Konjungsi Koordinatif Aditif Bahasa Sunda Cici Puspita Sari 180210080021 Abstrak Skripsi ini berjudul “Konjungsi Koordinatif Aditif Bahasa Sunda”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian distribusional. Penelitian ini mengkaji Konjungsi Koordinatif Aditif bahasa sunda berdasarkan struktur dan unsur yang digabungkan ooleh konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda dalam kalimat. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan atau pengambilan data ini adalah teknik catat, yaitu mencatat data langsung dari sumber data yang dipilih.Teori yang digunakan dalam penelitian Konjungsi Koordinatif Aditif ini adalah teori Djajasudarma, Djajasudarma, dkk (1992),Djajasudarma (1994). Sumber data pada penelitian ini berasal dari majalah Mangle 2325. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda dapat menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa, selain itu konjungsi koordinatif aditif ini daapat menggabungkan beberapa unsur dalam satu kalimat, sehingga sering ditemukan kalimat yang mengandung unsur konjungsi koordinatif aditif lebih dari satu. Berdasarkan hasil penelitian terhadap konjungsi koordinatif aditif tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda selalu menggabungkan unsur yang setata, seperti pada kata , kelas kata yang digabungkan selalu sejenis missal pada nomina, nomina yang digabungkan oleh konjungsi koordinatif aditif pasti bergabung dengan nomina lagi, begitu pula pada frasa. Abstract This thesis is titled "Additive Coordinative Conjunction in Sundanese". The method used in this study is distributional method. This study examined additive coordinative conjunction in Sundanese based on the structure and the elements that are combined with additive coordinative conjunctions in a sentence. The technique of data collection used is the recorded technique. The theories are used in this research are the theory of Djajasudarma (1980), Djajasudarma, et al (1992), Djajasudarma (1994). Sources of data in this study came from a magazine, Mangle 2325. The results of this study indicate that additive coordinative conjunction in sundanese can combine word with word, phrase with phrase, and clause with clause. In addition, the additive coordinative conjunction can combine several elements in a sentence, therefore it can be found there are more than one additive coordinative conjunction in a sentence sometime .
1
Based on the results of these studies on additive coordinative conjunction, it can be concluded that the additive coordinative conjunction in sundanese always combines the same elements, as in the word, the additive coordinative conjunction always combines the same category.
Kata kunci: Konjungsi Koordinatif
Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama di dunia,Sebab dengan bahasa manusia dapat berinteraksi satu sama lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman bahasa pun
tentu mengalami perkembangan dan
perubahan. Dalam perkembangan ini pula bahasa yang ada dunia terpecah menjadi beberapa macam bahasa, baik yang berkembang di dunia maupun bahasa yang berkembang di daerah-daerah seperti halnya di Indonesia yang terbagi ke beberapa macam bahasa salah satunya bahasa Sunda. Penelitian dalam bahasa sunda telah banyak dilakukan baik dari unsur kebahasaannya yang meliputi tipe bahasa yang didasarkan pada pola ukuran kalimat, dari sudut fungsinya kalimat meliputi subjek, predikat,objek dan keterangan. Bahasa yang terdiri dari dua lapisan bentuk terdiri dua tataran yaitu tataran bunyi bahasa dan tataran morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana termasuk bidang tata bahasa atau gramatika (Ramlan, 1991:57) Bahasa yang terbagi kedalam dua lapisan tersebut didalamnya berhubungan dengan kata, para ahli linguistik sering membicarakan masalah kata dengan berbagai ragam pembahasannya. Kata sebagai satuan linguistik terkecil dapat berdiri sendiri, kata mempunyai bentuk dan prilaku yang sama atau mirip
2
dapat dikelompokan dengan kelas yang sama. Kata terbagi lagi kedalam kata penuh dan kata tugas, kata penuh meliputi nomina(l), verba(l), adjektiva(l), advebia, sedangkan kata tugas meliputi preposisi, konjungsi, dan partikel. Hasil pengelompokan tersebut ada yang menyebutkan konjungsi sebagai kelompok tersendiri, ada pula yang memasukan konjungsi sebagai salah satu bagian dari kata atau kelompok kata tugas. Konjungsi dijelaskan sebagai kategori yang berfungsi meluaskan satuan dalam
