KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
Artikel Jurnal Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh RILA FAUZIAH NIM. 09101244018
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 1
KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SEKOTA YOGYAKARTA THE CONTRIBUTION OF SCHOOL CLIMATE AND WORK CULTURE TOWARDS THE PERFORMANCE OF TEACHERS IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN THE CITY OF YOGYAKARTA Oleh: Rila Fauziah Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi iklim sekolah dan budaya kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian korelasional. Populasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Yogyakarta sebanyak 15 sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data dengan korelasi spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) iklim sekolah berkontribusi terhadap kinerja guru yang ditunjukkan dengan nilai r hitung = 0,590>0,213, nilai signifikansi 0,021<0,05; dan R2 sebesar 34,8%; (2) budaya kerja berkontribusi terhadap kinerja guru yang ditunjukkan dengan r hitung = 0,588>0,213 dan nilai signifikan 0,001<0,05; dan R2 sebesar 58,8%; dan (3) iklim sekolah dan budaya kerja berkontribusi terhadap kinerja guru, ditunjukkan dengan nilai nilai F hitung = 4,707>3,10 dan nilai signifikansi sebesar 0,031<0,05; dengan R2 sebesar 44%. Kata kunci: Iklim Sekolah, Budaya Kerja, dan Kinerja Guru Abstract This study aims to determine the contribution of school climate and work culture towards the performance of teachers in Junior High School in the city of Yogyakarta. This study included correlational research category. The population is the Junior High School in Yogyakarta from 15 overall school. The technique of collecting data using questionnaires that tested for validity and reliability. Data analysis techniques by Spearman rank correlation. The results showed that: (1) contribute of school climate towards the performance of teacher indicated by the value of r count 0.590>0.213, significance value of 0.021<0.05, and R2amounted to 34.8%; (2) contribute work culture towards towards the performance of teacher indicated by r count 0.588>0.213, significantly 0.001<0.05; and R2 amounted to 58.8%; and (3) contribute of school climate and work culture towards the performance of teacher indicated by the value of F count 4.707>3.10; and significance value of 0.031, the contribution y 44%. Keywords: Climate School, Work Culture and Performance of Teacher
2 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
dengan
PENDAHULUAN Guru merupakan tenaga pendidik yang
membimbing
diberikan
Berdasarkan Undang-Undang di atas
didik
agar
mengharapkan perubahan paradigma pola
pengetahuan
dan
mengajar tenaga pendidik yang tidak hanya
tujuan
sekedar menjadi sumber informasi siswa di
Undang-Undang
sekolah dengan metode penyampaian yang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
monolog di dominasi oleh guru, akan tetapi
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan dalam
diharapkan
Pasal 1, “Guru adalah pendidik profesional
melakukan dialog dengan siswa sehingga
dengan tugas utama mendidik, mengajar,
fungsi
membimbing, mengarahkan, melatih, dan
fasilitator dalam proses belajar. Hal ini
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
menuntut guru untuk selalu meningkatkan
anak usia dini jalur pendidikan formal,
kapasitasnya
terutama
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
keteladanan,
membangun
mempunyai
peserta
yang
kepadanya.
mempunyai peran untuk mengajar, mendidik, dan
kepercayaan
ilmu
keterampilan
sesuai
pendidikan.
Menurut
Selanjutnya,
dengan
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
guru
guru
lebih
lebih
partisipatif
cenderung
dan
sebagai
memberikan kemauan,
dan
mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Beberapa hal yang dijumpai oleh
Kompetensi Guru, menyatakan bahwa standar
peneliti di Sekolah Menengah Pertama Negeri
kompetensi guru ini dikembangkan secara
Se-kota
utuh dari empat kompetensi utama yaitu:
kecenderungan
”kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
karakteristik
dan profesional”. Dalam Undang-Undang No.
menyampaikan materi pelajaran cenderung
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
monoton, seolah-olah siswa yang dihadapi
Nasional
semua sama;tidak menguasai karakteristik
bahwa
pendidik
dan
tenaga
Yogyakarta guru siswa
antara kurang
lain:
memahami
sehingga
dalam
kependidikan berkewajiban:
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
1. Menciptakan suasana pendidikan yang
kultural,
bermakna,
menyenangkan,
kreatif,
dinamis, dan dialogis. 2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
emosional,
dan intelektual;serta
rendahnya penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, sehingga tidak jarang seorang guru sangat tekstual pelajaran.
dalam
menyampaikan
materi
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 3 Kualitas
pembelajaran
pun
masih
Administrasi
Guru,
dipertanyakan relevansinya. Hal ini seperti
Mengajar
(PBM),
yang di ungkapkan oleh Winarno Surakhmad
Pembelajaran.
