KOORDINASI BERBASIS MEDIA SOSIAL ANTARA ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGAWASAN PEMBELAJARAN SISWA (Studi Kasus: SMP Kristen Satya Wacana Salatiga)
Artikel Ilmiah
Oleh: Andry Septarani Siolemba 702011048
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
KOORDINASI BERBASIS MEDIA SOSIAL ANTARA ORANG TUA DAN GURU DALAM PENGAWASAN PEMBELAJARAN SISWA (Studi Kasus: SMP Kristen Satya Wacana Salatiga) 1)
Andry Septarani Siolemba,
2)
Widya Damayanti,
3)
Angela Atik Setiyanti,
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia E-mail: 1)
[email protected], 2 )
[email protected], 3)
[email protected]
Abstract The benefits of social media technology by teachers and parents as a media of communication and cooperate in Satya Wacana Christian Junior High School are not maximized because there are some teachers and parents of students, who are still not using social media in communicating, just telephone and SMS. The obstacles that faced by the school in the cooperation is the lack of participation of parents to get involved in school activities. The cooperation based on social media teachers and parents used to be more practical and efficient. This study used descriptive qualitative method. The results showed the used of social media in cooperation are not important in the cooperate of teachers and parents, also the cooperate of parents and teachers are not influenced by social media. Keywords : Cooperate, Communication, Parents, Teachers, Social Media Abstrak Pemanfaatan teknologi media sosial oleh guru dan orang tua sebagai media komunikasi dan bekerjasama di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga belum maksi mal dilakukan karena masih ada beberapa guru dan orang tua siswa, yang belum menggunakan media sosial dalam berkomunikasi, hanya telepon dan SMS. Kendala yang dihadapi sekolah dalam kerjasama adalah kurangnya partisipasi orang tua untuk terlibat dalam kegiatan sekolah. Kerjasama berbasis media sosial guru dan orang tua digunakan agar lebih praktis dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media sosial tidak berperan penting dalam kerjasama guru dan orang tua, juga kerjasama orang tua dan guru tidak dipengaruhi oleh media sosial. Kata Kunci: Kerjasama, Komunikasi, Orang tua, Guru, Media Sosial
1
1)
2) 3)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2
1.
Pendahuluan
Hubungan kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru dalam proses pendidikan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Untuk berprestasi di sekolah, siswa membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua yang dapat tercipta apabila ada relasi yang baik di antara keduanya. Hubungan dan kerjasama antara orang tua dan guru dapat membantu meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini pada umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan formal yang diadakan pihak sekolah saat rapat penentuan uang komite sekolah dan penerimaan hasil belajar siswa (raport) yang terjadi hanya 4 kali dalam setahun. Guru dan orang tua jarang membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan langsung dengan siswa, seperti minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa. Selama masa observasi antara bulan Januari sampai April 2015, hanya sekali saja diadakan pertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh guru dan orang tua tentang persiapan siswa kelas IX untuk mengikuti Ujian Nasional 2015. Selain itu pemanggilan orang tua ke sekolah, pemberian informasi melalui surat dan kegiatan kunjungan guru ke rumah siswa hanya dilakukan ketika siswa membuat masalah dan melakukan tindakan-tindakan pelanggaran di sekolah. Karena kurangnya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini, maka guru dan orang tua kurang mengetahui perkembangan siswa setiap hari, memenuhi segala kebutuhan siswa, kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada siswa, kurang mengetahui segala permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar, kurangnya tingkat kedisiplinan pada siswa bahkan bisa terjadi kesalahpahaman antara guru dan orang tua dalam mendidik siswa. Saat ini, perkembangan TIK mempermudah membangun komunikasi dengan media sosial, seperti facebook, twitter, blackberry messenger, line, whatsapp dan lain-lain. Media ini populer dan digunakan oleh hampir semua kalangan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang baik, praktis dan efisien dalam proses kerjasama dan koordinasi antara guru dengan orang tua siswa dalam pengawasan pembelajaran siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar peranan dan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak, seberapa besar kerjasama / komunikasi antara orang tua dan guru serta pola komuni kasi orang tua dan guru dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu media sosial sebagai media/alat (tools) dalam proses kerjasama dan komunikasi guru dan orang tua siswa. Dengan pemanfaatan media sosial, maka hubungan kerjasama dan komunikasi antara guru dan orang tua siswa menjadi lebih mudah, praktis dan efisien.
