Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari)
KAJIAN FENOMENA PERKAWINAN ENDOGAMI DI KELURAHAN CONDONG CAMPUR KECAMATAN PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Dewi Puspita Sari dan Puji Lestari e-mail:
[email protected] Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Perkawinan endogami adalah perkawinan dengan anggota dalam kelompok yang sama. Ada bermacam-macam jenis endogami, endogami agama, suku, maupun ras. Perkawinan endogami ini bisa kita temui di Kelurahan Condong Campur, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Perkawinan endogami yang terjadi disini adalah perkawinan dalam satu klan/kerabat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang warga Kelurahan Condong Campur melakukan perkawinan endogami, dan mengetahui dampak yang muncul dari adanya perkawinan endogami tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Informan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive sampling.Subjek penelitian terdapat 10 informan yang terdiri dari 5 warga yang melakukan perkawinan endogami, 2 warga yang anaknya melakukan perkawinan endogami, dan 3 tokoh masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, serta kepustakaan. Adapun validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan proses penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi warga Kelurahan Condong Campur melakukan perkawinan endogami adalah: (1) mengetahui latar belakang kedua belah pihak keluarga, (2) adanya rasa cinta, (3) faktor geografis/wilayah, (4) faktor perjodohan, (5) menjaga harta keluarga, (6) mempererat tali persaudaraan, (7) meneruskan satu garis keturunan, (8) kesadaran pendidikan rendah, serta (9) kurangnya pergaulan. Dampak positif dari adanya perkawinan endogami di Kelurahan Condong Campur adalah: (1) bertambah eratnya tali persaudaraan, (2) tercipta rumah tangga/keluarga harmonis, dan (3) harta keluarga terjaga, sedangkan dampak negatifnya adalah: (1) retaknya hubungan keluarga jika terjadi konflik, (2) tidak menambah saudara, (3) keluarga terlalu ikut campur dalam kehidupan rumah tangga, serta (4) kecacatan fisik/mental pada keturunan.
Kata Kunci: perkawinan endogami, satu kerabat, satu lingkungan
Jurnal Pendidikan Sosiologi/1
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) THE STUDY OF ENDOGAMY MARRIAGE PHENOMENON IN CONDONG CAMPUR VILLAGE, PEJAWARAN DISTRICT, BANJARNEGARA REGENCY By: Dewi Puspita Sari and Puji Lestari e-mail:
[email protected] Sociology Education – Faculty of Social Science – Yogyakarta State University ABSTRACT Endogamy marriage is a marriage of members within the same group. There are many kinds of endogamy such as religion endogamy, ethnic endogamy, and race endogamy. This phenomenon can be found in Condong Campur, Pejawaran, Banjarnegara. The endogamy marriage that happens here is the marriage within one clan/relative. The purposes of this study are to reveal people’s background in Condong Campur for doing endogamy marriage and to know the impacts arising from the existence of the endogamy marriage. This study uses qualitative method by descriptive design. The informants of this study are chosen by using purposive sampling. The subjects of the study are 10 informants consisting of five citizens who do endogamy marriage, two residents whose children do endogamy marriage, and three local community leaders. The data is collected from observation, interview, documentation, and documents. As for the validity of the data is using source triangulation technique. Data analysis technique used in this research is an interactive model by Miles and Huberman, ranging from data collection, data reduction, data presentation, and the conclusion. The outcome of this observation indicates that the factors underlying people in Condong Campur village doing endogamy marriage are: (1) knowing the background of both sides of the family, (2) a sense of love, (3) the geographical/region factor, (4) matchmaking factor, ( 5) keeping the family property, (6) strengthens kinship, (7) to continue the lineage, (8) lack of educational awareness, and (9) lack of sophistication. The positive impacts of their endogamy marriage in Condong Campur village are: (1) increasing closeness of kinship, (2) creating a household/family harmony, and (3) maintaining the family property, while the negative effects are: (1) the broken of the relation within the family if conflict occurs, (2) the unchanged relative, (3) the over interfering of the family in household’s life, and (4) physical/mental disability on the descent. Keywords: endogamy marriage, one relative, one neighborhood
Jurnal Pendidikan Sosiologi/2
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) A. PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu
solidaritas kelompok, sedangkan dampak
impian dari semua orang, tiap orang
bila perkawinan tersebut diakhiri dengan
pasti mendambakan untuk membangun
perceraian
suatu rumah tangga yang bahagia.