2)
Proses
Belajar
dan
3)
Evaluasi
(2009: 364) mengenai kualitas pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan oleh peneliti
Menurutnya, pembelajaran sangat rendah
di Sekolah Menegah Pertama Negeri Se-Kota
kualitasnya apabila dibandingkan dengan
Yogyakarta, terdapat permasalahan dari segi
aspirasi kehidupan yang semakin tinggi dan
kinerja guru yang belum maksimal. Rencana
kemajuan dunia semakin pesat, kualitas guru
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus
dimasa lalu menjadi tidak relevan untuk
yang dibuat oleh sebagian guru masih belum
kebutuhan hari ini, bahkan untuk dengan
sesuai dengan situasi dan kondisi peserta
meneruskan dan mempertahankan tingkat
didik yang diajarnya. Selain itu, sebagian
keunggulan masa lalu pun akanmenyebabkan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran pun
menjadi tidak produktif. Hal ini berarti bahwa
masih menggunakan media dan metode
apabila guru hanya bercermin pada proses
pembelajaran
pembelajaran yang seperti dulu, maka guru
Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
tidak dapat mengikuti perkembangan terkini
kurang dievaluasi secara matang oleh guru.
yang pesat akan persaingan dan tingginya
Guru dituntut untuk membuat soal yang tepat
permintaan
profesionalisme
karena
Profesionalisme
guru
kerja.
guru
yang
kurang
membutuhkan
bervariasi.
data
atau
yang berhubungan
informasi yang tepat terkait dengan hasil
dengan proses belajar mengajar masih tidak
belajar peserta didik dan tingkat penguasaan
efisien.
materi yang dilakukan oleh guru, namun Tugas
disebutkan
pokok dalam
guru
sebagaimana
Keputusan
evaluasi pembelajaran masih lebih banyak
Menteri
disorot pada hasil belajar peserta didik,
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan)
sedangkan guru kurang merefleksikan diri
Nomor 84 Tahun 1993 adalah “menyusun
cara mengajarnya di kelas.
program pengajaran, menyajikan program
Guru
seharusnya
berusaha
untuk
pengajaran, evaluasi belajar, menganalisis
mengembangkan diri dan diberi kesempatan
hasil
agar
evaluasi
belajar,
serta
menyusun
kinerjanya
lebih
professional,
peserta
tanggung
bagaimana iklim kerja di tempatnya mengajar
jawabnya.” Berdasarkan hal tersebut, maka
untuk lebih beradaptasi karena setiap sekolah
aspek-aspek tugas pokok dalam kaitannya
iklimnya berbeda-beda. Tingkat keamanan
dengan
dapat
dan gangguan yang ada di sekitar sekolah
dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu: 1)
juga perlu diperhatikan agar guru merasa
yang
budaya
menjadi
kerja
guru
perlu
dan
program perbaikan dan pengayaan terhadap didik
serta
berkualitas
mengetahui
4 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
tenang dalam mengajar. Oleh karena itu,
sekolah, guru, karyawan maupun siswa.
iklim kerja di dalam sekolah perlu dibuat
Kinerja guru akan lebih bermakna bila
kondusif agar mendukung tujuan tersebut.
dibarengi akan kekurangan yang ada pada
Beberapa Sekolah Menengah Pertama
dirinya,
dan
berupaya
meningkatkan
iklim
menekankan
sebagai upaya meningkatkan kearah yang
perhatikan pada lingkungan fisik seperti
lebih baik. Budaya kerja yang dilakukan di
pendataan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah
sekolah. Hal-hal yang bersifat hubungan antar
mempersiapkan administrasi guru, mengajar,
guru, tanggung jawab kerja, dan kerja sama
serta pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
yang
lebih
antar guru yang positif seringkali terabakan dalam
kegiatan
kemudian
pengawasan dan
beberapa
membuat
sekolah
dan
menengah
pertama negeri di Kota Yogyakarta nilai-nilai yang diutamakan yaitu nilai kekeluargaan.
sebagian Sekolah Menengah Pertama Negeri
Adanya nilai ini ditunjukkan dengan adanya
di Kota Yogyakarta belum terlaksana secara
kerja sama yang baik oleh seluruh guru dan
merata, tidak semua guru mendapatkan
staf
kesempatan
menjalankan tugas, dan dengan adanya nilai
untuk
pendidikan
berupa
tersebut
di
seminar,
pelatihan
sekolah,
Di
dapat
kekurangan
dapat
Negeri di Kota Yogyakarta masih memiliki sekolah
atas
untuk
mengikuti
pelatihan
sekolah
dalam
kekeluargaan ini ditunjukkan juga dengan
penataran. Padahal sebagian besar sekolah
adanya kegiatan-kegiatan makan bersama
sangat membutuhkan kesempatan tersebut
yang dilaksanakan oleh seluruh guru dan staf
untuk berkembang lebih baik dan berprestasi.
