IV.
KONSEP PERANCANGAN
Dalam proses perancangan desain kursi ini, digunakan beberapa metode yang merujuk pada sebuah konsep perancangan. Sebuah konsep dalam proses perancangan dirasa sangat perlu agar selama proses tersebut, desainer memiliki sebuah acuan yang berpusat pada satu tujuan. A. IDE PERANCANGAN Ide perancangan diawali dengan pemilihan material kayu jati belanda sebagai material utama yang digunakan dalam produk secara keseluruhan. Ide ini muncul berdasarkan kejenuhan desainer pada eksplorasi yang dilakukan terhadap kayu jati belanda dan isu peduli lingkungan yang semakin giat timbul di masyarakat. Material katu jati belanda memiliki banyak karakteristik yang sangat mungkin diolah agar memberi nilai lebih terhadap material itu sendiri. Kejenuhan yang timbul dikarenakan produk yang dihasilkan dari material kayu jati belanda masih sangat sedikit dan belum terlalu banyak eksplorasi bentuk, teknik pengolahan atau pencampuran dengan material lain. Melalui permasalahan tersebut, muncul ide untuk merancang sebuah mebel yang dibuat menggunakan kayu jati belanda dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah kepada kayu jati belanda itu sendiri. Dalam perancangan kali ini, produk yang dibuat adalah kursi makan (dinning chair). Dimana produk kursi makan ini harus mampu memenuhi aspekaspek fungsional yang tepat dengan tetap memperhitungkan kenyamanan penggunaan tanpa meninggalkan nilai-nilai keindahan yang berasal dari pemikiran-pemikiran kreatif. Nilai estetika pada produk ini menjadi sangat penting karena nilai tersebut dapat melampaui aspek-aspek fungsional sekalipun, sehingga dapat membuat material kayu jati belanda lebih berharga. 1. Ide Desain Ide dari desain mebel yang akan dibuat berangkat dari keinginan desainer untuk memberikan makna terhadap sebuah
26
produk mebel. Makna yang berangkat dari interpretasi desainer terhadap kegiatan yang berkenaan dengan produk mebel tersebut, dalam hal ini adalah kegiatan makan. Ide tersebut menjadi bekal keyakinan desainer bahwa hal yang membedakan desain kursi yang dibuat dengan kursi makan pada umumnya adalah adanya makna dan cerita dibalik kursi tersebut. Hal tersebut dapat menjadi salah satu nilai tambah yang diberikan kepada kayu jati belanda dan kursi itu sendiri. Ide selanjutnya dalam proses perancangan desain kursi makan ini adalah membuat sebuah bentuk kursi makan yang baru tanpa harus mengurangi aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh sebuah kursi makan. Eksplorasi bentuk yang dilakukan adalah dengan mengembangkan pemetaan konsep melalui metode mind mapping yang bertujuan untuk menemukan keterkaitan ide dan aktivitas yang dilakukan dengan kursi tersebut.
Gambar 4.1 Proses Mind Mapping Sumber : Tri Laksono Setiawan, 2014
27
Dari proses tersebut, desainer mencoba membuat sebuah kursi yang dapat memberikan pengalaman yang berbeda. Pengelaman baru dimana kursi makan bukan hanya tempat dimana seseorang duduk ketika makan, tetapi terdapat sebuah pengalaman perjalanan menikmati nikmatnya hidangan diatas meja. Ide tersebut memberikan gambaran bagaimana kursi ini mampu membuat orang yang duduk diatasnya seperti duduk diatas sebuah kursi kemudi atau kursi penumpang dari sebuah alat transportasi.
Gambar 4.2 Sketsa awal konsep perjalanan Sumber : Tri Laksono Setiawan, 2014
Ide lainnya adalah membuat sebuah desain kursi yang kokoh, mewakili kekuatan dan kegagahan yang maskulin. Desain yang mampu membuat seseorang yang duduk diatasnya dapat merasakan kekuatan dari kursi tersebut, sehingga dapat memberikan
rasa
aman
yang
baik.
Kursi
harus
dapat
merepretasikan sebuah bentuk formalitas yang nyaman, kaku namun tetap memiliki nilai estetis dan fungsionalitas.
28
Dalam desain kursi makan ini, terdapat ide untuk menggunakan material lain selain dari material kayu jati belanda. Material lain yang digunakan bertujuan untuk memberi aksentuasi terhadap desain kursi. Pertemuan dua atau lebih material dalam satu desain kursi diharapkan mampu memberikan nuansa yang unik dan dapat menimbulkan penggayaan yang lebih nyata kedalam karya desain. Pertemuan tiap material dalam karya desain harus dapat bersinergi dengan baik sehingga dapat membentuk sebuah struktur yang optimal dan estetis. Berangkat dari proses mind mapping, desainer memilih dua kata kunci utama yang akan dijadikan acuan dalam proses sketsa desain. Kata kunci tersebut adalah : a. Kompas Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi1.
