Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 – 7 Mei 2009
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONTRAKTOR DALAM PEMILIHAN KONTRAKTOR SPESIALIS TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PROCUREMENT PADA PROYEK JALAN LOKAL DI KALIMANTAN TIMUR Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Jack Widjajakusuma, Nilam Tantri Program Studi Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Konstruksi UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
ABSTRAK Proses Pemilihan Kontraktor Spesialis merupakan salah satu solusi manajemen pengadaan untuk meningkatkan kinerja procurement serta mempererat hubungan antar partisipan dalam proyek konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kinerja procurement dan mempelajari faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dengan kontraktor spesialis yang merupakan salah satu faktor sukses kunci hubungan kerjasama antara kontraktor utama dan kontraktor spesialis di Kalimantan Timur. Data diperoleh dengan survei menggunakan 2 (dua) kuesioner untuk mengukur kelima faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama, yaitu: Karakteristik Perusahaan, Karakteristik Proyek, Dokumen Penawaran, Kondisi Penawaran dan Kondisi Ekonomi. Hasil akhir penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu, faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dengan kontraktor spesialis adalah adanya karakteristik perusahaan yang diwakilkan oleh variabel adanya kebutuhan spesialisasi. Sedangkan bentuk-bentuk kerjasama yang umum digunakan adalah bentuk kontrak lump sum dan unit price. Proses pembentukan kerjasama kontraktor utama dan kontraktor spesialis tidak melalui tahap prakualifikasi karena kontraktor utama cenderung melakukan kerjasama dengan sekelompok kontraktor spesialis langganan tertentu. Dampak negatif yang timbul adalah kurangnya pemerataan kesempatan kerja dan pembinaan bagi kontraktor spesialis yang bukan langganan. Kata kunci: keputusan, kinerja procurement
1. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN PENELITIAN Proses pemilihan kontraktor spesialis adalah serangkaian kegiatan mulai dari mengidentifikasi keperluan jasa kontraktor spesialis oleh kontraktor utama, mempersiapkan paket lelang, melakukan lelang, sampai tanda tangan kontrak untuk menangani implementasi fisik proyek. Mengingat besarnya sumber daya yang terlibat, serta risiko yang dihadapi, maka dalam usaha mendapatkan kontraktor spesialis yang diharapkan mampu melaksanakan tugas yang akan diberikan, perlu diterapkannya seleksi yang ketat. Untuk maksud tersebut dikenal beberapa prosedur, salah satu diantaranya adalah mengadakan lelang terbuka competitive bidding. Salah satu dokumen dalam paket lelang adalah format proposal yang harus diisi oleh para peserta dengan jawaban-jawaban yang berkaitan dengan penawaran harga, kualifikasi, dan jaminan lelang. Jawaban tersebut yang nantinya akan dipakai kontraktor utama sebagai dasar penentuan pemenang, tentu saja dengan melalui proses prakualifikasi dengan cara menyeleksi hingga melakukan evaluasi dengan mengidentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerja sama dengan kontraktor spesialis. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktor utama dalam mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan kontraktor spesialis dalam rangka meningkatkan kinerja procurement proyek jalan lokal di Kalimantan Timur menjadi permasalahan penelitian penulisan ini.
