KONSEP PENGEMBANGAN WISATA AGRO KEBUN TEH WONOSARI: USAHA DIVERSIFIKASI DALAM MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PENGELOLAAN PERKEBUNAN TEH Medha Baskara dan Sitawati Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Disampaikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) “Tanggung Jawab Agronomi dalam Revitalisasi Pertanian” Malang, 27-28 September 2005
ABSTRAK Menurunnya produktivitas pengelolaan perkebunan berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan. Usaha penambahan fungsi wisata agro diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pada akhirnya dapat memberikan sumber keuntungan baru bagi pengelola perkebunan, termasuk di PTPN XII yang mengelola Kebun Teh Wonosari. Usaha pengembangan wisata agro di Kebun Wonosari tidak hanya berprinsip pada tujuan ekonomi (peningkatan pendapatan) melainkan juga harus selaras dengan lingkungan sekitarnya sehingga pengelolaan kebun dapat dilakukan secara berkelanjutan. Pengembangan konsep wisata berupa aktivitas dan fasilitas wisata agro didasarkan pada karakteristik sumber daya tapak baik secara fisik lingkungan, biota, teknis, estetika tapak maupun sosial (pengunjung, masyarakat sekitar dan pengelolaan eksisting).
Bentuk topografi kawasan Kebun Wonosari
mempermudah upaya zonasi ruang berdasarkan fungsi-fungsi yang dikembangkan sehingga kegiatan budidaya, pengolahan pucuk teh, kegiatan wisata agro tidak saling mengganggu bahkan saling menunjang sehingga integrasi komuniti dan wilayah tercapai, aset sumber daya kebun terlindungi, kepuasan pengunjung meningkat, dan pada akhirnya pendapatan perusahaan meningkat. Kata Kunci : Wisata Agro Teh, Perkebunan Teh, Perkebunan Teh Wonosari
PENDAHULUAN Pengelolaan perkebunan di Indonesia dewasa ini mengalami beberapa permasalahan serius yang secara umum berdampak pada produktivitas dan daya saing produk pertanian nasional.
Penyebab kondisi ini sangat beragam dari permasalahan degradasi lingkungan,
manajemen, maupun sosial ekonomi kemasyarakatan. Meningkatnya angka pengangguran dan angka kemiskinan serta menurunnya pertumbuhan ekonomi diyakini menjadi penyebab permasalahan diatas. Pengembangan usaha-usaha penanggulangan permasalahan tersebut diharapkan dapat mengatasi kelesuan bisnis perkebunan sehingga kejayaan dimasa lampau dapat dicapai kembali. Kebun Teh Wonosari Lawang Malang dikenal sebagai tempat penghasil teh berkualitas oleh pembeli luar negeri juga mengalami permasalahan yang sama. Degradasi lingkungan akibat penebangan hutan telah berakibat pada produktivitas kebun teh yang ada yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Usaha-usaha perbaikan telah dilakukan
meliputi peningkatan produktivitas kebun, pabrik pengolahan teh, penghijauan kawasan yang rusak serta pengembangan kawasan kebun sebagai kawasan wisata agro .
