i
KONSUMSI IKAN, STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH NON PANTAI
WIWIET MUTIAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ii
ABSTRACT WIWIET MUTIAH. Fish Consumption, Nutritional Status and Learning Achievement of 4th Grade Elementary School Children in Coastal and Non Coastal Areas. Under the guidance of ALIKHOMSAN.
The general objective of this study was to analyze fish consumption, nutritional status and learning achievement of 4th grade elementary school children in coastal and non coastal areas. The research was conducted by using Cross Sectional Study design and implemented in September to Desember 2011 in Tanjung Pasir and Ciriung III elementary schools. Samples were determined by purposive sampling, 30 students from coastal and non coastal areas were chosen. Amount of fish consumption in coastal areas (57.6 g) was higher than non coastal areas (32.6 g). Most student in coastal areas (43.3%) and in non coastal areas (76.7%) were caregorized as normal based on BMI for age. There was no significant association between fish consumption with nutritional status. There was a significant association between nutritional status with learning achievement (height for age r=0.320, p<0.05 and BMI for age r=0.255, p<0.05). There was a significant association between fish consumption with learning achievement (p<0.05). Keywords : Fish consumption, nutrition status, learning achievement, children
iii
RINGKASAN WIWIET MUTIAH.Konsumsi Ikan, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar kelas IV di Daerah Pantai dan Daerah Non Pantai. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi ikan, status gizi, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV di daerah pantai dan daerah non pantai.Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu (1) Menganalisis konsumsi ikan pada siswa, (2) Menganalisis tinggi badan dan status gizi siswa, (3) Menganalisis prestasi belajar siswa, (4) Menganalisis hubungan konsumsi ikan dengan status gizi siswa (5) Menganalisis hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV di daerah pantai dan daerah non pantai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan SeptemberDesember 2011 di SDN Tanjung Pasir Kabupaten Tanggerang dan SDN Ciriung III Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena kedua sekolah tersebut terletak di lingkungan strategis dan mudah dijangkau. Contoh pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SDN Tanjung Pasir dan SDN Ciriung III. Contoh ditentukan secara acak sederhana, sehingga dalam pada masing-masing sekolah didapatkan 30 siswa baik di SDN Tanjung Pasir maupun di SDN Ciriung III. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner, dan pengukuran langsung. Data primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, dan data konsumsi ikan. Data sekunder yang berupa gambaran umum tempat penelitian yaitu kabupaten Tangerang dan kabupaten Bogor. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2010 dan SPSS versi 16.0. Proses pengolahan meliputi coding, editing, cleaning, dan analisis. Data konsumsi ikan diperoleh dari pengisian food frecuency quetioners (FFQ), sedangkan data konsumsi siswa diperoleh dari food recall 2x24 jam. Status gizi siswa diperoleh menggunakan rumus (TB/U) dan (IMT/U). Tingkat kecukupan energi dihitung berdasarkan formula dari WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah & Tambunan 2004). Prestasi belajar di peroleh dari hasil rapor kelas I-III, lalu dikategorikan berdasarkan pedoman buku rapor (Depdiknas). Jumlah anggota keluarga yang diteliti sebagian besar termasuk dalam kategori kecil (75.0%). Kategori kecil (≤ 4 orang) sebesar 63.3% di daerah pantai sedangkan di daerah non pantai sebesar 86.7%. Hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p>0.05). Tingkat pendidikan ayah di daerah pantai terbesar (93.3%) adalah tidak/tamat SD, sedangkan di daerah non pantai sebagian besar dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat (56,7%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Sebesar 96.7% ibu siswa memiliki pendidikan terakhir tidak/tamat SD di daerah pantai, sedangkan di daerah non pantai pendidikan terakhir ibu siswa terbesar adalah SMA/sederajat (46.7%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan ibu di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Persentase tertinggi pekerjaan ayah siswa adalah nelayan (46.7%). Di daerah pantai sebagian besar sebagai nelayan (93.3%), sedangkan di daerah non pantai sebagian besar sebagai wiraswasta (53.3%) dan swasta/BUMN
iv
(43.3%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan ayah siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Sebagian besar ibu siswa hanya berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebesar 75.0%. Seluruh ibu siswa di daerah pantai merupakan IRT, sedangkan di daerah non pantai (50%) ibu siswa IRT. Berdasarkan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan ibu siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Sebagian besar pendapatan keluarga siswa per kapita per bulan antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- sebesar 63.3%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan orang tua siswa per bulan di daerah pantai daerah non pantai. Siswa dalam penelitian ini berusia 8 sampai 11 tahun. Persentase terbesar pada umur 8-9 tahun sebesar 65.0%. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia siswa di daerah pantai dan daerah non pantai. Persentase siswa di daerah pantai diketahui sebesar 60.0% siswa dengan jenis kelamin laki-laki dan 40% siswa dengan jenis kelamin perempuan, sebaliknya di daerah non pantai sebesar 60.0% siswa dengan jenis kelamin perempuan dan 40.0% siswa dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jenis kelamin siswa di daerah pantai dengan daerah non pantai (p>0.05). Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi lainnya di daerah pantai lebih rendah dibandingkan dengan daerah pegunungan, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan.Dilihat berdasarkan lokasi penelitian angka kecukupan zat gizi di daerah pantai lebih tinggi dibandingkan dengan daerah non pantai. Tingkat kecukupan energi siswa masih termasuk kategori defisit tingkat ringan (81.5%) dan protein termasuk kategori normal (91.5%). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral siswa diketahui kalsium termasuk kategori kurang (48.9%), Fe termasuk dalam kategori cukup (127.8%), vitamin A termasuk kategori cukup (84.9%) dan vitamin C termasuk kategori kurang (26.8%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat gizi siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p>0.05).Rata-rata konsumsi ikan di daerah pantai (57.6 g) lebih tinggi daripada di daerah non pantai (32.6 g). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui perbedaan signifikan (p<0.05)antara konsumsi ikan di daerah pantai dan daerah non pantai. Jenis ikan yang sering dikonsumsi didaerah pantai yaitu ikan laut sedangkan di daerah non pantai yaitu ikan tambak. Rata-rata tinggi badan siswa di daerah non pantai lebih tinggi daripada siswa di daerah pantai. Hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi badan siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Berdasarkan TB/U sebagian besar siswa baik di daerah pantai maupun di daerah non pantai berstatus gizi normal masingmasing sebesar 43.3% dan 76.7%. Status gizi siswa berdasarkan IMT/U sebagian besar siswa berada dalam kategori status gizi normal (63.3% dan 66.7%).Hasil uji statistik menggunakan uji beda t, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara z-score TB/U siswa di daerah pantai dan zscore TB/U siswa daerah non pantai (p<0.05), hal tersebut juga terjadi pada zscore IMT/U. Rata-rata prestasi belajar siswa di daerah pantai kelas I sampai kelas III 65.1 dan daerah non pantai 74.3. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa di daerah pantai dan daerah non pantai dari kelas I sampai kelas III (p<0.05).
v
KONSUMSI IKAN, STATUS GIZIDAN PRESTASI BELAJAR SISWASEKOLAH DASAR KELAS IVDI DAERAH PANTAI DAN DAERAH NON PANTAI
WIWIET MUTIAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
vi
Judul
Nama NIM
: Konsumsi Ikan, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa SekolahDasar Kelas IV di Daerah Pantai dan Daerah Non Pantai : Wiwiet Mutiah : I14096040
Disetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS NIP. 19600202 198403 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
vii
Tanggal Disetujui :
viii
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsumsi Ikan, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas IV di Daerah Pantai dan Daerah Non Pantai”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi (S.Gz) di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku penguji dalam ujian yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah dan Guru kelas di SDN Ciriung III Cibinong yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Kepala Sekolah dan Guru kelas di SDN Tanjung Pasir Tanggerang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang selalu memberikan dorongan baik materi maupun moral. 6. Teman-teman Program Alih Jenis S1 Mayor Ilmu Gizi Angkatan 3 yang selalu memberikan saran, doa dan semangatnya kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai. Dengan segala kerendahan hati penulis memohon kepada Allah SWT semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak, akan mendapat Berkat berlimpah dari-Nya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dan berguna bagi orang lain untuk riset di kemudian hari.
Bogor, Februari 2012
Penulis
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21September 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara merupakan puteri dari keluarga Bapak Sunarto dan Ibu Iriyanah. Pendidikan Sekolah dasar ditempuh dari tahun 1994 sampai 2000 di MI Al-Huda Citatah Cibinong. Tahun 2000 Penulis melanjutkan sekolah di SLTP PGRI I Cibinong dan lulus tahun 2003. Pada tahun yang sama Penulis diterima di SMA Plus PGRI I Cibinong dan lulus tahun 2006.Penulis diterima di Program Diploma Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta selama empat bulan dari Juli 2008 sampai November 2008. Pada bulan Februari sampai April 2009 Penulis melakukan Praktik Usaha Jasa Boga di Ketering Sehati di Kampus IPB. Pada masa perkuliahan penulis juga pernah mengikuti training ESQ Leadership Training 2008. Setelah menyelesaikan Program Diploma penulis langsung melanjutkan ke Program Alih Jenis S1 mayor Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah melakukan Internship Dietetik di RSUD Cibinong, selain itu penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi di Kabupaten Tegal pada tahun 2011. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekologi Manusia jurusan Ilmu gizi, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun Skripsi yang berjudul “Konsumsi Ikan, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas IV di Daerah Pantai dan Daerah Pegunungan”.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 4 Hipotesis .......................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5 Anak Usia Sekolah ........................................................................................... 5 Konsumsi Ikan.................................................................................................. 6 Status Gizi........................................................................................................ 8 Tinggi Badan .............................................................................................. 10 Karakteristik Keluarga .................................................................................... 11 Karakteristik sosial ekonomi ....................................................................... 11 Besar Keluarga ........................................................................................... 11 Pendidikan Orang Tua ................................................................................ 11 Pendapatan ................................................................................................ 12 Prestasi Belajar .............................................................................................. 12 KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 14 METODE PENELITIAN...................................................................................... 16 Desain, Tempat dan Waktu ............................................................................ 16 Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh ............................................................... 16 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 17 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 18 Definisi Operasional ....................................................................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 21 Karakteristik Wilayah ...................................................................................... 21 Letak Geografis .......................................................................................... 21 Jumlah Penduduk ....................................................................................... 22 Karakteristik Keluarga Siswa .......................................................................... 22
xi
Jumlah Anggota Keluarga........................................................................... 22 Pendidikan Orang tua ................................................................................. 23 Pekerjaan Orangtua.................................................................................... 24 Pendapatan Orang tua ............................................................................... 25 Karakteristik Siswa ......................................................................................... 26 Usia Siswa .................................................................................................. 26 Jenis Kelamin Siswa ................................................................................... 26 Konsumsi Siswa ............................................................................................. 26 Kebiasaan Makan .......................................................................................... 28 Konsumsi Ikan................................................................................................ 29 Status Gizi...................................................................................................... 32 Prestasi Belajar Siswa.................................................................................... 35 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 40 Kesimpulan .................................................................................................... 40 Saran ............................................................................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42 LAMPIRAN ........................................................................................................ 45
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data .................................. 17 Tabel 2 Interpretasi z-score menurut indeks pengukuran antropometri .............. 19 Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jumlah keluarga ........................................ 22 Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu ............... 23 Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan jenis pekerjaan ayah ................................ 25 Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orang tua .............................. 25 Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik .............................................. 26 Tabel 8 Rata-rata konsumsi siswa daerah pantai dan daerah non pantai .......... 27 Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan kebiasaan makan ..................................... 29 Tabel 10 Rata-rata banyaknya jumlah pangan yang dikonsumsi siswa .............. 30 Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan ikan per minggu ................................................................................................ 30 Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan non ikan per minggu ................................................................................................ 31 Tabel 13 Kontribusi Pangan Sumber Energi ...................................................... 31 Tabel 14 Kontribusi Pangan Sumber Protein ..................................................... 31 Tabel 15 Rata-rata tinggi badan siswa berdasarkan jenis kelamin ..................... 32 Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan status gizi ............................................... 33 Tabel 17 Sebaran status gizi siswa di daerah pantai ......................................... 34 Tabel 18 Sebaran status gizi siswa di daerah non pantai................................... 34 Tabel 19 Sebaran prestasi belajar siswa berdasarkan lokasi ............................. 35 Tabel 20 Sebaran prestasi belajar siswa di daerah pantai ................................. 35 Tabel 21 Sebaran prestasi belajar siswa di daerah non pantai .......................... 36 Tabel 22 Rata-rata nilai beberapa mata pelajaran berdasarkan kelas................ 37
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran contoh .................................................... 15 Gambar 2 Cara Penarikan Contoh ..................................................................... 16
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Penelitian ........................................................................ 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan
sangat
mendukung
tercapainya
peningkatan
status
kesehatan
seseorang.Tebentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang cerdas, aktif, sehat dan produktif. Salah satu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan formal. Selain itu, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi juga termasuk usaha untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri
ataspendidikan
anak
usia
dini,pendidikan
dasar,pendidikan
menengah, danpendidikan tinggi. Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Masa sekolah dasar (SD) adalah masa pertumbuhan anak yang cepat dimana anak-anak sangat membutuhkan asupan gizi yang baik. Menurut Sulistyoningsih (2011) Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang salah atau tidak sesuai akan menimbulkan masalah kesehatan. Selain itu, gizi juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pemenuhan kebutuhan gizi akan berdampak pada kondisi kesehatan, dan bisa juga berlaku sebaliknya, yaitu status kesehatan (terutama infeksi) akan berdampak kepada status gizi seseorang. Anak merupakan generasi penerus bangsa karena mereka merupakan aset negara yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini. Fase anak merupakan fase yang paling penting dalam perkembangan seseorang dimana terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk itu, seorang anak sangat membutuhkan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan mengonsumsi pangan hewani.
