KONDISI EKONOMIS UPBJJ-UT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEROLEHAN SERTIFIKAT ISO 9001:2000 SERTA PERANAN JUMLAH PROGRAM STUDI EKSAKTA Deddy A. Suhardi (
[email protected]) Zainur Hidayah (
[email protected]) Universitas Terbuka ABSTRACT Economic condition of Universitas Terbuka (UT) regional offices (RO) influences quality of services provided to UT’s students as well as provides information on the effetiveness of the ROs. Analysis from economic condition of 36 ROs based on 2005-2006 student’s body dan active study programs crossed with minimum of students number required for economic break even point (BEP) in each ROs resulted in four types of economic condition of ROs, namely small RO with small potency, small RO with big potency, big RO override its potency, and big RO with big potenty. From all 36 ROs, 12 ROs has reached BEP, 8 ROs have potency to reach BEP, and the rest 16 ROs is low below reaching the BEP level due to their small number of students and high targeted of BEP level. From 11 ISO-granted ROs in 2007, 8 of them have reached BEP, 2 ROs have potency to reach BEP, while 1 RO has not reached BEP yet. In addition, it is found out that ROs with more than 8 exact study programs tend to reach BEP. These findings suggest that BEP could be predicted through student body and number of study programs. Key words: break even point, exact study program, ISO certificate, regional offices, student body
Universitas Terbuka (UT) merupakan satu-satunya institusi pendidikan tinggi di Indonesia dengan sistem jarak jauh. Dengan bantuan beragam media pembelajaran UT mampu melayani mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan luar negeri. Keberadaan 36 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang tersebar di seluruh Indonesia, yang merupakan perwakilan UT di daerah, menjadi ujung tombak UT dalam melayani mahasiswa dengan baik. Layanan mahasiswa diberikan mulai dari proses registrasi, belajar, sampai mahasiswa menyelesaikan studi di UT. Kemampuan UPBJJ-UT dalam menjalankan peran dalam menyelenggarakan dan memberikan layanan bantuan belajar sangat tergantung dari kondisi ekonomi dari UPBJJ-UT tersebut. Kondisi ekonomi merupakan gambaran dari kontribusi finansial yang diberikan UT Pusat ke UPBJJ-UT yang besarnya ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dan kegiatan proses belajar yang dijalankan mahasiswa bersangkutan untuk masing-masing program studi. Pada kondisi ini, semakin besar jumlah mahasiswa, semakin baik kondisi ekonomis UPBJJ-UT yang selanjutnya berdampak pada semakin baik kemampuan UPBJJ-UT tersebut dalam memberikan layanan bantuan belajar bagi mahasiswa. Sementara itu semakin banyak jumlah program studi di UPBJJ-UT semakin bagus potensi dari UPBJJ-UT tersebut. Untuk melihat atau mengetahui kondisi ekonomi UPBJJ, salah satu ukuran yang dapat digunakan adalah dengan mengukur kemampuan UPBJJ-UT dalam mendukung seluruh kegiatan operasional yang harus dijalankan UPBJJ-UT tersebut selaku penyelenggara pendidikan dengan sistem jarak jauh. Secara finansial ukuran atau analisis yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan operasional minimum UPBJJ-UT adalah analisis break even point (BEP).
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
Sugilar, Hidayah, Suhardi, Kartono, & Arifin (2006) membandingkan jumlah mahasiswa aktual dengan jumlah mahasiswa yang diperlukan untuk BEP. Hasilnya, 12 dari 36 UPBJJ-UT telah mencapai BEP yaitu: Jakarta, Bandung, Pontianak, Bogor, Semarang, Purwokerto, Palembang, Kupang, Banjarmasin, Yogyakarta, Samarinda, dan Pangkal Pinang. Hasil ini sangat penting dalam menginformasikan keadaan ekonomis UPBJJ. Namun hasil ini belum dapat memberikan informasi mengenai peta kondisi kapasitas dari setiap UPBJJ-UT untuk mencapai BEP. Sementara itu, menurut Laporan Tahunan Rektor UT (UT Depdiknas, 2008), pada tahun 2007 terdapat 11 UPBJJUT UT yang telah memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000. Apabila Sertifikat ISO dan BEP dipandang sebagai ukuran efisiensi manajemen UPBJJ-UT maka menarik untuk dianalisis asosiasi antara pencapaian kondisi BEP UPBJJ-UT dengan perolehan Sertifikat ISO. Untuk itu perlu dikaji hubungan asosiasi ini beserta implikasinya dalam perilaku manajemen UPBJJ-UT. Hal lain yang perlu menjadi perhatian terkait dengan keberadaan program studi, baik progam studi esakta maupun non-esakta, yang menjadi tempat bernaung atau tempat belajar