KONSEP MONOTEISME DALAM LEMBAGA PELAYANAN BARUKH MINISTRY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)
Oleh:
SELLY ALAMSYIANI PUTRI 103032127703
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
KONSEP MONOTEISME DALAM LEMBAGA PELAYANAN BARUKH MINISTRY
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
SELLY ALAMSYIANI PUTRI 103032127703
Di bawah Bimbingan,
PROF. DR. KAUTSAR AZHARI NOER NIP. 150 209 685
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Konsep Monoteisme dalam Lembaga Pelayanan Barukh Ministry”, telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 19 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Jurusan Perbandingan Agama. Jakarta, 19 Februari 2007
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Hamid Nasuhi, M.A. NIP. 150 241 817
H. Maulana, M.A. NIP. 150 293
Penguji I,
Penguji II,
Dra. Hermawati, M.A NIP. 150 227 408
Drs. M. Nuh Hasan, M.A NIP. 150 240 090
Di Bawah Bimbingan, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer NIP. 150 209 685
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, demikian kata yang pertama kali terucap sebagai tanda puji syukur Ke Hadirat Allah S.W.T, yang berkat Rahmat-Nya yang Maha Luas tak kenal batas, Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. i) dalam bidang studi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah atas Sayyidina Wa Habibina Muhammad S.A.W, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia dan taat hingga akhir zaman. Skripsi ini membahas tentang Konsep Monoteisme dalam Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, sebagai hasil studi lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan. Selesainya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari peranan orang-orang di sekitar Penulis dan juga bimbingan serta bantuan dari banyak pihak yang dengan penuh ketulusan memberikan kritik, saran dan inspirasi hingga akhir penulisan. Semoga Allah menjadikannya amal jariah bagi yang bersangkutan menjadi pahala yang didasari dengan penuh keikhlasan. Penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu Penulis baik secara moril maupun materil, sehingga penyusan skripsi inii dapat terselesaikan dengan baik. Selanjutnya perkenankan Penulis menghaturkan untaian terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Orang tuaku Ayahanda Sam Alamsyah dan Ibunda Eha Juleha, yang tak hentihentinya memberikan yang terbaik untuk Penulis, penulisan skripsi ini Penulis persembahkan untuk kalian. Semoga Allah senantiasa menyayangi kalian di dunia dan di akhirat. 2. Bapak Prof. DR. Kautsar Azhari Noer, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, kritik dan motivasi yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA, Dekan Fakultas Ushuluddun dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA, dan Bapak Maulana, MA, sebagai Ketua dan Sekertaris Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang mendampingi, mengajar dan mendidik Penulis dari awal hingga akhir studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Abuna Andreas Kemal sebagai Pemimpin Barukh Ministry dan Bunda Diana Lazarus selaku sekretaris dari Barukh Ministry, yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, terima kasih untuk seluruh informasinya mengenai konsep monoteisme dalam Barukh Ministry 7. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan untuk seseorang yang telah mengisi hari-hari indah Penulis pada masa perkuliahan hingga menjelang wisuda,
sehingga penuh dengan warna dan memberikan segenggam harapan untuk langkah-langkah pada masa yang akan datang. 8. Sobat-sobat terbaikku dimanapun kalian berada, baik di lingkungan rumah serta di lingkungan Universitas baik di tingkat jurusan maupun berbeda jurusan tanpa keterbatasan sedikitpun Penulis ucapkan terima kasih. Hal yang terpenting, bagiku kalian adalah sebuah perlengkapan kehidupan. Kalian adalah yang terbaik dan yang terindah. 9. Seluruh pihak yang karena kealpaan Penulis belum cantumkan diatas, namun tak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dan penghargaan saya serta yang telah banyak membantu dengan do’a, senyuman serta dukungan yang sangat berarti. Penulis menyadari akan kapasitas, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan akademik serta kemampuan penulisan, maka Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan memohon kritik dan saran membagun dari pembaca. Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan. Terima kasih. Bilahittaufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 1 September 2008
Selly Alamsyiani Putri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….………………i DAFTAR ISI…………………………………………….…………………….…iv
BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………...………1 B. Perumusan Masalah…........................………………...………2 C. Tujuan Penelitian……………………………………...………3 D. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan…….......……….3 E. Sistematika Penulisan…………………………………………5
BAB II :
PENGERTIAN MONOTEISME A. Pengertian Monoteisme.................………….............................7 B. Asal-usul Monoteisme...............................................................8 C. Macam-macam Monoteisme....................................................13
BAB III :
MONOTEISME DALAM BARUKH MINISTRY A. Sejarah Berdirinya Barukh Ministry…………………………15 B. Monoteisme dalam Barukh Ministry.......................................19 a. Allah, Yesus dan Roh Kudus.............................................22 b. Ke-kekalan Allah, Firman, Roh.........................................31 c. Ke-ilahian, Ke-tuhanan dan Kemanusiaan Kristus............44
BAB IV :
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………..47 B. Saran-saran……………………………………………….......49
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…51 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………..…52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ”Agama” adalah satu istilah yang hendak merangkum seluruh hal ihwal. Ia berbicara tentang Tuhan, manusia, alam, tentang Yesus, tentang iblis dan malaikat, dosa dan pahala, neraka dan surga, masa kini, masa lalu yang paling lampau dan masa depan yang tak berujung yang terpikirkan dan yang tak terpikirkan.1 Konsep agama seringkali menjadi perdebatan teologis yang tidak akan habis untuk dikaji dan dipelajari. Barukh Ministry merupakan sebuah lembaga pelayanan Ilahi Agama Kristen yang mencoba untuk merefleksikan konsep ”teologi” mengacu kepada Iman Abraham yaitu kepada Allah Yang Esa.2 Barukh Ministry yang berkantor di Jakarta Utara tepatnya di komplek Gading Griya Lestari merupakan sebuah pelayanan misi kontekstual di bawah legalitas Yayasan Beracah untuk melayani pekerjaan junjungan Agung Kristus. Barukh Ministry yang dalam bahasa Ibrani memiliki dua arti, yakni ’diberkati’ dan ’terpuji’ (Maz:118:26) terilhami dari sebuah beban pergumulan yang panjang serta kerinduan yang dalam agar lewat pelayanan Barukh Ministry dapat memberkati anak, cucu Abraham/Ibrahim untuk kepujian ADONAI yang Tauhid (Esa). 1
Sindunata, Pemimpin Majalah Basis dalam komentar Buku “Memburu Makna Agama”. Abuna Andreas Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, (Makalah, Barukh Ministry), 2006, h. 1. 2
Teologi Barukh Ministry berbeda dengan teologi Kristen umumnya. Hal tersebut dilihat dari pokok-pokok ajarannya, terutama konsep ke-Tuhanannya. Barukh Ministry mengacu kepada Monotheisme Abraham. Konsep Teologi Barukh Ministry menurut Penulis untuk dipelajari dan dikaji sebagai upaya pengkayaan makna ”Agama”. Maka dari latar belakang di atas Penulis mencoba untuk mengupas Teologi barukh Ministry dalam skripsi yang berjudul ”Konsep Monoteisme dalam Lembaga Pelayanan Barukh Ministry”.
B. Perumusan Masalah Dogma Tritunggal adalah sebuah konsep ketuhanan kekeristenan yang diimani. Sebagai satu kesatuan tiga pribadi Tuhan dalam satu Tuhan. Dokrin ini baru muncul kurang lebih sekitar tahun 325 SM yang dihasilkan oleh suatu Konsili di Nicea yang dipimpin oleh Kaisar Konstantin. Konsili ini diadakan karena adanya pertikaian teologi antara Gereja Barat yang diketuai oleh Arius dari Caesarea dan Gereja Timur disulut oleh paham Origenes yang menyatakan bahwa Yesus adalah ”setengah manusia setengah Tuhan, Tuhan kedua”, yang akhirnya dibantah oleh uskupnya Alexander dan Athanasius. Dengan adanya masalah ini ajaran agama Kristen menjadi berubah. Yang awalnya monoteisme menjadi Tritunggal. Akan tetapi, Lembaga Pelayanan Misi Kontekstual Barukh Ministry menolak ajaran Tritunggal, mereka tetap berpegang teguh pada konsep Monoteisme Abraham yang bersumber dari pengakuan Allah dan Yesus/Isa, yang kemudian menjadi sebuah perjanjian antara Allah dan
Abraham, Ishak dan Yakub, yang kemudian diilhamkan oleh Roh Kudus dan ditulis oleh Nabi dan Rasul menjadi Kitab Suci: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Oleh sebab itu, dalam kaitan dengan skripsi ini Penulis akan memfokuskan pada konsep teologi Barukh Ministry yang berpedoman pada Monoteisme Abraham. Adapun yang menjadi rumusan masalah dari studi kasus ini: bagaimana konsep teologi Monoteisme Barukh Ministry?.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini untuk mengetahui Konsep Teologi Pelayanan Misi Kontekstual Barukh Ministry. Penulis berharap melalui tulisan ini memberikan sumbangsih bagi para peminat studi Agama-agama. Tujuan penulisan skripsi ini juga sebagai kontribusi kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam meraih gelar Kesarjanaan Strata 1 (S1) di Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Metode penelitian yang digenakan dalam skripsi ini adalah pendekatan fenomenologis. Maksudnya adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan
sebagai sarana interpretasi utama untuk memahami arti ekspresi-ekspresi keagamaan.3 Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani ‘pahanomenon’ yang secara harpiah berarti ‘gejala’ atau ‘apa yang menampakan diri’ sehingga nyata bagi kita. Metode fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938) dengan semboyan: zuruck zu den sachen selbst ( kembali kepada hal-hal itu sendiri).4 Pendekatan fenomenologi mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta keagamaan dan memahami makna yang lebih mendalam, sebagaimana dimanifestasikan melalui stuktur tersebut dengan hukum-hukum dan pengertian khas.5 Bidang studinya meliputi fakta religius yang bersifat subjektif, seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan maksud-maksud dari seseorang, yang diungkapkan dalam tindakan-tindakan luar. Tujuan dari metode ini, ialah untuk menangkap makna lebih dalam dan intensionalitas dari data pengalaman religius seseorang yang merupakan ekspresi-ekspresi dari pengalaman religius dan imannya yang lebih dalam.6 Metode ini mengungkapkan wilayah spiritual dan intelektual manusia, meskipun disadari bahwa batas-batasnya mamasuki kedalaman pengalaman dari suatu jiwa religius.
3
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama), (Bandung: CV. Pustaka Setia,2000), cet. ke-1, h.55. 4 Dister Ofm, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 25. 5 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), h. 42. 6 Kahmad, Metode Penelitian Agama (Persfekif Ilmu Perbandingan Agama), h. 55.
Untuk mendapatkan sumber data dan informasi lapangan dalam penulisan skripsi ini diperoleh melalui Studi Kepustakaan atau Library Reseach dan Field Reseach. Adapun sumber-sumber primer yang dalam penulisan skripsi ini adalah: -
Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry
-
Monoteisme Abraham
-
Kembali Kepada Monoteisme Abraham
-
Kekristenan dan Ketauhidan Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham
-
Keilahiaan, Kemanusiaan, dan Ketauhidan Yesus
Field Reseach ini dilakukan dengan cara: 1. Observasi (Pengamatan Langsung), dengan teknik ini Penulis mengamati secara langsung ke Barukh Ministry untuk memperoleh data-data yang akurat tentang sejarah, peristiwa dan kondisi aktual yang berkaitan dengan teologi Monotheisme Abraham yang diyakini oleh Barukh Ministry. 2. Wawancara, Penulis mengadakan tanya jawab dengan Abuna Andreas Kemal sebagai pimpinan dari Barukh Ministry. Wawancara ini dilakukan secara langsung agar mendapatkan data-data yang sesuai dengan apa yang akan dibahas. Sedangkan penulisan skripsi ini disusun berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006/2007.
E. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini dibagi lima bagian, yaitu: BAB I :
Merupakan bab Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II :
Bab kedua membahas tentang Monoteisme secara umum, dimana di dalamnya terdapat sub bab, diantaranya adalah: Definisi Monoteisme,
Asal-usul
Monoteisme,
dan
Macam-macam
Monoteisme. BAB III :
Bab ketiga membahas tentang Monoteisme dalam Barukh Ministry, di dalamnya dibahas mengenai, Sejarah Berdirinya Barukh Ministry, Monoteisme dalam Barukh Ministry. Dalam sub bab yang kedua terdapat anak bab, yaitu: a. Allah, Yesus, dan Roh Kudus, b. Ke-Ilahian, Kemanusiaan, dan Ketuhanan Yesus Kristus, c. Dzat, Kalam, dan Hayat Qodim (Kekekalan Allah, Firman, dan Roh).