2
Pangan hewani mengandung protein yang lebih berkualitas karena mudah digunakan tubuh dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap. Selain itu, pangan hewani mengandung berbagai zat gizi mineral yang tinggi dan mudah digunakan oleh tubuh. Berbagai vitamin dan mineral yang banyak dalam pangan hewani berperan dalam kenormalan fungsi otak. Defisiensi vitamin B12 akan berakibat rendahnya daya ingat atau kemampuan merekam pesan, dan kemampuan pemecahan masalah. Kebiasaan kemampuan
konsumsi
belajar
anak
pangan
hewani
sebagai
berdampak
ukuran
panjang
sederhana
pada
kecerdasan
anak. Penelitian di Kenya membuktikan bahwa anak-anak yang diberi makanan cukup pangan hewani pada usia 18-30 bulan mempunyai skor kemampuan belajar dan kemampuan kognitif yang lebih baik pada tiga tahun berikutnya yaitu pada saat anak sekolah di usia lima tahun. Pangan hewani tidak hanya berperan dalam meningkatkan kecerdasan atau
perkembangan
anak,
tetapi
juga
membuat
tubuh
anak
lebih
tinggi. Penelitian di berbagai negara, misalnya di China, Jamaica, Brazil, meksiko, Nicaragua dan di Indonesia
membuktikan bahwa
anak-anak
yang minum susu mempunyai tinggi badan jauh lebih tinggi dibanding anak-anak yang tidak minum susu. Banyak bukti bahwa pangan hewani mempunyai manfaat bagi kecerdasan anak, bahkan juga bagi pertumbuhan dan kesehatan anak.Asupan gizi yang baik salah satunya dengan mengonsumsi pangan hewani seperti ikan dapat meningkatkan perkembangan anak. Perkembangan anak yang baik dapat dilihat dari hasil prestasi belajar di sekolah. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Mutu pendidikan dikatakan baik jika nilai prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan.Sekolah dasar (SD) yang tersebar diseluruh Indonesia diantaranya terletak di daerah pantai dan daerah pegunungan. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Dalam perairan laut banyak pangan yang dapat dikonsumsi salah satunya ikan. Ikan merupakan sumber protein yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.Berdasarkan data BPS tahun 2010 produksi ikan di Propinsi Banten mencapai 16 668 ton per tahun, sedangkan di propinsi Jawa Barat mencapai 51 989 ton per tahun. Rata-rata konsumsi protein ikan di Indonesia menyumbangkan 7.03 gram per kapita. Tingkat kecerdasan orang Jepang diatas tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Dari aspek gizi dan pangan, ternyata
3
bahan pangan yang mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang per tahun. Tingkat konsumsi ikan orang Indonesia masih di bawah 30 kg per orang per tahun. Salah satu komponen gizi yang terkandung dalam ikan dan diduga berperan dalam meningkatkan kecerdasan ialah Docosa-hexaenoic-acid (DHA), yang merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa rantai panjang Omega-3. Diharapkan anak yang mengonsumsi ikan, pertumbuhannya akan lebih optimal serta memiliki status gizi dan prestasi belajar yang baik. Dengan demikian perlu adanya pengkajian mengenai konsumsi ikan, status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IVdi daerah pantai dan daerah non pantai. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi ikan, tinggi badan,status gizi, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IVdi daerah pantai dan daerah non pantai.
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya: 1. Menganalisis konsumsi ikan pada siswa sekolah dasar kelas IVdi daerah pantai dan daerah non pantai. 2. Menganalisis tinggi badan dan status gizi siswa sekolah dasar kelas IVdi daerah pantai dan daerah non pantai. 3. Mengetahui prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IVdi daerah pantai dan daerah non pantai. 4. Menganalisis hubungan antara konsumsi ikan dengan tinggi badan dan status gizi siswa sekolah dasar kelas IV daerah pantai dan daerah non pantai. 5. Menganalisis hubungan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV daerah pantai dan daerah non pantai.
4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya konsumsi ikan, status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar di daerah pantai dan daerah non pantai. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua untuk lebih memperhatikan konsumsi ikan pada anak sehingga dapat meningkatkan status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar anak. Selain itu, informasi ini juga dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk memperhatikan tingkat prestasi belajar anak di sekolah. Hipotesis Ho
: Tidak terdapat perbedaan antara konsumsi ikan, status gizi, tinggi badandan prestasi belajar siswa di daerah pantai dan daerah non pantai.
Ha
: Terdapat perbedaan antara konsumsi ikan, status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar siswa di daerah pantai dan daerah non pantai.
5
TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak Usia Sekolah (AUS) adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Menurut Hurlock (1999), masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tibanya anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi laki-laki, namun secara umum anak usia sekolah adalah anak yang masuk Sekolah Dasar (SD).Masa usia sekolah dasar adalah masa dimana mereka harus bermain tanpa diperhatikan orangtua dan saat bermain dapat mengetahui dapat bergaul dengan teman sebaya secara baik. Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasardasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu. Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman (Asmin 2000). Menurut Nurliawati (2003) anak-anak lebih mudah dididik pada usia sekolah dibanding dengan anak usia sebelum maupun sesudahnya. Karena itu, sangat tepat jika pada siswa SD ditanamkan dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebiasaan makan yang baik. Anak-anak usia sekolah mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan aktif. Oleh karena itu mereka membutuhkan makanan yang memenuhi kandungan gizi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Anak memerlukan nutrisi yang cukup dan seimbang agar proses berpikir, belajar dan berkreativitas tidak terhambat. Selain itu, anak mengalami perkembangan kognitif, perkembangan memori, perkembangan pemikiran kritis, perkembangan kreativitas dan perkembangan bahasa (Devi 2012). Menurut data Riskesdas tahun2010, sekitar 70 persen anak usia sekolah kurang mendapat asumsi energi yang dibutuhkan. Anak usia sekolah juga mengonsumsi protein kurang dari yang dibutuhkan. Prosentase kurang protein kira-kira 80 persen. Asupan gizi yang kurang mengakibatkan penyerapan ilmu selama sekolah tidak maksimal. Anak menjadi susah konsentrasi, cenderung malas, sering menguap, dan tidak kreatif mencari pemecahan masalah (Bardosono 2011).
