KONTRIBUSI PERSEPSI TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP KETERIKATAN SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA Fitri Meilinda, Farah Aulia Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail:
[email protected]
ABSTRACT: Contribution perception of pedagogical competence of teachers to students engangement in math. This study is a correlational research which determine to find out contribution perception about pedagogical competence of Mathematics theachers to student engagement on Mathematics lesson. Subjects were 87 the eighth grade students of MTsN Padang Japang Lima Puluh Kota Regency, subjects were taken by total sampling technique. Result by simple linear regression analysis obtained r 2 = 0.215 and p= 0.000 (p < 0.01) for engagement in general, r2 = 0.177 and p = 0.000 (p < 0.01) on cognitive engagement, r 2= 0.197 and p = 0.000 (p < 0.01) on emotional engagement, r2 = 0.118 and p=0.001 (p < 0.01) on behavioral engagement, so this proves that perception of pedagogical competence of Mathematics teachers contribute to student engagement in Mathematics lesson.
Keywords: perception about pedagogical competence of teacher, student engagement, mathematics
ABSTRAK: Kontribusi persepsi tentang kompetensi pedagogik guru terhadap keterikatan siswa pada pelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Subjek
berjumlah
87 orang siswa kelas VIII MTsN Padang Japang
Kabupaten Lima Puluh Kota, pengambilan subjek menggunakan teknik total sampling. Hasil analisis regresi linear sederhana diperoleh nilai r2 = 0.215 dan p = 0.000 (p < 0.01) untuk keterikatan secara umum, r2 = 0.177 dan p = 0.000 (p < 0.01) pada keterikatan kognitif, r2 = 0.197 dan p = 0.000 (p < 0.01) pada keterikatan emosional, r2 = 0.118 dan p = 0.001 (p < 0.01) pada keterikatan behavioral, sehingga membuktikan bahwa persepsi tentang kompetensi pedagogik guru matematika berkontribusi terhadap keterikatan siswa pada pelajaran Matematika.
Kata kunci: persepsi tentang kompetensi pedagogik guru, keterikatan siswa, matematika
22
Meilinda & Aulia, Kontribusi Persepsi Tentang Kompetensi...| 23
Hasil penelitian Dharmayana (2010)
PENDAHULUAN Keberhasilan sistem pembelajaran di sekolah
tergantung
pada
komponen-
membuktikan bahwa keterikatan siswa pada pelajaran di sekolah merupakan anteseden
komponen yang terdiri dari guru, siswa,
yang
sarana, alat dan media yang tersedia, serta
prestasi akademik siswa unggul. Selain itu,
lingkungan
belajar
dari
penelitian Sirin dan Sirin (2005) juga
organisasi
kelas
keharmonisan
membuktikan bahwa keterikatan dengan
yang
terdiri
dan
berpengaruh
langsung
secara
terhadap
hubungan antara orang yang terlibat dalam
sekolah,
signifikan
dapat
proses pembelajaran, yang disebut iklim
memprediksi kinerja akademik siswa.
sosial-psikologis (Sanjaya, 2010). Ditinjau
Akibat dari ketidakterikatan siswa
dari komponen siswa, diperlukan keterikatan
pada sekolah, meliputi prestasi akademik
secara aktif (active engagement) untuk
yang rendah serta siswa mempersepsikan
mencapai keberhasilan pembelajaran di
belajar di sekolah sebagai pengalaman yang
sekolah (National Research Council, 2004).
tidak relevan dan membosankan (Price,
Fredricks, (2004)
Blumenfeld,
menyatakan
bahwa
dan
Paris
keterikatan
dkk., 2012). Keterikatan siswa pada sekolah (school
engagement)
sebagai
(engagement) berhubungan dengan hasil
keberhasilan
akademik yang positif, termasuk prestasi
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti
dan ketekunan di sekolah. Keterikatan
keluarga, komunitas, budaya, dan konteks
(engagement)
pendidikan
juga
mencerminkan
proses
prediktor
(Fredricks,
pembelajaran
dkk.,
2004).