seluruh mahasiswa yang ada pada setiap UPBJJ-UT. Dalam hal ini, analisis BEP yang dikaitkan dengan jumlah mahasiswa secara langsung akan terkait dengan jumlah program studi yang ditawarkan pada UPBJJ-UT bersangkutan. Dengan demikian jumlah program studi yang ditawarkan di UPBJJ-UT akan merupakan salah satu komponen variabel penghitungan BEP UPBJJ-UT meskipun tidak secara eksplisit. Oleh karena itu, perlu juga diketahui kondisi BEP UPBJJ-UT berdasarkan jumlah atau struktur program studinya (dalam hal ini struktur adalah komposisi jumlah program studi eksakta dengan non eksakta). Puslitgasis LPPM UT (Sugilar, et al, 2006) menentukan ambang batas minimum jumlah mahasiswa UPBJJ-UT UT untuk BEP adalah sebagai berikut. Totalbiaya tetap BEP = Unit contribution margin Unit contribution margin adalah selisih pendapatan variabel dengan biaya variabel bagi setiap mahasiswa. Komponen biaya meliputi: (1) Ujian, (2) Praktikum, (3) Pengiriman Nilai Ujian, (4) Pengambilan Ijazah Non Pendidikan Dasar, (5) Pemeriksaan BJU, (6) Biaya Operasional Minimum, dan (7) Tunjangan Jabatan Pimpinan UPBJJ-UT. Data dalam kajian ini adalah data jumlah program studi dan mahasiswa aktif UPBJJ-UT UT dari Sistem Database pada Pusat Komputer UT mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2006 untuk program studi Non Pendas, data kondisi level jumlah mahasiswa minimum yang diperlukan UPBJJUT untuk BEP dari Pusat Penelitian Kelembagaan dan Sistem (Puslitgasis) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarat (LPPM) UT pada tahun 2006, serta data UPBJJ-UT yang memperoleh Sertifikat ISO 9001:2000 dari Laporan Tahunan Rektor UT tahun 2007. Data dikaji baik secara deskriptif-eksploratif maupun analitis menggunakan tabel kontingensi dan regresi terhadap 36 UPBJJ-UT UT sebagai unit analisisnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi BEP dan Jumlah Mahasiswa Gambaran keadaan jumlah program studi aktif, jumlah mahasiswa aktif, dan jumlah mahasiswa yang diperlukan suatu UPBJJ-UT untuk mencapai BEP disajikan pada Lampiran 1. Distribusi jumlah mahasiswa minimum yang diperlukan UPBJJ-UT untuk BEP pada Gambar 1 menunjukkan ada dua kelompok UPBJJ-UT yaitu kelompok UPBJJ-UT kecil yang terdiri atas 16
112
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
UPBJJ-UT (Tabel 1) yang semuanya berada di luar Jawa yaitu Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Irian, Sulawesi, dan Sumatera (Aceh, Batam, Riau, dan Pangkal Pinang) dan kelompok UPBJJ-UT besar yang terdiri atas 20 UPBJJ-UT (Tabel 2) yaitu 12 UPBJJ-UT di Jawa dan Bali, 6 UPBJJ-UT di Sumatera, dan 2 UPBJJ-UT di Sulawesi (Makasar dan Gorontalo). Distribusi kelompok pertama ratarata memiliki nilai BEP 1.465 mahasiswa dengan standar deviasi 93 mahasiswa, lebih merata daripada distribusi kelompok kedua yang rata-rata memiliki nilai BEP 2.186 mahasiswa dengan standar deviasi 121 mahasiswa. UPBJJ-UT kelompok pertama adalah kelompok UPBJJ-UT kecil, yaitu UPBJJ-UT yang ratarata memerlukan 1.465 mahasiswa untuk mencapai BEP, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok UPBJJ-UT besar, yaitu UPBJJ-UT yang rata-rata memerlukan 2.186 mahasiswa untuk mencapai BEP. Rata-rata BEP pada UPBJJ-UT kelompok kedua lebih tinggi hampir dua kali BEP pada UPBJJ-UT kelompok pertama. Dengan demikian, dapat juga dikategorikan bahwa UPBJJ-UT kelompok kedua adalah kelompok UPBJJ-UT yang mempunyai biaya tinggi (BEP tinggi) sedangkan kelompok pertama adalah kelompok UPBJJ-UT dengan BEP rendah. Perbedaan ini terkait dengan perbedaan unit kontrbusi biaya operasional yang diberikan UT. 10
8
8
8
Frequency (Jumlah UPBJJ)
6
5 4
4
4 3
2
2 1
1
0 1300
1500
1700
1900
2100
2300
2500
BEP (Jumlah Mahasiswa)
Gambar 1. Distribusi BEP UPBJJ-UT
Secara umum, UPBJJ-UT pada kelompok BEP rendah mengelola rata-rata 23 program studi dengan struktur 8 program studi eksakta (36%) dan 14 program studi non eksakta (64%) dengan rata-rata mahasiswa 1.412 orang yang terdiri dari 10% dari program studi eksakta dan 90% dari program studi non eksakta, serta angka rata-rata BEP pada 1.465 mahasiswa. Sebagian besar UPBJJ-UT pada kelompok ini belum mencapai BEP. Namun angka rata-rata total mahasiswa yang mendekati nilai BEP memberi harapan bahwa beberapa UPBJJ-UT pada kelompok ini telah mencapai BEP. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ada 5 UPBJJ-UT pada kelompok ini yang telah mencapai BEP yaitu: Pontianak, Samarinda, Pangkal Pinang, Kupang, dan Banjarmasin.
