Posted by Fitri Qoriawaty, NPM 260120150029
KOMPETENSI APOTEKER DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI DIREKTUR RUMAH SAKIT
Apoteker merupakan salah satu penggerak pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Perkembangan paradigma apoteker semakin maju seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Selama ini apoteker di rumah sakit secara jabatan struktural hanya sampai pada level Kepala Instalasi Farmasi saja. Padahal sebagai apoteker kita mempunyai kesempatan dan kompetensi untuk menduduki pimpinan puncak di rumah sakit yaitu sebagai Direktur rumah sakit. Hal ini tertuang dalam prinsip 7 Stars Pharmacist, dimana sebagai apoteker kita dituntut untuk mempunyai kemampuan Manajerial. Apoteker dituntut untuk dapat mengatur dan mengelola setiap komponen yang menjadi bagian dari pelayanan kesehatan. Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang apoteker yaitu dalam pengelolaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, dimana suatu rumah sakit tidak dapat berjalan tanpa adanya sumber daya manusia yang handal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan pengelolaan sumber daya manusia agar visi dan misi rumah sakit dapat tercapai. Setiap karyawan yang ada di dalam organisasi harus mempunyai tujuan yang sama dalam hal perbaikan tata kerja yang akan memberi manfaat dan peningkatan bagi organisasi yang bersangkutan (Wahyuningsih, 2003). Apoteker sebagai Direktur rumah sakit perlu mempelajari pentingnya budaya organisasi. Budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap bagaimana karyawan memandang organisasi, tanggungjawab dan komitmen mereka. Apoteker sebagai pemimpin, mempengaruhi bawahan baik secara langsung melalui interaksi dan juga melalui budaya organisasi. Budaya organisasi menggambarkan keyakinan bersama, persepsi, dan harapan individu dalam
organisasi (Schein, 1990). Budaya organisasi memengaruhi setiap upaya untuk menerapkan
perubahan.
Budaya
organisasi
dalam
pelayanan
kesehatan
memberikan kontribusi yang positif terhadap kualitas, seperti perawatan, kepuasan bekerja, dan keselamatan pasien (Boan D., 2003). Kompetensi apoteker sebagai Direktur rumah sakit perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai employee engagement. Keterlibatan employee engagement memiliki potensi yang secara signifikan mempengaruhi retensi karyawan, produktivitas, loyalitas, kepuasan pelanggan, reputasi perusahaan dan stakeholder (Lockwood, 2007). Employee engagement didefinisikan sebagai komitmen karyawan untuk memberikan lebih dalam organisasi mereka, seberapa keras mereka bekerja dan berapa lama mereka tinggal sebagai konsekuensi dari komitmen tersebut. Employee engagement dapat meningkatkan produktivitas terhadap karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen dalam peningkatan keberhasilan untuk organisasi. Employee engagement memediasi penuh hubungan antara budaya organisasi dan kinerja individual. Peran dalam peningkatan organisasi melibatkan semua tingkatan di organisasi serta merupakan serangkaian tindakan dan keterlibatan dari para anggota organisasi, dan bersifat konsisten, berkelanjutan, dan jelas. Hasil studi yang dilakukan oleh Ahmad Muhtadi, Indah L.H, Supriyatna, Angga P.K, Sunu W, Rizky A., dalam Hospital Pharmacist’s Employee Enggagement Fully Mediate the Organization Culture to Their Innovative Behavior and Individual Performance, menunjukkan bahwa terdapat signifikansi antara budaya organisasi terhadap employee engagement, signifikansi antara budaya organisasi terhadap kepuasan pelanggan, signifikansi antara employee engagement terhadap kinerja individual dan signifikansi antara employee engagement terhadap kepuasan pelanggan. Selain itu hasil studi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dan signifikasi antara budaya organisasi dan kinerja individual. Employee engagement dapat berperan dalam pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja individual dan kepuasan pelanggan. Hal ini penting sebagai dasar pengelolaan