pengalaman psikologis maupun perilaku
Penelitian yang dilakukan Patrick, Ryan,
yang dialami siswa di sekolah (National
dan Kaplan (2007) membuktikan bahwa
Research Council, 2004). Siswa
yang
persepsi siswa terhadap lingkungan sosial di
proses
kelasnya, meliputi dukungan guru; rasa
cenderung
saling menghormati; interaksi terkait tugas;
memiliki pembelajaran
keterikatan di
pada
sekolah
mencapai level dan nilai ujian yang lebih
dan
tinggi, sedangkan siswa yang keterikatannya
berhubungan dengan keterikatan mereka di
pada proses pembelajaran di sekolah berada
kelas Matematika.
pada
level
yang
rendah
cenderung
dukungan
dari
teman
sekelas
Matematika merupakan penyumbang terbesar
terhadap
meliputi perilaku yang mengganggu proses
karena
nilai akhir mata pelajaran kurang
belajar, membolos, dan dikeluarkan dari
dari 4 terbanyak pada mata pelajaran
sekolah (Klem & Connell, 2013).
Matematika, sedangkan salah satu syarat
mengalami
kerugian
jangka
panjang,
ketidaklulusan
siswa,
kelulusan adalah nilai akhir tiap mata
24 | Jurnal RAP UNP, Vol 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 22-31
pelajaran tidak boleh kurang dari 4
kontribusi dalam mereduksi kecemasan
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
siswa menghadapi Ujian Nasional (UN).
2012).
Penelitian lain yang dilakukan Irawan
Guru sebagai bagian dari lingkungan
(2010)
membuktikan
bahwa
terdapat
sosial siswa di sekolah serta komponen dari
hubungan positif antara persepsi terhadap
sistem pembelajaran berperan penting dalam
kompetensi
meningkatkan
berprestasi siswa.
keterikatan
siswa
pada
guru
dengan
motivasi
pelajaran di kelas, karena guru mempunyai
Slavin (2011) menyatakan pedagogik
peran ganda, yaitu sebagai pendidik dan
sama dengan pengajaran (instruction), yaitu
pengajar. Sukmadinata (2009) menyatakan
kaitan antara apa yang diinginkan guru
bahwa sebagai pendidik, guru memiliki
untuk dipelajari siswa dan pembelajaran
tugas
siswa yang sesungguhnya. Jadi, kompetensi
utama
mendewasakan utama
guru
membantu
untuk
membantu
siswa,
sedangkan
tugas
pedagogik merupakan kemampuan guru
sebagai
pengajar
adalah
dalam melaksanakan pembelajaran agar
perkembangan
intelektual,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
afektif, dan psikomotor siswa melalui penyampaian
pengetahuan,
Persepsi siswa tentang kompetensi
pemecahan
pedagogik guru sebagai salah satu faktor
masalah, serta latihan-latihan afektif dan
yang mempengaruhi keberhasilan proses
keterampilan. Oleh karena itu, Syah (2008)
belajar
menyatakan bahwa guru sebagai pendidik
penelitian yang dilakukan Aminah (2008),
ataupun pengajar merupakan faktor penentu
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesuksesan proses pembelajaran.
terdapat hubungan positif yang signifikan
siswa
telah
dibuktikan
dalam
Kompetensi guru merupakan syarat
antara persepsi siswa tentang kompetensi
mutlak yang wajib dimiliki masing-masing
pedagogik guru dan motivasi belajar dengan
guru. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Bab II
prestasi belajar siswa. Artinya, persepsi
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
siswa tentang kompetensi pedagogik guru
Tentang Guru, yaitu: “Guru wajib memiliki
dan motivasi belajar merupakan salah satu
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
dari
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
mempengaruhi prestasi belajar.