BAB IV :
Penutup yang isinya Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II PENGERTIAN MONOTEISME
A. Pengertian Monoteisme Istilah monoteisme berasal dari bahasa Yunani yaitu, Monos artinya Tunggal dan Theos artinya Tuhan.7 Istilah ini selalu dipakai dalam pertentangannya dengan Politeisme (penyembahan terhadap banyak Ilah atau Dewa). Dimana monoteisme dengan eksklusif menolak politeisme. Monoteisme
dalam
Ensiklopedia
Gereja
Mengandung
arti
iman
kepercayaan pengakuan dan penghormatan akan hanya satu Tuhan yang Maha Tinggi. Tuhan diyakini mutlak ada, kekal, Maha Kuasa, Maha Tahu.8 Pengertian monoteisme dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah Ajaran yang hanya mempercayai adanya satu Tuhan saja seperti agama Islam yang kalimat syahadatnya berbunyi: “Tak ada Tuhan selain Allah”.9 Alkitab khususnya Perjanjian Lama menceritakan bahwa monoteisme adalah Paham yang sejak semula menjadi keyakinan manusia. Namun, seiring kejahatan manusia paham ini makin ditinggalkan dan banyak orang masuk ke dalam paham Politeisme.10
7
K.A.M. Jusuf Roni, “Keberagamaan dalam Keragaman”, Artikel diakses pada 28 Agustus 2008 dari http://www.sttapostolos.ac.id/artikel/keberagamaan_dalam_keragaman.html. 8 A. Heuken. SJ, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), Vol. III, h. 187-188. 9 J.S, Badudu dan Sultan Mohammad Zain, Kamus Umum B. Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 908. 10 K.A.M. Jusuf Roni, “Keberagamaan dalam Keragaman”, Artikel diakses pada 28 Agustus 2008 dari http://www.sttapostolos.ac.id/artikel/keberagamaan_dalam_keragaman.html.
Terjemahan monoteisme dalam bahasa Arab adalah Tauhid. Tauhīd berarti satu (berasal dari kata wahid, ahad). Kata ini menyiratkan penyatuan, kesatuan atau mempertahankan sesuatu agar tetap satu. Syahadat, adalah pengakuan atau pernyataan percaya akan keesaan Allah dan bahwa Muhammad adalah nabinya. "Kalimat tauhīd" yang berbunyi: "Lailahailallah" yang berarti bahwa satu-satunya tuhan (ilah) yang pantas untuk diabdi, ditaati, disembah, diikuti ajarannya hanyalah Allah.11 Mon-əthē’izm dalam agama berarti percaya kepada satu Tuhan. Istilah tersebut bertentangan dengan ateisme (yang tidak percaya pada Tuhan) dan politeisme (percaya pada banyak Tuhan). Berbeda juga dengan panteisme, dimana paham ini percaya bahwa Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan alam, yang mempengaruhi Tuhan adalah transenden, berada di luar alam. Kadang kala panteisme berbeda dengan deisme, dimana percaya bahwa Tuhan digambarkan seperti alam, dan Tuhan disebut imanen atau dapat dijangkau oleh akal manusia.12 Tuhan dalam monoteisme adalah wujud pribadi yang dapat digambarkan, meskipun tidak dapat dipahami oleh akal manusia, kebijaksanaan, cinta kasih, dan pendekatan dalam beribadah. Tuhan berbeda dilihat dari segi impersonal, abstrak, prinsip, atau absolute. Seperti orang-orang yang menganut monoteisme, yakni filosopi Yunani (Aristoteles), Jerman (Hegel), dan Hindu (Shankara). Sesuai dengan tiga agama besar yang menganut monoteisme yakni, Yudaisme, Kristen, dan Islam-dikatakan bahwa monoteisme merupakan kepercayaan yang paling tinggi dalam agama. Akan tetapi, para ilmuan memilah 11
Artikel ini diakses pada 12 Agustus 2008 dari http://wikipedia.mobi/monoteisme. html. Lee A. Belford, “Monotheism” dalam Ruth N. Anshen, ed., Ecyclopedia Americana, vol. 19, (New York: Harper & Bros., 1952), h. 377. 12
pengertian bahwa pribadi Tuhan mengambil langkah kea rah pengertian sopistik yang absolute. Salah satunya, monoteisme telah mengambil tindakan pada intelektual dan emosionalnya untuk memuaskan jawaban banyak orang terhadap permintaan yang abadi tentang arti ada. Hal itu tidak mungkin, dikarenakan Tuhan Mahakuasa dalam penerangan kehadiran roh jahat terbatas dari penciptaaan dunia dan aturan kebijakan.13 Mon-əthē’izm dalam agama berarti percaya kepada satu Tuhan. Istilah tersebut bertentangan dengan ateisme (yang tidak percaya pada Tuhan) dan politeisme (percaya pada banyak Tuhan). Berbeda juga dengan panteisme, dimana paham ini percaya bahwa Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan alam, yang mempengaruhi Tuhan adalah transenden, berada di luar alam. Kadang kala panteisme berbeda dengan deisme, dimana percaya bahwa Tuhan digambarkan seperti alam, dan Tuhan disebut imanen atau dapat dijangkau oleh akal manusia.14 Lain halnya pengertian dalam Kamus Populer Filsafat, dikatakan bahwa Monoteisme adalah kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Esa, Yang Tunggal, berpribadi, mengatasi dunia ini, menciptakan dan mengarahkan dunia. Lawan dari politeisme, dimana kepercayaan akan adanya berbagai Tuhan atau Dewa. Lain lagi dengan panteisme: segala-galanya merupakan Tuhan, merupakan manifestasi dari Tuhan.15 Tuhan dalam monoteisme adalah wujud pribadi yang dapat digambarkan, meskipun tidak dapat dipahami oleh akal manusia, kebijaksanaan, cinta kasih, dan 13
Belford, “Monotheism”, h. 377. Lee A. Belford, “Monotheism” dalam Ruth N. Anshen, ed., Ecyclopedia Americana, vol. 19, (New York: Harper & Bros., 1952), h. 377. 15 Dick Hartoko, Kamus Populer Fisafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63. 14
pendekatan dalam beribadah. Tuhan berbeda dilihat dari segi impersonal, abstrak, prinsip, atau absolute. Seperti orang-orang yang menganut monoteisme, yakni filosopi Yunani (Aristoteles), Jerman (Hegel), dan Hindu (Shankara). Sesuai dengan tiga agama besar yang menganut monoteisme yakni, Yudaisme, Kristen, dan Islam-dikatakan bahwa monoteisme merupakan kepercayaan yang paling tinggi dalam agama. Akan tetapi, para ilmuan memilah pengertian bahwa pribadi Tuhan mengambil langkah kea rah pengertian sopistik yang absolute. Salah satunya, monoteisme telah mengambil tindakan pada intelektual dan emosionalnya untuk memuaskan jawaban banyak orang terhadap permintaan yang abadi tentang arti ada. Hal itu tidak mungkin, dikarenakan Tuhan Mahakuasa dalam penerangan kehadiran roh jahat terbatas dari penciptaaan dunia dan aturan kebijakan.16
B. Asal-usul Monoteisme Tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam percaya bahwa monoteisme menceritakan bahwa Tuhan telah menciptakan Adam, tetapi setelah berkurangnya hal kemanusiaan dalam paham politeisme. Hal tersebut ditantang oleh para ahli sejarah dan para antropolog pada abad ke-19. Beberapa ilmuan menyimpulkan bahwa ide-ide keagamaan memiliki kemajuan dari orang-orang primitif animisme. Sampai kepada puncaknya, Monoteisme Barat. Pandangan ilmuan telah mengubahnya pada sekitar abad + 20. Dimana para ilmuan telah menempatkan keberadaan monoteisme yang asli diantara orang-orang primitif. Pelbagai hal
16
Belford, “Monotheism”, h. 377.
mempertahankan individualitas ke dalam semua agama-agama yang cendrung mengarah kepada henoteisme, dimana pemujaan terhadap Tuhan yang Maha Besar diantara ke-Tuhanan yang kecil. Tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam percaya bahwa monoteisme menceritakan bahwa Tuhan telah menciptakan Adam, tetapi setelah berkurangnya hal kemanusiaan dalam paham politeisme. Hal tersebut ditantang oleh para ahli sejarah dan para antropolog pada abad ke-19. Beberapa ilmuan menyimpulkan bahwa ide-ide keagamaan memiliki kemajuan dari orang-orang primitif animisme. Sampai kepada puncaknya, Monoteisme Barat. Pandangan ilmuan telah mengubahnya pada sekitar abad + 20. Dimana para ilmuan telah menempatkan keberadaan monoteisme yang asli diantara orang-orang primitif. Pelbagai hal mempertahankan individualitas ke dalam semua agama-agama yang cendrung mengarah kepada henoteisme, dimana pemujaan terhadap Tuhan yang Maha Besar diantara ke-Tuhanan yang kecil.17 Monoteisme dan politeisme percaya akan satu Tuhan dan banyak Tuhan, seringkali
memikirkan
istilah
yang
lebih
sederhana,
misalnya
seperti
perbedaanhanya berdasarkan jumlahnya antara satu atau banyak. Sejarah agama, seringkali menunjukkan banyak fenomena dan konsep yang bertentangan dengan hal yang sederhana dalam suatu unsur. 18 Hal tersebut tidak syah, jika harus menerima sebabnya, contonya; monoteisme mengalami perkembangan pada sejarah keagamaan dibandingkan dengan politeisme.pada materi sejarah, hal tersebut tidak ada pembuktian pada 17
Belford, “Monotheism”, h. 377. Theodorus P. Van Baaren, “Monotheism” dalam William Benton, ed., Encyclopedia Britannica, (London: Knowledge in Depth, 1974), h. 381. 18
satu system kepercayaan lama dibandingkan yang lainnya, meskipun banyak para ilmuan mempengaruhi monoteisme sebagai kepercayaan terbesar, karena itu harus mengalami kedatangan yang paling tinggi. Dan lagi, satu Tuhan bukan untuk gelar dalam monoteisme tetapi Tunggal; satu Tuhan tidak menguatkan logika yang bertentangan kepada banyak Tuhan, seperti ungkapan tentang kekuasaan dan kekuatan Tuhan atau Dewa. Pemilihan salah satu diantara monoteisme atau politeisme seringkali mengalami banyak masalah, karena kedua-duanya tidak memberikan kepuasan terhadap jawaban atas semua pertanyaan yang pantas diletakkan. Kelemahan politeisme adalah melahirkan keistimewaan dalam pertanyaan yang nyata tentang pokok asli dari politeisme, padahal monoteisme sangat sukar dalam mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai keaslian roh jahat secara keseluruhan di bawah kekuasaan Tuhan yang Esa. Hal tersebut selalu membekas pada antitesis diantara banyak rupa mengenai manifestasi Tuhan dan memikirkan persatuan atau menempatkan di belakangnya. Satu atau banyak bentuk yang tidak statis kontradistifikasi; itu lebih baik diantara bersifat magnit dan dialek yang tegang. Sejarah
keagamaan
menunjukkan
bermacam-macam
usaha
untuk
mengkombinasikan persatuan dan banyak pemikiran seperti Tuhan, Dewa. Karenaitu, Kristen disebut sebagai agama yang menganut paham monoteisme, monoteisme mengasumsikan tentang Tuhan dari kebudayaan barat sudah barang tentu bernilai aksioma. Tak diragukan lagi kira-kira realitas kebudayaan barat
telah menjadi pilihan diantara monoteisme dan politeisme tetapi pada kenyataaannya hanya diantara monoteisme dan ateisme saja. Agama Yahudi dan Nasrani merupakan agama yang lebih awal mengajarkan prinsip monoteistik dibandingkan dengan agama Islam. Tradisi monoteistik pra Islam berakar pada ajaran Nabi Ibrahim abad ke-19 SM.19 Yudaisme, Kristen dan Islam merupakan agama sematik atau Ibrahimiah yang dipandang menganut Monoteisme. Islam merupakan agama termuda, tetapi kemudian Islam mengaku dirinya agama tertua, karena dilihat dari segi doktrinnya telah ada sejak Nabi Adam. Membicarakan tentang tradisi Monoteistik secara lengkap, menurut Penulis terlalu panjang untuk dibahas dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dalam skripsi ini Penulis lebih menekankan pada Asal-usul Monoteisme. Pembaruan Monoteistik berawal dari tradisi keagamaan Mesopotamia Kuno. Tradisi keagamaan tesebut dilakukan oleh Nabi Ibrahim melalui dua jalur yaitu, Yerusalem dan Mekkah. Yerusalem adalah jalur Nabi Ishak putra dari istri Nabi Ibrahim Siti Sarah, yang dari jalur inilah Yudaisme dan Kristen lahir. Jalur Mekkah dalah jalur Nabi Ismail yaitu putra dari istri Nabi Ibrahim Siti Hajar, melalui jalur Mekkah ini tradisi Ibrahimiah mewujudkan dirinya pada agama Mekkah dan Islam. 20 Dari sedikit penjelasan di atas Penulis berasumsi bahwa, untuk membahas konsep monoteisme perlu membahas agama Mesopotamia walaupun secara singkat, karena dari agama ini terlahirlah Paham monoteisme. 19
Kausar Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”. Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), Vol. 1, h. 1. 20 Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 187-188.
