KONSTRUKSI IDENTITAS DIRI REMAJA PENGGUNA MEDIA INSTAGRAM DI KOTA MEDAN Arisai Olga Hakase Pasaribu 100904116 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konstruksi Identitas Diri Remaja Pengguna Media Instagram di kota Medan. Saat ini kehidupan remaja tidak lepas dari media baru. Media baru memberikan kemungkinan untuk bermain, berkomunikasi, dukungan sosial, dan berbagi pengetahuan di kalangan remaja. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Instagram membantu remaja mengkonstruksi identitasnya?”. Penelitian ini ditujukan kepada para remaja yang memiliki akun di media baru Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konsumsi Instagram pada remaja, deskripsi identitas remaja melalui Instagram dan makna Instagram dalam perilakunya. Metodologi penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis, dimana sumber data diperoleh dari wawancara mendalam dengan mengutamakan kedalaman (kualitas) dari para informan. Instagram merupakan salah satu dari media baru mengunggah dan berbagi foto – foto kepada pengguna lainnya. Instagram adalah jejaring sosial yang paling menyedihkan. Peneliti memilih Instagram karena menurut majalah Amerika, Instagram dianggap sebagai ajang kesombongan. Kata Kunci : Remaja, Identitas, Media Baru, Konstruksi PENDAHULUAN Konteks Masalah Mencari tahu identitas adalah perkembangan yang normal tugas untuk remaja. Sebagai contoh, adalah khas untuk remaja untuk mencoba identitas yang berbeda berdasarkan pada budaya pop, mengembangkan profil online dapat menjadi cara untuk mencoba identitas, menguji gambar, dan mendapatkan umpan balik dari orang lain. Perkembangan anak dalam kehidupan manusia memang benar – benar memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluarganya, terutama peran orang tua. Sebab masa yang akan datang itu terletak pula pada anak sebagai generasi penerus bangsa. Dibandingkan dengan remaja dari tahun 90-an. Digital Pribumi memiliki keunggulan dalam kedekatan sementara navigasi praktek selfpresentation online (cf. Bennett et al., 2008). Ketika teknologi menjadi begitu tertanam dalam rutinitas sehari-hari, perbedaan antara online maupun secara offline hasil signifikan kabur (Livingstone, 2008), meminimalkan perbedaan bahasa antara dua dunia. Sebuah kajian pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Harris Interactive and Teenage Research Unlimited untuk perusahaan media internet Yahoo menemukan bahwa anak muda berusia 13 hingga 24 tahun menghabiskan lebih banyak waktu online setiap minggu dibandingkan menonton televisi, rata-rata 17
1
banding 14 jam. Remaja dan orang dewasa muda saat ini tidak dibanjiri oleh melimpahnya pilihan media, tetapi cukup merasa dikuasai oleh media dan mampu melakukan beragam tugas. Penggunaan internet di antara anak muda semakin berkembang. Jupiter Research memperkirakan akan terdapat 22 juta remaja Amerika melakukan online pada tahun 2008, naik dari 18 juta pada tahun 2003. Bahkan remaja yang masih sangat muda melakukan online: secara lengkap 35% dari anak-anak usia dua hingga lima tahun di Amerika Serikat menggunakan internet, kata laporan tahun 2003 oleh Corporation for Public Broadcasting. Perkembangan identitas adalah tugas utama remaja dan media baru memberikan kemungkinan untuk presentasi diri. Penelitian terbaru pada homepage pribadi dan media sosial menunjukkan bahwa platform ini sering digunakan alat untuk remaja untuk melakukan presentasi diri. Namun, penelitian tentang faktor-faktor yang menentukan bentuk spesifik dari presentasi diri dan tingkat pengungkapan diri secara online masih langka. Penelitian ini menggambarkan bagaimana aspek secara online presentasi diri dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian remaja. Semakin banyak jumlah remaja menggunakan internet untuk mencari informasi, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, mengobrol dengan teman melalui e-mail dan pesan instan, serta berhubungan dnegan jaringan online anak muda di seluruh dunia (Hernandez, 2007: 32). Media baru memberikan kemungkinan untuk bermain, berkomunikasi, dukungan sosial, dan berbagi pengetahuan di kalangan remaja. Remaja telah terjalin media baru dalam kehidupan mereka sehari-hari, mulus mengintegrasikan secara online dan komunikasi secara offline untuk mempertahankan jaringan sosial mereka dengan mudah beralih antara jenis media (Livingstone, 2003). Berkomunikasi dengan orang lain adalah alasan utama bagi remaja untuk menggunakan media baru (Subrahmanyam & Greenfield, 2008) dan isi dari komunikasi ini adalah sebagian besar tentang identitas - manajemen (Livingstone, 2002). Identitas merupakan bagian penting dari konsep diri (Zhao, Grasmuck, & Martin , 2008). Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian anda tentang diri anda. Konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Karena itu, Anita Taylor mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself” (Rakhmat. 1988:113). Semua pikiran individu dan perasaan dalam referensi untuk diri sendiri sebagai objek membentuk konsep diri. Identitas adalah bagian dari diri yang kita dikenal oleh orang lain. Sebuah cara penting untuk mengeksplorasi identitas adalah melalui interaksi sebaya. Identitas diri adalah ciri khas yang dimiliki remaja dan memberi perbedaan yang jelas tentang dirinya dengan remaja lain. Remaja selalu mencurahkan perhatian pada presentasi diri. Perbedaan dengan media baru adalah bahwa banyak menciptakan dan jaringan identitas online melalui profil pengguna, avatar dan konten online lainnya tampaknya menjadi sarana tak terpisahkan dari pengelolaan satu identitas, gaya hidup dan hubungan sosial.
2
Media baru mengubah norma-norma interaksi sosial dan memberikan bentuk baru dari presentasi diri. Melalui profil mereka di situs jaringan sosial, orang dapat hadir sendiri menggunakan cara-cara langsung dan tidak langsung. Instagram merupakan salah satu dari media baru yang dirilis pada 6 Oktober 2010. Kata Insta berasal dari kata “Instan” yang artinya cepat (dalam kategori membuat foto cepat). Kata Gram berasal dari kata “Telegram” yang berarti mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Bila digabungkan menjadi Instan-Telegram disingkat menjadi Instagram. Jadi Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri kemudian memodifikasinya dengan efek – efek cantik yang sudah disediakan gratis oleh Instagram yang memungkinkan foto yang tadinya biasa saja menjadi menarik. Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah dan berbagi foto – foto kepada pengguna lainnya. Selain itu pengguna juga bisa share location guna memberi tahu kepada pengguna Instagram yang melihat fotonya dimana lokasi foto itu diambil, dan sebagai respon atau umpan balik dari pengguna yang menjadi follower terhadap foto yang diunggah, pengguna Instagram lainnya dapat memberikan komentar dan memberi tanda suka (like) kepada foto tersebut bahkan membubuhi dengan stiker – stiker lucu dari aplikasi Instagram. Penggunanya juga bisa berbagi di berbagai jaringan sosial, dan berbagi dengan sesama pengguna. Awalnya aplikasi ini hanya ada di gadget produksi Apple (iPad, iPhone) tapi sekarang sudah tersedia di Android. Instagram adalah jejaring sosial yang paling menyedihkan. Pernyataan ini dilontarkan di dalam sebuah majalah Amerika dan Instagram dianggap sebagai ajang menunjukkan kesombongan. Studi tentang komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) juga kurang begitu banyak mendapat perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam psikologi behavioristik. Karena itu literatur yang membicarakan tentang komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sangat langka ditemukan (Cangara, 1998: 31). Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan diatas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Instagram membantu remaja mengkonstruksi identitasnya?” dan penelitian ini akan ditujukan kepada para remaja yang memiliki akun di media baru Instagram. Tujuan Penelitian Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju halhal yang umum (tataran konsep). Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana konsumsi Instagram pada remaja. 2. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi identitas remaja melalui Instagram.