113
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
UPBJJ-UT pada kelompok BEP tinggi (Tabel 2) mengelola rata-rata 25 program studi dengan struktur 10 program studi eksakta (40%) dan 15 program studi non eksakta (60%), dengan rata-rata mahasiswa 3.679 orang, 10% dari program studi eksakta dan 90% dari program studi non eksakta, serta dengan angka rata-rata BEP pada 2.186 mahasiswa. Walaupun Angka rata-rata total mahasiswa melebihi rata-rata nilai BEP, namun hanya 7 UPBJJ-UT pada kelompok ini yang mencapai BEP. Besarnya angka rata-rata jumlah mahasiswa pada kelompok ini berasal dari jumlah mahasiswa pada 3 UPBJJ-UT besar yaitu Jakarta, Bandung, dan Bogor. Dengan kata lain distribusi mahasiswa pada kelompok ini sangat tidak merata. Tabel 1. Jumlah Program Studi dan Mahasiswa Aktif serta Jumlah Mahasiswa untuk BEP pada 16 UPBJJ-UT UPBJJ-UT
Program Studi Eksak
Non Eksak
Mahasiswa Total
Eksak
Pontianak 11 15 26 Samarinda 11 15 26 Pangkal Pinang 9 15 24 Manado 9 15 24 Batam 9 15 24 Pekan Baru 10 15 25 Ambon 7 13 20 Palangkaraya 10 15 25 Ternate 4 12 16 Kendari 8 15 23 Banda Aceh 5 14 19 Kupang 10 15 25 Palu 7 12 19 Mataram 7 15 22 Banjarmasin 10 15 25 Jayapura 7 15 22 Rata-rata 8 14 23 Standar deviasi 2 1 3 Catatan: * Jumlah mahasiswa melebihi jumlah mahasiswa untuk BEP Sumber: Tim Puslitgasis, 2006, diolah.
376 385 145 47 87 210 63 113 30 126 150 170 24 58 182 73 140 109
Non Eksak 3.791 1.723 1.927 919 939 772 751 828 998 790 1.002 2.115 332 432 2.071 958 1.272 870
Total 4.167* 2.108* 2.072* 966 1.026 982 814 941 1.028 916 1.152 2.285* 356 490 2.253* 1.031 1.412 954
BEP 1.692 1.653 1.501 1.495 1.481 1.476 1.455 1.447 1.436 1.432 1.419 1.416 1.409 1.409 1.409 1.313 1.465 93
Dari Tabel 1 terlihat ada perbedaan rata-rata jumlah program studi eksakta dibandingkan rata-rata jumlah program studi non eksakta. Dengan kata lain, terdapat perbedaan perbandingan jumlah program studi eksakta dengan non eksakta antar kelompok, atau singkatnya terdapat perbedaan struktur jumlah program studi eksakta. Berdasarkan jumlah mahasiswa, struktur (perbandingan jumlah mahasiswa eksakta dengan non eksakta) relatif sama; yang berbeda adalah, rata-rata jumlah mahasiswa total baik eksakta maupun non eksakta. Jadi, ada kecenderungan bahwa perbedaan kelompok UPBJJ-UT BEP rendah dan kelompok UPBJJ-UT BEP tinggi sejalan dengan perbedaan pada jumlah program studi eksaktanya. Kembali ke Gambar 1, terlihat bahwa kedua kelompok distribusi BEP terpisah pada level jumlah mahasiswa kira-kira 1800 mahasiswa. Angka 1.800 ini bersifat sementara yang dianggap sebagai level kritis (critical point) kesanggupan UPBJJ-UT untuk BEP, yaitu batas potensial kapasitas
114
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
(kemampuan) UPBJJ-UT sesuai dengan kondisi sumber daya saat ini. Dari segi potensi kapasitasnya, UPBJJ-UT kelompok pertama adalah UPBJJ-UT kecil dengan kapasitas potensial di bawah 1.800 mahasiswa. Sedangkan kelompok kedua adalah UPBJJ-UT besar dengan kapasitas potensial di atas 1.800 mahasiswa. Tabel 2. Jumlah Program Studi dan Mahasiswa Aktif serta Jumlah Mahasiswa untuk BEP pada 20 UPBJJ-UT Program Studi Mahasiswa Eksak Non Eksak Total Eksak Non Eksak Total Palembang (S) 10 15 25 283 2.489 2.772* Medan (S) 9 15 24 217 1.175 1.392 Bandung 12 15 27 840 11.408 12.248* Semarang 12 15 27 337 2.501 2.838* Bengkulu 11 15 26 150 827 977 Padang 9 15 24 284 1.681 1.965 Jakarta (S) 9 15 24 803 13.356 14.159* Purwokerto 10 15 25 328 2.478 2.806* Yogyakarta(S) 11 15 26 171 2.048 2.219* Surakarta 8 15 23 117 896 1.013 Makasar (S) 6 15 21 99 909 1.008 Serang 13 15 28 234 1.500 1.734 Bogor 12 15 27 388 3.221 3.609* Bandar Lampung 11 15 26 390 1.520 1.910 Gorontalo 11 15 26 32 827 859 Jambi 10 15 25 120 691 811 Surabaya (S) 8 15 23 169 1.530 1.699 Malang 9 15 24 109 738 847 Denpasar 11 15 26 106 608 714 Jember 6 15 21 39 229 268 Rata-rata 10 15 25 261 2.532 2.792 Standar deviasi 2 0 2 220 3.472 3.679 Catatan: * Jumlah mahasiswa melebihi jumlah mahasiswa untuk BEP, (S) UPBJJ-UT Sentra Sumber: Tim Puslitgasis, 2006, diolah. UPBJJ-UT
