Perspektif Vol. 11 No. 1 /Juni 2012. Hlm 45 - 58 ISSN: 1412-8004
PROSPEK PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI SEBAGAI PESTISIDA NABATI PROSPECT OF ESSENTIAL OILS DEVELOPED AS BOTANICAL PESTICIDES SRI YUNI HARTATI
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Indonesian Research Institute for Spice and Medicinal Crops Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111. Telp. +62-251-8321879 Fax. +62-251-8327010. e-mail:
[email protected] Diterima : 2 April 2012 ; Disetujui : 11 Juni 2012
ABSTRAK
ABSTRACT
Beberapa jenis minyak atsiri terbukti mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba maupun serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman. Properti minyak atsiri tersebut telah banyak dimanfaatkan dan produknya telah banyak dikomersialkan terutama di bidang industri makanan, misalnya sebagai bahan aditif dan pengawet makanan. Potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati juga sangat besar ditinjau dari aktivitas biologi, efikasi, kompatibilitas, organisme sasaran, serta keamanannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa jenis pestisida berbasis minyak atsiri telah diproduksi dan sering digunakan untuk mengendalikan patogen, serangga hama, dan vektor patogen di lingkungan rumah, rumah kaca, dan peternakan. Pestisida berbasis minyak atsiri juga mempunyai nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dan LD (Lethal Dose) yang rendah, kompatibel, dan menghasilkan produk pertanian yang bebas residu. Namun, pestisida berbasis minyak atsiri juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti halnya pestisida nabati lainnya terutama dalam hal efektifitas dan stabilitasnya. Selain itu, pengembangannya sebagai pestisida nabati juga sering menghadapi beberapa kendala, karena kurangnya sumber bahan baku, tidak adanya standarisasi dan kontrol kualitas, serta sulitnya dalam registrasi. Apabila kelemahan dan kendala pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri tersebut dapat diatasi, maka minyak atsiri sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadi pestisida nabati pada skala industri komersial. Pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri dalam skala industri komersial akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa Negara. Selain itu, penggunaan pestisida berbasis minyak atsiri diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik, sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
Some essential oils exhibit biological activities against microbes, insect pests, as well as vectors pathogens of human, animals, and plants. The properties of essential oils have been exploited and their products have been commercialized and widely used especially in food industries, such as additives and preservatives. Essential oils have a great potential for botanical pesticides, since their biological activities, effectivity, compatibility, target organisms, and environmentallyfriendly. Some essential oil-base pesticides have been produced and widely used to control microbial pathogens, insect pests, and vector pathogens in the environment of houses, glass houses, and veteriner. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of most essential oil-based pesticides are generally low. In the other hand, they are also compatible with other control measures and produce free residues of agricultural products. However, essential oil-base pesticides have some barriers, as well as other botanical pesticides, especially in their stability and effectivity. In addition commercializing essential oil-based pesticides is limited, such as, in the scarcity of the row materials, there is a need for chemical standardization and quality control, and difficulties in registration. If those barriers and constrains could be solved, essential oils would have a great potential to be developed in commercial scale. The development of essential oilbase pesticides in industrial and commercial scale hopefully would increase farmers income and devisa as well to reduce the use of synthetical pesticides, therefore environmental disasters would be reduced. Key words: Essential oil, biological activity, microbes, insects, botanical pesticide
Kata kunci: Minyak atsiri, aktivitas biologi, mikroba, serangga, pestisida nabati
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
45
PENDAHULUAN Penggunaan pestisida kimia sintetik yang intensif dan kurang bijaksana telah menimbulkan pencemaran yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak negatif tersebut telah menstimulasi pengembangan produk-produk turunan dari tanaman untuk menggantikan produk-produk bahan kimia sintetik yang banyak digunakan untuk makanan, kosmetik, obat-obatan, dan pestisida (Dubey et al., 2008; Dubey et al., 2010; Koul et al, 2008; Isman, 2000). Berdasarkan pengalaman empirik dan hasil beberapa penelitian menunjukkan, bahwa beberapa jenis minyak atsiri mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba seperti bakteri, jamur, ragi, virus, dan nematoda maupun terhadap serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman (Isman, 2000; Upadhyay, 2010). Properti minyak atsiri tersebut berhubungan dengan senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007). Secara tradisional minyak atsiri sering digunakan sebagai bumbu pemberi citarasa makanan dan minuman, aromaterapi, kosmetik, dan bahan pewangi. Selain itu minyak atsiri juga sering digunakan sebagai bahan aditif serta pengawet makanan dan minuman, antiinflamasi, antioksidan, antiseptik, antiserangga, serta obat berbagai jenis penyakit pada manusia dan hewan (Burt, 2007; Dubey et al., 2010; Koul et al., 2008; Rajkumar & Jebanesan, 2007; Reichling, 2009). Pada saat ini minyak atsiri telah banyak digunakan secara luas di berbagai jenis industri bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, kosmetik, makanan dan minuman, farmasi obat-obatan, parfum, pestisida dan sebagainya (Isman, 2000; Koul et al., 2008). Minyak atsiri juga mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat lainnya seperti pestisida. Pengembangan produk-produk derivat dari minyak atsiri diharapkan dapat mengurangi atau mengganti-
46
kan produk-produk yang berasal dari bahan kimia sintetik. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran perkembangan informasi terkini tentang potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati, kelebihan dan kelemahan, serta peluang pengembangan dan kendalanya.
AKTIVITAS BIOLOGI MINYAK ATSIRI SEBAGAI PESTISIDA Aktivitas Minyak Atsiri sebagai Antibakteri Aktivitas biologi minyak atsiri terhadap mikroba telah banyak diteliti terutama terhadap bakteri patogen pada manusia dan hewan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejumlah minyak atsiri mempunyai aktivitas terhadap bakteri patogen baik yang bersifat gram negatif maupun positif dengan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) yang bervariasi (Tabel 1 dan 2). Sejumlah minyak atsiri juga dilaporkan mempunyai aktivitas terhadap bakteri patogen pada tanaman (Hartati et al., 1994a; Hartati et al., 1994b; Supriadi et al., 2008; Pradhanang et al., 2003; Vasinauskiene et al.,2006; Kotan et al., 2007) (Tabel 3). Aktivitas Minyak Atsiri sebagai Antijamur Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejumlah minyak atsiri juga mempunyai aktivitas terhadap jamur (Tabel 4). Aktivitas antijamur yang dimiliki oleh minyak atsiri juga berhubungan dengan senyawa monoterpenik fenol khususnya timol, karvakrol dan eugenol (Isman, 2000). Aktivitas sebagai Antivirus Sejumlah minyak atsiri juga dilaporkan dapat menghambat infeksi dari virus (Koul et al., 2008; Reichling, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri juga efektif terhadap virus pathogen pada tanaman seperti TMV, CPMV, BCMV, MBMV, SBMV, CaVMV (Bishop, 1995; Reitz et al., 2008) (Tabel 5).
