KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI
KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI Haryono KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat modern terhadap produk tanaman selain mengarah pada sisi kualitas dan
ekonomis (murah), juga
kepedulian
terhadap lingkungan dan kesehatan. Tuntutan tersebut pada hakekatnya tidak hanya berkembang pada masyarakat konsumen, tetapi juga menjadi kepedulian masyarakat produsen dan yang berada di ekosistem produsen karena memang daya saing suatu produk tidak dapat dilepaskan dari respon produsen terhadap tuntutan pasar. Satu rantai proses produksi produk tanaman yang terkait dan berdampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan, adalah metode pengendalian organisma pengganggu tanaman (OPT) yang menggunakan cara-cara kurang bijaksana, yang tercermin antara lain oleh banyaknya usulan dan regulasi internasional, seperti Sanitary and Phytosanitary
Measure (SPM) dan Minimum Residu Pesticide Limit (MRL) tentang standar ekspor produk tanaman terkait kandungan residu pestisida, serta munculnya produk pertanian organik yang berdaya saing tinggi.
Negara produsen
produk pertanian, seperti Indonesia pernah mengalami dampak buruk penggunaan pestisida yang kurang bijaksana, seperti terjadinya resistensi dan resurjensi hama, keracunan pengguna pestisida dan punahnya organisme
non
target,
menanggapinya
dengan
memberlakukan
pembatasan penggunaan pestisida yang ketat dan mewajibkan pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penurunan daya saing produk ekspor, antara lain tercermin dari adanya penolakan
produk ekspor pertanian
Indonesia karena pencemaran residu pestisida, meskipun masih dalam volume ekspor yang sangat terbatas, misalnya penolakan ekspor tembakau 1
Haryono, Semnas Pesnab IV Jakarta 15 Oktober 2011
ke Eropa dan sayuran ke Singapura dan Taiwan. Harus diakui bahwa pengawasan penggunaan pestisida di lapangan dan kajian yang intensif mengenai residu kimia pada produk pertanian kita masih lemah. Sejak beberapa tahun terakhir, perhatian, pemanfaatan dan aplikasi pestisida nabati dan hayati dalam proses produksi pertanian, khususnya untuk menekan kehilangan dan kerugian hasil akibat OPT, dapat menjadi salah satu andalan untuk menjawab tuntutan masyarakat modern mengenai produk pertanian yang lebih sehat dan berkualitas.
Bagi Indonesia yang
terletak di wilayah tropis, dengan keaneka ragaman hayati berlimpah, ketersediaan banyak jenis tanaman penghasil pestisida pengendali OPT pertanian ramah lingkungan di seluruh pelosok negeri, merupakan peluang yang sangat menjanjikan dalam menekan penggunaan pestisida kimiawi, yang tercatat penggunaannya terus meningkat seiring dengan meningkatnya tuntutan kuantitas dan kualitas produksi pertanian.
PESTISIDA NABATI DI INDONESIA Peran Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai zat pembunuh, penolak, pengikat ataupun penghambat pertumbuhan OPT.
Pestisida nabati relatif lebih
mudah dibuat, lebih mudah terurai di alam dan lebih aman bagi manusia dan lingkungan. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, berperan dalam
juga
dapat
meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan
efisiensi usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan. Sejarah
menunjukkan
bahwa
pengendalian
hama
dengan
memanfaatkan pestisida nabati banyak dilakukan sebelum tahun 1940’an. Era setelah itu adalah era pestisida kimiawi, yang kemudian berdampak luas pada kehidupan organisma di muka bumi.
2
KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI
Pemanfaatan
pestisida
nabati
secara
luas
akan
langsung
berpengaruh terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak positif terhadap kualitas produk tanaman
terutama dengan
makin terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida kimiawi. Kondisi produk tanaman yang demikian, saat ini menjadi perhatian konsumen dan dapat memberikan image kualitas produk yang tinggi. Status Pestisida Nabati Di dunia tercatat 2000 jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pestisida. Diantaranya yang cukup dikenal dikenal sejak lama sejak lama di Indonesia, yaitu akar tuba, mimba, cengkeh, serai, bengkuang, srikaya, dan tembakau. Masing komoditas pestisida nabati ini memiliki wilayah pengembangan yang spesifik. Misalnya, akar tuba banyak ditemukan di pesisir Sumatera, Kalimantan dan Jawa, tembakau ditanam di 9 propinsi, mimba banyak terdapat di wilayah kering beriklim kering (seperti Jawa Timur, Bali, NTT, NTB). Dari kegiatan seminar nasional khusus tentang pemanfaatan pestisida nabati yang telah diselenggarakan sebanyak 3 kali oleh Badan Litbang Pertanian sejak 1993, 1999, dan 2005 terungkap sangat banyak jenis tanaman di Indonesia yang sudah diteliti dan dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Juga dapat dibuktikan banyak jenis OPT yang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati. Terungkap beragam jenis formulasi pestisida nabati yang dikembangkan. Tetapi, sangat sedikit pestisida nabati yang telah dipasarkan secara komersial. Misalnya, jumlah petisida nabati atau hayati yang terdaftar di Pusat Perizinan dan Inventasi, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, hanya tercacat 22 merek dari 2067 merek pestisida yang beredar di Indonesia. Sedangkan bahan aktif pestisida yang tergolong nabati/hayati jauh lebih sedikit, yaitu tiga merek aktif
Bacillus
thuringiensis, serta satu merek mengandung Bacillus coagulans.