Kegiatan wisata
dan rekreasi ini baru diusahakan sendiri oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) sejak beberapa tahun yang lalu sebagai usaha memaksimalkan potensi kebun sebagai kawasan Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
kunjungan wisata alternatif. Walaupun sarana dan prasarana yang ada terbatas serta pengelolaannya berdasarkan manajemen kebun, tampaknya perkembangan usaha wisata agro sampai dengan saat ini hasilnya cukup menggembirakan dan masih besar peluangnya untuk lebih dikembangkan potensinya dimasa mendatang. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan meningkatnya jumlah orang berkunjung, hari kunjungan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan Wisata Agro merupakan perpindahan sementara manusia dari daerah asal ke daerah tujuan; terjadinya pergerakan tersebut karena ada daya tarik berupa keindahan suasana alam atau obyek wisata pertanian di daerah tersebut. Keindahan hamparan tanaman teh beserta aktivitas didalamnya merupakan salah satu alasan kawasan Kebun Teh Wonosari dikembangkan sebagai kawasan Wisata Agro. Seiring dengan pengembangan fungsi kebun sebagai kawasan wisata maka pengelola dituntut untuk bisa memuaskan pengunjung yang datang selain optimalisasi produksi tanaman teh. Tujuan bisnis wisata adalah menciptakan dan mempertahankan pengunjung/pelanggan yang mendatangkan laba/keuntungan dimana kepuasan pelanggan merupakan tujuan sentral pemasaran kawasan wisata. Perencanaan lingkungan fisik kawasan wisata akan dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung bila didasarkan pada perilaku berlingkungan (behaviour) manusia dengan menggunakan hirarki kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan, fenomena yang terjadi meliputi : Kebutuhan pokok (basic need): makan, minum, istirahat dan tempat berlindung Kebutuhan sekunder: pemenuhan rasa harga diri, berupa pengakuan dan kepercayaan orang lain Keinginan sosial, seperti keinginan bersama dengan orang lain Bermain dan bersantai: timbul keingintahuan, pengalaman baru, dorongan untuk rekreasi, kenyamanan dan estetis Kesehatan mental dan fisik Selanjutnya berdasarkan motivasi, terdapat beberapa alasan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata diantaranya (a) untuk mencari originalitas dan menyatu dengan masyarakat sekitar (b) untuk mencari keindahan, dan (c) untuk melepaskan kejenuhan dan mencari atau mengenal dan mempelajari sesuatu yang belum pernah diketahui Kawasan Wisata Agro Wonosari (WAW) dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan, baik yang terkait dengan produksi minuman teh, perlindungan dan konservasi kawasan, maupun untuk kenyamanan kegiatan rekreasi dan wisata. Pengembangan usaha wisata agro ini diharapkan akan lebih meningkatkan pendapatan dan keuntungan, disamping usaha pokok produksi teh yang ada serta tetap menjaga dan melestarikan lingkungan Kebun Teh Wonosari.
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
KEBUN TEH WONOSARI
DATA & INFORMASI WISATA AGRO WONOSARI
KARAKTERISTIK BIOFISIK KEBUN PRODUKSI TEH STRUKTUR DAN BANGUNAN WISATAWAN (PENGUNJUNG) ZONASI TAPAK EKSISTING
PENDAYAGUNAAN PRODUKSI TEH PENDIDIKAN WISATA REKREASI PERAN MASYARAKAT SEKITAR DLL
PENGOLAHAN DATA & INFORMASI POTENSI DAN KENDALA TAPAK TUJUAN PENGEMBANGAN KESESUAIAN LINGKUNGAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
KONSEP DAN PENGEMBANGAN TAPAK
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penyusunan Konsep Wisata Agro Kebun Wonosari KARAKTERISTIK DAN ANALISA KEBUN TEH WONOSARI Kebun Wonosari terbentang mulai dari batas kawasan hutan Perhutani sampai dengan Afdeling Gebuk Lor dengan posisi geografis 07°49’17.6” LS 112°38’36” BT. Di bagian utara, kawasan Kebun Wonosari dibatasi oleh Afdeling Gebuk Lor, sebelah barat dibatasi oleh kawasan hutan Perhutani, sedangkan sebelah selatan dan timur oleh lahan pertanian penduduk.
Secara administratif WAW termasuk dalam wilayah dua kecamatan yaitu
Kecamatan Singosari dan Lawang, Kabupaten Malang. Secara umum kawasan Kebun Wonosari
mempunyai luas 370,3 hektar dengan
komposisi tanaman teh 316,24 Ha (85,4%), tanaman mahoni 8,7 Ha (2,35%), tanaman apel 0,75 Ha (0,2%), kebun induk 1 Ha (0,27%), emplasmen 9,24 Ha (2,5%), pengembangan wisata agro 0,86 Ha (0,23%) serta jalan, curah sungai makam, dll 33,5 Ha (9,05%). Kawasan kebun sebenarnya sudah terbagi oleh alam kedalam beberapa area dengan lokasi curah sungai di
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
tengah kawasan. Hal ini merupakan pembatas aktivitas yang efektif sehingga zonasi mudah dilakukan. 1. Fisik Lingkungan Kondisi topografi di kawasan studi dan sekitarnya sangat beragam, artinya memiliki kemiringan yang bervariasi mulai dari kemiringan kelas rendah sampai tinggi. Dominasi tingkat kelerangan pada tapak diantara kelas kemiringan 2 (3-8%) dan kelas 3 (8-15%), selebihnya termasuk kelas 4, 5 dan 6 (15-60%). Kawasan emplasemen termasuk pada kelas kemiringan 2, dimana keragaman aktivitas tinggi masih dapat dilakukan.
