e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X MIA 1 SMAN 1 MENDOYO Komang Krisna Kumarawati, Gede Artawan, Made Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}
@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menulis teks Laporan Hasil Observasi, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan menulis teks Laporan Hasil Observasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan model kooperatif tipe STAD. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan dan siswa kelas X Mia 1 SMAN 1 Singaraja yang berjumlah 20 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran, peningkatan hasil menulis teks laporan hasil observasi dengan penerapan model pembelaaran kooperatif tipe STAD, dan respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menulis teks Laporan Hasil Observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode observasi, dan metode kuesioner, serta metode wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat sembilan belas langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar menulis teks Laporan Hasil Observasi, (2) tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks Laporan Hasil Observasi siswa berkat diterapkannya model pembelajaran ini, yakni pada pratindakan skor rata-rata klasikal 65.7, siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 74.3, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 85.75,(3) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menulis teks Laporan Hasil Observasi. . Berdasarkan hasil penelitian ini,peneliti dapat menyarankan bagi peneliti lain untuk memperbanyak kajian penelitian tentang teks laporan hasil observasi dari berbagai segi demi memperkaya khazanah ilmu bahasa Indonesia. Kata kunci: kooperatif, STAD, teks laporan hasil observasi
Abstract Classroom Action Research is aimed at ( 1 ) describe the steps taken to implement cooperative learning model STAD in learning to write text Observation Reports , ( 2 ) describe the learning outcome of students to achieve mastery level student learning outcomes in writing activities text Reports observations with the implementation of cooperative learning model STAD ( 3 ) describe the student's response to the application of STAD cooperative models . Subjects in this study were teachers and students of class X and Mia 1 SMAN 1 Singaraja , amounting to 20 people . The object of this research is learning steps , increased yield write a text report of observations with the implementation of cooperative learning model STAD , and student responses to STAD cooperative learning in teaching writing text Observation Reports . Data collection methods used in this research is the method of testing , observation methods , and methods of questionnaire and interview methods . Data were analyzed using descriptive techniques of quantitative and qualitative descriptive The results of this research are ( 1 ) there is a nineteen- step implementation of STAD cooperative learning model to improve the completeness of the results of learning to write text Observation Reports , ( 2 ) the achievement of mastery learning outcomes writing text report
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Observations of students thanks to the implementation of this model , namely the pre measures the average score classical 65.7 , cycle I gained an average score classical 74.3 , while in the second cycle the average value becomes 85.75 classical students , ( 3 ) students responded very positively to the implementation of cooperative learning model STAD in learning to write text Reports observations . Based on these, researcher can advised to other researches to apply and develop subject of the result about text observation from the other to can enrich particular of Indonesian leasson. Keywords : cooperative , STAD , text reports observations
PENDAHULUAN Orientasi pembelajaran kurikulum 2013 tidak hanya mengutamakan hasil yang memuaskan dan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, tetapi juga aura pembelajaran yang positif, religius, dan saling menghargai sesama. Ini dikarenakan implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah preventif yang bertujuan untuk membenahi moral bangsa sejak dini. “Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya”, (Nuh, Kompas, Maret 2013). Dalam Undang-Undang Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti beriman bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya. Lebih jauh dari itu, tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa
pendidikan adalah upaya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagi masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Pidarta, 1997:10). Dengan kata lain, keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dapat dicapai jika anak telah memenuhi kodratnya sebagai manusia yang berakhlak mulia, beretika, dan dapat diterima dalam masyarakat. Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi hal yang diperhatikan semenjak pengimplementasian kurikulum 2013 yang meletakkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sejajar bahkan satu tingkat lebih vital dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah jam yang disediakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Ini menunjukan siswa dituntut untuk mampu menguasai keempat Kompetensi Inti yang tertuang dalam kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA menuntut peran siswa secara proaktif dalam pembelajaran di kelas sehingga kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Kompetensi dasar yang disinergikan dengan Kompetensi Inti (KI) yang bermuara ada kemampuan religius, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan menuntut siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Guru hanyalah berperan sebagai fasilitator yang menemani anak didiknya dalam membentuk dan menemukan pengalaman belajarnya. Namun, fenomena di lapangan menunjukkan bahwa para guru sebagian besar masih terbawa pola pengajaran sesuai kurikulum sebelumnya yang cukup berbeda dengan pola pengajaran Kurikulum 2013. Pengajaran Kurikulum 2013 menuntut guru untuk menyusun pola pembelajaran yang berpusat pada siswa
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) (student centered learning) dengan pendekatan saintifik. Permasalahan ketidaktahuan cara mengajar yang benar muncul ketika guru tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai pendekatan saintifik yang diwajibkan dalam penerapan kurikulum 2013. Hal ini sebagai dampak negatif penerapan kurikulum 2013 yang terkesan buru-buru karena diracang dan diimplementasikan dalam waktu yang cukup mepet tanpa pembekalan yang matang terhadap guru-guru. Sebagian besar guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 1 Mendoyo berdasarkan hasil observasi awal peneliti masih melakukan pembelajaran dengan metode konvensional. Hal ini diperkuat dari penuturan salah seorang guru di SMAN 1 Mendoyo yang mengatakan tidak memahami konsep saintifik. Terlebih berdasarkan pengalaman tahun lalu, guru dan siswa merasa kebingungan untuk memanfaatkan buku paket dan beberapa materi mengenai Menulis Teks Laporan Hasil Observasi. Akibatnya, pembelajaran terkesan membosankan dan guru tidak dapat secara maksimal menilai keempat kompetensi inti yang tertera pada kurikulum 2013. Di samping itu, nilai siswa menjadi taruhannya, KKM sebesar 81 tidak tercapai karena nilai siswa hanya rata-rata 78. Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas dan diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa guru, peneliti dan guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Mendoyo berkolaborasi sengaja menerapkan model pembelajaran yang berbasis saintifik yakni Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divison (STAD) untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi, serta pembaharuan dan penyempurnaan proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi mengenai menulis teks laporan hasil observasi di SMAN 1 Mendoyo. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran
kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Ada beberapa teori yang mendasari, mengapa sistem bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih layak dari pada belajar di kelas secara tradisional. Salah satu di antaranya adalah teori motivasi (Slavin, dalam Munirah 2010 : 8). Motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk hadiah/struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya dan atau yang lebih penting adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kesulitan mengajar guru dan kesulitan belajar siswa dalam rangka penerapan kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pendeskripsian hasil penelitian ini kelak juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru, mahasiswa, dan siswa mengenai pendekatan pembelajaran berbasis saintifik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif yang dilakukan secara konvensional oleh guru (Muslimin Ibrahim, 2000). Penelitian lain yang sejenis telah banyak dilakukan, tapi penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan belum ada. Penelitian sejenis pertama dilakukan oleh Nurchasana pada tahun 2011 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD sebagai upaya Memaksimalkan Implementasi KBK 2004 pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas X SMAN 5 Semarang. Hasil penelitian menunjukan peningkatan hasil belajar yang signifikan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) sebagai dampak postif dari penerapan model pembelajaran di atas. Penelitian selanjutnya adalah penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Yurnietti, (1999) bekerjasama dengan guru SMA Negeri III Padang berhubungan dengan berhubungan dengan penerapan model kooperatif STAD memperlihatkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari Fisika, dan siswa meminta supaya pembelajaran seperti ini dapat diteruskan oleh guru. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (1998), model pembelajaran kooperatif STAD dalam mata pelajaran IPA dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya menurut Perdy Karuru (2001), dari hasil penelitiannya mengenai model pembelajaran kooperatif STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru dalam mengelola pembelajaran cukup baik, dan dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, guru mampu melatihkan keterampilan proses dengan baik, mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered, serta dapat meningkatkan proporsi jawaban benar siswa. Hasil belajar yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibanding pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif. Berdasarkan uraian singkat di atas, penelitian deskriptif yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X MIA 1 SMAN 1 Mendoyo ini perlu dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen, dan (4) teknik analisis data.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian yang mampu menawarkan suatu cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di kelas. Subjek dalam peneliti ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Mendoyo (Subjek primer). Objek dalam penelitian ini tidak lain adalah peningkatan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi dengan metode STAD. Secara lebih terperinci bahawa objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi dengan strategi STAD, peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi, serta respons siswa terhadap pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi dengan strategi STAD. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi, tes, kuesioner, dan wawancara. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen. Tujuan penggunaan instrumen dalam penelitian adalah mempermudah kerja peneliti dan hasilnya lebih baik. Baik yang penulis maksudkan adalah lebih cermat, lengkap, dan sisematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen tersebut berupa tabel kriteria yang penulis buat dengan memperhatikan kajian teori yang ada. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.dan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan lewat uraian dan penjelasan data yang telah didapatkan serta pengolahan angka secara sederhana. Tahapan analisis data ini akan melewati tiga alur, yaitu: pengidentifikasian data, penyajian data, dan penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini akan dijabarkan dalam benuk table dan deskripsi per komponen sesuai dengan rumusan masalah. 1. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) meningkatkan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks tersebut. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut. 1. Menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa. 2. Memberikan apersepsi terkait dengan pengalaman nyata yang dialami guru dan mengaitkan beberapa contoh. 3. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. 4. Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran. 5. Memberikan penjelasan terkait teks laporan hasil observasi dan penjelasan strategi STAD ke dalam pembuatan teks laporan hasil observasi. 6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami penjelasan dari guru terkait dengan materi yang diberikan. 7. Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kerja yang terdiri atas 1 kelompok 4 orang (Kooperatif). 8. (Mengamati) Guru memberikan beberapa contoh teks laporan hasil observasi. 9. (Mempertanyakan) Guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami. 10. Guru menjawab beberapa pertanyaan konseptual mengenai teks laporan hasil observasi dari siswa dan membagikan wilayah observasi kepada siswa. 11. Guru memberikan arahan kepada kelompok untuk melakukan observasi di luar kelas selama 10 s.d. 15 menit. 12. (Menalar) Guru memandu observasi siswa berdasarkan objek yang telah dibagikan. 13. (Mencoba) Guru mempersilahkan siswa membuat sebuah teks laporan hasil observasi berdasarkan hasil observasi. 14. (Mengomunikasikan)
a. Guru mempersilahkan siswa untuk menjelaskan (membaca) teks laporan hasil observasi yang telah dibuat dan mengoreksinya secara langsung. b. Guru mempersilahkan siswa untuk membuat jejaring lebih luas dengan mengunggah teks yang telah dibuat dan disunting ke media sosial atau layanan internet lainnya untuk mendapatkan tanggapan. 15. Memberikan umpan balik terhadap kegiatan menulis teks laporan hasil observasi kepada siswa. 16. Menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran. 17. Memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar teks laporan hasil observasi. 18. Mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Hasil skor menulis laporan hasil observasi dengan meggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Perolehan skor siswa disajikan dalam bentuk table secara klasikal aau Skor Menulis
Skor Rata-rata Kelas
Pratindak an
65.7
Siklus I
74.3
Siklus II
85.75
Ket.
Rerata meningk at dan telah lulus KKM