beserta kepala sekolah. Hal tersebut bertujuan
organisasi
untuk mempererat tali silatturahmi antara
merupakan kesepakatan bersama tentang nilai
guru, staf, dan kepala sekolah.Selain itu juga
yang
kehidupan
dapat digunakan untuk media sharing bagi
organisasi dan mengikat semua elemen
guru, staf, dan kepala sekolah jika terdapat
organisasi yang bersangkutan. Budaya inilah
permasalahan yang ada di lingkungan sekolah
yang
yang berhubungan dengan kelakuan dan
dianut
atau
ilmiah,
kepala
atau
Budaya
karya
kegiatan
beserta
bersama
nantinya
akan
kultur
dalam
berperan
dalam
menentukan struktur dan berbagai sistem operasional
yang
menghasilkan
prestasi siswa.
norma-
Dari berbagai permasalahan yang
norma, peraturan-peraturan, dan bagaimana
timbul dari iklim sekolah dan budaya kerja,
interaksi di dalam sebuah organisasi. Budaya
penyusun sangat tertarik untuk mengkaji
kerja guru di sekolah unggul akan menjadi
dengan penelitian dengan Judul “Kontribusi
optimal, bilamana didukung oleh kepala
Iklim Sekolah dan Budaya Kerja terhadap
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 5 Kinerja Guru di Sekolah Menengah Pertama
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar
Negeri Kota Yogyakarta.
mengajar, penilaian belajar peserta didik,
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
mengetahui: (1) kontribusi iklim sekolah
prestasi belajar peserta didik, pengembangan
terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah
profesi, pemahaman wawasan pendidikan,
Pertama Negeri di Kota Yogyakarta, (2)
serta penguasaan bahan kajian akademik.”
kontribusi budaya kerja terhadap kinerja guru
b. Kompetensi Guru
di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota
Kompetensi merupakan kemampuan
Yogyakarta, dan (3) kontribusi iklim sekolah
atau kecakapan yang dimiliki seseorang
dan budaya kerja terhadap kinerja guru di
dalam
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota
menjalankan
Yogyakarta.
Munandar (Martinis Yamin & Maisah, 2010:
melaksanakan
pekerjaan
tugas-tugasnya.
atau
Menurut
6), “kompetensi merupakan daya untuk KAJIAN PUSTAKA
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
1. Deskripsi Teori
pembawaan dan latihan”. Kinerja dari guru
a. Kinerja Guru
harus mengacu pada aktivitas orang tersebut
Kinerja diartikan sebagai tindakan
selama melaksanakan tugas pokok atau
nyata pada kemampuan seseorang yang
kewajibannya. Kinerja dari seorang guru ini
mengacu pada tujuan organisasi. Mathis &
seperti merencanakan, melaksanakan, dan
Jackson (2006: 378), mendefinisikan “kinerja
mengevaluasi proses belajar mengajar yang
(performance)
yang
dilandasi oleh sikap profesional yang dimiliki
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai.
oleh guru. Menurut Abdul Majid (Martinis
Kinerja apabila dihubungkan dengan aktivitas
Yamin
guru, maka kinerja guru menurut pendapat
kompetensi guru adalah suatu ukuran yang
Sunarno & Sumadi (2007: 64-65) adalah
ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
“tampilan
dinilai
penguasaan pengetahuan dan berperilaku
jawab
layaknya seorang guru untuk menduduki
profesionalnya pada kurun waktu tertentu”.
jabatan fungsional sesuai dengan bidang
Guru perlu menguasai kompetensi agar
tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.”
mendukung
c. Budaya Kerja Guru
berdasarkan
sebagai
aktivitas
sesuatu
guru
yang
tugas dan tanggung
kinerjanya
menjadi
tinggi.
Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas
&
Maisah,
Menurut
7),
“standar
Rusmana
(2011:
14),
diturunkan
dari
budaya
itu
sendiri
(Kunandar, 2007: 56) menyatakan bahwa
“budaya
secara keseluruhan kompetensi guru terdiri
organisasi,
dari tujuh,
berkembang sesuai dengan tujuan masing-
yaitu:
“penyusunan
rencana
kerja
2010:
karena
budaya
6 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
masing organisasi.” Pada budaya organisasi,
METODE PENELITIAN
cara kerja atau interaksi yang biasa terjadi
Jenis Penelitian
akan membentuk pola sikap anggota di dalam
Penelitian
ini
menggunakan
organisasi, sehingga hal ini pula yang akan
pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang
berpengaruh pada budaya kerja di dalamnya.
menggunakan
Menurut Gering Surpiyadi & Tri
angka-angka
yang
diolah
melalui analisis statistik non parametrik
Guno dalam Rina Puspita Dewi (2008: 3),
dalam
“budaya kerja adalah suatu falsafah dengan
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
didasari pandangan hidup nilai-nilai yang
survei.