merenggangnya hubungan kekerabatan,
Perkawinan atau pernikahan bukan
dan bahkan menimbulkan konflik yang
hanya sebuah ikatan antara pria dan
menyebabkan kurangnya rasa aman
wanita dalam membina suatu rumah
dalam hubungan keluarga, serta adanya
tangga
kecacatan fisik atau mental yang terjadi
serta
untuk
mendapatkan
keturunan, tetapi juga menyangkut
negatif yang dapat ditimbulkan adalah
Sunarto
Bentuk atau sistem perkawinan endogami ini juga dianut oleh beberapa
menyebutkan
masyarakat di Indonesia. Perkawinan
perkawinan
endogami ini bisa kita temui di salah
antara etnis, klan, suku, atau kekerabatan
satu daerah di Indonesia yaitu, di
dalam lingkungan yang sama. Dalam
Kelurahan
Condong
Campur,
sistem endogami, seseorang, diharuskan
Kecamatan
Pejawaran,
Kabupaten
untuk mencari jodoh di lingkungan
Banjarnegara. Di Kelurahan ini banyak
sosialnya sendiri, misal di lingkungan
warga yang melakukan pernikahan
kekerabatan, klan, lingkungan kelas
endogami, yaitu pernikahan dilakukan
sosial, atau lingkungan tempat tinggal.
dengan seseorang yang masih memiliki
Perkawinan
ikatan saudara yaitu satu klan/kerabat.
endogami
(2004)
menyebabkan
pada keturunan.
anggota keluarga kedua belah pihak yang melakukan perkawinan.
dapat
adalah
suatu
endogami,
biasanya
dilakukan dengan alasan antara lain agar
Ikatan
harta kekayaan tetap beredar di kalangan
diperoleh dari satu simbah, buyut
sendiri, memperkuat pertahanan klan
ataupun
dari serangan musuh, mempertahankan
perkawinan endogami pada saat ini
garis darah (nasab) atau motif lainnya
sudah
yang lebih bersifat eksklusif. Keesing
masyarakat, terutama pada masyarakat
(1999:
bahwa
yang sudah modern. Masyarakat yang
perkawinan endogami memiliki dampak
semakin modern menyebabkan tiap
positif
orang lebih bebas dalam menentukan
15) yaitu
menyebutkan dapat
mempertebal
saudara satu jarang
tersebut canggah. kita
temui
biasanya Fenomena didalam
Jurnal Pendidikan Sosiologi/3
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) pasangannya tanpa terikat adat istiadat
Maha Esa. Pertimbangannya ialah
yang berlaku di daerahnya. Masyarakat
sebagai negara yang berdasarkan
yang sudah terbuka menganggap bahwa
Pancasila
perkawinan endogami lebih banyak
pertamanya ialah Ketuhanan Yang
memberikan dampak negatif daripada
Maha
positifnya,
lebih
mempunyai hubungan yang erat
akan
sekali
sehingga
mempertimbangkan melakukan
jika
perkawinan
endogami.
dimana
Esa,
mengetahui
lahir/jasmani,
melatarbelakangi
masyarakat
Kelurahan Condong Campur
di
yang
perkawinan
agama
atau
kerohanian, sehingga perkawinan bukan
yang
maka
dengan
Melihat realitas tersebut peneliti ingin faktor-faktor
sila
saja
batin/rohani
mempunyai
unsur
tetapi
unsur
juga
dalam
peranan yang penting.
