KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR
OLEH: ODAH JUBAEDAH NIM: 104051001872
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 27 Agustus 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. Arief Subhan, MA NIP: 150262442
Umi Musyarrofah, MA NIP: 150282980
Penguji
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Murodi, MA
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP: 150254102
NIP: 150276299
Pembimbing
Dra. Hj. Roudhonah, MA NIP: 150232920
ABSTRAK Odah Jubaedah Kiprah Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, baik kelompok maupun individu yang sudah mengerti dan memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dakwah akan diterima dengan baik oleh mad’unya apabila dalam kegitan dakwahnya seorang da’i atau da’iah memberi contoh yang baik juga dalam pesan dakwah mudah diterima dengan oleh mad’unya. salah satunya adalah Dra Hj Lutfiah Sungkar, seorang da’iah yang mampu menyuguhkan dakwahnya dengan metode dakwah yang baik juga mudah di kenal. Berdasarkan pernyataan di atas akan menimbulkan beberapa pertanyaan apa bentuk dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar tentang dakwah dan aktivitas dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar. Setelah mengamati dan mengikuti serta mendengarkan langsung dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar penerapan serta aktivitas dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar dalam aktivitas dakwahnya itu tepat pada sasaran dan diterima mad’unya khususnya di kalangan perempuan, dan menggunakan metode dakwah yang mudah diterima oleh mad’unya Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat di teliti. dengan menggunakan
metode deskriptif
analisis
yaitu
sebuah metode
yang
mendeskripsikan gagasan primer yang diper oleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber yang akan menghasilkan penafsiran penulis. Dra Hj Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iah yang memiliki kemampuan dalam aktivitas dakwahnya menuju sasaran dengan baik sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat khususnya kalangan perempuan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan inayahNya. kepada penulis sehingga dalam penulisan skripsi ini dapat terlaksana sampai selesai. Untaian Shalawat beserta Salam semoga Allah limpah curahkan kepada pimpinan kita, yang sejati, abadi dunia akhirat, baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang terang dengan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia di dunia. Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, penulis menemukan beberapa kendala tetapi semuanya dapat penulis atasi dengan perjuangan yang ditempuh, penulis menyadari dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu dan tenaga, sehingga penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan karya ilmiah ini. Namun atas dan bantuan, kepedulian, kecintaan juga motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ungkapan terima kasih serta penghargaan yang penulis sampaikan kepada: 1. Dr.H. Murodi, M.A. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dr. Arif Subhan M.A. Selaku PUDEK II dan Drs. H. Mahmud Djalal, M.A. Selaku PUDEK II, Drs. Study Rizal L.K. M.Ag selaku PUDEK III.
2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag. Selaku ketua jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam dan Ummi Musyarofah, M.A. Selaku seketaris jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam. 3. Dra. Hj. Roudhonah. M.Ag. Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk membimbing dengan mengarahkan penulisan di sela-sela aktivitas beliau agar penulisan mendapatkan skripsi yang baik. 4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis atas didikanya selama ini. 5. Kepada pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan pelayanan literatur sebagai referensi skripsi penulis. 6. Terima kasih yang setulus-tulusnya, rasa ta’dzim dan hormat kepada yang memberi cahaya dalam hidup ini, kedua orang tua Ibunda Hj. Mariah Quraisyin dan Ayahanda H. Badruzaman atas kasih sayang, kesabaran, nasehat, yang tidak pernah terhenti dan putus sampai akhir hayat nanti. Aku menyadari sebagai anak yang belum bisa membalas jasa-jasa serta pengorbanan dan jerih payah dalam mendidik dan mengajariku arti hidup. 7. Dra Hj Lutfiah Sungkar selaku pimpinan pengajian dan keluarga besarnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu beserta mba Shelly sebagai meneger beliau yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberi informasi dalam melengkapi skripsi ini.
8. Terimakasih kepada BEM-J dan BEM-F fakultas dakwah yang telah memberi kesan selama kuliah anggkatan 2004 sampai sekarang. 9. Pada keorganisasian yang telah memberi banyak pengalaman pada penulis yaitu: HIQMA, HMI cabang Ciputat, Khususnya KOMFAKDA beserta keluarga besar Aula Insan Cita. 10. Kepada keluargaku yang tercinta yang memberi motivasi pada penulis ini kakak-kakakku yunda Juju Siti Julaeha, Dadah Syamrotil Puadah Kanda Ii Ahmad Syuja’i dan adikku Otong M. Nawawi, Enok M. Murtasimah, kakakkakak iparku Dadi M dan Toto W. Arif dan Ayu S. Tidak lupa pada keponakan-keponakanku Iyud, Zulva, Syifa, Putri W.S. 11. Kepada teman-teman aku KPI khususnya KPI D dan teman-teman KKN Cilalay Sukabumi. Yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Teruntuk seseorang Hamba Allah yang telah mengisi isi hati ini. My Sweety. 13. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku, khususnya Asry Leily. Agus Ratina, Mila, Shella, Anne, Keyshe, Hanna, Pipit, Indri. Kau adalah teman yang tidak bisa penulis lupakan dan memberi kenangan, semoga persahaban ini abadi. 14. Dan tidak lupa buat Zakaria Al-Anshori, sebagai teman yang baik dan memberikan motivasi pada penulisan skripsi ini. 15. Untuk Sholah, Yayan, Delon, Ample, Apoy, Buluk. Kalian teman yang telah memberi kecerian di masa kuliah ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis mengharapkan keritikan dan saran yang dapat memotivasi untuk kelengkapan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala kebaikan dan ketulusan pihak-pihak yang telah membantu di dalam proses penyelesaian skripsi ini di berikan ganjaran yang melimpah ruah dari Allah SWT. Amiiiin.` Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi satu amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla. Amiiin…..
Ciputat, 20 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................
7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian......................................................
8
D. Metodologi Penelitian....................................................................
9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH A. Pengertian Kiprah........................................................................... 13 B. Pengertian Dakwah......................................................................... 14 C. Unsur-Unsur Dakwah ..................................................................... 20 D. Landasan Hukum Dakwah.............................................................. 40
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ LUTFIAH SUNGKAR A. Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ........................................ 44 B. Pendidikan Dan Karya-karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar................... 47 C. Perjalanan Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ................................. 49
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH UNGKAR A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ........... 55 B. Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ....................................... 61 C. Tujuan Dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 62 D. Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar...................................... 63 E. Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar....... 67 F. Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar................................................... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 74 B. Saran-Saran .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam dakwah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat, akan tetapi penyampaian dakwah banyak pada kaum laki-laki atau dengan sebutan ulama. Masyarakat Indonesia lebih mengenal dengan ulama laki-laki yang mudah di temukan kemunculan dalam dunia dakwah, oleh karena itu berbeda dengan ulama perempuan yang banyak masyarakat mengenal perempuan adalah sosok feminisme yang kurang banyak kemunculanya, untuk berkiprah dalam dunia dakwah. Kajian tentang “ulama perempuan” masih sangat langka, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di wilayah-wilayah muslim lainya: Arabia, Asia Barat, Afrika Utara, Afrika, anak benua India dan sebagainya, meskipun kajian tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya, perhatian hampir tidak pernah diberikan kepada ulama perempuan. Asumsi awal yang dipegang banyak peneliti dan sarjana adalah, hal itu merupakan salah satu bukti bahwa perempuan tidak signifikan dalam keulamaan atau bahkan dunia keilmuan umumnya. 1 Sesungguhnya, wajib bagi kaum perempuan untuk menempatkan tujuan dakwahnya ini di pelupuk mata, karena ulama perempuan atau disebut dengan da’iyah dapat melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar pada 1
Azyumardi Azra, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan Historiografi” Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia”. Gramedia Bekerja sama Dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000. h. xxi
siapapun dan kapanpun untuk meluruskan pada jalan Allah, karena merupakan suatu kewajiban. Semua itu dapat kita lihat dalam salah satu ajarannya yang mewajibkan pemeluknya untuk menyampaikan risalah atau mengembangkan dakwah kepada siapapun. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebutkan kegiatan dakwah dengan
Ahsanu Qaula, (ucapan) dan
perbuatan yang baik.2 Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Fushshilat ayat 33 yaitu: $() %☺' !"#$ 4 #$ ☯#2 3 ./☺0 *+,;<☺2☺= : 5789Artinya: Dan Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (Fushshilat:33). Dakwah seperti yang diungkapkan ayat di atas tidak hanya berdimensi ucapan atau lisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik (uswah) seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW. Namun, perempuan muslimah yang memiliki kemampuan berdakwah tidak boleh meninggalkan dakwah seraya berkata, ”saya dirumah saja bersama suami dan anak-anak. Biar Orang yang berdakwah,” karena dakwah adalah kewajiban seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan dengan sikap seperti itu, berarti dia telah mengabaikan kewajiban Agama.3
2
M. Munir, dkk, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 217 Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, ( Solo: Era Intermedia, 2007), Cet ke-1, h. 64. 3
Seperti dalam firman Allah disebutkan pada surat Al-ahzab, ayat 35 bebunyi: @A<☺2☺=
>?@A< #☺= B )☺2☺= ;<E #-= B CD#☺= ;<$G HI B F #-= ;JK HI B #$G HI ;<NO )P= LMK HI B )NO )P= ;<$QGIF☺= B #$QGIF☺= B )☺R8 HI ;<☺R8 HI "LW)70NX @A<ST U=V @AJYZ[M\$ B #ST )#= %G0 LMZ[M\$ K]⌧_ \
7 CT=> Bbc `
Yf ]☺eS0 Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: 35). Ayat yang mulia di atas sama sekali tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam iman, taat, benar, sabar, khususyuk, bersedekah, puasa, menjaga kehormatan, dan berdakwah serta zikir kepada Allah SWT. Pandangan seorang daiyah terhadap diri dan negrinya selaku bagian dari dunia Islam akan memberinya pandangan yang baik terhadap wilayah tempat dia berdakwah; terhadap aktivitas yang harus ia lakukan; dan terhadap program berjangka yang harus dia jadikan acuan aktivitasnya. Tanpa semua ini, dia tidak akan dapat membimbing amal islami dan tidak akan mampu ikut andil membangun kesatuan negeri-negeri Dunia Islam. 4
4
Ibid. h. 67
Dakwah ulama perempun merupakan pengembangkan agama Islam kepada umat manusia yang banyak perubahan. Dalam perkembangan zaman sekarang kaum perempuan juga merasa makin memiliki kemajuan intelektual. Mempunyai kemampuan intelegensia yang melebihi atau paling
tidak
menyamai kaum laki-laki. Dengan demikian, kaum perempuan merasa memiliki hak untuk menurut agar tidak lagi direndahkan peranannya dihadapan kaum laki-laki. Padahal sesungguhnya pokok pangkalnya bukan soal saling rendah-merendahkan, tetapi kesanggupan diri masing-masing menerima kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan. Bukan mempersoalkan enak atau tidak enak, jadi laki-laki atau perempuan.5 Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik sekelompok orang maupun individu yang mengerti, memahami bahwa mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan istilah lain mereka yang benarbenar profesional di bidang dakwah dan mengerti tata cara penyampaian dakwah yang baik istilah ini lebih dikenal dengan dengan sebutan da’i atau mubaligh.6 Dalam hal ini Allah SWT. Telah menjelaskan tentang kewajiban berdakwah bagi sekelompok orang untuk menyerukan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dalam al-Qur’an, Allah berfirman: )l+mn f/ej)k i*+,- gh
U#S0")☺= U)☺p=V m W=G )7 q U U=V
>?- i snQ 5r\ m >/v )☺m u+20 NQ )ltmn u+20 NQ q w ej)k 0 vxf ;JGEW☺= m 5
Muhammad Barokah, Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme, Tidak Harus Ditolak (Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994) Cet Ke-1. h. 8 6 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 27
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl: 125).
Kewajiban seorang ulama perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas dakwah dengan segala kemampuan dan semangat yang dia punyainya adalah karena dalam aktivitas itu merupakan pekerjaan yang melengkapi bagi praktik pelaksanaan dalam lapangan dakwah. Akan tetapi, seorang ulama perempuan dalam aktivitas dakwahnya, terikat dengan norma, akhlak, dan nilai-nilai islami. Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah seorang ulama perempuan atau ulama laki-laki memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan da’iyah. Untuk itulah seorang da’iyah tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya. Oleh karena itu ulama perempuan secara langsung merupakan da’iyah yang menyeru kepada Allah karena keberadaannya sebagai Muslimah yang mengikuti jejak rasulullah SAW. Inilah yang kita tekankan lebih dari sekali dan kita jadikan dasar menurut Syara’ di banyak kesempatan. Peranan da’iyah atau da`i yaitu untuk menyampaikan dakwahnya dan mengajak orang lain (mad’u) kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Sehingga pesan dakwahnya bisa di terima dengan baik dan dapat dipahami
oleh mad’u. Oleh karena itu, peranan atau aktivitas da’i atau da`iah sangat dibutuhkan sekali oleh semua lapisan masyarakat. Adapun kiprah bagi seorang ulama perempuan pada saat ini sangat di perlukan oleh masyarakat untuk mencari ridha Allah. Dalam aktivitas dakwahnya, para ulama perempuan atau ulama laki-laki mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan
pelaksanaan
dakwah
yang
sering
terjadi
disebabkan
ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah. Melihat ulama perempuan pada kiprah dakwah Dra. Hj. Ibu Lutfiah Sungkar yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap bertahan sampai sekarang. Dakwah melalui mimbar bisa bertemu langsung dengan para mad`unya. Selain melalui Masjid dan Mushalla, Dra. Hj. Lutfiah Sungkar juga melakukan dakwahnya melalui media cetak maupun elektronik. Menurut Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, umat Islam harus mengambil bagian pada sektor kehidupannya, dan untuk umat Islam dituntut untuk selalu aktif dalam pembangunan manusia seutuhnya dan selalu menjadi insan yang selalu berada di jalan Allah. Hj. Lutfiah Sungkar adalah salah seorang ulama perempuan yang cukup dikenal masyarakat dan juga terbilang sukses dalam mencapai dakwahnya. Beliaupun mampu menyampaikan pesan dakwah pada mad’unya. Dalam sistem penyampain dakwahnya yang baik, beliau dapat merekrut begitu banyak mad’u dari berbagai kalangan dan status sosial
masyarakat khususnya pada kalangan perempuan. Disinilah ketertarikan penulis pada sosok Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang memiliki cita-cita luhur untuk memajukan Islam dan usahanya untuk menggiring mad’unya agar kembali kejalan Allah SWT. Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang peranan dakwah atau aktivitasnya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah sekripsi yang penulis beri judul “Kiprah Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dan masalah skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi pada “Kiprah Dakwah Dra.Hj. Lutfiah Sungkar” yang masih eksis pada dunia dakwah di kalangan perempuan pada masyarakat Jakarta dan pada media cetak dan elektronik. Tetapi penulis lebih menfokuskan pada aktivitas Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dalam semangat tinggi. Oleh karena itu, maka penulis berusaha memberikan batasan pada penelitian ini, yaitu bagaimana kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. 2. Perumusan Masalah Untuk memperjelas perumusan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis merumuskan pada masalah-masalah sebagai berikut: a.