menjadi sifat, kebiasaan, dan juga pendorong
penelitian survei ini adalah pengumpulan data
yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan
yang menggunakan instrumen kuesioner/
tercermin dalam sikap, menjadi perilaku, cita-
wawancara untuk mendapatkan tanggapan
cita, pendapat, pandangan, serta tindakan
dari responden. Penelitian ini juga tergolong
yang terwujud sebagai kerja.” Nuraini Eka
dalam kategori korelasional karena penelitian
Rachmawati (Yusran Assagaf, 2012: 12)
ini mencari ada tidaknya hubungan antara
mengemukakan
satu variabel dengan variabel yang lain.
bahwa,
“budaya
kerja
merupakan sistem penyebaran kepercayaan
dan
mengarahkan
perilaku
Menurut
hasil
Sugiyono
penelitian.
(2008:5),
Waktu dan Tempat Penelitian
dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu perusahaan
menganalisis
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri
Se-Kota
Yogyakarta.
Waktu
segenap anggota perusahaan.” Selain itu
penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni
budaya perusahaan mengacu ke suatu sistem
2015.
makna bersama yang dianut oleh anggota-
Subjek Penelitian
anggota yang membedakan perusahaan itu
Populasi
dalam
penelitian
ini
dari perusahaan-perusahaan lain.
menggunakan 15 sekolah, sedangkan satu
2. Hipotesis
sekolah yakni SMP Negeri 15 Yogyakarta
a. Iklim
tidak termasuk dalam anggota populasi
sekolah berkontribusi terhadap
kinerja guru SMP Se-Kota Yogyakarta. b. Budaya
kerja
berkontribusi
terhadap
kinerja guru SMP Se-Kota Yogyakarta. c. Iklim
sekolah
dan
budaya
karena dijadikan sebagai uji coba instrumen. Pemilihan sekolah ini menggunakan teknik sampling. keseluruhan guru yang ada di
kinerja
Sekolah Menengah Pertama Negeri se Kota
berkontribusi terhadap kinerja guru SMP
Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel
Se-Kota Yogyakarta.
menggunakan random sampling dengan cara kluster, dimana jumlah guru pada sekolah
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 7 yang menjadi responden adalah 595 orang,
tinggi sebanyak (67,8%), dan budaya kerja
kemudian dari keseluruhan guru tersebut
SMP Negeri di Kota Yogyakarta berada pada
diambil 85
kategori sangat tinggi (65,9%).
guru
untuk penelitian
ini.
Penentuan jumlah responden sebanyak 85
Pengujian Hipotesis
orang didasarkan pada rumus dari Slovin dengan
menggunakan
taraf
signifikansi
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
sebesar 10%.
analisis
Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
hipotesis
Teknik
pengumpulan
pertama
dan
hipotesis
kedua.
Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga
dalam
digunakan teknik analisis korelasi ganda.
penelitian ini menggunakan angket/kuesioner
Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis
dan
dalam penelitin ini sebagai berikut:
dokumentasi.
Uji
data
korelasi Rank Spearman untuk
validitas
dengan
bantuan SPSS Statistics 13.0 For Windows
a.
Uji Hipotesis 1
dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha
Hasil analisis korelasi “Rank Spearman”
Cronbach. Instrumen dapat dikatakan reliabel
pada hipotesis pertama disajikan sebagai
jika koefesien Alpha Cronbach lebih besar
berikut.
dari 0,600 (Suharsimi Arikunto, 2008: 193).
Tabel 14. Ringkasan Hasil Korelasi Rank Spearman Hipotesis Pertama
Teknik analisis data yang digunakan dalam
Variabel
penelitian
adalah
analisis
regresi
linier
berganda (Sutrisno Hadi, 2004: 23).
Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru
r-hit
r-tab
sig
R2
0,590
0,213
0,021
0,348
Sumber : Data Primer Diolah, 2015 HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar dari
Hasil Penelitian Hasil
analisis
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
r tabel (0,590>0,213) dan nilai signifikansi data
penelitian
akan
sebesar 0,021, yang berarti kurang dari 0,05
diuraikan dengan analisis frekuensi disajikan
(0,021<0,05). Berdasarkan hasil tersebut,
sebagai berikut:
maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
Deskriptif Kategori Variabel
diterima.
Hasil
spearman
menunjukkan
Berdasarkan perhitungan deskripsi
analisis
korelasi “Iklim
rank
sekolah
kategori variabel diketahui bahwa kinerja
berkontribusi terhadap kinerja guru SMP Se-
guru SMP Negeri di Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta”. Keeratan hubungan iklim
mayoritas berada pada kategori sangat tinggi
sekolah dengan kinerja guru sebesar 0,590
(88,2%), iklim sekolah SMP Negeri di Kota
masuk pada kategori moderate correlation;
Yogyakarta berada pada kategori sangat
substantial relationship.
