KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL SYUKUR YUSUF MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA
Oleh :
Alfarizi Fachrully NIM : 102051025490
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL SYUKUR YUSUF MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
Alfarizi Fachrully NIM : 102051025490
Di Bawah Bimbingan
.................................. NIP. 150 228 407
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
Abstrak Kiprah Dakwah Ustaz Drs. H. Muhammad Abdul Syukur Yusuf Melalui Majelis Az-Zikra Perkembangan Islam di bumi pertiwi Indonesia hingga saat ini tidaklah terlepas dari suatu aktivitas yang kita namakan dengan “dakwah”. Aktivitas dakwahlah yang menjadi salah satu faktor penting bagi maju mundurnya agama Islam. Kalau kita ingin agama yang kita anut ini mengalami kemajuan, maka sudah semestinya dakwah harus kita laksanakan dengan konsisten dan komitmen. Namun jika kita tidak mempedulikannya, sudah bisa dipastikan bagaimana nasib agama Islam ke depan. Oleh karena itu demi tegaknya agama Islam dimuka bumi ini, kita acapkali menyaksikan sejumlah kaum muslimin yang menjalankan tugas dakwah yang tumbuh secara sadar dari dalam diri mereka sendiri. Apalagi agama Islam sendiri menilai bahwa aktivitas dakwah menjadi sebuah kewajiban yang mesti dijalankan oleh para penganutnya, baik ia lakukan secara kolektif (fardhu kifayah) maupun individu (fardhu ain). Allah Swt berfirman, “Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Swt”. (QS. Al-Imron [3]: 103) Beranjak dari hal diatas, penulis menganalisis aktivitas dakwah yang saat ini cukup marak kita saksikan, termasuk di layer kaca. Oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini, penulis memfokuskandapa analisis dakwah yang dilakukan oleh seorang da’I muda yaitu Ustaz Muhammad Abdul Syukur Yusuf atau yang lebih dikenal dengan Ustaz Syukur, melalui majelis Az-Zikrana. Kiprah dakwahnya selama ini telah membuat penulis tertarik menganalisis dakwah yang beliau lakukan. Dalam karya ilmiah ini penulis mengkaji dakwah Ustaz Syukur seputar bagaimana metode dan materi dakwah beliau dan kiprah dakwah beliau. Dalam menganalisis semua itu, penulis melakukannya dengan enelitian Kepustakaan (Library Research) dan Peenelitian Lapangan (Field Research)
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji serta syukur yang tak terhingga, yang tak bisa terlukiskan dan diungkapkan dengan rangkaian kata-kata yang indah sekalipun kepada sang pencipta dan pemilik alam semesta, Allah Swt. Atas segala nikmat,, karunia serta rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, hingga akhirnya skripsi ini bisa dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw, sebagai pembawa risalah bagi seluruh umat Islam sehingga Islam bisa menyebar ke seluruh penjuru bumi dan membawa kita kepada zaman yang penuh dengan cahaya Ilahi ini. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat fasilitas, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai manusia yang dhaif, penulis tidak dapat melakukannya seorang diri. Untuk itu, perkenankanlah penulis secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang tulus dan mendalam kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Murodi, MA, beserta Pudek Bidang Akademik Bapak Drs. Arief Subhan, M.Ag. Pudek Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.Ag. Pudek Bagian Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal, L.L, M. A 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Wahidin Saputra, M. Ag dan Sekretaris Jurusan Ibu Umi Musyarofah, MA yang dengan penuh kesabaran banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Sunandar, MA yang telah bersedia memberikan waktunya dan tidak henti-hentinya dalam memberikan motivasi kepada penulis serta dengan kesabaran dan bimbingan beliaulah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Adi Badjuri, MM selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memandu dan memberikan support sejak pertama kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Civitas Akademik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah mendidik dan membimbing hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan. 6. Bapak Drs. H. Ustaz Muhammad Abdul Syukur Yusuf yang telah bersedia menjadi objek penulisan skripsi penulis dan memberikan kemudahan-kemudahan penulis dalam mencari data-data. Bapak Ustaz Subur yang telah menjembatani penulis dengan Ustaz Syukur. 7. Untuk Ayahanda Mawi Rully dan Ibunda Maisyaroh tercinta, yang dengan kasih sayang dan perhatiannya yang tulus serta dengan penuh kesabaran selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis. 8. Kepada kakak ku Aden dan adik-adik ku Faisal dan Fajar, yang telah memberikan motivasi dan dukungan. Semoga Allah Swt selalu memudahkan urusan dunia dan akhiratnya. 9. Untuk teman-teman KPI angkatan 2002, khususnya KPI B, Bondan “thanks Bon akhirnya gw bisa”, Sidik, Hamdan “kapan nyusul?”, Iis “makasih tuk inspirasi dan support jiwa”. Ade Kartini “kebersamaannya walau gak sampe akhir skripsi” dan Suci Angeli “happy ending skripsinya”. Semua telah memberikan penulis dukungan materil dan moril yang sungguh tidak ternilai harganya. Akhirnya, hanya do’a serta harapan yang bisa penulis panjatkan, semoga semua pengorbanan dan bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dibalas
dengan pahala dan ganjaran indahnya kehidupan yang akan dating oleh Allah Swt, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Ciputat, 19 Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI “KIPRAH DAKWAH USTAZ DRS. H. MUHAMMAD ABDUL SYUKUR YUSUF MELALUI MAJELIS AZ-ZIKRA”
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
BAB I
BAB II
iv
:PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
5
D. Metodologi Penelitian ..................................................................
6
E. Sistematika Penulisan ..................................................................
7
: LANDASAN TEORITIS ............................................................... 9 A. Pengertian Dakwah ......................................................................
9
B. Hukum Dakwah ...........................................................................
10
C. Metode dan Tujuan Dakwah ........................................................
13
D. Media dan Materi Dakwah ........................................................... 15 E. Subjek dan Objek Dakwah ........................................................... 17
BAB III
:BIOGRAFI USTAZ SYUKUR ......................................................
18
A. Sekilas tentang Ustaz Syukur........................................................ 18 B. Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra ..............................................
19
1. Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra .....................................
20
2. Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra .........................................
21
3. Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra ............................... 21 C. Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim ....................................
21
D. Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur ................................................ 23
BAB IV
: ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR .................
25
A. Metode Dakwah Ustaz Syukur ....................................................
25
a. Ceramah .................................................................................
26
b. Zikir....................... ................................................................. 28 c. Terapi Ruqyah.................... .................................................... 34 B. Materi Dakwah Ustaz Syukur ......................................................
38
a. Al-Qur’an ...............................................................................
38
1. Akidah ..............................................................................
39
2. Hukum .............................................................................. 40 3. Akhlak ..............................................................................
40
b. As-Sunnah ..............................................................................
41
Tujuh Sunnah Harian .............................................................
42
C. Media Dakwah Ustaz Syukur ......................................................
47
D. Kiprah Dakwah Ustaz Syukur ...................................................... 49
BAB V
: PENUTUP ......................................................................................
54
A. Kesimpulan ..................................................................................
54
B. Saran-saran ................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
57
LAMPIRAN .............................................................................................................. 61 Lampiran 1 (Bacaan Ruqyah) ....................................................................................
61
Lampiran 2 (Bacaan Zikir) ......................................................................................... 73
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Umat Islam adalah umat terakhir yang hadir di muka bumi ini dan diakui Allah Swt. hingga Hari Kiamat nanti. Untuk umat yang terakhir ini, Allah Swt. mengutus seorang nabi termulia yang ditujukan bukan hanya untuk umat manusia, tetapi juga untuk semesta alam termasuk bangsa jin. Meskipun umat Islam adalah umat terakhir, tetapi mereka sebagai umat terbaik yang ada di antara umat-umat lain yang ada di muka bumi. Gelar umat terbaik inilah yang Allah berikan khusus kepada umat Nabi Muhammad Saw., sebagaimana yang tertuang dalam surah Ali Imran (3) ayat 110.
ِِ ٍَ أُ َِْْ ِ سِ َُُْونَ َُِْْوفِ وََ َْْنَ َْ اُْ َِ وَُِْ ُن#َُْ أ$َ ْ%ُ&ْ ُآ َُن,ِ-َ.ْْ ا%َُُه/ْْ اُِْْ ُنَ وَأَآ%ُْ ِ ْ%َُ ًْا$َ َََ أَهْ)ُ اِْ&َبِ ََن+ ََْو “Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi di kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” Akan tetapi, gelar umat terbaik ini tidak hanya sebatas gelar kebanggaan yang dimiliki umat Islam tanpa ada tindak lanjutnya. Dengan menyandang gelar tersebut, berdasarkan ayat di
atas, ada konsekuensi logis yang harus dijalani oleh umat terbaik ini, yaitu menjalankan amar makruf nahi munkar,1 atau bisa diistilahkan dengan berdakwah.2 Dengan konsekuensi tersebut, tidak heran kalau kemudian Rasulullah Saw. sebagai nabi dan rasul umat ini menjalani dan mengawali dakwah Islam selama puluhan tahun dengan merasakan manis dan getirnya. Perjalanan dakwah yang beliau lakukan selama 23 tahun. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau memulai dakwahnya di Mekah secara sembunyi-sembunyi lalu terang-terangan selama 13 tahun. Kemudian, beliau berdakwah di Madinah selama 10 tahun yang telah mencapai hasil maksimal sehingga kita dapat merasakan buah manis dakwah beliau hingga saat ini.3 Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya sangat bijaksana dan patut untuk dicontoh. Setiap kali Rasulullah Saw. melangsungkan dakwahnya, beliau selalu melihat kondisi serta situasi yang sesuai dengan kebijakan umat (mad`u: komunikan) serta berbicara pada bidang yang mereka pahami. Telah menjadi sunatullah bahwa manusia mempunyai pola berfikir yang berbeda, mulai dari tingkat kecerdasan, perasaan, tabiat, sikap, sifat dan tingkah laku, serta keinginan bakatnya. Landasan inilah yang mengharuskan nabi Muhammad saw untuk mengambil langkah dalam memilih metode yang sesuai dengan obyeknya. Sebagaimana Fathiykan mengatakan bahwa “untuk mempengaruhi suatu obyek harus memilih metode yang sesuai dengan taraf kecerdasan“. 4 5
1
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ânil Azhîm,(Semarang: Putra Semarang, t.t.), h. 410 M. Munir, S.Ag., M.A. dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. xi; Strategi dakwah: A. Fakih Kurniawan, “Sebuah Perenungan atas Konstruksi Transformative Nilai Islam,” artikel diakses pada 5 April 2008 dari http://lingkarfakih.blogspot.com/2007/11/strategi-dakwah-sebuah-perenungan-atas. html 3 Masa dakwah Rasulullah Saw. selama 23 tahun ini sebenarnya setelah waktu tersebut dibulatkan. Sebenarnya, masa dakwah Rasulullah tidak persis demikian. Menurut Ali Mustafa Yaqub, waktu perjalanan dakwah Rasulullah Saw. adalah 22 tahun, 5 bulan, dan 9 hari. (Lih. Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, [Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997], h. 18). 4 Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil kepada Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1997 ), h. 36 2
Sebagai umatnya kita wajib untuk meneruskan dakwah Nabi Muhammad Saw., yaitu dengan mengajak manusia untuk selalu mengerjakan yang makruf dan meninggalkan yang mungkar, sesuai dengan ajaran Islam. Muhammad Ahmad al-Dawi mengatakan, “Merupakan kewajiban sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang makruf dan mencegah segala kemungkaran. Dalam berdakwah memang membutuhkan ketangguhan serta kekuatan hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia, sebab hakikat dakwah sebenarnya adalah membina dan mempersatukan seluruh umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.” 6 Menyadari akan pentingnya dakwah sebagai pembinaan umat manusia ke arah tercapainya kebahagian dunia dan akhirat kelak, maka sudah selayaknya kegiatan dakwah harus mendapat perhatian serta penanganan khusus dan serius dengan menggunakan metode dan sarana-sarana yang dapat diterima oleh sasaran dakwah tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa kegiatan dakwah harus terus berkembang dan harus dikemas dengan berbagai metode serta sarana yang khusus agar lebih efektif demi tercapainya tujuan dakwah, sehingga dakwah dapat diterima oleh semua kalangan. Saat ini, banyak kita temui di hampir setiap media, baik media elektronik maupun media cetak, ragam cara dan media yang dilakukan para aktivis dakwah dalam menyampaikan seruan tentang kebaikan untuk tetap mengikuti aturan agama. Hal tersebut bisa dikatakan dakwah kekinian atau dakwah kontemporer. Pada dakwah kontemporer, salah satu ustad yang cukup sering menjalankan aktivitas dakwahnya adalah Ustaz Syukur. Beliau merupakan alumni UIN (Universitas Islam Negeri) 5
Pendapat yang diutarakan oleh Fathiyakan sesuai dengan ungkapan Arab yang menyatakan,
ْ%ُِِْ,ُ ِْر2َ3 4ََ َُا ا س5َآ "Bertuturkatalah dengan orang lain sesuai dengan kemampuan daya pikir mereka." 6
Muhammad Ahmad Al–Dawi , Buku Pintar Para Da`i, (Surabaya: Dua ilmu, 1995), h .6.
Syarif Hidayatullah, Jurusan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, 2000. Selain itu, beliau adalah salah seorang kepercayaan atau asisten Ustaz Arifin Ilham, Pimpinan Mejelis Zikir Az-Zikra, dan pembimbing Jamaah Umrah Selatour.7 Dengan kapasitas pendidikan dan status tersebut, tentu saja aktivitas dakwah dai muda yang satu ini perlu diperhitungkan, apalagi beliau juga pernah belajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Bogor, Jawa Barat. Media televisi, radio, dan majalah adalah tempat dimana Ustadz Syukur menuangkan curahan tenaga dan pikirannya dalam berdakwah. Perjalanan dakwah dai yang satu ini tidak hanya berkutat di wilayah lokal, tetapi juga nasional, bahkan beliau pernah merambah sampai luar negeri. Meskipun beliau telah cukup sering dalam berdakwah di media, baik televisi maupun majalah bahkan beliau telah berdakwah sampai ke negeri Macau (Cina), namun kesan glamoritas dan komersilitas seorang dai yang banyak kita jumpai di televisi hampir tidak melekat di Ustaz Syukur. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan kepribadian beliau, Penulis tertarik untuk mengkaji kiprah dakwah beliau selama ini. Dan untuk selanjutnya, tema tersebut Penulis angkat ke dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Dakwah Kontemporer (Studi Deskriptif Analisis Kiprah Dakwah Ustaz Drs. Muhammad Abdul Syukur Yusuf).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
7
Hidayatullah, Menelusuri Jejak Nabi, edisi 01/XX Mei 2007, h. 24
Penulisan skripsi ini akan lebih terarah bilamana ada batasan yang menjadi topik pembahasan. Oleh karena itu, penulis membatasi masalahnya pada seputar kegiatan dakwah Ustaz Syukur. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana metode dan materi dakwah Ustaz Syukur? b. Apa kiprah yang telah dilakukan Ustaz Syukur dalam berdakwah? c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Ustaz Syukur dalam berdakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui metode dan materi dakwah Ustaz Syukur b. Untuk mengetahui kiprah dakwah Ustaz Syukur c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah Ustaz Syukur 2. Manfaat Penelitian a. Memberikan gambaran dan masukan kepada Majelis Zikir Az-Zikra (tempat Ustaz Syukur bernaung) khususnya, dan masyarakat umumnya tentang metode dan meteri dakwah Ustaz Syukur dalam membina umat. b. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai konsep tentang kontemporer.
dakwah
D. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Reseach) Yaitu, dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, buletin-buletin, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian. 2. Penelitian lapangan (Field Reseach) Yaitu, dengan melakukan survei dan penelitian langsung ke sejumlah majlis dan tempat Ustadz Syukur bedakwah untuk memperoleh keterangan dan data yang berkaitan dengan penelitian serta melakukan wawancara dengan Ustaz Syukur selaku objek penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Yaitu, melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada sebagai upaya untuk memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan dalam penelitian. 2. Wawancara cara (Interview) Yaitu, pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara ini penulis lakukan dengan Ustaz Syukur, orang-orang terdekatnya, dan beberapa jamaah yang mengikuti dakwahnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ini ke dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut. BAB I
: PENDAHULUAN Memuat tentang Latar Belakang Masalah; Pembatasan dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian; Metodologi Penelitian; dan Sistematika Penulisan
BAB II
: LANDASAN TEORITIS Memuat tentang Pengertian Dakwah; Hukum Dakwah; Metode dan Tujuan Dakwah; Media dan Materi Dakwah; Subjek dan Objek Dakwah; dan Pengertian Dakwah Kontemporer
BAB III
: BIOGRAFI USTAZ SYUKUR Memuat tentang Sekilas Biografi Ustaz Syukur (Latar Belakang Keluarga dan Latar Belakang Pendidikan); Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra: Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra, Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra, dan Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra; Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim; serta Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur
BAB IV
: ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR Memuat Analisis tentang Metode Dakwah Ustaz Syukur dengan Mau’izhah Hasanah: Ceramah, Zikir, dan Terapi Ruqyah; Materi Dakwah Ustaz Syukur yang Terdiri Atas Al-Qur’an (Akidah, Hukum, dan Akhlak) dan As-Sunnah (Tujuh Sunnah Harian); Media Dakwah Ustaz Syukur; Kiprah Dakwah Ustaz Syukur; Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Ustaz Syukur
BAB V
: PENUTUP Memuat tentang Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah Dalam bahasa Indonesia, kata dakwah merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu
دة.
Sementara itu, dalam bahasa Arab sendiri, kata دةberasal dari akar kata 2ی
- د.
Secara etimologi, kata dakwah berarti berdoa, menyeru, atau mengajak. 8 Adapun secara terminologi, dakwah juga memiliki beberapa arti, tergantung kepada para ahli yang mendefinisikannya. Meski demikian, pengertian dakwah secara terminologi yang diberikan mereka masih berada dalam maksud yang tidak jauh berbeda, bahkan antara definisi yang satu melengkapi definisi yang lain. Berikut ini beberapa pengertian dakwah secara terminologi. 9 •
Memotivasi umat manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
•
Mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
•
Memindahkan umat dari suatu situasi yang buruk ke situasi lain yang jauh lebih baik.
B. Hukum Dakwah
8
Ahmad Sunarto, Kamus Al-Fikr: Indonesia-Arab-Inggris & Arab-Inggris-Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya, 2002), h. 208-209; Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h. 406-407 9 Drs. H.M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997), h. 10
Pada dasarnya, hukum dakwah adalah wajib10 sebagaimana yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an ataupun Sunnah Nabi. Ayat Al-Qur’an, misalnya, yang terdapat dalam surah Yusuf ayat 108.
ِْ ََنَ اِ وََ أَﻥ:ْ;ُ-ََةٍ أَﻥَ وََْ ا;ََ ِ< و$ِ=َ 4ََ ِ ا4َِِ< أَدُْ إ$ِ;َ- ِ?ِ@َُ)ْ ه3 َ$ِِْآAُْا “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf [12]: 108).
Adapun dalil Sunnah Rasulullah Saw. yang menunjukkan kewajiban berdakwah ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di bawah ini.
ِِ;َْ,ِ;َC ْDِEَ&ْFَْ ی%َ ِْنGَC َِِﻥFِِ;َC ْDِEَ&ْFَْ ی%َ ِْنGَC ِ?ِ2َ$ِ ُ?ْ5$َHُ$َْC ْ ُ ًَْا%ُْ ِ َْ رَأَى ِِیَْنIُ اJَْKََ أLَِوَذ “Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila dia tidak mampu, maka dengan lisannya. Apabila di tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Itulah iman yang terlemah.” (HR. Muslim) Akan tetapi, mengenai hukum wajib ini, para ulama masih memperselsihkannya, apakah kewajiban itu bersifat fardhu ain (individual) atau fardhu kifayah (kolektif). Perbedaan hukum yang terjadi di kalangan ulama ini bertitik tolak dari perbedaan penafsiran terhadap ayat Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104, yaitu:
10
Abdul Basith, M.Ag., Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 34; Abdul Aziz bin Abdullah, Ad-Da’wah ilallâh wa akhlâqud-Du’ât, (Saudi: Mauqi’ al-Islam, 2005), h. 21.
َLِNَِْْ وَیَُُْونَ َُِْْوفِ وَیَ َْْنَ َْ اُْ َِْ وَأُو$َOْ ا4َُِْنَ إ2ٌَ ی#ُْ أ%ُْ ِ َُْ&َْو َُن:ِْ.ُْْ ا%ُه “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).
Berdasarkan ayat di atas, menurut Ibnu Katsir, ada dua pendapat yang berbeda mengenai hukum dakwah. Sebagian ulama menyatakan, hukum dakwah ialah fardhu kifayah, sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa hukumnya fardhu ain. Perbedaan tersebut dimunculkan dari penafsiran kata min (ِْ) yang terdapat pada ayat di atas. 11 Golongan pertama yang banyak diikuti oleh para ulama menyatakan, kata min pada ayat tersebut bermakna sebagian (Q$;). Jadi, dakwah merupakan kewajiban yang bersifat kolektif (fardhu kifayah). Alasannya karena kegiatan dakwah memerlukan ilmu dan tidak setiap individu mampu melaksanakannya. Pendapat ini diperkuat dengan ayat Al-Qur’an Surah AtTaubah ayat 122,
ِی52ِ< اC ُا,َ.َ&َ$ِ ٌ#َ.َِﺉS ْ%ُْ ِ ٍ#َ3ِْC 5)ََُ ِْ آ.ََََْ ﻥC ً#Cَُِوا آ.ْ َ$ِ َوََ آَنَ اُِْْ ُن َْ@َرُون:َْ ی%ََُ ْ%ِْ$َِْ إِذَا رََُا إ%ََُْ3 ُ ْ@ِرُوا$َِو "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang yang memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
11
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ânil Azhîm,(Semarang: Putra Semarang, t.t.), h. 390
kaumnya apabila mereka telah lembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah [9]: 122)
Golongan kedua menafsirkan kata min pada surah Ali Imran ayat 104 berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan (ن$). Dengan demikian, dakwah menjadi kewajiban setiap individu (fardhu ain). Hukum ini diperkuat dengan Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110.