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
Tabel 1. Aktivitas minyak atsiri terhadap bakteri patogen Jenis minyak
Jenis bakteri
MIC
Referensi
-Citrus (Citrus lemon) -Olive (Olea europaea) -Ajwaine(Trachiyspirum ammi) -Almond(Amygdalus communis) -Bavchi (Psoralea corylifolia) -Mimba (Azadirachta indica)
Klebsiella. pneumoniae Eschericia coli Micrococcus luteus Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus Bacillus cereus Lactobacillus acidophilus
0.125-2.0 ug/ ml 0.125-4 ug/ ml 0.125-4 ug/ ml 0.25-1 ug/ ml 0.125-1 ug/ ml 0.125-4 ug/ ml
Upadyay et al. (2010)
-Aloysia tryphila
E. faecium Bacillus subtilis Candida albicans
0.05 mg/ml 0.50 mg/ml 0.80 mg/ ml
Sartoratto et al. (2004)
-Thymus vulgaris -Mentha piperita -O. gratissimum
E. faecium S. choleraesuis S. aureus
0.05-0.40 mg/ ml 0.6 mg/ ml 1.00 mg/ ml
Sartoratto et al. (2004)
-Cinnamomum. zeylanicum -Satureja cuneifolia Ten
Paenibacillus larvae Pseudomonas aeruginosa Cacillus cereus Sarcina lutea E coli Staphylococcus aureus
25-100 mg/ l 31.2 -125 ug/ml 125-250 ug/ml 7.8-31.2 ug/ml 62.5-500 ug/ml 15.6-500 ug/ml
Gende et al. (2008) Kan et al. (2006)
-Eucalyptuscamadulensis
Staphylococcus aureus Bacillus subtilis E. durans L. monocytogenes E. coli P. aeruginos
0.5 (% v/v) >1(% v/v) >1(% v/v) >1(% v/v) >1(% v/v) >1(% v/v)
Akin et al. (2010)
-Myrtus comunis
Staphylococcus aureus Bacillus subtilis E. durans L. monocytogenes E. coli P. aeruginosa S. typhi
0.5 (% v/v) 0.5 (% v/v) 0.5 (% v/v) 0.5 (% v/v) 0.5 (% v/v) > 1(% v/v) 0.5 (% v/v)
Akin et al. (2010)
-Rosmarinus officinalis
E coli S. aureus Propionibacterium acnes
1.25 ul/ ml 5.0 ul/ ml 1.25 (% v/v) 1.25 (% v/v) 0.25 (% v/v) 0..25 (% v/v)
Hamedo (2009)
-Achillea multifida
B. cereus Enterobacter aerogenes E. coli Proteus vulgaris P. aeruginosa Salmonella typhimurium S. aureus Candida albicans
250 ug/ ml 62.5 ug/ ml 125 ug/ ml 125 ug/ ml 125 ug/ml 62.5 ug/ ml 125 ug / ml 62.5 ug/ ml
Baser et al. (2002)
-Coridothymus capitatus
S. aureus Proteus vulgaris P. aeruginosa E. coli Klebsiella. pneumoniae Bacillus subtilis E. coli E. vaecalis S. epidermidis Candida albicans
2.2 ug/ ml 1.1 ug/ ml 8.8 ug/ ml 2.2 ug/ ml 4.4 ug/ ml 1.1 ug/ ml 1.1 ug/ ml 1.1 ug/ ml 2.2 ug/ ml 2.2 ug/ ml
Goren et al. (2003)
-C. nardus L. -C. citratus -S. aromaticum L. -Citrus hystrix DC
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
Luangnarumitchai et al. (2007)
47
Tabel 2. Aktivitas minyak atsiri terhadap bakteri patogen Jenis minyak -Origanum vulgare L.
-Ocimum basilicum
-Dracocephalum foetidum
-Daucus carota -C.zeylanicum -Mentha spicata -Zingiber oficinale -Eugenia caryophyllus -Mentha arvensis -Mentha piperita -Rosmarinus officinalis -Elettaria cardomomum -Thymus vulgaris -Coriandrum sativum -Foeniculum vulgare -Ocimum basilicum -Thymus vulgaris -Mentha piperita -M. Pullegium Arthemisiadracunculus -Foeneculum vulgare -Carum carvi -Bay -Cinnamon -Clove -Nutmeg -Thyme
Jenis bakteri -B. cereus -B. subtilis -S. aureus -S. epidermidis -Streptococcus f-faecalis -E. coli -Proteus mirabilis -P. vulgaris -Pseudomonas aeruginosa -Sakmonella typhi -Staphylococcus epidermidis -Corynebacterium xerosis -Micrococcus luteus -Micrococcus sedentarius -E. coli -S. mutants -S. aureus -M. luteus -C. albicans -S. cerevisiae -B. subtilis -E. hirae -Halicobacter pylori
-Staphylococcus aureus -E. coli
-Listeria monocytogenes
MIC 50 ug/ ml 50 ug/ ml 50-100 ug/ ml 25-50 ug/ ml 50-100 ug/ ml 50-100 ug/ ml 100 ug/ ml 100 ug/ ml 100 ug/ ml 100 ug/ ml 200-500 ug/ ml 150-500 ug/ ml 400-500 ug/ ml 200-500 ug/ ml 1035 ug/ ml 1035 ug/ ml 1035 ug/ ml 2070 ug/ ml 2592 ug/ ml 2592 ug/ ml 1633 ug/ ml 26 ug/ ml 20.0 ug/ ml 40.0 ug/ ml 50-100 ug/ ml 65.4-130.9 ug/ ml 100 ug/ ml 100 ug/ ml 135.7 ug/ ml 137 ug/ ml 130-278 ug/ ml 275.2 ug/ ml 259.3 ug/ ml 288.3 ug/ ml 286.7-589.4 ug/ ml 0.1(% v/v) 0.4(% v/v) 0.5(% v/v) 7.0(% v/v) 2.0(% v/v) 0.5(% v/v) 0-0.2 % 0-03 % 0-03 % <0-01 % 0-02 %
Referensi Martino et al. (2009)
Koba et al. (2009)
Lee et al. (2007)
Reichling et al. (2009)
Mohsenzadeh (2007)
Palmer et al. (1998)
Tabel 3. Aktivitas minyak atsiri terhadap bakteri patogen tanaman Jenis minyak
Jenis bakteri
Konsentrasi
Referensi
-Palmarosa -Serai wangi -Origanum vulgare L.