Agama Mesopotamia adalah agama yang meliputi kepercayaan dan praktek keagamaan orang Sumer dan orang Akkad, yang mendiami wilayah Mesopotamia. Agama tersebut berasal dari kepercayaan dan praktek keagamaan orang Sumer yang akhirnya dimodifikasi oleh orang Akkad.21 Seiring jalannya waktu agama Mesopotamia mengalami perubahan dan perkembangan. Perkembangan tersebut membentuk suatu tradisi Mesopotamia yang dari segi esensinya seragam koheren. Salah satu agama Mesopotamia adalah agama Sumeria. Dalam agama tersebut mempunyai sejumlah Tuhan. Tuhan-Tuhan mereka adalah personifikasi kekuatan alam dalam berbagai bentuk. Maka tidaklah heran Tuhan dalam orang-orang Sumer banyak namanya, seperti: Anu, Enlil, Engki. Tuhan lain yang dianggap penting oleh orang-orang Sumer adalah, Ki (Tuhan yang dihubungkan dengan Bumi dan dilukiskan dengan kesuburannya yang pasif).22 Selain Tuhan yang disebutkan di atas orang Sumer mempunyai tiga Tuhan langit, yaitu: Nanna (Tuhan Bulan), Uttu (Tuhan Matahari), dan Inanna (Ratu Khayangan). Agama Mesopotamia lainnya adalah agama Babilonia. Agama Babilonia hampir seluruhnya berasal dari agama Sumeria. Tuhan-tuhan yang dipuja oleh orang Sumer tetap dipertahankan, tetapi kedudukkan Tuhan tersebut diturunkan dan diabaikan. Orang-orang Babilon mempercayai suatu panteon yang terdiri dari
21 22
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 41. Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 42.
Tuhan. Tuhan yang berbentuk manusia tetap melebihi manusia yang bersifat imortal.23 Sama halnya dengan orang-orang Sumer, orang-orang Babilonpun mengenal banyak Tuhan yaitu, Tuhan Marduk yang kedudukannya sebagai pemimpin semua Tuhan, Tuhan Ea, Tuhan Kebijaksanaan mantra-mantra, jampijampi, Tuhan Syamasi dan sebagainya. Pembaruan Monoteistik tradisi Mesopotamia oleh Nabi Ibrahim pada abad ke-19 SM, tidak diterima oleh masyarakat Mesopotamia. Perjuangan Nabi Ibrahim menyebarkan visi Monoteistik membuat Raja Namrut (Nimrot) dari Ur marah dan menghukumnya dengan dibakar dalam api besar. Namun Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Tuhan dari hukuman tersebut. Akhirnya, Nabi Ibrahim dan keluarganya keluar dari Mesopotamia. Tetapi, orang-orang Mesopotamia tetap menyembah banyak Tuhan. Setelah nabi Ibrahim keluar dari Mesopotamia, nabi Ibrahim bersama keluarganya memasuki padang pasir sebagai migran, dan berpindah menuju daerah lain. Pengembaraan nabi Ibrahim bersama keluarganya menurut sejarah cikal bakal lahirnya agama monoteisme pertama yaitu agama Yahudi kemudian dilanjutkan kepada agama Nasrani dan Islam. Dari penjelasan singkat tentang tradisi monoteistik di atas Penulis mencoba membuat suatu konsep monoteisme dalam kerangka tiga agama (Yahudi, Nasrani, Islam) yang diklaim sebagai agama Samawi.
23
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 42.
Penulis berpendapat, konsep monoteisme tiga agama mempunyai latar belakang yang sama. Yaitu terlahir dari sebuah pengalaman keagamaan bangsa Mesopotamia yaitu orang-orang Amori. Contohnya kita dapat melihat antara Yudaisme dan Orang Amori. Orang Amori telah mengembangkan suatu konsep monoteistik sebagai dasar bagi tuntutan mereka terhadap suatu pemerintahan tunggal empat sudut dunia dan kewarganegaraan yang sama bagi semua umat di bawah hukum Ilahi yang diumumkan secara resmi oleh raja negara dunia, Hamurabi. Namum konsep monoteistik tersebut dicampuri oleh paham yang syirik. Begitu juga dengan Ibrahim yang melanjutkan tradisi tersebut mempebarui konsep monoteistik yang telah dikembangkan tersebut. Ibrahim berusaha untuk menghilangkan segala kepercayaan yang berbau syirik yang mengakibatkan beliau dan pengikutnya keluar dari Ur. Dari sini kita dapat melihat bagaimana kesamaan konsep monoteistik antara orang Amori dan nabi Ibrahim. Doktrin yang paling esensial dalam Yudaisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah transennden. Semua orang Yahudi adalah satu dalam kepercayaan ini meskipun berbeda kebudayaa, periode dan sekte. Tuhan adalah pencipta alam semesta, sumber segala wujud. Monoteisme Yahudi adalah monoteisme transenden dan etis. Tuhan bukan hanya satu dan transenden, tetapi Dia berhubungan pula dengan manusia. Agama Kristen boleh dikatakan sebagai agama monoteisme kedua setelah agama Yahudi yang mempunyai latar belakang dari ajaran Ibrahim. Agama Kristen lahir dari sebuah sekte Yahudi. Orang Kristen pada awalnya merupakan bangsa Yahudi yang pada akhirnya melepaskan diri dari Yudaisme tanpa
menghilangkan ciri-ciri asal Yahudi. Istilah “Kristen” berasal dari kata Yunani Christos sebagai terjemahan istilah Ibrani Mesias, yang digunakan oleh orangorang Yahudi untuk menunjukan penyelamat nasional yang mereka harapkan. Kemudian isilah Mesias diterjemahkan kepada al-Masih untuk menyebut Yesus dari nazaret (Nasrani) yang kemudian kita kenal dengan agama “Nasrani”. Sedangkan agama Islam dilihat dari urutan merupakan agama ketiga yang mengembangkan konsep monoteistik. Agama Islam secara ideologis menurut alFaruqi merupakan suatu kelanjutan tradisi Mesopotamia Kuno dan suatu rekristalisasi Yudaisme dan Kristen. Islam melanjutkan kembali tradisi monoteistik Abraham. Dari penjelasan di atas jelaslah ketiga agama tersebut mempunyai tradisi dan konsep monoteisme yang sama yaitu dari sebuah pergumulan sejarah yang panjang. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, konsep monteisme merupakan keinginan manusia untuk menyembah kepada Tuhan yang dianggap oleh mereka Esa jauh dari asosiasionisme (syirik) atau politeisme. Ketiga agama Yahudi, Kristen, Islam mengakui adanya Tuhan sendiri dan mengakui nabi serta kitabkitab yang diwahyukan pada agama mereka masing-masing. C. Macam-Macam Monoteisme Terdapat berbagai bentuk kepercayaan Monoteisme, termasuk:24 •
Teisme, istilah yang mengacu kepada keyakinan akan tuhan yang 'pribadi', artinya satu tuhan dengan kepribadian yang khas, dan bukan sekadar suatu kekuatan ilahi saja.
24
Artikel ini diakses pada 12 Agustus 2008 dari http://wikipedia.mobi/monoteisme. html.
•
Deisme adalah bentuk monoteisme yang meyakini bahwa tuhan itu ada. Namun demikian, seorang deis menolak gagasan bahwa tuhan ini ikut campur di dalam dunia. Jadi, deisme menolak wahyu yang khusus. Sifat tuhan ini hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam. Karena itu, seorang deis menolak hal-hal yang ajaib dan klaim bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan tuhan.
•
Teisme monistik adalah suatu bentuk monoteisme yang ada dalam Hindu. Teisme seperti ini berbeda dengan agama-agama Semit karena ia mencakup panenteisme, monisme, dan pada saat yang sama juga mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi, Mahakuasa, dan universal. Tipe-tipe monoteisme yang lainnya adalah monisme bersyarat, aliran Ramanuja atau Vishishtadvaita, yang mengakui bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, atau Narayana, suatu bentuk panenteisme, namun di dalam Yang Mahatinggi ini ada pluralitas jiwa dan Dvaita, yang berbeda dalam arti bahwa ia bersifat dualistik, karena tuhan itu terpisah dan tidak bersifat panenteistik.
•
Panteisme berpendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan. Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang Mahatinggi yang transenden dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme atau teisme.
•
Panenteism adalah suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam adalah bagian dari tuhan, tapi tuhan tidaklah identik dengan alam. Pandangan ini diikuti oleh teologi proses dan juga Hindu. Menurut Hindu,
alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam melainkan mentransendensikannya. Akan tetapi, berbeda dengan teologi proses, Tuhan dalam Hinduisme itu Mahakuasa. Panenteisme dipahami sebagai "Tuhan ada di dalam alam sebagaimana jiwa berada di dalam tubuh". Dengan penjelasan yang sama, panenteisme juga disebut teisme monistik di dalam Hinduisme. Namun karena teologi proses juga tercakup di dalam definisi yang luas dari panenteisme dan tidak menerima kehadiran Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa, pandangan Hindu dapat disebut sebagai teisme yang monistik. •
Monoteisme substansi, ditemukan misalnya dalam sejumlah agama pribumi Afrika, yang berpendapat bahwa tuhan yang banyak itu adalah perwujudan dari substansi yang satu yang ada di belakangnya, dan bahwa substansi yang ada di belakangnya itulah Allah. Pandangan ini banyak miripnya dengan pandangan Tritunggal Kristen tentang tiga pribadi yang mempunyai hakikat yang sama. Adapun macam-macam monoteisme dalam buku “Sistematika Filsafat”
ada empat macam, diantaranya adalah:25 - Monoteisme praktis, dalam monoteisme ini diartikan bahwa tidak adanya pengingkaran terhadap dewa-dewalain, tetapi hanya satu Tuhan saja yang diarah dan dipuja.
25
305-306
Sidi gazalba, Sistimatika Filsafat, Buku III, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.
- Monoteisme spekulatif, terbentuk karena bermacam gambaran Dewadewa lebur menjadi satu gambaran, yang akhirnya dianggap sebagai satusatunya Dewa. - Monoteisme teoritis, bahwa dalam teori Tuhan itu Esa, tapi dalam praktek dipercayai lebih dari satu Tuhan (seperti filsafat Nasrani). - Monoteisme murni, Tuhan itu Esa dalam jumlah dan sifat. Tuhan memiliki sifat satu-datunya, tidak ada duanya. Tiap sifat ditemukan pada alam, bukan sifat Tuhan. Tiap bentuk atau rupa yang ditemukan dalam alam (termasuk dalam alam imajinasi pikiran manusia), bukan bentuk atau rupa Tuhan. Sedangkan di dalam Encyclopaedia Britannica ada tiga macam monoteisme, adalah: - Monoteisme eksklusif. Dalam Monoteisme eksklusif hanya ada satu Tuhan; pelbagai Tuhan-tuhan yang sederhana tidak ada sama sekali atau kebanyakan dari mereka itu adalah setan-setan atau dewa-dewa palsu; misalnya, makhluk yang diakui keberadaanya tetapi mereka tidak bisa dibandingkan oleh kekuatan atau dengan kesatuan dan ketuhanan yang benar. Ide monotisme ini secara keseluruhan berasal dari Judaisme, Kriesten, dan Islam. Menurut perjanjian lama dikatakan bahwa Tuhantuhan yang lainnya termasuk ke dalam karakter Tuhan-tuhan yang palsu, kemudian Yudaisme dan Kristen mengembangkan konsep Ketuhanan yang satu menurut teologi dan filsafat, dan tuhan-tuhan yang lain dipertimbangkan untuk tidak ada. Dalam monoteisme eksklusif ada dua
tipe: monoteisme etika dan monoteisme intelektual. Dalam monoteisme etika, seseorang memilih satu Tuhan, dikarenakan mereka membutuhkan Tuhan dan akan memujanya, dan menjadikan Dia sebagai Tuhan yang Esa. Dalam monoteisme intelektual, Tuhan yang Esa adalam tidak ada tetapi menurut logika itu merupakan hasil dari pertanyaan mengenai asal usul dunia.26 - Monoteisme inklusif. Monoteisme ini menerima eksistensi Tuhan yang Agung tetapi kebanyakan tuhan-tuhan yang ada esensinya sama yaitu satu, sehingga hal itu membuat tidak adanya perbedaan dalam nama atau sesuai dengan upacara yang melibatkan Tuhan atau para dewa.27 - Monoteisme primitif. Dalam hal ini monoteisme primitif diperlukan untuk menyebutkan adanya para dewa yang tinggi yang jauh, pada umumnya para dewa langit yang ditemukan dalam kebudayaan kuno dan primitif diramalkan telah menjadi suatu teori yang timbul dari monoteisme primitif.28
26 Theodorus P. Van Baaren, “Monotheism”, dalam William Benton, ed., Encyclopedia Britannica, (London: Knowledge in Depth, 1974), h. 381-382. 27 Baaren,”Monotheism”, h. 382. 28 Baaren,”Monotheism”, h. 383.
