Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
BAB 5
Maret 2008
STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN
5.1
Strategi dan Tujuan Pembangunan
5.1.1
Tujuan Pembangunan
Dengan mempertimbangkan pembangunan nasional dan daerah, serta potensi
pembangunan,
tujuan dan strategi masa depan di bawah ini diusulkan bahwa dalam pembangunan ekonomi daerah didasarkan pada pertimbangan terhadap lingkungan dan penanggulangan kemiskinan untuk merumuskan studi master plan pengembangan jalan. Tujuan 1: Pengembangan Pulau Sulawesi sebagai Pelopor di Kawasan Timur Indonesia dan sebagai Pintu Gerbang untuk Pulau-Pulau Lain Indonesia dan Negara-Negara di Asia. Tujuan 2: Pengembangan Sulawesi yang Ramah Lingkungan untuk Menanggulangi Kemiskinan 5.1.2
Strategi Pembangunan
Untuk mencapai tujuan pembangunan, strategi pembangunan daerah di bawah ini diusulkan oleh Tim Studi: Strategi 1: Pertumbuhan ekonomi melalui Pengembangan Industri Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi, diperlukan pembangunan industri, khususnya industri olahan kalau perlu dengan memanfaatkan sumber daya pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan. Strategi 2: Pertumbuhan Ekonomi di Pusat Kegiatan Perekonomian Sulawesi akan ditingkatkan dengan pembangunan ekonomi dan sosial pada pusat kegiatan nasional dan wilayah (kota). Pusat kegiatan nasional akan dikaitkan dengan pembentukan klaster di Pulau Sulawesi dengan memanfaatkan keterkaitan antar pulau dan di dalam pulau. Strategi 3: Penanggulangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi dengan Penguatan Layanan Administrasi Publik Kesenjangan sosial dan ekonomi dapat ditanggulangi dengan penguatan layanan administrasi publik dan keterpaduan ekonomi daerah di pulau Sulawesi, khususnya daerah terpencil di pedesaan. Strategi 4: Pembangunan Sulawesi dengan Pertimbangan yang cukup pada Lingkungan, dan Keselamatan terhadap bencana Sulawesi harus dikembangkan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan, pengurangan beban lingkungan, keamanan dari bencana dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
5-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
5.2
Konsep Pembangunan Pulau Sulawesi
5.2.1
Rencana Pembangunan dengan Penguatan Keterkaitan Antar-Daerah di Sulawesi serta Pulau Lainnya di Indonesia dan Negara-negara Asia Lainnya
(1)
Keterkaitan dengan Pulau Lainnya di Indonesia serta Negara-negara Asia lainnya
Rencana tata ruang nasional menjabarkan tiga zona pembangunan di Indonesia, yaitu Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.1. Sulawesi dapat menjadi lokasi strategis yang menghubungkan tiga zona pembangunan serta negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia Timur Laut melalui ujung utara Pulau Sulawesi di Manado. Surabaya sebagai kota industri di Jawa Timur juga dapat memanfaatkan keterkaitan melalui Sulawesi ini untuk perdagangan internasional.
Cross Boarder Transport to Mindanao
Northern Belt Sulawesi
Middle Belt
Southern Belt
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.1
Usulan Keterkaitan Zona Pembangunan Indonesia melalui Sulawesi
Peran penting Pulau Sulawesi lainnya dalam pembangunan nasional adalah lokasinya yang sangat menguntungkan membuat Sulawesi dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan sumber daya energi di Kalimantan dan Papua. Gambar 5.2.2 memperlihatkan bahwa Sulawesi dapat bertindak sebagai pusat penyedia sumber daya yang diperlukan seperti makanan, material konstruksi, dan komoditas lainnya. Oleh karena itu, pembangunan industri tersebut di Sulawesi merupakan hal yang penting dalam pembangunan sumber energi di Indonesia, yang merupakan industri kunci untuk kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia. Pantai barat Sulawesi akan memainkan peran yang signifikan dalam mendukung industri pengolahan energi kalimantan melalui penyediaan produk-produk pertanian, material konstruksi, dan komoditas lainnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.3. Tiga kota yaitu Palu, Mamuju dan Parepare akan menjadi pusat perdagangan dan distribusi untuk Kalimantan. Dengan pertimbangan bahwa daerah pengembangan energi Luwuk juga prospektif dan signifikan, mekanisme penyediaan sumber daya yang dikembangkan di pantai barat Sulawesi juga dapat dimanfaatkan dalam mendukung wilayah Luwuk. 5-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Resource Supply Center of Food, Materials Energy Center of Oil, Natural Gas Production
Sulawesi
Kalimantan
Resource of Food, Materials, Manpower
Papua
Support Support
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.2 Zona Pengembangan Sumber Daya Energi di Indonesia Timur dan Peran Sulawesi
ToliToli
Kalimantan
Palu
Samarinda
Balikpapan
Luwuk
Poso
Mamuju Ka
ParePare
Linkage of Western Coast with Eastern Area and Kalimantan Energy Center of Oil, Natural Gas Production Resource Center of Food, Material Reserved Forest Agricultural Land
Sumber: Tim Studi JICA
Figure 5.2.3 Pengembangan Pantai Barat Sulawesi untuk Eksploitasi Energi di Kalimantan dan Luwuk
(2)
Hubungan Antar Daerah di Sulawesi
Hubungan ekonomi yang ada antara enam propinsi di Pulau Sulawesi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk efektivitas pertumbuhan ekonomi di Sulawesi. Hubungan ekonomi antara pusat layanan prioritas akan ditingkatkan dan keterkaitan antara daerah inti industri/perdagangan dengan daerah pedesaan yang miskin juga akan ditingkatkan.
5-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Dalam rangka Strategi Pembangunan Daerah 1, diusulkan rencana pembangunan di bawah ini: 1)
Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Pembangunan berbasis hubungan ekonomi antara Makassar-Kendari merupakan yang paling penting dalam hubungannya dengan pemanfaatan jumlah penduduk yang terkonsentrasi dan peningkatan industri di masa depan. Kesuksesan pembangunan ini akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan pertumbuhan ekonomi pulau Sulawesi. •
Makassar akan tetap menjadi pintu gerbang hubungan antar pulau. Kalimantan sebagai basis energi dan pulau Jawa akan sangat terkait dengan Makassar dan Kawasan Andalan Parepare; sementara distribusi dan transportasi komoditas dan penumpang akan dilakukan melalui pintu gerbang ini.
•
Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut, gula dan daging), industri ringan (produk kayu, garmen, sepatu) dan industri semen merupakan sektor yang prospektif. Pengembangan industri bahan bakar bio diesel juga direkomendasikan, dengan memanfaatkan pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman. Pusat pengolahan makanan gabungan dapat diwujudkan, seperti yang diusulkan dalam Gambar 5.3.4.
Kendari ParePare
Kolaka
Wakatobi Mamminasata Plau BDF Fishery and Marine Product Processing Cocoa Meat Processing (Livestock) and Animal Feed Light Industry (wood process such as plywood, furniture, garment, shoes, etc.) Other Food Manufacture (Coffee, Cashew, Vegetable, Sugar, Palm oil, Vanilla, etc.) Reserved forest Tourism Agricultural
Cement Nickel Asphalt Oil Refinery Consolidated Food Processing Center International/Inter-Regional Trade/Distribution Center Intra-Regional Trade/Distribution Center
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.4
Rencana Pembangunan berbasis Hubungan Ekonomi Makassar-Kendari
5-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
2)
Maret 2008
•
Daerah Parepare akan menjadi pusat perdagangan antar pulau untuk bahan bakar dan makanan setelah dibangunnya kilang minyak. Perdagangan beras telah terkonsentrasi di Parepare dengan banyaknya lahan persawahan yang terhampar di bagian timur wilayah Parepare.
•
Makassar dan Pulau Selayar memiliki potensi yang besar sebagai daerah tujuan wisata.
•
Kawasan Andalan Kendari/Kolaka akan lebih lanjut dikembangkan sebagai pusat industri nikel dan aspal. Sektor pertanian (kacang mede, minyak sawit) dan perikanan, serta pengolahan kayu memiliki potensi yang besar di Baubau, Raha dan Unaaha. Kegiatan eco-tourism dapat dipromosikan di kepulauan Wakatobi.
Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat Palu-Mamuju-Luwuk kaya akan sumberdaya pertanian/hutan dan memproduksi material untuk konstruksi. Kawasan Andalan Palu dan Mamuju akan menjadi pusat perdagangan untuk produk tersebut yang akan dikirim ke daerah penghasil energi di pantai timur Pulau Kalimantan lewat jalur laut. Industri pengolahan kakao, kayu dan produk lainnya seperti sayur mayur dan ternak memiliki potensi yang menjanjikan pada kawasan andalan tersebut. Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa juga diusulkan untuk diproduksi di daerah Palu. Daerah Mamasa yang agak terisolir karena kurangnya akses jalan arteri memiliki potensi produk pertanian yang kaya serta daerah tujuan wisata seperti di Tana Toraja. Manado
ToliToli
Gorontalo Palu
Pagimana
Luwuk
Poso
Kamara Oil Field
Banggai Kolonodale
Mamuju
Ka
Mamasa BDF Cocoa Light Industry (wood process, etc.) Construction Material(Sand, Stone) Other Food Manufacture (Coffee, Vegetable, Ornage,etc.) Eco-tourism Reserved Forest Agricultural Land
Oil/Natural Gas Field LPG Deposit Intra-Regional Trade/Distribution Center Consolidated Food Processing Center
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.5
Rencana Pembangunan Berbasis Keterkaitan Ekonomi antara Palu-Mamuju-Luwuk
5-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kawasan Andalan Luwuk akan memproduksi minyak dan gas alam, dan akan menjadi salah satu basis energi strategis di Indonesia. Produksi energi di Luwuk akan didukung oleh Palu dan daerah lainnya dalam hal bahan pangan, material, dan persediaan tenaga kerja. Gambar 5.2.5 memperlihatkan
rencana
pembangunan
berbasis
keterkaitan
ekonomi
antara
Palu-Mamuju-Luwuk. 3)
Rencana Pembangunan
Berbasis Keterkaitan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Utara dan
Gorontalo Di daerah pedalaman propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, berbagai jenis produk pertanian, perikanan, dan kayu akan diproduksi untuk perdagangan melalui pintu gerbang Manado/Bitung ke negara-negara Asia timur dan negara lainnya di kawasan Pasifik. Industri makanan (misalnya, pengalengan ikan, kelapa, kopi, minyak sayur, cengkeh, pakan ternak) dan industri ringan (misalnya pengolahan kayu) akan dikembangkan dan diperluas di Kawasan Andalan Manado-Bitung. Pengembangan industri bio diesel berbasis kelapa juga direkomendasikan di daerah ini. Dalam rangka mempromosikan industri tersebut, diperkenalkannya zona pembangunan ekonomi Manado-Bitung-Likupa dan promosi investasi domestik dan asing merupakan upaya yang paling efektif. Melonguane Tahuna
Manado Bitung
ToliTol
Maluku Gorontalo Pagimana Palu Poso
Luwuk Banggai
BDF Fisher and Marine Product Processing Meat Processing and Animal Feed Light Industry (wood process such as plywood, furniture, etc.) Gold Other Food Manufacture (Coffee, Clove, Vegetable, Vanilla, etc.) Tourism
Reserved forest Agricultural Land International/Inter-Regional Trade/Distribution Center Intra-Regional Trade/Distribution Center Consolidated Food Processing Center
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.6 Rencana Pembangunan Berbasis Ekonomi antara Manado-Gorontalo
5-6
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Dengan memanfaatkan reputasi yang sangat tersohor sebagai daerah tujuan wisata bahari, direkomendasikan agar Manado mempromosikan eco-tourism bahari dilihat dari ledakan jumlah dan kebutuhan terhadap sektor pariwisata serta adanya peningkatan pendapatan di negara-negara Asia, misalnya Cina. Untuk tujuan ini, lingkungan bahari harus dilestarikan melalui koordinasi menyeluruh antara pembangunan pariwisata dan industri. Di Gorontalo, pabrik pengolahan jagung, pakan ternak, ikan dan pengolahan ternak memiliki potensi untuk dikembangkan. Gambar 5.2.6 menunjukkan rencana pembangunan berbasis keterkaitan ekonomi antara Manado-Gorontalo. 4)
Rencana Pembangunan Daerah Pantai Barat Daerah pantai barat Sulawesi mencakup tiga propinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah mencakup kota-kota seperti Parepare, Mamuju, Palu dan Tolitoli. Daerah pesisir ini menempati lokasi yang paling strategis yang dapat mendukung pulau Kalimantan. Karena bahan makanan, material konstruksi, dan komoditas tidak mencukupi di wilayah Kalimantan yang kaya akan gas alam, serta jaringan transportasi belum berkembang, maka daerah pesisir barat Sulawesi merupakan posisi yang sangat menguntungkan untuk mendukung pulau-pulau tetangga melalui sumber pertanian, konstruksi dan sumber daya manusia dari propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.7; bahan pangan, material konstruksi dan komoditas akan diangkut ke Kalimantan., sementara bahan bakar akan diimpor ke Sulawesi. Kawasan Andalan Parepare akan bertindak sebagai pusat pengiriman untuk komoditas seperti beras, material dan lain-lain. ToliToli
→Fuel ←Rock, Stone
Kalimanta n
BDF Cocoa Light Industry (wood process such as plywood, furniture, garment, shoes, etc.) Construction Material(Sand, Stone) Other Food Manufacture (Coffee, Vegetable, Orange,etc.) Oil Refinery
Palu
Samarinda
Mamuju
←Livestock, Balikpapan meat, vegetable
Sabban Tana Toraja
→Fuel ←Rice, vegetable, ParePare construction material
Reserved Forest Agricultural Land West Coast Trans Sulawsi Highway Intra-Regional Trade/Distribution Center Consolidated Food Processing Center
Source: JST Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.7
Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Pare-Pare-Mamuju-Palu dan Kalimantan
5-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.2.2 (1)
Maret 2008
Konsep Pembangunan Industri Pembangunan Industri melalui Pemanfaatan Sumber Daya
Rencana tata Ruang Nasional mengindikasikan bahwa Sulawesi akan dikembangkan sebagai lumbung nasional, untuk pengembangan holtikultura, peternakan, dan industri berbasis sumber daya alam, khususnya perikanan, pariwisata, perkebunan pertanian, industri maritim, industri minyak dan gas, pertambangan, dan industri pengolahan. Kurangnya sumber daya secara global dan eskalasi harga karena peningkatan kebutuhan dari Cina dan India memberikan kesempatan bagi Sulawesi untuk masuk dan memanfaatkan peluang tersebut. Dalam konteks ini, pengembangan industri berbasis sumber daya alam menawarkan langkah yang paling prospektif bagi Sulawesi, seperti yang diusulkan dalam Strategi Pembangunan Daerah 1. Namun demikian, sumber daya Sulawesi juga cukup terbatas. Bahkan, terdapat sumber daya yang belum berkembang di daerah miskin dan pedesaan di pegunungan, khususnya di Gorontalo dan Sulawesi Tengah tidak dapat dimanfaatkan dengan mudah. Sebagai contoh, pohon kakao dan kelapa sudah cukup berumur dan produktivitasnya menurun, sehingga kurang menguntungkan untuk dikembangkan. Dengan persyaratan tersebut, Tim Studi JICA mengusulkan konsep pembangunan industri seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5.2.8. Industrial Development Needs •Promotion of industrial development •Industrial development in priority areas and benefiting to rural area in poverty •Needs for conservation of natural environment (deforestation & fossil energy consumption related to global warming issue)
Development Potential •Existence of Resources (Agriculture, Mining, Fishery) •Existence of developed urban and industrial cores with enough population for development Global economy trend: demand increase and value appreciation of energy, natural resources
Industrial Development Plan 1)Expansion of resource based industry 2)Promotion of inter-island linkages 3)Expansion and development of existing/new Industrial/ trade cores 4)Development of environment related industry and eco-tourism i d t Gambar 5.2.8 Rencana Pengembangan Industri Pulau Sulawesi
5-8
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
(2)
Maret 2008
Industri Berbasis Sumber Daya Prospektif di Sulawesi
Industri prospektif di Sulawesi dirangkum dalam Tabel 5.2.1 berdasarkan diskusi pada Bab 4 mengenai analisis kecenderungan pasar global menurut kategori, daya saing global dan domestik produk Sulawesi, dan kapasitas produksi Sulawesi. Tabel 5.2.1 Kategori Industri 1) Pengolahan pertanian
2) Ternak/ Pengolahan daging/ pengolahan pakan ternak 3) Industri perikanan dan maritim 4) Industri pertambangan
5) Industri material konstruksi 6) Industri ringan
7)Industri pariwisata
Industrialiasasi Prospektif di Sulawesi
Pasar/produk prospektif
Daerah sumber prospektif
Biodiesel untuk konsumsi bahan bakar domestik di
Daerah produsen kelapa seperti Manado, Makassar, Palu • Pusat pengolahan dan perdagangan untuk produk pertanian dan perikanan, seperti Manado, Makassar, Palu, dan ibukota propinsi lainnya. • Pusat Pengolahan Makanan Terpadu direkomendasikan • Pengolahan residu pada pusat pengolahan makanan terpadu yang dapat digunakan untuk pakan ternak/pupuk organik untuk industri ternak domestik.
Pengolahan makanan, seperti kakao, kopra, kopi, vanili, cengkeh, sayur, kacang mede, dll untuk pasar luar negeri, khususnya Cina. Daging halal untuk pasar Timur Tengah dan Kalimantan, dsb. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kedelai, dan sisa2 ikan untuk peternakan domestik. Produk baru seperti ikan bandeng untuk pasar ekspor/domestik Peningkatan pengolahan ikan tuna, rumput laut, dll untuk ekspor. Pengembangan industri minyak dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik. Peningkatan produksi nikel, aspal, emas, dsb untuk ekspor dan pasar domestik. Kerikil, batu, semen yang diekspor ke daerah Kalimantan dan Luwuk. Industri padat karya seperti industri kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dll untuk diekspor. Eco-tourism bahari
Produksi dan pengolahan primer di Sulawesi Tenggara, dll.
Sulawesi Tengah dan Selatan. Pusat pengolahan dan perdagangan seperti di Makassar, Manado, Palu dan Kendari. Manado dan pulau terpencil Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan Bantaeng di Sulawesi Selatan.
Fase pengembangan Jangka Jangka pendek menengah/ panjang ○
○
○
○
○
○
○
○
○ ○
○
○
○
Sumber: Tim Studi JICA
Saluran pemasaran untuk komoditas internasional seakan akan sudah terbentuk dan merupakan industri padat karya agar produk Sulawesi dapat masuk ke dalam saluran pemasaran yang sudah ada. Misalnya, saluran pemasaran dunia untuk produk kakao sudah terbentuk, dan sangat sulit untuk mengubah sumber impor dan sumber bahan baku. Oleh karena itu, eksportir biji kakao, pasta dan bubuk kakao hanya perlu mempertahankan saluran ekspor yang ada dan menemukan pasar baru. Pasar baru produk Sulawesi dapat ditemukan di Cina dan negara-negara seperti Brazil, Rusia dan India (negara BRIC) dimana kebutuhan untuk produk impor mengalami peningkatan sementara saluran pemasaran kurang. Untuk membuka pasar di Cina, beberapa langkah-langkah harus dilakukan secara strategis dalam kerangka kerja Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Cina. 5-9
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Sebagai contoh, ekspor pasta kakao dan bubuk kakao di Sulawesi akan menemukan pasar baru apabila PPN yang dibebankan diubah untuk memberikan keuntungan pada kakao olahan lokal. Produk daerah tropis lainnya juga memperoleh tempat di pasar Cina. Oleh karena itu, studi lebih lanjut dan mendetail mengenai keterkaitan perdagangan dengan Cina untuk jangka menengah dan panjang merupakan hal yang penting. (3)
Pembangunan Pusat Inti Industri
Industri di Sulawesi kurang berkembang karena tersebarnya sumber daya pertanian, mineral dan maritim dan tenaga kerja sementara di sisi lain, jumlah penduduk sangat banyak begitu juga dengan tingkat pendidikan rata-rata yang cukup rendah. Hanya sedikit industri pabrik dan pertambangan yang beroperasi di Pulau Sulawesi, seperti yang ditunjukkand alam Gambar 5.2.9. pengembangan pariwisata juga tidak seefektif apabila dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia dan negara tetangga. Sumber daya yang dikumpulkan dan produk yang dibuat di wilayah tersebut diekspor ke wilayah yang lebih maju di Indonesia tanpa pengolahan.