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Penelitian
Ayuningtyas
sekian
banyak
Berdasarkan
faktor
permasalahan
yang
dan
fenomena yang terjadi saat ini, peneliti (2009)
tertarik untuk meneliti pengaruh persepsi
menunjukkan bahwa persepsi siswa yang
tentang
kompetensi
pedagogik
guru
positif terhadap kompetensi guru memiliki
terhadap keterikatan siswa pada sekolah
Meilinda & Aulia, Kontribusi Persepsi Tentang Kompetensi...| 25
(school
engagement)
pada
mata
pelajaran Matematika.
Analisis data menggunakan teknik Analisis
Regresi
Linear
Sederhana,
meskipun desain penelitian ini adalah penelitian korelasional. Hal ini berdasarkan
METODE Penelitian pendekatan
ini
menggunakan
kuantitatif
jenis
persoalan pada analisis regresi sudah jauh
penelitian korelasional. Adapun variabel
lebih rumit, akan tetapi persoalannya tetap
bebas pada penelitian ini adalah persepsi
mengenai soal korelasi, yaitu sehimpunan
tentang
pasangan berurut.
kompetensi
dengan
pendapat Kerlinger (2004) bahwa meskipun
pedagogik
guru
Matematika dan variabel terikatnya adalah keterikatan siswa pada mata pelajaran Matematika.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Populasi pada penelitian ini berjumlah
Berdasarkan
kategorisasi
Skala
93 siswa kelas VIII-3, VIII-4, dan VIII-5
Persepsi
MTsN Padang Japang, di mana semua
Pedagogik Guru Matematika, hasil uji
populasi dijadikan sebagai sampel penelitian
normalitas menunjukkan bahwa sebaran
karena sampel pada penelitian ini ditentukan
variabel persepsi siswa tentang kompetensi
dengan teknik total sampling. Akan tetapi,
pedagogik guru Matematika memperoleh
pada saat pengambilan data penelitian
nilai Kolmogorov Smirnov-Z (KS-Z) sebesar
sampel berkurang menjadi 87 orang karena
0.901 dan variabel keterikatan siswa pada
pengambilan data penelitian dilakukan pada
mata pelajaran Matematika memperoleh
awal Tahun Pelajaran 2013/2014, sehingga
nilai KS-Z sebesar 0.693, sehingga pada
6 orang sampel ada yang telah berhenti
variabel persepsi siswa tentang kompetensi
sekolah ataupun pindah sekolah.
pedagogik guru Matematika nilai p = 0,901
Pengumpulan
tentang
Kompetensi
penelitian
(p > 0.05), begitu juga pada variabel
menggunakan dua buah skala Likert, yaitu
keterikatan siswa pada mata pelajaran
Skala
Kompetensi
Matematika nilai p = 0.693 (p > 0.05). Jadi,
Pedagogik Guru yang terdiri dari 37 item
hasil uji normalitas menunjukkan bahwa
pernyataan dan Skala Keterikatan Siswa
kedua variabel berdistribusi normal.
Persepsi
data
Siswa
tentang
pada Mata Pelajaran Matematika yang
Hasil uji linearitas hubungan antara
terdiri dari 37 item pernyataan yang telah
persepsi tentang kompetensi pedagogik guru
diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih
Matematika dengan keterikatan siswa pada
dahulu.
mata
pelajaran
Matematika
dengan
26 | Jurnal RAP UNP, Vol 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 22-31
menggunakan model statistik F-linearity
persepsi
memperlihatkan bahwa variabel persepsi
pedagogik guru Matematika berkontribusi
tentang
terhadap keterikatan siswa
kompetensi
pedagogik
guru
siswa
tentang
Matematika,
kompetensi
pada mata
Matematika dan keterikatan siswa pada mata
pelajaran
pelajaran Matematika dalam penelitian ini
keterikatan siswa pada mata pelajaran
memiliki korelasi yang linear karena nilai F
Matematika rata-rata akan berubah sebesar
= 23.539 yang memiliki p = 0.000 (p <
0.46 untuk setiap perubahan yang terjadi
0.05).
