KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) DALAM KADERISASI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Di Susun Oleh : Siti Latifah NIM : 107051002839
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) DALAM KADERISASI DI MENTENG RAYA JAKARTA PUSAT
Skripsi Diajukan untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : Siti Latifah 107051002839
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA DALAM KADERISASI telah diujiankan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 15 Juni 2011 Sidang Munaqasyah
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya itu bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 9 Juni 2011
Siti Latifah
ABSTRAK
Siti Latifah Komunikasi Organisasi PB PII Dalam Kaderisasi
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi.Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi.dan dalam kaderisasi juga dibutuhkan apa yang namanya komunikasi dalam suatu organisasi. Basis organisasi adalah kaderisasi dan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan membangun sifat partisifasif diantara para kader dan agenda akan berjalan. Dari Penjelasan di atas lalu timbul Pertanyaan Apa saja Bentuk Pelaksanaan Organisasi komunikasi Organisasi dalam kaderisasi di PB PII Dalam Kaderisasi? kemudian apakah metode dan materi yang di berikan dalam kaderisasi? Selanjutnya Faktor pendukung dan Penghambat yang terdapat dalam kaderisasi? Metode penelitian yang digunakan adalah adalah pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Berupa lisan, maupun tulisan dari narasumber seperti wawancara langsung, mengikuti kegiatan di lapangan. Pencarian dari internet dan buku-buku Selama 6 bulan, data-data tersebut kemudian diuraikan secara apa adanya berdasarkan yang diterima. Dari hasil penelitian ditemukan Bentuk pelaksanaan komunikasi di PII ialah komunikasi internal yang terdiri dari komunikasi vertikal, komunikasi Eksternal yang terdiri dari komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Untuk materi-materi dan metode yang diberikan dalam kaderisasi adalah seputar Iman Dan Takwa, Jati Diri, Ilmu Pengetahuan Dan Tekhnologi, Kepemimpinan, Kelembagaan, Kebudayaan dan Peradaban, Keumatan, Ekonomi, Lingkungan Dan Kesehatan, Ke- PIIan. Sedangkan metodenya adalah pendekatan yang digunakan PII ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan unit (pengembangan materi). Faktor pendukung dari kaderisasi yaitu Harus ada follow-up dari pengurus dan adanya koordinasi antar pengurus. Adapun faktor penghambat biasanya dalam hal materi (keuangan). Dan adanya kesibukan masing-masing pengurus. Adapun Solusinya yaitu cara pandang dari para kader PII agar ada skala Prioritas terhadap organisasi.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dalam Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi, namun penulis tetap semangat dan tidak putus asa. Karena yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan memudahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Jakarta. 2. Bapak Jumroni MA, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Umi Musyarofah selaku sekertaris jurusan komunikasi penyiaran Islam yang telah membantu penulis dalam hal keadministrasian. 4. Drs. S. Hamdani, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
ii
iii
5. Seluruh dosen dan staf fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di UIN. 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Orang Tua Tercinta H. Syarif dan Ummi Hj Di’ah (alm). Kepadamu ayah, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, dorongan moral, spiritual serta perhatian yang tiada putus sehingga ananda dapat menyelesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan teruntuk Ummiku yang tercinta semoga engkau tenang berada di alam sana. Dan semoga ananda bisa mewujudkan cita-cita yang sebagaimana ummi cita-citakan juga yaitu ingin membangun yayasan untuk kaum du’afa. 8. Kepada Ketua Pengurus Besar PII Muhammad Ridho, kanda dadan, kanda Ramdani, selaku defisi kaderisasi, kanda putra selaku mantan wakil sekjen dan Teman-teman pengurus PB PII,
yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan Penelitian. 9. Kakak-kakakku, (Jamaludin, S.Ag, Nunung Nurhasanah, S.Ag, Izzudin Washil, M.A, Ida Farida, S.Th.I dan yasin Azhari, C.Ss, juga keponakanku tercinta Hafiy Enha Washil dan Ezlafana El Hak dan yang telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis serta memberikan semangat yang tak terputus. 10. Aa C. Zenal Mutaqin, S.Pd.I yang telah menemani hari-hari penulis dalam suka ataupun duka, walaupun terkadang hanya dengan via telephonlah yang
iv
menjadi teman berbagi, dan diskusi, serta dengan kasih sayangnya yang tulus, memberikan dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Taufik Luthfi, S.Pd.I beliau adalah sepupu yang sudah saya anggap seperti adik sendiri, ia pun telah memberikan andil dalam penulisan skripsi ini. 12. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) Jakarta Khususnya teman-teman Aspi dan Aspa, Fatimah, widya, yeni, Maya, Edi, ka Dadel, Supandi, Zay dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu 13. Teman-teman Asrama Bahasa Inggris Latanza, Mis Ida ade sekamar koe, Ratu, Fit, Fatma, Ka, Puji, Dian, Kiki, Nur, Joy, nia, dan Rina serta ade-ade kelas ku di Latanza yang di Ushuludin. 14. Teman-teman trainer Sang surya life school Bang Agil yang selalu mendo’akan penulis, hingga bisa dipermudah dalam segala urusan, ka Cecep yang selalu memberikan masukan, Teh Eka dan teman-teman yang lainnya. 15. Tak lupa juga Guru Tercinta Tu Bagus Wahyudi yang selalu memberikan Inspirasi. teman-teman kuliah Public Speaking School Angkatan 9. Bang Habib, Ka, Jannah, Ka Itoh, Ka, lina, Ikrima, Pak, Sarim, Ka, titin, Ka, Dila Sarah dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan. 16. Teman-Teman KPI A angkatan 2007 Tado, Ali, Aah, Mila, Kholis, Eka, Faizah, Helda, Upay, Bongki, Faiz, Purnomo, Feraz, Prana, Uci, Ririn, special untuk sahabat Ku Anis, ummah yang selalu memberikan semangat, dan membantu penyelesaian skripsi ini. Demikianlah ucapan terimakasih yang tulus dari penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah mendukung penulis, sampai skripsi ini tuntas dengan baik. Penulis menyadari bahwa
v
masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca, serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khusunya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 7 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAKSI ………………………………………………….……………. i KATA PENGANTAR ……………………………………….……………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………….……………. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Pembatasan dan RumusanMasalah....................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 4 D. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5 E. Metode Penelitian ................................................................................. 6 F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 9 BAB II : Tinjauan Teori A. Komunikasi Organisasi ..............................................................
11
1. Pengertian komunikasi organisasi .............................................. 11 2. Fungsi organisasi ........................................................................ 13 3. Bentuk-bentuk komunikasi organisasi ....................................... 15 4. Fungsi komunikasi dalam organisasi ......................................... 18 B. Kaderisasi ...................................................................................
21
1. Pengertian kaderisasi .................................................................. 21 2. Proses kaderisasi ........................................................................ 22 3. Fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi ....................... 25 C. Metode Dakwah dalam Kaderisasi……………………………….28 D. Materi Dakwah dalam Kaderisasi………………………………...29
vi
vii
BAB III Gambaran Umum Organisasi PII dan PB PII dalam Kaderisasi A. Sejarah PII ........................................................................................... 31 B. Kaderisasi di PII .................................................................................... 33 C. Visi Misi PII .......................................................................................... 48 D. Tujuan kaderisasi di PII ........................................................................ 49 E. Struktur organisasi PII dan Pengurus Besar PII .................................... 49 F. Program Kegiatan Pengurus Besar PII .................................................. 51 BAB IV Temuan dan Analisis Data A. Bentuk Pelaksanaan Komunikasi Organisasi dalam Kaderisasi di PB PII .............................................................................................................. 53 B. Metode dan Materi dalam Kaderisasi di PII ........................................ 62 C. Faktor Pendukung, Penghambat dan solusinya ..................................... 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... .74 B. Saran ...................................................................................................... 75 Daftar Pustaka ....................................................................................... …. 77 Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi
merupakan
aktivitas
dasar
manusia.
Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dari kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan atau di mana saja berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. “Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi, sehingga dapat dipastikan di mana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu berkomunikasi, mengapa demikian? karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.”1 Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat di pungkiri begitu juga halnya dengan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Dengan adanya komunikasi yang baik di suatu organisasi. Begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi akan menyebabkan organisasi itu tidak berjalan. Atas dasar itu maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia
1
Zulkarnain Nasution, Sosiologi komunikasi Massa, (Jakarta : Universitas Terbua, 1993), cet ke-1, h.2.
1
2
organisasi adalah memperbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan
sebagai
“memperbaiki
hal-hal
untuk
mencapai
tujuan
manajemen”. Dengan kata lain, orang mempelajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi pengembangan
sumberdaya
manusia
melalui
pengkaderan
dalam
menjalankan roda organisasi.” Di Indonesia terdapat organisasi yang berbasis ke Islaman diantaranya Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Pelajar Islam Indonesia (PII). Dari organisasi tersebut, Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah salah satu gerakan pelajar Islam yang lahir dari rahim umat Islam pasca kemerdekaan (tepatnya 1947 dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan).2 Sebagai bagian dari Umat Islam PII sebagimana juga organisasi lain mempunyai cita-cita untuk berjuang merebut kemerdekaan dan mengeluarkan umat Islaam dari ketertinggalan serta keterbelakangan sebagai akibat dari penjajahan panjang yang dialami bangsa Indonesia. Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan salah satu organisasi pelajar yang menonjol dalam hal kaderisasi. Sistem kaderisasi yang di gunakan dalam kaderisasi yaitu sistem ta’dib. Organisasi ini mempunyai kaderisasi yang berjenjang,
yang
mengkombinasikan
aktivisme,
intelektualisme dan religiusitas. Ta'dib sendiri merupakan sistem kaderisasi baru yang digunakan PII sejak era reformasi yang menandai munculnya 2
Yudi Latief, Intelegensia Muslim dan Kuasa Generologi Muslim Indonesia Abad Ke20, (Mizan Bandung, 2005), h. 305-315.
3
kembali PII di ranah kehidupan publik setelah dibekukan oleh pemerintah orde
baru
dalam
kasus
pemaksaan
asas
tunggal.
Sistem
ini
mengkombinasikan tiga model pembinaan kader melalui jalur training, ta'lim dan kursus. “Sistem Kaderisasi PII merupakan suatu pendekatan progresif dalam pembelajaran di Indonesia. Para kader dididik dengan pendekatan partisipatif dalam paradigma pendidikan orang dewasa (andragogi) yang mendorong tumbuhnya kesadaran kritis semenjak dini. Dalam pendidikan di PII setiap warga belajar dihormati sebagai orang dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan sehingga keberadaan mereka dihargai. Dalam proses pendidikan model ini, para instruktur bukanlah guru yang paling tahu tentang materi yang sedang dibahas melainkan hanya fasilitator yang juga belajar dalam proses itu.3 Dari situ dapat terlihat bahwa PII merupakan salah satu organisasi kader, yang menjadi wadah bagi para pelajar, agar para pelajar lebih kritis sejak dini. Dalam suatu organisasi maka diperlukan adanya komunikasi organisasi, supaya kaderisasi berjalan dan kader yang dihasilkan berkualitas. Pengurus Besar (PB) selaku pengurus pusat mempunyai peranan penting dalam proses komunikasi ditubuh PII, dan di dalam pengurus besar komunikasi yang dilakukan dalam proses kaderisai yaitu berupa komunikasi dari atas kebawah dari segi seperti yang dilakukan pengurus wilayah ke pengurus besar, sedangkan dari atas ke bawah yaitu dari tingkat pengurus besar ketingkat komisariat. Maka dari situ penulis tertarik untuk melihat lebih jauh proses kaderisasi yang dilakukan PB PII. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul “ KOMUNIKASI
3
Islam
ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelajar_Islam_Indonesia Kategori: Organisasi Pemuda
4
ISLAM INDONESIA (PII) DALAM KADERISASI DI MENTENG JAKARTA PUSAT” B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, penelitan ini dibatasi pada komunikasi organisasi pengurus besar dalam materi dan metode kaderisasi di Pelajar Islam Indonesia Menteng Raya Jakarta Pusat. Selama 1 Priode 2010 – 2012 baik yang dilakukan secara internal dan eksternal terhadap para kadernya. 2. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang terjadi seperti tergambar di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a) Bagaimanakah bentuk komunikasi Organisasi PB dalam kaderisasi di PII? b) Apakah metode dan materi yang diberikan PB PII dalam kaderisasi? c) Apakah faktor pendukung, penghambat dan solusinya? C. Tujuan dan Manfaat penelitian Tujuan penelitian ini secara umum
adalah untuk mengetahui
komunikasi organisasi di PII pengurus Besar dalam kaderisasi. Sedangkan Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi organisasi. b. Manfaat Praktis
5
Hasil penelitian ini diharapkan tidak hanya memiliki manfaat secara akademis tetapi juga manfaat secara praktis yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktik khususnya bagi praktisi-praktisi
dan
prilaku
organisasi
dalam
pengkaderan
serta
berkomunikasi yang efektif dan seefesien mungkin. D. Tinjauan Pustaka Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku maupun tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis, Peneliti hanya menemukan dua bentuk yang berkaitan dengan Komunikasi Organisasi. Diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurazijah. Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan Judul Penelitian” Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Pada Perayaan Lebaran Betawi”, yang penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Pembahasan skeripsi ini hanya pada bentuk komunikasi BAMUS betawi pada perayaan lebaran Betawi. 2. Eska Ariyati. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul Penelitian “ Komunikkasi Organisasi Dalam Pengembangan Kepemimpinan di SMU Muhammadiah 4 Jakarta”, yang penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan dan materi untuk mengembangkan kepemimpinan para anggota ikatan pelajar Muhamadiyah. Dari pengamatan mengenai dua bentuk penelitian mengenai komunikasi organisasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Jakarta
6
terdahulu, lebih menekankan terhadap bentuk efek dari hubungan dua variable. Namun belum adanya penelitian mengenai” Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia Dalam kaderisasi Di Menteng Raya Jakarta Pusat”. E. Metodelogi penelitian 1. Metode penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas, yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.4 2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 januari sampai 03 juni tahun 2011 yang bertempat di pengurus Besar jalan Menteng Raya No. 58 Jakarta pusat. 3. Subjek dan Objek penelitian Subjek penelitian ini adalah pengurus Besar pelajar Islam Indonesia sedangkan objek penelitian ini adalah komunikasi organisasi dalam kaderisasi di menteng raya Jakarta pusat. 4. Sumber Data a. Data Primer
4
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta:PT. Rhineka Cipta 1998), cet, ke-2 h. 10
7
Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi dan penelusuran dokumen yang akan dilakukan penulis terhadap kepengurusan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia Dalam pengkaderan di Menteng Raya Jakarta Barat. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku, artikel dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. 5. Tekhnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti. a. Observasi Observasi atau pengamatan Langsung. Tekhnik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti.Selama peneliti amati bentuk komunikasi PB PII dalam kaderisasi menggunakan komunikasi dari atas kebawah (downward communication)
dan
komunikasi
dari
bawah
keatas
(Upward
communication)dan mengetahui metode pembelajaran untuk para kader yaitu menggunakan materi partisipatorik, begitu juga dengan meteri yaitu materi seputar
iman dan takwa, jati diri, ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
kepemimpinan, kelembagaan, kebudayaan dan peradaban, keumatan, ekonomi, lingkungan kesehatan, dan ke-PII-an. selain itu juga mengetahui faktor pendukung kaderisasi yaitu harus ada Follow-up nya dari pihak PB dan
8
faktor penghambatnya yaitu dalam materi (keuangan). Sedangkan solusinya yaitu merubah cara pandang para kader bahwa organisasi PII ini adalah skala Prioritas. b. Wawancara Wawancara (interview) secara langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral dalam kaderisasi di pengurus besar pelajar Islam Indonesia dalam kaderisasi seperti ketua umum PB Muhamad Ridho dan defisi kaderisasi. dadan Firdaus. Sedangkan tekhnik wawancara yang digunakan adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur5. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat. c. Dokumentasi Dokumentasi ialah mengumpulkan data-data atau arsip-arsip tertulis mengenai hal-hal yag berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti dan kemudian akan dianalisis atau diteliti lebih lanjut. Studi dokumentasi ini lebih mengedepankan aspek bagaimana etika dalam mendapatan hasil penelitian yang mudah tapi mempunyai nilai yang tinggi atau hasil yang maksimal 6. Tekhnik Analisis Data Analisis data adalah “proses menyusun data agar data tersebut ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan kedalam kategori.