3
3. Untuk mengetahui bagaimana memaknai kehadiran Instagram dalam perilakunya. KAJIAN PUSTAKA Paradigma Konstruktivis Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami serta mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti. Pendekatan subjektif muncul karena menganggap manusia berbeda dengan suatu benda. Manusia dianggap bebas dan aktif dalam berperilaku dan memaknai realitas sosial. Realitas merupakan hasil interaksi antarindividu. Teori New Media Media baru adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Kebutuhan aktual dipuaskan oleh media yang disebut media gratifications. Sejumlah peneliti mengklasifikasikan berbagai penggunaan dan kepuasan ke dalam empat kategori sistem : cognition (pengetahuan), diversion (hiburan), social utility (kepentingan sosial), dan pelarian (Dominick, 2000: 40). Cognition(kognisi/pengetahuan). Kognisi mendasari tindakan seseorang untuk mengetahui sesuatu. Diversion (hiburan). Kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan. Social utility (kepentingan sosial). Media menjadi conversational currency (pembicaraan topik yang hangat). Media memberikan kesamaan landasan untuk pembicaraan masalah sosial. Withdrawal (pelarian). Orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka dan orang-orang lain atau menghindari aktivitas lain. Konsep Remaja Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Ada beberapa ciri remaja, diantaranya (Zulkifli. 2005:65): - Pertumbuhan fisik - Perkembangan seksual - Cara berpikir kausalitas - Emosi yang meluap-luap - Mulai tertarik kepada lawan jenisnya - Menarik perhatian lingkungan - Terikat dengan kelompok
4
Teori Konstruksi Identitas Menurut teori ini, identitas sosial seseorang ikut membentuk konsep diri dan memungkinkan orang tersebut menempatkan diri pada posisi tertentu dalam jaringan hubungan – hubungan sosial yang rumit (Sarwono, 2005: 90). Teori Identitas Diri George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui (an organism having self) interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu hanya memaparkan proses, makna atau situasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah konstruksi identitas diri. Dalam penelitian ini, yang akan dimintai informasi atau data yang berkenaan dengan konstruksi identitas diri adalah remaja. WHO, Monks dkk ( 1999) mengungkapkan batasan remaja dibagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengumpulkan data melalui metode observasi dan wawancara mendalam. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik komparatif konstan. Pada teknik komparatif konstan, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa informan dan mengkategorikan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian peneliti mendeskripsikan makna dari kategori yang membantu peneliti mengeksplorasi teori. Peneliti mencari hubungan antarkategori, dan membuat sebuah generalisasi atau kesimpulan. Semua hasil analisis diintegrasikan ke dalam penjelasan yang koheren. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Pelaksanaan Penelitian Pemilihan informan dalam penelitian ini didasarkan pada teknik purposif random sampling. Hal ini bertujuan agar informan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan masalah yang diteliti, walaupun tidak mewakili keseluruhan karena mengingat bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi pada hasil penelitian. Beberapa narasumber yang terkait dengan penggunaan Instagram, yaitu: 1. Arini Marpaung 2. Melati Panjaitan 3. Winda Sere Elisabeth Tambun 4. Syahfitri Sinaga 5. Nanda Lukita Audi
5
Hasil Penelitian Pendekatan dengan informan dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara mendalam antara peneliti dan informan yang berpedoman pada pedoman wawancara serta di tahap analisis data peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian serta hasil observasi. Kemudian peneliti melakukan analisis terhadap jawaban tersebut berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan pertanyaan- pertanyaan yang peneliti ajukan serta penuturan pihak lainnya yang berkompeten dengan masalah penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni tahun 2014. Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian N o. 1.
Kategori
Arini
Melati
Winda
Syahfitri
Nanda
Makna Instagram
Memshare foto
Mempostin g foto
Media sosial
2.
Status Sosial Jumlah follower Jumlah following Intensitas Mengguna kan Instagram Media sosial lain yang digunakan
108
Tidak mempenga ruhi 199
Lupa jati diri
3.
Tidak mempengaru hi 120
Mengabadik an best moment Menjadi eksis
506
Share moment dan promosi bisnis Memberi label/ memvonis 662
120
69
134
100
262
Jarang
Sejam sekali
Setiap hari
Setiap hari
Jarang
Twitter, Line, Facebook, Soundcloud, Snap
Path
Path, Line, Askfm, Snap chat, Soundclou d
Skype
Path, Twitter, Askfm, Facebook, Friendster, Whatsapp, Yahoo Pernah beli
4. 5.
6.
7.
Online shop
Tidak pernah beli
Pernah beli
Pernah beli
8.
Edit Foto Lama menggunak an instagram Gadget yang digunakan Awal mengenal instagram Fungsi/keg unaan menggunak an instagram
Tambah suka edit foto 2-3 Tahun
Suka
9.