Kawasan kebun wonosari
mempunyai ketinggian mulai 905m sampai 1050 meter diatas permukaan laut, sedangkan kawasan emplasemen menempati area dengan ketinggian antara 905m – 935m. Tabel 1 memperlihatkan analisis fisik lingkungan dan sintesa pada kawasan WAW. Tabel 1. Hasil Analisis dari Keadaan Fisik Lingkungan WAW No Unsur Fisik Lingkungan 1. Iklim a. Hujan (Gambar 4.2)
Analisa Basah
Sintesa
b. Angin
Terkadang tinggi
c. Petir
Pada musim tertentu intensitas tinggi
Diusahakan untuk mengurangi area terbuka melalui rencana kanopi berseling dengan bentukan hijauan dan artifisial (bangunan) pada jalur pedestrian dan tempat pemberhentian Perencanaan waktu aktivitas rekreasi dan wisata berdasar kondisi iklim Perlu diperhatikan karena mempengaruhi aktivitas rekreasi, bentukan hijauan akan dapat digunakan sebagai pemecah angin. Perlu pengamanan berupa penangkal petir terutama pada area rekreasi
kecepatan
2.
Tanah dan Geologi
Pada kawasan peresapan air Profil tanah tipis, batuan kompak dan keras
Penggunaan bahan/material bangunan yang memungkinkan air masuk dalam tanah. Pengembangan kawasan yang memungkinkan struktur tinggi dan berat
3.
Topografi
Beragam kelerengan
Pengembangan aktivitas intensif/aktif pada area relatif datar, dan pada kemiringan tinggi yang tidak banyak fungsi produksi teh di manfaatkan untuk fasilitas petualangan.
4.
Hidrologi
Debit air kecil, terjadi penurunan kapasitas akibat penebangan hutan diatas lokasi
Meningkatkan usaha konservasi air yang tepat terutama pada kawasan atas dan didalam tapak (khususnya area curah) Mencari kemungkinan adanya sumber air baru, terutama pada kawasan curah.
2. Vegetasi Kawasan WAW menitikberatkan pada hamparan vegetasi teh (Camellia sinensis) sebagai daya tarik utama pengunjung. Untuk menunjang tampilan vegetasi yang maksimal diperlukan upaya budidaya yang intensif, sehingga pengembangan kebun sebagai wisata agro harus tidak mengurangi intensifitas kegiatan budidaya. Upaya memaksimalkan aktivitas yang berhubungan dengan tanaman teh merupakan strategi penting dalam pengembangan ini. Untuk mengurangi dampak negatif secara ekologis, maka pada area tertentu (non produksi teh) keragaman Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
vegetasi perlu diperbanyak termasuk peningkatan jumlah vegetasi dengan fungsi diluar produksi teh seperti fungsi estetis, edukasi, konservasi tanah-air, preservasi, pemecah angin, peneduh dan lainnya (Baskara, 1998). Area yang paling potensial untuk penyeimbang ekologis ini adalah kawasan curah. Kegiatan konservasi air dan tanah perlu pengenalan bentuk tapak WAW yang beragam kelerengannya (Tabel 1). Salah satu upaya konservasi air dan tanah adalah memaksimalkan peresapan air hujan kedalam tanah sehingga aliran permukaan tidak terjadi. Air hujan selalu mengalir dari tempat tinggi (bukit-area produksi teh)
menuju ketempat rendah (curah)
sehingga area curah perlu dikembangkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah. Secara ideal, tanaman pada kawasan perlindungan/ konservasi air harus mempunyai sifat ekologis antara lain (a) intersepsi curah hujan yang baik; (b) arsitektur pohon yang dapat menahan butiran air hujan; (c) stemflow; (d) evapotranspirasi yang rendah; dan (e) tidak mempunyai zat
allelopathy (Samingan, 1989). Penanaman jenis asli kawasan merupakan cara termudah dalam pemilihan jenis tanaman baru untuk area curah. Pengaruh tanaman koleksi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian yaitu: (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, (b) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, (c) pengaruh akar dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan (d) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air berkurang (Arsyad, 1989).