BEP 2.490 2.317 2.314 2.311 2.268 2.241 2.232 2.222 2.218 2.210 2.186 2.161 2.152 2.116 2.079 2.066 2.036 2.036 2.036 2.036 2.186 121
Ditinjau dari perbandingan jumlah mahasiswa aktual dengan jumlah mahasiswa yang diperlukan untuk BEP, terdapat 12 UPBJJ-UT yang mencapai atau telah melampaui BEP. Lima UPBJJ-UT berasal dari kelompok BEP rendah dan 7 UPBJJ-UT berasal dari kelompok BEP tinggi (Tabel 3). Tabel 4 menyajikan daftar UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP diurutkan berdasarkan jumlah mahasiswa dari besar ke kecil yang semuanya memiliki jumlah mahasiswa aktual 2.000 atau lebih. Lima UPBJJ-UT berasal dari kelompok BEP rendah yang secara potensial termasuk kelompok UPBJJ-UT dengan kapasitas kecil namun secara aktual memiliki jumlah mahasiswa seperti jumlah mahasiswa pada kelompok UPBJJ-UT kapasitas besar. Jadi, semua UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP adalah UPBJJ-UT yang secara aktual besar.
115
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
Tabel 3. Jumlah UPBJJ-UT yang Belum dan Telah Mencapai BEP Menurut Kelompok Karakteristik BEP UPBJJ-UT Jumlah Mahasiswa di bawah BEP
Jumlah UPBJJ Jumlah Mahasiswa pada BEP atau lebih
I ( UPBJJ-UT kecil, BEP rendah)
11
5
16
II ( UPBJJ-UT besar, BEP tinggi)
13
7
20
Total
24
12
36
Kelompok BEP UPBJJ
Total
Sumber: Tabel 1 dan Tabel 2, diolah
UPBJJ-UT Yogyakarta adalah UPBJJ-UT kelompok potensial besar yang memiliki jumlah mahasiswa relatif paling kecil, hanya selisih satu orang di atas jumlah kritis untuk BEP. Tiga UPBJJUT kelompok potensial kecil (Pontianak, Kupang dan Banjarmasin) memiliki jumlah mahasiswa di atas UPBJJ-UT Yogyakarta. Artinya, ketiga UPBJJ-UT ini sanggup mencapai BEP pada kondisi ratarata BEP UPBJJ-UT potensial besar yaitu pada 2.186 orang mahasiswa. Pontianak memiliki jumlah mahasiswa lebih besar dari UPBJJ-UT Bogor yang jumlah mahasiswanya lebih besar satu setengah kali jumlah mahasiswa UPBJJ-UT Yogyakarta. Jumlah mahasiswa UPBJJ-UT Pontianak termasuk tiga besar setelah Jakarta dan Bandung. UPBJJ-UT Jakarta, Bandung, Pontianak, dan Bogor merupakan UPBJJ-UT yang keadaan jumlah mahasiswanya sangat jauh melampaui jumlah kritis untuk BEP. Keadaan jumlah mahasiswa paling tinggi terjadi di UPBJJ-UT Jakarta dan Bandung. Jumlah mahasiswa untuk satu program studi (non eksakta) pada kedua UPBJJ-UT ini hampir sama atau melebihi jumlah mahasiswa untuk suatu UPBJJ-UT yang belum BEP (misalnya Denpasar, Mataram, Palu, atau Jember). Tabel 4. UPBJJ-UT yang Mencapai BEP UPBJJ-UT
Program Studi Eksak Non Eksak Total
Mahasiswa Eksak Non Eksak Total
Jakarta (S) 9 15 24 Bandung 12 15 27 Pontianak 11 15 26 Bogor 12 15 27 Semarang 12 15 27 Purwokerto 10 15 25 Palembang (S) 10 15 25 Kupang 10 15 25 Banjarmasin 10 15 25 Yogyakarta (S) 11 15 26 Samarinda 11 15 26 Pangkal Pinang 9 15 24 Catatan: *Rata-rata jumlah mahasiswa per program studi. Sumber: Tabel 1 dan Tabel 2, diolah
803 840 376 388 337 328 283 170 182 171 385 145
116
13.356 14.159 11.408 12.248 3.791 4.167 3.221 3.609 2.501 2.838 2.478 2.806 2.489 2.772 2.115 2.285 2.071 2.253 2.048 2.219 1.723 2.108 1.927 2.072
BEP 2.232 2.314 1.692 2.152 2.311 2.222 2.490 1.416 1.409 2.218 1.653 1.501
Rata-rata* Eksak Non Eksak 89 70 34 32 28 33 28 17 18 16 35 16
890 761 253 215 167 165 166 141 138 137 115 128
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