-R.solanacearum, patogen pada tomat
700 mg/liter tanah
Pradhanang et al. (2003)
-X. vesicatoria -P. syringa 67e pv syringae 1139 -P. marginalis 1763 -Bacillus sp. 1044 -X. axonopodis pv. Vesicatoria (Doidge), patogen pada tanaman cabe dan tomat
0.1 ml/paper dish
Vasinauskiene et al. (2006)
25-200ul/ ml
Kotan et al. (2007)
-Thymus sipyleus -Satureja hortensis -Helichrysum plicatum -A.biebersteini -A. millefolium -A. wilhelminsii -A. santonicum -T. haussknechtii -T. sipyleus rosulans -Thymus canoviridis -Melissa officinalis inodora
48
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
Tabel 3. Lanjutan .... -Thymus aucheranum -T. chilliophylulm -T. abshintium -T. haussknechtii -T.siphyleus -Matricaria perforata -Eugenol dr cengkeh -Cengkeh -Serai wangi -Kayu manis & -Cengkeh
-X. axonopodis pv. Vesicatoria (Doidge), patogen pada tanaman cabe dan tomat
100-200ul/ml
Kotan et al. (2007)
-R. solanacearum, patogen pada jahe -Bacillus cereus -R. solanacearum, patogen pada jahe -Bacillus cereus
300 ppm 10.000 ppm 10.0000 ppm 10.000 ppm 10.000 ppm 6%
Hartati et al. (1994a & b)
-R. solanacearum, patogen pada jahe
Supriadi et al. (2008)
Tabel 4. Aktivitas minyak atsiri terhadap jamur Jenis minyak
Jenis jamur
Konsentrasi
Referensi
-Cengkeh -Cedar wood -Peppermint -Serai wangi -Pala -Serai dapur Satureja hortensis
-Phomopsis azadirachtae, patogen pada mimba
MIC=2500 ppm MIC=1500 ppm MIC=1500 ppm MIC=1500 ppm MIC=2500 ppm MIC=2000 ppm 62.50 125 62.5
Prasad et al. (2010)
(0.2 %)
Agarwal et al. (1999).
-Fusarium oxysporium f sp. vanillae -Fusarium oxysporium f sp. Lycoprersici -Colletotricum musae -Lasiodiplodia theobromae -Fusarium proliferatum -Fusarium oxysporium f sp. Lycoprersici
700mg/ liter tanah
Pradhanang et al. (2005)
-Jamur tepung ”mould” -Jamur pembusuk kayu. -Fusarium oxysporium, patogen pada panili
-
Batish et al. (2008)
-
Tombe et al. (1994),
-Phytophthora sp. -Rigidoporus sp. -Sclerotium sp. -Aspergillus fumigatus -Aspergillus niger
-
Manohara et al. (1994).
0.25 % (v/v) 0.25 % (v/v) 0.25 % (v/v) 0.25 % (v/v) 0.25 % (v/v) 2.0 % (v/v) 2.0 % (v/v) 2.0 % (v/v) 2.0 % (v/v) 2.0 % (v/v)
Bansod dan Rai (2008)
Kunyit Jahe Serai wangi
Eucalyptus Cengkeh Eugenol Cengkeh -Cymbopogon martini -C. citratus -Eucalyptus globulus -Eugenia caryophyllata -Cinnamomum zeylanicum -Azadirachta indica -Foeniculum vulgare -Mentha spicata -Ocimum sanctum -Withania sominivera
-Alternaria alternate -Aspergillus flavus -A.variecolor -Fusarium acuminatum -F. oxysporium -F. solani -F. tabacium -Penicillium spp. -Rhizopus spp. -Rhizoctonia solani
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
Adiguzel et al. (2007)
49
Table 5. Aktivitas minyak atsiri terhadap virus patogen tanaman Jenis minyak
Jenis jvirus
Konsentrasi (ppm)
Referensi
Melaleuca alternifolia Ageratum conyzoides Callistemon lanceolatus Carum copticum O. sanctum Peperomia pellucida O. sanctum Tagetes minuta Geraniol dari Cymbopogon flexuosus & Melaleuca alternifolia
TMV (Tobaco Mosaic Virus) -Cow Pea Mosaic Virus (CPMV) -Bean Commonil Mosaic Virus (BCMV) -Mung Bean Mosaic Virus (MBMV) -Southern Bean Mosaic Virus (SBMV). CMV, MBMV, BCMV, SBMV. Carnation Ring Spot (CaVMV). -Spotted Wilt Viru,s patogen pada tomat
100, 250, dan 500 100, 250, dan 500
Bishop (1995) Bishop (1995)
3000
Bishop (1995) Reitz et al. (2008)
Tabel 6. Aktivitas minyak atsiri terhadap nematoda parasit tanaman Jenis minyak
Jenis jamur
Eugenol (cengkeh)
Radopholus similis, patogen pada tanaman lada.
-
Mustika et al. (1994)
Selasih
Meloydogene javanica M. incognita. Meloydogene sp.
-
Mustika et al. (1994)
Acorus calamus
Aktivitas Minyak Atsiri sebagai Antinematoda Menurut Mustika et al. (1994), Sangwan et al. (1990), dan Tariq (2010), sejumlah minyak atsiri dan komponennya seperti eugenol mempunyai aktivitas terhadap nematoda parasit tanaman (Tabel 6). Satu dari bahan tersebut yakni minyak cengkeh cukup tersedia di Indonesia. Aktivitas sebagai Antigulma Selain aktivitasnya terhadap mikroba sejumlah minyak atsiri juga berpotensi untuk digunakan sebagai herbisida (Batish et al., 2008; Dudai et al., 1999; Isman, 2000, Zanellato et al., 2009). Menurut Batish et al. (2008), minyak Eucalyptus dapat mengendalikan gulma yang sifatnya species spesifik. Minyak cinamon dan pepermin dilaporkan dapat menghambat perkecambahan biji beberapa jenis gulma di daerah Mediterania. Sementara minyak lavender juga berpotensi sebagai antigulma karena dapat menghambat pertumbuhan gulma Vicia faba dan mikroba pengganggu tanaman (Zanellato et. al., 2009).