2. LANDASAN TEORI 2.1. KEPUTUSAN KONTRAKTOR UTAMA DALAM PEMILIHAN KONTRAKTOR SPESIALIS Menurut Soeharto 1997, pengambilan keputusan dalam proses pemilihan kontraktor spesialis hampir sama dengan pemilihan kontraktor utama, dengan menekankan beberapa aspek karena jenis pekerjaannya yang spesifik/spesialisasi, dan lingkup atau volumenya yang terbatas. Untuk itu pada evaluasi teknis pengambilan keputusan ini hendaknya dikaji dan diteliti kemampuan dan pengalaman personil dan tenaga ahli yang tersedia, serta kondisi peralatan yang direncanakan akan digunakan. Setelah hal tersebut meyakinkan, maka mulai dilaksanakan pengambilan keputusan melalui evaluasi proposal harga. Lebih dari pada waktu pemilihan kontraktor utama, dalam mengevaluasi proposal dari kontraktor spesialis perlu dipersiapkan anggaran pembanding. Oleh karena lingkup
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M – 237
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Jack Widjajakusuma, Nilam Tantri
kerjanya yang relatif tidak besar maka adanya selisih yang substansial antara angka proposal dan pembanding akan dapat ditelusuri sebab-sebabnya dan dibicarakan sewaktu negosiasi. Kebijakan atau kebijaksanaan (policy) diartikan sebagai pernyataan yang memberikan petunjuk dalam masalah pengambilan keputusan. Kebijakan juga memberikan batasan kegiatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam suatu masalah tertentu. Dengan demikian, para pelaksana dijaga agar tetap pada jalur yang telah ditentukan dalam usahanya mencapai sasaran. Kebijakan pada umumnya bersifat luwes, menyeluruh, dan tidak terlalu sulit untuk diinterprestasikan. Kebijakan yang baik haruslah sejalan, dalam arti tidak bertentangan dengan kebijakan lain dalam satu perusahaan. Berbeda dengan kebijakan, peraturan bersifat lugas dan sedikit atau tidak ada ruangan untuk interprestasi. Seringkali peraturan merupakan perumusan dari suatu kebijakan. 2.2. KINERJA PROCUREMENT Penilaian kinerja procurment (performance appraisal procurement) merupakan bagian dari sistem formal dalam sebuah organisasi konstruksi (selain sistem formal, di dalam organisasi juga berlaku sistem informal), dilakukan secara periodik, dan digunakan sebagai aktifitas evaluatif (penilaian) proses dan hasil kerja (output) kontraktor spesialis dalam proyek konstruksi. Formalitas dari kinerja procurement setidak-tidaknya harus nampak dalam tiga hal, yaitu: adanya proses dokumentasi pada segala aktifitas kinerja procurement, adanya proses kinerja procurement standar, adanya keterkaitan antara faktor yang akan dinilai pada kinerja procurement dengan pekerjaan yang dilakukan pekerja. Sebagai sebuah instrumen formal, maka penilaian kinerja procurement (selanjutnya disingkat dengan kinerja procurement) harus bersifat: handal (reliable), mudah dipahami dan digunakan oleh setiap orang di dalam organisasi, dan bisa menggambarkan perilaku-perilaku kritis yang memiliki kontribusi penting bagi organisasi 2.3. PARAMETER-PARAMETER FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONTRAKTOR UTAMA Parameter-parameter yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dengan kontraktor spesialis merupakan persyaratan teknis dan administrasi yang dapat mempengaruhi kepercayaan antara partisipan yang terlibat dalam kerjasama di proyek konstruksi. Parameter-parameter tersebut biasanya menjadi syarat utama dan informasi minimal yang harus diketahui oleh pihak manajemen perusahaan yang ingin menjajaki/menjalin suatu hubungan kemitraan. Adapun parameter-parameter mitra kerja perusahaan yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dengan kontraktor spesialis terhadap tingkat kinerja procurement yang ditinjau pada penelitian ini adalah (1) karakteristik perusahaan, yang terdiri dari usia perusahaan, status hukum perusahaan, keanggotaan dalam assosiasi konstruksi, ukuran besar kecilnya perusahaan, keberadaan kantor permanen, pengalaman perusahaan menangani tipe dan ukuran proyek yang sama, lama hubungan kemitraan, peralatan dan perlengkapan, dan sumber daya manusia; dan (2) karakteristik proyek terdiri dari jumlah partisipan yang terlibat, besarnya nilai proyek, jangka waktu pelaksanaan proyek, tingkat resiko pekerjaan, dan tingkat kerumitan/kompleksitas pekerjaan. (3) Dokumen Penawaran yang terdiri dari : Rencana Kerja dan Syarat, Gambar-gambar, prefensi