Bagaimana kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ?
b. Apakah bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini yang hendak dicapai dalam penelitian adalah
untuk menemukan jawaban dari pertayaan diatas, kemudian berangkat dari dasar pemikiran serta perumusan masalah diatas, penelitian ini diharapkan memberi kontruksi kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar. a. Untuk mengetahui kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. b. Untuk mengetahui bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. 2.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas mengenai tekhnik-tekhnik dakwah juga pemikiran dakwah Hj. Lutfiah Sungkar khususnya dalam kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar, begitu juga menambah wacana positif dalam rangkaian menerapkan suatu bentuk pemikiran Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang disesuaikan dengan kemajuan tekhnologi yang guna memenuhi kebutuhan masyarakat. b. Manfaat Praktis Peneliti menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap aktivitas dakwah dalam kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dalam membawa
umat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran Islam.
D. Metodelogi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu metode prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati yang memiliki beberapa langkah penerapan. Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahasan utama. Gagasan primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang telah dideskripsikan.7 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejela, hubungan antara dua gejala atau lebih.8 Sedangkan analitik berarti uraian.9 Hanyalah
7
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). H. 156 8 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005). Cet ke-5, h. 35 9 Lihat Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arloka,1994), h. 29
memaparkan situasi atau peristiwa.10 Dalam penyelesaian skripsi data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan :
10
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung Remaja Rosdakarya 2002), cet. Ke-1. h 24
a. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.11 Penulis mengamati dan mencatat dengan sistematika fenomenafenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis mengadakan pengamatan langsung kegiatan-kegiatan dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. b. Interview / Wawancara Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara.12 wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.13 Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah dengan cara wawancara dan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengambil data yang diperoleh melalui dokumendokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.
11
Winarno Surahmad Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989). H.
12
Muhammad Nazir, Metode penelitian, (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988). Cet. Ke-3 h.
13
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos 1997), cet, ke-1,h.
162 234. 72.
d. Telaah Kepustakaan Dalam penelitian terhadap kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar digunakan telaah pustaka (Library Research), penulis mencari dan membaca sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk di jadikan landasan teoritis dalam penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka Setelah penulis amati dan telusuri, baik di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ternyata tidak ada satu pun skripsi yang membahas tentang Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dengan judul dan pembahasan yang sama atau hampir sama dengan yang penulis angkat. Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang saya angkat benar-benar hasil karya penulis.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan penulis pada tulisan ini terdiri dari lima bab yang tentunya disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah, sebagai berikut: Bab Satu : Pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang masalah yang akan diteliti, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab Dua : Landasan Teoritis Tentang Dakwah yang didalamnya meliputi, Pengertian Kiprah, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Landasan Hukum Dakwah. Bab Tiga : Sekilas Tentang Biografi Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang mencangkup, Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Pendidikan dan Karya-Karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Perjalanan Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. Bab Empat : Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang terdiri dari, Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Tujuan dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, TahapanTahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar. Bab Lima : Penutup yang di dalamnya meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH
1.
Pengertian Dakwah Dakwah secara etimologi, kata “dakwah” berasal dari bahasa arab دة
yang berarti seruan, panggilan, ajakan, atau jamuan. Bentuk kata tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar, diambil dari kata kerja د- yang berarti menyeru, memanggil, mengajak atau menjamu.14 Dalam kamus kontemporer, dakwah diambil dari kata د-- دةyang berarti panggilan atau seruan.15 Pegertian dakwah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah: ` q y00Gz i*+,n ) +2
{G"|G }g OC~ i*+,- VuMKZ r-F xf Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) (Q.S.Yunus: 25). Dakwah hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan, menyeru seseorang pada agama Islam maknanya adalah Anda
14
Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta: Bulan
Bintang,1997 ), Cet ke-3, h. 7 15
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus kontemporer Arab
Indonesia, ( Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998 ), Cet, ke-3, h. 895
berupaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni Islam.16 Dalam hal ini juga, Mansyur Amin memberikan makna dakwah secara bahasa sebagai berikut:17 a. Mengharap dan Berdoa kepada Allah Maka ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:
#- )l#)k { j0 5
70 *C#X 2zY#$ q 2eZ7 +C0) h
#f? 0) q q jeEX2#X *, q 0 #0e= * "LW82)N# @Gg\"z vf Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(Q.S. AlBaqarah: 186 )
b. Memanggil dengan Suara Lantang Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu: TwE z g ? S-# }g )☺
u"nF w+Y=m i LN #- "Lg_ 0) C0) : ' "nF #F9 ?070=z xf Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” ( Q.S. Ar-Rum: 25 )
16
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Kajian Kritis Terhadap
MetodeDakwah Rasullah, ( Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2000 ) Cet. Ke-i. h. 13 17
Mansyur Amin. Dakwah dan Pesan Moral, ( Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997 ), Cet ke-1, h. 8
c. Mendorong seseorang untuk memeluk sesuatu keyakinan tertentu. Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu: ..! q #Zp # B ⌧_K☺=
i5r) % #0z i U] UCD# K"): ' lU⌧_K "# "LgpEj)0 p .! q #Zp N ;<_K☺=
i5r) q 0 #0z i 5G"l)N# h # K"): ' lK "# "Lgpj)0 p )lR8 # ?00Gz *+,n >
q ` q y00Gz *+,U>D)=
CT=)☺= w9=m q ;'<l0z wE z g > >D2 "LW82)N# ?0\_⌧eEz xxvf Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. ( Q.S. AlBaqarah: 221 ).18
Jadi yang di maksud dengan ayat di atas berdakwah adalah merupakan salah satu aspek penyampaian yang mempunyai tujuan dakwah, untuk disampaikan kepada khalayak luas dengan cara yang ditentukan oleh syar’i untuk mencapai yang lebih baik benar, sesuai dengan apa yang di inginkan oleh seorang da’i dan Agama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dakwah memiliki dua arti yaitu: “(1) penyiaran, propaganda: (2) penyiaran agama dan pengembangan
18
Ibid
dikalangan
masyarakat:
seruan
untuk
memeluk,
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.”19 Dan Ensiklopedi Islam, dakwah yang berarti
setiap kegiatan yang menyeru, mengajak, dan
memanggil untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syariat, dan akhlak Islami.20 Sedangkan dakwah secara terminologi (istilah) banyak diartikan adalah suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al-Islam. Proses tersebut terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang terdiri dari: subjek dakwah (da’i), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan objek dakwah.21 Arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan adalah sebagai berikut: a.
H. Endang S. Anshari mengatakan sebagai berikut: 1) Arti dakwah dalam arti terbatas ialah: penyampaian Islam kepada manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan ( panggilan, ajakan, seruan, kepada manusia pada Islam) 2) Arti dakwah dalam arti luas: penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam kehidupan dan penghidupan manusia
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia R.I..,
20
Kafrawi Ridwa, dkk,. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: P.T.Ichtiar Baru Van
h. 232
Hoeve, 1999), Cet. Ke-6, h, 181 21
DR. wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi Dakwah,
(Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h.31
(termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya ).22 b. Prof. Toha Yahya Omar MA: 1) Definisi dakwah menurut Islam adalah: mengajak manusia dengan jalan
yang
benar
sesuai
dengan
perintah
Tuhan,
untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat. 2) Definisi ilmu dakwah secara umum ialah: ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan, suatu ideologi pendapat pekerjaan tertentu.23.
Menurut Quraish Shihab memberikan definisi “ dakwah adalah seruan atau ajakan menuju pada keinsyafan atau usaha untuk mengubah situasi yang lebih baik dan sempura, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.24 Dakwah keagamaan dalam perkembangannya telah mengalami berbagai perubahan bentuk, cara, dan penekanan. Dahulu pemaparan ajaran agama dititik beratkan pada usaha mengaitkan ajarannya dengan alam metafisika. Sehingga surga, neraka, nilai pahala, dan beratnya siksaan mewarnai hamper setiap ajakan keagamaan.
22
H.M.S.Hasanudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, ( Jakarta:
Firama) 23
Ibid . , h. 28
24
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat. ( Bandung : Mizan 1998) Cet Ke-17. h. 194
Dari pendapat di atas dapat disimbulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang menuju kebenaran dan mengubah keadaan yang lebih baik yang sesui dengan syar’i yang ditentukan oleh Allah SWT. Bertitik tolak dari beberapa definisi dakwah yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa dakwah telah menjadi kewajiban setiap mukmin di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kewajiban tersebut sesuai dengan kesanggupan dan proposinya. Hal ini diungkapkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: gpF= "LgpD' U> ?00Gz *+,K"#z=V
?00Xz Z 0NU9X m ?")W z 0 Y#pD☺= i )lR8 # 0LNQ @#2=T☺= vf Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.( Q.S. Al-imran: 104 ). . Dan hadits Rasullah saw ل و ا ا ري ا: ل و ا ا ل ر: " راى ﻡ#"را ﻡ# ﻡ$%&' 'ن ه ﺏ+,- -' 'ن ﻥ+,- ' / وذ12ا ن3( ا$ روا-) ﻡ Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a. ia berkata: saya pernah mendengar Rasullah saw bersabda. “siapa yang melihat sebuah perbuatan munkar, haruslah mengubahnya dengan tangannya (tindakan). Jika tidak sanggup, maka dengan mulutnya (kata-kata). Jika tidak sanggup pula, maka dengan hatinya (ketidak setujuannya) namun yang terakhir ini merupakan manifestasi yang paling lemah.” (H.R. Muslim).25
25
Abu Zakariyya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Riyad as-Solihin, (Bairut:
Dar al-fikr 1992), h. 67
Dakwah adalah sebuah proses berkesinambungan harus dibangun oleh unsur kesadaran, keteraturan, peningkatan, dan fleksibilitas. Karena itu aplikasi dakwah harus disesuaikan oleh kondisi dan situasi yang ada. Allah telah memberikan rambu-rambu kebijaksanaan untuk orang-orang beriman dalam melaksanakan dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Nahl: 125. Dalam ayat tersebut terkandung tiga prinsip bagi pelaksanaan dakwah yaitu: 1. Hikmah, yaitu yang berlandaskan informasi tentang hakikat kehidupan psikologi manusia suatu kebijaksanaan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan matang sebagai objek dakwah informasi tersebut merupakan bahan pengetahuan yang secara objektif menggambarkan tentang kehidupan manusia dalam segala dimensi dan aspeknya menurut situasi dan kondisi yang melengkapinya. 2. mau’izah hasanah, yaitu prilaku yang dinyatakan dalam bentuk penasihatan atau ajakan serta keterangan-keterangan yang disampaikan dengan metode yang cukup baik dilihat dari segi kedayagunaan psikologi manusia. 3. Sistem penyampaian secara tatap muka (face to face meeting) antar pribadi dan kelompok yang dilakukan secara tertib dan berlangsung secara konsisten atas dasar pendekatan-pendekatan psikologi.26 Dari uraian ayat di atas bahwa dakwah adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat bukan da’i saja untuk menyampaikan kebenaran Allah SWT. Oleh karena itu dakwah adalah sifatnya wajib menurut ayat yang di atas tanpa adanya pengecualian.
2.
Unsur-unsur Dakwah 26
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 8
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponenkomponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur tersebut adalah subyek dakwah (da’i), obyek dakwah (mad’u), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah serta tujuan dakwah.27
a.
Subjek Dakwah (da’i) Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.28 Hendaknya seseorang subjek dakwah harus mempunyai kemampuankemampuan
yang
dapat
mendukung
keberhasilan
dakwah
adapun
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh subjek dakwah: a. Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar b. Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah c. Memiliki akhlak karimah d. Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas e. Mencintai audiens atau mad’u dengan tulus f. Mengenal kondisi dengan baik.29
27
Moh. Ali Azis. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet, ke-
28
M. Hapi Ashari,Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-
1. h. 61 Ikhlas, 1993) Cet ke-, h. 179 29
Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta :
Sipress, 1996) Cet. Ke-1. h. 237-239
Di dalam buku yang lain juga ada kemampuan-kemampuan yang harus di miliki seorang subjek dakwah adalah: a. Kemampuan berkomunikasi b. Kemampuan menguasai diri c. Kemampuan berfsikologi d. Kemampuan pengetahuan pendidikan e. Kemampuan di bidang umum f. Kemampuan di bidang umum Al-Qur’an g. Kemampuan di bidang ilmu agama secara umum.30 Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.31 Ini menunjukan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da’i, dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh. Seorang da’i harus tahu apa yang disampaikan dakwahnya untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metodemetode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu, dan
30
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Yogyakarta:
Sipress 1996) Cet. Ke-1 31
Mustofa ar-Rafi,I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar 2002), h. 51
keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43 yang berbunyi: X2)k"n )l2"j#$ !$) n ;59 "L|"K#q yN2#X ./Q Y=_$
EDg_ .! ?#N# Yf
!i ?-
Artinya: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (Q.S. An-Nahl: 43). Menurut Siddiq Amin, da’i atau muballigh dan pengelola dakwah, seperti ormas dakwah. Untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagai da’i, agar mempunyai kredibilitas dalam berdakwah dan ilmu pengetahuan. Maka bagi seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu: a. Syarat yang bersifat akidah. Para da’i harus yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu benar. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
: g 04k )☺m 4Y{9 =e# w+mn ?0 #☺= i ,/g_ : g m wF#pR8 +2 wlFg_ w k}n .! gY
⌧T9 @A<m lG) ' w kn i q g #$ N☺)k CDN# q )l9 =Tg CDtmn @¡=e#- KZI)☺= xf Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membedabedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285). . b. Syarat yang bersifat ibadah. Komunikasi terus menerus dngan Allah SWT bagi seorang da’i merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan terus menerus. Tidak hanya komunikasi yang berbentuk ibadah-ibadah fardlu belaka, tetapi juga ibadah-ibadah sunnah lainnya terutama shalat tahajjud. c. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti hasud, takabbur dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifat-sifat sabar, syukur dan lain-lain. d. Sayarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak. e. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknyalah para da’i itu mempunyai kondisi fisiknya baik dan sehat. f. Syarat yang bersifat kelancaran bicara. Sebai da’i yang layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya, selayaknyalah apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya. g. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di jalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran,
yaitu, kalimatullahhi hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya. 32 Da’i adalah pembawa agama Allah untuk meluruskan kejalan yang benar, tetapi da’i juga harus mempunyai kriteria yang bijaksana untuk menjalankan misi dakwahnya dengan mengikuti syarat-syarat yang ada, seperti yang diungkapkan oleh seorang da’i (Siddiq Amin).
b.