AKTIVITAS BIOLOGI MINYAK ATSIRI TERHADAP SERANGGA Menurut Dubey et al. (2008), Dubey et al. (2010), Isman (2000), dan Koul et al. (2008), aktivitas biologi minyak atsiri terhadap serangga
50
Konsentrasi
0.25 %
Referensi
Tariq (2010)
dapat bersifat menolak (repellent), menarik (attractant), racun kontak (toxic), racun pernafasan (fumigant), mengurangi nafsu makan (antifeedant), menghambat peletakan telur (oviposition deterrent), menghambat petumbuhan, menurunkan fertilitas, serta sebagai antiserangga vektor. Secara tradisional minyak atsiri juga telah lama digunakan untuk mengusir serangga hama biji-bijian dan kacang-kacangan di gudang penyimpanan (Tabel 7), fumigan (Tabel 8), racun kontak (Tabel 9), penghambat reproduksi telur (Tabel 10), penghambat nafsu makan (Tabel 11). Hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut di atas menunjukkan bahwa sejumlah minyak atsiri mempunyai aktivitas biologi yang berspektrum sangat luas baik terhadap mikroba (bakteri, jamur, virus, nematoda) maupun terhadap serangga hama dan vektor patogen yang hidup di sekitar rumah serta serangga hama tanaman. Walaupun sejumlah minyak atsiri telah diuji aktivitasnya terhadap berbagai jenis mikroba, serangga hama, dan vektor patogen, namun studi secara lebih rinci mengenai antijamur, antibakteri, antivirus dan efek insektisidalnya sebagai repelen, atraktan, fumigan, penghambat nafsu makan, penghambat reproduksi telur belum banyak dilakukan. Properti minyak atsiri tersebut akan sangat bermanfaat apabila diekploitasi secara lebih
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
lanjut. Pengembangan produk-produk derivat
dari minyak atsiri
seperti pestisida alami,
Tabel 7. Aktivitas minyak atsiri sebagai penolak serangga (repelen) Jenis minyak
Organisme sasaran
konsentrasi
Referensi
Pulegon dari pepermin
-Musca domestica -D. virgifera -P. saucia -Spodophtera. litura -Formosan subterranean termit Coptotermes formosanus, -semut, kecoa, rayap
38-753.9 ug/ serangga
Koul et al. (2008)
(1, 5, 25 ug/ cm2) -
Chauhan dan Raina (2005). Zhu et al. (2001); Ibrahim et al. (2004); Handerson et al. (2005a & b).
Acarus calamus (sweet flag)
-Aedes aegypti
LC50=1250 ppm
Tariq et al. (2010)
Centella asiatica, Ipomoea cairica, Momordicacharantia, Psidium guajava, Tridax pracumbens
-Anopheles stepensi.
4&6% 2, 4, 6 % 2, 4, 6 % 6 %2, 4, 6 %
Rajkumar (2007)
Vetiveria zizanioides (L.)
-Tribolium castaneum larva dewasa
0.024-11.351 ug/ cm2 31.86-7148.4 ug/ cm2
Sujatha (2010)
Coriantrum sativum Mentha piperita Myristica fragrans Pimpinella anisum Syzygium aromaticum
-Musca domestica
LC50=6.9 mg/ dm3 24.1 mg/ dm3 8.8 mg/ dm3 22.4 mg/ dm3 85.2 mg/ dm3
Palacois et al. (2009)
Syzigium aromaticum Xylopia aethiopica Piper guineese Ocimum suave
-Callosobrochus maculatus (F), hama gudang biji cowpea
LC50=0.10 mg/g biji LC50=0.485 mg/g biji LC50=0.510 mg/g biji LC50=0.660 mg/g biji
Olinosakin et al. (2006)
Vetivera zinzanoides (Vetiver)
dan
Jabanesan
Tabel 8. Aktivitas minyak atsiri sebagai fumigan serangga Jenis minyak
Organisme sasaran
konsentrasi
Referensi
Elletaria cardamomum
S. zeamais T. castaneum
LC50=0.72 mg/cm2 LC50=1.59 mg/cm2
Huang et al. (2000)
Tabel 9. Aktivitas minyak atsiri sebagai racun kontak serangga Jenis minyak
Organisme sasaran
konsentrasi
Referensi
Kayu putih (Eucalyptus)
-Pine processionary moths, hama kumbang pada padi -Kutu jamur.
-
Batish et al. (2008)
Acorus calamus”
-Scale insect, mealy bug, brinjal, dan Abutilon indicum, hama pada kapas.
0.5 %
Tariq et al. (2010)
Ligusticum chuanxiong Hort
-Sitophilus zeamays
LD50 = 13.09 ug/ serangga dewasa.
Chu et al. (2011)
Pulegon
-Corn borer (Ostrinia Hubner) instar 1
0.1 % dalam pakan
Gunderson et al. (1985)
Thymus vulgaris L. Mentha piperita
-Trialeurodes vaporariorum (kutu putih)
5 & 8 ppm
Aroiee et at. (2005)
Sitronela
-Hyadaphis foeniculi Passerini, hama utama pada fennel (Foeniculum vulgare Mill.).
LD 0.53-1 ul (1-3) % 0.56;0.55;0.24 ul (1, 3, dan 5)%
Abramson et al. (2006)
-Sitopilus zeamais -Tribolium castaneum
LD50=56ug/mg serangga LD50=52ug/mg serangga
Huang et al. (2000)
(Senyawa kimia)
Alfazema Elletaria cardamomum
nubilalis
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
51
Tabel 10. Aktivitas minyak atsiri sebagai penghambat reproduksi telur serangga Jenis minyak/ Bahan aktif
Organisme sasaran
konsentrasi
Referensi
1-karvon Aegle marmelos Pulegon
T. castaneum S. obliqua ”Southern armyworm” (S. eridania Cramer) Formosan subterranean termit Coptotermes formosanus
7.22 mg / cm2. 250 mg/ 50 telur. 0.1 % dalam pakan
Tripathi et al. (2003)
(25 ug/ cm2)
(Chauhan dan Raina, (2005).