BAB III MONOTEISME DALAM BARUKH MINISTRY
A. Sejarah Berdiri Barukh Ministry Barukh Ministry merupakan lembaga atau pelayanan dalam agama Kristen yang memiliki daya kritis terhadap iman Kristen khususnya terhadap iman Abraham kepada Allah yang Esa. Barukh Ministry merupakan lembaga pelayanan yang pemahaman keagamaanya cenderung kepada Ke-kristenan Timur Tengah.29 Barukh Ministry merupakan sebuah lembaga pelayanan kontekstual Kristen yang berdiri tanggal 8 Nopember 2005. Barukh Ministry dalam bahasa Ibrani memiliki dua arti, yaitu ”diberkati” dan ”terpuji” (Maz. : 118:26).30 Lembaga pelayanan tersebut berkantor di Jakarta Utara, tepatnya di Komplek Gading Griya Lestari.31 Lembaga pelayanan Kristen Barukh Ministry berdiri di bawah legalitas Yayasan Beracah. Tujuan didirikan Pelayanan Barukh Ministry yaitu, untuk melayani pekerjaan junjungan Agung Yesus Kristus. Gagasan untuk melahirkan sebuah pelayanan Kristen Barukh Ministry diawali pada tahun 2000-2005, yang berlatar belakang dari sebuah pemikiran kritis, dengan pijakan teologis dan historis serta melewati pergumulan yang panjang, terhadap iman Abraham kepada Allah yang Esa (Devarim 6:4 ”Shema
29
AbunaAndreas Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Lembaga Barukh Ministry”, (Makalah, Barukh Ministry, 2006), h. 1. 30 Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, h. 1. 31 Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, h. 1.
Yissrael Adonai Elohenu Adonay Ehad” atau Ulangan 6:4 ”Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu Esa”).32 Awal tahun 2005 para penggagas Barukh Ministry mengadakan pelayanan pribadi yang dilangsungkan dengan dialog antar Kristen dan Islam. Kegiatan tersebut diresmikan oleh Bupati kabupaten Soe Nusa Tenggara Timur. Bulan Agustus 2005 tiga orang penggagas Barukh Ministry diundang selama dua hari oleh Kelompok Fundamental Islam yakni forum Arimatea di daerah Jakarta Timur untuk menghadiri dialog ilmiah dengan tema: ”Ke-Ilahiyan Isa/Yesus”.33 Dialog tersebut merupakan suatu bukti bahwa Barukh Ministry yang akan dibentuk nantinya membuka peluang bagi non Kristen untuk berdialog dan berdiskusi seputar permasalahan agama agar terbentuk toleransi beragama yang positif.34 Seiring dengan bergulirnya roda waktu yang tidak pernah berhenti, tantangan dan resiko untuk mencari sebuah tim Ilahi tidak menyurutkan para penggagas Barukh Ministry. Mereka terus berjuang untuk mewujudkan kerinduan terhadap panggilan akan anak cucu Abraham/Ibrahim dari keturunan Israel, sehingga tanggal 8 Nopember 2005 terbentuklah Lembaga Pelayanan Kristen Barukh Ministry. Melalui lembaga pelayanan tersebut diharapkan agar dapat memberkati anak, cucu Abraham/Ibarahim untuk kepujian ADONAI yang Tauhid (Esa).35
32
http://www.barukhministry.com http://www.barukhministry.com 34 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 18 April 2008. 35 http://www.barukhministry.com 33
Visi Misi dan Struktur Organisasi Barukh Ministry Barukh Ministry memiliki Visi sebagai berikut: 36 1. Melestarikan keyakinan yang berakar dari Abraham sebagai pewaris monoteisme (Allah yang Esa) dan terus memelihara tradisi semetik sebagai media untuk pelayanan kontekstual Nasrani dan Islam. 2. Mencerdaskan umat percaya dengan pengajaran yang benar dan Alkitabiah agar sanggup menjawab iman percaya secara kontekstual, kritis dan mandiri. 3. Pencerahan umat agar semakin kuat dan bertumbuh serta berbuah. Sedangkan misi lembaga adalah:37 1. Menjalin hubungan yang terbuka dan sehat antara Nasrani dan Islam sebagai keturunan dari Bapak segala bangsa, tanpa memburamkan kebenaran yang hakiki. 2. Membangun paradigma terhadap umat tentang Allah yang Esa, agar mampu berdialog dengan benar dan cerdas secara Alkitabiah. 3. Melaksanakan ibadah seperti KKR, Seminar (Materi Parelisasi Kristen-Islam), agar umat percaya semakin kuat dan bertumbuh. 4. Mengadakan pelayanan dengan tetap mempertahankan
budaya
semetik, melalui busana, alat-alat musik dan puji-pujian, sebagai warna pelayanan Barukh Ministry.
36 37
http://www.barukhministry.com http://www.barukhministry.com
Tujuan & sasaran 38 1. Kembali kepada imannya Abraham (Monoteisme Abraham), yakni kepada Allah yang Esa. 2. Membangun jembatan komunikasi kedua Agama, Nasrani dan Islam, dengan metode dialog parelisasi. 3. Mensyiarkan Sang Firman (Yesus/Isa) yang turun (nuzul) menjadi manusia terhadap keyakinan anak cucu Abraham yang lain. 4. Meruntuhkan benteng eksklusivisme diantara Agama samawi (NasraniIslam), yang kedua-duanya memiliki akar persamaan yang sama. Struktur organisasi Barukh Ministry sebagai berikut:39
KETUA
: Abuna. Andreas Kemal
SEKRETARIS
: Ev. Diana Lazarus
BENDAHARA
: Ev. Diana Lazarus
DEP. UMUM
: Ev. Osias Rondo
YAYASAN BERACAH Sekolah Tinggi Teologia
38 39
3.
Barukh Ministry (BM)
Persekutuan Doa (PD)
http://www.barukhministry.com Abuna Andreas Kemal, ”Monoteisme Abraham”, (Makalah, Barukh Ministry, 2008), h.
Ket: 1.Yayasan Beracah berdiri di Jakarta Thn.2000 2.Pelayanan Pendidikan (STT) sejak Thn 2002 non kegiatan 3.Pelayanan Misi (BM) sejak Thn 2005 dan sampai saat ini -Pelayanan Lintas Iman (Agama-agama Abraham/Ibrahim) -Pelayanan Kemitraan dalam Kajian Ilmiah 4.Pelayanan Ibadah Umum (PD Non Gereja) di rencanakan Awal 2009
B. Monoteisme dalam Barukh Ministry Paham Tri Tunggal seakan menjadi sebuah hambatan tumbuh kembangnya paham monoteisme. Istilah Tri Tunggal sendiri sudah menjadi sebuah perdebatan sengit oleh Gereja purba lewat Bapa-bapa Iman dalam menghadapi ajaran sesat para bidat saat itu, dimana sekalipun beragam penafsiran atau pandangan mereka terhadap hal itu, namun perlu diketahui bahwa meskipun dalam penggalimatan ada yang berbeda namun yang terpenting adalah apa yang dipercaya adalah satu yakni Yesus sebagai Ilahi yang dapat menyelamatkan. Misalnya Origenes (185 SM) yang dahulunya dari Aleksandria sebagai orang Katolik yang setia diangkat oleh Uskup Demetriu menjadi Kepala katekisasi dikemudian hari oleh karena satu dan lain hal kemudian hari Origenes berpindah ke Kaisarea di Palestina dan melanjutkan tugasnya. Ia dengan gigih menentang teori apapun yang mengurangi ketigaan yang kekal dari Allah. Ia mengajarkan bahwa Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus secara pribadi adalah tiga ”hypostasis” atau katakanlah tiga keberadaan. Selanjutnya dalam kekeliruannya
Origenes beranggapan bahwa Trinitas itu bertingkat yaitu, Bapa lebih besar dari pada Anak yang lebih besar dari Roh Kudus, walaupun Anak Allah sama dengan Allah hanya pada tingkat yang lebih rendah, dengan kata lain Ketritunggalan Origenes adalah Ketritunggalan yang bertingkat.40 Pemikiran ini di abad kemudian di pertajam dan di simpulkan oleh Arius seorang presbiter dari Alexandria, bahwa Sang Bapa adalah Allah yang sejati, sedangkan Anak dan Roh Kudus hanya makhluk (ciptaan), hal ini kemudian di tentang keras oleh Athanasius bahkan hampir seluruh hidupnya diabadikan melawan Arius, dimana Arius tetap mempertahankan Keilahian Yesus sebagai Firman Alah demikian juga dengan Roh Kudus yang Keluar dari Allah (Yoh.15:26) .41 Konsili Nicea (325) diadakan sebagai reaksi atas ajaran Arius yang sesat, sehingga dalam konsili tersebut konsili mengutuk Arius dan tersusunlah pangakuan iman anti Arius yaitu pengakuan Iman Nicea. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa, Origenes dengan ketritunggalan yang bertingkat dimana ada pembagian tingkatan atau polesi yakni Allah Bapa lebih besar dari Anak Allah, Arius dengan monoteisme radikal dan memasukan ke dalam Ketritunggalan bertingkat dimana hanya Allah Bapa yang kekal sedangkan Anak Allah adalah makhluk atau tidak kekal, Maka jauh-jauh hari Tertulianus (160-225 SM) telah menjelaskan Allah disebut dengan istilah ”Ousia” serta
Firman & Roh ”Hypostasis” yang oleh Athanasius di abad
kemudian diperjelas Bapak, Anak dan Roh Kudus 40 41
Kemal, “Monoteisme Abraham”, h. 1. Kemal, ”Monoteisme Abraham”, h. 2.
sehakekat dan menurut
Theofilus (181.M) Istilah trinitas muncul sebenarnya untuk menjelaskan kebagaimanaan Allah yang Esa dalam cara beradanya dan bukan keberapaan Allah.42 Melihat sejarah gereja purba diatas dapat disimpulkan sesungguhnya istilah Tritunggal sudah menjadi istilah yang lazim saat itu baik yang dipahami dengan sesuatu kesalahan yang dapat berakibat penyesatan maupun istilah Tritunggal yang dipahami secara benar sebagai penjelasan terhadap Allah Yang Esa dimana Yesus dan Roh Kudus adalah sifat yang sehakekat dengan Bapa.43 Untuk itu Barukh Ministry tidak menggunakan istilah Tritunggal dengan sebutan ”Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, tetapi menggunakan istilah Allah yang Esa dengan sebutan ”Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus (Roh-Nya) ” sesuai yang terdapat dalam (Ul.6:4 dan Markus.12:29), sebagai Monoteisnya Abraham. Sehingga dari pengalaman sejarah tersebut maka Barukh Ministry tetap dengan istilah yang ada dalam Alkitab yakni Allah Yang Esa, walaupun pada kebanyakan Kristen secara khusus dunia Barat tetap dengan istilah Tritunggalnya dan Gereja Timur dengan istilah monoteisnya, tetapi sesungguhnya secara ezensi sama, yakni sama-sama meyakini Allah itu Esa dan dapat dikenal lewat firman-Nya yakni Yesus. Inilah yang mendasari Barukh Ministry tetap memelihara tradisi semit yakni dengan memakai istilah Allah Yang Esa dan menyebutkan Yesus adalah Junjungan Ilahi, yang digunakan oleh Gereja-gereja Semit
42
Kemal, “Monoteisme Abraham”, h. 1. Wawancara pribadi dengan Pemimpin Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 10 Mei 2008. 43
Konsep monoteisme dalam Barukh Ministry hakekatnya mengacu kepada monoteisme Abraham. Mereka yakin bahwa konsep monoteisme Abraham bersumber dari pengakuan Allah dan Yesus/Isa, yang kemudian menjadi sebuah perjanjian antara Allah dan Abraham, Ishak dan Ya’kub kemudian di ilhamkan oleh Roh Kudus dan dituliskan oleh Nabi dan Rasul menjadi Kitab Suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)44.
a. Allah, Yesus dan Roh Kudus Eksistensi Allah, Yesus dan Roh Kudus menurut Lembaga Pelayanan Barukh Ministry sebagai berikut: Eksistensi Allah Allah yang Esa dan kekal, tidak berkesudahan, atau Qodim, Dia memiliki kehidupan (memiliki Roh) atau al-Hayat dan memiliki pikiran (Logos) atau “Firman” atau al-Kalam, sebab Dia adalah Sang Khalik – Pencipta segala sesuatu.45 “Allah itu tidak mungkin sama atau seperti apapun – karena Dia adalah Roh (gha’ib), dan tidak mungkin tidak punya Roh, karena Dia hidup dan memberikan kehidupan, dan Allah tidak mungkin tidak punya pikiran – tidak mungkin tidak punya “Firman”, karena melalui “Firman-Nya” Dia menciptakan segala sesuatu.”