melakukan perkawinan endogami, dan
2. Perkawinan Endogami
mempunyai
mengetahui dampak yang muncul dari
Sunarto
adanya perkawinan endogami yang ada
perkawinan
di
perkawinan dengan anggota dalam
Kelurahan
Condong
Campur
(2004)
menyatakan
endogami
tersebut. Adapun judul penelitian ini
kelompok
adalah “Kajian Fenomena Perkawinan
bermacam-macam jenis endogami,
Endogami
di
seperti
Campur,
Kecamatan
Kelurahan
Condong Pejawaran,
Kabupaten Banjarnegara”. B. KERANGKA TEORI
endogami
sama. ras
Ada agama,
maupun suku. Adapun maksud dari perkawinan endogami adalah untuk menjaga laki-laki sebagai suami
1. Perkawinan Menurut
yang
adalah
tetap diam (bertempat tinggal) di Undang-Undang
desanya. Mungkin juga supaya
Nomor 1 Tahun 1974 (pasal 1),
warisan masih tetap dipegang dalam
perkawinan itu ialah ikatan lahir
lingkungannya sendiri, atau juga
batin antara seorang pria dengan
menjaga
seorang wanita sebagai suami istri
golongan itu sendiri. Goode (2007:
dengan tujuan membentuk keluarga
134)
(rumah tangga), yang bahagia dan
perkawinan endogami adalah suatu
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
bentuk perkawinan yang berlaku
kemurnian menyatakan
darah
dari bahwa
Jurnal Pendidikan Sosiologi/4
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) dalam
masyarakat
yang
hanya
memperbolehkan
dilakukan
karena
mendapat
anggota
pengaruh orang lain atau juga bisa
masyarakat kawin atau menikah
karena diri sendiri yang termotivasi
dengan anggota lain dari golongan
sesuatu.
sendiri.
Tindakan
tersebut
dapat
3. Teori Tindakan Sosial (Max Weber)
diartikan sebagai suatu perbuatan
Ritzer (2002: 40) Tindakan
yang dilakukan karena mendapat
sosial berarti mencari pengertian
pengaruh orang lain atau juga bisa
subyektif atau motivasi yang terkait
karena diri sendiri yang termotivasi
pada tindakan-tindakan sosial. Max
sesuatu, hal ini sama halnya dengan
Weber memisahkan empat tindakah
perkawinan endogami yang terjadi
sosial:
wert
di Kelurahan Condong Campur,
rational, affectual, dan tradisional.
dimana masyarakat disana ingin
Teori tindakan sosial digunakan
melakukan perkawinan endogami
dalam
tersebut.
zweek
rational,
penelitian
masyarakat
ini
memiliki
karena motivasi
5. Teori Pilihan Rasional
tertentu dalam melakukan sebuah
Ritzer (2013: 480) Orang
tindakan. Maksud dan tujuan dari
bertindak
tindakan sosial dari masyarakat
mencapai tujuan, dengan tujuan dan
tersebut menyebabkan adanya suatu
tindakan yang dibangun atas dasar
perkawinan endogami di Kelurahan
nilai atau preferensi. Seseorang
Condong Campur.
dapat mengalihkan kontrol tindakan
4. Teori
Aksi/Tindakan
(Talcott
Parsons)
secara
sengaja
untuk
yang mereka lakukan kepada orang lain sebagai upaya memaksimalkan
Ritzer (2002: 48) Talcott
keuntungan.
Parsons menjelaskan bahwa teori
Teori ini dapat digunakan dalam
aksi sangat memperhatikan sifat
penelitian karena setiap manusia
kemanusiaan
atau individu memiliki rasionalitas
manusia
dan
subyektivitas tindakan manusia .
yang
Tindakan tersebut dapat diartikan
Colleman
sebagai
bertindak ketika dia memperoleh
suatu
perbuatan
yang
berbeda. ini
Dalam
teori
individu
akan
Jurnal Pendidikan Sosiologi/5
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) keuntungan.