Vetivera (Vetiver)
zinzanoides
L.
Gunderson et al. (1985)
Tabel 11. Aktivitas minyak atsiri sebagai penghambat nafsu makan serangga Jenis minyak
Organisme sasaran
konsentrasi
Referensi
Majoran rosemary O. sanctum O.basilicum, Cymbopogon winterianus Callistemon lanceolatus Vitex negundo
Thrips tabaci L. Thrips tabaci L.
0.1-1 % 10 %
Koschier & Sedy (2001)
Tabel 12. Toksisitas senyawa monoterpenes dan fenol terhadap serangga Jenis serangga S.litura (ug/ instar 3) D.melanogaster (ug/ cm2) M.domestica (ug/ serangga) D. virgifera (ug/ instar 3) T. urticae (ppm) Sumber : Isman (2000).
LD50 atau LC50 Eugenol 157.6 4.6 77 12 219
akan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Namun pengembangan produk minyak atsiri masih harus dikaji secara ekonomi sebelum produk-produknya disebar luaskan dan dijual kepasaran.
PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PESTISIDA BERBASIS MINYAK ATSIRI Pestisida Berbahan Minyak Atsiri Komersial Aktivitas biologi minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan dan dikomersialkan produknya khususnya di industri makanan. Sebagai contoh minyak atsiri telah banyak digunakan sebagai bahan aditif dan pengawet makanan. Bahan-bahan pengawet makanan yang mengandung minyak atsiri telah banyak dipasarkan diantaranya ”DMC Base Natural” (mengandung 50% minyak rosemary, sage, citrus, dan 50% gliserol) yang diproduksi oleh perusahaan DOMCA SA Alhendin, Granada, Spanyol. Protecta one dan Protecta two merupakan
52
Carvakrol 42.7 4.8 92 629
alfa-terpeniol 141.3 17.4 173 112 -
Terpinen-4-0l 130.4 17.7 79 90 96
ekstrak herbal yang digunakan sebagai food additives mengandung campuran minyak atsiri dengan sodium sitrat dan sodium klorit (Burt, 2007). Beberapa jenis pestisida yang berbahan minyak atsiri pada saat ini juga telah diproduksi secara komersial di luar negeri dan digunakan untuk mengendalikan patogen dan hama di rumah kaca, di sekitar rumah, dan di lingkungan peternakan. Semua produk pestisida berbahan aktif minyak atsiri tersebut telah lolos registrasi dari EPA (Environmental Protection Agency) dan dinyatakan aman (GRAS = Generally Recogniced As Safe) dan sering digunakan untuk bercocok tanam secara organik (Koul et al., 2008). Suatu perusahaan di United State (Mycotech Corporation), telah memproduksi pestisida berbahan aktif sinamaldehid, yaitu CinnamiteTM dan ValeroTM (apisida, mitisida, dan fungisida) untuk mengendalikan patogen dan hama tanaman hortikultura di rumah kaca (Dubey, 2010; Isman, 2000). Disamping itu, EcoMART Technology juga telah memproduksi insektisida dengan bahan aktif eugenol dan 2-
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
penetil propionat yaitu EcoPCOR (BioganicTM) sebagai insektisida dan mitisida tanaman hortikultura di rumah kaca dan di pembibitan. Produk lain adalah EcoTrolTM dan SporanTM (fungisida berbahan aktif minyak rosemary) dan MatranTM (mengandung eugenol) untuk mengendalikan gulma. Sementara EcoVETTM merupakan pestisida untuk hama serangga di peternakan. Selain itu, juga telah diproduksi insektisida yang digunakan sebagai antirayap seperti Apilife VARTM yang mengandung timol, sineol, mentol, dan kamfor. Kelebihan dan Kelemahan Pestisida Berbasis Minyak Atsiri Seperti halnya pestisida nabati lainnya, pestisida berbasis minyak atsiri juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah aktivitas biologinya yang berspektrum sangat luas, tidak toksik, sistemik, kompatibel, mudah terdegradasi, dan lebih aman dibanding dengan bahan kimia sintetik. Disamping itu minyak atsiri relatif tidak toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan. Ada beberapa jenis senyawa murni dari minyak atsiri yang toksik, seperti karvakrol dan pulegon (LD50 = 2-3 g/ kg berat badan). Namun produk-produk pestisida berbasis minyak atsiri pada umumnya mengandung campuran berbagai senyawa yang hasilnya tidak toksik terhadap mamalia sesuai dengan ketentuan dari EPA di Amerika Serikat (Isman, 2000; Koul et al., 2008). Pestisida berbahan minyak atsiri juga aman bagi lingkungan, karena bersifat tidak persisten. Hal ini karena minyak atsiri mudah diurai secara alami, sehingga tidak tahan lama di air, udara, di dalam tanah, dan tubuh mamalia. Sehubungan dengan aktivitas biologi yang dimiliki serta sifatnya yang tidak toksik, sistemik, dan mudah terdegradasi, maka minyak atsiri sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk-produk derivat seperti bahan aditif, pengawet makanan dan minuman, obat-obatan, serta pestisida yang ramah lingkungan. Adapun kelemahan-kelemahan dari pestisida berbasis minyak atsiri adalah berhubungan dengan sifat-sifat dari minyak atsirinya sendiri yang volatil dan tidak stabil atau tidak tahan terhadap sinar matahari. Sebagai contoh, sinamaldehid bersifat tidak stabil dan akan terurai menjadi bensaldehid pada suhu 600C. Namun, ketika dikombinasi dengan
eugenol atau cinamon minyak daun, maka sinamaldehid akan stabil sampai pada 2000C selama lebih dari 30 menit (Burt, 2007). Keefektifan pestisida minyak atsiri umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik dan kerjanya lebih lambat (Koul et al., 2008). Oleh karena itu, di dalam formula pestisida berbahan aktif minyak atsiri selalu ditambahkan senyawa kimia lain yang sifatnya meningkatkan stabilitas bahan aktifnya. Peluang dan Kendala Pengembangan Pestisida Berbasis Minyak Atsiri Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tanaman penghasil minyak atsiri. Dengan tersedianya berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, maka Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk mengembangkan minyak atsiri sebagai pestisida nabati. Adanya larangan penggunaan beberapa jenis pestisida kimia sintetik seperti organofosfat dan karbamat, akan meningkatkan kesempatan produk pestisida berbahan minyak atsiri untuk dikembangkan dan diproduksi secara komersial dan diharapkan mampu bersaing dengan pestisida kimia sintetis. Pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri secara komersial juga sering dihadapkan pada beberapa kendala, seperti kurangnya sumber bahan baku, belum adanya standarisasi dan kontrol kualitas, serta kesulitan dalam registrasi (Isman, 2000). Selain itu pengembangan minyak atsiri pada skala industri besar di Indonesia juga masih sulit dilaksanakan. Hal ini karena biaya produksi pada usaha industri besar tinggi dan membutuhkan modal investasi yang sangat besar. Disamping itu pada umumnya tanaman penghasil miyak atsiri di Indonesia belum dibudidayakan secara baik, sehingga pasokan dan mutu bahan bakunya akan bervariasi. Pada umumnya petani juga hanya menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah kecil pada skala industri rumah tangga dengan kualitas yang rendah. Selain itu, belum ada peraturan baku dalam pengembangan pestisida nabati. Peraturan yang ada biasanya mengacu pada pengembangan produk pestisida sintetik. Oleh karena itu, untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dan mutu pestisida nabati yang
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
53
lebih tinggi diperlukan kerjasama di berbagai bidang, termasuk petani, peneliti, pengusaha, pemerintah, dan pemegang kebijakan.
ARAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA BERBASIS MINYAK ATSIRI Pestisida nabati berbasis minyak atsiri telah banyak diteliti dan dikembangkan di beberapa negara berkembang, seperti Amerika Serikat, Canada, Italia, dan Spanyol. Pengembangannya di Indonesia pada umumnya baru pada tahap pengujian aktivitasnya terhadap mikroba patogen, serangga hama, vektor penyakit dan pembuatan formulasi. Sedang pengembangan minyak atsiri sebagai produk pestisida nabati pada skala industri dan komersial belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian-penelitian yang dilakukan harus lebih terarah agar kelemahan dan kendala dalam pengembangan pestisida berbasis minyak atsiri dapat diatasi. Sampai saat ini belum ada metode standar untuk mengevaluasi aktivitas antimikroba dari minyak atsiri, padahal metode semacam itu sangat dibutuhkan dalam pengujian aktivitas minyak atsiri sebagai pestisida (Burt, 2007). Oleh karena itu, pengembangan dan standarisasi metode pengujian untuk evaluasi aktivitas antimikroba minyak atsiri perlu sekali dilakukan. Untuk meningkatkan stabilitas pestisida berbasis minyak atsiri dalam formula, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilannya yaitu suhu, cahaya, kelembaban, oksigenasi, pH, mikroorganisme, bahan–bahan tambahan yang digunakan dalam formula perlu diperhatikan dan dikaji. Informasi awal tentang hal-hal tersebut sudah banyak dilaporkan, sehingga penelitian yang dilakukan tidak dimulai dari awal. Kestabilan dari formula minyak atsiri perlu dievaluasi dengan mengamati pada kondisi bahan tersebut disimpan, misalnya pada suhu kamar atau dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu yang tinggi. Berhubung pestisida minyak atsiri tidak tahan (persistent) di lingkungan, dan tidak membunuh organisme secara cepat, maka pembuatan formula, dosis, serta teknik aplikasi harus dilakukan dengan benar dan tepat. Untuk itu informasi dasar seperti perilaku bahan aktif
54
minyak atsiri di dalam formula perlu dipelajari lebih seksama. Demikian pula dengan teknik aplikasinya dan jenis tanaman target. Untuk meningkatkan efikasinya, maka pestisida berbasis minyak atsiri perlu diaplikasikan dengan dosis yang lebih tinggi dan perlu diaplikasikan lebih sering. Waktu aplikasi sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari paparan sinar matahari. Interaksi antara minyak atsiri dan komponenkomponennya yang berhubungan dengan efikasinya terhadap mikroba dan serangga perlu dikaji. Efek-efek sinergisme dan antagonisme perlu diteliti untuk memaksimalkan efeknya dan meminimkan konsentrasinya dalam penggunaan. Selain penggunaannya sebagai pestisida juga tetap harus dijaga dan diawasi terutama mengenai dosis, cara aplikasi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan keamanan bagi manusia dan lingkungannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kandungan senyawa kimia dalam berbagai jenis minyak atsiri mempunyai aktivitas yang berspektrum sangat luas baik terhadap mikroba (bakteri, jamur, virus, nematoda), serangga hama tanaman, serangga vektor patogen pada manusia dan hewan. Minyak atsiri juga efektif terhadap organisme sasaran, kompatibel dengan cara pengendalian lain, aman dan tidak toksik terhadap organisme bukan sasaran serta lingkungan dan kesehatan manusia, sehingga minyak atsiri mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati secara komersial. Pemanfaatan minyak atsiri sebagai pestisida nabati merupakan peluang yang sangat prospektif dalam pengembangan diversifikasi natural product yang selain bersifat lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan juga dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara. Dalam pembuatan pestisida nabati berbasis minyak atsiri, maka teknik formulasi, jenis-jenis bahan aktif, pengujian-pengujian efikasinya terhadap organisme sasaran maupun non sasaran, sifat-sifat sinergisme dan antagonisme dari komponen-komponen minyak atsiri serta kelayakan ekonominya sebaiknya Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
dipelajari lebih mendalam sebelum produkproduknya digunakan dan dikomersialkan dipasaran.