6
Konsumsi Ikan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Briawan 1994). Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi pangan memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku seharihari dalam menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan (Hardinsyah & Martianto 1992). Sumber pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan juga mendukung perkembangan kognitif anak (Audrey et al. 2003). Sumber pangan hewani merupakan sumber protein yang kaya asam amino esensial,
tidak
dapat
disintesis
dalam
tubuh
sangat
diperlukan
untuk
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh balita sehingga harus ada di dalam makanan. Sumber pangan hewani terdiri dari telur, daging unggas, daging sapi dan ikan (Uripi 2004). Ikan merupakan pangan sumber protein hewani, karena kandungan proteinnya sangat tinggi jika dibandingkan dengan kandungan lemak dan kandungan karbohidrat didalamnya. Ikan menurut perairan tempat hidupnya terdiri dari ikan air tawar dan ikan air laut. Keduanya adalah makanan sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh. Ikan mengandung 18% protein yang terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20% lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah. Ikan laut sebagai salah satu hasil perikanan tangkap, merupakan sumber protein bagus, bermutu tinggi, memiliki sedikit lemak jenuh namun kaya akan berbagai gizi mikro penting yang diperlukan manusia (Waisima 2011). Ikan laut merupakan
sumber
utama
asam
lemak
tak
jenuh
omega-3,
EPA
(eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) (Burdge 2004). EPA berperan penting untuk penyusunan jaringan mitokondrial, berperan dalam pembentukan prosraglandin dan leukotriene. Sedangkan DHA berfungsi sebagai zat gizi penting baik otak dan retina (Choo & Williams 2003). Hasil penelitian
7
Fernandez et al. (1999) menunjukkan hubungan terbalik yang konsisten antara konsumsi ikan dan risiko kanker gastrointestinal. Selain itu, ikan juga memiliki peran dalam pertumbuhan dan perkembangan janin tetapi tergantung jumlah dan jenis ikan yang dikonsumsi (Ramon et al. 2009). Kandugan omega-3 dalam berbagai jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan omega-3 dalam 100 gram ikan Jenis Ikan Haring Makarel Kipper Pilchard (kalengan dalam saus tomat) Sarden (kalengan dalam saus tomat) Tuna (segar) Tuna (kalengan dalam air garam) Salmon (segar) Salmon (kalengan) Salmon asap Trout Cod Haddock
Kadar Omega-3 Per 100 gram 1.8 2.8 3.4 2.8 2.0 1.6 0.17 2.5 1.8 1.3 1.2 0.25 0.15
Menurut Metcalf et al. 2007 konsumsi minyak ikan akan memberikan efek akumuluasi dari EPA dan DHA yang lebih besar dibandingkan dengan minyak flaxseed. Sehingga hal tersebut dikaitkan dengan penurunan risiko kematian jantung, terutama kematian mendadak. Manfaat ini muncul dari penggabungan asam lemak tak jenuh omega 3 dan eicosapentaenoicacid (EPA) serta docosahexaenoicacid (DHA) ke dalam fosfolipid kardiomiosit. Kandungan tinggi yodium dan asam lemak omega-3 yang dimiliki ikan laut secara signifikan menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko kematian mendadak akibat serangan jantung dan meningkatkan pertumbuhan sel-sel otak (Choo & William 2003).Berdasarkan penelitian Chrysohoou et.al. (2007) juga disebutkan bahwa jangka panjang dari konsumsi ikan adalah tidak ditemukannya penyakit kardiovaskular pada individu tersebut. Jadi, asupan ikan tampaknya memberikan perlindungan antiaritmia pada tingkat populasi. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, mengonsumsi asam lemak omega-3, yang biasa ditemukan pada ikan salmon dan tuna, bisa mengurangi risiko kebutaan terkait kondisi Age-related Macular Degeneration (AMD), atau kebutaan karena usia lanjut (Devi 2012). Menurut Yuliarti (2008) berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, ikan mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk
8
pertumbuhan. Protein ikan juga sangat mudah dicerna dan diabsorbsi. Oleh karena itu, ikan dan produknya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan pencernaan sehubungan dengan sifat dagingnya yang mudah dicerna. Para ahli mengemukakan, komposisi asam-asam amino dalam bahanbahan hewani termasuk ikan sesuai dengan jaringan didalam tubuh manusia. Oleh karena ada kesamaan ini maka protein dari ikan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan sering disebut makanan untuk kecerdasan. Absorbsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan daging sapi, ayam dan lainnya karena daging ikan mempunyai serat-serat protein yang lebih pendek daripada serat-serat protein daging sapi atau ayam (Yuliarti 2008). Menurut Devi (2012) Ikan mengandung lesitin, fenilalanin, asam ribonukleat, tirosin, DMAE, vitamin B6, niasin (B3), tembaga, sumber protein yang baik, seng, asam lemak omega-3 (DHA), dan vitamin B12 yang baik untuk otak anak. Nilai gizi ikan laut lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar. Kandungan asam lemak omega-3 yang relatif tinggi membuat ikan laut dalam baik untuk pertumbuhan otak anak. Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di Negara tersebut (Khomsan 2002). Berdasarkan BPS data tahun 2009 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi dari bahan pangan ikan adalah 43.5 kkal/kap/hari dan 7.3 g protein/kap/hari. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 47.6 kkal/kap/hari dan 7,9 g protein/kap/hari. Menurut Waisima (2011) masyarakat di Negara dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi, selain berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan masyarakat,
penurunan
kolesterol
dan
pencegahan
berbagai
penyakit
degeneratif, juga menunjukkan tingkat harapan hidup yang relatif lebih lama yaitu mencapai sekitar 80 tahun. Tingginya usia harapan hidup masyarakat di Negara dengan tingkat konsumsi ikan laut tinggi dapat dijelaskan dari adanya dampak positif mengkonsumsi ikan laut yang menyebabkan kesehatan semakin baik, dan kesehatan masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memperpanjang usia harapan hidup.
9
Status Gizi Status gizi (nutrition status) menurut Supariasa (2002) didefinisikan sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang atau sekelompok orang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langgsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langgsung dapat dibagi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa 2002).Status gizi anak usia sekolah merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Asupan harian anak-anak yang dikonsumsi selama menonton televisi dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut (Matheson et.al2004). Gizi yang cukup merupakan masukan yang penting untuk meningkatkan kualitas SDM. Gizi yang baik menciptakan derajat kesehatan yang baik. Untuk memperoleh gizi yang baik, diperlukan intake pangan yang cukup dan berkualitas. Kecukupan zat gizi seorang anak dapat dilakukan dengan konsumsi energi dan konsumsi protein yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak. Ikan merupakan sumber protein hewani utama, diberikan kepada anak karena mudah dicerna. Selain protein, ikan laut juga mengandung asam lemak tak jenuh
10
omega-3 yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan otak anak (Cahyaningrum 2005). Menurut Supariasa (2002) Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu angka acuan standar WHO. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai Z-score adalah: Z-Score = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan Nilai simpangan baku rujukan Tinggi Badan Perubahan ukuran fisik penduduk merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya peningkatan kualitas manusia. Salah satu cara untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan fisik
penduduk adalah melalui
pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS) yang dilakukan oleh para guru dari sekolah yang bersangkutan. Dalam kegiatan indeks ini yang digunakan adalah tinggi badan menurut umur (TB/U). Klasifikasi status gizi dibagi dalam empat golongan juga menggunakan baku WHO-NHCS. Hasil laporan TBABS tahun 1994/1995, didapatkan tinggi badan rata-rata anak Indonesia adalah 114,9 cm pada anak laki-laki dan 114,0 cm pada anak perempuan (Supariasa 2002). Hasil penelitian Subandriani (2001) berdasarkan uji anacova menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara TBABS dengan hasil prestasi belajar siswa kelas II, III dan IV. Tinggi badan menurut umur merefleksikan pertumbuhan linear yang di capai
anak.
Defisit
tinggi
badan
menurut
umur
(TB/U)
menunjukkan
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang. Kurang energi dan protein dan beberapa zat gizi mikro merupakan gejala awal dari penyebab utama (pendek) stunting. Berdasarkan hasil penelitian Salimar et.al(2009) prevalensi balita pendek/stunting berdasarkan tipe daerah yang tertinggi adalah di pedesaan. Salah satu permasalahan gizi yang dapat muncul sebagai akibat rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi adalah stunting pada anak. Stunted (short stature) atau yang disebut tinggi badan per panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama. Salah satu permasalahan gizi yang dapat muncul sebagai akibat rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi adalah stunting pada anak. Data dari Riskesdas 2007
11
menunjukkan, sebesar 35 persen anak usia Sekolah Dasar (SD) pendek. Hal ini berarti pada usia enam sampai 12 tahun, tiga dari 10 anak SD pendek. Sepuluh sampai 20 tahun kemudian, anak-anak tersebut beresiko lebih tinggi terkena diabetes, kolesterol, maupun darah tinggi. Karena dengan lebih pendek menjadi mudah gemuk (Bardosono 2011). Karakteristik Keluarga Karakteristik sosial ekonomi Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga, baik pangan maupun nonpangan selama satu tahun terakhir. Jika pendapatan masih rendah maka kebutuhan pangan cenderung lebih dominan daripada kebutuhan nonpangan. Sebaliknya jika pendapatan meningkat maka pengeluaran untuk nonpangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi (Husaini et al. 2000). Hal ini sesuai dengan Hukum Engel bahwa semakin tinggi pendapatan maka persentase pendapatan yang dikeluarkan untuk pangan akan semakin kecil. Berbagai faktor sosial ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya dan pendapatan keluarga. Faktor tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak (Supariasa et al. 2002). Besar Keluarga Besar keluarga mempunyai pengaruh pada konsumsi pangan, jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar jika dibandingkan pada keluarga kecil. Pada keluarga dengan ekonomi kurang, jumlah anak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti pangan, sandang, dan perumahan pun tidak terpenuhi. Pendidikan Orang Tua Pendidikan
baikibudan
ayahmerupakan
penentuyang
kuatterhambatnyaanakdalam keluarga (Semba et al. 2008). Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan individu. Pendidikan akan dikelompokkan ke dalam pendidikan formal dan informal. Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan dan berpengaruh melalui pendidikan. Tingkat
pendidikan
orang
tua
dapat
berpengaruh
dalam
usaha
meningkatkan prestasi belajar anak. Orang tua yang berpendidikan akan
12
memperhatikan serta mendorong semangat belajar anak. Selain itu, untuk membantu dalam proses pendidikan anak, maka sebaiknya orang tua mempertinggi pengetahuannya, semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Agustina 2003). Pendapatan Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan jasmani, fisik dan kebendaan anak. Dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya akan lebih luas, juga orang tua akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anak-anaknya jika orang tua tersebut tidak disulitkan oleh pemenuhan kebutuhan primer keluarga (Agustina 2003). Agustina (2003) menyatakan bahwa kurangnya keadaan ekonomi keluarga, sering memaksa anak-anaknya untuk membantu mencari nafkah. Sering anak-anak harus bekerja di luar jam sekolah. Kalaupun mereka harus bekerja di luar jam sekolah, pekerjaannya sangat melelahkan sehingga tidak sempat lagi mengulang pelajaran dirumah. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kecerdasan koginitif atau yang sering disebut dengan IQ secara umum diketahui sebagai prediktor utama dalam keberhasilan siswa di sekolah (Atkinson et al. 2000). Pemantauan prestasi belajar berarti menilai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diperoleh oleh siswa. Dalam program UNICEF kita ingin tahu apa yang anak telah belajar di kelas seberapa efektif sekolah, apakah anak-anak melewati eksternal (publik) pemeriksaan untuk promosi dan bagaimana anak-anak dalam pendidikan dibandingkan dengan orang lain di tingkat nasional dan internasional. Hasil dari sebuah studi menunjukkan bahwa prestasi belajar seorang anak sangat berhubungan juga terhadap pendidikan ibu. Jika pendidikan seorang ibu meningkat lebih baik maka prestasi belajar anak juga akan meningkat. Hal tersebut terutama terjadi pada anak-anak perempuan daripada anak laki-laki. Pekerjaan seorang ayah sangat tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang anak (Arnold & Katty 2010).
13
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar adalah salah satu ukuran tingkat intelegensi. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat ukur kemampuan kognitif siswa. Prestasi belajar merupakan gambaran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (fakrtor ekstern). Faktor inern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
14
KERANGKA PEMIKIRAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Untuk itu, daerahnya dapat dibedakan menjadi daerah pantai dan daerah non pantai. Daerah pantai merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan laut yang kaya akan sumber protein terutama dari aneka jenis ikan. Ikan merupakan sumber protein yang cukup tinggi dan sangat diperlukan oleh anak dalam masa pertumbuhan. Konsumsi ikan termasuk salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan
anak
dalam
masa
pertumbuhan.
Konsumsi
ikan
dapat
mempengaruhi status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar anak. Jika konsumsi protein tercukupi maka diharapkan akan menghasilkan status gizi yang baik dan tinggi badan yang sesuai. Sebaliknya jika anak tidak tercukupi semua kebutuhan proteinnya akan menghasilkan status gizi yang kurang dan tinggi badan yang tidak sesuai. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak dan kemampuan anak dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga anak memiliki status gizi yang baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik, yang pada akhirnya mereka akan memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Sebaliknya jika anak memiliki status gizi yang kurang maka perkembangan otak dan kecerdasan mereka akan terhambat sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah. Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis, dan aktifitas fisik. Tinggi badan merupakan salah satu komponen untuk mengetahui status gizi individu. Jika tinggi badan belum sesuai dengan yang seharusnya maka status gizi individu tersebut tidak bisa masuk dalam kategori normal. Tinggi badan seorang individu berhubungan dengan tingkat konsumsi protein. Konsumsi protein salah satunya terdapat dalam pangan ikan. Untuk itu, konsumsi ikan berhubungan dengan prestasi belajar anak. Penelitian ini secara umum untuk mengetahui konsumsi ikan, status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar siswa sekolah dasar di daerah pantai dan daerah non pantai.