5
Rusdin Pohan, Metodologi penelitian pendidikan, (Yogyakarta : Lanarka, 2007), h. 78.
9
Tafsiran atau interpretasi artinya
memberikan makna pada analisis,
menjelaskan kategori, dan mencari hubungan konsep”.6 Dari
data
yang
dikumpulkan,
kemudian
dianalisis
dan
diinterpretasikan. Adapun metode analis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan. 7. Pedoman Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CEQDA ( Center for quality Development and Assurance) Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007 F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Dimana masing-masing dibagi kedalam subsub sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Berisi tentang: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II 6
Tinjauan Teoritis
Dadan Ahmad, Metodologi Penelitian Agama Persfektif Ilmu Perbandingan Agama ,(Bandung : pustaka Setia, 2000), h. 158.
10
Menguraikan mengenai, Komunikasi organisasi meliputi: Pengertian komunikasi organisasi, Fungsi komunikasi dalam organisasi, bentuk-bentuk komunikasi organisasi, Pengertian kaderisasi, proses kaderisasi, fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi. BAB III
Gambaran Umum Organisasi PII dan Pengurus Besar PII Meliputi Sejarah berdirinya PII dan Kaderisasi di PII, Visi dan Misi PII, Tujuan PII, Struktur kengurusan organisasi PII & PB PII dan program kegiatan PB PII Priode 20102011.
BAB 1V
Temuan dan Analis Data Bentuk pelaksanaan komunikasi organisasi pengurus besar PII dalam kaderisasi di menteng Raya Jakarta Pusat. Metode dan Materi yang digunakan dalam kaderisasi terhadap kader PII. Faktor Pendukung, Penghambat dan solusi dalam kaderisasi.
BAB V
Penutup Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi Bahwasannya komunikasi organisasi merupakan serangkaian dua kata yang tergabung memiliki makna yang saling terkait. Sehingga mendukung dengan makna lainnya. Sumber konflik yang terjadi antar individu dalam organisasi yang mungkin paling sering dikemukakan adalah buruknya komunikasi. Untuk lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasan masing-masing. Dalam pembahasan komunikasi organisasi lebih tepatnya adalah” kajian pada komunikasi insan yang terjadi dalam organisasi, karena manusialah yang berkomunikasi, bukan organisasi.”1Menurut Onong Uchyana Effendy, “komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau prilaku baik langsung secara lisan, maupun langsung melalui media.”2 Sedangkan pengertian Organisasi “adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.”3 Pengertian komunikasi Organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan Sarbon seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa 1
Stewart L. Tubis-Syilvia Moss. Pengantar Deddy Mulyana, Human Communication, Konteks-Konteks Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005) h. 164 2 Onong Uchhayana Effendy , Dinamika Komnikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000). Cet. Ke-4 h.4 3 Ibid.,h.803.
11
12
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.”4 Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutif mengatakan bahwa “komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal.”5 Kemudian
bersama lesiker, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisai yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi dan peran diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai dan perasaan diantara sesama anggota organisasi. Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi mengenai pengertian dari komunikasi Organisasi ini tapi ada beberapa hal yang secara umum dapat disimpulkan yaitu: 1. Komunikasi Organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungnnya sendiri baik internal maupun eksternal. 2. Komunikasi Organisai meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 3. Komunikasi Organisasi meliputi sikapnya, perasaannya, hubungnnya dan keterampilannya. “Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi. Karena organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi dengan sesama 4 5
anggota organisasi untuk
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet ke-8, h.65. Ibid., h.66.
13
mencapai tujuan yang diinginkan Apabila ditinjau dari proses tujuan yang diinginkan, akan terlihat dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukan pengaruh yang sangat besar dan bahkan menentukan.”6 Maka dari pengertian dan kesimpulan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung disebuah organisasi , dan didalamnya terdapat suatu sistem yang terbuka dimana organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri, baik secara internal maupun eksternal. komunikasi didalam suatu organisasi sangat penting dan memberikan pengaruh terhadap maju mundurnya organisasi. 2. Fungsi Organisasi Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantararanya adalah : a. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang
rajin
dan
terampil,
gedung
yang
bersih
lengkap
peraalatannya..semuanya ini merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya. Dan setiap anggota dianjurkan untuk membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.7 b.
Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab Kebanyakan
Organisasi
bekerja
dengan
bermacam-macam
standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan 6
Sondang P. Siagian, Oraganisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi (Jakarta: Gunung Agung, 1985), cet ke-3, h.109). 7 Arni Muhammad, komunikasi organisasi (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), cet ke-8,.h.33
14
standar masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi, baik itu ada hubungann nya dengan pokok yang mereka buat maupun tidak. Selain adanya tanggung jawab yang karena adanya standar yang perlu diikuti ada pula tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah berupa undang-undang.8 c.
Memproduksi Barang atau Orang Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau
orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing. Efektivitas produksi banyak tergantung kepada ketetapan informasi. “Orang-orang
dalam
organisasi
harus
mendapatkan
dan
mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian dan pemeliharaan informasi memerlukan komunikasi. Oleh karena itu informasi juga tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.” 9
d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang “Sesungguhnya suatu organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing atau mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung pada kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas organisasi.10 Agar suatu organisasi dapat berkembang organisasi hendaknya memilih anggota organisasi yang mempunyai kemampuan yang baik dalam
8
Ibid.,h. 33. Ibid.,.h. 34. 10 Ibid.,h.34. 9
15
bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.11 3.
Bentuk - Bentuk Komunikasi Organisasi Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk
komunikasi internal dan eksternal, Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina manusia dalam suatu organisasi, di mana masing-masing individu anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi satu kesatuan dengan adanya kepantingan bersama. Dedy Mulyana, Ph.D menawarkan lingkup kajian komunikasi organisasi sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.12 a) Komunikasi Internal Komunikasi Internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (oprasi dan manajemen). Atau penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang terjadi didalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur. Dimensi komunikasi internal dapat diklasifikasikan menjadi dua Jenis, yakni : 11
Ibid., h.34. Dedy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 75. 12
16
1) Komunikasi Interpersonal “Komunikasi Interpersonal yaitu proses pertukaran Informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Redding menembangkan klasifikasi interpersonal menjadi reaksi intim, percakapan sosial, introgasi atau pemeriksaan dan wawancara.”13 Komunikasi antar pribadi antara komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.14 “Interpersonal Communication is communication involving two or more peole in face to face setting.”15 2) Komunikasi kelompok kecil Komunkasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotaanggotanya berinteraksi satu sama lainnya.16 “Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan, satu sama lain, berinteraksi beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.”17 Berdasarkan alur komuniksi yang terjadi di dalam organisasi, maka komunikasi internal terbagi kedalam tiga jenis alur yaitu : a) Komunikasi vertikal
13
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara,2007), cet ke-8 h.
159. 1414
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), cet ke-10, h.81. 1515 Hafied Cangara, pengantar Ilmu komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2007), h.32 16 Ibid ., h.33 17 Arni Muhammad, Komunikasi Oganisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet ke-8, h 182.
17
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication)
dan
dari
bawah
keatas
(upward
communication), ini berarti komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan untuk memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dari pada itu bawahan memberikan laporan, saransaran , pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon tetapi, bagaimanapun, komunikasi vertikal yang lancar, terbuka, saling mengisi merupakan pencerminan sikap kepemimpinan yang demokratis yakni jenis kepemimpinan lainnya. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi seperti telah diutarakan pada bab terdahulu ditentukan, oleh frame of Reference
manusia – manusia yang terlibat dalam proses
komunikasi itu. Pada hakikatnya, tingkah laku manusia merupakan pencerminan dari frame of reference-nya.
18
b) Komunikasi horizontal “komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.”18 “komunikasi horizontal adalah komunikasi adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi dalam Organisasi.”19 “Komunikasi horizontal adalah berbagai informasi diantara rekan sejawat dalam unit pekerjaan yang sama.”20 c) Komunikasi Diagonal “Dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran keatas, ke bawah, ataupun horizontal. Komunikiasi diagonal atau komunikasi silang (cross-channel communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain.21” b) Komunikasi Eksternal Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak diluar organisasi . pada instansi-instansi pemerintah department, direktorat, jawatan, dan pada perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya ruang lingkup, komunikasi banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat. 4.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Komunikasi adalah aktivitas amat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan makhluk dunia, terutama di dunia, terutama umat 18
R.wayne Pace Don f. Faules,komunikasi Organisasi strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2006),h.195. 19 Fx. Suwarto, Drs., Ms, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma aya, 1999), h.167. 20 Yenny Ratna Suminar, dkk, komunikasi Organisasional (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), h.4-7.
19
manusia,
memang.,
peranan
komunikasi
yang
efektif,
merupakan
persyaratan bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi disamping sebagai salah satu masalah terbesar manajement modern. “Menurut Sendjaja (2002:4,8), organisasi baik yang berorientasi untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi.” 22 a. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sisitem proses informasi (information-processing system).Maksudnya, seluruh anggota dalam organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebh baik, dan tepat waktu. b. Fungsi Regulatif Fungsi Regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi regulated ini. pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan management,
yaitu
mereka
yang
memiliki
kewenangan
untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu juga mempunyai kewenangan untuk memberi intruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position
of
Authory)
supaya
perintah-perintahnya
dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
22
H. M. Burhan Bungin, sosiologi Komunikasi, (Jakarta, 2006), hal. 274-276
20
Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulative pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan. c. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan hari ini maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasif bawahannnya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian
yang
lebih
besar
disbanding
kalau
pimpinan
sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannnya. d. Fungsi Integratif Setiap Organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal,seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut. (news letter bulletin) dan laporan kemajuan organisasi juga saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
21
B. Kaderisasi 1. Pengertian kaderisasi “Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.”23 “Kader dalam kamus ilmiah populer24adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi: tunas muda dan dalam kamus Induk Istilah Imiah Seri Intelektual.25 di sebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik)” “Dalam kata lain kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam organisasi. Dalam perjuangan agama Islam diperlukan kader inti, kader inti adalah kader yang setia pada citacitanya dan tidak mau tergoda dunia apapun.”26. Kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang jabatan atau pekerjaan penting di pemerintahan, partai dan lain-lain. Sedangkan pengkaderan adalah proses mempersiapkan seseorang untuk menjadi penerus di masa depan, yang akan memikul tanggung jawab penting di lingkungan suatu organisasi. “Mengapa kaderisasi diperlukan?
Karena semua manusia
termasuk yang sekarang menjadi pemimpin, suatu saat pasti akan 23
Nanang Fattah, Landasan Manajement pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosada karya, 2000), cet Ke-3, h.54-56 24 Pius A. Partanto, M. Dahlan A- Barry, Kamus Ilmiah Populer,Arkola, (Surabaya, 1994), hal. 293-294 25 M. Dahlan Al-Barry, L. Lya sofyan yacub, kamus Induk Istilah lmiah ; Seri Intelektual,Target Press, (Surabaya, 2003, Surabaya,2003), h. 349. 26 Ibid.,h.33
22
mengakhiri kepemimpinannya, baik dikehendaki maupun tidak, proses tersebut bisa saja terjadi karena :27 a. Dalam suatu organisasi ada ketentuan priode kepemimpinan seseorang b. Adanya penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki pemimpinnya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar. c. Proses alamiah, menjadi tua dan kehilangan kemampuan dalam memimpin d. Kematian28 2. Proses Kaderisasi Dalam pelaksanaannya proses kaderisasi terdiri dari dua macam yaitu a. Kaderisasi Informal Untuk melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses dengan jangka waktu yang cukup lama. Seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak dan masa remaja merupakan masa kaderisasi untuk menjadi pemimpin dalam upaya membentuk pribadi, agar memiliki keunggulan dalam aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mampu bersaing. Kaderisasi disebut juga proses pendidikan termasuk proses belajar disekolah, peluang yang diberikan orang tua (pendidikan keluarga) peluang dalam kurikulum dan program ekstra kurikulum dan program ekstra kurikulum serta lingkungan. Kepribadian positif harus dipupuk sejak dini dan seumur hidup. Dari 27
proses
tersebut
seseorang
dapat
mengurangi,
mengubah,
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006) cet ke- 3 hal 85 28 Ibid., h. 86
23
menghilangkan aspek-apek negatif. Usaha mengembangkan kepribadian positif itu tergantung kepada orang tua, karena disekolah terfokus pada kurikulum, waktu belajar dan pengajar terbatas, dan hanya berorientasi pada intelektual. kaderisasi Informal terdapat beberapa indicator atau kriteria kelebihan. 1. Berkepribadian positif 2. Gigih 3. Mempunyai loyalitas 4. Mempunyai dedikasi terhadap organisasi 5. Memiliki sifat dan sikap pasrah kepada tuhan yang maha esa sebagai penentu yang mutlak.29 b. Kaderisasi Formal Perkataan formal menunjukan bahwa usaha mempersiapkan seseorang calon kader dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja usaha itu bahkan dapat diselenggarakan secara melembaga, sehingga semakin jelas sifat formalnya. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti suatu kurikulum yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan berisi bahan-bahan teoritis serta bahan-bahan lain sebagai pendukungnya. Kaderisasi tersebut di atas memiliki nilai positif karena mempunyai daya dorong bagi peningkatan prestasi melalui kompetisi atau persaingan sehat seperti jujur dan sportif. Sebaliknya juga akan berfungsi
29
Ibid.,h. 87
24
sebagai motivasi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kerja sam, karena untuk berprestasi tidak mungkin diwujudkan lagi. Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal, dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut: 1) Memberi kesempatan menduduki Jabatan Pemimpin pembantu 2) Latihan kepemimpinan didalam atau di luar organisasi 3) Untuk memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk mengikuti
program
memepersiapkan
calon
pemimpin,
yang
diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu. 4) Memberikan tugas belajar 5) Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas dalam suatu organisasi, perlu dilakukan kegiatan kaderisasi Kaderisasi kepemimpinan secara formal dan bersifat eksternal dilakukan sebagai berikut. a) Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, untuk diangkat memimpin satu unit yang sesuai atau ditugaskan magang sebelum memimpin unit di maksud b) Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi, di dalam atau luar negri. c) Memesan sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan formal dengan program khusus atau spesialisasi, sesuai dengan bidang yang dikelola organisasi pemesan
25
d) Menerima sejumlah generasi muda dari suatu lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi. Dari pengamatan bilamana ditemukan generasi muda yang dinilai memenuhi persyaratan untuk dikaderkan menjadi pemimpin, dapat ditawari pekerjaan setelah tamat. e) Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar pada anak-anak yatim piatu atau yang orang tuanya tidak mampu, sebagai mahasiswa yang berprestasi, dilingkungan sekolah atau perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Setelah tamat langsung ditempatkan pada jalur yang memberi peluang baginya untuk melatih dan mempersiapkan diri menjadi pimpinan secara bertahap.30 “Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, ia merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya.”31 “Sumberdaya manusia (human resources) dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (populasi penduduk) yang sangat kontribusinya. Sedangkan apek kulitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya.”32 3.
Fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi merupakan
tindakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan
31
Schuler, Randell S., Susan E.,1997, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21 Edisi Enam jilid 1, penerbit Erlangga, Jakarta jal.1 32 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006)32 Hal 90-91
26
informasi atau pesan yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindakan komunikasi berdasarkan kontek dimana komunikasi tersebut tersebut dilakukan, yaitu konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Komunikasi organisasi sangat sangat penting dan layak dikaji dan diaplikasikan dalam dunia Organisasi, karena sekarang ini banyak orang yang tetarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industry ataupun organisasi organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajari arus komunikasi yang berlangsung. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi Hal ini merupakan suatu hakikat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama kelompok dan didalam organisasi itu selalu terdapat kepemimpinan yang yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan organisasi. Yang terdiri dari pimpinan dan bawahan Diantara kedua belah pihak harus ada two way-Communicaion atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita yang baik pribadi, kelompok untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial atau kebudayaan. Fungsi yang
27
terjadi merupakan proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Disamping itu juga sebuah organisasi akan semakin baik dan mantap, apabila dilaksanakan oleh pengurus atau pimpinan yang berpredikat kader Tentu saja, bukan sembarang kader, tetapi benar-benar kader yang memiliki gemblengan “kawah candrimuka” dalam proses kepemimpinan diantara sejumlah kader lainnya. Selain itu pengurus pimpinan lebih baik lagi satu dalam pola pikir, pola tindak dan sikap serta bertindak tegas satu dalam pola pikir. Pola tindak, dan pola sikap serta bertindak tegas akan semakin baik dan mantap jika berhasil jika berhasil melaksanakan program-programnya, mengadakan konsolidasi seperti kaderisasi dan sebagainya.33 Kader juga diibaratkan sebagai pondasi dari suatu bangunan sedangkan pemimpin dapat diibaratkan sebagai pilar-pilarnya. Dinding dan atap diibaratkan para anggota dan simpatisan . kesemuanya saling mengkait dan saling berkaitan khusus pondasi (kader) dan pilar (pimpinan) harus benar-benar kuat , jika tidak bangunan tersebut (organisasi) akan mudah rusak karena itu suatu organisasi tanpa memiliki kader, maka organisasi tersebut patut diragukan
akan dapat bertahan untuk jangka panjang.
Tegasnya peranan kader sangat menentukan jalan tidaknya suatu organisasi dimasa mendatang. Karena kader diibaratkan tenaga inti penggerak organisasi atau orang yang bekerja baik secara tenaga, pemikiran dan sebagainya untuk menjaga dan melestarikan hidupnya organisasi.
33
Efendi M. Siregar, Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil Hal 25.
28
Pada dasarnya fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi sangat berkaitan, dimana dengan komunikasi yang efektif disuatu organisasi maka akan menentukan jalan nya roda organisasi dan memudahkan jalannya kaderisasi. Apalagi kaderisasi sebagai motor organisasi dimana organisasi itu akan terlihat dari kualitas para kadernya. C. Metode Dakwah dalam Kaderisasi Metode berarti jalan, cara penyajian materi dakwah. Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh para da’i untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah, kasih sayang dan persuasive. Artinya pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented yang menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.34 Di sisi lain, metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan. Tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif jika dilaksanakan dengan cara yang tepat. Kalau ditinjau secara umum, metode dakwah terbagi menjadi tiga bagian yaitu : bil lisan, bil hall, dan bil kitabah. Metode bil lisan (al-maqal), yaitu seperti yang selama ini dipahami oleh sebagian banyak masyarakat, melalui pengajian, kelompok majlis ta’lim, dimana ajaran Islam disampaikan oleh para da’i melalui pidato, nasihat atau ceramah secara langsung. Metode bil hall
biasanya
dilakukan
melalui
proyek-proyek
pembangunan
dan
pengembangan serta pengabdian yang langsung menyentuh masyarakat sebagai objek dakwah. Sedangkan metode bil kitabah yakni dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan. Akan tetapi ada cara yang lebih tepat
34
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43
29
sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran, yaitu bil hikmah. Hal ini sesuai dengan bunyi Al-Quran surat Al-Nahl ayat 125 :
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl ayat : 125)
D. Materi Dakwah dalam Kaderisasi Materi adalah bahan yang disampaikan oleh seorang da’I dalam berdakwah. Pada dasarnya materi dakwah islamiyah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Secara global, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal yaitu masalah akidah, syariah, dan masalah akhlak.35 Akidah dalam Islam bersifat i’tiqadi bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Bidang ini bukan saja pembahasannya tertuju pada hal-hal yang wajib diimani, tetapi meliputi pula masalah-masasalah yang dilarang, seperti syirik, inkar, dan lain sebagainya. 35
Barmawi Umary, Azas-Azas Dakwah, (Solo : Ramadhan, 1995), Cet. Ke.3, h.77
30
Materi dakwah yang kedua adalah syariah. Masalah syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan Allah guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Masalah syariah juga berhubungan dengan jual beli, rumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal shaleh lainnya. Demikian pula masalah zina, minum-minuman yang memabukan, mencuri dan lain sebagainya termasuk pada materi dakwah. Materi dakwah yang ketiga adalah adalah akhlak. Masalah akhlak ini merupakan manifestasi keimanan, dan akhlak juga sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.36 Materi dakwah sepenuhnya harus bertolak dan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits serta hasil ijtihad para sarjana atau alim ulama.37 Berdasarkan apa yang saya temukan dan amati dalam materi dakwah terhadap kaderisasi di PII.
36
Ibid, h. 60-63 A.H Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 41 37
BAB III Propil Organisasi PII Dan Program PB PII Dalam kaderisasi
A. Sejarah PII “PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) didirikan di kota perjuangan Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji. Salah satu faktor pendorong terbentuknya PII adalah dualisme sistem pendidikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Masingmasing dinilai memiliki orientasi yang berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum dengan "pelajar kafir". Sementara pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional; mereka menjulukinya dengan sebutan "santri kolot" atau santri "teklekan". Pada masa itu sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Merenungi kondisi tersebut, pada tanggal 25 Februari 1947 ketika Yoesdi Ghozali sedang beri'tikaf di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang
31
32
dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam. Gagasan tersebut kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri 2 Secodiningratan, Yogyakarta. Kawan-kawannya yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji, dan semua yang hadir kemudian sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam. Hasil kesepakatan tersebut kemudian disampaikan Yoesdi Ghozali dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), 30 Maret-1April 1947. Karena banyak peserta kongres yang menyetujui gagasan tersebut, maka kongres kemudian memutuskan melepas GPII Bagian Pelajar untuk bergabung dengan organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah juga diminta untuk memudahkan berdirinya organisasi khusus pelajar Islam di daerah masingmasing. Menindaklanjuti keputusan kongres, pada Ahad, 4 Mei 1947, diadakanlah per-temuan di kantor GPII, Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta. Pertemuan itu dihadiri Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Bagian Pelajar GPII yang siap dilebur di organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk, Ibrahim Zarkasji, Yahya Ubeid dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PERKISEM) Surakarta serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Rapat yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu kemudian memutuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00, 4 Mei 1947”1. 1
Artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pelajar_Islam_Indonesia Kategori: Organisasi Pemuda Islam
33
B. Kaderisasi PII Kaderisasi sebagai kebutuhan organisasi dan pembinaan ummat telah dirasakan sejak masa kelahiran pelajar Islam Indonesia (PII). Pada masa awal kelahiran kegiatan kaderisasi dilakukan dengan spontanitas dan terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan organisasi maka bentuk bentuk kegiatan kaderisasi mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang berlangsung terus – menerus secara gradual. Secara kronologis perjalanan dan pasang surut kegiatan kaderisasi itu bisa kita kategorikan dalam beberapa tahap. 1.
Tahap-Tahap pengkaderan Dalam tahapan pengkaderan ini meliputi beberapa bagian, yang
sekiranya menjadi awal dari perkembangan organisasi PII ini. 1.1 Tahap perintisan (1952-1958) Kegiatan pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 juni 1952 dengan nama latihan kader, pelaksanaannya belum dirancang secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku. Walaupun dilaksanakan secara sederhana dengan tingkat persiapan yang kurang memadai, setidaknya Latihan kader telah meletakkan fondasi konsep kaderisasi PII. Latihan kader ini menjadi acuan atau pendorong bagi penyelengggaraan kaderisasi berikutnya. Secara priodik dalam setiap penyelenggaraan Latihan kader dilangsungkan seelah itu dilakukan penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan tantangan yang dihadapi organisasi dan masyarakat.2
2
Buku Induk Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia Periode 1998-2000 h. 2
34
I.2 Tahap Identifikasi & perumusan (1958-1963) Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan seminar Latihan Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan sistem dan metode oleh sebuah tim pengurus yang terdiri dari Mukti Ali. (mantan Mentri Agama) dan Hariri Hadi (pengurus Perguruan Islam AlAzhar / mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Ya’kub (alm mantan pejabat Deperin). Penyusunan Sistem dan dan metode ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti
mengikuti Youth
Leaders training dan Students
Works Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode dynamic group sebagai metode Utama. Rumusan dari Tim perumus itu kemudian diseminarkan dan menghasilkanRumusan dari Tim perumus itu kemudian diseminarkan dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan kepemimpinan. Selanjutnya rumusan ini disyahkan pada konbes V tanggal 28 desember 1985-2 Januari 1959 di Madiun. Berdasarkan pedoman diatas dilaksanakan program kaderisasi secara menyeluruh yang kemudian berkembang secara luas kesetiap daerah. Salah satu pelaksanaan perkembangan tersebut pelaksanaannya Leadershp Training di pesantren seperti di Gontor (1959), Tebuireng (1959,1961), Sukabumi (1960), Tasikmalaya (1961) dan Kota baru, Ponti anak (1961) karena tingkat kebutuhan masyarakat pelajar di lingkungan
pesantren
berrbeda dengan tingkat kebutuhan masyarakat pelajar umum maka konsep dan pelaksanaan Leadership Training didaerah-daerah pesantren ini. Kemudian berkembang menjadi mental training.3
3
Ibid., h. 2.
35
Melihat
perkembangan
diatas
maka
dilakukan
upaya
penyempurnaan sistem dan metode serta konsep kaderisasi secara agak menyeluruh. Pada tahun 1961. Diselenggarakan seminar yang menghasilkan Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus dihasilkan pula sistem dan Metode Perkampungan kerja Pelajar (pkp) sebagai konsep pembinaan dan latihan kepemudaan. Dalam kedua sistem tersebut terdapat penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting adalah terjadinya pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi pembentukan sikap mental( mental attiude) yang islami. I.3 Masa Kristalisasi (1963-1964) Setelah dua tahun pelaksanaan kaderisasi dengan sistem dan metode di atas berlangsung, kebutuhan untuk menyempurnakan sistem dan metode tersebut masih dirasakan, Maka secara beruntutan diselenggarakan seminar pkp di cipasir, ciclaengka, april 1963 menghasilkan sistem dan Metode Mental Training yang disempurnakan dan seminar Leadership Trainng di Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan metode Leadership Training
yang disempurnakan serta pedoman kader yang berisi dasar
pembentukan kader, pengertian fungsi dan status, kepribadian, Hak dan kewajiban, serta tingkat-tingkat dan atribut kader. Hasil-hasil seminar di atas kemudian disahkan menjadi konsep kaderisasi PII yang baru. Secara ringkas tinjauan masing-masing jenis training tersebut terurai dalam pembahasan sebagai berikut: a.
Leadership Training
36
Jenis Training ini menjadi induk program kaderisasi PII yang diarahkan pada upaya pembentukan kader yang berkepribadiandinamik melaui jalan : 1)
Menanamkan
kesadaran kepada peserta untuk memahami,
menghayati, meyakini dan memperjuangkan Islam sebagai pedoman hidup.4 2)
Mengubah dan mengembangkan jiwa peserta kearah yang penuh dinamika, sehingga memiliki sifat-sifat utama (9 sifat) dan memiliki kecakapan untuk memimpin dan menggerakkan anggota untuk berjuang baik didalam wadah
yaitu tingkat dasar dan
tingkat lanjut. Umum b.
Mental Training Sebagaimana disebutkan diatas jelas bahwa sesungguhnya
Mental
Training
adalah
pengembangan
Leadership
Training
yang
diselenggarakan di pesantren atau masyarakat yang taat melaksanakan ajaran Islam. Yang membedakan hanyalah spesifikasi tujuan mentra yaitu : menciptakan keharmonisan hidup dikalangan Pelajar Islam untuk mencapai Izzatul Islam walmuslimin. Spesifikasi tujuan ini membawa konsekwensi pada penambahan materi ajaran islam. Dalam pelaksanaan dan pengembangannya materi ini diarahkan untuk memberikan keseimbangan pengetahuan dan penghayatan agama terhadap pelajar disekolah umum dan memberikan pengalaman langsung hidup dilingkungan pesantren.
4
Ibid., H.2.
37
Mentra dilaksanakan dalm jenjang training Mentra dasar dan Mentra dakwah. Mentra dasar lebih berorientasi pada pengenalan wawasan ajaran islam serta penghayatan tradisi mayarakat Islam. Sedangkan Mentra dakwah berorientasi pada pendalaman ajaran Islam dan praktek dakwah Islam. 1) Perkampungan Kerja Pelajar Perkampungan Kerja Pelajar (pkp) pada awalnya merupakan program
pengabdian
sosial
dan
kemasyarakatan
PII.
Kemudian
dikembangkan menjadi salah satu jenis training untuk memikul beban kaderisasi. a) Perkampungan kerja pelajar dibagi dua jenjang yaitu perkampungan kerja pelajar tingkat dasar dipilihkan Masyarakat yang sudah baik pengalaman ajaran Islamnya. b) Perkampungan
Kerja
Pelajar
Tingkat
Dakwah
dipilihkan
Masyarakat yang masih awam sehingga peserta lebih banyak kesempatan untuk berbakti dan berdakwah mendorong masyarakat agar mampu mengamalkan islam dengan sebaik-baiknya. Dengan dirumuskannya pedoman kadetisasi seperti di atas maka PII berlangsung program training berupa leadership training, Mental Training,
dan
perkampungan
kerja
Pelajar,
pengurus
Besar
PII
menyelenggarakan Musyawarah kader dan Coaching Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967. Mukaci juga berfungsi
38
untuk mengantisipasi problem actual yang dihadapi PII saat itu berhasil merumuskan Sistem dan Metode Training PII yang meliputi5 : 1.