8 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
Berdasarkan hasil analisis data dengan
sisanya 41,2% dipengaruhi oleh variabel lain
menggunakan SPSS versi 13,0 menunjukkan
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
nilai R2 sebesar 0,348. Nilai tersebut berarti
c. Uji Hipotesis 3
besarnya pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja
guru sebesar 34,8%, sedangkan
sisanya 65,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini, dilakukan
dengan menggunakan
analisis
korelasi berganda. Hasil analisis korelasi berganda dapat dilihat dalam tabel berikut:
b. Uji Hipotesis 2
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis korelasi “Rank Spearman”
Variabel
pada hipotesis kedua disajikan sebagai berikut. Tabel 15. Ringkasan Hasil Korelasi Rank Spearman Hipotesis Kedua Variabel
r-hit
r-tab
Sig
R2
Budaya Kerja terhadap Kinerja Guru
0,767
0,213
0,001
0,588
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Koefisien Regresi (b) 0,098
F hitung
F tabel
Sig.
4,707
3,10
0,031
Iklim Sekolah Budaya 0,578 Kerja Konstanta = 1,954 R = 0,663 Adjusted R² = 0,346
Sumber: Hasil olah data, 2015
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
Dari
hasil
analisis
regresi
dapat
diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar dari
diketahui persamaan regresi berganda sebagai
r tabel (0,588>0,213) dan nilai signifikansi
berikut:
sebesar 0,001, yang berarti kurang dari 0,05
Y = 1,954 + 0,098X1 + 0,578X2
(0,001<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
Hasil
analisis
Spearman
menunjukkan
korelasi
Rank
“Budaya
kerja
berkontribusi terhadap kinerja guru SMP SeKota
Yogyakarta”.
Keeratan
masuk
pada
kategori
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengujian Signifikansi Regresi Ganda
hubungan
budaya kerja dengan kinerja guru sebesar 0,767
Selanjutnya untuk mengetahui apakah
moderate
correlation; substantial relationship. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS versi 13,0 menunjukkan
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui hubungan positif antara Iklim Sekolah dan Budaya Kerja dengan Kinerja Guru SMP Se-Kota Yogyakarta dengan nilai F hitung sebesar 4,707 lebih besar dari F tabel (4,707>3,10) dan nilai signifikansi sebesar
2
nilai R sebesar 0,588. Nilai tersebut berarti besarnya kontribusi budaya kerja terhadap kinerja
guru sebesar 58,8%, sedangkan
0,031
yang
berarti
kurang
dari
0,05
(0,031<0,05). Berdasarkan hasil tersebut,
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 9 maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini
dengan kepribadian individu dan dipandang
diterima. Hasil analisis regresi ini dapat
sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang
diketahui “Iklim sekolah dan budaya kinerja
berkaitan dengan aspek-aspek psikologis serta
berkontribusi terhadap kinerja guru SMP Se-
direfleksikan melalui interaksi di dalam
Kota Yogyakarta”. Keeratan hubungan iklim
maupun diluar kelas. Sekolah sebagai sesuatu
sekolah dan budaya kerja dengan kinerja guru
yang intangible tetapi penting untuk sebuah
sebesar 0,663 masuk pada kategori moderate
organisasi
correlation; dependable relationship.
kepribadian seorang individu”. Hoy & Miskel
2) Koefisien Determinasi
( Pretorius &Villier, 2009: 33) “menjelaskan
dan
dianalogika
dengan
Berdasarkan hasil analisis data dengan
iklim sekolah merujuk kepada hati dan jiwa
menggunakan SPSS versi 13,0 menunjukkan
dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut
2
nilai Adjusted R sebesar 0,346. Nilai tersebut
institusi yang menjadikan sekolah memiliki
berarti 34,6% perubahan
kepribadian, yang relative bertahan dan
pada
variabel
Kinerja Guru dipengaruhi oleh Iklim Sekolah
dialami
dan Budaya Kerja, sedangkan sisanya 65,4%
menjelaskan persepsi kolektif dan perilaku
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
rutin, dan akan mempengaruhi sikap dan
diteliti dalam penelitian ini.
