PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM (Studi Terhadap Masyarakat Bugis Bone) Oleh: Nenni Rachman Mahasiswa S2 Prodi al-Ahwal al-SyakhsiyyahSTAIN Watampone E-mail:
[email protected] ABSTRACT There are three traditional marriage system, namely: endogamy, exogamy, and eleuterogami. The Bugis Bone included into the system of marriage endogamy means that a man should marry a woman who has a relationship with a cousin, both cousins once, twice cousin, and cousin three times. According to custom Bugis Bone, marriage endogamy (Siala Massapposiseng) that occurs in the Bugis Bone is an ideal marriage, marriage according to Islam while this is not an ideal marriage. However, marriage is permissible as long as there is no prohibition in the passage, both the Quran and al-Hadith. This study aims to determine the factors behind marital endogamy and the impact of the marriage. The method used in this research is a field research dealing directly with the public, in order to obtain clear data and data collection techniques of interviews and documentation. The results showed that there were several factors behind the retaining endogamous marriage among others: purity of lineage, wealth care, and spatial orientation (territorial). In practice, endogamous marriage have an impact, especially for perpetrators of endogamy itself among others: strengthens kinship, wealth preservation or heritage, and the impact of physical or mental disability in the offspring. Kata Kunci:Endogamy, Siala Massapposiseng, Majority Society Bugis Bone.
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
Pendahuluan Dalam hukum perkawinan Islam dikenal
sebuah
asas
yang
disebut
selektivitas. Artinya, seseorang ketika hendak
melangsungkan
perkawinan
terlebih dahulu harus menyeleksi dengan seseorang yang boleh ia menikah dan dengan seseorang yang ia terlarang untuk menikah. Hal ini untuk menjaga agar perkawinan yang dilangsungkan tidak melanggar
aturan-aturan
yang
ada,
terutama bila perempuan yang hendak dikawini
ternyata
terlarang
untuk
dikawini; yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahram (orang yang haram dikawini).Dalam hal larangan perkawinan;
al-Qur’an
memberikan
aturan yang tegas dan terperinci.Dalam QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 Allah swt. berfirman yang artinya “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk
jalan
(yang
ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|39
(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
mereka,
yang
saudara-saudaramu
maharnya (dengan sempurna) sebagai
saudara-saudara
suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
perempuan; saudara-
bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
perempuan;
yang
perempuan,
bapakmu
yang
berikanlah
telah
anak perempuan dari saudara-saudaramu
menentukan
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
saudara-saudaramu
Bijaksana.” (Departemen Agama RI,
perempuan;
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
istri-istri
anak
kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua
perempuan
yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun
lagi
Maha
mahar
sesudah
itu.Sesungguhnya
1418 H:81-82)
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam
merelakannya,
mereka
saudara ibumu yang perempuan; anak-
yang
saling
kepada
Ayat
ini
menjelaskan
dengan
golongan
tegas
perempuan-
perempuan yang haram untuk dikawini. Perempuan itu adalah: ibu tiri, ibu kandung,
anak
kandung,
saudara
kandung, seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara laki-laki, keponakan dari saudara perempuan, ibu yang menyusui, saudara sesusuan, mertua, anak tiri dari istri yang sudah
diajak
berhubungan
intim,
menantu, ipar (untuk dimadu), dan perempuan yang bersuami.
Penyayang.” (24) “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,
Berdasarkan
ayat
ini
dapat
kecuali budak-budak yang kamu miliki
dipahami bahwa ada empat kategori
(Allah telah menetapkan hukum itu)
perempuan yang haram untuk dikawini;
sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan
1) karena ada hubungan darah;2) karena
dihalalkan
bagi
yang
hubungan
demikian
(yaitu)
istri-istri
hubungan
kamu
selain
mencari
persusuan;3)karena perkawinan,
baik
ada yang
dengan hartamu untuk dikawini bukan
dilakukan oleh ayah, diri sendiri, atau
untuk berzina. Maka istri-istri yang telah
anak; 4)karena status perempuan yang
kamu
sudah kawin.Oleh karena itu, selain dari
nikmati
(campuri)
di
antara
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
40|Nenni Rahman
perempuan-perempuan yang haram untuk
yang agak jauh); 4)Silariangadalah sama-
dikawini seperti yang dijelaskan dalam
sama lari atas dasar kehendak bersama
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24, maka boleh
setelah mengadakan mufakat untuk lari
untuk dikawini.
secara rahasia; 5)Rilariang (dilarikan)
Upacara perkawinan masyarakat Bugis Bone yang dalam bahasa Bugis disebut
Tudang
Botting
(duduk
pengantin) bukan hanya menyatukan dua
adalah
si
laki-laki
memaksa
si
perempuan ke rumah penghulu adat untuk minta dilindungi dan selanjutnya minta dikawinkan. (Nonci, 2002:4-6)
orang menjadi sepasang suami istri,
Perkawinan
endogami
adalah
sistem
perkawinan
yang
tetapi juga menyatukan dua rumpun
suatu
keluarga yang lebih besar yaitu keluarga
mengharuskan kawin dengan pasangan
dari
dan
hidup yang seklan (satu suku atau
keluarga dari pihak mempelai wanita.
keturunan) dengannya atau melarang
Penyatuan kedua keluarga besar tersebut
seseorang melangsungkan perkawinan
“silorongeng”
dengan orang yang berasal dari klan atau
pihak
mempelai
(saling
laki-laki
mengulurkan
tangan) atau “mappasideppe mabelae”
suku
(Lamallongeng, 2007:2) (mendekatkan
1990)Perkawinan
yang
sepupu) tidak termasuk salah satu dari
jauh).
Adapun
bentuk-bentuk
lain.
endogami
perkawinan
Bone, yakni: 1)Siala Massapposiseng
karena itu, sesama anak paman atau anak
adalah
sekali.
bibi; boleh kawin satu sama lain dan
Perkawinan ini juga disebut perkawinan
perkawinannya sah. Lain halnya, dalam
Assialang
sebuah riwayat Sayyidina Umar ra., berkata:ِـﺐ َ ْﻗَـﺪ َ ﺿ َﻮﯾْـﺘ ُ ْﻢ ﻓَﺎ ْﻧ ِﻜ ُﺤ ْﻮا ْاﻟﻐ ََﺮاﺋ
antarsepupu
Marola;2)Siala
Massappokadua
adalah
kawin
antarsepupu dua kali. Perkawinan ini biasa disebut Assiparewesenna (kembali ke
kekerabatan);
Massappokatellu
adalah
diharamkan.
(antar
perkawinan dalam Masyarakat Bugis
kawin
yang
(Hadikusuma,
Oleh
Sungguh engkau lemah, maka nikahilah wanita jauh.
3)Siala Islam mengarahkan secara bijak
kawin
antarsepupu ketiga kali. Perkawinan ini
di
disebut juga perkawinan Ripasilosengngi
mengutamakan perempuan yang jauh
atau
mabelae
atas perempuan yang seketurunan atau
(menghubungkan kembali kekerabatan
kaum kerabat.Hal ini dimaksudkan demi
Ripaddeppe
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
dalam
memilih
istri
adalah
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|41
keselamatan fisik anak dari penyakit-
bagi orang-orang yang berakal. (Yahya,
penyakit yang menular atau cacat secara
2014)
heriditas;
juga
perkawinan
dengan
kerabat yang jauh dapat melebarkan sayap persaudaraan dan kekeluargaan untuk memperkuat ikatan sosial yang lebih baik. Di dalam hal ini, fisik mereka akan bertambah kuat, kesatuan mereka semakin
kokoh
perkenalan
dan
mereka
terjalin,
dan
bertambah
luas.