Fisher and Marine Product Processing Meat Processing and Animal Feed Light Industry (wood process such as plywood, furniture, garment, shoes, etc.) Other Food Manufacture (Coffee, Cashew, Vegetable, etc.)
Cement Gold Nickel Asphalt LPG Pertamina Matindok Block LPG Deposit
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.9
Industri Pabrik yang Ada Di Sulawesi
Untuk mempromosikan pengembangan industri, pembentukan pusat industri akan meningkatkan lingkungan investasi langsung dalam dan luar negeri. Dengan mempertimbangkan ketersediaan dan distribusi sumber daya serta perkembangan industri, konsep pusat industri diusulkan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.10. 5-10
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Bitun
Manad
Golontalo
Palu
Legend Manufacturing Industry Integrated DevelopmentManufacturing Industry Specialized DevelopmentMining Resource Processing Industry Tourism Industry Core
Kendari
International/Inter-Regional Trade/Distribution Center Intra-Regional Trade/Distribution Center
Baubau
Makassar Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.10 Konsep Pusat Industri/Perdagangan
(4)
Pengembangan Rantai Industri Tipe Klaster Pengembangan rantai industri menurut klaster perlu dipromosikan. Secara bersamaan, masyarakat setempat termasuk petani, perlu dikembangkan sebagai pengolah primer dalam rantai klaster tersebut. Bentuk pengelolaan primer ini akan secara signifikan memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat.
Cacao Grower
Cacao Plantation Processing
Cacao Plantation Corn
Milk
Processing Cacao Grower
Cacaobased Production Packaging
Untuk menghubungkan klaster-klaster
Sugar milk
tersebut, maka sistim logistik yang efisien
perlu
ditetapkan
menghubungkan
Honey
untuk
daerah-daerah
produksi, zona-zona pengolahan dan pasar.
Nuts Grower
Milk
Sumber : Tim Studi JICA
Gambar 5.2.11 Ide Rantai Klaster Industri Kakao
Rantai industri tipe klaster berdasarkan pengolahan sumber daya dapat dikembangkan di pada kawasan andalan serta daerah yang berdekatan dalam pulau Sulawesi. Tipe rantai klaster yang berbeda-beda akan dibentuk menurut kategori sumberdaya Gambar 5.2.11 adalah contoh kasus untuk produk kakao. 5-11
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.2.3
Maret 2008
Penanggulangan Kesenjangan Ekonomi dan Sosial pada Daerah Pedesaan melalui Keterpaduan Pusat Daerah dan Kota
Manad
Bitun Golontalo
Untuk mewujudkan Strategi Pembangunan
Kotamobagu
Luwuk
3: “Peningkatan Sosial dan Mengurangi
Palu
Dampak Kesenjangan Daerah dengan Pembangunan dijabarkan
Terpadu”,
rencana
berikut
hubungan
10
ini
50
100
Mamuju Palopo
antar
Kawasan Andalan.
Parepare
Urban population 10,000
Kendari
Gowa
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, maka konsentrasi penduduk di Baubau dua kota inti, yakni Makassar dan Manado Makassar akan melaju, seperti yang ditunjukkan Sumber: Tim Studi JICA dalam Gambar 5.2.12. Populasi Gambar 5.2.12 Dua Daerah Inti Perkotaan di Sulawesi meningkat 320.000 dan 210.000 atau masing-masing 30% dan 40% dari populasi saat ini, yang diperkirakan untuk dua dekade mendatang bagi Kota Makassar dan Manado/Bitung. Dengan demikian dua kota inti perlu dikembangkan labih jauh agar dapat mengatasi peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan lingkungan perkotaan, pengembangan habitat baru, pengembangan industri untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan dan lain-lain merupakan syarat pembangunan pada kedua daerah inti tersebut. Pada saat yang sama, setiap ibukota propinsi akan tetap menjadi pusat propinsi mereka masing masing. Kenaikan jumlah penduduk juga diperkirakan akan terjadi di ibu kota propinsi terutama berkaitan dengan perpindahan masuk dari daerah pedesaan. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Kendari dan Kota Palu, sebagai contoh, diperkirakan masing-masing 170.000 dan 150.000 jiwa dalam dua dekade mendatang. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi, ibukota propinsi Sumber:Rencana Tata Ruan Nasional S 2007 Gambar 5.2.13 Pusat Kegiatan di Sulawesi dan kota-kota primer, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.13, merupakan sasaran pengembangan untuk menjadi pusat layanan daerah.
5-12
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Dengan berdasar kepada konsep pengembangan pusat layanan perkotaan seperti yang disebutkan di atas, diusulkan proposal tambahan berikut ini: 1) Mempertimbangkan pentingnya kota Palu dan Luwuk sebagai daerah penghasil energi, maka pembangunan Kawasan Kawasan Andalan Palu dan Luwuk akan mengalami percepatan dan akan dimulai pada lima tahun kedua, bukan lima tahun ketiga, seperti yang pada awalnya dicanangkan pada rencana tata ruang yang dijelaskan dalam Tabel 2.3.3 dan Gambar 2.3.1. Gambar 5.2.14 menunjukkan distribusi dan tahapan pembangunan Kawasan Andalan, seperti yang dikaji oleh Tim Studi JICA. Konsep jaringan transportasi strategi bertahap dan kaitan antar Kawasan Andalan diilustrasikan dalam Gambar 5.2.15. 2) Bagi masyarakat terpencil, khususnya yang secara langsung tidak berdekatan dengan jalan nasional dan propinsi dan yang mengalami tingkat kemiskinan tinggi dapat dilihat pada Gambar 5.2.16. Dukungan pengembangan yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan pemerintah dan menurunkan tingkat kemiskinan Indonesia. Penyediaan jalan akses merupakan salah satu tindakan paling efektif untuk mengurangi kemiskinan. 3)
Pemberdayaan
petani
setempat
melalui
alih
teknologi
pertanian
dan
peningkatan mata pencaharian penting
untuk
mencegah
kesenjangan ekonomi daerah. Teknologi
pertanian
dibantu
oleh
yang
investor
perkebunan dan investor asing dalam industri manufaktur, selain
bantuan
lembaga
pertanian pemerintah kepada petani akan membantu dalam memproduksi
hasil-hasil
pertanian berorientasi pasar. Lebih daripada itu, intervensi dalam bidang pendidikan oleh pemerintah daerah, lembaga Source: JICA Study Team swadaya
masyarakat,
dan
lembaga
donor
akan
Figure 5.2.14
Development of Priority Areas and Activity Centers based on the Spatial Plan
membantu keluarga setempat dalam meningkatkan mata pencaharian mereka.
5-13
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tahuna Buol
Toli-toli
Manado Kwandang Isimu
Tahuna Buol
Toli-toli
Bitung Tomhon Kotamobagu
Isimu
Marisa Tilamuta Gorontalo D Palu l
Manado Kwandang
Marisa Tilamuta D Palu l
Poso
Gorontalo
Poso
Luwuk
Luwuk
Kolonodale
Mamuj
Una-aha
Palopo Parepare Barru Makassar
Kendari
Palopo Parepare Barru Makassar
Laha
Bulukumba Jeneponto
Una-aha
Kendari
Spinal Highway Nautical Highway
Kolaka Watampon
Laha
Bulukumba Jeneponto
Bauba
Bauba
2025
2010 Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.15
Kolonodale
Mamuj
Kolaka Watampon
Bitung Tomhon Kotamobagi
Source: JST
Konsep Jaringan Transportasi yang Menghubungkan Kawasan Andalan
Isolated area with high poverty rate
Source: JST Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.16 Pemukiman Penduduk Terpencil dengan Tingkat Kemiskinan yang Tinggi 5-14
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.2.4
Maret 2008
Pembangunan yang Ramah Lingkungan dan Pencegahan Bencana
Untuk Strategi Pembangunan Daerah 4 yang memerlukan “pembangunan yang memberi perhatian penuh pada pelestarian lingkungan dan pencegahan bencana”, ada tiga konsep yang diusulkan sebagaiman diuraikan berikut ini: (1)
Pembangunan Vertikal
Lahan di Pulau Sulawesi telah dimanfaatkan sampai ke tingkat yang paling optimum, sehingga pembangunan horizontal dalam pemanfaatan pertanian saat ini semakin sulit. Sementara itu, sebagai kritik bahwa Indonesia memiliki catatan terburuk dalam hal penebangan hutan, maka reboisasi, paling tidak pelaksanaan pelestarian lahan hutan yang tersisa harus direncanakan dan dilaksanakan. *
Daripada menebang hutan, disarankan menggunakan lahan secara vertikal dengan mengganti pohon-pohon tua di lahan penanaman yang ada dalam usaha meningkatkan hasil panen. Intercropping (tanaman antara) dan multiple cropping (tanaman ganda) jagung unggul atau tanaman lainnya, seperti kedelai juga diusulkan.
*
Pengelolaan sumberdaya alam merupakan hal yang penting. Dengan pengelolaan sumberdaya alam yang tepat, masyarakat di seluruh Sulawesi akan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan standar kehidupan mereka sejalan dengan konservasi lingkungan sehingga dapat melestarikan keanekaragaman hayati di pulau tersebut
*
Pembangunan vertikal meningkatkan hasil produk pertanian tanpa perluasan areal dapat dicapai dengan penerapan pengelolaan tanaman secara lebih efisien, seperti yang dijelaskan berikut ini:
Kelapa dan Jagung: Untuk Sulawesi, saran yang diusulkan adalah melakukan perluasan areal penanaman jagung dalam areal budidaya kelapa, sehingga membentuk tanaman antara. Pohon kelapa akan diganti dengan spesies yang lebih produktif dengan jarak tanam 10m x 10m. Kemudian, jagung yang memiliki hasil besar, atau tanaman lain seperti kedelai, akan ditanam di antara pohon-pohon kelapa tersebut. Kelapa akan dipanen setiap 45 hari dan akan menyediakan bahan baku produksi bio diesel dan produk sampingan lainnya. Dengan cara ini, volume produksi kelapa akan berlipat ganda, sementara output jagung juga akan mengalami peningkatan. Daging kopra yang diperoleh dari produksi bio diesel akan digunakan pada areal budidaya kelapa sebagai pupuk organik yang akan meningkatkan output jagung. Kakao: Sementara untuk kakao, tanaman hasil bumi utama di Sulawesi, hasil kakao per hektar dapat ditingkatkan dengan adanya penanaman intensif dan pelaksanaan teknik yang tepat untuk memaksimalkan hasil per hektar. Walaupun upaya ini telah dilakukan di masa lalu, namun tidak berhasil karena para petani tidak dimotivasi dengan tepat. Harga jual tidak memberikan keuntungan yang setara dengan upaya yang dilakukan, dan institusi terkait kekurangan tenaga serta kemampuan administratif. Hal ini diperburuk dengan kenyataan bahwa areal yang digunakan untuk budidaya kakao cukup besar, khususnya di Sulawesi Selatan. Kualitas biji kakao diharapkan dapat mengalami peningkatan apabila kegiatan pengolahan kakao lebih signifikan. Hal ini berkaitan dengan realita bahwa para investor dalam bisnis pengolahan kakao akan mempertimbangkan tidak hanya output dan persediaan biji kakao yang stabil, namun kualitas khusus biji kakao tersebut. 5-15
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kopi: Ada dua tipe produksi kopi di Sulawesi. Satu adalah produksi kopi melalui produksi kopi modern dan kedua adalah melalui budidaya kopi rumah tangga yang umum dilakukan oleh petani penggarap yang juga menanam hasil bumi lainnya. Hasil dan kualitas kopi yang ditanam oleh petani penggarap dapat ditingkatkan apabila petani kopi skala besar melakukan upaya untuk menyebarluaskan informasi dan teknik pengelolaan kepada petani kecil. Namun demikian, hal ini hanya dapat terjadi apabila telah dilakukan pengolahan kopi di Sulawesi, karena operator pengolahan kopi yang melaksanakan tugas tersebut untuk mempertahankan standar kualitas internasional. Tanah untuk Pembangunan Vertikal Tabel 5.2.2 dan Gambar 5.2.17 memeperlihatkan jenis lahan yang cocok untuk pembangunan vertikal, khususnya yang menempati lahan hutan kering sekunder dan semak-semak, kira kira 1.080.000 Ha atau rata-rata 6% dari total lahan. Seperti yang dilihat dalam diskusi sebelumnya mengenai bahan bakar bio diesel, 660.000 Ha merupakan lahan yang diperlukan untuk industri bio diesel dalam memenuhi kebutuhan bio diesel di Pulau Sulawesi. Dapat dikatakan bahwa areal ini cukup tersedia dari lahan hutan kering sekunder.
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.2.17
Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal sektor Pertanian
5-16
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.2.2
Maret 2008
Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal Sektor Pertanian
(1,000ha) Province North Sulawesi Gorontalo Central Sulawesi West Sulawesi Southeast Sulawesi South Sulawesi Total
Total land 1,393 1,217 6,809 1,679 3,676 4,612 19,385
Gross Possible Land Net Possible Farmland 139 10% 70 5% 200 16% 100 8% 921 14% 460 7% 205 12% 102 6% 407 11% 204 6% 286 6% 143 3% 2,157 11% 1,079 6%
Catatan: /1 hutan alam, manggrove, hutan kering primer, rawa, lahan yang tidak dapat digunakan untuk pertanian, mis: sabana, lahan diatas 1.100 m di atas permukaan laut tidak dimasukkan. /2 Lahan pertanian primer diperkirakan 50% lahan yang mungkin digunakan Sumber: Tim Studi JICA berdasarkan peta guna lahan GIS
(2) Pengurangan Beban Lingkungan (Ide untuk energi baru dan industri berorientasi siklus) Di bawah ini diusulkan pengembangan sumber-sumber energi baru, seperti bahan bakar bio-diesel (Bio-Diesel Fuel/BDF), serta memperkenalkan industri berorientasi siklus melalui penggunaan kembali residu. 1)
Produksi Bio Diesel Beberapa negara Asia telah melakukan langkah-langkah untuk memperkenalkan bahan bakar bio diesel dari minyak sayur mentah yang tersedia di daerah mereka. Di Indonesia, percobaan produksi dan distribusi bio diesel saat ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit. Sejalan dengan pengembangan bio diesel berbasis minyak kelapa wasit, pemanfaatan pohon jarak juga menunjukkan kemajuan, khususnya di daerah dengan curah hujan terbatas, karena budidayanya tidak membutuhkan banyak air. Sulawesi secara tradisional dikenal sebagai pulau kelapa. Sulawesi memiliki sekitar 700.000 Ha areal lahan yang ditanami kelapa, dan merupakan 20% wilayah budidaya kelapa di Indonesia. Bagian utara Sulawesi, yaitu propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, merupakan wilayah dimana budidaya kelapa telah dilakukan sejak dahulu secara intensif.
Areal (ha) Persentase
Tabel 5.2.3 Distribusi Areal Budidaya Kelapa di Pulau Sulawesi Utara Tengah Selatan Tenggara Gorontalo Barat 250.923 172.581 119.498 50.375 53.967 67.013 35% 24% 17% 7% 8% 9%
5-17
Total 714.357 100%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
North BDF Zone
Central/West BDF Zone
Central BDF Zone 2
South BDF Zone
BDF Plant Intermediate Coconut Processing Plant Sumber:Tim Studi
JICA
Gambar 5.2.18 Zona Pengembangan Bio Diesel berbasis Kelapa di Sulawesi
Dengan dominasi komoditi kelapa di Pulau Sulawesi, maka diusulkan untuk membentuk zona pengembangan bio-diesel. Konsep zona pengembangan bio-diesel berbasis kelapa tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.18 Setiap zona, seperti yang tampak pada gambar di atas, direncanakan memiliki setidaknya satu pabrik penghasil bahan bakar bio-diesel dengan kapasitas 300 ton per hari atau 110.000 kl per tahun. Pabrik ini membutuhkan sekitar 165.000 Ha lahan budidaya kelapa yang secara eksklusif diperuntukkan bagi penyediaan bahan baku produksi bio diesel. Apabila empat pabrik bio diesel dioperasikan dan lahan budidaya kelapa yang baru dikembangkan dengan luas sekitar 660.000 Ha, total produksi bio-diesel akan mencapai 440.000 kl per tahun. Jumlah konsumsi diesel di Sulawesi pada tahun 2006 adalah sekitar 1,4 juta KL, diharapkan dapat meningkat menjadi 2 juta KL dalam 10 tahun mulai tahun 2007. Karena rasio maksimum campuran bio-diesel dan bahan bakar diesel adalah 20%, maka diperkirakan kebutuhan bio-diesel Sulawesi akan mencapai 400.000 KL, yang dapat terpenuhi dengan produksi empat pabrik biodiesel. Secara teoritis, jika pump price (harga di SPBU yang sudah termasuk pajak) untuk solar dianggap konstan pada angka US$ 0,55 per liter, maka penjualan 400.000 kl bahan bakar bio-diesel untuk Pulau Sulawesi saja akan mencapai US$ 220 juta setiap tahunnya
5-18
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel 5.2.4
Produksi
Daer ah
Profil Total areal budidaya kelapa Sulawesi sekitar 710.000, dan merupakan 22% dari seluruh wilayah budidaya kelapa Indonesia yang hampir 3,2 juta hektar. Produksi kelapa di Sulawesi adalah sekitar 600.000 ton per tahun dari segi berat kopra dan diolah menjadi minyak kelapa mentah sekitar 290.000 ton per tahun atau 35% dari total produksi minyak kelapa mentah Indonesia. Indonesia adalah ranking dua setelah Filipina dalam hal ekspor minyak kelapa mentah dan ranking pertama dalam luasan budidaya kelapa.
Perpindahan pasar dari minyak kelapa ke minyak sawit
Daer ah
Profil
Pasar
Potensi memperkenalkan produksi dan distribusi bio diesel cukup besar di Sulawesi karena adanya budidaya kelapa secara intensif di wilayah ini.
Semua bagian kelapa dapat digunakan untuk kepentingan finansial, sehingga disebut pohon kehidupan.
Maret 2008
Analisis SWOT Bio Diesel Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Sulawesi secara tradisional telah Sebagian besar pohon kelapa menanam kelapa sejak lama sudah tua, dan sehingga merupakan tanaman yang produktivitasnya sangat sudah dikenal menurun Sulawesi sangat terkenal sebagai pelopor ekspor minyak kelapa mentah
Sulawesi memiliki sejumlah pabrik produksi minyak kelapa mentah yang cukup besar. Namun, karena permintaan pasar terhadap minyak kelapa mentah mengalami penurunan dengan meningkatnya kebutuhan minyak sawit dunia, maka pabrik pengolah minyak kelapa beroperasi di bawah kapasitas. Pasar untuk minyak sayur telah berubah dari minyak kelapa ke minyak sawit, dan mengakibatkan penurunan kebutuhan pasar yang signifikan terhadap minyak kelapa. Faktor eksternal Kesempatan Ancaman Produksi bio diesel menggunakan Kecuali kopra dapat dibeli minyak kelapa mungkin akan oleh produsen bio diesel terealisasi. Apabila dapat dengan harga tetap, bisnis direalisasi, maka petani akan bio diesel ini tidak akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk dijalankan. stabil, dan oleh karena itu, Sehingga, petani kelapa perekonomian daerah pedesaan tidak akan mendapatkan akan meningkat. akses terhadap sumber pendapatan baru. Apabila produk sampingan kelapa Usaha ini tidak akan dapat didayagunakan secara penuh terwujud kecuali kalau melalui produksi bio diesel,maka pembelian kopra secara pendapatan petani akan meningkat. konstan dapat dilakukan oleh para produsen bio.
Sumber: Tim Studi JICA
Karena kurangnya lahan kosong untuk budidaya kelapa, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk membantu tercapainya produktivitas yang tinggi. Hal ini mencakup penanaman kembali di perkebunan kelapa yang ada dengan jenis yang lebih produktif dan penggunaan siklus panen per 45 hari. Analisis SWOT di bawah ini menunjukkan bahwa bio diesel memiliki potensi yang besar di Sulawesi. Rencana pengembangan produksi bio-diesel berbasis kelapa telah disiapkan sebelumnya, seperti yang dapat dilihat pada Apendiks 1 yang terlampir dalam laporan ini. 5-19
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
2)
Maret 2008
Daur Ulang Residu dari Pusat Pengolahan Makanan Terpadu (Consolidated Food processing Center): Maksimalisasi sumber daya melalui pemanfaatan residu dari pengolahan produk pertanian. Daur ulang residu hanya dapat terealisasi dengan diperkenalkannya sistem daur ulang limbah pertanian (residu atau ampas) pada lahan pertanian dengan menggunakan metode yang paling ekonomis dan melalui efisiensi maksimum. Secara teoritis, daur ulang limbah pertanian kembali lahan pertanian, dan dapat dilakukan oleh masing-masing petani. Namun, para petani dapat melakukan hal ini dalam skala terbatas dan memberikan dampak yang terbatas pula. Sangat mungkin mendaur ulang limbah dalam skala yang cukup besar dan menggunakan metode optimal untuk tujuan komersil. Namun demikian, di pulau Sulawesi, tipe pengembangan industri ini mungkin akan memerlukan campur tangan pemerintah secara tepat dan pengorganisasian kepentingan pribadi serta terbentuknya organisasi petani untuk menyebarluaskan informasi dan teknik serta tujuan kegiatan yang diusulkan. Gambar 5.2.19 memberikan ilustrasi contoh fasilitas yang akan membantu operasional sistem tersebut. Fasilitas ini akan dikembangkan dalam usulan pusat pengolahan makanan terpadu (CFPC)di wilayah Mamminasata dan Manado yang diusulkan sebagai kompleks industri pengolahan makanan. CFPC yang diusulkan untuk tujuan daur ulang residu akan terdiri atas fasilitas berikut ini: *
Pabrik pengolahan residu.
*
Pabrik pembangkit bio massa.
*
Pembuat makanan ternak dan pupuk organik.
*
Fasilitas distribusi umum seperti gudang.
*
Sistem penyediaan listrik, sistem penyediaan air, sistem pengolahan limbah cair, sistem pengolahan limbah padat.
Fungsi penting CFPC adalah bahwa fungsinya tidak terbatas hanya untuk pengolahan makanan tetapi juga termasuk produk sampingan dari sisa pengolahan pertama dan mendaur-ulangnya untuk keperluan pertanian sebagai makanan ternak atau pupuk organik. Limbah padat yang bisa dibakar (misalnya sekam/kulit padi, sabut kelapa, tongkol jagung, dsb) dapat digunakan sebagai sumber energi bio-massa untuk membangkitkan listrik atau menjalankan ketel uap yang diperlukan untuk pengolahan makanan. Dengan cara ini, konsumsi listrik dari jaringan listrik yang umumnya didasarkan pada pembakaran bahan bakar fossil dan minyak bumi dapat dikurangi, sehingga memberikan kontribusi terhadap berkurangnya beban lingkungan. Bahkan, jika penurunan penggunaan nahan bakar fossil yang diharapkan bisa mencaapi lebih dari 100.000 ton karbon dioksida per tahun, maka porsi pembangkitan energi bio-massa pada fasilitas yang diusulkan akan memerlukan sertifikat penurunan emisi (CER) sesuai dengan mekanisme pembangunan bersih (CDM).
5-20
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Cocoa
Coffee
Coconut
Rice
Raw MaterialStore
Livestock
Maret 2008
Fish & Marine Product
Iced, Chilled and Cold Store
Various Plants Traders for Processing of Raw Materials (Drying, crushing, grinding, polishing, milling, expelling, etc.)
Various Plants for Processing of Raw Materials (Cutting, skinning, de-boning, sorting, filleting. packing, etc.)
Organic Fertilizer and Animal Feed Bio-mass Power Generation
Residual Pprocessing
Bio-mass Power Generation
Infrastructure and facilities for residuals recycling purpose
Stock of Residuals from Crops and Offal from Livestock and Fish Solid waste disposal facility
Waste water treatment facility
Sumber : Tim Studi JICA
Gambar 5.2.19 Fasilitas Daur Ulang Residu dalam Pusat Pengolahan Makanan Terpadu
(3)
Pengelolaan Pulau Tahan Bencana
Untuk menanggulangi bencana alam yang mungkin terjadi, kapasitas pencegahan bencana daerah harus ditingkatkan. Apabila terjadi bencana, bantuan, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah yang terkena bencana akan sangat dibutuhkan. Walaupun Sulawesi belum pernah mengalami bencana besar yang menyebabkan kerusakan permanen, seperti gunung meletus dan tsunami, ataupun bencana alam seperti banjir bandang tanah longsor, peristiwa-peristiwa ini tetap masih bisa terjadi. Untuk mengambil langkah-langkah dalam mengurangi dampak, rehabilitasi kerusakan, dan pemulihan secepatnya, maka diperlukan persiapan di bawah ini. *
Sistem Informasi Bencana: bencana alam potensial sebaiknya diinformasikan kepada masyarakat agar mereka paham dan melakukan persiapan. Pelatihan evakuasi reguler akan meningkatkan kapasitas mereka dalam mencegah, mengurangi dampak, atau bersiap terhadap kemungkinan bencana.
*
Sistem alarm: Walaupun sistem alarm yang sempurna tidak mungkin dapat diperoleh, sistem alarm bencana dasar akan menjadi sangat praktis untuk kasus becana. 5-21
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
*
Aksesibilitas ke daerah yang rusak: Mengamankan akses ke daerah yang rusak karena bencana sangat penting dilakukan. Penyelamatan dan pemulihan pada tahap awal pasca bencana merupakan hal yang sangat mendesak bagi korban bencana. Oleh karena itu, keamanan jalan akses merupakan hal yang paling penting. Sistem akses rute ganda direkomendasikan tersedia untuk mencapai daerah yang terkena bencana.
*
Pemulihan dan rehabilitasi diperlukan oleh korban pasca bencana. Penyediaan dukungan sistematik dan cepat harus dilakukan melalui metode ilmiah, dan kesiapan terhadap bencana akan diperoleh lewat pelatihan.
*
Pemulihan mata pencarian merupakan target pencegahan bencana. Rekonstruksi akan dilaksanakan dengan kolaborasi antara masyarakat yang terkena dampak dan lembaga swadaya masyarakat.
5-22
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.3
Rencana Tata Guna Lahan
5.3.1
Prinsip-Prinsip Tata Guna Lahan
Maret 2008
Lahan merupakan elemen dasar dimana masyakarat dapat melaksanakan berbagai jenis kegiata ekonomi. Untuk menetapkan tata guna lahan yang efektif dan efisien dalam jangka panjang, Studi ini akan mendesainbeberapa tipe pusat dan zona kegiatan di Pulau Sulawesi. Karena terbatasnya lahan untuk pembangunan di Sulawesi, maka penggunaan lahan untuk pembangunan yang mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan perlu lebih diintensifkan. Pada saat yang bersamaan, agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang negatif, maka perlu diberikan perhatian dalam usaha kelangsungan lingkungan hidup. Sebuah pusat diartikan sebagai sebuah simpul/titik yang mengakomodasi (atau akan mengakomodasi) kepadatan penduduk dalam jumlah tertentu dan juga berbagai kegiatan ekonomi yang intensif. Simpul-simpul yang ada, misalnya kota-kota besar, kota-kota kecil, serta desa-desa besar dapat dikategorikan sebagai pusat. Studi ini mengklasifikasikan simpul-simpul yang potensial sebagai pusat-pusat antar-wilayah/internasional dan juga pusat-pusat dalam wilayah berdasarkan pertimbangan besarnya populasi dan skala kegiatan ekonomi. Sebuah zona didefinisikan sebagai sebuah luasan ruang dimana tersedia sumber-sumber daya alam bernilai yang menyokong kehidupan dan kegiatan ekonomi masyarakat (pada sebuah pusat). Pada studi ini, zona diklasifikasikan menjadi: (1) zona pertanian, (2) zona hutan daerah, (3) cagar alam, dan (4) suaka margasatwa. Tabel di bawah ini menunjukkan gagasan umum klasifikasi tata guna lahan Tabel 5.3. 1
Klasifikasi I Pusat
Zona
Klasifikasi Tata Guna Lahan
Klasifikasi II Pusat Antar-Wilayah/Internasional Pusat Dalam Wilayah Zona Pertanian Zona Hutan Regional Cagar Alam Suaka Margasatwa
Keterangan
Akan direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Akan direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Daerah pertanian yang ada dan sekitarnya Daerah hutan (termasuk hutan lindung) dan sekitarnya Cagar alam yang ditetapkan Suaka Margasatwa yang ditetapkan
Sumber: Tim Studi JICA
Diharapkan agar para stakeholder terkait, termasuk pemerintah propinsi, akan mempertimbangkan usulan Klasifikasi Tata Guna Lahan untuk perencanaan/programnya masing-masing, sehingga akan terbentuk koordinasi yang baik dan pembangunan pulau Sulawesi secara terpadu.
5-23
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.3.2 (1)
Maret 2008
Kerangka Kerja Tata Guna Lahan per Propinsi Dasar-dasar Tata Guna Lahan
Berdasarkan klasifikasi tata guna lahan, Studi ini mengusulkan kerangka awal tata guna lahan untuk Pulau Sulawesi sampai tahun 2024, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3.1. Tiga pusat antar-wilayah/internasional (ditunjukkan dalam lingkaran merah) dan lima pusat dalam wilayah (ditunjukkan dalam lingkaran kuning) merupakan pusat-pusat yang akan dibangun untuk keseluruhan pulau. Diharapkan agar hubungan ekonomi di antara pusat-pusat tersebut akan meningkat dengan cara mengembangkan atau meningkatkan jaringan jalan arteri dan jalur laut. Bersamaan dengan itu, zona pertanian perlu ditambah melalui peningkatan produksi dan kualitas hasil panen tanaman prioritas, sedangkan daerah hijau di pedalaman harus dikelola dengan tepat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2)
Kerangka Kerja Tata Guna Lahan per Propinsi
Propinsi Sulawesi Utara Propinsi Sulawasi Utara memegang peranan utama dalam Hubungan Ekonomi di Wilayah Utara. Khusus Manado dan sekitarnya, yang disebut sebagai BIMIDO (Bitung-Minahasa-Manado), akan dirancang sebagai pusat antar-wilayah/internasional dan diharapkan untuk tumbuh sebagai inti dari perdagangan internasional untuk masa yang akan datang. BIMIDO memiliki potensi untuk pengembangan industri terpadu yang didukung oleh sarana penting seperti pelabuhan laut internasional (Bitung) dan bandar udara internasional (Manado), dengan kekayaan sumber daya lautnya. Wisata bahari juga merupakan potensi industri yang prospektif yang dapat digabungkan dengan wilayah wisata hijau (taman nasional) untuk lebih lanjut mempromosikan daya tarik sekor pariwisata. Dalam Studi ini diusulkan untuk memperkuat pertalian dengan wilayah barat, jalan yang berhubungan dengan pesisir pantai utara menuju Gorontalo harus segera ditingkatkan menjadi ruas jalan Trans-Sulawesi, sedangkan jalan yang yang berhubungan dengan pesisir pantai di sebelah selatannya akan diprioritaskan dalam jangka panjang atas pertimbangan efektivitas biaya karena garis pantainya yang berliku-liku. Selain itu, jalan lintas (koridor utara-selatan) antara jalan pesisir utara dan selatan juga diusulkan dengan mempertimbangkan perhatian terhadap perlindungan daerah hijau. Propinsi Gorontalo Propinsi Gorontalo yang saat ini menerapkan KAPET terutama bertujuan untuk mempromosikan industri makanan. Industri yang berkaitan dengan jagung merupakan salah satu industri yang potensial atau strategis menurut rencana ekonomi daerah. Terdapat beberapa wilayah yang dapat dinyatakan sebagai cadangan alam di dan di sekitar Gorontalo. Perhatian yang cukup perlu diberikan kepada komoditas serti kelapa, jagung, dan produksi tanaman pangan lainnya. Kota Gorontalo memegang peranan penting di bidang transportasi, dengan jalan nasional dan jalur laut nasional yang tersedia bagi Hubungan Ekonomi Bagian Tengah. Sementara itu, pengembangan transportasi fery di pedalaman yang menghubungkan jalur pantai utara dengan pantai selatan sangat diperlukan untuk meningkatkan aksesibilitas di wilayah-wilayah terpencil. 5-24
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Sumber: Tim Studi JICA
Gambar 5.3.1 Kerangka Kerja Tata Guna Lahan Pulau Sulawesi hingga 2024
Propinsi Sulawesi Tengah Palu, yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, direncanakan sebagai pusat antar-wilayah/internasional, sedangkan Luwuk sebagai pusat dalam wilayah. Palu mempunyai lokasi strategis yang menghubungkannya dengan Sulawesi dan Kalimantan (seperti yang dinyatakan pada Bagian 5.2.2). Palu memiliki potensi pembangunan industri terpadu dengan fokus pada pertanian di daerah pedalaman yang dapat didukung oleh pelabuhan (di Pantoloan) dan bandar udara (di Palu). Luwuk memiliki potensi minyak dan gas alam yang sangat besar yang dapat segera dimanfaatkan, dan diharapkan dapat mendorong industri-industri terkait Sementara itu, daerah hijaunya perlu dilestarikan dan dilindungi. Meskipun Luwuk telah dirancang sebagai sebuah KAPET, daerah ini belum dikembangkan/dibangun dengan alasan karakteristik geografis. 5-25
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Untuk membuka daerah ini terhadap perekonomian Sulawesi, diusulkan untuk meningkatkan jalur transportasi laut dari/ke Luwuk (serta Pagimana) dalam rangka memperkuat pertaliannya dengan semenanjung yang lain (ke Gorontalo dan ke Kendari), dengan meningkatkan transportasi pedalaman ke Palu lewat Poso. Propinsi Sulawesi Barat Mamuju, sebagai Ibukota Sulawesi Barat, adalah lokasi yang strategis dengan zona pertanian yang potensial di daerah pedalaman, yang diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap pertalian ekonomi pedesaan, seperti Hubungan Ekonomi Bagian Tengah, Hubungan Ekonomi Bagian Barat, dan Hubungan Ekonomi Bagian Selatan. Saat ini, jaringan jalan antara Mamuju dan Palu berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Oleh sebab itu, jalan yang merupakan ruas jalan Trans-Sulawesi antara Palu, Mamuju dan Pare-pare ini harus ditingkatkan untuk melancarkan pergerakan arus penumpang dan barang Selain itu, jaringan jalan pedalaman ke daerah terpencil harus ditingkatkan sehingga produk-produk pertanian dapat diangkut dengan lancar. Propinsi Sulawesi Selatan Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan wilayah sekitarnya, yang disebut dengan MAMMINASATA (Makassar-Gowa-Maros-Takalar) direncanakan sebagai pusat antar-wilayah/ internasional, sementara Pare-pare sebagai pusat dalam wilayah. Makassar dengan prasarana yang cukup baik merupakan kota yang terbesar di Pulau Sulawesi dalam hal jumlah penduduk dan kegiatan ekonominya. Untuk lebih jauh menciptakan pembangunan ekonomi yang intensif, baru-baru ini telah dibuat konsep mengenai Rencana Tata Ruang Terpadu Mamminasata yang berkoordinasi dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Metropolitan Mamminasata (BKSPMM), yang mengusulkan pembangunan beberapa wilayah industri baru selain KIMA. Pare-pare terletak sekitar 150km sebelah utara Makassar. Meskipun Pare-pare sudah dirancang sebagai KAPET yang didukung oleh pelabuhannya, kota ini masih belum memperlihatkan kemajuan yang besar dalam pembangunannya. Telah dibuat sebuah konsep mengenai rencana pembangunan pabrik kilang minyak untuk meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut. Untuk lebih jauh meningkatkan perekonomian Sulawesi Selatan, ruas jalan nasional antara Makassar dan Pare-pare sangat diprioritaskan dalam rangka mengikuti kebijakan pembangunan nasional. Propinsi Sulawesi Tenggara Kendari, Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai KAPET, dan telah menduduki posisi teratas dalam PDRB per-kapita di Sulawesi karena produksi tambang nikel dan aspalnya. Sementara itu, Studi ini akan mengusulkan hubungan yang lebih kuat antara Kendari, Makassar dan kota-kota lainnya dengan tujuan bisnis dan perdagangan yang lebih efektif/efisien, untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi. Dalam rangka lebih mengintegrasikan wilayah ini dengan perekonomian Sulawesi secara keseluruhan, peningkatan jalur transportasi laut merupakan langkah ideal untuk menjadi jalan lintas pelayaran yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tengah. Pada saat yang bersamaan, karena propinsi ini mempunyai banyak pulau tanpa akses yang efisien, maka perlu dipertimbangkan pengembangan sistem transportasi daerah pada wilayah yang terpencil. Kabupaten Buton adalah salah satu kabupaten dengan PDRB per kapita terendah di Sulawesi. Meski demikian, pemanfaatan Aspal Buton secara optimal sebagaimana dikaji dalam Apendiks 9 5-26
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
dan eksploitasi minyak dan gas yang dimulai tahun 2007 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan daerah di wilayah bagian selatan pulau Sulawesi ini di masa yang akan datang.