15
Daerah Pantai
Daerah non pantai
Karakteristik Siswa: Umur Jenis Kelamin
Karakteristik Keluarga Siswa: Besar Keluarga Pendidikan orang tua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga
Konsumsi Ikan
Status Gizi
Tinggi Badan
Penyakit/infeksi
Prestasi Belajar
Lingkungan Belajar Fasikitas Belajar Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran contoh
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Hubungan yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hungan yang tidak diteliti
16
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik sampel. Lokasi penelitian dilakukan di SDN Ciriung III Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dan di SDN Tanjung Pasir Tanggerang.Penentuan sekolah dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sekolah terletak di lingkungan strategis, dan mudah di jangkau. SDN Ciriung III mewakili karakteristik wilayah non pantai dan SDN Tanjung Pasir mewakili karakteristik wilayah pesisir pantai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga Desember 2011 dengan cara membagikan kuisioner dan wawancara kepada siswa maupun pihak sekolah. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian adalah seluruh siswa sekolah dasar kelas IV di SDN Ciriung III Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dan di SDN Tanjung Pasir Tanggerang. Menurut penelitian Domel, et al (1994) siswa kelas IV dan kelas V dapat dijadikan sampel penelitian. Pertimbangan memilih siswa kelas IV adalah bahwa
siswa
yang
bersangkutan
memiliki
tingkat
perkembangan
dan
kemampuan anak untuk berfikir secara logis terhadap hal konkrit sudah baik sehingga dapat menjawab pertanyaan. Pengambilan contoh dilakukan secara acak sederhana. Jumlah contoh dari penelitian ini adalah sebanyak 60 anak yang terdiri dari 30 anak SDN Ciriung III dan 30 anak SDN Tanjung Pasir. Teknik pengambilan contoh disajiakan pada gambar 2.
Sekolah Dasar
Daerah Pegunungan
Daerah Pantai
SDN Ciriung III
SDN Tanjung Pasir
30 Anak
30 Anak Gambar 2Cara Penarikan Contoh
17
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data sosial ekonomi keluarga (pengeluaran pangan dan non pangan, tingkat pendidikan orang tua dan besar keluarga), dan data konsumsi ikan diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan recall konsumsi siswa 2x24 jam. Data primer dikumpulkan dengan alat bantu kuisioner dan observasi langsung. Data lain yang dikumpulkan meliputi karakteristik siswa (usia dan jenis kelamin). Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran langsung dengan menggunakan timbangan injak dan mikrotoise. Data hasil penimbangan berat badan siswa dihitung dengan menggunakan rumus z-score. Data status gizi diperoleh dengan menggunakan rumus indekstinggi badan menurut umur (TB/U), dan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Gambaran umum lokasi penelitian diperoleh melalui pengamatan langsung dan dari website daerah tersebut, lalu data hasil prestasi belajar menggunakan data sekunder yang diperoleh dari guru kelas. Data hasil prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor pada semester I dan II kelas I sampai kelas III. Nilai yang diperoleh adalah dari mata pelajaran yang umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS. Jenis dan cara pengumpulandata dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data No
1.
2.
3. 4. 5.
Variabel dan Data Karakteristik siswa Usia Jenis Kelamin Berat badan (BB) Tinggi badan (TB) Karakteristik keluarga siswa Besar keluarga Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan Keluarga Konsumsi ikan Gambaran umum lokasi: Letak geografis Jumlah penduduk Prestasi belajar siswa: Nilai rapor kelas I-III
Jenis Data
Cara Pengambilan Data
Primer
Pengisian kuisioner dan pengukuran langsung (BB,TB)
Primer
Pengisian kuisioner dan wawancara
Primer
Pengisian kuisioner dan wawancara
Sekunder
Website lokasi
Sekunder
Data dari guru kelas
18
Pengolahan dan Analisis Data Data
yang
diperoleh
kemudian
diolah
dan
dianalisis
dengan
menggunakan program Microsoft Excel2010dan program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0. Proses pengolahan data meliputi coding, entry, editing, cleaning, dan analisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis statistik perbandingandigunakan untuk membandingkan konsumsi ikan, status gizi, tinggi badan dan prestasi belajar antara dua kelompok sampel data menggunakan independent-sample T Test, uji kolerasi chi-square dan uji kolerasi spearman. Karakteristik siswa meliputi usia dan jenis kelamin. Data konsumsi ikan dikelompokkan berdasarkan jumlah ikan yang dikonsumsi setiap harinya. Data konsumsi ikan diperoleh dengan cara pengisian food frequency quetioners (FFQ), sedangkan data konsumsi siswa diperoleh darifood recall2x24 jam konsumsi kemudian dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kecukupan energicontoh diacu berdasarkan formula dari WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah & Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu: AKE = (88.5 – 61.9 U) + (26.7 x BB x AkF) + 903 TB + 25 AKE
= Angka Kecukupan Energi (Kal)
U
= Usia (tahun)
BB
= Berat Badan (kg)
AkF
= Angka Kegiatan Fisik (sangat aktif bagi anak laki-laki usia 9-18 tahun yaitu 1.42dan perempuan 1.31)
TB
= Tinggi Badan (meter)
Menurut Hardinsyah et al. (2002) kecukupan protein contoh diacu berdasarkan formula sebagai berikut: AKP = (Ba/Bs) x AKGi AKP
= Angka kecukupan protein (g)
Ba
= Berat badan aktual (Kg)
Bs
= Berat badan rujukan (Kg)
AKGi = Angka kecukupan protein yang dianjurkan Perhitungan tingkat kecukupan zat gizi khusus untuk energi dan protein memperhitungkan berat badan aktual siswa yang dibandingkan dengan berat badan anak sekolah dasar standar yang terdapat dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Nilai
standar
yang
menyatakan
apakah
siswa
tersebut
telah
19
mengkonsumsi gizi yang cukup, kurang atau lebih yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%) dan kelebihan (>120%). Tingkat konsumsi zat gizi siswa dihitung dengan rumus:
Keterangan: TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan Data status gizi diperoleh dengan menggunakan rumus indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Data hasil penimbangan berat badan dihitung menggunakan simpang baku z-score (Riyadi 2001). Penilaian status gizi berdasarkan nilai z-score dan dibandingkan dengan baku rujukan WHO/NHCS dengan perhitungan untuk tiap indeks adalah:
Nilai z-score yang telah diperoleh kemudian dikategorikan seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Interpretasi z-score menurut indeks pengukuran antropometri z-score
BB/U Underweight/lightness z< -2 SD -2 SD
2 SD Sumber: WHO/NCHS (2007)
Kategori TB/U Sunted/shortness Normal Normal-tallness
BB/TB Wasted/thinness Normal Overweight/heaviness
Data prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor kelas I sampai kelas III. Nilai rapor kelas IV meliputi beberapa mata pelajaran, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS. Untuk mengukur prestasi belajar siswa maka dilakukan penjumlahan nilai kemudian dibagi dengan jumlah mata pelajaran sehingga diperoleh nilai rata-rata rapor siswa. Analisis perbedaan konsumsi ikan, status gizi dan prestasi belajar siswa menggunakan uji beda t untuk melihat perbedaan variabel-variabel tersebut di daerah pantai dan daerah pegunungan.
20
Definisi Operasional Anak usia sekolah dasar adalah usia awal dimana anak mulai berkembang dan bertanggung jawab dengan kegiatan yang dijalaninya. Konsumsi ikan adalah jumlah dan jenis ikan yang biasa contoh konsumsi. Karakteristik siswa adalah data atau informasi mengenai siswa meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan aktifitas fisik. Status gizi adalah keadaan fisik siswa yang diukur dengan antropometri dengan indek BB/U, TB/U dan BB/TB. Tinggi badan adalah pengukuran tinggi dalam posisi tegal sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan. Berat badan adalah masa tubuh yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh, dan lain-lain dalam satuan kilogram. Prestasi belajar adalah hasil pembelajaran siswa dalam bentuk angka atau nilai yang ditulis dalam rapor dari kelas I sampai kelas III mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA yang kemudian dikategorikan menjadi: kurang (<6,0); cukup (6,0-6,9); baik (7,0-7,9); dan sangat baik (>8,0) . Besar keluarga menyatakan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Pendidikan terakhir orang tua merupakan pendidikan formal yang terakhir kali di ikuti. Pendapatan orang tua adakah besar penghasilan yang diterima oleh orang tua dalam sebulan dan dinyatakan dalam satuan rupiah.