harga, kandungan lokal produksi dalam negeri, Jangka waktu pelaksanaan, tanggal penyerahan dan keterangan lainnya yang berhubungan dengan syarat pelelangan. (4) Kondisi Penawaran yang terdiri atas : metode penawaran dan syarat penawaran (5) Kondisi Ekonomi yang terdiri atas : kemampuan finansial perusahaan, kebijakan pemerintah dl.l 2.4. PENGUKURAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONTRAKTOR UTAMA UNTUK BEKERJASAMA 2.4.1. Karakteristik Perusahaan Tujuan diadakannya penelitian terhadap faktor Karakteristik Perusahaan Kontraktor Spesialis adalah untuk mengetahui gambaran kontraktor sesaat yang menginformasikan tentang kemampuan nyata dan kinerja procurement kontraktor spesialis. Sedangkan kemampuan nyata terdiri atas: sisa kemampuan keuangan, dan sisa kemampuan pekerjaan. 2.4.2. Karakteristik Proyek Karakteristik proyek terdiri atas Jumlah besar nilai kontrak, durasi proyek, lokasi proyek, tingkat kesulitan, tipe proyek, mengalihkan risiko dll. Tujuan diadakannya penelitian terhadap faktor ini untuk mempermudah kontraktor utama menganalisa kemampuan kontraktor spesialis dalam menghadapi proyek. 2.4.3. Dokumen Penawaran Tujuan dan maksud diadakannya penelitian terhadap dokumen penawaran ini adalah agar kedua belah pihak yang terlibat dalam pengadaan barang tersebut saling mengetahui dan mengerti mengenai persyaratan, hak, kewajiban,
M - 238
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Kontraktor dalam Pemilihan Kontraktor Spesialis terhadap Peningkatan Kinerja Procurement pada Proyek Jalan Lokal di Kalimantan Timur
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing baik dalam proses pengadaan maupun dalam pelaksanaan kontrak. Dengan tujuannya adalah agar penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan transparan serta berjalan dengan tertib dan lancar. Adapun kriteria dokumen Penawaran itu sendiri meliputi: tipe kontrak, kelengkapan dokumen, jaminan yang diberikan, persentasi premi asuransi, kontingensi dll. 2.4.4. Kondisi Penawaran KondisI penawaran yaitu menyatakan semua kemungkinan kondisi/keadaan signifikan yang akan mempengaruhi pengadaan, seperti (1) Persyaratan-persyaratan kesesuaian dengan sistem atau program yang ada sekarang atau yang direncanakan dan (2) semua kemungkinan yang dapat dikenali baik mengenai biaya, jadwal, dan pembatasan kemampuan atau pelaksanaan. Dalam kondisi penawaran juga perlu dijelaskan mengenai metode penawaran yang digunakan, jangka waktu penawaran, jumlah kompetitor dan kondisi cuaca lokasi proyek. 2.4.5. Kondisi Ekonomi Tujuan diadakan penelitian terhadap faktor Kondisi Ekonomi adalah untuk mengetahui gambaran kondisi ekonomi seperti apa yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama di dalam pemilihan kontraktor spesialis yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja Procurement. Di mana kondisi ekonomi tersebut meliputi : kemapuan finansial perusahaan, risiko pemerintah, pajak, kebijakan pemerintah dll.
3. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode analisis risiko yang merupakan sistem pengambilan keputusan yang didukung oleh berbagai metode analisis, pemodelan, dan simulasi yang dilakukan secara terukur. Kajian – kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi semua jenis risiko yang timbul pada tahap pemilihan kontraktor spesialis oleh kontraktor utama yang dapat mempengaruhi kinerja procurement, berikut dampak dan penyebab dari risiko tersebut. Metode penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Tabel 1. Data Responden
Responden
Jumlah Kuesioner Disebar
Kontraktor Utama Kontraktor Spesialis TOTAL
25 25 50
Kembali 50% 50% 100%
23 10 33
92% 40% 66%
Secara keseluruhan maka kuesioner yang kembali adalah 66% dari 50 kuesioner yang disebar yaitu 33 lembar. Ternyata setelah dilakukan pengolahan data, masing-masing ada sejumlah kuesioner yang kembali namun kuesioner tersebut tidak dimasukkan dalam pengolahan data karena telah melewati batas waktu yang ditentukan dan ada juga beberapa yang kembali karena salah alamat atau responden yang bersangkutan telah pindah alamat. 4.2. Klarifikasi Sumber Data Dari gambar 1 di bawah ini dapat dilihat bahwa 45% dari responden yang menjawab memiliki pendidikan minimal S1 dan 24% memiliki pendidikan S2. Mayoritas lama responden bekerja dalam perusahaan adalah .
