PERANCANGAN BUKU BERBASIS FOTOGRAFI TENTANG PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN WONOSARI LAWANG - MALANG
SKRIPSI
OLEH RAHMAT HIDAYAT NIM 406253403248
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DESEMBER 2011
PERANCANGAN BUKU BERBASIS FOTOGRAFI TENTANG PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN WONOSARI LAWANG - MALANG Rahmat Hidayat Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
Abstrak: Teh hitam adalah teh yang mengalami oksidasi penuh. Karena itu, daunnya berwarna cokelat gelap dan hasil seduhannya berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat pekat. Proses oksidasi juga mengurangi rasa pahit daun teh segar dan menimbulkan efek kental pada seduhannya. Kebun teh Wonosari dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) merupakan salah satu alternatif tempat berwisata yang terletak di Desa Wonorejo Lawang Malang. Maka dari itu Buku Fotografi tentang Pengolahan Teh yang disajikan dengan media fotografi ini diharapkan mampu menjadi media komunikasi visual yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada target audience tentang Pengolahan Teh Hitam di PTPN XII (PERSERO) Kebun Wonosari. Model perancangan yang digunakan dalam perancangan ini adalah model perancangan prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, dimana menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan sebuah produk. Metode perancangan ini diawali dari penulisan latar belakang, pengidentifikasian tujuan, dilanjutkan dengan pengumpulan data terdiri dari observasi dan studi pustaka atau dokumentasi. Buku yang dihasilkan memberikan gambaran kepada target audience tentang proses pengolahan Teh di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari. Buku ini memiliki spesifikasi sebagai berikut, buku fotografi yang terdiri dari 76 halaman full colour dengan format buku ukuran 22 cm x 23 cm, Isi yang diangkat dalam buku fotografi ini adalah fotografi tentang proses pengolahan Teh di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari, Tujuan perancangan buku ini adalah mengenalkan kepada masyarakat tentang proses pengolahan Teh di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari dalam media buku. Diharapkan dengan adanya buku fotografi ini, target audience dapat mengetahui informasi tentang Proses Pengolahan Teh Hitam Di Pabrik PTPN XII (PERSERO) Kebun Wonosari. Kata kunci: Perancangan, Buku ,Teh, PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari, Fotografi Abstract: Black tea is the most oxidized tea among others. Therefore, the leaves are brown and the result of extraction is reddish chocolate to strong chocolate. The oxidation process also reduces the bitter taste of the fresh tea leaves and cause viscous effect on its extraction. Wonosari tea garden which is managed by PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) is one of the alternative tourism objects that is located in Wonorejo village, Lawang, Malang. The beauty of its nature and
the friendliness of the pickers can make the visitors feel comfortable being there. Therefore, A Photography Book of the Black Tea Processing which is presented with photographic media is expected to be an effective visual communication media to convey the message to the target audience about the Black Tea Processing in PTPN XII (PERSERO) Wonosari garden. The research design of this study starts with the process of writing the background of the study, identifying the goals, then, collecting the data consist of observation and study about the literature or documentation. The book is designed to provide visual concept about black tea processing in PTPN XII Company, Wonosari garden. The photos presented are the photos that illustrate each of the stages of black tea processing. The photos are presented with a brief description about the meaning of each photo. This photography book hopefully can help the target audience to gain information about the Black tea processing in PTPN XII (PERSERO) Wonosari Garden.
Keywords: Design, Book, Tea, PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari, photography.
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, sehingga perlu diupayakan pengembangan produk-produk yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Banyak daerah wisata yang sudah kita kenal seperti daerah wisata Danau Toba di Sumatera, kawasan Puncak di daerah Jawa Barat, daerah wisata Gunung Bromo yang berada di Jawa Timur, Pantai Kuta yang ada di Bali, dan daerah wisata lainnya yang sudah sering dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam dan luar negeri. Daerah wisata alam merupakan salah satu aset negara yang mampu menambah penghasilan negara setiap tahunnya. Tetapi apabila kita melihat lebih dalam lagi, masih sangat banyak pesona keindahan alam yang berada di Indonesia yang juga berpotensi untuk dijadikan daerah wisata. Agrowisata kebun teh Wonosari terletak di desa Toyomarto Kecamatan Singosari dan Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Objek wisata yang menawarkan suasana pegunungan yang sejuk dan panorama keindahan alam. Keindahan Kebun teh wonosari yang hijau ini merupakan agrowisata yang dimiliki oleh kota malang, yang menampilkan keindahan alam dengan pemandangan kebun teh yang begitu hijau.Dari sini pengunjung dapat berwisata dan belajar mengikuti proses pembuatan teh asli produk Indonesia. Mulai dari memetik pucuk-pucuk daun teh yang hijau dan segar hingga minuman siap diminum. Jika kita berwisata ke kebun teh ini kita dapat melakukan banyak
pilihan kegiatan, diantaranya seperti outbond, mengendarai kuda atau ATV (all terain vehicle) untuk mengelilingi hijaunya hamparan kebun, melihat proses pemetikan, pemerosesan teh dipabrik, dan mencicipi teh hasil buatan pabrik asli Indonesia. Perkebunan teh yang hijau ini terletak di lereng gunung Arjuno tepatnya di desa Wonosari dan Tirtomoyo kec Singosari sekitar 30 m arah utara Malang. Disediakan pula kolam renang, penginapan, dan lahan untuk sarana berkemah dan lain-lain. Sampai dengan saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui proses pengolahan teh, utamanya teh hitam. Selain itu. PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) juga belum memiliki media untuk memperkenalkan proses tersebut kepada masyarakat. Untuk meningkatkan pengetahuan, terutama pada generasi muda dan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang pengolahan teh hitam maka diperlukan media komunikasi visual yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan dalam bentuk buku yang berbasiskan pada fotografi. Alasan mengapa penulis menggunakan media fotografi adalah selain menerapkan ilmu fotografi yang didapatkan selama di bangku perkuliahan, foto dapat menggambarkan secara langsung kepada pembaca tentang bagaimana proses pengolah teh hitam tersebut. METODE Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. (Poerwadarminta, 1990:580). Model Perancangan Model perancangan yang digunakan dalam perancangan ini adalah model perancangan prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, dimana menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan sebuah produk (PPKI, 2003:37). Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan “A-A Procedure” atau “From Attention to Action Procedure”. Menurut Sanyoto (2006:13) yang dimaksud dengan A-A Procedure adalah proses komunikasi persuasif yang dimulai dari usaha untuk membangkitkan perhatian (attention) kemudian berusaha untuk menggerakkan seseorang atau banyak orang agar melakukan kegiatan (action) seperti yang diharapkan. Model perancangan buku portrait ini mengembangkan dari model perancangan Drs Sadjiman Ebdi Sanyoto, selain itu pengumpulan data hanya menggunakan data pustaka karena pengambilan datanya hanya didapat dari buku, internet, dan email. Memakai model perancangan ini karena mudah dipahami oleh penulis.