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada nilai prestasi belajar yang digunakan adalah nilai rapor siswa, sebaiknya jika ingin melihat hasil prestasi belajar siswa dapat dilihat pada nilai ulangan harian atau nilai hasil ulangan semester.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Letak Geografis Teluk Naga termasuk ke dalam salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106020’-106043’BT dan 6o00’-6o20’LS. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111 038 ha atau 12.62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Secara topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Teluk Naga termasuk dalam kategori dataran rendah. Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun. Cibinong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 4 611.06 Km2. Kabupaten bogor terletak pada Koordinat 6o18’ 6o47’10 LS dan 106o23’45-107o13’30 BT. Luas wilayah Kabupaten Bogor 298 838 294 ha, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Depok, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak serta sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bogor. Daratan
Jawa Barat dapat
dibedakan
atas
wilayah
pegunungan
curam (9,5% dari total luas wilayah Jawa Barat) terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10 -
22
1.500 m dpl; dan wilayah dataran luas (54,03%)
terletak di
bagian
Utara
dengan ketinggian 0 – 10 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22,89 % dari luas wilayah Jawa Barat), sawah (20,27%), dan perkebunan (17,41%), sementara hutan primer dan hutan sekunder di Jawa Barat hanya 15,93% dari seluruh luas wilayah Jawa Barat. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di wilayah Teluk Naga mencapai 500 000 jiwa dengan kepadatan 1 000 jiwa/km2. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mencapai hampir 2.84 juta orang, terdiri dari 1.45 juta laki-laki dan 1.38 juta perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang pertahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 3.82% lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Banten yang hanya 2.80% per tahun. Kecamatan Cibinong memiliki jumlah penduduk sebanyak 326 957jiwa. Berdasarkan
hasil
pencacahan
Sensus
Penduduk
2010,
jumlah
pendudukabupaten Bogor sementara adalah 4 770 744 orang, yang terdiri atas 2 450 426laki-laki dan 2 320318 perempuan. Karakteristik Keluarga Siswa Jumlah Anggota Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumber daya yang sama. Besar anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥ 7 orang). Data sebaran jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan jumlah keluarga Jumlah Keluarga Kecil (≤ 4) Sedang (5-6) Besar (≥ 7) Total Rata-rata ± SD p-value*
Pantai n % 19 63.3 9 30.0 2 6.7 30 100.0 3.8 ± 1.7
n 26 1 3 30
Non Pantai % 86.7 3.3 10.0 100.0 3.03 ± 1.5 0.06
Total n % 45 75.0 10 16.7 5 8.3 60 100 3.4 ± 1.6
Anggota keluarga dengan kategori kecil (≤ 4 orang) sebesar 63.3% di daerah pantai sedangkan di daerah non pantai sebesar 86.7%. Sebesar 30.0% siswa di daerah pantai, dan 3.3% siswa di daerah non pantai siswa memiliki keluarga sedang (5-6 orang). Keluarga besar (≥ 7 orang) di daerah pantai
23
berjumlah6.7%, sedangkan di daerah non pantai mencapai 10.0%. Menurut Sanjur (1997) jumlah keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p>0.05). Pendidikan Orang tua Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, konsumsi pangan dan status gizi. Umumnya penddidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Sukandar 2007). Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar anak. Orang tua yang berpendidikan akan memperhatikan serta mendorong semangat belajar anak. Selain itu, untuk membantu dalam proses pendidikan anak, maka orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang baik. Semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Agustina 2003). Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan ayah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu Pendidikan Ayah Tidak/Tamat SD SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Perguruan Tinggi Total Ibu Tidak/Tamat SD SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Perguruan Tinggi Total
n
Pantai %
n
Non Pantai %
n
Total %
28 1 1 0 30
93.3 3.3 3.3 0.0 100.0
4 7 17 2 30
13.3 23.3 56.7 6.7 100.0
32 8 18 2 60
53.3 13.3 30.0 3.3 100.0
29 1 0 0 30
96.7 3.3 0.0 0.0 100.0
7 8 14 1 30
23.3 26.7 46.7 3.3 100.0
36 9 14 1 60
60.0 15.0 23.3 1.7 100.0
Tabel 4menunjukkan bahwa sebagian besar (53.3%) tingkat pendidikan ayah siswa di daerah pantai dan daerah non pantai adalah tidak/tamat SD. Tingkat pendidikan ayah di daerah pantai umumnya (93.3%) adalah tidak/tamat
24
SD, sedangkan di daerah non pantai sebagian besar (56.7%) berpendidikan SMA/Sederajat.Berdasarkan hasil uji statistic meggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan orangtua (ayah dan ibu) siswa di daerah pantai dan daerah non pantai. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak,
karena
tingkat
pendidikan
ibu
berpengaruh
terhadap
tingkat
pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah, 2004). Seorang ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak. Hasil dari sebuah studi menunjukkan bahwa prestasi belajar seorang anak sangat berhubungan juga terhadap pendidikan ibu. Jika pendidikan seorang ibu lebih tinggi maka prestasi belajar anak juga akan meningkat. Hal tersebut terutama terjadi pada anak-anak perempuan daripada anak laki-laki. Sementara itu, pekerjaan seorang ayah tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang anak (Arnold & Katty 2010).Sebagian besar ibu siswa (60.0%) seperti ditunjukkan dalam Tabel 4 berpendidikan tidak/tamat SD. Sebesar 96.7% ibu siswa memiliki pendidikan terakhir tidak/tamat SD di daerah pantai, sedangkan di daerah non pantai pendidikan terakhir ibu siswa terbesar (46.7%) adalah SMA/sederajat. Tingkat pendidikan orang tua memiliki kolerasi positif dengan prestasi belajar siswa.Bantuan orang tua terhadap siswa pada saat mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti, semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua terhadap suatu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, maka semakin tinggi kemampuannya membantu anak dalam memahami pelajaran tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa (Setiawati 2007). Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua siswa sangat beragam terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pegawai swasta, nelayan, Ibu Rumah Tangga (IRT)dan lainnya. Berdasarkan Tabel 5 diketahui persentase tertinggi pekerjaan ayah siswa adalah wiraswasta (30.0%). Pekerjaan ayah siswa di daerah pantai umumnya (93.3%) sebagai nelayan, sedangkan di daerah
non
swasta/BUMN.
pantai
sebagian
besar
(53.3%)
sebagai
wiraswasta
dan
25
Pekerjaan memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan sehingga nantinya akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonominya. Sebaran siswa berdasarkan jenis pekerjaan ibu dapat dilihat dalam Tabel 6. Sebagian besar ibu siswa (75.0%) adalah ibu rumah tangga (IRT). Persentase ibu siswa di daerah non pantai yang sebagai staf swasta/BUMN, wiraswasta, dan PNS berturut-turut adalah 23.3%, 23.3% dan 3.3%. Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan jenis pekerjaan ayah Pekerjaan Ayah Nelayan Swasta/BUMN TNI/Polri Wiraswasta Total Ibu PNS Swasta/BUMN Wiraswasta IRT Total
Total %
Daerah Pantai n %
Daerah Non Pantai n %
n
28 0 0 2 30
93.3 0.0 0.0 6.7 100.0
0 13 1 16 30
0.0 43.3 3.3 53.3 100.0
28 13 1 18 60
46.7 21.7 1.7 30.0 100
0 0 0 30 30
0.0 0.0 0.0 100.0 100.0
1 7 7 15 30
3.3 23.3 23.3 50.0 100.0
1 7 7 45 60
1.7 11.7 11.7 75.0 100.0
Pendapatan Orang tua Menurut
Suhardjo
(1989)
pendapatan
merupakan
faktor
yang
menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya
pendapatan
menyebabkan
terjadinya
perubahan-perubahan
dalam susunan makanan. Tingginya pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orang tua Pendapatan Orang Tua < 500 000 500 000-1 000 000 > 1 000 000-2 000 000 > 2 000 000 Total
n 0 28 2 0 30
Pantai % 0 93.3 6.7 0 100
Non Pantai n % 5 16.7 10 33.3 9 30.0 6 20.0 30 100
Total n 5 38 11 6 60
% 8.3 63.3 18.3 10.0 100
Tabel 7menunjukkan sebaran siswa berdasarkan pendapatan orang tua per kapita per bulan. Sebagian besar (63.3%) pendapatan keluarga siswa per kapita per bulan antara Rp 500 000,- sampai Rp 1 000 000,-. Pendapatan keluarga di daerah non pantai umumnya lebih tinggi daripada di daerah pantai.
26
Karakteristik Siswa Usia Siswa Contoh dalam penelitian ini adalah anak kelas IV SD yang berusia 8 sampai 11 tahun. Pada Tabel 8 usia siswa di bagi menjadi dua kategori yaitu 8 sampai 9 tahun dan 10 sampai 11 tahun. Sebaran siswa berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 8. Sebagian besar siswa (65.0%) dalam penelitian ini berumur 8 sampai 9 tahun. Siswa di daerah pantai memiliki persentase yang sama antara usia 8 sampai 9 tahun dan 10 sampai 11 tahun (50.0%), sedangkan di daerah non pantai persentase terbesar pada usia 8 sampai 9 tahun (80.0%) dan sisanya 10 sampai 11 tahun (20.0%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia siswa di daerah pantai dan daerah non pantai. Jenis Kelamin Siswa Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 8menunjukkan persentase yang seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persentase siswa di daerah pantai diketahui sebesar 60.0% siswa dengan jenis kelamin laki-laki dan 40% siswa dengan jenis kelamin perempuan, sebaliknya di daerah non pantai sebesar 60.0% siswa dengan jenis kelamin perempuan dan 40.0% siswa dengan jenis kelamin perempuan. Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik Karakteristik Siswa Usia 8-9 10-11 Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Pantai n %
Non Pantai n %
Total n %
15 15 30
50.0 50.0 100.0
24 6 30
80.0 20.0 100.0
39 21 60
65.0 35.0 100.0
18 12 30
60.0 40.0 100.0
12 18 30
40.0 60.0 100.0
30 30 60
50.0 50.0 100.0
Konsumsi Siswa Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Briawan 1994). Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi pangan memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-
27
hari dalam menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi siswa daerah pantai dan daerah non pantai sebesar 1255 kkal, protein 42.7 g, kalsium 341.6 g, Fe 14.1 mg, Vitamin A 449.9 µg dan Vitamin C 12.4 g. Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi lainnya di daerah pantai lebih rendah dibandingkan dengan daerah non pantai. Untuk mengetahui tingkat kecukupan siswa maka jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). Rata-rata angka kecukupan gizi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata konsumsi siswa daerah pantai dan daerah non pantai Variabel
Konsumsi
AKG
Tingkat kecukupan
Zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Kalsium (mg) Fe (mg) Vit. A (µg) Vit. C (mg) Energi (kkal) Protein (g) Kalsium (mg) Fe (mg) Vit. A (µg) Vit. C (mg) Energi (%) Protein (%) Kalsium (%) Fe (%) Vit. A (%) Vit. C (%)
Pantai
Non Pantai
1228 41.5 282.4 10.3 404.4 10.3 1488 47.7 813.3 11.6 553.3 47.7 84.4 87.1 35.5 87.4 73.2 21.8
1282 44.0 400.9 17.8 495.4 14.5 1670 46.0 680.0 10.8 520.0 46.0 78.6 96.0 62.3 168.1 96.6 31.9
Total (rata-rata) 1255 42.7 341.6 14.1 449.9 12.4 1579 46.8 746.7 11.2 536.7 46.8 81.5 91.5 48.9 127.8 84.9 26.8
Kecukupan gizi seseorang dapat dihitung dengan mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi (AKG) tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu, sehingga kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman. (Hardinsyah & Briawan 1994). Berdasarkan Tabel 9 diketahui rata-rata angka kecukupan energi sebesar 1579 kkal, protein 46.8 g, kalsium 746.7 mg, Fe 11.2 mg, Vitamin A 536.7 µg, dan vitamin C 46.8 mg. Dilihat berdasarkan lokasi penelitian angka kecukupan zat gizi di daerah pantai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah non
28
pantai. Hal tersebut diduga terjadi karena usia siswa (10-11 tahun) di daerah pantai lebih besar dibandingkan dengan daerah pegunungan sehingga angka kecukupan zat gizi daerah pantai menjadi lebih besar. AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi seseorang. Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Klasifikasi kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-70% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (≥120% AKG). Berdasarkan klasifikasi tersebut tingkat kecukupan siswa seperti terlihat pada Tabel 8 diketahui untuk energi masih termasuk kategori defisit tingkat ringan (81.5%) dan protein termasuk kategori normal (91.5%). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77% AKG). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral siswa pada Tabel 8 diketahui kalsium termasuk kategori kurang (48.9%), Fe termasuk dalam kategori cukup (127.8%), vitamin A termasuk kategori cukup (84.9%) dan vitamin C termasuk kategori kurang (26.8%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat gizi siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p>0.05). Kebiasaan Makan Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui sebaran siswa berdasarkan kebiasaan makan. Kebiasaan makan dibagi menjadi kebiasaan mengonsumsi makanan lengkap dalam sehari, kebiasaan sarapan pagi, dan kebiasaan mengonsumsi ikan. Sebanyak 51.7% siswa megonsumsi makanan lengkap 1 kali dalam sehari dan 38.3% siswa mengonsumsi 3 kali sehari. Sebaran siswa di daerah pantai 100% mengonsumsi makanan lengkap hanya 1 kali dalam sehari, sedangkan
di
daerah
non
pantai
persentase
mengonsumsi makanan lengkap 3 kali dalam sehari.