konstruksi kalimat, baik setataran maupun tidak setataran. Konjungsi
adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Menurut Djajasudarma (Djajasudarma,2010:51) konjungsi disebut pula kata sambung, berfungsi menghubungkan dua unsur atau lebih pada tataran sintaksis. Materi penelitian konjungsi melibatkan kalimat dari tataran yang terkecilnya. Konjungsi adalah hubungan dua unsur bahasa, baik antarklausa, antarkalimat, maupun antarparagraf dengan menggunakan perangkat atau peranti penghubung (Halliday dan Hasan, 1979:226). Dengan kata lain, konjungsi merupakan pemakaian kata atau kelompok kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam suatu wacana yang sama. Kata yang menyambungkan dua satuan bahasa yang sederajat itu disebut dengan kata sambung atau konjungtor. Pada konjungsi, unsur yang diidentifikasi sebagai penanda kebanyakan berada di awal kalimat. Konjungsi memiliki kelebihan dari ketiga kohesi gramatikal yang telah disebutkan
3
sebelumnya karena penanda hubungan konjungsi berada dalam dua wilayah analisis. Dua analisis penanda hubungan tersebut adalah wilayah kohesi, yaitu hubungan bentuk dan koherensi, yaitu hubungan di bidang makna. Berdasarkan prosesnya konjungsi terbagi menjadi konjungsi intra kalimat dan konjungsi ekstra kalimat. Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa. Konjungsi ekstra kalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat , paragraf dengan paragraf. Konjungsi atau kata penghubung dilihat dari fungsi dan posisinya digolongkan ke dalam konjungsi koordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat, konjungsi subordinatif, konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat, konjungsi korelatif konjungsi yang menghubungkan bagian kalimat yang kedudukannya sederajat, konjungsi intra kalimat, konjungsi antarparagraf.. Konjungsi memiliki keberagaman dalam perilakunya, oleh sebab itu penulis mengkaji masalah Konjungsi Koordinatif Aditif Bahasa Sunda, konjungsi yang termasuk dalam konjungsi koordintif aditif adalah jeung ‘dan’, sarta ‘serta’, , sareng ‘ dengan’,tur ‘juga’, katut ‘juga’. Konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda berdasarkan prilaku sintaksisnya dapat menggabungkan unsur kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa. Pembahasan Analisis sintaksis ditinjau dari unsur yang digabungkan oleh konjungsi koordinatif aditif, apakah unsur itu berbentuk kata, frasa, atau klausa?. Sedangkan analisis semantis
ditinjau dari kelas kata yang digabungkan oleh
konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda, apakah menggabungkan nomina, verba, adjektiva, adverbia, atau numeralia, selian itu penulis menganalisis berdasarkan proses monomorfemis dan polimorfemis pada kalimat yang mengandung unsur
4
konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda, secara terperinci akan dipaparkan pada sub bab berikut ini. 1. Jeung Jeung dalam bahasa sunda merupakan salah satu konjungsi koordinatif yang bermakna aditif, jeung dapat menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat. (39) Resep diajar ku Bu Juju mah, ngarti jeung teu galak, Gemar diajar oleh Bu Juju par.kom ngarti konj tidak buas, kana nilai tara pelit, jeung teu pilih kasih. (Manglé/2325/21) p.tmpt nilai tidak pernah pelit dan tidak pilih kasih ‘Senang sekali digurui oleh Bu Juju, cepat dimengerti, tidak pernah pelit terhadap nilai, dan tidak pernah pilih kasih.’ Pada contoh (39) konjungsi jeung menggabungakan ngarti jeung teu galak, kana nilai tara pelit jeung teu pilih kasih ‘mengerti dan baik, tidak pernah pelit terhadap nilai dan tidak pernah pilih kasih. Unsur konjungsi jeung pada kalimat ini bermakna sebagai penambahan dan sifatnya koordinatif, sehingga membentuk kalimat tunggal karena unsur digabungkan berupa frase. 2. Sarta Sarta ‘serta’, merupakan bagian dari konjungsi koordinatif aditif, sarta memiliki persamaan dengan jeung, yaitu bermakna penambahan. 1.(1)
5
Presiden Soekarno nyekel lalakon dina puseur kakawasaan sarta Presiden Soekarno memegang laku p.tmpt pusat kekuasaan konj pangaruhna diparebutkeun ku tentara jeung PKI. pengaruhnya diperebutkan oleh tentara konj PKI. (Manglé/2325/3) ‘Presiden Soekarno memegang peran penting dalam pusat kekuasaan serta pengaruhnya diperebutkan oleh tentara dan PKI.’