pada
variabel
dimana
persepsi
variabel
siswa
tentang
Adapun hasil uji hipotesis penelitian
kompetensi pedagogik guru Matematika.
ini dapat dilihat dari koefisien determinasi
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
yang didapatkan sebesar 0.215, yang berarti
telah dilakukan Patrick, Ryan, dan Kaplan
bahwa perubahan tingkat keterikatan siswa
(2007) yang membuktikan bahwa persepsi
pada mata pelajaran Matematika sebesar
siswa
21.5% disebabkan oleh persepsi siswa
kelasnya, berhubungan dengan keterikatan
tentang
siswa di kelas Matematika.
kompetensi
pedagogik
guru
Matematika, sedangkan 78.5% disebabkan
terhadap
lingkungan
sosial
di
Hasil pengisian Skala Persepsi Siswa
oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur
tentang
dalam
ditinjau
Matematika menunjukkan bahwa sebagian
berdasarkan tiga tipe keterikatan, dapat
besar subjek memiliki persepsi positif
dilihat bahwa kontribusi yang paling besar
(sebanyak 43.68%) atau bahkan sangat
terdapat pada keterikatan emosional, yaitu
positif
19.7%, selanjutnya pada keterikatan kognitif
pedagogik
sebesar 17.7%, dan kontribusi terendah
Sedangkan,
terdapat pada keterikatan behavioral sebesar
memiliki persepsi yang netral tentang
11.8%.
kompetensi pedagogik guru Matematika
penelitian
Jadi,
dapat
ini.
Apabila
disimpulkan
Kompetensi
(36.78%) guru
Pedagogik
tentang
kompetensi
Matematika
sebanyak
Guru
mereka.
14.94%
subjek
bahwa
mereka, dan hanya 4.60% subjek yang
persepsi tentang kompetensi pedagogik guru
memiliki persepsi negatif, serta tidak ada
Matematika
terhadap
subjek yang memiliki persepsi yang sangat
pada mata pelajaran
negatif Jika dilihat dari perbandingan mean
berkontribusi
keterikatan siswa
Matematika, dengan kata lain hipotesis pada
hipotetik
dan
penelitian ini diterima.
indikator
persepsi
Pembahasan
pedagogik guru Matematika, dari tujuh
Hasil analisis regresi linear sederhana yang
dilakukan
menunjukkan
bahwa
indikator
hanya
empirik
masing-masing
tentang
satu
kompetensi
indikator
yang
memiliki mean empirik lebih kecil daripada
Meilinda & Aulia, Kontribusi Persepsi Tentang Kompetensi...| 27
mean teoritik, yaitu indikator pemanfaatan
rendah hanya sebanyak 2.30%, serta tidak
teknologi
komunikasi,
ada subjek yang memiliki keterikatan yang
sedangkan enam indikator lainnya memiliki
sangat rendah. Adapun perbedaan data hasil
mean
penelitian
informasi
empirik
dan
yang
lebih
besar
ini
dengan
fenomena
yang
dibandingkan dengan mean teoritiknya.
diungkapkan dalam latar belakang bisa
Hasil ini menunjukkan bahwa indikator
dikarenakan adanya rentang waktu antara
pemanfaatan
survei awal yang dilakukan pada semester 2
teknologi
informasi
dan
komunikasi direspon negatif atau rendah
Tahun
oleh sebagian besar subjek. Hal ini bisa jadi
pengambilan
disebabkan masih kurangnya teknologi yang
dilaksanakan
tersedia di sekolah mereka. Berdasarkan
Pelajaran 2013/2014. Hal ini menyebabkan
pengamatan peneliti selama berlangsungnya
adanya beberapa subjek penelitian yang
penelitian di MTsN Padang Japang dan
tidak bisa diikutkan dalam pengambilan data
wawancara
Bidang
karena tidak naik kelas lalu pindah ke
Kurikulum pada tanggal 28 November 2013,
sekolah lain dan ada beberapa subjek
teknologi yang tersedia, seperti in focus dan
penelitian yang sudah berhenti sekolah.