Berdasarkan pengelompokkan UPBJJ-UT besar dan kecil secara potensial dan aktual (lihat Tabel 5), terdapat empat kelompok UPBJJ-UT sebagai berikut. (1) Kelompok UPBJJ-UT kecil sesuai potensinya, terdiri atas 11 UPBJJ-UT yang belum BEP pada kelompok BEP rendah (lihat kembali Tabel 1). (2) Kelompok UPBJJ-UT besar yang melebihi potensinya, terdiri atas 5 UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP pada kelompok BEP rendah. Dan, (3) Kelompok UPBJJ-UT besar sesuai potensinya, terdiri atas 9 UPBJJ, 7 UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP pada kelompok BEP tinggi ditambah UPBJJ-UT Padang dan Bandar Lampung. (4) Kelompok UPBJJ-UT kecil padahal kapasitas potensinya besar, terdiri atas 11 UPBJJ-UT yang belum BEP pada kelompok BEP tinggi, yakni selain UPBJJ-UT Padang dan Bandar Lampung. Hal-hal lain yang dapat diamati pada UPBJJ-UT yang mencapai BEP (Tabel 4) adalah ada kecenderungan bahwa setiap UPBJJ-UT memiliki minimal mengelola 9 program studi eksakta dan seluruh program studi non eksakta. Setiap program studi yang dikelola minimal mempunyai 16 orang mahasiswa untuk program studi eksakta dan atau 115 orang mahasiswa untuk program studi non eksakta. Kecenderungan ini berpotensi menghimpun jumlah mahasiswa keseluruhan kurang lebih 1.863 orang. Angka ini melebihi angka 1.800 (yaitu angka level kritis kelompok kapasitas potensial UPBB berdasarkan distribusi BEP) dan relatif sama dengan angka 1.866, yaitu rata-rata keseluruhan jumlah mahasiswa yang diperlukan suatu UPBJJ-UT untuk BEP (Tabel 6). Berdasarkan angka yang terakhir (rata-rata BEP pada 1866 orang mahasiswa), maka batas distribusi BEP UPBJJ-UT yang dianggap level kritis (critical point) karakteristik UPBJJ-UT berdasarkan kapasitas potensial jumlah mahasiswanya dikoreksi dari anggapan sementara 1.800 menjadi 1866. Perubahan batas ini tidak merubah komposisi pengelompokan UPBJJ-UT yang telah dikemukakan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah UPBJJ-UT Menurut Kelompok Kapasitas Potensial dan Aktual Jumlah Mahasiswa (Aktual) Kelompok BEP UPBJJ (Potensial) Kecil Besar Kecil 11 5 (5) Besar 11 9 (7) Total 22 14 (12) Catatan: (.) adalah jumlah UPBJJ-UT yang mencapai BEP
Total 16 20 36
Selanjutnya, Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi rata-rata BEP UPBJJ-UT dapat dinyatakan dalam bentuk proporsi (share) jumlah mahasiswa UPBJJ-UT terhadap jumlah mahasiswa Universitas Terbuka. Pada kelompok UPBJJ-UT kecil, rata-rata, suatu UPBJJ-UT akan BEP jika jumlah mahasiswa 1,9% atau genapnya 2% dari total mahasiswa Universitas Terbuka. Sementara itu, pada kelompok UPBJJ-UT besar akan mencapai BEP pada rata-rata share 2.8%. Berdasarkan batas distribusi kedua kelompok ini (rata-rata total keseluruhan), UPBJJ-UT kecil adalah UPBJJ-UT yang berpotensi mempunyai share kurang dari 2,4%, sedangkan UPBJJ-UT besar adalah UPBJJ-UT yang berpotensi memperoleh share di atas 2,4%.
117
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
Tabel 6. Kondisi BEP Berdasarkan Jumlah Mahasiswa dan Share Kelompok BEP UPBJJ
Rata-rata BEP Jumlah Share 1.465 1,9% 2.186 2,8% 1.866 2,4%
Jumlah Mahasiswa
I (BEP kecil) II (BEP besar) Total
22.587 55.848 78.435
6.0
(3)
(2) PONTIANAK
5.0
Total Mahasiswa (%)
BOGOR
4.0 PURWOKERTO
PALEMBANG (S)
SEMARANG
KUPANG BANJARMASIN SAMARINDA PANGKAL PINANG
3.0
YOGYAKARTA (S) BANDAR LAMPUNG
PADANG
SERANG SURABAYA (S)
2.0
MEDAN (S) BANDA ACEH TERNATE PEKAN BARU AMBON PALANGKARAYA KENDARI
SURAKARTA MAKASAR (S) JAMBI BENGKULU GORONTALO MALANG
JAYAPURA
1.0
DENPASAR
MATARAM
JEMBER
PALU
(1)
0.0 1.5
(4) 2.0
2.5
3.0
3.5
Total Mahasiswa untuk BEP (%)
Gambar 2. Distribusi UPBJJ-UT menurut share total mahasiswa dan BEP (Catatan: i. Label “+” UPBJJ-UT yang telah BEP, ii. UPBJJ-UT Jakarta dan Bandung pada (4)) Dengan memperhatikan Tabel 5 dan Tabel 6, posisi setiap UPBJJ-UT dalam pengelompokan kapasitas aktual dan potensial dapat disajikan pada Gambar 2. Pengelompokan UPBJJ-UT menjadi empat kelompok sebagaimana telah dikemukakan (Tabel 5) dapat dideskripsikan kembali sebagai berikut. (1) UPBJJ-UT kecil sesuai potensinya. UPBJJ-UT ini mempunyai jumlah mahasiswa maupun potensinya di bawah 1866 orang (2,4 % terhadap total mahasiswa UT). Ada 11 UPBJJ-UT ini yaitu Banda Aceh, Jayapura, Ternate, Batam, Pekan Baru, Manado, Palangkaraya, Kendari, Ambon, Mataram, dan Palu. Rata-rata jumlah mahasiswa yang diperlukan kelompok UPBJJ-UT