Pada contoh kalimat (1) konjungsi sarta menggabungkan dua buah klausa presiden soekarno nyekel lalakon dina puseur kakawasaan ‘Presiden Soekarno memegang peran penting dalam pusat kekuasaan’ dan klausa pangaruhna diparebutkeun ku tentara jeung PKI ‘pengaruhnya diperebutkan oleh tentara dan PKI’. Karena pada contoh kalimat ini konjungsi sarta menggabungkan dua buah klausa jadi kalimat yang terbentuk merupakan kalimat majemuk setara sejalan karena kedua buah klausa merupakan kalimat tunggal dan isi dari kalimat itu sejalan antara klausa satu dengan yang lainnya tidak ada pertentangan. 3. Tur Tur dalam bahasa sunda termasuk kedalam konjungsi kordinatif yang bermakna aditif, seperti pada contoh berikut. 1.(26)
Hukumna makruh, pikeun jalma anu heunteu gaduh kapercayaan Hukumnya makruh, bagi manusia yang tidak punya kepercayaan kana dirina tur ngarasa hariwang bisi hianat kana éta barang p.pnjk dirinya konj merasa hawatir kalau-kalau hianat p.pnjk barang atawa bisi heunteu biasa miarana sakumaha kuduna. atau kalau-kalau tidak biasa memeliharanya seberapa harusnya. (Manglé/2325/15) ‘Hukumnya makruh, bagi manusia yang tidak memiliki kepercayaan terhadap dirinya serta merasa takut akan berhianat terhadap barang itu atau takut tidak sanggup memeliharanya sebagai mana mestinya’.
Pada contoh kalimat (26) konjungsi tur menggabungkan klausa Hukumna makruh, pikeun jalma anu heunteu gaduh kapercayaan kana dirina ‘Hukumnya makruh, bagi manusia yang tidak memiliki kepercayaan terhadap dirinya’ dan ngarasa
hariwang bisi hianat kana éta barang atawa bisi heunteu biasa
miarana sakumaha kuduna ‘merasa takut akan berhianat terhadap barang itu atau
6
takut tidak sanggup memeliharanya sebagaimana mestinya’. Dua unsur klausa ditambah konjungsi tur membentuk kalimat majemuk setara, karena dibentuk oleh dua buah klausa bebas. Konjungsi tur merupakan konjungsi koordinatif yang bermakna aditif. 4. Katut Katut merupakan salah satu unsure konjungsi koordinatif aditif bahasa Sunda. 3.(46)
Tuluy nilepan pakéan orok nu geus ipis, popok katut gurita terus melipat pakaian bayi yang sudah tipis, popok konj ikat pinggang bayi nu sarua ipis tur pulasna gereuneuk, kawantu paméré tatangga yang sama tipis konj warnnya kehitam-hitaman, karena pemberian tetangga nu haateun najan sarua balangsak, tapi ngarasa prihatin kana kahirupan yang berbaik hati walau sama susah, tapi merasa prihatin p.pnjk kehidupan Yuni ayeuna. (Manglé/2325/23) Yuni sekarang. ‘Lanjut melipat pakaian bayi yang sudah tipis, popok dan gurita yang sama tipisnya serta warnanya sudah memudar, pemberian tetangga yang berbaik hati walaupun sama-sama susah, tapi merasa prihatin terhadap kehidupan Yuni saat ini.’ Pada contoh kalimat (46) konjungsi katut menggabungkan kata popok
katut gurita ‘popok dan gurita’ , kalimat yang mengandung unsur konjungsi katut tersebut membentuk kalimat majemuk setara sejalan, karena pada kalimat tersebut terdapat kalimat tunggal yang isinya sejalan. Konjungsi katut pada kalimat di atas merupakan konjungsi yang bermakna aditif dan bersifat koordinatif. Unsur yang Digabungkan oleh Konjungsi Koordinatif Aditif Kata dengan kata dalam kalimat 1. Nomina dengan Nomina
7
Nomina adalah nama dari sebuah benda yang dibendakan. Nomina bahasa sunda dapat dibentuk selain dari bentuk kelas nomina itu sendiri juga dapat dibentuk dari kelas bukan nomina. 1.(56) Diantara lembur Cibaduyut jeung Cipasang, aya lempong nu disebut Diantara kampung Cibaduyut konj Cipasang, ada lempong yang disebut Cilimus Haseum. (Manglé/2325/35) Cilimus Haseum. ‘Diantara kampung cibaduyut dan cipasang, ada lempong yang disebut cilimus haseum.’ Pada contoh kalimat (56) konjungsi jeung menggabungkan kata cibaduyut jeung cipasang ‘cibaduyut dan cipasang.’ Cibaduyut dan cipasang merupakan nama tempat yang dibendakan Cibaduyut dan Cipasang merupakan kata yang berkelas nomina. 2. Verba dengan Verba Verba terjadi dari bentuk dasar verba itu sendiri, sedangkan verbal dibentuk dari bentuk dasar yang berkelas nonverbal, untuk lebih jelas simak contoh berikut. 1.(5) Naon waé tarékah dina miara jeung mekarkeun budaya sunda? apa saja cara kt.pnjk tmpt memelihara konj mengembangkan budaya sunda? (Manglé/2325/4) ‘Apa saja cara dalam memelihara dan mengembangkan budaya sunda?’ Pada contoh kalimat (5) konjungsi jeung menggabungkan kata miara ‘memelihara’ dan mekarkeun ‘mengembangkan’, miara merupakan kelas kata verba, karena miara merupakan bentuk dasar dari verba itu sendiri, dan untuk kata mekarkeun kata dasar mekar kelas adjektiva bergabung dengan sufiks –eun menjadi verba. Jadi pada kalimat (5) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan verba dengan verba.
8
3. Adjektiva dengan Adjektiva Konjungsi koordinatif aditif dapat menggabungkan kelas kata adjektiva dengan adjektiva, 1.(17)
Figur jeung gaya kapamingpinan kudu ngagurat bat, sarta dipentes figur konj gaya kepemingpinan harus teguh, konj dituntut kudu mampuh ngertakeunbumi lamba harita kudu mampuh harus mampuh mengatur bumi lamba saat itu harus mampuh ngaraharjakeun rahayatna.(Manglé/2325/21) mensejahterakan rakyatnya. ‘ Figur dan gaya kepemimpinan harus teguh, serta dituntut harus mampuh mengatur tanah air saat itu harus mampuh mensejahterakan rakyatnya.’ Pada contoh kalimat (17) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan
figur dan gaya, kata galak merupakan kelas kata adjektiva, karena figur merupakan cirri suatu benda dan kata gaya merupakan kelas kata adjektiva. Jadi pada kalimat (1) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan kelas kata adjektiva dengan adjektiva. 3.2.1.4 Numeralia dengan Numeralia Konjungsi koordinatif aditif dapat menggabungkan unsur kelas kata numeralia dengan numeralia. 1.(45)
.
Pelajaran jam kahiji jeung ka dua téh pelajaran matematika Pelajaran jam pertama konj ke dua par.kom pelajaran matematika ku Bu Juju .(Manglé/2325/21) oleh Bu Juju. ‘Pelajaran jam pertama dan kedua adalah plajaran matematika oleh Bu. Juju.’ Konjungsi koordinatif aditif menggabungan kata ka hiji ‘pertama’ dan
ka dua ‘kedua’, kata kahiji dan kadua termasuk kedalam kelas numeralia tingkat tentu. Bila dilihat dari gabungan afiksasi yang bergabung pada kata tersebut yaitu prefiks ka- bergabung dengan numeralia hiji ‘satu’ dan dua ‘dua’, prefiks ka- yang
9
bergabung dengan numeralia akan menunjukan numeralia tingkat. Jadi pada kalimat (1) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan numeralia dengan numeralia. 5. Pronomina dengan Pronomina Konjungsi koordinatif aditif dapat menggabungkan kelas kata pronomina dengan pronominal. 1.(57)
Kula mah kungsi ngawin dunungan jeung anakna. (Manglé/2325/38) saya partikel pernah menikahi majikan konj anaknya. ‘Saya pernah menikahi majikan dan anaknya.’ Pada contoh kalimat (57) konjungsi jeung menggabungkan pronomina
dunungan dan pronomina anakna. Dunungan merupakan kelas kata pronomina ltingkat sosial karena merupakan kategori yang berfungsi menggantikan nomina, sedangkan anakna merupakan kelas kata pronomina karena kata dasar dari anakna adalah anak yang merupakan kelas kata nomina bergabung dengan sufiks –na sehingga menjadi kelas pronominal persona tiga.
.
Frasa dengan frasa dalam kalimat 1 Frasa nomina dengan frasa nomina 1.
(72) Sabada Indonesia merdeka kapamilikan tanah pekebunan tiwu jadi setelah Indonesia merdeka kepemilikan tanah perkebunan tebu jadi hak milik masarakat Sindanglaut jeung masarakat sabudereunana. hak milik masyarakat sindanglaut konj masyarakat sekitarnya. (Manglé/2325/43) Berdasarkan contoh kalimat (72) konjungsi koordinatif aditif
menggabungkan konjungsi koordinatif aditif menggabungkan unsur frasa masarakat
10
Sindanglaut
‘masyarakat
Sindanglaut’
dengan
masarakat
sabudereunana ‘masyarakat sekitarnya’ masarakat Sindanglaut merupakan frasa nomina, karena gabungan dari kedua kata tersebut merupakan kelas kata nomina, sama halnya seperti frasa masyarakat sekitarnya yang merupakan frasa nomina. 2. Frasa verba dengan frasa verba 1.
(37) “Ana engké uih sakola rék terus kamana? Kadé ulah tuluy ulin, Ana nanti pulang sekolah mau terus kemana? Awas jangan terus main di imah can bébérés jeung can masak!” (Manglé/2325/20) di rumah belum beres-beres konj belum masak! “Ana nanti sepulang sepulang ma uterus kemana? Awas jngan langsung main di rumah belum beres-beres dan belum masak!” Pada contoh kalimat (37) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan
frasa verba, can bébéres ‘belum beres-beres” merupakan frasa verba inti dari frasa tersebut bébérés merupakan kelas kata verba, dan frasa kedua can masak ‘belum masak”, inti dari frasa ini masak yang merupakan kelas kata verba. 3. Frase adjektiva dengan frasa adjektiva (49) Teu kaampeuh, cipanon Yuni murubut maseuhan kabaya Ema nu ipis tidak tertahan, air mata Yuni jatuh membasahi kebaya Ema yang tipis tur geus lalayu sekar.(Manglé/2325/23) konj sudah layu. “ tidak tetahan, airmata Yuni jatuh membasahi kebaya Ema yang tipis dan layu.” Pada contoh (49) konjungsi koordinatif aditif menggabungkan unsur frasa nu ipis ‘yang tipis’ dan geus lalayu sekar ‘sudah layu’, nu ipis merupakan frasa adjektiva inti dari frasa tersebut ipis merupakan kelas adjektiva, frasa kedua merupakan frasa adjektiva inti dari frasa tersebut geus lalayu sekar merupakan kelas adjektiva.
11
Klausa dengan Klausa Klausa adalah unsur bahasa yang terdiri atas dua unsur atau lebih dan bersifat predikatif. Klausa dibedakan dari kalimat minor, karena kalimat minor hanya dibentuk oleh satu unsur, dan muncul dalam bentuk seru, atau bentuk bebas. Konjungsi koordinatif aditif dapat menggabungkan klausa dengan klausa, 1.(1)
Presiden Soekarno nyekel lalakon dina puseur kakawasaan sarta Presiden Soekarno memegang laku p.tmpt pusat kekuasaan konj pangaruhna diparebutkeun ku tentara jeung PKI. pengaruhnya diperebutkan oleh tentara konj PKI. (Manglé/2325/3) ‘Presiden Soekarno memegang peran penting dalam pusat kekuasaan serta pengaruhnya diperebutkan oleh tentara dan PKI.’ Pada kalimat (1) konjungsi koordinatif aditif menngabungkan klausa
presiden soekarno nyekel lalakon dina puseur kakawasaan ‘presiden soekarno memegang peran penting dalam pusat kekuasaan’
dan klausa pangaruhna
diparebutkeun ku tentara jeung PKI ‘pengaruhnya diperebutkan oleh tentara dan PKI’ kedua unsur tersebut disebut klausa karena kedua unsur tersebut predikatif. Jumlah Unsur Konjungsi Koordinatif Aditif Bahasa Sunda dalam satu Kalimat Unsur konjungsi yang ada dalam kalimat bahasa sunda, beragam ada kalimat yang memiliki satu unsur kunjungsi ada pula yang memliki lebih dari satu unsur konjungsi. 1. Satu unsur konjungsi
1.(6)
Ayana eta tempat misti katara tur karasa ku balaréa. (Manglé/2325/6) adanya k.pnjk tempat mesti terlihat konj terasa oleh semua. “Adanya tempat itu mesti terlihat dan terasa oleh segenap masyarakat.’
2. Lebih dari satu unsur konjungsi
12
1.(46)
Tuluy nilepan pakéan orok nu geus ipis, popok katut gurita terus melipat pakaian bayi yang sudah tipis, popok konj ikat pinggang bayi nu sarua ipis tur pulasna gereuneuk, kawantu paméré tatangga yang sama tipis konj warnnya kehitam-hitaman, karena pemberian tetangga nu haateun najan sarua balangsak, tapi ngarasa prihatin kana kahirupan yang berbaik hati walau sama susah, tapi merasa prihatin p.pnjk kehidupan Yuni ayeuna. (Manglé/2325/23) Yuni sekarang. ‘Lanjut melipat pakaian bayi yang sudah tipis, popok dan gurita yang sama tipisnya serta warnanya sudah memudar, pemberian tetangga yang berbaik hati walaupun sama-sama susah, tapi merasa prihatin terhadap kehidupan Yuni saat ini.’
Simpulan Berdasarkan pembahasan tentang morfologi dan tentang perilaku sintaksis konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda, dapat disimpulkan bahwa Konjungsi koordinatif aditif bahasa sunda terdiri dari tujuh macam macam yaitu, jeung, ‘dan’, sarta ‘serta’, oge ‘juga’, tur ‘serta’ ,katut ‘serta’, Konjungsi koordinatif aditif bahasa Sunda dalam satuan gramatikal terdapat dalam tataran frasa dan klausa, konjungsi koordinatif aditif dapat menggabungkan kata dengan kata Frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi koordinatif aditif berdasarkan kajian
morfologi dan
sintaksis , dapat menggabungkan kata dengan kata kelas kata nomina, verba, adjektiva, numeralia.Frasa dengan frasa, frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, maupun klausa dengan klausa. Konjungsi koordinatif berdasarkan jumlah unsur konjungsi dalam kalimat beragam konjungsi koordinatif aditif dalam satu kalimat, dapat berjumlah satu unsur maupun lebih dari satu unsur konjungsiKonjungsi Koordinatif Aditif berdasarkan data yang penulis dapat, selalu menggabungkan unsur yang sejenis atau setata, baik pada penggabungan kata, frase, maupun klausa.
13
Daftar Sumber: Coolsma, S. 1985. Tata Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan Djajasudarma, T. Fatimah 1987 Gramatika Sunda, Bandung: Paramartha 1993 Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung Eresco. Djajasudarma, T. Fatimah. dkk. 1994 Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kridalaksana, Harimukti. 1994 Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
14