Tidaklah aneh bila dalam riwayat Umar ra., ini memberikan peringatan, agar sebaiknya tidak mengawini perempuan yang seketurunan atau sekerabat, agar anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit
nenek
moyangnya. saw.,
peringatan
kepada
sabdanya:
“Janganlah yang
menyebabkan
umatnya nikah
dekat anak
memberi
otaknya”.
baik dari pihak ibu maupun dari pihak ayah.Perkawinan
dalam
lingkungan
keluarga makin mempererat hubungan kekeluargaan
(kekerabatan).
(Nonci,
2002:4)Dalam masyarakat Bugis Bone kemungkinan
terjadinya
suatu
perkawinan endogami karena alasan harta dan ijbar (pemaksaan). Mereka takut apabila kawin dengan orang lain (tidak satu nasab), harta mereka akan dikuasai oleh orang lain. Mengenai
karena
yang
Rasulullah
bisa
dilahirkan
kembali
empat belas abad yang lalu, sebelum
mengungkapkan
teorinya
tali
silaturahim
keturunan priyayi atau bangsawan).
ditetapkan oleh Rasulullah saw., sejak
pengetahuan
mempererat
dengan
karabat yang dekat”.Kebenaran ini telah
menjelaskan
jodohnya dalam lingkungan keluarganya,
melanggengkan
bersabda: “Carilah yang jauh, jangan
ilmu
laki-laki maupun perempuan mendapat
dengan
cacat, yakni: kurus serta lemah jasmani dan
perkawinan ideal terjadi jika seorang
alasan ijbar, mereka berpendapat untuk
Rasulullah
karabat
Pada masyarakat Bugis Bone,
datang dan
keturunan
dan
(biasanya
Adapun tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan
adalah
mempertahankan
dan
untuk meneruskan
keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan
atau
kebahagiaan
keibu-bapakan, rumah
tangga
untuk
keluarga
(kerabat), untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk mempertahankan kewarisan. Oleh karena
kebenaran-kebenarannya
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
42|Nenni Rahman
sistem keturunan dan kekerabatan antara
mengarahkan penulis untuk memperoleh
suku bangsa Indonesia yang satu dan lain
data dan informasi yang diperlukan guna
berbeda-beda,
memecahkan penelitian secara ilmiah.
termasuk
lingkungan
hidup dan agama yang dianut berbedabeda, maka tujuan perkawinan adat bagi masyarakat adat juga berbeda antara suku bangsa yang satu dan daerah yang lain, begitu juga dengan akibat hukum dan upacara perkawinannya. (Hadikusuma, 1990:23)
Praktik
perkawinan
endogami
menurut pandangan hukum Adat dan hukum
Islam
diambil
berdasarkan
penilaian landasan hukum yang telah ditentukan, baik melalui hukum Adat maupun hukum Islam itu sendiri. Dengan adanya praktik perkawinan endogami;
Kerangka Teori Pada
bagian
nantinya akan terlihat bagaimana dampak ini
diuraikan
kerangka teori yang dijadikan penulis sebagai pedoman dan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian ini.Hal ini perlu dikembangkan karena berfungsi
positif dan negatif dari perkawinan ini yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone yang
dikaitkan
berdasarkan
dengan
landasan hukum yang berlaku.Kerangka teori tersebut dapat dibuat dalam bentuk skema sebagai berikut :
PRAKTIK PERKAWINAN ENDOGAMI
PANDANGAN HUKUM ADAT
PANDANGAN HUKUM ISLAM LANDASAN HUKUM
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
MASYARAKAT BUGIS BONE
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|43
Metode Penelitian
Bone mencari jodoh akan lebih baik jika yang
di dalam lingkup wilayah sendiri dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
kepercayaan itu mereka pegang teguh
penelitian lapangan yang berhadapan
sampai anak cucu mereka, sehingga tidak
langsung dengan masyarakat, sehingga
heran
diperoleh data yang jelas dan teknik
endogami yang disebabkan oleh adanya
pengumpulan
perjodohan. Hal tersebut terjadi karena
Metode
penelitian
data
yang
bersifat
banyak
ditemui
orang
tua
perkawinan
wawancara dan dokumentasi.Data yang
banyak
yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan
kekhawatiran
menggunakan pendekatan Usūl al-Fiqh,
mencari jodoh selain dari keluarga
yakni dengan menilai realita yang terjadi
mereka,
dalam masyarakat; sesuai atau tidaknya
mengambil
ketentuan masyarakat tersebut dalam
mencarikan jodoh anaknya di lingkup
pandangan hukum Islam.
keluarga tanpa sepengetahuan anak.
ketika
sehingga
merasakan
anak
para
tindakan
orang
sendiri
Keduafaktor
Hasil Penelitian dan Pembahasan
mereka
tua
dengan
kemurnian
keturunan, hasil penelitian menunjukkan Praktik Perkawinan Endogami Pada Masyarakat Bugis Bone
bahwasalah
satu
faktor
yang
melatarbelakangi perkawinan endogami Adapun
faktor
pendorong
pelaksanaan perkawinan endogami pada Masyarakat
Bugis
Bone,
meliputi:
Pertamafaktor perjodohan, berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan
pada
umumnya
praktik
perkawinan endogami yang dilakukan masyarakat Bugis Bone lebih dominan didasarkan
atas
dasar
perjodohan,
meskipun ada perkawinan ini terjadi didasarkan suka sama suka, tapi faktor ‘perjodohan’
yang
mendominasi
terjadinya perkawinan endogami ini.
yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone masih memperhatikan dalam mencari jodoh dilihat dari keturunan keluarga. Masyarakat berharap dengan menikahkan anaknya dengan saudara sepupu yang sudah mereka kenal latar belakang, sifat dan watak,akan menghasilkan keturunan yang baik nantinya. Perkawinan dengan saudara
sepupu
keturunan kawin
yang
dengan
akan
lebih
jelas
dihasilkan
daripada
seseorang
di
luar
hubungan saudara yang belum pasti sifat dan wataknya.
Menurut sebagian masyarakat Bugis
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
44|Nenni Rahman
Ketiga
faktor
menjaga
harta
menikahkan anaknya dengan saudara
keluarga, hasil wawancara menunjukkan
sepupu
‘menjaga harta keluarga’ merupakan
kekeluargaan dan kekerabatan semakin
salah satu faktor yang melatarbelakangi
erat dan terjaga.
perkawinan
endogami
terjadi
pada
masyarakat
Bugis
Bone.Sebagian
masyarakat
Bugis
Bone
masih
memperhatikan dalam mencari jodoh dilihat dari kedekatan kekerabatan dalam keluarga. Masyarakat berharap dengan mengawinkan anaknya dengan saudara sepupu dapat menjaga harta kekayaan atau harta warisan, agar jatuh pada anakanaknya dan saudaranya sendiri, mereka tidak ingin kalau hartanya jatuh pada orang lain di luar keluarga mereka.
dapat
terjalin
hubungan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan, terdapat dua dampak positif dan satu dampak negatif yang
ditimbulkan
dari
perkawinan
endogami (Siala Massapposiseng) pada masyarakat
Bugis
Bone,
yaitu:
1)terjadinya keeratan tali persaudaraan (kekeluargaan). Perkawinan endogami merupakan perwujudan kesinambungan relasi antara keluarga. Dengan demikian, perkawinan ini dengan sendirinya akan mempererat relasi mereka.
Apalagi jika di dalam keluarga tersebut masih memiliki kekurangan yang sudah
Dampak
dari
perkawinan
sepatutnya tertutupi dengan hadirnya
endogami tidak hanya mempersatukan
pasangan yang mapan dari keluarga
dua pasangan, tetapi juga berdampak
sendiri.
mengeratkan tali persaudaraan di antara keluarga Keempat faktor orientasi spasial
(kewilayahan), menunjukkan
hasil
penelitian
‘orientasi
spasial
(kewilayahan)’ juga merupakan salah satu
faktor
yang
melatarbelakangi
perkawinan
endogami
terjadi
pada
masyarakat
Bugis
Bone.Sebagian
masyarakat
Bugis
Bone
masih
memperhatikan dalam mencari jodoh dilihat dari kedekatan kekerabatan dalam keluarga.Masyarakat
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
berharap
dengan
keduanya
mempunyai
yang
hubungan
masih
ketunggalan
leluhur, 2)terjaganya harta kekayaan (warisan).
Sejarah
awal
perkawinan
endogami ini sangat erat kaitannya dengan masalah kekayaan.Dahulu, jika saudara
ibu
maupun
saudara
memiliki
kekayaan,
maka
berusaha
mempertahankan
ayah mereka
kekayaan
mereka supaya tidak dimiliki oleh pihak luar, tetapi oleh keluarga dekat.Oleh
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|45
sebab itu, mereka berusaha membujuk
Massapposiseng) menurut adat Bugis
bahkan
mereka
Bone merupakan perkawinan yang ideal
perkawinan
dengan alasan bahwa perkawinan ini
ini.Kekayaan dipandang sebagai penentu
menimbulkan banyak dampak positif,
harga diri atau kehormatan dan sesuatu
yakni
yang sulit didapatkan.Banyak orang yang
kekeluargaan,
bekerja
kemurniaan keturunan dan warisan, serta
memaksa
untuk
anak-anak
melakukan
keras
untuk
memperoleh
dapat
menjalin
keeratan
mempertahankan
kekayaan, tetapi tidak semua orang
hubungan
berhasil
memperolehnya.Menjaga
dengan baik. Meskipun pendapat seorang
kemurniaan
kekayaan
Tokoh Adat (Andi Baso Bone) berlainan
dampak
yang
merupakan
juga
terjalin
dari
dengan pendapat kedua Tokoh Adat
perkawinan endogami. Harta kekayaan
tersebut; pada intinya perkawinan ini
tidak kemana-mana ketika jodoh berasal
terjadi
dari
turunan
lingkup
ditimbulkan
kekerabatan
keluarga
sendiri,
dengan
tujuan
yang
mendapatkan
unggul
(Wija
3)terjadinya kecacatan fisik atau mental
Ampijangeng).Namun
pada keturunan dari pasangan pelaku
perkawinan ini juga pada hakikatnya
endogami.
mendapatkan keturunan bukan berasal
Adanya
keturunan
yang
mengalami kecatatan fisik atau mental
dari luar keturunan atau keluarga.
yang dihasilkan dari pasangan pelaku endogami yang terjadi di wilayah Bone sangat
jarang ditemukan.Inilah yang
menyebabkan para pelaku endogami cenderung
mem-pertahankan
perkawinan
tersebut
karena
tradisi dampak
positif yang lebih mendominasi.
demikian,
Berdasarkan yang
telah
dilakukan,
disimpulkan endogami menurut
hasil
bahwa (Siala
hukum
wawancara maka
dapat
perkawinan
Massapposiseng) Adat
Bugis
Bone
memiliki banyak kelebihan daripada kekurangan
yang
ditimbulkan.
Pandangan Hukum Adat Tentang Praktik Perkawinan Endogami Pada Masyarakat Bugis Bone
Kemungkinan timbulnya dampak negatif
Dua Tokoh Adat (Drs. Asmat
karena pasangan yang dikawinkan belum
Riady
Lamallongeng
dan
Andi
pada kecacatan fisik atau mental yang terjadi
pada
mencapai
keturunan
usia
diperkirakan
dewasa
dan
Najamuddin Pt. Ile) menyetujui bahwa
mengakibatkan terjadinya hal tersebut.
perkawinan
Akan tetapi, dampak negatif adanya
endogami
(Siala
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
46|Nenni Rahman
kecacatan fisik atau mental sangat jarang
terjadi.Dampak positif dari perkawinan ini lebih mendominasi dibandingkan
dampak
negatif
yang
ditimbulkan.
Meskipun mungkin bisa saja terjadi kecacatan
fisik
atau
mental
pada
keturunan atau dampak negatif lainnya, namun
hal
ini
tidak
menyurutkan
pendirian sebagian masyarakat Bugis
Bone untuk tetap melakukan tradisi atau
adat yang diwariskan para penghulu adat terdahulu,
yakni
perkawinan
Siala
Massapposiseng.
Pandangan Hukum Islam Tentang Praktik Perkawinan Endogami Pada Masyarakat Bugis Bone
Untuk mengetahui lebih lanjut
hukum mengawini saudara sepupu, maka dalam hal ini penulis akan mengambil
dasar hukum tentang orang-orang yang
haram dikawini berdasarkan al-Qur’an dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-24. Suatu
perkawinan yang tidak dilarang dalam al-
Qur’an,
maka
dilaksanakan.Sebenarnya, endogami
tidak
boleh perkawinan
dijelaskan
secara
Terjemahnya:(22) “Dan janganlah kamu kawini
wanita-wanita
yang
telah
langsung, tetapi secara implisit dijelaskan
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
dalam ayat yang dimaksud, yakni dalam
masa yang telah lampau. Sesungguhnya
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24.
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk
jalan
(yang
ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|47
yang
perempuan;
yang
saudara-saudaramu
maharnya (dengan sempurna) sebagai
saudara-saudara
suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
perempuan; saudara-
bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
perempuan,
bapakmu
yang
saudara ibumu yang perempuan; anak-
telah
anak perempuan dari saudara-saudaramu
menentukan
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
saudara-saudaramu
Bijaksana.”(Departemen
yang
perempuan;
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
istri-istri
anak
kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua
perempuan
yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun
lagi
Maha
Penyayang.” (24) “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu)
merelakannya, mahar
sesudah
itu.Sesungguhnya
Agama
RI,
1418 H:81-82)
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam
saling
Ayat
di
atas
perempuan-perempuan
menunjukkan yang
haram
dikawini yaitu: karena adanya hubungan darah (pertalian nasab atau keturunan), karena adanya hubungan perkawinan, baik yang dilakukan oleh ayah, diri sendiri, atau anak, karena hubungan persusuan,
dan
larangan
mengawini
perempuan yang bersuami. Selain karena hubungan nasab, dalam QS.al-Nisa (4) ayat
23
juga
melarang
melakukan
perkawinan karena hubungan musaharah, yaitu:
ibu
perempuan
istri (mertua), anak tiri yang
ibunya
sudah
dicampuri, istri anak kandung atau istri cucu, istri bapak (ibu tiri), istri kakek, dan seterusnya ke atas.
sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan dihalalkan
bagi
kamu
demikian
(yaitu)
selain
yang
Selanjutnya,
yang
dilarang
istri-istri
melakukan perkawinan dalam QS.al-Nisa
dengan hartamu untuk dikawini bukan
(4) ayat 23, yaitu: adanya hubungan
untuk berzina. Maka istri-istri yang telah
persusuan: ibu susuan dan selanjutnya ke
kamu
atas, anak perempuan dari ibu susuan,
mereka,
nikmati
mencari
(campuri)
berikanlah
di
kepada
antara mereka
saudara
perempuan
sesusuan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
(yaitu:
|
No. 1
48|Nenni Rahman
ﻋ َﻠـﻰ َ
saudara perempuan dari bapak susuan
اﻟﺘﱠﺤْ ِﺮﯾ ِْـﻢ
dan ibu susuan), anak perempuan saudara
223)Namun
laki-laki sesusuan, dan anak perempuan
otomatis ‘urf (adat) itu menjadi hukum,
saudara
dan
melainkan masih terus pengkajian dalam
nasab
berbagai hal. ‘Urf secara harfiah yaitu
maupun karena susuan, anak perempuan
suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau
susuan dari istri jika ibunya sudah
ketentuan yang telah dikenal manusia
dicampuri.
dan
perempuan
seterusnya ke
Dari
sesusuan,
bawah karena
uraian
tersebut
dapat
diketahui bahwa menurut syariat Islam tidak ada halangan bagi laki-laki dan perempuan yang terikat tali hubungan persaudaraaan sepupu melangsungkan perkawinan. Jadi, perkawinan endogami (Siala Massappo-siseng), baik sesama anak paman atau anak bibi; boleh kawin satu sama lain dan perkawinannya sah.
telah
( ِﻟ ْﯿ ُﻞSaebani,
demikian,
menjadi
tidak
tradisi
melaksanakannya
2009: secara
untuk atau
meninggalkannya.‘Urf
sering
sebagai
2007:128)Akan
adat.(Syafe'i,
disebut
tetapi, adat lebih umum daripada ‘urf karena adat kadang-kadang terdiri dari adat perorangan atau bagi orang tertentu, sehingga hal ini tidak bisa dinamakan ‘urf dan kadang-kadang terdiri dari adat masyarakat. Inilah yang disebut ‘urf, baik bersifat umum maupun khusus.(Umam,
Selain itu, penulis mencari dalil-
2000:159)
dalil yang berkaitan dengan perkawinan endogami dan menurut hadis hanya dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah muhallil, dan nikah syighar.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan endogami adalah perkawinan yang terjadi pada sebagian masyarakat Bugis Bone semata-mata ‘urf atau adat.(Haddise, 2012: 52)Berkaitan dengan ‘urf terdapat kaidah fiqhiyah, yang berbunyi: ُ ا َ ْﻟﻌَـﺎدَة ٌ( ُﻣ َﺤ ﱠﻜ َﻤـﺔSaebani, 2009:213)Terdapat pula kaidah yang berkaitan dengan adat, yang ﺻ ُﻞ ﻓِـ ْﻲ اﻟ ﱠ berbunyi: أﻹﺑـَﺎ َﺣﺔُ َﺣﺘﱠـﻰ َﯾﺪُ ﱠل اﻟﺪﱠ ْ ْاﻷ ِ ْ ِﺸ ْﻲء
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
Jika dilihat dari segi cakupannya, perkawinan endogami (Siala Massapposiseng) dalam adat Bugis Bone termasuk kategori al-‘Urf al-Khas (kebiasaan yang bersifat khusus) karena tidak berlaku univesal.Oleh
karena
perkawinan
endogami (Siala Massapposiseng) ini tidak terdapat dalam nas, maka untuk mengetahui ‘urf tersebut boleh atau tidak, maka penulis mencari aspek maslahah dan madarat dengan mempertimbangkan Maqasid al-Syari’ah.
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|49
Maqasid al-Syari’ah bermaksud
perkawinan ini tidak akan mengakibatkan
mencapai, menjamin, dan melestarikan
hancurnya kehidupan masyarakat Bugis
kemaslahatan
manusia,
Bone. Oleh karena itu, perkawinan
khususnya umat Islam. Dalam Maqāṣid
endogami (Siala Massappo-siseng) itu
al-Syarī’ah terdapat tiga skala prioritas
hukumnya mubah (boleh).
bagi
umat
yang berbeda, tetapi saling melengkapi, yaitu: al-Ḍaruriyyat, al-Hajjiyat, dan alTahsiniyyat.
Al-Ḍaruriyyat
(tujuan-
tujuan primer) yakni tujuan yang harus ada.
Jika
tidak,
mengakibatkan
maka
hancurnya
akan
kehidupan
secara total. Al-Ḍaruriyyat ini ada lima, yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Al-Hajjiyyat (tujuan-tujuan sekunder) yakni sesuatu yang dibutuhkan
Tidak lepas dari tujuan syariah yaitu kemaslahatan atau kesejahteraan umat manusia, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Dalam Islam dibolehkan
melakukan
apabila perkawinan itu membawa ke arah kebaikan dan perbaikan. Sebagaimana dalam kaidah fiqhiyah: ﻋـﻠَﻰ َ دَ ْر ُء ْاﻟ َﻤـﻔـَﺎ ِﺳ ِﺪ ُﻣﻘَﺪﱠ ٌم ﺢ ِ ( َﺟ ْﻠRahman, 1983, hal. 75) َ ﺐ اْﻟ َﻤ ِ ِﺼـﺎﻟـ (Rahman, 1983: 75)ﱠـﺮ ُرﯾُـﺰَ ا ُل َ اﻟﻀ
manusia untuk mempermudah mencapai kepentingan-kepentingan yang termasuk ke
dalam
kategori
Selanjutnya, tujuan
Al-Tahsiniyyat
tertier)
kehadirannya
yakni bukan
dibutuhkan,
tetapi
memperindah kepentingan
al-Ḍaruriyyat. (tujuan-
sesuatu
yang
niscaya
atau
bersifat
proses
akan
perwujudan
al-Ḍaruriyyat
dan
al-
Hajjiyyat.(Umam, 2000:160-166) Perkawinan Massapposiseng)
endogami tidak
hanya
masuk
kategori
Menurut
adat,
perkawinan
endogami (Siala Massapposiseng)yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone merupakan
perkawinan
yang
ideal,
sedangkan menurut Islam perkawinan ini bukanlah perkawinan yang ideal. Akan tetapi, perkawinan ini dibolehkan selama tidak terdapat larangan dalam nas, baik al-Qur’an maupun al-Hadis.
(Siala
termasuk
dalam kategori al-Ḍaruriyyat,
perkawinan
ke
tetapi
al-Hajjiyyat
karena dibutuhkan masyarakat Bugis Bone untuk mempermudah kesejahteraan rumah tangga. Tidak adanya larangan
Menurut Prof. Dr. H. Syarifuddin Latif,
M.HI.:“Perkawinan
Siala
Massappo-siseng itu boleh-boleh saja; selama tidak ada larangan dalam Islam. Perjodohan hanyalah
dalam
perkawinan
sekedar
menyatukan
hubungan
jalan
ini
dalam
kekerabatan.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
50|Nenni Rahman
Perjodohan yang terjadi karena orang tua
2015) bahwasanya perkawinan endogami
cepat-cepat mengawinkan anaknya di
(Siala Massapposiseng) memang didasari
usia muda dengan keluarga terdekat
perjodohan yang kebayakan dilakukan
mereka sendiri karena pada dasarnya
orang tua perempuan. Alasannya, tidak
mereka khawatir anak mereka akan jadi
lain karena mereka tidak menginginkan
perawan tua. Mereka lebih
anak
bangga
perempuan
mereka
akan
jadi
dengan sebutan ‘janda muda’ daripada
perawan tua. Olehnya itu, mereka segera
nanti anaknya akan menjadi perawan
menjodohkan anak perempuan mereka
tua.”(Latif, 2015)
dengan sepupu anaknya (anak laki-laki
Menurut H. Abd. Azis D., S.Ag.,
dari saudara orang tua perempuan).
M.Si., yang menyatakan bahwa:“Semua
Lain halnya yang disampaikan
perkawinan adalah sah jika tidak terdapat
oleh H. Abustang, S.Ag., M.Si., yang
larangan
menyatakan
dalam
Islam
(al-Qur’an).
bahwa:“Perkawinan
Perkawinan endogami dapat dikatakan
endogami (Siala Massapposiseng) ini
perkawinan yang ideal selama tidak ada
memang tidak dilarang dalam Islam.
masalah
Akan tetapi, kebanyakan orang yang
yang
ditimbulkan
dari
perkawinan tersebut. Perkawinan yang
tidak
dilakukan secara sah dan perkawinan
melakukan perkawinan ini dikarenakan
yang menghasilkan keturunan yang baik
mereka
merupakan
ideal.
persaudaraan yang sangat dekat dan
Perkawinan Siala Massapposiseng ini
perkawinan ini kebanyakan berdasar
kebanyakan didasari perjodohan karena
pada perjodohan. Perjodohan identik
terjadi atas kemauan orang tua. Pada
dengan
dasarnya, orang tua perempuan khawatir
dipaksa tidaklah baik.(Abustang, 2015)
perkawinan
yang
anaknya akan jadi perawan tua. Oleh karena itu, mereka menjodohkan anak mereka di usia muda.(Azis D., 2015) Pendapat-pendapat tersebut juga
menyetujui
masih
paksaan
Dengan disimpulkan
dan
tidak
merasakan
dan
ikatan
sesuatu
demikian, bahwa
mau
yang
dapat
perkawinan
endogami adalah perkawinan yang sah karena tidak terdapat larangan dalam
disepakati oleh Drs. H. Sudirman D,
Islam.
M.Ag.,(H. Sudirman D., 2015.) dan H.
mengatakan
Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I.(Sabran,
adalah perkawinan yang sah karena tidak
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
Indikatornya,
lima
perkawinan
informan endogami
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|51
terdapat
larangan dalam Islam (al-
penyakit genetik dengan sifat autosomal
Qur’an). Di samping itu, kebanyakan
recessive adalah orang-orang sehat yang
perkawinan
tidak menunjukkan gejala-gejala apapun,
endogami
didasarkan
atas
dilakukan
perjodohan
yang
walaupun
dalam
gennya
terdapat
dilakukan orang tua perempuan untuk
kerusakan. Jika orang ini kawin dengan
mencegah
terjadinya
orang lain yang gennya tidak rusak, maka
‘perawan tua’ anak perempuan mereka.
tidak akan ada diantara keturunannya
Indikatornya,
informan
yang menderita penyakit tersebut. Akan
perkawinan
tetapi, gen yang rusak tadi akan terus
orang
tua
diturunkan pada generasi berikutnya
jodoh
yang juga akan tetap sehat karena hanya
anaknya di dalam lingkup keluarganya
akan jadi pembawa (carrier). Jika dua
sendiri.
orang dengan gen yang rusak menikah,
kekhawatiran
empat
mengatakan endogami
kebanyakan terjadi karena
(keluarga)
kerap
mencarikan
Di samping itu, selain dari pelaku endogami; sebagian besar masyarakat Bugis Bone yang memilih untuk kawin dengan kerabat jauh; memiliki alasan sendiri.
Alasannya,
endogami
(Siala
dikhawatirkan
akan
keturunan yang
perkawinan Massapposiseng) menghasilkan
lemah, sebagaimana
barulah terdapat risiko memiliki anak yang sakit. Pertemuan kedua orang yang memiliki gen yang samadan rusak, risikonya sangat besar pada perkawinan antarsaudara (sampai sejauh sepupu II great grandparents yang sama). Hal ini disebabkan
karena
semakin
dekat
kekerabatan dua orang, maka semakin besar kemungkinannya memiliki urutan
dibenarkan oleh para dokter.
DNA yang mirip termasuk juga semakin Menurut
dr.
Teguh
Haryo
besar
2012)
kerusakan gen yang sama. Di sini
dipahami
sulitnya mendeteksi. Jika dalam sebuah
pengetahuan genetik
keluarga (dengan great grandparents
dalam kaitan perkawinan antar saudara
yang sama) jarang atau tidak pernah
sepupu bahwa risiko terbesar terkait
terjadi perkawinan antar-saudara, maka
dengan
akan
Sasongko,
PhD.(Sasongko,
mengatakan
“Yang
mengenai
ilmu
perlu
penyakit-penyakit
autosomal
kemungkinannya
sangat
sulit
memiliki
menemukan
recessivedan risiko yang terkait dengan
kemungkinan anggota keluarga yang
gen-gen
menderita
tertentu.Pembawa
(carrier)
kerusakan
gen,
sehingga
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
52|Nenni Rahman
seolah-olah
baik-baik
saja,
padahal
tersembunyi. Terdapat sekitar 25.000
30.000 gen dalam tubuh manusia. Tidak mungkin
melakukan
scanning
keseluruhan gen itu untuk menyingkirkan atau
mengidentifikasi
semua
kemungkinan kelainan yang ada.Yang paling mungkin dilakukan adalah kedua pasangan sama-sama berusaha mengidentifikasi jika terdapat diantara anggota keluarga
yang
menderita
penyakit
Terjemahnya:“Tidak
ada
sesuatu
musibahpun yang menimpa seseorang kecuali
dengan
izin
Allah;
dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya.
Dan
Allah
Maha
mengetahui segala sesuatu.(Departemen Agama RI, 1418 H: 941)
genetiktertentu.(Sasongko, 2012) Menurut Prof. DR. H. Syarifuddin Hal ini sangat erat kaitannya mengenai hal buruk yang bisa saja terjadi pada pelaku perkawinan endogami dan keturunannya, seperti: IQ rendah, cacat fisik atau mental, mendapat penyakit yang sulit disembuhkan, atau lainnya. Pada
kenyataannya,
para
pelaku
endogami masyarakat Bugis Bone tidak semua perkawinan endogami tersebut menghasilkan keturunan cacat fisik atau lemah mental, bahkan prosentasinya relatif kecil dibandingkan perkawinan endogami yang menghasilkan keturunan normal. Dalam Islam diyakini bahwa semua hal buruk berupa musibah yang menimpa seseorang merupakan kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS.al-Taghabun (64) ayat 11:
Latif,
M.HI.“Tidak
diuraikan
secara
langsung dalam QS. al-Nisa (4) ayat 2224 mengenai pembolehan untuk kawin antar sepupu (Siala Massapposiseng). Al-Qur’an
secara
tidak
langsung
memberi peluang untuk orang-orang melakukan perkawinan endogami. Lain daripada itu, ra.,
dan
riwayat Sayyidina Umar pendapat
menganjurkan
untuk
Imam
Syafi’i
kawin
dengan
kerabat jauh dengan alasan perkawinan ini
bisa
saja
menghasilkan
cacat
keturunan (keturunan lemah) apabila kawin
dengan
kerabat
dekat.
Ini
memerlukan pembuktian lebih lanjut (sebab-sebab apa saja yang menyebabkan munculnya
penganjuran
tersebut?).