Keuntungan
diartikan
sebagai
dapat
Campur,
Kecamatan
Pejawaran,
pujian,
Kabupaten Banjarnegara. Sumber data
terealisasinya harapan, ataupun nilai
yang digunakan dalam penelitian ini
materialistik yang akan didapatkan.
adalah sumber data primer dan sumber
Penelitian
data sekunder. Sumber data primer pada
ini
mengapa
mencari
jawaban
masyarakat
masih
melakukan perkawinan endogami. C. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
penelitian
adalah
masyarakat
Kelurahan
Condong
Campur,
Kecamatan
Pejawaran,
Kabupaten
Banjarnegara. Sumber data sekunder ini
dilakukan
di
dapat berupa arsip, studi kepustakaan baik dari media cetak ataupun media
Kelurahan
Condong
Campur,
Kecamatan
Pejawaran,
Kabupaten
elektronik dan lain sebagainya.
Banjarnegara. Bentuk penelitian ini menggunakan deskriptif.
pendekatan Moleong
ini
kualitatif
(2013:
6)
Penelitian
ini
menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu,
pengamatan
(observasi),
mendeskripsikan penelitian kualitatif
wawancara,
dokumentasi,
adalah
kepustakaan.
Observasi
penelitian
yang
bermaksud
dan dalam
untuk memahami fenomena tentang apa
penelitian ini dilakukan di Kelurahan
yang dialami oleh subyek penelitian
Condong Campur, meliputi kondisi dan
misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
situasi di Kelurahan Condong Campur,
tindakan, dan lain-lain secara holistik,
serta
dan dengan cara deskriptif dalam
perkawinan yang ada disana. Selain itu
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
peneliti
konteks khusus yang alamiah dan
antarwarga dan sosialisasi dalam tiap-
dengan
tiap keluarga terutama yang melakukan
metode
memanfaatkan ilmiah.
berbagai
Subyek
penelitian
melihat juga
perkawinan
adat
dan
mengamati
endogami.
budaya interaksi
Wawancara
dalam penelitian ini adalah masyarakat,
pada penelitian ini akan dilakukan pada
masyarakat disini adalah warga desa
warga yang melakukan perkawinan
yang
endogami yaitu anak dan orang tuanya,
keluarganya
perkawinan
endogami
melakukan serta
tokoh
masyarakat di Kelurahan Condong
serta tokoh masyarakat di Kelurahan Condong
Campur.
Dokumen
yang
Jurnal Pendidikan Sosiologi/6
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) digunakan dalam penelitian ini adalah
melakukan penelitian ini menggunakan
peneliti mengambil beberapa gambar
instrumen penelitian berupa pedoman
atau foto serta dokumen lainnya yang
observasi, pedoman wawancara, dan alat
digunakan untuk mendukung penelitian
perekam. Teknik analisis data dalam
ini.
penelitian ini menggunakan model analisis Pada
penelitian
ini
interaktif milik Milles dan Hubberman
purposive
yaitu analisis yang dilakukan secara terus
sampling. Purposive sampling adalah
menerus sampai data menjadi jenuh.
teknik
dengan
Proses analisis ini melalui empat tahap
pertimbangan tertentu. Sampel dalam
yaitu tahap pengumpulan data, reduksi
penelitian
data,
menggunakan
teknik
penentuan ini
sampel
adalah
masyarakat
Kelurahan
Condong
Campur,
Kecamatan
Pejawaran,
Kabupaten
Banjarnegara. melakukan
Masyarakat perkawinan
yang
endogami
meliputi anak dan orang tuanya serta tokoh masyarakat setempat.
penyajian
data,
dan
penarikan
kesimpulan. D. HASIL PENELITIAN a. Faktor
yang
Melatarbelakangi
Adanya Perkawinan Endogami 1) Mengetahui
latar
belakang
kedua belah pihak keluarga.
Penelitian ini menggunakan teknik
Masyarakat
di
Kelurahan
validitas data berupa triangulasi sumber.