Latar Belakang Masalah Perancangan Rumusan Masalah Perancangan, Tujuan Perancangan
IDENTIFIKASI
KAJIAN PUSTAKA
ANALISA / KESIMPULAN
SINTESIS
KONSEP PERANCANGAN
PERENCANAAN MEDIA Tujuan Media Strategi Media Program Media
KONSEP TATA DESAIN Tujuan Tata Desain Strategi tata desain Program tata desain a. Idea layout b. Rough layout
PERENCANAAN KREATIF Tujuan Kreatif Strategi Kreatif Program Kreatif Biaya Kreatif
DESAIN FINAL
HASIL PERANCANGAN Sintesis Teh merupakan bahan minuman penyegar yang sudah lama dikenal. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa, dan aroma yang memuaskan peminumnya. Jadilah teh minuman penyegar yang nikmat. Berbekal kenyataan lama bahwa teh dipakai sebagai obat dan sarana meditasi dalam upacara ritual keagamaan, penelitian dalam dasawarsa terakhir abad 20 ini menunjukkan bukti bahwa teh dapat menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagai sarana kesehatan kebiasaan minum teh sehari-hari akan lebih bermanfaat daripada dikonsumsi secara insidentil sebagai sarana pengobatan, oleh
karena itu, teh lebih cocok diarahkan sebagai minuman fungsional daripada sebagai obat. Euforia fotografi yang terjadi pada masyarakat akhir- ini menjadikan fotografi menjadi sebuah hobi yang bisa dinikmati dari segala kalangan. Makin menjamurnya kamera digital pada masyarakat menjadikan aktifitas semakin digemari. Semakin banyak masyarakat yang ingin memperdalam ilmu tentang fotografi, dari mencari buku-buku tentang teknis maupun buku-buku yang berisi tentang refferensi foto. Buku dibuat sebagai media utama bagaimana cara pengolahan teh hitam di PTPN XII (PERSERO) Kebun Wonosari, buku ini diharapkan dapat menjadi media komunikasi visual yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada target audience. Kelebihan utama dari buku ini adalah penjelasan secara rinci tentang pengolahan teh hitam, mulai dari proses pemetikan hingga menjadi sebuah produk yang siap dinikmati, dengan disertai foto-foto untuk mewakili penjelasan tersebut. Konsep Perancangan 1. Bentuk Media Buku portrait adalah buku berisi foto-foto yang dirancang untuk memberikan wawasan visual tentang detail setiap karakter yang ada dalam kesenian Bantengan. Foto-foto yang disajikan adalah foto-foto setiap karakter dalam permainan bantengan yang di dampingi narasi singkat yang menjelaskan setiap foto. Konsep portrait pada buku ini yaitu menunjukkan setiap tokoh bantengan dengan cirri khas ornament yang dia kenakan baik pakaian maupun gaman (senjata) yang dia pakai. Setiap foto portrait setiap tokoh ditampilkan dua foto yang berbeda untuk menunjukkan secara detail karakter setiap tokoh. Diharapkan dengan adanya buku portrait sebagai media pengenalan kesenian Bantengan terlebih setiap tokoh yang memainkannya, target audience dapat mengetahui informasi tentang setiap tokoh bantengan dan peran yang dimainkan dalam kesenian Bantengan dan dapat menimbulkan kepedulian peduli terhadap kelestarian kesenian Bantengan di Indonesia. 2. Konsep Teknologi Perancangan buku portrait ini menggunakan beberapa perangkat yang digunakan dalam proses produksi fotografi dan paska produksi fotografi serta beberapa perangkat yang digunakan untuk merancang layout buku portrait. Dalam proses produksi fotografi perangkat yang digunakan adalah Kamera Digital Canon EOS 550D, lensa 18-135 mm, dan proses paska produksi perangkat yang digunakan adalah 1 set komputer dengan beberapa software editing yaitu Adobe Photoshop CS2, Adobe Ligthroom, dan untuk melayout buku software yang digunakan adalah CorelDRAW X3. 3. Judul Media Judul perancangan buku fotografi ini adalah Perancangan Buku Berbasis Fotografi Tentang Pengolahan Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari. Judul buku yang dipilih dalam buku ini adalah “Behind The Scent Of Tea” (Dibalik Harumnya Teh) maksud judul ini adalah dibalik harumnya teh yang terkenal akan manfaatnya ternyata membutuhkan beberapa proses yang panjang dan bermaksud memberikan informasi yang terarah tentang subyek yang diangkat. Sedangkan tagline yang dipilih adalah “A Pictorial Jorney In Wonosari Agrotourism” secara harafiah arti dari tagline tersebut adalah perjalanan bergambar di kebun Wonosari, namun secara konsep penggunaan
tagline ini ditekankan di kata Journey (Perjalanan) yang mempunyai maksud fotofoto yang digunakan dalam perancangan buku ini semuanya diambil di kebun Wonosari dari hasil Observasi dilapangan. Alasan mengapa penulis menggunakan bahasa Inggris untuk judul buku dan tagline ini adalah bahasa Inggris merupakan bahasa Universal serta teh telah terkenal akan khasiatn akan khasiatnya diseluruh dunia. 4. Gaya Desain Gaya Desain yang dipakai dalam perancangan ini adalah menggunakan gaya desain Beggarstaff Ciri-ciri desain ini adalah tanpa hiasan dan untuk menghemat waktu proses reproduksi mereka memakai silhouette. Warna yang dipakai dibatasi menjadi hanya dua atau tiga warna dasar saja. Desain-desainnya kebanyakan asimetris dengan typeface tebal untuk mengimbangi ilustrasi. hal ini bermaksud untuk menitik beratkan daya tarik pada fotografi, tetapi tetap menggunakan penataan tulisan yang nyaman untuk dibaca. 5. Target Market Target market dari buku ini adalah untuk umum tanpa adanya batasan gender, usia, dan latar belakang lain, sehingga diharapkan buku ini mampu memberikan wawasan atau image positif kepada masyarakat seluas-luasnya tentang proses pengolahan Teh Hitam. Perancangan Media 1. Tujuan Media Tujuan media dari Perancangan buku pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosarai Lawang – Malang ini mempunyai tujuan umum yang mengarah pada sebuah penciptaan media wawasan berbentuk buku yang berbasis fotografi sebagai penambah wawasan khasanah umum kepada masyarakat seluas-luasnya tentang proses pengolahan Teh Hitam. 2. Strategi Media Poster Poster adalah iklan warna berukuran besar yang dicetak pada selembar kertas dan ditempatkan pada panel, dinding atau ke jendela. X-Banner Banner merupakan media promosi dalam ruangan yang berukuran besar dan di cetak memanjang. Banner dapat menonjolkan unsur bentuk, warna ataupun gambar yang berfungsi untuk memperkenalkan suatu produk yang dipromosikan kepada konsumen. Undangan Launching Buku Undangan merupakan media yang sifatnya langsung kepada personal yang kita tuju. Media ini hanya bersifat momental atau sementara saja. Perencanaan Kreatif 1. Tujuan Kreatif Tujuan kreatif dari Perancangan buku pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosarai Lawang – Malang ini mempunyai tujuan umum yang mengarah pada sebuah penciptaan media wawasan