Hal ini
berbahan
aktif
azadiraktin
dan
18
merek
berbahan
mengindikasikan masih lemahnya posisi pestisida nabati dan hayati pada sistem pertanian. Oleh karena itu, saya mengharapkan ada kajian khusus 3
Haryono, Semnas Pesnab IV Jakarta 15 Oktober 2011
mengapa hal ini bisa terjadi; apakah karena sulitnya perizinan, mahalnya biaya perizinan, atau belum siapnya produk pestisida nabati/hayati memasuki industri pestisida. Perkembangan pestisida
nabati/hayati
terakhir hasil
menunjukkan peneliti
Litbang
ada
beberapa
Pertanian
formula
yang
telah
dipatentkan dan dikerjasamakan pengembangan dan pemasarannya melalui lisensi. Namun, yang juga harus menjadi perhatian kita bersama saat ini yakni, bagaimana agar pestisida nabati dapat bersaing dengan pestisida sintetik dalam hal jumlah, keefektifan, ekonomis dan kemudahan aplikasinya sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu komponen penting dalam proses produksi untuk menekan kehilangan hasil akibat OPT. Saya merasa optimis ketika mengetahui beberapa perkembangan penelitian dan pengembangan yang saya catat sangat prospektif, misalnya diperkenalkannya produk pestisida nabati ORGANEEM dengan bahan dasar mimba, CEES dengan bahan dasar cengkeh dan sereh wangi, ATLABU dengan bahan dasar selasih, dan masih banyak lagi produk pestisida nabati lainnya, baik yang masih dalam skala penelitian, maupun sudah sampai skala pengembangan. Kendala Berbagai kelemahan pemanfaatan pestisida nabati, seperti bahan aktif yang mudah terurai, sebaran tanaman yang seringkali spesifik lokasi, kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat bergantung pada varietas dan lokasi penanaman, pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru, dan banyak kelemahan lainnya yang sebenarnya sekaligus juga merupakan kelebihan pestisida nabati, maka seharusnya kelemahan
tersebut
tidak
dijadikan
sebagai
kendala
dalam
pengembangannya. Saya juga mengamati bahwa promosi pemanfaatan pestisida nabati di Indonesia tidak dilakukan secara gencar, sistematis dan konsisten, sehingga dapat menyebabkan produk pestisida nabati kalah pamor dengan komponen pengendalian lainnya, terutama pestisida kimiawi. 4
KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI
Karena itu, saya berpendapat pemanfaatan pestisida nabati untuk pengendalian OPT di Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari campur tangan pemerintah dan swasta. Untuk hal demikian diperlukan ilmu dan teknologi yang dapat mendukung pemanfaatannya. yang
telah
dicanangkan
Kementerian
GO ORGANIC 2010
Pertanian
tampaknya
dapat
memberikan dorongan kuat untuk menghasilkan produk yang dapat mendukung proses produksi tanaman yang ramah lingkungan.
Demikian
pula dari sisi swasta. Sebagai gambaran penjualan produk organik dunia pada tahun 2004 mencapai US$27.8 milyar. Pasar menurut WTO
produk organik dunia
saat ini meningkat setiap tahun dan pada tahun
2010
diperkirakan mencapai 100 milliar US dollar. Dalam satu dekade ini terjadi peningkatan penggunaan produk organik sekitar 20 - 25% untuk kawasan Uni Eropa, bahkan untuk beberapa negara dapat mencapai 50 persen per tahun. Selain itu, harga produk organik di pasar internasional pun bisa mencapai 5 - 10 kali dari harga produk biasa.
ARAH PEMANFAATAN Dasar dari pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT adalah pemahaman pemeliharaan ekosistem. Oleh karena itu penguasaan ilmu dan kelengkapan informasi tentang hal tersebut harus menjadi prioritas utama dalam penelitian. Penelitian dan pengembangan pestisida nabati dalam teknologi pengendalian OPT harus diarahkan ke depan pada beberapa kegiatan, yakni pemetaan
wilayah
pengembangan
tanaman
penghasil,
varietas
berkandungan bahan aktif tinggi, teknik formulasi dan penyimpanan agar tahan lama dengan efektivitas yang tinggi dan tetap stabil, serta teknik pengembangan secara masal yang ekonomis.
5
Haryono, Semnas Pesnab IV Jakarta 15 Oktober 2011
STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Keberhasilan pemanfaatan dan pengembangan di banyak tempat di dunia, bukan hanya karena kondisi fisik dan faktor lingkungan yang mendukung, tetapi juga adanya upaya yang kuat dan konsisten Pemanfaatan
sumber bahan tanaman domestik seharusnya
mendapat perhatian dalam penelitian dan pengembangan pestisida nabati, walaupun dalam kondisi tertentu tetap harus dibuka peluang pemanfaatan pestisida nabati nondomestik untuk memperoleh hasil pengendalian yang optimal.