Eksistensi Yesus Allah itu “Wajib Ada” memiliki Firman (Logos) atau Kalam, karena Dia menciptakan segala sesuatu dengan firman-Nya dan firman-Nya tidak di ciptakan, 44 Wawancara pribadi dengan Pemimpin Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 10 Mei 2008. 45 Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham (Jakarta: Barukh Ministry, 2002), h. 2.
sudah ada kekal bersama Allah. Dan “Wajib Tidak Ada” kalau Firman itu diciptakan kemudian, karena tidak mungkin Allah pernah tidak ada Firman - lalu Firman seperti apa yang Dia menciptakan Firman? -
Fiman itu LOGOS atau disebut pikiran Allah, tidak mungkin Allah tidak memiliki pikiran (Maha Suci Dia) atau Allah sempat tidak punya pikiran sebelum pikiran itu diciptakan. Dalam pikiran itu terkandung “ilmu” atau maha mengetahui dan “Wajib Tidak Ada” kalau Allah tidak memiliki Firman atau Firman diciptakan kemudian
-
Segala sesuatu diciptakan oleh Firman-Nya- oleh karena Firman-Nya tercipta segala sesuatu, “Wajib Tidak Ada”ciptaan-Nya kalau Firman itu diciptakan.
-
Firman itu sudah ada sejak semula sehakekat dalam dzat-Nya [Yoh.1:1] dengan ringkasan Kalam yang Qaimah dalam dzat-Nya.46
Eksistensi Roh Kudus Allah itu “Wajib Ada” memiliki kehidupan-memiliki Roh atau Hayat dan tidak mungkin Allah itu mati atau tidak memiliki Roh. -
Jadi “Wajib Ada” Roh itu dalam diri Allah dan “Wajib Tidak Ada” Roh itu diciptakan kemudian. Sejak kekal Roh itu melekat dalam DzatNya sehaket
-
Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan segala sesuatu yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada dalam Dia, di dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber kehidupan (al-
46
Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham, h.3.
Hayat). Allah adalah sumber kehidupan termasuk hidup yang kekal [Maz.36:10 ; Yoh.5:26]47
Membaca kutipan di atas sekilas bahasa dan kata yang digunakan untuk menjelaskan eksistensi tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus sama dengan agama Islam. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena Barukh Ministry mengklaim dirinya sebagai pewaris agama monoteisme Abraham atau menganut agama Kristen Timur Tengah. Allah Esa, kekal dan qodim serta memiliki kehidupan dan kalam merupakan argumentasi Barukh Ministry dalam menjelaskan tentang Allah. Allah menurut mereka pasti Esa dan Qodim. Allah tidak mungkin sama dengan apapun, karena Allah adalah roh yang memberikan kehidupan. Melalui firman-Nya lah Allah menciptakan segala sesuatu. Barukh Ministry berkeyakinan bahwa Allah memiliki Roh dan pikiran (logos) serta Firman (kalam).48 Pendapat Barukh Ministry bertolak belakang dengan orang Barat yang terpengaruh oleh paham Arius yang menolak keqadiman kalam Allah dan menekankan otonomi ke-Allahan Yesus sebagai kalam Allah.49 Pengakuan terhadap Allah Yang Maha Esa menurut Barukh Ministry berakar dari sebuah syahadat bagi umat Perjanjian Lama (Yahudi) yang memiliki keyakinan Monoteisme yang ketat yaitu: “…..Shema Yissrael Adonai Elohenu Adonay Ehad” (Devarim /ulangan 6:4) (Dengarkanlah hai orang-orang Israel TUHAN yang kita sembah, Tuhan itu Esa”).Dzat al-wujud, yang tidak berawal dan berakhir, tidak ada 47
Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham, h.4. Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008. 49 Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008. 48
persamaan-Nya tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang bandinganNya, tidak ada tandingan-Nya, tidak ada sandingan-Nya, tidak ada yang serupa denga Dia, “sebab Aku ini Allah dan bukan manusia (hosea. 11:29).50
Penyebutan terhadap Allah Yang Maha Esa Barukh Ministry terkadang menyebut dengan istilah “Bapa”, seperti halnya agama Kristen umumnya. Penggunaan istilah “Bapa” kepada Allah, menurut Barukh Minitry mengandung arti sebagai berikut:51 1. Istilah “Bapa” tidak memiliki konotasi seksual dan tidak memiliki makna biologis. Allah disebut Bapa karena Dia adalah asal usul segala sesuatu sebagai pencipta. 2. “Bapa atau Anak diperanakan atau dilahirkan”, bukanlah memiliki arti seperti halnya manusia. 3. Bila Allah disebut Bapa tidak berarti Dia berjenis kelamin laki-laki karena dalam dzat-Nya yang ghaib tidak ada hubungan seperti manusia atau apapun juga. Barukh Ministry berkeyakinan bahwa Allah Yang Maha Esa itu adalah Bapa yang diajarkan Oleh Yesus sendiri. “tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yohanes. 5:8).
50 Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham” (Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 3. 51 Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham”. h. 5.
Argumentasi Barukh Ministry tentang Allah Esa, mereka mengutip dari isi kandungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru 52 a. Perjanjian Lama (tenak) (Kel.20:3-5a) ”Jangan ada padamu Allah lain dihadapanku ”jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu”. (Yes. 44:6:6) ”Begini firman TUHAN, Raja dan penebus israel Tuhan semesta alam: Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian, tidak ada Allah selain daripada-Ku. (Yes.45:5a) ”Akulah TUHAN Raja dan penebus Israel, kecuali Aku tidak Allah”. (Yes. 45:21b) ”Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain daripada-Ku! Allah yang adil dan juruselamet, tidak ada yang lain kecuali Aku!” (Yes. 46:9b) ”Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku” b. Perjanjian Baru berita (Krugma). (Yoh. 4:24) ”Allah itu Esa yang kita sapa dengan sebutan ”Bapa”, yang tidak berwujud tidak beragam tidak berjasmania karena ”Allah itu Roh”. (1 Yoh. 1:5) ”Allah itu terang”. (Mat. 4: 10b) ”Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”. (Mark. 12:29) ”Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang israel Tuhan, Allah kita, Tuhan itu Esa”. (Yoh. 17:3) ”Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dam mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. (Yoh. 5:44) ”Mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa”. 52
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham”, h. 3.
(1 Kor. 8:4b) ”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang Esa”. (Yak. 2:19) ”Engkau percaya bahwa ada satu Allah saja? Itu baik ! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”. Allah Yang Maha Esa menurut Barukh Ministry haruslah memiliki logos (pikiran). Logos (pikiran) Allah disebut dengan “Firman”. Dengan Firman tersebut Allah menciptakan segala sesuatu, dan mustahil Allah tidak mempunyai Firman. Bilamana Allah tidak mempunyai Firman, bagaimana Dia dapat menciptakan segala sesuatu. Mustahil Allah tidak memiliki Firman.53 Firman Allah adalah Yesus yang dilihat dari segi keilahian-Nya. Yesus menurut Barukh Ministry merupakan Firman (Kalam) yang menjadi manusia. Mereka berkeyakinan Bahwa Yesus Kristus adalah “kalimatulah” yang diturunkan dan disampaikan kepada Maria (Maryam) yang berarti pra-ada-Nya di dalam Allah sebelum disampaikan atau diturunkan kedalam rahim Maria. Disamping Allah memiliki Firman, Allah juga harus memiliki Roh. Roh harus ada dalam diri Allah karena Allah adalah hayyat. Hal yang mustahil bagi Allah, tuhan umat manusia tidak memililiki Roh. Keberadaan Roh pada diri Allah tidak dapat dipisahkan. Keduanya kekal dan melekat selamanya. Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan segala sesuatu yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada dalam Dia,
53
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008.
di dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber kehidupan (al-Hayat). Allah adalah sumber kehidupan termasuk hidup yang kekal (Maz.36:10 ; Yoh.5:26)54
Penjelasan di atas membuat Penulis mengambil sebuah analisa bahwa Barukh Ministry dalam menjelaskan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus berusaha keluar dari paham trinitas (tritunggal) mereka berusaha menjelaskan monoteismenya lebih kepada “Monoteisme Abraham”. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana Barukh Ministry menjelaskan pribadi Allah yang qadim, hayyat, memiliki kalam (firman). Pendapat Barukh ministry tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus menurut Penulis sama persis dengan paham Gereja Timur yang menyatakan hypostasishypostasis Ilahi yang dimaknai sebagai, Wujud, Ilmu (Logos) dan Hayat (Roh Allah) merupakan kekal (qadim) berada di dalam wujud Allah.55 Yesus sebagai tokoh yang kontroversial digambarkan oleh Barukh Ministry berbeda dengan Kristen Umumnya. Barukh menurut Penulis berusaha menjelaskan Yesus keluar dari paham trinitas. Pendapat mereka tentang Yesus menurut Penulis cukup rasional. Barukh menggambarkan bahwa Yesus Kristus bukanlah anak Allah secara biologis melainkan Dia adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Karena Yesus merupakan Firman Allah maka mustahil Dia diciptakan atau terpisah dengan Allah.
54
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008. 55 Bambang Noorsena, “Teologi “In Loco” yang Indonesiawi Dalam Perspektif Misiologis = Menggali Pemikiran Syirian-Orthodox dalam Pergumulan Pelayanan Masa Depan di Indonesia”. Naskah Ilmiah dalam Rangka Wisuda DTC 1995 dan Pembukaan STT Apostolos Jakarta, 1 Agustus 1995. h. 5.
Yesus Kristus sebagai Friman yang dilihat dari segi keilahian-Nya menurut Andreas Kemal sama halnya dengan kedudukan Alquran sebagai Firman Allah. Beliau berkata: “……Kalau di dalam Islam, Firman Allah dapat diturunkan sebagai Kitab yang di cetak manusia, maka dengan landasan pikiran yang sama, iman Kristen mengatakan Firman Allah diturunkan dalam wujud manusia yang dilahirkan manusia. Sama seperti konsep Islam tentang ke-keka-lan Quran itu bukan terletak pada kertas cetakan, atau ke-buku-anya Quran yang dapat robek, musnah terbakar, tetapi terletak pada Firman yang ada dalam lauhul mahfudz Maka bukanlah jasmani-Nya yang mahluk itu dianggap Ilahi oleh Iman Kristen, tetapi keberadaan azali Kristus sebagai Firman yang satu dalam Allah, yang sehakekat didalam Dzat, yang nuzul mengenakan tubuh jasmani atau anak manusia”. 56 Seperti halnya gambaran tentang Yesus Kristus Penulis melihat Barukh Ministry dalam menggambarkan tentang Roh Kudus berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kutipan di atas tentang eksistensi Roh Kudus. Roh menurut mereka adalah dzat perwujudan dari Allah karena Allah pastilah memiliki dzat al-wujud. Dzat al-wujud Allah pastilah bukan zat materi (benda), melainkan dzat roh sebab Allah itu roh (Yoh. 4:24). Meskipun Allah itu dzat wujud-Nya, itu hanya ide (rancangan pikiran, ide, gagasan). Wujud Allah tidak mungkin sama dengan yang diciptakan oleh manusia. Karena Allah adalah roh maka Allah tidaklah berbadan atau beraga. Roh tidak ada daging dan tulang (Luk. 24:39). Di bawah ini Penulis mencoba menuliskan atau memaparkan pendapat Tokoh Kristen yang menggambarkan tentang Roh Kudus yang berbeda dengan
56
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham”. h. 10.
Barukh Ministry sekedar sebagai kaca perbandingan.