DAFTAR PUSTAKA Abramson, C.I., P.A. Wanderley, M.J. A. Wanderley, A. J. S. Mina, and O. B. Souza. 2006. Effect of essential oil from citronella and alfazema on fennel aphids Hyadaphis foenicula Passerini (Hemiptera: Aphididae) and its predator Cycloneda sanguinea L. (Coleoptera: Coccinelidae). American J. of Environmental Sciences 3 (1): 9-10. Adiguzel, A., H. Ozer, H. Killic, and B. Cetin. 2007. Screening of antimicrobial activity of essential oils and methanol extract of Satureja hortensis on foodborne bacteria and fungi. Czech. J. Food Sci. 25: 81-89. Agarwal, M., S. Walia, dan S. Dhingra. 1999. Pest control properties of turmeric leaf oil against Spilosoma oblique, Dysdercus koenigii and Tribolium castaneum. Proceed. 2nd All India People Congress, Calcuta. Hlm. 1-7. Akin, M., A. Aktumsek, and A. Nostro. 2010. Antibacterial activity and composition of the essential oils of Eucalyptus camaldulensis Dehn. and Myrtus communis L. growing in Northern Cyprus. African J. of Biotechnology 9 (4): 531-535. Aroiee, H., S. Mosapoor, and H. Karimzadeh. 2005. Control of greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum) by thyme and peppermint. KMITL Science J. 5 (2): 511514. Bansod, S. and M. Rai. 2008. Antifungal activity of essential oils from Indian medicinal plants against human pathogenic Aspergillus fumigates and A. niger. Word J. of Medical Sciences 3 (2): 81-88. Baser, K. H. C., B. Demirci, F. Demirci, S. Kocak, C. Akinci, and H. Guleryuz. 2002. Composition and antimicrobial activity of the essential oil of Achillea multifida. Letter Planta Med. 68: 941-943. Batish, D. R., H. P. Singh, and R. K. Kohli. 2008. Eucalyptus essential oil as a natural pesticide. Forest Ecology and Management 256: 2166-2174.
Bishop, C. D. 1995. Antiviral activity of the essential oil of Melaleuca alternifolia (Maiden & Betche) cheel (Teatree) against Tobaco Mosaic Virus. J. Essen. Oils Research 7: 641-648. Burt, S. 2007. Antibacterial activity of essential oils: potential application in food. Ph.D. thesis. Institute for Risk Assesment Sciences, Division of Veterinary Medicine, Public Health. Utrecht Univrsity. Chauhan, K. R. and A. K Raina. 2005. Modified vetiver oil: Economic biopesticide. Chu, S. S., G. H. Jiang, and Z. L. Liu. 2011. Insecticidal components from the essential oils of Chinese medicinal herb, Lingusticum chuanxiong Hort. E-J. of Chemistry 8 (1): 300-304. Dudai, N. , A. Poljakaoff-Mayber, A. M. Meyer, E. Putievsky, and H. R. Lerner. 1999. Essential oils as allelochemicals and their potential use as bioherbicides. J. Chem. Ecol. 25: 1079-1089. Dubey, N. K. , B. Srivastava, and A. Kumar. 2008. Current status of plant products as botanical pesticides in storage pest management. J. of Biopesticides 1 (2): 182-186. Dubey, N. K., R. Shukla, A. Kumar, P. Singh, and B. Prakash. 2010. Prospects of botanical pesticides in sustainable agriculure. Current Science 4 (25): 479-480. Gende, L. B., I. Floris, R. Fritz, and M. J. Eguaras. 2008. Antimicrobial activity of Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum) essential oil and its main components against Paenibacillus larvae from Argentine. Bulletin of Insectology 61 (1): 1-4. Goren, A. C., G. Bilsel, M. Bilsel, H. Demir, and E. E. Kocabas. 2003. Analysis of essential oil of Coridothymus capitatus (L.) and its antibacterial and antifungal activity. Z. Naturforch 58c: 687-690. Gunderson, C. A., J. H. Samuelian, C. K. Evans and L. Bratisten. 1985. Effects of the mint monoterpene pulegone on Spodoptera eridania (Lepidoptera: Noctuidae). Environ. Entomol 14: 859-863. Hamedo, H. A. 2009. Monitoring of antimicrobial activity of essential oils using molecular
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
55
markers. The Open Biotech. Journal 3: 103-107. Handerson, G., R. A. Laine, D. O. Heuman, F. Chen, and B. R. Zhu. 2005a. Extract of vetiver oil as repellents and toxicants to ant, tick, and cockroaches. U. S. Patent. No. 6.906, 108B2. Handerson, G., R. A. Laine, D. O. Heuman, F. Chen, and B. R. Zhu. 2005b. Extract of vetiver oil as termite repellent and toxicant U. S. Patent. No. 6.890, 960B1. Hartati, S. Y. , E. M. Adhi, A. Asman, dan Nuri Karyani. 1994a. Efikasi minyak cengkeh terhadap bakteri Pseudomonas solanacearum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro. Bogor. Hlm. 37-42. Hartati, S. Y. , E. M. Adhi, A. Asman, dan Nuri Karyani. 1994b. Efikasi Eugenol terhadap bakteri Pseudomonas solanacearum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro. Bogor. Hlm. 43-48. Huang, Y., S. L. Lam, dan S. H. Ho. 2000. Bioactivities of essential oil from Elletaria cardamommum (L.) Maton to Sitophilus zeamais Motschulsky and Tribolium castaneum (Herbst). J. of Stored Products Research 36: 107-117. Ibrahim, S. A., G. Handa, and R. A. Laine. 2004. Toxicity and behavioral effects of nootkatone, 1-10 dihydronootkatone and tetrahydronootkatone on the Formosan subterranean termite (Isoptera: Rhynotermittidae). J. Eco. Entomol 97: 102-111. Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection. 19: 603-608. Kan, Y., U. S. Ucan, M. Kartal, M. L. Altun, S. Aslan, E. Sayar, and T. Ceyhan. 2006. GCMS analysis and antibacterial activity of cultivated Satureja cuneifolia Ten. Essential oil. Turk .J. Chem. 30: 253-259. Koba, K., P. W. Poutouli, C. Raynaud, J. P. Chaumond, and K. Sanda. 2009. Chemical composition and antimicrobial
56