ٍَ أُ َِْْ ِ سِ َُُْونَ َُِْْوفِ وََ َْْنَ َِ اُْ َِْ وَُِْ ُن#َُْ أ$َ ْ%ُ&ْ ُآ َُن,ِ-َ.ُْ ا%َُُه/ُْ اُِْْ ُنَ وَأَآ%ُْ ِ ْ%َُ ًْا$َ ََََ أَهْ)ُ اِْ&َبِ ََن+ ََِِْ و “Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." Selain itu, menurut golongan yang kedua, hukum fardhu ain ini juga diperkuat dengan hadis Nabi Saw, di atas yang terdapat kata man (), yang berarti bahwa dakwah tersebut mesti dilakukan oleh setiap individu muslim.
C. Metode dan Tujuan Dakwah Secara etimologi, kata metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian, arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.12
12
M. Munir, S.Ag., M.A., dkk., op. cit., h. 6
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi, dari sekian banyak ayat Al-Qur’an yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasara dan fundamen pokok bagi metode dakwah. 13 Ayat yang dimaksud adalah ayat,
َLََُ إِن رFْْ ِ&ِ< هِ<َ أَﺡ%ُِِْ وََد#َ َFَ:ِْ ا#َUَِِْْ وَا#َِْ:ِْ َL5َ)ِ ر$ِ;َ- 4َِادْعُ إ َِی2َ&ُِْْ ُ%ََِِْ وَهَُ أ$ِ;َ- َْ )َK َِْ ُ%ََْهَُ أ “Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat/pelajaran yang baik, dan debatlah dengan cara yang lebih baik. Sesuangguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl [16]: 125) Berdasarkan ayat di atas, terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan metode dakwah, yaitu:14 a.
Dakwah bil hikmah, yaitu dakwah dengan perkataan yang jelas, tegas, benar, serta dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Metode ini cocok untuk mereka yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan memiliki kemampuan lebih dalam menangkap makna yang disampaikan dan bersikap kritis.
b.
Dakwah bil mau’izhah hasanah, yaitu dakwah dengan tutur kata yang membawa kepada kebaikan melalui penyampaian kabar gembira, peringatan, kisah-kisah terdahulu, dan berbagai perumpamaan.
13
Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Basritama,
1997), h. 38 14
Fakhruddin ar-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, yang diakses dari http://www.altafsir.com
c.
Dakwah bil mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran dengan cara yang baik dengan argumentasi yang kuat, tanpa menyinggung perasaan. Metode ini cocok bagi kaum intelektual yang menyukai hal-hal yang bersifat rasional. Sementara itu, menurut Quraish Shihab, agar dakwah mencapai target yang diinginkan
Al-Qur’an mempunyai metode yang jitu, yaitu:15 a. Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu materi. Maksud kisah di sini ialah kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. b. Nasihat dan panutan yang disampaikan dengan dengan bahasa yang menyentuh. Demikian juga dalam berdakwah. Namun, yang perlu diingat, sebaik apa pun nasihat kuranglah sempurna jika tidak disertai dengan keteladanan. c. Pembiasaan yang digunakan Al-Qur’an untuk mendidik manusia agar terbiasa akan sesuatu, baik untuk meninggalkan maupun mengerjakannya. Adapun mengenai tujuan dakwah, Toto Tasmara sebagai pakar komunikasi pernah menyampaikan, tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan, baik secara individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut. 16 Sementara itu, menurut Shiddiq Amin dalam Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi menjelaskan bahwa tujuan dakwah ialah memahami, mengimani, menilai antara hak dan batil, mengamalkan, dan mengajarkan ajaran Islam. 17
D. Media dan Materi Dakwah 15
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), h. 197-198 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: GMP, 1987), h. 7 17 Shiddiq Amin, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 36 16
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat perantara. Media ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya. 18 Ada dua macam media dilihat dari segi sifatnya, yaitu:19 1.
Media tradisional, yaitu berbagai macam benda seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan didepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan dan sebagainya.
2.
Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti: surat kabar, radio, televisi dan sebagainya. Adapun materi dakwah ialah ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran Islam inilah
yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran Islam benar-benar dapat diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Ajaran-ajaran Islam itu dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) keyakinan atau akidah, (2) hukum-hukum, dan (3) moral serta akhlak. 20 Untuk menyampaikan materi-materi dakwah di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1.
Memilih bahan yang tepat
18
Asmuni Syukur. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya. (Surabaya: Al-ikhals. 1983). Cet. 1, h
163 19
Adi Sasono, Solusi Islam atas problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet ke-1, h. 154 20 Drs. H.M. Masyhur Amin, Op. cit., h. 11-13
2.
Jangkauan ilmu tentang bahan tersebut.
3.
Menyusun secara sistematis
4.
Menguasai bahan.21
E. Subjek dan Objek Dakwah Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah, atau biasa diistilahkan dengan dai. Dai adalah orang yang berusaha mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt., baik secara individu maupun kelompok, sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.22 Semestinya seorang dai berusaha mengajak manusia dengan perkataan dan perbuatannya kepada ajaran Islam, menerapkan manhajnya, memeluk akidahnya, dan melaksanakan syariatnya.23 Slamet Muhaemin Abda mensyaratkan beberapa kemampuan untuk seorang dai, yaitu: 1. Kemampuan berkomunikasi atau beretorika 2. Kemampuan menguasai diri 3. Memiliki kemampuan dibidang umum 4. Menguasai ilmu agama secara umum 5. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih. 24 Sementara itu, yang dimaksud dengan objek dakwah yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau orang yang menerima pesan-pesan dakwah dan biasa disebut mad’u.
21
Alwisral Imam Zaidallah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah dalam Mmebentuk Dai dan Khatib Profesional, (Jakarta : Kalam Mulia,2002) Cet. Ke-1, h. 83 22 M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) Cet ke-1, h. 179 23 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo: Intermedia, 1997), Cet ke-2. h. 29 24 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodelogi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1990), h. 69-77
BAB III BIOGRAFI USTAZ MUHAMMAD SYUKUR
E.
Sekilas tentang Ustaz Muhammad Syukur Ustaz Muhammad Syukur lahir di Bogor, 4 Januari 1978. Nama lengkapnya yaitu
Muhammad Abdul Syukur Yusuf. Beliau lahir dari keluarga yang memang mempunyai dasardasar agama Islam yang kuat. Kedua orangtuanya pernah mengenyam pendidikan di pesantren, begitu juga dengan kelima saudara Ustaz Syukur. Di antara saudara-saudara Ustaz Syukur, hanya satu kakak laki-lakinya yang bernama H. A. M Fachrudin yang tidak masuk pesantren. Ustaz Syukur merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, yaitu: (1) Suhartati, (2) Nurkomalawati, (3) H. AM Fachrudin, (4) Ida Laila, (5) M. Abdul Syukur Yusuf (Ustaz Syukur), (6) Aang Abu Bakar, dan (7) Siti soliha. Ayah beliau, H. Yusuf, merupakan salah satu tenaga pengajar di Pondok Pesantren AlHamidiyah, Mampang Sawangan, Depok. Dengan pofesi ayahnya tersebut, tentu memudahkan Ustaz Syukur untuk mendapatkan pendidikan Agama di salah satu pesantren di Kota Hujan tersebut. Dan memang pesantren itu sudah ada sejak Ustaz Syukur duduk di bangku kelas lima SD. Apalagi, dengan posisi rumah yang bersebelahan dengan bangunan pesantren, tak jarang beliau ikut mengaji walau harus ikut di kelompok anak Tsanawiyah.25 Ustaz Syukur kecil merupakan anak yang cerdas, bahkan untuk menyelesaikan Sekolah Dasarnya beliau hanya butuh waktu lima tahun atau sampai kelas lima. Sebab, beliau ikut kelas akselerasi, yaitu ujian yang bila lulus langsung dapat ijazah dan bila tidak maka naik ke kelas enam. Sejak kecil, beliau memang mempunyai cita-cita sebagai ustaz. Dengan belajar di 25
Malam
Wawancara Pribadi dengan H. Yusuf (Ayahanda Ustaz Syukur), Depok, 17 Juli 2007 Jam 21:30
pesantren, tentu sangat memotivasi dirinya untuk mewujudkan cita-cita mulianya. Puncak dari kesukaannya terjadi saat beliau mengaji kepada Ustaz Slamet Suryanto (almarhum). Saat itu beliau mendengar ceramah Ustaz Slamet dan terpukau dengan gayanya. Hal itulah yang sangat memotivasi beliau untuk menjadi seorang dai.26
F.
Ustaz Syukur dan Majlis Az-Zikra Pada tahun 1999, tepatnya di Masjid Amru Bittaqwa, adalah awal mula Ustaz Syukur
bertemu dengan Ustaz Arifin Ilham, seorang dai kondang yang terkenal dengan metrode zikirnya, sosok guru yang cukup berperan dalam pengembangan kiprah dakwah Ustaz Syukur. Akhir tahun 2000, di masjid tersebutlah mulai diadakan zikir yang pada saat itu belum terbentuk Majlis Az-Zikra. Walaupun belum membentuk majlis atau perkumpulan zikir, namun ustadz Syukur yang mendampingi Ustaz Arifin Ilham sudah rutin setiap bulannya melakukan zikir berjamaah di masjid yang berada di komplek perumahan daerah Mampang, Depok. Awal bulan pertama jamaah yang ikut cukup banyak karena setiap ustaz yang datang membawa murid-muridnya. Lalu, pada bulan kedua dan ketiga jamaah mulai menyusut dan pakaian pun masih belum seragam. Hal ini disebabkan banyak jamaah yang belum tertarik dengan zikir berjamaah dan pada saat itu zikir yang dilakukan tidak seperti zikir yang dilakukan sekarang. Dulu zikir hanya teriak-teriak seperti orang mau perang tanpa logat atau intonasi yang indah. Seiring dengan perjalanan waktu, metode yang dilakukan pun berkembang hingga akhirnya banyak jamaah yang mulai menikmati dan berkembanglah metode zikir tersebut ke majlis-majlis. Hal inilah yang memprakarsai terbentuknya majlis Az-Zikra. Awalnya, Ustaz Syukur ditunjuk sebagai anggota di Departemen Pendidikan dan Dakwah. Walaupun pada saat 26
Majalah Hidayah Edisi 73, Agustus 2007. hal 107.
itu Majlis Az-Zikra belum aktif, tapi Ustaz Syukur duduk sebagai orang majlis dan menjadi pengurus. Lalu, tanpa adanya pelantikan namun berdasarkan kesepakatan para ustaz Az-Zikra, Ustaz syukur diangkat menjadi Sekjen Majlis Az-Zikra dan sekaligus sebagai ustaznya. Hingga saat ini, Ustaz Syukur termasuk ustaz yang memiliki peran penting dalam perjalana dakwah Majlis Az-Zikra. Beliau kerap kali menimba dan memberi ilmu kepada para jamaah Majlis AzZikra, tanpa terkecuali kepada para asatiznya. Dengan demikian, hubungan Ustaz Syukur dengan Majlis Az-Zikra sudah sangat erat yang menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi.
1. Profil Jamaah Majlis Zikir Az-Zikra Dalam catatan Ustaz Abdul Syukur sendiri selaku Sekjen Majlis Az-Zikra, secara umum latar belakang jamaah zikir di Majlis Zikir Az-Zikra sangat beragam. Jamaahnya mulai dari para pejabat pemerintah, kalangan militer, akademisi, ormas Islam, tokoh pemuda, pengusaha, jurnalis, tokoh-tokoh gerakan Islam, atau bahkan pengikut gerakan tarekat lain seperti tarekat Idrisiyah, Naqsyabandiyyah, dan Khalidiyah, serta berbagai elemen masyarakat lainnya. Pernyataan ini juga diperkuat dengan persaksian mata kepala kita sendiri yang acap kali kita menyaksikan jamaah yang mengikuti Majlis Az-Zikra melalui media layar kaca adalah orang-orang sebagaimana yang disebutkan di atas.
2. Manajemen Majlis Zikir Az-Zikra Secara organisasi, keberadaan Majlis Zikir Az-Zikra berada di bawah naungan Yayasan Al-Amtu Bittaqwa. Majlis Zikir Az-Zikra merupakan salah satu unit yang ada di yayasan tersebut. Dalam pengelolaannya, Majlis Zikir Az-Zikra terdiri atas beberapa bidang, seperti
bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan (diklitbang), dan pemberdayaan ekonomi jamaah.
3. Kegiatan-kegiatan Majlis Zikir Az-Zikra Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di Majlis Zikir Az-Zikra di antaranya adalah Majlis Tarbiyah yang dilaksanakan pada setiap malam Rabu, Majlis Zikir dan Ta’lim yang dilaksanakan pada setiap Sabtu Subuh, Zikir Akbar dan Titian Keluarga Sakinah (TKS) yang dilaksanakan pada hari Ahad setiap bulan. Selain kegiatan-kegiatan rutin seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu seperti kegiatan Wisata Zikir yang dilaksanakan di Bandung.27
G.
Ustaz Syukur dan Pesantren Anak Yatim Dakwah tidaklah sebatas tutur kata lisan, tetapi dakwah juga butuh tindakan perbuatan.
Bahkan, dakwah perbuatan (dakwah bil hal) inilah yang jauh pengaruhnya lebih ampuh daripada dakwah lisan. Berdasarkan hal ini, Majlis Az-Zikra serasa masih kurang jika tidak melengkapi dakwah lisannya dengan dakwah perbuatan. Dalam bentuk yang kongkrit, mereka pun mendirikan yayasan yatim piatu yang bertujuan mengasuh dan memelihara anak yatim. Pada awalnya, hal yang melatarbelakangi berdirinya yayasan ini ialah adanya sejumlah anak yang terlantar dari sejumlah konflik yang terjadi di Indonesia, seperti konflik yang terjadi di Poso atau Aceh. Selanjutnya, setelah terjadi tsunami yang melanda daerah Serambi Mekah, semakin banyak saja anak-anak yang kehilangan orangtua mereka. Berawal dari sini, hati para pengurus Majlis Az-Zikra tergerak untuk turut serta mengasuh mereka. Karena itu, sekitar tahun 2004-an, Majlis Zikir Az-Zikra secara resmi mendirikan Yayasan Yatim Piatu Az-Zikra. Pada 27
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Syukur, Depok, 7 Agustus 2007
saat itu, Ustaz Syukurlah yang dipilih sebagai ketua yayasan guna memimpinnya hingga saat ini. Kemampuan dan kapasitas keilmuannya yang membuat para pengurus Majlis Zikir Az-Zikra memberikan kepercayaan kepadnya untuk memimpin yayasan yatim tersebut. Pada saat ini, jumlah anak yatim piatu yang diasuh sekitar 40-an anak.28 Bagi mereka, sedikit ataupun banyak, yang terpenting santunan yang diberikan untuk anak yatim piatu tersebut rutin terlaksana tanpa henti. Sebab, sekalipun dari segi kuantitas—barangkali—tidak terlalu banyak, kualitas rutinitas itulah yang menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dan nilai lebih bagi yayasan yatim yang satu ini. Rasulullah Saw pernah bersabda,
)َ3 ْ اِ أَدْوََُ وَإِن4َِ اََْْلِ إWَأَﺡ “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang rutin meski sedikit.” (HR. Ahmad) Mengenai keutamaan orang yang mengasuh anak yatim, Rasulullah Saw pernah menjelaskannya lewat sabdanya,
ًNْ$َْ ََُ ﺵ$َ ََجC و، 4َEْ-ُِْ وَا#ََ;Fِ َِ هََ@َا وَأَﺵَر# َYِْ<ْ اC ِ%ْ$ِ&َ$ِْ)ُ اCَأَﻥَ وَآ "Di surga nanti, saya dan orang yang mengasuh anak yatim seperti ini," Rasulullah sambil berisyarat dengan jari telunjuk dan tengahnya, serta merenggangkan jari yang lain. (HR. Bukhari – Muslim).
Salah satu dakwah seperti inilah yang semestinya diikuti oleh yang lainnya. Sebab, dakwah bukan hanya tutur kata lisan, tapi lebih bermakna dan lebih tajam pengaruhnya jika dibarengi dengan bukti nyata perbuatan. Oleh karena itu, tidak heran kalau kemudian jika Ustaz Syukur mengungkapkan bahwa sudah saatnya dakwah dikembalikan pada Akhlak.
28
Wawancara Pribadi dengan Salah Seorang Pengasuh Yayasan Yatim Az-Zikra, Depok, 1 Mei 2008
H.
Perjalanan Dakwah Ustaz Syukur Sejak SD, Ustaz Syukur mulai tekun belajar ceramah, bahkan beliau sudah diajak untuk
ikut program KPM (Kegiatan Pengabdian Masyarakat) mirip dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dilakukan mahasiswa. Peserta KPM biasanya dikumpulkan dalam satu kelompok yang akan memberi pengabdian kepada masyarakat dengan cara berdakwah dan mengisi ta’lim di majelismajelis. Kegiatan yang diadakan setahun sekali pada saat liburan ini mempunyai bermacammacam kegiatan tapi yang utama adalah dakwah, dalam satu kelompok terdiri dari santri yang baca shalawat, mengaji, berceramah dan MC, Ustaz Syukur biasanya mendapat tugas MC atau ceramah. 29 Inilah awal mula beliau berdakwah didepan jamaah dan puncaknya pada saat duduk dibangku Madrasah Aliyah sampai keliling keluar kota Banyuwangi, Bandung dan Garut. Kegiatan ceramah berlanjut hingga ustad Syukur
menjadi mahasiswa di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan tafsir hadits Fakultas Ushuluddin. Agustus tahun 2000 setelah ustad Syukur wisuda S1 beliau mulai aktif berdakwah dimajlis Az-Zikra dengan mengikuti dan mendampingi Ustaz Arifin Ilham, awalnya hanya sebagai MC pada saat Ustaz Arifin mengisi acara zikir, namun kemudian dengan sebab padatnya acara zikir yang harus diisi oleh Ustaz Arifin Ilham maka ada beberapa acara zikir yang diisi oleh Ustaz Syukur untuk menggantikan Ustaz Arifin Ilham, begitu seterusnya hingga sekarang banyak sudah acara-acara zikir dimajlis yang diisi oleh Ustaz Syukur bahkan sampai keluar negeri (Hongkong).
29
Wawancara dengan Ustad Syukur Selasa 7 Agustus 2007 Jam 9:00 Malam
BAB IV ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTAZ SYUKUR
A. Metode Dakwah Ustaz Syukur Seandainya kita merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang dakwah, maka ada satu ayat yang membicarakan metode dakwah—sebagaimana yang telah disinggung di atas—yaitu Surah An-Nahl ayat 125. Dan jika Penulis teliti lebih jauh terhadap dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur selama ini, Penulis menyimpulkan bahwa sejumlah cara dakwah yang dilakukan beliau berpusat dan lebih didominasi pada metode dakwah mau’izhah hasanah. Sebab, dalam setiap dakwahnya, Ustaz Syukur senantiasa mengisinya dengan menyampaikan taushiyah atau ceramah, ruqyah syariyah, dan zikir bersama para jamaah sebagaimana yang beliau lakukan dalam sejumlah kesempatan, seperti terhadap karyawankaryawati Mirota Kampus C. Simanjuntak.30 Dalam berdakwah, zikir bersama para jamaah beliau senantiasa lakukan karena posisi beliau yang memang sebagai Sekjen Majelis Az-Zikra. Menurut Penulis, metode yang digunakan Ustaz Syukur bermuara pada metode mau’izhah hasanah karena kandungan dan cara penyampaian dakwahnya sangat sesuai dengan makna mau’izhah hasanah itu sendiri. Shalih bin Abdullah bin Humaid pernah menjelaskan, pada dasarnya mau’izhah hasanah ialah ucapan yang menyentuh hati mad’u (komunikan) agar dia berkenan untuk berbuat baik dan menyambut seruan dakwah kepadanya. 31 Berikut ini Penulis berupaya menganalisa tiga metode dakwah di atas yang diterapkan oleh Ustaz Syukur.
30
Artikel ini diakses pada 7 April 2008, dari http://www.mirotakampus.com/index.php-option= comcontent &task=view&id =52 & Itemid=38 31 Shalih bin Abdullah bin Humaid, Mafhûm al-Hikmah fi ad-Da’wah, (Arab Saudi: Wizarah asy-Syu`ûn al-Islâmiyyah wal Awqâf wa ad-Da’wah wa al-Irsyâd, 2002), h. 32
a. Ceramah Seandainya kita berupaya mengkaji cara-cara dakwah yang disampaikan oleh para nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw., kita akan menemukan bahwa metode ceramah dalam berdakwah senantiasa ada dan diterapkan tanpa henti. Misalnya, dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun kepada kaumnya sebagaimana yang direkam Al-Quran dalam surah Al-A’raf ayat 150 dan surah Thaha ayat 90. Selain itu, dakwah yang dilakukan oleh nabi kita pun, Nabi Muhammad Saw., tidak lepas dari dakwah metode mau’izhah hasanah, dan dalam hal ini adalah ceramah. Salah satu contohnya adalah ceramah atau taushiyah yang beliau sampaikan pada saat Haji Wada’ sebagaimana yang tertuang di bawah ini.