3
2. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wardiah, Muniarti, Djailani, mahasiswa-mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2015, dengan judul “Strategi Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri 1 Lhoknga”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui pedoman observasi (pengamatan), pedoman wawancara dan studi dokumentasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah program yang dilakukan oleh komite sekolah dengan seluruh komponen yang melibatkan pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan orang tua siswa, serta lembagalembaga luar sekolah maupun masyarakat lainnya belum sempurna, meskipun dilibatkan dalam rapat rutin komite sekolah setiap akhir semester. Selain itu, kendala yang dihadapi komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kurangnya komunikasi antara komite sekolah dengan kepala sekolah karena kurangnya waktu yang dimiliki oleh komite sekolah, sehingga program komite sekolah menjadi kurang efektif [1]. Penelitian yang dilakukan oleh I Made Dwi Andreana, Nyoman Sugihartini, Dessy Seri Wahyuni, dan Made Windu Antara Kesiman, mahasiswamahasiswa Fakultas Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali yang berjudul “Korelasi Perhatian Orang Tua Siswa dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri Se-Kota Tabanan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013” (Studi Kasus : SMA Negeri Se-Kota Tabanan). Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik korelasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan angket. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik parametric dengan uji prasyarat normalitas, homogenitas, linieritas dan keberartian arah regresi, serta multikolinieritas dan uji hipotesis dengan uji Korelasi Product Moment dan analisis regresi berganda. Berdasarkan data hasil penelitian perhatian orang tua siswa, skor maksimum yang diperoleh adalah 200 sedangkan skor minimum 127. Rata-rata perhatian orang tua siswa di SMA Negeri se-kota Tabanan adalah 161,44. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat perhatian orang tua siswa di SMA Negeri se-kota Tabanan berada pada kategori sangat tinggi [2]. Perbedaan penelitian “Koordinasi Berbasis Media Sosial Antara Orang Tua dan Guru Dalam Pengawasan Pembelajaran Siswa pada SMP Kristen Satya Wacana Salatiga” dengan kedua penelitian yang lain adalah penelitian ini adalah lebih berfokus pada orang tua, guru, dan media sosial sebagai objek penelitian untuk kerjasama dan koordinasi guru dengan orang tua dengan metode deskriptif kualitatif. Terdapat hal-hal dari penelitian-penelitian tersebut yang dapat digunakan dalam membantu penelitian ini, yaitu dengan 4
menggunakan metode dan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan dan menyajikan apa adanya tentang kerjasama guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan teknik-teknik yang cocok digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga data-data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung di lapangan dari semua subjek dan objek penelitiannya. Selain itu juga menggunakan teknik korelasi, sehingga dapat dibuktikan ada tidaknya hubungan yang mendukung antara variabel satu dengan yang lainnya yang diteliti dengan penentuan pupulasi, sampel, variabel, teknik pengumpulan data, proses analisis data yang cukup jelas, relevan dan sesuai dengan topik penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat sesuai dengan hasil analisisnya. Peran Guru Dalam Pembelajaran Anak Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Syatra mengatakan bahwa tuntutan pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik [3]. Slameto (dalam Syatra 2013) menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, peran guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan, namun juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan perkembangan kepribadian anak didik. Uno menyatakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik [4]. Dalam Wahyudi terdapat beberapa peran guru yaitu: guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu, guru sebagai model dan teladan, dan guru sebagai peneliti [5]. Menurut Zen fungsi guru adalah sebagai informator, organisator, motivator, pengarah/ direktor, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan evaluator [6]. Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak Ahmadi mengatakan peran orang tua merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap terkait tanggung jawab dalam keluarga, dalam hal ini khususnya peran orang tua terhadap anaknya, dalam hal pendidikan, keteladanan, serta kreatif sehingga timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini [7]. Coleman mencatat peran orangtua adalah sebagai pendukung, guru, siswa, penasihat, pelindung, dan sebagai duta besar [8]. Menurut Nursito mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangatlah minim [9]. Hal ini dipertegas oleh Suharsono yang berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua [10]. Slameto
5
mengungkapkan bahwa meskipun sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa, namun tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua yang penuh perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat [11]. Proses pembelajaran akan sempurna dan mencapai hasil yang optimal, jika orang tua dan dan para pendidik biasa memberikan cintanya yang tulus. Sebab cinta yang tulus dari orang tua itulah sumber energi yang melimpah bagi anaknya [12]. Komunikasi Orang Tua Dengan Guru Istilah komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan communication, berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator . Selanjutnya Widjaja menjelaskan adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, yaitu: source (sumber), communicator (komunikator = penyampai pesan), message (pesan), channel (saluran), communican (komunikan = penerima pesan), effect (hasil) [13]. Menurut Effendy terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaintment), dan mempengaruhi (to influence) [14]. Glueck (dalam Widjaja 2008) menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni: interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia dan organizational communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan me mindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan. Rogers (dalam Cangara 2006) menjelaskan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang dan di dalam proses itu melibatkan orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi [15]. Proses komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut seharusnya mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm (dalam Mulyana 2002), yang menggambarkan hubungan yang dinamis antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
6
Gambar 1: Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm
(Media Sosial) Message (Orang Tua Siswa) (Guru/Sekolah) Encoder,Interpreter, Decoder
Decoder, Interpreter, Encoder
feedback
Sumber : Mulyana, 2002, hal. 141
Keterangan gambar: Hubungan antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses komunikasi yang dinamis, seperti yang diperlihatkan dan disesuaikan dengan teori Sirkuler Osgood dan Schramm di atas. Dalam keterangan gambar 1, kedua variabel manusiawi dalam proses komuni kasi interpersonal ini saling berkaitan membentuk suatu hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi interpersonal. Pada proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis tersebut, terdapat respon dalam umpan balik (feedback) diantara komunikator dan komunikannya, sehingga hubungan komunikasi interpersonal terjalin secara baik dan dinamis. Hubungan antara guru dan orang tua siswa lebih ditekankan dalam hubungan kerjasama, baik tentang penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, pengawasan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa [16]. Kerjasama Orang Tua Dengan Guru Menurut Suyanto, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak didiknya, perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua) [17]. Keterangan-keterangan orang tua sangat besar bagi guru dalam memberi pelajaran bagi anak didiknya dan guru dapat mengerti lingkungan anak didiknya. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi anak anak-anaknya di sekolah.