Barangkali pada saat itu, sedang terjadi kondisi lingkungan tempat tumbuh dan
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|53
lingkungan yang buruk (gizi buruk), atau
pada kesimpulan bahwa masalah genetik
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
pada
yang kurang terjaga, atau makanan yang
manusia dan bahkan pada hewan dan
dikonsumsi ibu pada saat mengandung
tumbuhan adalah sesuatu yang tidak
tidak
bahkan
dapat dipungkiri keberadaannya. Hingga
kemungkinan pada saat itu orang yang
kini mereka terus melanjutkan penelitian
melakukan
endogami
mereka. Namun demikian, maksud dari
merupakan orang masih berada di bawah
perkataan para ilmuwan ini bukan berarti
usia kawin, sehingga tidak diragukan
bahwa karakteristik-karakteristik yang
semua itu sangat memberikan pengaruh
terdapat pada sperma kedua orang tua
pada munculnya potensi-potensi kelainan
adalah satu-satunya sebab bagi berbagai
genetik seorang anak.”(Latif, 2015)
sifat dan karakteristik yang ada pada diri
diperhatikan
atau
perkawinan
Menurut al-Qur’an yang telah dijelaskan
sebelumnya,
perkawinan
endogami memang tidak dilarang. Akan tetapi, penting untuk menjadi perhatian setiap Muslim alasan yang menjadi penekanan dan atau anjuran untuk kawin dengan bukan kerabat yang diriwayatkan dari Sayyidina Umar ra., dan didukung dengan pendapat Imam Syafi’i. Anjuran ini
mungkin
dimaksudkan
untuk
spesies
dan
individu-individu
seorang anak; sementara faktor-faktor lain, seperti: lingkungan dan pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadapnya. Justru sifat-sifat tersebut dapat muncul dan berkembang memerlukan lingkungan yang sesuai. Dengan kata lain, pada akhirnya
lingkunganlah
yang
menentukan nasib berbagai sifat dan potensi tersebut. Hukum
genetik
mengatakan
memperluas tali silaturahim (memperluas
bahwa yang menjadi sumber semua sifat
kekeluargaan), atau faktor usia kawin,
dan karakter turunan individu manusia
atau menjauhi kemungkinan sesusuan
ialah potensi-potensi yang terdapat pada
(ketika kecil disusukan oleh ibu yang
gen-gen sperma kedua orangtua, namun
sama),
ia tidak mengingkari pengaruh dan peran
atau
faktor
lingkungan
dan
kesehatan, dan lain-lain.
faktor-faktor lain yang salah satunya
Para ahli ilmu genetik telah melakukan
berbagai
penelitian
dan
percobaan secara mendalam dan sampai
adalah faktor lingkungan. Pada akhirnya, untuk dapat menampakkan pengaruhgengen tersebut membutuhkan lingkungan dan makanan yang sesuai. Dikarenakan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
54|Nenni Rahman
janin mendapat makanan dari makanan
lagi bahwa faktor-faktor ini juga sangat
ibu, maka semua yang dimakan ibu akan
memberikan pengaruh pada munculnya
memberikan pengaruh kepada cara dan
potensi-potensi genetik seorang anak.
bentuk kemunculan potensi-potensi yang
Manusia merupakan produk interaksi
dimilikinya. Sebagai contoh, melalui
antara potensi-potensi genetik dengan
sperma kedua orangtua sebuah gen yang
kondisi lingkungan tempat ia tumbuh dan
akan menyebabkan rambut berwarna
berkembang.
hitam berpindah kepada janin, namun gen tersebut tidak lebih hanya sebuah potensi yang untuk dapat tumbuh aktual; ia memerlukan lingkungan dan kondisi yang sesuai. Bukan berarti bahwa dalam semua keadaan gen tersebut memberikan efek yang sama. Bisa jadi disebabkan makanan yang dikonsumsi rambutnya menjadi
hitam
legam
atau
hanya
kehitam-hitaman, atau dapat juga pada beberapa
kondisi
berwarna
hitam
tertentu
Di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Bab II Syarat-syarat Perkawinan dalam Pasal 7 Ayat (1) tentang Usia Kawin, disebutkan bahwa:“Perkawinan hanya diizinkan bila pihak
laki-laki
(sembilan
mencapai
belas)
tahun
umur dan
19
pihak
perempuan sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun.”(Undang-Undang Perkawinan, 2008:462)
menjadi
kecokelat-cokelatan.
Dalam Pasal 8 Undang-Undang
Oleh karena itu, hukum genetik tidak
No. 1 Tahun 1974 disebutkan tentang
mengatakan bahwa sifat dan karakter
larangan
setiap individu telah ditentukan pada
dilangsungkan.
sperma kedua orang tua dan sama sekali tidak dapat berubah, dan untuk dapat tumbuh
dan
berkembangnya
tidak
memerlukan faktor-faktor lain. (Amini, 2015)
perkawinan
Pasal 8:Perkawinan dilarang antara dua orang yang: 1)Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah maupun keatas; 2)Berhubungan darah dalam garis keturunan
Pemeliharaan
kebersihan
dan
untuk
menyamping
yaitu
antarasaudara, antara seorang dengan
kesehatan, makanan yang dikonsumsi ibu
saudara
pada saat mengandung, pemberian air
seorangdengan
susu ibu, dan kondisi lingkungan tempat
3)Berhubungan semenda, yaitu mertua,
tumbuh dan berkembang tidak diragukan
anak tiri, menantu dan ibu/bapaktiri;
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
orang
tua saudara
dan
antara
neneknya;
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|55
4)Berhubungan susuan, yaitu orang tua
Dengan kata lain, perkawinan ini bisa
susuan, anak susuan, saudara susuandan
saja terjadi antar sepupu sekali (Siala
bibi/paman
Massapposiseng),
susuan;
5)Berhubungan
atau
perkawinan
saudara dengan istri atau sebagai bibi
sepupu dua kali (Siala Massappokadua),
atau kemenakan dariistri, dalam hal
atau
seorang suami beristri lebih dari seorang;
Massappokatellu).
6)Mempunyai agamanya
hubungan atau
yang
peraturan
oleh lain
yangberlaku dilarang kawin.”(UndangUndang Perkawinan, 2008: 462) Hukum
sepupu
tiga
kali
(Siala
Pada dasarnya, dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-24 memberikan peluang dan tidak ada pelarangan untuk dilakukan perkawinan endogami. Hal ini juga
perundang-undangan
sejalan dengan hukum adat yang berlaku
diperlukan untuk menjaga ketertiban
di wilayah Bugis Bone. Hanya saja
dalam kehidupan bernegara, meski di sisi
masyarakat Bugis Bone harus melihat
lain hukum berarti dibatasinyahak-hak
dan memperhatikan calon mempelai yang
individu dan membuat orang harus
menjadi pilihannya. Begitupun dalam
meng-kompromikan
Undang-Undang
kepentingan-
Perkawinan
No.
1
kepentingannya.Bisa dikatakan bahwa
Tahun 1974 tidak melarang perkawinan
ada reduksi keadilan dalam rumusan
antar sepupu. Di dalam undang-undang
hukum.Kepentingan tersebutbisa dalam
ini menjelaskan tentang batas usia kawin
bentuk
yang patut diperhatikan oleh orang-orang
kepentingan
budaya,
dan
ekonomis,politis,
bahkan
kepentingan
religius.(Binawan, 2004) Masyarakat merupakan
dan ini dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-
Bugis
masyarakat
adat
Bone yang
memiliki sistem perkawinan tertentu yang
berbeda
dengan
yang akan melangsungkan perkawinan
daerah
lain.
Undang Perkawinan, serta Pasal 8 yang menjelaskan
tentang
larangan
perkawinan. Islam
hanya
mengharamkan
Mengenai sistem perkawinan masyarakat
perkawinan
Bugis Bone, mereka termasuk kategori
pertama,
endogami,
antar
sekandung (seibu sebapak, seibu maupun
seorang laki-laki dengan perempuan yang
sebapak), antar bibi dengan keponakan,
sekeluarga
dan antar paman dengan keponakan.
yaitu
atau
perkawinan
sesuku
dengannya.
antar
keluarga
derajat
seperti:
antar
saudara
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
56|Nenni Rahman
Kemudian, kepada orangtua yang telah
perintah
menghasilkan anak yang cacat; mereka
melakukan perkawinan endogami yang
dianjurkan supaya sebelum mempunyai
ditetapkan dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-
anak lagi hendaknya terlebih dahulu
24. Selain itu, dalam hadiṡ hanya
berkonsultasi
ahli
dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah
masalah
muhallil, dan nikah syighar. Oleh karena
nasihat-
itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan
genetik,
kepada
seorang
mengemukakan
mereka,
dan
melaksanakan
nasihat
yang
diberikansupaya
ataupun
larangan
untuk
tidak
endogami adalah perkawinan yang terjadi
terjadi lagi kelahiran keturunan cacat dari
pada sebagian masyarakat Bugis Bone
mereka.