5.4
Promosi Industri
5.4.1
Dasar-dasar Promosi Industri di Sulawesi
Setelah melakukan tinjauan ulang status pulau Sulawesi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yaitu kondisi alam, trend kependudukan, karakteristik industri, dasar-dasar promosi industri di masa yang akan datang dapat dirangkum dalam tiga hal, sebagai berikut: ① Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas di sektor pertanian, agar stabilitas kesempatan kerja dapat dipertahankan. ② Untuk mempromosikan agroindustri lewat pengenalan teknik dan keahlian yang diperlukan, dan oleh karena itu kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah akan lebih lanjut tercipta. ③ Untuk mempromosikan produk/industri terpilih dengan menyediakan insentif/dukungan seperlunya dari sektor publik dalam kemitraan pemerintah-swasta. Dengan melakukan hal ini kesempatan kerja dan tingkat pendapatan akan mengalami peningkatan. Wilayah yang paling berkembang di pulau Sulawesi telah ditingkatkan pembangunannya, dan akan membatasi adanya pengembangan baru dari segi tata guna lahan, serta pelestarian lingkungan. Dengan situasi ini, satu-satunya tantangan dalam sektor pertanian di Sulawesi adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pangan terpilih yang dapat diolah/diindustrialissasi agar dapat bersaing di pasaran. Untuk hal-hal tersebut pada poin ① dan ② diatas, stakeholder terkait (sektor swasta dan pemerintah) harus mencoba membuat komitmen yang total agar membuat sektor dan industri pertanian di Sulawesi memiliki daya saing dalam jangka menengah atau jangka panjang. Pada kesempatan yang sama, poin ③ harus diprioritaskan secara strategis agar perekonomian Sulawesi dapat bertumbuh dalam jangka pendek. Tim Studi mengidentifikasi dan mengusulkan produksi bahan bakar bio diesel (lihat Apendiks 1) dan pengolahan makanan sebagai sektor industri yang penting dan prioritas. Ini semua dapat berkontribusi tidak hanya untuk pembangunan ekonomi pulau Sulawesi namun juga untuk mempromosikan energi baru dan ekonomi berorientasi siklus. Bagian selanjutnya, akan mendiskusikan pendekatan yang lebih praktis mengenai ketiga prinsip diatas dalam rangka mempromosikan industri. 5.4.2
Pengkajian Industri Prospektif
Studi ini telah menetapkan industri/produk prospektif di Pulau Sulawesi. Untuk secara efisien dan efektif mempromosikan industri tersebut dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi di masa depan, perlu untuk melihat prasyarat industrialisasi, dan pada titik ini, diperlukan identifikasi kelebihan dan kekurangan tiap produk/industri. 5-27
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
(1)
Maret 2008
Pendekatan Analisis Klaster
Dengan mengacu kepada kerangka kerja Klaster Industri yang ditetapkan oleh Michael Porter, terdapat empat elemen yaitu: i) Kondisi Faktor; ii) Kondisi Kebutuhan; iii) Strategi Perusahaan; iv) Sstruktur dan Pesaing; dan v) Industri Terkait dan Pendukung akan dianalisa oleh industri/produk prospektif. Elemen-elemen ini akan mengatur daya saing kompetitif melalui dinamika dampak timbal balik di antara elemen-elemen tersebut. Strategi, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung Gambar 5.4.1 Diagram Elemen Keunggulan Kompetitif
Kondisi Faktor terdiri dari kualitas/biaya input dan kekhususan/originalitas produk/industri. Sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan infrastruktur (fisik, informasi dan teknologi) merupakan satuan komponen yang perlu dinilai dalam aspek kualitas dan penyediaan biaya. Apabila terdapat karakteristik khusus daerah yang tercermin dalam produk/industri, maka ada kemungkinan untuk secara umum memiliki keunggulan kompetitif. Kondisi Kebutuhan diuraikan berdasarkan tingkat kuantitatif/kualitatif dari pasar/konsumen sasaran dan semangat inovasi yang dibutuhkan/disyaratkan. Apabila tingkat yang dibutuhkan lebih tinggi atau apabila semangat inovasi lebih jelas, maka kondisi ini akan lebih menguntungkan
bagi
produsen/pengusaha,
sehingga
mereka
akan
termotivasi
untuk
meningkatkan produksi/bisnis mereka. Strategi perusahaan, struktur dan pesaing diwakili oleh ketepatan investasi dan kelanjutan upaya peningkatan oleh produsen/pengusaha, dan tingkat kompetisi di antara mereka. Dapat dimengerti bahwa semakin tinggi persaingan, maka kemungkinan besar keunggulan kompetitif juga meningkat. Industri terkait dan pendukung dapat dinilai sebagai keunggulan kompetitif apabila terdapat sejumlah pemasok yang kompeten dan/atau terdapat akumulasi klaster. Hal tersebut secara langsung berkaitan dengan klaster lewat interaksi dengan tiga elemen lainnya, dan menghasilkan keunggulan kompetitif menyeluruh produsen/perusahaan. Dalam rangka mempromosikan/menguatkan klaster industri, secara teoritis, hal ini dianggap 5-28
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
penting: i) untuk menngkaji tiap elemen produksi/industri dari segi sasaran, ii) untuk meningkatkan tiap elemen sebisa mungkin, dan iii) untuk mempromosikan dampak interaktif antar elemen. (2)
Penilaian berdasarkan Industri yang Diusulkan
Berdasarkan kerangka kerja Klaster Industri, industri/produk Pulau Sulawesi yang ditetapkan di bawah (① hingga ⑨) ini telah dikaji, dari sudut pandang keunggulan kompetitif, oleh karena itu, identifikasi keunggulan/kelemahan industri tersebut dijabarkan di bawah ini. ①
PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _1: Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa dan jarak untuk menggantikan bahan domestik di Sulawesi.
②
PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _2: Pengolahan makanan termasuk kakao, kopi, vanili, sayuran, kacang mede, dsb. Untuk pasar luar negeri, khususnya Cina.
③
PENGOLAHAN TERNAK.DAGING/PAKAN TERNAK: Daging halal untuk Kalimantan/Timur Tengah. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kacang kedelai, dan residu ikan untuk peternak domestik.
④
PRODUK PERIKANAN DAN KELAUTAN: Produk baru seperti ikan bandeng untuk ekspor/pasar domestik. Promosi tuna ulahan, rumput laut, dll untuk ekspor.
⑤
PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _1: Pengembangan minyak bumi dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik.
⑥
PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN_2: Peningkatan nikel, aspal, eman, dsb untuk ekspor dan pasar domestik.
⑦
MATERIAL KONSTRUKSI: Kerikil, batu, semen untuk diekspor ke daerah penghasil energi seperti Kalimantan dan Luwuk.
⑧
INDUSTRI RINGAN: Industri padat karya, seperti material kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dsb untuk ekspor.
⑨
INDUSTRI PARIWISATA: Eco-tourism bahari.
Rincian mengenai pengkajian ini dijelaskan pada Tabel 5.4.3 (1/9)-(9/9) pada bagian akhir bab ini, sedangkan pengkajian keseluruhan industri/produk Sulawesi dirangkum sebagai berikut, berdasarkan keempat elemen yang telah dijelaskan sebelumnya. ¾
Kondisi Faktor: Mencukupi sebagai persyaratan dasar untuk kualitas dan kuantitas, sementara diperlukan peningkatan lebih lanjut. 5-29
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
¾
Maret 2008
Kondisi Kebutuhan: Pasar/konsumen yang potensial diantisipasi, namun kebutuhan mereka harus dimonitor secara tepat dan teratur untuk bertahan dalam persaingan.
¾
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing: Masih memiliki ruang untuk ditingkatkan. Salah satu kuncinya adalah dengan proaktif mempromosikan investasi langsung dari dalam dan luar negeri, yang dapat membantu produsen/pengusaha mengatasi kondisi faktor dan kebutuhan pada saat yang bersamaan,
¾
Industri terkait dan pendukung: Hubungan yang erat dengan Kondisi Faktor, dengan pemahaman bahwa: “semakin kompeten sumber daya manusia, semakin kompeten suplier yang tumbuh”. Jadi, perlu untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten sebagai syarat dasar untuk keunggulan kompetitif.
Sementara itu, Tim Studi JICA melakukan upaya untuk memberikan urutan prioritas untuk produk/industri terpilih,dengan mengurutkan berdasarkan skala “++ (following wind)”, “+ (calm wind”), dan “- (headwind)” untuk tiap elemen keunggulan kompetitif, berdasarkan penilaian yang ditunjukkan dalam Tabel 5.4.3. Tabel 5.4.1 memberikan ringkasan urutan prioritas dengan total skor berdasarkan tingkatan. Apabila total skor adalah lima “+” atau lebih, maka industri tersebut akan mendapatkan prioritas “A” yang akan dipromosikan sesegera mungkin. Begitu juga apabila total skor adalah tiga “+” namun kurang dari lima, maka mendapat prioritas “B” yang membutuhkan beberapa persiapan/peningkatan untuk satu atau dua elemen keunggulan kompetitif bagi promosi. Dan apabila skor total adalah kurang dari tiga “+”, akan mendapat prioritas “C” yang membutuhkan lebih banyak upaya sebelum dipromosikan.
5-30
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel 5.4.1 Elemen Keunggulan kompetitif Usulan Industri PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _1 (bahan bakar bio diesel) PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _2(pengolahan makanan)
PENGOLAHAN TERNAK, DAGING/PAKAN TERNAK
PRODUK PERIKANAN DAN MARITIM PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _1 (minyak dan gas alam) PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _2 (nikel, aspal, etc.) MATERIAL KONSTRUKSI INDUSTRI RINGAN INDUSTRI PARIWISATA
Maret 2008
Prioritas Produk/Industri
Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri terkait dan pendukung
Skor total
+
++
-
Cacao +
++
-
+
Coffee +
++
-
-
+ Ave. +++
-
+
+++
-
+
+++ Ave. +++
+
Livestock, Meat Processing + ++ Animal Feed ++ +
+++
B
++++
B
B
C
+
++
-
-
++
++
+
+
++++++
++
++
+
+
++++++
++ + +
+ ++ +
+ -
+ -
++: following wild, +: calm wind, -: head wind
+
A
A
A +++++ C + C ±
Dari urutan prioritas ini, dapat dilihat bahwa industri pertambangan dianggap sebagai prioritas utama (peringkat A) untuk segera dipromosikan dan perlu mendapatkan perhatian agar tidak memberikan dampak luas (spillover effect) ke daerah tersebut. Agroindustri dan industri yang berkaitan dengan peternakan menempati prioritas kedua (ranking B) yang membutuhkan manajemen yang tepat untuk dapat masuk ke dalam bisnis skala besar. Pada saat industri ini telah mengalami pertumbuhan, kelanjutan ekonomi daerah akan dapat diantisipasi dengan potensi produksi. Di sisi lain, industri perikanan dan maritim, industri ringan dan industri pariwisata menempati peringkat yang rendah (ranking C) karena kurangnya industri pendukung dan badan pengelola. Nampak bahwa industri ini akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan industri lainnya walaupun hasil penilaian untuk faktor kondisi dan kebutuhan menunjukkan nilai positif. Dari sudut pandang berbeda, industri ini akan diprioritaskan secara strategis dengan adanya kebijakan yang kuat dari pemerintah.
5-31
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
5.4.3
Maret 2008
Kebijakan dan Langkah-langkah untuk Promosi Klaster Industri
Secara umum diusulkan, untuk meningkatkan/memperkuat keunggulan kompetitif klaster industri, sehingga kebijakan dan langkah-langkah di bawah ini perlu dipertimbangkan. Tabel 5.4.2 Kebijakan untuk Mendukung/Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Klaster Industri Elemen Keunggulan Kebijakan/Langkah Pendukung/Peningkatan Kompetitif
Kondisi Faktor
Peningkatan kualitas lebih lanjut, penyediaan yang loebih efisien ① Kerjasama/bimbingan teknis untuk peningkatan kualitatif/kuantitatif produk pertanian dan maritim. ② Pendidikan dan pelatihan pengembangan sumber daya manusia. ③ Kerjasama keuangan atau pengenalan skema kredit. ④ Peningkatan/pembangunan prasarana fisik (jalan, air, tenaga listrik, drainase, pengolahan sampah) ⑤ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk mendukung produksi dan distribusi.
Kondisi Kebutuhan
Penetapan kebutuhan pasar yang tepat dan berlanjut ⑥ Pendidikan dan pelatihan pengembangan sumber daya manusia.. ⑦ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk mendukung produksi dan distribusi.
Strategi perusahaan, Promosi/daya tarik investor dalam/luar negeri struktur, dan pesaing ⑧ Pelatihan teknis pengolahan produk primer ⑨ Kerjasama keuangan atau pengenalan skema kredit. ⑩ Peningkatan sistem investasi dan perpajakan. ⑪ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk mendukung produksi dan distribusi. Industri terkait pendukung
dan Pengembangan sumber daya manusia yang mendesak ⑫ Kerjasama/bimbingan teknis untuk peningkatan kualitatif/kuantitatif produk pertanian dan maritim ⑬ Pelatihan kepemimpinan dan pengembangan kapasitas masyarakat. ⑭ Peningkatan/pembangunan prasarana fisik (jalan, air, tenaga listrik, drainase, pengolahan sampah)
Berdasarkan kebijakan dan langkah-langkah yang disebutkan di atas, beberapa program spesifik diusulkan untuk mendukung dan mempercepat pembangunan ekonomi Sulawesi di masa depan, dengan program prasarana fisik dan program pengembangan kapasitas/institusional. (1) Peningkatan/Pembangunan Prasarana Program Pembangunan Prasarana Transportasi Tujuan Masukan utama
(menekankan ④)
Pembangunan/peningkatan prasarana transportasi, misalnya jalan, jalur laut, dan pelabuhan laut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi. i) Peningkatan jalan arteri (jalan nasional dan propinsi) ii) Peningkatan jalan kolektor/lokal (jalan kabupaten) iii) Peningkatan jalur laut (Kapal Roro) iv) Pembangunan sarana/prasarana kunci (mis: pelabuhan laut) 5-32
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Periode Pelaku utama Stakeholder terkait
Jangka Panjang: 2009~2024 (3 tahap) - Pemerintah Pusat (Departemen Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Bina Marga), Departemen Perhubungan - Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor Swasta
Program Pembangunan Prasarana Infrastruktur Tujuan Masukan utama Periode Pelaku utama Stakeholder terkait (2)
Maret 2008
(menekankan ⑤,⑦,⑪,⑭)
Pembangunan sistem komunikasi/informasi yang akan mendukung kegiatan produksi, distribusi, dan pemasaran para produsen/perusahaan. i) Pemasangan sistem informasi kecepatan tinggi (broadband) ii) Pengembangan kapasitas dan pelatihan bagi instansi pemerintah dan produsen. Jangka Menengah: 2014~2024 (2 tahap) - Pemerintah Pusat (Departemen Perhubungan, Departmen perindustrian) - Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor swasta
Penyusunan Kelembagaan dan Pengembangan Kapasitas
Program Pengembangan/Promosi Produk Lokal (menekankan①,②,③,⑥,⑧,⑫,⑬) Tujuan
Input kunci
Periode Pelaku utama Stakeholder terkait
Pengembangan kapasitas untuk produsen maritim dan pertanian dengan tujuan meningkatkan nilai tambah yang akan berkontribusi terhadap PDRB Pulau Sulawesi. i) Transfer teknologi ke produsen komoditas olahan (kakao, kopi, dll) dan keahlian pemasaran. ii) Pelaksanaan proyek percontohan untuk komoditas pilihan (mis: tiga komoditas ekspor untuk tiap kabupaten) Jangka Pendek: 2009~2013 - Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Produsen produk pertanian dan maritim - Pemerintah Pusat (Departemen pertanian, Departemen Perindustrian) - Sektor swasta
Program Promosi Ekspor
(menekankan ⑥,⑩,⑫)
Tujuan
Peningkatan daerah ekspor untuk memperlancar penanganan barang yang diproduksi untuk tujuan ekspor, sehingga kompeten untuk diperdagangkan di pasar internasional.
Input utama
i) ii)
Penyusunan kembali institusi yang bertanggung jawab atas daerah ekspor Pengembangan kapasitas dan pelatihan yang berkaitan dengan penyusunan kelembagaan
Periode Pelaku utama
Jangka pendek: 2009~2013 - Pemerintah Pusat 5-33
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Program Promosi Investasi Dalam dan Luar Negeri
Maret 2008
(menekankan⑨,⑩)
Tujuan
Perbaikan prosedur investasi dan pembentukan “layanan satu atap” untuk memotivasi investor (setelah kesepakatan kemitraan ekonomi atau EPA: “Economic Partnership Agreement)
Input utama
i) ii)
Periode Pelaku utama
Peningkatan prosedur investasi Pengembangan kapasitas dan pelatihan selaras dengan penyusunan kelembagaan Jangka Pendek: 2009~2013
- Pemerintah Pusat (BKPM, Departemen Perindustrian)
Program Konservasi Sumber Daya, Daur Ulang dan Penggunaan Kembali (menekankan ①,⑥,⑧,⑫,⑬)
Tujuan
Perencanaan dan pelaksanaan tindakan strategis untuk tujuan konservasi sumber daya, daur ulang, dan penggunaan ulang, termasuk pengembangan energi alternatif.
Input utama
i) ii)
Periode
5.4.4
Perencanaan tindakan dan pelaksanaan proyek percontohan Studi kelayakan pengembangan energi alternatif (mis. Bahan bakar bio diesel) Jangka Pendek: 2009~2013
Pelaku utama
- Pemerintah Pusat (Departemen Lingkungan Hidup, dan Departemen Energi dan Pertambangan)
Stakeholder terkait
- Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor Swasta
Program Pelaksanaan Promosi Industri
Seperti yang telah disebutkan dalam bagian 5.4.1, diharapkan stakeholder terkait (pemerintah dan swasta) membuat komitmen komprehensif untuk promosi industri dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi dari titik awal ekonomi berbasis pertanian. Tidak terdapat jalan yang mulus dalam pembangunan ekonomi dan promosi industri. Namun demikian, sekali lagi, setidaknya dua arahan harus ditetapkan sebagai berikut: i) peningkatan produktivitas dan kualitas pada basis pertanian dan sumber daya lokal yang ada di pulau Sulawesi, ii) Tantangan lapangan industri baru (mis: industri bio diesel) yang didukung dengan komitmen para stakeholder. Arahan yang pertama memerlukan upaya yang stabil dari petani dan dukungan kesabaran dari pemerintah untuk jangka menengah dan panjang, sementara arahan yang kedua membutuhkan panduan yang tepat dari pemerintah, pimpinan dan dukungan dari sektor swasta untuk membawa industri ke tingkat yang berkelanjutan. Gambar 5.4.2 menunjukkan jadwal pelaksanaan skematik untuk promosi industri di Sulawesi, dimana program yang diusulkan dinyatakan dalam kerangka waktu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Program prasarana dan program yang terkait dengan kapasitas/kelembagaan sebaiknya dilaksanakan secara bersamaan, dan saling mendukung seperti dua roda, untuk dapat 5-34
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
mulai secara cepat sehingga perekonomian Sulawesi mendapatkan keuntungan dengan pertumbuhan yang berlanjut ke masa depan. Seperti yang diilustrasikan dalam gambar, lima tahun ke depan akan menjadi “Lima tahun yang berharga bagi Sulawesi untuk masuk ke dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan”. Diharapkan bahwa program ini akan diluncurkan seperti yang diusulkan dengan memberikan semua input yang diperlukan serta energi dan waktu investasi dari para stakeholder terkait.
Lima tahun yang berharga bagi Sulawesi untuk masuk ke dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Kerangka waktu Kategori program
Peningkatan pembangunan infrastruktur
Jangka pendek (2009~2013)
Jangka menengah (2014~2018)
Jangka panjang (2019~2024)
Program Pembangunan Prasarana Transportasi
Program Pembangunan Prasarana Informasi Institutional Arrangement and Capacity Building
Program Promosi/Pengembangan Produk Lokal
Program Promosi Ekspor
Program Promosi Investasi Dalam/Luar Negeri
Program Konservasi Sumber Daya, Daur Ulang dan Penggunaan Kembali Gambar 5.4.2
Jadwal Pelaksanaan Promosi Industri Sulawesi
5-35
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (1/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Pengolahan Sumber daya pertanian _1 Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa dan jarak untuk menggantikan bahan bakar domestik di Sulawesi. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif
Manado Bagaimana memotivasi petani?
Palu
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Kendari
Ekspansi areal budidaya, distribusi/pengu mpulan yang efektif
Bagaimana memotivasi sektor swasta Pasar internasional domestik
dan
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung
Makassar
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tdk kompetitif (Tdk matang)
Kajian rinci Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri pendukung & Terkait
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Sulawesi telah memiliki perkebunan kelapa sejak lama. Saat ini areal budidaya adalah sekitar 710.000 Ha atau 22% dari 3,2 juta Ha di seluruh Indonesia. Sementara, sebagian besar pohon kelapa sudah tua dan menyebabkan rendahnya produktivitas.
Kekhususan input
Sulawesi merupakan pulau pelopor ekspor minyak kelapa mentah dunia selama bertahun-tahun.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Kebutuhan minyak kelapa mentah telah menurun karena minyak sayur berganti dari minyak kelapa ke minyak sawit. Rasio operasi pabrik minyak kelapa mentah lebih rendah dari kapasitas desain.
Perubahan kebutuhan pasar
Harga minyak kelapa mentah didominasi oleh pasar internasional. Produksi bahan bakar bio-diesel menggunakan minyak kelapa layak untuk mengembangkan sumber energi baru, apabila kopra dapat dibeli oleh produsen dengan harga tetap.
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Sejumlah rencana produksi minyak kelapa mentah sedang beroperasi, sementara, nampaknya industri tersebut tidak mampu berinvestasi dalam produksi bio diesel mengingat kondisi pasar dan bisnis minyak mentah saat ini.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Penduduk Sulawesi yang sudah mengetahui cara budidaya kelapa. Sejumlah pabrik minyak kelapa mentah skala besar sedang beroperasi.
