
85
5329
7225
6205
13
FDL
70
91
4900
8281
6370
14
FTR
68
92
4624
8464
6256
15
HNM
72
93
5184
8649
6696
16
INH
69
78
4761
6084
5382
17
IND
71
90
5041
8100
6390
18
KVN
73
80
5329
6400
5840
19
KLD
76
88
5776
7744
6688
20
LZ
74
93
5476
8649
6882
21
MHS
75
92
5625
8464
6900
22
MRT
73
77
5329
5929
5621
23
MAS
69
87
4761
7569
6003
24
MIL
81
91
6561
8281
7371
25
MNA
83
85
6889
7225
7055
26
MTN
64
86
4096
7396
5504
27
NRT
71
90
5041
8100
6390
28
NYT
70
88
4900
7744
6160
29
PNK
66
87
4356
7569
5742
30
RDA
82
89
6724
7921
7298
31
STN
79
88
6241
7744
6952
32
SRY
87
82
6724
6724
6724
33
SLV
85
94
7225
8836
7990
34
SNT
76
86
5776
7396
6536
N=
2532
2933
189794
254047
218360
34
Perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment, Signifikansi Koefisien Korelasi dan Koefisien Diterminasi Diketahui : N = 34
∑Y = 2933
Y
∑X = 2532
X
∑XY = 218360
2
= 189794
2
= 254047
X = 6411024 Y = 8602489 2
2
Penyelesaian : Perhitungan Korelasi
rxy
=
=
=
=
= =
N XY X Y
N X
2
X
2
N Y
2
Y
2
34.218360 2532.2933
34.189749 641102434.254047 8602489 7426356 7424240
6424266 63857298637598 8602489 2116
3853735109 2116 13529955 2116 3678,3
= 0,58 Dari hasil penelitian statistik di atas diketahui bahwa nilai r hitung adalah 0,58 sedangkan r tabel 0,339 dengan batas signifikansi 5% artinya bahwa nilai r hitung lebih besar daripada r tabel yakni 0,58 > 0,339 Perhitungan Signifikansi Koefisien Korelasi
t hitung =
r n2 1 r2
Keterangan: t hitung
= Nilai t
r
= Nilai Koefisien Korelasi
n
= Jumlah Sampel
Diketahui: r
= 0,58
n
= 34
t hitung =
t hitung =
t hitung =
t hitung =
t hitung =
r n2 1 r2 0,58 34 2 1 0,58
2
0,58 32 1 0,3364
0,58.5,67 1 0,3364 3,2886 0,6636
t hitung =
4,7223 0,8145
t hitung =
5,798
Dari pengujian uji signifikansi di atas, diketahui bahwa t hitung > t tabel. Dimana t tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk (n-2) = (34 – 2) = 32 sebesar 0,349 dengan pengujian Ho : diolak jika t hitung > t tabel dan Ho : diterima jika t hitung < t tabel, karena t hitung = 5,798 > 0,349 = t tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis narasi. Perhitungan Koefisien Diterminasi (r 2 )
Rumus koefisien Diterminasi KP = r 2 x 100% Keterangan: KP = Nilai Koefisien Diterminasi r
= Nilai Koefisien Korelasi
Diketahui: r
= 0,58
KP = r 2 x 100% KP = 0,58 2 x 100% KP = 0,3364 x 100% KP = 33,64% Sisa = 100 – 33,64 = 66,36% Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa Variable X (Kebiasaan Membaca Siswa) kurang memberikan kontribusi terhadap Variable Y (kemampuan menulis narasi) sebesr 0,3364 atau sebesar 33,64% sisanya 66,36% ditentukan oleh faktor lain. Hipotesis : Ho : tidak terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y Hi : terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y Kriteria Pengujian : Tolak Ho, jika thitung < ttabel Terima Hi, jika thitung > ttabel Interpretasi Data
Terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X (kebiasaan Membaca) dengan variabel Y (Kemampuan Menulis Narasi) siswa . kelas VII SPM N 106 SSN Jakarta Timur. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hipotesis tersebut bahwa H0 yang diajukan ditolak pada taraf signifikan 5% artinya tidak ada korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta Timur, sedangkan H1 diterima yang berarti ada korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta Timur dimana hal tersebut terbukti dengan hasil nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel. Untuk menyatakan dan menentukan bobot tingkat korelasi antara minat membaca dengan kemampuan menulis narasi, penulis menggunakan kriteria besarnya koefisien yang dikutif dari buku acuan. (Riduwan, 2009:98). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Tabel interpretasi nilai r
Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Sangat tinggi
Antara 0,600 sama dengan 0,799
Tinggi
Antara 0,400 sama dengan 0,599
Cukup
Antara 0,200 sama dengan 0,399
Rendah
Antara 0,00 sama dengan 0,199
Sangat rendah / tidak valid
Berdasarkan kriteria tingkat korelasi di atas, di mana r hitung adalah 0,58 yang berarti berada diantara 0,400 sampai dengan 5,99 maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kebisaan membaca dengan kemampuan menulis narasi siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta Timur mempunyai korelasi yang cukup, karena kebiasaan membaca yang cukup akan berpengaruh pada kemampuan menulis narasi pada siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan tentang hasil penelitian, yaitu menjawab masalah yang penulis kemukakan pada bagian pendahuluan, yaitu :
Kebiasaan Membaca siswa
kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta Timur cukup
memuaskan dan Kemampuan Menulis Narasi siswa kelas VII SMPN 106 SSN Jakarta Timur sangat memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kebiasaan membaca siswa sebesar 74,79 dan nilai rata-rata kemampuan menulis narasi sebesar 86,32. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel (X) kebiasaan membaca dengan variabel (Y) kemampuan menulis narasi. Dengan demikian antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi terdapat korelasi. Hasil yang diperoleh dalam perhitungan sebesar 0,58. Nilai tersebut dapat dikatagorikan cukup baik, dengan demikian terdapat korelasi positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis narasi. IMPLIKASI Hasil penelitian ini memperlihatkan beberapa implikasi, yaitu: implikasi bagi pemerintah, guru, siswa, produsen buku-buku bacaan dan peneliti. Implikasi bagi pemerintah atau swasta yang bergerak dibidang pendidikan, berhubungan dengan perpustakaan dan ruang baca termasuk koleksi kepustakaannya. Keberadaan perpustakaan, ruang baca, dan koleksi kepustakaan sangat mempengaruhi perkembangan kebiasaan membaca siswa. Kebiasaan membaca siswa yang telah ada harus terus dijaga dengan menyediakan koleksi buku-buku bacaan yang berhubungan dengan siswa. Bagi guru penelitian ini mempunyai implikasi dapat semakin merangsang motivasi untuk terus membaca dan membaca. Tetapi bagi guru yang motivasi bacanya rendah, bisa menjadi pelajaran untuk terus mengembangkan kemampuan kebiasaan membacanya. Bagi siswa, penelitian ini mempunyai implikasi dapat meningkatkan prestasi belajar, dan dapat meningkatkan keterampilan membaca. Bagi pemproduksi buku-buku bacaan, hasil penelitian ini dapat dijadikaan masukan untuk memproduksi buku-buku yang memang dibutuhkan oleh calon pembeli atau pembaca. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi buku diterbitkan dalam jumlah banyak tetapi tidak dibutuhkan oleh calon pembeli. Terakhir, implikasi bagi peneliti semakin merangsang kebiasaan untuk membaca, karena dengan membaca peneliti memperoleh pengetahuan dan hiburan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi hasil penelitian di atas, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
Siswa hendaknya dapat memantapkan kebiasaan membaca yang sudah ada, sehingga kemampuan membacanya sampai pada taraf yang maksimal. Serta siswa SMP secara umum hendaknya meningkatkan minat baca yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Dengan demikian, kegiatan menulis narasi pun ke depannya dapat ditingkatkan. Guru, hendaknya lebih sering mengingatkan siswanya untuk selalu membaca, agar membaca menjadi hal yang wajib dilakukan setiap harinya, guna menambah pengetahuan, wawasan dan informasi yang semakin berkembang pesat, terutama dalam kehidupan menulis narasi. Sekolah harus menyediakan fasilitas yang lebih lengkap dalam meningkatkan kebiasaan membaca dan kemampuan menulis narasi siswa. Seperti membuat perpustakaan yang layak, sehingga siswa merasa aman dan nyaman ketika sedang berada di perpustakaan sekolah. Orang tua harus selalu memberikan perhatian kepada putra-putrinya, terutama dalam kegiatan mengisi waktu luang sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif. Ketika putraputrinya masih kecil, hendaknya diperkenalkan dengan berbagai macam buku bacaan sastra dan non sastra yang bermanfaat, sehingga tertanam rasa senang membaca dalam diri mereka. Demikian kesimpulan dan saran-saran yang peneliti kemukakan sehubungan dengan penyusunan skripsi ini. Dengan masih terbatasnya penelitian ini, maka diharuskan adanya tindak lanjut penelitian tentang kebiasaan membaca dan menulis wacana narasi. DAFTAR PUSTAKA Riduwan, 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Penelitian Pemula. Jakarta: Alfabeta. Soedarso. 1991. Sistem Membaca Cepat dan Efekktif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. Suparno dan Yunus, Mohamad. 2011. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka. Tampubolon, D.P.1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung : Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1982. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.