118
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
ini untuk BEP adalah 1465 mahasiswa atau 1,9 % terhadap total mahasiswa UT. Empat UPBJJUT : Banda Aceh, Jayapura, Ternate, dan Batam, potensial untuk mencapai BEP karena telah memiliki share aktual lebih dari 1,3% (jumlah mahasiswa di atas 1.000 orang). (2) UPBJJ-UT besar yang melebihi potensinya. UPBJJ-UT ini mempunyai jumlah mahasiswa yang ada di atas 1.866 orang (2,4% terhadap total mahasiswa UT) padahal potensinya kecil. Kelompok ini terdiri atas 5 UPBJJ-UT yang telah mencapai atau melebihi BEP pada 1.465 mahasiswa, yaitu: Pontianak, Kupang, Banjarmasin, Samarinda, dan Pangkal Pinang. Jumlah mahasiswa masing-masing UPBJJ-UT ini di atas 30% melebihi BEP (kecuali Samarinda 28%). UPBJJ-UT Pontianak mempunyai jumlah mahasiswa lebih dari dua kali level BEP (kira-kira 146% melebihi BEP). (3) UPBJJ-UT besar sesuai potensinya. UPBJJ-UT ini mempunyai jumlah mahasiswa maupun potensinya di atas 1.866 orang (2,4% terhadap total mahasiswa UT). Kelompok ini terdiri atas 9 UPBJJ, dimana 7 UPBJJ-UT telah mencapai BEP dan 2 UPBJJ-UT belum mencapai BEP pada level 2186 mahasiswa. Tujuh UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP adalah Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Purwokerto, Palembang, dan Yogyakarta; tiga diantaranya adalah UPBJJ-UT Sentra yaitu Jakarta, Palembang, dan Yogyakarta. Dua UPBJJ-UT lainnya adalah Padang dan Bandar Lampung. Meskipun belum mencapai BEP tetapi kedua UPBJJ-UT tersebut masih potensial untuk mencapai BEP karena mempunyai share aktual di atas 2,4%. (4) UPBJJ-UT kecil padahal kapasitas potensinya besar. UPBJJ-UT ini mempunyai jumlah mahasiswa yang ada di bawah 1866 orang (2,4% terhadap total mahasiswa UT) padahal potensinya di atasnya. Kelompok ini juga terdiri atas 11 UPBJJ-UT yaitu: Serang, Surabaya, Medan, Surakarta, Makasar, Bengkulu, Gorontalo, Malang, Jambi, Denpasar, dan Jember. Tiga diantaranya adalah UPBJJ-UT sentra yaitu Surabaya, Medan, dan Makasar. Rata-rata jumlah mahasiswa yang diperlukan kelompok ini untuk BEP adalah 2.186 mahasiswa atau 2,8% terhadap total mahasiswa UT. Dua UPBJJ-UT (Serang dan Surabaya) masih berpotensi mencapai BEP karena mempunyai share aktual di atas 2% (kurang lebih 1500 mahasiswa). Sebagian besar UPBJJ-UT yang telah maupun yang potensial mencapai BEP terjadi pada kondisi UPBJJ-UT yang sesuai atau melebihi potensinya yaitu pada kelompok (1), (3) dan (2). Pada kelompok (4), terlihat kondisi yang cukup berat karena nilai BEP yang tinggi kelompok ini menanggung beban operasional yang besar sementara kondisi jumlah mahasiswa yang ada sangat jauh dari jumlah yang diharapkan. Disamping telah ada 12 UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP, juga ada 8 UPBJJ-UT yang potensial untuk mencapai BEP, yaitu Banda Aceh, Jayapura, Ternate, dan Batam yang potensial BEP pada level rata-rata 1.465 mahasiswa. Empat UPBJJ-UT lagi berpotensi mencapai BEP pada level rata-rata 2.186 mahasiswa, yaitu Padang, Bandar Lampung, Serang, dan Surabaya. Sementara itu, UPBJJ-UT lainnya, masih jauh dari BEP disebabkan kontribusi jumlah mahasiswa yang rendah atau level BEP potensial yang harus dicapainya terlalu tinggi. Kondisi BEP dan Perolehan Sertifikat ISO Pada tahun 2007 terdapat 11 UPBJJ-UT yang mendapat Sertifikat ISO 9001:2000 dimana 8 diantaranya telah mencapai BEP (Jakarta, Bandung, Pontianak, Bogor , Semarang, Purwokerto, Palembang, dan Yogyakarta), 2 diantaranya potensial BEP ( UPBJJ-UT Padang dan Surabaya), dan satu UPBJJ-UT belum mencapai BEP ( UPBJJ-UT Malang). Tabel 7 menunjukan distribusi jumlah UPBJJ-UT menurut status pencapaian BEP dan perolehan sertifikat ISO.