6% 0%
24%
24%
D-3 S-1 S-2 S-3 Lainnya :
46%
Gambar 1. Data Responden
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 239
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Jack Widjajakusuma, Nilam Tantri
Dilihat dari pengalaman perusahaan dalam industri konstruksi maka mayoritas 55% perusahaan telah lebih dari 15 tahun bergerak dalam bidang konstruksi. Sedangkan pembagian golongan perusahaan, maka untuk kontraktor terdiri dari golongan besar 58%, golongan menengah 42% dan golongan kecil 0%. Keterangan mengenai status kontraktor spesialis dapat dilihat pada gambar ... yang menyebutkan bahwa 80% merupakan perusahaan spesialis sedangkan sisanya 20% adalah perusahaan non spesialis. Sedangkan jenis spesialisasi untuk masing-masing kontraktor spesialis juga dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini
0%
21% < 5 tahun 5-10 tahun > 10 -15 tahun
55% 24%
> 15 tahun
Gambar 2. Data Responden
5. HASIL PEMBAHASAN METODE KUALITATIF Dari hasil regresi berganda linier mengenai identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis terhadap kinerja procurement yang dihasilkan dari analisis data terhadap 33 sampel proyek di Wilayah Kalimantan Timur, telah diperoleh hasil-hasil sebagai berikut: a.
Model regresi yang diperoleh merupakan model regresi berganda linier dengan nilai Adjusted R² = 0.865. Tabel 2. Model summary regresi
Model
b.
Model Summary(d) Adjusted R R Square Square
R SE R Square Change F Change Df1 df2 1 0.794 0.630 0.615 0.810 2 0.898 0.807 0.790 0.599 3 0.939 0.882 0.865 0.479 Predictors: (Constant), A X12 B Predictors: (Constant), X12, X22 Predictors: (Constant), X12, X22, X35 C D Dependent Variabel: Y Collinearity dari variabel lebih kecil dari 16 yaitu sebesar 14.712, yang berarti hipotesis dapat diterima, dimana besar sampel di atas standar statistik (n>21).
c. Nilai koefisien dari model semua positif (>0) yang berarti dapat diterima dari segi hipotesis model terlihat dalam persamaan linier. Y = - 3.327 + 0.908 X12.+ 0.585X22.+ 0.390X35 Konstanta sebesar - 3.327 menyatakan bahwa jika faktor X12, X22 dan X35, diabaikan, maka nilai peningkatan kinerja procurement adalah –3.327. Sedangkan Konstanta lain pada variable X12 dan X22 dari faktor karekteristik perusahaan dan variable X35 dar faktor kondisi ekonomi yang memiliki nilai positif, menyatakan bahwa setiap penambahan terhadap nilai penerapan faktor-faktor yang mempengauhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama tersebut, maka kinerja procurement akan meningkat. Nilai koefisien model ini juga menunjukkan urutan pentingnya faktor pengaruh yang diwakilkan oleh 3 variabel, yaitu dari yang paling rendah-besar : X35 (0.390) mewakili faktor kondisi ekonomi, X22(0.585) dan X12 ( 0.908 ) mewakili faktor karakteristik perusahaan. d.
Model dapat diterima melalui uji F karena semua nilai uji F dari model yang diperoleh lebih besar dari standar (nilai uji F dari tabel uji F) yaitu 54.589 > 2.99 (dengan α = 0.05).
M - 240
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Kontraktor dalam Pemilihan Kontraktor Spesialis terhadap Peningkatan Kinerja Procurement pada Proyek Jalan Lokal di Kalimantan Timur
e.
Nilai uji t variabel model juga dicek terhadap tabel uji t dan menghasilkan nilai lebih besar dari batas standar yang berarti model dapat diterima.
f.
Nilai Durbin Waston dari variabel dominan berada di dalam batasan nilai pada tabel yang berarti tidak ada otokorelasi.
g.