Selain empat pengaruh diatas, penutupan tanah dengan tanaman maupun sisa-sisa
tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi. Usaha penutupan tanah dengan vegetasi baik rumput yang tebal maupun kumpulan tanaman koleksi yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. 3. Fauna Fauna bukan saja sebagai salah satu bagian dari komponen ekosistem, melainkan merupakan potensi kawasan WAW yang menarik untuk diamati.
Secara umum fauna di
kawasan WAW jarang dijumpai kecuali dari jenis burung diantaranya kutilang (Pynonotus
aurigaster), tekukur (Streptopelia chinensis), jalak gunung (Sturnus sp), elang jawa (Spizactus bartelsii), ayam hutan (Gallus gallus) dan burung hantu (Tyto sp). Satwa lain yang pernah ditemui di tapak diantaranya seperti budheng (Resbytis cristata), landak (Hystrix branchyura), kijang (Muntiacus muntjak), dan ular. Jenis burung lebih sering terlihat di tapak dan sekitarnya dibanding jenis mamalia. Umumnya jenis mamalia diam di habitat asli yang jauh dari lokasi studi dan sangat jarang terlihat di sekitar tapak. Hal ini disebabkan jenis ini agak rentan terhadap aktivitas manusia. Pemanfaatan kegiatan rekreasi bird watching dapat digunakan di beberapa tempat bila memungkinkan.
Salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan kawasan curah sebagai
rehabilitasi habitat burung sehingga nantinya dapat berfungsi sebagai koridor alami (yang terhubung dengan habitat asli satwa) dan burung dapat hadir lebih dekat dengan pengunjung WAW. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
Dalam mengelola habitat (tempat hidup) satwa liar, secara umum terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan berdasar tujuan akhir yang ingin diperoleh yaitu (a) pengelolaan untuk memperoleh keanekaragaman spesies yang tinggi dan (b) pengelolaan untuk meningkatkan populasi tertentu.
Pada pendekatan pertama semua spesies dianggap
penting dan diharapkan semua spesies cukup memadai. Sedangkan pada pendekatan kedua bertujuan untuk spesies tertentu.
Mengingat kawasan WAW merupakan kawasan wisata
pertanian maka pendekatan pertama lebih cocok yaitu untuk memperoleh keanekaragaman spesies yang tinggi.
4. Elemen Estetika Tapak Sumber daya visual potensial yang terdapat di kawasan WAW berasal dari lansekap yang meliputi landform (puncak Gunung Arjuno serta jajaran punggung bukit dan curah), land cover (tanaman teh, hutan Perhutani dan area pertanian dataran tinggi), dan elemen pembentuknya (flora, fauna) dengan penilaian terhadap daya tarik, arti, keunikan dan perilakunya. Kegiatan rekreasi maupun wisata oleh pengunjung dalam WAW bukan untuk memuaskan pengunjung saja tetapi juga meningkatkan apresiasi mereka terhadap alam (terutama perkebunan teh) dengan pendekatan unsur kesenangan (rekreasional). Keberadaan tanaman teh dan lingkungan yang dibentuknya merupakan daya tarik kawasan Kebun Wonosari.
Berdasar survei pengunjung yang dilakukan, sebanyak 76%
mengatakan bentukan alam dengan hamparan teh yang menjadi daya tarik utama Wisata Agro Wonosari, menyusul keberadaan pabrik teh (23%), fasilitas (18%) dan kegiatannya (4,8%) yang terlihat pada Gambar 2. 76 % Keindahan alam
Pabrik teh Fasilitas
18%
Tidak ada
1.6%
23%
Kegiatannya
4.8%
Gambar 2. Prosentase Potensi Wisata Agro Wonosari dari lokasi lain menurut pengunjung Pengembangan aktivitas yang berhubungan dengan teh menjadi sangat penting pada kawasan ini sehingga pengembangan diharapkan tepat sasaran.