dengan
Waka
komputer untuk mengajar hanya terbatas di
Pelajaran
2012/2013
data pada
dengan
penelitian semester
yang
1
Tahun
Menurut Waka Bidang Kurikulum
laboratorium komputer dan laboratorium
yang
IPA, sedangkan pengajaran pada mata
September 2013, tingginya keterikatan siswa
pelajaran Matematika masih mengandalkan
pada
media papan tulis dan buku. Selain itu,
disebabkan adanya perhatian yang lebih
belum tersedianya aliran listrik ke ruangan-
terhadap pembelajaran Matematika karena
ruangan kelas juga menjadi kendala guru
adanya anggapan umum bahwa Matematika
dalam
merupakan pelajaran yang sulit. Waka
memanfaatkan
teknologi
dalam
pengajaran.
mata
Bidang
Data yang diperoleh dari pengisian Skala
diwawancarai
Keterikatan
Siswa
pelajaran
Kurikulum
tanggal
Matematika
berpendapat
28
bisa
bahwa
secara tidak langsung timbul tekad yang
Mata
lebih kuat dan usaha yang lebih keras pada
Pelajaran Matematika menunjukkan bahwa
guru Matematika karena menyadari bahwa
sebagian besar subjek memiliki keterikatan
mata pelajaran yang mereka ajarkan adalah
yang tinggi (43.68%) atau bahkan sangat
mata
tinggi (32.18%) terhadap mata pelajaran
Ditambah
Matematika,
subjek
Matematika yang jauh lebih banyak (6 jam
memiliki keterikatan yang sedang dan
pelajaran per minggu) menjadikan guru
subjek yang memiliki keterikatan yang
Matematika memiliki waktu yang lebih
sedangkan
pada
pada
21.84%
pelajaran lagi,
yang jumlah
dianggap jam
sulit.
pelajaran
28 | Jurnal RAP UNP, Vol 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 22-31
untuk mengajar dan berinteraksi dengan
berhenti sekolah dan tidak naik kelas
siswa.
merupakan salah satu bukti ketidakterikatan
Salah satu bukti yang mendukung
siswa.
mengenai tingginya keterikatan subjek pada
Persepsi siswa tentang kompetensi
mata pelajaran Matematika adalah nilai
pedagogik
guru
Matematika yang mereka peroleh pada
kontribusi
terbesar
semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013,
emosional
yang
dimana tidak ada subjek penelitian yang
menikmati kegiatan belajar dan timbulnya
memiliki nilai Matematika di bawah Kriteria
emosi positif terhadap suasana dan orang-
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai akademis
orang yang terlibat dalam proses belajar. Hal
diasumsikan sebagai output dari salah satu
ini sejalan dengan hasil wawancara dengan
indikator
yaitu
enam orang subjek penelitian pada tanggal
keinginan untuk mendapatkan hasil belajar
27 November 2013. Mereka mengaku
melebihi batas minimal kelulusan. Hasil ini
menikmati proses belajar di kelas, tidak
juga didukung oleh pernyataan Fredricks,
bosan setiap hari bertemu dengan teman-
Blumenfeld,
dan
bahwa
teman yang sama, merasa guru Matematika
keterikatan
(engagement)
berhubungan
mereka (guru I) tidak pemarah sehingga
dengan
keterikatan
hasil
kognitif,
Paris
(2004)
akademik
pada
memiliki keterikatan
meliputi
perasaan
positif,
suasana belajar menjadi tidak kaku, dan
termasuk prestasi dan ketekunan di sekolah.
meskipun ada beberapa teman yang suka
Selain itu, hasil penelitian Sirin dan Sirin
mengobrol di kelas, jumlah mereka sedikit
(2005) menunjukkan bahwa keterikatan
dan guru bisa mengarahkan mereka agar
siswa dapat memprediksi kinerja akademik
tetap
siswa secara signifikan.
terkecil persepsi siswa tentang kompetensi
Pengkategorian masing-masing
yang
Matematika
subjek tipe
mengikuti
pelajaran.