Variabel penentu yang diperoleh untuk model faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama terhadap peningkatan kinerja procurement adalah sebagai berikut : -
Adanya Kebutuhan Spesialisasi
-
Pengalaman Kerja dan kerjasama kontraktor dengan kontraktor spesialis
-
Kemampuan Finansial Perusahaan
Hal ini disebabkan karena ketiga variabel tersebut yang mewakili faktor-faktor dari karakteristik perusahaan dan kondisi ekonomi di atas memiliki korelasi positif terhadap kinerja procurement. Faktor tersebut dapat dilihat pada model regresi yang dihasilkan melalui analisa statistik yang menyatakan hubungan korelasi positif yang kuat antara variabel dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis terhadap variabel peningkatan kinerja procurement. Hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel Y adalah bersifat linier dengan Adjusted R² = 0.865. h.
Tujuan dan Pertimbangan Kontraktor utama melakukan proses Pengadaan untuk proyek Jalan Lokal yaitu: *
Sebagai alat bantu dalam memonitor kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan untuk mencapai tujuan visi dan misi perusahaan untuk waktu tertentu secara efektif dan efisien.
*
Sebagai alat bantu komunikasi dan alokasi bagi bagian pengadaan yang bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan jasa bagi perusahaan dengan bagian lain sebagai pengguna.
*
Sebagai alat bantu untuk mengetahui tantangan yang akan dihadapi terutama di dalam mempersiapkan pengadaan barang dan jasa itu sendiri.
Faktor yang dominan yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama tersebut umumnya berhubungan dengan halhal berikut : a)
Dari variabel penentu yang didapat memperlihatkan bahwa ’Adanya Kebutuhan Spesialisasi’ merupakan variabel paling dominan dari faktor Karakteristk Perusahaan. Dalam faktor yang terkait dengan karakteristik perusahaan ini kontraktor spesialis pada hakekatnya adalah terdiri dari Ahli konstruksi yang menguasai bidangnya sehingga upaya dan gagasan obyektif berkaitkan dengan efektif dan efisiensi pelaksanaan konstruksi melalui usulannya harus dihargai secara wajar pada tempatnya. Sebagai ahli konstruksi yang membantu kontraktor utama, kedudukannya menempati fungsi sebagai kontraktor spesialis yang paling berpengetahuan tentang seluk belikuk pelaksanaan konstruksi yang dikerjakaannya sesuai dengan keahliannya.
b) ’Pengalaman Kerja dan kerjasama kontraktor utama dengan kontraktor spesialis’ merupakan variabel kedua yang dominan dari faktor Karakteristik Perusahaan. Bila kita cermati dengan seksama di dalam dokumen pelelangan seringkali mencantumkan syarat agar kontraktor spesialis menyerahkan penjelasan pengalaman di masa lalu dalam melaksanakan proyek-proyek sejenis, baik besar maupun jenisnya dan harus di lampirkan pada penawaran. Sementara itu, penyerahan dokumen umumnya selalu disertai dengan pengertian bahwa semakin rendah penawaran perlu semakin dilengkapi informasinya, agar benar-benar dapat memenuhi syarat. Sehingga persyaratan pengalaman tersebut pada hakekatnya lebih merupakan pembatasan bagi kontraktor spesialis pemula, atau merupakan ujian yang harus dilalui oleh perusahaan yang sedang tumbuh. c)
’Kemampuan Finansial’ merupakan variabel ke tiga yang dominan dari faktor Kondisi Ekonomi. Perusahaan yang mampu dari segi teknis dan finansial adalah faktor utama dalam mempertimbangkan penyerahan bagian lingkup proyek kepada kontraktor spesialis, di samping harga yang wajar. Ukuran proyek konstruksi terus menerus tumbuh dan berkembang sehingga kontraktor spesialis dipaksa untuk selalu memperhatikan pengendalian biayanya. Secara tradisional hal demikian benar karena kontraktor spesialis harus mengendalikan biaya tenaga kerja, peralatan, dan material untuk pekerjaannya. Bahkan termasuk hal penting adalah berkaitan dengan kepentingan untuk mengembangkan ramalan tepat atas arus uangnya. Manajemen perusahaan harus dapat mengestimasi posisi kas uang sebaik-baiknya dalam bentuk rancangan masa mendatang, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dengan sesedikit mungkin sumber dana dalam bentuk pinjaman. Tiga hal yang dominan sebagai penyebab kegagalan yang termasuk persentasinya yang tinggi ialah : (1) tidak berhasil dalam penjualan; (2) berat dalam membiayai operasinya; dan (3) penerimaan finansial tidak lancar.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 241
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Jack Widjajakusuma, Nilam Tantri
6. HASIL PEMBAHASAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF •
Sebagian kecil Kontraktor utama (26%) hanya bekerjasama dengan kontraktor spesialis langganan tertentu sehingga proses pembentukan kerjasamanya tidak dilakukan secara formal. Dapat dikatakan proses procurement di dalam penelitian belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.