berbentuk buku yang berbasis fotografi sebagai penambah wawasan khasanah umum kepada masyarakat seluas-luasnya tentang proses pengolahan Teh Hitam 2. Strategi Kreatif Untuk mencapai tujuan kreatif maka perlu adanya strategi kreatif. Strategi kreatif buku fotografi tentang proses pengolahan Teh Hitam ini meliputi: a. Isi Pesan Isi pesan yang disampaikan dalam perancangan buku fotografi ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses pengolahan Teh Hitam di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari mulai dari proses pemetikan hingga menjadi sebuah produk. Diharapkan setelah mengetahui hal tersebut, target audience dapat memahami dan mengerti tentang proses pengolahan teh hitam yang selama ini mereka nikmati. b. Bentuk Pesan Pesan Verbal Pesan verbal yang digunakan dalam perancangan ini adalah kata-kata yang tidak terlalu panjang dengan arti mudah dimengerti. Dalam penggunaan bahasa verbal sebagai keyword digunakan bahasa yang informatif. Keyword yang dipilih adalah “A Pictorial Jorney In Wonosari Agrotourism”, kalimat tersebut dapat diartikan foto-foto yang digunakan dalam perancangan buku ini semuanya diambil di kebun Wonosari dari hasil Observasi dilapangan, yang dimana fotofoto tersebut memiliki runtutan cerita tentang proses pengolahan teh hitam. Pesan Visual Pesan secara visual perancangan ini memanfaatkan berbagai unsur yang dapat menunjang tampilan perancangan media tersebut dan bertujuan mengkomunikasikan pesan secara efektif, sehingga dapat menjadi unsur penarik perhatian dari media. Foto-foto yang dihasilkan untuk perancangan ini menggambarkan tentang sebuah proses pengolahan teh hitam dan keindahan alam Kebun Teh Wonosari. 3. Program Kreatif a. Pesan Pokok yang Diangkat Pesan pokok yang diangkat pada perancangan buku fotografi ini adalah memberikan informasi kepada target audience tentang proses pengolahan teh hitam di PTPN XII Kebun Wonosari. Informasi yang termuat didalamnya berupa tahapan-tahapan pengolahan teh hitam, mulai dari Pemetikan pucuk daun teh, penerimaan pucuk, penimbangan pucuk, analisa pucuk, proses pelayuan pucuk, proses penggilingan, proses oksidasi enzimatis, proses pengeringan, sortasi kering, klasifikasi mutu, pengemasan, dan penyimpanan. b. Konsep Kreatif Umum Buku Fotografi Tentang Pengolahan Teh Hitam Dalam proses pemotretan terdapat beberapa proses sampai memasuki proses layout buku.. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam proses pemotretan:
Pra Produksi Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pemotretan. dalam tahap ini adalah sebuah persiapan dalam proses produksi nantinya, dari kesiapan peralatan, kesiapan data pustaka untuk penjelasan proses pengolahan teh hitam, pengolahan jadwal saat pemotretan waktu proses pemetikan dan pengolahan pucuk daun teh hitam, hingga proses pengepakan dan penyimpanan. Produksi Tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pemotretan berdasarkan jadwal yang telah disusun pada proses pra produksi. Pemotretan dilakukan di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari Lawang Malang. Yang dimulai dari proses pemetikan daun teh, penerimaan pucuk, penimbangan pucuk, analisa pucuk, proses pelayuan pucuk, proses penggilingan, proses oksidasi enzimatis, proses pengeringan, sortasi kering, klasifikasi mutu, pengemasan, dan penyimpanan. Dalam tahap ini juga dilakukan wawancara tentang cara-cara pengolahan teh hitam yang disesuaikan dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Post Produksi Proses ini adalah proses setelah seluruh proses produksi telah dilaksanakan pada proses ini adalah proses pemilihan foto yang tepat untuk mewakili dari proses pengolahan tersebut. Dalam proses ini mayoritas dilakukan dengan proses komputer yang menggunakan software Adobe Photoshop CS2 sebagai software pengolah file foto digital yang sudah siap. Proof Print Tahap ini adalah simulasi hasil print foto dimana pada tahap ini dilakukan penyesuaian antara hasil foto yang dicetak dengan hasil foto yang tampak di komputer. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan hasil cetak yang sesuai dengan yang diharapkan. Proses produksi fotografi diatas berikutnya diterapkan dalam pembuatan buku fotografi ini. Berikut diberikan contoh hasil foto selama proses produksi berlangsung. Tipografi Ada dua jenis Tipografi yang dipilih dalam buku bergambar ini adalah model atau jenis font Sans Serif dan Script, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Sedangkan ciri dari font Jenis Script adalah huruf sambung atau script bisa juga disebut “huruf tulis tangan” (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang. Ada berbagai macam huruf script dan handwriting, mulai dari yang kuno hingga modern, dari yang agak lurus hingga miring dan amat “melingkar-lingkar”. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi
dan akrab. tipografi yang digunakan dalam perancangan buku fotografi ini terdapat 2 jenis font, yaitu Avant Garde dan UpType. Jenis tipografi tipe Avant Garde memiliki karakteristik streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Serta terlihat tegas dan jelas, yang sangat cocok digunakan sebagai font untuk memberikan informasi, dan Jenis tipografi tipe UpType memiliki karakteristik menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab serta terlihat elegan. Perencanaan Tata Desain 1. Tujuan Tata Desain Tujuan perencanaan tata desain atau biasa disebut dengan visualisasi desain adalah memperoleh media komunikasi visual sebagai bagian dari promosi dalam hal buku bergambar dan media alternatif pendukung promosi lainnya. Gaya Desain yang dipakai dalam perancangan ini adalah menggunakan gaya desain Beggarstaff, Ciri-ciri desain ini adalah tanpa hiasan dan untuk menghemat waktu proses reproduksi mereka memakai silhouette. Warna yang dipakai dibatasi menjadi hanya dua atau tiga warna dasar saja. Desain-desainnya kebanyakan asimetris dengan typeface tebal untuk mengimbangi ilustrasi. hal ini bermaksud untuk menitik beratkan daya tarik pada fotografi, tetapi tetap menggunakan penataan tulisan yang nyaman untuk dibaca. Media yang dirancang tidak terlepas dari ciri gaya desain white space atau ruang kosong pada penataan layout. Desain ruang kosong pada margin tulisan berfungsi untuk memberikan fokus untuk pembaca. Desain yang memanfaatkan secara benar sebuah ruang kosong akan sangat memudahkan pembaca dalam mencerna setiap detail pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena kerapian dan ruang yang cukup untuk konten desain sehingga tidak saling berhimpit dan terlihat penuh sesak. Konsep dari perancangan setiap media dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Buku Bergambar Konsep Cover Pada cover buku fotografi tentang proses pengolahan teh hitam di Pabrik PTPN XII (PERSERO) Kebun Wonosari. Menampilkan foto dari salah seorang pemetik pucuk daun teh yang memiliki maksud mewakili salah satu proses pengolahan teh hitam, dengan memanfaatkan ruang kosong dari foto sebagai tata letak judul buku beserta taglinenya. Foto untuk cover sengaja dibuat tampak setengah dengan tujuan agar beban daya tetap seimbang antara foto pada cover dan judul buku. Untuk punggung buku berisikan judul buku beserta taglinenya, dimaksudkan agar memudahkan pencarian buku saat berada didalam rak buku. Sedangkan untuk cover belakang dirancang dengan menggunakan foto landsape panorama kebun teh wonosari dengan latar belakang gunung Arjuna, serta adanya sinopsis singkat tentang buku fotografi ini.
Pada cover depan terdapat judul “Behind The Scent Of Tea” (Dibalik Harumnya Teh) yang ditulis menggunakan font dengan ukuran cukup besar, sehingga dapat terbaca langsung bagi orang yang melihatnya. Juga terdapat logo PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari sebagai identitas perusahaan dalam buku ini. Pada cover belakang terdapat tulisan tentang deskripsi yang menjelaskan buku secara singkat . b. Konsep Naskah Naskah dalam buku ini berfungsi untuk memberi penjelasan alur proses pengolahan Teh Hitam yang ada pada buku ini. Berikut ini merupakan naskah atau tulisan yang disajikan dalam buku bergambar ini. Halaman 1 Merupakan halaman awal dari buku. Berisi tentang Judul buku, Tagline, dan nama pengarang. Halaman 3 Berisikan kata pengantar menjelaskan tentang latar belakang PTPN XII Kebun Wonosari dan harapan penulis. Halaman 5 Di halaman 5 berisikan daftar isi dari halaman buku untuk mempermudah pembaca mencari halaman buku yang akan di baca. Halaman 9 Berisikan naskah/tulisan tentang penjelasan “Serba-serbi teh”. Isi tersebut adalah “Teh merupakan bahan minuman penyegar yang sudah lama dikenal. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa, dan aroma yang memuaskan peminumnya. Jadilah teh minuman penyegar yang nikmat.Berbekal kenyataan lama bahwa teh dipakai sebagai obat dan sarana meditasi dalam upacara ritual keagamaan, penelitian dalam dasawarsa terakhir abad 20 ini menunjukkan bukti bahwa teh dapat menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagai sarana kesehatan kebiasaan minum teh sehari-hari akan lebih bermanfaat daripada dikonsumsi secara insidentil sebagai sarana pengobatan, oleh karena itu, teh lebih cocok diarahkan sebagai minuman fungsional daripada sebagai obat. Beberapa jenis teh dapat memenuhi persyaratan minuman fungsional dan upaya yang harus ditempuh untuk menjadikan teh sebagai minuman fungsional dipaparkan dalam buku ini. Nama latin dari tanaman TEH adalah Camelia Sinensis (keluarga Camelia). Pada umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar terdapat 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara. Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk
daun muda yang baik. Secara umum teh yang berasal dari keluarga camellia sinensis ini dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan cara memprosesnya yakni :1. Teh Putih (white tea). Merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi. Pada saat proses pengeringan dan penguapan juga dilakukan sangat singkat. Teh Putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar. Disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupi seperti rambut putih yang halus. Karena proses yang lebih singkat ini kandungan katekin pada teh putih adalah yang tertinggi untuk menangkal radikal bebas lebih ampuh dibanding teh lainnya serta berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih terkenal sebagai dewa dewinya teh karena diambil dari kuncup daun terbaik dari setiap pohonnya. 2. Teh Hijau (green tea). Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih. Semua jenis teh mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena kandungan katekinya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker. Manfaat lain dari teh hijau adalah untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit. 3. Teh Oolong (oolong tea). Disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama oolong diambil dari sebuah nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Pria ini menemukan teh oolong secara tidak sengaja ketika daun teh yang dipetiknya ditinggalkan demi mengejar seekor kijang. Ketika kembali, teh itu telah terfermentasi. Legenda lain menyebutkan bahwa oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam, karena daunnya mirip naga hitam kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh. Seperti halnya teh yang lain, Teh oolong juga mempunyai khasiat sehat yang dapat membantu kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula. 4. Teh Hitam (black tea). Adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa Inggris). Teh Hitam lebih dipercaya memberikan banyak manfaat seperti : meningkatkan konsentrasi dan mencegah kantuk. 5. Teh Melati (jasmine tea). Teh melati atau disebut juga teh wangi, sangat populer di Indonesia, yaitu Teh Hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga menimbulkan aroma melati atau wangi yang khas.Menurut
hasil riset bahwa Teh Melati dapat bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol dan meyegarkan badan. ”Teh sebagai minuman fungsional” Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin , yaitu suatu kerabat tanin terkondensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi. Karena kandungan senyawa tersebut, terutama kandungan katekinnya, teh tampaknya dapat disebut minuman fungsional. Beberapa kenyataan yang dibuktikan melalui penelitian antara lain sebagai berikut. Teh akan meningkatkan sistem pertahanan biologis tubuh terhadap kanker.Teh mencegah timbulnya penyakit, seperti mengendalikan diabetes dan tekanan darah tinggi.Teh membantu penyembuhan penyakit, misalnya mencegah peningkatan kolesterol darah.Teh dapat mengatur gerak fisik tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf karena kandungan kafeinnya. Katekin teh merupakan antioksidan yang kuat dan akan menghambat proses penuaan. Karena kelima fungsi yang harus dipenuhi oleh makanan fungsional ada dalam teh, maka potensi teh menjadi minuman fungsional tampaknya tidak diragukan lagi. ”Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional” Katekin yang mendominasi kurang lebih 20% berat kering teh merupakan substansi utama yang menyebabkan teh memenuhi persyaratan sebagai minuman fungsional. Senyawa ini dikandung lebih banyak pada pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) varietas assamica dibandingkan varietas sinensis. Teh hitam lebih sedikit mengandung katekin daripada teh hijau karena dalam proses pengolahannya sengaja mengoksidasi katekin untuk memperbaiki warna, rasa, dan aromanya. Karena kondisi tanah dan iklim lingkungannya, hampir 100% tanaman teh di Indonesia adalah C. sinensis varietas assamica. Pucuk teh yang dihasilkan tanaman tersebut 80% diolah menjadi teh hitam, sedangkan sisanya diolah menjadi teh hijau. Teh hitam terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan sebagian perkebunan besar swasta, sedangkan teh hijau terutama diproduksi oleh pabrik teh swasta yang menerima pasokan bahan baku dari perkebunan teh rakyat. Sebagian perkebunan besar swasta juga memproduksi teh hijau. Hampir seluruh produksi teh hitam Indonesia diekspor dan sebaliknya hampir seluruh teh hijau dikonsumsi di dalam negeri setelah diolah lanjut menjadi teh wangi . Beberapa tahun terakhir teh hijau pun sudah memasuki pasar ekspor. Dari uraian di atas, tampak bahwa teh hijau Indonesia merupakan produk yang unik karena diolah dari pucuk teh C. sinensis var. assamica . Dibandingkan dengan teh hijau Cina, teh hijau Indonesia
berbeda bahan bakunya ( C. sinensis var. sinensis ) tetapi sama dalam proses pengolahannya, yaitu sistem panning (inaktivasi ensim dengan udara panas). Sebaliknya, teh Indonesia sangat berbeda dengan teh hijau Jepang karena berbeda bahan baku maupun pengolahannya (Jepang sistem steaming , yaitu inaktivasi ensim dengan uap panas). Karena keunikannya inilah, maka secara khusus teh hijau Indonesia diduga lebih potensial menjadi minuman fungsional. Bahkan teh hitam Indonesia yang terbuat dari C. sinensis var. assamica memiliki kandungan katekin yang lebih tinggi daripada sencha (teh hijau Jepang).” Halaman 14 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan “Sejarah singkat PTPN XII (PERSERO) Kebun Wonosari”, isi tersebut adalah “Daerah Wonosari untuk pertama kalinya di buka menjadi suatu perkebunan pada tahun 1815 -1919 oleh NV. Culltur Maatschappy Lawang. Pada tahun 1875 perusahaan Jepang Nankoku mendatangi kebun Wonosari karena akan ditanami teh dan kina. Penanaman teh dan kina di Wonosari terlaksana pada tahun 1910 – 1942. Pada masa kependudukan Jepang tahun 1942 – 1945 sebagian tanaman teh dibongkar dan diganti dengan tanaman pangan.Seusai Indonesia merdeka tahun 1945, perkebunan teh Wonosari diambil alih oleh pemerintah Indonesia dengan nama Pusat Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1950 tanaman kina yang ada di kebun dibagi menjadi dua yaitu : tanaman teh muda yang di tanam di Gebug Lor (tahun 1953 – 1962) dan tanaman teh yang tua ditanam di kebun Wonosari (tahun 1910 – 1916). Perkembangan perkebunan Wonosari terus berkembang hingga tahun 1957 Perkebunan Wonosari masuk PPN Kesatuan Jawa Timur dan pada tahun 1963 Kebun Wonosari masuk PPN Aneka Tanaman XXIII (Perusahaan Negara Perkebunan XXIII). Tahun 1972 nama PNP XXIII (Perseroan Terbatas Perkebunan XXIII) tahun 1995 PTP XXIII masuk PTP group yang ada di Jawa Timur, akhirnya pada tahun 1996 PTP XXIII masuk ke PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Kebun teh Wonosari terletak di desa Toyomarto kecamatan Singosari dan desa Wonorejo kecamatan Lawang kabupaten Malang. Kebun ini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) di jalan Rajawali 44 (kantor pusat). Adapun luas kebun Wonosari adalah 715, 1262 Ha, yang terbagi menjadi 2 bagian : 1. Afdeling (kebun) Wonosari 370,3138 Ha di desa Toyomarto kecamatan Singosari. 2. Afdeling (kebun) Gebug Lor 344,8124 Ha di desa Wonorejo kecamatan Lawang. Kebun teh Wonosari terbentang dengan ketinggian 950-1300m dari permukaan laut sehingga, tergolong perkebunan daratan sedang. jenis iklim di daerah Wonosari adalah jenis ikllim basah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh dengan curah hujan 2500mm-3500mm per tahunnya dan kelembapan udaranya 60-70% pada siang hari dan pada malam hari 80-90%. Kebun teh ini terletak di lereng gunung Arjuno
dengan jenis tanah andosol dan latosol. jenis tanah ini sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman teh karena tanah andosol dan latosol merupakan tanah yang mempunyai kandungan hara yang cukup mampu menahan air, teksturnya sedang (lempung) dan tergolong tanah yang gembur.” Halaman 19 Berisikan naskah/tulisan tentang penjelasan “Proses Pengolahan Teh Hitam”. Isi tersebut adalah “Proses produksi teh hitam CTC Wonosari di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) tergolong proses produksi dengan system semi-kontiyu. Proses pengolahannya sebagian besar dilakukan secara berkelanjutan (penggilingan, oksidasi enzimitas, pengeringan, dan sortasi kering), kecuali pada proses pelayuan pucuk teh yang dilakukan secara terputus-putus dan masih memerlukan tenaga manusia di dalamnya. Bahan baku yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari adalah pucuk teh yang masih segar, shingga dihasilkan teh hitam yang dikemas dalam paper-sack dengan berbagai jenis mutu. Proses pengolahan teh hitam di Indonesia secara umum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu dengan system orthodox dan CTC ( Crushing, Tearing, dan Curling). Pada awal berdirinya PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari, proses pengolahan teh hitam berlangsung secara orthodox. Tetapi, sejak tahun 1996 proses pengolahan teh hitam Wonosari di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) berlangsung secara orthodox dan CTC, hingga pada tahun 2005 barulah menggunakan metode CTC saja. Pucuk teh adalah bahan baku dalam proses pengolahan teh, baik teh hitam, teh hijau maupun teh wangi serta jenis teh olahan lainnnya. Sebagai bahan baku, pucuk teh harus bermutu tinggi sehingga dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, mutu pucuk teh harus diusahakan dan diperhatikan agar tetap tinggi. Tinngi rendahnya kualitas pucuk teh di pengaruhi oleh penanganan pucuk daun teh di PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Wonosari dimulai dari pemetikan di kebun, pengumpulan dan penyimpanan serta pengangkutan sampai pabrik. Halaman 21 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Pemetikan”, Isi tersebut adalah “Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan pucuk daun teh yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari merupakan jenis petikan medium. Pada petikan tersebut, memiliki komposisi minimal 70% pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus dan 20% pucuk kasar. Jenis petikan pucuk daunt eh harus diperhatikan dengan baik, karena semakin banyak jumlah pucuk kasar maka semakin banyak pula daun tua. Semakin banyak daun tua, maka kualitas produk teh yang dihasilkan menjadi semakin menurun. Banyaknya pucuk halus juga akan berpengaruh terhadap proses
produksi teh hitam. Semakin banyak jumlah pucuk halus maka semakin sedikit pucuk daun teh berpengaruh terhadap proses produksi teh hitam. Semakin banyak jumlah pucuk halus maka semakin sedikit pucuk daun teh yang dipetik sehingga produk teh yang dihasilkan akan menjadi lebih sedikit dan harganya akan menjadi lebih mahal. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh pucuk daun teh yang sesuai dengan syarat-syarat pengolahan, yaitu : 1. pemetikan pucuk dilakukan dengan menggunakan dua jari dan tidak diperbolehkan merampas atau menarik daun teh tersebut. Cara pemetikan tersebut harus diperhatikan karena pemeitkan secara kasar menyebabkan daun menjadi terlipat ataupun sobek sehingga dapat memicu terjadinya oksidasi enzimitas. Oksidasi enzimitas yang terjadi pada katekin daun teh menyebabkan daun berwarna merah. Daun berwarna merah tersebut akan menurunkan kualitas produk teh yang dihasilkan. 2. Genggaman pucuk di tangan tidak terlalu banyak. Genggaman yang terlalu banyak dapat menyebabkan pucuk daun teh menjadi memar sehingga memicu terjadinya oksidasi enzimitas awal yang tidak diharpkan. Oleh karena itu hasil petika pucuk harus segera dimasukan dalam penampung pucuk berupa keranjang. 3. Hasil petikan pucuk dimasukan dalam keranjang harus sesuai dengan kapasitas keranjang sebanyak 10 kg pucuk. Jika pucuk daun yang ditampung lebih dari 10 kg maka dapat menyebabkan daun menjadi memar sehingga menyebakan oksidasi enzimitas awal yang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas produk jadi yang dihasilkan”. Halaman 27 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Penerimaan Pucuk Teh dan Penimbangan Pucuk Teh”, Isi tersebut adalah “Penerimaan Pucuk Teh. Pucuk teh yang dihasilkan oleh perkebunan Wonosari akan dikirim ke pabrik dengan menggunkan truk. Sesampainya di pabrik pengolahan teh Wonosari akan dilakukan tahapan penerimaan pucuk, yang diawali dengan penimbangan pucuk teh yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan baku untuk proses pengolahan teh hitam. Tahapan penerimaan pucuk teh yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hasil produksi basah dan mutu pucuk dari afdeling. Perlu diketahui bahwa pucuk teh yang diterima oleh pabrik ini merupakan faktor penting yang sangat menentukan kualitas produk teh yang dihasilkan nantinya. Dimana kualitas produk teh yang dihasilkan ini ditentukan oleh 60% pucuk teh yang dihasilkan dan 40%-nya ditentukan dari proses pengolahan. Penimbangan Pucuk Teh. Pucuk teh yang diterima oleh pabrik telah dimasukan dalam karung rajut dengan kapasitas masing-masing 15 kg, dan telah diberi label yang berisi mandor yang menanganinya. Selanjutnya, dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat total pucuk teh basah yang didapatkan, dengan cara meletakan rajut secara bertumpuk (maksimal 4 rajut) dalam timbangan yang dilakukan secara berulang, sehingga berat total pucuk teh basah yang masuk ke pabrik
dan digunakan untuk proses pengolahan dapat diketahui. Pucuk teh yang telah ditimbang tersebut diangkut dengan mono rail (maksimal 3 rajut untuk masing-masing mono rail)”. Halaman 32 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Pelayuan Pucuk Teh”, Isi tersebut adalah “Pelayuan (Withering), Proses pelayuan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari berlangsung dalam withering trough (kapasitas 700kg) selama 12-16 jam dengan suhu sekitar 27oC dengan perbedaan higrometik 3-4oC. Di dalam masing withering trough terdapat keranjang contoh. Saat pengisian pucuk teh dalam withering trough, dilakukan pula pengisian pucuk teh dalam keranjang contoh denag berat 1% dari berat pucuk teh yang dimasukan ke dalam withering trough tersebut. Setiap dalam 2 jam sekali, dilakukan pengamatan suhu dan kelembapan udara menggunkan thermometer kering dan basah (Dry and Wet) yang terdapat di dalam masing-masing withering trough, dan juga dilakukan pengukuran kadar air pucuk dengan mengambil sampel dari keranjang contoh dan dianalisa dengan alat moisture analyzer hingga diperoleh derajat layu pucuk 30-33o%”. Halaman 36 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Analisa Pucuk Daun Teh”, Isi tersebut adalah “Analisa pucuk teh di pabrik dikenal dengan sebutan analisa potes. Dari pucuk teh yang masuk ke pabrik teh yang masuk ke pabrik, akan dilakukan pengambilan sejumlah sampel (sampling) untuk mengetahui persyaratan (m.s) dan tidak mengetahui syarat (t.m.s), yang dinyatakan dalam presentase (%). Pabrik pengolahan teh hitam Wonosari menetapkan bahwa pucuk teh yang diterima harus mencapai 63% m.s (memenuhi syarat). Analisa potes didasarkan pada prinsip bahwa daun yang tua memiliki kandungan serat yang tinggi, sehinga tidak dapat di potes sedangkan daun muda dapat dipotes. Untuk analisa potes diambil sampel sebanyak 250 g, kemudian dilakukan pemotesan untuk mengetahui apakah dau pucuk teh tersebut tergolong tua atau muda. Sampling untk analisa potes dilakukan secara acak dari masing-masing withering trough yang merupakan pucuk teh dari masing-masing mandor. Selanjutnya, dilakukan klasifikasi dan penimbangan pucuk teh yang memenuhi syarat (daun muda), tidak memenuhi syarat (daun tua) serta daun yang memar dan rusak (standar 5%). Analisa pucuk(potes) ini bertujuan : a) Menilai kondisi pucuk yang akan diolah. b) Menentukan harga pucuk c) Memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan. Halaman 39 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Penggilingan Pucuk Daun Teh”, Isi tersebut adalah “Proses penggilingan Pucuk yang telah mencapai derajat layu 30-33%, selanjutnya akan diangkut dengan kereta dorong ke ayakan pucuk layu yang dinamakan green leaf sifter (kapasitas 1500 kg/jam) dengan
ukuran 4 mesh. Green left sifter yang dilengkapi dengan magnet berfungsi untuk memisahkan pucuk dari berbagai kotoran yang tercampur dengan pucuk yang dilakukan, seperti pasir, kerikil, paku dan benda-benda lainnya yang dapat menyebabkan lebih cepat tumpulnya pisau/gigi pada gilingan CTC atau macetnya putaran roller CTC. Untuk menjamin kesinambungan dan stabilitas volume pucuk yang digiling maka Grean Leaf Sifter dilengkapi dengan Feed Conveyor Belt yang dipasang dengan kemiringan 30%. Conveyor ini dilengkapi dengan sirip-sirip agar pucuk layu mudah terangkut dan spreader/garpu untuk agar jumlah pucuk terangkut secara merata. Proses penggilingan dilakukan untuk memperoleh partikel daun yang lebih kecil dan terutama untuk memberikan “kesempatan” pada oksidasi (dalam vakuola sel) untuk bertemu dengan polifenol yang ada dalam daun, sehingga diperoleh theaflavin dan thearubigin yang merupakan faktor penentu mutu teh. Ruang proses penggilingan harus berada pada suhu sekitar 21-26oC denganRH, ruangan dilengkapi dengan disc humidifier. Setelah melewati green left sifter, pucuk teh akan masuk ke dalam gilingan persiapan dengan menggunakan Rotorvane 15”. Tujuan dari gilingan persiapan adalah agar penggilingan pada gilingan CTC dapat berjalan lebih efisien. Mesin giling di CTC di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari memiliki 3 macam roll, yaitu roll 1 (8 TPI). Roll 2 (10 TPI), roll 3 (10 TPI). Kapasitas dari masing-masing roll adalah 1000-1500 kg/jam. Alat tersebut diberikan tekanan dengan ketentuan yang dinyatakan dengan arus listrik dalam satuan ampere (A) dengan nilai sebesar 15-20 A. mesin giling CTC dapat menghancurkan daun dengan sempurna sehingga hampir seluruh sel daunnya pecah, yang selanjutnya akan menghasilkan senyawa polifenol hasil oksidasi enzimatis lebih bayak. Selanjutnya dengan bantuan confeyor, hasil dari penggilingan tersebut masuk ke alat yang dinamakan googie. Googie ini dapat menangkap tangkai daun teh, dimana tangkai daun teh tersebut akan menempel pada googie . pucuk teh yang lolos ini selanjutnya akan masuk ke dalam proses oksidasi enzimatis. Halaman 48 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Oksidasi Enzimatis”, Isi tersebut adalah “Oksidasi Enzimatis Proses oksidasi enzimatis bertujuan untuk menghasilkan rasa, aroma, dan warna yang diinginkan setelah menjadi teh kering. Selama proses oksidasi enzimatis ini, akan terjadi proses oksidasi enzimatis menggunakan fermenting machine (kapasitas 1400kg) yang terdiri dari 5 tingkat. Pada umumnya proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 90 menit. Jika pelayuan teh kurang, maka proses oksidasi enzimatis akan berlangsung lebih lama. Sehingga untuk itu lamanya proses oksidasi enzimatis harus diatur dan dikendalikan”.
Halaman 50 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Pengeringan”, Isi tersebut adalah “Pengeringan Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan reaksi oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air partikel bubuk teh (3-4%). Proses pengeringan teh hitam berlangsung sekitar 20 menit. Pengeringan ini menggunakan alat vibro fluid bed dryer (kapasitas 300-350 kg/jam) yang dilengkapi dengan heater yang bersuhu 120-140oC (suhu inlet). Selama proses pengeringan dilakukan pengontrolan kemaksakan bubuk dengan mengendalikan suhu antara 80-95oC. Suhu partikel bubuk teh yang keluar dari mesin pengering (suhu outlet) sekitar 40-50oC yang diperoleh dengan mengatur ketebalan bubuk selama proses pemasakan bubuk. Pengeringan dengan vibro fluid bed dryer selalu mengeluarkan debu yang banyak (blow out), sehingga dipasangkan cyclone dust collector. Pada akhir proses pengeringan dilakukan analisa kadar air, dan setiap 1 jam sejak proses pengeringan dimulai dilakukan sampling atau cup test. Kadar air partikel bubuk teh yang keluar dari mesin pengeringan berkisar antara 3-4% yang selanjutnya dengan bantuan conveyor masuk ke alat sortasi. Cup test dilakukan untuk analisa aroma dan rasa hasil pengeringan partikel teh”. Halaman 53 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Sortasi Kering dan Klasifikasi Mutu”, Isi tersebut adalah “Sortasi kering dan klasifikasi mutu dilakukan untuk mengelompokan jenis mutu berdasrkan ukuran partikel sesuai dengan permintaan pasar. Alat sortasi kering teh CTC Wonosari terdiri dari jumbo extractor (kapasitas 600 kg/jam), mydleton sifter, trinick I dan II. Masing-masing jumbo fibre evtrator dilengkapi dengan 6 roll. Roll ini terbuat dari bahan PVC yag berfungsi untuk memisahkan partikel teh dengan serat yang ringan, seperti tangkai. Tangkai ini akan dikeluarkan, di tampung dalam drum tersendiri, dan digolongkan dalam mutu local (TW dan “pluf”). Selanjutnya, hasil partikel teh yang lolos akan dilewatkan elevator , masuk ke holding tank (kapasitas 1000kg) dan ditampung hingga penuh. Partikel teh yang ditampung di holding tank akan melalui mydleton sifter yang memiliki lubang-lubang dengan diameter 4mm (halus) dan 5mm (kasar). Partikel yang lolos 4mm, akan masuk ke trinick I, sedangkan yang lolos 5mm akan masuk ke trinick II. Teh hitam CTC Wonosari diklasifikasikan menjadi 2 kelas mutu, yaitu mutu I dan mutu II. Mutu I terdiri BP1, PD, PF1, dan Dust 1 (D1) yang diproduksi sekitar 75-80% total produksi. Sedangkan, mutu II terdiri dari fanning (fann), dust 2 (D2), dan dust 3 (D3) yang diproduksi sekitar 15% dari total produksi. Disamping itu, terdapat pula TW dan “Pluf” yang tergolong mutu local dan produksinya tidak lebih dari 5% total produksi. Oleh karena itu, produksi utama teh hitam CTC Wonosari (sekitar 95% dari total produksi) didistribusikan untuk
konsumen luar negeri, terutama Negara Amerika, Malaysia, Kanada, Australia, Inggris, dan Korea. Halaman 59 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Pengemasan”, Isi tersebut adalah “Proses pengemasan yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari merupakan salah satu faktor penentu kualitas akhir teh hitam yang akan sampai ke tangan konsumen. Pengemasan ini bertujuan untuk menjaga teh hitam dari kontaminasi sekitar. Pengemas yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari adalah paper sack. Proses pengemasan teh hitam PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari adalah sebagai berikut : a. bubuk teh yang dimasukan dalam peti miring (kapasitas = 1000kg). pemasukan dalam peti miring ini bertujuan untuk memudahkan proses pengemasan dan dapat melindungi teh hitam dari kontaminasi sekitar. Dengan peti miring teh dapat tertampung dengan baik sebelum dikemas karena peti miring merupakan alat penampung sementara untuk bubuk teh hitam. Perkebunan Wonosari mempunyai 7 peti mering untuk berbagai macam mutu ekspor (BP 1, PF 1, PD, Fann, D1, D2 dan D3). Setelah teh hitam tertampung dalam peti miring maka dilakukan pembukaan kleep peti miring. b. Melewati conveyor teh hitam akan menuju waterfall. Dalam waterfall, akan dihilangkan debu-debu yang ada dalam teh hitam. c. Dengan conveyor teh hitam menu pre packer. Pre packer memiliki kapasitas 400kg. dalam pre packer bubuk teh tersebut akan diyak ulang dan dipisahkan antara bubuk teh dengan serat. d. Selesai dari pre packer, teh hitam masuk dalam conveyor untuk dibwa menuju tea bulker. Tea bulker ini mempunyai kapasitas 3000kg. Pada tea bulker dilakukan pencampuran bubuk teh hitam dalam satu jenis mutu agar homogen. Jika pencampuran tersebut tidak mengahasilkan bubuk teh yang homogen maka teh hitam tersebut dikembalikan ke peti miring supaya homogen. e. Teh hitam yang telah homogen menuju conveyor untuk dibawa ke tea packer. Dilakukan pengisian bubuk teh ke dalam paper sack memiliki berat yang berbeda-beda, setelah teh hitam masuk paper sack maka penutupan paper sack dengan menggunakan selotip. Halaman 65 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan proses “Penyimpanan”, Isi tersebut adalah “Teh hitam yang telah dikemas dalam paper sack akan langsung disimpan dalam gudang. Fungsi gudang adalah tempat untuk menyimpan barang. Proses penyimpanan yang dilakukan oleh Perkebunan Wonosari ini dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan trolly. Sebelum paper sack masuk gudang maka dilakukan penataan paper sack dalam lemari pallet yang beralaskan pallet. Dalam 1 pallet tersusun atas 20 paper sack atau yang biasa disebut 1 chop. Tujuan penataan ini adalah mempermudah pengambilan teh hitam yang akan dipasarkan.
Gudang penyimpanan teh hitam memiliki lantai yang terbuat dari ubin yang rata tetapi tidak licin, memiliki dinding yang rata, penerangan dalam gudang cukup baik, terdapat ventilasi udara yang cukup dan dinding berwarna terang (putih) sehingga mudah untuk dibersihkan. Untuk menghindari kontaminasi sekitar (misal:debu) maka paper sack ditutup dengan plastik sungkup. Dengan plastik sungkup maka paper sack bisa terlindungi. Dalam gudang penyimpanan terdapat ultrasonic untuk menghindari kontimanasi dari insekta dan rodentia. Halaman 76 Narasi pada halaman ini berisikan tentang penjelasan Profil diri dari Penulis, Isi tersebut adalah “Rahmat Hidayat, lahir di kota Sorong, Papua pada tahun 1988, tertarik dengan dunia desain komunikasi visual dan Fotografi setelah lulus dari sekolah menengah atas. Bakat desain dan fotografi semakin terasah sejak memasuki lingkungan kuliah di Desain Komumunikasi Visual, Universitas Negeri Malang dan sampai sekarang masih tetap mengasah kemampuannyadalam dunia desain dan Fotografi. Fan Page,Fb: Hida Sheriff, Twitter: @HidaRonkz”. 2. Poster Dimensi : A3 32 x 48.8 cm art paper 3. X-Banner Dimensi : 160 x 60 cm 4. Post Card Dimensi : 12 x 17 cm Art Paper KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari beberapa pokok bahasan di atas dapat disimpulkan: 1. Buku yang dihasilkan memberikan gambaran kepada target audience tentang proses pengolahan Teh di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari. 2. Buku fotografi tentang Pengolahan Teh ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Buku fotografi yang terdiri dari 76 halaman full colour dengan format buku ukuran 22 cm x 23 cm. Menggunakan Mesin cetak Digital Printing Laser. Bahan/kertas yang digunakan adalah Art Paper 160g Isi yang diangkat dalam buku fotografi ini adalah fotografi tentang proses pengolahan Teh di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari. Tujuan perancangan buku ini adalah mengenalkan kepada masyarakat tentang proses pengolahan Teh khususnya Teh Hitam di Pabrik PTPN XII Kebun Wonosari dalam media buku . Kelebihan dan Kekurangan a. Kelebihan Buku Perancangan ini : 1. Buku merupakan media kepustakaan yang cukup relevan untuk mencari data yang di butuhkan. 2. Mudah penyimpanannya dan sewaktu-waktu diperlukan mudah dicari.
3. Buku merupakan referensi ataupun sebagai sarana bertukar pendapat dalam menentukan pendapat atau opini baik perorangan maupun kelompok. 4. Buku juga merupakan catatan memori tersendiri sesuai dengan bahasan yang terkandung didalamnya. 5. Buku merupakan barometer/tolak ukur sejauh mana kapasitas disiplin ilmu yang penulis miliki. b. Kekurangan Buku Perancangan ini : 1. Mengingat bahan baku buku adalah kertas sehingga tidak menutup kemungkinan adanya mudah rusak, bisa robek, mudah terbakar, ataupun basah karena terkena air, juga adanya serangga binatang seperti rayap atau semut. 2. Mengingat adanya kemajuan teknologi. Buku memang tidak up to date atau tergolong kuno bila di bandingkan dengan Ebook atau buku digital. 3. Khusus buku yang penulis sajikan kali ini, kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari arti sempurna, semua ini dikarenakan masih sangat terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki, hal yang lain karena keterbatasan ruang waktu untuk bergerak, dan penulis menyadari pula bahwa kesempurnaan itu adalah mutlak hanya untuk ALLAH SWT. Beberapa media pendukung yang digunakan sebagai sarana promosi launching ini antara lain adalah : 1. Poster Pada media ini unsur fotografi merupakan daya tarik utama . 2. X banner Media ini berguna sebagai pendukung dalam pameran. 3. Post Card Media ini juga berguna sebagai pendukung dalam pameran. Saran 1. Buku fotografi tentang Pengolahan Teh ini adalah untuk umum tanpa adanya batasan gender, usia, dan latar belakang lain, sehingga diharapkan buku ini mampu memberikan wawasan atau image positif kepada masyarakat seluasluasnya tentang proses pengolahan Teh, karena buku ini memiliki daya tarik dalam unsur fotografi dan informasi yang terkandung didalamnya. 2. Buku fotografi tentang Pengolahan Teh ini patut dijadikan sebagai media informasi dan media pembelajaran sebagai tambahan pengetahuan umum, khususnya tentang Pengolahan Teh Hitam. 3. Dari sedikit pengalaman yang penulis dapatkan, penulis menyarakan kepada pembaca dan rekan-rekan akademika jika ingin melakukan penelitian, observasi, yang berhubungan dengan pencarian data disebuah instansi atau lembaga, diharapkan menyiapkan hal-hal yang berkaitan dalam pencarian data tersebut misalnya seperti : 1. Pastikan surat ijin dan syarat-syarat lain untuk penelitian dibawa dan lengkap. 2. Buat Jadwal yang tetap dan pasti sebelum melakukan kegiatan observasi, karena jika kita tidak merencanakan dengan benar, akan banyak permasalahan yang akan dihadapi dilapangan.
3. Bila ingin memotret, buat catatan kecil tentang hal-hal apa saja yang akan diambil pada saat pemotretan. 4. Jangan menunda-nunda waktu atau kesempatan yang dimiliki. 5. dan yang terakhir, jaga kesehatan diri kita karena apabila kita jatuh sakit apa yang telah kita rancang akan gagal. Serta tak lupa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kelancaran mulai dari awal hingga akhir untuk kegiatan kita.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cinta Ajidharma, Senogumira. 2006. Kisah Mata ,Fotografi Antara Dua Subyek. Yogyakarta:Galang Press Ardjaka, Sugiyono, Drs. M.Sc. 2004. Metodologi Desain Bagian 1. Malang: Universitas Negeri Malang. Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Kriyantono, Rachmat. 2008. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana-Prenada Media Group. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Somantri, Ratna. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nuradi.1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pujiyanto. 2001. Berkreatifitas Dalam Menentukan Huruf dan Tipografi. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2006. Metode Perancangan Perancangan. Yogyakarta : Dimensi Press
Komunikasi Visual
Sachari, Agus. 1986. Paradigma Desain Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali. Sarwono, Jonathan. & Lubis,Hary. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis Untuk Periklanan. Yogyakarta: Andi Offset.
Soelarko, R.M. 1984. Fotografi Untuk Pelajar. Jakarta: Bina Cipta Tim Penyusun Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang. Zulkifli, L. 1988. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Remaja Karya. Website: http://www.agro-ptpn12.com/main/index.php http://www.ptpn12.com/site/ http://www.magnumphotos.com http://www.primaimaging.com/events.php?section=scene&scene_id=10 http://psd-tutorial.com/klasifikasi-font/ http://dewey.petra.ac.id/dts_directory_subdir.php?kode=778 http://bejjobajjol.wordpress.com/2010/01/03/kebun-teh-wonosari/
http://photography-on-the.net/forum/showthread.php?t=256447 http://www.photokunst.com/artists-photographers.php http://dgi-indonesia.com http://www.joeyl.com/blog/ http://www.strobist.blogspot.com/ http://www.desainstudio.com/2010/05/pentingnya-white-space-ruangkosong.html http://en.wikipedia.org/wiki/White_space_%28visual_arts%29 http://en.wikipedia.org/wiki/Portrait_photography http://id.wikipedia.org/wiki/Potret http://webdesigntuts.com/web-design/using-white-space-effectively-in-design/ http://www.focusnusantara.com/articles/memahami_white_balance http://indophoto.multiply.com/journal/item/30 http://belajarfotografi.com/memahami-pengertian-white-balance