119
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
Tabel 7. Jumlah UPBJJ-UT Menurut Status BEP dan ISO Status ISO Total Non ISO ISO Certified Belum BEP 21 3 24 Mencapai BEP 4 8 12 Total 25 11 36 Catatan: Chi-Square = 11.06 (p. 0,001), OR = 14.0, ln OR = 2.639 (p. 0,002) Status BEP
Analisis tabel kontingensi pada Tabel 7 menghasilkan nilai Chi-Square 11,06 dengan tingkat signifikansi (p) 0,001, nilai koefisien kontingensi 0,485 (p: 0,001), kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara status BEP dengan perolehan Sertifikat ISO. Analsis selanjutnya dengan menggunakan metode regresi logistic diperoleh nilai Odds Ratio (OR) 14,0 atau logaritmanya (ln OR) 2,639 yang signifikan (p. 0,002). Berdasarkan nilai logaritma OR dapat dikemukakan bahwa peluang UPBJJ-UT yang telah mencapai BEP untuk memperoleh Sertifikat ISO adalah lebih dari dua kali peluang UPBJJ-UT yang belum mencapai BEP. Apabila perolehan ISO diapresiasi dengan baik dan mencerminkan prestasi UPBJJ-UT maka kenyataan ini diharapkan dapat memberi implikasi yang baik terhadap manajemen UPBJJ, paling tidak dalam dua hal berikut. (i) UPBJJ-UT yang telah memperoleh ISO akan cenderung mempertahankan kondisi pencapaian BEP, dan (ii) UPBJJ-UT yang belum ISO akan berusaha mengejar agar tercapai BEP, akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh ISO. Jumlah Program Studi Eksakta dan Kondisi BEP UPBJJ-UT yang berhasil menawarkan program studi terbanyak adalah UPBJJ-UT Serang yang memiliki mahasiswa pada 28 program studi (13 diantaranya program studi eksakta), sedangkan UPBJJ-UT dengan jumlah program studi terkecil adalah UPBJJ-UT Ternate dengan 16 program studi (4 diantaranya program studi eksakta). Jumlah program studi baik eksakta maupun non eksakta seharusnya berkontribusi terhadap jumlah mahasiswa total karena setiap mahasiswa yang masuk ke UT diwadahi dalam satuan program studi. Selanjutnya, jumlah program studi juga seharusnya berkontribusi terhadap kondisi BEP UPBJJ-UT karena jumlah program studi merupakan salah satu komponen variabel penghitungan BEP UPBJJ. Semakin banyak jumlah program studi di UPBJJ-UT maka akan semakin tinggi jumlah mahasiswa total maupun level BEP UPBJJ-UT tersebut. Variasi jumlah keseluruhan program studi yang dikelola UPBJJ-UT kelompok BEP level rendah (Tabel 1) nampak berasal dari variasi jumlah program studi eksakta, kecuali UPBJJ-UT Aceh, Ambon, Ternate, dan Palu. Pada kelompok BEP level tinggi (Tabel 2) praktis variasi jumlah program studi antar UPBJJ-UT hanya disebabkan variasi jumlah program studi eksakta. Variasi jumlah program studi di UPBJJ-UT hanya diwakili oleh variasi dalam jumlah program studi eksakta karena jumlah program studi non eksakta hampir semuanya ada di setiap UPBJJ. Oleh karena itu analisis atau perhatian kita tertuju pada jumlah program studi eksakta. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ada kecenderungan UPBJJ-UT yang mencapai BEP tergantung jumlah program studi eksakta. Jika kecenderungan ini dianalisis lebih lanjut, maka diperoleh gambaran struktural seperti pada Gambar 3. Dalam hal ini juga dilakukan analisis peranan
120
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
atau pengaruh jumlah program studi eksakta terhadap jumlah mahasiswa total dan terhadap jumlah mahasiswa yang diperlukan UPBJJ-UT untuk BEP.