secara umum dalam satu kelas. Dapat diketahui dari tabel di atas, perolehan skor siswa selalu mengalami peningkatan dari pra tindakan hingga ke siklus II. Pada siklus I nilai siswa sudh mengalami peningkatan, tetapi belum mencapai KKM yakni 80 sehingga dilakukanlah siklus II yang skornya sudah mencapai KKM. 3. Hasil skor respon siswa dalam belajar menulis laporan hasil observasi dengan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) meggunakan model kooperatif tipe STAD Siklus Siklus I Siklus II
Skor 817 885
Rerata 4.1 4.4
pembelajaran Ket. SP SP
Respon atau kesan siswa dalam belajar menulis laporan hasil observasi dengan meggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikumpulkan dengan metode angket juga mengalami kenaikan dari siklus I dan siklus II. Kenaikan ini dikarenakan adanya perubahan pada langkah-langkah pembelajaran yang memudahkan siswa. Meskipun pada siklus I dan siklus II kategori respon sangat positif, tetapi ada perbedaan rerata dari kedua siklus tersebut. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada temuan yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi dengan penerapan model kooperatif tipe STAD, yaitu (1) terdapat beberapa langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi, (2) tercapainya peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas X Mia 1 SMAN 1 Mendoyo dengan penerapan model kooperatif tipe STAD (4) siswa memberikan respons posistif terhadap penerapan model kooperatif tipe STAD. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Temuan pertama yang menyangkut peningkatan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa dengan penerapan model kooperatif tipe STAD. Penerapan model kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis karya ilmiah. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada nilai awal adalah 65.7, perolehan rerata skor siklus I adalah 74.3, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 85.75. Pada siklus I ratarata skor siswa lebih rendah dibandingkan siklus II. Peningkatan tersebut terjadi
karena guru melakukan perbaikan dengan lebih menekankan penjelasannya pada pembuatan teks laporan hasil observasi khususnya mengenai aspek pembuatan pernyataan umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat serta pernyataan penutup. Guru menekankan siswa untuk membuat teks tersebut dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD sehingga siswa lebih mudah dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa dituntut untuk menyelesaikan teks tersebut dengan melakukan penelitian atau pengamatan di lapangan sehingga lebih mudah menemukan inspirasi dari hal-hal nyata. Aspek isi, struktur teks, kosa kata, kalimat, dan mekanik judul pada teks yang diproduksi siswa bisa ditingkatkan. Setelah melakukan cara ini, berdasarkan hasil teks laporan hasil observasi yang dibuat siswa, secara keseluruhan skor siswa mengalami peningkatan pada aspek ini. Peningkatan yang paling penting terletak pada struktur teks, yaitu mengenai deskripsi bagian dan deskripsi menfaat yang dibuat siswa. Ratarata siswa sudah bisa memberikan penjelasan mengai bagian-bagian yang diamati di lapangan dengan mengaitkan fakta-fakta serta informasi terkait objek yang diteliti dari berbagai sumber. Tingkat penguasaan setiap aspek pada siklus I yang dinilai dalam teks laporan hasil observasi siswa terlihat bahwa aspek isi, kosa kata, dan kalimat belum mencapai ketuntasan sesuai KKM. Tingkat penguasaan siswa terhadap aspek isi sebesar 76, aspek kosa kata sebesar 75, dan kalimat sebesar 65. Hanya aspek penggunaan struktur teks dan aspek mekanisme yang mencapai KKM dengan tingkat penguasaan sebesar 80 dan 80. Pada siklus II kelima aspek tersebut sudah meningkat dan telah mencapai KKM yang telah ditetapkan sebelumnya yakni 80, perincian perolehan skor per aspek adalah sebagai berikut Pada aspek isi skornya menjadi 86.16, struktur teks sebesar 86, kosakata sebesar 85.75, kalimat sebesar 86.5, dan mekanik 82.5 Temuan ini sejalan dengan pendapat Handiyani, dkk.(2011:214) yang menyatakan bahwa deskripsi bagian dan deskripsi manfaat yang merupakan komponen utama dalam teks laporan hasil
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) observasi hanya akan terlihat nyata jika observer meneliti atau mengamati secara langsung objek sasaran. Terkait penerapan model kooperatif tipe STAD yang diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa, Cheing dan Christine (2002) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis STAD mengkondisikan siswa dan memaksa siswa mencari mencari pengalaman bersama sesamanya dan memecahkan masalah secara bersama. Doppelt (dalam Dewi, 2010) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis koopratif mempunyai nilai keaslian dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing siswa membuat rencana, melaksanakan penelitian, dan menyajikan hasil dari diskusi yang dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan dan tercapainya ketuntasan