semata-mata ‘urf atau adat. Menurut
Menurut adat Bugis Bone, sanksi dari pelanggaran terhadap penolakan perkawinan endogami, seperti: pelaku diusir dan tidak diakui oleh keluarga karena enggan untuk mengikuti kemauan orang tua, pihak laki-laki ataupun pihak perempuan bisa saja dibunuh apabila kawin dengan orang bukan pilihan keluarga. Perkawinan endogami dahulu membuat masyarakat tidak berkembang, namun
saat
ini
masyarakat
sudah
berkembang, sehingga masyarakat sudah bertambah banyak dan sulit membedakan
Islam, perkawinan ini dibolehkan atau merupakan perkawinan yang sah, namun dianjurkan untuk melakukan perkawinan dengan seseorang yang tidak ada ikatan keluarga, agar tali silaturahim menjadi lebih luas. Adapun berkaitan dengan penyakit genetik (jika teori itu benar), sebaiknya seseorang tidak kawin dengan sepupu atau yang masih ada keluarga. Jika ada yang kawin antar sepupu, tetap sah apapun dan bagaimana pun akibatnya secara kesehatan karena tidak ada nas yang melarang perkawinan antar sepupu.
sesuku atau tidak. Seiring perkembangan
Pada dasarnya, dalam QS.al-Nisa
zaman, tradisi demikian telah banyak
(4) ayat 22-24 memberikan peluang dan
bergeser. Selain itu, persoalan perdata
tidak ada pelarangan untuk dilakukan
dan pidanakini telah diatur berdasarkan
perkawinan endogami. Hal ini juga
undang-undang
sejalan dengan hukum adat yang berlaku
yang
berlaku
di
Indonesia. Dengan demikian, keterangan di atas menunjukkan bahwa tidak ada
di wilayah Bugis Bone.Hanya saja masyarakat Bugis Bone harus melihat dan memperhatikan calon mempelai yang menjadi
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
pilihannya.Begitupun
dalam
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|57
Undang-Undang
1
kawin dengan orang bukan pilihan
Tahun 1974 tidak melarang perkawinan
keluarga. Perkawinan endogami dahulu
antar sepupu. Di dalam undang-undang
membuat masyarakat tidak berkembang,
ini menjelaskan tentang batas usia kawin
namun
yang patut diperhatikan oleh orang-orang
berkembang, sehingga masyarakat sudah
yang akan melangsungkan perkawinan
bertambah banyak dan sulit membedakan
dan ini dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-
sesuku atau tidak.Seiring perkembangan
Undang Perkawinan, serta Pasal 8 yang
zaman, tradisi demikian telah banyak
menjelaskan
larangan
bergeser.Selain itu, persoalan perdata dan
perkawinan.Islam hanya mengharamkan
pidana kini telah diatur berdasarkan
perkawinan pertama,
Perkawinan
tentang
No.
antar
keluarga
derajat
undang-undang
seperti:
antar
saudara
Indonesia.
sekandung (seibu sebapak, seibu maupun sebapak), antar bibi dengan keponakan, dan antar paman dengan keponakan. Kemudian, kepada orang tua yang telah menghasilkan anak yang cacat; mereka dianjurkan supaya sebelum mempunyai anak lagi hendaknya terlebih dahulu berkonsultasi genetik, mereka,
saat
kepada
seorang
mengemukakan dan
melaksanakan
ahli
masalah nasihat-
nasihat yang diberikan supaya tidak terjadi lagi kelahiran keturunan cacat dari mereka.
ini
masyarakat
yang
sudah
berlaku
di
Dengan demikian, keterangan di atas menunjukkan bahwa tidak ada perintah
ataupun
larangan
untuk
melakukan perkawinan endogami yang ditetapkan dalam QS.al-Nisa (4) ayat 2224. Selain itu, dalam hadiṡ hanya dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah muhallil, dan nikah syighar.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan endogami adalah perkawinan yang terjadi pada sebagian masyarakat Bugis Bone semata-mata ‘urf atau adat. Menurut Islam, perkawinan ini dibolehkan atau
Menurut adat Bugis Bone, sanksi
merupakan perkawinan yang sah, namun
dari pelanggaran terhadap penolakan
dianjurkan untuk melakukan perkawinan
perkawinan endogami, seperti: pelaku
dengan seseorang yang tidak ada ikatan
diusir dan tidak diakui oleh keluarga
keluarga, agar tali silaturahim menjadi
karena enggan untuk mengikuti kemauan
lebih luas. Adapun berkaitan dengan
orang tua, pihak laki-laki ataupun pihak
penyakit genetik (jika teori itu benar),
perempuan bisa saja dibunuh apabila
sebaiknya seseorang tidak kawin dengan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
58|Nenni Rahman
sepupu
atau
yang
masih
ada
perkawinan
endogami
akan
keluarga.Jika ada yang kawin antar
menimbulkan efek yang baik dan anak-
sepupu, tetap sah apapun dan bagaimana
anak
pun akibatnya secara kesehatan karena
pasangan di luar wilayah Bone. Selain
tidak ada nas yang melarang perkawinan
faktor
antar sepupu.
melatarbelakangi terjadinya perkawinan
mereka
tidak
perjodohan;
endogami
Simpulan
juga
ini,
di
mencari
faktor
antaranya:
yang
faktor
kemurniaan keturunan, faktor menjaga Berdasarkan
penelitian,
kemurniaan harta warisan, dan faktor
menyimpulkan
kewilayahan. Dengan demikian, dari
intisari penting sesuai yang
beberapa faktor yang melatarbelakangi
telah penulis dapatkan di lapangan pada
terjadinya perkawinan endogami itu,
masyarakat
maka muncullah beberapa dampak yang
maka
penulis
beberapa
dapat
Bugis
perkawinan
hasil
Bone
mengenai
endogami
(Siala
ditimbulkan,
baik
dampak
positif
Massapposiseng), yaitu:Pertama,adanya
maupun dampak negatif, namun dampak
praktik
yang
positif lebih mendominasi dibandingkan
terjadi pada masyarakat Bugis Bone
dengan dampak negatif yang jarang
merupakan kebiasaan yang diturunkan
terjadi. Dampak positif yang ditimbulkan
pada zaman dahulu hingga sekarang
dari
masih ada sebagian masyarakat Bugis
mempererat tali persaudaraan (hubungan
Bone
perkawinan
yang
endogami
perkawinan
ini,
di
antaranya:
masih
menerapkan
kekerabatan akan lestari), menjaga harta
tersebut.
Perkawinan
kekayaan (harta kekayaan ataupun harta
endogami yang terjadi pada masyarakat
warisan tetap dikelola oleh keluarga). Di
Bugis Bone merupakan perkawinan yang
samping
dilakukan oleh masyarakat yang masih
ditimbulkan dari perkawinan ini adalah
mempunyai hubungan saudara dan masih
lahirnya cacat keturunan, namun dari
tinggal dalam satu wilayah Bugis Bone.
sekian banyak sampel pelaku endogami
Pada dasarnya, perkawinan endogami
hanya satu pasangan pelaku endogami
yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone
yang
disebabkan adanya perjodohan yang
keturunan.Asumsinya, hal ini terjadi
dilakukan oleh para orang tua. Mereka
karena tidak adanya persilangan gen.
perkawinan
berpendapat
dengan
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
dilakukan
itu,
dampak
terbukti
negatif
melahirkan
yang
cacat
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|59
Kedua,pandangan
hukum
adat
terjadi perselisihan paham sebab antara
mengenai perkawinan endogami (Siala
yang satu dengan yang lain memegang
Massapposiseng) merupakan perkawinan
prinsip kekeluargaan, dan (d) pembagian
yang
perkawinan
harta warisan tidak keluar dari keluarga
dianggap ideal yang dilakukan pada
karena masih memiliki satu nenek.
masyarakat Bugis Bone terjadi jika
Selanjutnya,
seorang laki-laki maupun perempuan
dampak negatif dari perkawinan ini bisa
mendapat jodohnya dalam lingkungan
saja terjadi, namun jarang terjadi.Akan
keluarganya, baik dari pihak ibu maupun
tetapi, tidak menutup kemungkinan bisa
dari
terjadi karena adanya sesuatu yang di
ideal.Alasannya,
pihak
ayah.Perkawinan
ideal
kemungkinan
menurut adat Bugis Bone, di antaranya:
luar
a)Siala
b)Siala
kerenggangan antara orang tua dan atau
c)Siala
terjadi perceraian karena terdapat alasan
Massapposiseng,
Massappo-kadua, Massappokatellu.