Gambar 4.3 Kompas Sumber : http://theresadelgado.com/wpcontent/uploads/2011/11/Compass.png
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas
29
Sebagai alat navigasi, kompas merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam melakukan sebuah perjalanan baru, perjalanan yang memberikan pengalaman baru. Perjalanan dalam sebuah kegiatan makan diartikan sebagai sebuah perjalanan menikmati hidangan, menikmati rasa dan pengalaman baru dari hidangan yang disajikan. Rasa dapat membawa sebuah pengalaman akan perjalanan memori, dimana suatu jenis makanan dapat mengingatkan kita kepada satu potongan cerita didalam hidup. Membawa kita kembali pada waktu tertentu dan kembali lagi pada waktu disaat menikmati hidangan tersebut. Jarum kompas memiliki bentuk yang sederhana, jika dipecah makan akan menjadi dua buah segitiga sama kaki. Bentuk ini diharapkan mampu merepretasikan kekuatan, kekokohan dan maskulinitas. Bentuk segitiga ini dapat menciptakan ketidakseimbangan visual namun tetap memiliki keseimbangan secara fisik. Seseorang yang ingin duduk
diatas
kursi
ini
mungkin
meragukan
keseimbangannya, dan membutuhkan keberanian untuk mencoba. Dari pernyataan tersebut diharapkan mampu merepretasikan nilai maskulinitas yang kuat namun tetap sederhana. Melalui proses sketsa desain, desainer mencoba membuat bentuk dasar jarum kompas menjadi bagian dari struktur dari kursi makan ini. Bentuk yang sederhana namun tetap memberikan kesan yang estetis, maskulin dan pengalaman seperti dalam sebuah perjalanan menjadi dasar penggalian gagasan desain.
30
Gambar 4.4 Sketsa awal penampang kompas Sumber : Tri Laksono Setiawan, 2014
Sketsa awal desain mencoba menggunakan bentuk asli dari jarum kompas sebagai penampang sisi-sisi kursi. Bagian sisi sisi kursinya juga dibentuk dari dua buah segitiga yang disatukan. Bentuk awal dari sketsa desain ini memang nampak irasional, tetapi ada tujuan pencapaian nilai estetis dibelakangnya. Pertimbangan akan aspek fungsionalitas tetap diperhatikan, namun tidak sematamata menjadi dasar pembentukan desain kursi makan ini. Bentuk penampangnya yang tajam dan tegas diharapkan mampu memberikan kekuatan visual sekaligus menjadi bagian yang menonjolkan serat kayu jati belanda yang unik. Penampang ini dianggap menjadi bagian yang penting sebagai penegas material pembuat mebel ini yaitu kayu jati belanda, maka permukaan kayu tidak akan dilapisi oleh material yang bersifat pekat tetapi lebih kepada material pelapis transparan sebagai komponen pelindung permukaan kayu.
31
b. Praying Hands Makan merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan utama manusia yaitu pangan. Lebih jauh lagi, makan merupakan sebuah kegiatan
yang
dilakukan guna
memenuhi kebutuhan spiritual, kebutuhan akan rasa syukur kepada Tuhan. Jika dikaitkan dengan proses pembentukan desain mebel, rasa syukur digambarkan dengan posisi tangan manusia yang sedang berdoa.
Gambar 4.5 Praying Hands Sumber : http://stjohnsem.files.wordpress.com/2014/03/prayinghands.jpg
Berdoa dan bersyukur kepada Tuhan merupakan kegiatan penuh ketenangan, sejalan dengan kegiatan makan yang baik yang seharusnya dilakukan. Desain kursi yang sederhana diharapkan juga dapat merepretasikan hal tersebut yang berasal dari perpaduan warna yang hangat dan sunyi dengan bentuk kursi yang sederhana.
32
Desainer
juga
membuat
sketsa
untuk
merepretasikan bentuk dari kata kunci bersyukur ini. Bentuk
realis
yang
dijadikan
referensi
kemudian
disederhanakan menjadi bentuk rasional bagi karakteristik dari kayu jati belanda, sehingga memungkinan untuk dibuat.
Gambar 4.6 Sketsa awal penampang posisi tangan Sumber : Tri Laksono Setiawan, 2014
33
Setelah membuat beberapa sketsa awal desain, desainer mencoba menggabungkan sketsa-sketsa tersebut menjadi sebuah bentuk baru yang estetis namun tetap merepretasikan makna yang ingin disampaikan. Dalam desain kursi makan ini, desainer mencoba menggabungkan kayu jati belanda dengan material pendamping yaitu besi. Penggunaan material kayu jati belanda menjadi material utama harus membuat material ini tampil lebih dominan. Jika ditinjau secara elemen penyusunnya, kayu dan besi diharapkan dapat membentuk sebuah kesatuan yang padu dan memberikan kesan yang serasi. Keserasian pertemuan dua material ini bertujuan untuk meningkatkan nilai estetis yang berasal dari dominasi kedua material dalam satu kesatuan desain. B. SASARAN DESAIN Berdasarkan ide perancangan yang telah dikemukakan diatas, desainer mencoba membuat sebuah desain kursi yang tidak hanya estetis secara visual, atau berhasil secara pemenuhan asfek fungsi tetapi sarat akan pemaknaan yang menjadikannya orisinal dan memiliki nilai lebih dibandingkan produk sejenis. Pemaknaan bertujuan untuk membuat desain kursi tidak hanya akan menjadi sebuah produk fungsional, tetapi lebih kepada karya seni yang memiliki nilai estetika dan memiliki makna dalam setiap komponen pembentuknya. Dari pemaparan tersebut, desainer mencoba menentukan sasaran dari hasil akhir karya desain ini. Sasaran desain merupakan pasar yang mencoba melihat sebuah desain mebel bukan hanya dari aspek fungsionalitas, tetapi lebih melihat dari nilai estetis yang terkandung didalamnya. Jika ditinjau dari kelas sosial ekonominya, maka sasaran yang dituju adalah kalangan B+ (menengah atas) hingga A+ (atas atas) yang secara finansial mampu membuat mereka membeli sebuah produk dengan harga tinggi. Sasaran desain yang dituju diharapkan mampu membentuk pasar baru bagi kayu jati belanda sehingga memiliki derajat yang lebih baik daripada sekedar limbah atau bahan baku pembuat gerobak.
34
C. PENDEKATAN ESTETIS DESAIN Berdasarkan konsep perancangan dan ide desain yang telah dikemukakan, ditetapkanlah pendekatan estetis desain dari kursi makan ini. Penggayaan yang dipilih berdasarkan konsep dan ide perancangan adalah gaya modern industrial. Gaya modern industrial merupakan pencampuran dari gaya modern dan gaya industrial yang masing-masing memiliki karakteristiknya masing-masing. Menurut Marizar (2005:40) yang dikutip dari (Jones, 1973) pada umumnya, desain mebel masa kini akan kitas ebut sebagai desain yang modern karena tepat dengan istilah yang mewakili zamannya. Oleh karena itu, desain “modern” dalam pengkajian mebel akan selalu dikaitkan dengan metode dalam memproduksi produk-produk industri. Dengan berpegang pada penggayaan modern yang sesuai dengan zaman saat ini, desain kursi ini mencoba tampil sebagai salah satu bagian dari perkembangan desain modern tersebut. Sedangkan gaya industrial yang memiliki karakteristik yang khas ditujukan sebagai sebuah aksentuasi dalam desain kursi makan ini. Aksentuasi ini ditujukan sebagai salah satu usaha membentuk sebuah orisinalitas dan pemberian nilai-nilai estetis. D. MUATAN LOKAL DALAM PERANCANGAN KARYA DESAIN Jika ditinjau kembali tujuan dari perancangan desain mebel ini terdapat latar belakang usaha pelestarian lingkungan. Usaha pelestarian tersebut diwujudkan dengan pemanfaatan limbah kayu peti kemas yang diolah menjadi sebuah karya desain mebel yang lebih memiliki nilai. Kearifan lokal dapat dikaitkan dengan usaha-usaha pelestarian lingkungan, dimana masyarakat secara sadar tergeak untuk dapat mengolah kembali suatu limbah atau sampah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai. Dalam perkembangannya, masyarakat modern saat ini semakin menyadari pentingnya usaha-usaha pelestarian lingkungan
35
tersebut sebagai upaya penyelarasan kehidupan manusia dengan alam disekitarnya Terdapat sebuah aktivitas memberi dan menerima, dimana manusia dan alam secara tidak langsung saling membutuhkan satu sama lain. Kearifan ini dapat kita lihat ketika kita merawat dan memberikan sesuatu kepada alam, maka alam juga akan memberikan sesuatu kepada kita.
36