Otomatis jadi suka edit 2 Tahun
Pernah beli dan ditipu Suka
2 Tahun
2 Tahun
Menjadi pandai edit 1,5 Tahun
Samsung Galaxy
Samsung Core
Samsung Core
Samsung W
iPhone Android
Teman sekelas
Teman
Teman
Pacar
Teman
Melihat feeds, fashion, artis & update info terbaru
Melihat feeds teman dan akun pengguna lain
Melihat feeds, akun teman, trend dan akun teman
Stalking orang lain
Melihat feeds, akun pengguna lain, beautiful place & update artis
1 0. 1 1. 1 2.
6
dan
lama
1 3.
Alasan menggunak an Instagram
Trend dan supaya eksis
Bisa mengekspres ikan diri, gaul-gaulan dan mengabadika n moment
Trend
Supaya doi bisa melihat perkemba ngan saya dan sebalikny a perkemba ngan zaman.
Eksis dan mengenal teman berbagai kalangan
Pembahasan Penelitian Kategorisasi Pemuasan Kebutuhan Informan No. 1.
Kategori Cognisi (pengetah uan)
Arini Menshare foto
Melati Mengabadi kan best momen
Winda Mempos ting foto
Syahfitri Media sosial
2.
Diversi on(hibura n)
Melihat trend fashion, artis, info terbaru
Mengekspresika n diri, gaulgaulan, melihat feed dan akun teman lama
Melihat trend, akun teman dan akun teman lama
3.
Social utility (kepentin gan sosial)
Tidak mempenga ruhi status sosial
Menjadi eksis
Tidak mempenga ruhi status sosial
Supaya doi bisa melihat perkembang an saya dan sebaliknya, perkembang an zaman dan stalking orang lain Menjadi lupa jati diri
4.
Withdraw al(pelaria n)
Mudah bergaul, Menam bah teman
Menjalin komunikasi kembali dengan teman lama dan jadi suka foto
Menjadi fashionabl e
7
Jadi suka foto dan narsis
Nanda Share momen dan promosi bisnis Melihat akun pengguna lain, beautiful place, update artis
Memberi label/ memvo nis status sosial
Eksis
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan langkahlangkah yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka peneliti menarik menyimpulkan : 1. Para informan menggunakan Instagram akibat pengaruh rekan sebaya mereka “ikut-ikutan”, digunakan untuk mengabadikan foto terbaik dan digunakan setiap waktu luang. 2. Citra para informan saat menggunakan Instagram sesuai dengan identitas asli mereka. 3. Instagram mampu memenuhi kebutuhan para remaja yang terdiri dari remaja masa awal, masa pertengahan dan remaja akhir. Dari segi pengetahuan Instagram sebagai media sosial membuat para informan mau tahu informasi terbaru, sebagai media hiburan Instagram membantu para informan untuk bisa melihat gaya hidup orang lain, dapat memperkuat hubungan sosial dengan masyarakat dan menjadi media untuk mengisi waktu luang. Salah satu indikator yang menunjukkan eksistensi informan dapat dilihat dari like atau banyaknya follower. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti peroleh selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai berikut : 1. Pemerintah harus tegas dalam menjalankan regulasi yang berkaitan dengan media sosial supaya masyarakat tetap bersikap positif dan media sosial tidak menjadi ajang pemalsuan identitas. 2. Informasi yang diperoleh dari media sosial, sebaiknya dipilih dan disaring sesuai dengan budaya bangsa Indonesia kita dan tidak bangga dengan budaya asing. DAFTAR REFERENSI Bodgan, Robert dan Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional Dominick, Joseph. 2000. The Dynamics of Mass Communications:Media in Digital Age. McGraw Hill. Cangara, Hafield 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hasan. Iqbal. 2002.Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya Jakarta: Ghalil Indonesia Kriyantono, Rachmat . 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Kukla, Andre. 2003. Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Penerbit Jendela McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika Morissan, M.A, & Andy Corry Wardhany.2009. Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan . Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyana, Deddy. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR
8
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS. Poerwandari. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Peneliti Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 – Universitas Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rivers, William L, dkk. 2004. Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya. Santrock, John.W. 1995. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi 5, Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Santrock, John.W. 2003. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Anditama. Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kuaitatif dan Kuantitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi. Bogor: Ghalia Indonesia. Veeger, J. K. 1985. Realitas Sosial. Jakarta: PT. Gramedia. Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana. Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: : Remaja Rosdakarya Sumber Lain: (http://www.tempo.co/read/news/2013/07/26/061499976/Instagram-JejaringSosial-Paling-Menyedihkan). Diakses pada tanggal 4 Desember 2014
9