hasil belajar siswa menulis teks laporan hasil observasi. Temuan ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Purnama Dewi dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sawan Tahun ajaran 2009/2010. Purnama menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar siswa pada penerapan model kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada perolehan hasil belajar pada penerapan model pembelajaran konvensional. Selain Purnama, temuan ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Suwarnayanti dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual bagi Siswa Kelas VIII 1 SMP Negeri 1 Selat. Wiwik menunjukkan bahwa model kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan kemampuan pemecahan kontekstual siswa. Skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa berada pada kategori tinggi. Temuan penting berikutnya adalah terdapat beberapa langkah tepat yang harus ditempuh guru dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis karya ilmiah. Adapun
beberapa langkah utama yang harus ditempuh oleh guru dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis karya ilmiah, antara lain terletak pada (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti (terdiri atas 5M), dan (3) kegiatan akhir. Model kooperatif tipe STAD diaplikasikan pada saat siswa dan guru bersama-sama mengikuti kegiatan inti pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Pada kegiatan pembukaan guru memberikan orientasi awal pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian melakukan apersepsi yang relevan dan menarik kepada siswa. Kegiatan ini diawali dengan mengajak siswa untuk menganalisis contoh audiovisual dan contoh visual mengenai teks laporan hasil observasi. Contoh tersebut didiskusian dalam kelompok-kelompok kecil yang telah dientuk sebelumnya oleh guru yang terdiri atas empat sampai dengan lima siswa per kelompok. Kemudian guru mengajak siswa observasi secara nyata ke lapangan dengan pembagian objek atau tema yang sebelumnya telah diberikan oleh guru berdasarkan hasil diskusi antara siswa dan guru. Di lapangan siswa melakukan pengamatan secara berkelompok, bahkan dalam memecahkan masalah siswa berdiskusi dalam kelompok sampai hal yang menjadi masalah terpecahkan misalnya memberikan definisi, memberikan deskripsi bagian dan manfaat mengenai objek serta hal-hal lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa-siswanya. Setelah pengamatan selesai, guru menugaskan siswa secara individu untuk membeuat satu buah teks laporan hasil observasi berdasarkan objek yang telah diamati sebelumnya. Teks yang telah dibuat selanjutnya disunting dari aspek kebahasaan dan struktur teks serta mekanisme pembuatannya sebelum dipresentasikan di depan kelas. Pada intinya, implementasi model kooperatif tipe STAD di kelas sudah dilakukan oleh guru, dimulai dengan menetapkan tema yaitu guru menetapkan tema sesuai dengan materi yang dibahas, menetapkan konteks belajar yaitu guru menyiapkan lingkungan belajar yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) mendukung proses pembelajaran, misalnya menetapkan pembagian kelompok dalam diskusi dan mengajak siswa melakukan pengamatan langsung. Konteks belajar yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu siswa membuat kerangka pembuatan teks laporan hasil observasi. Kemudian siswa merencanakan aktivitas, yaitu aktivitas mencari data-data pendukung dan teori di sekolah dan di rumah masing-masing. Siswa melakukan analisis terhadap objek yang diangkat sehingga setelah siswa diberikan kesempatan untuk mencari data pendukung melalui pengamatan dan pengalaman, siswa mampu menyelesaikan masalahnya dan memproduksi teks secara individu.. Seluruh rangkaian pelaksanaan aktivitas tersebut mampu dilaksanakan secara tepat, baik, dan efisien, sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa menulis teks laporan hasil observasidapat ditingkatkan. Doppelt (dalam Dewi, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai nilai keaslian dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing siswa membuat rencana, melaksanakan penelitian, dan menyajikan hasil dari diskusi yang dilakukan. Pembelajaran ini mengkondisikan siswa dan memaksa siswa mencari solusi pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalahnya (Cheong dan Christine, 2002). Proses pengerjaan makalah memerlukan berbagai macam bahan. Bahan yang dimaksud di sini adalah data-data pendukung dan teori serta fakta-fakta menganai objek pengamatan yang akan digunakan siswa dalam membuat kerangka dan mengembangkan kerangka menjadi teks laporan hasil observasi yang utuh. Purnawan juga menambahkan bahwa model kooperatif tipe STAD mengikuti lima langkah utama, yaitu: (1) penetapan tema, (2) penetapan konteks belajar, (3) perencanaan aktivitas, (4) penerapan aktivitas, dan (5) presentasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Suwarnayanti dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual bagi Siswa Kelas VIII 1 SMP