Isu-isu yang perlu dipertimbangkan
Karena bisnis produksi bio diesel merupakan hal yang baru bagi pemain bisnis, dukungan dari pemerintah terkait diperlukan bagi para pemain untuk dapat bertahan dari resiko bisnis, dan selain itu prioritas yang tinggi harus dilakukan di bawah kebijakan nasional untuk pengembangan sumber energi baru. 5-36
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (2/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Pengolahan Sumber Daya Pertanian _2 Pengolahan makanan termasuk kakao, kopi, vanili, cengkeh, sayur, kacang mede, dsb untuk pasar luar negeri, khususnya Cina. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif
Manado Bagaimana memotivasi petani?
Palu
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Mamuju
Bagaimana memotivasi sektor swasta Pasar internasional dan domestik
Kondisi permintaan
Kendari Ekspansi areal budidaya, distribusi/ pengumpulan yang efektif
Tana Toraja
Industri terkait dan pendukung stries
Makassar
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (Tdk matang)
Kajian rinci_Kakao Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri pendukung & Terkait
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Sulawesi memiliki 600.000 ha areal budidaya kakao dengan 450.000 petani kakao, 570.000 ton biji kakao diproduksi dengan 350.000 ton biji kering yang diekspor. Sementara itu, produktivitas rendah dan berfluktuasi. Jarak antara daerah produksi dan daerah pengumpulan akhir cukup jauh sehingga biaya transportasi cukup tinggi. petani menjual produknya ke makelar dengan penawaran yang rendah karena harga secara dominan diatur oleh pedagang.
Kekhususan input
Produksi dan ekspor dalam jumlah besar.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Kualitas kakao dievaluasi pada harga rendah di pasar, sementara kakao dihargai sebagai bahan dasar produsen cokelat.
Perubahan kebutuhan pasar
Tidak ada perubahan yang signifikan.
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Organisasi petani kakao tidak efektif untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keahlian untuk memproduksi kakao berkualitas tinggi. tidak ada investor yang tertantang untuk meningkatkan produksi kakao di Sulawesi.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
Kegiatan pengolahan akan ditingkatkan untuk meningkatkan output dan nilai dengan cara melakukan kegiatan yang memeproleh nilai tambah. Namun demikian, petani dapat kehilangan minatnya untuk menanam kakao karena banyaknya biaya tambahan, apabila kenaikan pendapatan tidak terealisasi.
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Banyak diproduksi di Sulawesi Selatan, sementara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat mungkin dapat melakukan ekspansi aral budidaya kakao untuk memenuhi permintaan yang bertumbuh.
Isu-isu yang perlu dipertimbangkan _Kakao
Ekspansi kakao cepat pada areal budidaya kakao dapat memberikan ancaman terjadinya penurunan kualitas lingkungan karena penggundulan hutan, oleh karena itu perlu diberikan perhatian khusus bagaimana meningkatkan produksi kakao.
5-37
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kajian rinci_Kopi Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri pendukung & Terkait
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Kuantitas produksi sekitar 3.000 ton pada tahun 2005, dan berkontribusi 10% untuk produksi nasional. Sulawesi menempati peringkat 4 setelah Jawa Timur, Sumatera Utara dan Aceh. Volume produksi yang tidak konstan dan kecil menyulitkan suplai secara kontinyu terhadap industri pengolahan biji kopi. Biaya transportasi dari areal produksi ke pasar cukup tinggi..
Kekhususan input
Kopi Sulawesi dikenal sebagai Kopi Toraja dengan reputasi yang baik dan aneka mitos sejarah kopi tersebut.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Kopi Arabica dirpoduksi di Toraja memiliki aroma khusus yang menarik permintaan pasar dunia.
Perubahan kebutuhan pasar
Fluktuasi harga kopi arabika sangat akut karena ketergantungan terhadap kuantitas suplai.
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Kopi Toraja yang dipasarkan dengan harga tinggi diproduksi di bawah manajemen investor asing (Key Coffee). Kualitasnya secara umum masih di bawah standar karena metode penanganan setelah panen belum tepat dan tidak konsisten di tingkat petani. Kesulitan dalam menyediakan atau mendanai pengembangan produksi.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
Petani masih menganggap budidaya Kopi Arabica sebagai kerja sampingan, bukan pekerjaan utama.
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Lahan yang tepat untuk Kopi arabica di Sulawesi sebenarnya sangat terbatas untuk perkebunan skala kecil dan menengah. Saluran distribusi agak rumit bagi petani. Pada umumnya mereka menjual produknya secara individu ke makelar pada posisi tawar yang lemah.
Isu-isu yang perlu dipertimbangkan _Kopi
Ekspansi lebih lanjut areal budidaya Kopi Arabica tampaknya sulit untuk dilakukan, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas petani.
5-38
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (3/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Peternakan/pengolahan daging/pengolahan pakan ternak Daging “Halal”untuk Timur Tengah dan Kalimantan. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kacang kedelai, dan sisa pengolahan ikan untuk peternak domestik. Pusat Produksi Prospektif Manado Gorontalo
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Penetapan sertifikasi daging halal yang diterima secara internasional
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Pengadaan sistem rangkaian pendinginan. Pemanfaatan produk sampingan.
Makassar
Bagaimana memotivasi sektor swasta Pasar internasional dan domestik
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Kajian Rinci_Peternakan, Pengolahan Daging Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri pendukung & Terkait
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Sulawesi memproduksi sekitar 230.000 ton produk peternakan yang cukup untuk menutupi konsumsi Pulau Sulawesi per tahun, sementara itu, tidak terdapat industri pengolahan ternak skala besar.
Kekhususan input
Sebagian besar ternak diolah dengan cara “halal”
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Pasar negara ASEAN lainnya dan Timur Tengah yang mengkonsumsi daging halal telah berekspansi. Hal ini harus menjadi kesempatan yang baik untuk peternakan dan industri pengolaha daging di Sulawesi.
Perubahan kebutuhan pasar
Kebutuhan daging halal di luar negeri semakin luas.
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Sulawesi belum mengembangkan sistem pembekuan skala besar untuk transportasi dan distribusi produk beku atau dingin.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Sulawesi tidak memiliki sistem pengolahan yang cukup serta sistem transportasi untuk daging halal dengan tujuan ekspor.
Permasalahan untuk dipertimbangkan_ Peternakan, Pengolahan Daging
Sistem sertifikasi wilayah dan internasional daging halal yang bertujuan untuk ekspor belum terbentuk. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat peraturan dan sistem inspeksi. Harus diberikan perhatian khusus dalam memanfaatkan produk sampingan.
5-39
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kajian rinci_Pakan ternak Kondisi faktor
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Sulawesi memproduksi jagung dan kelapa dalam volume yang besar, dengan areal yang masih tersedia untuk budidaya kelapa
Kekhususan input
Kondisi kebutuhan
---
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Pakan ternak yang diproduksi dari kopra memiliki pasar luar negeri, sementara pasar lokal dapat dikembangkan lebih jauh untuk mempromosikan pertanian organik yang bernilai tinggi.
Perubahan kebutuhan pasar
Diversifikasi material untuk memproduksi pakan ternak perlu dilaksanakan. Ternak yang diolah sebagai daging halal memiliki potensi pasar yang besar, khususnya di negara-negara Timur Tengah. Ternak tersebut dalam kualitas yang baik harus diberi makan dengan pakan ternak yang baik pula.
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Tidak terdapat pabrik pengolahan yang modern dan tepat yang beroperasi di Pulau Sulawesi.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
---
Permasalahan untuk dipertimbangkan_Pakan Ternak
Perhatian harus diberikan untuk pemanfaatan produk sampingan.
5-40
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (4/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Produk Perikanan dan Maritim Produk baru seperti ikan bandeng untuk pasar ekspor/domestik. Promosi pengolahan tuna, rumput laut, dsb untuk ekspor. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Manado Gorontalo
Kondisi faktor
Bagaimana memotivasi sektor swasta
Pasar internasional dan domestik
Kondisi permintaan
Kendari Pengadaan rangkaian sistim pendingin.
Industri terkait dan pendukung
Makassar
Competitive (matured) Less-Competitive Not Competitive (not matured)
Kajian Rinci Kondisi faktor
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Volume ikan adalah sekitar 400.000 ton per tahun di Sulawesi, yang lebih dari cukup untuk menutupi konsumsi tahunan Pulau Sulawesi. Perikanan di Sulawesi sangat bergantung kepada perikanan pesisir skala kecil yang tidak tepat untuk industri pengolahan skala kecil.
Kekhususan input
Kondisi kebutuhan
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Industri pendukung & Terkait
---
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Terdapat kemungkinan besar untuk mengembangkan pasar lokal ikan yang diawetkan, misalnya ikan tanpa tulang, ikan kering. Produk tersebut dapat diekspor ke negara lain di Asia.
Perubahan kebutuhan pasar
Selera produk akhir harus sesuai dengan persyaratan negara pasar sasaran.
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Karena banyak nelayan tidak memiliki modal untuk investasi pabrik pengolahan ikan, maka kegiatan yang menghasilkan nilai tambah tidak akan terealisasi.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Tidak terdapat sistem pendinginan yang berkualitas di Sulawesi.
Permasalahan untuk dipertimbangkan
5-41
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (5/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Pengolahan bahan tambang_1 Pengembangan minyak dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Konsesi internasional dengan investor
Luwuk karama
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing?
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung stries
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Kajian Rinci Kondisi faktor
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Sumber energi gas alam baru (daerah daratan di Karama Sulawesi Barat dan potensi yang besar di Luwuk, Sulawesi Tengah) kemungkinan besar akan dieksploitasi oleh investor asing.
Kekhususan input
Kondisi kebutuhan
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
--Pertemuan dengan pasar minyak/gas internasional.
Perubahan kebutuhan pasar
Trend global dari bahan bakar minyak ke energi daur ulang.
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Calon investor asing.
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
--Tidak terdapat industri terkait.
Permasalahan untuk dipertimbangkan
Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing akan menjadi kunci dalam memberikan keuntungan bagi perekonomian lokal. Pada waktu yang sama, perhatian harus diberikan kepada aspek lingkungan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan.
5-42
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (6/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Pengolahan bahan tambang_2 Peningkatan nikel, aspal alam, emas, dll uhtuk pasar domestik dan ekspor. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Manado Gorontalo
Kondisi faktor
Soroako
Pomalaa Baubau
Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing?
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Kajian Rinci_Nikel Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Tambang nikel di Sulawesi Tenggara merupakan peringkat keempat di dunia dengan kontribusi 13 juta ton.
Kekhususan input
Lokasi geografis pertambangan nikel dan Sulawesi cukup ideal untuk mengubah pasar internasional karena lokasi permintaan pasar yang cukup besar berada sangat dekat dengan Sulawesi.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Kebutuhan nikel sangat besar di pasar internasional berkaitan dengan konsumsi nikel di Cina untuk produksi baja tahan karat.
Perubahan kebutuhan pasar
Pasar nikel telah merupakan karakter pasar penjual. Oleh karena itu, harga mengalami peningkatan dengan cepat. Namun demikian, semuanya tergantung kondisi satu negara (Cina). Perubahan situasi ekonomi cukup mempengaruhi operasional pertambangan.
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
PT. Inco berencana mengembangkan tambang baru di Sulawesi Selatan, dengan pasar target Cina.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
Tidak terdapat industri lokal yang dikembangkan.
Permasalahan untuk dipertimbangkan_Nikel Catatan: * Deposit Aspal Buton alami telah ditemukan di empat (4) lokasi di Pulau Buton. Perkiraan jumlah depositnya adalah 600 juta ton. Meskipun jumlah produksi saat ini kecil, namun DPU telah memerintahkan untuk memanfaatkan sumberdaya Aspal Buton tersebut secara optimal untuk menggantikan bitumen yang berharga tinggi saat ini (lihat Apendiks 9).
5-43
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (7/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Material konstruksi Kerikil, batu, semen untuk diekspor ke wilayah pengembangan energi di Kalimantan dan Luwuk. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Palu
Kondisi faktor
Mamuju
Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing?
Makassar
Kondisi permintaan
Industri terkait dan pendukung stries
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Kajian Rinci Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Produksi semen Sulawesi telah berkespansi dan volume produksi mencapai 1,9 juta ton pada tahun 2005. Sulawesi kaya akan pegunungan kapur di wilayah pesisir, khususnya di daerah pantai Sulawesi Selatan.
Kekhususan input
Karena lokasi daerah potensial untuk pertimbangan semen, biaya transportasi untuk wilayah lain dapat diminimalisir.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Karena perekonomian Indonesia telah berangsur angsur pulih dari krisis ekonomi, kebutuhan semen akan mengalami peningkatan. Sementara itu, kebutuhan semen sangat berkaitan dengan kinerja perekonomian negara, sehingga situasi pasar tetap rawan.
Perubahan kebutuhan pasar
---
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Perusahaan lokal (PT. Bosowa) dan perusahaan nasional telah saling bekerja sama dalam industri semen di Sulawesi Selatan.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Tidak terdapat industri hulu/hilir yang dikembangkan.
Permasalahan untuk dipertimbangkan
Perhatian yang cukup harus diberikan kepada aspek lingkungan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan.
5-44
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (8/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Industri ringan Pabrik padat karya, seperti material kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dsb. untuk ekspor. Pusat Produksi Prospektif
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Manado
Palu
Kondisi faktor
Bagaimana menarik minat investor asing/ domestik?
Kondisi permintaan
Kendari Bagaimana menggabungkan industri local dan investor asing?
Parepare Makassar
Industri terkait dan pendukung stries
Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Kajian Rinci Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Angkatan kerja untuk pabrik sangat melimpah, khususnya di dalam dan di sekitar kota-kota utama di Pulau Sulawesi seperti Makassar di Selatan dan Manado di Utara. Kedua kota tersebut, Makassar dan Manado memiliki terminal kontainer internasional dengan kapasitas penanganan lebih dari 1 juta TEU per tahun dan bandara internasional tersedia untuk melayani kota kota utama di Asia Tenggara dengan penerbangan langsung. Prasarana transportasi jalan menghubungkan titik produksi, pelabuhan laut dan bandara belum dikembangkan secara tepat. Keahlian dan kinerja layanan logistik antar moda yang dihubungkan dan menangani kargo yang diangkut oleh moda transportasi yang berbeda sebaiknya ditingkatkan. Kekurangan energi listrik dan biaya listrik yang tinggi merupakan permasalahan sinifikan pada pabrik dengan produktivitas optimum.
Kekhususan input
Lokasi geografis Sulawesi merupakan lokasi ideal untuk pengumpulan bahan baku dan mengolahnya menjadi barang pabrik untuk diekspor ke pasar domestik, pasar regional dan pasar internasional karena Sulawesi merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia secara umum, dan Indonesia Timur Laut secara khusus.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Pasar industri elektronik dan barang-barang konsumsi akan mengalami ekspansi di masa depan untuk pasar internasional, karena adanya partisipasi berbagai negara diwakili oleh Brazil, Rusia, India, Cina. Oleh karena itu, kesempatan ekspor dan produk pabrik di Sulawesi akan berekspansi ke Asia secara umum, khususnya Cina. Karena adanya pemberlakuan perdagangan bebas dengan syarat dari WTO, maka tingkat persaingan akan menjadi faktor kunci pabrik lokal dan internasional. Kecuali peraturan, pengenaan pajak, dsb yang berkaitan dengan investasi langsung ke Sulawesi disiapkan dan dipromosikan untuk menarik minat investor, pabrik yang ada di Sulawesi akan kehilangan daya saingnya dengan wilayah lain, bukan hanya di Indonesia, namun juga di pasar Internasional.
5-45
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Perubahan kebutuhan pasar
Maret 2008
Keunggulan komparatif di Sulawesi untuk promosi investasi asing langsung pada dasarnya tergantung pada kesiapan transportasi antar moda, prasarana transportasi di kota-kota utama ideal untuk pusat pabrik produk industri ringan di Kawasan Timur Indonesia. Pengembangan prasarana yang tepat waktu dan kesiapan sumber daya manusia merupakan kunci untuk peningkatan investasi asing namun juga tergantung kepada ketersediaan dana pengembangan modal yang cukup langka saat ini di Sulawesi.
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
---
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
---
Permasalahan untuk dipertimbangkan
Peningkatan/pengembangan infrastruktur untuk menarik minat investor asing dalam/luar negeri merupakan prasyarat dasar, dan penyediaan layanan bisnis untuk mendukung dunia usaha.
5-46
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 5.4.3
Maret 2008
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (9/9)
Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar
Industri pariwisata Eco-tourism Bahari. Pusat Produksi Prospektif Manado Minahasa
Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif
Peningkatan akses menuju tujuan wisata
Strategi perusahaan, struktur dan pesaing
Kondisi faktor
Bagaimana menarik minat investor asing/domestik?
Kondisi permintaan
Tana Toraja
Makassar Selayar
Wakatobi
Bagainama menggabungkan industri lokal dengan investor?
Kompetitif (matang)
Industri terkait dan pendukung stries
Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)
Penilaian Mendetail Kriteria
Penilaian
Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)
Terdapat beberapa daerah resor bahari potensial yang kaya akan sumber daya alam seperti terumbu karang, pasir putih, ikan. Namun, karena letak lokasi dan jaringan transportasi yang kurang berkembang (pedalaman dan jalur laut), nampaknya sulit untuk menarik minat turis domestik/asing ke daerah tersebut.
Kekhususan input
Terumbu karang alami, tepi pantai yang indah, dsb.
Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
Sejumlah pilihan pariwisata bahari di dalam dan di luar indonesia, di lingkungan internasional.
Perubahan kebutuhan pasar
Turis sangat sensitif terhadap manajemen waktu dan biaya (khususnya turis Jepang).
Strategi perusahaa n, struktur dan pesaing
Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.
Beberapa investasi telah domestik/internasional.
Persaingan antar perusahaan (masyarakat)
---
Industri pendukung & Terkait
Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.
Tidak terdapat hubungan yang erat antar perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya jalur penerbangan, jalur laut, dan hotel. Hubungan antara investor dan perekonomian lokal, nampaknya tidak begitu kuat. (tidak seperti di Bali).
Kondisi faktor
Kondisi kebutuhan
dilaksanakan
oleh
perusahaan
hotel
Permasalahan untuk Dipertimbangkan
Pembangunan resor dimana pengunjung dapat menikmati waktu mereka di lingkungan alami berdasarkan jadwal dan biaya yang wajar, sementara perhatian yang tepat perlu dilakukan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan kepada alam. Selain itu, perlu dipertimbangkan bagaimana melibatkan ekonomi lokal pada sektor pariwisata.
5-47
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
BAB 6
PENETAPAN KERANGKA KERJA SOSIAL-EKONOMI
6.1
Kerangka Kerja Demografis
6.1.1
Tinjauan Tren Pertumbuhan Jumlah Penduduk
(1)
Maret 2008
Kelahiran dan Kematian
Angka Kelahiran Total (TFR) adalah ukuran kelahiran yang merupakan jumlah rata-rata bayi yang akan dilahirkan oleh seorang wanita sepanjang hidupnya. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.1.1, TFR untuk propinsi-propinsi di Sulawesi dan Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam 40 tahun terakhir, berkisar antara 2,1 hingga 3,1 pada tahun 1998-2002. TFR untuk Propinsi Sulawesi Utara adalah 2,1 di tahun 2005, yang merupakan terendah di Pulau Sulawesi dan lebih rendah daripada rata-rata Indonesia sebesar 2,27 di tahun yang sama. TFR di propinsi-propinsi lainnya lebih tinggi daripada rata-rata nasional khususnya di Sulawesi Tenggara yang menunjukkan TFR tertinggi sejak tahun 1980-1984.
Sumber: BPS, Indonesia
Gambar 6.1.1 Perubahan Angka Kelahiran Total di Sulawesi dan Indonesia Terkecuali di Sulawesi Utara, angka kematian bayi di Pulau Sulawesi jauh lebih tinggi daripada rata-rata seluruh Indonesia. Di samping itu, tingkat harapan hidup bayi setelah kelahiran di semua propinsi di Sulawesi (61,0 ~ 70,3 per tahun) jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 74,0. Tabel 6.1.1
Angka Kematian dan Tingkat Harapan Hidup Bayi, 2000 Angka Kematian Bayi: IMR (per 1.000) Laki-laki
Sulawesi Utara
32,08
Perempuan 23,71
Total 27,77
Tingkat Harapan Hidup (tahun) Laki-laki
Perempuan
68,23
72,17
Total 70,26
Sulawesi Tengah
72,87
58,78
65,62
59,14
62,81
61,03
Sulawesi Selatan/Barat
63,33
50,34
56,65
61,13
64,9
63,07
Sulawesi Tenggara
59,07
46,61
52,66
62,06
65,87
64,02
Gorontalo
63,33
50,34
56,65
61,13
64,9
63,07
Indonesia
-
-
36,00
70,78
71,97
74,05
Sumber: Sensus 2000
Terkecuali di Sulawesi Utara, angka kelahiran dan kematian bayi lebih tinggi, dan tingkat harapan hidup bayi setelah kelahiran lebih rendah daripada propinsi-propinsi lainnya. Indikator-indikator 6-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
ini menunjukkan bahwa Sulawesi memiliki pola khusus sebagai daerah yang perekonomiannya belum berkembang. (2)
Perpindahan Penduduk
Transmigrasi awalnya terjadi pada zaman penjajahan Belanda di awal abad ke-20, dan terus berlanjut hingga setelah Indonesia merdeka. Program transmigrasi mempunyai tiga (3) tujuan utama, yaitu (1) memindahkan jutaan penduduk Indonesia dari pulau-pulau dalam yang padat penduduk (Jawa, Bali, Madura) ke pulau-pulau luar yang kurang padat penduduknya, untuk mencapai pemerataan perkembangan kependudukan, (2) mengentaskan kemiskinan dengan menyediakan lahan dan kesempatan baru untuk meningkatkan pendapatan para transmigran yang miskin dan tidak mempunyai tanah, serta (3) mengeksploitasi potensi yang dimiliki oleh pulau-pulau luar secara efektif. Kecenderungan migrasi internal di Sulawesi ditinjau dengan menggunakan data sensus tahun 1971, 1980, 1990, dan 2000 (lihat Tabel 6.1.2). Tabel ini tidak hanya mencakup data transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah tetapi juga perpindahan penduduk secara sukarela. Sulawesi Tengah dan Tenggara memiliki paling banyak penduduk yang berimigrasi. Karena kedua propinsi tersebut kurang berkembang jika dibandingkan dengan Sulawesi Utara dan Selatan, arus imigrasi dapat dianggap sebagai hasil dari transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah dari daerah-daerah lain (terutama di Pulau Jawa). Jumlah neto imigrasi ke propinsi-propinsi ini memiliki keenderungan mengalami peningkatan. Di sisi lain, Sulawesi Selatan dan Gorontalo memiliki jumlah arus emigrasi yang cukup besar. Tabel 6.1.2
Perubahan Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup di Sulawesi Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan/Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo
1971
1980
1990
2000
1971
1980
1990
2000
-12.169
-32.965
-65.751
-4.235
-0,71%
-1,56%
-2,65%
-0,21%
16.663
150.614
237.782
295.171
1,82%
11,68%
13,89%
13,56%
-174.742
-403.687
-422.295
-600.463
-3,37%
-6,66%
-6,05%
-8,39%
-4.865
14.836
129.175
271.628
-0,68%
1,57%
9,57%
-
-86.162
-
-
-
Total Sulawesi -175.113 -271.202 -121.089 Sumber: Sensus 1971, 1980, 1990 dan 2000; BPS
(3)
Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup / Jumlah Penduduk
-
-
14,92% -10,34%
-124.061
Piramida Jumlah Penduduk
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan piramida jumlah penduduk di lima propinsi di Sulawesi dan Indonesia. Angka kelahiran, kematian dan pola migrasi yang dibahas sebelumnya juga tercermin dalam gambar-gambar ini. Sulawesi Tenggara dengan dasar piramidanya yang lebar atau disebut dengan “piramida meluas” mengindikasikan besarnya jumlah anak-anak, dan bagian atas yang terus menyempit menunjukkan bahwa pada kelompok usia yang semakin tua, angka mortalitas semakin tinggi. 6-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Piramida ini memperlihatkan penduduk dengan angka kelahiran dan kematian yang lebih tinggi, serta tingkat harapan hidup yang lebih pendek. Di sisi lain, piramida jumlah penduduk di Sulawesi Utara dan Gorontalo menunjukkan jumlah atau persentase penduduk berusia muda yang lebih rendah. Dengan hanya melihat piramida jumlah penduduk, dapat diketahui bahwa Sulawesi Utara dan Gorontalo memiliki potensi pertumbuhan penduduk yang lebih rendah, sementara Suawesi Tenggara memiliki potensi pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi. FE
70-74
FE
70-74
MA
-120
-100
-80
-60
-40
60-64
50-54
50-54
50-54
40-44
40-44
40-44
30-34
30-34
30-34
20-24
20-24
20-24
10-14
10-14
10-14
0-4
0-4 0
20
40
60
80
100
120
-60
-40
-20
Sulawesi Utara
0-4 0
20
40
-300
-200
-100
-140
-120
-100
-80
FE
-60
-40
-20
0
FE
70-74
50-54
50-54
50-54
40-44
40-44
40-44
30-34
30-34
30-34
20-24
20-24
20-24
10-14
10-14
10-14
0-4
0-4 300
400
80
100
500 -120
Sulawesi Selatan Sumber: Sensus 2005, BPS
-100
-80
-60
-40
-20
120
140
FE MA
60-64
200
60
70-74
60-64
100
40
MA
60-64
0
20
Sulawesi Tengah
MA
-400
60
Gorontalo
70-74
-500
MA
60-64
-20
FE
70-74
MA
60-64
0-4 0
20
40
60
Sulawesi Tenggara
80
100
120
-12,000 -10,000 -8,000
-6,000 -4,000
-2,000
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000 12,000
Indonesia
Gambar 6.1.2 Piramida Jumlah Pendudukdi Sulawesi dan Indonesia (4)
Kecenderungan Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Pada
dasarnya
tingkat
pertumbuhan jumlah penduduk memiliki
kecenderungan
mengalami
penurunan
dengan
sejalan
kecenderungan
pertumbuhan jumlah penduduk nasional.
Khususnya
pertumbuhan
tingkat
penduduk
di
Sulawesi Tengah dan Tenggara yang mengalami penurunan lebih cepat daripada propinsi-propinsi lainnya
meskipun
tingkat
pertumbuhan penduduk di kedua
Gambar 6.1.3 Perubahan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk
propinsi ini masih sekitar 2% per tahun, yang mana masih lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 1,3% per tahun selama periode tahun 2000-2005. 6-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Di sisi lain, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Sulawesi Utara (1,25% per tahun pada tahun 2000-2005) dan Sulawesi Selatan (1,05%) leih rendah daripada rata-rata nasional. 6.1.2
Tinjauan terhadap Perakiraan Jumlah Penduduk oleh BAPPENAS
Ramalan jumlah penduduk yang resmi dibuat oleh BAPPENAS dan BPS di tahun 2005 dengan bantuan teknis dari Dana Teknis PBB. Perakiraan tersebut dibuat berdasarkan sensus tahun 2000 dan mencakup periode hingga tahun 2025. Ramalan ini memberikan perkiraan mengenai ukuran jumlah penduduk dan struktur jenis kelamin penduduk di masing-masing propinsi1 dari tahun 2000 hingga 2025. Ramalan tersebut merupakan hasil penerapan model populasi kelangsungan hidup kelompok/bagian terhadap asumsi-asumsi yang berhubungan dengan angka kelahiran, angka kematian, dan transmigrasi. Metode kelangasungan hidup kelompok/bagian memerlukan peramalan yang terpisah untuk masing-masing komponen perubahan jumlah penduduk, yaitu angka kelahiran, angka kematian dan perpindahan penduduk (migrasi). Dengan informasi ini serta data mengenai perkiraan khusus usia tahun dasar, ramalan untuk tahun berikutnya dibuat dengan menaikkan setiap kelompok usia pada tahun sebelumnya ke dalam kelompok usia yang lebih tinggi berikutnya, sementara itu di saat yang sama juga turut mempertimbangkan dampak-dampak jumlah neto perpindahan penduduk (migrasi), angka kematian, dan kelahiran. Angka migrasi bersih diasumsikan berdasarkan oleh kelamin dan kelompok usia berdasarkan migrasi di tahun 1995 hingga 2000. BAPPENAS meramalkan arus imigrasi bersih untuk Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, serta arus emigrasi bersih untuk Sulawesi Selatan/Barat dan Gorontalo. Tabel 6.1.3 Populasi Total (000)
Tingkat Urbanisasi (%)
Tingkat Kelahiran Total (%)
1
Ramalan Tingkat Populasi Total dan Urbanisasi oleh BAPPENAS Utara Gorontalo Tengah Selatan/Barat Tenggara Utara Gorontalo Tengah Selatan/Barat Tenggara Utara Gorontalo Tengah South/West Tenggara Utara
2005
2010
2015
2020
2.141,9 872,2 2.404,0 8.493,7 2.085,9 43,4 31,3 21,0 32,2 23,0 1,9 2,3 2,3 2,3 2,6 1,5
2.277,2 906,9 2.640,5 8.926,6 2.363,9 49,8 37,0 22,9 35,3 25,6 1,9 2,2 2,2 2,2 2,4 1,5
2.402,8 937,5 2.884,2 9.339,9 2.653,0 55,7 42,8 24,9 38,8 28,5 1,9 2,1 2,1 2,1 2,2 1,5
2.517,2 962,4 3.131,2 9.715,1 2.949,6 61,1 48,2 27,3 42,6 31,8 1,8 2,1 2,1 2,1 2,1 1,5
2025 2.615,5 979,4 3.372,2 10.023,6 3.246,5 65,7 53,2 29,9 46,7 35,5 1,8 2,1 2,1 2,1 2,1 1,5
Karena ramalan dibuat berdasarkan sensus tahun 2000, Sulawesi Selatan dan Barat dianggap satu propinsi. Propinsi Sulawesi Barat terbentuk (terpisah dari Sulawesi Selatan) pada tahun 2004.
6-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Utara 1,5 1,5 1,5 Gorontalo -6,2 -6,2 -6,1 Tengah 4,4 4,4 4,4 Selatan/Barat -3,4 -3,4 -3,3 Tenggara 7,5 7,6 7,6 Sumber: Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2000 - 2025, BAPPENAS 2005
1,5 -6 4,3 -3,3 7,7
Migrasi Bersih (%)
Tabel 6.1.4
1,5 -5,9 4,3 -3,2 7,7
Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk 2000-05
2005-10
2010-15
2015-20
2020-25
Sulawesi Utara
1,37%
1,23%
1,08%
0,93%
0,77%
Gorontalo
0,91%
0,78%
0,67%
0,53%
0,35%
Sulawesi Tengah
2,01%
1,89%
1,78%
1,66%
1,49%
Sulawesi Selatan/Barat
1,08%
1,00%
0,91%
0,79%
0,63%
Sulawesi Tenggara
2,76%
2,53%
2,33%
2,14%
1,94%
Sumber: Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia, 2000–2025; BAPPENAS 2005
Tabel 6.1.4 memperlihatkan ramalan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk tahunan oleh BAPPENAS. Dari hasil ramalan tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan jumlah penduduk akan menurun secara berangsur-angsur. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk Sulawesi Tengah dan Tenggara akan lebih tinggi (1,49%~2,76%), sementara di Gorontalo diramalkan akan cukup rendah (0,35~0,91%) akibat tingginya jumlah neto arus emigrasi (sekitar 6.100 orang per tahun). 6.1.3 (1)
Metodologi Peramalan Jumlah Penduduk oleh Tim Studi JICA Merodologi Peramalan Jumlah Penduduk
Gambar 6.1 menunjukkan metodologi peramalan jumlah penduduk per kabupaten. Ramalan dibuat berdasarkan antar sensus tahun 2005 dan meliputi periode 2006-2025. Untuk tingkat propinsi, peramalan tingkat pertumbuhan populasi dan laju urbanisasi menggunakan metode yang sama dengan BAPPENAS. Ramalan yang dilakukan oleh Tim Studi JICA secara umum dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu: (1) perkiraan populasi tertutup, (b) perkiraan perpindahan penduduk dalam propinsi, dan (3) perkiraan angkatan kerja.
6-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gambar 6.1.4 Bagan Alur Perakiraan Jumlah Penduduk dan PDRB Perakiraan jumlah penduduk tidak hanya mencakup jumlah penduduk total di masing-masing kabupaten tetapi juga jumlah penduduk pekotaan/pedesaan, angkatan kerja perkotaan/pedesaan, serta angkatan kerja pertanian (meliputi perhutanan, perikanan, dan peternakan) dan juga angkatan kerja non-pertanian. (2)
Perkiraan Jumlah Penduduk Tertutup per Kabupaten
Pertumbuhan jumlah penduduk tertutup menurut kabupaten diramalkan berdasarkan perkiraan jumlah neto angka kelahiran (NCBR). NCBR menunjukkan tingkat hidup anak-anak per seribu penduduk pada tahun tertentu. Semakin besar angka NCBR menunjukkan potensi pertumbuhan alami yang lebih tinggi. Angka NCBR setiap kabupaten dihitung berdasarkan data sensus tahun 2005 dengan menggunakan rumus berikut: "45- 49"
NCBRr1=
∑ ASFR
x ="15-19"
Dimana :
xi
× FPxi × {1 (IMRM i × SR + IMRFi ) ÷ (1 + SR)}
NCBRi= Perkiraan jumlah neto angka kelahiran di kabupaten “i” ASFRxi= Angka kelahiran usia tertentu pada kelompok usia “x” di kabupaten “i” FPxi= Jumlah penduduk perempuan pada kelompok usia “x” di kabupaten “i”
6-6
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
IMRMi= Angka kematian bayi laki-laki di kabupaten “i” IMRMi= Angka kematian bayi perempuan di kabupaten “i” SR= Rasio jenis kelamin pada kelahiran (konstan 1,05)
Gambar 6.1.5 menunjukkan perkiraan NCBR untuk setiap kabupaten. Daerah yang berwarna hijau tua
menunjukkan
tingkat
NCBR yang tinggi. Seperti yang terlihat pada peta, angka kelahiran
pada
kabupaten-
kabupaten
di
Sulawesi
Tenggara
dan
Sulawesi
Tengah lebih tinggi daripada daerah-daerah
lainnya.
Angka kelahiran juga terlihat lebih tinggi khususnya di daerah Luwu Utara (31,2) di Sulawesi Selatan; Bombana (30,7), Kolaka Utara (30,3), dan Konawe Selatan (29,5) di Sulawesi
Tenggara;
Buol
(30,0) Sulawesi Tengah; dan Mamuju (29,6) di Sulawesi Barat. Daerah-daerah dengan angka kelahiran yang lebih rendah antara lain adalah: Minahasa (15,2), Minahasa Utara (16,1), Manado
(17,1),
Gambar 6.1.5 Perkiraan Angka Kelahiran Bersih
Minahasa
Selatan (17,1) di Sulawesi Utara, serta Soppeng (15,9) dan Wajo (17,1) di Sulawesi Selatan. (3)
Perkiraan Perpindahan Penduduk (Migrasi) dalam Propinsi menurut Kabupaten/Kota
Perpindahan penduduk (migrasi) dalam propinsi dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, demografi, sosial, dan politik. Banyak yang berpandangan bahwa perpindahan penduduk dalam propinsi merupakan kombinasi antara faktor-faktor "pendorong" yang memotivasi para migran untuk mencari kesempatan yang lebih baik, dengan faktor-faktor "penarik" yang membuat orang yang berimigrasi tertarik untuk pindah ke daerah tertentu. Akibatnya, perpindahan penduduk antar kabupaten menurut hipotesis ini adalah akibat dari berbagai perbedaan kondisi ekonomi dan non-ekonomi di daerah yang bersangkutan.
6-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Dalam ramalan ini, diperkirakan bahwa
perbedaan
PDRB
per
kapita dan tingkat urbanisasi antara
kabupaten
merupakan
faktor yang paling mempengaruhi perpindahan penduduk. Sebagai contoh, penduduk akan pindah dari kabupaten dengan tingkat PDRB per kapita yang rendah ke kabupaten kabupaten dengan PDRB per kapita lebih tinggi dengan tujuan mencari kesempatan kerja yang lebih baik dan
memperoleh
tingkat
penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu, penduduk akan pindah ke
daerah
perkotaan
untuk
mendapatkan pelayanan publik dan menikmati sarana hiburan yang lebih baik, serta untuk memperoleh kesempatan kerja non-pertanian. Variabel-variabel
Figure 6.1.6 Perkiraan Pergerakan Migrasi di Sulawesi
hipotesis dan sintesis berupa PDRB per kapita dan tingkat urbanisasi dihitung untuk semua kabupaten. Di sini, variable-variabel sintesis disebut dengan “koefisien daya tarik.” P
NMrx= NM pa × {
PCG rx × UR rx Pa
∑ PCG i =1
ri
−
∑ (PCG i =1
ri
÷ PCG pa × UR ri ) n
÷n
}
Dimana: NMrx: Tingkat jumlah neto migrasi di kabupaten “x” NMpa: Tingkat jumlah neto migrasi bersih di propinsi “a” PCGri: PDRB per-kapita di kabupaten “i” PCGpa: PDRB per-kapita rata-rata di propinsi “a” Pa:
Jumlah seluruh kabupaten di propinsi “a”
URri:
TIngkat urbanisasi di kabupaten “i” (nilai minimum = 10%)
Selama periode pembangunan khusus (termasuk Kawasan Andalan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan pembangunan berskala besar lainnya), koefisien daya tarik diperkirakan akan berlipat ganda. Jika koefisien daya tarik sebuah kabupaten lebih tinggi daripada koefisien daya tarik propinsinya, penduduk akan pindah ke kabupaten tersebut. Semakin tinggi koefisien daya tarik sebuah 6-8
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
kabupaten, maka semakin besar jumlah penduduk yang akan bermigrasi ke kabupaten tersebut. Selain itu, diperkirakan juga bahwa akan terjadi arus emigrasi di daerah-daerah pedesaan dan berpindah ke daerah perkotaan di kabupaten-kabupaten lainnya. Besarnya angka migrasi per tahun ditetapkan berdasarkan ramalan tingkat urbanisasi di setiap propinsi oleh BAPPENAS. Gambar 6.1.6 secara skematis menggambarkan jumlah neto perpindahan penduduk selama periode yang diramalkan. (4)
Perkiraan Angkatan Kerja di Daerah Perkotaan/Pedesaan dan pada Sektor Pertanian/Non-Pertanian
Ramalan tingkat angkatan kerja per kabupaten dilakukan baik untuk daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan tingkat partisipasi tenaga kerja usia tertentu, yang kemudian diperkirakan berdasarkan angkatan kerja usia tertentu di daerah perkotaan/pedesaan dan total jumlah penduduk usia tertentu di daerah perkotaan/pedesaan menurut propinsi. Dalam perkiraan ini, tingkat partisipasi tenaga kerja diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 0,5% per tahun baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Jumlah angkatan kerja pertanian dan non-pertanian diperkirakan berdasarkan jumlah angkatan kerja menurut industri utama di daerah perkotaan/pedesaan, serta berdasarkan ramalan jumlah penduduk perkotaan/pedesaan menurut kabupaten (lihat Tabel 6.1.6).
ALFriy=
ALFu ri05 × P u riy × (LPR u riy ) ALFr ri05 × P r riy × (LPR r riy ) + NALFu ri05 + ALFu ri05 NALFr ri05 + ALFr ri05
NALFu ri05 × P u riy × (LPR u riy ) NALFr ri05 × P r riy × (LPR r riy ) NALFriy= + NALFu ri05 + ALFu ri05 NALFr ri05 + ALFr ri05 Dimana ALFu(r)riy: Angkatan kerja pertanian di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y” NALFu(r)riy: Angkatan kerja non-pertanian di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y” Pu(r)riy: Jumlah penduduk perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y” LPRu(r)riy: Tingkat partisipasi tenaga kerja di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y”
6.1.4 (1)
Hasil Perkiraan Jumlah Penduduk per Kabupaten oleh Tim Studi JICA Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan jumlah penduduk di Pulau Sulawesi selama masa persiapan master plan (2008-2024) diramalkan sebesar 1,15%, lebih rendah dibandingkan angka tahun 2000-2005 (1,35%), dan tahun 1990-2000 (1,67%). Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk diramalkan lebih tinggi di Sulawesi Tenggara (2,20%) dan lebih rendah di Gorontalo (0,56%). Akibatnya, jumlah penduduk keseluruhan di Sulawesi diperkirakan akan meningkat dari 16,4 juta pada tahun pertama master plan (2008) menjadi 19,7 juta pada tahun terakhir master plan (2024). 6-9
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Hasil ramalan jumlah penduduk secara mendetail terlihat pada Tabel 6.1.5. Pada tingkat kabupaten, Kota Bau-bau (3,00%) Kendari (2,80%), dan Kolaka Utara (2,40%) di Sulawesi Tenggara, Kota Pare-pare (2,40%) di Sulawesi Selatan, Kota Bitung (2,05%) di Sulawesi Utara, dan Kota Palu (1,94%) di Sulawesi Tengah, menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi (2005-2024) Tingkat pertumbuhan penduduk pada kabupaten-kabupaten ini melebihi tingkat pertumbuhan penduduk di dua kota terbesar di Sulawesi, yaitu Makassar Makassar (1,25%), dan Manado (1,45%). Di
sisi
lain,
jumlah
penduduk di Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara diramalkan
akan
mengalami
penurunan
sebesar -0,52% per tahun.
Gambar 6.1.7 Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk (2005-24)
6-10
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(2)
Maret 2008
Perubahan Jumlah Penduduk Perkotaan/Pedesaan
Pertumbuhan jumlah penduduk di daerah perkotaan diramalkan akan lebih tinggi (2,52%), sedangkan di daerah pedesaan akan lebih rendah (0,58%).
Akibatnya,
urbanisasi
di
tingkat
Sulawesi
akan
mengalami peningkatan dari 28,0% di tahun 2005 menjadi 35,8% di tahun 2024, yang mana masih lebih rendah daripada rata-rata nasional yaitu 42,1% untuk tahun 2005. Sama
dengan
BAPPENAS, urbanisasi
ramalan
oleh
kemajuan
arus
diramalkan
meningkat
pesat
akan
di
Propinsi
Sulawesi Utara (37,3% -> 52,3%) dan Gorontalo (31.3% -> 53.2%). Jumlah
penduduk
diperkirakan penurunan
pedesaan
akan di
mengalami
propinsi-propinsi
tersebut. Di sisi lain, jumlah penduduk
bersih
di
daerah
pedesaan untuk tahun 2005-2024 di
Gambar 6.1.8 Peningkatan Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan
Propinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara diramalkan akan lebih dari 500,000 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di pedesaan akan terjadi sebagai akibat dari transmigrasi. Tabel 6.1.5 Kenaikan Tingkat Jumlah Neto Urbanisasi dan Penduduk Tingkat Urbanisasi 2005
2024
Kenaikan Jumlah Penduduk Bersih (2005 - 24) Perkotaan
Pedesaan
Total
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat
37,3% 19,5% 31,2% 21,7% 31,3% 17,4%
52,3% 25,6% 38,6% 30,2% 53,2% 23,9%
540.016 364.352 1.092.940 480.732 259.788 99.601
-117.997 513.630 299.423 555.122 -150.192 52.119
422.019 877.982 1.392.363 1.035.854 109.596 151.720
Total Sulawesi
28,0%
35,8%
2.660.762
1.328.774
3.989.536
Sumber: Tim Studi JICA
6-11
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(3)
Maret 2008
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Sulawesi akan meningkat dari 80,0/km2 di tahun 2005 menjadi 100,3 per km2 di tahun 2024 (lihat Gambar 6.1.9). Ramalan peningkatan kepadatan penduduk di kota-kota besar di Sulawesi adalah sebagai berikut: Makassar (6.796→8.610), Manado (2.555→3.336), Gorontalo (2.362→2.986), Parepare (1.134→1.781), Kendari (799→1.348), Palu (734→1.065), Palopo (571→764), Bitung (485→713), dan Bau-bau (389→683).
Gambar 6.1.9 Perubahan Kepadatan Penduduk
(4)
Angkatan Kerja
Jumlah angkatan kerja di Sulawesi diramalkan akan mengalami kenaikan dari 6,3 juta menjadi 9,8 juta selama periode tahun 2005 - 2024, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 2,33%. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini akan diakibatkan oleh kenaikan tingkat partisipasi tenaga kerja (tingkat partisipasi tenaga kerja di atas usia 15 tahun diperkirakan akan mengalami kenaikan dari 60,3% di tahun 2005 dan 70,3% di tahun 2024). Sementara angkatan kerja pertanian diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan (dari 3,14 juta di tahun 2005 menjadi 3,83 juta di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,05%), angkatan kerja non-pertanian diperkirakan akan meningkat dua kali lipat (dari 3,16 6-12
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
juta di tahun 2005 menjadi 5,93 juta di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan 3,37%). Akibatnya, persentase tenaga kerja pertanian akan menurun dari 49,9% di tahun 2005 menjadi 39,3% di tahun 2024. Tabel 6.1.6 Hasil Prakiraan Jumlah Penduduk Total Sulawesi Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una Una Kota Palu Sulawesi Selatan Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Kota Makassar Kota Pare Pare Kota Palopo Sulawesi Tenggara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Kota Kendari Kota Bau Bau Gorontalo Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Kota Gorontalo West Sulawesi
2005 15.740,8 2.121,0 474,9 288,5 191,1 74,5 276,0 165,8 405,7 163,8 80,6 2.291,0 150,2 288,4 169,7 134,0 450,4 190,2 110,4 353,4 152,4 291,9 7.479,7 114,2 378,4 169,1 326,4 246,8 572,7 219,0 286,8 284,4 158,1 686,8 225,9 371,1 245,4 334,5 180,1 312,9 436,9 287,3 206,2 1.194,6 112,6 129,3 1.960,7 266,4 287,7 260,8 266,0 228,8 105,8 96,4 93,4 236,3 119,0 920,0 113,0 422,2 106,8 124,9 153,0 968,4
Jumlah Penduduk 2008 2014 2019 16.429,2 17.755,1 18.791,0 2.201,6 2.355,0 2.457,8 492,1 525,6 546,7 296,8 312,6 323,0 195,5 201,7 203,1 75,7 75,6 72,1 284,5 299,7 308,6 170,1 178,5 183,0 426,1 467,1 499,9 175,8 200,8 221,5 85,1 93,3 99,9 2.425,1 2.701,4 2.937,1 157,9 173,6 186,6 303,7 337,7 370,9 178,5 198,7 215,0 141,8 157,4 169,8 477,1 531,5 577,3 202,0 225,9 245,0 117,8 132,6 144,8 374,0 416,1 451,0 159,7 174,6 187,4 312,6 353,4 389,2 7.743,4 8.219,1 8.572,9 116,1 118,5 119,3 388,8 406,7 418,8 174,9 185,2 191,8 336,8 353,1 364,9 254,0 264,6 272,8 593,1 627,8 653,9 225,0 235,6 242,3 296,7 312,4 324,7 296,5 317,2 335,0 162,4 170,2 175,0 707,1 743,0 768,2 231,0 240,2 246,0 381,3 400,6 413,8 252,8 267,3 276,9 345,2 365,7 379,8 186,1 195,6 201,5 323,9 343,1 356,1 451,6 476,6 493,8 297,4 314,7 326,3 217,9 242,8 260,3 1.247,6 1.347,2 1.431,7 121,7 138,8 156,8 135,5 152,0 163,3 2.116,3 2.438,1 2.716,7 286,5 327,8 361,8 310,1 356,6 395,9 279,5 318,3 350,7 285,0 324,7 359,1 247,8 286,0 318,4 114,4 131,0 144,5 102,6 114,6 123,5 101,8 117,5 131,9 258,0 305,0 349,7 130,8 156,6 181,3 942,1 982,1 1.010,8 115,3 118,5 120,6 431,3 447,0 458,0 109,5 115,0 118,4 126,5 128,7 129,5 159,5 172,9 184,3 1.000,8 1.059,3 1.095,7
6-13
2024 19.730,4 2.543,0 563,3 331,3 202,9 67,5 315,1 186,1 529,9 240,9 106,1 3.169,0 198,1 407,4 230,5 187,6 621,0 265,6 155,5 484,2 198,4 420,7 8.872,1 118,8 427,8 196,3 374,0 279,5 675,7 247,0 335,3 351,8 178,1 788,0 249,8 424,1 284,2 390,9 205,2 365,8 506,8 334,8 274,8 1.513,4 176,9 173,1 2.996,6 394,0 434,5 382,1 393,8 349,9 157,0 130,8 146,6 398,9 208,8 1.029,6 123,3 466,5 119,0 127,4 193,5 1.120,2
AAGR (%) Kepadatan Penduduk 2005-24 2005 2024 1,20% 80,0 100,3 0,96% 137,9 167,3 0,90% 56,8 67,4 0,73% 258,3 296,6 0,32% 204,1 216,7 -0,52% 59,6 54,0 0,70% 132,7 151,6 0,61% 161,8 181,6 1,42% 2.554,6 3.336,2 2,05% 484,6 712,6 1,45% 706,2 928,9 1,72% 33,5 46,3 1,47% 46,7 61,6 1,83% 29,8 42,1 1,62% 10,6 14,5 1,79% 15,4 21,5 1,70% 43,0 59,3 1,77% 46,6 65,1 1,82% 27,3 38,5 1,67% 56,7 77,7 1,40% 26,6 34,7 1,94% 738,8 1.064,8 0,90% 164,1 195,8 0,21% 126,4 131,4 0,65% 327,7 370,5 0,79% 427,1 496,0 0,72% 442,5 507,0 0,66% 435,7 493,4 0,87% 304,1 358,8 0,63% 267,1 301,2 0,83% 177,2 207,1 1,12% 255,7 316,3 0,63% 134,6 151,6 0,73% 150,6 172,9 0,53% 166,2 183,8 0,70% 148,1 169,2 0,78% 130,3 150,9 0,82% 170,5 199,3 0,69% 102,0 116,2 0,83% 117,0 136,8 0,78% 136,3 158,1 0,81% 38,0 44,2 1,52% 28,6 38,1 1,25% 6.796,3 8.610,1 2,40% 1.133,8 1.780,9 1,55% 570,8 764,4 2,26% 51,4 78,6 2,08% 99,6 147,3 2,19% 58,9 88,9 2,03% 22,4 32,7 2,09% 38,5 56,9 2,26% 50,7 77,5 2,10% 34,6 51,4 1,62% 226,3 307,0 2,40% 27,5 43,2 2,80% 798,5 1.348,3 3,00% 389,3 683,1 0,59% 75,3 84,3 0,46% 50,3 54,9 0,53% 123,2 136,1 0,57% 23,8 26,5 0,10% 62,9 64,2 1,24% 2.362,0 2.986,3 0,77% 57,2 66,3
Tingkat Urbanisasi(%) 2005 2024 28,0% 35,8% 37,3% 52,3% 11,9% 17,1% 30,2% 44,8% 14,0% 22,4% 0,1% 0,1% 10,4% 15,5% 22,2% 33,8% 93,4% 100,0% 78,9% 100,0% 57,9% 81,8% 19,5% 25,6% 4,6% 6,4% 21,6% 32,5% 6,3% 9,3% 6,5% 8,6% 5,8% 7,6% 21,0% 27,3% 7,2% 9,3% 5,0% 6,6% 6,7% 9,3% 88,0% 100,0% 31,2% 38,6% 14,8% 22,1% 13,9% 19,2% 24,0% 32,3% 7,2% 9,7% 14,0% 19,3% 26,7% 35,4% 19,1% 26,4% 18,9% 25,3% 14,2% 22,2% 24,8% 34,3% 13,9% 18,9% 18,3% 25,8% 20,6% 28,2% 23,7% 32,0% 17,6% 23,5% 9,3% 12,8% 5,4% 7,2% 12,7% 17,1% 4,4% 5,9% 16,0% 23,4% 97,8% 100,0% 91,1% 100,0% 79,7% 100,0% 21,7% 30,2% 3,5% 5,1% 12,0% 16,9% 8,3% 12,1% 24,1% 35,5% 1,1% 1,5% 10,2% 14,6% 2,6% 4,1% 0,1% 0,1% 80,9% 100,0% 74,3% 100,0% 31,3% 53,2% 6,2% 9,9% 18,0% 28,6% 2,4% 3,7% 11,4% 19,6% 88,6% 100,0% 17,4% 23,9%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara
Sumber: Tim Studi JICA
130,3 351,7 120,4 272,9 93,1
134,6 363,0 122,6 284,9 95,7
143,1 383,2 125,6 307,8 99,6
148,4 396,9 126,8 322,2 101,5
152,0 407,3 126,6 332,3 102,0
0,81% 0,78% 0,26% 1,04% 0,48%
137,5 173,9 41,4 34,1 30,6
Maret 2008 160,3 201,4 43,5 41,5 33,5
37,9% 26,5% 0,0% 9,5% 0,1%
50,7% 35,8% 0,1% 12,2% 0,1%
Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan
Tabel 6.1.7 Hasil Prakiraan Angkatan Kerja
Total Sulawesi Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una Una Kota Palu Sulawesi Selatan Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Kota Makassar Kota Pare Pare Kota Palopo Sulawesi Tenggara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Kota Kendari Kota Bau Bau Gorontalo Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Kota Gorontalo
Angkatan Kerja Sektor AAGR (%) Pertanian 2005 2024 2005-24 3.144.356 3.832.672 1,05% 331.563 351.473 0,31% 122.168 145.054 0,91% 49.957 48.551 -0,15% 37.706 38.762 0,15% 16.394 16.023 -0,12% 53.171 60.901 0,72% 28.707 29.481 0,14% 4.810 2.666 -3,06% 8.996 2.851 -5,87% 9.655 7.182 -1,54% 562.124 771.956 1,68% 42.341 58.367 1,70% 79.249 100.850 1,28% 44.827 61.856 1,71% 42.198 59.973 1,87% 122.211 174.611 1,90% 43.141 57.856 1,56% 29.652 43.441 2,03% 106.615 150.743 1,84% 45.392 60.883 1,56% 6.498 3.376 -3,39% 1.402.229 1.595.833 0,68% 24.059 24.428 0,08% 94.497 105.784 0,60% 44.650 48.710 0,46% 94.334 112.147 0,91% 39.255 43.939 0,60% 123.369 135.165 0,48% 56.313 61.607 0,47% 50.212 57.537 0,72% 30.381 36.179 0,92% 26.950 27.867 0,18% 181.558 208.423 0,73% 63.138 66.110 0,24% 81.577 88.479 0,43% 54.954 59.503 0,42% 70.328 80.858 0,74% 51.300 60.789 0,90% 76.556 95.508 1,17% 96.086 115.295 0,96% 73.048 90.894 1,16% 49.171 64.439 1,43% 10.315 6.640 -2,29% 4.064 2.803 -1,94% 6.115 2.730 -4,16% 450.327 666.260 2,08% 58.139 91.328 2,41% 71.744 108.994 2,23% 73.567 108.522 2,07% 78.362 102.999 1,45% 68.464 109.766 2,52% 35.016 51.791 2,08% 23.742 33.519 1,83% 34.076 56.163 2,66% 4.614 2.114 -4,02% 2.601 1.064 -4,60% 162.820 172.343 0,30% 26.409 29.823 0,64% 79.904 83.215 0,21% 26.317 31.047 0,87% 26.439 26.228 -0,04% 3.751 2.030 -3,18%
Angkatan Kerja Sektor Lainnya 2005 2024 3.155.220 5.926.424 517.536 914.722 65.562 131.589 66.845 118.208 38.024 61.267 12.537 16.617 57.142 95.319 35.137 60.284 161.515 265.738 57.047 118.329 23.727 47.370 422.250 887.048 19.408 41.791 49.065 117.905 29.503 60.813 18.893 43.311 68.958 147.675 38.258 80.600 14.999 34.145 46.417 104.708 18.582 41.161 118.166 214.938 1.549.968 2.734.074 21.842 34.451 63.555 112.989 22.283 47.251 34.630 70.904 61.965 96.867 109.604 202.713 29.894 58.687 63.741 107.033 85.407 139.865 36.593 60.224 96.353 184.493 32.508 63.074 75.513 130.671 45.844 83.807 60.304 108.359 14.947 33.987 37.845 72.859 57.887 110.923 32.054 63.271 25.741 61.070 461.096 733.335 37.983 79.659 42.382 77.582 368.991 851.388 43.662 96.234 44.307 106.144 39.981 93.038 38.164 103.546 32.280 77.458 11.341 31.407 17.609 35.365 7.803 23.490 90.366 189.418 43.477 95.288 186.588 311.487 16.928 28.940 76.964 131.797 15.798 27.084 23.190 35.918 53.708 87.749
6-14
AAGR (%) 2005-24 3,37% 3,04% 3,73% 3,05% 2,54% 1,49% 2,73% 2,88% 2,66% 3,91% 3,71% 3,98% 4,12% 4,72% 3,88% 4,46% 4,09% 4,00% 4,42% 4,37% 4,27% 3,20% 3,03% 2,43% 3,07% 4,04% 3,84% 2,38% 3,29% 3,61% 2,77% 2,63% 2,66% 3,48% 3,55% 2,93% 3,23% 3,13% 4,42% 3,51% 3,48% 3,64% 4,65% 2,47% 3,97% 3,23% 4,50% 4,25% 4,71% 4,55% 5,39% 4,71% 5,51% 3,74% 5,97% 3,97% 4,22% 2,73% 2,86% 2,87% 2,88% 2,33% 2,62%
Total Angkatan Kerja 2005 6.299.577 849.099 187.730 116.802 75.730 28.931 110.313 63.843 166.324 66.043 33.382 984.374 61.749 128.314 74.330 61.091 191.169 81.399 44.651 153.032 63.974 124.664 2.952.197 45.901 158.052 66.932 128.964 101.219 232.973 86.207 113.953 115.788 63.543 277.911 95.646 157.090 100.798 130.632 66.248 114.400 153.972 105.102 74.912 471.412 42.047 48.496 819.317 101.801 116.051 113.548 116.526 100.744 46.357 41.351 41.879 94.981 46.078 349.408 43.337 156.868 42.115 49.629 57.459
2024 9.759.096 1.266.195 276.643 166.760 100.029 32.641 156.220 89.766 268.404 121.180 54.553 1.659.004 100.158 218.755 122.670 103.284 322.286 138.456 77.586 255.451 102.044 218.314 4.329.907 58.879 218.773 95.961 183.051 140.806 337.878 120.293 164.570 176.043 88.091 392.916 129.184 219.150 143.309 189.217 94.775 168.367 226.219 154.165 125.509 739.976 82.462 80.312 1.517.648 187.562 215.138 201.560 206.545 187.224 83.198 68.884 79.653 191.532 96.352 483.830 58.763 215.012 58.131 62.146 89.779
AAGR (%) 2005-24 2,33% 2,13% 2,06% 1,89% 1,48% 0,64% 1,85% 1,81% 2,55% 3,25% 2,62% 2,79% 2,58% 2,85% 2,67% 2,80% 2,79% 2,84% 2,95% 2,73% 2,49% 2,99% 2,04% 1,32% 1,73% 1,91% 1,86% 1,75% 1,98% 1,77% 1,95% 2,23% 1,73% 1,84% 1,59% 1,77% 1,87% 1,97% 1,90% 2,05% 2,05% 2,04% 2,75% 2,40% 3,61% 2,69% 3,30% 3,27% 3,30% 3,07% 3,06% 3,32% 3,13% 2,72% 3,44% 3,76% 3,96% 1,73% 1,62% 1,67% 1,71% 1,19% 2,38%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara
Sumber: Tim Studi JICA
235.293 18.412 79.296 31.091 78.190 28.304
274.807 18.649 86.363 36.294 99.719 33.782
0,82% 0,07% 0,45% 0,82% 1,29% 0,94%
109.889 24.701 47.027 9.525 22.617 6.017
227.704 45.071 96.615 18.421 54.104 13.493
3,91% 3,22% 3,86% 3,53% 4,70% 4,34%
Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan
6-15
Maret 2008 345.182 43.114 126.324 40.617 100.807 34.321
502.511 63.720 182.978 54.715 153.823 47.275
2,00% 2,08% 1,97% 1,58% 2,25% 1,70%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
6.2
Prakiraan PDRB
6.2.1
Tinjauan terhadap Kecenderungan Pertumbuhan PDRB
Maret 2008
Gambar 6.2.1 menunjukkan perubahan tingkat pertumbuhan PDRB riil di Indonesia dan propinsi-propinsi di Pulau Sulawesi dari tahun 1984 hingga 2005. Tingkat pertumbuhan PDRB propinsi Pulau Sulawesi berubah-ubah dari tahun ke tahun dan pada umumnya lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan PDB nasional. Dari tahun 1984 hingga 1992, tingkat pertumbuhan PDRB masing-masing propinsi cenderung mengalami kenaikan. Tingkat pertumbuhan PDRB rata-rata di Pulau Sulawesi tercatat sebesar 10,42% di tahun 1988 dan 9,57% di tahun 1991. Meskipun demikian, perkembangan ekonomi yang baik ini menjadi negative akibat krisis ekonomi di Asia pada akhir tahun 1998. Pada tahun 1998, tingkat PDRB di Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat), Tenggara, dan Sulawesi Tengah tercatat sekitar -4% hingga -6%. Sulawesi Utara mengalami tingkat pertumbuhan yang negatif tidak hanya pada tahun 1998 (-2,4%) tetapi juga di tahun-tahun berikutnya (-5,7%). Setelah krisis ekonomi, perekonomian di Pulau Sulawesi mulai mengalami perkembangan. Pada tahun 2005, tingkat pertumbuhan PDRB di masing-masing propinsi di Pulau Sulawesi berkisar antara 5,1% (Sulawesi Utara dan Gorontalo) dan 7,4% (Sulawesi Tengah).
Sumber: BPS, Indonesia
Gambar 6.2.1 Perubahan Tingkat Pertumbuhan PDRB di Sulawesi dan Indonesia 6.2.2
Tinjauan terhadap Ramalan PDRB oleh BAPPENAS
BAPPENAS membuat prakiraan PDRB untuk setiap pulau di tahun 2003 pada saat mempersiapkan Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2005-2009 (RPJM). Menurut ramalan tersebut, tingkat pertumbuhan PDRB Pulau Sulawesi akan semakin meningkat dari 5,67% di tahun 2004 menjadi 8,20% di tahun 2009. Tingkat pertumbuhan PDRB Pulau Sulawesi lebih tinggi daripada Pulau Jawa-Bali danSumatra, dan hamper sama dengan pulau-pulau lainnya di Kawasan Timur Indonesia, yaitu Kalimantan dan pulau-pulau lainnya seperti Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta Maluku. Disamping ramalan jangka menengah ini (2005-2009), tidak ada ramalan PDRB resmi lainnya untuk Indonesia. Ramalan jangka menengah ini berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia, dan 6-16
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
bukan berdasarkan propinsi. Saat ini, BAPPENAS sedang mempersiapkan ramalan PDRB jangka panjang menurut propinsi dengan menggunakan suatu model ekonometrika. Meskipun demikian, saat ini perakiraan tersebut belum tersedia.
Gambar 6.2.2 Ramalan PDRB oleh BAPPENAS, 2005-2009 6.2.3
Metodologi Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA
Dengan adanya kondisi-kondisi ini, Tim Studi JICA membuat ramalan PDRB jangka panjang dan menurut kabupaten berdasarkan ramalan jumlah penduduk (angkatan kerja), sebagaimana yang disebutkan pada Bagian 6.1. Tahun dasar ramalan ini adalah tahun 2005. Tingkat PDRB untuk setiap kabupaten tersedia, tetapi tidak terdapat komposisi PDRB menurut industri-industri utama, kecuali untuk Propinsi Gorontalo. Tim Studi JICA memperkirakan komposisi PDRB tahun 2005 menurut sektor pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, dan peternakan) dan non-pertanian, berdasarkan tingkat produktivitas tenaga kerja setiap industri utama di masing-masing propinsi serta berdasarkan jumlah angkatan kerja menurut industri utama di setiap kabupaten pada tahun 2005, sebagaimana yang tercantum dalam Sensus tahun 2005.
6-17
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Gambar 6.2.3 Bagan Alur Metodologi Ramalan PDRB
6-18
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kemudian ramalan PDRB dilakukan dengan menggunakan ramalan angkatan kerja dan produktivitas tenaga kerja untuk sektor pertanian dan non-pertanian. Tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di setiap kabupaten diramalkan berdasarkan kecenderungan di masa lampau serta rencana pembangunan di masa depan, termasuk rencana pembangunan berskala besar (seperti pembangunan tambang gas alam & minyak bumi, terminal Gas Alam Cair di Kabupaten Banggai di Sulawesi Tengah, serta kilang minyak di Kota Parepare di Sulawesi Selatan) serta Kawasan Andalan yang dicanangkan dalam Rencana Tata Ruang Nasional. 6.2.4 (1)
Hasil Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA Tigkat Pertumbuhan PDRB
PDRB total di Sulawesi diramalkan akan mengalami kenaikan dari Rp. 73.089 miliar di tahun 2005 menjadi Rp. 265.150 miliar di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 7,02%. Tingkat pertumbuhan PDRB diperkirakan akan lebih tinggi di Sulawesi Tengah (7,79%) dan Sulawesi Tenggara (7,44%), tetapi akan lebih rendah di Sulawesi Selatan (6,78%) dan
Sulawesi
Utara
(6,69%). Pada
tingkat
kabupaten,
tingkat pertumbuhan PDRB akan lebih tinggi untuk Kabupaten
Banggai
di
Sulawesi Tengah (9,47%: pembangunan
tambang
minyak & gas alam serta terminal Gas Alam Cair), Kota Parepare di Sulawesi Selatan
(9,18%:
pembanguan kilang minyak dan
pesatnya
arus
urbanisasi), Kota Palu di Sulawesi Tengah (8,46%: arus urbanisasi yang pesat), serta
Kota
Kendari
Sulawesi Tenggara (8,73%: Gambar 6.2.4 Prakiraan Angka Pertumbuhan PDRB (2005-24) arus urbanisasi). TIngkat pertumbuhan PDRB juga diramalkan akan lebih tinggi di kota-kota lainnya, seperti Makassar (8,08%), Palopo (7,83%), Baubau (8,76%), Manado (7,22%), Mamuju (7.70%), dan 6-19
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gorontalo (7,57%). (2)
Komposisi Sektor Pertanian dan Non-Pertanian
Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan untuk sektor pertanian dan non-pertanian di tahun 2005 dan 2024 diprakirakan akan sebesar 4,46% dan 7,97%, secara berturut-turtu. Akibatnya kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB akan mangalami penurunan dari 33,3% menjadi 21,0% (meskipun angka ini masil lebih tinggi daripada rata-rata Indonesia sebesar 15,0% untuk tahun 2005). Kontribusi sektor ini terhadap PDRB total akan lebih rendah di Sulawesi Utara (12,3%), Sulawesi Selatan (18,0%), dan masih akan relatif lebih tinggi di Sulawesi Tengah (31,3%) dan Sulawesi Barat (30,0%) (lihat Tabel 6.2.5). Jumlah Kabupaten yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor pertanian (lebih dari 50% dari PDRB total) akan berkurang dari 24 kabupaten di tahun 2005 menjadi hanya 3 kabupaten di tahun 2025 (Bone dan Enrekang di Sulawesi Selatan, dan Parigi Moutong di Sulawesi Tengah).
Gambar 6.2.5 Ramalan Perubahan PDRB, 2005-2024 Tabel 6.2.1 PDRB Sektor Pertanian dan Non-Pertanian Pertanian (A) Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
2.778 5.348 11.032 2.798
2005 (billion Rp.) NonTotal Pertanian (C) (B) 9.967 12.745 5.808 11.156 25.392 36.424 4.682 7.480
6-20
2024 (billion Rp.) Non-Per Pertanian Total A/C tanian (A’) (C’) (B’) 21,80% 5.377 38.236 43.614 47,94% 14.507 31.852 46.359 30,29% 22.771 103.903 126.674 37,41% 8.024 21.228 29.252
A’/C’ 12,33% 31,29% 17,98% 27,43%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gorontalo Sulawesi Barat
624 1.727
1.401 1.532
2.025 3.259
30,83% 52,99%
1.431 3.546
6.008 8.267
7.439 11.813
19,24% 30,02%
Total Sulawesi
24.307
48.782
73.089
33,26%
55.656
209.494
265.150
20,99%
Sumber: Tim Studi JICA
(3)
PDRB Per-Kapita
PDRB per-kapita akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,70%. Sehingga, PDRB per-kapita Sulawesi akan mencapai US$ 1.703 di tahun 2024 (harga konstan 2005), yang lebih besar 2,87 kali daripada PDRB per-kapita di tahun 2005 (US$ 594). Seperti di tahun 2005, PDRB per kapita Sulawesi akan tetap yang terbesar di tahun 2024 dan Gorontalo akan memiliki PDRB per kapita yang terkecil. Meskipun demikian, perbedaan antara propinsi-propinsi ini pada tingkatan tertentu akan mengecil dari 2,41 kali menjadi 2,09 kali. Selain itu, disparitas regional dalam PDRB per-kapita akan mengalami penurunan. Variasi koefisien 2 PDRB per-kapita di Sulawesi akan mengalami penurunan dari 0,59 di tahun 2005 menjadi 0,47 di tahun 2024. Tabel 6.2.2
Ramalan PDRB Per-Kapita
Rupiah
Rupiah
Dollar AS
(Harga Konstan 2000)
(Harga Konstan 2005)
(Harga Konstan 2005)
2005
2005
2005
2024
2024
2024
Sulawesi Utara
6.009
17.055
7.460
21.175
718,9
2.040,5
Sulawesi Tengah
4.870
14.426
6.491
19.230
625,5
1.853,1
Sulawesi Selatan
4.870
14.196
6.555
19.108
631,7
1.841,3
Sulawesi Tenggara
3.815
9.586
5.309
13.340
511,6
1.285,5
Gorontalo
2.201
7.200
3.093
10.117
298,1
974,9
Sulawesi Barat
3.365
10.514
4.057
12.675
390,9
1.221,4
Total Sulawesi
4.643
13.322
6.160
17.674
593,6
1.703,1
Sumber: Tim Studi JICA
2
Variasi koefisien mendeskripsikan tingkatan variasi sampel: deviasi standarnya dibagi secara rata-rata. Angka yang tinggi berarti memiliki perbedaan sampel yang lebih besar, dan angka yang lebih kecil berarti pembangian sampel yang lebih kecil.
6-21
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gambar 6.2.6 Perubahan Distribusi PDRB Per-Kapita Tabel 6.2.3 PDRB Totak Sulawesi Sulawesi Utara B.Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una Una Kota Palu Sulawesi Selatan Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep
2005 73.089 12.745 1.949 1.524 764 311 1.604 965 3.575 1.575 476 11.156 482 1.293 984 735 2.164 891 430 2.006 333 1.838 36.424 329 1.267 541 686 668 1.364 794 858 1.858
2024 265.150 43.614 6.114 4.843 2.107 729 4.984 3.059 13.447 6.566 1.765 46.359 1.747 7.208 3.868 2.815 8.040 3.360 1.787 7.811 1.125 8.598 126.674 963 4.494 1.900 2.150 2.119 4.699 2.297 2.895 5.067
Prakiraan PDRB, 2000 Harga Konstan
AAGR (%) PDRB (Pertanian) AAGR (%)
05-24 7,02% 6,69% 6,20% 6,27% 5,48% 4,58% 6,15% 6,26% 7,22% 7,80% 7,14% 779% 7,01% 9,47% 7,47% 7,32% 7,15% 7,23% 7,78% 7,42% 6,62% 8,46% 6,78% 5,82% 6,89% 6,84% 6,20% 6,26% 6,73% 5,75% 6,61% 5,42%
2005 24.307 2.778 1.024 419 316 137 445 241 40 75 81 5.348 293 822 465 438 1.268 448 205 1.106 235 67 11.032 154 455 287 454 252 594 542 322 293
2024 55.656 5.377 2.219 743 593 245 932 451 41 44 110 14.507 798 2.068 1.268 1.230 3.580 1.186 594 3.090 624 69 22.771 285 924 567 980 512 1.181 1.076 670 632
6-22
05-24 4,46% 3,54% 4,16% 3,06% 3,37% 3,10% 3,96% 3,36% 0,06% -2,84% 1,63% 5,39% 5,42% 4,97% 5,42% 5,58% 5,61% 5,26% 5,75% 5,56% 5,26% 0,14% 3,89% 3,27% 3,80% 3,66% 4,13% 3,80% 3,68% 3,67% 3,93% 4,14%
PDRB(Non-Perta AAGR (%) nian) 2005 2024 05-24 48.782 209.494 7,97% 9.967 38.236 7,33% 926 3.895 7,86% 1.106 4.100 7,14% 448 1.514 6,62% 174 484 5,53% 1.159 4.052 6,81% 725 2.608 6,97% 3.535 13.406 7,27% 1.500 6.522 8,04% 395 1.655 7,83% 5.808 31.852 9,37% 189 949 8,85% 470 5.140 13,41% 519 2.600 8,85% 297 1.585 9,21% 895 4.460 8,82% 444 2.174 8,72% 225 1.193 9,17% 900 4.721 9,12% 97 501 9,01% 1.771 8.529 8,63% 25.392 103.903 7,70% 174 679 7,42% 812 3.570 8,10% 254 1.333 9,11% 231 1.170 8,91% 416 1.608 7,37% 770 3.519 8,33% 252 1.221 8,67% 536 2.225 7,78% 1.565 4.435 5,63%
PDRB Per-Kapita 2005 4.643 6.009 4.104 5.282 3.998 4.180 5.812 5.824 8.812 9.612 5.905 4.870 3.211 4.482 5.799 5.487 4.803 4.686 3.899 5.676 2.184 6.297 4.870 2.877 3.349 3.200 2.100 2.706 2.381 3.625 2.992 6.532
2024 13.322 17.055 10.804 14.560 10.399 10.961 15.770 16.407 25.118 26.846 16.462 14.426 8.726 17.380 16.570 14.706 12.775 12.461 11.348 15.926 5.613 20.157 14.196 8.127 10.474 9.646 5.728 7.554 6.917 9.276 8.588 14.279
AAGR (%)
05-24 5,70% 5,64% 5,23% 5,48% 5,16% 5,21% 5,39% 5,60% 5,67% 5,55% 5,54% 5,88% 5,40% 7,39% 5,68% 5,33% 5,28% 5,28% 5,78% 5,58% 5,09% 6,31% 5,79% 5,62% 6,18% 5,98% 5,42% 5,55% 5,77% 5,07% 5,71% 4,20%
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Kota Makassar Kota Pare Pare Kota Palopo Sulawesi Tenggara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Kota Kendari Kota Bau Bau Gorontalo Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Kota Gorontalo Sulawesi Barat Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara
550 2.293 892 1.829 1.117 1.886 574 1.254 1.013 1.073 4.004 10.397 524 654 7.480 447 968 832 1.928 623 270 162 606 1.176 468 2.025 280 768 351 207 419 3.259 454 1.056 460 876 412
Sumber: Tim Studi JICA
1.667 6.217 2.514 6.009 3.697 6.780 1.512 4.129 3.613 3.391 9.501 45.534 2.783 2.742 29.252 1.920 4.158 3.216 5.146 2.749 1.161 608 2.217 5.768 2.308 7.439 1.001 2.832 1.223 705 1.678 11.813 1.597 3.837 1.411 3.587 1.381
6,01% 5,39% 5,61% 6,46% 6,50% 6,97% 5,23% 6,47% 6,92% 6,24% 4,65% 8,08% 9,18% 7,83% 7,44% 7,98% 7,97% 7,37% 5,30% 8,12% 7,98% 7,22% 7,06% 8,73% 8,76% 7,09% 6,94% 7,11% 6,79% 6,66% 7,57% 7,01% 6,84% 7,02% 6,08% 7,70% 6,57%
260 1.749 608 786 529 677 494 737 463 704 474 99 39 59 2.798 217 535 549 585 341 174 89 254 34 19 624 114 250 172 63 26 1.727 174 499 294 492 267
487 3.641 1.155 1.546 1.040 1.413 1.062 1.669 1.007 1.588 1.126 116 49 48 8.024 666 1.590 1.583 1.503 1.068 504 245 819 31 16 1.431 276 557 433 134 30 3.546 311 960 605 1.108 563
3,37% 3,94% 3,43% 3,63% 3,62% 3,94% 4,11% 4,39% 4,18% 4,38% 4,66% 0,82% 1,19% -1,10% 5,70% 6,08% 5,90% 5,73% 5,09% 6,20% 5,75% 5,49% 6,35% -0,58% -1,17% 4,46% 4,76% 4,31% 5,00% 4,05% 0,78% 3,86% 3,10% 3,50% 3,88% 4,36% 4,00%
290 544 283 1.043 588 1.208 80 517 550 370 3.530 10.297 485 595 4.682 230 433 283 1.343 283 96 73 352 1.141 449 1.401 165 518 180 144 394 1.532 280 557 166 384 145
1.180 2.576 1.359 4.464 2.657 5.367 450 2.460 2.606 1.804 8.376 45.418 2.734 2.694 21.228 1.254 2.568 1.633 3.644 1.681 658 363 1.397 5.737 2.293 6.008 724 2.275 790 571 1.648 8.267 1.286 2.877 806 2.479 818
Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan
6-23
Maret 2008 7,67% 8,53% 8,60% 7,95% 8,26% 8,16% 9,51% 8,56% 8,53% 8,70% 4,65% 8,12% 9,53% 8,27% 8,28% 9,35% 9,83% 9,66% 5,39% 9,84% 10,67% 8,81% 7,53% 8,87% 8,96% 7,96% 8,09% 8,10% 8,10% 7,53% 7,83% 9,28% 8,35% 9,03% 8,68% 10,32% 9,53%
3.475 3.338 3.946 4.929 4.553 5.637 3.187 4.009 2.318 3.735 19.420 8.703 4.657 5.061 3.815 1.676 3.365 3.191 7.247 2.725 2.552 1.676 6.489 4.977 3.934 2.201 2.473 1.819 3.290 1.657 2.740 3.365 3.486 3.004 3.815 3.211 4.430
9.339 7.857 10.042 14.114 12.953 17.262 7.351 11.240 7.101 10.092 34.253 29.783 15.378 15.666 9.586 4.798 9.406 8.285 12.845 7.721 7.286 4.603 14.825 14.102 10.762 7.200 8.074 6.050 10.286 5.559 8.591 10.514 10.468 9.384 11.166 10.744 13.553
5,34% 4,61% 5,04% 5,69% 5,66% 6,07% 4,50% 5,58% 6,07% 5,37% 3,03% 6,69% 6,49% 6,13% 4,97% 5,69% 5,56% 5,15% 3,06% 5,63% 5,68% 5,46% 4,44% 5,63% 5,44% 6,44% 6,42% 6,53% 6,18% 6,58% 6,20% 6,18% 5,96% 6,18% 5,81% 6,56% 6,06%