tertinggi
(76.7%)
siswa
29
Tabel 10Sebaran siswa berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan Makan
Pantai n %
Non Pantai n %
Total n %
30 0 0 0
100.0 0 0 0
1 4 23 2
3.3 13.3 76.7 6.7
31 4 23 2
51.7 6.7 38.3 3.3
23 7 0 0
76.7 23.3 0.0 0.0
21 6 3 0
70.0 20.0 10.0 0
44 13 3 0
73.3 21.7 5.0 0.0
25 5 0 0
83.3 16.7 0.0 0.0
3 17 10 0
10.0 56.7 33.3 0.0
28 22 10 0
46.7 36.7 16.7 0.0
Mengonsumsi makanan lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur/buah) dalam sehari a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. 4 kali Kebiasaan sarapan pagi a. Selalu (5-7 kali/minggu) b. Sering (3-4 kali/minggu) c. Jarang (1-2 kali/minggu) d. tidak pernah Mengonsumsi ikan a. Selalu (5-7 kali/minggu) b. Sering (3-4 kali/minggu) c. Jarang (1-2 kali/minggu) d. tidak pernah
Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agae dapat berkonsenterasi di sekolah (Devi 2012). Sarapan pagi umumnya sudah biasa dilakukan siswa, baik di pantai maupun pegunungan. Seorang siswa yang tidak sarapan pagi dapat menyebabkan penurunan konsenterasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar (Noverina 2011). Persentase terbesar siswa (46.7%) mengonsumsi ikan 5-7 kali/minggu. Sebesar 83.3% siswa di daerah pantai mengonsumsi ikan 5-7 kali/minggu sedangkan sebesar 56.7% siswa didaerah pantai mengonsumsi ikan 3-4 kali/minggu. Ikan laut sebagai salah satu hasil perikanan tangkap, merupakan sumber protein bagus, bermutu tinggi, memiliki sedikit lemak jenuh namun kaya akan berbagai gizi mikro penting yang diperlukan manusia (Waisima 2011). Konsumsi Ikan Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut (Khomsan 2002). Data BPS tahun 2009 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi konsumsi energi pangan asal ikan adalah 44 kkal/kap/hari dan protein 7.3 g/kap/hari. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 48 kkal/kap/hari dan 7.9 g protein/kap/hari. Jumlah pangan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kecukupan zat gizi dan status gizi individu. Beberapa sampel pangan yang dikonsumsi siswa antara lain nasi, ikan, daging, telur, ayam dan susu. Jumlah pangan yang dikonsumsi
30
siswa dapt dilihat pada Tabel 11.Khomsan (2002) menjelaskan bahwa untuk penduduk Indonesia konsumsi ikan seyogyanya adalah 50 gram per hari. Konsumsi ikan di daerah pantai umumnya sudah mencukupi atau sudah sesuai dengan angka tersebut, namun sebaliknya di daerah pegunungan konsumsi ikan masih belum mencukupi (<50 gram per hari). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui hanya nasi dan ikan yang memiliki perbedaan signifikan (p<0.05). Tabel 11 Rata-rata banyaknya jumlah pangan yang dikonsumsi siswa Jenis Pangan Nasi (g) Ikan (g) Daging (g) Telur (g) Ayam (g) Susu (ml)
Pantai 203.3 57.4 30.0 66.6 33.6 190.9
Non Pantai 220.8 32.6 26.7 57.2 36.2 200.0
Ikan merupakan pangan sumber protein hewani, karena kandungan proteinnya sangat tinggi. Ikan menurut perairan tempat hidupnya terdiri dari ikan air tawar dan ikan air laut. Ikan mengandung 18% protein yang terdiri dari asamasam amino esensial. Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan ikan per minggu Pantai Sering Jarang (>3x) (<3x) n % n %
Non Pantai Sering Jarang (>3x) (<3x) n % n %
Ikan laut
25
83.3
5
16.7
23
95.8
1
4.2
Ikan air tawar
23
76.7
7
23.3
23
95.8
1
4.2
Ikan Asin
15
50.0
15
50.0
21
87.5
3
12.5
Ikan tambak
23
76.7
7
23.3
16
100.0
0
0.0
Sarden (ikan Kaleng)
15
50.0
15
50.0
21
91.3
2
8.7
Jenis Bahan Pangan
Tabel 12menunjukkan sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan ikan per minggu. Jenis ikan dibagi menjadi ikan laut, ikan air tawar, ikan asin, ikan tambak, dan sarden (ikan kaleng). Ikan laut di daerah pantai dan daerah pegunungan dengan kategori sering (>3x) memiliki presentase sebesar 83.3% dan 95.8%. Pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan juga mendukung perkembangan kognitif anak (Audrey et al. 2003). Pangan hewani merupakan sumber asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-
31
organ tubuh balita sehingga harus ada di dalam makanan. Pangan hewani terdiri dari telur, daging unggas, daging sapi dan ikan. Sebaran siswa berdasarkan konsumsi pangan hewani non ikan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi konsumsi pangan non ikan per minggu
Jenis Bahan Pangan
Sering (>3x) n %
Pantai Jarang (<3x) n %
Non Pantai Sering Jarang (>3x) (<3x) n % n %
Telur
17
56.7
13
43.3
22
73.3
8
26.7
Ayam
22
73.3
8
26.7
28
93.3
2
6.7
Daging
8
26.7
22
73.3
21
95.5
1
4.5
Susu
18
60.0
12
40.0
18
64.3
10
35.7
Berdasarkan beberapa jenis bahan pangan non ikan yang dikonsumsi diantaranya yaitu ayam dan daging yang memiliki persentase cukup besar dibandingkan dengan pangan lainnya (73.3% dan 95.5%) dalam kategori sering. Tabel 14 Kontribusi Pangan Sumber Energi Pantai Kal % 525 42.8 92 7.5 55 4.5 2 0.1 68 5.5 56 4.6 55 4.5 375 30.5 1228 100.0
Jenis Pangan Nasi Mie Ikan Daging Telur Ayam Susu Lain-lain Total
Non Pantai Kal % 605 47.2 165 12.8 61 4.7 17 1.3 86 6.7 44 3.4 50 3.9 255 19.9 1282 100.0
Tabel 14menunjukkan kontribusi pangan sumber energi terhadap kebutuhan siswa. Nasi menyumbangkan pesentase terbesar baik di daerah pantai maupun daerah pegunungan (42.8% dan 47.2%). Persentase lain-lain menyumbangkan cukup besar di kedua wilayah (30.5% dan 19.9%). Pangan yang termasuk lain-lain yaitu lauk nabati, sayur dan buah-buahan. Tabel 15 Kontribusi Pangan Sumber Protein Jenis Pangan Nasi Mie Ikan Daging Telur Ayam Susu Lain-lain Total
Pantai g 9.3 3.4 9.6 0.2 4.5 3.3 1.3 10.0 41.5
% 22.4 8.2 23.1 0.4 10.8 7.9 3.2 24.0 100.0
Non Pantai g % 11.3 25.7 6.4 14.5 7.2 16.4 1.6 3.7 5.5 12.4 2.8 6.3 1.5 3.5 7.7 17.4 44.0 100.0
32
Ikan di daerah pantai menyumbangkan persentase sebesar 23.2%, sebaliknya di daerah non pantai hanya menyumbangkan 16.4%. Kontribusi telur di daerah non pantai (12.4%) lebih besar dibandingkan daerah pantai (10.8%). Status Gizi Menurut Supariasa (2002) status gizi (nutritional status) didefinisikan sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Tinggi badan seseorang dapat menggambarkan status gizi orang tersebut. Tinggi badan pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Rata-rata tinggi badan siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Rata-rata tinggi badan siswa berdasarkan jenis kelamin Variabel Laki-laki Perempuan Total p-value
Tinggi Badan (cm) Pantai Non Pantai 124.4 ± 7.0 129.4 ± 5.4 123.2 ± 7.1 128.1 ± 7.3 123.8 ± 7.1 128.8 ± 6.4
Rata-rata ± sd 126.9 ± 6.2 125.7 ± 7.2 126.3 ± 7.1 p<0.05
Tabel 16menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan siswa di daerah pegunungan lebih tinggi daripada siswa di daerah pantai. Siswa laki-laki di daerah pegunungan rata-rata tinggi badannya lebih tinggi daripada siswa perempuan. Sesuai dengan penelitian Masti (2009) bahwa anak laki-laki memiliki rata-rata tinggi badan yang lebih besar daripada perempuan. Hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi badan siswa di daerah pantai dan daerah pegunungan (p<0.05). Hasil laporan Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah (TBABS)tahun 1994/1995, didapatkan tinggi badan rata-rata anak Indonesia adalah 114,9 cm pada anak laki-laki dan 114,0 cm pada anak perempuan (Supariasa 2002). Status gizi anak usia sekolah merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan
33
ditentukan kualitas anak-anak saat ini.Upaya peningkatan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Sebaran siswa berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 17. Tinggi badan menurut umur merefleksikan pertumbuhan linear yang di capai
anak.
Defisit
tinggi
badan
menurut
umur
(TB/U)
menunjukkan
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang. Kurang energi dan protein dan beberapa zat gizi mikro merupakan gejala awal dari penyebab utama stunting(pendek). Pada Tabel 17 jika dilihat berdasarkan TB/U sebagian besar siswa baik di daerah pantai maupun di daerah pegunungan berstatus gizi normal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa keadaan status gizi sebagian besar siswa pada masa kini dan masa lampau tergolong baik. Berdasarkan hasil penelitian Salimar et al tahun 2009 prevalensi balita pendek/stunting berdasarkan tipe daerah yang tertinggi adalah di pedesaan. Pada penelitian ini, sebaran siswa yang memiliki status gizi pendek di daerah pantai lebih tinggi dibandingkan daerah non pantai (33.3% vs 20%). Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan status gizi Variabel Status gizi (TB/U) Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Total Rata-rata z-score (TB/U) Status gizi (IMT/U) Severe thinness Thinness Normal Overweight Obesity Total Rata-rata z-score (IMT/U)
n
Pantai %
n
Non Pantai %
Total n
%
7 10 13 0 30
23.3 33.3 43.3 0.0 100 -1.24
1 6 23 0 30
3.3 20.0 76.7 0.0 100 -0.51
8 16 36 0 60
13.3 26.7 60.0 0.0 100 p<0.05
0 9 19 2 0 30
0.0 30.0 63.3 6.7 0.0 100 -2.09
0 3 21 6 0 30
0 10 70 20 0 100 -1.11
0 12 40 8 0 60
0.0 20.0 66.7 13.3 0.0 100 p<0.05
Berdasarkan status gizi siswa berdasarkan IMT/U, sebagian besar siswa berada dalam kategori status gizi normal (63.3% di pantai dan 66.7% di pegunungan). Apabila dilihat dari indikator IMT/U yang tergolong normal maka dapat diartikan bahwa IMT siswa tergolong sesuai dengan umurnya. Hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
34
signifikan antara z-score TB/U siswa di daerah pantai dan z-score TB/U siswa daerah pegunungan (p<0.05), hal tersebut juga terjadi pada z-score IMT/U. Tabel 18 Sebaran status gizi siswa di daerah pantai Pantai Variabel Status gizi (TB/U) Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Total Rata-rata z-score Status gizi (IMT/U) Severe thinness Thinness Normal Overweight Obesity Total Rata-rata z-score
Laki-laki n
%
5 4 9 0 18
27.8 22.2 50.0 0.0 100.0
0 4 13 1 0 18
0 22.2 72.2 5.6 0 100
Perempuan n
Total
%
n
%
2 16.7 6 50.0 4 33.3 0 0 12 100 -1.24
7 10 13 0 30
23.3 33.3 43.3 0 100
0 0 5 41.7 6 50 1 8.3 0 0 12 100 -2.09
0 9 19 2 0 30
0 30 63.3 6.7 0 100
Sebaran status gizi siswa di daerah pantai dan daerah non pantai dikategorikan berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan indikator TB/U diketahui baik di pantai maupun non pantai sebagian siswa laki-laki (50%& 83.3%). Sebaran status gizi siswa pada indikator IMT/U sebesar 72.2% siswa laki-laki di pantai dan 75% siswa di daerah non pantai termasuk dalam status gizi normal, sedangkan siswa perempuan hanya 50% dan 66.7% yang termasuk status gizi normal. Tabel 19 Sebaran status gizi siswa di daerah non pantai Variabel Status gizi (TB/U) Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Total Rata-rata z-score (TB/U) Status gizi (IMT/U) Severe thinness Thinness Normal Overweight Obesity Total Rata-rata z-score (IMT/U)
Laki-laki n %
Non Pantai Perempuan n %
n
0 2 10 0 12
0 16.7 83.3 0 100
1 4 13 0 18
5.6 22.2 72.2 0 100 -0.51
1 6 23 0 30
3.3 20 76.7 0 100
0 2 9 1 0 12
0 16.7 75.0 8.3 0 100
0 1 12 5 0 18
0 5.6 66.7 27.8 0 100 -1.11
0 3 21 6 0 30
0 10 70 20 0 100
Total %
35
Prestasi Belajar Siswa Menurut Atkinson et al. (2000), prestasi belajar merupakan hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Kecerdasan koginitif atau yang sering disebut dengan IQ secara umum diketahui sebagai prediktor utama dalam keberhasilan siswa di sekolah. Pemantauan prestasi belajar berarti menilai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diperoleh oleh siswa. Prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh dari rata-rata nilai rapor semester satu dan dua dari mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS mulai kelas I (satu) sampai kelas III (tiga). Berdasarkan Pedoman Buku Rapor dari Depdiknas, prestasi belajar digolongkan ke dalam empat kategori yaitu baik (jika nilai rata-rata rapor diatas 80), lebih dari cukup (jika nilai rata-rata rapor antara 70-79), cukup (jika rata-rata rapor antara 60-69 dan kurang (jika rata-rata rapor dibawah 60). Tabel 20Sebaran prestasi belajar siswa berdasarkan lokasi Kategori Prestasi Belajar Kurang (<60) Cukup (60-69) Lebih dari cukup (70-79) Baik (>80) Total
Daerah Pantai n % 0 0.0 28 93.3 2 6.7 0 0.0 30 100
Daerah Pegunungan n % 1 3.3 8 26.7 13 43.3 8 26.7 30 100
Total n 1 36 15 8 60
% 1.7 60.0 25.0 13.3 100
Berdasarkan Tabel 20 sesuai dengan kategori rata-rata yang ditetapkan oleh Depdiknas, terdapat 26.7% (8 orang) siswa di daerah pegunungan yang termasuk dalam kategori prestasi belajar yang baik, dan tidak terdapat siswa di daerah pantai yang termasuk dalam kategori prestasi belajar yang baik. Sebaran prestasi belajar siswa di daerah pantai menunjukkan seluruh siswa laki-laki memiliki prestasi belajar dengan kategori cukup, sebagian besar siswa perempuan juga termasuk kategori cukup (83.3%) dan yang lainnya termasuk kategori lebih dari cukup (16.7%). Tabel 21 Sebaran prestasi belajar siswa di daerah pantai Prestasi belajar Kurang Cukup Lebih dari cukup Baik Total
Laki-laki n % 0 0.0 18 100.0 0 0.0 0 0.0 18 100
Perempuan n % 0 0.0 10 83.3 2 16.7 0 0.0 12 100
Total % 0.0 0 28 93.3 6.7 2 0.0 0 30 100 n
36
Sebaran prestasi belajar siswa di daerah non pantai menunjukkan sebagian siswa termasuk dalam kategori prestasi belajar lebih dari cukup (43.3%). Sebagian siswa dengan jenis kelamin laki-laki termasuk dalam kategori kurang (50%) sedangkan siswa dengan jenis kelamin perempuan sebagian termasuk dalam kategori lebih dari cukup (55.6%). Tabel 22 Sebaran prestasi belajar siswa di daerah non pantai Prestasi Belajar
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
Kurang
6
50.0
Cukup
3
25.0
Lebih dari cukup
3
Baik Total
Total
%
n
%
1
5.6
7
23.3
2
11.1
5
16.7
25.0
10
55.6
13
43.3
0
0.0
5
27.8
5
16.7
12
100
18
100
30
100
Menurut Agustina (2003) manfaat yang dapat diperoleh melalui pengukuran atau prestasi belajar antara lain untuk mengetahui apakah proses belajar telah berlangsung secara efektif atau belum. Seorang siswa dapat dikatakan
sukses
disekolah
apabila
ia
secara
relatif
konstan
dapat
menyelesaikan pendidikan di sekolah tanpa mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar adalah salah satu ukuran tingkat intelegensi. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat ukur kemampuan kognitif siswa. Prestasi belajar merupakan gambaran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui rata-rata prestasi belajar siswa dari beberapa mata pelajaran antara daerah pantai dan daerah non pantai cukup berbeda. Rata-rata prestasi belajar siswa di daerah pantai kelas I sampai kelas III 65.1 dan daerah pegunungan 74.3. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa di daerah pantai dan daerah non pantai dari kelas I sampai kelas III (p<0.05).
37
Tabel 23 Rata-rata nilai beberapa mata pelajaran berdasarkan kelas Mata pelajaran
Pantai
Non Pantai
Uji beda t
Matematika Bahasa Indonesia IPA IPS Rata-rata
65.2 67.3 65.4 66.9 66.2
73.3 74.8 73.7 71.9 73.4
p<0.05 p<0.05 p<0.05 p<0.05
Matematika Bahasa Indonesia IPA IPS Rata-rata
67.3 68.4 64.6 64.7 66.2
75.0 75.6 75.5 73.0 74.8
p<0.05 p<0.05 p<0.05 p<0.05
Matematika Bahasa Indonesia IPA IPS Rata-rata Rata-rata kelas I-III Matematika Bahasa Indonesia IPA IPS Rata-rata
63.2 63.3 62.9 61.8 62.8
74.1 74.9 77.0 72.9 74.7
p<0.05 p<0.05 p<0.05 p<0.05
65.2 66.3 64.3 64.5 65.1
74.1 75.1 75.4 72.6 74.3
p<0.05 p<0.05 p<0.05 p<0.05
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Perbedaan yang signifikan diduga terjadi karena beberapa aspek, diantaranya disebabkan oleh perbedaan wilayah yang diamati. Daerah pantai merupakan daerah yang terletak lebih jauh dengan pusat pemerintahan daerah dibandingkan dengan daerah non pantai. Selain itu, perbedaan karakteristik sosial ekonomi orang tua siswa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Daerah pegunungan merupakan daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan, rata-rata pekerjaan orang tua siswa juga lebih beragam mulai dari PNS hingga wiraswasta. Pendidikan orang tua siswa di daerah pegunungan juga lebih baik daripada daerah pantai yang rata-rata hanya tamat SD saja. Hubungan antar Variabel Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Prestasi Belajar Hasil uji chi squaremenunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pendidikan orangtua dengan prestasi belajar siswa (p<0.05) baik pendidikan terakhir ayah maupun pendidikan terakhir ibu. Menurut Agustina (2003) Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar anak. Orang tua yang berpendidikan akan memperhatikan serta mendorong semangat belajar anak. Selain itu, untuk membantu dalam proses pendidikan anak, maka orang tua perlu mempunyai pengetahuan yang baik. Semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya.
38
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Hasil uji kolerasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi berdasarkan indikator TB/U dengan prestasi belajar (r=0.320, p<0.05). Hal ini berarti semakin baik status gizi siswa jika dilihat pada nilai z-score berdasarkan TB/U menunjukkan siswa semakin berprestasi. Siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi cenderung akan mendapatkan prestasi belajar yang baik daripada siswa dengan postur tubuh pendek. Hal tersebut juga terjadi pada hasil uji kolerasi Rank Spearmanyang menunjukkan hubungan yang nyata berdasarkan indikator IMT/U dengan prestasi belajar (r=0.255, p<0.05). Indikator TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Siswa yang memiliki status gizi normal pada masa lalu akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada saat ini. Indikator ini erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu, indikator TB/U disamping digunakan sebagai indikator status gizi juga dapat digunakan sebagai perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan gizi merupakan nilai mutu sumberdaya manusia dan berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, serta sosial yang berimplikasi antara lain pada tinggi badan, kecerdasan, kemampuan kognitif dan ketahanan serta mempengaruhi daya tahan tubuh yang berimplikasi terhadap prestasi belajar. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Hasil uji chi-squaremenunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p<0.05). Sebagian besar siswa yang memiliki frekuensi konsumsi ikan dengan kategori jarang (<3x per minggu) termasuk dalam kategori cukup dan lebih dari cukup pada variabel prestasi belajar (16.7%). Sedangkan siswa yang termasuk dalam frekuensi konsumsi ikan sering (≥3x per minggu) sebagian besar ada pada prestasi belajar dengan kategori cukup (43.3%). Ikan laut sebagai salah satu hasil perikanan tangkap, merupakan sumber protein bagus, bermutu tinggi, memiliki sedikit lemak jenuh namun kaya akan berbagai gizi mikro penting yang diperlukan manusia (Waisima 2011). Ikan laut merupakan sumber utama asam lemak tak jenuh omega-3, EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) (Burdge 2004). EPA berperan penting untuk penyusunan jaringan mitokondrial, berperan dalam pembentukan prosraglandin dan leukotriene. Sedangkan DHA berfungsi sebagai zat gizi penting baik otak dan retina (Choo & Williams 2003).
39
Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara konsumsi ikan dengan status gizi baik indikator TB/U maupun IMT/U (p>0.05). Konsumsi ikan dilihat dari hasil frekuensi konsumsi ikan per minggu yang dikategorikan menjadi jarang (<3x per minggu) dan sering (≥3x per minggu). Persentase siswa dengan frekuensi konsumsi ikan per minggu terkategori jarang (<3x) sebagian besar memiliki status gizi TB/U normal (31.7%). Hal demikian juga terjadi dalam frekuensi konsumsi ikan perminggu dengan kategori sering (28.3%). Status gizi dengan indikator IMT/U, sebagian besar siswa yang jarang mengonsumsi ikan memiliki status gizi normal (41.7%). Hal tersebut juga terjadi pada siswa yang sering mengonsumsi ikan memiliki status gizi normal (33.3%).
40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Rata-rata konsumsi ikan di daerah pantai lebih sering daripada di daerah pegunungan. Jenis ikan yang sering dikonsumsi siswa di daerah pantai adalah ikan laut, sedangkan siswa di daerah pegunungan lebih sering mengkonsumsi ikan tambak. Jumlah konsumsi ikan di daerah pantai lebih besar dari pada di daerah non pantai (57.4 gram per hari dan 32.6 gram per hari). Hasil uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi ikan di daerah pantai dan daerah non pantai. Status gizi anak usia sekolah merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Berdasarkan TB/U sebagian besar siswa di daerah pantai dan daerah pegunungan berstatus gizi normal, masing-masing 43.3% dan 76.7%. Status gizi siswa berdasarkan IMT/U sebagian besar siswa dalam kategori status gizi normal (63.3% dan 66.7%). Hasil uji statistik menggunakan uji beda t, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara z-score TB/U dan IMT/U siswa di daerah pantai dan daerah non pantai. Rata-rata tinggi badan siswa di daerah non pantai lebih tinggi daripada siswa di daerah pantai. Siswa laki-laki di daerah non pantai rata-rata tinggi badannya lebih tinggi daripada siswa perempuan. Sesuai dengan penelitian Masti (2009) bahwa anak laki-laki memiliki rata-rata tinggi badan yang lebih besar daripada perempuan. Hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi badan siswa di daerah pantai dan daerah non pantai (p<0.05). Rata-rata prestasi belajar siswa di daerah pantai kelas I sampai kelas III 65.1 dan daerah non pantai 74.3. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai siswa di daerah pantai dan daerah non pantai dari kelas I sampai kelas III (p<0.05).Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan kolerasichi-squaremenunjukkan bahwa konsumsi ikan berhubungan nyata dengan prestasi belajar siswa di daerah pantai dan non pantai. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara konsumsi ikan dengan status gizi baik indikator TB/U maupun IMT/U.
41
Saran Perbaikan konsumsi siswa baik di daerah pantai maupun di daerah pegunungan masih harus dilakukan, mengingat persentase tingat kecukupan dari konsumsi siswa dalam penelitian ini masih termasuk kategori defisit tingkat ringan. Konsumsi yang perlu ditingkatkan mulai dari pangan sumber protein hingga sumber vitamin dan mineral, karena sebagai seorang anak dalam masa pertumbuhan harus dapat mencukupi keburuhannya. Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar. Untuk itu, sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dilakukan analisis mengenai konsumsi ikan dengan kecerdasan (IQ) anak sekolah dasar.
42
DAFTAR PUSTAKA Agustina H. 2003. Alokasi Waktu Anak Untuk leisure dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa SD di Kota Medan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Asmin RM. 2000. Keragaan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di Daerah Pegunungan dan Pantai Propinsi Nusa Tenggara timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Audrey N, Maretzki, Erward E. 2003. Applying a NutriBusiness Approach to Increase Animal Source Food Consumption in Local Communities. Jounral of Nutrition. 133(11 Suppl 2):4031S-4035S Aprilian R. 2010. Pola konsumsi pangan hewani dan status gizi remaja SMA dengan status sosial ekonomi berbeda di Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bardosono S. 2011. Anak sekolah di Indonesia kurang gizi. http://www.republika. co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/09/18/lrpl3l-anak-sekolah-diindonesia-kurang-gizi. [18 September 2011] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS Burdge G. 2004. Alpha-lonolenic acid metabolism in men and women: Nutritional and Biological Implications. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care 7(2):137-144. Cahyaningrum F. 2005. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Choo PS, Williams MJ. Fisheries Production in Asia : Its Role in Food Security and Nutrition. NAGA, WorldFish Center Quarterly 2003 Vol. 26 No. 2 Chrysohoou et al. 2007. Long-term fish consumption is associated with protection against arrhythmia in healthy persons in a Mediterranean region-the ATTICA study. American Journal Clinical of Nutrition 85:1385–91 Devi N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta:PT Kompas Media Nusantara Dewi SWA. 2000. Studi Hubungan Konsumsi dengan Status Iodium dan Selenium Pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Pantai [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Dinkes] Dinas Kesehatan Kota Bontang. 2010. Masalah kesehatan anak sekolah dan PHBS. http://dinkes.bontangkota.go.id/index.php/informasi-kesehatan /15-masalah-kesehatan-anak-sekolah-dan-phbs. [18 September 2011] Domel BS, et al. 1994. Accuracy of fourth- and fifth-grade students food records compared with school-lunch observations. American Journal Clinical of Nutrition. 59(suppl):218S-20S.
43
Fernandez et al. 1999. Fish consumption and cancer risk. American Journal Clinical of Nutrition. 70:85–90 Hardinsyah. Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. _________, Briawan D. 1994.Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan[Diktat Kuliah]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. _________. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. _________, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Hawadi RA. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Hurlock EB. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (5th ed) (Istiwidayanti dan Soedjarwo, penerjemah). Jakarta: Erlangga. Husnaini YK, Widodo Y. Triwinarto A. Salimar 2000. Perubahan Pola Konsumsi Pangan Keluarga pada sebelum dan sewaktu krisis Ekonomi. Penelitan gizi dan makanan 23: 8-17. Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Matheson D M, Joel D K, Yun W, Varady A dan Robinson T N. 2004. Children’s food consumption during television viewing. American Journal of Nutrition 79:1088 –94. Metcalf et al. 2007. Effects of fish-oil supplementation on myocardial fatty acids in humans. American Journal of Nutrition ;85:1222– 8. Noverina A. 2011. Super Food for Kids. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Nurliawati L. 2003. Kebiasaan Jajan dan Preferensi Anak Sekolah Dasar Terhadap Makanan Jajanan dengan Pewarna Sintetik [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ramon et al. 2009. Fish consumption during pregnancy, prenatal mercury exposure, and anthropometric measures at birth in a prospective motherinfant cohort study in Spain. American Journal of Nutrition. 90:1047–55 Riyadi H. 2001.Metode Penilaian Status Gizi Antropometri. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
44
Salimar, Abas BJ, Sri M, Agus T, dan Anies I. 2009. Karakteristik Masalah Pendek (Stunting) Pada Balita di Seluruh Wilayah Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan 32:63-74 Sanjur D. 1997. Assessing Food Consumption. Cornell University. Sari TSP. 2007. Analisis Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Karyawan PT UNITEX Tajur Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Semba et al. 2008. Effect of parental formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a cross-sectional study. The Lancet: Vol 371, Issue 9609, 322 - 328 Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Subandriani DN. 2001. Pengaruh tinggi badan anak baru sekolah (TBABS) terhadap kontinuitas prestasi belajar siswa SD (studi di SDN Landungsari I, keputran II dan IV Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan). http://eprints.undip.ac.id/13590/[18 September 2011] Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sulistioningsih H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha ilmu Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sutomo. 2007. Prestasi Anak yang Menderita GAKI dan Tidak Menderita GAKI di daerah Endemik Barat di SD Negeri 1 dan 2 Tribudaya Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [UNICEF]. 2011. Monitoring and learning achievement. www.unicef.org [12 September 2011] Waisima. 2011. Pengaruh Ibu pada Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jepara dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Yuliarti N. 2008. Hidup Sehat dengan Produk Hewani. Yogyakarta: Banyu Media.
45
LAMPIRAN
46
Lampiran1 Kuisioner Penelitian
HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN STATUS GIZIDAN PRESTASI BELAJAR SISWASEKOLAH DASAR KELAS IV DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN
Oleh : Wiwiet Mutiah I14096040
1. NomorResponden
:
2. NamaResponden
:
3. Enumerator
:
4. TanggalWawancara
:
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
47
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
A. IdentitasContoh NamaAnak JenisKelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Umur …………… tahun Tanggallahir Tgl...../Bln…./Tahun…… Anakke ...... dari ……bersaudara Alamat, Tempattinggaldengan? a. Orang tua b. Wali Telelon/HP Agama BeratBadan ……. kg TinggiBadan ……. cm NamaSekolah B. KarakteristikKeluarga PendidikanTerakhir Ayah [1] SD/Sederajat [2] SMP/Sederajat [3] SMA/Sederajat [4] Diploma/Sederajat [5] Sarjana [6] Lainnya (…………………..) PendidikanTerakhirIbu [1] SD/Sederajat (Responden) [2] SMP/Sederajat [3] SMA/Sederajat [4] Diploma/Sederajat [5] Sarjana [6] Lainnya (…………………..) Pekerjaan Ayah [1] PNS [2] PegawaiSwasta [3] Bekerja di BUMN [4] TNI/Polri [5] Berwiraswasta [6] Lainnya (…………………..) PekerjaanIbu [1] PNS [2] PegawaiSwasta [3] Bekerja di BUMN [4] TNI/Polri [5] Berwiraswasta [6] Lainnya (…………………..) Berapapenghasilankeluargadal [1] < 500.000 amsebulan? [2] 500.000-1.000.000 [3] > 1.000.000-2.000.000 [4] > 2.000.000-3.000.000 [5] > 3.000.000-4.000.000 [6] > 4.000.000 (sebutkan ………………..) Berapapengeluaranhariankelu [1] < 10.000 argauntukmakanan? [2] 10.000-20.000 [3] > 20.000-30.000 [4] > 30.000-40.000 [5] > 40.000-50.000 [6] > 50.000 (sebutkan ………………..) Berapapengeluaranhariankelu [1] < 10.000 argauntukbukanmakanan? [2] 10.000-20.000 [3] > 20.000-30.000 [4] > 30.000-40.000 [5] > 40.000-50.000 [6] > 50.000 (sebutkan ………………..) C. KebiasaanMakan
48
C1
Berapa kali anakandamakanlengkap (Nasi, Laukpauk, sayur/buah) dalamsehari?
C2
Apakahanakandaselalusarapanpagi?Jikatidak, berapa kali anakandasarapanpagidalamsatuminggu
C3
Berapa kali anakandamengkonsumsiikan?
[a] 1 kali [b] 2 kali [c] 3 kali [d] 4 kali [a] 5-7 kali/minggu (selalu) [b] 3-4 kali/minggu (sering) [c] 1-2 kali/minggu (jarang) [d] tidakpernah [a] 5-7 kali/minggu (selalu) [b] 3-4 kali/minggu (sering) [c] 1-2 kali/minggu (jarang) [d] tidakpernah
C4
SebutkanIkan yang menjadipantangananakanda …… Alasan …….. C5 Sebutkanikan yang paling anakandasukai ……. Alasan …….. C6 Berapa kali dalam seminggu anda ……. kali menyediakan hidangan ikan di rumah> D. Recall KonsumsiPangan2 x 24 jam (Hari I) Jenispangan/ WaktuMakan JenisMakanan Namabahanpangan Pagi
Selingan 1
Siang
Selingan 2
Malam
(Hari II)
Banyaknya URT Gram
49
WaktuMakan
JenisMakanan
Jenispangan/ Namabahanpangan
Banyaknya URT Gram
Pagi
Selingan 1
Siang
Selingan 2
Malam
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No
F1 F2 F3 F4 F5 F6
E. FFQ (Food Frequency Quetionners) FrekuensiKonsumsidalamsem Frekuensi inggu konsumsi per JenisBahanPangan bulan 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali Ikanlaut ………….. kali Ikan Air tawar ………….. kali IkanAsin ………….. kali IkanTambak ………….. kali Sarden (IkanKaleng) ………….. kali Telur ………….. kali Ayam ………….. kali Daging ………….. kali Susu ………….. kali F. HasilPrestasiBelajar *)) Mata Pelajaran Kelas/Semester Matematika B.Indonesia IPA IPS I/1 I/2 II/1 II/2 III/1 III/2 Rata-rata
Banyaknya (gram)
Rata-rata