ََل,َC ُُُب,ُْنُ وَوََِْ ِ َْ ا$َُْْ ِ َْ اCًَ ذَر#َH$َِ ً#َUَِْ َ َUَََC َُلَ اَِْْض,َC ِDْFَْى اِ وَا,َ&ِ ْ%ُ$َِلَ أُوﺹ,َC َ ْ$َُِ إ2ََْ ََذَاC ٍع5ُ َُد#َUَِْ ِ?ِ@َُلَ اِ آََن ه-ََﺉِ)ٌ یَ ر3 <ِ& ُFِ ْ%ُْ$َََC ًا$ِ/ًَ آCَِ&ْ ََى ا$َFَC ِي2َْ ْ%ُْ ِ ْ`َِِﻥُ َْ یGَC a$ِAَ;ًَا ﺡ2ْ;َ ِْ وَإِن#َEوَا َِﺙَت2ْ:َُْ و%َُْ ِ َاِ@ِ وَإِیآ$ََ اbcََُا َِ وFََ َِی2َِ ااﺵ$5ِی2ََْْءِ ا.َُOِْ ا# ُ-َو ٌ#َََK ٍ#َْ2ِ )ٌُ وَآ#َْ2ِ ٍ#ََﺙ2ْ:ُ )ُِن آGَC ِاُُْر Abu Najih Irbad bin Sariah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw menasihati kita dengan nasihat perpisahan yang menggetarkan hati dan membuat air mata jatuh bercucuran. Kami lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sepertinya ini nasihat perpisahan. Karena itu, berilah kami wasiat.” Nabi Saw bersabda, “Saya berwasiat kepadamu agar tetap bertakwa kepada Allah Swt., mendengar, dan taat, wakaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian masih hidup, niscaya dia bakal menyaksikan berbagai perselisihan. Karena itu, berpegang teguhlah pada Sunahku dan Sunah Khalifah Rasyidin yang
lurus. Gigitlah ia dengan gerahammu, jauhillah hal-hal baru, karena sesungguhnya semua bidah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi yang berkata, “Hadis ini hasan dan shahih.”) 32 Dengan demikian, cara-cara ceramah atau taushiyah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur memang telah sesuai dengan metode dakwah mau’izhah hasanah yang dilakukan oleh para nabi atau hingga saat ini dilakukan oleh para ulama. Dan dalam penerapannya, terkadang ceramah atau taushiyah yang disampaikan oleh Ustaz Syukur senantiasa diselingi dengan zikir, baik itu dilakukan sebelum ceramah maupun setelahnya. Namun, dari ceramah dan taushiyah yang diberikan Ustaz Syukur, rasanya-rasanya beliau tidak ingin terjebak hanya pada penyampaian dakwah sebatas ceramah atau taushiyah saja. Beliau pun berupaya untuk langsung menerapkan dan memberikan keteladanan kepada mad’unya, sebagaimana yang pernah beliau lakukan saat berceramah di Hongkong dengan mengajak para mad’unya untuk shalat Subuh berjamaah. Dan ternyata, meski di waktu pagi yang demikian sangat dingin, beliau tetap memenuhi janjinya dan langsung memberikan keteladan kepada mereka. Barangkali, beliau pun ingin benar-benar menerapkan langsung ungkapan lisânul hâl afshah min lisânul maqâl (lisan [dakwah] dengan praktik perbuatan lebih mujarab daripada dakwah melalui ucapan.”33
b. Zikir Kata zikir merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dzakara-yadzkuru-dzikran (ذآا
- )ذآ – ی@آ. Arti kata ini berkisar pada mengisyaratkan, menyebut, mengagungkan.
Sementara itu, jika kata ini digandengkan dengan kata Allah yaitu dzikrullâh (gا
32 33
An-Nawawi, Al-Arba’în an-Nawâwiyyah, terj. (Solo: Era Intermedia, 1999), h. 69-70 Majalah Hidayah, edisi 73, Agustus 2007, h. 104
)ذآ, maka ia
berarti mengagungkan, mensucikan, atau mengingat Allah. 34 Ada juga yang berpendapat, dzikrullâh berarti memelihara Allah dalam ingatan. Maksudnya, selalu mengingat dan menyebut nama Allah.35 Seandainya kita mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw., kita akan mendapati banyak sekali ayat atau hadis yang menganjurkan kita untuk berzikir, di antaranya yaitu:
ًا$ِ/ََ ُا اذْآُُوا اَ ذِآًْا آ+ ََ ا@ِیbیَأَی “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dengan sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41)
ً#َ.$ِ ًَ وbَcَ َLِFْ.َِ< ﻥC َLَوَاذْآُْ ر “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut.” (QS. al-A’raf [7]: 205)
ذِآًْا2َْ أَوْ أَﺵ%َُءَآ+ ْ%َُذْآُُوا اَ آَ@ِآِْآC “Karena itu, berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana kalian menyebutnyebut nenek moyang kalian atau bahkan lebih keras daripada itu.” (QS. al-Baqarah [2]: 200)
Namun, sebenarnya zikir tidak sebatas pada lisan semata, bahkan yang jauh lebih utama adalah zikir dalam hati. Rasulullah Saw pernah bersabda,
ْ<ِFْ.َِ< ﻥC َُُِِْ ذَآFْ.َِ<ْ ﻥC ْ<َِْ ذَآََﻥ “Siapa yang berzikir (mengingat) Aku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam hati-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
34
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indoneisia, (Yogyakarta, 1998),
35
M. Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah ZikirBerjamaah, (Jakarta: Republika, 2003), h. 1
h. 933
Mengenai hadis di atas, Imam Abu al-Hasanat berkomentar, “Hadis ini mengandung pengertian bahwa zikir qalbu itu lebih utama, kemudian zikir lisan yang dilakukan dengan pelan.” 36 Seandainya kita mencermati metode dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur, yang memadukan antara taushiyah atau ceramah dan zikir yang bermuara pada mau’izhah hasanah, maka menurut kacamata Penulis metode yang beliau terapkan cukup sempurna. Sebab, dua cara yang beliau terapkan tersebut saling melengkapi. Terkadang di antara kita ada yang bisa tersentuh hatinya dengan hanya berzikir, baik secara indivisu maupun kolektif, sehingga dia segera dan semangat untuk berbuat baik atau bertakwa. Namun, ada juga di antara kita yang kurang memahami makna zikir dan butuh pengertian dan penjelasannya, yang kemudian dia baru bisa memahami dan menyentuh hatinya.
Metode dan Materi Zikir Ustaz Syukur Pada dasarnya, ramuan zikir yang disuguhkan Ustaz Syukur merupakan ramuan yang memang sudah diolah dalam manajemen Majlis Zikir Az-Zikra. Karena itu, zikir yang disajikan oleh Ustaz Syukur yang selaku Sekjen Majlis Zikir Az-Zikra sangatlah sama dengan zikir yang disampaikan oleh Ketua Umumnya, yaitu Ustaz Arifin Ilham. Adapun metode Zikir yang disuguhkan oleh para pengurus Majlis Az-Zikra, termasuk Ustaz Syukur, merupakan formula zikir yang disusun oleh Ustaz Arifin Ilham selaku pimpinan dengan mengacu pada dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dalam pelaksanaan zikirnya, Ustaz Syukur sangat menganjurkan kepada para jamaah agar memerhatikan etika dalam berzikir, di antaranya yaitu semua jamaah hendaknya dalam keadaan suci dengan berwudhu terlebih dahulu, 36
Ibid., h. 3
zikir hendaknya dilakukan di dalam masjid, menghadap ke arah kiblat, duduk seperti duduk di antara dua sujud ketika shalat, dan semua jamaah dianjurkan mengenakan pakaian berwarna putih. Adapun materi dan sistematika bacaan zikir yang disampaikan oleh Ustaz Syukur adalah sebagai berikut. 1. Membaca ta’awwud/isti’adzah. 2. Membaca basmalah. 3. Membaca Surah al-Fatihah 4. Membaca Ayat Kursi dan dua ayat setelahnya. 5. Membaca Surah Al-Insyirah. 6. Membaca Surah Az-Zalzalah. 7. Membaca Surah Al-Ikhlas. 8. Membaca Surah Al-Falaq. 9. Membaca Surah An-Nas. 10. Membaca al-Asma Al-Husna. 11. Membaca tahlil (lâilâhaillallâh). 12. Membaca tasbih (subhânalhâh) 13. Membaca tahmid (alhamdulillâh). 14. Membaca takbir (Allâhu akbar). 15. Membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. 16. Membaca istighfar (astaghfirullâh al-Azhim). 17. Sujud taubah. 18. Berdoa.
Berdasarkan metode dan materi zikir yang disuguhkan oleh Ustaz Syukur di atas, menurut Penulis bahwa zikir tersebut sangatlah berarti karena memang benar-benar berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah atau Al-Hadits, serta isi-isinya pun penuh dengan materi AlQur’an yang memang penuh makna dan memiliki pahala yang sangat besar, sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulullah Saw.,
ٌ ﺡَْف%ُلُ ا3َََِ َ أ/َِْْ أAَِ ُ#َ َFَ:ٌْ وَا#َ َFَََُ ِِ ﺡC ًِ ِْ آِ&َبِ اCَََْأَ ﺡ3 َْ ٌٌ ﺡَْف%$ٌَِ ﺡَْفٌ وََمٌ ﺡَْفٌ وJََِوَِْ أ “Siapa yang membaca satu huruf (dari) Al-Qur’an maka dia mendapatkan satu kebajikan. Kemudian, satu kebajikan (dibalas) dengan sepuluh kebajikan yang serupa. Saya tidak mengatakan bahwa Alif Lâm Mim itu hanya satu huruf. Tetapi, Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Namun, barangkali tidak sedikit di antara kaum muslimin yang masih menilai negatif zikir yang dilakukan secara berjamaah dan dilangsungkan dengan suara yang keras. Menurut penilaian mereka, cara-cara zikir seperti itu adalah perbuatan bid’ah. Padahal, kalau kita merujuk kepada sejumlah hadis Rasulullah Saw., kita akan menemukan berbagai dalil yang mengabsahkan zikir berjamaah. Di antara hadis tersebut yaitu:
َDْCَِ<َ اُ َ َُْ أَ ْ;ََ?ُ أَن رKَ اِْ َ;سٍ أَ ْ;ََ?ُ أَن اَْ َ;سٍ ر4ََْ ٍ2َ;َْ ََأَن أ ِْ$ََ ُ ا4َ ﺹ5<ِ; ِ ا2َْ 4ََ َِ آَن#َُ&ََْْ یَ ْ=َِفُ ا سُ ِْ ا$ِآِْ ﺡ5@ِ ِا=ْت .ُُ&َِْ- َ إِذَاLَِ@ِ ُاCََ=ُْ إِذَا اﻥ%َََْلَ اُْ َ;سٍ آُ ُْ أ3ََ و%َ-َو
“Dari Ma’bad maula Ibni Abbas mengabarkan bahwa Ibnu Abbas menyampaikan kepadanya, bahwa pada masa Rasulullah Saw. orang-orang biasa menyaringkan suara ketika berzikir setelah selesai melaksanakan shalat fardhu. Ibnu Abbas lalu berkata, “Aku mengetahui hal tersebut dan mendengarnya apabila mereka telah selesai mendirikan shalat.” (HR. Bukhari Muslim)
َ2ْ ِ َ أَﻥ4َََ ُُلُ ا,ََ ی%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َ ﺹb<ِ; َلَ ا3 ََل3 ُْ َ ُِ<َ اKََْ أَِ< هَُیَْةَ ر <ِC <ِِ< وَإِنْ ذَآََﻥFْ.َِ< ﻥC َُُِِْ ذَآFْ.َِ< ﻥC <ِِنْ ذَآََﻥGَC <ِِي ِ< وَأَﻥَ ََُ إِذَا ذَآََﻥ2ْ;َ 5َj ْ%ُْ ِ ٍْ$َ ٍGََ <ِC ٍُُْ ذَ َآGََ Abu Hurairah Ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, Allah azza wa jalla berfirman (dalam hadis qudsi, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Seandainya dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Dan apabila dia mengingat-Ku dalam satu kelompok (majlis zikir), Aku pun akan mengingatnya dalam kelompok (majlis) yang lebih baik daripada itu.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dari kedua hadis di atas, dapatlah dipahami bahwa zikir dengan suara jahar (keras) adalah boleh. Selain itu, kita bisa memahami akan keutamaan majlis zikir dan perhatian Allah Swt. kepada mereka, sampai-sampai Allah merasa perlu membanggakan orang yang berzikir dalam suatu komunitas kepada komunitas yang jauh lebih baik daripada mereka. Bagaimana pun cara zikir yang dilakukan, menurut Penulis, zikir yang senantiasa disuguhkan oleh Ustaz Syukur dalam dakwahnya terhadap para mad’u, berupaya untuk memberi nilai lebih dari berbagai manfaat zikir yang bisa diperoleh pelakunya. Di antara manfaat zikir tersebut yaitu: 1. Membersihkan karat-karat qalbu (hati) yang menutup hati. Abdullah bin Amr RA. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
ِgُُْبِ ذِآُْ ا,َْ ا#ََ,ًَ وَإِن ﺹ#ََ,َ ﺵَ<ْءٍ ﺹ5)ُِ إِن “Sesungguhnya bagi sestiap sesuatu ada penjernihnya, dan penjernih qalbu adalah berzikir kepada Allah.” (HR. Baihaqi) 2. Memberikan ketenteraman
ُُُب,ْ اbِNَْEَ ِْ ِ@ِآِْ اِ أََ ِ@ِآِْ ا%ُُُُ3 bِNَْEََََ ُا و+ َا@ِی “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 28) 3. Menyelamatkan dunia dan akhirat Rasulullah Saw. pernah bersabda,
ِgِ ِْ ذِآِْ اg َُ ِْ َ@َابِ ا4َYًْ أَﻥkََ َدَم+ َُْ َِ)َ ا “Tiada amal yang dilakukan oleh anak Adam (manusia) untuk menyelamatkannya dari dari siksa Allah kecuali dengan berzikir kepada Allah.” (HR. Thabrani) 4. Sarana komunikasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya,
<ُُِوﻥ.َْ ََْ وَاﺵُُْوا ِ< و%َُذْآُُوﻥِ< أَذْآُْآC “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada kalian, serta bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. alBaqarah [2]: 152)
5. Memberikan keberungtungan duniawi dan ukhrawi. Allah Swt. berfirman,
ًا$ِ/َْ)ِ اِ وَاذْآُُوا اَ آcَC ِْ ُاHَ&ِْ< اَْرْضِ وَاC ُِواAَ&َﻥC َُْ ا=َة$ِcُ3 ِذَاGَC َُن:ِْ.ُ ْ%ََُ “Apabila telah ditunaikan shalat (Jum’at), maka bertebaranlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah (zikir) banyak-banyak agar kalian beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 10)
c. Terapi Ruqyah Kata ruqyah sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu
#$3ر. Secara
etimologi, kata ruqyah berarti memakai guna-guna, mantera, atau jimat.37 Meski secara etimologi kata ruqyah berkonotasi pada dunia perdukunan, tetapi secara praktis ruqyah yang diajarkan Nabi Saw. jauh dari praktik-praktik perdukunan. Oleh karena itu, para ulama kemudian mendefinisikan ruqyah secara terminologi sesuai dengan sudut pandang Islam, karena ruqyahlah yang memang dianjurkan oleh Rasulullah sebagai upaya melindungi dan mengobati diri dari berbagai penyakit, baik lahir maupun batin. Di antaranya yaitu Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah menjelaskan, ruqyah secara terminologi ialah kumpulan ayat-ayat Al-Quran dan AlHadis yang merupakan doa-doa perlindungan yang harus dibaca oleh setiap muslim bagi dirinya, anaknya, atau istrinya, baik untuk tujuan melindungi diri dari semua kejahatan manusia dan jin, kesurupan setan, sihir, penyakit, maupun penyakit-penyakit fisik lainnya.38 Berdasarkan definisi di atas, maka sumber dari obat ruqyah adalah ayat-ayat al-Qur’an dan Al-Hadis. Hal tersebut memang sangat tepat sekali dengan pernyataan Allah sendiri dalam Al-Qur’an bahwa di dalamnya mengandung obat bagi orang-orang yang beriman. 37 38
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h. 523 Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah, Srhat Jiwa Raga Cara Islam, (Jakarta: Al-Manar, 1998), h. 3
ٌ#ًَْى وَرَﺡ2ُُورِ وَه2b=ِ< اC َِ ٌَء.ِْ وَﺵ%ُ5ٌَ ِْ ر#َUَِْ ْ%َُْْ َء2َ3 َُ ا سbیَأَی َ$ِ ِ ُِْْ “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57)
Dalam menjalankan dakwahnya, Ustaz Syukur juga kerap melakukan praktik terapi ruqyah bersama-sama dengan para ustaz yang berada dalam manajemen Majlis Zikir Az-Zikra. Di sela-sela ruqyah tersebut mereka kerap menyampaikan pesan-pesan agama yang mengajak para mad’u atau pasien ruqyah untuk kembali dan tetap menjalankan ajaran agama Islam serta beristiqamah. Dan berdasarkan ayat dan terminologi ruqyah yang telah disinggung di atas, maka Ustaz Syukur dan ustaz-ustaz yang lainnya melakukan praktik ruqyah dengan bacaan-bacaan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadis atau As-Sunnah. Menurut salah seorang pengurus Majlis Zikir Az-Zikra yang turut serta melakukan ruqyah, Ustazah Eka, bacaan-bacaan yang biasa digunakan dalam ruqyah adalah yang terkandung dalam Al-Ma’tsurat Ash-Shughra.39 Namun, terkadang jika waktunya sangat luang, dibacakan Al-Ma’tsurat Al-Kubra yang bacaannya lebih banyak dan panjang. Bacaan-bacaan inilah yang seharusnya diamalkan oleh setiap pasien ruqyah khsususnya dan individu muslim umumnya, baik menjelang pagi maupun sore hari. Bahkan menurutnya, ruqyah yang dilakukan pada diri sendiri dengan keyakinan yang penuh kepada Allah sebagai Dzat Yang Maha Menyembuhkan jauh lebih ampuh pengaruhnya. Penulis akan mencantumkan secara lengkap Al-Ma’tsurah Ash-Shughra yang biasa dibacakan dan diamalkan dalam ruqyah tersebut pada bagian lampiran.
39
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Eka, Depok, 1 Mei 2008
Menurut Ustaz Syukur sendiri, bila ditinjau dari segi sifatnya, maka terapi ruqyah dapat berfungsi sebagai berikut:40 1. Fungsi preventif. Layanan terapi ruqyah ini dapat berfungsi sebagai pencegahan yang berarti sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya gangguan dari berbagai penyakit, termasuk ghaib. 2. Fungsi pemahaman, yaitu terapi ruqyah berfungsi menghasilkan pemahamanpemahaman terhadap ayat-ayat yang dibacakan ketika dalam proses terapi terhadap pasien yang akan mengalami reaksi-reaksi dengan sendirinya. 3. Fungsi perbaikan, yaitu terapi ruqyah yang akan menghasilkan atau teratasibta gangguan ghaib yang dialami oleh pasien, maka harus dijaga dirinya dari makhluk ghaib dengan beribadah dan jangan sampai lalai. 4. Fungsi zikir, yaitu bahwa dengan berzikir dapat membantu para pasien dalam memelihara dirinya agar dapat terhindar dari gangguan makhluk ghaib. Adapun prosedur terapi ruqyah di Majlis Zikir Az-Zikra ialah pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri sekitar pukul 09.00 WIB dengan mengeluarkan biaya pendaftaran sekitar Rp. 50.000. Kemudian sesuai dengan nomor urut, klien atau pasien dipanggil dan diruqyah tergantung dengan penyakit yang menjadi keluhan. Terapi ruqyah ini dilaksakan setiap hari. Untuk Ustaz Syukur sendiri, beliau tidak memasang tarif biaya ruqyah, yang hanya sebatas administrasi pendaftaran.
B. Materi Dakwah Ustaz Syukur 40
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Syukur, Depok, 3 Mesi 2008
Secara umum, dakwah yang dilakukan oleh para dai berdasarkan pada ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Demikian juga yang dilakukan oleh Ustaz Syukur. Beliau mengungkapkan, materi yang disampaikan dalam dakwah tidak lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
41
Untuk lebih jelasnya, Penulis berupaya untuk menganalisis materi
dakwah yang disampaikan oleh Ustaz Syukur sebagaimana di bawah ini. a. Materi Al-Qur’an Seandainya kita garis besarkan, maka ajaran Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an terdiri atas tiga bagian penting, yaitu (1) akidah, (2) hukum, dan (3) akhlak atau moral.
42
Tiga
poin inilah yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah Saw. saat beliau bersama-sama para sahabatnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis tersebut, tiga poin tersebut diistilahkan dengan iman, islam, dan ihsan. Untuk selanjutnya, ketiga pembahasan tersebut dalam kajian ilmiah dimasukkan dalam kajian ilmu kalam, ilmu fikih, dan ilmu tasawuf.
1. Akidah Akidah merupakan pondasi keimanan bagi setiap muslim. Akidah inilah yang menjadi dasar yang memberi arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Akidah ini merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad Saw ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekah. Hal ini dapat dilihat dari di dalam kandungan ayat-ayat Makiyyah. Akidah ini juga merupakan tema bagi dakwah para rasul yang diutus sebelumnya. Berdasarkan hadis riwayat Muslim, pokokpokok keimanan yang menjadi akidah Islam ialah (1) beriman kepada Allah, (2) beriman kepada para malaikat, (3) beriman kepada kitab, (4) beriman kepada para rasul, (5) beriman kepada hari kiamat, dan (6) beriman kepada takdir Allah, entah itu baik maupun buruk. 41 42
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Syukur pada 7 Agustus 2007 M. Quraish Shihab, op.cit., h. 193; H. M. Masyhur Amin, op.cit., h. 11-13
Tema akidah yang menjadi salah satu materi dakwah Ustaz Syukur mungkin tidak ingin beliau lupakan begitu saja dalam dakwah kontemporernya. Inilah yang memang seharusnya dilakukan oleh para dai masa kini. Sebab, tidak jarang dakwah kontemporer dapat kecaman dan kritik pedas dari sejumlah kalangan karena kurang memerhatikan aspek akidah. 43
2. Hukum Hukum-hukum itu merupakan sejumlah peraturan atau sistem-sistem yang yang disyariatkan Allah Swt. untuk umat manusia, baik secara terperinci maupun pokok-pokoknya saja. Untuk selanjutnya, Rasulullah Saw. yang memberikan keterangan dan penjelasan. Hukumhukum tersebut meliputi empat bagian, yaitu: (1) ibadah, (2) muamalah (perdata), (3) munakahah (pernikahan), dan (4) jinayah (pidana). Untuk tema hukum ini, Ustaz Syukur tidak jarang melangsungkan tanya jawab dengan mad’unya yang diluangkan waktu khusus oleh beliau. 3. Akhlak atau Moral Suatu kali Rasulullah Saw bersabda,
َِقkْ َmَ ََرِمَ ا%5َُm ُْ/ُِ َإِﻥ “Hanya saja saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
Berdasarkan hadis di atas, kita mengetahui bahwa betapa pentingnya akhlak dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, tidak heran kalau Nabi Saw bersabda sebagaimana sabdanya di atas. Dan ternyata, salah satu kunci kesuksesan dakwah beliau adalah dakwah lewat tindakan, 43
Zahra, "Dakwah Islam di Simpang Jalan," artikel diakses pada 27 Mei 2008, dari http://azzahrablogs.blogspot.com/2007/01/dakwah-islam-di-simpang-jalan
bukan hanya tutur kata. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw., sepertinya Ustaz Syukur benarbenar berupaya mempraktikkan cara-cara dakwah Nabi yang memang telah menuai kesuksesan dan buah manisnya. Menurut dai muda yang satu ini, sudah saatnya dakwah sepenuhnya dikembalikan kepada akhlak.44 Ketiga kajian itulah—meski secara umum—yang disampaikan oleh Ustaz Syukur. Ketiganya tidaklah dapat dipisahkan karena yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan sekalipun bisa dibedakan. Ketiga macam ajaran tersebutu, kalau dianalogikan, seperti sebuah pohon yang benar-benar sangat rindang. Pohon itu terdiri atas (1) akar yang menancap ke dasar bumi, yaitu akidah, (2) batang pohonnya yang besar dan kuat, yaitu hukum-hukum yang disyariatkan Allah, dan (3) dedaunannya yang begitu rindang, yaitu akhlak.
b. Materi As-Sunnah Sebenarnya, kandungan materi As-Sunnah tidaklah jauh berbeda dengan ketiga inti materi al-Qur’an seperti yang telah dijelaskan di atas, apalagi sering kali As-Sunnah merupakan penjabaran dan penjelasan dari materi Al-Qur’an. Namun, di antara materi As-Sunnah yang menjadi titik tekan dari dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur adalah materi yang berkaitan dengan 7 Amalan Rasul atau biasa diistilahkan dengan Tujuh Sunnah Harian. Tujuh Sunnah Harian tersebut yaitu: (1) shalat Tahajjud, (2) membaca Al-Qur’an dan terjemahannya, (3) shalat berjamaah di masjid, (4) shalat Dhuha, (5) menjaga wudhu, (6) bersedekah, dan (7) beristighfar. Berikut ini penjabaran dari ketujuh amalan harian di atas. 45
Tujuh Sunnah Harian 44 45
Majalah Hidayah, Ustaz Syukur: Mengembalikan Dakwah kepada Akhlak, edisi 73, Agustus 2007 M. Arifin Ilham dan Debby Nasution, Hikmah ZikirBerjamaah, (Jakarta: Republika, 2003), h. 63
1. Shalat Tahajjud Menurut Imam Al-Qurthubi, tahajjud memiliki arti yaitu berdiri atau bangun dari tidur untuk melaksanakan shalat. Secara khusus, Allah menganjurkan shalat ini dilakukan oleh setiap muslim sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya berikut ini.