•
Dengan adanya sebagian kecil kontraktor utama bekerjasama dengan kontraktor spesialis langganan tertentu maka proses procurement dalam suatu perusahaan kontraktor utama tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya.
•
Faktor kedekatan antara kontraktor utama dengan kontraktor spesialis yang ditunjukkan oleh keberadaan kontraktor spesialis langganan mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan kerjasama.
•
Bentuk hubungan kerjasama kontraktor utama dan kontraktor spesialis yang seperti diuraikan sebelumnya adalah mengikuti bentuk hubungan patron client (Purnomo, 1998), dimana pelaku yang berperan sebagai patron adalah kontraktor utama, sedangkan yang berperan sebagai klien adalah kontraktor spesialis. Jadi dengan kata lain dapat disebut dengan pola kontraktor utama dan kontraktor spesialis langganan.
•
Umumnya kontraktor utama juga jarang melakukan evaluasi hasil pekerjaan kontraktor spesialis sehingga tidak memacu kontraktor spesialis untuk meningkatkan kinerjanya.
•
Secara keseluruhan perilaku kontraktor utama dalam hubungan kerjasama dengan kontraktor spesialis mengikuti perilaku pemilik dalam hubungan kerjasama dengan kontraktor utama.
Bila dilihat dari sudut pandang kontraktor utama maka keberadaan kontraktor spesialis langganan akan memberikan rasa percaya kepada kontraktor utama karena reputasi kontraktor spesialis yang telah dikenal dengan baik. Reputasi tersebut dilihat dari pengalaman kerjasama kontraktor utama dan kontraktor spesialis pada proyek-proyek sebelumnya sehingga bila kontraktor spesialis menunjukkan prestasi yang baik maka kontraktor utama cenderung akan memilih kontraktor spesialis yang sama untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Namun bila dilihat dari sudut pandang lain yaitu dari tujuan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kemitraan yang seimbang antara usaha besar, menengah dan kecil, maka ada beberapa dampak negatif yang dapat timbul adalah : •
Kontraktor spesialis yang terlibat dalam suatu proyek adalah cenederung dari kelompok tertentu yang mempunyai akses dengan kontraktor utama sehingga mengurangi kemungkinan kontraktor spesialis lain untuk ikut terlibat dalam proyek tersebut.
•
Memberikan kesempatan kecil kepada kontraktor spesialis yang bukan langganan untuk terlibat dalam persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Kurangnya iklim kompetisi dalam proses pemilihan kontraktor spesialis dapat menyebabkan kurangnya motivasi bagi kontraktor spesialis untuk meningkatkan kinerjanya.
•
Dapat mematikan kontraktor spesialis yang sebenarnya berpotensi karena kurangnya kesempatan memperoleh pekerjaan dan pembinaan.
•
Secara keseluruhan, hubungan kemitraan yang disinergis antara usaha besar, menengah dan kecil yang dianjurkan pemerintah melalui Undang-undang Jasa Konstruksi akan sulit dicapai.
Untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi, maka strategi usulan untuk pengembangan proses pembentukan kerjasama yang diberikan adalah sebagai berikut : •
Untuk mendorong terjadi pemerataan kesempatan kerja bagi kontraktor spesialis maka perlu dilakukan prakualifikasi kontraktor spesialis oleh suatu badan independen seperti asosiasi kontraktor dan kontraktor spesialis yang telah diakui sehingga dapat dipercaya oleh publik. Prakualifikasi ini akan menghasilkan daftar Kontraktor Spesialis yang dapat digunakan kontraktor untuk memilih kontraktor spesialis yang akan diundang mengajukan penawaran. Dengan cara ini diharapkan dapat memberi kesempatan yang setara kepada semua kontraktor spesialis untuk ikut dalam suatu proyek dan juga dapat mendorong kontraktor spesialis mempersiapkan diri bersaing secara sehat dalam usaha mendapatkan pekerjaan. Demikian juga bila kontraktor utama hendak bekerja di daerah-daerah lain maka dapat menggunakan draft kontraktor spesialis daerah tersebut sehingga tidak perlu memakai kontraktor spesialis dari daerah asalnya.