perilaku di sekolah”. Kinerja
Pembahasan 1. Kontribusi Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Se-Kota Yogyakarta Hasil
oleh
perhitungan
menggunakan
dengan
di
sekolah
yang
dapat
dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari dalam diri guru
seperti kompetensi
yang dimiliki,
motivasi dalam melaksanakan pekerjaannya,
Spearman diperoleh nilai r hitung lebih besar
dan etos kerja yang dimiliki. Sedangkan
dari
faktor eksternal dapat berupa kepemimpinan
tabel
korelasi
guru
anggota,
Rank
r
analisis
statistik
seluruh
(0,590>0,213)
dan
nilai
signifikansi sebesar 0,000, yang berarti
kepala
kurang dari 0,05 (0,021<0,05). Dengan
lingkungan, dan rekan kerja. Masalah yang
demikian penelitian ini berhasil membuktikan
dihadapi sekolah yang berhubungan dengan
hipotesis pertama yang menyatakan iklim
iklim sekolah adalah guru masih terhambat
sekolah berkontribusi terhadap kinerja guru
oleh lingkungan kerja
SMP Se-Kota Yogyakarta.
adanya
Iklim sekolah didefinisikan oleh para
sekolah,
budaya
kerja
yang menentang
perubahan,
mempertahankan
sekolah,
dan
perilaku
masih
yang
sudah
ahli secara beragam dan penggunaannya
menjadi kebiasaan sehari-hari. Iklim kerja
kerap kali dipertukarkan dengan budaya
menggambarkan
sekolah. Iklim sekolah sering dianologikan
sekolah, kenyamanan, lingkungan sekitar,
situasi
dan
kondisi
di
10 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
tanggung jawab, hubungan di dalam lenbaga,
menyatakan “Budaya kerja berkontribusi
serta ada tidaknya dukungan dan semangat
terhadap
diantara personil. Guru perlu mengetahui
Yogyakarta”.
kinerja
guru
SMP
Se-Kota
bagaimana iklim kerja di tempatnya mengajar
Menurut Gering Surpiyadi & Tri Guno
karena setiap tempat kerja iklimnya berbeda-
dalam Rina Puspita Dewi (2008: 3), “budaya
beda.
kerja adalah suatu falsafah dengan didasari Hasil penelitian ini relevan dengan
pandangan hidup nilai-nilai yang menjadi
penelitian yang dilakukan oleh Iklim kerja
sifat, kebiasaan, dan juga pendorong yang
sekolah
signifikan
dibudayakan dalam suatu kelompok dan
terhadap kinerja guru di SMK seluruh
tercermin dalam sikap, menjadi perilaku, cita-
Kabupaten Indramayu. Hal ini berdasarkan
cita, pendapat, pandangan, serta tindakan
penelitian Caridin (2011) tentang “pengaruh
yang terwujud sebagai kerja.” Melaksanakan
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja
budaya kerja dalam suatu lembaga atau
sekolah
Hasil
organisasi mempunyai arti yang sangat
bahwa
dalam, karena akan merubah sikap dan
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
perilaku sumber daya manusia untuk dapat
positif
mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
berpengaruh
terhadap
penelitian
kinerja
diperoleh
terhadap
secara
guru”.
gambaran
kinerja
guru
tetapi
berkategori sedang (62,7%). Pengaruh iklim
Nilai-nilai
dan
keyakinan
dalam
kerja sekolah terhadap kinerja guru ada pada
pelaksanaan budaya kerja memiliki peranan
kategori sedang (62.7%). Kepemimpinan
yang sangat penting dalam mempengaruhi
kepala sekolah dan iklim kerja sekolah secara
pola kinerja, karena nilai dan keyakinan
bersama-sama memberikan pengaruh positif
tersebut dijadikan sebagai landasan atau
yang signifikan terhadap kinerja guru pada
acuan dalam proses pelaksanaan kerja di
kaegori sedang (68,3%).
sebuah organisasi atau lembaga. Budaya kerja
2. Kontribusi Budaya Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Se-Kota Yogyakarta
terlahir dari kebiasaan-kebiasaan yang timbul
Hasil
perhitungan
menggunakan
analisis
statistik korelasi
dengan
di lingkungan kerja ada budaya yang timbul di lingkungan
kerja
ada
budaya
yang
Rank
dijadikan peraturan tertulis tetapi ada pula
Spearman diperoleh r hitung lebih besar dari r
yang tidak. Contoh dari budaya kerja yang
tabel (0,767>0,213) dan nilai signifikansi
tertulis adalah penerapan slogan 5S (senyum,
sebesar 0,001, yang berarti kurang dari 0,05
salam, sapa, sopan dan santun) di lingkungan
(0,001<0,05). Dengan demikian penelitian ini
kerja. Slogan tersebut merupakan perwujudan
berhasil membuktikan hipotesis kedua yang
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 11 kebiasaan yang dilakukan di lingkungan
kinerja berkontribusi terhadap kinerja guru
kerja.
SMP Se-Kota Yogyakarta”. Budaya kerja merupakan pandangan
Iklim sekolah mempunyai peran penting
nilai-nilai hidup yang dijadikan sebagai sifat
dalam membangun sekolah yang bermutu.
dan kebiasaan yang dibudayakan dalam suatu
Iklim sekolah yang baik akan menciptakan
kelompok
sikap,
kinerja guru menjadi tinggi. Adapun dengan
perilaku, tujuan, pandangan, dan tindakan
adanya iklim sekolah dapat mempengaruhi
yang semuanya itu terwujud dalam kerja.
kinerja guru, perilaku dan sikap guru,
Kinerja guru di lingkungan sekolah tidaklah
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas,
terlepas dari budaya kerja yang merupakan
serta berpengaruh pada partisipasi guru pada
bagian budaya organisasi yang dianut oleh
suatu kegiatan di sekolah. Iklim sekolah yang
sekolah, dengan adanya budaya kerja yang
buruk akan menciptakan kinerja guru menjadi
dapat memberikan pengaruh kuat terhadap
rendah
kinerja guru di sekolah. Hal tersebut sudah
menyenangkan di antara personil di sekolah,
dibuktikan
beberapa
sehingga tujuan pembelajaran kurang atau
penelitian terdahulu seperti penelitian yang
tidak tercapai dengan maksimal, berpengaruh
dilakukan
yang
pada prestasi peserta didik, hubungan antar
berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala
guru dan staf yang kurang harmonis, serta
Sekolah dan Budaya Kerja Guru Terhadap
guru kurang terlibat dalam pengambilan
Kinerja Mengajar Guru”. Bahwa terdapat
keputusan di sekolah. Oleh karena itu, iklim
hubungan yang positif dan signifikan antara
sekolah merupakan salah satu hal yang perlu
budaya kerja terhadap kinerja guru.
diperhatikan
3. Kontribusi Iklim Sekolah dan Budaya Kinerja terhadap Kinerja Guru SMP Se-Kota Yogyakarta Hasil perhitungan statistik dengan
pendidikan yang bermutu.
menggunakan
berganda
karena budaya kerja sangat erat kaitannya
diperoleh nilai nilai F hitung sebesar 4,707
dengan sikap atau perilaku dan pola pikir
lebih besar dari F tabel (4,707>3,10) dan nilai
guru dalam menciptakan produktivitas kerja
signifikansi sebesar 0,031 yang berarti kurang
yang tinggi. Guru merupakan sebuah elemen
dari 0,05 (0,031<0,05). Dengan demikian
terpenting dalam proses pendidikan. Oleh
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
karena itu budaya kerja perlu dimiliki dan
berhasil membuktikan hipotesis ketiga yang
sudah harus tertanan dalam jiwa guru sebagai
menyatakan “iklim sekolah dab budaya
pendidik dan pengajar. Budaya kerja yang
dan
terlaksana
dengan
oleh
dengan
Rusmana
analisis
dalam
(2010)
regresi
dan
suasana
agar
yang
tercapai
tidak
lembaga
Pelaksanaan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dengan sumber daya manusia,
12 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
baik didalam suatu organisasi maka akan
yang ditunjukkan dengan r hitung lebih
dapat dicapai kinerja yang maksimal.
besar dari r tabel (0,588>0,213) dan nilai
Budaya kerja adalah pandangan hidup, nilai-nilai,
kepercayaan,
moral,
signifikan
lebih
kecil
dari
0,05
norma,
(0,001<0,05). Keeratan hubungan budaya
kebiasaan dan etika yang dianut seseorang
kerja dengan kinerja guru sebesar 0,588
atau sekelompok orang dan berpengaruh pada
masuk
perilak yang dikehendaki. Budaya kerja yang
correlation;
positif akan mempengaruhi pola kinerja guru
Besarnya kontribusi variabel budaya kerja
karena budaya kerja tersebut di jadikan
dengan
pedoman dalam melaksanakan tugas dan
Yogyakarta sebesar 58,8%, sedangkan
tanggungjawabnya semakin tinggi budaya
sisanya 41,2% dipengaruhi oleh variabel
kerja positif yang di bangun maka akan
lain yang tidak diteliti dalam penelitian
semakin tinggi pula kinerja seseorang, begitu
ini.
juga sebaliknya.
pada
substantial
kinerja
3. Iklim
kategori
sekolah
guru
dan
moderate relationship.