Kontribusi
berdasarkan
pedagogik guru terdapat pada keterikatan
keterikatan
behavioral, berupa mengikuti aturan dan
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek
berpartispasi
memiliki keterikatan yang tinggi, bahkan
sehingga dapat dilihat bahwa persepsi yang
sangat tinggi pada setiap tipe keterikatan,
positif terhadap kompetensi pedagogik guru
yaitu
Matematika lebih mempengaruhi reaksi
keterikatan
kognitif,
keterikatan
siswa
dalam
kegiatan
daripada
belajar,
emosional, dan keterikatan behavioral. Hasil
afektif
kepatuhan
dan
ini bisa dipengaruhi oleh tidak ikutnya
keterlibatan atau partisipasi siswa dalam
beberapa subjek pada saat pengambilan data
kegiatan belajar. Hasil wawancara dengan
penelitian karena sudah berhenti sekolah
enam orang subjek penelitian menunjukkan
ataupun tidak naik kelas, dimana kasus
bahwa sebagian besar siswa mengikuti
Meilinda & Aulia, Kontribusi Persepsi Tentang Kompetensi...| 29
peraturan yang ada lebih disebabkan karena
Matematika,
sudah terbiasa, tetapi pada saat belajar
berdasarkan tiga tipe keterikatan terdapat
Matematika dengan guru I mereka mengaku
44.83% siswa yang memiliki keterikatan
tidak terlalu banyak aturan-aturan yang
kognitif yang tinggi, 40.23% siswa memiliki
harus
keterikatan emosional yang tinggi, serta
dipatuhi
asalkan
mereka
mau
sedangkan
mengikuti pelajaran. Adapun kontribusi
48.28%
persepsi tentang kompetensi pedagogik guru
behavioral yang tinggi.
Matematika terhadap keterikatan secara keseluruhan
adalah
memiliki
dilihat
keterikatan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
21.5%,
bahwa persepsi siswa tentang kompetensi
sedangkan 78.5% dapat disebabkan oleh
pedagogik guru Matematika berkontribusi
faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam
terhadap
penelitian ini, misalnya faktor tingkatan
pelajaran Matematika, yaitu sebesar 21.5%.
sekolah, teman sebaya, struktur kelas,
Kontribusi yang paling besar terdapat pada
maupun
keterikatan
emosional,
selanjutnya
pada
faktor-faktor
sebesar
siswa
jika
dari
dalam
diri
individu.
keterikatan
siswa
pada
mata
yaitu
19.7%,
keterikatan
kognitif
sebesar 17.7%, dan kontribusi terendah terdapat pada keterikatan behavioral sebesar
SIMPULAN DAN SARAN
11.8%. Jadi, hipotesis yang diajukan pada Simpulan
penelitian ini diterima.
Persepsi tentang kompetensi pedagogik guru Matematika siswa kelas VIII MTsN Padang Japang bervariasi, dimana sebanyak 36,78% siswa memiliki persepsi yang sangat positif, 43,68% siswa memiliki persepsi yang
positif,
14.94%
siswa
memiliki
persepsi yang netral, 4.60% siswa memiliki persepsi yang negatif, dan tidak ada siswa yang memiliki persepsi yang sangat negatif tentang
kompetensi
pedagogik
guru
Matematika mereka.