Dari segi estetika, kebun
teh mempunyai bentuk yang indah dan memberikan suasana nyaman, ditunjang dengan hawa pegunungan yang dingin dan sejuk merupakan pemandangan yang akan memberikan daya tarik tersendiri. Beberapa aktivitas yang dapat terapkan dari kegiatan tentang teh diantaranya seperti pada tabel 2. Tabel 2. Aktivitas yang dapat dikembangkan dari keberadaan tanaman teh di Kebun Wonosari
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
No
Tahapan Produksi Teh
1.
Tanaman Teh di Kebun
Tea Walk *)
Aktivitas
Detail Konsep- Sintesa Aktivitas ini memberikan pengalaman pemandangan menarik
Sepeda teh
Dengan fasilitas sepeda tandem atau sendiri melakukan acara
disamping berolah raga jalan kaki santai sambil berolah raga di kebun teh Memetik teh *)
daun
Piknik Eksklusif
Kunjungan Offroad *) Pengamatan kebun & satwa liar. *) Film proses produksi teh
2.
Pucuk teh masuk pabrik
Kunjungan Pabrik *)
Minum teh
3.
Teh menjadi produk saji
Rasa macam produk teh dan Cara Seduh Promosi produk teh dan wisata agro
Pengalaman memetik daun teh sendiri akan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang tidak didapatkan ditempat lain. Dokumentasi foto dengan perlengkapan pemetik teh akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Kunjungan kebun khusus dengan naik mobil didampingi pemandu dan beberapa karyawan untuk menikmati hidangan di tempat terpencil dengan pemandangan luar biasa. Kendaraan safari, tempat duduk tingkat dua Khusus pengunjung yang berjiwa petualang, disediakan rute khusus untuk menikmati pemandangan alam dengan perpaduan olah raga Offroad. Didampingi pemandu Dengan menaiki menara pandang dengan tinggi 25 meter/lebih akan melihat hampir seluruh kawasan kebun teh juga aktivitas petik teh. Ditunjang fasilitas teropong akan terlihat satwa alami yang hadir disekitar kebun. Sebelum kunjungan ke kawasan agrowisata, pengunjung diperkenankan melihat beberapa tayangan film tentang teh, mulai pemetikan, pengolahan produksi teh pabrik, wisata agro, dll. Film ini untuk membangun image dan menggugah ingin tahu disamping sarana edukasi Proses dari pucuk sampai siap saji dengan semua hasil diterangkan oleh pemandu saat datang langsung di pabrik. Diharapkan interaksi terjadi karena pengetahuan awal terbentuk dari film Semua pengunjung Wisata agro HARUS merasakan produk teh wonosari. Biaya gratis, tapi tiket masuk naik seharga produksi satu gelas teh. Aktifitas ini untuk mengarahkan pengunjung Pengetahuan seduh teh yang benar dan merasakan rasa bermacam teh akan memberikan pengalaman luar biasa. Sebagai kenangan, dapat beli film khusus seduh teh dan cara olah/minum teh dari Indonesia maupun seluruh dunia. Divisi khusus promosi terdiri dari profesional yang dididik mengetahui seluk beluk teh terutama rasa dan cara menyajian. Atraksi ini tidak harus di kebun tetapi dapat di panggil keluar wisata agro. Selain itu juga dapat membuka kursus pelayanan teh.
Sumber : Survei Pengunjung WAW, 2004 5.
Pengunjung Pengunjung Wisata Agro Wonosari secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu pengunjung yang berekreasi dan yang berwisata (wisatawan). Kunjungan WAW pada hari libur, minggu dan sabtu terdapat begitu banyak aktivitas rekreasi dan wisata (dengan jumlah pengunjung perhari sekitar 3000-5000 pengunjung), dan disaat lain menjadi sangat sedikit (hari biasa). Untuk memperoleh peningkatan dan efisiensi kegiatan wisata, penerapan strategi pengelolaan wisata berdasar pasar, perubahan fisik lokasi serta diversifikasi kegiatan menjadi alternatif pengembangan untuk lebih meningkatkan lagi pendapatan perusahaan dari sektor ini.