ُْدًا:َ ًَ,َ َLbََ رLَ/َْ;َ أَنْ ی4َFَ َLَ ً#َِCَْ ِِ ﻥ2Yََ&َC ِ)ْ$وَِْ ا “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Isra [17]: 79) Selain itu, banyak sekali hadis Rasulullah Saw. yang menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat Malam atau shalat Tahajjud. Di antara hadis tersebut adalah hadis yang diriwayatkan dari Bilal tentang anjuran dan manfaat shalat Tahajjud.
َْ ٌ اِ وََ َْة4ٌَِ إ#َُْ3 ِ)ْ$َمَ ا$ِ3 ْ وَإِن%َُْ;َ3 َ$ِ:ِ=ِﻥُ دَأَبُ اGَC ِ)ْ$َمِ ا$ِ,ِ ْ%ُْ$ََ ِ2َFَYْاءِ َْ ا2ِ ٌَْدَةEَََتِ وN5$Fِ ٌ$ِ.ََِْ و%ِْﺙGْا “Hendaklah kalian melakukan shalat Malam, karena ia merupakan perilakuk atau ada orang-orang saleh sebelum kalian, dan juga pendekatan diri kepada Allah Swt., penghalang dari dosa, penghapus segala keburukan, dan penghalau penyakit dari tubuh.” (HR. Tirmidzi)
2. Membaca Al-Qur’an dan Terjemahannya Membaca Al-Qur’an adalah zikir yang paling utama sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah riwayat berikut.
ِن+ُْ,َْوَةُ اkِ ْ<ِ&َُ)ُ ِ;َدَِ<ْ أcْCَأ
“Ibadah umatku yang paling afdhal adalah membaca Al-Qur’an.” 46 Sebagaimana yang telah disinggung dalam hadis dalam pembahasan terdahulu, bahwa membaca satu huruf Al-Qur’an akan dibalas dengan satu kebaikan, dan satu kebaikan itu sendiri akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Di samping itu, kita harus berusaha semampunya untuk mengerti, mehamai, dan merenungkan arti atau makna dari ayat-ayatnya. Karena tanpa itu, bacaan Al-Qur’an yang kita baca akan kurang membekas dan berkesan dalam qalbu kita. Mengenai hal ini, Ali bin Abu Thalib pernah menjelaskan,
ٍbَ2َ&ِ nَِِاءَةَ إ3 َn “Tiada (pengaruh) bacaan (Al-Qur’an) kecuali dengan merenunginya.”
3. Shalat Berjamaah di Masjid Meski sebagian ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat jamaah fardhu, seperti ada yang berpendapat bahwa hukumnya sunnah muaakad ada juga yang fardhu kifayah, tetapi mereka sepakat bahwa di dalam shalat berjamaah terkandung banyak sekali manfaat dan hikmahnya. Di antara manfaat atau keutamaan shalat berjamaah adalah ganjaran pahalanya lebih utama ketimbang shalat sendiri
ِْ ُ)َcْCَِ أ#َََYَْلَ ﺹََةُ ا3 َ%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َُلَ اِ ﺹ-ََْ اِْ ََُ أَن ر ً#ََِْیَ دَرAٍَِ وDْ;َFِ 5@َ.ْﺹََةِ ا 46
t.t.), h. 55
Zainuddin Al-Malaibari, Hidâyah al-Azqiyâ ilâ Tharîq al-Auliyâ`, (Semarang: Pustaka al-Alawiyyah,
“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri dengan perbandingan dua puluh tujuh derajat.’” (HR. Bukhari – Muslim).
Seandainya kita tidak mampu melaksanakan shalat jamaah fardhu yang lima waktu, paling tidak kita berusaha untuk melaksanakan shalat Isya dan Subuh secara berjamaah. Sebab, Rasulullah Saw. pernah bersabda,
ِِ< ﺹََةC َ ُُ ا س%َََْ َْ ی%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َُلُ اِ ﺹ-ََلَ ر3 ََْ3 ُ#َAَِْ َﺉ ِْ َََْهَُ وََْ ﺡَ;ًْاYَ.َْءِ وَﺹََةِ اAِْا “Aisyah meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Seandainya orang-orang (kaum muslimin) mengetahui (keutamaan) yang terdapat dalam shalat Isya dan Subuh, tentu mereka akan melaksanakannya (secara berjamaah) walaupun mereka harus merangkak.” (HR. Ibnu Majah). 4. Shalat Dhuha Shalat Dhuha dua rakaat sangatlah ringan untuk dilakukan tetapi sangat besar pahalanya. Rasulullah Saw. bersabda,
ِْ 4ََُ- 5)ُ آ4ََ ُoِ;ْ=َُلَ ی3 َُ أَﻥ%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َ ﺹ5<ِ; َْ اpَْ أَِ< ذَر ٌ#َ3َ2ََةٍ ﺹ$ِ;َْ b)ٌُ وَآ#َ3َ2ٍَ ﺹ#َ$َِْ b)ٌُ وَآ#َ3َ2ََةٍ ﺹ2$ِْ:َ b)ٌُ وَآ#َ3َ2ٍَ ﺹ#َ:$ِ;ْFَ b)َُC ٌ#َ3َ2َْ ﺹ%ُِآ2َأَﺡ ِْ َََُُ رَآَْ&َنِ یَْآLَِِئُ ِْ ذrْYٌُ وَی#َ3َ2ٌَ وَﻥَْ<ٌ َْ اُْ َِْ ﺹ#َ3َ2َوَأٌَْ َُِْْوفِ ﺹ 4َ:bcا “Abu Dzarr meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Setiap ruas dari seorang kalian wajib bersedekah. Setiap tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir adalah sedekah. Amar
makruf dan nahi mungkar pun sedekah. Namun, semua itu cukup terpenuhi dengan hanya melaksanakan sua rakaat shalat Dhuha.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadis di atas, dua rakaat shalat Dhuha sudah cukup untuk menutupi kewajiban sedekah dari setiap ruas tubuh yang kita miliki. 5. Menjaga Wudhu Dalam wudhu terdpat hikmah yang sangat besar. Demikian juga dengan memelihara atau menjaga wudhu. Sebab, ia merupakan bukti keimanan kepada Allah Swt.
4ََ ُsِCَ:َُ وََ ی%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َُلُ اِ ﺹ-ََلَ ر3 ََل3 ِ اِ ِْ ٍَْو2ْ;َ َْ ٌُِْ ُِءِ إKُْا “Dari Abdullah bin Amr meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Tidaklah memelihara wudhu kecuali dia adalah orang yang beriman.’” (HR. Ahmad) Menjaga wudhu mencakup dua aspek, yaitu (1) melakukan wudhu dengan sempurna, yakni melakukan wudhu sesuai dengan tuntunan syariat dan inilah yang esensial, serta (2) menjaga diri dalam keadaan tetap berwudhu.
6. Bersedekah Pengertian sedekah secara umum yaitu apa saja yang kita dermakan kepada kaum fakir miskin. Bersedekah boleh dilakukan secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi, sebagaimana firman Allah Swt.,
ُ5.َُْ وَی%َُ ٌْ$َ ََُC َََاء,ُ.ُْهَ وَُُْهَ ا.ْOُ َْ ِِ هِ<َ وَإِنC َِت3َ2=ُوا ا2ْ;ُ ْإِن ٌ$ِ;َ َْ وَاُ َِ ََُْن%َُِN5$َ- ِْ ْ%ُْ َ
“Jika kalian menampakkan sedekah(kalian), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kalian
menyembunyikannya
dan
kalian
berikan
kepada
orang-orang
fakir,
maka
menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari kalian sebagian kesalahan-kesalahan kalian; dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. al-Baqarah [2]: 271)
Ada banyak sekali manfaat bersedekah. Di antara hikmah tersebut adalah memadamkan murka Allah dan menghindari cara mati yang buruk. Hal iuni sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
ُtِ.ْEُ&َ َ#َ3َ2=َ إِن ا%َ-َِْ و$ََ ُ ا4َُلُ اِ ﺹ-ََلَ ر3 ََل3 ٍLَِ ِْ ِuََْ أَﻥ ِءbFِ ا#َ&$ِ َْ ُDَCْ2ََ و5َ ابWَcَv “Anas bin Malik berkata, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah Swt. dan menghindari cara mati yang buruk.’” (HR. Timidzi).
7. Beristighfar Allah Swt. berfirman,
)ُ وَیُْتِ آ4aَFُ ٍ)ََ أ4ََِ ً إFَْ َ&ًَ ﺡ%ُْ5&َُِْ ی$َِ ُُا إ%ُْ ﺙ%َُُِوا ر.ْHَ&ْ-وَأَنْ ا َُْcَC ٍ)ْcَC ذِي “Dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan kalian dan bertaubat kepadaNya. (Jika kalian mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Hud [11]: 3)
Ayat di atas menjanjikan bagi siapa saja yang terus beristighfar dan bertobat akan mendapatkan berbagai kenikmatan dan kesenangan selama hidupnya di dunia, sebagaimana hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah berikut ini.
ِْ َُ3ًَََ وَرَزC p%َ ه5)ًَُْ وَِْ آOَ ٍx$ِK 5)َُرَ ََ)َ اُ َُ ِْ آ.ْHِ&ْ-ِِمَ اrَ َْ ُWِFَ&ْ:َُ َ یyْ$َﺡ “Siapa yang biasa membaca istighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari segala kesempitan, emmeberikan kesenangan dalam segala kesusahannya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga.” (HR. Abu Dawud)
C. Media Dakwah Ustaz Syukur Kurang lebih sudah empat belas abad lamanya agama Islam tumbuh di muka bumi. Dengan waktu yang lumayan lama itu, Islam tidaklah lekang dimakan masa dan tidaklah tutup usia. Islam tetap senantiasa ada hingga akhir zaman nanti. Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai warisan yang ditinggalkan Nabi Muhammad Saw. Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, kita kenal berbagai dakwah yang dilakukan oleh para wali, khususnya para Wali Songo. Dalam aktivitas dakwah beliau, mereka kerap menggunakan media dalam berdakwah demi efektifitas dan kesuksesan dakwah yang mereka lakukan. Misalnya, media wayang yang digunakan oleh Sunan Kali Jaga. Berkaca kepada dakwah yang dilakukan oleh para ulama dahulu, khususnya para Wali Songo, rasanya tidak salah kalau Ustaz Syukur kemudian menggunakan media cetak ataupun elektronik sebagai media dakwahnya. Namun, di era modern seperti ini, masih saja ada sebagian umat Islam yang justru menilai benda-benda elektronik sebagai sesuatu yang tidak boleh
digunakan dalam aktivitas keagamaan. Jangankan televisi, speaker untuk media adzan saja mereka tidak memperkenankannya. Lalu, bagaimana sebenarnya kita mesti menyikapi pandangan demikian? Dalam Kitâb azd-Dzikr wa ad-Du’â` fî Dhau’ al-Kitâb wa as-Sunnah, Abdul Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr menerangkan bahwa era modern seperti ini berbagai perangkat teknologi canggih bisa dimanfaatkan untuk berdakwah, seperti internet.47 Semuanya sah-sah saja digunakan untuk media dakwah. Hal senada juga diungkapkan oleh Djamalul Abidin yang menjelaskan bahwa dalam era modernisasi ini, para dai harus mampu menyesuaikan diri dengan mempergunakan dan memanfaatkan media elektronik ataupun media cetak.48 Dengan demikian, dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur yang acap kali menggunakan media televisi atau radio tidaklah menyimpang dari aturan Islam. Yang terpenting, materi dan tujuan dakwah yang disampaikan oleh beliau tidaklah bertentangan dari ajaran AlQur’an ataupun As-Sunnah. Apalagi, para ulama yang telah hadir jauh sebelum kehadiran beliau tidak sedikit yang memanfaatkan aneka media, seperti televisi atau radio. Selain media elektronik yang beliau manfaatkan untuk menjalankan aktivitas dakwahnya, beliau juga memanfaatkan media cetak. Misalnya, di majalah Hidayah beliau berposisi sebagai konsultan zikir yang mengisi dan menjawab berbagai pertanyaan seputar masalah zikir. Kemudian, di majalah Az-Zikra beliau berperan sebagai redaktur ahli. Itulah media-media yang senantiasa dimanfaatkan oleh Ustaz Syukur dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Bagaimana pun juga, dalam era modern arus globalisasi yang penuh dengan dunia teknologi, seorang dai harus bisa memanfaatkan berbagai media untuk efektifitas dan mendapatkan hasil maksimal dakwahnya.
47
Abdul Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr, Kitâb azd-Dzikr wa ad-Du’â` fî Dhau’ al-Kitâb wa asSunnah, (Arab Saudi: Wizarah asy-Syu`un wa al-Auqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad, 2002), h. 31 48 Djamalul Abidin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 122
Dalam menyikapi dakwah tersebut yang menggunakan media elektronik ataupun cetak, rasarasanya kita bisa merujuk pendapat para ulama seperti yang telah penulis kemukakan di atas.
D. Kiprah Dakwah Ustaz Syukur Insan-insan yang menyerukan orang lain pada agama Allah, Islam, kalau boleh dibilang, mereka adalah insan pilihan di antara manusia yang lain. Bagaimana tidak, mereka menjalankan perintah Allah untuk menyebarkan ajaran agama-Nya dengan merasakan manis getirnya berdakwah. Tidak jarang para dai yang berdakwah bukannya mendapatkan sambutan dari mad’u, tetapi mereka justru menerima sambitan. Oleh karena itu, tidaklah heran seandainya Rasulullah Saw pernah bersabda kepada sepupunya, Ali bin Abu Thalib, tentang dahsyatnya buah manis dari kesuksesan orang yang berdakwah. Rasulullah bersabda,
ِ% َ ِْ ﺡُِْ اLَ ٌْ$َ ًا2ًِ وَاﺡkََُ رLِ ُgِيَ ا2ََْنْ یm “Sungguh, petunjuk yang Allah berikan kepada seseorang melalui perantara kamu, itu jauh lebih baik daripada unta merah (benda paling berharga bangsa Arab.” (HR. Bukhari)
Beranjak dari kemuliaan yang dimiliki oleh para dai itulah yang kemudian membuat Ustaz Syukur berkeinginan untuk menjadi seorang dai sedari kecil. Itulah impian kecil beliau yang alhamdulillah terwujud pada masa dewasanya. Selanjutnya, kalau kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kiprah memiliki arti yaitu derap kegiatan dan gerakan cepat serta dinamis. Dengan demikian, arti dari kiprah dakwah Ustaz Syukur ialah kegiatan (sepak terjang) dakwah yang dilakukan oleh beliau. Berdasarkan dari wawancara yang Penulis lakukan kepada Ustaz Syukur serta beberapa artikel yang berkaitan dengan beliau, Penulis menyimpulkan bahwa kegiatan dakwah yang beliau lakukan telah dimulai sedari dini meski kajian dakwahnya hanya sambil belajar. Setidaknya,
aktivitasnya tersebut beliau jalani sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyyah (MTs.). Beliau terus melakoni “hobby”nya ini hingga saat ini. Penulis menyebutnya “hobby” karena dakwah selain kewajiban seorang muslim, tetapi ia juga menjadi kegemaran dan kesenangan dai muda yang satu ini. Alhasil, dakwah dilakukan oleh Ustaz Syukur itu mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat baik hingga saat ini. Tidak jarang beliau tampil menghiasi layar kaca dan menemani dakwah yang dilakukan oleh dai kondang Nasional, Ustaz Arifin Ilham. Di antara sejumlah dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur melalui media elektronik ialah program Ruqyah Syariah. Program ini ditayangkan di TPI sekitar tahun tahun 2005. Selain program tersebut, beliau juga pernah mengisi kuliah subuh dan program Ramadhan di SCTV pada tahun 2006. Sementara itu, di stasiun televisi RCTI beliau pernah mengisi program renungan malam dalam beberapa episode pada tahun 2003. Perjalanan dakwah yang hingga kini beliau masih geluti melalui media eletronik televisi ialah di stasiun televisi TVRI dalam program kuliah subuh. Meski demikian, beliau mengisinya tidaklah rutin setiap hari. Hal yang sama juga seperti saat beliau mengisi program kuliah subuh yang ditayangkan di statisIun televisi TPI yang berlangsung hingga saat ini. Selain di media elektronik televisi, beliau juga bergelut dalam dunia dakwah melalui media elektronik radio, yaitu Radio Musik City. Bahkan, radio ini merupakan media elektronik pertama yang beliau manfaatkan untuk berdakwah. Selain itu, kiprah dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur ternyata tidak hanya merambah Bumi Nusantara saja, tetapi juga sampai pada negara tetangga, seperti Malaysia dan Hongkong, bahkan beliau telah menapakkan kakinya di Negeri Tirai Bambu, Macau, Cina. Bahkan, saat aktivitas dakwahnya sampai ke negeri Hongkong, sempat ada seorang pekerja Philipina yang bersyahadat padanya. Bukan hanya itu, tanggapan para mad’u yang ada di sana
pun sangat baik. Sebagaimana yang Ustaz Syukur ungkapkan terhadap dakwah yang beliau lakukan, ada jamaah ibu-ibu dari Philipina yang muallaf kemudian sempat sms kepada beliau. Dalam sms tersebut dia menyatakan rasa senangnya yang besar dengan program yang Ustaz Syukur buat di sana walaupun dia tidak memahami bahasa Indonesia. Namun, suasana di sana yang membuat dia semangat menjadi orang Islam. Kalau Penulis kaji lebih jauh, kiprah dan perjalanan dakwah Ustaz Syukur semakin hari semakin baik dan berkembang. Dan inilah yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,
ََْ و,ٌِ-َ ََُC ِِFَْْ)َ أ/ِ َُُْ وََْ آَنَ ی,ٌoََُِ رَاC ِِFًَْْا ِْ أ$َ ََُُْْ آَنَ ی ٌَِv ََُC ِِFَْا ِْ أaَآَنَ یَُُْ ﺵ “Siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi. Dan siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dia termasuk orang yang tercela.”
Akan tetapi, yang jauh lebih menarik dari dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur, menurut kacamata Penulis, beliau senantiasa mengupayakannya dengan dakwah bil hal. Dan inilah yang menurut pandangan Penulis manjadi satu esnsi kesuksesan dakwah bagi seorang dai. Dan dalam mengupayakan dakwah bil hal ini, Ustaz Syukur kerap kali mempraktikkan seruan dakwahnya langsung pada dirinya sendiri dan kemudian para mad’unya atau jamaahnya, sebagaimana yang beliau lakukan saat melaksanakan shalat Subuh. Dakwah bil hal yang terasa begitu besar manfaat dan keutamaannya yang dilakukan oleh Ustaz Syukur ialah dengan upaya menyantuni anak yatim atau memerhatikan kaum papa. Apa yang dilakukan oleh Ustaz Syukur ini memang sangat sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surah Al-Ma’un.,
ََِمS 4ََ bQُ:ََ)( وََ ی%$ِ&َ$ْ اbُع2ََ ا@ِي یLَِ@َC ()ِی52ِ ُب5@َُأَرَأَیَْ ا@ِي ی ()ِ$ِْFِْا “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3).” (QS. al-Ma’un [107]: 1-3).
