KONSEP & KAEDAH DASAR FIQIH MUAMMALAH MAALIYAH SESI II : ACHMAD ZAKY
Definisi Kaedah Fiqih Kaedah pondasi atau dasar Hukum / perkara universal yang bisa memahami untuk memahami beberapa hukum dan masalah yang masuk dalam cakupan pembahasannya
Fiqih paham Mengetahui hukum syar’i yang berhubungan dengan amal perbuatan hambanya
“Hukum atau pondasi yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk memahami permasalahan fiqih yang tercakup dalam pembahasannya.”
Manfaat Kaedah 1. Mengetahui banyak permasalahan fiqih yang tercakup dalam pembahasannya 2. Membantu dalam memberikan hukum yang kontemporer dan belum pernah terjadi sebelumnya dengan mudah
Sumber Kaedah Fiqih 1
2
3
• Terambil langsung dari Al Quran dan As Sunnah • Ex: kaum muslimin tergantung pada syarat mereka
• Tidak terambil langsung dari nash, namun kandungannya berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah • Ex: Sesuatu yang yakin tidak bisa dihilangkan dengan sebuah keraguraguan
• Berdasarkan ijtihad para ulama.
Macam Kaedah Fiqih
Cabang dari Kaedah Besar ex: “ kondisi darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”
Sumber
Kaedah Besar
Keluasan
Tidak termasuk kaedah besar
Bukan cabang, namun mencakup banyak masalah fiqih
Sempit
ex: “Sesuatu yang mengikuti maka hukumnya mengikuti” larangan menjual buah yang masih muda di pohon, namun bila yang dibeli pohonnya, maka buath tersebut bagian dari pohon maka boleh
Disepakati ulama Disepakati / Diperselisihkan Ulama
Madzhab tertentu
Kesulitan Membawa Kemudahan
Tidak Boleh Berbuat Sesuatu yang Membahayakan
Sesuatu Yakin Tidak Bisa Hilang dengan Keraguan
Amal Perbuatan Tergantung Niat
Adat Kebiasaan bisa Dijadikan Sandaran Hukum
KAEDAH BESAR
Memfungsikan ucapan lebih baik daripada menghilangkannya
Contoh Penerapan: 1.
Menjual anggur dengan tujuan memasok perusahaan pembuat miras?
2.
Seseorang yang dititipi barang, kemudian dipakai lalu disimpan dengan niat dipakai kembali dilain waktu, namun belum sempat dipakai lagi barang tersebut rusak, siapa yang bertanggung jawab terhadap kerusakan tersebut?
3.
Orang punya hutang, namun ragu sudah melunasi atau belum, maka sikap yang diambil?
4.
Merokok..?
5.
Membangun jendela pada posisi yang sangat dibutuhkan, namun tepat menghadap ruang tempat berkumpulnya tetangga yang merupakan kos mahasiswi-mahasiswi cantik nan rupawan..?
Kaedah 5: Adat Kebiasaan bisa Dijadikan Sandaran Hukum
Macam Urf
Ucapan (qouli) Amalan (amali)
Syarat Urf
Kaedah 5: Adat Kebiasaan bisa Dijadikan Sandaran Hukum Berlaku Umum (dipahami seluruh masyarakat)
Tidak Bertentangan dengan Nash Syar’i
Berlaku sejak Lama, dan bukan urf baru
Bertentangan Total ex: dipajang waktu nikah, nabung dibank riba Benturan sebagian ex: larangan jual beli barang yg belum diketahui, namun adat jual beli pesanan boleh
Bertentangan dengan hukum yg dikatakan ulama mujtahid sebelumnya “hukum bisa berubah dengan perubahan zaman dan waktu
KAEDAH-KAEDAH DASAR DALAM BISNIS
KAEDAH YANG DIGUNAKAN DALAM BISNIS (MUAMMALAH MAALIYAH) 1. 2. 3. 4.
Hukum Asal dalam Bab Muamalah adalah Mubah Hukum asal segala sesuatu adalah bebas tanggungan Prinsip tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain Segala sesuatu yang mengantarkan pada keharaman, maka hukumnya haram 5. Beralasan untuk melaksanakan yang haram, tidak mengubah status keharamannya. 6. Niat baik tidak melegalkan diperbolehkannya melakukan yang haram. 7. Hal-hal yang mendesak (dharurat) membolehkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang haram 8. Segala bentuk pinjaman yang mengakibatkan keuntungan yang disyaratkan, maka dianggap riba 9. Umat Islam tergantung pada syarat mereka 10. Segala sesuatu yang diperbolehkan untuk menjualnya, maka boleh juga untuk menyedekahkannya dan menggadaikannya Sumber: Majalah PENGUSAHA MUSLIM, Edisi 3 Volume 1 tanggal 15 Maret 2010
Hukum asal segala sesuatu adalah bebas tanggungan Asal status hukum kepemilikan seseorang adalah terbebas dari segala tuntutan. Tidak ada seorang pun yang dituntut oleh orang lain tentang sesuatu yang dimilikinya, kecuali jika ada bukti kuat yang menafikannya. Jika hanya sekadar pengakuan atau tuduhan, maka dianggap tanpa ada landasan dan alasan yang kuat. lahirlah prinsip lain yaitu
‘bukti diharuskan ada bagi pihak yang mendakwa (mengaku) dan sumpah itu diambil dari orang yang mengingkarinya’.
Beralasan untuk melaksanakan yang haram, tidak mengubah status keharamannya. Ibnul Qayyim berkata, “Kerusakan yang sangat besar yang dikandung dalam riba, tidak cukup hanya dengan mengubah nama aslinya dari riba menjadi transaksi lainnya. Begitu juga tidak berarti hanya dengan mengubah bentuknya menjadi bentuk lainnya.”
Niat baik tidak melegalkan diperbolehkannya melakukan yang haram “Barangsiapa yang mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia menyedekahkannya, maka dia tidak akan mendapatkan pahala, dan dosanya akan dibebankan padanya.” (HR. Ibnu Hibban no. 3216)
Hal-hal yang mendesak (dharurat) membolehkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang haram Prinsip ‘kecuali dalam keadaan terpaksa’ ini diikat dengan suatu batasan ‘tidak boleh melampaui batas’ dalam menggunakan sesuatu yang haram, juga tidak keluar dari batasan darurat. Dari prinsip ini, ulama fiqih mengambil sebuah kaidah lain yang berbunyi, “Apa yang diperbolehkan dalam kondisi darurat, diukur sesuai dengan ukurannya.”
Sesungguhnya darurat itu adalah suatu keadaan yang bisa memaksa seseorang pada kehancuran.
TERIMA KASIH......
DISKUSI YUUUUUK.....