sebanyak
tergolong 43.68%
Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru Matematika berkontribusi terhadap
keterikatan
siswa
pada
mata
pelajaran Matematika, sehingga diperlukan pengembangan kajian teoritis mengenai persepsi
siswa
tentang
kompetensi
pedagogik guru. Selain itu, bagi para guru disarankan
Keterikatan siswa pada mata pelajaran Matematika
Saran
tinggi, siswa
dimana memiliki
keterikatan yang tinggi pada mata pelajaran
untuk meningkatkan kompetensi di bidang pemanfaatan
teknologi
informasi
dan
komunikasi dalam proses pendidikan dan pengajaran, serta disarankan untuk selalu
30 | Jurnal RAP UNP, Vol 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 22-31
menciptakan suasana belajar yang menarik
sekolah yang berbeda, misalnya SMA,
dan menyenangkan. Para siswa disarankan
ataupun pada tingkatan sekolah yang setara,
untuk mempertahankan persepsi yang telah
seperti SMP, untuk memperkaya hasil
positif terhadap guru sebagai salah satu
penelitian. Selain itu, juga disarankan untuk
faktor yang mempengaruhi keterikatan pada
meneliti topik yang sama pada mata
pelajaran agar memperoleh keberhasilan
pelajaran yang berbeda dan disarankan
dalam pendidikan.
untuk mempertimbangkan variabel-variabel
Bagi
peneliti
lain
yang
akan
lain yang berhubungan dengan persepsi
mengambil topik yang sama disarankan
maupun
untuk mengambil subjek pada tingkatan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
DAFTAR RUJUKAN Aminah, Siti. (2008). Hubungan Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik Guru Kimia dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X Semester II MA Kartayuda Wado Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi tidak diterbitkan. UIN Sunan Kalijaga. Ayuningtyas, Rizka P. (2009). Hubungan antara Persepsi terhadap Kompetensi Guru dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) pada Siswa Kelas IX SMP N 9 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro.
Dharmayana, I Wayan. (2010). Kompetensi Emosi dan Keterikatan Siswa pada sekolah (School Engagement) Prediktor penting Prestasi Akademik Siswa Unggul. Cuplikan Hasil Penelitian Disertasi. Diakses melalui http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1 374_PR0104001.pdf tanggal 7 Februari 2013. Fredricks, J.A., Blumenfeld, P.C., & Paris, A.H. (2004). School Engagement: Potential of the Concept, State of the
keterikatan
untuk
mengetahui
Evidence. Review of Educational Research, 74, 59–109. Irawan, Pangky. (2010). Hubungan Persepsi terhadap Kompetensi Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VISMP Negeri 2 Tirto. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Hasil Ujian Akhir (Gabungan UN dan Nilai Sekolah) SMP/MTs Tahun Ajaran 2011/2012. Bahan Materi Jumpa Pers. Diakses melalui http://edokumen.kemenag.go.id/files/ UcbywqJx 1338784995.pdf tanggal 17 Januari 2014. Kerlinger, Fred N. (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral, Ed III. (Landung R. Simatupang. Terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Klem, Adena M. & Connell, James P. (Diakses tahun 2013).Engaging Youth in School. Institute for Research and Reform in Education. National Research Council and the Institute of Medicine (2004). Engaging Schools: Fostering High School Student’s Motivation To Learn. Division of Behavioral and Social
Meilinda & Aulia, Kontribusi Persepsi Tentang Kompetensi...| 31
Science and Education. Washington DC: The National Academies Press. Patrick, H., Ryan, Allison M., & Kaplan, A. (2007). Early Adolescent’s Perceptions of Classroom Social Environment, Motivational Beliefs, and Engagement. Journal of Educational Psychology, Vol.99, No.1, 83 – 98. Price, D., Jackon, D., Hannon, M.H.V., & Patton, A. (2012). The Engaging School: A Handbook for School Leader. Paul Hamlyn Foundation. Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Edisi 1). Jakarta: Kencana.
Sirin, Selcuk R. & Sirin, Lauren R. (2005). Component of School Engagement Among African American Adolescents. Applied Developmental Science Vol 9 No. 1, 5 – 13. Slavin,
Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik (Edisi Kesembilan, Jilid 1). (Marianto Samosir. Terjemahan). Jakarta: Indeks.
Sukmadinata, Nana S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syah,
Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.