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
Secara umum pengunjung Wisata Agro dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori diantaranya tingkat pendidikan, umur dan penghasilan.
Berdasarkan wawancara dan
pengamatan lapang, sebagian besar pengunjung merupakan pengunjung secara berkelompok, baik dari perusahaan, sekolah-sekolah, maupun perkumpulan anak muda dan keluarga. Segmen wisata kelompok ini melakukan kegiatan konvensi, pertemuan asosiasi, pertemuan perusahaan, pertemuan keluarga besar, serta kelompok dari organisasi sosial, militer, pendidikan,
keagamaan,
dan
persaudaraan.
Masing-masing
kelompok
mempunyai
karakteristik kegiatan serta daya beli terhadap produk wisata yang ditawarkan. USIA (Komposisi Pengunjung sabtu 15-25% dari hari Minggu) 59.15%
63.07%
34.15%
< 12 th
27.44%
13 – 20 th 2 1 – 60 th
4.88%
8.05% 1.83%
1.44%
sabtu
> 60 th
Minggu
PENGHASILAN
53.23 %
32.26 %
< 1 juta 1-2 juta 2 – 5 juta
6.45 %
8.06 %
> 5 juta
Gambar 3. Prosentase Pengunjung berdasar Survei terhadap tingkat usia dan penghasilan 6. Pendapatan Perusahaan Kegiatan wisata di Wisata Agro Wonosari secara umum terbagi menjadi dua kegiatan utama yaitu kunjungan dan menginap (wisata). Berdasar pengelompokan hasil pendapatan wisata agro, sumber pemasukan terbesar didapatkan dari kegiatan kunjungan yang terdiri dari karcis masuk, tour kebun dan pabrik, kegiatan makanan dan minuman, serta penggunaan aula yang bisa mencapai tiga kali lipat pendapatan dari penginapan. Sedangkan kerugian yang dialami lebih banyak terjadi pada penginapan dan kolam renang akibat pembiayaan insidentil dalam perbaikan dan pemeliharaan. Diantara kegiatan kunjungan tersebut pemasukan dari Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
kegiatan makanan dan minuman (konsumsi dan counter madu) menjadi yang terbesar dibanding kegiatan lainnya sehingga pengembangan sektor ini akan lebih dapat meningkatkan laba perusahaan dimasa mendatang. Kegiatan wisata pada suatu daerah akan memberikan keuntungan secara langsung maupun tidak langsung. Keuntungan langsung diantaranya adalah (1) hasil transaksi bisnis wisata, sebagai bisnis primer lokasi wisata; (2) pendapatan (income) oleh pekerja dan pemilik modal dari sewa, bunga, deviden dan sebagainya; (3) sektor swasta dan sektor informal dan (4) pendapatan pemerintah baik pemerintah setempat maupun nasional. Keuntungan tidak langsung diperoleh dari cabang-cabang usaha atas nama (derivasi) bisnis utamanya sebagai akibat efek melipatganda (multiplier effect) dan induksi bisnis wisata yaitu bisnis-bisnis sekunder, tertier dan seterusnya. 7. Masyarakat Sekitar Pengembangan suatu kawasan wisata tidak lepas dari peran serta masyarakat sekitarnya. Masyarakat sekitar Kebun Wonosari sebagian besar berprofesi sebagai petani, peternak dan buruh, baik dari usaha pertanian masyarakat sendiri, maupun pertanian yang berhubungan dengan Kebun Wonosari.
Selain sektor pertanian juga terdapat kegiatan
penambangan batu gunung untuk suplai kegiatan properti di wilayah Malang dan sekitarnya. Pengenalan potensi wilayah baik alam maupun masyarakatnya akan dapat memberikan hasil maksimal untuk menerapkan konsep pengembangan. Bentuk bangunan dengan konsep alam pertanian (perkebunan) akan dapat memberikan image keindahan alam dalam benak pengunjung ditunjang dengan aktivitas masyarakat sekitar di sektor pertanian dengan produkproduk pertanian disepanjang jalan menuju wisata agro. 8.
Tata Ruang dan Fasilitas WAW Pada prinsipnya kawasan perhotelan dan rekreasi adalah kawasan yang menjual jasa.
Pemasaran jasa pariwisata sangat tergantung dari kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan permintaan (demands) pengunjung. Selama kawasan wisata dapat memenuhi beberapa hal tersebut diatas, dengan sendirinya penjualan produk jasa wisata akan terjadi.
Untuk
memperjelas konsep jasa ini terdapat 4 ciri jasa yaitu (a) tidak berujud, (b) tidak dapat dipisahpisahkan, (c) berubah-ubah dan (d) tidak dapat disimpan. Kegiatan wisata WAW selama ini telah memaksimalkan potensi wilayah yang ada meliputi kawasan produksi teh, pabrik beserta isinya dan fasilitas penunjang lainnya seperti kolam renang, wahana bermain anak, restoran dan toko swalayan. Wilayah Kebun Wonosari merupakan satu wilayah yang secara umum mempunyai karakteristik kebun produksi dan pabrik teh. Tata letak fasilitas pabrik dan penunjang seperti perumahan pengelola dan karyawan, fasilitas umum (masjid dan sekolah) gudang, dan lainnya sangat menunjang operasional produksi. Namun seiring dengan berubahnya fungsi kawasan emplasemen sebagai wisata agro inti, tata letak diatas menjadi kurang sesuai.
Hal ini
menjadikan pengunjung tidak mempunyai orientasi dalam berwisata sehingga kepuasan pun
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
menurun. Hal ini terbukti dari jawaban pengunjung tentang daya tarik kawasan bahwa fasilitas dan kegiatan WAW kurang menjadi daya tarik pengunjung (Gambar 2). 9. Pengelolaan WAW Pengelolaan WAW selama ini mengikuti struktur organisasi Kebun Wonosari dengan dipimpin seorang sinder yang
bertanggung jawab terhadap Administratur Kebun.
Tenaga
kerja WAW merupakan tenaga kerja yang bersumber dari organisasi kebun sehingga hampir sebagian besar telah terbiasa dengan pola pikir produksi kebun. Pengelolaan bisnis produksi teh dan bisnis pariwisata mempunyai beberapa perbedaan besar meskipun sistem/ilmu pengelolaanya didasarkan dengan teori yang sama.
Pengelolaan bisnis wisata termasuk
bisnis jasa yang berhubungan dengan banyak orang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Bidang jasa wisata bersifat tidak berujud, tidak dapat dipisah-pisahkan, selalu berubah-ubah, dan tidak dapat disimpan.
Sedangkan sifat bisnis produksi teh justru
sebaliknya, dimana produknya nyata dan selalu sama, bisa dipisah antara berdasar jenis kualitas, serta bila harga pasar rendah produk masih bisa disimpan untuk dijual kembali dimasa mendatang. Perbedaan sifat bisnis diatas dapat diatasi apabila pendekatan yang dilakukan organisasi WAW juga berbeda. Apabila dalam produksi pendekatan ilmu pasti begitu menonjol maka untuk mencapai keberhasilan di bidang jasa wisata maka ilmu sosial harus lebih diutamakan karena pengunjung menjadi tolak ukur semua kegiatan pemasaran wisata. Upaya merubah pendekatan dilakukan sampai pola tingkah laku karyawan, oleh karena itu apabila usaha perekrutan tenaga kerja berlatar belakang pendidikan pariwisata tidak dapat dilakukan maka kegiatan-kegiatan pelatihan harus sering dilakukan kepada karyawan WAW. KONSEP PENGEMBANGAN Konsep dasar dari pengembangan ini adalah terjaga, termanfaatkan dan terkelolanya lingkungan Kebun Wonosari sebagai kawasan budidaya dan wisata sehingga fungsi biofisik, lingkungan dan sosial dapat dirasakan dan dapat memuaskan pengunjung selain produktivitas kebun yang tinggi. Selanjutnya dijabarkan beberapa konsep yang mendukung antara lain : Konsep Lanskap Kebun Teh, Pengembangan tapak diorientasikan terhadap lanskap buatan dengan vegetasi utama tanaman teh, sejauh dapat dikembangkan pada kondisi tujuan produksi maupun estetika. Konsep ruang (pemwilayahan, zonasi) – Gambar 4 Tapak dibagi menjadi ruang-ruang berdasarkan dua pembeda yaitu : a.