•
Kontraktor utama perlu membuat prosedur pengadaan (procurement) bagi kontraktor spesialis. Tujuan prosedur ini adalah untuk memudahkan kontraktor utama melakukan pemilihan kontraktor spesialis dan juga memberikan kesempatan kepada kontraktor spesialis baik yang mempunyai akses dengan kontraktor (langganan) maupun tidak untuk bekerja di suatu proyek.
M - 242
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Kontraktor dalam Pemilihan Kontraktor Spesialis terhadap Peningkatan Kinerja Procurement pada Proyek Jalan Lokal di Kalimantan Timur
•
Kontraktor utama perlu membuat suatu prosedur evaluasi kontraktor spesialis dimana prosedur tersebut bertujuan untuk mengukur kinerja kontraktor spesialis khususnya untuk kinerja Procurement dan hasilnya dapat menjadi masukan bagi kontraktor spesialis untuk meningkatkan kinerjanya.
•
Perlunya perencanaan pengadaan sebagai langkah pertama bagi perusahaan khususnya kontraktor utama agar tercapai suatu perolehan barang, jasa ataupun fasilitas secara efisien. Perencanaan pengadaan yang baik akan membantu meyakinkan suatu perolehan barang, jasa ataupun fasilitas secara efektif dan efisien serta secara umum menerapkan semua aspek dari pengadaan. Perencanaan pengadaan digambarkan sebagai suatu proses dimana semua usaha dari orang-orang yang bertanggung jawab untuk suatu pengadaan dikoordinasikan dan diintegrasikan melalui suatu rencana terpadu untuk memenuhi kebutuhan suatu unit pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan itu meliputi pengembangan semua strategi yang diperlukan untuk mengelola suatu pengadaan.
7. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah : a. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis erat kaitannya dengan masalah kinerja procurement. yaitu disebabkan oleh kelima faktor yang pengaruh di dalam hipotesis penelitian, yaitu karakteristik proyek, karakteristik perusahaan, kondisi penawaran, dokumen penawaran dan kondisi ekonomi. Namun, setelah melalui tahap analisis data maka diperoleh dua faktor yang paling berpengaruh berdasarkan hasil model penelitian yaitu : Karakteristik Perusahaan yang digambarkan oleh variabel X12 adanya kebutuhan spesialisasi dan X22 pengalaman kerja dan bekerjasama, dan faktor kondisi ekonomi yang digambarkan oleh variabel X35 kemampuan finansial perusahaan. b.
Model regresi unstandardized yang di dapat dari hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi `keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis terhadap kinerja procurement, telah menghasilkan persamaan yang bersifat liner sebagai berikut : Y = - 3.327 + 0.908 X12.+ 0.585X22.+ 0.390X35 ................................................. (1) Hal ini membuktikan bahwa model yang diprediksi sebelumnya terbukti. Variabel-variabel X12 Adanya kebutuhan spesialisasi dan X22 pengalaman kerja dan bekerjasama yang merupakan faktor dari Karakteristik Perusahaan, serta kemampuan finasial perusahaan yang merupakan faktor dari Kondisi Ekonomi memiliki korelasi positif terhadap kinerja procurement. Hal ini dapat dilihat pada model regresi yang telah dihasilkan melalui analisa statistik yang menyatakan hubungan korelasi positif yang kuat antara faktor-faktor karakteristik perusahaan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis terhadap kinerja procurement. Hubungan yang terjadi antara faktor-faktor tersebut dengan kinerja procurement bersifat linier dengan nilai adjusted R² sebesar 0.865.
c.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan kontraktor utama untuk bekerjasama dalam pemilihan kontraktor spesialis yang tepat dan baik, sangat berperan dan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kinerja procurement pada tahap pelaksanaan proyek. Oleh karena itu pihak kontraktor utama dalam menentukan pengambilan keputusan untuk melakukan kerjasama dengan kontraktor spesialis harus memperhatikan kinerja procurement yang hendak dicapai agar sesuai dengan tujuan dan sasaran proyek.
d.