sumber daya manusia. (Muhtadi, A., Hilmi, I. L., Supriyatna, A. P., Widianto, S., & Abdulah, R. 2013). Apoteker yang berperan sebagai Direktur rumah sakit dalam pengelolaan SDM juga perlu mengetahui adanya job embeddedness (kelekatan kerja). Job embeddedness (kelekatan kerja) dapat mempengaruhi kerja sama antar tenaga kesehatan lainnya yang akan memberikan pengaruh terhadap job performance (kinerja karyawan) dan job satisfaction (kepuasan kerja) yang dimediasi oleh job involvement (keterlibatan kerja) (Mitchell, et al 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Angga P. Kautsar, Sunu Widianto, dan Girindra H. Duhita dalam The Hospital Pharmacists’ Role: Influence of Job Embeddedness on Job Performance and Job Satisfaction through Mediator’s Job Involvement, menunjukkan bahwa keterlibatan kerja tidak menunjukkan peran sebagai mediator antara job embededdness dengan kinerja karyawan karena job embeddedness dapat berhubungan langsung dengan kinerja karyawan, sedangkan hubungan antara keterlibatan kerja dan kinerja karyawan tidak menunjukkan hubungan secara signifikan. Sedangkan peran mediator keterlibatan kerja pada hubungan antara job embeddedness dan keterlibatan kerja tidak memediasi penuh karena job embeddedness dapat berhubungan secara langsung terhadap job satisfaction. Pada penelitian ini juga secara statistika menunjukan job embeddedness
berpengaruh
signifikan
terhadap
keterlibatan
kerja,
job
embeddedness
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan,
job
embeddedness berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, dan keterlibatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja (Kautsar, Angga P., Widianto, Sunu., Duhita, Girindra H. 2015). Job embeddedness yang dibentuk melalui hubungan kecocokan kemudian tercipta rasa nyaman dan membangun kerja sama antar karyawan. Tercipta asumsi apabila karyawan yang memiliki hubungan dan kecocokan antar sesama karyawan secara tidak langsung lebih terlibat dengan pekerjaanya, kemudian dari keterlibatan tersebut akan mempengaruhi kenaikan performansi kerja dan kepuasan kerja dari
karyawan tersebut. Keterlibatan kerja dapat mempengaruhi hasil dari pekerjaan yang dibebankan kepada seorang karyawan (Kanungo,1982). Seorang Direktur rumah sakit diharapkan dapat mengatur SDM yang menjadi tanggung jawabnya untuk dapat bekerja sebaik-baiknya, memberikan kontribusi sesuai dengan kompetensinya, dengan budaya organisasi yang baik, sehingga keterikatan terhadap rumah sakit juga meningkat, keterlekatan dengan rekan kerja mendorong kinerja karyawan meningkat, yang pada akhirnya kepuasan karyawan dalam bekerja akan meningkatkan kepuasan dari pelanggan rumah sakit (Widianto, S., Abdullah, R., Kautsar, A. P., & Meiyanti, S., 2012). Apoteker sebagai tenaga farmasis perlu meningkatkan kompetensinya dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk salah satunya pada aspek manajerial yaitu dalam hal pengelolaan SDM. Sehingga ke depan, Apoteker memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menduduki jabatan puncak di rumah sakit yaitu sebagai Direktur rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Kanungo, R.N. (1982a). Measurement of Job and Work Involvement. Journal of Applied Psychology. 67 (3), 341-49. Lockwood, Nancy R.. Leveraging Employee Engagement for Competitive Advantage: HR’s Strategic Role, SHRM® Research Quarterly.2007
Boan D and Funderburk F .Healthcare Quality Improvement and Organizational Culture:Executive Summary. Delmarva Foundation. 2003. Mitchell, T.R., Holtom, B.C., Lee, T.W., Sablynski, C.J.,& Erez, M.2001. Why People Stay: Using Job Embeddedness To Predict Voluntary Turnover. Academy of Management Journal, 44: 1102–1121. Muhtadi, A., Hilmi, I. L., Supriyatna, A. P., Widianto, S., & Abdulah, R., 2013. Hospital Pharmacist’s Employee Enggagement Fully Mediate the Organization Culture to Their Innovative Behavior and Individual Performance. Int.J.Pharm.Sci.Rev.Res., 23(1), No. 36, 182-190. Kautsar, Angga P., Widianto, Sunu., Duhita, Girindra H., 2015 The Hospital Pharmacists’Role : Influence of Job Embeddedness on Job Performance and Job Satisfaction through Mediator”s Job Involvement. Int.J.Pharm.Sci.Rev.Res., 34(2), Article No. 44, Pages:265-272. Widianto, S., Abdullah, R., Kautsar, A. P., & Meiyanti, S., 2013. The Effect of Job Embeddedness on Work Engagement and Innovative Behavior. International Journal of Information Technology & Computer Science (IJITCS) (ISSN No : 2091-1610) Volume 10. Issue No :3.
Wahyuningsih Endang, Danu Sulanto Saleh dan Prabandari Yani. Upaya Peningkatan Pelayanan Obat Di Instalasi Farmasi Rsud Purworejo dengan Perbaikan Tata Kerja Peningkatan Sikap Serta Motivasi Sumber Daya Manusia. Sains Kesehatan. 2003; 16. Schein, E.H., Organizational Culture. American Psychologist.1990 ; 45