Negeri 1 Selat. Wiwik memaparkan bahwa implementasi model kooperatif tipe STAD di kelas, dimulai dengan menetapkan tema sesuai dengan materi yang dibahas, menetapkan konteks belajar yaitu guru menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran, misalnya menetapkan pembagian kelompok dalam diskusi dan menetapkan lokasi pengamatan. Konteks belajar yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu siswa merumuskan pokok-pokok pengamatan, lokasi pengamatan, dan metode pengamatan. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan teks, yaitu siswa mengerjakan teks tersebut berdasarkan sketsa, membuat laporan terkait dengan pengamatan, dan mempresentasikan teks laporan hasil observasi yang telah diproduksi. Penerapan aktivitas-aktivitas dalam penelitian tersebut hampir serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan, yakni untuk menyelesaikan tugasnya, siswa membuat teks laporan hasil observasi berdasarkan topik dengan terlebih dahulu membuat kerangka teks setelah melakukan pengamatan, menyelesaikan teks laporan hasil observasi secara utuh, dan mempresentasikan teks tersebut. Kegagalan siswa untuk memperoleh skor sesuai KKM dalam siklus I dikarenakan tema yang dibagikan guru dinilai terlalu jauh dari kehidupan siswa dan tidak kontekstual serta terlalu umum yakni Ilmu Pengetahuan Alam di sekitar kita. Oleh karena nilai siswa tidak memadai, guru berkoordinasi dengan peneliti untuk mengganti tema yang sederhana dan dinilai cukup dekat dengan kehidupan siswa serta jauh lebih spesifik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mengembangkannya menjadi teks laporan hasil observasi serta menghindari kebingungan siswa yakni Kehidupan Alam yang meliputi tumbuhan dan hewan di sekolah serta tema kedua yakni kehidupan sosial di lingkungan sekolah yang meliputi keadaan kantin sekolah, perpustakaan, OSIS, PMR, dan sebagainya. Penggantian tema tersebut bukan semata didasarkan pada intuisi yang dimiliki guru dan peneliti, melainkan juga atas pertimbangan beberapa teori seperti teori yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) mendukung tindakan ini dikemukakan oleh Mulyana (2009:113) yang menyatakan bahwa kehidupan sekitar peserta didik yang dihadirkan dalam proses pengajaran akan mempermudah proses pemahaman dan pencapaian keterampilan peserta didik. Siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Ini merupakan temuan penting terakhir dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai ratarata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata respons siswa adalah 4.1 ( sangat positif), kemudian nilai rata-rata respons siswa meningkat menjadi 4.4 (sangat positif) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan model kooperatif tipe STAD. Secara teoritis, temuan ini didukung oleh pernyataan Ellis (2008) yang memaparkan bahwa pembelajaran berbasis kelompok dan terjun langsung ke lapangan merupakan ajang kesempatan berdiskusi yang bagus bagi siswa, merangsang penemuan langsung siswa terhadap masalah dunia nyata, memberi siswa kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi mengajar yang efektif. Siswa menjadi lebih aktif dalam menulis teks laporan hasil observasi karena diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam menyelesaikan teks yang menjadi bagiannya. Dengan demikian, siswa menjadi lebih senang dan tertarik dengan penerapan model kooperatif tipe STAD ini sehingga siswa merespons positif kegiatan pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe STAD. Temuan ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Suwarnayanti (2011). Wiwik menunjukan bahwa terkait dengan tanggapan siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 1 Selat terhadap implementasi model kooperatif tipe STAD, skor rata-rata tanggapan siswa, yaitu 66,88 yang berada pada kategori positif. Itu berarti siswa sebagian besar merespon positif kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Jadi, penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ativitas dan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes keterampilan menulis pada siklus II dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I dan peningkatan hasil belajar dapat pula dilihat dari perbandingan nilai awal siswa terhadap siklus I. Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Untuk mengatasi beragam permasalahan yang ditemui oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, guru dapat mengaplikasikan model kooperatif tipe STAD. Model kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam upaya peningkatan aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi siswa. SIMPULAN Penelitian yang peneliti lakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas X Mia 1 SMAN 1 Mendoyo. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus atau dikenal dengan multisiklus. Dari hasil pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1. Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini dirancang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif bertipe STAD berbasis kurikulum 2013 dalam pembelajaran Teks Laporan Hasil Observasi. Proses pembelajaran dilakukan dalam kelompok untuk berdiskusi saat mengamati objek-objek yang telah ditetapkan secara langsung. Akan tetapi, siswa dituntut secara individu untuk mampu memproduksi Teks Laporan Hasil Observasi berdasarkan objek yang telah diamati secara langsung. 2. Peningkatan hasil belajar siswa hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas X Mia 1 SMAN 1 Mendoyo dengan penerapan model pembelajaran
