Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
KONTRIBUSI METODE KAWAKITA JIRO DALAM PEMECAHAN SUATU MASALAH
Oleh: Pangesti Wiedarti
Metode Kawakita Jiro (MKJ) mula-mula dipakai di dalam bidang antropologi oleh penemunya, Kawakita Jiro. Setelah disempurnakan dalam kurun waktu 15 tahun, MKJ menjadi metode yang paling efektif dan efisien di Jepang dan diunggulkan sebagai metode pengembangan organisasi. MKJ terutama dipergunakan bagi usaha pemecahan masalah oleh suatu kelompok berdasarkan 4 langkah: pembuatan kartu, pengelompokan kartu, pembuatan charta, dan penjelasan secara verbal/ tertulis. Pada permasalahan yang lebih kompleks, diberlakukan MKJ kumulatif dengan langkah 6 putaran. MKJ menunjukkan adanya nilai-nilai kebebasan berpikir dan berpikir kreatif, manusiawi, solidaritas dan komunikasi kelompok, serta membentuk peradaban baru. Karenanya, MKJ banyak diaplikasikan oleh berbagai institusi pendidikan, perusahaan, dan lembaga penelitian/ pengembangan di Jepang. Kesamaan budaya Jepang dengan Indonesia dalam hal menjaga nilai-nilai kebersamaan memungkinkan kita mengapdosi MKJ sebagai metode pemecahan permasalahan.
Kata kunci: metode, pemecahan masalah, dinamika kelompok, brainstorming, affinity diagram (MKJ) 1.
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia, masyarakat Jepang, dan masyarakat Asia lain pada
umumnya cenderung merupakan masyarakat yang mengutamakan kebersamaan daripada individualisme. Oleh sebab itu, gotong royong menjadi ciri khas utama masyarakat kita. Karenanya, usaha memaksimalkan dinamika kerja kelompok patut selalu dilakukan, misalnya usaha pemecahan masalah dalam suatu kelompok. Akan tetapi, kinerja suatu kelompok, seringkali didominasi mereka yang talkative, sedangkan yang introvert, lebih suka “membisu”. Ini menjadikan dinamika kelompok tidak seimbang. Sesungguhnya ketidak-seimbangan demikian bukan hanya disebabkan oleh sikap introvert saja melainkan kita tidak dikondisikan berpendapat spontan di hadapan publik. Pada umumnya kita memang tidak dibesarkan dalam budaya aktif bertanya seperti budaya negara Barat. Dalam hal demikian, berpendapat, berpikir Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
1
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
bebas dan kreatif dapat terhambat. Untuk itu, Metode Kwakita Jiro (selanjutnya disingkat MKJ) tepat diterapkan sebagai alternatif memaksimalkan dinamika/kinerja kelompok, terutama dalam usaha pemecahan suatu masalah atau perumusan hipotesis dari suatu penelitian kelompok. Ciri utama MKJ dimulai dengan curah pendapat (brainstorming) yang dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Secara individual, seseorang dapat menuangkan gagasan dalam bentuk kalimat pernyataan berkaitan dengan topik/permasalahan yang dilakukan secara “tuntas” pada kartu-kartu (the post-it note, kertas label berperekat yang dapat ditulisi bagian permukaannya). Dalam kelompok, penuangan gagasan dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Pada langkah selanjutnya dilakukan pengorganisasian sejumlah gagasan ini. Bagaimanakah: memaksimalkan dinamika kelompok, alat penunjang untuk membuat keputusan: curah pendapat, MKJ: ihwal, keunggulan dan penerapannya di beberapa bidang, model pemecahan masalah dalam kelompok, serta nilai-nilai yang mendasari MKJ? Artikel ini akan mengupas ihwal MKJ berpijak dari pertanyaan di atas.
2. KAJIAN TEORI 2.1 Memaksimalkan dinamika atau kinerja kelompok: Suatu
tim
merupakan
kelompok
kecil
yang
anggotanya
mempunyai
keterampilan saling melengkapi, bertanggung jawab dan berorientasi terhadap tujuan bersama, serta berpijak pada pendekatan yang membuat mereka saling memahami. Akan tetapi, tidak semua tim memenuhi tuntutan ideal sedemikian ini kecuali sebuah tim yang sangat profesional. Selebihnya, umumnya tim ditentukan kualitasnya berdasarkan efektivitas kerja para anggotanya. Dalam tingkat pendidikan menengah atau universitas, misalnya, pemelajar memulai pendidikannya tanpa bekal keterampilan untuk dapat bekerja sama secara efektif.
Karenanya, guru/dosen perlu mengajari mereka dengan keterampilan
komunikasi yang memadai, kepemimpinan, kepercayaan, pembuatan keputusan, penguasaan manajemen konflik dan juga motivasi untuk menggunakan kesemua keterampilan ini agar kelompok berfungsi secara efektif. Dalam pembuatan suatu keputusan, seseorang harus mempertimbangkan beberapa langkah pemikiran. Apalagi jika keputusan itu dibuat oleh suatu tim yang melibatkan beberapa orang. Beberapa pilihan alternatif diperlukan selama proses berlangsung untuk menghasilkan keputusan berskala kecil atau besar yang Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
2
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
berkualitas. Keputusan berskala kecil ini misalnya keputusan tentang mengapa, di mana, dan kapan suatu pertemuan diadakan. Dalam prosesnya, pembuatan keputusan ini melibatkan beberapa hal misalnya waktu dan energi, mengevaluasi dan menyeleksi tujuan, waktu dan lokasi pertemuan. Ketidakmampuan membuat keputusan secara cepat dan efektif akan membuat tim ini tidak berfungsi. Pada proses pembuatan keputusan berskala besar, misalnya saat mengadopsi desain suatu projek yang melibatkan waktu dan energi setiap anggota kelompok yang melakukan studi pendahuluan terhadap alternatif yang mungkin diajukan dan kemungkinan adanya pro dan kontra terhadap alternatif tersebut. Beberapa anggota kelompok mungkin menyetujui satu atau lebih pendekatan alternatif sementara yang lain tidak berada pada suatu kesepakatan. Hal demikian berakibat pada kemungkinan terpecahnya kelompok ini. Pelemparan koin untuk mengundi atau mungkin bahkan voting pun belum tentu merupakan jalan keluar yang baik dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan dalam tim perlu dipelajari. Kerangka teori, strategi, dan alat yang dapat dipakai untuk membuat pilihan alternatif pembuatan keputusan perlu diberi perhatian. Pembuatan keputusan ini dapat dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang (http://www.foundationcoalition.org/ home/keycomponents/teams/decision.html), yaitu pertama, lingkungan pembuatan keputusan yang meliputi komunikasi efektif dalam tim maupun antar-tim termasuk di dalamnya adalah tentang pemahaman atas manajemen konflik. Bagaimana anggota tim berinteraksi satu sama lain mempengaruhi penciptaan lingkungan berkomunikasi, misalnya bagaimana setiap anggota mendengarkan pendapat masing-masing anggota. Kedua, metode pembuatan keputusan agar keputusan yang dibuat dapat didasarkan pada beberapa pendekatan, misalnya dengan “seven methods” (lihat Lampiran) yang terkenal dalam lingkup manajemen kelompok yang dapat menjadikan pembuatan keputusan didasarkan pada evaluasi atas keunggulan dan kekurangan masing-masing metode. Hal terpenting dalam langkah ini adalah pemelajar mengetahui informasi tentang bagaimana pencapaian keputusan itu dibuat. Ketiga, alat pembuatan keputusan diperlukan sejalan dengan makin banyaknya perusahaan keteknikan yang perkembangannya didasarkan pada tim multi-fungsi dalam mengimplementasikan berbagai desain. Berkaitan dengan itu beberapa perusahaan mengembangkan berbagai alat bantu (http://www.baranKontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
3
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
systems.com/New/Products/AffinityDiagramForExcel/;http://www.ms.lt/ms/projects/ toolkinds/organize.html) untuk tujuan berbagi pendapat, mengorganisasikan ide dan memvisualisasikan informasi yang diharapkan memperlancar pembuatan keputusan, bagaimana tiap anggota kelompok bertanya satu sama lain, dan bagaimana mereka mempresentasikan posisi dan peran masing-masing. Dengan cara ini diharapkan masing-masing anggota merasa nyaman dalam berbagi gagasan dan mengajukan solusi untuk pencapaian pengambilan keputusan yang berkualitas. Berkaitan dengan sudut pandang pertama tentang lingkungan pembuatan keputusan, Kline, pimpinan “Time to Think, Inc.” , berdasarkan observasinya selama bertahun-tahun, menciptakan konsep lingkungan berpikir dengan diawali oleh pernyataan diri sendiri
bahwa segala sesuatu tergantung dari
apa yang kita
pikirkan. Cara demikian ini akan membangkitkan kualitas berpikir setiap anggota. Dalam bukunya
“Time to Think: Listening to Ignite the Human Mind”, Kline
menyampaikan sepuluh komponen lingkungan berpikir (http://www.foundation coalition.org/home/keycomponents/teams/decision.html) yang tiap-tiapnya diharapkan mampu meningkatkan kualitas berpikir. 1. Perhatian: mendengarkan pembicara dengan rasa hormat, tertarik dan berminat terhadap paparan anggota kelompok. Komponen ini didasarkan pada asumsi bahwa kualitas berpikir kita tergantung dari kualitas perhatian kita terhadap satu sama
lain.
Dari
asumsi
ini
disarankan
agar
masing-masing
anggota
mendengarkan pendapat anggota lainnya dengan rasa hormat, sabar menunggu saat pembicara diam dan berpikir tanpa berkata sepatah pun, menghindari menyela pembicara, dan tidak menyepelekan pembicara. 2. Memotivasi pembicara untuk berpendapat dengan mengesampingkan berbagai asumsi yang membatasi pengungkapan gagasan. Misalnya ungkapan “Jika Anda cukup cerdas (untuk menghindarkan diri dari anggapan bodoh terhadap pembicara) bicarakan pemikiran Anda pada boss Anda”. Motivasi demikian ini ditujukan untuk membantu pembicara menyadari kemampuan diri sendiri. 3. Pemerataan, memungkinkan setiap anggota kelompok diperlakukan sebagai teman sejawat dalam berpikir. Dengan cara memberikan kesamaan hak dalam waktu, perhatian, persetujuan dan tanggung jawab akan meningkatkan kualitas berpikir tiap anggota. 4. Penghargaan lebih berarti daripada kritikan.
Yang dimaksudkan menghargai
adalah menghormati pemikiran dan opini anggota kelompok. Perbandingan Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
4
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
pemberian apresiasi dan kritikan sebanyak 4:1 jika dilatihkan dalam dinamika kelompok akan membantu seseorang untuk memikirkan diri sendiri berkaitan dengan penghargaan yang diberikan kepadanya. Jika seseorang dengan cara ini merasa dihargai, dia akan merasa nyaman berpendapat dan suka pada kelompoknya. 5. Kemudahan, maksudnya luwes, yaitu tingkat kecepatan dinamika dalam kelompok bisa berubah sesuai keperluan. 6. Memberanikan diri untuk bekerja sama daripada berkompetisi. Maksudnya, jika seseorang berkompetisi dengan salah satu anggota kelompok akan dapat membuat ybs tidak akan nyaman dalam berpikir; tetapi jika ybs didorong berpendapat, dia akan percaya terhadap kualitas pemikirannya.
Asumsi dari
komponen ini adalah jika anggota kelompok tidak berada dalam kondisi berkompetisi, ada kemungkinan mereka semua berpikir dengan baik dan nyaman. 7. Perasaan perlu dilonggarkan. Maksudnya, perlu ada perasaan bebas agar tetap dapat berpikir dengan cara mengekpresikan perasaan ketika pemelajar sedih yang membuat ia tidak dapat berpikir hati-hati, menyeluruh, dan secara dalam. Jika perasaan tidak dipedulikan, akan berdampak ke arah pemikiran yang rendah kualitasnya. 8. Pemberian informasi yang dilakukan secara utuh dan akurat
dan sesuai
kenyataan akan meningkatkan kualitas berpikir. 9. Tempat yang tepat dan nyaman akan menimbulkan kreativitas. 10. Perbedaan dapat meningkatkan kualitas karena adanya sudut pandang berbeda akan memungkinkan munculnya model-model pemecahan masalah.
Selanjutnya Kline merekomendasikan untuk melakukan kegiatan kelas dengan meminta setiap tim memilih empat dari 10 komponen di atas. Pada setiap komponen, kelompok diminta menjabarkannya dalam beberapa cara yang disertakan pada komponen kegiatan mereka. Dengan berlatih berkomunikasi dan bekerja sama yang efektif, tim diharapkan akan mampu membuat keputusan yang tepat. Pada gilirannya, tim dan organisasi mereka diharapkan dapat berkembang pesat. Dasar seperti inilah yang diharapkan menjadi fondasi dinamika kerja kelompok.
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
5
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
2.2. Alat penunjang untuk membuat suatu keputusan: brainstorming dan MKJ Dengan memanfaatkan 10 komponen yang diabstraksikan berdasarkan observasi Kline selama bertahun-tahun, dan ditunjang alat pembuat keputusan, dinamika kerja suatu tim diharapkan meningkat. Berkaitan dengan alat yang memungkinkan suatu tim dapat membuat keputusan bersama, ada beberapa alat yang dikembangkan oleh beberapa perusahaan di Jepang pada sekitar tahun 1990an yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan memperkenalkan tim yang dapat mengelola diri sendiri di tempat kerja (http://www.foundationcoalition.org/home/key components/teams/decision3.html). Alat itu antara lain adalah curah pendapat, affinity grouping, focus method, work design, dll. Artikel ini hanya akan membahas brainstorming (curah pendapat) dan affinity grouping (MKJ) karena menurut hasil survei, keduanya lebih banyak diaplikasikan daripada mdoel lainnya, seperti yang dipaparkan oleh Nakamura (http://www.triz-journal.com/archives/ 2001/02/e/) pada tabel sebagai berikut. A degree of use of the problem solution skill Order Skills
Degree of use
1
Brainstorming
87.1%
2
KJ(Kawakita Jiro) method*
63.1%
3
Osborn’s check list
36.1%
4
Attribute listing method
28.1%
5
NM (Nakayama Masakazu) method* 23.6%
6
Defects listing method
21.6%
7
SINWA drawing method. *
20.6%
8
Work design
20.1%
9
Gordon method
11.9%
10
Focus method
8.4%
11
Theory of equivalent transformation* 4.1%
12
Morphology analysis
3.3%
13
System combination method*
3.0%
14
ZK (Katagata Zenji) method*
2.3%
15
7X7 method
1.5%
* Dikembangkan di Jepang Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
6
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
Tabel di atas merupakan hasil survei terhadap 400 perusahaan dari 2000 perusahaan yang dikirimi kuesioner. Survei diadakan oleh SANNO pada Agustus 1989. Brainstorming mendududuki peringkat tertinggi, MKJ pada urutan kedua.
Sesungguhnya brainstorming dan MKJ tidak dapat dipisahkan sebab tanpa MKJ, hasil brainstorming tidak dapat diorganisir. Sebaliknya, MKJ didasarkan pada brainstorming. Dengan kata lain, brainstorming dan MKJ diperlukan sebagai alat penunjang sesuai dengan karakteristik perannya dalam membuat keputusan.
2.2.1 Brainstorming (Curah Pendapat) Pada tahun 1939 sebuah tim dipimpin oleh pakar iklan Alex Osborn mengkreasikan istilah "brainstorm" (http://www.skymark.com/resources/tools/affinity diagram.asp) yang berarti menggunakan kecerdasan untuk berupaya keras dan secara kreatif menghadapi problem yang dikerjakan dalam suatu arahan dan saat yang sama. Setiap penggagas harus berani “menye- rang” topik terpilih dengan menguras habis gagasannya. Tujuan proses brainstorming adalah untuk memunculkan berbagai ide yang berkaitan dengan topik yang dilakukan dengan cara mendaftar ide para anggota kelompok.
Setiap ide yang ditampilkan tidak boleh
dikritik atau dievaluasi sampai semua ide terkumpul. Contoh topik yang didiskusikan misalnya “apakah yang menyebabkan munculnya problem X”, “bagaimana memecahkan problem Y?” Agar brainstorming berhasil, perlu diperhatikan beberapa hal: Yakinkan bahwa setiap anggota memahami betul tentang permasalahan yang hendak dibahas sebelum brainstorming dimulai. Berikan waktu beberapa saat untuk mencatat ide awal sebelum brainstorming dimulai. Brainstorming dapat dimulai dengan menuliskan setiap gagasan dalam bentuk kalimat pernyataan pada kartu-kartu berukuran 5 X 8 cm. Semakin banyak gagasan akan semakin baik, gagasan apapun diperbolehkan sejauh berkaitan dengan topik permasalahan yang dibahas. Setiap gagasan tidak dievaluasi sampai semua terkumpul. Sayangnya, brainstorming tidak dapat mengidentifikasi penyebab masalah, menyusun gagasan terkumpul secara berurutan dan bermakna, pemilihan ide penting, atau mengecek paparan yang menyampaikan pemecahan masalah. Oleh karenanya, MKJ diperlukan sebagai langkah lanjutan proses brainstorming ini. Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
7
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
2.2.2 Metode Kawakita Jiro 2.2.2.1 Ihwal Metode Kawakita Jiro MKJ ditemu-kembangkan oleh Kawakita-Jiro-sensei pada tahun 1951. Kawakita Jiro adalah seorang antropolog Jepang dan guru besar Universitas Tsukuba serta presiden pertama Kawakita Research Institute (untuk info rinci, silakan browse:http://www.rmaf.org.ph/RMAFWeb/Documents/Awardee/Biography/jk01bio. htm). MKJ -dinamai demikian sesuai dengan nama penemunya- utamanya diciptakan sebagai akibat dari kesulitan Kawakita ketika memaknai data etnografi dari penelitian yang dilakukannya di Nepal dan juga diilhami oleh pemikiran Charles Pierce yang berpijak pada proses berpikir intuitif (Scupin, http://www.sfaa.net/ho/1997/summer 1997.html). Untuk menyempurnakan MKJ ini diperlukan waktu 15 tahun. Kawakita yakin bahwa metodenya mampu membebaskan manusia dari pemberdayaan peradaban Barat yang berfilosofi mekanistis (serba mesin) (ibid). MKJ juga dikenal sebagai “Affinity diagram”. “Affinity diagram” adalah suatu cara untuk menyusun data verbal dari lapis bawah. Langkah yang ditempuh adalah memulai dengan data mentah dan kemudian mengumpulkan data yang sama ke dalam kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan seperti proses menulis karangan, yang selain dimulai dengan menulis judul, dibuat bagian dari judul dalam bentuk subjudul, paragraf, kalimat, kata-kata, atau dilakukan secara berlawanan dengan menyusun kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dst. sederhana
tetapi
sistematis
sebab
urutan
kemunculan
dengan
Cara ini sendirinya
diberdayakan. MKJ untuk memperhalus hasil brainstorming agar lebih bermakna dan dapat dikelola dengan lebih mudah.
2.2.2.2
Keunggulan Metode Kawakita Jiro
Pertama, MKJ mempunyai keunggulan dalam dimensi berpikir. Pada umumnya jika seseorang berpikir tentang suatu topik, ia melakukan brainstorming dengan cara menuliskan gagasannya secara berurutan agar kesemuanya menjadi jelas. Paparan sedemikian ini bersifat linear dan menjadikan seseorang itu berpikir dalam satu dimensi pemikiran (http://www.mag.keio.ac.jp/~sat?CoM/CoM2.html). Hal ini berbeda dengan MKJ yang menawarkan brainstorming dengan dua dimensi pemikiran karena setiap gagasan terkait dengan topik dituangkan dalam kartu-kartu yang kemudian kartu itu dapat dipaparkan di meja untuk dicari keterkaitan antarKontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
8
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
gagasan itu. Dengan cara demikian ini, cara berpikir seseorang berupa dua dimensi. Semakin
berdimensi,
semakin
bagus
seseorang
itu
dapat
memetakankan
gagasannya karena dapat mengetahui keterkaitan/hubungan pokok pikiran satu dan lainnya: apakah dalam hubungan sebab-akibat atau saling mempengaruhi. Kedua, secara individual seseorang dapat menempuh cara brainstorming dengan menggunakan kartu-kartu MKJ, sedangkan dalam kelompok,
ekspresi
gagasan dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Di sini, kuantitas menjadi penting karena didasarkan pada banyaknya jumlah
gagasan yang diperoleh. Berikutnya
kualitas didapatkan dari seleksi gagasan dalam tahap evaluasi. Secara individual maupun kelompok, MKJ dapat diterapkan dan menjanjikan hasil brainstorming dalam konstruksi konsep yang sistematis (ibid). Ketiga, MKJ seperti dipaparkan di atas, mirip dengan “Affinity diagram” yang telah dikenal sebagai salah satu bagian dari “seven management and planning tools” (Dooley, http://www.sern.ucalgary.ca/~caiy/SENG631/Final613Repot.html) dan juga mirip dengan “System Storyboarding Techniques” yang ditemukan oleh Walt Disney di tahun 30-an.
Kemiripan MKJ dengan “Affinity diagram” maupun “System
Storyboarding Techniques” (Zahnizer, 1993,http://www.belizenoth.com/articles/SST. htm) yang telah dikenal sebelumnya dapat membantu MKJ cepat tersosialisasi. Keempat, menurut Dahan (
[email protected]), MKJ dapat digunakan untuk mensintesa data dalam jumlah besar yang kemudian disusun dalam kelompok-kelompok berdasarkan tema yang sama yang dimunculkan dari makna data itu sendiri. Hasil dari pengelompokan ini bisa terdapat 5 – 10 tema, lalu hubungan antar-tema dapat digambarkan dan rincian tiap kartu mengekspresikan tema. Dalam pengelompokan, pemanfaatan 3 dimensi dapat dilakukan dengan cara pemakaian warna yang berbeda pada kartu-kartu tema, subtema, serta kartu biasa yang mendukung tema. Komputer dengan menggunakan software tertentu dapat membantu pengelompokan dengan 3 dimensi ini. Pengelompokan kartu-kartu ini lebih
didasarkan
pada
perasaan
daripada
logika.
Dengan
demikian
MKJ
mendasarkan pada penstimulasian belahan otak kanan yang diasumsikan sebagai pusat kreativitas dan emosional, bukan berdasarkan murni logika sebab-akibat. Kelima, tidak ada gagasan yang dibuang seberapapun anehnya gagasan tersebut. Gagasan aneh ini disendirikan karena dia tidak termasuk anggota dari suatu kelompok, dan dia diberi label tersendiri. Ini menunjukkan bahwa MKJ mendu-
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
9
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
kung gagasan secara terbuka. Metode lain biasanya tidak membolehkan hal demikian terjadi.
2.2.2.3 Penerapan MKJ di beberapa bidang MKJ mulai tersebar luas pemakaiannya di Jepang sejak tahun 1967. Kawakita menegaskan bahwa MKJ dapat diterapkan secara universal, dan tidak menyesuaikan dengan budaya Jepang beserta manajemen proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada model orientasi kelompok. MKJ pun dapat diterapkan di berbagai jenis masyakarat
bagi perkembangan sosial dan ekonomi. Pengambil
manfaat praktis MKJ yang pertama adalah mereka yang bekerja dalam bidang industri. Pada perkembangan berikutnya, banyak perusahaan, institusi pendidikan, institusi penelitian, dan program pelatihan memanfaatkan MKJ dalam berbagai cara. Di Jepang MKJ banyak dimanfaatkan untuk bidang manajemen dan alat pembuat perencanaan (http://www.skymark.com/resources/tools/affinitydiagram.asp). Hal ini membuat MKJ diunggulkan sebagai metode pengembangan organisasi yang paling efektif dan efisien di Jepang. Ini juga diakui oleh beberapa scholar dari beberapa universitas seperti Dooley & Dahan (University of Minnesota: Industrial Engineering Program), Spear (Standford University), Smith (Simon Fraser University, Vancouver, Canada) (http://mint.mcmaster.ca/mint/news2/n2-19.htm#kj1), Maani (School of Business and Economics The University of Auckland, http://www.uow.edu.au/ajis/ vol92p9.html) bahwa MKJ bermanfaat di dalam mengidentifikasi perma- salahan. Selain itu, bidang pendidikan sekolah menengah pun memanfaatan MKJ bagi upaya pembuatan keputusan dalam kelompok siswa (http://www.foundationcoalition.org/ home/keycomponents/teams/decision.html). Dalam kaitannya dengan penelitian, MKJ dikembangkan sebagai alat multistep dalam pemecahan masalah untuk mengorganisasikan dan menginterpretasi data kualitatif (Moris & Palacio 1994 http://www.educause.edu/conference/cause94/ seminars/c94-sem-14-kj-analysis.txt). Dalam hal ini MKJ membantu para anggota suatu kelompok penelitian untuk membedakan fakta dari opini, menemukan hubungan antara fakta yang tidak tersusun, dan untuk mengklarifikasi serta memprioritaskan ide dengan cara mengkonfrontasikannya. Dengan cara ini, mereka diharapkan dapat memahami problem yang kompleks dan kemudian dapat memetakan keterkaitan hubungan unsur dalam problema.
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
10
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
Beberapa contoh terakhir menunjukkan MKJ dapat diterapkan di luar budaya dan masyarakat Jepang.
2.2.2.4 MKJ dalam Model Pemecahan Masalah Bentuk W Di atas telah disinggung mengenai pemanfaatan MKJ dalam beberapa bidang. Berikut ini akan dicontohkan penerapan MKJ dalam suatu pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah, terdapat 2 tingkat paralel seperti terlihat pada Gambar 1 Garis Besar Langkah Dasar. Tingkat pertama adalah “level of thought” yang merujuk pada aktivitas mental, dan tingkat kedua “level of experience” yang mengacu pada peristiwa atau tindakan nyata. Kedua tingkat ini berada pada tahap yang berbeda di dalam proses pemecahan masalah. Pada Gambar 1, pemecahan masalah terlihat pada garis tebal.
Storehouse of knowledge Course P
B
field C observation
"level of Ethought"
"level of experience"
H a ti o n
inference
conclusion
verif ic
fo r m ul hypo ating of t h e si s
O r se Cou n r a ti o explo
A
evaluation and decision D
ing of prepar nts e experim
problem encountered
Course R
F laboratory G observation
Gambar 1 Garis Besar Langkah Dasar dalam Pemecahan Masalah (Kawakita Research Institute, http://web.sfc.keio.ac.jp/~masanao/Mosaic_data/KJ-Method.html)
Dalam penyelidikan ilmiah, seseorang menghadapi suatu masalah di titik A pada “level of thought”. Berikutnya ia akan mengeksplorasi situasi permasalahan di antara titik A dan B, dan kemudian ia mengumpulkan semua data yang relevan dan akurat di antara titik B dan C. Dengan menggunakan data ini, ia mengembangkan Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
11
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
sejumlah hipotesis di antara titik C dan D. Ketika kembali berada pada “level of thought”, pada titik D, ia mengevaluasi hipotesisnya pada kompleksitas permasalahan yang telah ditentukan dan berikutnya diputuskan untuk diangkat dalam suatu perumusan masalah, atau, ia mungkin memutuskan untuk mengabaikannya. Selanjutnya, di antara titik D dan E, ia menginferensi dan merevisi hipotesis yang diperoleh melalui deduksi untuk memperoleh solusi yang memungkinkan dipakai. Pada tahap berikutnya ia memikirkan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis di antara titik E dan F, dan mengamati eksperimen tersebut di antara titik F dan G. Setelah ia mendapatkan hasil eksperimennya, ia dapat memverifikasi hipotesisnya di antara titik G dan H, dan pada akhirnya sampai pada kesimpulan yang dianggapnya benar pada titik H. Demikianlah, ketika berhadapan dengan masalah baru, seorang peneliti melacak pemikirannya untuk mencari solusi yang siap diaplikasikan pada masalah yang dihadapi. Jika ia menemukan satu atau dua masalah, ia mengaplikasikan solusi tersebut dan kemudian menguji validitasnya. Kalau solusi itu tidak dapat memecahkan masalah dengan memuaskan, ia akan kembali ke titik A dan memulai langkah baru di dalam usaha memecahkan masalah. Pengetahuan dari negara Barat menyajikan berbagai metodologi, seperti inferensi, desain eksperimen, pengujian hipotesis untuk menunjukkan langkah dasar dari titik D ke H. Akan tetapi, ada kekurangan metodologi sistematik bagi pemaparan langkah dasar dari titik A ke D, khususnya langkah dari titik C ke D. Berkaitan dengan itu, MKJ dikembangkan untuk menjembatani kesenjangan ini dan memberikan metode praktis bagi paparan langkah C - D. Berikut ini dipaparkan metode praktis tersebut beserta aplikasinya.
2.2.2.4. 1 Langkah Dasar Metode Kawakita Jiro MKJ terdiri atas 4 langkah dasar, yaitu: 1) pembuatan kartu, 2) pengelompokan kartu, 3) pembuatan charta, dan 4) penjelasan secara verbal atau tertulis. Pembuatan kartu diawali dengan penyediaan kartu (5 X 8 cm) atau ukuran seberapapun yang dapat ditulisi sebuah kalimat. Berikutnya dapat dilakukan pengumpulan fakta atau informasi dengan cara brainstorming yang relevan dengan permasalahan, dan tiap-tiap kalimat berisi ide yang berkaitan dengan topik permasalahan dituliskan pada kartu-kartu tersebut. Dalam hal ini tidak ada batasan Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
12
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
jumlah kartu. Hal yang harus dilakukan adalah brainstormmg diupayakan menghasilkan fakta atau informasi sebanyak mungkin sampai yang bersangkutan merasa gagasan yang diperlukan bagi pemecahan masalah benar-benar terkuras habis (exhausted). Pembuatan kartu ini dapat dilakukan seorang diri jika itu merupakan kegiatan pribadi atau kelompok jika itu merupakan pekerjaan kelompok.
Prinsip
pembuatan kartu sama, hanya pelaku pembuat kartu yang berbeda: individual dan kelompok. Pada praktiknya, penerapan MKJ dapat dilakukan oleh kelompok dengan beranggota 4 - 6 orang (tidak lebih dari 6 orang sebab tidak akan efektif jika melebihi jumlah ini). Misalnya terdapat 4 orang dalam suatu kelompok (sebut U, X, Y, dan Z), dari 4 orang ini dipilih seorang ketua dan seorang sekretaris (keduanya tetap merangkap sebagai anggota). Berikutnya, mereka akan menetapkan permasalahan yang akan dipecahkan bersama. Permasalahan mungkin telah ada, atau mungkin perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Dalam pengidentifikasian masalah, tiap anggota diperbolehkan mengusulkan topiknya masing-masing berdasarkan sudut pandang disertai argumen yang bersangkutan. Berikutnya topik permasalahan yang dipaparkan tiap-tiap anggota didiskusikan satu persatu dari segi kebermanfaatan, biaya, dan kelayakan. Berdasarkan kriteria ini pada akhirnya akan diputuskan topik terpilih melalui musyawarah penuh. Tiap-tiap anggota harus memahami betul topik tersebut. Sebagai contoh pada penelitian kelompok dengan anggota antar-bangsa yang diselenggarakan di Suzuka, Mie, Jepang pada tahun 1990, terpilih topik Profil Remaja Suzuka (Wiedarti 1995:91104). Setelah topik ini disepakati bersama, tiap-tiap anggota secara individual melakukan brainstorming dengan cara menuliskan semua gagasannya pada kartukartu KJ. Tiap gagasan ditulis pada sebuah kartu dalam sebuah kalimat pernyataan tanpa disertai nama penulisnya (anonim). Oleh karena anonim, tiap anggota kelompok tidak perlu takut kalau gagasannya dianggap ekstrim atau mungkin dianggap “bodoh”. Anonim ini menjamin tiap anggota bebas berpendapat, dan karenanya menjadikan mereka kreatif. Jumlah kartu yang ditulis tidak terbatas sampai penulisnya merasa semua gagasannya tersalur. Berdasarkan praktik, tiap Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
13
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
orang mampu menuliskan sampai sebanyak 30 kalimat. Jadi, jika terdapat 4 orang anggota, akan terkumpul sekitar 120 kartu atau lebih. Pengelompokan kartu. Setelah semua anggota selesai menuliskan gagasannya, masing-masing menyerahkannya kepada ketua kelompok. Ketua kelompok akan mengocok kartu-kartu ini (seperti kocokan pada permainan kartu remi) dan kemudian membagikannya kepada tiap-tiap anggotanya sampai jumlahnya habis (Lihat Gambar 2). Berikutnya, tiap anggota ini memaparkan kartu-kartu tersebut dan siap membaca setiap kartu secara bergilir.
Gambar 2 Pembagian kartu
Selanjutnyanya tiap-tiap anggota membacakan kartu yang menjadi bagiannya, sementara anggota lainnya menyimak kalau ada kartu yang mempunyai kesamaan ide dengan kartu yang dibaca temannya. Jika ada ide yang sama, mungkin ada 3 atau 5 kartu yang mempunyai pendapat sama dengan redaksi kalimat yang berbeda, kartu-kartu ini dijadikan satu dan dianggap mempunyai SATU gagasan (di jepit dengan klip). Hal demikian dilakukan sampai kartu-kartu habis terkelompokkan. Tiap kelompok kartu ini diberi nama dengan kata kunci yang mewakili isi kartu-kartu tersebut. Akan tetapi, ada kalanya terdapat kartu yang tidak mempunyai kesamaan pendapat dengan kartu yang lain. Kemungkinan yang terjadi ada 1, 2, atau 3 kartu Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
14
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
yang tidak mempunyai kesamaan gagasan. Kartu demikian tidak dianggap salah. Kartu yang tidak berteman ini disebut “lone wolves” yang menunjukkan adanya perbedaan gagasan dan tiap anggota “lone wolves” diperlakukan sebagai kartu yang mandiri. Pengocokan kartu ini harus dilakukan setidaknya dua kali untuk menguji keterandalan pengelompokan. Sebab, bisa saja terjadi kartu yang semula dianggap senada dengan kartu tertentu pada pengocokan dan pengelompokan I, pada pengocokan dan pengelompokan II ada pertimbangan lain, pengelompokan menjadi berbeda, atau mungkm menjadi “lone wolves”. Selain itu, harus diupayakan agar pengelompokan kelompok yang lebih besar ini berjumlah tidak lebih dan 10 kelompok. Hal ini untuk memudahkan pemaparan keterkaitan hubungan antarkelompok. Setelah pengelompokan masing-masing kabel mewakili sekelompok gagasan senada dilakukan, kini terdapat beberapa kelompok. Di antara kelompok-kelompok dengan gagasan senada ini tentu ada pula gagasan yang berkaitan di antara yang satu dan lainnya. Kesenadaan antara kelompok yang ada ini dapat membentuk kelompok lagi. Demikian seterusnya, dan pada akhirnya hanya ada beberapa kelompok yang masing-masingnya diberi nama berdasarkan karakteristik gagasan yang tertuang dalam kartu tersebut (lihat Gambar 3).
Gambar 3 Pengelompokan kartu secara garis besar
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
15
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
Kelompok kartu ini harus bisa menunjukkan keterkaitan hubungan antarkelompok. Keterkaitan antarkelompok kartu ini dapat digambarkan dengan simbol: ‘sebab dan akibat, atau urutan kejadian’ ‘saling ketergantungan’ ‘berhubungan’ >
<
‘kontradiksi’
Atau dapat pula dikreasikan penanda lain oleh kelompok bersangkutan, tetapi penanda tersebut harus dijelaskan maknanya pada pemakaian awal. Berkaitan dengan pola di atas, dapat dijelaskan di sini bahwa pola dapat berupa gambaran biasa saja, misalnya seperti pada Gambar 3, atau diilustrasikan dalam bentuk poster (biasanya dengan menggunakan spidol dan cat poster) yang menampilkan topik yang dibahas seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Charta pengelompokan kartu berdasarkan topik permasalahan
Alternatif dengan poster yang menampilkan topik yang dibahas akan membuat pema- paran topik menjadi lebih jelas dan mempunyai sense of beauty. Sebagai contoh, pada topik “Profil Remaja Suzuka”, kelompok memaparkan gambaran permasalahan dalam lukisan sebuah mobil sebagai simbol keselarasan jiwa muda yang jika berbagai elemen terpadu baik akan membuat mereka melesat kencang dalam melewati masa remajanya. Berikutnya masing-masing kelompok kartu dipasangkan sesuai posisi penggambaran hubungan antarkelompok kartu. Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
16
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
Simbol di atas dipakai untuk menunjukkan bagaimana keterkaitan antara kelompok kartu dengan judul Agama dan Kehidupan Keluarga, Kekerabatan/kekawanan dan Aspirasi terhadap Pekerjaan, dsb. Penggambaran keterkaitan hubungan antarkelompok bisa lebih kompleks dari sekedar yang tampak pada Gambar 4. Pada akhirnya poster ini dapat menampilkan penggambaran topik terpilih dengan jelas, bagus, dan komunikatif saat dipakai sebagai media presentasi bagi penjelasan permasalahan kepada audience. Penjelasan. Langkah akhir dan MKJ adalah menjelaskan charta. Pertama, charta dapat dipaparkan atau dijelaskan secara verbal dengan menyusun skenario umum permasalahan. Jika charta yang dibuat pada langkah ketiga hasilnya baik, penggambaran antarkelompok kartu begitu jelas, semuanya akan memudahkan penjelasan verbal ini. Penjelasan akan berjalan lancar dan padat kata karena poster telah membantu visualisasi permasalahan yang disampaikan. Berikutnya adalah penjelasan secara tertulis. Dalam hal ini, sikap hati-hati tetap harus dijaga agar dapat dibedakan fakta yang ada pada charta dengan interpretasi pribadi. Pembuatan charta dan penjelasan ini agak berbeda dalam fungsi, tetapi keduanya saling melengkapi. Charta akan membantu
pemahaman
kerangka permasalahan secara menyeluruh dalam waktu sekilas, tetapi ia tidak dapat mengekspresikan keterkaitan hubungan
antar-kelompok
atau
elemen
permasalahan secara rinci. Dalam penjelasan tertulis, keterkaitan itu dapat dimunculkan secara rinci dan hati-hati terutama di dalam memeriksa dan mendefinisikan masing-masing keterkaitan hubungan tiap-tiap kelompok secara logis dan tepat. Sampai sejauh ini dapat kita lihat kontribusi MKJ pada langkah A sampai D, khususnya di antara titik C ke D. Berdasarkan formulasi hipotesis melalui MKJ ini, pemetaan permasalahan yang akan dipecahkan menjadi jelas. Selanjutnya tergantung masalah mana yang diprioritaskan untuk dipecahkan. Pada kegiatan penelitian, formulasi hipotesis ini ditindaklanjuti dengan tahap penelitian, misalnya: menyusun instrumen penelitian, ujicoba instrumen, pencarian data di lapangan, dan seterusnya. Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
17
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
2.2.2.4. 2 Metode Kawakita Jiro Kumulatif Bagaimana
jika
masalah
yang
akan
dipecahkan
begitu
kompleks?
Permasalahan yang kompleks dan sulit dapat diatasi dengan mengaplikasikan MKJ secara berulang-ulang. Prosedur pengaplikasian MKJ secara demikian ini disebut MKJ Kumulatif. Berapa kali MKJ diaplikasikan di dalam pemecahan masalah tengantung dari tingkat kesulitan dan waktu yang tersedia. Berikut ini diberikan penjelasan secara ringkas contoh pemecahan masalah dengan menggunakan Enam Putaran MKJ Kumulatif. Putaran pertama adalah melakukan eksplorasi pemikiran dan mengekpresikan apa yang dirasakan tentang masalah tersebut, mencatat konsep atau gagasan apapun yang dapat dikembangkan bagi pemecahan masalah pada kartukartu. Langkah selanjutnya adalah memproses dan mengorganisasikan semua kartu dengan MKJ seperti yang telah dijelaskan di atas agar terkonsolidasi ke arah permasalahan. Putaran kedua. Semua fakta atau data yang relevan dengan permasalahan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, diskusi, atau pembacaan dokumen, dan lain-lain, dan kesemua- nya dicatat pada kartu-kartu. Sekali lagi, kartu-kartu ini diproses dengan menggunakan MKJ. Pada putaran kedua, identifikasi tidak hanya dilakukan pada masalah melainkan juga pada pengenalan keadaan dengan seobjektif mungkin. Putaran ketiga. Problem pokok yang ada disarikan melalui suatu “dialog” antara hasil putaran kedua dengan pengalaman serta pengetahuan pribadi. Intisari permasalahan dicatat pada kartu-kartu dan dikumpulkan dengan menggunakan MKJ untuk melengkapi diagnosa atau formulasi permasalahan. Berikutnya dilakukan evaluasi
dan
pengambilan
keputusan.
Pada
evaluasi,
permasalahan
yang
terformulasikan menjadi demikian kompleks. Untuk dapat mengklarifikasikan fokus permasalahan yang akan dipecahkan, permasalahan harus dievaluasi secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan ini MKJ didukung oleh evaluasi dengan prosedur yang seperti dijelaskan di atas. Sementara itu, pada pembuatan keputusan, Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
18
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
keputusan yang dibuat adalah memecahkan masalah atau menunda, bahkan mungkin mengabaikan masalah tersebut. Putaran keempat. Solusi atau hipotesis kerja bagi pemecahan masalah pada putaran ini betul-betul dipertimbangkan. Semua solusi yang dapat diangankan, mayor atau minor, dicatat dalam kartu-kartu dan sekali lagi diproses dan diorganisasikan dengan MKJ untuk membentuk sebuah rencana yang baik dan tepat. Putaran kelima. Solusi yang dikembangkan pada putaran keempat diteliti secara rinci dan hati-hati. Putaran keenam. Solusi yang diteliti pada putaran kelima sekarang diprogram melalui paket PERT (sebuah versi dari Program Evaluation and Review Technique, lihat Lampiran). PERT ini dimodifikasi dalam cara/gaya/aturan main MKJ. Solusi ini pada akhirnya diajukan pada langkah di antara titik F dan G (lihat Gambar 5) dan diverifikasi pada titik G dan H.
Round one: identifying the problem
Round four: solution and working hypothesis
decision evaluation
A
D
Round five: activation of solutuons E
H
Round two: defining the circumstances
verifi catio n
Round three: diagnosis and formulation of problem
B
conclusion
C
F Round six: programmed application of solutions
action
G
Gambar 5 Enam Putaran MKJ Kumulatif
Hal paling penting yang diamati di dalam mengaplikasikan MKJ Enam Putaran bagi pemecahan masalah ini adalah perubahan sikap dalam setiap putaran. Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
19
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
Sebagai
contoh,
pada
putaran
pertama,
ketika
masalah
yang
ditentukan
terkonsolidasi, seseorang harus siap mengeksplorasi secara menyeluruh kedalaman inti permasalahan itu sendiri. Sebaliknya, pada putaran kedua, seseorang harus bersikap seperti ilmuwan, menekankan pada objektivitas dan sikap yang tidak terpengaruh.
3.
KESIMPULAN
3.1 Nilai—nilai Metode Kawakita Jiro Dari paparan tiap langkah MKJ dapat diketahui bahwa masing-masing langkah menun- jukkan nilai-nilai kebebasan berpikir dan berpikir kreatif, manusiawi, solidaritas dalam komunikasi kelompok, dan membentuk peradaban baru. Dalam hal bebas berpikir dan berpikir kreatif, MKJ membantu kita bebas dari dogma sehingga kita dapat berpikir kreatif berdasarkan fakta. MKJ juga menjamin perlakuan ilmiah data kualitatif, mengarah ke realita, dan kesimpulan yang dihasilkan objektif. Hal ini menambah dan memperbaiki perwujudan metodologi penelitian ilmiah baik secara konseptual maupun praktis. Dalam hal manusiawi, MKJ secara mendasar percaya bahwa seseorang dapat berkembang jika ia bertindak sebagai manusia seutuhnya. Menjadi manusia seutuhnya berarti bertindak kreatif dan dapat memecahkan masalah dengan lancar dan rasional. Melalui berbagai pelatihan, MKJ membuktikan bahwa para peserta pelatihan belajar mengkoordinasikan persepsi, pikiran, dan tindakan sedemikian rupa. Dalam kondisi seperti itu seseorang dapat mengekspresikan diri sepenuhnya dan mempertajam kepekaannya serta mempertinggi motivasinya. Pada akhirnya hal itu akan membuatnya mempunyai semangat dalam mengembangkan potensinya. Di sinilah
sesungguhnya
nilai-nilai
hidup
itu
disadarinya.
Berkaitan
dengan
pengembangan potensi, MKJ dapat dilakukan oleh mereka yang berumur minimal 10 tahun, berintelegensi normal, terlepas dari jenis kelamin, kelas sosial, status sosial, ataupun kebangsaan. Nilai lebih MKJ yang lain adalah dalam hal mendukung komunikasi dan solidaritas kelompok. Dalam setiap pelatihan tampak bahwa solidaritas dalam tim meningkat dengan menakjubkan. Tanpa disadari tiap peserta berusaha berbagi pengalaman dan pengetahuan selama proses MKJ. Usaha pemecahan masalah itu membuat tiap anggota kelompok menjadi terasa dekat. Yang amat mengejutkan Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
20
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
adalah ketika MKJ diterapkan pada kelompok dengan anggota antar-bangsa yang jelas berlatar belakang kultural berbeda. Pelatihan membuktikan bahwa MKJ dapat menjadi jembatan internasional di dalam meningkatkan rasa saling pengertian yang dalam. MKJ juga mampu mendukung usaha membentuk peradaban baru. Di saat zaman semakin modern, semuanya dikerjakan oleh mesin, sementara hubungan kekerabatan menjadi renggang akibat semakin berkembangnya masyarakat ke ego masing-masing, pengaplikasian MKJ dapat membantu lunturnya spirit kebersamaan dalam abad modern dewasa ini.
3.2 Nilai lebih penerapan MKJ MKJ mempunyai nilai lebih dari sisi: a.
Pengembangan pribadi, dalam hal ini untuk memperjelas kekacauan pemikiran, menghi-langkan stres emosional dan membantu mengatasi situasi sulit dan kompleks ke arah perencanaan yang baik.
b.
Menjaga keseimbangan lahir dan batin, dalam hal ini MKJ mampu membawa warna hidup baru sebab MKJ dapat membantu pemahaman terhadap diri sendiri dan rasa kemanusiaan.
c.
Penelitian. MKJ dapat dipakai sebagai sarana di dalam mengumpulkan data lapangan
d.
Studi ilmiah. Aplikasi MKJ yang menjamin kebebasan berpikir dan bebas nilai membuat MKJ terbuka bagi jalan menuju akurasi, scientific means valuation.
e.
Penelitian dan Pengembangan. MKJ dapat dipakai sebagai alat dalam kontrol kualitas, khususnya dalam hal total quality control. Selain itu, MKJ digunakan di dalam pengembangan produk baru dan desain, juga bagi prediksi trend teknologi baru di masa yang akan datang. Banyak perusahaan Jepang yang memanfaatkan MKJ bagi keperluan di atas.
f.
Pendidikan. MKJ dimanfaatkan bagi pengembangan kreativitas untuk pencarian bakat dan sumber daya manusia. MKJ juga mendorong aktivitas belajar dan pemelajaran yang efektif.
g.
Pengembangan organisasi. Budaya Jepang yang mengutamakan kebersamaan
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
21
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
banyak memanfaatkan MKJ bagi pengembangan organisasi baik di masyarakat maupun perusahaan. MKJ mendukung kelancaran kerja, kelompok kerja yang baik, dan kemampuan di dalam mengemban tugas. MKJ bahkan dipakai sebagai alat untuk merespon keluhan karyawan, memperbaiki dan menetapkan tujuan kerja. h. i.
Melakukan poll pendapat dan pencapaian kesepakatan. Menumbuhkan saling pengertian yang mendalam. Aplikasi MKJ tampak jelas menunjukkan hal ini sebab pola dasarnya adalah untuk kebersamaan, baik itu di dalam keluarga, masyarakat, bahkan antarbangsa. Kebermanfaatannya dalam mempromosikan saling pengertian antarbangsa menjadikan MKJ sebagai “bahasa internasional” bagi penyampaian pikiran dan gagasan.
Mengingat adanya filosofi bangsa yang senada, MKJ akan mudah kita adopsi sebagai salah satu alternatif cara pemecahan masalah. Keunggulannya sebagai “bahasa internasional” antarbangsa akan sangat bermanfaat dalam era globalisasi ini. Pada sisi yang lain, MKJ dapat dimanfaatkan bagi pemecahan masalah secara individual yaitu dengan cara yang bersangkutan mengorganisasikan keempat langkah dasar MKJ secara pribadi. Paparan aplikasi MKJ bagi pemecahan suatu masalah dalam tulisan ini akan semakin jelas jika dipraktikkan sungguh-sungguh dalam suatu lokakarya. Dalam Lokakarya ini para peserta akan benar-benar merasakan dan membuktikan bahwa nilai-nilai MKJ benar-benar sesuai dengan uraian artikel ini.
Daftar Bacaan tanpa tahun. The Original KJ Method. Kawakita Research Institute. http://www.baran-systems.com/New/Products/ AffinityDiagramForExcel/ http://www.belizenoth.com/articles/SST.htm Dooley http://www.sern.ucalgary.cal/~SENG613/Final613Report.html http://www.educause.edu/conference/ cause94/seminars/c94-sem-14-kj-analysis.txt Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
22
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
http://www.foundationcoalition.org/home/keycomponents/teams/decision.html http://www.mag.keio.ac.jp/~sat?CoM/CoM2.html http://mint.mcmaster.ca/mint/ news2/n2-19.htm#kj1 http://www.ms.lt/ms/projects/toolkinds/organize.html Nakamura, Yoshiki. 2001. The effective use of TRIZ with Brainstorming http://www.trizjournal.com/archives/2001/02/e/
[email protected] o.ac.jp http://www.rmaf.org.ph/RMAF Web/Documents/Awardee/Biography/jk_01bio.htm Scupin, Raymond. 1997. http://www.sfaa.net/ho/1997/summer1997.html http://www.skymark.com/resources/tools/affinity_diagram.asp http://www.triz-journal.com/archives/2001/02/e/ http://www.uow.edu.au/ajis/vol92p9.html Wiedarti, Pangesti. 1995. “Profil Remaja Suzuka”. Yogyakarta: Jurnal Kependidikan, Nomor 1, Tahun XXV, 1995, hal. 91 – 104
Lampiran http://www.sern.ucalgary.cal/~SENG613/Final613Report.html http://www.geocities.com/Heartland/Acres/3257/nst.html NEW SEVEN TOOLS NEED FOR NEW SEVEN TOOLS AND THEIR BENEFITS 1. Affinity Diagram or KJ Method Affinity diagram is a tool/method that gathers large amounts of intertwined verbal data (ideas, opinions, issues etc.). It organizes the verbal data into groups based on natural relationship. Such formation of distinct groups help a meaningful picture to emerge, thereby making it feasible for further analysis and to find a solution to the problem. 2. Relations Diagram or Interrelation Digraph Relations Diagram also known as Interrelationship digraph is a tool for finding solution to problems that have complex causal relationship. This helps to untangle and find the logical relations among the intertwined causes and effects. It is a creative process which allows for 'Multidirectional' rather than 'linear' thinking to be used. 3. Systematic Diagram or Dendrogram (Tree Diagram) Tree Diagram is a technique for mapping out full range of paths and tasks that need to be done in order to achieve a primary goal and related sub goals. Such a diagram reveals in a simple Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
23
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
way with clarity not only the magnitude of the problem but also helps to arrive at methods which are to be pursued to achieve the results. In other words, it serves the purpose of developing the essential means to achieve an objective or goal. 4. Matrix Data Analysis Matrix Data Analysis is a multivariate analysis technique called 'Principal Component Analysis'. This technique quantifies and arranges data presented in a Matrix Diagram, to find more general indicators that would differentiate and give clarity to large amount of complexly intertwined information. This will help us to visualise properly and get an insight into the situations. 5. Matrix Diagram. A Matrix Diagram consists of a number of columns and rows whose intersections are checked up, to find out the nature and strength of the problem which help us to arrive at key ideas and analyzing the relationship or its absence at the intersection and finding an effective way of pursuing the problem solving method. This enables conception of ideas on two dimensional relationship basis. The intersection points are also called "idea conception points". 6. Process Decision Programme Chart (PDPC) The Process Decision Programme Chart (PDPC) is a very useful and powerful method to overcome a problem or a goal to be achieved which are not familiar. With the help of PDPC we can map out all the conceivable events or contingencies that can occur in the implementation stage and also find out feasible counter measures to overcome these problems. 7. Arrow Diagram or Activity Network Diagram or Project Evaluation and Review Technique (PERT) or Critical Path Method (CPM) It is a network technique using nodes for events and arrows for activities for project planning, scheduling and monitoring. This is a very useful tool when we want to plan the activities of a known but a complex task or project. With the help of this tool we can workout an ideal project plan and also daily plan for not only to the main task but also for the other allied tasks and monitor their progress in an effective manner. As mentioned earlier these new seven tools are very useful to top and middle management for strategic planning, goal setting and problem solving. But these tools are not replacement to old seven tools. The knowledge of basic seven tools is a must for every person from top management to grass root level employees.
BIODATA Pangesti Wiedarti, lahir di Malang pada 25 Agustus 1958, lulusan Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, FKSS, IKIP Malang pada Juli 1981, menjadi asisten pada jurusan yang sama di sepanjang tahun 1982, dan guru SMA bidang studi Bahasa Indonesia. Pada saat itu sempat kuliah S2 di FPS IKIP Malang tetapi kemudian pindah ke Yogyakarta, bekerja di Sarjanawiyata Taman Siswa pada tahun 1985, berikutnya sejak tahun 1986 menjadi pengajar tetap pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, IKIP Yogyakarta (kini Universitas Negeri Yogyakarta). Sempat kuliah S2 lagi pada FPS IKIP Malang pada tahun 1987 tetapi tidak pernah selesai. Selanjutnya kuliah diploma in applied linguistics di RELC SEAMEO Singapore pada 1993/1994 membahas “A Suggested approach to conducting a course on Seminar Linguistics at an Indonesian Teacher Training College”. Pada mid 1996 studi master of applied linguistics di Macquarie University, NSW, Australia dan selesai pada tahun awal 1998 dengan menulis tesis “The use of sexual metaphors in Indonesian medical advice column discourse”, dan langsung melanjutkan studi Ph.D in linguistics di the University of Sydney, NSW, Australia dengan disertasi berjudul “Supportive genres: the
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
24
Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, January 2005 Tahun ke-11, No. 052, ISSN 0215-2673
language of advice columns” (systemic functional linguistics 1985, 1994, 1999; genre 1994, 1996, 1997; appraisal 1996, 1998, 2003) selesai pada awal 2005. Mata kuliah yang pernah diampu adalah: Pengantar Linguistik, Keterampilan Berbahasa (Berbicara, Membaca, Menulis), Seminar Linguistik, Seminar Praskripsi, Translation, Penelitian Linguistik, Speaking, dan Pengelolaan Program Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing, Bahasa Inggris Lanjut, dan Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Short course diikutinya di Jepang pada 1981 dan 1990 yang salah satunya mempelajari Metode Kawakita Jiro. Kegiatan sosial yang kini digelutinya adalah sebagai Pengawas pada the Indonesian Educational Outreach (Yayasan Prestasi Pendidikan Indonesia - http://www. geocities.com/educationaloutreach) yang membawahi 3 mailing list: Beasiswa (http://www. groups.yahoo.com/group/beasiswa), Vacancy (http://www.groups.yahoo.com/group/vancay) dan job-counseling (http://groups.yahoo.com/group/job-counseling) sejak tahun 2001; Pembawa Tips Pendidikan di Rakosa – female radio Yogyakarta sejak Mei 2003, dan peduli pada breast cancer support group. Penghargaan yang pernah diterimanya adalah Penulis Terbaik tingkat nasional tahun 1995 pada lomba karya ilmiah kepariwisataan yang diselenggarakan Depparpostel RI, Ibu Softener So Klin 2002 (Indonesia), dan Pengemban Citra Kartini 2003 (Indonesia), Satya Lencana Karya Satya 2003, serta berbagai beasiswa dalam setiap pendidikan yang ditempuhnya. Pada Maret 2004 dia memenangkan study visit grant ke Adelaide, Australia tetapi dibatalkannya; berikutnya dia mendapatkan grant lainnya untuk studi banding di Mumbai India pada Mei-Juni 2005. Alamat kontak: pangesti@ indo.net.id;
[email protected].
Kontribusi metode Kawakita Jiro dalam pemecahan suatu masalah
25