Bagi Penulis, inilah yang menjadi salah satu kunci kesuksesan dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur, yaitu beliau senantiasa membarenginya dengan dakwah bil hal. Dan semoga, ini juga yang banyak dipraktikkan oleh para dai demi kejayaan umat Islam dan kaum muslimin.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah Penulis menganalisis dan meneliti dakwah kontemporer yang dilakukan oleh Ustaz Syukur, maka ada beberapa poin yang bisa diambil sebagai kesimpulan sebagaimana berikut ini. 1. Metode dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur pada dasarnya bermuara pada metode mau’izhah hasanah. Sebab, dalam kegiatan dakwahnya beliau senantiasa menyampaikannya dengan ceramah, zikir, dan ruqyah. Tiga kegiatan inilah yang biasa Ustaz Syukur suguhkan kepada para mad’unya. Adapun materi dakwah yang disampaikan Ustaz Syukur, pada intinya, adalah ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun, bila kita garis besarkan, maka materi Al-Quran berkisar pada tiga bagian pokok, yaitu akidah, hukum, dan akhlak. Tiga materi ini antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi, tidak dapat terpisahkan. Sementara itu, meski ajaran yang terkandung dalam As-Sunnah tidak jauh berbeda dengan Al-Qur’an karena ia menjadi penjabarnya, tetapi dalam menyampaikan materi yang berkaitan dengan As-Sunnah ini, Ustaz Syukur lebih memfokuskan pada materi Tujuh Sunnah Harian, yang terdiri atas (1) shalat Tahajjud, (2) membaca Al-Qur’an dan terjemahnya, (3) shalat berjamaah di masjid, (4) shalat Dhuha, (5) menjaga wudhu, (6) bersedekah, dan (7) istighfar. 2. Kiprah dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur cukup membanggakan. Sedari kecil beliau telah memimpikan untuk menjadi figur seorang dai. Salah satu faktornya ialah tugas mulia yang diemban oleh seorang dai serta kehormatan yang dimilikinya. Banyak sekali hadis yang
menunjukkan hal ini. meski dalam usia yang sangat belia, Ustaz Syukur telah mempraktikkan kiprah dakwahnya sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan usianya kala itu. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, dakwah Ustaz Syukur terus berkembang dan meningkat menjadi lebih baik, bahkan aktivitas dakwahnya telah merambah dunia luar, seperti Hongkong. Akan tetapi, kiprah dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur yang cukup mengesankan, membanggakan, dan berarti ialah Ustaz Syukur membarengi kegiatan dakwah lisannya dengan dakwah bil hal. Salah satu bukti kongkrit dakwah bil hal yang dilakukan oleh Ustaz Syukur adalah beliau menyantuni anak yatim secara rutin dengan para asatiz dan jamaah Majlis Zikir Az-Zikra lainnya. Inilah yang seharusnya diteladani oleh para dai yang lain. Bahkan, beliau pernah menyampaikan, bahwa sudah saatnya dakwah dikembalikan kepada akhlak yang menjadi bukti nyata seorang dai. 3. Kebaikan apa pun yang dilakukan oleh seorang manusia, pasti ada ujian dan cobaannya sebagai penghuh keyakinan akan kebaikan yang dia lakukan, termasuk dalam hal berdakwah. Sebagaimana kita ketahui, perjalanan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah tidaklah berjalan mulus. Rasulullah senantiasa mendapat rintangan, hambatan, dan ujian. Namun, beliau menjalaninya dengan penuh kesabaran, ketabaham dan tawakkal kepada Allah. Alhasil, dakwahnya pun berkembang ke penjuru dunia. Hal yang sama juga dialami oleh Ustaz Syukur. Perjalanan dakwah beliau tidaklah berjalan mulus sesuai impian dan harapannya. Banyak aral merintang yang menjadi ujiannya. Namun, menurutnya, rintangan yang paling berat justru datang dari dalam dirinya sendiri, yaitu rasa malas, futrur, atau hilangnya ghirah (semangat) berdakwah. Dan kalau kita cermati, rasa malas dan hilangnya ghirah berdakwah ini merupakan salah satu penyakit hati. untuk
mengobati penyakit yang satu ini, Syeikh Zainuddin al-Malaibari punya resepnya manjurnya, yaitu (1) membaca Al-Qur’an dengan menadaburi maknanya, (2) senantiasa tidak mengenyangkan perut atau berpuasa, (3) qiyamu lail, (4) selalu bersimpuh kepada Allah di waktu menjelang subuh, dan (5) bergaul dengan orang-orang saleh. Adapun faktor pendukung yang turut mengembangkan kiprah dakwah Ustaz Syukur adalah pergaulannya dengan orang-orang saleh, khsusunya Ustaz Arifin Ilham. Melalui Ustaz Arifin Ilhamlah Ustaz Syukur mendapat banyak pelajaran dan perubahan positif. Foktor pendukung keduanya adalah pengamalan Tujuh Sunnah Rasul yang rutin dilakukan sehari-hari sehingga melahirkan inner power.
B. Saran-saran Semaksimal dan seoptimal apa pun usaha yang dilakukan oleh setiap orang pasti ada kelemahannya. Demkian pula dengan skripsi ini. Penulis menyadari, meski telah bekerja maksimal, mesti di dalamnya ada kekurang-kekurangan yang bisa disempurnakan oleh yang lainnya. Kalau karya ilmiah tentang dakwah Ustaz Syukur ini hanya berdasarkan analisis dan penelitian gagasan kepala seorang penulis saja, tentu hasilnya akan lebih maksimal jika ditambah dengan gagasan-gagasan serta saran dan masukan dari pihak lain. Sebab, sebagaimana yang diungkapakan oleh pepatah Arab, bahwa
ٌ رَأْسٍ رَأْي5)ُِ “Stiap kepala pasti memiliki gagasan ide.” Oleh karena itu, dengan penuh lapang dada, Penulis akan menerima segala masukan kritik yang membangun demi sempurnanya karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat buat Penulis sendiri khususnya, dan untuk orang lain umumnya, serta menjadi inspirasi untuk mahasiswa lain yang ingin menulis karya ilmiah dengan tema yang serupa tentang dakwah. Dan kalau boleh bersaran bagi mahasiswa yang ingin menganalisis tema serupa guna melanjutkan karya ilmiah ini, semoga pembahasan tentang metode zikir Ustaz Syukur yang lebih dicoba untuk dikupas lebih tajam lagi, sebagai kelanjutan dari karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Jum’ah Amin. Fiqih Dakwah. Solo: Intermedia, 1997. Abidin, Djamalul. Komunikasi dan Bahasa Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Ahmad Al–Dawi, Muhammad. Buku Pintar Para Da`i. Surabaya: Dua ilmu, 1995. Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab – Indoneisia. Yogyakarta, 1998. Al-Malaibari, Zainuddin. Hidâyah al-Azqiyâ ilâ Tharîq al-Auliyâ`. Semarang: Pustaka alAlawiyyah, t.t. Amin, M. Masyhur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Yogyakarta: Al Amin Press, 1997. Amin, Shiddiq. Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi. Bandung: Pusdai Press, 2000. Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. An-Nawawi. Al-Arba’în an-Nawâwiyyah, terj. Solo: Era Intermedia, 1999. Ar-Razi, Fakhruddin. Mafâtîh al-Ghaib. Artikel diakses pada 27 Mei 2008 dari http://www.altafsir.com Basith, Abdul. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Bin Abdullah, Abdul Aziz. Ad-Da’wah ilallâh wa Akhlâq ad-Du’ât. Saudi: Mauqi’ al-Islam, 2005. Bin Humaid, Shalih bin Abdullah. Mafhûm al-Hikmah fi ad-Da’wah. Arab Saudi: Wizarah asySyu`ûn al-Islâmiyyah wal Awqâf wa ad-Da’wah wa al-Irsyâd, 2002.
Bin Abdul Muhsin al-Badr, Abdul Razaq. Kitâb azd-Dzikr wa ad-Du’â` fî Dhau’ al-Kitâb wa asSunnah. Arab Saudi: Wizarah asy-Syu`un wa al-Auqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad, 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Fadhlullah, Muhammad Husain. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Basritama, 1997. Fathiyakan. Bagaimana Kita Memanggil kepada Islam. Jakarta: Bulan bintang, 1997. Hidayatullah, Menelusuri Jejak Nabi, edisi 01/XX Mei 2007. Ilham, M. Arifin dan Debby Nasution. Hikmah Zikir Berjamaah. Jakarta: Republika, 2003. Imam Zaidallah, Alwisral dan Khaidir Khatib Bandaro. Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai dan Khatib Profesional. Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Katsir, Ibnu. Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm. Semarang: Putra Semarang, t.t. Kurniawan, Fakih. “Sebuah Perenungan atas Konstruksi Transformative Nilai Islam.” Artikel diakses pada 5 April 2008 dari http://lingkarfakih.blogspot.com/2007/11/strategidakwah-sebuah-perenungan-atas. html. Majalah Hidayah. Ustaz Syukur: Mengembalikan Dakwah kepada Akhlak. Edisi 73, Agustus 2007. Majalah al-Buhuts al-Islamiyyah, edisi 73 Muhaemin Abda, Slamet. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah. Surabaya: Usaha Nasional, 1990. Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 2002. Munir, M. dkk. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
Rokhmad, Abu. “Tren Dakwah Kontemporer.” Artikel diakses pada 7 April 2008 dari http://kammirema.wordpress.com/2007/12/01/dalil-disyariatkannya-tanzhim-dalamdakwah-islam-kontemporerYaqub, Ali Mustafa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Sasono, Adi. Solusi Islam atas Problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. “Sebab-sebab Kehancuran Dakwah dan Solusinya.” Artikel diakses pada 6 April 2008, dari http://albykazi.multiply.com/journal/ item/ 36/sebab-sebab kehancuran dakwah dan solusinya Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994. Sunarto, Ahmad. Kamus Al-Fikr: Indonesia-Arab-Inggris & Arab-Inggris-Indonesia. Surabaya: Halim Jaya, 2002.. “Syawalan Karyawan-Karyawati Mirota Kampus.” Artikel ini diakses pada 7 April 2008, dari http://www.mirotakampus.com/index.php-option= comcontent &task=view&id =52 & Itemid=38. Syukur, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhals, 1983 Tasmara, Toto . Komunikasi Dakwah. Jakarta: GMP, 1987 Wawancara Pribadi dengan Ustaz Syukur. Depok, 7 Agustus 2007. Zahra, "Dakwah Islam di Simpang Jalan." Artikel diakses pada 27 Mei 2008, dari http://azzahrablogs.blogspot.com/2007/ 01/dakwah-islam-di-simpang-jalan.
Lampiran
AL-MA’TSURAT
ِ%ْ$َِنِ اEْ$Aِ َِ ا%ْ$َِِْ اDْ$ِFِ اgِ ُأَُْذ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari segala godaan setan yang terkutuk.”
ِِ یَْمLَِ(3)ِ%$ِ(اﺡَِْ اﺡ2)َ$ََِْ ا5ُ ِِ رَب2َْ:ْ(ا1)ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ ْ%ِْ$ََ ََْْ(ﺹَِاطَ ا@ِیَ أَﻥ6)َ%$ِ,َ&ْFَُْاطَ ا5=ِﻥَ ا2ْ(اه5)ُ$َِ&ْFَُ وَإِیكَ ﻥ2ُ;َْ(إِیكَ ﻥ4)ِی52ا (7)َ$5cْ وََ ا%ِْ$ََ ُِبcْHَِْْ ا$َv
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganزTunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.Al-Fatihah:1-7)
َ(ا@ِی2)
َ$ِ,&ُِْ ًى2ُِ ه$ِC َWَْ اِْ&َبُ َ رَیLَِ( ذ1)% ا. ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ
َََ وLْ$َِِلَ إrْ(وَا@ِیَ یُِْ ُنَ َِ أُﻥ3)َُن,ِ.ْ ُْ ی%ُْ َه3َُنَ ا=َةَ وَِ رَز$ِ,ُِ وَیWْ$َHِْ َیُِْ ُن (5)َُن:ِْ.ُُْ ا%َُ هLِNَْ وَأُو%ِ5ًَى ِْ ر2ُ ه4ََ َLِNَ(أُو4)َِ ُن3ُْ ی%َُ وَِْ َِةِ هLِْ;َ3 ِْ َِلrْأُﻥ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.AlBaqarah:1-5)
ِ< اَْرْضِ َْ ذَاC ََََاتِ وFِ< اC َ َُ ٌٌ وََ ﻥَْم#َ ِ- ُ?ُ@ُ َْ َ ُمb$َ,ْ اb<َ:ْاُ َ إََِ إِ هَُ ا َِ َِ<ْءٍ ِْ ِِِْ إAِ َُنE$ِ:ُْ وََ ی%َُ.َْ ََْ و%ِِی2َْْ أَی$َ َ ُ%ََِْذْﻥِِ یGِ َِ?ُ إ2ْ ِ ُDَ.ْAَا@ِي ی َ?(َ إِآَْا255)ُ%$ِUَْ اb<ََُُِْ وَهَُ اUْ.ُِدُ?ُ ﺡNَََاتِ وَاَْرْضَ وََ یFُ اb$ِ-َُْ آDِ-َﺵَءَ و َِ ُِْْوَةLَFَْ&ْ-ِ ا2َ,َC ِِ ُُِْْتِ وَیvEِ ُْ.َََْْ یC 5<َHُْ َِ ا2ْﺵbَ ا$َ;َ ْ2َ3 ِی52ِ< اC َُِتbUْ َِ ا%ُُِْOُ ا@ِیَ ءَاَ ُا یb<َِ(اُ و256)ٌ%$َِ ٌD$َِ- ُِ=َمَ ََ وَا.ْ َ اﻥ4َ,ْاُْﺙ َLِNََُتِ أُوbU ا4َِرِ إb ْ َِ ا%َُُِْﻥOُُتُ یvEُ ا%َُؤُه$َُِْوا أَو.َرِ وَا@ِیَ آb ا4َِإ (257)َُون2َِ َ$ِC ْ%َُبُ ا رِ ه:ْأَﺹ “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang
yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah:255-257)
ُْ ِِ ا%ُْ;ِ-َ:ُُ?ُ ی.ْOُ ْْ أَو%ُِFُ.ِْ< أَﻥC َ ُوا2ْ;ُ ِْ< اَْرْضِ وَإِنC ََََاتِ وFِ< اC َ ِِ َِلrُْلُ َِ أُﻥ-(ءَاََ ا284)ٌِی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُءُ وَاAَبُ َْ ی5@ََُءُ وَیAَُِ َِْ ی.ْHَ$َC ُِِ-ٍُ ِْ ر2ََْ أَﺡ$َ ُق5َ.ُُِِ َ ﻥ-ُِ وَاُِْْ ُنَ آُ) ءَاََ ِِ وَََﺉَِ&ِِ وَآُ&ُ;ِِ وَر5َِْ ِْ ر$َِإ َ ََ ََْ-ًُ إِ وFْ.َُ اُ ﻥJ5َُ(َ ی285)ُ$ِ=ََْ اLْ$ََِ رَ َ وَإLََْاﻥ.ُv َ َْSََِْ َ وَأ- َُا3َو ْ َ إِﺹًْا$ََ ْ)ِْ:َ َََْﻥَ رَ َ وEْ َ َ أَوْ أ$ِFََ;َْ رَ َ َ َُا ِ@ْﻥَ إِنْ ﻥFَ&َْْ َ اآ$ََََ;َْ وFَآ َ َ ِْ.ْvُ َ وَاJَْ َ َ ِِ وَا#َ3َS َ َ َ ْ5َ:ُ َََ;ِْ َ رَ َ و3 ِْ َ ا@ِی4ََ َُ&ََْآََ ﺡ (286)َِِیCََْْمِ ا,ْ ا4ََ ََﻥْ=ُْﻥC َﺡْ َ أَﻥَْ ََْﻥ َ ْوَار
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (QS.Al-Baqarah:284-286).
َُ َُْْ ی%ََ(و3)ْ2َُْ ی%ََْ و2َِْ ی%َ(2)ُ2َ=(اُ ا1)ٌ2َُ)ْ هَُ اُ أَﺡ3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (4)ٌ2ًَُا َأﺡ.ُآ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS.Al-Ikhlash:1-4) - Dibaca 3 kali-
ٍ إِذَاxِ-َv 5َ(وَِْ ﺵ2)َxََ َ 5َ(ِْ ﺵ1)ِxََ.ْ ا5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (5)َ2َFٍَ إِذَا ﺡ2ِ-َ ﺡ5َ(وَِْ ﺵ4)ِ2َ,ُِْ< اC ِﺙَت. ا5َ(وَِْ ﺵ3)َWَ3َو “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki". (QS. Al-Falaq:1-5) - Dibaca 3 kali-
5َ(ِْ ﺵ3)ِ(إَِِ ا س2)ِِ ا سLَِ(1)ِ ا س5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (6)ِِ وَا س# ِYْ(َِ ا5)ُِورِ ا س2ُِ< ﺹC ُِْس-َُ(ا@ِي ی4)َِ سOَْْاسِ ا-َْا “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia. (QS. An-Naas:1-6) Dibaca 3 kali-
ِْ$ََِ َُ َ إَِ إِ هَُ وَإLِْ َ ﺵَِیgِ ُ2َْ:ِْ وَاgِ ُLُْْ( ا4َFََْ )أoَ;ْْ َ( وَأَﺹ$َFَْْ َ )أ:َ;ْاَﺹ (ًُْ( )ﺙََ ﺙ$ِ=َُْْرُ)اAb ا ”Kami berpagi hari (kami bersore hari) dan berpagi hari (bersore hari) pula kerajaan milik Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kepada-Nya tempat kembali.” (3 kali)
ِْ$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َ:ُ َ 5$ِ;َ دِیِْ ﻥ4َََ َْصِ وGِِْ ا#َََِْمِ وَآ-Gَِْْةِ اEِC 4ََ (َ ْ$َFَْْ َ )أ:َ;ْأَﺹ (ًَْ )ﺙََ ﺙ$ِِْآAًُْ وََ آَنَ َِ ا.ْ$ِ ََ ﺡ%ْ$ِْ َ إَِْاه$َِِ أ#ِ 4ََََ و%َ-َو “Kami berpagi hari (kami bersore hari) di atas fitrah Islam, di atas kata keikhlasan, di atas agama Nabi kami: Muhammad saw., dan di atas millah bapak kami: Ibrahim yang hanif. Dan ia bukan termasuk golongan orang-orang yang musyrik.”(3 kali)
َِ&َْك-ََ وLَ&َ$ِCَََ ََ< وLَ&َِْ ﻥ%ََِC ٍْ&ِ-ٍَ و#َ$ِCٍََ و#َِِْ<ْ ﻥC َLْ ِ (ُْ$َFَُْْ )أ:َ;ْ< أَﺹ5 ِإﻥ%َُا (ًَ َِةِ )ﺙََ ﺙmَْ وَا$ْﻥb2 ا4ِC “Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari (aku bersore hari) dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat.”(3 kali)
َLََC َLَ َLَْكَ َ ﺵَِی2َْ وَﺡLْ َِC َLِ,َْ ِْ ٍ2ٍَ أَوْ َِﺡ#َْ5( ِ<ْ ِْ ﻥ4َFََْ )َ أoَ;ْ َ أَﺹ%َُا (ًُْ )ﺙََ ﺙbAَ اLََُ و2َْ:ْا “Ya Allah, segala kenikmatan yang berpagi hari (bersore hari) terjadi bersamaku atau bersama salah seorang dari makhluk-Mu, adalah dari-Mu semata; Tiada sekutu bagi-Mu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.” (3 kali)
(ًَ ﺙkََ )ﺙLَِﻥEُْ- ِ%ْ$ِUَََ وLَََِْ لِ وYِ ْ<ِHَ;ْ َُ آََ ی2َْ:َْ اLَ ْ<5َیَ ر “Ya Rabbi, bagi-Mu segala puji sebagaimana seyogyanya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.” (3 kali)
(ًًُْ )ﺙََ ﺙ-ًَّ ور$ِ;ََ ﻥ%َ-َِْ و$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َّ:ُ َِﻥ25$َFََِْمِ دِیْ ً و-Gِ َِ وaَِ رgِ ُْ$ِKَر “Aku rela Allah sebagai Tuhan (-ku), Islam sebagai agama (-ku), dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul(-ku).” (3 kali)
(ًَادَ آََِِِ )ﺙََ ﺙ2ََِ َْﺵِِ و#َِِ وَزِﻥFْ.ََ ﻥKِِِ وَر,َْ ََد2َ ِ?ِ2َْ:َِِ وgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya;sejumlah makhluk-Nya, sekerelaan diri-Nya, seberat ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya.” (3 kali)
ِ%ْ$َُِْ اDْ$ِFَءِ وَهَُ اF ا4ِC َََرْضِ وmْ ا4ِC ٌِِْ ﺵَ<ْء-َ اDَ bُcَِ ا@ِيْ َ یgِ ا%ْFِ (ً)ﺙََ ﺙ “Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak akan membahayakan sesuatupun yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (3 kali)
(ًُِكَ َِ َﻥََُُْ )ﺙََ ﺙ.ْHَ&ْFًَ ﻥََُُْ وَﻥNْ$ََ ﺵLِ َِْكAbَ ِْ أَنْ ﻥLِ ُ إِﻥ ﻥَُْذ%َُا “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari (sikap) menyekutukan-Mu dengan sesuatupun yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu untuk (perbuatan dan dosa) yang tidak kami ketahui.” (3 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙxََ َ 5َِ ا&تِ ِْ ﺵgأَُْذُ ََِِتِ ا
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari (segala) kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan.” (3 kali)
ِْ;ُYَْ َِ اLِ َُ)ِ وَأَُْذFَِْ وَاrْYََْ َِ اLَُِنِ وَأَُْذrَ:ْ وَا5%ََْ َِ اLِ ُ<ْ أَُْذ5 إِﻥ%َُا (ًَلِ )ﺙََ ﺙ5َِْ ا3َیِْ و2ِ ا#َ;ََv ِْ َLِ ُْ)ِ وَأَُْذOُ;ْوَا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil (kikir), dari tekanan lilitan hutang, dan dari kesewenang-wenangan orang.” (3 kali)
(ًَ;ِْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙ,َْ ِْ َ@َابِ اLُِِْ وَأَُْذ,َ.ِْْ وَا.َُْ َِ اLُِ<ْ أَُْذ5 ِإﻥ%َُا “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; dan aku berlindung dari kepada-Mu dari siksa di alam kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
(ًِ<ْ َ=َِيْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙC ْ<ِ ِCَ %ََُِْ<ْ ا- ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %ََُﻥِ<ْ ا2َ ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %َُا “Ya Allah, sehatkanlah badanku; Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku; Ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
ُ أَُْذ,َُْEَ&ْ-ِكَ َا2َِْكَ وَو2َْ 4ََ َُكَ وَأَﻥ2ْ;َ َْ&َ ِ<ْ وَأَﻥ,ََ َْ<ْ َإََِ إِ أَﻥ5َ أَﻥَْ ر%َُا ِﻥُْبَ إb@ُِ ا.ْHَِﻥُ َ یGَC ْ<ِِْ.ْvَC ْ<ِ;ْ وَأَُْءُ ِ@َﻥ,<ََ َLِ&َِْ ِ َLَ ُ َ ﺹَ َُْ أَُْء5ََ ِْ ﺵLِ (ًأَﻥَْ )ﺙََ ﺙ “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau-lah yang telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatanku. Aku kembali kepadamu dengan (mengakui) segala anugerah nikmat-Mu padaku. Dan aku kembali dengan segala
dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa selain Engkau.” (3 kali)
(ًِْ )ﺙََ ﺙ$َِب إ ُ َُْْمُ وَأb$َ,ْ اb<َ:َْ اَ@ِيْ َ إََِ إِ هَُ ا%ْ$ِUََْ اgُ ا.ِ ْHَ&ْ-َأ
“Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung, yang tiada tuhan kecuali Dia, Yang Mahahidup kekal dan senantiasa mengurus makhluk-Nya, dan kepada-Nya aku bertaubat.” (3 kali)
4ََََ و%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- 4ََ َْ$ٍَ آََ ﺹ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا َِﻥ25$َ- 4ََ ٍَْ آََ َرَآ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ ْ وََرِك,َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِاَل (ًْاAَ) ٌ2ْ$ِYَ ٌ2ْ$ََِ ﺡLَْ إِﻥ$ََِْ ا4ِC َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِ اَل4ََََ و%ْ$ِإَِْاه “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Limpahkanlah berkah kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam ini, Engkau-lah Yang Maha Terpuji lagi Mahamulia.” (10 kali)
(ْ#َُ أَآْ;َُ )ِﺉgُ وَاg اnِِ وََ إََِ إgِ ُ2َْ:ِْ وَاgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.” (100 kali)
(ًْاAَ) ٌِْی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُُ وَه2َْ:ُْ وََُ اLُْْ َُ ا,َُ َLَْ?ُ َﺵَِی2ُْ وَﺡgَإََِ ِإ ا “Tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nyalah segala kerajaan dan segala pujian, dan berkuasa atas segala sesuatu.” (10 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙLْ$َُِِكَ وَأَُْبُ إ.ْHَ&ْ-َُ أَنْ إََِ إِ أَﻥَْ أ2َِْكَ أَﺵ2َْ:َِ و%َُ اLََﻥ:ْ;ُ“Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (3 kali)
ْ%5َ-َْ;ِِ و:َ اَِِ وَﺹ4َََ و5<5ُْ ا5<ِ; َ اLُِْ-ََ وَرL5$ِ;َِكَ وَﻥ2ْ;َ ٍ2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا ْ<ََِدَاِ َ أ- َْ %َُ وَارْضَ اLَُ&َِ وَأَﺡْ=َ?ُ آLََُ3 ِِ َ ََ وLُِْ ِِ ََدَ َ أَﺡَط2َ ًْ$ِْFَ ِ یَْم4ََِنٍ إFِْﺡGِ ْ%ِْ$َََِِْ و$ِِ&َْ وََِ ا$ََِِْ أ#ََ:=َْنَ وََِ< وََِ ا/ٍََُْ وَََُ و .َْ$ََِْ ا5ِ رَبgِ ُ2َْ:َْْ وَا$َِ-ُْْ ا4ََ ٌََم-َُْنَ و.ِ=َةِ َ یrِْ ا5َ رَبL5ََنَ ر:ْ;ُ- .ِْی52ا “Ya Allah, limpahkankanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi. (Limpahkan juga shalawat itu) kepada keluarganya, para sahabatnya, serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu, yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah, para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan. Mahasuci tuhanmu, Tuhan kemuliaan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga keselamatan tercurah kepada para utusan, dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.”
Lampiran 1 (Bacaan Ruqyah) AL-MA’TSURAT (AL-WAZHIFAH ASH-SHUGHRA)
ِ%ْ$َِنِ اEْ$Aِ َِ ا%ْ$َِِْ اDْ$ِFِ اgِ ُأَُْذ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari segala godaan setan yang terkutuk.”
ِِ یَْمLَِ(3)ِ%$ِ(اﺡَِْ اﺡ2)َ$ََِْ ا5ُ ِِ رَب2َْ:ْ(ا1)ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ ْ%ِْ$ََ ََْْ(ﺹَِاطَ ا@ِیَ أَﻥ6)َ%$ِ,َ&ْFَُْاطَ ا5=ِﻥَ ا2ْ(اه5)ُ$َِ&ْFَُ وَإِیكَ ﻥ2ُ;َْ(إِیكَ ﻥ4)ِی52ا (7)َ$5cْ وََ ا%ِْ$ََ ُِبcْHَِْْ ا$َv
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganزTunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.Al-Fatihah:1-7)
َ(ا@ِی2)
َ$ِ,&ُِْ ًى2ُِ ه$ِC َWَْ اِْ&َبُ َ رَیLَِ( ذ1)% ا. ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ
َََ وLْ$َِِلَ إrْ(وَا@ِیَ یُِْ ُنَ َِ أُﻥ3)َُن,ِ.ْ ُْ ی%ُْ َه3َُنَ ا=َةَ وَِ رَز$ِ,ُِ وَیWْ$َHِْ َیُِْ ُن (5)َُن:ِْ.ُُْ ا%َُ هLِNَْ وَأُو%ِ5ًَى ِْ ر2ُ ه4ََ َLِNَ(أُو4)َِ ُن3ُْ ی%َُ وَِْ َِةِ هLِْ;َ3 ِْ َِلrْأُﻥ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.AlBaqarah:1-5)
ِ< اَْرْضِ َْ ذَاC ََََاتِ وFِ< اC َ َُ ٌٌ وََ ﻥَْم#َ ِ- ُ?ُ@ُ َْ َ ُمb$َ,ْ اb<َ:ْاُ َ إََِ إِ هَُ ا َِ َِ<ْءٍ ِْ ِِِْ إAِ َُنE$ِ:ُْ وََ ی%َُ.َْ ََْ و%ِِی2َْْ أَی$َ َ ُ%ََِْذْﻥِِ یGِ َِ?ُ إ2ْ ِ ُDَ.ْAَا@ِي ی َ?(َ إِآَْا255)ُ%$ِUَْ اb<ََُُِْ وَهَُ اUْ.ُِدُ?ُ ﺡNَََاتِ وَاَْرْضَ وََ یFُ اb$ِ-َُْ آDِ-َﺵَءَ و َِ ُِْْوَةLَFَْ&ْ-ِ ا2َ,َC ِِ ُُِْْتِ وَیvEِ ُْ.َََْْ یC 5<َHُْ َِ ا2ْﺵbَ ا$َ;َ ْ2َ3 ِی52ِ< اC َُِتbUْ َِ ا%ُُِْOُ ا@ِیَ ءَاَ ُا یb<َِ(اُ و256)ٌ%$َِ ٌD$َِ- ُِ=َمَ ََ وَا.ْ َ اﻥ4َ,ْاُْﺙ َLِNََُتِ أُوbU ا4َِرِ إb ْ َِ ا%َُُِْﻥOُُتُ یvEُ ا%َُؤُه$َُِْوا أَو.َرِ وَا@ِیَ آb ا4َِإ (257)َُون2َِ َ$ِC ْ%َُبُ ا رِ ه:ْأَﺹ “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang
yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah:255-257)
ُْ ِِ ا%ُْ;ِ-َ:ُُ?ُ ی.ْOُ ْْ أَو%ُِFُ.ِْ< أَﻥC َ ُوا2ْ;ُ ِْ< اَْرْضِ وَإِنC ََََاتِ وFِ< اC َ ِِ َِلrُْلُ َِ أُﻥ-(ءَاََ ا284)ٌِی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُءُ وَاAَبُ َْ ی5@ََُءُ وَیAَُِ َِْ ی.ْHَ$َC ُِِ-ٍُ ِْ ر2ََْ أَﺡ$َ ُق5َ.ُُِِ َ ﻥ-ُِ وَاُِْْ ُنَ آُ) ءَاََ ِِ وَََﺉَِ&ِِ وَآُ&ُ;ِِ وَر5َِْ ِْ ر$َِإ َ ََ ََْ-ًُ إِ وFْ.َُ اُ ﻥJ5َُ(َ ی285)ُ$ِ=ََْ اLْ$ََِ رَ َ وَإLََْاﻥ.ُv َ َْSََِْ َ وَأ- َُا3َو ْ َ إِﺹًْا$ََ ْ)ِْ:َ َََْﻥَ رَ َ وEْ َ َ أَوْ أ$ِFََ;َْ رَ َ َ َُا ِ@ْﻥَ إِنْ ﻥFَ&َْْ َ اآ$ََََ;َْ وFَآ َ َ ِْ.ْvُ َ وَاJَْ َ َ ِِ وَا#َ3َS َ َ َ ْ5َ:ُ َََ;ِْ َ رَ َ و3 ِْ َ ا@ِی4ََ َُ&ََْآََ ﺡ (286)َِِیCََْْمِ ا,ْ ا4ََ ََﻥْ=ُْﻥC َﺡْ َ أَﻥَْ ََْﻥ َ ْوَار
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir” (QS.Al-Baqarah:284-286).
َُ َُْْ ی%ََ(و3)ْ2َُْ ی%ََْ و2َِْ ی%َ(2)ُ2َ=(اُ ا1)ٌ2َُ)ْ هَُ اُ أَﺡ3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (4)ٌ2ًَُا َأﺡ.ُآ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS.Al-Ikhlash:1-4) – Dibaca 3 kali-
ٍ إِذَاxِ-َv 5َ(وَِْ ﺵ2)َxََ َ 5َ(ِْ ﺵ1)ِxََ.ْ ا5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (5)َ2َFٍَ إِذَا ﺡ2ِ-َ ﺡ5َ(وَِْ ﺵ4)ِ2َ,ُِْ< اC ِﺙَت. ا5َ(وَِْ ﺵ3)َWَ3َو “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al-Falaq:1-5) – Dibaca 3 kali-
5َ(ِْ ﺵ3)ِ(إَِِ ا س2)ِِ ا سLَِ(1)ِ ا س5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (6)ِِ وَا س# ِYْ(َِ ا5)ُِورِ ا س2ُِ< ﺹC ُِْس-َُ(ا@ِي ی4)َِ سOَْْاسِ ا-َْا “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia. (QS. AnNaas:1-6) – Dibaca 3 kali-
ِْ$ََِ َُ َ إَِ إِ هَُ وَإLِْ َ ﺵَِیgِ ُ2َْ:ِْ وَاgِ ُLُْْ( ا4َFََْ )أoَ;ْْ َ( وَأَﺹ$َFَْْ َ )أ:َ;ْاَﺹ (ًُْ( )ﺙََ ﺙ$ِ=َُْْرُ)اAb ا ”Kami berpagi hari (kami bersore hari) dan berpagi hari (bersore hari) pula kerajaan milik Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kepada-Nya tempat kembali.” (3 kali)
ِْ$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َ:ُ َ 5$ِ;َ دِیِْ ﻥ4َََ َْصِ وGِِْ ا#َََِْمِ وَآ-Gَِْْةِ اEِC 4ََ (َ ْ$َFَْْ َ )أ:َ;ْأَﺹ (ًَْ )ﺙََ ﺙ$ِِْآAًُْ وََ آَنَ َِ ا.ْ$ِ ََ ﺡ%ْ$ِْ َ إَِْاه$َِِ أ#ِ 4ََََ و%َ-َو “Kami berpagi hari (kami bersore hari) di atas fitrah Islam, di atas kata keikhlasan, di atas agama Nabi kami: Muhammad saw., dan di atas millah bapak kami: Ibrahim yang hanif. Dan ia bukan termasuk golongan orang-orang yang musyrik.”(3 kali)
َِ&َْك-ََ وLَ&َ$ِCَََ ََ< وLَ&َِْ ﻥ%ََِC ٍْ&ِ-ٍَ و#َ$ِCٍََ و#َِِْ<ْ ﻥC َLْ ِ (ُْ$َFَُْْ )أ:َ;ْ< أَﺹ5 ِإﻥ%َُا (ًَ َِةِ )ﺙََ ﺙmَْ وَا$ْﻥb2 ا4ِC “Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari (aku bersore hari) dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat.”(3 kali)
َLََC َLَ َLَْكَ َ ﺵَِی2َْ وَﺡLْ َِC َLِ,َْ ِْ ٍ2ٍَ أَوْ َِﺡ#َْ5( ِ<ْ ِْ ﻥ4َFََْ )َ أoَ;ْ َ أَﺹ%َُا (ًُْ )ﺙََ ﺙbAَ اLََُ و2َْ:ْا “Ya Allah, segala kenikmatan yang berpagi hari (bersore hari) terjadi bersamaku atau bersama salah seorang dari makhluk-Mu, adalah dari-Mu semata; Tiada sekutu bagi-Mu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.” (3 kali)
(ًَ ﺙkََ )ﺙLَِﻥEُْ- ِ%ْ$ِUَََ وLَََِْ لِ وYِ ْ<ِHَ;ْ َُ آََ ی2َْ:َْ اLَ ْ<5َیَ ر “Ya Rabbi, bagi-Mu segala puji sebagaimana seyogyanya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.” (3 kali)
(ًًُْ )ﺙََ ﺙ-ًَّ ور$ِ;ََ ﻥ%َ-َِْ و$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َّ:ُ َِﻥ25$َFََِْمِ دِیْ ً و-Gِ َِ وaَِ رgِ ُْ$ِKَر “Aku rela Allah sebagai Tuhan (-ku), Islam sebagai agama (-ku), dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul(-ku).” (3 kali)
(ًَادَ آََِِِ )ﺙََ ﺙ2ََِ َْﺵِِ و#َِِ وَزِﻥFْ.ََ ﻥKِِِ وَر,َْ ََد2َ ِ?ِ2َْ:َِِ وgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya;sejumlah makhluk-Nya, sekerelaan diri-Nya, seberat ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya.” (3 kali)
ِ%ْ$َُِْ اDْ$ِFَءِ وَهَُ اF ا4ِC َََرْضِ وmْ ا4ِC ٌِِْ ﺵَ<ْء-َ اDَ bُcَِ ا@ِيْ َ یgِ ا%ْFِ (ً)ﺙََ ﺙ “Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak akan membahayakan sesuatupun yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (3 kali)
(ًُِكَ َِ َﻥََُُْ )ﺙََ ﺙ.ْHَ&ْFًَ ﻥََُُْ وَﻥNْ$ََ ﺵLِ َِْكAbَ ِْ أَنْ ﻥLِ ُ إِﻥ ﻥَُْذ%َُا “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari (sikap) menyekutukan-Mu dengan sesuatupun yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu untuk (perbuatan dan dosa) yang tidak kami ketahui.” (3 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙxََ َ 5َِ ا&تِ ِْ ﺵgأَُْذُ ََِِتِ ا “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari (segala) kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan.” (3 kali)
ِْ;ُYَْ َِ اLِ َُ)ِ وَأَُْذFَِْ وَاrْYََْ َِ اLَُِنِ وَأَُْذrَ:ْ وَا5%ََْ َِ اLِ ُ<ْ أَُْذ5 إِﻥ%َُا (ًَلِ )ﺙََ ﺙ5َِْ ا3َیِْ و2ِ ا#َ;ََv ِْ َLِ ُْ)ِ وَأَُْذOُ;ْوَا “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil (kikir), dari tekanan lilitan hutang, dan dari kesewenang-wenangan orang.” (3 kali)
(ًَ;ِْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙ,َْ ِْ َ@َابِ اLُِِْ وَأَُْذ,َ.ِْْ وَا.َُْ َِ اLُِ<ْ أَُْذ5 ِإﻥ%َُا “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; dan aku berlindung dari kepada-Mu dari siksa di alam kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
(ًِ<ْ َ=َِيْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙC ْ<ِ ِCَ %ََُِْ<ْ ا- ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %ََُﻥِ<ْ ا2َ ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %َُا “Ya Allah, sehatkanlah badanku; Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku; Ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
ُ أَُْذ,َُْEَ&ْ-ِكَ َا2َِْكَ وَو2َْ 4ََ َُكَ وَأَﻥ2ْ;َ َْ&َ ِ<ْ وَأَﻥ,ََ َْ<ْ َإََِ إِ أَﻥ5َ أَﻥَْ ر%َُا ِﻥُْبَ إb@ُِ ا.ْHَِﻥُ َ یGَC ْ<ِِْ.ْvَC ْ<ِ;ْ وَأَُْءُ ِ@َﻥ,<ََ َLِ&َِْ ِ َLَ ُ َ ﺹَ َُْ أَُْء5ََ ِْ ﺵLِ (ًأَﻥَْ )ﺙََ ﺙ “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau-lah yang telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatanku. Aku kembali kepadamu
dengan (mengakui) segala anugerah nikmat-Mu padaku. Dan aku kembali dengan segala dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa selain Engkau.” (3 kali)
(ًِْ )ﺙََ ﺙ$َِب إ ُ َُْْمُ وَأb$َ,ْ اb<َ:َْ اَ@ِيْ َ إََِ إِ هَُ ا%ْ$ِUََْ اgُ ا.ِ ْHَ&ْ-َأ
“Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung, yang tiada tuhan kecuali Dia, Yang Mahahidup kekal dan senantiasa mengurus makhluk-Nya, dan kepada-Nya aku bertaubat.” (3 kali)
4ََََ و%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- 4ََ َْ$ٍَ آََ ﺹ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا َِﻥ25$َ- 4ََ ٍَْ آََ َرَآ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ ْ وََرِك,َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِاَل (ًْاAَ) ٌ2ْ$ِYَ ٌ2ْ$ََِ ﺡLَْ إِﻥ$ََِْ ا4ِC َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِ اَل4ََََ و%ْ$ِإَِْاه “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Limpahkanlah berkah kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam ini, Engkau-lah Yang Maha Terpuji lagi Mahamulia.” (10 kali)
(ْ#َُ أَآْ;َُ )ِﺉgُ وَاg اnِِ وََ إََِ إgِ ُ2َْ:ِْ وَاgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.” (100 kali)
(ًْاAَ) ٌِْی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُُ وَه2َْ:ُْ وََُ اLُْْ َُ ا,َُ َLَْ?ُ َﺵَِی2ُْ وَﺡgَإََِ ِإ ا “Tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nyalah segala kerajaan dan segala pujian, dan berkuasa atas segala sesuatu.” (10 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙLْ$َُِِكَ وَأَُْبُ إ.ْHَ&ْ-َُ أَنْ إََِ إِ أَﻥَْ أ2َِْكَ أَﺵ2َْ:َِ و%َُ اLََﻥ:ْ;ُ“Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (3 kali)
ْ%5َ-َْ;ِِ و:َ اَِِ وَﺹ4َََ و5<5ُْ ا5<ِ; َ اLُِْ-ََ وَرL5$ِ;َِكَ وَﻥ2ْ;َ ٍ2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا ْ<ََِدَاِ َ أ- َْ %َُ وَارْضَ اLَُ&َِ وَأَﺡْ=َ?ُ آLََُ3 ِِ َ ََ وLُِْ ِِ ََدَ َ أَﺡَط2َ ًْ$ِْFَ ِ یَْم4ََِنٍ إFِْﺡGِ ْ%ِْ$َََِِْ و$ِِ&َْ وََِ ا$ََِِْ أ#ََ:=َْنَ وََِ< وََِ ا/ٍََُْ وَََُ و .َْ$ََِْ ا5ِ رَبgِ ُ2َْ:َْْ وَا$َِ-ُْْ ا4ََ ٌََم-َُْنَ و.ِ=َةِ َ یrِْ ا5َ رَبL5ََنَ ر:ْ;ُ- .ِْی52ا “Ya Allah, limpahkankanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi. (Limpahkan juga shalawat itu) kepada keluarganya, para sahabatnya, serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu, yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah, para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan. Mahasuci tuhanmu, Tuhan kemuliaan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga keselamatan tercurah kepada para utusan, dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.”
Jika telah selesai membaca zikir dan doa Ma’tsurat (Wazhifah Shughra) di atas, maka hendaklah menutup majlis dengan wirid atau doa Rabithah (pengikat hati) berikut ini:
َْ bَءُ وَُ@ِلAَ َْ brََُِءُ وAَ ِْ َLُِْْعُ اrْ َََءُ وAَ َْ َLُِْْ ُِْ< اLَُْْ اLَِ %ُُ)ِ ا3 ِ)ْ$ِ< اC َِ< ا َرِ وَُُِ ا َرC َ)ْ$( ُُِ ا26)ٌِی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َLُْ إِﻥ$َOِْكَ ا2َ$ِ َُءAَ (27)ٍَبFِِْ ﺡ$َHِ َُءAَ َْ ُ وََْزُق5<َ:َْ َِ ا5$َِْْجُ اOَُِ و5$ََْ< َِ ا:ْْ ِجُ اOَُو
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (QS. Ali Imran:26-27) Dilanjutkan dengan membaca doa berikut ini:
ْ<ِِْ.ْvَC َLََُِ وَإِدَْرُ ﻥََرِكَ وَأَﺹَْاتُ دLِْ$َ ُْ;َل3ِ إِن هَ@َا إ%َُا “Ya Allah, sesungguhnya saat ini adalah saat menjelang malam –Mu dan akhir dari siang-Mu serta suara-suara para da’i-Mu, maka ampunilah aku.” Setelah itu, hendaknya ia menghadirkan dalam benaknya wajah-wajah para saudaranya dan berusaha merasakan adanya hubungan batin (al-shilah al-ruhiyyah) antara dirinya dengan mereka, meski ada yang tidak dikenalnya. Kemudian lanjutkanlah dengan membaca doa berikut ini:
4ََ َْت2 وَََﺡ,َLِ&ََS 4ََ َْ,َ&ْ وَا,َLِ&;َ:َ 4ََ َََْ&ِْ ا2َ3 ُُُْب,ُْ أَن هَ@ِ?ِ ا%ََْ َL إِﻥ%َُا َ وَاَْْه,ََُ;ُ- َِه2ْ وَاه,ََ&ََ وَأَدِمْ وُدهEِ رَا%ُِ اx5ََﺙC ,َLِ&َْ ﺵَِی4ََ َْت2َ وَََه,َLََِْد َِ$ْ وَأَﺡ,َLْ$ََ ِ)bْ)ِ ا&َآ$ََِ و,َLِ ِِیَْنGِْ اQْ$َ.ِ َُوْرَه2ُ وَاﺵَْحْ ﺹ,ُْ;ْOَِ ُْرِكَ ا@ِيْ َ ی 5)َ وَﺹ.َْ$َِ ا%َُ ا,ُْ$ِ= َ ا%ِْ وَﻥ4َََْْ ا%َِْ ﻥL إِﻥ,َLِْ$ِ;َ- ْ<ِC َِدَةA ا4ََ َْ&َِ وَأ,َLِ&َCَِِْ ْ%5َ-َْ;ِِ و:َ اَِِ وَﺹ4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ %ُا “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa kalbu-kalbu ini telah berkumpul untyuk mencurahkan rasa cinta (mahabbah) kepada-Mu, telah bertemu untuk taat kepada-Mu, telah bersatu (untuk mensyi’arkan) dakwah-Mu, dan telah berjanji setia untuk membela (dan memperjuangkan syari’at-Mu. Maka, kuatkanlah jalinan pertaliannya ya Allah,
kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, penuhilah ia dengan sinar cahaya-Mu yang tak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu! Sesungguhnya Engkau adalah Pelindung dan Penolong yang terbaik. Ya Allah, kabulkanlah segala permohonan kami. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada jujungan kami, Nabi Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.”
AL-MA’TSURAT
(AL-WAZHIFAH AL-KUBRA)
ِ%ْ$َِنِ اEْ$Aِ َِ ا%ْ$َِِْ اDْ$ِFِ اgِ ُأَُْذ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari segala godaan setan yang terkutuk.”
ِِ یَْمLَِ(3)ِ%$ِ(اﺡَِْ اﺡ2)َ$ََِْ ا5ُ ِِ رَب2َْ:ْ(ا1)ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ ْ%ِْ$ََ ََْْ(ﺹَِاطَ ا@ِیَ أَﻥ6)َ%$ِ,َ&ْFَُْاطَ ا5=ِﻥَ ا2ْ(اه5)ُ$َِ&ْFَُ وَإِیكَ ﻥ2ُ;َْ(إِیكَ ﻥ4)ِی52ا (7)َ$5cْ وََ ا%ِْ$ََ ُِبcْHَِْْ ا$َv
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganزTunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.Al-Fatihah:1-7)
َ( ا@ِیَ یُِْ ُن2) َ$ِ,&ُِْ ًى2ُِ ه$ِC َWَْ اِْ&َبُ َ رَیLَِ( ذ1)% ا. ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ َِلrَْ وََ أُﻥLْ$َِِلَ إrْ( وَا@ِیَ یُِْ ُنَ َِ أُﻥ3)َُن,ِ.ْ ُْ ی%ُْ َه3َُنَ ا=َةَ وَِ رَز$ِ,ُِ وَیWْ$َHِْ (5)َُن:ِْ.ُُْ ا%َُ هLِNَْ وَأُو%ِ5ًَى ِْ ر2ُ ه4ََ َLِNَ( أُو4)َِ ُن3ُْ ی%َُ وَِْ َِةِ هLِْ;َ3 ِْ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.AlBaqarah:1-5)
َْ ِِ< اَْرْضC ََََاتِ وFِ< اC َ َُ ٌٌ وََ ﻥَْم#َ ِ- ُ?ُ@ُ َْ َ ُمb$َ,ْ اb<َ:ْاُ َ إََِ إِ هَُ ا َِ<ْءٍ ِْ ِِِْ إAِ َُنE$ِ:ُْ وََ ی%َُ.َْ ََْ و%ِِی2َْْ أَی$َ َ ُ%ََِْذْﻥِِ یGِ َِ?ُ إ2ْ ِ ُDَ.ْAَذَا ا@ِي ی َ (255)ُ%$ِUَْ اb<ََُُِْ وَهَُ اUْ.ُِدُ?ُ ﺡNَََاتِ وَاَْرْضَ وََ یFُ اb$ِ-َُْ آDِ-ََِ ﺵَءَ و َLَFَْ&ْ-ِ ا2َ,َC ِِ ُُِْْتِ وَیvEِ ُْ.َََْْ یC 5<َHُْ َِ ا2ْﺵbَ ا$َ;َ ْ2َ3 ِی52ِ< اC َ?إِآَْا َِ ْ%ُُِْOُ ا@ِیَ ءَاَ ُا یb<َِ( اُ و256)ٌ%$َِ ٌD$َِ- ُِ=َمَ ََ وَا.ْ َ اﻥ4َ,ُِْْْوَةِ اُْﺙ َُِتbU ا4َِرِ إb ْ َِ ا%َُُِْﻥOُُتُ یvEُ ا%َُؤُه$َُِْوا أَو.َرِ وَا@ِیَ آb ا4ََُِتِ إbUا (257)َُون2َِ َ$ِC ْ%َُبُ ا رِ ه:ْ أَﺹL َ ِNَأُو “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah:255-257)
ُْ ِِ ا%ُْ;ِ-َ:ُُ?ُ ی.ْOُ ْْ أَو%ُِFُ.ِْ< أَﻥC َ ُوا2ْ;ُ ِْ< اَْرْضِ وَإِنC ََََاتِ وFِ< اC َ ِِ َِلrُْلُ َِ أُﻥ-( ءَاََ ا284)ٌِی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُءُ وَاAَبُ َْ ی5@ََُءُ وَیAَُِ َِْ ی.ْHَ$َC ُِِ-ٍُ ِْ ر2ََْ أَﺡ$َ ُق5َ.ُُِِ َ ﻥ-ُِ وَاُِْْ ُنَ آُ) ءَاََ ِِ وَََﺉَِ&ِِ وَآُ&ُ;ِِ وَر5َِْ ِْ ر$َِإ َ ََ ََْ-ًُ إِ وFْ.َُ اُ ﻥJ5َُ( َ ی285)ُ$ِ=ََْ اLْ$ََِ رَ َ وَإLََْاﻥ.ُv َ َْSََِْ َ وَأ- َُا3َو ْ َ إِﺹًْا$ََ ْ)ِْ:َ َََْﻥَ رَ َ وEْ َ َ أَوْ أ$ِFََ;َْ رَ َ َ َُا ِ@ْﻥَ إِنْ ﻥFَ&َْْ َ اآ$ََََ;َْ وFَآ َ َ ِْ.ْvُ َ وَاJَْ َ َ ِِ وَا#َ3َS َ َ َ ْ5َ:ُ َََ;ِْ َ رَ َ و3 ِْ َ ا@ِی4ََ َُ&ََْآََ ﺡ (286)َِِیCََْْمِ ا,ْ ا4ََ ََﻥْ=ُْﻥC َوَارْﺡَْ َ أَﻥَْ ََْﻥ
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir” (QS.Al-Baqarah:284-286).
(2) ُمb$َ,ْ اb<َ:ْاُ َ إََِ إِ هَُ ا “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (QS. Ali Imran: 2)
ََُتِ وَه:ِ=( وََْ یََْ)ْ ِْ ا111)ًُْj َ)ََْ َبَ َْ ﺡ2َ3َمِ وb$َ,ْ ا5<َ:ِْ ُ?ُُْوََ َْ ا (112)ًْcًَُْ وََ هj َُفOَََ یC ٌُِْ Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya..” (QS. Thah: 111-112)
(129)ِ%$ِUَْ اَْْشِ اbِْ ََآُْ وَهَُ رَب$ََ َُْ;ِ< اُ َ إََِ إِ هFَُ)ْ ﺡ,َC نْ ََْاGَِC Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)
َََ وLََِ=ِ َْْYَ ََ و4َ ْFُ:َْْءُ ا-َََُْ اC ُْا2َ َ aُ)ْ ادُْا اَ أَوْ ادُْا اﺡَْنَ أَی3 ٌLْ یَُْ َُ ﺵَِی%ًََا و2ََِ@ْ وO&َْ ی%َ ُ ِِ ا@ِي2َْ:ُْ)ْ ا3َ(و110)ً$ِ;َ- َLََِْ ذ$َ َِ&ِْْ َِ وَاCَOُ (111)ًا$ِ;َْ ُ?ْ5;َ وَآ5لb@ْ یَُْ َُ وَِ< ِْ ا%ََِ وLُِْْ< اC Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra: 110-111)
َُ َ إََِ إِ هbxَ:ُْ اLَِْ اُ ا4َََ&َC(115)َْ َ َ َُُْن$َِْ إ%ًُ وَأَﻥ/َ;َ ْ%ُْ َآ,ََ َْ أَﻥ%ُ&ْ;F ِ َ:َCَأ ِ5ََ ر2ْ ِ َُُFِِﻥَ ﺡGَC ِِ َُ َ ََ َ ُْهَن+ ًََِ اِ إDَ ُْع2َ(وََْ ی116)ِ% اَْْشِ اَِْیbرَب (118)َ$ُِِْ ااﺡ$َ َْْ وَأَﻥ%َِْ وَارْﺡ.ْv ا5ُ)ْ رَب3َ(و117)َُِونCَُْ اoِْ.ُإِﻥُ َ ی Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." (QS. Al-Mu`minun: 115 – 118)
a$ِAَََوَاتِ وَاَْرْضِ وFِ< اC ُ2َْ:ْ(وََُ ا17)َُن:ِ;ْ=ُ َ$ُِنَ وَﺡFُْ َ$َِنَ اِ ﺡ:ْ;ُFَC َ2َْ َْ<ِ اَْرْض:ُ وَی5<َ:َْ ِْ ا5$َِْْجُ اOُِ وَی5$ََْ< ِْ ا:ِْْجُ اOُ(ی18)َُِْونUُ َ$ِوَﺡ (20)َُِونAَ& َ ٌَAَ ْ%ُ&ْ إِذَا أَﻥ%ُْ ِْ َُابٍ ﺙ%َُ,ََ ْیَِِ أَن+ َِْ(و19)ََُْنOُ َLَِ@َََِْ وَآ ِْ ْ%َُ َxََ ْیَِِ أَن+ َِْ(و20)َُِونAَ& َ ٌَAَ ْ%ُ&ْ إِذَا أَﻥ%ُْ ِْ َُابٍ ﺙ%َُ,ََ ْیَِِ أَن+ َِْو ٍَْم,ِ ٍَ َیَتLَِِ< ذC ً إِن#َْْ ََدةً وَرَﺡ%َُ ْ$َ َ)ََََْ و$َُِْ ُا إFَ&ِ ًْ أَزْوَا%ُِFُ.أَﻥ َLَِِ< ذC ْ إِن%ُِْ وَأََْاﻥ%ُِ&َ ِFََْوَاتِ وَاَْرْضِ وَا ْ&َِفُ أFُ اxَْ َِِی+ َِْ(و21)ََُون.َ&َی ٍَ َیَتLَِِ< ذC ِِْ إِنcَC ِْ ْ%َُؤُآHِ&ْْ)ِ وَا َرِ وَا$ِ ْ%َُُ َ َِِی+ َِْ(و22)َ$َِِِْ ٍَیَت ِِ ِ<ْ:ُ$َC ًَءِ َءFلُ ِْ ا5rَ ًََُ وَیSًَ وCَْ َْ اْ;َْق%ُیَِِ یُِی+ َِْ( و23)ََُْنFََْمٍ ی,ِ َُءُ وَاَْرْضFُمَ ا,َ ْیَِِ أَن+ َِْ(و24)َُِن,ََْْمٍ ی,ِ ٍَ َیَتLَِِ< ذC َ ََِْ إِن2َْ َاَْرْض
َِوَاتِ وَاَْرْضFِ< اC َْ ََُ(و25)َُُْنOَ ْ%ُ&ْْ دََْةً ِْ اَْرْضِ إِذَا أَﻥ%ُ إِذَا دََآ%َُِِْ?ِ ﺙ (26)ََﻥِ&ُن3 َُ )ُآ “Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.” (QS. Ar-Rum: 17-26)
َبِ ذِي,ِِْ ا2ِی2ََِ)ِ ا&ْبِ ﺵ3َِ وWِِْ ا@ﻥCَv(2)ِ%$َِِْ اrِیrَِْی)ُ اِْ&َبِ ِْ اِ اr َ(1)%ﺡ (3)ُ$ِ=َِْْ ا$َِْلِ َ إََِ إِ هَُ إEا “Haa Miim. Diturunkan Kitab ini (Al Quran) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepadaNyalah kembali (semua makhluk).” (QS. Al-Mu`min: 1-3)
ََِ(هَُ اُ ا@ِي َ إ22)ُ%$َِدَةِ هَُ اﺡَْنُ اﺡAِ وَاWْ$َHُْ ا%َِ َُهَُ اُ ا@ِي َ إََِ إِ ه َ َِنَ ا:ْ;ُ- ُ5;ََ&َُْ;رُ اYُْ اrِیrَُِْْ ا$ََُْمُ اُُِْْ اFوسُ اb2ُ,ُْ اLَِْإِ هَُ ا
َِوَاتFِ< اC َ َُ ُo5;َFُ ی4َ ْFُ:َْْءُ ا-َْرُ َُ ا5َ=ُُْ اْ;َرِئُ اxَِOْ(هَُ اُ ا23)َِْآُنAُی (24)ُِ ْب%$َِ:ُْ اrِیrَْوَاَْرْضِ وَهَُ ا “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-HAsyr: 22-24)
ٍ@ِNََْ(ی3)ََ َ َُنFِﻥGَْلَ ا3َ(و2)َََ,ْ(وَأَ ََْْ اَْرْضُ أَﺙ1)َََاrَِِْْ اَْرْضُ زrُْإِذَا ز ََْC(6)ْ%ََََُُْوْا أ$ِ ًَ&ُْرُ ا سُ أَﺵ2ْ=َِ@ٍ یNََْ(ی5)ََ 4ََ أَوْﺡLَ(َِن ر4)َثُ أَ ْ;َرَه52َ:ُ (8)?ََا یaََلَ ذَرةٍ ﺵ,ْ/ِ ْ)ََْ(وََْ ی7)?ًََْا ی$َ ٍَلَ ذَرة,ْ/ِ ْ)ََْی Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 1-8)
َ ٌ2َِ َ(وََ أَﻥ3)ُ2ُ;َُْونَ َ أ2َِ ْ%ُ&ْ(وََ أَﻥ2)َُون2ُ;َْ َ ُ2ُ;َْ(َ أ1)َُِونCََْ اbُ)ْ یَأَی3 (6)ِْ وَِ<َ دِی%ُُ ْ دِی%َُ(5)ُ2ُ;َُْونَ َ أ2َِ ْ%ُ&ْ(وََ أَﻥ4)ْ%b2َ;َ Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6)
َL5َِ ر2َْ:ِ ْo5;َFَC(2)ًَْاCَِ< دِیِ اِ أC َْ ُُن2َ(وَرَأَیَْ ا سَ ی1)ُoْ&َ.ْإِذَا َءَ ﻥَ=ُْ اِ وَا (3)ًِْ?ُ إِﻥُ آَنَ َا.ْHَ&ْ-وَا “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3)
َُ َُْْ ی%ََ(و3)ْ2َُْ ی%ََْ و2َِْ ی%َ(2)ُ2َ=(اُ ا1)ٌ2َُ)ْ هَُ اُ أَﺡ3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (4)ٌ2ًَُا َأﺡ.ُآ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS.Al-Ikhlash:1-4) – Dibaca 3 kali-
ٍ إِذَاxِ-َv 5َ(وَِْ ﺵ2)َxََ َ 5َ(ِْ ﺵ1)ِxََ.ْ ا5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (5)َ2َFٍَ إِذَا ﺡ2ِ-َ ﺡ5َ(وَِْ ﺵ4)ِ2َ,ُِْ< اC ِﺙَت. ا5َ(وَِْ ﺵ3)َWَ3َو “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al-Falaq:1-5) – Dibaca 3 kali-
5َ(ِْ ﺵ3)ِ(إَِِ ا س2)ِِ ا سLَِ(1)ِ ا س5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (6)ِِ وَا س# ِYْ(َِ ا5)ُِورِ ا س2ُِ< ﺹC ُِْس-َُ(ا@ِي ی4)َِ سOَْْاسِ ا-َْا “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia. (QS. AnNaas:1-6) – Dibaca 3 kali-
ِْ$ََِ َُ َ إَِ إِ هَُ وَإLِْ َ ﺵَِیgِ ُ2َْ:ِْ وَاgِ ُLُْْ( ا4َFََْ )أoَ;ْْ َ( وَأَﺹ$َFَْْ َ )أ:َ;ْاَﺹ (ًُْ( )ﺙََ ﺙ$ِ=َُْْرُ)اAb ا ”Kami berpagi hari (kami bersore hari) dan berpagi hari (bersore hari) pula kerajaan milik Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kepada-Nya tempat kembali.” (3 kali)
ِْ$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َ:ُ َ 5$ِ;َ دِیِْ ﻥ4َََ َْصِ وGِِْ ا#َََِْمِ وَآ-Gَِْْةِ اEِC 4ََ (َ ْ$َFَْْ َ )أ:َ;ْأَﺹ (ًَْ )ﺙََ ﺙ$ِِْآAًُْ وََ آَنَ َِ ا.ْ$ِ ََ ﺡ%ْ$ِْ َ إَِْاه$َِِ أ#ِ 4ََََ و%َ-َو “Kami berpagi hari (kami bersore hari) di atas fitrah Islam, di atas kata keikhlasan, di atas agama Nabi kami: Muhammad saw., dan di atas millah bapak kami: Ibrahim yang hanif. Dan ia bukan termasuk golongan orang-orang yang musyrik.”(3 kali)
َِ&َْك-ََ وLَ&َ$ِCَََ ََ< وLَ&َِْ ﻥ%ََِC ٍْ&ِ-ٍَ و#َ$ِCٍََ و#َِِْ<ْ ﻥC َLْ ِ (ُْ$َFَُْْ )أ:َ;ْ< أَﺹ5 إِﻥ%َُا (ًَ َِةِ )ﺙََ ﺙmَْ وَا$ْﻥb2 ا4ِC “Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari (aku bersore hari) dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat.”(3 kali)
َLََC َLَ َLَْكَ َ ﺵَِی2َْ وَﺡLْ َِC َLِ,َْ ِْ ٍ2ٍَ أَوْ َِﺡ#َْ5( ِ<ْ ِْ ﻥ4َFََْ )َ أoَ;ْ َ أَﺹ%َُا (ًُْ )ﺙََ ﺙbAَ اLََُ و2َْ:ْا
“Ya Allah, segala kenikmatan yang berpagi hari (bersore hari) terjadi bersamaku atau bersama salah seorang dari makhluk-Mu, adalah dari-Mu semata; Tiada sekutu bagi-Mu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.” (3 kali)
(ًَ ﺙkََ )ﺙLَِﻥEُْ- ِ%ْ$ِUَََ وLَََِْ لِ وYِ ْ<ِHَ;ْ َُ آََ ی2َْ:َْ اLَ ْ<5َیَ ر “Ya Rabbi, bagi-Mu segala puji sebagaimana seyogyanya bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.” (3 kali)
(ًًُْ )ﺙََ ﺙ-ًَّ ور$ِ;ََ ﻥ%َ-َِْ و$ََ ُg ا4ٍَ ﺹ2َّ:ُ َِﻥ25$َFََِْمِ دِیْ ً و-Gِ َِ وaَِ رgِ ُْ$ِKَر “Aku rela Allah sebagai Tuhan (-ku), Islam sebagai agama (-ku), dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul(-ku).” (3 kali)
(ًَادَ آََِِِ )ﺙََ ﺙ2ََِ َْﺵِِ و#َِِ وَزِﻥFْ.ََ ﻥKِِِ وَر,َْ ََد2َ ِ?ِ2َْ:َِِ وgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya;sejumlah makhluk-Nya, sekerelaan diri-Nya, seberat ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya.” (3 kali)
ِ%ْ$َُِْ اDْ$ِFَءِ وَهَُ اF ا4ِC َََرْضِ وmْ ا4ِC ٌِِْ ﺵَ<ْء-َ اDَ bُcَِ ا@ِيْ َ یgِ ا%ْFِ (ً)ﺙََ ﺙ “Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak akan membahayakan sesuatupun yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (3 kali)
(ًُِكَ َِ َﻥََُُْ )ﺙََ ﺙ.ْHَ&ْFًَ ﻥََُُْ وَﻥNْ$ََ ﺵLِ َِْكAbَ ِْ أَنْ ﻥLِ ُ إِﻥ ﻥَُْذ%َُا
“Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari (sikap) menyekutukan-Mu dengan sesuatupun yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu untuk (perbuatan dan dosa) yang tidak kami ketahui.” (3 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙxََ َ 5َِ ا&تِ ِْ ﺵgأَُْذُ ََِِتِ ا “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari (segala) kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan.” (3 kali)
ِْ;ُYَْ َِ اLِ َُ)ِ وَأَُْذFَِْ وَاrْYََْ َِ اLَُِنِ وَأَُْذrَ:ْ وَا5%ََْ َِ اLِ ُ<ْ أَُْذ5 إِﻥ%َُا (ًَلِ )ﺙََ ﺙ5َِْ ا3َیِْ و2ِ ا#َ;ََv ِْ َLِ ُْ)ِ وَأَُْذOُ;ْوَا “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil (kikir), dari tekanan lilitan hutang, dan dari kesewenang-wenangan orang.” (3 kali)
(ًَ;ِْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙ,َْ ِْ َ@َابِ اLُِِْ وَأَُْذ,َ.ِْْ وَا.َُْ َِ اLُِ<ْ أَُْذ5 ِإﻥ%َُا “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; dan aku berlindung dari kepada-Mu dari siksa di alam kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
(ًِ<ْ َ=َِيْ َإََِ إِ أَﻥَْ )ﺙََ ﺙC ْ<ِ ِCَ %ََُِْ<ْ ا- ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %ََُﻥِ<ْ ا2َ ْ<ِC ْ<ِ ِCَ %َُا “Ya Allah, sehatkanlah badanku; Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku; Ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (3 kali)
ُ أَُْذ,َُْEَ&ْ-ِكَ َا2َِْكَ وَو2َْ 4ََ َُكَ وَأَﻥ2ْ;َ َْ&َ ِ<ْ وَأَﻥ,ََ َْ<ْ َإََِ إِ أَﻥ5َ أَﻥَْ ر%َُا ِﻥُْبَ إb@ُِ ا.ْHَِﻥُ َ یGَC ْ<ِِْ.ْvَC ْ<ِ;ْ وَأَُْءُ ِ@َﻥ,<ََ َLِ&َِْ ِ َLَ ُ َ ﺹَ َُْ أَُْء5ََ ِْ ﺵLِ (ًأَﻥَْ )ﺙََ ﺙ
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau-lah yang telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatanku. Aku kembali kepadamu dengan (mengakui) segala anugerah nikmat-Mu padaku. Dan aku kembali dengan segala dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa selain Engkau.” (3 kali)
(ًِْ )ﺙََ ﺙ$َِب إ ُ َُْْمُ وَأb$َ,ْ اb<َ:َْ اَ@ِيْ َ إََِ إِ هَُ ا%ْ$ِUََْ اgُ ا.ِ ْHَ&ْ-َأ “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung, yang tiada tuhan kecuali Dia, Yang Mahahidup kekal dan senantiasa mengurus makhluk-Nya, dan kepada-Nya aku bertaubat.” (3 kali)
4ََََ و%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- 4ََ َْ$ٍَ آََ ﺹ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا َِﻥ25$َ- 4ََ ٍَْ آََ َرَآ2َ:ُ َِﻥ25$َ- ِ اَل4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ ْ وََرِك,َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِاَل (ًْاAَ) ٌ2ْ$ِYَ ٌ2ْ$ََِ ﺡLَْ إِﻥ$ََِْ ا4ِC َ%ْ$ِِﻥَ إَِْاه25$َ- ِ اَل4ََََ و%ْ$ِإَِْاه “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Limpahkanlah berkah kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah itu kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam ini, Engkau-lah Yang Maha Terpuji lagi Mahamulia.” (10 kali)
(ْ#َُ أَآْ;َُ )ِﺉgُ وَاg اnِِ وََ إََِ إgِ ُ2َْ:ِْ وَاgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.” (100 kali)
(ًْاAَ) ٌِْی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َُُ وَه2َْ:ُْ وََُ اLُْْ َُ ا,َُ َLَْ?ُ َﺵَِی2ُْ وَﺡgَإََِ ِإ ا
“Tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nyalah segala kerajaan dan segala pujian, dan berkuasa atas segala sesuatu.” (10 kali)
(ًَ )ﺙََ ﺙLْ$َُِِكَ وَأَُْبُ إ.ْHَ&ْ-َُ أَنْ إََِ إِ أَﻥَْ أ2َِْكَ أَﺵ2َْ:َِ و%َُ اLََﻥ:ْ;ُ“Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (3 kali)
ْ%5َ-َْ;ِِ و:َ اَِِ وَﺹ4َََ و5<5ُْ ا5<ِ; َ اLُِْ-ََ وَرL5$ِ;َِكَ وَﻥ2ْ;َ ٍ2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُا ْ<ََِدَاِ َ أ- َْ %َُ وَارْضَ اLَُ&َِ وَأَﺡْ=َ?ُ آLََُ3 ِِ َ ََ وLُِْ ِِ ََدَ َ أَﺡَط2َ ًْ$ِْFَ ِ یَْم4ََِنٍ إFِْﺡGِ ْ%ِْ$َََِِْ و$ِِ&َْ وََِ ا$ََِِْ أ#ََ:=َْنَ وََِ< وََِ ا/ٍََُْ وَََُ و .َْ$ََِْ ا5ِ رَبgِ ُ2َْ:َْْ وَا$َِ-ُْْ ا4ََ ٌََم-َُْنَ و.ِ=َةِ َ یrِْ ا5َ رَبL5ََنَ ر:ْ;ُ- .ِْی52ا “Ya Allah, limpahkankanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi. (Limpahkan juga shalawat itu) kepada keluarganya, para sahabatnya, serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu, yang tergores oleh pena-Mu, dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah ya Allah, para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, semua sahabat, semua tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari pembalasan. Mahasuci tuhanmu, Tuhan kemuliaan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga keselamatan tercurah kepada para utusan, dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.”