Yakub B. Susabsada
misalnya, beliau mengatakan, bahwa Roh adalah pribadi Allah yang disebut sebagai ”penolong” dan ”roh Penghibur” yang akan menyertai orang percaya pada ketiga pribadian tunggal. Ia diutus oleh Bapa dalam nama Yesus. Ia bukan Yesus Kristus, karena peran-Nya adalah datang untuk menggantikan dan meneruskan apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus.57 Sedangkan Iman Ortodhoks mengatakan, bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri yang keluar dari Bapa (Yoh 15:26) dan yang bersemayam di dalam Diri Bapa (1 Kor 2:10-11) seperti roh manusia juga berada di dalam diri manusia. Ia disebut sebagai Hypostasis ketiga di dalam Diri Allah yang Esa yang bersifat Tritunggal itu. Karena Ia bersemayam di dalam Bapa, berarti Ia juga berada serta dalam dzat-hakekat ke-Allah-an Sang Bapa yang satu itu bersama dengan Firman Allah yang juga berada disitu.58 Kontroversi Roh Kudus sebagai pribadi dan hubungan dengan keilahian Bapa dan Putra sengit dibicarakan. Meskipun tidak seramai keilahian Yesus dan relasinya dengan pribadi Bapa itu sendiri. Perdebatan sekitar Yesus Kristus adalah perdebatan sekitar keilahiannya, tapi perdebatan roh kudus hanya pada sekitar kepribadiannya.59 Sejak semula para teolog meragukan kalau Roh Kudus dapat disebut sebagai salah satu pribadi Allah. Mereka lebih bisa memahami jika Roh Kudus 57 Yakub B, Susabsada, Mengenal Dan Bergaul Dengan Allah, Sebuah Refleksi Iman Kristen Kepada Allah Yang Hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, (Batam Centre : Gospel Press, 2002) h. 210. 58 Romo Arkhimandrit dan Daniel Bambang Dwi Byantoro. PhD, Iman Orthodox secara Ringkas, (T.tp: T.pn, T.t ), h. 33. 59 Susabsada, Mengenal Dan Bergaul Dengan Allah, h. 209.
hanyalah suatu kuasa atau energi dari Allah. Namun pendapat ini tentunya ditolak oleh Kekristenan, yang juga memakai Alkitab sebagai argumen. Alkitab memuat bahwa Roh Kudus juga memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak, yaitu seluruh keutuhan sebagai pribadi.60 Akhirnya Penulis berasumsi, Allah menurut Barukh Ministry merupakan dzat yang memiliki Firman yang menjadi manusia yaitu Yesus serta Allah wajib memiliki dzat al-wujud, tetapi wujud-Nya tersebut tidak sama dengan apapun dan siapapun. Dzat tersebut adalah “Roh Kudus”
b. Ke-Ilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus Pada penjelasan di atas kita sudah mengetahui tentang hakekat Allah, Yesus, dan Roh Kudus dalam pandangan Barukh ministry. Selanjutnya di bawah ini penjelasan tentang bagaimana Yesus menjadi Firman yang ada dalam diri Allah sedangkan dia sebagai manusia yang dilahirkan oleh manusia. Penjelasan di bawah ini menurut Penulis penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui argumentasi dari Barukh Ministry tentang Yesus yang ada dalam diri Allah. Membahas tentang Yesus Kristus, Barukh Ministry membagi kedalam tiga konsep yaitu, Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus. Tiga konsep tersebut yang akhirnya membedakan pandangan tentang diri Yesus.
60
Edwin H. Palmer, The Holy Spirit, (Phil,: Presbyterian and Reformed Pab. 1989) h. 11.
Benih Keilahian dan Kemanusiaan Kristus Yesus adalah Firman yang ada dalam diri Allah. Firman itu tidak diciptakan oleh Allah, tetapi sudah ada sejak Allah ada. Seperti tertulis dalam Yohanes 1:1: ”.......Pada mulanya adalah firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.61 Keilahian Kristus menurut Barukh ministry ada dalam kepradaan-Nya sebagai Firman yang ada dalam diri Allah Bapa, zat yang sehakekat, sederajat, melekat. Tetapi, Dia keluar dari benih Keilahian-Nya dan menjadi manusia.62 Dalam Roma 9:5 dijelaskan bahwa Kristus secara manusia berasal dari bangsa manusia. Tetapi, Dia lebih tinggi karena memiliki keberadaan sebagaimana tertulis dalam Yohanes 1:1. ketika berbicara tentang Anak yang berada dalam pengakuan Bapa, ini berarti Yesus belum datang kedunia, akan tetapi, ketika Anak itu bangkit dan naik kesurga, ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Inilah keilahianNya.63 Ayat tersebut di atas diayakini oleh Barukh Ministry, yaitu ayat yang menunjukkan
tentang
kebangkitan-Nya.
Sebab
keberadaan-Nya
tanpa
kebangkitan-Nya akan gagal. Kebangkitan-Nya menunjukan kepradaan-Nya. Keberadaan Yesus Kristus menurut Barukh Ministry adalah sebagai firman yang menjadi manusia. Hal tersebut supaya umat Kristen mengenal Allah yang benar. Sebab tanpa Firman yang keluar dari Bapa menjadi manusia umat Kristen tidak mungkin bisa mengenal Bapa. Umat Kristen hanya dapat mengenal
61
Bersumber pada Alkitab (Perjanjian Baru) yamg ditebitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, Th. 2004, h. 110. 62 Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”, (Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 3. 63 Alkitab (Perjanjian Baru) dalam Surat Petrus Pasal 1 ayat 1.
Bapa melalui Allah sendiri di dalam Yesus Kristus.64 Oleh karena tidak seorangpun melihat Allah kecuali Anak. Ayat yang menegaskan Yesus Kristus sebagai Firman ditegaskan dalam 2 Korintus 4:4 yang tertulis: ”......Ilah jahat yang menguasai dunia ini menutupi pikiran oarangorang yang tidak percaya itu. Ialah yang menghalang-halangi mereka supaya mereka tidak melihat terang dari kabar baik itu mengenai kebesaran Kristus yang merupakan gambaran Allah. Maksud kemanusiaan Yesus bangkit dari antara orang mati menurut Barukh Ministry adalah supaya umat Kristen dikembalikan pada konsep Allah tentang manusia. Dalam Yohanes 17:5 tertulis: ”Bapa ! agungkanlah Aku sekarang pada Bapa, dengan keagungan yang Kumiliki bersama Bapa sebelum dunia ini dijadikan”. Dia mempunyai kemuliaan dan keagungan di dalam Allah Bapa sebagai firman yang melekat, sehakekat, dan sederajat di dalam diri Allah Bapa. Tetapi, Dia menjadi manusia dan akan kembali lagi kepada Bapa karena dia tidak seperti manusia biasa. Keagungan Allah adalah keagungan Anak. Penyembahan yang ditujukan kepada Bapa juga ditujukan kepada Anak.65 Disamping Yesus sebagai Firman, Barukh Ministry juga memandang bahwa Yesus juga kembali kepada Allah Bapa sebagai bukti keilahian-Nya. Ketika di dunia, semua mukjizat yang dilakukan-Nya adalah hanya menjalankan tugas dari Bapa. Sebab di dunia, anak manusia hanya menjalankan tugas dari Bapa.66
64
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”, h. 5. 65 Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008. 66 Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008.
Dalam wahyu 5:13 tertulis: ”......lalu saya mendengar segala makhluk di langit, di bumi, di bawah bumi dan didalam laut-singkatnya segala makhluk di semesta alam ini-menyanyi, ”Dia yang duduk di atas takhta, dan Sang Anak Domba itu, adalah terpuji dan terhormat serta agung dan berkuasa untuk selamalamanya!”. Menurut Barukh Ministry, Yesus Kristus merupakan manusia seutuhnya di dunia. Dia hanya menjalankan tugas yang diberikan Allah Bapa kepada-Nya, tetapi walaupun Yesus merupakan manusia, Dia tidak sama seperti manusia biasa.67 Hal tersebut tercantum dalam Yohanes 17:4: ”....Aku sudah mengagungkan Bapa di atas bumi ini dengan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tugaskan kepada-Kua.”68 Hal yang menyatakan bahwa bahwa Yesus Kristus merupakan manusia yang hanya menjalankan tugas Allah Bapa dapat ditemukan dalam Roma 9:5 sebagai berikut: ”......Dia memiliki kepradaan-Nya di dalam diri Bapa dan Dia menjadi manusia seutuhnya, dan Dia juga kembali kepada Bapa”. Menurut Barukh Ministry Yesus Kristus memiliki kepradaan keilahian. Dalam kemanusiaan-Nya, kematian dan maut tidak bisa terus menahan karena maut tidak mungkin menahan benih keilahian. Keilahian itu sendiri akan bangkit. Jadi, kematian-Nya bukan suatu sandiwara. Yesus betul-betul mati dan masuk dalam kerajaan maut.69
67
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”, h. 6. 68 Bersumber dari Alkitab (Perjanjian Baru) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, Th. 2004, h. 135. 69 Wawancara pribadi dengan Bunda Diana lazarus (Sekretaris Barukh Ministry) pada Tanggal 20 Juni 2008.
Dari penjelasan di atas Barukh Ministry beranggapan bahwa ketika manusia diangkat sebagai anak-anak-Nya, maka manusia akan disempurnakan oleh Yesus. Meskipun manusia mati sama seperti yang lainnya, tetapi maut tidak dapat menahan manusia karena manusia adalah anak kehidupan. Menurut mereka Yesus sendiri berkata: ”......... Hari ini engkau bersama-sama Aku di rumah BapaKu”. Keilahian Kristus menurut Barukh Ministry berkarya dalam keselamatan yang manusia peroleh, karena tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan kecuali Allah. Dalam Yesaya 43:11 disebutkan: ”Aku sendirilah TUHAN, selain Aku tak ada yang menyelamatkan”. Menurut Barukh Ministry Yesus menjadi juru selamat karena Yesus memiliki kepradaan dalam diri Allah sebagai Firman yang menjadi manusia. Keilahian Isa Al-Masih menurut Lembaga Barukh Ministry merupakan suatu kewajiban bagi umat Kristen atau hal yang tidak boleh disangkal lagi. Mereka berpandangan demikian karena, Keilahian Isa Al-Masih tidak dapat dilihat secara jasmaniah melainkan harus dilihat dari ajaran Alkitab tentang kepra-ada-Nya Yesus sebagai Firman yang datang dan keluar dari Allah. Hal tesebut dapat dilihat dari beberapa argumen di bawah ini:70 •
Sebagaimana ajaran Alkitab bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham (yoh.8:58) secara manusia Yesus hanya berumur 35 tahun (Yoh.8:57),
70
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”, h. 10.
Abraham sendiri telah lama meninggal/ribuan tahun, tentu maksud-Nya adalah keberadaan-Nya bukan secara ”tubuh manusia” •
Pernyataan Yesus bahwa Dia turun dari surga (yoh. 3:13 ; 6:38,42) bukan secara tubuh ”manusiawi-Nya” karena tubuh itu diambil dari ”benih rahim” Maria (Luk. 1:42) tetapi Yesus sudah ada sebelum lahir kedunia jauh sebelum Maria dilahirkan (ibunya Yesus), (tidak ada manusia yang ada sebelum ibunya ada lebih dahulu). Dia keluar dari Bapa (Yoh. 8:42), Dia berasal dari dalam Bapa (Yoh. 10:30). Dalam pemahaman Barukh Ministry, Yesus adalah manusia dan benar-
benar sebagai manusia. Sebagian umat Kristen beranggapan bahwa, Allah mereka mati untuk mereka. Pendapat ini menurut Barukh Ministry keliru karena Allah menurut mereka (Barukh Ministry) tidak mati. Jika Allah mati, maka itu bukanlah Allah. Allah adalah hidup yang kekal dan Dia tidak pernah mati. Dijelaskan dalm Flp. 2:7 dan Yohanes 1: 14: ”.......Sebaliknya, Ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama seperti seorang hamba. Ia menjadi seperti manusia, dan tampak hidup seperti manusia”. ”......Sabda sudah menjadi manusia, Ia tinggal di antara kita, dan kita sudah melihat keagungan-Nya. Keagungan itu diterima-Nya sebagai anak tunggal Bapa. Melalui Dia kita melihat Allah dan kasih-Nya kepada kita.”71 Keilahian Yesus diyakini oleh Barukh Ministry berasal dari Allah. sebagai Firman Allah dalam kepradaan-Nya, tetapi dalam kekemanusian-Nya Dia adalah manusia seutuhya. Terlepas dari kepraadaan-Nya sebagai Firman yang sehakikat, sederajat dengan zat-Nya dan terlepas dari cara pembuahan-Nya atas pekerjaan 71
Bersumber dari Alkitab dalam Surat Filipi 2:7 dan Surat Yohanes 1:14.