Kondisi tertentu yang dimaksud adalah kondisi ketika
pestisida
nabati asal domestik tidak mampu mengendalikan OPT penting. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan pestisida nabati seringkali dibatasi oleh kendala dana, waktu dan fasilitas. Agar keinginan yang kuat dan konsistensi pelaksanaan penelitian dan pengembangan dapat terjaga dengan baik maka diperlukan strategi yang tepat. Beberapa strategi yang perlu mendapat perhatian yaitu (1) menyusun program dan menetapkan prioritas penelitian, (2) pemanfaatan informasi yang tersedia semaksimal mungkin, (3) melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan institusi
atau
lembaga
lain
yang
berkepentingan
atau
terkait,
(4)
mengusahakan peningkatan sumber daya manusia, serta (5) melaksanakan evaluasi penelitian dan pengembangan secara periodik. Program dan prioritas penelitian perlu disusun dan ditetapkan berdasarkan pertimbangan komoditas pestisida nabati bernilai ekonomis efektif atau yang mampu memberi tambahan pendapatan bagi petani dalam usaha mengatasi kendala produksi karena serangan OPT yang sangat merugikan dan masih sangat bergantung pestisida kimiawi. Pemanfaatan informasi yang tersedia semaksimal mungkin melalui studi pustaka, komunikasi elektronik, dan pertemuan ilmiah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penelitian. Kegiatan demikian selain dapat melengkapi aspek lain yang belum mendapat perhatian untuk diteliti, juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya penelitian yang berulang dan tumpang tindih. 6
KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI
Koordinasi dan kerjasama antar lembaga dan institusi yang baik sangat
diharapkan
dapat
memberikan
hasil
yang
optimal
dalam
pemanfaatan pestisida nabati. Fasilitas yang dimiliki oleh suatu lembaga atau institusi dapat dimanfaatkan oleh institusi lain yang memerlukan. Kelemahan dalam aplikasi dapat semaksimal mungkin dihindari melalui komunikasi yang baik antar lembaga dan institusi terkait. Suatu kegiatan evaluasi penelitian dan pengembangan harus dilakukan secara periodik untuk menghindari langkah pengendalian yang kurang tepat dan sekaligus dapat memperbaiki kekeliruan sedini mungkin sehingga tercapai hasil yang maksimal. Evaluasi demikian hendaknya dapat dilakukan dengan melibatkan pengguna dan pihak lain yang terkait.
PENUTUP Pestisida nabati merupakan pengendali OPT yang memiliki peran selain sebagai pengendali alamiah yang ramah lingkungan, juga sebagai basis dalam meningkatkan daya saing produk. Perkembangan pemanfaatan pestisida nabati di tanah air, walaupun akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, yang antara lain ditunjukkan dengan adanya produk inovasi pestisida nabati yang dipatentkan dan dilisensikan pengembangannya melalui kerjasama dengan pihak
swasta,
ternyata
pengembangannya
masih
mengingat
perlu
potensi
didorong Indonesia
keragaman jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati
dan yang
ditingkatkan besar
dalam
untuk mendorong
peningkatan daya saing produk pertanian, efisiensi usahatani, serta kelestarian lingkungan, Kebijakan dan penerapannya yang konsisten dari semua pihak terkait dalam pemanfaatan
pestisida nabati sangat diperlukan, sehingga
program pembangunan pertanian berkelanjutan dapat terwujud. Dari sisi penelitian dan pengembangan, konsistensi perhatian terhadap pestisida telah ditunjukkan pada hasil-hasil seminar nasional pestisida nabati yang telah diselenggarakan empat kali sejak tahun 1993, 1999, 2005 dan tahun
7
Haryono, Semnas Pesnab IV Jakarta 15 Oktober 2011
2011 sekarang ini.
Melalui seminar nasional demikian perkembangan
penelitian dan pengembangan pestisida nabati akan dapat terpantau dan terdokumentasi dengan baik. Perencanaaan penelitian dan pengembangan agar dilakukan secara sistematis dengan mengacu pada pemecahan kendala pada kurun waktu berjalan. Untuk mengatasi kendala dana, waktu dan fasilitas di bidang penelitian dan pengembangan, perlu dilakukan strategi penetapan program dan prioritas penelitian dengan memanfaatkan informasi yang tersedia semaksimal mungkin, serta melaksanakan koordinasi dan kerjasama penelitian, dengan
mengutamakan peningkatan sumberdaya manusia, dan
melaksanakan evaluasi kegiatan secara periodik. Sebagai
penutup,
saya
ingin
mengajak
kita
semua
untuk
menyatukan langkah pemanfaatan pestisida nabati secara optimal untuk mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan. Mari kita contoh salah satu negara yang sukses dalam pengembangan dan pemanfaatan pestisida nabati berbahan dasar mimba, baik untuk komersial dan non komersial, tidak hanya untuk pengendalian OPT tetapi juga aspek kesehatan manusia.
8