Para
Tokoh
memiliki kesamaan pendapat
Adat
dugaan;
tertentu,
biasanya
timbul
sehingga
terjadinya
pihak
keluarga
bahwa
cenderung tidak akur. Namun demikian,
perkawinan endogami cenderung identik
hal ini sebisa mungkin tidak terjadi
dengan perjodohan.Kebanyakan orang
karena
tua yang memilihkan jodoh anaknya
dipegang di antara kedua keluarga, yakni:
bukan anaknya yang memilih jodoh
‘prinsip kekeluargaan’, sehingga tidak
sendiri.Perkawinan endogami merupakan
mudah
perkawinan yang sejak dahulu diterapkan
Dengan demikian, dampak positif lebih
hingga sekarang masih diterapkan oleh
banyak dibandingkan dampak negatif
sebagian masyarakat Bugis Bone.Selain
yang ditimbulkan dari perkawinan Siala
itu,
Massapposiseng.
perkawinan
keluarga
dalam
didasarkan
atas
lingkungan menjaga
kemurniaan keturunan dan menjaga harta keluarga. Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan, di antaranya: (a) hubungan keluarga semakin dekat, (b) antara kedua belah pihak sudah saling mengenal (suami-istri, keluarga suami dan keluarga istri), (c) tidak mudah
adanya
terjadi
Ketiga,
prinsip
yang
perselisihan
tidak
ada
selalu
paham.
nas
dan
perundang-undangan yang mengatakan bahwa perkawinan endogami itu haram atau
halal.Dengan
demikian,
pada
dasarnya aturan tersebut adalah mubah dan boleh dilakukan siapapun.Dalam QS.al-Nisa
(4)
ayat
22-24
hanya
menjelaskan perempuan-perempuan yang
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
60|Nenni Rahman
haram untuk dikawini. Dalam surah ini
Bugis Bone semata-mata ‘urf atau adat.
tidak terdapat perintah atau pelarangan
Menurut
perkawinan endogami.Oleh karena itu,
dibolehkan atau merupakan perkawinan
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 memberikan
yang
peluang untuk dilakukannya perkawinan
melakukan perkawinan dengan seseorang
endogami. Di sisi lain, terdapat riwayat
yang tidak ada ikatan keluarga, agar tali
dari Sayyidina Umar ra., dan didukung
silaturahim menjadi lebih luas. Adapun
oleh pendapat Imam Syafi’i tentang
berkaitan dengan penyakit genetik (jika
penganjuran kawin dengan bukan kerabat
teori itu benar), sebaiknya seseorang
dengan alasan jika kawin dengan kerabat
tidak kawin dengan sepupu atau yang
dekat
cacat
masih ada keluarga.Jika ada yang kawin
keturunan. Dalam hal ini, para pelaku
antar sepupu, tetap sah apapun dan
endogami cenderung lebih berhati-hati
bagaimana
sebelum melakukan perkawinan antar
kesehatan karena tidak ada nas yang
sepupu.Selain itu, perkawinan endogami
melarang perkawinan tersebut.
dapat
menyebabkan
Islam,
perkawinan
ini
sah, namun dianjurkan untuk
pun
akibatnya
secara
yang terjadi pada sebagian masyarakat Daftar Pustaka Al-Usmani, M. Saleh dan A. Aziz Ibnu Muhammad Daud.Pernikahan Islami: Dasar Hukum Hidup Berumah Tangga. t.tp.: Risalah Gusti. 1991. A. Rahman, Asmuni. Qaidah-qaidah Fiqh (Qawӑidul Fiqhiyyah).Jakarta: Bulan Bintang. 1983. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.Madinah al-Munawwarah: Mu’jma’ alMalik Fahd li Thiba al-Mushhaf asy-Syarif.1418 H. Ghazali, Abd. Rahman.Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana. 2010. Haddise, H. Uṣūl al-Fiqh: Wahyu dan Akal sebagai Sumber Hukum Islam. Watampone: Luqman al-Hakim Press. 2012. Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju. 1990. Hadikusuma, Hilman. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju. 2003. Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 1999. Hamid, Warno. Merajut Perkawinan Harmonis. Surabaya: Insan Cendekia. 1999. Ibnu Mas’ud. Fiqih Mazhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia. 2007.
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|61
Ibrahim
Amini, Ayatollah. “Pendidikan dan Faktor http://www.ibrahimamini.com/en/node/2081.27 Juli 2015.
Genetik”,
dalam
Lamallongeng, Asmat Riady. Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis Bone.Penanggung Jawab Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab.Bone. 2007. Nonci.Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar: CV. Karya Mandiri Jaya. 2002. Saebani, Beni Ahmad.Fiqh Munakahat (Buku II). Bandung: Pustaka Setia. 2001. Saebani, Beni Ahmad.Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2009. Sasongko, dr. Teguh Haryo. “Konsultasi Genetika”, dalam http://health.detik.com/read/2012/03/22/114656/1874259/869/bolehkah-menikahdengan-sepupu. 10 Oktober 2015. Setiady, Tolib. Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan). Bandung: Alfabeta. 2013. Sijaribu. “Perkawinan Sedarah”, dalam http://sijaribu.wordpress.com/2008/09/08/ perkawinansedarah. 27 Juli 2015. Soekanto.Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta: CV. Rajawali. 1985. Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2012. Suriyaman Mustari Pide, A. Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang. Jakarta: Kencana. 2014. Syafe’i, Rachmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia. 2007. Syarifuddin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan UndangUndang Perkawinan. Jakarta. 2006. Syarifuddin Latif, H. Hukum Perkawinan di Indonesia (Buku I).t.tp.: CV. Berkah Utami. 2010. Uman, Chaerul., dkk.. Ushul Fiqih I. Bandung: Pustaka Setia. 2000. Undang-Undang Perkawinan, Kitab Undang-Undang Hukum PerdataBurgerlijk Wetboek.t.tp.: Rhedbook Publisher. 2008. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab I Pasal 1. Surabaya: Arkola. t.th. Van Dijk, R. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Terj. Mr. A. Soehardi. Bandung: Mandar Maju. 2006. Yahya,
Syamsuddin. “Keserasian dan Pilihan” http://syamsuddinddi.blogspot.com/2014/11/makalah-kafaah-keserasian-danpilihan_11.html, 16 Juli 2015.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
dalam
|
No. 1
62|Nenni Rahman
Daftar Wawancara Prof. DR. H. Syarifuddin Latif, M.HI., Guru Besar STAIN Watampone, “Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 31 Mei 2015. H. Abd. Azis D., S.Ag., M.Si, Kepala KUA Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone, “Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015. Drs. H. Sudirman D, M.Ag., Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bone, “Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015. H. Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, “Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015. H. Abustang, S.Ag., M.Si., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, “Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 27 Mei 2015.
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016