Rohul Kudus dalam rahim Maria, menurut Barukh Ministry Yesus merupakan manusia sejati. Janinnya berkembang dalam rahim Maria, menurut aturan-aturan sebagaimana manusia, yaitu sembilan bulan sepuluh hari. Itu sebabnya, Dia adalah manusia yang sejati. Kelahiran-Nya layak seperti kelahiran manusia. Karena Dia menjadi manusia, maka Dia ditempatkan dalam rentetan silsilah manusia. (Matius. 1: 1-6, Lukas, 3:23-38)72. Barukh Ministry beranggapan bahwa Yesus menjadi manusia secara utuh, supaya
kemanusiaan
manusia
yang
utuh
nantinya
akan
ditebus
dan
disempurnakan-Nya menjadi manusia. Dia hidup dan bertumbuh dalam keluarga dan lingkungan layaknya manusia. Dia pun mempunyai kampung halaman. Sebagaimana dijelaskan dalam Markus. 6:1. 6:3. ”......dari tempat itu, Yesus pulang bersama-sama dengan pengikutNya kekampung halaman-Nya”. ”......Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, dan saudara dari Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Ya, saudara-saudara perempuan-Nya pun ada yang tinggal di sini juga. Karena itu, mereka menolak Dia.” Dari ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Yesus hidup dalam lingkungan dan keluarga sebagai manusia. Ini berarti bahwa sebagai manusia Dia mempunyai keluarga, saudara sepupu. Pekerjaan-Nya sebagai tukang kayu. Yesus hidup wajar sebagai manusia, jasmani-Nya sebagai manusia terbatas, tidak memiliki keistimewaan lain. Jasmani-Nya sama dengan manusia umumnya. Ia bisa merasakan lapar, letih, dan haus. Dia merasakan semua
72
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 20 Juni 2008.
penderitaan atau kesakitan sebagaimana manusia. Dalam Yohanes 1:14 disebutkan: ”......Sabda sudah menjadi manusia, Ia tinggal diantara kita, dan kita sudah melihat keagungan-Nya, keagungan itu diterima-Nya sebagai anak tunggal Bapa. Melalui Dia kita melihat Allah dan kasih-Nya kepada kita”. Yesus menurut Barukh Ministry mengalami penderitaan lahir batin dan pergumulan sebelum kematian-Nya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Yohanes 4:6, ”.....Di situ terdapat sumur Yakub, Yesus lelah sekali karena perjalanan, sebab itu Ia duduk di pinggir sumur, waktu itu kira-kira pukul dua belas siang”. Barukh Ministry memandang bahwa Yesus sebagai manusia. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, yang akhirnya Yesus disalib dan mati. Umat manusia ditebus oleh-Nya dalam segala penderitaan-Nya. Penderitaan yang dialami oleh manusia ini adalah akibat dosa-dosa yang manusia lakukan. Dalam Markus 14: 33, 34: ”......Lalu Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes pergi bersamasama dengan Dia. Ia mulai merasa sedih dan gelisah. ”Hatiku sedih sekali,” kata Yesus kepada mereka, ”rasanya mau mati saja. Tinggallah disini dan berjagalah.” 73 Bukti kemanusiaan Yesus:74 •
Yesus mempunyai perasaan emosi. Dalam matius 26:37, disebutkan: ”.....lalu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus pergi bersamasama dengan Dia. Ia mulai merasa sedih dan gelisah.” 73
Bersumber dari Alkitab Terbitan tahun 1974 dalam Surat Markus pasal 14 ayat 33, 34,
h. 62. 74
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”,
h. 8.
•
Yesus mempunyai rasa belas kasihan. Kemanusiaan-Nya tersentuh melihat penderitaan orang lain. Dalam Matius 9:36 disebutkan: ”......Waktu Yesus melihat orang banyak itu, Ia kasihan kepada mereka, sebab mereka kebingungan dan tidak berdaya, seperti domba yang tidak punya gembala.
•
Yesus tahu kemarahan manusia. Dia bisa memperbaiki semua emosi manusia karena Dia adalah satu-satunya yang mampu memperbaiki kemanusiaan manusia. Dalam Markus 3: 5 disebutkan: ”......Dengan marah Yesus melihat sekeliling-Nya, tetapi Ia sedih juga, karena mereka terlalu keras kepala. Lalu Ia berkata kepada orang itu, ”Ulurkan tangannmu.” Orang itu mengulurkan tangannya, dan tangannya pun sembuh.”
•
Sebagai manusia, Yesus merasa heran, kagum melihat sesuatu yang lebih. Dalam Lukas 7:9, 10:21 ”.....Yesus heran mndengar itu. Ia menoleh dan berkata kepada orang banyak yang sedang mengikuti-Nya, ”Bukan main orang ini. Di antara orang Ismael pun belum pernah Aku menemukan iman sebesar ini!” ”......Pada waktu itu juga, Yesus bergembira karena dikuasai oleh Roh Allah.”
•
Yesus mengasihi mereka sebagai teman dekat. Dia memiliki rasa simpati. Dalam Yohanes. 11:5: ”......Yesus mengasihi Marta,Maria, Lazrus.”
•
Kehidupan keagamaan Yesus seperti layaknya manusia. Dalam Lukas 4: 16 dijelaskan: ”......Yesus pergi juga ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan, pada hari Sabat, menurut kebiasaan-Nya Ia pergi kerumah ibadat, Ia berdiri untuk membaca Alkitab.”
•
Yesus pergi baribadat dan membaca Alkitab sebagaimana layaknya hidup manusia. Dalam Lukas 2: 46 dijelaskan: ”......Setelah tiga hari mencari, mereka mendapat Dia di dalam rumah Tuhan. Ia sedang duduk mendengarkan para guru agama dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
•
Yesus berdoa. Yesus taat bergantung kepada Allah yang mengutus Dia. Bahkan dalam kemanusiaan-Nya, Ia sama seperti manusia biasa dalam pencobaan. Dalam Lukas 3: 21 dan Matius 4: 1-11disebutkan: ”.......Setelah semua orang itu dibaptis, Yesus juga dibaptis. Dan ketika Ia sedang berdoa, langit terbuka. ”.....Imam Agung kita itu bukanlah imam yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya, Ia sudah dicobai dalam segala hal, sama seperti kita sendiri; hanya Ia tidak berbuat dosa!. Bagi Barukh Ministry Yesus, kebangkitan Yesus tampak seperti manusia
sejati. Ia bertemu dengan Maria Magdalena, Tomas, seperti manusia. Dia bertemu dengan Petrus ketika mendapatkan banyak ikan, dan Dia makan ikan selayaknya manusia.75 Kemanusiaan umat manusia dengan segala kenaifan dan kelemahannya, semuanya sudah dilakukan oleh Firman yang menjadi manusia. Kemanusiaan-Nya mati untuk menggantikan umat manusia biasa. Kemanusiaan umat manusia disempurnakan oleh firman yang menjadi manusia. Kemanusian umat manusia yang telah dirusak dipulihkan kembali oleh Allah. Allah mengalahkan kuasa dosa, melalui tabiat manusia. Dalam Roma 8: 36, dijelaskan: ”......Apa yang tidak dapat dilakukan oleh hukum agama, karena kita manusia lemah, itu sudah dilakukan oleh Allah. Allah mengalahkan kuasa dosa dalam tabiat manusai dengan mengirimkan anak-Nya sendrir, yang datang dalam keadaan sama dengan manusia yang berdosa, untuk menghapuskan dosa.”
75
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta, tanggal 27 Juni 2008.
Yesus menurut mereka datang dalam kemanusiaan-Nya supaya Dia dapat menebus dosa manusia. Sehingga kemanusiaan umat manusia disempurnakan oleh Allah. Ini adalah pekerjaan agung. Dalam Kolose 1: 2 disebutkan: ”........Tetapi sekarang, dengan kamatian Anak-Nya, llah membuat hubungan kalian dengan Dia menjadi baik kembali. Dengan cara itu kalian dapat dibawa menghadap Allah dengan keadaan yang suci, murni dan tanpa sela.” Antara manusia dan Allah tidak ada yang menghubungkan. Manusia selalu mencoba berhubungan dengan Allah. Tetapi, hal ini tidak bisa karena Pencipta Khalik Langit dan Bumi ini sifatnya roh atau ghaib. Sehingga, tidak mungkin bisa dihubungi. Allah pun tidak bisa langsung menghubungi manusia karena tidak seorang pun yang sanggup melihat Allah. Jika manusia melihat Allah pasti manusia tersebut mati. Oleh sebab itu menurut Barukh Ministry, antara manusia dengan Allah dihubungkan oleh Firman yang menjadi manusia.76 Dalam 1 Timotius 2:5 disebutkan: ”.......Sebab, hanya ada satu Allah, dan hanya ada satu penengah antara Allah dengan manusia77. Allah tidak bisa ditandingi, dibandingkan, atau disandingkan dengan apapun. Allah yang gaib, misteri dari sejak awal sampai akhir zaman, sampai kapanpun tidak dapat dilacak dan dilihat manusia. Untuk memahami Ketuhanan Yesus, Barukh Ministry memberikan pemahaman sebagai berikut:78
76
Palmer, The Holy Spirit, h. 12. Bersumber dari Alkitab Terbitan tahun 1974 dalam Surat Paulus Yang Pertama kepada Timotius (1 Timotius) pasal 2 ayat 5, h. 250. 78 Abuna Andreas Kemal, ”Ke-Tuhanan Yesus”, (Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 1. 77
•
Perbedaan istilah TUHAN dan Tuhan; dalam Perjanjian Lama terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata ”TUHAN” dengan huruf besar semuanya didalam menyebut nama Allah. Kata TUHAN (huruf besar semua) diambil dari ”empat huruf” Tetragammaton. Bagi umat Israel untuk nama Allah Yahweh (YHWH = Yod He Waw He) atau Yehuwah. Jika dibaca dengan ucapan ”ADONAI” (TUHANKU).
•
Dalam terjemahan Septuaginta nama YHWH digantikan dengan KURIOS (Penguasa/TUHAN) sebagai ganti dari terjemahan kata ”ADONAI”
•
Bagi Yesus Kristus dikenakan kata gelar ”ADONAI” (Tuhanku) bukan dalam makna ”YHWH” (TUHAN), tetapi sebagai Tuhan (ar-rab, Pangeran, Lord, Tuanku, Penguasa). Perbedaan makna kata ”Allah” dengan makna kata ”Tuhan” menurut mereka berbeda arti. Kata Allah berhubungan dengan ”Keilahian” (ILLAHIYYAH) sedangkan kata Tuhan berhubungan dengan ”Ketuhanan” (RUBUBIYAH). Masalah ke-Tuhanan adalah masalah ke-Penguasaan, yaitu gelar jabatan-Nya sebagai penguasa, sebagai Pemilik Alam, sebagai yang dipertuan (Kurios-Adonai-ar-rabb) (Yoh 35:3, Mat 28:18, Yoh 13:3) harus dibedakan antara ”Keilahian” Yesus dan ”Ketuhanan” Yesus. Keilahian-Nya adalah ke-pra-ada-an-Nya sebagai Sang Kalam yang berada dalam Dzat al-Wujud. Ketuhanan-Nya adalah keberadaan pribadi Sang Pencipta yang wajib ada (DZAT WAJIB AL-WUJUD) atau (HO THEOS) (ELOAH). TUHAN itu Allah (Tuhan Allah) dan Tuhan itu Yesus.
•
Alkitab membedakan pengunaan istilah Allah yang dikenakan kepada BAPA (Dzat al-wujud) yang Qodim, dan istilah Tuhan untuk Yesus Kristus yang diangkat Allah dan dibangkitkan oleh Allah. Ayat-ayat berikut ini menunjukan Yesus adalah Tuhan karena Allah yang membuat Yesus menjadi Tuhan. Karena itu Allah yang satu itu adalah BAPA dan Tuhan yang satu itu adalah Yesus Kristus. Ayat-ayat tersebut adalah, Kis. 2:36 ”Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan”, Rom. 10:9 ”Yesus adalah Tuhan......dan Allah telah membangkitkan Dia”
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan istilah ALLAH berbeda dengan Tuhan. Dasar pengertian kedua istilah tersebut sangat berbeda, meskipun dalam pengucapan bahwa Allah adalah Tuhan dan Tuhan adalah Allah tidaklah salah, tetapi sesungguhnya maknanya berbeda. Penjelasan di atas yang membahas tentang, Keilahian, Kemanusiaan, dan Ketuhanan Yesus, Penulis melihat atau menganalisis adanya perbedaan pandangan antara Barukh Ministry dengan Kristen umumnya tentang Yesus Kristus. Penulis melihat Barukh Ministry mencoba memisahkan antara Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus. Makna Keilahian Yesus konotasinya kepada pemaknaan Yesus sebagai Firman Allah. Keberadaan diri Yesus sebagai Firman sudah barang tentu bukan sebagai manusia yang dilahirkan tetapi kedudukan Dia lebih tinggi karena memiliki kepra-ada-an Allah. Sedangkan makna Kemanusiaan pada diri Yesus adalah, bahwa Yesus adalah benar-benar
manusia seutuhnya. Meskipun sebagai Firman, Dia berasal dalam diri Bapa, zat dalam diri Allah melekat, sehakikat, sederajat. Tetapi, Dia keluar dan menjadi manusia. Dari sinilah Penulis melihat bahwa Barukh ministry mencoba memaknai antara Keilahian-Nya dan Kemanusiaan-Nya tidak pernah berbaur dan tidak pernah bercampur. Ketuhahanan Yesus yang telah dijelaskan di atas menurut analisis Penulis adalah, Barukh Ministry disini mencoba untuk memisahkan sebutan ”Tuhan” kepada Allah dengan sebutan ”Tuhan” kepada Yesus. Perbedaan makna kata ”Allah” dengan kata ”Tuhan” berbeda arti. Kata Allah berhubungan dengan ”Keilahian” (ILLAHIYYAH) sedangkan kata ”Tuhan” berhubungan dengan ”Ketuhanan” (RUBUBIYYAH). Dari sini jelaslah bahwa Barukh Ministry tidak setuju dengan kebanyakan orang Kristen yang mengatakan Yesus ”Anak Tuhan”, karena Tuhan (ketuhanan) disini berarti gelar. Sebutan yang lebih tepat menurut Barukh Ministry adalah ”Anak Allah”. Allah berarti ke-Allahan. Yang berarti berbicara tentang kepradaan-Nya sebagai Firman yang melekat, sehakekat, dan sederajat. Jadi, dari beberapa analisis yang Penulis ungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan antara Keilahian Yesus dan Kemanusiaan Yesus tidak pernah berbaur keduanya berbeda dalam kedudukan-Nya sebagai ”Firman”. Dan istilah Ketuhanan disini dapat dibedakan antara ”Rububiyyah” dan ”Illahiyyah”. Rububiyyah cenderung pada sebutan ”Tuhan” sedangkan Illahiyyah cenderung pada sebutan Allah. Maka Allah adalah Tuhan Allah sedangkan Tuhan itu adalah Tuhan Yesus.