Objek dakwah (mad’u) Objek dakwah ini disebut juga mad’u atau sasaran dakwah, yaitu orang-
orang yang diseru, dipanggil, atau diundang maksudnya ialah orang yang diajak kedalam Islam sebai penerima dakwah.33 Sudah jelas bahwa objek dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, massa dan umat seluruhnya. Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran (objek) dakwah. Selain itu juga sasaran dakwah harus mampu mencangkup segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sasran dakwah dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Sasaran dakwah secara sistematis dibagi menjadi beberapa bagian:
32
M. Masyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-
Amin Press, 1997), cet. Ke-1, h. 70-71 33
A. H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam
Kepemimpinan (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982) h. 34.
1.
individu, sasaran dakwah terhadap diri sendiri (individu) merupakan suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang da’i menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi segala tingkahlakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh sasaran dakwah atas apa yang disampaikan da’i dan untuk mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka da’i harus memberikan teladan yang baik.
2.
Keluarga, didalam keluarga , orang tua merupakan oarang yang pertama kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh kedalam diri anak dalam pergaulan sehari-hari.
3.
Masyarakat, masyarakat (umat) manusia sebagai sasaran dakwah merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena itu, hendaknya seorang da’i mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah.34 M. Nasir dalam bukunya Fiqhud dakwah mengatakan bahwa
sasaran dakwah yaitu: 1.
Ada golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir kritis dan cepat tanggap. Mereka itu harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
34
M. Nasir, Fiqhud Dakwah, (Solo: Ramadhani, 1987), h. 7
2.
Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan mendalam. Belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini panggil dengan sebutan mau’idzotul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik-baik. Dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
3.
Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan,yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong agar pikiran secara sehat.35 Mad’u dalam Islam ma’ul dan do’a, berarti orang yang diajak, atau
di karenakan perbuatan dakwah, Mad’u adalah objek sekaligus subjek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali, siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam.36 Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada hakikatnya tidak ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sasaran dakwah mencakup sebagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial yang berbeda-beda, yang semunya harus dihadapi secara proporsional dari para da’i.
35
Ibid
36
Cahyadi Takariawan “ Prinsip-Prinsip Dakwah, Yang Tegar di Jalan
Allah ( Yogyakarta Izzan Pustaka, 2005 ) Cet, Ke-4. h. 25
Sasaran dakwah adalah manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat). Dalam hal ini Amarullah Ahmad mengkalsifikasikan sasaran dakwah menjadi tujuh kelompok, yaitu: a. b. c. d. e. f. g.
Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tempat tinggal yaitu penduduk desa dan kota Kelompok sasaran dakwah berdasarkan struktur kemasyarakatan, yaitu masyarakat agraris dan industri. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tingkat pendidikan. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan peranan dan struktur kekuasaan, yaitu pemimpin dan rakyat. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan agama, yaitu Islam dan non Islam. Kelompok sasran dakwah berdasrkan siakp terhadap dakwah yaitu orang yang cinta terhadap Isalm atau sebaliknya. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan usia, misalnya anak (6-13 th), remaja(14-16 th), dewasa(18-35 th), orang tua(3555 th), dan lanjut usia(55-keatas).37
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Prof.H.M. Arifin, M.Ed. dalam bukunya psikologi dakwah. Ia mengklasifikasikan sasaran dakwah menjadi delapan kelompok, kelompok masyarakat dilihat dari segi: a. b. c. d. e. f. g.
37
Sosiologis: yaitu masyrakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. Struktur kelembagaan: yaitu masyrakat, pemerintah, dan keluarga. Sosio-kultural: yaitu golongan priyayi, abangan, dan santri, klasifikasi ini terdapat dalam masyrakat jawa. Tingkat usia: yaitu golongan anak-anak, remaja, dan orang tua. Okupasional (propesi atau pekerjaan) yaitu petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri, dan sebagainya. Tingkat sosio-ekonomi: yaitu orng kaya, menengah, dan miskin. Jenis kelamin: yaitu wanita, pria, dan sebagainya.
Amarullah Ahmad,(ed), Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985). Cet, ke-2. h. 300
h. Masyarakat khusus: yaitu tuna susial, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya.38 Masing-masing
kelompok
masyarakat
tersebut
memiliki
karakteristik yang berbeda. Hal ini menurut adanya sistem dan metode dakwah yang berbeda pula. Dengan demikian, kegiatan dakwah akan lebih efektif dan efesien jika penggunaan sistem dan metodenya sesuai dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
c.
Materi Dakwah Pada dasarnaya materi dakwah, tidak lain adalah Al-Qur’an dan Al-
Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: aqiadah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.39 Materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun secara umum bahwa materi dakwah adalah mencangkup ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam. Karena sangat luasnya ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits, maka da’i harus cermat dan mamapu dalam memilih materi yang akan disampaikan kepada mad’u dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat. Barmawi Umay lebih spesifik menjelaskan bahwa materi dakwah yaitu:
38
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 3-4 39
Ibid, h. 7
a. Akidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dan segala perincianya. b. Akhlak,yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) dengan segala dasar, hasil dan akibatnya kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang telah berlaku dalam sejarah. c. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (non Islam). d. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soalsoal ibadah, muamalah, awal al-sahsiyah yang wajib diamalkan oleh muslim dan masalah lainnya. e. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan Islam yang telah dipraktikan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam dimasa sekarang dan masa yang akan datang. f. Sosial, yaitu mengemukakan bagaimana solidaritas menurut hukum agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran Islam dan hadits-hadits Nabi. g. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan aktualisasi sesuai ruang dan waktu. h. Kemasyarakatan, yaitu mengurangi kontruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama. i. Amar ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. j. Nahi munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar terhindar dari malapetaka yang akan datang.40 Da’i atau da’iah dalam menyampaikan dakwahnya baik melalui lisan maupun tulisan harus sesuai degan materi yang akan disamapaikannya pada mad’u, untuk menjalankan perintah Allah SWT.
d. Tujuan Dakwah
40
Amarullah Ahmad, ed, Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial,
(Yogyakarta: PLP2M 1985), Cet, ke-1, h. 300
Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.41 Sedangkan tujuan dari kegiatan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara, dan berantara negara. Dakwah juga bertujuan memanggil, kepada fungsi hidup, sebagai hamba Allah, diatas dunia terbentang luas ini yang berisikan manusia sebagai jenis dan bermacam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada ‘ala an-nas,menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.42 Syekh
Ali Mmahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima
perkara yaitu: 1. menyiarkan tuntunan Isalm, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya. 2. memindahkan hati dari kesadaran jelek kepada kesadaran yang naik. 3. membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum muslimin. 4. menolak faham ateisme, dengan mengimbangi dengan cara-cara mereka bekerja. 5. menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khutafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu usulluddin.43
41
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 33 42
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani press, 1999), Cet.
Ke-1, h. 70 43
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 34
Selain itu dakwah juga bertujuan untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan, ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerangan agama.44 Menurut M. Bahri Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif, tujuan dari kegiatan dakwah terbagi dari dua tujuan, yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. 1. Tujuan jangka pendek Tujuan jangka pendek dari kegiatan dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam, maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan perbuatan yang munkar dan jahat.45 2. Tujuan Jangka Panjang Tujuan panjang dari kegiatan dakwah ialah: untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat, sikap yang dimaksud adalah prilaku-prilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya membawa kepada kemudharatan dan mengganggu ketentraman masyarakat lingkungannya.46 Tujuan dakwah menjadi tujuan utama (jangka panjang) dan tujuan perantara (jangka pendek). Yang dimaksud tujuan utama (jangka panjang) yaitu terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan 44
perantara
(jangka
pendek)
yaitu
nilai-nilai
yang
dapat
Arifin,M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 34. 45
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, ke-1, h. 5 46 Ibid., h.7.
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah masingmasing sesuai dengan segi atau bidangnya Dari uraian-uraian tujuan dakwah diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan
yang ideal yang ingin dicapai oleh dakwah Islam adalah
menuntun manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di dunia maupun diakhirat dan terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika hidup maupun mati. Untuk memperoleh semua ini, manusia membutuhkan pedoman yang akan menuntun kehidupan mereka.
e.
Metode Dakwah Dari segi bahasa “metode” berasal dari kata yaitu”meta” (melalui)
dan”hodos”(jalan,cara).47 Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut Thariq.48 Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
47
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet.
Ke-1. h.61 48
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35
untuk mencapai tujuan tertentu.49 Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang untuk mencapai suatu maksud. Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat An- Nahl ayat: 125: gh i*+,- f/ej)k )l+mn U)☺p=V m U#S0")☺= U U=V q W=G )7 5r\ m snQ i >?)ltmn NQ u+20 )☺m >/v 0 w ej)k q NQ u+20 ;JGEW☺= m vxf Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl: 125). Pada ayat tersebut terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam berdakwah yaitu: 1. Metode Al-Hikmah “Kebijaksanaan atau Adil”Yaitu suara cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan kebijaksanaan, sikap kasih sayang dan proporsinya. 2. Metode Mau’idzhatil Hasanah “Nasihat yang Baik” Yaitu suatu cara penyampaian pesan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik atau memberikan peringatan, kata-kata ucapan atau teguran yang baik dan tidak menyinggung perasaan mad’u sehingga mad’u tidak merasa dipaksa dalam menerima pesan-pesan dakwah. 49
Wardi bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 1997) h. 34
3. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan “Berdebat, berdiskusi” Yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.50 Dari ketiga metode di atas dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan implikasinya yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka dari ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi keberhasialn dakwah ditunjang dari seperangkat syarat baik dari pribadi da’i subyek dakwah ataupun lainnya. Selain metode-metode di atas ada juga metode-metode lain yang dapat dipadukan dengan metode-metode yang telah digariskan dalam surat AnNahl tadi, yaitu seperti: 1. Metode Ceramah ( Retorika Dakwah ) Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampaye, berpidato (retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.51
50
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, (Malaysia:
Nur Niaga SDN BHD, 1999), Cet ke-1, h.28-30 51
Asmuni, Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: AlIkhlas, 1983), h. 104
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau teknik berdakwah tidak jarang digunakan da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya dan terbilang usaha tersebut akan efektif dan tepat bilamana: a. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak. b. Penceramah
(da’i)
orang
yang
ahli
berceramah
dan
berwibawa. c. Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum’at, hari raya. d. tidak
ada
metode
lain
yang dianggap
paling
sesuai
dipergunakan.52 Metode ceramah dapat disebut sebagai metode dakwah tradisional dimana seorang da’i mendominasi situasi, jadi semua kendali dipegang oleh da’i dan audiens hanya menjadi pendengar saja tanpa ada kesempatan untuk berkomentar. Jadi materi yang diberikan oleh seorang da’i tidak ada timbal balik dari mad’unya. Metode ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar. Kelebihan metode ini antara lain adalah dalam waktu singkat dapat dicapai materi sebanyak-banyaknya, sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan lagi psikologis jamaahnya, maka ceramah dapat bersifat membosankan. 2 Metode Tanya-Jawab
52
Ibid. 106
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’inya penjawabnya. 53 Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga dilakukan disaat Rasullah SAW. Berdasarkan bentuk-bentuknya penyampain metode dakwah dapat dikelompokan dalam tiga katagori, yakni: a. Bi al-Lisan Dakwah bi al-lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan melalui lisannya, metode ini sangat umum digunakan oleh para da’i di dalam ceramah, pidato, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. b. Bi al-Hal Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bi al-hal dapat dilakukan misalnya dengan tindakan nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan Rumah Sakit atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kemaslahatan umat. c. Bi al-Qalam
53
Ibid. h. 124
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dakwah ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata sehingga penerimaan dakwah tersebut akan tertarik
untuk
membacanya
tanpa
mengurangi
maksud
yang
terkandungnya di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin maupun lewat internet.54 Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari segi cara, jumlah audien dan cara penyampaian. Metode dakwah dari segi cara, ada dua macam: a. Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum. Dalam cara ini da’i aktif berbicara, sedangkan komunikan pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah (one way communication). b. Cara modern, termasuk di dalamnya adalah diskusi, seminar dan sejenisnya dimana terjadi komunikasi dua arah (two way communucation). Metode dakwah dari segi jumlah audien, ada dua macam: a. Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap orang secara langsung.
54
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 39
b. Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.55
f.
Media Dakwah Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu
median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah, media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 56 Dalam kamus istilah komunikasi, “media” berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikasi jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Adapun bentuk dan jenisnya beraneka ragam.57 Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik.58 Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, disatu sisi media bisa menjadi sarana
55
Ibid h. 40
56
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Alikhlas, 1983), h. 163 57 Ghazali BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227 58
Asmawi, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), h. 11
penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun disisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.59 Berdasarkan pengertian di atas, maka media dakwah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang (material), orang,tempat kondisi tertentu dan sebagainya. 60 Media
dakwah
adalah
peralatan
yang
dipergunakan
untuk
menyampaikan materi-materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, Radio, kaset rekaman, majalah, surat kabar, dan yang seperti disebut di atas, termasuk melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam berbagai sektor kehidupan. Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ada beberapa media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah diantaranya: a. Lembaga- lembaga pendidikan formal b. Lingkungan keluarga c. Organisasi-organisasi Islam d. Hari-hari besar Islam e. Media massa (radio, televisi, film, buku, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain). 59
Alex Sobur, analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya,
2001), h. 30. 60
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas,
1983), h. 176
f. Seni budaya (musik, drama sastra, wayang kulit, dan lain-lain).61
Menurut Hamzah Ya’qub media dakwah diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu: a. Lisan, merupakan media yang paling mudah mempergunakannya lidah dan suara. b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi da’i dan mad’u. c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik. d. Audio Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran mad’u. e. Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku da’i.62
Peranaan atau kedudukan media dakwah sangat penting dalam menunjang tercapainya tujuan dakwah. Hal ini dikarenakan media dakwah merupakan suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media sangat sulit mencapai hasil yang maksimal.63 Pengertian yang di atas menunjukan bahwa materi dakwah adalah suatu yang penting dalam penyampai dakwah yang akan di sampaikan
61
Ibid, h. 179
62
Hamzah Yakub, Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Ledership
(Bandung: CV Diponogoro, 1982), h. 13 63
Ibid,. h. 14
oleh seorang da’i kepada sasaran dakwahnya, yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam atau Agama dalam mensiarkan ajaran Allah menuju jalan yang lurus.
3. Landasan Hukum Dakwah 1. Hukum Dakwah Hukum yang selalu menjadi pegangan dan elaksanaan pada masyarakat, oleh karena itu masyarakat sadar atau tidak sadar hukum adalah suatu yang tidak bisa dihindari, hukum apapun hukum apapun konsekuensinya apabila melaksanakan ataupun melanggarnya hukum tersebut. begitu jugaa hukum dakwah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits. Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib hukumnya, ada yang berpendapat wajib “a’in” artinya seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib melaksanakannya dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib “kifayah” artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja seluk beluk agama Islam.64 Tentang kewajiban dakwah ini, Syekh Muhammad Abduh, cenderung kepada pendapat dakwah itu wajib “a’in” hukumnya dengan alasan
bahwa
huruf
“lam”
yang
terdapat
pada
kalimat
“waltakim”mengandung makna perintah yang sifatnya mutlak tanpa
64
Syamsuri Siddik, Dakwah dan Teknik Berkhutbah , (Bandung: PT. Al-
Ma’arif ,1981) h. 12
syarat, sedangkan huruf “min” yang terletak pada kalimat “minkum” mengandung makna “lilbayan” yang bersifat penjelas, menurut beliau seluruh umat Islam dengan ilmu yang dimilikinya betapapun minimnya, wajib mendakwahkan kepada orang lain, sesuai dengan ilmu dan kemampuan yang ada padanya.65 Selanjutnya Fand Makruf Noor, menyatakan alasan lain yang menetapkan hukunm dakwah fardu “a’in” memberikan penjelasan kata “minkum” itu sebagai “baynah” (penjelas) dan”taukid” (menguatkan) terdapat kata “waltakun”.66 Seperti dalam Firman Allah tentang hukum dakwah dalam surat At-Taubah ayat 122 .
Peryataan yang mengatakan dasar hukum berdakwah adalah memang tidak diragukan lagi, yang menjadi persoalannya ketentuan wajib itu. Ada sebagian ulama mengatakan waji “a’in” dan ada juga yang mengatakan “fardhu kipayah”. perbedaan ini berkisar pada penafsiran “min” pada ayat “minkum” yang terdapat pada surat Al-Imran ayat 104. Dengan kedua pendapat tersebut . Hafi Ansori dalam risalahnya mengemukakan bahwa kedudukan hukum berdakwah dapat digolongkan kedalam 2 ( dua ) pandangan: 1. Fardhu kipayah, maksudnya kewajiban dakwah dapat dilakukan oleh sebagian orang saja, atau apabila sekelompok orang telah melakukan, maka sudah mewakili yang lainnya. 65
Ibid, h. 13
66
Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah,(Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1981) Cet. Ke-1, h. 7
2. Fardhu ‘ain, maksudnya bahwa aktivitas dakwah menjadi kewajiban setiap individu dari umat Islam dan kewajiban tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan posisi masing-masing.67 Dari penjelasan di atas maka hukum dakwah ada yang mengatakan wajib setiap muslim tanpa di batasi ilmunya ada juga kewajiban individu muslim dengan alasan kewajiban umat Islam yang memiliki keilmuan dan ada juga kewajiban fardu ‘ain dan kifayah dan apabila tidak melakukannya berdosa.
67
Hafi Anshori, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: AlIkhlas, 1993) Cet. Ke-1, h. 66-68
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR
A. Riwayat Hidup Dra. HJ. Lutfiah Sungkar Dra. Hj. Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iyah yang berkebangsaan Indonesia dari keturunan bangsa Arab. Beliau adalah putri ke lima dari delapan bersaudara yaitu Zaenab, Samahah, Mark Sungkar, Rasyid Sungkar, Nadjib Sungkar. Sedangkan kedua orang beliau yaitu, Fatimah dan Ali Sungkar (almarhum). Beliau dilahirkan di Solo Jawa Tengah, tanggal 12 Juni 1947. Pada saat ini beliau tinggal di Komplek Larangan Indah, Jl. Mawar Raya, Blok III 1 A Ciledug, Tangerang. Beliau berumah tangga dengan H. Hasan Ali, dikaruniai Lima buah hati tercinta yaitu, Riza, Shelly, Helmi, Faizah Deana, Noufel. Dan diberkati Lima Belas cucu diantaranya; Fania Reza, Faris Munir, Nabil Munir, Farhan Helmy, Syukriah Helmy, Sarah Munir, Khadijah Munir (Almarhumah), Rahilla Munir (Almarhumah), Chalid Ali, Yusuf Nofel, Kamila Munir, Fauzan Riza, Alisha Munir, Yasmin Nofel, Nabila Riza, Hamzah Riza, Syafik Helmy.68 Pada masa usia kecilnya, Ibu Hj. Lutfiah Sungkar tidak jauh berbeda dengan kebanyakan anak-anak pada umumnya. Seperti, bermain tebak-
68
Hasil Wawancara Hj. Lutfiah Sungkar, pada tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug.
tebakan, hitung-hitungan, dan lain sebagainya. Namun Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai kelebihan yang sedikit dimiliki kebanyakan teman-temannya yang lain seperti: hobbi membaca Al-Qur`an, Hadits, dan buku-buku Islami. Kegemaran beliau dalam membaca dan menulis masih eksis sampai beliau menjadi seorang da`iyah seperti sekarang ini. Ibu Hj. Lutfiah Sungkar biasa dipanggil Fifi oleh teman-temannya sewaktu masih kecil. Beliau dikenal sebagai anak yang sangat lucu dan pintar hal ini diungkapkan beliau. Dengan memiliki sifat seperti itulah akhirnya beliau disukai oleh kebanyakan teman-temannya.69 Sedangkan pendidikan yang diberikan pihak keluarganya kepada beliau adalah pendidikan agama yang sangat luar biasa yaitu, dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Sifat demokratis adalah salah satu cara yang selalu ditanamkan oleh pihak keluarganya kepada beliau. Hal ini didasarkan atas kedisiplinan ilmu yang dimiliki keluarga beliau. Ibu Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk menjadi seorang yang sukses dalam segala bidang ilmu pengatahuan. Terutama ilmu tentang jalan mencapai Ridha Allah, dan melakukan hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama. Tanda-tanda hal seperti inilah telah terlihat semenjak beliau masih usia anak-anak. Banyak aktifitas yang beliau lakukan semasa masih sekolah diantaranya, membaca buku-buku agama, umum, menulis, dan membaca Al-Qur`an.70 Hal ini di pertegaskan oleh anak kandungnya sendiri yaitu Shelly. Yang sekarang bekerja sebagai asisten Hj. Lutfiah Sungkar. Dalam wawancara penulis dengan Shelly mengatakan, 69 70
Ibid Ibid.
“Semasa mudanya beliau
sering
sekali mengisi berbagai aktivitas
diantaranya yaitu, dengan menuntut ilmu dan mengaji. Setelah beliau pulang dari sekolah formal, beliau langsung melanjutkan aktivitasnya yang lain yaitu mengaji. Hal itu juga dirasakan saya sewaktu dulu masih kecil”.71 Kegiatan beliau seperti itu masih terus berlanjut sampai akhirnya beliau berumah tangga. Hal inilah yang membuktikan konsistensi beliau dalam menuntut ilmu patut kita semua tiru. Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa pada masa mudanya beliau sangat rajin menuntut ilmu bahkan, sampai sekarang. “Kita jangan berhenti dan bosan dalam menuntut ilmu”(Hj. Lutfiah Sungkar).72 Kalau dilihat dari silsilah (keturunan) orang tua beliau adalah orang yang berpendidikan dari keturunan Bangsa Arab. Sebagai keturunan dari Bangsa Arab, tentunya sangat disiplin sekali dalam mempelajari ilmu-ilmu agama. Dalam mengembangkan dan memajukan ajaran agama Islam. Pendidikan yang diberikan orang tuanya menjadikan beliau seorang yang selalu prihatin dan peduli kepada keadaan disekelilingnya. Oleh karena itu, beliau sangat di kenal dengan sosok pekerja keras dan pantang menyerah dalam mempelajari ilmu-ilmu keagaman khusunya.73 71
Hasil wawancara penulis bersama Selly ( anak Hj Lutfiah Sungkar) pada
tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug. 72
Analisis Penulis Berdasarkan Observasi dan Wawancara, pada tanggal
17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug. 73
Ibid
Sosok pribadi beliau yang dikenal dengan kepribadiannya yang teguh dan kuat, akhirnya mendapat restu dan dukungan dari pihak keluarganya. Oleh karena itu, pernyataan yang sempat beliau di ungkapkan bahwa, “Cita-citanya memiliki arti yang sangat mulia”. Selain itu juga, beliau termotivasi dari mantan suaminya, H. Hasan Ali, yang juga merupakan seorang da’i yang berlatar belakang mempunyai ilmu agama yang tidak jauh berbeda dengan keluaga beliau sendiri. Akan tetapi cita-cita beliau dan yang diiringi dengan semangat tinggi, terkadang merasa kelelahan sebuah perjuangan yang beliau hadapi. Tetapi dengan sifat sabar dan pantang menyerah yang beliau miliki, akhirnya semuanya berjalan lancar dan berserah diri kepada Allah untuk diberikan jalan keluarnya.
B. Pendidikan dan Karya-Karya Dra Hj Lutfiah Sungkar 1.Pendidikan Dra. Hj Lutfiah Sungkar Hj. Lutfiah Sungkar dibesarkan di kota Solo Jawa Tengah. Setelah tamat sekolah dasar ( SD) di Al-Irsyad di kota Solo Jawa Tengah, beliau melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), di Al-Irsyad Solo Jawa Tengah. Akhirnya beliau melanjutkan keperguruan tinggi Assafi’iyah Jakarta, di Fakultas Dakwah. Semasa berada dibangku mahasiswi beliau sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra kampus seperti, Lembaga Dakwah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.74 Setamatnya dari perguruan tinggi Assafi`iyah Jakarta, beliau melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo. Disanalah beliau benar-benar belajat
74
Ibid
memahami agama guna memperluas pengetahuan dakwahnya. Setelah di AlAzhar Kairo, akhirnya beliau masih melanjutkan studinya ke Australia di Brookvale College, mengambil jurusan Retorika Umum. Di sana akhirnya beliau menemukan dan memahami ilmu pengatahuan agamanya khusunya, dibidang dakwah dengan sebuah Gelar.75 Beliau selain aktif dipendidikan formal juga aktif dipendidikan non formal seperti, kursus salon, kursus merangkai bunga, kursus bahasa Inggris, kursus sekretaris, yang mana bidang ini banyak perempuan yang meminati dan hanya kaum perempuan saja.76
2. Karya-Karya Dra. Hj Lutfiah Sungkar Selain mempunyai kegiatan berdakwah, beliau juga aktif berkarya seperti, membuat tulisan (dalm bentuk CD). Namun aktivitas itu tidak bertahan lama. Sekarang beliau lebih kepada pembuatan CD yang bersifat bergambar (gambar beliau). Akan tetapi hal itu pun juga, tidak bertahan lama, karena dengan adanya beberapa pertimbangan yang akhirnya memutuskan untuk tidak dilanjutkan.77 Beliau mengatakan, untuk sementra ini tidak berkenan membuat buku terlalu banyak, karena beliau takut nantinya kurang bertanggung jawab atas apa-apa yang beliau tuangkan dalam sebuah tulisannya. Akan tetapi menurut beliau suatu saat nanti akan berkarya lagi setelah siap menanggung atas semua apa yang akan dituangkan dalam tulisannnya. Beliau adalah salah seorang
75
Ibid Ibid 77 Ibid 76
yang sangat berhati-hati dalam bertindak, karena beliau tidak mau mengambil resiko dalam kehidupannya seperti, dengan membuat buku dan CD. 78
Bentuk tulisan (buku) yang sudah terbit: 1.Sholat Yang di Contohkan Rasullah SAW berikut doa-doanya. 2.Menggapai Rahmat Allah Melalui Sholat dan Do’a. Dalam bentuk kepingan CD antara lain: 1.Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu 2.Seribu Satu Masalah Keluarga 3.Aku Bersyukur Jadi Wanita Bimbingan yang beliau pimpin: 1. Umi Tour dan Travel ( Pemilik Travel Umrah Dan Haji ) 2. Yayasan Alutfiah ( Pembimbing Umrah Dan Haji ) 3. Majlis Ta’lim Khairunnissa ( Pemilik Majlis Ta’lim ). 79 Keberhasilan Dra. Hj Lutfiah Sungkar dalam dakwahnya tersebar luas sampai kenegara Singapura. Hal itu tentunya tidak lepas dari bantuan mas media cetak seperti majalah Hidayah, yang sampai sekarng masih beliau isui. Bahkan sekarang majalah Hidayah telah membuat kompilasi khusus buku yang isinya konsultan Hj Lutfiah Sungkar, tentu hal ini tentunya didapat atas kerja baik beliau dengan majalah Hidayah setempat.
3. Perjalanan Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
78 79
Ibid Ibid
Perjalanan dakwah beliau adalah, berawal dari semangat yang sangat kuat serta keinginan mencapai ridha Allah SWT. Dengan dukungan dan pendidikan yang diberikan keluarga kepada beliau akhirnya sekarang menjadi salah seorang da`iyah yang sangat dipandang oleh masyarakat luas. Pada tahun 1982 beliau dikerunia seorang anak yang paling kecil yaitu, Noufel. Berangkat dari sinilhah beliau menjalankan misi dakwahnya ke khalayak luas sampai keluar negeri. Dan disamping itu beliau juga mengadakan pengajian rutinitas dengan tetangga disekitar yang bertempat dikediman beliau. Awal mulai menjalankan dakwah, beliau membuka Majlis Ta’lim di pertamburan Jakarta, dari sanalah perjalan daklwah beliau hingga sampai sekarang terus berjalan. Selama ini kegiatan dakwah beliau masih terus berjalan. Mungkin semua itu dakwah yang disampaikan beliau mendapat respon positif dari kalangan masyarakat. Beliau tidak pernah datang atau menolak jika tiada halangan seperti, urusan keluarga, sakit. Dalam menyampaikan misi dakwahnya, beliau sering kali diundang diberbagai kota seperti, Ciawi, Bogor, Bandung, Aceh, Mauk Tangerang, Surabaya. Kalimantan tengah, Samarinda, Papua, Nusa Tenggara Barat, Bali, Lombok, Samarinda, Mamuzu, dan Makasar. Selain berdakwah di negeri sendiri, beliau juga sering mengisi atau berdakwah di luar Negeri seperti, Malaysia, Singapura, Hongkong, Australia, dan Saudi Arabia. Eksistensi dan kemampuan beliau dalam dunia dakwah sudah tidak diragukan lagi. Walaupun notaben mad’u beliau ibu-ibu, tetapi beliau mempunyai karismatik dalam berdakwah.
Sosok perjalanan dakwah Hj Lutfiah Sungkar begitu banyak hal-hal yang tidak mudah untuk dilalui, akan tetapi karena beliau adalah seorang da’iyah yang mempunyai semangat tinggi dalam menjalankan tugas keagamaan, dan semua itu beliau lakukan hanya semata-mata mencari ridha Allah SWT. Dalam perjalanan dakwah beliau tidak terlepas dari Al-Qur’an sebagai pedomannya. Namun demikian Hj Lutfiah Sungkar seorang da’iyah yang berfaryatif dan mampuh menghibitualisme mad’unya. Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar adalah dakwah yang sangat membimbing dan mendidik bagi setiap masyarakat luas. Karena dakwahnya mengandung nilai-nilai keislaman yang sangat tinggi sekali. Menurut Dra. Hj Lutfiah Sungkar, “Dakwah itu kewajiban dalam Islam untuk menyampaikan. Bukan hanya seorang da’i atau da’iah dan ulama saja melainkan setiap manusia yang sudah mampuh dan mengetahui banyak tentang sesuatu yang harus disampaikan, pada intinya adalah kebenaran Allah yang harus disampaikan itu wajib pada semua orang”. kepala keluargapun wajib untuk menyampaikan pada istrinya dan anak-anaknya, hal-hal yang mengenai kebenaran di jalan Allah dan yang diridha’i oleh Allah SWT. Menurut Dra. Hj Lutfiah Sungkar, “Jika itu kebenaran katakanlah bahwa itu benar, dan jika itu salah katakanlah salah walaupun itu sulit’. Beliau adalah seorang da’iyah yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia pada umumnya
yang orang banyak mengenal dimedia. Seperti apa yang
dicontohkan Rasul dan sesuai dengan Al- Qur’an dan Hdist. Jadi kebenaran itu
tidak bisa untuk dipungkiri oleh setiap orang karena itu nyata, seperti karyakaryanya yang lebih mengajak suatu kebenaran di jalan Allah SWT. Dalam berdakwah sesungguhnya jangan pernah untuk ragu-ragu dalam menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan, seperti kata Rasullah “sampaikanlah walaupun satu ayat “ itu adalah salah satu bukti bahwa kewajiban setiap orang Islam untuk menyampaikan . Akan tetapi dalam menjalankan aktifitas berdakwah tidak boleh adanya paksaan atau memaksa kepada mad’unya, ataupun kepada sasaran dakwah yang akan kita sampaikan, karena hal itu bisa dilakukan dengan cara pelanpelan dan melalui proses
misalnya, mengajak seseorang untuk memakai
jilbab, jika yang diajak tidak mau, maka seorang da`i atau da`iyah harus sabar untuk mengajakanya sehingga akhirnya orang tersebut mau untuk memakai jilbab.80 Apa yang telah penulis uaraikan di atas menurut beliau, juga merupakan salah satu dakwah, bukan hanya dengan ucapan saja melainka dengan sikap da’i dan ajakan secara halus dan tulus. Begitu juga dakwah yang dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar. Kesimpulan pemikiran dakwah menurut Hj Lutfiah sungkar adalah kewajiban pada setiap umat Islam dalam menyampaikan pada setiap orang yang wajib untuk disampaikan dan jangan pernah ragu dalam menyampaikan kebenaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist yang telah ditentukan. Pada saat ini banyak sekali da’i atau da’iyah yang bermunculan di media cetak maupun media elektronik. Dan di daerah-daerah setempat pun
80
Ibid
banyak da’i atau da’iyah yang popular. Mugkin karena para da`I atau da`iyah diterima oleh masyarakat sekitar seperti, ustad Jefri Bukhari yang mendekati anak-anak gaul atau pada anak-anak ABG remaja lainya, ustad Arifin Ilham yang mana mad’unya adalah orang-orang tua dan bahkan semua kalangan, karena beliau menggunakan metode dakwahnya dengan cara berdzikir, Aa Ghyim dalam berkwah lebih banyak menyukai kalanagan ibi-ibu dengan krismatiknya. Akan tetapi apa yang telah diuraikan menurut Hj. Lutfiah Sungkar di atas tentang da’i atau da’iyah yang ideal adalah, bagaimana seorang da’i atau da’iyah tersebut mampu dan bisa memahami terhadap audiensnya yang dihadapinya. Selian itu Hj. Lutfiah Sungkar menyarankan agar da`i atau da`iyah bisa memilih topik yang sesuai dengan pikrian jamaahnya (mad’u). Mungkin dengan cara bisa memilih topik yang sesuai dengan mad’unya, akan lebih besar keberhasilan bagi seorang da’i atau da’iyah dalam menyampikan dakwahnya. Tetapi tidak semua da`i atau da`iyah yang bisa atau mampu menjalankan aktifitas dakwahnya seperti yang diharapkannya, mungkin hanya sebagaian da’i saja. Semua itu membutuhkan waktu dan proses yang panjang seperti halnya Hj. Lutfiah Sungkar, proses beliau sebelumnya pernah melakukan dakwahnya ke sekolah-sekolah, tetengga atau terdekat, dan lain sebagainya. Menurut pandangan menurut penulis bahwa, pribadi Hj. Lutfiah Sungkar merupakan seorang da’iyah yang ideal, karena beliau mampu merangkul khalayak luas seperti, ibu-ibu untuk semakin mendekatkan diri kepada jalan yang diperintahkan Allah SWT . Seperti penulis uraikan di atas bahwa, dakwah beliau tidak hanya di majlis-majlis saja, akan tetapi di media-
media pun sampai sekarang masih dilakukan. Sampai akhirnya beliau mendapat penghargaan sebagai seorang da`iyah yang profesional tinggkat nasional.81
81
Hasil wawancara dengan manager Hj Lutfiah Sungkar (Shelly), 17 Mei 2008,
tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH DRA. Hj LUTFIAH SUNGKAR
A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Hj. Lutfiah Sungkar Dalam rangka melakukan suatu perubahan baik, yang baru maupun yang lama dalam kegiatan dakwah, Hj Lutfiah Sungkar mengadakan berbagai kegiatan yang pada umumnya mengarah kepada dakwah Islami. Pada saat penulis melakukan penelitian, pengamatan, dan informasi tentang Hj Lutfiah Sungkar, ada tiga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar diantranya;
1. Pengajian Umum a.
Peringatan-Peringatan Hari Besar Islam
Tradisi umat Islam di Indonesia pada setiap peringatan hari besar Islam secara seksama mengadakan upacara yang di adakan di berbagai tempat, baik yang bersifat pengajian, tablig akbar, maupun selamatan. Hal serupa juga dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar seperti, peringatan hari-hari besar Islam Nasional yang diisi dengan pengajian keagamaan yang dihadiri oleh banyak para jemaah pengajian dari berbagai kota, seperti Bogor, Tangerang, Jakarta, dan berbagai kota lainnya. Hari-hari besar Islam yang pernah diperingati oleh Hj. Lutfiah Sungkar adalah seperti, tahun baru Hijriyah yang jatuh pada tanggal 1 Muharam, peringatan Maulid Nabi besar Muhammad SAW. Pada
tanggal 12 Rabiul awal, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. pada tanggal 27 Rajab, dan hari-hari besar Islam lainya.82 Peringatan hari-hari besar Islam Nasional harus dijadikan momentum untuk mempererat ukhuwah Islamiyah yaitu, dengan melalui kegiatan yang positif dan bermanfaat. Peringatan hari besar Islam dilaksankan di tempat beliau, yaitu di Larangan Petukangan, Jakarta selatan, Cilandak (yayasan Alutfiah). Kegiatan itu tidak tertutup bagi warga sekitar untuk ikut serta atau meramaikan peringatan hari-hari besar tersebut. b.
Pengajian Mingguan Ibu-Ibu
Pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi mulai jam 10.00-12.00 siang oleh beliau, bertempat dikediaman sendiri, di Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03/1A Ciledug. Pengajian tersebut lebih diprioritaskan hanya untuk para ibu-ibu yang sengaja diadakan pada waktu pagi hari sampai siang hari, karena pada umumnya ibu-ibu adalah bekerja dikantor merupakan hari libur yaitu di hari sabtu dan minggu, oleh karena itu mereka yang tidak sempat untuk mengaji setiap harinya tetapi mereka menyempatkan waktunya pada saat hari sabtu dan minggu merupakan hari libur. tetapi Selain ibu-ibu pegawai ada juga ibu-ibu wiraswasta yang menyempatkan waktunya untuk ikut mengaji, karena hari-hari libur seperti hari sabtu inilah harus mengisi kekosongan dengan ikut mengaji. Dalam materi yang diberikan beliau dalam pengajiannya yaitu masalah fiqih, yang berhubungan dengan masalah sehari-hari, tentang masalah 82
Hasil wawancara dengan manager Hj Lutfiah Sungkar (Shelly), 17 Mei
2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug
keluarga, tentang masalah shadakoh, berbuat baik pada orang, larangan bergunjing, dan resikonya perbuatan di dunia balasan di akhirat nanti Rujukan dalam dakwah yang beliau pakai adalah Al-Quran dan hadits, pedoman beliau. sebagai rujukannya. Pada saat pengajian berlangsung ada sesi tanya jawab bagi para mad’unya, dan beliau menjawab pertanyaan itu sesuai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist. Tujuannya agar mad’u mengerti dan tidak merasa bosan untuk terus mengaji. Setiap mad’u yang mau mengaji wajib membawa Al-Qur’an beserta terjemahnya, bertujuan agar mad`u lebih mudah untuk memahami dakwah yang dibawakan oleh beliau. Penulis sendiri seringkali mengikuti pengajian beliau. Saya tidak mau menyampaikan dakwah saya berdasarkan ta’liq atau yang berdasarkan katanya dan tidak adanya bukti yang konkrit, tapi kalau ada rujukannya, orang tidak akan berani mengelak, yang bicara Al-Qur’an bukan saya berkata semata, karena harus ingat hidup itu tidak hanya disini. tapi akhirat selamanya.83 Banyaknya ibu-ibu yang mengikuti pengajian beliau dalam setiap bulannya mengalami perubahan yang signifikan, sampai sekarang jamaah pengajian beliau diikiti kurang lebih 50 orang jamaah, bahkan sampai sekarang jamaahnya terus bertambah. Mungkin belum ada pengajian sebelumsebelumnya pengajian yang beliau adakan di rumahnya, yaitu setelah selesainya pengajian, beliau menjamu mad’unya dengan hidangan makan siang, yang menunya setiap pertemuan berbeda-beda. Jadi setelah pengajian selesai para ibu-ibunya di suruh untuk makan terlebih dahulu, sebelum pulang. 83
Hasil wawancara setelah mengaji di tempat kediaman beliau, LaranganCiledug, Sabtu 28 April 2008
2. Pengajian Khusus a. Pengajian Melalui Media Cetak Dan Elektronik Pengajian yang dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar tidak hanya melalui majlis-majlis ta’lim, melainkan juga lewat media massa seperti, media elektronik atau pun media cetak yang sampai sekarang masih eksis. 1. Media Cetak Pengajian melalui media cetak yang dilakukan oleh beliau yaitu lewat rubrik konsultasi di Majalah Hidayah, yang terbit setiap dua minggu sekali. Pengajian yang melalui media cetak ini yang di isi langsung oleh Hj. Lutfiah Sungkar, yang mana pengajian ini diisi tanya jawab dengan berbagai permsalahan hidup, pada umumnya masalah dalam rumah tangga, atau tentang masalah hidup yang dihadapi para konsultan, kadang tentang masalah yang merasa putus asa menghadapi ke hidupannya. Dalam majalah Hidayah mengeanai rubrik konsultan yang di isi Hj. Lutfiah Sungkar banyak simpatisan yang membutuhkan pengetahuan agama yang tidak sempat untuk mengaji karena bermacam aktivitas yang padat dalam kehidupan sehari-harinya, dan majalah Hidayah pun mendapat sambutan yang cukup antusias dari masyarakat Indonesia pada umumnya, bahkan kenegara tetangga pun seperti Malaysia, Singapura berlangganan Majalah Hidayah yang diisi Hj. Lutfiah Sungkar. Keberadaan beliau di dalam Majalah Hidayah sudah tidak terhitung lamanya sampai sekarang. Karena Majalah Hidayah adalah media yang berisikan tentang pesan-pesan dakwah yang berusaha mengajak kebenaran dan
mencontohkan kronologis yang benar-benar terjadi, atau kisah-kisah nyata bagi seseorang yang berbuat keburukan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, bukan hanya didunia saja melainkan diakhirat nanti. Penyampaian Dakwah beliau melalui Media cetak (Majalah Hidayah) adalah seputar masalah agama yang sedang hangat terjadi pada masyarakat sekarang ini, dan masalah yang dihadapi pada umumnya adalah masalah para ibu, seperti permasalahan keluarga (suami istri), masalah kehidupan, semua itu dilihat dari sudut pandang agama. Karena materi yang disampaikan beliau menjadi daya tarik bagi para kaum wanita khususnya kaum ibu-ibu. 2. Media Elektronik Selain mengisi pengajian-pengjian di beberapa Majlis Ta’lim, media cetak, sekolah-sekolah, rumahan, dan kantoran. Hj Lutfiah Sungkar melakukan dakwahnya di Radio Kayu Manis (RKM) Jakarta, sampai sekarang. Materi yang beliau bahas adalah tentang jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan perintah Al-Qur’an dan Hadist, semua itu dilakukan hanya untuk mencapai ridha Allah SWT. Selain di Radio Kayu Manis (RKM), beliau juga pernah mengisi ceramahnya di Radio Saudi Arabia di kota Jeddah saat beliau melakukan ibadah Umrah84. Kegiatan dakwah Hj. Lutfiah Sungkar juga banyak dilakukan di berbagai stasiun TV swasta di Indonesia dari dahulu sampai sekarang seperti, TPI, INDOSIAR, SCTV. Yang masih ada rekamannya sampai saat ini adalah INDOSIAR, pertama kali munculnya Hj Lutfiah Sungkar dalam ceramahnya di TV swasta yaitu TPI. Dari sinilah mulai terangkat nama beliau di berbagai
84
Ibid
media. Samapai saat ini beliau masih ceramah di SCTV, yang ditanyangkan pada hari kamis jam 5.00 pagi dalam acara “ Pagi”. Materi yang disampaikan seperti, masalah agama Islam yang benar dan di ridhai oleh Allah SWT.
b. Melalui Celluler Hand Phone ( HP ) Melihat perkembangan jaman yang semakin modern, membuat alat elektronik semakin canggih dan mudah untuk dipergunakan. Hal itu terbukti di jaman sekarang ini, di mana orang-orang sudah mengenal hand phone (HP) atau telepon genggam sebagai salah satu alat kelancaran berkomunikasi. Alat elektronik (telephon) seperti inilah salah satu alat yang dilakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar dalam menyampaikan caramah atau dakwahnya. Akan tetapi beliau juga sebagai narasumber dalam salah satu hand phone, dan disanah beliau membuka layanan mengisi materi buat layanan bagi konsumen yang membutuhkan siraman rohani, bagi seseorang yang mempunyai berbagai kesibukan dapat menerima pesan-pesan keislaman dari beliau hanya melalui telepon genggam saja. Dan pengajian melelui hand phone yang dilakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar masih terus berjalan sampai sekarang, karena mengingat peminatnya semakin bertambah banyak. Adapun materi dakwah yang dibahas melalui telepon sesuai dengan keinginan mad`u, karena dakwah ini sifatnya bukan berbentuk pengajian atau bertatap muka langsung.
B. Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar Materi dakwah yang digunakan oleh Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang paling utama bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut beliau, Al-Qur`an dan Hadits adalah sumber kebenaran yang paling hakiki dalam menata kehidupan. Beliau juga berpendapat bahwa kedua sumber materi dakwah tersebut merupakan hukum yang tidak dapat diganggu gugat. Dari Al-Qur’an dan Hadits beliau mengembangkan banyak materi dakwah seperti ajaran tentang beragam perintah dan larangan agama, kisah-kisah teladan para nabi, serta hikmah-hikmah penting yang bisa dipetik dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang banyak diceritakan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Disamping itu untuk menambah khasanah pengetahuan agama yang menunjang dalam menjelaskan materi dakwah yang akan disampaikan, beliau juga banyak membaca dari buku-buku pengetahuan agama seperti, karangan Ibnu Katsir dan Imam Ghazali, serta beragam tafsir dari pengarang yang berbeda-beda. Dalam menyampaikan misi dakwahnya ke masyarakat luas beliau enggan menyampaikan materi dakwah yang hanya berdasarkan wacana tanpa dalil yang tidak atau bahkan kurang jelas. Sehingga dalam kaca mata seorang Hj. Lutfiah Sungkar, Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber materi dakwah yang paling pokok, karena apa yang diajarkan dalam kedua kitab yang masing-masing memuat firman Allah SWT dan sabda nabi adalah sebuah kebenaran yang diyakini secara universal dalam masyarakat muslim.
C. Tujuan dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Tujuan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu organisasi, adalah suatu kegagalan apabila suatu kegiatan dilakukan tanpa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan adalah landasan utama dan menjadi dasar bagi penentuan sasaran dan strategi atau kebijaksanaan serta langkah-langkah operasional suatu organisasi.85 Seperti yang sudah dijelaskan pada bentuk-bentuk aktivitas di atas, bahwa Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai tujuan yaitu,
menyampaikan
kebenaran Allah dan Rasulnya86 Kegiatan tablig umum adalah bertujuan untuk syi’ar Islam (menyebar luaskan agama Islam), dan untuk membentuk kesatuan umat Islam. sama halnya dengan tujuan dakwah yang ingin dicapai oleh Hj. Lutfiah Sungkar. Dengan berdakwah kepada beragam kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat kelas atas sampai menengah ke bawah dengan tingkat usia yang berbeda-beda, Hj. Lutfiah Sungkar mengharapkan tersampaikannya pesan dakwah dengan lebih merata dan efektif. Sehingga semakin banyak umat Islam yang mampu memahami ajaran-ajaran agama dengan lebih mendalam. Melalui dakwah yang banyak memaparkan kandungan isi Al-Qur’an dan Hadits, Hj. Lutfiah Sungkar bermaksud mengakrabkan kedua kitab tersebut kepada masyarakat muslim agar Al-Qur’an dan Hadits senantiasa menjadi pedoman hidup bagi mereka. 85
Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 1993 ), cet. Ke-3. h. 19 86
Analisis penulis berdasarkan observasi dan wawancara, pada tanggal 15
Maret, tempat Larangan Ciledug, 2008
D. Metode Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Dalam kegiatan dakwah, metode merupakan suatu bagian yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dakwah. Selain dapat menentukan materi apa yang akan disampaikan, metode juga dapat menentukan tahapan-tahapan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan dari aktivitas dakwah yang dilakukan. Penggunaan metode-metode tersebut tergantung kepada bentuk-bentuk kegiatan dakwah yang dilaksanakan Begitupun dengan metode dakwah yang digunakan oleh Dra. Hj. Lutfiah Sungkar juga merujuk pada aktivitas dakwah yang dilakukan. Selain itu beliau juga menggunakan metode dakwah yang orientasinya bersumber pada sisi pendekatan terhadap mad’u. Dengan demikian metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu metode dakwah berdasarkan aktivitas dan metode dakwah berdasarkan pendekatan. 1. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah Berdasarkan Aktivitas. a. Metode Dakwah Bil Lisan Metode yang digunakan dalam aktivitas dakwah melalui perkataan atau berkomunikasi langsung dengan mad’unya. Namun dari sekian banyak metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar, lebih banyak menggunakan metode bil lisan (ceramah), karena dengan menggunakan metode bil lisan atau ceramah bisa menyampaian informasi atau pesan dakwahnya melalui perkataan “tabligh” atau berkomunikasi langsung dengan mad`unya.
b. Metode Persuasif Atau “Bil Hal” Merupakan suatu metode yang digunakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar, karena dakwah “bil hal” adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata. Seperti halnya yang dilakukan Hj. Lutfiah Sungkar yang selalu memberi contoh dengan berpakaian rapih dan tertutup, begitu juga anak beliau yang kesehariannya menggunakan pakaian yang tertutup dan bercadar. c.
Metode Bil Qalam.
Dalam metode ini Hj. Lutfiah Sungkar berdakwah dalam suatu kegiatan yang bentuk penyampainya, melalui tulisan seperti yang terkumpul dalam buku beliau, “ Shalat Yang Dicontohkan Rasul SAW berikut Do’a-Do’anya, dan Menggapai Rahmat Allah Melalui Shalat dan Do’a, juga mengisi rubrik konsultasi di majalah hidayah”. d. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab digunakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar dalam dua aktivitas dakwahnya. pertama, metode tanya jawab digunakan dalam dakwah bil lisan, kedua, metode ini juga digunakan dalam aktivitas dakwah melalui media cetak dan elektronik 2. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada Mad’u a. Metode Al Hikmah ( kebijaksanaan) Dalam dakwah beliau tidak hanya menyampaikan suatu materi pada sasaran dakwah tapi melainkan beliau juga mempunyai jati diri yang begitu rendah hati untuk menyampaikan suatu materi, sifat beliau bukan saja rendah hati melainkan sosok pribadi yang begitu sahaja dan bijaksana terhadap lingkungan yang ada disekitarnya, yaitu keluarga beliau bukan hanya keluarga
melainkan juga terhadap mad’unya dan masyarakat sekitar, beliau selalu memberikan patwanya
dengan secara berhati-hati dan tidak pernah
memaksakan kehendak beliau tetapi beliau selalu mengajak dengan secara perlahan dan lembut tidak langsung memaksa.87 Dan memberikan contoh yang baik pada mad’unya memberi pilihan baik ataupun buruk, dengan pilihan itu di harapkan mad’u untuk mengerti, semuanya di kembalikan pada mad’u dengan pilihan tersebut. b. Metode Mau’idzhatil Hasanah (nasihat yang baik) Pada penyampain dakwah Hj. Lutfiah Sungkar banyak di sukai oleh mad’unya karena beliau selalu memberikan contoh yang baik yang sesuai dengan materi yang di sampaikan yaitu Al-Qur’an dan Hadist. beliau juga selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik bukan nasihat yang sebaliknya, tetapi beliau suka memberikan pengertian yang mudah dan masuk akal, dan secara perlahan, dengan kata-kata yang lembut dan baik juga mudah di terima dengan nasihat yang baik, sasaran dakwahpun mersa tersirami hatinya, sehingga ada yang mengeluh mengakui kesalahannya semasa hidup sampai jamaah menangis di hadapan beliau, “ustadzah saya seorang sutradara disalah satu stasiun televisi saya banyak bergaul dengan laki-laki dan disana kebanyakan laki-laki, selama ini saya merasa berdosa besar karena setiap hari saya melakukan masia,t saya merasa takut pada Allah”. Dan beliau memberikan nasihat pada jamaah ini yaitu: “Ibu….kalau bisa jangan melakukan lagi seperti itu karena hal itu sangat dilarang tapi kalau itu 87
2008
Hasilwawancara, pada tanggal 15 Maret, tempat Larangan Ciledug,
mendesak dan tidak ada lagi pekerjaan sementara ini usahan ibu banyak istigfar ingat pada Allah dan izin pada suami yang terpenting tapi lebih baik pekerjaan itu di tinggalkan saja, kalau ibu bertaubat Allah maha pemaaf ”.88 Ucapan itu di sampaikan dengan begitu lembut dan tidak menyinggung perasaan mad’unya. c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan (berdiskusi) Dakwah yang di lakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar tiadak hanya berbicara di podium saja tanpa adanya suatu keterlibatan mad’u untuk menyampaikan aspirasinya. Namun, lain halnya Hj. Lutfiah Sungkar ketika berdakwah selalu memberikan kesempatan pada mad’unya di sela-sela pada saat berdakwah dengan pembahasan materi yang sedang dibahas. misalnya: beliau sedang berdakwah membahas tentang larangan seorang perempuan bersama laki-laki lain bukan muhrim. Ada seorang ibu bertanya? “ ustadzah bagaimana? saya sering pulang bareng di mobil bersama teman kantor saya seorang laki-laki, tapi saya di mobil tidak melakukan hal yang negatif hanya ikut pulang saja, kebetulan rumah saya searah.”.Dan beliau juga menjawab “ Ibu…sebenarnya itu tidak boleh, karena pada saat di dalam mobil pasti ibu berbicara dengan teman ibu dan bercanda-canda dan itu menimbulkan fitnah karena sering terjadi seperti itu dan khawatir terjadi yang tidak di inginkan, sebaiknya jangan lagi di lakukan ya bu… dan Agama jelas –jelas melarang
88
Hasil dari observasi penulis saat mengikuti pengajian pada tanggal 26 Juli 2008 tempat Larangan Ciledug.
seperti itu.”.89 Setiap dakwah beliau pasti adanya tanya jawab atau diskusi sebelum dakwahnya di tutup atau berakhir.
Jadi metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar disamping melakukan upayaupaya melakukan ceramah. Beliau juga melakukan tindakan ceramah pada media cetak yang secara tidak langsung pada mad’u. Dan bahkan beliau terjun langsung kelapangan dan berkumpul dengan masyarakat dalam menyampaikan misi dakwahnya. Namun dalam penerapan pada metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai kemampuan dalam penyampain dakwah kepada mad’u lain halnya Hj. Lutfiah Sungkar menerapkan dakwah yang sesuai dengan metode dakwah beliau menggunakan metode dakwahnya seperti : Al Hikmah, Al-Mujadalah Billati hiya ahsan, Al-Mujadalah Billati hiya ahsan.
E. Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar Dalam rangka melaksanakan tugas dakwah untuk menjadikan kepribadian manusia (individu) yang kokoh, tangguh, serta utuh, sehingga pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat luas demi untuk selamatan dunia dan akhirat. Hal ini tidak terlepas dari sebuah tahapan yang harus dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar secara terus-menerus, terprogram dan berjalan secara alamiah sampai saat sekarang ini masih terus berjalan.
89
Hasil dari observasi penulis saat mengikuti pengajian pada tanggal 26 Juli 2008 tempat Larangan Ciledug.
Adapun tahapan-tahapan yang ditempuh Hj. Lutfiah Sungkar sebagai berikut: 1. Pendekatan atau Pembinaan Pembekalan dai’ah Hj. Lutfiah Sungkar adalah tahapan sebelum terjun langsung ke majlis-majlis dengan cara:
a. Menjadi figur Teladan Bahasa perbuatan jauh lebih efektif dari pada kata-kata. Usahakanlah yang kita ucapkan sesuai dengan perbuatan kita (as-Shaf: 2-3), “Hai orangorang yang beriman, mengapa kamu katakana apa yang tidak kamu perbuat, amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. Seperti apa yang telah di lakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar sebelum melakukan dakwah selalu mengeluarkan kata-kata yang baik terhadap siapapun baik dilingkungan keluarga maupun di masyarakat, dan jika beliau mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas beliau selalu mengucapkan Istigfar dan meminta maaf kepada Allah SWT. Beliau juga selalu mengajurkan pada ma’u ketika ceramah agar berbicara yang baik-baik saja dan yang penting saja. Apa lagi bergunjing itu sangt di larang oleh Allah SWT. b. Berdakwah Dengan Ilmu Pengetahuan Berdakwah dengan ilmu pengetahuan dan penuh persahabatan, seperti dalam surat
an-Nahl 125, “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih siapa yang tersesat dari jalannya. Dan Dialah yang lebih baik mengetahui orangorang yang mendapatkan petunjuk”. Dalam dakwah Hj.Lutfiah Sungkar tidak hanya dakwah, tapi beliau dengan persiapan ilmu yang di pelajari, semasa sekolahnya dan didikan pada masa kecil dari orang tua beliau, beliau berdakwah berdasarkan ilmu yang di pelajari seperti Al-Qur’an dan Hadits, buku-buku Ibnu Kasir dan Imam Ghajali, khususnya buku-buku bidang agama. c. Berbicara dengan Baik Islam memerintahkan umatnya untuk beradab dan beretika dalam berbicara.90
Bahasa yang terbungkus dan penuh kesopan santun, lemah
lembut dalam bertutur sapa, halus dalam tutur kata serta menyejukan hati adalah kunci keberhasilan seorang da’i dalam merebut simpati. Hj. Lutfiah Sungkar selalu berbicara baik pada siapa pun yang beliau ajak bicara pada anak kecil sekali pun, karena kata beliau berbicara baik merupakan suatu ibadah, tapi beliau menerapkan seperti ini sebelum beliau menjadi seorang da’iah dan menerapkan pada keluarga beliau.
91
Dalam berdakwah harus
memberikan contoh yang baik, seperti halnya perkataan dalam penyampain dakwah dan dikehidupan sehari-hari, begitu juga halnya yang dilakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar dan keluarganya. 2. Mengatur Jadwal Dakwah
90
Suparta Munzier, Hefni Harjani, Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada
Media 2003) cet. Ke-1. h. 112 91
Hasil wawancara, 17 Mei 2008, Tempat Larangan Ciledug
Jadwal dakwah Hj. Lutfiah Sungkar tentunya disesuaikan dengan kegiatan yang lain,kalau bisa cukup dengan menyatat dan datang ketempat. Walaupun tidak bisa, disesuaikan kembali. 92 3. Pendekatan Kepada Masyarakat Langkah awal ketika ceramah Hj. Lutfiah Sungkar adalah dengan menguasai suasana podium (tempat penyampain ceramah) yaitu beliau harus mampu mengambil simpati mustami (pendengar atau jamaah). Hal ini dapat dilakukan dengan cara: a. Menggunakan bahasa ungkapan lain logika-logika yang mudah dicerna oleh jamaah. Usahakan jelaskan serinci mungkin materi yang disampaikan. b. Menggunakan teknik retorika tangan yang sesuai dengan kadar bahasa yang diungkapkan. c. Mengatur intonasi nada (tinggi atau rendah) sesuai semaksimal mungkin agar dapat dibedakan antara nada keras atau tinggi, dan lembut atau pelan. d. Menggunakan unsur gurauan atau e. Canda yang sehat dan bersahabat.93 Hj. Lutfiah Sungkar dalam kehidupan sehari-harinya selalu memberikan contoh yang baik pada masyarakat dengan mendirikan majlis ta’lim di dekat rumah beliau, sebagai tempat pengajian dan terbuka untuk siapa saja dan pengajarnya pun siapa saja.
92
Hasil wawancara dengan Shelly Menejer Hj.Lutfiah Sungkar 17 Mei
93
Ibid
2008
4. Evaluasi Dalam Aktivitas Dakwah Evaluasi dilakukan Hj. Lutfiah Sungkar, Setelah usaha yang sangat intensif dalam berdakwah beliau laksanakan, maka beliau tidak lupa untuk memohon bantuan (dalam do’a) pada Allah agar ceramah beliau benarbenar diterima dengan baik dan dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian beliau meminta maaf setelah ceramah kepada mad’u, dan meminta maaf kepada Allah SWT.94 Dengan adanya
evaluasi para da’i dapat
memeprbaiki diri dengan lebih baik.
F. Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Dengan melakukan analisis diskriptif maka diketahui kekuatan atau pendukung dakwah yang dimiliki Hj. Lutfiah Sungkar yaitu dari segi internal, latar belakang pendidikan beliau adalah Sarjana Islam, sehingga ilmu pengetahuan yang beliau miliki tentu cukup memadai untuk melakukan dakwah. Sedangkan dari segi konsentrasi beliau berdakwah, sudah semenjak masih mahasiswa, Sehingga beliau bisa melakukan metode dakwahnya berkembang sampai sekarang. Latar belakang pendidikan adalah ilmu dakwah dan retorika. Jadi materi dakwahnya bukan hanya tentang akhlak tetapi juga kajian-kajian AlQur’an terutama hukum dalam Islam, yang berlaku bagi semua manusia. Sehingga masyarakat di beri pencerahan dari segi materi yaitu materi dari Al-Qur’an dan Hadits.
94
Hj. Lutfiah Sungkar Wawancara Pribadi,tanggal 17 Mei 2008
Kemudian dari segi eksternal (segi masyarakat), tentunya ada kegairahan untuk memperdalam dan membutuhkan sentuhan-sentuhan keagamaan khususnya, dikalangan para ibu-ibu rumah tangga yang sibuk dalam berbagai aktivitasnya di kantor dan pegawai negeri. Dalam setiap melaksanakan kegiatan dakwah, maka tidak heran dan tidak mustahil akan ditemukan masalah-masalah yang dapat menghambat kelancaran dalam menyampaikan meteri dakwahnya baik, itu faktor dari internal maupun dari eksternal. Adapun hambatan-hambatan dari dalam (internal) yang dialami Hj. Lutfiah Sungkar adalah masalah yang sudah beranjak usia lanjut. Adapun profesi kesibukan keseharian beliau disamping sebagai juru dakwah, beliau juga pembimbing Haji dan Umrah di Ummi tour Travel, sehingga terkadang aktivitas dakwah yang dilaksanakan tidak mencapai sasaran dan tujuan dakwah yang diharapkan secara maksimal. Hambatan dari faktor eksternal adalah respon dari kebanyakan masyarakat yang bersikap tidak peduli terhadap berbagai aktivitas dakwah yang dilaksanakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar. Di tambah lagi dengan tayangan media massa yang mengekspos beliau mengenai perceraian dengan mantan suaminya, sehingga masyarakat menjadi berubah tidak seperti yang diharapkan beliau. Jadi disinilah tantangan bagi seorang juru dakwah khususnya, Dra. Hj
lutfiah Sungkar sebagai manusia biasa. Untuk
menanggulangi hambatan-hambatan internal Hj. Lutfiah Sungkar (dalam hal kesehatan), beliau telah melakukan berbagai upaya mencoba merintis
kegiatan dakwahnya dari kalangan orang terdekat dari pihak keluarga sendiri. Sedangkan untuk menanggulangi hambatan-hambatan yang bersifat eksternal seperti yang telah disebutkan di atas, Hj. Lutfiah Sungkar berusaha memberikan pengertian kepada warga masyarakat bahwa, kiprahnya atau aktivitas
dakwah
yang
dilakukannya
adalah
semata-mata
untuk
melaksanakan perintah Allah SWT yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dra. Hj Lutfiah Sungkar juga menyadari bahwa aktivitas-aktivitas dakwah yang dilakukannya tidak langsung dapat diterima oleh masyarakat luas. Namun beliau terus menerus berusaha setahap demi setahap untuk menyakinkan masyarakat tentang kebenaran yang disyi’arkan dalam dakwahnya.95 Karena ketika permulaan bahkan hingga akhir hayat Rasullah SAW, selalu mendapatkan berbagai macam tantangan dan hambatan dalam usaha beliau untuk menyi’arkan agama Allah SWT, kepada segenap manusia yang ada di muka bumi. Hal yang memberi motivasi beliau untuk tetap melakukan perjuangannya. Perjuangan Hj. Lutfiah Sungkar bukan suatu hal yang mudah, karena umat Islam seperti di kota metropolitan seperti sekarang ini yang sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh negatif yang timbul, hal ini dipengaruhi budaya asing yang lebih condong bersifat negatif akan membawa perubahan terhadap tingkah laku umat Islam itu sendiri.
95
Shelly, Menejer Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara Pribadi,Jakarta, 17 Mei 2008.
Dengan demikian keberadaan Hj. Lutfiah Sungkar, diperlukan sekali di tengah-tengah kehidupan masyarakat sekarang ini dalam upaya memberikan pencerahan demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan dakwahnya kepada jalan yang dirhidai Allah dan Rasul-Nya.
BAB V PENUTUP
Dari uraian atau analis diskkriftif penulis tentang kiprah Hj. Lutfiah Sungkar dalam pelaksanaan tugas dakwahnya dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Dra Hj Lutfiah Sungkar memberikan pandangan dalam kegiatan dakwahnya yaitu bahwa, dakwah yang selama ini beliau lakukan adalah merupakan suatu pengabdian terhadap Allah SWT dengan penuh keikhlasan semata untuk menyampaikan misi dakwah beliau, dan bentuk dakwah yang beliau gunakan adalah bil lisan, bil qalam, bil hal. Oleh karena itu, kewajiban berdakwah bukan hanya seorang da’i atau da’iyah saja melainkan juga setiap orang muslim mempunyai kewajiban yang sama dalam hal mengajak orang lain kepada jalan kebaikan dan melarang kejalan yang bertentangan dengan ajaran agama.
2. Kiprah atau kegiatan dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar yang selama ini masih berjalan tidak hanya melalui media massa saja, melainkan juga di majlismajlis ta’klim khususnya, di kediaman beliau sendiri dan di Petukanga, Jakarta Selatan, yang notabenenya adalah ibu-ibu rumah tangga. 3. Eksistensi Dra Hj Lutfiah Sungkar pada saat ini dalam kiprah dakwahnya masih bisa bersinar di masyarakat Jakarta selatan, setelah sekian lamanya tiadak lagi eksis di media. Yang mengangkat nama beliau banayak di kenal dan bersinar sehingga beliau menjadi da’iyah yang populer.
B. Saran Selanjutnya dari proses penulisan skripsi ini untuk yang terakhir, ada beberapa saran atau masukan dari penulis untuk siapa pun yang dapat menjadikan pengajian Dra. Hj Lutfiah Sungkar sebagai sarana menambah ilmu, amal, dan takwa kita pada Allah SWT. Saran-saran diantara lain: 1. Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang sekarang pengajiannya tetap eksis dalam dunia dakwahnya agar tetap di pertahankan tidak berhenti samapai kapan pun, harapan pada Hj. Lutfiah Sungkar untuk eksis lagi di berbagai media seperti dahulu. Agar semua lapisan masyrakat mudah untuk mengikutinya. 2. Bagi semua para da’iah yang ada di seluruh Negri ini, Mudah-mudahan bisa mengikuti seperti Hj.Lutfiah Sungkar di dalam dunia dakwah, yang pada saat ini krisis akan penanaman moral pada masyarakat.dalam menyamaikan kebenaran Allah SWT,
3. Selanjutnya saya sarankan kepada seluruh umat Islam bahwasanya dakwah bukan saja dari da’i ataupun da’iyah. Melainkan dari diri sendiri sangat penting untuk menata hidup yang di ridhai Allah SWT. 4. Untuk selanjutnya di majlis tak’lim, media cetak, atau elektronik dalam menyampaikan dakwah untuk materi yang akan di sampaikan lebih banyak referensi yang secara eksplisit dari Al-Qur’an dan Hadits.
`
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Amin, M. Masyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997. .........., Dakwah dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997. Amarullah Ahmad,(ed), Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial, Yogyakarta: PLP2M, 1985. Anshori, Hafi, 1993.
Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas,
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Arifin,M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Ashari, Hapi, Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998. Aziz, Moh. Ali. M.Ag, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004. Azra, Azyumardi, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan Historiografi” Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia” . Gramedia Bekerja sama Dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000. Bachtiar, wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Barokah,, Muhammad Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme, Tidak Harus Ditolak Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994. Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, Malaysia: Nur Niaga SDN BHD, 1999. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1990.
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta, P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999. Firdaus, Panji-Panji Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Mulia, 1994. Ghazali, M Bahri, Dakwah Komunikatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Ghazali BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992. Hafidudin,Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Islami Press, 1998. Halim Mahmud, Ali Abdul, Jalan Dakwah Muslimah, Solo: Era Intermedia, 2007. Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam: Teknik Dakwah dan Lledership, Bandung: Diponogoro,1998. Hasanuddin, Hukum Dakwah : Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996. ................., Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan Surabaya: PT. Usaha Nasional,1982. Ma’ruf Noor, Farid, Dinamika dan Akhlak Dakwah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981. Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasullah.Bogor: Pustaka Thariqun Izzan, 2000. Moleong, Lexy, J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhaimin, Abda Slamet, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1996. Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1996. Munzier, Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media 2003. Munir, dkk, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani press, 1999. Nasir, Fiqhud Dakwah, Solo: Ramadhani, 1987. Nazir, Muhammad, Metode penelitian, Jakarta: Gaila Indonesia, 1988.
Partanto Lihat Pius dan Al-Barry Dahlan, Kamus Ilmiah Populer,Surabaya: Arloka,1994. Rafi ar- Mustofa,I, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar 2002. Ridwa,Kafrawi, dkk,. Ensiklopedi Islam, Jakarta: P.T.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999 Rahmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya 2002. Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizzan, 1998. Shaleh, Abd Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Siddik, Syamsuri, Dakwah dan Teknik Berkhutbah , Bandung: PT. Al-Ma’arif 1981. Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Surahmad, Winarno Menyusun Rencana Penelitian, Bandung: CV. Tarsita, 1989. Sobur, Alex, analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2001. Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Takariawan, Cahyadi, Prinsip-Prinsip Dakwah: Yang tegar di Jalan Allah, Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005. Usman, Basyiruddin, M. Asmawi, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Yahya Zakariya Abu ibn Syaraf an-Nawawi, Riyad as-Solihin, Bairut: Dar al-fikr 1992. Yakub, Hamzah, Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Ledership Bandung: CV Diponogoro, 1982. Yunus, Mahmud, Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1997.
B. wawancara Wawancara Dengan Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara pribadi, tanggal, Jakarta: 17 Mei 2008. Wawancara Dengan Shelly, Menejer Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara Pribadi, Jakarta:17 Mei 2008.
.