properties of different basil essential oils chemotypes from Togo. Bangladesh J. of Pharmacol. 4: 1-8. Koschier, E. L. and K. A. 2001. Effect of plant volatiles on the feeding and oviposition of Thrips tabaci. In R. Marullo dan L. Mound (Eds), Thrips and Tospoviruses, CSIRO, Australia. Hlm. 185-187. Kotan, R., F. Dadasoglu, S. Kordali, A. Cakir, N. Dikbas, and R. Cakmakci. 2007. Antibacterial activity of essential oils extracted from some medicinal plants, carvacrol, and thymol on Xanthomonas axonopodis pv. vesicatoria (Doidge) dye causes bacterial spot disease on pepper and tomato. J. of Agricultural Technology 3 (2): 299-306. Koul, O., S. Walia, and G. S. Dhaliwal. 2008. Essential oils as green pesticides: Potential and constrains. Biopesticides. Int. 4 (1): 63-84. Lee, S. B., K. H. Cha, S. N. Kim, S. Altantsetseg, S. Shatar, O. Sarangerel, and C. W. Nho. 2007. The antimicrobial activity of essential oils from Dracocephalum foetidum against pathogenic microorganisms. The J. of Microbiology 45 (1): 53-57. Luangnarumitchai, S., S. Lamlertthon, and W. Tiyaboonchai. 2007. Antimicrobial activity of essential oils against five strains of Propionibacterium acnes. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Sciences 34 (1-4): 60-64. Manohara, D., D. Wahyuno, dan Soekamto. 1994. Pengaruh tepung dan minyak cengkeh terhadap Phytopthora, Rigidoporus, dan Sclerotium. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro. Hlm. 19-27. Martino, L. D., V. D. Feo, C. Formisano, E. Mignola, and F. Senatore. 2009. Chemical composition and antimicrobial activity of the essential oils from three chemotypes of Origanum vulgare L. spp. hirtum (Link) Ietswaart growing wild in Campania (Southern Italy). Molecules 14: 2735-2746. Mohsenzadeh, M. 2007. Evaluation of antibacterial activity of selected Iranian essential oils against Staphylococcus aureus
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58
and Escherichia coli in nutrient broth medium. Pakistanian Journal of Biological Sciences. 10 (20): 3693-3697. Mustika, I. , dan A. Rahmat. 1994. Efikasi beberapa macam produk cengkeh terhadap nematoda lada. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro. Hlm. 49-55. Olonisakin, A., M. O. Oladimeji, dan L. Lajide. 2006. Bioactivity of steam distilled oils against the cowpea bruchid, (Callosobrochus maculates) (F) infesting stored cowpea seeds. Pakistan J. of Bological Sciences. 9 (7): 1271-1275. Palacios, S. M., A. Bertoni, Y. Rosi, R. Santander, and A. Urzua. 2009. Efficacy of essential oils from edible plants as insecticides against the housefly, Musca domestica L. Molecules. 14: 1938-1947. Palmer, A. S., J. Stewart, and L. Fyle. 1998. Antimicrobial properties of plant essential oils and essences against five important food-borne pathogens. Letters in Applied Microbiology. 26: 118-122. Pradhanang, P. M., M. T. Momol, S. M. Olson, and J. B. Jones. 2003. Effects of plant essential oils on Ralstonia solanacearum population density and bacterial wilt incidence in tomato. Plant Disease 87: 423-427. Pradhanang, P. M., M. T. Momol, S. M. Olson, and J. B. Jones. 2005. Management of bacterial wilt in tomato with essential oils and systemic aquired resistance inducers. Bacterial wilt disease and the Ralstonia solanacearum Species Complex. C Allen, P. Prior and A. C. Hayward (editor) APS Pres, Minnesota USA 113-138. Prasad, N. M. N., S. S. Bhat, and M. Y. Sreenivasa. 2010. Antifungal activity of essential oils against Phomopsis azadirachtae–the causative agent of die back disease of neem. J. of Agric. Technology 6: 127-133. Rajkumar, S. and A. Jebanesan. 2007. Repellent activity of selected plant essential oils against the malarial fever mosquito Anopheles stephensi. Tropical Biomedicine 24 (2): 71-75.
Reichling, J., P. Schnitzler, U. Suschke, and R. Saller. 2009. Essential oils of aromatic plants with antibacterial, antifungal, antiviral, and citotoxic properties-an overview. Forsch Komplementmed. 16: 79-90. Reitz, S. R. G. Maiorino, S. Olson, R. Sprenkel, A. Crescenzi, and M. T. Momol. 2008. Interesting plant essential oils and kaolin for the sustainable management of thrips and tomato spotted wilt on tomato. Plant Disease. 92: 878-886 Sangwan, N. K., B. S. Verma, K. K. Verma, and K. S. Dhindsa. 1990. Nematicidal activity of some essential plant oils. Pestic. Sci. 28: 331-335. Sartoratto, A., A. L. M. Machado, C. Delarmelina, G. M. Figueira, M. C. T. Duarte, dan V. L. G. Rehder. 2004. Composition and antimicrobial activity of essential oils from aromatic plants used in Brazil. Brazilian J. of Microbiology. 35: 275-280. Sujatha, S. 2010. Essential oil and its insecticidal activity of medicinal aromatic plant Vetiveria zizanioides (L.) against the red flour beetle Tribolium castaneum (Herbst). Asian Journal of Agricultural Sciences 2 (3): 84-88. Supriadi, S. H. Hartati, Makmun, N. Karyani. 2008. Aktivitas biologi minyak atsiri cengkeh-kayumanis terhadap Ralstonia solanacearum pada jahe. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor. Hlm: 55-60 Tariq, R. M., S. N. H. Naqvi, M. I. Choudhary, and A. Abbas. 2010. Importance dan Implementation of essential oil of Pakistanian Acorus calamus Linn., as a biopesticide. Pakistanian J. Bot. 42 (3): 2043-2050. Tombe, M. A. Nurawan, dan Soekamto. 1994. Penelitian penggunaan daun cengkeh dalam pengendalian penyakit busuk batang panili. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balittro. Hlm: 28-36. Tripathi, A. K. , V. Prajapati, and S. Kumar. 2003. Bioactivity of 1-carvone, d-carvone, and
Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati (SRI YUNI HARTATI)
57
dihydrocarvone toward three strored product beetles. J. Ecol. Entomol. 96: 1594-1601. Upadhyay, R. K., P. Dwivedi, and S. Ahmad. 2010. Screening of antibacterial activity of six plants essential oils against pathogenic bacterial strains. Asian J. of Medical Sciences. 2 (3): 152-158. Vasinauskiene, M., J. Radusiene, I. Zitikaite, and E. Surviliene. 2006. Atibacterial activities of essential oils from aromatic and medicinal plants against growth of
58
phytopathogenic bacteria. Agronomy Research 4 (Special issue): 437-440. Zanellato, M., E. Masciarelli, L. Cassori, P. Boccia, E. Sturcio, M. Pezzella, A. Cavalieri, and F. Caporali. 2009. The essential oils in agriculture as an alternative strategy to herbicides: a case study. International J. of Environ. and Health. 3: 198. Zhu, B., G. Handerson, F. Chen, E. Maistrilo and R. A. Zaine. 2001. Evaluation of vetiver oil and seven insect-active essential oils against the Formosan subteranian termites. J. Chem. Ecol. 27: 1617-1625.
Volume 11 Nomor 1, Juni 2012 : 45 - 58