c. Dzat, Kalam dan Hayat Qodim (Ke-kekal-an Allah, Firman dan Roh) Setelah kita membaca tentang Allah, Yesus, Roh Kudus dalam pandangan Monoteisme Barukh Ministry, Penulis mencoba menguraikan hubungan ketiganya atau Kekekalan Allah, Firman dan Roh. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Penulis maka dapat diuraikan Ke-kekal-an Allah, Firman, dan Roh kudus dalam Barukh Ministry sebagai berikut: Allah adalah Esa dan tidak berkesudahan, atau kekal (Qodim), Dia memiliki kehidupan (Roh) atau al-Hayat dan memiliki pikiran (Logos) atau ”Firman” atau al-Kalam, sebab Dia adalah Sang Khalik-Pencipta segala sesuatu. Dalam diri Allah ada hukum ”Wajib Ada” dan ”Wajib Tidak Ada” atau ”Mustahil Tidak Ada”.79 1. ”Wajib Ada” bagi Dzat al-Wujud-Nya- karena Allah itu ”ada” tentu Wujud-Nya-pun pasti ada, akan tetapi ”Wajib Tidak Ada” Wujud-Nya yang menyamai Dia dan serupa dengan Dia, dan tidak dapat dibayangkan dalam bayangan apapun, karena Dia adalah Ghaib Allah itu Roh adanya (yang disapa sebagai Bapa). Jadi Wujud-Nya ”Wajib Ada”namun”Wajib Tidak Ada” Wujud-Nya yang serupa atau ”Mustahil” ada Wujud-Nya. 2. Allah itu ”Wajib Ada” memiliki kehidupan-memiliki Roh atau Hayat dan tidak mungkin Allah itu mati atau tidak memiliki Roh, dan tidak mungkin dari sejak semula Allah tidak memiliki Roh atau diciptakan kemudian, 79
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”,
h. 14.
karena Roh Allah melekat sehakekat (Qoimah) Dzat al-Wujud-Nya. Jadi ”Wajib Ada” Roh itu dalam diri Allah dan ”Wajib Tidak Ada” Roh itu diciptakan kemudian. Sejak kekal Roh itu melekat dalam Dzat-Nya sehakekat (Qoimah). Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan segala sesuatu yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada dalam Dia, dia di dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber kehidupan (al-Hayat). 3. Allah itu ”Wajib Ada” memiliki Firman (Logos) atau Kalam, karena Dia menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan Firman-Nya tidak diciptakan, sudah ada kekal bersama Allah. Dan ”Wajib Tidak Ada” kalau Firman itu diciptakan kemudian, karena tidak mungkin Allah penah tidak ada. Dari kutipan di atas dapat kita simpulkan Ke-kekal-an Allah, Firman dan Roh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena ketiga-Nya ”Wajib Ada” dan ”Mustahil Tidak Ada”. Allah tidak dapat dipisahkan dengan Firman-Nya yaitu Yesus yang dilihat dari segi Keilahian-Nya, serta Allah juga tidak dapat dipisahkan dengan Roh karena kalau tidak ada Roh dalam Allah bagaimana Allah dapat menciptkan umat-Nya.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah diuraikan dan dijelaskan tentang monoteisme Barukh Ministry, kita dapat mengetahui bahwa monoteisme menurut mereka sama halnya dengan apa yang diyakini oleh agama lain, khususnya agama Yahudi dan Islam. Barukh Ministry meyakini akan ke-Esaan Allah karena Konsep monoteisme dalam Barukh Ministry hakekatnya mengacu kepada monoteisme Abraham sebagai sentral atau pusat dari agama-agama yang mempunyai tradisi monoteistik. Allah bagi mereka adalah Allah Yang Esa (tauhid). Allah adalah Esa tidak berkesudahan, atau kekal (Qodim). Dia memiliki kehidupan (Roh) atau Hayat dan memiliki pikiran (Logos) atau Firman (al-Kalam). Dalam kesehariannya Barukh Ministry tidak
menggunakan istilah
Tritunggal dengan sebutan ”Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, tetapi menggunakan istilah Allah yang Esa dengan sebutan ”Allah Bapa, Anak (FirmanNya) dan Roh Kudus (Roh-Nya) ” sesuai yang terdapat dalam (Ul.6:4 dan Markus.12:29). Sebutan tauhid Barukh Ministry tersebut bukan berarti tidak mempunyai argumentasi
atau makna yang dalam. Mereka memahami dan berkeyakinan
bahwa Allah benar-benar Esa bukan Tritunggal. Pemahaman tentang Yesus yang kontroversial mereka memahaminya sebagai Firman atau Logos Allah. Firman tidak pernah diciptakan melainkan Firman tersebut ada bersama Allah, karena
Allah menciptakan sesuatu dengan Firman-Nya. Firman itu Logos atau pikiran Allah, maka mustahil menurut Barukh Ministry Allah tidak memiliki pikiran. Disamping Yesus sebagai Firman (logos) atau pikiran Allah dilihat dari segi Ke-Ilahian-Nya, Yesus-pun merupakan manusia di dalam kemanusiaan-Nya, karena memiliki kepraadaan-Nya sebelum menjadi manusia. Menurut Barukh Ministry Kepraadaan-Nya sebelum menjadi manusia adalah ada dalam ilahi. Dia memiliki benih ilahi. Dalam benih, dia lahir menjadi manusia sampai mati. Allah tetap kekal tidak mengalami kematian, Yesus dalam keilahian-Nya tidak mengalami kematian, yang mengalami kematian adalah keberadaan Yesus dalam kemanusiaan-Nya. Sedangkan Roh Kudus dalam pandangan Barukh Ministry merupakan Hayat atau kehidupan Allah. Karena Allah bersifat Roh maka mustahil diri-Nya dapat digambarkan secara materi. Roh wajib ada pada Allah karena mustahil Allah tidak memiliki kehidupan (hayyat). Allah, Yesus dan Roh Kudus merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, tetapi walaupun demikian Barukh Ministry tidak menyebut ketiga unsur tersebut sebagai Tritunggal melainkan sebagai unsur Tauhid (Esa). Mereka dalam teologinya hanyalah ada, “Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus (Roh-Nya) ”. Dzat, Kalam dan Hayat Qodim (Ke-kekal-an Allah, Firman dan Roh) dalam kesimpulan di atas merupakan sebuah Konsep Monoteisme Barukh Ministry, sebagai jawaban atau tujuan akhir dari skripsi yang Penulis bahas. Konsep monoteisme Inilah yang mendasari Barukh Ministry tetap memelihara
tradisi semit yakni dengan memakai istilah Allah yang esa dan menyebutkan Yesus adalah Junjungan Ilahi, yang digunakan oleh Gereja-gereja Semit. Ada perbedaan dengan monoteisme dalam Islam, dimana perbedaan tersebut bisa dilihat dari segi penafsiran Barukh Ministry tentang monoteisme yang mengatakan adanya Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus (RohNya). Tetapi dalam Islam hanya mengenal Allah. SWT, seperti ada beberapa filofof Islam yang memberikan pernyataan bahwa dirinya ada kesatuan dengan Allah Sebenarnya masih banyak yang harus dibahas untuk menggali Konsep Monoteisme Barukh Ministry, tetapi karena kurangnya analisis nalar yang Penulis miliki, akhirnya hanya pembahasan yang ada di atas itulah yang dapat ditampilkan dalam pembahasan skripsi ini. Penulis berharap pada periode yang akan datang ada yang dapat menyempurnakan pembahasan ini.
B. Saran-Saran Pada dasarnya, kita percaya bahwa semua mahluk di dunia ini percaya akan keberadaan Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Esa, meskipun manusia berbeda-beda dalam menafsirkan tentang keberadaan-Nya. Perbedaan paham dalam mengiterprestasikan Dzat Yang Maha Kuasa terkadang membuat umat manusia lupa bahwa mereka dilahirkan dari satu keturunan. Mereka kadang bermusuhan satu sama lainnya hanya karena perbedaan pandangan mereka tentang Pencipta.
Konsep Monoteisme Barukh Ministry boleh dikatakan berbeda dengan Kristen umumnya khususnya yang mempunyai paham Gereja Barat, tetapi tidak adil kalau kita sebagai umat dari satu keturunan yaitu Ibrahim (Abraham) menyikapi perbedaan tersebut dengan kebencian dan fitnah yang akhirnya terjadi pertumpahan darah. Perbedaan pandangan ini seharusnya dijadikan sebagai sebuah pelajaran bagi pemuka-pemuka agama untuk mengintrospeksikan diri, apa yang kurang atau apa yang salah dalam ajaranya masing-masing. Lembaga Barukh Ministry seharusnya lebih gigih dalam mensosialisasikan ajarannya kepada masyarakat dan memberikan pelayanan karena tuhan semata, bukan karena tuntutan untuk menambah umat.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, th. 2000. Arifin, Menguak Misteri Agama-agama Besar, Jakarta: PT. Golden Troyon, 1998. Arkhimandrit, Romo. Daniel Bambang Dwi Byantoro. PhD, Iman Orthodox Secara Ringkas, T.tp: T.pn, T.t. Armstrong, Karen, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan Oleh Orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam Selama 4000 Tahun, Penerjemah Zainun Am, Bandung: Mizan, 2001. Badudu, S.J. Sultan Mohammad Zain, Kamus Umum B. Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996. Baaren, Teodorus, ”Monotheism” dalam William Benton, ed., Encyclopedia Britannica, London: Knowledge in Depth, 1974. Belford, Lee. A, “Monotheism”, dalam Ruth N. Anshen, ed., Encyclopedia Americana, vol. 19, New York: Harper & Bros., 1952. Berkhof , L., H., Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2000. Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1995. Gazalba, Sidi, Sistimatika Filsafat, Buku III, Cet-I, Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Heukeun, Ensiklopedia Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 19993. Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama), cet. ke-1, Bandung: Pustaka Setia, 2000. Kemal, Abuna Andreas, Makalah, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, Jakarta: Barukh Ministry, 2006. Kemal, Abuna Andreas, Makalah, ”Monoteisme Abraham”, Jakarta: Barukh Ministry, 2008. Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Kembali Kepada Monoteisme Abraham”, Jakarta: Barukh Ministry, 2000. Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Kekristenan dan Ketauhidan Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham”, Jakarta: Barukh Ministry, 2000.
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahiaan, Kemanusiaan, dan Ketuhanan Yesus”, Jakarta: Barukh Ministry, 2000. Noer, Kautsar Azhari, ”Tradisi Monoteistik”. Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. Ofm, Dister. Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, Yogyakarta: Kanisius, 1993. Palmer, Yakub B, The Holy Spirit, Phil: Presbyterian and Reformed Pab, 1989. Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996. Smith, Wilfred C., Memburu Makna Agama, Bandung: Mizan, 2004. Susabsada, Yakub B, Mengenal dan Bergaul dengan Allah: Sebuah Refleksi Iman Kristen Kepada Allah Yang Hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, Batam: Gospel Press, 2002. Tim Penulis, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), Jakarta: CeDA, 2007.
Daftar Pustaka dari Internet: http://www.barukhministry.com http://www.sttapostolos.ac.id http://www.wikipedia.org