Dengan adanya pengambilan keputusan kontraktor utama yang tepat untuk bekerjasama dengan kontraktor spesialis, dengan tetap memonitor hasil peningkatan kinerja procuremet kontraktor spesilais, maka dapat mencegah maupun mereduksi timbulnya risiko keterlambatan, pembengkakan biaya proyek, serta mutu yang buruk.
e.
Untuk mencapai tujuan pemerintah dalam mewujudkan suatu struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui pembinaan dan memberikan kesempatan yang sama bagi kontraktor spesialis untuk ikut terlibat dalam suatu proyek, maka penelitian ini mengusulkan perlunya formulasi proses pembentukan kerjasama antara kontraktor utama dan kontraktor spesialis melalui tahap prakualifikasi yang dapat dilakukan oleh suatu badan independen untuk mengurangi dampak negatif dan resiko-resiko yang akan terjadi seperti pada kesimpulan sebelumnya pada butir 4 (empat). Dan juga diusulkan suatu prosedur pengadaan dan evaluasi kontraktor spesialis agar pemilihan kontraktor spesialis tidak hanya didasarkan kedekatan semata.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 243
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Jack Widjajakusuma, Nilam Tantri
DAFTAR PUSTAKA Ahuja, H.N., Dozzi, S.P., and Abourizk, S.M., “Project Management, techniques In Planning And Contraolling Construction Projects’, Second Edition, 1994 Atikinson, A.V., Civil Engineering Contract Administration, Hucthinson, London, 1985. Barrie,D.S., dan Paulson, Jr,B.C., “Manajemen Konstruksi Profesional”, Edisi Kedua, Erlangga, 1990. Terjemahan Sudiarto Clough, R.C. dan Glenn A.Sears, Construction Contracting, Wiley Interscience, 1994. Constantino, N. dan Roberto Pietroforte, Subcontracting Practices in USA Homebuilding – An Empirical Verification of Eccles’s Findings Tewnty Years Later, The 10th International Annual IPSERA Conference 2001. George & Ritz.; Total Construction Project Management, MC-Graw Hill International Edition, 1994 Gilbreath, R.D., Managing Construction Contracts, John Wiley & Sons, 1983. Hinze, J. dan Andrew Tracey, The Contractor –Subcontractor Relationship : The Subcontractor’s View, ASCE Journal of Construction Engineering and Management, Vol.120, No.2, June 1994. Jervis, B.M dan Paul Levin, Construction Law : Principles and Practices, Mc.Graw-Hill, 1998. Latief.Y., Trigunarsyah.B., Setiani.N., Pamungkas.H. dan Abidin.I.S., Dasar Penulisan Proposal Thesis Bernilai Tambah Tinggi, Juli, 2000 Murdoch, J dan Will Hughes, Construction Contract – Law and Management, Chapman & Hall, London, 1996. O’Brien, J.J dan Robert G. Zilly, Contractor’s Management Handbook, Mc.Graw Hill, 1991. Ohnuma, D.K., The Role of Subcontractors in The Competitiveness of Building Companies and The Integration of Value Chain (Subcontracting in Construction Companies), proceeding of the CIB W92 Procurement System Symposium, Santiago, Chile, April 2000. Purnomo, Pemberdayaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah, Majalah Teknik Jalan & Transportasi, Maret 1998. Reiner, L.E.,”Handbook of Construction Management”, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1972 Sapiie, Hendirman, Peranan Subkontraktor, Majalah Konstruksi, Juni 1992. Santoso, S., Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. Sembiring,R.K.,”Analisis Regresi”,ITB, Bandung, 1995 Shimizu, J.Y. dan Cardoso, F., Subcontracting and Cooperation Network in Building Construction : A Literature Review, Proceedings IGLC, Garmado, Brazil, Agustus 2002. Soeharto Imam, Management Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta, 1997. Soekirno, Purnomo, Diktat Kuliah : Pengantar Manajemen Proyek, 1999. Supranto, J.,”Statistik Teori dan Aplikasi”, Erlangga, 1998 Wiryodiningrat, et.al, ISO 9000 untuk Kontraktor, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
M - 244
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta