61
GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KOTA MANADO Nasrudin1, Fred A. Rumagit2, Meildy E. Pascoal3 1,2,3, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRACT Learning achievement is the result of learning activities, which explain student’s mastered in the material that given by the teachers. Learning achievement can be influence by personal nutrition status. Ideal nutrition status or optimal nutrition status occurs when human body obtain substances nutrients from food that used efficiently, enabling the physical growth, brain growth, work ability and healthy in general at the possible highest level. One of them is snack food which given contribute to the person’s energy. This experiment aimed to know the correlation of the Frequency Consumption of Snack Food with Nutrition Status and Students’ Achievement in Malalayang Elementary School. This kind of research is observational analytic with cross sectional study, which started to implemented at 1 March until 8 March in Elementary School Malalayang, Manado city with using 77 samples. The samples taken with the age criteria 8-12 years old, in healthy condition, ever consumed snack food and willing to become respondents. Data analysis started with normality sample test and unvaried interpretation and bivariate analysis. There are 96,1% children’s that had good report values, frequency consumed snack food with categories often 72.7%, and normal nutrition status 71,4%. There is relationship between the frequency of snack food consumption with nutrition status p=0.012, a=0.05. There is no statistical relationship between nutrition status and learning achievement p=1.00, a=0.05. Suggested that parents and teachers can monitor and provide nutrition education for children to choose healthy snack food to avoid healthy nutrition problems and others health. Key words: snack food frequency, nutrition status, students’ achievement.
PENDAHULUAN Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan oleh tenaga pengajar. Hasil kegiatan belajar dapat diperoleh dari nilai tugas, ulangan, ataupun ujian yang diberikan oleh pengajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kesehatan badan dan panca indera. Kesehatan badan dan panca indera erat kaitannya dengan status gizi seseorang.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang . Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatansecara umum pada tingkat yang setinggi mungkin. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir (Almatsier, 2010). Menurut Legi (2012) anak yang menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient
62 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
(IQ) 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak kurang gizi. Namun makanan dan minuman olahan pabrik lebih mengutamakan bentuk dan rasa hasil olahannya sehingga terlihat menarik, terutama di kalangan anak usia sekolah yang tertarik terhadap warna-warna serta bentuk yang menarik dan mencolok, akan tetapi kandungan sat gizi pada makanan jajanan tersebut tidak beragam, Sedangkan makanan jajanan olahan pedagang pada umumnya tidak memiliki hygiene yang cukup baik, terutama makanan dan minuman yang dijual dipinggir jalan. Di Indonesia prevalensi status gizi anak usia sekolah 5-12 tahun pada tahun 2013 berdasarkan TB/U 12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek, status gizi berdasarkan IMT/U sangat kurus 4.0%, kurus 7,2%, berat badan lebih 10.8%, dan obes 8,0%. Sedangkan di Sulawesi Utara status gizi berdasarkan TB/U sangat pendek 9,5% dan pendek 16,3%, status gizi menurut IMT/U sangat kurus 2.6%, kurus 6.0%, berat badan lebih 11,3%, dan obes 7,4% (Riskesdas, 2013). Menurut data profil kesehatan Sulawesi Utara tahun (2013) angka kejadian kasus gizi buruk di Sulawesi Utara sebesar 75 orang, sedangkan di Manado kejadian kasus gizi buruk sebesar 10 orang. Keadaan status gizi seseorang menentukan kualitas hidup dan kinerja kerja seseorang. Kekurang gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, dan prilaku. Dengan kata lain status gizi dapat menyebabkan tingkat prestasi belajar seseorang dapat berbeda-beda sesuai dengan status gizi orang
tersebut. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah secara langsung yaitu berupa asupan makanan yang mempunyai nilai gizi. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan status gizi dan prestasi belajar anak Sekolah Dasar Negeri Malalayang. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Waktu pelaksanaan pegumpulan data selama 1 minggu pada bulan Maret 2016. Tempat penelitian SDN Malalayang Kecamatan Malalayang Kota Manado. Populasi penelitian ini adalah siswa/siswi SDN Malalayang Kecamatan Malalayang Kota Manado kelas 4 dan 5 sebesar 154 orang . Sampel penelitian ini adalah 50% dari total jumlah siswa/siswi kelas 4 dan 5. Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10% - 25%. Jadi besar sampel = 154x50% = 77 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. HASIL 1. Karakteristik Sampel Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan secara bersamaan atau serantak dan tidak memisahkan antara faktor risiko dan faktor efek dalam suatu populasi. Pengambilan data yang dilakukan meliputi BB, TB, umur yang selanjutnya digunakan untuk menentukan status gizi sampel. Hasil pengambilan data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
63 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
Tabel 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin n % Jenis Kelamin Laki-laki
41
53.2
Perempuan
36
46.8
Jumlah
77
100.0
Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel yang diteliti adalah laki-laki berjumlah 41orang dengan
persentase 53.2%, dan perempuan berjumlah 36 orang dengan persentase 46.8%.
Tabel 2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas Kelas
n
%
4
42
54.5
5
35
45.5
Jumlah
77
100.0
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel yang diteliti berasal dari kelas 4 berjumlah 42 orang dengan
Variabel Tinggi badan
Tabel 3 Rata-Rata (Mean) Tinggi Badan Mean Minimum Maximum 133.3
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, tinggi badan ratarata siswa kelas 4 dan 5 di SDN
Variabel Berat badan
persentase 54.5%, dan yang berasal dari kelas 5 hanya 35 orang dengan persentase 45.5%.
122
150
Malalayang Kota Manado adalah 133.3cm, dengan tinggi maximum 150cm dan tinggi minimum 122cm.
Tabel 4 Rata-Rata (Mean) Berat Badan Mean Minimum Maximum 32
20.2
70.6
64 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, berat badan ratarata siswa kelas 4 dan 5 di SDN Malalayang Kota Manado adalah
32kg, dengan berat badan maximum 70.6kg dan berat badan minimum 20.2k
Tabel 5 Rata-Rata (Mean) Umur Sampel Variabel
Mean
Minimum
Maximum
Umur
9.6
8
12
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, umur rata-rata siswa kelas 4 dan 5 di SDN Malalayang Kota Manado adalah 9.6 tahun, dengan umur maximum 12 tahun dan umur minimum 8 tahun. 2. Hasil Analisa a. Analisis Univariat 1) Hasil Belajar Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa, dari 77 sampel yang
diteliti sebagian besar siswa memiliki nilai raport baik dengan jumlah 74 orang dengan presentase 96.1% dan yang memiliki nilai raport cukup berjumlah 3 orang dengan presentase 3.9%. Hal ini berarti sampel yang memiliki nilai raport baik dengan nilai raport 71-85 lebih banyak daripada yang memiliki nilai raport cukup dengan nilai raport 5670.
Tabel 6 Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Nilai Raport Karakteristik
N
%
Baik
74
96.1
Cukup
3
3.9
Total
77
100.0
2)Frekuensi KonsumsiMakanan Jajanan Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa, dari 77 sampel yang diteliti sebagian besar siswa sering mengkonsumsi makanan jajanan dengan jumlah 54 orang dengan
persentase 70.1%, jarang berjumlah 18 orang dengan persentase 23.4%, dan sangat jarang berjumlah 5 orang dengan presentase 6.5% .
Tabel 7 Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Frekuensi KonsumsiMakanan Jajanan Karakteristik
N
%
Sering
54
70.1
Jarang
18
23.4
Sangat Jarang
5
6.5
Jumlah
77
100.0
65 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
Tabel
8
Distribusi
Sampel
Berdasarkan
Status
Karakteristik
n
%
Kurus
9
11.7
Normal
55
71.4
Gemuk
10
13.0
Obesitas
3
3.9
Jumlah
77
100.0
2) Status Gizi Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa, dari 77 sampel yang diteliti sebagian besar siswa memiliki status gizi normal dengan jumlah 55 orang dengan persentase 71.4%, gemuk berjumlah 10 orang dengan persentase13.0%, kurus berjumlah 9 orang dengan presentase 11.7%, dan obesitas berjumlah 3 orang dengan persentase 3.9%. b. Analisis Bivariat Pada uji hubungan frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan status gizi nilai expected (Frekuensi Harapan) kurang dari 5 ada 8 cells atau 66,7%. Sedangkan pada uji
Gizi
hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa (Frekuensi Harapan) kurang dari 5 ada 5 cells atau 62.5%. 1) Analisis Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Dengan Status Gizi Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa, dari 77 sampel yang diteliti sebagian besar siswa sering mengkonsumsi makanan jajanan, baik itu yang memiliki status gizi kurus 2 orang, normal 39 orang , gemuk 10 orang dan obesitas 3 orang. Sedangkan jumlah siswa yang sangat jarang mengkonsumsi makanan jajanan hanya berjumlah 5 orang, dengan status gizi, kurus 1 orang, normal 4 orang.
Tabel 9Analisis Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Dengan Status Gizi Frekuensi Konsumsi
Status Gizi
n
Sering
Kurus 2
Normal 39
Gemuk 10
Obesitas 3
54
Jarang
6
12
0
0
18
Sangat jarang
1
4
0
0
5
Jumlah
9
55
10
3
77
Nilai p yang diperoleh dari uji Fisher untukexact sig adalah 0,012. Nilai
p value
0,012
tersebut menunjukkan nilai p<0,05 , nilai tersebut menunjukkan bahwa H0
66 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan
dengan status gizi anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado.
2) Analisis Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa, dari 77 sampel yang diteliti sebagian besar siswa memiliki nilai raport yang baik dengan b status gizi kurus 9 orang, normal 52 orang,
gemuk 10 orang, dan obesitas 3 orang. Sedangkan siswa yang memiliki nilai raport cukup hanya tiga orang, dengan status gizi normal 3 orang.
Tabel 11 Analisis Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Status Gizi Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah
Nilai Raport Baik Cukup 9 0 52 3 10 0 3 0 74 3
Nilai p yang diperoleh dari uji Fisher untukexact sig adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan nilai p>0,05 , nilai tersebut menunjukkan bahwa Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado. PEMBAHASAN 1. Hasil Belajar/ Prestasi Belajar Hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dapat berbeda-beda satu sama lain. Pada penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi sampel pada penelitian memiliki hasil belajar baik. Hasil belajar atau prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Jadi tidak heran jika dalam penelitian ini terdapat 3 sampel yang memiliki hasil belajar cukup sedangkan 74 sampel yang lain memiliki hasil belajar baik. 2. Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan
n 9 55 10 3 77
p value
1.00
Anak sekolah dasar pada umumnya berada pada suatu masa yang mempunyai rasa keingintahuan serta rasa ketertarikan pada suatu benda ataupun makanan. Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2015) anak usia 6-9 tahun sudah memasuki masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi. Sedangkan usia 10-19 tahun adalah usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisikcitra tubuh (body image) pada remaja putri. Pada umumnya makanan dan minuman jajanan dijual dengan harga yang relatif murah dan disesuaikan dengan uang jajan siswa. Sehingga tidak heran jika pada penelitian ini terdapat 56 sampel yang sering mengkonsumsi makanan jajanan, 16 sampel kadang-
67 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
kadang mengkonsumsi makanan jajanan dan hanya 5 sampel saja yang jarang mengkonsumsi makanan jajanan. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar anak Sekolah Dasar Negeri Malalayang sering mengkonsumsi makanan jajanan. 3. Status Gizi Penilaian status gizi sampel dalam penelitian ini menggunakan penilaian secara antropometri gizi. Dalam penelitian ini indeks yang digunakan adalah IMT menurut umur, IMT diperoleh dari hasil perhitungan yang didapatkan dari tinggi badan dan berat badan sampel. Setelah perhitungan dilakukan, selanjutnya di sesuaikan dengan keputusan menteri kesehatan tentang standart antropometri penilaian status gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian status gizi siswa kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado dapat diketahui bahwa mayoritas sampel berada pada status gizi normal yaitu sebanyak 55 sampel (71.4%) dari jumlah total sampel 77 (100%). 4.
Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Dengan Status Gizi
Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan status gizi pada siswa kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado dengan menggunakan uji Fisher. Berdasarkan uji hubungan yang telah dilakukan dari jumlah 77 sampel, terdapat 2 sampel yang memiliki frekuensi konsumsi sering namun status gizi kurus, 39 sampel memiliki frekuensi konsumsi sering dengan status gizi kurus, 10 sampel memiliki frekuensi konsumsi sering dengan status gizi gemuk, 3 sampel memiliki frekuensi konsumsi sering dengan status gizi obesitas, dengan jumlah
54 sampel. Terdapat 6 sampel yang memiliki frekuensi konsumsi jarang dengan status gizi kurus, 12 sampel yang memiliki frekuensi konsumsi jarang dengan status gizi normal, sedangkan yang memiliki frekuensi konsumsi jarang dengan status gizi gemuk dan obesitas tidak ada, dengan jumlah 18 orang. Terdapat 1 sampel yang memiliki frekuensi konsumsi sangat jarang dengan status gizi kurus, 4 sampel yang memiliki frekuensi konsumsi sangat jarang namun status gizi normal, sedangkan yang memiliki frekuensi konsumsi sangat jarang dengan status gizi gemuk dan obesitas tidak ada, dengan jumlah 5 orang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Fisher, nilai p yang diperoleh dari uji Fisher untukexact sig adalah 0,012. Nilai tersebut menunjukan nilai p<0,05 yang berarti H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar kelas IV dan V di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado. Hal ini berarti makanan jajanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Walaupun demikian makanan jajanan yang tidak sehat bukanlah makanan yang disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, karena makanan jajanan yang tidak sehat memiliki dampak negatif bagi kesehatan anak diantaranya, hygiene makanan dan penjual, kandungan bakteri yang bisa menyebabkan penyakit infeksi, dan dapat menyebabkan terjadinya kegemukan dan obesitas.Kegemukan dan obesitas terjadikarena anak terus mengkonsumsi makanan dan minuman jajanan berdasarkan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan, yang mengakibatkan anak telah memasok kebutuhan energi melebihi kebutuhan yang seharusnya. Menurut Almatsier
68 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
(2010) status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. 5. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado dengan menggunakan uji Fisher. Berdasarkan uji hubungan yang telah dilakukan dari jumlah 77 sampel, terdapat 9 sampel yang memiliki status gizi kurus namun prestasi belajar baik, sedangkan yang memiliki status gizi kurus dengan prestasi belajar cukup tidak ada. Selanjutnya terdapat 52 sampel yang memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar baik, sedangkan yang memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar cukup 3 sampel. Terdapat 10sampel yang memiliki status gizi gemuk namun prestasi belajar baik, sedangkan yang memiliki status gizi gemuk dengan prestasi belajar cukup tidak ada, sisa sebanyak 3 sampel yang memiliki status gizi obesitas namun prestasi belajar baik, sedangkan yang memiliki status giziobesitas dengan prestasi belajar cukup tidak ada.
Nilai p yang diperoleh dari uji Fisher untukexact sig adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan nilai p>0,05 , nilai tersebut menunjukkan bahwa Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar kelas IV dan V di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado. Hal ini bisa disebabkan oleh waktu
penelitan singkat dan jumlah sampel sedikit, sehingga mempengaruhi hasil uji statistik. Namum jika dilihat secara tabel silang status gizi dan prestasi belajar memiliki hubungan yang berarti. Pada penelitian ini dari 77 jumlah sampel terdapat 52 sampel yang memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar yang baik. Hal ini dapat diartikan sebagian besar sampel memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar baik. Jadi jika menginginkan anak dengan prestasi yang baik maka status gizi anak harus baik atau normal juga. Menurut Almatsier (2010) kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Sistem saraf sentral dan otak sama sekali tergantung pada glukosa untuk keperluan energinya. Dalam sebuah penelitilan yang dilakukan oleh Masdewi, dkk (2011) di SMPN Malang menyimpulkan status gizi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya status gizi yang baik, maka siswa akan lebih mudah dalam menerima pelajaran di sekolah sehingga siswa akan mendapat prestasi yang memuaskan dan maksimal. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung yang lain, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Salah satu faktor yang bisa saja menjadikan prestasi anak menurun adalah kebiasan anak yang sering main game, yang membuat anak menjadi malas belajar dan hanya benghabiskan waktunya untuk bermain game. Menurut Sumadi Suryabrata (1998) dalam Wahyuningsih (2004) secara garis besar, faktor- faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Faktor internal meliputi kondisi
69 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
fisiologis secara umum, kondisi psikologis, kondisi panca indera, intelegensi / kecerdasan, bakat dan motivasi. Selanjutnya dalah faktor eksternal yang merupakan faktor yang bersumber dari luar individu. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, keluarga (orang tua), sekolah, les privat, disiplin sekolah, masyarakat (media massa), lingkungan dan aktivitas organisasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muniriddin, (2010), yang menyimpulkan tidak adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 2 Cipiring Kabupaten Kendal dengan nilai p= 0,089 (p value>0,05). Menutut Muniriddin, (2010) prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi melainkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang tidak kalah penting adalah proses pengulangan dalam belajar, sehingga pelajaran dapat meresap keladam otak dana dapat dikuasai sepenuhnya serta sukar untuk dilipakan. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyanto dan Sulchan, (2010) juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada SDN Bendungan maupun SD H. Isriati dengan nilai p berturut-turut, SDN Bendungan p= 0,670 (p value >0,05), SD H. Isriati p= 0,151 (p value >0,05). Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado kelas 4 dan 5 dengan jumlah sampel sebanyak 77 sampel, terdiri dari 42 sampel berasal dari kelas 4 dan 35 sampel berasal dari kelas 5, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan status gizi siswa di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado, dengan nilai p = 0,012 yang berarti p value<0,05. Walaupun demikian makanan jajanan yang tidak sehat bukanlah makanan yang disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara status gizi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado, dengan nilai p = 1,00 yang berarti p value>0,05, namun jika diliat secara tabel silang terdapat hubungan antara status gizi dan prestasi belajar anak Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kota Manado. Saran Bagi orang tua siswa yang mempunyai anak dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang sering, agar dapat memantau anak dalam memilih makanan jajanan sehingga tidak terjadi gangguan gizi ataupun gangguan kesehatan lainnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, Sunita. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT SUN. Jakarta. 2. Legi. N.N. (2012). Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang. Jurnal GIZIDO. 1(1:321-326). 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. 4. Profil Kesehatan Sulawesi Utara. (2013). 5. Pedoman Gizi Seimbang, (2015).
70 GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016 Hubungan Frekuensi Nazrudin, dkk
6. Masdewi. Devi Mazarina & Setiawati Teti. (2011). Kolerasi Perilaku Makan Dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP. Jurnal Teknologi Dan Kejuruan. 34(2:179-190). 7. Wahyuningsih. (2004). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Skripsi Dipublikasikan. Program 8. Muniruddin. (2010). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas V Dan
VI Du Sekolah Dasar Negeri 2 Cepiring Kabupaket Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang. 9. Sulistyanto, Joko. Sulchan, M. (2010). Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Dalam Kaitannya Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar. Media Medika Muda 4 (4:31-38).Pascasarjana Universitas Persada Indonesia Y.A, Jakarta.