Fungsi, dimana akan dikembangkan sub-fungsi o Rekreasi, ruang untuk fungsi rekreasi pengunjung baik (rekreasi aktif maupun pasif). o Produksi, ruang kegiatan proses produksi pucuk, pengolahan dalam pabrik sampai pengemasan produk sampai siap minum. o Konservasi, ruang pelestarian kawasan (tanah dan air).
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
b.
Area kunjungan, dimana akan dikembangkan ruang dengan sifat kunjungan yang berorientasi terhadap o Penerimaan, ruang yang dimasuki pada tahap awal kunjungan (Intensif). o Transisi, ruang persiapan untuk memasuki ruang ekologis (semi intensif). o Ekologis, ruang penunjang sifat ekologis kawasan (Non Intensif-pasif).
Konsep Jaringan Sirkulasi (Gambar 5) Jaringan sirkulasi selain untuk kegiatan produksi juga dimanfaatkan sebagai perangkai sumberdaya, aktifitas dan fasilitas serta pengalaman rekreasi. Diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu sirkulasi produksi teh, sirkulasi rekreasi dan sirkulasi keindahan, lebih detail pengembangan sirkulasi adalah sebagai berikut : o Penggunaan sirkulasi eksisting tapak, dengan penentuan pola tertutup (loop o Jaringan jalan berbentuk service road serta berbentuk track yang dapat mengakomodasikan semua masyarakat termasuk orang cacat (kursi roda,dll) Konsep Struktur dan Bangunan Struktur dan bangunan pada tapak dibuat dengan ekspresi yang tidak berlebihan sehingga pengunjung lebih menikmati kualitas ruang luar yang tinggi.
Terdapat dua konsep
bangunan yang didasarkan pada waktu pembangunan. o Bangunan yang akan dikembangkan, diharapkan menjadi sesuatu yang lebih sekunder dibanding alam indah disekelilingnya, tetapi tetap menarik dan nyaman untuk dinikmati/dihuni. Penggunaan dinding dan bukaan yang maksimal dari ruang bangunan yang ada merupakan penjabaran untuk menikmati view sekitar. o Bangunan eksisting, lebih dititik beratkan pada nilai sejarah/historis kawasan sebagai perkebunan peninggalan Jaman Kolonial Belanda. Berdasar semua konsep pengembangan diatas selanjutnya disimpulkan dalam suatu block plan pengembangan kawasan Kebun Wonosari (Gambar 6)
3 C 2 C
Keterangan : 1 Rekreasi 2 Produksi
2 B
3 Konservasi A Penerima B Transisi
1
2 A
1
C Ekologis
Gambar 4. Konsep Pembagian Ruang Kebun Wonosari Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005
Keterangan S. Rekreasi
MASUK
KELUAR
S. Keindahan S. Produksi
Gambar 5. Konsep Jaringan Sirkulasi PENUTUP Konsep pengembangan wisata agro sebagai usaha diversifikasi dalam meningkatkan nilai tambah pengelolaan kebun harus berprinsip pada pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.
Tujuan pengembangan kawasan berupa terjaga, termanfaatkan dan
terkelolanya lingkungan Kebun Wonosari sebagai kawasan budidaya dan wisata sehingga fungsi budidaya, biofisik, lingkungan dan sosial dapat dirasakan sehingga dapat memuaskan pengunjung selain produktivitas kebun yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. Penerbit IPB. Bogor. 281 p. Baskara, M, 1998, Perencanaan Lanskap Pengembangan Arboretum Sumber Brantas Sebagai Obyek Wisata Alam, Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Douglass, R.W. 1982. Forest recreation. Pergamon press. New York. 326 p. Gold, S.M. 1980. Recreation planning and design. McGraw Hill Book Co. New York. 332 p. Samingan, T. 1989. Metoda dan teknik analisis vegetasi alam. Makalah Kursus Penyusunan AMDAL Angkatan VII. Kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB. Bogor, 18 p. .
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Malang 27-28 September 2005