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) kooperatif tipe STAD terlihat pada perolehan skor tes menulis teks laporan hasil observasi siswa pada siklus I dan II yang mengalami peningkatan dan mencapai KKM, yaitu 80. Pada setiap tahap pembelajaran skor siswa selalu mengalami peningkatan, baik dari refleksi awal, siklus I, dan siklus II. Perolehan skor rata-rata yang dicapai siswa pada refleksi awal adalah 65.7, skor rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I adalah 74, dan perolehan skor pada siklus II adalah 85.75. Tingkat penguasaan siswa terhadap aspek isi sebesar 76, aspek kosa kata sebesar 75, dan kalimat sebesar 65. Hanya aspek penggunaan struktur teks dan aspek mekanisme yang mencapai KKM dengan tingkat penguasaan sebesar 80 dan 80. Pada siklus II kelima aspek tersebut sudah meningkat dan telah mencapai KKM yang telah ditetapkan sebelumnya yakni 80, perincian perolehan skor per aspek adalah sebagai berikut Pada aspek isi skornya menjadi 86.16, struktur teks sebesar 86, kosakata sebesar 85.75, kalimat sebesar 86.5, dan mekanik 82.5. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pemebelajaran menulis teks laporan hasil observasi siswa ternyata menumbuhkan respons sangat positif siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Sebagian besar siswa memberikan respons yang positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata respons siswa adalah 4.1 (sangat positif), kemudian nilai rata-rata respons siswa meningkat menjadi 4.4 (sangat positif) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan model kooperatif tipe STAD.
SARAN Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan berdiskusi yang bagus bagi siswa, merangsang penemuan langsung siswa terhadap masalah dunia nyata, memberi siswa kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi mengajar yang efektif. Dengan demikian siswa akan lebih aktif, tertarik dan lebih memahami teks laporan hasil observasi yang akan dibuat dan disajikan. Dalam dunia pendidikan dan dunia ilmu pengetahuan khususnya, besar harapan peneliti agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran lain, seperti pada mata pelajaran Bahasa Daerah Bali, Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin, atau pada mata pelajaran lain yang melibatkan keterampilan menulis yang membutuhkan pengamatan langsung. Masih banyak hal yang belum dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu,peneliti dapat menyarankan bagi peneliti lain untuk memperbanyak kajian penelitian tentang teks laporan hasil observasi dari berbagai segi demi memperkaya khazanah ilmu bahasa Indonesia. 2. DAFTAR PUSTAKA Cheong, A.C.S., & Christine, C.M.G. 2002.Teacher’s Handbook On Teaching Generic Thinking Skills. New York: Prentice Hall. Dewi,
Purnama. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX IPA SMA Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Undiksha.
Ellis, T. J. 2008. “Building A Frame work to Support Project-Based Collaborative Learning Experience in An Ansyachronous Learning Network (ALN)”. Interdisciplinary Journal of ELearning and Learning Objects.4(1). Tersedia pada:
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) http://ijklo.org/volume4/IJELLOv4p167190Ellis454.pdf. Diakses pada tanggal 7 September 2014. Handiyani, dkk. 2011. Bahasa Indonesia 2. Bandung: Grafindo Media Pratama. Mulyana. 2009. Pengajaran Kreatif Implementasinya. Jakarta: Gramedia Utama.
dan PT
Munirah, Adbul. 2002.Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muslimin, Ibrahim, dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pasca Sarjana UNESA: University Press.
Nuh,
Mohammad. (2013). 23 Maret. Implementasi Kurikulum 2013 sebagai Wujud Pembenahan Moral Bangsa. Kompas. Hlm.7.
Perdy, Karuru. 2001. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. www.depdiknas.go.id. Pidarta, Made. (1997). Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Yurnetti, 1999. Pembelajaran Kooperatif sebagai Model Alternatif dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Fisika HFI B5(2002) 0561. Sulistyorini, Sri. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA. Edukasi Edisi 3 Tahun X IKIP Semarang hal 1-14. Suwarnayanti, Wiwik. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Kontekstual bagi Siswa Kelas VIII 1 SMP Negeri 1 Selat. Skripsi. (tidak diterbikan). Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Undiksha.