Condong Campur ini melakukan
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
perkawinan endogami dengan
keabsahan
alasan
data
yang
memanfaatkan
bahwa
jika
menikah
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
dengan anggota kerabat maka
keperluan
sudah mengetahui seluk beluk
pengecekan
atau
sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330). Proses triangulasi tersebut
dari keluarga tersebut. 2) Adanya rasa cinta.
dilakukan terus menerus sepanjang proses
Hampir
semua
perkawinan
mengumpulkan data dan analisis data,
pertama
sampai peneliti yakin bahwa sudah tidak
perasaan cinta, dan jarang yang
ada lagi perbedaan dan tidak ada yang
mengakui
perlu dikonfirmasikan kepada informan
menikah dengan orang yang
(Bungin, 2008: 204). Peneliti dalam
tidak dicintainya. Cinta ini lah
didasarkan bahwa
atas mereka
Jurnal Pendidikan Sosiologi/7
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) juga yang menyebabkan warga
untuk menjaga harta mereka
Kelurahan
agar tetap berada pada anak-
Condong
melakukan
Campur
perkawinan
endogami.
anaknya
atau
saudaranya,
mereka tidak ingin jika harta
3) Faktor geografis/wilayah. Kebanyakan Kelurahan
yang dimiliki jatuh pada orang
dari
warga
Condong
Campur
lain di luar keluarga mereka. 6) Mempererat tali persaudaraan.
melakukan perkawinan dengan
Persaudaraan
sesama
warga
terjalin selama ini dirasa akan
Condong
Campur.
Kelurahan Hal
ini
yang
sudah
semakin erat jika anak-anak
dikarenakan sejak lahir hingga
melangsungkan
dewasa
warga
perkawinan, karena semakin ada
hanya
ikatan persaudaraan antar kedua
kebanyakan
kelurahan
ini
menghabiskan waktunya untuk tetap berada di wilayah ini saja. 4) Faktor perjodohan. Perjodohan
juga
suatu
belah pihak keluarga. 7) Meneruskan
satu
garis
keturunan. merupakan
Adanya perkawinan endogami
faktor yang melatarbelakangi
adalah salah satu cara untuk
masyarakat
meneruskan
di
Kelurahan
garis
satu
keluarga.
Mereka
Condong Campur melakukan
keturunan
perkawinan endogami. Orang
dapat
tua
bahwa
garis keturunan mereka tanpa
mencari jodoh akan lebih baik
ada percampuran darah dari
jika masih didalam lingkup
luar.
masih
berpikir
wilayah sendiri. satu
mempertahankan
8) Kesadaran pendidikan rendah.
5) Menjaga harta keluarga. Salah
terus
Kesadaran
hal
yang
Kelurahan
pendidikan Condong
di
Campur
melatarbelakangi masyarakat di
dapat dikatakan masih rendah
Kelurahan
karena
melakukan adalah
Condong
Campur
perkawinan
keinginan
ini
masyarakat
mayoritas
warganya
mengenyam pendidikan hanya sampai
Sekolah
Menengah
Jurnal Pendidikan Sosiologi/8
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) Pertama.
Kesadaran
akan
telah ada menjadi bertambah
pendidikan yang masih rendah
erat.
tersebut menyebabkan pola pikir
b) Tercipta
rumah
masyarakat belum luas. Mereka
tangga/keluarga harmonis.
kurang
dampak
Perkawinan endogami ini
negatif yang akan ditimbulkan
suami dan istri sudah saling
dari
mengenal
menyadari adanya
perkawinan
endogami tersebut. warga
satu sama lain. Kelurahan
c) Harta keluarga terjaga.
Condong Campur yang sejak
Terjadinya
lahir
endogami
hanya
lebih
mudah dalam beradaptasi
9) Kurangnya pergaulan. Kehidupan
sehingga
berada
lingkungan
yang
menyebabkan
interaksi
di sama dan
perkawinan menyebabkan
harta yang dimiliki oleh keluarga
dalam
sosialisasi pun hanya terjadi
apapun
dengan warga terdekat, yaitu
didalam
satu kelurahan ataupun satu
keluarga dan tidak jatuh ke
dusun.
pihak lain, sehingga harta
Pergaulan
warga
kelurahan ini sangat terbatas dan kurang
luas,
berpengaruh
hal
ini
terhadap
itu
bentuk
tetap satu
lingkup
keluarga tetap terjaga.
juga
2) Dampak Negatif
suatu
a) Retaknya
perkawinan.
berada
hubungan
keluarga jika terjadi konflik.
b. Dampak dari Adanya Perkawinan
Hubungan
keluarga
Endogami.
tadinya
1) Dampak Positif
dari adanya konflik didalam
a) Bertambah
eratnya
tali
persaudaraan. Perkawinan
harmonis,
yang
keluarga
justru
menimbulkan endogami
akibat dapat suatu
di
permusuhan antara keluarga
Kelurahan Condong Campur
kedua belah pihak yang
ini telah membuat hubungan
menyebabkan
atau tali persaudaraan yang
perpecahan.
suatu
Jurnal Pendidikan Sosiologi/9
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) b) Tidak menambah saudara. Pada perkawinan endogami
E. PENUTUP 1. Simpulan
ini tidak menambah saudara karena pihak suami atau istri sebelumnya memang sudah menjadi
saudara
sejak
dahulu. c) Keluarga terlalu ikut campur dalam
kehidupan
rumah
tangga. Adanya hubungan kerabat menyebabkan keluarga besar secara
langsung
ataupun
tidak langsung akan terlibat dalam
kehidupan
rumah
tangga. d) Kecacatan fisik/mental pada keturunan. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan
oleh
berbagai pihak menyebutkan bahwa
perkawinan
yang
dilakukan dengan anggota kerabat
memiliki
resiko
terjadinya
kecacatan fisik
ataupun
mental
keturunan mereka.
pada
Ada berbagai macam faktor yang
melatarbelakangi
Kelurahan
warga
Condong
Campur
melakukan perkawinan endogami. Faktor-faktor tersebut anatara lain adalah sebagai berikut: (1) sudah mengetahui latar belakang keluarga, (2) adanya rasa cinta, (3) faktor geografis/wilayah, perjodohan, keluarga,
(5) (6)
(4)
faktor
menjaga
harta
mempererat
tali
persaudaraan, (7) meneruskan satu garis
keturunan,
pendidikan
(8)
rendah,
kesadaran dan
(9)
kurangnya pergaulan. Dampak positif yang muncul antara lain adalah sebagai berikut: (1)
bertambah
eratnya
tali
persaudaraan, (2) tercipta keluarga yang harmonis, (3) harta keluarga terjaga.
Dampak
negatif
yang
timbul antara lain (1) Retaknya hubungan konflik,
keluarga (2)
tidak
jika
terjadi
menambah
saudara, (3) keluarga terlalu ikut campur dalam kehidupan rumah tangga,
dan
(4)
kecacatan
fisik/mental pada keturunan.
Jurnal Pendidikan Sosiologi/10
Perkawinan Endogami (Dewi Puspita Sari) 2. Saran a. Masyarakat
hendaknya
lebih
memiliki pemikiran atau pola pikir
yang
lebih
luas
dan
terbuka terhadap dunia luar. Terutama
dalam
hal
perkawinan, masyarakat harus lebih terbuka dengan orang dari luar Kelurahan ataupun kerabat, karena
dengan
masyarakat
begitu
akan
lebih
terutama
disini
berkembang. b. Pemerintah
pemerintah desa, akan lebih baik
jika
pemerintah
desa
memberikan sosialisasi kepada masyarakat supaya pola pikir masyarakat Condong
di Campur
Moleong, J. Lexy. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ritzer, G. (2002). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ritzer, G. (2013). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974.
No.1
Kelurahan ini
lebih
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Goode, J William. (2007). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Keesing, M. Roger. (1999). Antropologi Budaya suatu Perspektif Kontemporer. (edisi kedua). Jakarta: Erlangga. Jurnal Pendidikan Sosiologi/11