4000
MT
3000
MB 2000
BEP
1000
0 4
6
8
10
12
14
Jumlah Program Studi Eksakta
Gambar 3. Estimasi rata-rata jumlah mahasiswa total dan bep pada berbagai jumlah program studi eksakta Garis-garis pada Gambar 3 merupakan kumpulan nilai rata-rata jumlah mahasiswa yang diharapkan baik bagi jumlah mahasiswa total (Garis MT = -1515 + 400 PSE, R2 = 8,6%) maupun bagi jumlah mahasiswa untuk pencapaian BEP (garis MB = 1129 + 80 PSE, R2 = 19,6%) pada berbagai keadaan jumlah program studi eksakta. Garis-garis tersebut diestimasi menggunakan metode regresi sederhana. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi tidak nol secara statistik, artinya secara empiris menunjukkan adanya kecenderungan struktural bahwa semakin banyak program studi eksakta di suatu UPBJJ-UT maka semakin banyak jumlah mahasiswa total dan semakin besar peluang mencapai BEP di UPBJJ-UT tersebut. Berdasarkan pengaruh jumlah program studi eksakta terhadap jumlah mahasiswa total maupun BEP pada Gambar 3, dapat diamati bahwa perpotongan kedua garis merupakan titik kritis jumlah program studi eksakta pada saat UPBJJ-UT akan mencapai BEP. Akurasi titik kritis ini sangat tergantung pada determinasi kedua model garis regresi. Meskipun koefisien determinasinya kecil tetapi model ini masih bisa digunakan untuk perbandingan secara struktural sehingga dapat diperoleh titik kritis perpotongan garis mahasiswa total dan BEP terjadi kurang lebih pada level 8
121
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 9, Nomor 2, September 2008, 111-123
program studi eksakta. Artinya BEP UPBJJ-UT terjadi pada saat UPBJJ-UT memiliki jumlah program studi eksakta minimal 8 program studi esakta atau kurang lebih 35% dari rata-rata jumlah program studi yang ditawarkannya. Meskipun analisis ini hanya gambaran kasar, tetapi menunjukkan indikasi bahwa BEP UPBJJ-UT terjadi tidak saja pada kondisi jumlah tertentu dari mahasiswanya tetapi juga terjadi pada jumlah tertentu program studi eksaktanya. Berdasarkan peranan jumlah program studi eksakta, 8 UPBJJ-UT yang potensial untuk BEP sebagaimana telah dikemukakan, ternyata empat diantaranya (Ternate, Banda Aceh, Jayapura, dan Surabaya) sangat mungkin untuk mencapai BEP dengan menambah jumlah program studi eksakta, karena jumlah program studi eksakta yang ada masih kurang atau sama dengan 8 program studi. PENUTUP
Kajian kondisi ekonomis UPBJJ-UT berdasarkan data jumlah mahasiswa dan jumlah program studi aktif pada setiap UPBJJ-UT serta jumlah mahasiswa minimum yang diperlukan UPBJJ-UT untuk BEP menghasilkan gambaran sebagai berikut: Sebagian UPBJJ-UT rata-rata memerlukan nilai kritis (critical point) pada level jumlah mahasiswa yang kecil untuk BEP sementara sebagian yang lainnya rata-rata memerlukan nilai kritis pada level jumlah mahasiswa yang besar. Perbedaan level nilai kritis BEP ini menunjukkan adanya perbedaan potensi kemampuan UPBJJ-UT sesuai dengan kapasitas/kondisi sumber dayanya. Meskipun demikian, pencapaian kondisi BEP oleh UPBJJ-UT tidak tergantung pada besar/kecilnya kapasitas UPBJJ-UT karena proporsi UPBJJ-UT yang mencapai BEP pada level kritis kecil dapat dikatakan sama dengan proporsi UPBJJ-UT yang mencapai BEP pada level kritis besar. Pencapaian kondisi BEP oleh UPBJJ-UT tergantung pada masing-masing upayanya agar kondisi perolehan jumlah mahasiswanya sesuai atau bahkan melebihi potensi kapasitasnya. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar perolehan Sertifikat ISO 9001:2000 berasal dari UPBJJ- UPBJJUT yang telah mencapai BEP. Asosiasi antara status pencapaian BEP dengan status perolehan Sertifikat ISO menunjukkan bahwa peluang UPBJJ-UT yang berhasil mencapai BEP untuk memperoleh Sertifikat ISO adalah lebih dari dua kali peluang UPBJJ-UT yang belum mencapai BEP. Oleh karena itu perolehan Sertifikat ISO patut diapresiasi dengan baik karena setidaknya telah mencerminkan prestasi UPBJJUT dalam melakukan manajemen yang baik. Sebagai dampaknya, diharapkan UPBJJ-UT yang telah memperoleh Sertifikat ISO akan mempertahankan kondisi pencapaian BEP, dan bagi UPBJJ-UT lainnya akan berusaha mengejar agar tercapai BEP karena akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh ISO. Berdasarkan struktur program studi yang dikelola UPBJJ-UT, ada kecenderungan bahwa BEP UPBJJ-UT terjadi pada saat ia memiliki jumlah program studi eksakta minimal delapan program studi atau kurang lebih 35% dari rata-rata jumlah program studi yang ditawarkannya. Meskipun analisis ini hanya gambaran kasar, tetapi menunjukkan indikasi bahwa BEP UPBJJ-UT terjadi tidak saja pada kondisi jumlah tertentu dari mahasiswanya tetapi juga terjadi pada jumlah tertentu dari program studi eksaktanya. Oleh karena itu disarankan agar UPBJJ-UT kembali mengoptimalkan kemampuannya untuk mulai memanfaatkan potensi pengelolaan program-program studi lain yang belum ditawarkan termasuk program studi eksakta.
122
Deddy, Kondisi Ekonomis UPBJJ-UT
REFERENSI
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Laporan tahunan rektor Universitas Terbuka. Tangerang: Universitas Terbuka. Sugilar., Hidayah, Z., Suhardi, D. A., Kartono, & Arifin, H. (2006). Kajian kondisi program studi berdasarkan BEP dan sebaran mahasiswa di UPBJJ-UT. Laporan Penelitian Kelembagaan. Tangerang: Pusat Penelitian Kelembagaan dan Sistem LPPM Universitas Terbuka.
123