7
Tidak semua orang tua dapat secara otomatis terlibat di sekolah, oleh karena itu pihak sekolah harus mengambil langkah atau inisiatif. Adapun cara mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua) menurut Purwanto antara lain: mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru, mengadakan surat-menyurat antara sekolah (guru) dengan keluarga (orang tua), adanya daftar nilai (raport), mengadakan perayaan, pesta sekolah, atau pertemuan hasil karya anak-anak, mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru. Di sisi lain, pihak sekolah dapat melibatkan secara aktif orang tua dalam meningkatkan mutu proses pendidikan. Pelibatan orang tua secara aktif bagi sekolah dapat dimulai dengan melakukan pemberdayaan sekolah melalui kerjasama yang terjalin di antara keduanya [18]. Briggs & Potter (dalam Suyanto 2005) menjelaskan bahwa kerjasama antara sekolah dan orang tua dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterlibatan (parent involvement) dan partisipasi (partisipation). Keterlibatan merupakan tingkat kerjasama yang minimum, misalnya orang tua datang dan membantu sekolah jika diundang dalam bentuk rapat wali murid. Partisipasi merupakan tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orang tua dan sekolah duduk bersama membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak. Menurut Epstein (dalam Coleman 2013) terdapat enam tipe kerjasama dengan orang tua, yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat. Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak. Komunikasi merupakan bentuk yang efektif dari sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah untuk memberitahukan tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan anak. Komunikasi dilakukan guna bertukar informasi antara sekolah dan orang tua. Terdapat dua teknik komunikasi antara sekolah dan orang tua yaitu teknik komunikasi tidak resmi/ nonformal dan teknik komunikasi resmi/ formal. Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang tua dengan tujuan membantu dan mendukung program sekolah di mana anaknya belajar. Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah. Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan berbagai informasi dan ide-ide untuk orang tua tentang bagaimana membantu anak belajar di rumah sesuai dengan materi yang dipelajari di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses belajar dari sekolah ke rumah. Orang tua dapat mendampingi, memantau dan membimbing anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah. Pengambilan keputusan, menunjuk pada orang tua yang ikut terlibat dalam pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid [19].
8
Media Sosial Dalam Komunikasi / Kerjasama Guru Dengan Orang Tua Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan teman atau relasi, dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online (group). Sosial media memberikan peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan kesempatan mendapatkan feedback secara langsung. Media sosial memiliki kelebihan untuk bookmarking, content dan sharing, dan creating opinion [20]. Selain itu, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, seperti pada berbagai media sosial, dengan biaya yang lebih murah dapat berinteraksi online dibandingkan menggunakan telepon. Media jejaring sosial berbasis komputer seperti facebook, twitter, line, whatsapp, blackberry messenger dan lain-lain, merupakan sebuah media komunikasi yang menghubungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga memberi kesempatan untuk saling berkenalan. Menurut Erlina, jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga [21]. Nurudin menjelaskan secara substansional media jejaring sosial mengubah cara komunikasi antar organisasi, masyarakat, serta individu [22]. Fungsi sebenarnya dari media sosial adalah untuk berbagi dengan sekelompok teman terpercaya dan keluarga, hal-hal yang ingin dibagikan akan jauh lebih pribadi, orang akan membuka lebih banyak tentang diri mereka ketika dikelilingi oleh orang-orang yang lebih dipercaya dari pada orang lain. BlackBerry Messenger atau BBM ternyata masih menjadi aplikasi pesan instan utama bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. Hal itu diungkap lewat temuan survei On Device Meter edisi Februari 2014 dari lembaga riset pasar Nielsen. BBM dipakai oleh 79 persen pengguna smartphone Tanah Air untuk chatting. Angka tersebut merupakan yang terbesar di antara aplikasi-aplikasi lain yang sejenis. Urutan kedua ditempati oleh WhatsApp yang dipakai oleh 57 persen pengguna, disusul oleh Line dengan catatan angka 30 persen. Pengguna BBM ratarata menghabiskan waktu 23,3 menit per hari untuk mengobrol lewat aplikasi itu. Sementara WhatsApp dan Line rata-rata dipakai pengguna selama 6,2 menit dan 5,1 menit setiap harinya [23]. 3. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain [24]. Variabel yang dideskripsikan adalah kerjasama guru dengan orang tua dan media sosial. Adapun yang menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini adalah: Kepala
9
Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana, Salatiga, 9 guru wali kelas, 1 guru Bimbingan Konseling, serta 10 orang tua siswa untuk memperoleh data yang diinginkan (Purposive Sampling) dan juga aplikasi media sosial yang digunakan orang tua dan guru dalam berkomunikasi sebagai obyek utama pada penelitian ini. Tempat penelitian berada di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana Salatiga, yang berlokasi di Jl. Diponegoro, No. 52 – 60, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, pengambilan penelitian juga dilakukan di 10 rumah dari beberapa orang tua siswa yang berada di dalam Kota Salatiga. Pengambilan data penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2016 menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, dokumentasi dan observasi. Wawancara dilakukan mulai dari Kepala Sekolah, orang tua, kemudian ke guru. Dokumentasi dan observasi dilakukan setelah wawancara selesai. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi guna memperkuat hasil perolehan data. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya sekolah (guru) dalam menjalin kerjasama dengan orang tua, pola komunikasi antara guru dan orang tua, bentuk kerjasama yang telah dilakukan, hambatan dalam bekerjasama, dan upaya sekolah mengatasi hambatan tersebut. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru (wali kelas) dan orang tua siswa. Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamatan atau pencatatan secara sistematis, tentang fenomena yang diselidiki [25]. Metode observasi dilakukan untuk mengamati kondisi fisik sekolah, lingkungan sekolah, kondisi siswa, proses pembelajaran, interaksi sosial siswa dengan guru, aktivitas guru dalam proses belajar mengajar, serta interaksi siswa dengan teman dan orang tuanya. Metode dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran dan mendapatkan data mengenai media sosial sebagai alat komunikasi antara guru dengan orang tua, catatan guru, dan arsip kegiatan bersama orang tua yang dimiliki sekolah. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, seperti panduan wawancara, buku catatan, kamera dan alat perekam suara yang digunakan untuk mencatat hal-hal dan informasi-informasi penting dalam penelitian, serta memotret dan merekan pembicara dan informan selama proses wawancara berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga hal, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conlusion drawing/verification). Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interakif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh [26]. Menurut Sugiyono, triangulasi sumber adalah cara mendapatkan data dengan sumber yang berbeda-beda namun menggunakan teknik yang sama [27]. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dengan menanyakan hal yang sama kepada sumber yang berbeda, yaitu kepala sekolah, guru 10
dan orang tua siswa, kemudian membandingkan informasi yang diperoleh dari satu sumber ke sumber yang lain untuk mendapatkan jaminan kepercayaan data dan menghindari adanya subjektifitas. Kemudian untuk me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan hasil wawancara sumber data satu dengan sumber data lainnya. Setelah dilakukan cross check sumber data yang satu dengan yang lain maka ditarik kesimpulan untuk mencari dan memahami makna dari hasil penelitian yang diperoleh. 5. Hasil Dan Pe mbahasan Upaya Sekolah Menjalin Kerjasama de ngan Orangtua Berdasarkan hasil penelitian di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga telah berupaya menjalin kerjasama dengan orang tua dengan cara, yaitu: a. Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua, karena sekolah menganggap bahwa orang tua memang merupakan mitra kerja bersama atau klien untuk menciptakan tujuan bersama, yaitu agar supaya tujuan pendidikan anak dapat tercapai dengan baik dan berhasil. Oleh karena itu, dalam hal ini sekolah telah berusaha untuk membangun hubungan kerjasama yang baik diantara kedua belah pihak, karena kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama [3]. Seperti yang diungkapkan Kepala Sekolah berikut ini: “Kalau diantara guru ya hubungan profesional, artinya selama ini kita kerjasama karena guru sebagai mitra kerja, sedangkan kepada orang tua kita bangun ya relasi hubungan baik antara sekolah dengan orang tua karena orang tua itu kan artinya merupakan nasabah atau klien itu kan kita harus bangun hubungan baik.”
b. Menjalin kedekatan, memanggil dan mengajak mengobrol dengan orang tua, karena dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah, karena pihak sekolah harus secara aktif melakukan pendekatan kepada orang tua agar mereka dapat terlibat di sekolah [8]. Dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah. Seperti yang diungkapkan Kepala Sekolah berikut ini: “Dalam membangun kerjasama itu ketika ada sesuatu ketegangan, ya kita upayakan diskusi, kita panggil, kita ajak ngomong, begitu.”
c. Menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk terlibat dan berpartisipasi, hal ini dilakukan dengan mengikutsertakan orang tua dalam berbagai kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti kegiatan parent seminar, pembentukan komite sekolah, dan pengambilan raport di sekolah untuk mempererat hubungan kerjasama diantara
11
kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam hal melibatkan orang tua dalam membangun kerjasama antara sekolah dan orang tua maka dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterlibatan (parent involvement) dan partisipasi (partisipation) dimana partisipasi merupakan tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya karena orang tua dan sekolah duduk bersama membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak [18] untuk mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua) karena keterlibatan orang tua juga akan memperlancar kegiatan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua OT1 berikut ini: “Iya tadi dalam bentuk misalnya parent seminar. Sering sih tidak ya, satu semester sekali juga belum tentu tapi pernah sekolah mengadakan itu. Kemudian untuk pengambilan raport ya, sekolah memberikan informasiinformasi dan orang tua berusaha hadir ya.
Bentuk Kegiatan Kerjasama Antara Guru dan Orang Tua Siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Dari hasil penelitian, ada empat bentuk kerjasama yang dilakukan oleh guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai berikut: a. Bentuk kerjasama yang pertama adalah pembentukan Komite sekolah yang dilakukan guna untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan pendapat antara sekolah, guru-guru dan orang tua siswa melalui kegiatan komite tersebut. Dalam kegiatan tersebut, orang tua juga diberikan kesempatan untuk bertanya, berdiskusi dan sharing tentang permasalahan anak. Dengan adanya kegiatan tersebut maka orang tua terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid karena orang tua sebagai aktivis kelompok yang bebas untuk memantau sekolah dan bekerja untuk peningkatan kualitas sekolah dan untuk saling bertukar informasi antara pihak sekolah (guru) dan orang tua [8]. Sebagaimana pernyataan orang tua OT2 berikut ini: “Ya itu tadi, paling setiap semester orang tua dipanggil untuk ada sharing atau kalau yang ikut pertemuan komite lebih sering. Tapi kalau untuk yang ikut komite, paling setiap terima raport.”
b. Bentuk kerjasama yang kedua, yaitu kegiatan penerimaan Raport siswa, yang diadakan pihak sekolah setiap akhir semester yang mempertemukan guru/wali kelas dengan orang tua/wali murid di sekolah untuk menyampaikan berbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, karena Raport merupakan salah satu media komunikasi utama bagi sekolah untuk menyampaikan perkembangan anak selama satu semester pada orang tua. Kegiatan ini, bahwa 12
kegiatan ini salah satu bentuk komunikasi yang efektif dari sekolah ke orang tua dan orang tua ke sekolah untuk memberitahukan tentang kemajuan perkembangan anak [8]. Sebagaimana pernyataan guru WK2 berikut ini: “Ya, kalau yang rutin, komunikasi dengan orang tua siswa ketika anak itu masuk pertama kelas VII baru masuk itu ada komunikasi, kemudian setiap penerimaan raport yang menerima adalah orang tuanya, sehingga itu juga bentuk komunikasi yang rutin, baik raport tengah semester maupun raport akhir semester. Itu orang tua yang mengambil sehingga komunikasi dengan orang tua yang secara langsung itu rutin.”
c. Bentuk kerjasama yang ketiga adalah kegiatan Parent Seminar, yaitu untuk menyampaikan dan menginformasikan bagaimana minat belajar anak, perubahan sikap, dan kondisi anak di sekolah baik yang positif maupun negatif, serta beberapa cara-cara dan kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua dalam mendidik anak-anak, berbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, dengan mengundang narasumber, ketua komite dan pengurus komite, serta pengurus yayasan sekolah. Kegiatan ini dilakukan setiap satu atau dua kali dalam setahun. Kegiatan Parenting ini memang merupakan kegiatan yang melibatkan keluarga (orang tua) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak [8]. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru WK3 berikut ini: “Umumnya pernah ya.. minimal pada saat orang tua mengambil raport atau ada seminar dengan orang tua itu istilahnya parent seminar itu ya, untuk saling bertukar informasi tentang keadaan siswa dan anak dengan orang tua, kondisi anak itu bagaimana di sekolah, perkembangan belajarnya juga, kekurangannya di sekolah, dan juga diajarkan cara-cara atau kiat-kiat khusus dalam mendidik anak. Ya.. itu semua sih.”
d. Bentuk kerjasama yang keempat adalah komunikasi dengan orang tua, untuk memantau dan mengawasi anaknya di sekolah, seperti menanyakan tentang pembelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan belajarnya di sekolah, kemudian menanyakan sikap dan tingkah lakunya di sekolah dengan menggunakan media komunikasi seperti telepon, SMS, dan media sosial. Dengan adanya komunikasi, maka orang tua dan guru saling bertukar informasi khusus tentang anak, seperti penyakit anaknya, phobia anaknya, dan makanan yang tidak boleh dimakan oleh anaknya di sekolah, karena salah satu fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi (to inform) maka, dengan komunikasi, orang tua dapat menyampaikan informasi kepada guru mengenai kondisi anaknya dan sebaliknya guru memberitahukan tentang prestasi siswa kepada orang tuanya. Maka terjadi pertukaran informasi antara guru dan orang tua [14]. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua OT7 berikut ini:
13
“Saya komunikasi lewat sms, dalam hal misalnya anak saya itu sensitif dalam hal makanan, sehingga saya sering sakit pencernaan. Nah, saya menyampaikan kepada ibunya bahwa: Bu, anak saya ini selain izin, saya juga minta ibu beri perhatian khusus dan semangat supaya dia lebih perhatikan makanan. Yang kedua, dia takut pada satu pelajaran, yaitu musik. Karena dia tidak bakat maka saya bicara dengan gurunya via sms saja karena saya jarang bertemu, mohon dibimbing anaknya ini. Tapi secara sms aja saya lakukan.”
Bentuk/Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua Siswa Dari hasil penelitian, ada dua bentuk/ pola komunikasi yang dilakukan oleh guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai berikut: a. Yang pertama adalah bentuk komunikasi formal dilakukan dengan suratmenyurat, pemberian raport, pertemuan dengan orang tua dan komite di sekolah, dan kegiatan parent seminar. Karena, komunikasi yang resmi bersifat formal guru dan orang tua mempunyai tujuan apa yang akan disampaikan telah direncanakan serta memiliki tema yang khusus dalam bentuk kegiatan konferensi dengan orang tua, pertemuan dengan orang tua secara pribadi, kunjungan rumah, dan laporan berkala yang merupakan bentuk komunikasi yang resmi guru dengan orang tua [8]. Komunikasi formal antara guru dan orang tua ini bertujuan untuk saling bertukar informasi, memberikan ide, gagasan, kritik dan saran yang berguna bagi sekolah dan oranng tua dalam meningkatkan prestasi siswa [15]. b. Yang kedua adalah bentuk komunikasi nonformal dilakukan melalui kegiatan kunjungan ke rumah (home visit), melalui alat komunikasi SMS, telepon, atau media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Oleh karena itu komunikasi non formal antara guru dan orang tua termasuk dalam bentuk Interpersonal communications yang bertujuan untuk saling bertukar informasi guru dan orang tua tentang siswa, apa yang terjadi selama jam sekolah, kondisi siswa, sikap dan tingkah laku siswa dengan cara dan media yang sederhana [13]. Selain itu, pola komunikasi yang terjadi antara guru dengan orang tua bersifat dua arah dimana sang komunikator menyampaikan suatu pesan dan pesan tersebut diterima oleh komunikan dan selanjutnya dikembalikan lagi berupa respon dalam bentuk umpan balik yang diberikan komunikan kepada komunikator. Dalam hal ini guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan (encoding) dalam bentuk verbal maupun non verbal dan orang tua sebagai komunikan yang menerima pesan (decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon atau umpan balik (feedback). Proses pola komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm (dalam Mulyana 2002), menggambarkan hubungan yang dinamis 14
antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Gambar 1. Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm Media Sosial (Blackberry Messenger dan Whatsapp)
Message
(Orang Tua Siswa)
(Guru, Wali Kelas, Kepala Sekolah)
Komunikan
Komunikator
feedback
Sumber : Mulyana, 2002, hal. 141
Penjelasan Gambar: Pola komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dengan orang tua bersifat dua arah dimana guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan atau informasi (encoding) melalui media sosial (Blackberry Messenger dan Whatsapp) kepada orang tua sebagai komunikan yang menerima pesan dan informasi (decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon atau umpan balik (feedback). Pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru (komunikator) berupa informasi mengenai siswa di sekolah, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan dan program bersama orang tua, serta menyampaikan hasil belajar siswa. Pesan dan informasi tersebut dikirim melalui aplikasi media sosial Blackberry Messenger dan Whatsapp. Kemudian orang tua sebagai komunikan menerima pesan dan informasi tersebut, kemudian memberikan umpan balik (feedback) berupa tanggapan, menyampaikan keluh kesah, pertanyaan, memberikan ide, saran dan kritik yang berguna bagi guru dan sekolah, menanyakan keadaan anaknya di sekolah, menanyakan jadwal pelajaran, dan meminta izin absen kepada guru. Dengan demikian, maka hubungan komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses komunikasi 15
yang dinamis membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling bertukar informasi antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi interpersonal dalam rangka kerjasama guru dan orang tua untuk mengawasi dan meningkatkan prestasi siswa. Faktor Penghambat Kerjasama Guru dan Orang Tua Faktor yang menghambat kerjasama guru dan orang tua yaitu karena pekerjaan dengan kesibukan yang padat orang tua, sehingga akan menjauhkan orang tua dari kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. Orang tua tidak bisa hadir dalam undangan pertemuan dengan guru-guru di sekolah, sehingga yang hadir hanya perwakilan atau utusan dari orang tuanya untuk datang mewakili orang tua wali murid di sekolah. Orang tua tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan sekolah untuk membahas tentang prestasi siswa, program-program sekolah, dan lain-lain. Orang tua tidak tau tentang bagaimana kondisi anaknya selama belajar di sekolah dan prestasi belajarnya, dan juga hal-hal atau informasi penting dari sekolah, sehingga dengan demikian seringkali terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan guru-guru karena tidak adanya kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi secara langsung untuk membahas tentang prestasi belajar anaknya selama ini. Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan dalam bekerjasama dengan orang tua siswa adalah dengan mencarikan waktu yang tepat bagi orang tua untuk bisa terlibat dalam kegiatan sekolah. Sekolah mengupayakan agar orang tua selalu bisa hadir dalam pertemuan rutin di sekolah, agar kerjasama sekolah dengan orang tua dapat terjalin dengan baik, sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya selama di sekolah, serta dapat menyampaikan keluh kesah mereka kepada guru-guru. Pertemuan bisa dilakukan ketika hari libur agar orang tua wali murid bisa hadir atau pertemuan dilaksanakan di hari biasa tetapi pada siang hari setelah jam satu atau dua ketika orang tua sudah pulang bekerja [8]. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak di rumah adalah sebagai berikut: a. Sebagai Adviser (Penasihat) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anaknya agar anaknya terhindar dari hal-hal negatif dalam pergaulannya sehari-hari dan juga turut bertanggung jawab terhadap kebutuhan anaknya sehari-hari dan pendidikannya, memberikan perhatian, menjadi teladan serta mengajarkan tentang hal-hal atau nilai-nilai yang baik dalam kehidupan [7]. b. Sebagai Motivator yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anaknya di rumah untuk rajin belajar, namun tidak hanya sekedar memberikan
16
dorongan dan motivasi saja, namun orang tua juga ikut memperhatikan aktifitas belajar anaknya di rumah, karena jika orang tua terlibat langsung dalam pembelajan anaknya, maka akan berdampak kepada semangat anaknya untuk meningkatkan prestasinya di sekolah [11]. c. Memberikan Fasilitas Belajar (Fasilitator) yang bertanggung jawab dalam pembelajaran anak di rumah, orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak, baik fasilitas belajarnya, sarana dan prasarana yang digunakan anak dalam belajar antara lain: tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku [10]. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh orang tua antara lain, tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku. d. Mendampingi dan Membantu Anak Saat Belajar di Rumah yaitu menemani anak saat belajar, memberi motivasi terhadap anak, perhatian terhadap nilai anak, memberikan fasilitas belajar yang mencukupi, mengontrol, mengoreksi, serta memberi petunjuk dalam bertingkah laku. Oleh karena itu, dengan keterlibatan orang tua tersebut maka akan berdampak positif dalam pembelajaran anak, karena anak merasa dicintai dan diperhatikan orang tuanya di rumah [12]. Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa Dari hasil penelitian dan wawancara dengan guru (wali kelas), terdapat tiga jenis peran guru di sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga diantaranya adalah: a. Sebagai Motivator yang selalu membangkitkan motivasi para siswa agar mereka belajar lebih giat belajar, merangsang dan memberikan dorongan kepada siswa pada saat saat sebelum pelajaran dimulai, pada saat pelajaran disampaikan atau bisa juga setelah selesai menyampaikan pelajaran di kelas [6]. b. Sebagai Fasilitator yang memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber belajar yang baik seperti buku-buku pelajaran, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, penambahan jam pelajaran, remidiasi, kegiatan ekstrakulikuler, mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan, kompetisi dan olimpiade baik yang akademik maupun non akademik dan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa, memotivasi siswa dan menyalurkan bakat dan minat siswa demi mencapai prestasi yang baik. [6] c. Sebagai Pembimbing/Pengarah yang membimbing siswa dengan cara bertanya kepada siswa penyebab prestasinya menurun, kemudian memberikan solusi serta membimbing siswa untuk melakukan hal-hal yang dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasinya kembali. Guru melakukan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara pribadi dan kemudian dikomunikasikan
17
dengan orang tuanya agar supaya guru dan orang tua bersama-sama membimbing anaknya di sekolah dan juga di rumah, sehingga dengan demikian, maka akan terjalin hubungan komunikasi dan kerjasama antara guru dan orang tua dalam meningkatkan prestasi siswa untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan. [6] Jenis Media Sosial Yang Sering Digunakan Guru dan Orang Tua. Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap harinya, yaitu BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Beberapa orang tua dan guru yang menggunakan jenis media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp karena berbagai alasan, yaitu karena lebih mudah, lebih praktis, dan lebih cepat dalam menyampaikan pesan. Karena dengan media sosial ini memudahkan guru dan orang tua untuk saling berinteraksi, berbagi informasi (sharing) konten, dan saling memberikan pendapat dan ide (creating opinion) secara langsung dengan mudah dengan biaya yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon [20]. Namun, tidak semua guru dan orang tua yang menggunakan media sosial dalam berkomunikasi setiap hari. Sebagian guru dan orang tua masih menggunakan telepon dan SMS sebagai alat komunikasi sehari-hari. Berdasarkan data penelitian, dari sepuluh responden orang tua, hanya 5 orang saja yang menggunakan media sosial yaitu, pengguna BBM (Blackberry Messenger) sebanyak 5 orang, pengguna Whatsapp sebanyak 2 orang dan pengguna Facebook hanya 1 orang. Sementara dari kalangan guru-guru dari 11 responden, terdapat 8 orang yang menggunakan media sosial, yaitu sebanyak 8 orang pengguna BBM (Blackberry Messenger), kemudian 6 pengguna Whatsapp dan 3 orang pengguna Facebook. Intensitas Penggunaan Media Sosial Oleh Guru dan Orang Tua. Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua lebih sering menggunakan media sosial BBM (BlackBerry Messenger) dan Whatsapp untuk media berkomunikasi dengan kel uarga, anak, dan teman kerjanya setiap hari dibandingkan berkomunikasi dengan guru dengan media sosial tersebut [21]. Namun, untuk chating atau berkomunikasi dengan orang tua dan guru masih jarang dan kurang berkomunikasi, karena orang tua dan guru lebih suka berkomunikasi dengan orang-orang terdekat dan keluarga secara personal menggunakan media sosial [22]. Guru dengan orang tua berkomunikasi menggunakan media sosial jika ada sesuatu yang mendesak, ada hal-hal tertentu dan jika ada sesuai kebutuhan saja, seperti kalau orang tua bertanya tentang hari libur, jadwal pelajaran, meminta izin untuk anaknya, dan menanyakan tentang keadaan anaknya di sekolah. Sebaliknya juga, guru menggunakan media sosial 18
untuk berkomunikasi dengan orang tua ketika ada sesuatu ya ng mendesak dan penting seperti, memberikan informasi tentang jadwal pelajaran, jadwal pulang sekolah, jadwal kegiatan di sekolah, dan bertanya ketika siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan dari orang tua. Guru dan orang tua masih jarang untuk berkomunikasi setiap harinya menggunakan media sosial, karena menggunakan media sosial itu hanya dua sampai tiga kali salam waktu seminggu. Selain itu, tidak ada group di media sosial khusus orang tua dan guru, sehingga dalam menyampaikan informasi atau sharing informasi ke orang tua siswa hanya bersifat personal atau pribadi saja. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk koordinasi dan kerjasama antara guru dan orang tua belum cukup efektif dan bermanfaat karena sebagian orang tua dan guru yang masih belum menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi, karena dari hasil wawancara 10 responden orang tua hanya 5 orang atau 50 persen yang menggunakan media sosial (BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp) sedangkan dari 11 responden guru yang diwawancarai, hanya 8 orang atau 72 persen guru yang menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap hari. Selain itu, guru dan orang tua yang menggunakan media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp juga masih kurang memanfaatkannya dengan baik untuk bekerjasama karena intensitas komunikasi guru dengan orang tua juga rendah, yaitu hanya tiga kali dalam seminggu sesuai kebutuhan saja. Oleh karena itu, penggunaan media sosial tidak berperan penting dalam kerjasama guru dan orang tua, juga kerjasama orang tua dan guru tidak dipengaruhi oleh media sosial. Saran Guru dan orang tua sebaiknya lebih sering bertemu dan berkomunikasi antarpribadi, baik melalui pertemuan formal maupun non formal untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan tentang siswa, seperti seperti minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa. Guru dan orang tua sebaiknya lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dan bekerjasama rangka mengawasi pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebaiknya sekolah dan guru-guru membuat akun group obrolan dengan orang tua di media sosial di Facebook, BBM (Blackberry Messenger), dan Whatsapp agar supaya segala informasi-informasi dari sekolah, seperti jadwal pelajaran, acara atau kegiatan-kegiatan di sekolah, program-program sekolah dan lain-lain dapat dibagikan ke orang tua melalui media sosial sehingga lebih cepat, efisien dan praktis.
19
DAFTAR PUSTAKA [1]
Wardiah, Sri, Murniati, & Djailani, 2015, Strategi Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SD Negeri 1 Lhoknga, Banda Aceh, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 03: 12-21. [2] Andreana, I Made D, Nyoman Sugihartini, Dessy Seri Wahyuni, dkk, 2013, Korelasi Perhatian Orang Tua Siswa dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri Se-Kota Tabanan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI), 02: 697-702 [3] Syatra, N.Yusvavera, 2013, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Yogyakarta: Bukubiru. [4] Uno, H.B, 2007, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. [5] Wahyudi, Imam , 2012, Mengejar Profesionalisme Guru: Strategi Praktis Mewujudkan Citra Guru Profesional, Surabaya: PT. Prestasi Pustaka Raya. [6] Zen, Zulfikar, 2010, Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia. [7] Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta [8] Coleman, M, 2013, Empowering Family-Teacher Partnership Building Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication. [9] Nursito, 2002, Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Yogyakarta: Insan Cendekia. [10] Suharsono, 2004, Mencerdaskan Anak, Jakarta: Inisiasi Press [11] Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta. [12] ` Suharsono, 2003, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, Jakarta: Inisiasi Press [13] Widjaja, H.A.W, 2008, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT. Bumi Aksara [14] Effendy, O. Uchjana, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya. [15] Cangara, Hafied, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [16] Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya [17] Suyanto, Slamet, 2005, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat Publishing. [18] Purwanto, Ngalim, 2000, Ilmu Pendidina Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
20
[19] [20] [21] [22] [23]
[24] [25] [26]
[27]
Coleman, M, 2013, Empowering Family-Teacher Partnership Building Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication. Puntoadi, 2011, Jenis Media Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada Nurudin, 2012, Media Sosial Baru Dan Munculnya Revolusi Komunikasi Baru, Yogyakarta: Buku Litera. Erlina, Hasan, 2009, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Yusuf, Oik, (12 Juni 2014), BlackBerry Messenger Masih Juara di Indonesia, diakses 30 November 2015,http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.J uara.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bpkompas&utm_campaign=related& Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bandung: Rineka Cipta Miles, M. B. & Huberman, A. M, 2014, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. (Alih bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi), Jakarta: UI Press. Sugiyono, 2007, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfabeta.
21