Jika telah selesai membaca zikir dan doa Ma’tsurat (Wazhifah Kubra) di atas, maka hendaklah menutup majlis dengan wirid atau doa Rabithah (pengikat hati) berikut ini:
bَءُ وَُ@ِلAَ َْ brََُِءُ وAَ ِْ َLُِْْعُ اrْ َََءُ وAَ َْ َLُِْْ ُِْ< اLَُْْ اLَِ %ُُ)ِ ا3 <ِC َِ< ا َرِ وَُُِ ا َرC َ)ْ$( ُُِ ا26)ٌِی2َ3 ٍ ﺵَ<ْء5)ُ آ4ََ َLُْ إِﻥ$َOِْكَ ا2َ$ِ َُءAَ َْ (27)ٍَبFِِْ ﺡ$َHِ َُءAَ َْ ُ وََْزُق5<َ:َْ َِ ا5$َِْْجُ اOَُِ و5$ََْ< َِ ا:ِْْجُ اOَُْ)ِ و$ا
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (QS. Ali Imran:26-27) Dilanjutkan dengan membaca doa berikut ini:
ْ<ِِْ.ْvَC َLََُِ وَإِدَْرُ ﻥََرِكَ وَأَﺹَْاتُ دLِْ$َ ُْ;َل3ِ إِن هَ@َا إ%َُا “Ya Allah, sesungguhnya saat ini adalah saat menjelang malam –Mu dan akhir dari siang-Mu serta suara-suara para da’i-Mu, maka ampunilah aku.” Setelah itu, hendaknya ia menghadirkan dalam benaknya wajah-wajah para saudaranya dan berusaha merasakan adanya hubungan batin (al-shilah al-ruhiyyah) antara dirinya dengan mereka, meski ada yang tidak dikenalnya. Kemudian lanjutkanlah dengan membaca doa berikut ini:
4ََ َْت2 وَََﺡ,َLِ&ََS 4ََ َْ,َ&ْ وَا,َLِ&;َ:َ 4ََ َََْ&ِْ ا2َ3 ُُُْب,ُْ أَن هَ@ِ?ِ ا%ََْ َL ِإﻥ%َُا َ وَاَْْه,ََُ;ُ- َِه2ْ وَاه,ََ&ََ وَأَدِمْ وُدهEِ رَا%ُِ اx5ََﺙC ,َLِ&َْ ﺵَِی4ََ َْت2َ وَََه,َLََِْد َِ$ْ وَأَﺡ,َLْ$ََ ِ)bْ)ِ ا&َآ$ََِ و,َLِ ِِیَْنGِْ اQْ$َ.ِ َُوْرَه2ُ وَاﺵَْحْ ﺹ,ُْ;ْOَِ ُْرِكَ ا@ِيْ َ ی 5)َ وَﺹ.َْ$َِ ا%َُ ا,ُْ$ِ= َ ا%ِْ وَﻥ4َََْْ ا%َِْ ﻥL إِﻥ,َLِْ$ِ;َ- ْ<ِC َِدَةA ا4ََ َْ&َِ وَأ,َLِ&َCَِِْ ْ%5َ-َْ;ِِ و:َ اَِِ وَﺹ4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ %ُا “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa kalbu-kalbu ini telah berkumpul untyuk mencurahkan rasa cinta (mahabbah) kepada-Mu, telah bertemu untuk taat kepada-Mu, telah bersatu (untuk mensyi’arkan) dakwah-Mu, dan telah berjanji setia untuk membela (dan memperjuangkan syari’at-Mu. Maka, kuatkanlah jalinan pertaliannya ya Allah,
kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, penuhilah ia dengan sinar cahaya-Mu yang tak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu! Sesungguhnya Engkau adalah Pelindung dan Penolong yang terbaik. Ya Allah, kabulkanlah segala permohonan kami. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada jujungan kami, Nabi Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.”
Lampiran 2 (Bacaan Zikir Ustaz Syukur)
ِ%ْ$َِنِ اEْ$Aِ َِ ا%ْ$َِِْ اDْ$ِFِ اgِ ُأَُْذ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari segala godaan setan yang terkutuk.”
ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
ِِ یَْمLَِ(3)ِ%$ِ(اﺡَِْ اﺡ2)َ$ََِْ ا5ُ ِِ رَب2َْ:ْ(ا1)ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ ْ%ِْ$ََ ََْْ(ﺹَِاطَ ا@ِیَ أَﻥ6)َ%$ِ,َ&ْFَُْاطَ ا5=ِﻥَ ا2ْ(اه5)ُ$َِ&ْFَُ وَإِیكَ ﻥ2ُ;َْ(إِیكَ ﻥ4)ِی52ا (7)َ$5cْ وََ ا%ِْ$ََ ُِبcْHَِْْ ا$َv “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolonganزTunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.Al-Fatihah:1-7)
ِ< اَْرْضِ َْ ذَاC ََََاتِ وFِ< اC َ َُ ٌٌ وََ ﻥَْم#َ ِ- ُ?ُ@ُ َْ َ ُمb$َ,ْ اb<َ:ْاُ َ إََِ إِ هَُ ا َِ َِ<ْءٍ ِْ ِِِْ إAِ َُنE$ِ:ُْ وََ ی%َُ.َْ ََْ و%ِِی2َْْ أَی$َ َ ُ%ََِْذْﻥِِ یGِ َِ?ُ إ2ْ ِ ُDَ.ْAَا@ِي ی (255)ُ%$ِUَْ اb<ََُُِْ وَهَُ اUْ.ُِدُ?ُ ﺡNَََاتِ وَاَْرْضَ وََ یFُ اb$ِ-َُْ آDِ-َﺵَءَ و “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
َLَ َ َْCَ(وَر3)َََْكj َQَ,(ا@ِي أَﻥ2)ََ وِزْرَكL َ َ َْKَ(وَو1)َْرَك2ََ ﺹLَ َْْحAَْ ﻥ%ََأ َL5َ ر4َِ(وَإ7)ْWَ=َﻥC َْvََC ِذَاGَC(6)ًْاFُِْ یFَُْ اDَ (إِن5)ًْاFُِْ یFَُْ اDَ ِنGَC(4)َذِآَْك (8)ْWَvَْرC Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu, Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah: 1-8)
ٍ@ِNََْ(ی3)ََ َ َُنFِﻥGَْلَ ا3َ(و2)َََ,ْ(وَأَ ََْْ اَْرْضُ أَﺙ1)َََاrَِِْْ اَْرْضُ زrُْإِذَا ز ََْC(6)ْ%ََََُُْوْا أ$ِ ًَ&ُْرُ ا سُ أَﺵ2ْ=َِ@ٍ یNََْ(ی5)ََ 4ََ أَوْﺡLَ(َِن ر4)َثُ أَ ْ;َرَه52َ:ُ (8)?ََا یaََلَ ذَرةٍ ﺵ,ْ/ِ ْ)ََْ(وََْ ی7)?ًََْا ی$َ ٍَلَ ذَرة,ْ/ِ ْ)ََْی
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 1-8)
َ ٌ2َِ َ(وََ أَﻥ3)ُ2ُ;َُْونَ َ أ2َِ ْ%ُ&ْ(وََ أَﻥ2)َُون2ُ;َْ َ ُ2ُ;َْ(َ أ1)َُِونCََْ اbُ)ْ یَأَی3 (6)ِْ وَِ<َ دِی%ُُ ْ دِی%َُ(5)ُ2ُ;َُْونَ َ أ2َِ ْ%ُ&ْ(وََ أَﻥ4)ْ%b2َ;َ Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6)
َL5َِ ر2َْ:ِ ْo5;َFَC(2)ًَْاCَِ< دِیِ اِ أC َْ ُُن2َ(وَرَأَیَْ ا سَ ی1)ُoْ&َ.ْإِذَا َءَ ﻥَ=ُْ اِ وَا (3)ًِْ?ُ إِﻥُ آَنَ َا.ْHَ&ْ-وَا “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3)
َُ َُْْ ی%ََ(و3)ْ2َُْ ی%ََْ و2َِْ ی%َ(2)ُ2َ=(اُ ا1)ٌ2َُ)ْ هَُ اُ أَﺡ3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (4)ٌ2ًَُا أَﺡ.ُآ “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS.Al-Ikhlash:1-4) – Dibaca 3 kali-
ٍ إِذَاxِ-َv 5َ(وَِْ ﺵ2)َxََ َ 5َ(ِْ ﺵ1)ِxََ.ْ ا5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (5)َ2َFٍَ إِذَا ﺡ2ِ-َ ﺡ5َ(وَِْ ﺵ4)ِ2َ,ُِْ< اC ِﺙَت. ا5َ(وَِْ ﺵ3)َWَ3َو “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al-Falaq:1-5) – Dibaca 3 kali-
5َ(ِْ ﺵ3)ِ(إَِِ ا س2)ِِ ا سLَِ(1)ِ ا س5ُ)ْ أَُذُ َِب3 .ِ%$ِِ اِ اﺡَِْ اﺡ%ْFِ (6)ِِ وَا س# ِYْ(َِ ا5)ُِورِ ا س2ُِ< ﺹC ُِْس-َُ(ا@ِي ی4)َِ سOَْْاسِ ا-َْا “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia. (QS. AnNaas:1-6) – Dibaca 3 kali-
ُrِْیrَُِْْ ا$ََُْمُ اُُِْْ اkFوْسُ اb2ُ,ُْ اLَُِْ ا%ْ$ِ هَُ اﺡُْ اﺡnَِ إَِ إn ُْ ا@ِيgهَُ ا ُQَِ,ُْ ا%ََِْ&حُ ا.َْرُ اَْهبُ اَزاقُ ا,ْرُ ا.َHْرُ ا5َ=ُُْ اْ;َرِئُ اxَِOُْ ا5;ََ&َُْ;رُ اYْا ُ%ْ$َِ:ُْْ ا$ِ;َOُْ اJْ$ِEْلُ ا2َُْ ا%ََ:ُْْ ا$ِ=َ;ُْ اDْ$ِF اb اُْ@ِلbrُُِْ اDِCُ ااQِCَOُِْ ا-َ;ْا ُWْ$ِYُُْ اWْ$ِ3ُ ا%ْْ)ُ اَِْی$َِYُْ اWْ$ِFَ:ُْْ ا$ِ,ُُْ اsْ$ِ.َ:ُْْ ا$ِ;َْ اb<َُِْْرُ اAُْرُ ا.َHُْ ا%ْ$ِUَْا ُ2ْ$َِ:ْ اb<َُِْْ ا$ِ&َْ اbَِي,ْْ)ُ ا$ِ اَْآbxَ:ُْ ا2ْ$ِAُ اyَِ;ُْ ا2ْ$ِYَُْ اَْدُوْدُ ا%ْ$َِ:ُْ اDِ-اَْا ُ2َ=ُ ا2ََﺡmُ ا2ُِ اَْاﺡ2َُِْ ا2ِْمُ اَْاb$َ,ْ اb<َ:ُْْ ا$ُِِْ< ا$ْ:ُُْ ا2ْ$ُِِْئُ ا2ْ;ُْْ=ِ<ْ ا:ُْا ُ ا&ابbَ;ْ اُْ&ََِ<ْ اb<ُِِ اَْاSَ;ْهُِ اUَولُ ا ُِ اmُ ا5 َُْمُ ا52َ,ُِْرُ ا2َ&ْ,َُْدِرُ ا,ْا
ُDِْ ِ<ْ اَْﻥHُْ اb<ِ َHُْ اDَِYُِْ اFْ,ُِْآَْامِ اIَلِ وَاkَYِْ ذُواLُُْْ اLَِ ُ اؤُوْفbُ.َُْ ا%ِ,َ&ْ ُْا ُُ ا=;ُْر2ْ$ِِ<ْ اَْارِثُ اﺵ3َ;ُْ اDِْی2َ;ْْرُ اَْدِئُ اb ُ اDِC اbرcا ُg اnَِ إَِ إn “Tiada Tuhan selain Allah.”
ِgَنَ ا:ْ;ُ“Mahasuci Allah.”
ِg ُ2َْ:َْا “Segala puji hanya milik Allah.”
َ;ُْ أَآgَا “Allah Mahabesar.”
ٍ2ََ:ُ َِﻥ2ِ$َ- َ4َ 5)َ ﺹ%َُا “Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
َ%ْ$ِUََْ اgُِ ا.ْHَ&ْ-َأ “Saya memohon ampunan keada Allah.” Sujud taubah. Setelah selesai semua, kemudian berdoa yang bisa digunakan salah satunya doa di bawah ini.
ِل+ 4َََ و,ٍ2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ 5)َ ﺹ%َُّ ا.َْ$ََِْ ا5ِ رَبg ُ2َْ:َْ ا.ِ%ْ$ِِ اﺡِْ اﺡgِ ا%ْFِ ,َِیَْنIْ َ ا$َِْ إW5;َ ﺡ%َُّا,َُ َFَْ&;ُِْنَ أَﺡ$َC ََْل,ْْ&َُِْنَ اFَ اَْْ َ َِ ا@ِیَْ ی%َُّ ا.ٍ2َ:ُ َِﻥ25$َ-
َ َ ِْ.ْHَ ْ%َ َْ َ وَاِنFُ.ََْْ َ اَﻥj َ َ ر.ََن$ْ=ُِْْقَ وَاFُ.َْْ وَا.ُْْ َ ا$َِ?ْ إ5َ وَآ,َ ُُِْ3 ْ<ِC ُْ 5وَزَی ً#ََْ رَﺡLُْﻥ2َ ِْ َ َ ْWََیْ&َ َ وَه2ََ اِذْ ه2َْ َ َُُْ3 ِْغrَُn َ َ ر.َِِْی-َOْوََْﺡَْ َ َ َُْﻥَ َِ ا َ َ ر. َِِْیCََْْمِ ا,ْ ا4ََ ََاِ َ وَاﻥْ=ُْﻥ2ْ3َْ ا5;َْ َ ﺹَ;ًْا وَﺙ$ََ ِْْغCَ رَ َ ا.َُ اَﻥَْ اَْهبLاِﻥ ِْ.ْv رَ َ ا.ًَ,ًََُا و,َ&ْFُ َْءَت- َ اِﻥ. ًََاv ََ اِن َ@َاََ آَن% ََ َاﺹِْفْ َ َ@َاب ٌَ رَؤُوْفL@ِیَْ اَ ُْا رَ َ اِﻥ5 akِv َ ُُِْ3 ْ<ِC ْ)َْYََnَِیَْنِ وnِ َُْﻥ,َ;َ- َِْ َْاﻥِ َ ا@ِیnَ ََ و ََْ اَﻥLَ;)ْ ِ اِﻥ,َ َ َ ر.ِِ َ َ@َابَ ا ر3ًَ و#َ َFَِ< ا َِةِ ﺡCًَ و#َ َFََ ﺡ$ْﻥb2ِ< اC َ ِ+ َ َ ر.ٌ%ْ$ِرﺡ ْWََُِ َ و-َ َ ََ وَاَرِﻥLَ ً#َِْFُ ً#ُی&ِ َ ا5َ وَِْ ذُرLَ ِْ$َِْFُ َ َْْ رَ َ وَا. ُ%ْ$َُِْ اDْ$ِFا ُ%ُُ5ََُ وَیLَِی+ ْ%ِْ$ََ ُْْ&َْ ی%ُْ ِ ًnُْ-َْ ر%ِْ$ِC ْyَْ رَ َ وَا.ُ%ْ$َِ اَﻥَْ ا&ابُ اﺡLْ َ اِﻥ$ََ َ<ِ ََِ ً وَاْ ُ;ْ ِ<ْ و+ َ2ََ;ْ اَْ)ْ هَ@َا ا5ُ رَب%ْ$َِ:ُْ اrِْیrََْ اَﻥَْ اLْ اِﻥ%ِْ$5َآrَُ وَی#َِْ:ْاِْ&َبَ وَا ْ<ِ<ْ وََْ َ=َﻥ5 ِ َُِﻥC ْ<ِ َِ;َ ََْC ًِْا َِ ا س$ِ/َََْْ آKَ اِﻥُ ا5 رَب. ََﺹْ َمnَ ا2ُ;َْاَنْ ﻥ َ َ ْWَ رَ َ ه.ََ;)ْ دَُء,ََی&ِ<ْ رَ َ و5َةِ وَِْ ذُرk=َ ا%ْ$ِ,ُ ْ<ِ َْْ ا5 رَب.ٌ%ْ$ُِْرٌ رَﺡ.َv َLَِﻥC ِْ ا َِة4ِCََ ًو#ً َFََ ﺡ$ْﻥb2 ا4ِC َ ِ+ َ َ ر.ًََِْ ا$ِ,&ُِْ َ ٍَُْْ وَا$َُْةَ ا3 َ ِی5ِْ اَزْوَاِ َ وَذُر ََن:ْ;ُ- .َْ$َََِِِْ أ:ِِْ وأَﺹ+ 4ٍَََ و2َ:ُ َِﻥ25$َ- 4ََ ُg ا4َ وَﺹ.ِِ َ َ@َابَ ا ر3َ و#ً َ َFَﺡ .َْ$َِ اَْــ5ِ رَبg ُ2َْ:َْْ وَا$َِ-ُْْ ا4ََ ٌَمkَ-َُْنَ و.ِ=َةِ َ یrِْ ا5َ رَبL5َر “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji hanyalah milik Allah semata. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan juga keluargnya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan yang mendengarkan
firman-Mu lalu mengikuti (mengamalkan) yang tebaik. Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah ia dalam hati kami. Hadirkan rasa benci bagi kami terhadap kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Ya Allah, kami telah menzhalimi diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, pasti kami termasuk orang yang merugi. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau memalingkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Karuniakanlah rahmat untuk kami dari sisi-Mu sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi karunia. Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan. Janganlah jadiakn dalam hati kami rasa dengki terhadap orang-orang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Wahai Tuhan kami, terimalah amal ibadah kamisesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah di tengah-tengah mereka seorang rasul dari golongan mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan mereka Al-Kutba dan hikmah, serta yang membersihkan mereka. Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa dan Mahabijaksana. Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri ini aman serta jauhilah saya dan anak saya dari menyembah berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya
berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku (Nabi Ibrahim), maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhan kami, kadikanlah aku dan keturunanku sebagai orang yang menegakkan shalat. Wahai Tuhan kami, kabulkanlah doa kami. Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebahagiaan hiudup di dunia dan akhirat. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya semuanya. Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.”