Pemantapan Strategi Training
2.
Kurikulum Training
3.
Hubungan Antar Jenis Training
I.4 Masa konsolidasi (1979) Dari rekomendasi SDPN tahun 1974 maka diselenggarakan pecan Orientasi pekan Orientasi Instruktur Nasional ( POIN) di cibubur, Jakarta , April 1979. Pengurus Besar PII membentuk Tim perumus yang terdiri dari
Muhammad Jauhari, Hazim Abdullah, Umar, Taufik Dahlan
danMasyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan. Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis Besar Keputusan. a.
Fungsi Training Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kaderisasi informal berupa program–program
PII
lainnya.
Sebagai
media
kaderisasi
yang
Kader yang akan dihasilkan melalui proses training
akan
disempurnakan. b.
Karakteristik kader dan Orientasi Training
mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan dan kesiapan. Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem
5
Ibid., h 3-4
39
PII dan umat Islam sehingga bisa menjaga misi dan eksistensi PII dalam rangka izzul Islam wal muslimin. Tantangan
dan
Problem
PII
dan
umat
Islam
dapat
diklasifikasikan dalam 8 orientasi yaitu :
c.
1)
Problem idiologi
2)
Problem kepemimpinan
3)
Prolem Pendidikan
4)
Problem sosial
5)
Problem keadministrasian
6)
Problem ke PII-an
7)
Problem sikap dan Tingkah-Laku
8)
Problem cara Berfikir
Penyempurnaan Tujuan dan penjenjangan Training Dalam rangka mengemban fungsi kaderisasi formal, training
difokuskan pada masalah kepemimpinan ditopang dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih) atas dasar pemikiran di atas maka training dibagi dalam 3 jenis yaitu6; 1)
Leadership Training dengan focus pada masalah kepemimpinan
yang terdiri dari, tingkat dasar (leadership Basic Training) tujuannya terbentuknya kader yang PII tingkat local maupun regional dan mampu memahami problem PII dan umat Islam tingkat Nasional dan tingkat lanjut (leadership Advanced Training).Tujuannya agar kader PII mampu
6
Ibi.,h-4.
40
menjawab tantangan dan problem organisasi PII dan ummat Islam dalam tingkat regional maupn nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat Islam dalam dunia internasional. 2)
Mental Training dengan focus pada masalah pendidikan agama
Islam sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi tantangan.Tujuannya agar terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi umat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah dan perkembangan Syiar Islam. 3)
Perkembangan
Kerja
Pelajar
dengan
focus
pada
sosial
kemasyarakatan Tujuannya terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan mempelopori masyarakat untuk menjawab problem ajaran lainnya yang dihadapi umat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah dan perkembangan Islam. d.
Pengembangan Metode dan Tekhnik Training Untuk melengkapi pemahaman penggunaan metode Group
Dynamic dilakukan kajian teoritik dan menyadur buku achiving in people; Some Aplication of Group Theory,Darwin Cartwright,terbitan reprinted from. Human Relation,vol 1V, No.4,1951. Kemudian dirumuskan teori pengelolaan kelompok dan penerapan training PII. Atas dasar itu maka penggunaan metode di atas dalam pelaksanaan training digunakan tekhnik-tekhnik personal introduction, expextation, case study, closing session dan written assignment.
41
I.5 Masa Resistensi (1985-1991) Sikap PII terhadap penerapan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas membawa pengaruh yang serius terhadap pelaksanaan training PII. Paradigma yang melatarbelakangi konsep dan sistem training yang dipakai PII selama ini didasarkan pada masa legal formal. Pergeseran pola gerakan dari asas legal formal ke informal menyebabkan PII harus mencari alternative gerakan termasuk gerakan bidang kaderisasi..kendala ekstenal yang dialami PII menyulitkan pencapaian target dan tujuan training. Upaya untuk menyesuaikan pola training sesuai dengan situasi eksternal dan tantangan organisasi kemudian memunculkan rumusan sistem training allternatif7. I.6 Masa Rekontruksi (1991-1996) Kondisi informal PII dan kondisi kaderisasi sebagai akibat situasi eksternal tersebut mengharuskan kita untuk melakukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN’79 dan MIN ’85 belum menyertakan pola pembinaan’ pasca training. Dengan kata lain tidak ada paket atau bentuk pembinaan pasca training. Dengan demikian pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing pengurus baik wilayah, daerah maupun komisariat. Masingmasing eselon kepengurusan tersebut tidak memungkinkan menyusun program atau apket kegatan kontineu dan baku. sehingga kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan sporadic tergantung tingkat aktivitas masingmasing eselo kepengurusan. Maka kegiatan pembinaan kader makin tidak terkontrol. Kondisi ini menyebabkan pola jalur dan jenjang training tidak
7
Ibid., h.6.
42
sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Banyak kader pasca batra yang menghilang dan tidak aktif kualitatif. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan dapat menancam eksistensi PII lebih lanjut, maka sudah saatnya dippikirkan bagaimana melakukan penyempurnaan secar konfrehensif menyangkut aspek-aspek fundamental kaderisasi PII melakukan pendekatan kebutuhan obyektif. Konsep ta”dib merupakan solusi terhadap masalahmasalah kaderisasi tersebut. Yang telah direkomendir oleh muktamar ke-19 di Garut, Desember 1992. Konsep ini dipersiapkan dalam loka karya Tim kecil Pengurus Besar PII di ponpes pabelan pada bulan Ramadhan 1411/1911. Menindak lanjuti rekomendasi Muktamar tersebut maka mulai dilakukan proses penyusunan konsep Ta’dib. Secara berturut-turut dan intensif diproses melalui forum-forum khusus yang diadakan untuk kepentingan ini baik pada tingkat PB PII dilaksanakan Sarahsehan terbatas BPTT, Raker serta Rektor PB. Untuk mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training sekaligus menjadi actor utama dalam mempertahankan eksistensi PII yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB segera membuat pola Ta’lim . Sementara itu untuk membuat konsep pelatihan PB melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya kemudian dilaksanakan dalam bentuk Lokarta Ta’lim dan Semioka pelatihan. a. Lokakarya Ta’lim Nasional Lokakarya diselenggarakan pada November 1993 di Islamic Center Bekasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan sosialisasi dan pembahasan tentang konsep dan panduan Ta’lim. Penyelenggaraan
43
acaraberangkat dari kebutuhan yang paling mendesak untuk merealisir pembinaan lewat jalur ta’lim sebagai bagian dari konsep ta’dib.Lokakarya tersebut berlangsung kurang optimal karena tanpa didahului dengan perencanaan yang matang sehingga pembahasan mengenai posisi dan konsepsi jalur Ta’lim dalam perspektif mengundang persepsi yang berkata antara PB PII dengan PW yang hadir, Akibatnya tidak didapatkan titk kesepakatan sehingga tindak lanjut dari acara tersebut tidak seperti yang diharapakan. b.
Semiotika Training Semiotika (Seminar dan Lokakarya) dilaksanakannya menjelang
Muktamar ke-20pada 21-23 Januari 1995 di Jakarta kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan konsep training sekalius untuk mencari masukan bagi penyempurnaan konsep training dalam merumuskan konsep kaderisasi PII perspektif Ta’dib. Terhitung sejak MIN dilampung 1985 PII secara nasioanal belum sempat lagi melakukan kajian secara komprehensifp terhadap konsep dan pola kaderisasi. Untuk itu semioka diadakan, dalam rangka melakukan tinjauan terhadap semua prangkat training PII mulai dari MUKACI (Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur) di pekalongan 19Lampung 1985. Evaluasi selama lebih kurang 12 tahun itu konsep kaderisasi PII khususnya Training baru dapat diagendakan. Memang terasa cukup berat melakukan tinjauan dengan maksud evaluasi dan penyusunan ulang tentang konsep kaderisasi PII yang utuh, kendatipun usaha tersebut tidak dilakukan secara detail, namun tinjauan makro dicoba dilakukan segala konsekwensi-
44
konseksinya, antara lain aspek pendalaman historis pendalaman historis dan filosofis masih sangat kurang. Sekali lagi karena ini factor kebutuhan maka evaluasi itu merupakan suatu keharusan. Berangkat dari kesadaran bahwa evaluasi yang sifatnya komprehensif dan makro itu maka PB PII melalui Tim semiotika melakukan kegiatan pendahuluan sebelum pelaksanaan Semioka. Tim melakukan diskusi regular sebanyak tiga kali, dengan mengundan narasumber antara lain : Utomo Danan jaya, Hasyim Umar, dan Usep fathudin. Dari diskusi Tim tersebut diharapkan Semioka dapat menghasilkan target optimal. Seminar yang bertema “pelatihan dan pengembangan SDM” dalam upaya mengakomodasi sebagai pemikiran yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan pembinaan dan pengembangan SDM, dalam hal ini kaderisasi PII dalam menyusun Ta’dib. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui seminar tersebut antara lain: 1. Mengidentifikasikan
dan
merumuskan
tantangan
serta
peluang
pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan SDM yang berkaitan dengan organisasi Pelajar Islam dan kelembagaan umat Islam secara umum. 2. Menghimpun pemikiran sekitar mode-model alternative pelatihan dan pola pengembangan SDM dalam rangka pembinaan masyarakat pelajar. 3. Menyusun pola dan strategi pelatihan sebagai bahan penyempurnaan system dan metode pelatihan PII. Setelah seminar dilanjutkan dengan lokakarya dengan tiga agenda utama yaitu:
45
a.
Rekontruksi Orientasi
b.
Alternatif system pelatihan PII
c.
Pengembangan materi pelatihan PII Lokakarya dihadiri oleh 13 PW, menandakan bahwa sebagian
besar PW sangat memerlukan tentang perlunya rekontruksi pola kaderisasi PII mengingat kondisi kaderisasi selama ini berjalan apa adanya , sementara PII sudah mulai akan berhadapan dengan berbagai masalah baru yang kompleks. Beberapa masalah mendasar dalam pedoman training sempat dibahas dan dievaluasi serta diperoleh rekomendasi bagi penyempurnaan konsep training. Kesepakatan yang doperoleh dari lokakarya tersebut adalah menindak-lanjuti beberapa hal yang menyangkut upaya penataan system dan pola kaderisasi PII yaitu dengan melakukan kajian lanjutan tentang profit pelatihan PII Silabus dan kuri kulum, rekontruksi, orientasi pelatihan PII dan merumuskan poko-poko pikiran terhadap konsep ta;dib, hasil dari Lokakarya ini kemudian dibawa ke muktamar ke-20 namun karena ketrbatasan waktu prioritas pembahasan tidak sempat di agendakan secara khusus. Dalam stuasi semcam ini PB PII hasil Muktamar ke-20 kemudian memprioritaskan penyelesaian dan penyempurnaan konsep Ta’dib. Untuk keperluan tersebut dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Ta’dib. Secara spesifik badan ini diberikan mandate untuk melengkapi, mengembangkan, menata ulang konsep Ta’dib dalam pembinaan atau konsep sehingga menghasilkan pola pembinaan atau konsep kaderisasi PII secara komprehensif, sistematis, tetapi sekaligus applicable.
46
Selama kurun waktu transisi sembari PB PII melakukan rekontruksi konsep kaderisasi, pelaksanaan training di wilayah-wilayah tetap berjalan namun dengan pedoman yang berbeda-beda. Perbedaan itu makin banyak karena kondisi yang berbeda disetiap wilayah, sehingga boleh dikatakan pelaksanaan training tidak mempunyai standar yang baku secara nasional. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi kaderisasi PII secara keseluruhan. Untuk itu kebutuhan terhadap pembakuan pedoman kaderisasi menjadi sangat mendesak untuk segera dilakukan. PORTANAS Untuk membahas Ta’dib lebih lanjut diadakan Pekan Orientasi ta’dib Nasional (PORTANAS) pada 1-4 Maret 1999 di Semarang, Jawa Tengah. Forum ini dimaksudkan untuk sosialisasi awal Ta’dib sekaligus pembahasan untuk menghimpun masukan bagi penyempurnaan konsep Ta’dib. Dalam Portanas ini telah diajukan kerangka sistem kaderisasi PII yang baru sebagai penyempurnaan system dihasilkan di POIN 1979. Di samping itu juga diajukan draf pedoman dan silabus trainingdan Ta’lim, sedangkan konsep kursus dan panduannya belum bias diajukan karena belum bias diajukan . karena belum lengkap konsep diajukannya pembahasan menjadi tidak optimal. Dan disepakati akan dibahas kembali sebelum di sahkan sebagai sisitem kaderisasi PII yang baru.
47
Lokakarya Instruktur Nasional (LIN 98) Muktamar Nasional PII ke 21 mengamanahkan PB PI priode 1998-2000 untuk mengadakan forum pembahasan final konsep Ta’dib sebagai system kaderisasi PII yang baru. Paling lambat empat bulan setelah terbentuknya kepengurusan PB PII priode 1998-2000 forum tersebut harus ada dilaksanankan Karena itu PB PII priode tersebut penyempurnaan dan penyelesaian konsep Ta’dib sebagai prioritas Programnya. Dan pada 20-26 Nopember 1998 diadakanlah Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) di pandan, jawa Timur, LIN di pandan , Jawa Timur. LIN 98 ini diikuti oleh para Instruktur setanah air sebagai forum yang diamanahkan oleh muknas ke-21. Dan Alhamdulillah forum tersebut berhasil membahas dan merumuskan penyempurnaan konsep Ta’dib sebagai system kaderisasi PII yang baru. Adapun hal-hal yang dapat dirumuskan dalam Forum Tersebut: 1.
Buku Induk kaderisasi PII berisi; sejarahkadrrisasi, konsepsi dasar Ta’dib, Orientasi Ta’dib, system Ta’dib, pedoman administrasi Ta’dib.
2.
Pedoman Traininig dan panduan Training (Batra, Intra, Advan)
3.
Pedoman Ta’lim dan panduan Ta’lim (awal, wustho, Ausat)
4.
Pedoman Kursus
5.
Panduan Kasus batra
6.
Panduan kursus kursus pasca Batra
7.
Panduan-panduan kursus pra intra.
8.
Panduan Kursus pasca intra
9.
Panduan kursus kursus pasca advan
48
10.
Pola kaderisasi Brigade PII
11.
Pola kaderisasi PII wati
C. Visi Misi Visi: PII sebagai katalisator kader masa depan bagi semua umat Islam dan terdepan dalam pembelaan kepentingan pelajar Islam Misi: 1.
Reorientasi gerakan a.
PII sebagai mitra strategis sekolah dan pesantren
b.
PII sebagai organisasi pembentukan kepedulian sosial di kalangan pelajar
2.
c.
PII sebagai organisasi pembela hak-hak pelajar
d.
PII sebagai organisasi pemberdayaan potensi pelajar
Penguatan kaderisasi berbasis level struktur a.
Pembekalan keahlian dasar rekayasa sosial sesuai level struktur
b.
Intensifikasi model penugasan dalam
membentuk
kemampuan rekayasa sosial 3.
Penguatan kemampuan pembentukan opini publik a.
Pembekalan kemampuan komunikasi publik pada diri kader
b.
Pembekalan kemampuan pemanfaatan teknologi informal
49
D. Tujuan kaderisasi di PII Tujuannya adalah membentuk kader yang berkepribadian muslim, cendekia, dan berjiwa pemimpin, Tujuan tersebut merupakan tujuan antara tercapainya tujuan PII berupa kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam. Tujuan Ta’dib atau pengkaderan di PII menyiapkan kader atau sumber daya manusia yang melakukan tugas pencapaian kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan. Unsur-Unsur dalam sistem Ta’dib di desain atas dasar-dasar sebagaimana di sebut di atas untuk mencapai tujuan PII dan Lebih jauh tujuan IZZul Islam Walmuslimin dalam kerangka Islam sebagai Rahmatan lilalamin8. E. Structural Kepengurusan di Organisasi PII Pengurus Besar
Pengurus Wilayah
Pengurus Daerah
Pengurus Komisariat Struktur Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Periode 20102011 1.
Badan Pengurus Harian Ketua Umum
: Muhammad Ridho
Ketua I Bidang Kaderisasi
: Ahmad Abdullah Ramdani
8
Ibid .,H.12.
50
Ketua Bidang Pengembangan dan pemberdayaan Organisasi (PPO) : Ammastafakide Zainal Ketua Bidang III Pemberdayaan Masyarakat Pelajar (PMP) : Muhammad Dede Gusli Piliang Ketua 1V Bidang Komunikasi Umat (KU) : Lukmanulhakim
2.
Sekretaris Jenderal
: Ridwan Zulmi
Sekretaris Jendral
: Putra Diansyah
Bendahara Umum
: Muhammad Yusuf Nasution
Departemen-Departemen Bidang Kaderisasi Departemen Pembasisan Kader
: Eka Mardiana : Afif Muchrom
Departement Pengembangan Sumber daya Kader : Faqihuddin Habibullah al-Ihsany Departement Kader Strategis
: Dadan Firdaus
Bidang PPO Departement Pembinaan Wilayah
: Muhammad Zainuddin Sazain
Departement Pengembangan Wilayah: Pramudyo Saputro Departemen Pengembangan Wilayah : Muhammad Halim Bahabazi : Zahratus Saleh Departemen Peningkatan Mutu Personal : Adnan Salim Kardianto Bidang PMP: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
: Ma’tufathu Rohman
51
Departemen Politik dan Hukum
: Adul waris
Departemen jaringan dan Informasi 3.
Badan-Badan Khusus Dewan Ta’dib Nasional
4.
5.
: Andi Ariel Pattalau
: Muhammad Zainul arifin
Lembaga Khusus Lembaga Media dan Profogana
: Mahrus Ali
Lembaga Bantuan Hukum
: Nur Amelia Kahar
Badan-Badan Otonom KOORDINATOR Pusat Korps PII Wati: Ketua
: Maryam
Koordinator Pusat Brigade PII: Komandan
: Zulfikar Kareung
F. Program Kegiatan Pengurus Besar Priode 2010-2011 1.
Kaderisasi
kegiatan
mengembangkan
sistem
kaderisasi
menjalankan regulasi kaderisasi stabilitas keamanan penyelenggara tingkat nasional contoh Advan Training dan Pelatihan Instruktur. 2.
Pembinaan dan Pengembangan yaitu melakukan pembinaan
struktur wilayah kebawah dan pola-pola keorganisasian contoh TURBA (Turun Kebawah ) yang dilakukan PW ke Pengurus Daerah. 3.
Pemberdayaan: terfokus untuk memaksimalkan kehadiran PII
tingkat masal bersifat eksternal dan menampilkan wajah PII yang simpatik sehingga mengetahui PII lewat kegiatan.
52
4.
Komat (Komunikasi Umat) bertugas dalam hal merespon
perkembangan sosial dan budaya atau mengkomunikasikan permasalahan dan non pemerintahan. Di samping itu juga PII mempunyai Lembaga Hukum untuk melakukan tindakan advokasi terhadap kasus pelajar yang mendapat perhatian publik. Selain itu juga komat (komunikasi Umat ) melalui media Profoganda dalam rangka pemanfaatan jaringan internet dalam rangka mensosialisasikan kepada publik yang PII lakukan9.
9
2011
Wawancara Pribadi dengan Ketua PB PII Muhammad Ridha, Jakarta, 28 Februiari
BAB IV Temuan dan Analisis Data
A. Bentuk Pelaksanaan Komunikasi Organisasi dalam kaderisasi di PB PII. Organisasi Pelajar Islam Indonesia adalah sebuah organisasi yang konsen di bidang dakwah dan pendidikan di dunia pelajar. Organisasi ini Bertempat di menteng raya Jakarta pusat. Dan didalam organisasi pelajar Islam Indonesia ini memiliki tingkatan pengurus. yaitu berawal dari pengurus Besar yang mewadahi tingkat nasioanal, sedangkan pengurus wilayah mewadahi wilayah-wilayah yang ada di Indonesia, pengurus daerah mewadahi daerahdaerah yang berada diwilayah dan pengurus komisariat. Berada di tingkat kecamatan dan dalam satu naungan daerah, dan dalam pengurus besar sendiri memiliki bentuk pelaksanaan komunikasi organisasi demi berlangsungnya kaderisasi. Pentingnya kaderisasi adalah seiring dengan lajunya organisasi. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan adanya komunikasi didalam organisasi di tubuh pengurus besar Pelajar Islam Indonesia (PII). khususnya Pengurus besar sebagai pengurus pusat dan menentukan jalannya kegiatan organisasi yang ada dibawahnya. Karena Jika dalam suatu organisasi tidak ada komunikasi maka organisasi tersebut tidak akan dapat berjalan. Dari hasil temuan peneliti ada beberapa bentuk komunikasi yang ditemukan di pengurus besar dalam kaderisasi yaitu terdiri dari : 1. Komunikasi Internal Komunikasi Internal yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang terjadi dalam suatu lingkup komunikasi organisasi.
53
54
Berdasarkan hasil Temuan peneliti komunikasi internal
yang terdapat di
pengurus besar Pelajar Islam Indonesia ditubuh organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yaitu dengan penyampaian gagasan diantara para anggota PII terutama di tingkat Pengurus besar. wilayah, daerah, hingga komisariat. Atas nama PII, demi berlangsungnya kegiatan PII, setiap kegiatan yang ada di PII itu tidak terlepas dari kaderisasi. Contoh lainnya adalah yang berada pada struktur organisasi di PII,
misalnya pengumuman untuk datang ke rapat
organisasi maupun isi rapat organisasi ditingkat pengurus besar. Melalui media lisan secara langsung, sms (Short Message Service), telepon, dan undangan tertulis dikertas. Biasanya gagasan yang disampaikan berupa informasiinformasi seputar organisasi PII yang berkaitan dalam hal program kegiatan PB PII . Sesuai dari penuturan ketua Umum pengurus Besar PII bahwa” melakukan komunikasi internal didalam organisasi secara struktur, biasanya dijadikan proses kaderisasi disana dituntut bagaimana untuk bertanggung jawab, bagaimana bekerja itu harus propesional, komunikatif, dan biasanya komunikasi itu bersifat cultural masing - masing individu, ada yang lewat formal, lewat rapat dan forum-forum resmi tingkat nasional.” 1 Pada dasarnya setiap pengurus yang ada dipengurus PII baik itu menjabat secara struktural seperti pengurus Besar, biasannya dituntut agar bisa mempertanggung jawabkan secara professional, lewat internal PII demi berlangsungnya kegiatan dan kaderisasi di PII.
1
Wawancara pribadi dengan ketua PB Muhammad Ridho, Jakarta, 23 maret 2011. .
55
a.
Komunikasi Interpersonal “Komunikasi Interpersonal yaitu percakapan sosial, introgasi dan
wawancara diantara anggota organisasi, tidak mengenal jabatan ketua bidang, ketua umum, ataupun para anggota kepada ketua umum, namun dalam komunikasi yang lebih intim secara tatap muka”.2 Berdasarkan temuan peneliti, kepengurusan di organisasi PII dalam komunikasi lebih pada pendekatan Interpersonal, karena secara emosional akan lebih dekat satu sama lain, sehingga tidak ada jarak antara pengurus. Seperti di tingkat pengurus besar maupun tingkat wilayah, daerah dan komisariat. Sesuai hasil wawancara saya dengan
ketua defisi kaderisasi
yaitu “komunikasi interpersonal sering dilakukan pada saat dengan rekan-rekan PB secara non formal biasanya seputar kegiatan yang ada di PII ataupun secara personal.”3 b. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang biasanya sering terjadi ketika rapat organisasi, para anggota dari bidang masing-masing baik di tingkat pengurus besar, wilayah, daerah, dan suatu kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua, tiga atau empat bidang berdasarkan alur komuanikasi. Berdasarkan temuan peneliti Di PB PII sendiri seperti bidang kaderisasi selalu melakukan komunikasi secara kelompok kecil seperti ketika akan melaksanakan kegiatan seperti membahas konten bahan training ,orientasi, metodologi training, dan teknis. 2 3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu., h.3. wawancara Pribadi dengan Divisi Kaderisasi Dadan Firdaus, Jakarta, 28 Maret 2011
56
c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orangorang yang sama tingkatan otoritasnya didalam organisasi. 4
Berdasarkan
temuan peneliti dan analisis biasanya diantara perbidang di pengurus besar komunikasi horizontal ini akan terjalin, seperti halnya dalam merumuskan konseptualisasi kaderisasi kemudian di implementasikan membentuk tim dan memilih instruktur yang berkualifikasi. d. Komunikasi Vertikal Komunikasi Vertikal terdiri dari downroad communication dan upward communication. Downward communication adalah komunikasi dari atas kebawah. Berdasarkan apa yang saya temukan di organisasi PII dalam bentuk pelaksanaan komunikasinya yang berkaitan dengan kaderisasi, dari atas ke bawah. Adapun contohnya adalah
melalui penyampaian informasi dari
pengurus besar kepada seluruh pengurus besar agar turun langsung ke bawah tingkat komisariat. Dalam rangka perintisan bagi daerah-daerah yang belum tersentuh oleh organisasi PII atau terancam regenerasi kadernya. Seperti wilayah Timur Indonesia, dan Biasanya dilibatkan dalam program kegiatan seperti kaderisasi, seperti yang dikatakan ketua PB
dalam pentrainingan
konvensional, contohnya adalah Advan Training atau basic training khusus bagi daerah-daerah yang terancam regenerasi kader biasanya PB langsung turun tangan bekerja sama dengan keluarga besar hingga bisa melaksanakan acara training. Biasanya dikenal dengan istilah perintisan.
4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara 2007) hal 121
57
Upward communication adalah komunikasi dari bawah keatas. Biasanya bentuk pelaksanaan komunikasi organisasi di PII dalam kaderisasinya ditingkat wilayah ke pengurus besar. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan ketua PB kegiatan
yang berhubungan
dengan
kaderisasi
“setiap
yang diselenggarakan
dipengurus wilayah, dijadikan sebagai program bersama dan itu kegiatannya tingkat nasional. Contohnya kegiatan advan training, pelatihan Instruktur dan sebagainya”.5 Hal yang sama dikatakan defisi kaderisasi misalnya6 dari eselon kebawah yaitu pengurus wilayah (PW) PII menyelenggarakan Advan training kemudian di Follow up oleh PB PII, kalau dengan lingkungan pengurus besar dengan dewan ta’dib nasional yang mengkoordinasikan seluruh instruktur yang berada instruktur di PB PII yang membuat sarah sehan instruktur dan pada akhirnya merekomendasikan tim Advan di wilayah-wilayah ke kaderisasi, dan kaderisasi yang memiliki otoritas untuk memutuskan yang berada di struktural. Selain training juga di dalam PII ada yang dikenal istilah ta’lim. PB juga sering turun ke wilayah - wilayah biasanya dalam rangka pembinaan terhadap para kader. e. Komunikasi Diagonal Komunikasi Diagonal adalah komunikasi silang melintasi fungsi dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran keatas, kebawah, ataupun horizontal. Berdasarkan apa yang saya temukan di tubuh pengurus Besar komunkiasi 5 6
wawancara Pribadi dengan ketua PB PII Muhammad Ridho, Jakarta, 23 Maret 2011 wawancara Pribadi dengan Divisi Kaderisasi Dadan Firdaus, Jakarta, 28 Maret 2011
58
diagonal ini terjadi ketika diadakannya rapat sarah sehan intstruktur, biasanya satu sama lain seperti ketua defisi memberikan masukan dan kritkan terhadap apa yang dibahas. 2.
Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara ketua umum
organisasi dengan organisasi lainnya. Komunikasi eksternal secara timbal balik terdiri dari dua jalur, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak dengan organisasi. a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif atau penyampaian informasi berisi tentang pengumuman undangan mengikuti kegiatan organisasi yang dilakukan yaitu melalui pemberdayaan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan tingkat masal dan tentunya bersifat eksternal dengan tujuan agar menampilkan wajah PII yang simpatik, sehingga masyarakat mengetahui keberadaan PII melewati kegiatankegiatan PII. Adapun bentuk pelaksanaan komunikasi organisasi secara eksternal di tubuh pengurus Besar PII yaitu membangun komunikasi organisasi untuk menopang tingkat pinansial dan kebijakan pinansial ke keluarga besar ke alumni PII. sekolah-sekolah, Serta membangun tingkat kebijakan seperti life skiil dengan diknas. Disamping itu juga baru-baru ini PB PII akan mengadakan seperti pelatihan pelajar anti korupsi bekerja sama dengan KPK Dan beberapa kegiatan lainnya seperti Reaktor Nuklir Batan dalam rangka mengenalkan untuk energi.
59
b. Komunikasi dari Khalayak kepada Organisasi Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari penyampaian informasi yang dilakukan oleh organisasi. Berdasarkan ketua PB PII mengatakan” bahwa merespon semua perkembangan budaya atau mengkomunikasikan permasalahan dan , non pemerintahan, melalui media profoganda dalam rangka pemanfaatan jaringan internet dalam rangka mensosialisasikan kepada publik yang di lakukan oleh PII.Misalnya adalah ketika
PII mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah dan itu
tergabung dengan organisasi-organisasi Seperti yang dikatakan oleh ketua PB PII yaitu menjalin hubungan dengan organisasi HMI, GMNI, IMM, KAMMI. Dalam rangka aliansi bersama menyikapi situasi politik, dengan tujuan membongkar kebohongan Publik pemerintah, dan PB PII sebagai deklalator.”7 Berdasarkan apa yang saya temukan dan amati di PB PII dari segi eksternalnya terutama Pengurus Besar respon dari khalayak terhadap organisasi PII dan Pengurus Besar dari segi kaderisasinya adalah berupa Undangan lembaga diknas
yang masuk terhadap pengurus besar agar
memenuhi undangan atas nama organisasi. Biasanya PB PII atas nama organisasi Memberikan kontribusi berupa gagasan yang berkaitan dengan dunia pelajar. Seperti ketika organisasi PII di undang di tingkat Asean, dan yang memenuhi undangan adalah dari pihak pengurus besar. Dan dilibatkan nya PII di PEPIAT (Persatuan Pelajar Tingkat Nusantara). Ini menandakan bahwa eksistensi PII masih dibutuhkan oleh khalayak.
7
wawancara Pribadi dengan ketua PB PII Muhammad Ridho, Jakarta, 23 Maret 2011
60
Sebelum kita mengenal materi dan metodenya yang ada didalam kaderisasi di PII, maka peneliti akan terlebih dahulu mengetahui definisinya terlebih dahulu apa itu kader? Kader adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu organisasi. “Menurut defisi kaderisasi yang saya wawancarai, ”Kader adalah orang yang menjalankan misi-misi organisasi kaderisasi adalah proses menginternalisasi misi kepara kadernya dan mengidiologikan misi dan nilainilai kepada kadernya dan mentransformasikan misi itu kedalam dunia real sehingga misi organisasi itu bisa terwujud melalui proses kaderisasi. adapun tujuan
Kaderisasi sebagai penggerak
Sumber daya manusia untuk
menjalankan misi dan kaderisasi mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi selanjutnya dalam rangka untuk pencapaian misi. Demikian pula hanya dalam pelaksanaan kaderisasi. Proses kaderisasi ada dua dalam suatu organisasi, ada secara formal dan informal. 1.
Kaderisasi informal adalah kader yang dipupuk sejak dini artinya upaya dalam membentuk karakter yang positif, agar memiliki keunggulan dalam bersaing berdasarkan aspek-aspek yang dibutuhkan. Dan dikenal istilah di PII adalah kader secara struktural. Seperti apa yang saya temukan di PII bahwa banyak para kader yang mempunyai potensi yang terlibat di PII, walaupun mereka belum pernah mengikuti jenjang training. Hal ini ini dibenarkan oleh defisi kaderisasi.
61
Seperti yang dikatakan defisi kaderisasi structural adalah
bahwa 8”kaderisasi
kaderisasi tidak hanya sebatas dengan makna pelatihan
training, kursus dan sebagainya tapi seluruh aktifitas diorganisasi adalah kaderisasi melalui penugasan. di PII sendiri ada kader informal misalnya dari kader sendiri tidak pernah mengikuti Training konvensional tetapi kader tersebut tetap diakui menjadi kader, karena kader tersebut memiliki potensi kemudian diarahkan potensinya.” 2. Kaderisasi Formal adalah usaha untuk mempersiapkan kader dilakukan secara tertib, terarah, termanage dan terlembaga. Berdasarkan kaderisasi secara formal di PII adalah dengan mengikuti jenjang training, yaitu para kader mengikuti Leadership basic Training (LBT) Intermedite Training (Intra) Advan Training. Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal, dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut:9 1) Memberi kesempatan menduduki Jabatan Pemimpin pembantu Berdasarkan apa yang saya temukan dan amati bahwa yang ada di dalam PII sendiri khusunya yang berada di struktur kepengurusan PB PII yaitu memberikan mandat terhadap kepengurusan yang ada dibawahnya seperti ketua-ketua bidang tidak bisa menghadiri acara tertentu. Misalnya di forum Badan Pengurus Harian (BPH) . 2) Latihan kepemimpinan didalam atau di luar organisasi
8
9
wawancara Pribadi dengan Divisi Kaderisasi Dadan Firdaus, Jakarta, 28 Maret 2011
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006) cet ke- 3 hal 85
62
Untuk memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk mengikuti
program
memepersiapkan
calon
pemimpin,
yang
diselenggarakan dalam jangka Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas dalam suatu organisasi, perlu dilakukan kegiatan kaderisasi Berdasarkan apa yang saya temukan
dalam pengurus besar
sendiri selalu dilibatkan dalam pelatihan kepemimpinan seperti Leadership Basic Training, Leadership Intermediate Training, dan Leadership Advance Training . sedangkan program-program kementrian organisasi PII khususnya PB selalu mendapatkan undangan dari kementrian. 3) Memberikan tugas belajar Berdasrkan apa yang saya temukan organisasi PII khususnya PB PII selalu memberikan informasi untuk tugas belajar
terhadap para
kadernya yang berkualitas. Serta para kadernya yang mengikuti program beasiswa itu. Di jadikan sebagai investasi organisasi. Diharapkan agar para kadernya yang mengikuti beasiswa itu bisa menggantikan kepengurusan PII di masa yang akan datang. Berdasarkan yang saya temukan dan analis Ada beberapa metode yang digunakan dalam kaderisasi. B. Metode dan Materi Yang diberikan dalam kaderisasi Metode di sisi lain berarti jalan atau cara penyajian, metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan. Tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif jika dilaksanakan dengan cara yang tepat. Kalau ditinjau secara umum, metode
63
dakwah terbagi menjadi tiga bagian yaitu : bil lisan, bil hall, dan bil kitabah Berdasarkan apa yang saya temukan di tubuh organisasi PII dari segi metode yang PII gunakan adalah metode partisipatif. Jika dikaitkan dengan
metode
dari segi pendekatan dakwah dalam kaderisasi, dengan
pendekatan unit (pengembangan materi) di PII ini sangat berkaitan. Karena setiap kaderisasi di PII itu tidak terlepas dari kegiatan dakwah. Begitu juga dengan materi yang diberikan terhadap para kader yaitu berkaitan dengan materi keislaman karena organisasi PII sebagai organisasi dakwah. Aternatif metode yang yang dapat digunakan di PII adalah : a. Informasi: yaitu memberikan informasi terhadap para kader agar para kader memahami apa yang di informasikan demi berjalannya proses kaderisasi.biasanya ketika setiap diadakannya kegiatan salah satunya training. b. Tanya jawab: adalah sesuatu yang dipertanyakan kemudian harus di jawab. Biasanya dilakukan setiap ada kegiatan training ataupun kegiatan lainnya . Ini dilakukan oleh para pengajar atau instruktur terhadap peserta atau para kader PII dengan tujuan ketika dalam menyajikan meteri terkesan tidak monoton, dan kesannya hidup. c. Tugas: adalah perintah dari seorang instruktur terhadap para peserta training. Biasanya dilakukan oleh para Instruktur dengan memberikan tugas kepada para peserta training . baik itu berupa tugas menyelesaikan suatu study kasus dan lainnya.
64
d. Diskusi yaitu pembahasan terhadap suatu masalah, biasanya atas perintah seorang Instruktur disetiap kegiatan pentrainingan. Agar para peserta mampu berdiskusi dan mengeluarkan argumentasinya melalui partisipasi dari para peserta terhadap suatu materi. e. Praktik: yaitu sesuatu yang sifatnya turun langsung ditengah lapangan. Biasanya disetiap kegiatan yang ada di PII selalu praktek atas perintah instruktur dengan memberikan sebuah tugas disana agar dituntut para kader PII mengetahui kondisi lapangan kemudian bisa beradaptasi dengan lingkungan itu. F. Game adalah sebuah permainan, biasanya game ini trermasuk kategori Ice breaker di tengah materi, tetapi masih ada korelasi antara materi dan gamenya dan disana instruktur harus mempunyai tingkat kreatifitas dalam memberikan game terhadap para peserta. Dengan tujuan agar menarik antusias para peserta. Berdasarkan apa yang saya temukan dan amati di PII sistem partipatorik. Dimana peserta atau para kader
menggunakan dianggap sudah
memiliki pengetahuan, tinggal bagaimana mengarahkan segala potensi para kadernya. Materi adalah bahan yang disampaikan oleh seorang da’I dalam berdakwah. Pada dasarnya materi dakwah islamiyah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Secara global, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal yaitu masalah akidah, syariah, dan masalah akhlak.10
10
Barmawi Umary, Azas-Azas Dakwah, (Solo : Ramadhan, 1995), Cet. Ke.3, h.77
65
Di setiap materi dalam kaderisasi yaitu tidak terlepas dari materimateri keislaman dengan bertujuan agar para kader bisa menjadi kader yang islami dan bisa menjalankan setiap materi yang disampaikan Disini organisasi PII sebagai organisasi dakwah dan ini terlihat pada metode yang PII terapkan ketika proses kaderisasi berlangsung. Adapun pendekatan terhadap para kadernya yaitu menggunakan metode partisipasif dimana agar para kader lebih berperan aktif dalam berdakwah. sesuai dengan syari’at. Berdasarkan apa yang saya dapat dari buku Ta’dib Kaderisasi bahwa Materi yang diberikan dalam kaderisasi yaitu berorientasi pada : a. Iman dan Takwa. Hal ini didasarkan kepada problem krisis spiritual, dekadensi moral, dan penyimpangan akidah. Dengan demikian perlu adanya pembenahan hal itu dengan menekankan pentingnya pembinaan iman dan takwa, yang berfungsi sebagai penjaga bagi keutuhan integritas dalam prilaku dan komitmen kepribadian, yang mampu mengendalikan diri. b. Jati Diri Didasarkan pada problem krisis identitas, individualism, egoisme. Biasanya krisis identitas ini menjadikan seseorang tidak memiliki konsep dan citra diri, kondisi ini menyebabkan seseorang tidak bisa beraktualisasi. Disamping itu juga ada yang namanya problem krisis identitas, individualisme, dan egoisme. Ini bersifat antisocial( merusak). Sikap ini menjadikan seseorang tidak bisa berbaur dengan masyarakat dan lebih mementingkan kepentingan diri sendiri.
66
Kedirian yang baik diharapkan menjadikan seorang kader dapat menempatkan diri, berfungsi secara tepat dan membangun lapis peran yang berarti, sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakatnya, peran tersebut secara langsung ataupun tidak dilakukan untuk mengatasi problema dan tantangan masyakat. Pembentukan jati diri seseorang harus di mulai dari awal. Hal ini merupakan langkah pertama untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap kepribadian. Selanjutny kedirian harus dijaga dan dikembangkan secara teratur dan dengan berbagai rangsangan dan psikologis, baik secara program dalam proses pendidikan maupun secara ilmiah dalam kehidupan masyarakat. c. Ilmu Pengetahuan Dan Tekhnologi Hal ini didasari karena tantangan dalam orientasi ini meliputi wawasan iptek, kebodohan, cara berfikir dogmatis, ekslusif maka akan menyebabkan seseorang berfikir jumud, picik dan kaku tidak dapat melihat alternatif pengembangan untuk menyikapi terhadap realitas yang ada. Maka disini dianjurkan untuk menguasai dan memimpin peradaban dunia, dengan demikian pemahaman dan pengalaman keagamaan kader diharapkan selaras dengan penguasaan dan tekhnologi secara terpadu dan berimbang. d. Kepemimpinan Berangkat dari sebuah permasalahan yaitu meliputi paternalism, krisis etika, dan rendahnya kapasitas. Dengan adanya paternalisme potensi kreatifitas dan kemandirian seseorang akan terkungkung sehingga potensi kepemimpinannya tidak teraktualisasikan secra optimal. Krisis etika yang
67
melanda suatu organisasi akan berimbas tidak akan terjalinnya komunikasi yang selaras dan menyebabkan sering terjadinya salah persepsi. Kepemimpinan seseorang atas sutu organisasi atau lembaga akan berjalan kurang maksimal seandainya ia tidak memiliki kompetensi kepemimpinan juga kurang terkelolanya sumberdaya secara baik. e. Kelembagaan Pada dasarnya Problem kelembagaan yang dihadapi oleh pelajar Islam Indonesia dewasa ini adalah pengelolaan organisasi dan sumber daya yang kurang profesioanal, produktifitas, dan mutu aktifitas yang masih rendah serta etika dan rasa kepemimpinan terhadap organisasi. Adapun yang menjadi kendala utama tersendatnya pelaksanaan program dan kegiatan adalah pengelolaan organisasi dan sdm yang propesional, produktifitas dan mutu aktifitas oragnisasi yang masih rendah telah menjadi problematika tersendiri ditambah lagi etika dan rasa kepemilikan terhadap organisasi yang kurang tertanam pada hal itu menjadi prasarat untuk menjaga harmoni dalam kegiatan organisasi, dan menghindarkan prilaku anarkis dan distruktif. Jaringan komunikasi yang lemah menyebabkan pengelolaan organisasi tidak efisien dan efektif serta rapuhnya kerjasama antar lembaga. f.
Kebudayaan Dan Peradaban Problem PII meliputi pergeseran nilai-nilai dan pranata sosial,
disorganisasi sosial globalisasi sikap konsuntif hedonisme dan kriss paradigm kebudayaan Islam
68
Pergeseran nilai dan pranata sosial merupakan konsekuensi logis dari adanya perubahan sosial dimasyarakat. Disorganisasi sosial terjadi karena perangkt organisasi tidak mampu atau terlambat menyesuaikan diri dengan arus dan perubahan sosial Globalisasi sebagai kecenderungan transfaransi tata pergaulan dan kerjasama dunia tidak mungkin dihindari hal ini berimbas akan tingginya tingkat keterpengaruhan dan interaksi budaya dan peradaban dunia. Konsetivisme dan hedonisme akhir-akhirini semakin menguat dan memiliki kecenderungan untuk semakin meluas pada masa yang akan datang. Krisis paradigm kebudayaan Islam merupakan kondisi
yang paling
menyedihkan yang harus dihadapi oleh umat sekarang ini. g. Keumatan (Sosial Politik) Berawal dari masalah keumatan dan sosial, politik meliputi eksekslusifisme, sektarisme, lemahnya struktur politik dan akses terhadap kekuasaan, lemahnya perlindungan HAM, menguatnya hegemoni, tata dunia baru, struktur sosial politik yang feudal, perimbangan kekuasaan dan krisis idiologi. Ekslisifisme dan sektarianisme adalah dua gejala yang kurang menghubungkan umat islam khususnya untuk mewujudkan islam sebagai rahmat lil alamin. Kekuasaan politik adalah salah satu alat dakwah khususnya untuk penegakan amar ma’ruf nahi munkar secara lebih efektif dan efisien. Tingkat persaingan yang makin keras dan berat untuk bisa mempertahankan eksistensi hidupnya seseorang kadang-kadang meninggalkan pertimbangan pengaruh
69
perbuatannya bagi orang lain atau mengabaikan hak-hak orang lain bagi orang lain atau mengabaikan hak-hak orang lain. Menguatnya hegemoni tata dunia baru seiring dengan arus globalisasi akan berakibat sangat besar terhadap kondisi sosial politik umat Islam. Penguatan Idiologi umat Islam merupakan kunci utama agar bisa optimal dalam kehidupan sosial politik. Upaya ini sangat penting dalam rangka mempersiapkan diri berbagai tantangan untuk masa depan. h. Ekonomi Problem yang dihadapi umat Islam saat ini adalah rendahnya etos kerja, lemahnya jiwa dan kemampuan wira usaha kesenjangan dan ketidak adilan ekonomi, serta terbatasnya penguasaan sumberdaya ekonomi. Keadaan, problema dan tantangan dalam bidang ekonomi di atas untuk waktu yang akan datang semakin keras dan berat untuk diatasi, jika umat Islam
tidak
melakukan
upaya
pembenahan
secara
mendasar
dan
berkesinambungan, Atas dasar pemikiran tersebut Pelajar Islam Indonesia menjadikan problema ekonomi sebagai salah satu aspek prioritas yang akan di garap secara serius dan sungguh-sungguh dengan dijadikan sebagai salah satu orientasi dalam kegiatan pendidikannya. i. Lingkungan Dan Kesehatan Problem dan tantangan dalam bidang Lingkungan kesehatan meliputi persoalan krisis lingkungan, buruknya budaya hidup sehat, upaya prefentif, dan kuratif kebugaran dan kesehatan, dikarenakan melihat pentingnya penjagaan kelestarian lingkunga hidup dan penjagaan kesehatan diri dan masyarakat, PII akan senantiasa mendorong setiap kadernya untuk
70
secara nyata dan partisifasif terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena disadari bahwa aktifitas organisasi harus didukung oleh sdm yang berkualitas yang salah satunya adalah kesehatan fisiknya. j. Ke-PII-An Tantangan dan Problem yang terdapat secara khusus dalam kelembagaan dan kekorganisasian atau ke-PII-an meliputi tidak meratanya pemahaman dan beragamnya aplikasi konstitusi PII, belum optimalnya aktualisasi peran PII dalam masyarakat dan bangsa, serta problem kaderisasi. Lemahnya pemahaman konstitusi dapat terlihat dari aktifitas keorganisasian yang menyimpang atau tidak sebangun dengan aturan main organisasi pada hal sebenarnya konstitusi dapat terlihat dari aktifitas keorganisasian yang menyimpang atau tidak sebangun dengan aturan main organisasi . pada hal sebenarnya konstitusi membangun organisasi menjadi lebih kokoh dan sistemik sehingga melahirkan aktualisasi organisasi yang sistematis dan berdaya guna. Aktualisasi peran PII di masyarakat, bangsa dan Negara masih dirasakan minim, meskipun PII memberikan kontribusi sejarah yang cukup signifikan bagi masyarakat, bangsa dan Negara, namun berbagai problem kelembagaan muttakhir, membuat aktualisasi peran menjadi terlambat dan tidak optimal, sebagai bagian dari masyarakat dan bangsanya PII seharusnya PII mersa terpanggil oleh kesadaran sejarahnya bagi aktualisasi missinya ditengah masyarakat. Kaderisasi sebagai tulang punggung pembentukan kader menjadi kegiatan prioritas dalam organisasi. Kesinambungan misi dan terjaga
71
eksistensinya sangat dipengaruhi oleh kegiatan kaderisasi. Apabila kegiatan kaderisasi optimal dan berjalan dengan baik maka eksistensi organisasi akan terjaga dan pencarian tujuan dan misi organisasi semakin menemukan jalan lapang. Namun sebaliknya apabila kaderisasi tidak lancar bahkan terhambat dan terhenti maka seluruh kegiatan organisasi secra pelan dan pasti akan terhenti pula. Dari sudut pandang yang lain bisa di lihat bahwa kualitas kaderisasi secara signifikan akan sangat mempengaruhi kualitas pencapaian kegiatan dan pencapaian target serta tujuan organisasi. Karena itu mengukuhkan kembali pemahaman yang utuh terhadap aturan main organisasi serta optimalisasi pembinaan sumberdaya anggota sehingga meliharkan kaderkader berkualitas menjadi keniscayaan bagi PII sehingga aktualisasi peran PII di tengah masyarakat, bangsa dan Negara dapat dilakukan secara optimal11 C. Faktor Pendukung, Penghambat dan solusinya dalam kaderisasi. Pada umumnya dalam melakukan kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat yang saling berkaitan. Baik dalam bentuk internal maupun eksternal, maka bisa saja kedua sisi tersebut berasal dari pelaksanaan itu sendiri. Sehingga dapat mempengaruhi bagaimana hasil, yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.. Adapun faktor pendukung dan penghambat dan solusi yang penulis dapatkan selama mengadakan penelitian, yang dilakukan dengan melalui wawancara kepada beberapa (narasumber) yaitu :
11
Buku Induk Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia Periode 1998-2000 h. 2
72
1.
Faktor Pendukung Salah satu pendukung dari pihak kaderisasi yaitu harus adanya
struktur kepengurusan dan koordinasi dengan semua pihak. Dan tentunya harus ada polo uf dari defisi kaderisasi terhadap para kader. 2.
Faktor Penghambat Dalam setiap kegiatan Organisasi yang memperoleh keberhasilan
pasti, menempuh berbagai hambatan-hambatan yang harus diatasi, agar kegiatan berjalan dengan tujuan organisasi tersebut. Hambatan dalam Organisasi dalam Kaderisasi di PB PII. Adapun faktor penghambat biasanya mengalami hambatan dalam materi (keuangan) tapi pada akhirnya PII masih bisa menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan training. Ada dari beberapa PB PII hambatannnya secara personal karena masing-masing sibuk dengan kuliah, urusan pribadi, tetapi ketika dia berikrar untuk menjadi instruktur di setiap pelatihan-pelatihan. 3.
Solusi Yaitu cara pandang bahwa identitas PII adalah organisasi
kaderisasi, kalau itu terus menguat menjadi mainstream diseluruh kader apapun hambatannya kaderisasi akan tetap berjalan. Karena kaderisasi amat penting bagi penyiapan kader selanjutnya memperkuat kita untuk melanjutkan misi PII kalau cara pandang tidak benar sudah tidak akan berjalan. Sesuai dengan perkataan dari defisi kaderisasi
Sepanjang ini PII menjadi cara pandang
seluruh kader adalah hal yang terbaik dan skala prioritas. Kalaupun banyak orang lain PII main ke dunia eksternal main didunia massa ketika kita prioritas
73
disana maka kaderisasi di PII akan runtuh maka pada akhirnya seluruh institusi di bawah PB konsentrasi diwilayah kaderisasi. Ketika kaderisasi ini kuat maka kaderisasi ini bisa mendistribusikan orang-orang terbaik kedunia eksternal. jadi pada akhirnya
kaderisasi itu selain
mempersiapkan kader
generasi
selanjutnya, juga menyiapkan kader-kader strategis. Peran serta masyarakat dalam membangun masyarakat. Intinya yang dapat saya petik dari apa yang dikatakan defisi kaderisasi adalah skala prioritas, artinya memperkuat kondisi internal di tubuh PII dengan cara memupuk dan mempersiapkan
para kader
agar mampu bersaing dan mendistribusikan orang-orang terbaik kedunia eksternal.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Organisasi di PII khususnya Pengurus Besar menggunakan bentuk komunikasi Organisasi dalam kaderisasi lebih menggunakan komunikasi secara Interpersonal, komunikasi kelompok kecil, komunikasi horizontal, Diagonal, Vertikal terdiri dari
upward communication (komunikasi
keatas) dan downward communication (komunikasi dari atas kebawah) dalam kaderisasinya, biasanya Pengurus Besar bekerja sama dengan pengurus wilayah dalam menjalankan program bersama seperti kaderisasi dengan acuan pengurus wilayah ingin mengadakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan kaderisasi seperti advan training pelatihan Instruktur dan sebagainya dengan meminta bantuan pengurus Besar biasanya dianggap sebagai program bersama. Atau pengurus besar turun langsung kebawah seperti dengan mengadakan basic Training, Intermedit Training, Advan Training, Pelatihan Instruktur tingkat nasional, dengan bekerja sama dengan keluarga Besar, Biasanya Pengurus Besar langsung terjun di daerah tertentu di karenakan regenerasinya terancam maka dikenalah istilah perintisasan. 2. Materi dan metode yang diberikan kepada para kader seputar Iman Dan Takwa, Jati Diri, Ilmu Pengetahuan Dan Tekhnologi, Kepemimpinan, Kelembagaan,
Kebudayaan
dan
Peradaban,
Keumatan,
Ekonomi,
Lingkungan Dan Kesehatan, Ke- PIIan Sedangkan metodenya adalah
74
75
pendekatan yang digunakan PII ini adalah pendekatan partisipatif dengan pendekatan unit (pengembangan materi). Alternatif metode yang yang dapat digunakan adalah: a) Informasi b) Tanya jawab c) Tugas d) Diskusi e) Praktik f)
Game
3. Faktor Pendukung , penghambat dan solusi kaderisasi Factor pendukung dari kaderisasi yaitu Harus ada follow-up dari pengurus dan adanya koordinasi antar pengurus. Adapun penghambatnya biasanya mengalami hambatan dalam materi (keuangan) tapi pada akhirnya PII masih bisa menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan training. Dan adanya kesibukan yang bersifat Pribadi. Adapun Solusinya yaitu cara pandang dari para kader PII agar ada skala prioritas terhadap organisasi, misalnya memperkuat kondisi Internal Organisasi dengan tujuan agar para kader kuat dan bisa mendistribusikan kader-kader terbaik untuk di kontribusikan kedunia eksternal. B. Saran-Saran
1. Organisasi di PII Khususnya di Pengurus Besar lebih banyak Program yang menarik, dan kreatif dan syar’i.
76
2. Organisasi PII dan Pengurus Besar
sebaiknya mempersiapkan dan
mampu mencetak pemimpin serta kader-kader yang berkualitas dan Islami untuk masa depan Umat dan bangsa 3.
Di harapkan komunikasi yang di bangun di
Pengurus Besar lebih
diperkuat terhadap eselon yang dibawahnya baik secara internal maupun eksternal. Agar PB PII dijadikan teladan bagi kepengurusan yang berada dibawahnya.
77
Daftar Pustaka
Ahmad, Dadan. Metodologi Penelitian Agama Persfektif Ilmu Perbandingan Agama,Bandung : pustaka Setia, 2000 Al-Barry, M. Dahlan, L. Lya sofyan yacub, kamus Induk Istilah lmiah ; Seri Intelektual,Target Press, Surabaya, 2003 Astrid. S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek 1, Bandung : Bina Cipta, 1988 Bungin, H. M. Burhan, sosiologi Komunikasi , Jakarta, 2006 Buku Induk Kaderisasi, Pelajar Islam Indonesia, Priode 1998-2010 Cengara, Hafied, Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,200 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka,2002. Djatmiko, yayat Hayati. Prilaku Organisasi. Bandung: Alfa Beta, 2005. Djaursa, sasa. Dkk. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,1999. Effendi, Onong Uchyana. Human Relation dan public Relation dalam Manajemen. Bandung: CV. Mandar maju, 1989 Effendi, Onong Ucjhana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT . Remaja Rosda Karya, 2000. Fattah, Nanang, Landasan Manajement pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosada karya, 2000 Faules,R.wayne Pace Don f, komunikasi Organisasi strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2006.
77
78
Gunadi, ys. Himpunan Istillah Komunikasi. Jakarta:Grasindo, 1998. Hardjana, Agus. M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius,2003 Hasanuddin, A.H, Retorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, Surabaya : Usaha Nasional, 1982. Nasution, Zulkarnain, Sosiologi komunikasi Massa, Jakarta : Universitas Terbuka, 1993 Partanto, Pius A, M. Dahlan A- Barry, Kamus Ilmiah Populer,Arkola, Surabaya, 1994 Pohan,Rusdin . Metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta : Lanarka, 2007 Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006 Summinar, Yenny Ratna ,dkk, komunikasi Organisasional. Jakrta: pusat penerbitan Universitas Terbuka, 2004. Suwarto, FX Drs., Ms, Prilaku Keorganisasian Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 1999 Syani Abdul. Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Thoha, Miftah. Prilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2002. Umary, Barmawi, Azas-Azas Dakwah, Solo : Ramadhan, 1995. http://bulanbintang.wordpress.com/2008/01/28/jalan-panjang-pelajar-islamindonesia-pii-dalam-membina-kader-pemimpin-bangsa-yangberkepribadian-dan-berperadaban-islam
79
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelajar_Islam_Indonesia Kategori: Organisasi Pemuda Islam Arikunto, Suharsini. prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rhineka Cipta, 1998
Lampiran Wawancara : Ketua PB PII Ridho dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2011 Waktu: 11.10 WIB
1. Tanya : Program Kegiatan PB PII Sendiri seperti apa? Jawab: Di dalam PB PII terdapat Banyak Kegiatan
diantaranya adalah
Badan Induk untuk membantu eksistensi Di PB. Contohnya adalah Brigade dan Badan Otonom untuk membina Kemuslimahan. Dan ada juga Badan Induk pada Priode PB PII sekarang ada beberapa Bidang Kaderisasi kegiatan mengembangkan sistem kaderisasi menjalankan regulasi kaderisasi stabilitas keamanan penyelenggara tingkat nasional contoh Advan Training dan Pelatihan Instruktur. Pembinaan dan Pengembangan
yaitu melakukan pembinaan struktur
wilayah kebawah dan pola-pola keorganisasian contoh TURBA (Turun Kebawah) yang dilakukan PW ke Pengurus Daerah. Pemberdayaan: terfokus untuk memaksimalkan kehadiran PII tingkat masal bersifat eksternal dan menampilkan wajah PII yang simpatik sehingga mengetahui PII lewat kegiatan. Komat (Komunikasi Umat) bertugas dalam hal merespon perkembangan sosial dan budaya atau mengkomunikasikan permasalahan dan non pemerintahan. Di samping itu juga PII mempunyai Lembaga Hukum untuk melakukan tindakan advokasi terhadap kasus pelajar yang mendapat perhatian publik. Selain itu juga komat (komunikasi Umat ) melalui media Profoganda dalam rangka pemanfaatan jaringan internet dalam rangka mensosialisasikan kepada publik yang PII lakukan. 2. Tanya: Program apa saja yang berkaitan dengan? Jawab : Yang berkaitan dengan kaderisasi yaitu : Training tingkat nasional, advan training, pendidikan Instruktur dasar tetapi belum banyak karena baru enam bulanan tetapi efektifnya 4 bulanan. Di samping itu juga PB PII mengadakan program-program training tingkat Nasional Di wilayah-wilayah seperti di papua, Sulawesi
tengah, dan kemarin di cibinong pendidikan instruktur itu dilakukan tiga wilayah sekalian. Ada program serupa kedepannya. Dan kedepan ada juga kader strategis yaitu bidang kelautan dilibatkan pengurus pusat hingga tingkat komisariat diseluruh Indonesia. Dalam rangka mengahasilkan kader-kader yang memiliki kemampuan dan memiliki konvensional tertentu tanpa harus terlibat dalam training konvensional. Adapun jenis training konvensioanal . seperti Basic Training Intermedit Training Advan Training 3.
Tanya: Bagaimana hubungan PII dengan Orgaisasi lainnya? Jawab : Baik-baik saja arti kata cenderung melihat momentum. PII terbuka dalam membangun komunikasi dengan banyak pihak. Contohnya ketika di cipayung plus. Seperti menjalin hubungan dengan organisasi HMI, GMNI, IMM, KAMMI. Dalam rangka aliansi bersama menyikapi situasi politik. Dengan tujuan membongkar kebohongan Publik pemerintah. Dan PB PII sebagai deklalator .
4. Tanya : Bagaiamana PB PII mengkomunikasikasikan program-programnya berkaitan dengan kaderisasi? Jawab: Programnya yaitu pihak penyelenggara PB PII dan pengurus Besar ke forum formal ketingkat nasional dan target-terget segala macam dan membuka peluang
agar perubahan-perubahan yang diinisiatipkan oleh
pengurus besar bagi teman-teman wilayah dan dianggap komitmen bersama dalam program. Kemudian ada training yang inisiatif dari wilayah namun tarap lepelnya nasioanal biasanya boton up melihat kebutuhan diseluruh wilayah misalnya dikalimantan menghasilkan kader intra. Dan kurang kader instruktur
mereka perlu
mengadakan advan training untuk memenuhi
kebutuhan instruktur ataupun disuatu wilayah
terancam regenerasinya
kadernya karena kurang instruktur kita melihat ada potensi orang-orang yang bisa menjadi Instruktur kemudian kita adakan Advan training dan pendidikan instruktur bisa boton up dan Top down untuk pembukaan wilayah baru. kaya
di Bangka belitung dan Sulawesi barat kita dengan bantuan pengurus besar tetapi yang terjun langsung adalah pengurus besar dalam rangka perintisan namanya. kaitannya basic training yang mensenponsori keluarga besar. Visi Misi Kaderisasi kita akan mengadaptasikan sistem kita dengan perkembangan dan pendidikan dan zaman baru dimana kita menghadapi pandangan-pandangan kurangnya minat terhadap organisasi berkurangnya kuantitas kader dan kualitas kader dan gaya kompetisi sehingga kita melakukan perubahan-perubahan sistemik. Untuk menjawab persoalan persoalan itu. Kita membangun kader strategis yaitu kader yang memiliki bakat dan persoalan tertentu. 5.
Tanya : Bagaimana Bentuk Komunikasi organisasi PB PII dalam kaderisasi? Jawab :Kita menggunakan Arus komunikasi Kebawah keatas . Karena kaderisasi di PB PII tidak hanya dalam kaderisasi Konvensional. Dalam arti kata pentrainingan. Didalam konsep kaderisasi kita berstruktur karena itupun kaderisasi yang sebenarnya. Karena bayangkan
kaderisasi
konvensional
hanya seminggu atau 10 hari tetapi dalam struktur itu adalah menempatkan diri sebagai orang-orang yang belajar berstruktur sehingga dalam proses situ sering terjadi konversi paradigma, konversi keimanan dalam arti kata fiqih dan sebagai macam. Jadi kita jadikan struktur sebagai proses belajar kaderisasi bagaimana bekerja itu harus bertanggung jawab, bagaimana bekerja itu harus professional, komunikatif dan segala macam sehingga itu komunikasi sering bersifat cultural ada yang formal lewat rapat, dan lewat forum-forum resmi tingkat nasional. 6.
Tanya: Menurut Kanda Seberapa penting Komunikasi dalam Organisasi? Jawab: Sangat penting ini berkaitan dengan sejauh mana visi dan misi kita termanifestasikan terhadap tiap-tiap pengurus dan kemudian mengurangi bagaimana mengurangi mis komunikasi dan mis persepsi terhadap setiap kebijakan yang kita laksanakan.
7.
Tanya: Apakah Proses Di PB PII sudah Cukup baik? Jawab: Belum Masih dalam proses apalagi ini perlu diingatkan PB PII terdiri dari berbagai macam daerah yang umumnya mereka semua sudah melewati proses pengkaderan konvensional artinya proses-proses pembentukan diri
secara khusus dan tematik dalam PII itu. sudah dilewati sehingga karakter mereka sudah paten memahami
sehingga perlu kedewasaan sebenarnya dalam
perbedaan-perbedaan
apalagi
style
orangkan
sering
mempermasalahkan komunikasi dari segi style apalagi dilandasi perbedaan budaya, karakter,cara pandang
sehingga
ini perlu sebuah waktu dan
kedewasaan yang luar biasa sehingga PII menisbahkan sebagai organisasi umat. Dimana
Kita tidak boleh membicarakan hal-hal yang bersifat
khilafiyah dalam hal fiqih sehingga menyebabkan konflik
karena dengan membicarakan akan
maka dibutuhkan cara pandang dalam menghapi
perbedaan sehingga kalau tidak terkadang masalah-masalah kecil itu akan sangat menghambat masalah like and dislike masalah apa yang seharusnya dihadapi sebagai orang dewasa tapi karena sudah persoalan perasaan dan kenyamanan dalam bekerja ini menjadi masalah. Fungsi Organisasi
Komunikasi
Organisasi
Dalam
Kaderisasi?
Basis
adalah kaderisasi kemudian membangun yang sifatnya
partisipatif. Agenda akan berjalan dan harus ada partisifasif harus sangat mendukung dengan Visi kaderisasi. ini juga tidak luput dari hambatan komunikasi tidak harus sama tetapi harus bekerja sama.
Jakarta, 23 Maret 2011 Pewawancara
Siti Latifah
Narasumber,
Wawancara Kedua: Defisi kaderisasi Hari Senin: 28 maret 2011 Waktu Jam : 16-17.30
1.
Tanya: Bagaimana
bentuk pelaksanaan komunikasi di PB PII dalam
kaderisasi? Jawab: Arus komunikasinya dari atas kebawah. Dari eselon kebawah. PW PII menyelenggarakan Advan training kemudian di Folo up oleh PB PII . kalau dengan lingkungan pengurus besar dengan dewan ta’dib nasional yang mengkoordinasikan seluruh instruktur yang berada interuktur di PB PII yang membuat sarah sehan instruktur dan pada akhirnya merekomendasikan tim Advan di wilayah-wilayah ke kaderisasi.
Dan kaderisasi yang memiliki
otoritas untuk memutuskan yang berada di structural. 2.
Tanya: Menurut kaka sebagai defisi kaderisasi definisi kaderisasi? Jawab: Kader adalah orang yang menjalankan misi-misi organisasi kaderisasi adalah proses menginternalisasi misi kepara kadernya dan mengidiologikan
misi
dan
nilai-nilai
kepada
kadernya
dan
mentransformasikan misi itu kedalam dunia real sehingga misi organisasi itu bisa terwujud melalui proses kaderisasi. Di PII tidak semua jadi kader proses kaderisasi di PII ada tiga saluran yang itu termaktub dalam kaderisasi yaitu training berawal dar I basic Training, inter medit training, dan advan training. Adapun pintu gerbang seorang kader itu berawal dari basic tarining Kursus lebih condong pada skil dan kecapan dalam masyarakat dan organisasi. Dan ta’lim itu tindak lanjut dari internalisasi dan idiologisasi dalam training. Sedangkan training hanya sebatas tujuh hari. Maka Proses penguatan nilai-nilai keislaman dalam misi kaderisasi. 3.
Tanya : Tujuan dari kaderisasi di PB PII? Jawab :
Kaderisasi sebagai penggerak
Sumber daya manusia untuk
menjalankan misi dan kaderisasi mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi selanjutnya dalam rangka dia untuk pencapaian misi. 4.
Tanya: Fungsi dari kaderisasi? Fungsinya
Jawab: Idiologisasi Internalisasi Transpformasi 5.
Tanya : Proses kaderisasi di PII? Jawab : Ada dua hal Kaderisasi structural kaderisasi jadi maksudnya kaderisasi tidak hanya sebatas dengan makna
pelatihan training, kursus dan sebagainya tapi
seluruh aktifitas diorganisasi adalah kaderisasi melalui penugas Melalui jalur training yaitu basic training, intermedit training dan advan training 6.
Tanya : Perbedaan kaderisasi di Pii dengan kaderisasi organisasi lain seperti apa K? Jawab : Perbedaan nya yaitu nilai karena nilai itu tidak semua organisasi mempunyai nilaI- nilai yang sama tapi pada akhirnya nilai-nilai diorganisasi. Dan metode.
7.
Tanya : Ada berapa jenis kaderisasi di PII? Jawab: Ada tiga Training, kursuss dan ta’lim
8.
Tanya: Metode kaderisasi di PB PII? Jawab: Kita lebih pada cara partisipatorik. Kita menganggap peserta itu mempunyai pengetahuan dan pengalaman sendiri sehingga pada akhirnya tugas kita dalam memproses kaderisasi hanya membantu mereka proses unntuk
menyusun
kembali
struktur-struktur
pengalamnya
struktur
pengetahuannya sehinngga jadi motifasi untuk dia menjadi ilmu pengetahuan bagi dia. Memang tadi disebutkan ada proses internalisasi dan idiologis syarat akan introdokrinisasi . memang ada beberapahal metode introduknisasi tapi tidak seluruh materi menggunakan metode tersebut. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan aqidah dan nilai-nilai keislaman itu lebih sering pake indroktinasi
walaupun
penginpestarian
masalah-masalah
aqidah
itu
pengalaman-pengalaman peserta tapi pada akhirnya instruktur memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan nilai-nilai itu dengan nilai keislaman. 9.
Tanya: Faktor pendukung kaderisasi?
Jawab: Struktur, tingkat folo up. 10. Tanya: Faktor penghambat? Kita sering mengalami hambatan dalam materi . tapi pada akhirnya pii masih bisa menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan training. Jawab: Ada ga dari PB Sendiri yang kurang bisa diajak kerja sama tentunya berkaitan dengan kaderisasi misalnya dalam pentrainingan? Ada dari beberapa PB PII hambatannnya secara personal karena masing-masing sibuk dengan kuliah, urusan pribadi, tetapi ketika dia berikrar untuk menjadi instruktur di setiap pelatihan-pelatihan nah ketika ada intruktur yang mempunyai alasan seperti itu langsung di black list atinya dia sudah tidak punya komitmen dan loyalitas terhadap organisasi. Tentunya ada funishment bagi instruktur yang sudah sering ditugaskan tapi tidak menunaikan sering kali balack list dia bahkan dibeberapa wilayah seperti yogya membatalkan dia sebagai instruktur karena sudah tidak berguna apa lagi dia mempunyai
status instruktur tapi dia tidak pernah melakukan
tanggung jawabnya sebagai instruktur untuk mempersiapkan kader-kader selanjutnya. 11. Tanya: Bagaiman solusi dari defisi kaderisasi sendiri agar PII ini tetap eksisi? Jawab:Yaitu cara pandang bahwa identitas PII adalah organisasi kaderisasi kalau itu trus menguat menjadi mainstream
diseluruh kader apapun
hambatannya kaderisasi akan tetap berjalan. Karena kaderisasi amat penting bagi penyiapan kader selanjutnya memperkuat kita untuk melanjutkan misi PII kalu cara pandang tidak benar ya sudah tidak akan berjalan.sepanjang ini PII menjadi cara pandang seluruh kader adalah hal yang terbaik dan skala prioritas. Kalaupun banyak oreang lai PII mai ke dunia eksternal
main
didunia massa ketika kita prioritas disana maka kaderisasi di PII akan runtuh maka pada akhirnya seluruh institusi di bawah PB konsentrasi diwilayah kaderisasi.
Ketika
kaderisasi
ini
kuat
maka
kaderisasi
ini
bisa
mendistribusikan orang-orang terbaik kedunia eksternal.jadai pada akhirnya s kaderisasi itu selain
mempersiapkan kader
generasi selanjutnya
juga
menyiapkan kader-kader strategis.
Peran serta masyarakat dalam
membangun masyrakat. 12. Tanya :Menurut kk hubungan komunikasi organisasi dengan Organisasi? Jawab: A. Tanya: Sebab akibat ? Jawab: ya ada beberapa kasus gara-gara komunikasi organisasi antara eselon rusak. Gara gara ego pengurus besar atau wilayah sehingga ada bebarapa ivent yang dilegalkan ada beberapa institusi yang lebih memprioritaskan kaderisacsi walaupun komunikasi organisas jelek tapi kita pada akhirnya memahami bahwa kaderisasi adalah hal yang prioritas . sehingga
ke
depannya
yang
perlu
diperbaiki
adalah
komunikasi
organisasinya. B. Tanya: Secara timbal balik ? Jawab: seluruh limi bersendi kaderisasi jadi salah satu fakta terbesar kaderisasi adalah structural. Artinya baik dia di kaderisasi, pmp, kesekertariatan adalah sendi-sendi kaderisasi nah ketika ada mis komunikasi seperti itu maka ada sebab akibat. Karena kaderisasi adalah seluruh aktifitas komunikasi adalah kaderisasi.
Sehingga pada akhirnya
ketika kaderisasi ini dalam proses pentransformasian ide-ide gagasan diruangruang training
ini beres maka akan berimflikasi kepada diadalam
menjalankan tugas-tugas dia sebagai kader baik dia duduk menjadi seorang PII wati distruktur brigade. Ketika dia memahami kaderisasi jadi mind dia adalah mind misi artinya kalau misi yang menjadi pikiran dia adalah berarti sudah tidak ada lagi nego, emosi dan sebagainya semua lenyap hanya untuk misi artinya komunikasi organisasi menjadi prasyarat untuk meluluskan misi itu bisa sesuai dengan perencanaan dan itu digodognya diproses kaderisasi kesadaran misi itu. C. Tanya: hubungan komunikasi organisasi PB PII Dalam kaderisasi secara Fungsional? Jawab : Kaderisasi di PB ada dua ada departemen 1. Departemen pembasisan kader 2. Departemen strategis hubungan diantara keduanya secara kinerja tupoksi masing –masing
punya
a. departemen pembasisan kader lebih focus pada bagaimana membuat I model nasional rekuitment di seluruh Indonesia seperti apa ? membahas tentang bagaimana pola pembinaan pendampingan kader-kader diseluruh Indonesia. b. Departement kader strategis lebih berbicara tentang bagaiman kader yang sudah ada ini terdistribusikan secara baik antar jaring-jaring PII. Baik Itu pengeditan, politik ekonomi, karir dan sebagainya. Departemen itu membidangi bagaimana kader yang sudah ada terdistribusikan secara baik. Bentuk
komunikasi diantara keduanya hanya sebatas pada konsultatif,
kordinatif, keduanya tidak saling keterikatan. Tapi ini dalam satu naungan bidang kaderisasi . kita pun dibidang kaderisasi punya garapan bersama. Nah garapan bersama ini komunikasi ini bisa timbal balik diantara department saling bantu membantu tapi kita punya sosialisasi dibidang masing-masing paling sifatnya koordinatif, konsultatif dan sebagainya. Tidak ada garis intruksi misalnya dar pihak kaderisasi menginstruksikan ke ketua department A dan ke B. kemudian department ini berkomunikasi dengan lini kaderisasi di PII wati dan BRIGADE karena kan kita sifatnya integrated PII wati punya agenda pa? Brigade punya Agenda apa? Dalam hal bidang kaderisasi nanti kita mac kan apa yang bisa kita kerjakan dan koordinasikan sehingga tidak bertabrakan nanti pada pelaksanaanya. Dan pada akhirnya
ruang-ruang
komunikasi organisasi itu di bidang kaderisasi samnas, sarahsehan muadib nasional dengan mengundang seluruh instruktur, seluruh nasional adapun fungsi Samnas mengevaluasi sistem kaderisasi yang telah berjalan. Juga ada loka karya lnstruktur nasional (LIN) kita akan adakan bulan desember itu fungsinya merumuskan sebuah karya-karya baru hasil evalusasi samnas masukan keloka karya. Adapun OUT Putnya menghasilkan konsep-konsep kaderisasi baru kaderisasi.
Jadi
nanti untuk beberapa tahun kedepan jadi ada dua ruang yang
menaungi
instruksi
nasioanal
adalah
dewan
ta’dibnasional adalah konsultatif dan koordinatif. Jadi dewan ta’dib tidak punya kebijakan posisinya tidak punya otoritas untuk melakukan intruksi tapi hanya sebatas rekomendasi ke bidang kaderisasi. nah bidang kaderisasi ini yang mempunyai kebijakan. Tapi cara kerjanya memang berdiri sendiri . dewan
ta’dib dan kaderisasi. dewan ta’dib hanya
sebatas
mala supervisi proses pentrainingan setanah air
proses
pentrainingan tingkat nasional bagaimana ta’lim,training. Seperti Resech nanti hasil research ini direkomendasikan ke bidang
kaderisasi untuk
membuat satu keputusan tentang kaderisasi sesuai dengan permasalahan yang ada. Bentuknya samnas dengan sosialisasi kebijakannya.
Jakarta, 28 Maret 2011 Pewawancara
Siti Latifah
Narasumber,