SMP
Se-Kota
budaya
kerja
berkontribusi terhadap kinerja guru SMP SIMPULAN DAN SARAN
Se-Kota Yogyakarta yang ditunjukkan
Simpulan
dengan nilai nilai F hitung lebih besar dari
1. Iklim
sekolah berkontribusi terhadap
F tabel (4,707>3,10) dan nilai signifikansi
kinerja guru SMP Se-Kota Yogyakarta
sebesar 0,031 yang berarti kurang dari
yang ditunjukkan dengan nilai r hitung
0,05 (0,031<0,05). Persamaan regresi: Y
lebih besar dari r tabel (0,590>0,213) dan
=
nilai signifikansi sebesar 0,021<0,05.
hubungan iklim sekolah dan budaya kerja
Keeratan hubungan iklim sekolah dengan
dengan kinerja guru sebesar 0,663 masuk
kinerja guru sebesar 0,590 masuk pada
pada
kategori moderate correlation; substantial
substantial
relationship. Besarnya kontribusi variabel
kontribusi variabel iklim sekolah dan
iklim sekolah dengan kinerja guru SMP
budaya kerja dengan kinerja guru SMP
Se-Kota
Se-Kota
Yogyakarta
sebesar
sedangkan sisanya 65,2%
34,8%,
1,954+0,098X1+0,578X2.
kategori
Keeratan
moderate
correlation;
relationship.
Besarnya
Yogyakarta
sebesar
44%,
dipengaruhi
sedangkan sisanya 54% dipengaruhi oleh
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
penelitian ini.
2. Budaya
kerja
berkontribusi
terhadap
kinerja guru SMP Se-Kota Yogyakarta
Kontribusi Iklim Sekolah …….(Rila Fauziah) 13 Saran
mengajar
1. Bagi Sekolah
iklimnya berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian,
Berdasarkan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
bahwa
Kepala
Penelitian Penelitian selanjutnya
kewajiban
untuk
disarankan untuk meneliti lebih mendalam
melakukan penilaian terhadap kinerja guru
tentang iklim sekolah dan budaya dengan
di sekolah. Penilaian terhadap guru ini
menambahkan faktor-faktor selain iklim
sangat perlu dilaksanakan oleh kepala
sekolah
sekolah karena untuk mengetahui kinerja
berpengaruh
yang telah dicapai oleh guru. kondisi atau
misalnya: sikap, keterampilan, dan prestasi
iklim sekolah perlu mendapat perhatian
belajar siswa di sekolah, sehingga dapat
dari semua jajaran pihak stakeholder
menyempurnakan penelitian ini. Penelitian
sekolah
selanjutnya
sekolah
diketahui
hasil
karena setiap tempat kerja
memiliki
karena kondisi yang kurang
dan
budaya terhadap
juga
kerja
yang
kinerja
guru,
disarankan
agar
nyaman akan mengganggu di dalam
menggunakan metode lain dalam meneliti
melakukan
belajar-mengajar
iklim sekolah dan budaya kerja, misalnya
iklim
sekolah
melalui wawancara mendalam terhadap
diharapkan tercipta lebih kondusif untuk
para siswa, sehingga informasi yang
pengembangan budaya kerja nantinya.
diperoleh dapat lebih bervariasi daripada
nantinya,
aktivitas sehingga
2. Bagi Siswa
angket yang jawabannya telah tersedia.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa Masalah yang dihadapi
DAFTAR PUSTAKA
sekolah yang berhubungan dengan iklim
Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2008). Educational Adminitration: Teory, research, and practice. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Kunandar. (2007). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. ed. revisi ke-7. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Martinis Yamin & Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada. Mathis, Robert L & Jackson, John H. (2006). Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh. Penerjemah: Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat.
sekolah adalah guru masih terhambat oleh lingkungan kerja yang menentang adanya perubahan, dan masih mempertahankan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Iklim kerja menggambarkan situasi
dan
kondisi
di
sekolah,
kenyamanan, lingkungan sekitar, tanggung jawab, hubungan di dalam lenbaga, serta ada tidaknya dukungan dan semangat diantara personil. Guru perlu mengetahui bagaimana
iklim
kerja di tempatnya
14 Jurnal Hanata Widya Tahun 2015
Rina Puspita Dewi. (2008). Modul: Menjaga dan Melindungi Budaya Kerja, Sesuai Standar Isi 2006. Jakarta: Yudhistira. Rusmana. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Budaya Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru: Studi Analisis Terhadap Guru Sekolah Dasar Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Tesis. AP Universitas Pendidikan Indonesia. Diunduh dari http://repository.upi.edu/tesisview.php? no_tesis=190 diakses tanggal 17 Mei 2013 pukul 8.24. Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarno & Sumadi. (2007). Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia (Vol.2 No. 2 Desember 2007). Hlm. 59-70. Sutrisno Hadi, (2004). Statistik. Yogyakarta: Andi offset Winarno Surakhmad. (2009). Pendidikan Nasional: Strategi danTragedi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Yusran Assagaf. (2012). Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alaudin Makassar. Skripsi. Manajemen FE Universitas Hasanuddin Makassar. Diunduh dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/123456789/1657/BAB34YUSR AN%20ASSAGAF.docx?sequence=2 diakses tanggal 10 Mei 2013 pukul 19.25.