WAWANCARA LAMPIRAN WAWANCARA
Interviewee
: Dra Hj Lutfiah Sungkar
Interviewer
: Odah Jubaedah
Tempat
: Komplek Larangan Indah Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug
Hari / Tanggal: Sabtu 5 April 2008
T : mohon jelaskan sekilas tentang riwayat hidup ustadzah? J : Riwayat dari mulai ngajar maksudnya …em…waktu itu ibu mulai ceramah mulai dari anak yang paling kecil mulai buka majlis ta’lim itu dari rumah dari orang-orang sekitar tetangga-tetangga orang terdekat dulu pertama awalnya kayak gitu, terus sampai pertama punya majlis ta’lim di pertamburan, waktu itu buka tetep berjalan, ibu kesanah ngajar itu yang pertama kali, terus em,,,ibu pergi haji pertama habis punya anak yang paling kecil dari habis itu pertama, tapi masih…masihsekupnya masih kecil terus ibu kuliah besiknya besiknya fakultas dakwah setelah S1 ibu teruskan di Al-Azhar juga, terus melanjutkan di Australia mengambil retorikanya, em…jadikan lebih mateng, retorikanya kan secara umum, Cuma ibukan punya apa namanya?....lebih spesipiknya ke bidang Agama, jadi tinggal tahu apa yang disampaikan. Kalau retorikanya kan secara umum cumin teknis bagaimana menghadapi audiens istilahnya kan begitu. Em…yaitu dari sempet ibu ke Australia sempet mondar – mandir dan
tapi tiap pulang ngajar-ngajar dan sempet ke TV juga ke TPI pertama kali terus ke INDOSIAR. SCTV, terus sekarang masih ada SCTV, INDOSIAR masih keluar rekamannya, terus pertama kali di TV di TPI teru RKM ( Radio Kayu Manis ) lama tuh, berapa tahun uadah lama mulai dari tahun kapan saya lupa terus mulai ceramah-ceramahnya mulai banyaklah sampai sekarang lah…… T : Bisakah ustadzah ceritakan mulai pendidikan dimana ? J : em…di Solo ibukan Aslinya dari Solo dari SD sampai SMA nya di Solo pada tahun berapa saya ga hapal habisnya dah lama banget yah…jadi ga terlalu hapal. T : Dimanakah ustadzah mulai pendidikan Agama ? J : kan… kalau dikeluarga Arab mereka memang dari kecil, belajar sekolah dua kali, sampai ke anak saya mengalami sama dari kecil emang ditanam agama, terus ibuka kuliahnya bagian dakwah jadi nyambung istilahnyakan jadi kayak gitu, besik dari sekolah kan udah ada jadi gitu. T : Karya-karya apa saja yang pernah ustadzah buat ? J : Ya,,,buku yang baru ada, terus yang tidak produksi lagi juga ada namanya apa? CD juga pernah ada tiga tentang, aku bersyukur jadi wanita, surga dibawah telapak kaki ibu, ada lagi apa y…ada tiga. Sempet beberapa tahun produksi terus karena orang banyak yang nanya kan terakhir tidak peroduksi lagi ganti sama buku, orang minta lagi CD memang ibu keberatan, kalau CD bisa keliatan wajahnya, ya udah ga usah keluar lagi begitu. T : Kalau boleh tahu buku apa saja yang pernah terbit ? J : bukunya yaitu, shalat yang di contohkan Rasul, terus satu lagi kalau ga salah, em…entar dulu saya lupa, saya cari dulu di lemari.
T : Bagaiamana menurut ustadzah da’i atau da’iah yang ideal ? J : Ya….semuanay kan bagus-bagus, istilahnya semua orang wajib menyampaikan baligu………wajib menyampaikan ustadzah, ulama, bukan da’i-da’i saja , tapi semua orang wajib istilahnya kepala keluarga aj wajib untuk menyampaikan kepada anak-anaknya dan istri begitu…tapi tetep kebenaran ibu kebenaran, yang di perhalus maksunya pelan-pelan dulu misalnya ibu ga mau kalau memang wajib , ya wajib ga bisa jangan dulu, ibu ga bisa ya…pelan-pelan dulu. T : Dimana saja kegiatan dakwah ustadzah pada saat ini ? J : di majlis-majlis ta’lim terus keluar kota, Kalimantan tengah, Samarinda, keliling Aceh sudah sampai Aceh, ke Papua udah, NTB uadah, Surabaya, Bali, Lombok, udah deh, keliling-keliling daerah terus udah ke Hongkong uadah, Singapura , Australia udah, terus ibu juga ngisi radio di Saudi di minta waktu ibu Umrah di Jiddah udah, pokoknya dah keliling semua…. T : Jelaskan perjalanan dakwah ustadzah pada saat ini ? J : Maksudnya….kemana-kemana tadi saya bilang udah pernah, tadi saya bilang …kaya kemari bulan April sudah kedua tempat ke Samarinda dan Mamuzu, Makasar terus baru kemaren pulang dari Bandung, dari telkom ngundang jadi kemana saja aja sih…Insya Allah ibu datang, kan kalau orang berpikir kalau misalnya digantikan orang akan berpikir ibu gak mau, padahal enggak…. mungkin pada kecapean dimana aja she. walaupun dipelosok sekalipun pernaha datang, ke Ciawi datang sendiri kepelosok-pelosok nyampe. terus ke Mauk ke
Tangerang yang orangnya masih pake baju seperti itu nyampe kok, enggak pilih-pilih kasih kok! pokoknya kalau sehat kendaraan juga kalau ada dijemput ada kok gak mempersulit, kalau ngundang ibu gak harus ada surat ataupun proposal. kalau waktunya sudah cocok dan bisa ibu catat kalau bisa datang. udah gitu aja!.... InsyaAllah.. T : Aktivitas apa saja yang dilakukan oleh Ustadzah dalam upaya berdakwah? J : Ibu sih…ceramah-ceramah itu, bimbingan umroh, bimbingan haji, selama ini kan tahun-tahun kemaren gitu… ya… kalau ada kesempatan bimbingan umrah, haji juga. Soalnya tidak di travel ibu saja, kaya di Al-Amien juga pernah di berbagai travel-travel yang diminta. Ada lagi pernah ibu punya travel juga namanya Umi Tour Travel. T : Metode apa saja yang selama ini digunaka oleh Ustadzah dalam aktivitas dakwah? J : Pokoknya itu… dari Al-qur’an dan Hadits tak lepas dari itu, jadi yang disampaikan udah ada rujukannya, jadi orang juga gak bisa protes. Yak an tadi adik udah ngikutin tadi ibu ceramah. Misalnya ini ada disurat ini jadi orang gak bisa mungkir dan gak bisa ngelak. T : Apa faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah ustadzah pada saat ini? J : Selama ini gak ada apa-apa sih… kecuali kecapean, sakit itupun kalau sudah benar-benar sakit, kadang-kadang juga mereka meminta ibu waktu ngudang ceramah ibu digantiin, itu misalnya, tapi itu kondisinya lagi sakit. kalau gak sakit gak mungkin digantiin begitu.
T : Apa faktor pendukung ustadzah bisa menjadi Da’iah yang banyak dikenal di Media? J : Ya… mungkin karena ibu dari media-media sudah banyak yang kenal, yah kebanyakan biasanya orang-orang mengenal ibu dari televisi, jadi mereka akhirnya mengundang ibu, dan kadang-kadang menanyakan ke media televisi, atau pun minta nomor telepon dan alamat rumah saya, dan dari luar kota mencari informasi tentang saya seperti itu. kan ibu juga mengisi di majalah hidayah juga. iya kan… T : Apa faktor pendukung ustadzah bisa di Ekspose di media? J : Enggak… tapi kan kalau udah waktunya Allah juga ngasih kesitu, ya kan…tapi kalu belum waktunya ya gak begitu, kalau Allah udah berkehendak begitu ya begitu. terkenal... saya rasa semuanya di atas yang mengatur gak ada dari siapapun. T : Apa tujuan dan sasaran aktivitas dakwah Ustadzah? J : Tujuannya pokoknya masuk ke golongan masyarakat atas dan golongan bawah, masuk gak milih-milih kasih kok!... Menyampaikan ke orang-orang bawah juga yang orang-orang atas juga kan seperti itu menyampaikan pesan dakwah. T : Apa sasaran dakwah Ustadzah? J : Ibu tidak milih-milih siapapun baik mahasiswa, ataupun anak-anak SMA ibu siap kok Ok aja gak milih-milih kasih. Itu kan untuk kebenaran makanya ibu tidak boleh milih-milih. dalam artian kesini gak mau atau males, ibu tidak begitu.
T : Tahapan-tahapan apa saja yang Ustadzah lakukan dalam aktivitas dakwah? J : Biasanya kalau guru itu dengan mempersiapkan dulu, yaitu dengan banyak baca seperti ibu yang hoby nya membaca apalagi buku-buku agama jadi ibu seperti itu juga. T : Apa reaksi masyarakat terhadap aktivitas dakwah ustadzah? J : ya…selama ini masyarakat banyak respon. mereka seneng apa yang disampaikan ibu, karena ibu orangnya tegas, ya,..istilahnya mudah dimengerti, gampang dan bahasanya siapa saja mudah untuk masuk. penyampaianya juga mudah dimengerti karena kalimat-kalimatnya mudah untuk dimengerti. T : Buku apa saja yang ustdzah pelajari selama ini ? J : Banyak sih….seperti Al-Qur’an, Hadits, bukunya Ibnu Ka’sir, pokoknya banyak deh….buku-buku yang saya pelajari, seperti bukunya Imam Ghazali, dan buku-buku lainya khususnya buku bidang agama. T : Pada tahun berapa ustadzah memulai berdakwah ? J : Sejak umur anak saya yang paling kecil, anak saya yang paling terakhir. ya….sejak tahun 82 kalau ga salah mulai aktif berdakwah. T : Siapa yang banyak mendukung dalam pembentukan karakter ustadzah sebagai da’iah pada saat ini? J : Kan,..selama ini yang banyak mendukung dari keluarga semua dari anak saya, dia yang menemani ibu kemana-mana, bapak dulu pernah berjalan. bapak kan, dulu penceramah juga , jadi istilahnya ga ada apa-pa sih!...kompak-kompak aja, sama keluarga oke-oke aja!..kan untuk ibadah istilahnya orang ga ada
yang protes. tujuannya untuk ibadah begitu…semuanya sepaham dalam keluarga.
T : Apakah ada pelatihan khusus ustadzah selama jadi da’iah pada saat ini ? J : Saya rasa, sebelumnya, itu ya…pada masa-masa kuliah terus ibu ngambil retorika , jadi persiapan-persiapan teknik penyampaiannya ke audiens kan sifatnya secara umum ngambil retorika waktu di Australia. jadi ibu punya besik Agama dan ibu juga belajar besik Agama ,bentuknya Agama jadi cara penyampainya juga Agama. tapi bukan pesantren ibu dari kecil pendidikannya Agama terus dalam pendidikan keras. T : Saat di Australia berapa lama ustadzah belajar ? J : Jadi begini, di Australia sempet mondar-mandir pada saat sekolah di sanah, kalau disanah kan sekolahnya hanya secara umum retorikanya saja, soalnya campur sama bule-bule. istilahnya tidak spesipik dalam bidang Agama, tapi disana mereka alurnya ke mana-mana kalau ibu memang bidangnya Agama jadi mudah untuk teknuk penyampainya ke audiens, begitu. ibu di Australia engga sampe tujuh tahun ko! T : Apa saja yang ustadzah dapatkan dalam prestasi dakwah ? J : Ya….waktu itu di musli Award pas lagi bulan mauled di Jakarta di sinih terus di majalah Hidayah ibu pernah ke Singapura keliling-keliling yang ibu ngisi sampai sekarang. dari situ banyak tanggapan dan respon dari masyarakat bagus banget, jadi ibu dapat Award dari situ.
T : Materi apa saja yang ustadzah gunakan selama dalam berdakwah ? J : Materi yang ibu gunakan ya, secara umum yang mereka butuhkan yang kayak masalah keluarga. Apa yang jadi pertanyaan jamaah ibu selalu berusaha untuk menjawab ibu bisa menjawab yang sesuai ibu jawab dari Al-Qur’an yang selalu ada rujukannya, jadi mereka juga mengerti benar enggga ragu-ragu. T : Pada waktu kapan ustadzah mengadakan kegiatan dakwah di sinih? J : Sebetunya waktu itu udah lama sampai waktu itu sampai pernah waktu itu, yang banyak pengajian Dhuafa sampai tiga tahun empat tahun sebulan sekali tapi akhirnuya berhenti karena sering keluar kota, untuk undangan keluar kota, terus kalau saya perhatiin mereka dating hanya untuk ngaji-ngaji kuping menurut say kurang karena pengajian begini pernah sebelumnya juga. waktu itu sudah pernah bahkan jamaahnya suami istri, suaminya di depan istrinya di dalam. begitu, pikirnya kan kesanah tapi sekarang lebih dibuat khusus untuk perempuan-perempuan saja. begitu aja sih!. T : Apa alasan ustadzah melakukan dakwah di sinih? J : Alasannya…kan banyak orang-orang kantor yang ga bisa dateng ga bisa ikut pengajian, mereka yang ga bisa ikut dan ga bisa dateng pengajian orang-orang yang sibuk di kantor jadi kalau hari sabtu libur, banyak yang datang “ tolong dong! ustadzah bikin pengajian” orang-orang sinihkan pada di kantor mereka yang minta, melakukan pengajian ini, ya, udah saya bikin. T : Selain berdakwah apakah ada kegiatan yang lainnya ? J : Engga, ada selain berdakwah, mungkin Cuma bimbingan Haji dan Umrah itu saja, itu juga udah habis waktunya, istilahnya setiap hari sudah sering keluar paling hari minggu aja, orang-orang yang minta, kayak minggu kemaren waktu
kemakasar hari minggu dan senin, selasa itu orang yang minta, jadi ga tentu, kadang hari minggu ngisi kadang hari minggu di buat istirahat, ya!.. tergantung ga tentu juga, kadang kalau ada undangan datang, kalau ga ada waktu di pergunakan untuk istirahat., berkumpul bersama cucu-cucu dan anak-anak, begitu. T : Adakah lembaga dakwah yang ustadzah telah dirikan selama ini? J : Ya,…kalau lembaga sendiri sih, paling cuma yayasan Alutfiah aja di sinih, itu aja yang kayak pengajian-pengajian yang ibu bikin Khairunnisssa. Itu ada beberapa yang ibu rintis dari awal pengajian, tapi semuanya yang ibu nasehatin apa ya, namanya yang sampai sekarang…..ada yang sampai 17 tahun yang kemaren kalau ga salah 10 tahun di jalan Cilandak. yang kemaren juga di lakukan bimbingan ibu terus yang di Petukangan yang memulai awalnya ibu juga. yang ngajar ibu juga, jadi di beberapa majlis ta’lim itu rata-rata Khairunnissa yang di bimbing
ibu, Khairunnissa jadi cumin nama ibu
istilahnya engga di monopoli ya, yang saya ngajar bebas aja!.. ngajar-ngajar bebas aja, jadi banyak yang dirintis oleh ibu. Begitu. T : Apa visi dan misi tujuan ustadzah berdakwah selama ini? J : Ya,…visi dan misi ingin mencapai kebenaran menuju Ridha Allah. Begitu aja!...kan semuanya istilahnya ini dilakukan berdasarkan ibadah, jadi menurut ibu begitu.
Narasumber
Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Peneliti
Odah Jubaedah
ABSTRAK Odah Jubaedah Kiprah Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, baik kelompok maupun individu yang sudah mengerti dan memahami dalam mengamalkan ajaranajaran Islam. Dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad’unya apabila dalam kegitan dakwahnya seorang da’i atau da’iah memberi contoh yang baik, juga dalam pesan dakwah mudah diterima dengan oleh mad’unya. Salah satunya adalah kiprah dakwah yang dilakukan oleh Dra Hj Lutfiah Sungkar. Setelah mengamati dan mengikuti serta mendengarkan langsung dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar baik, penerapan atau aktivitas dakwahnya sangat tepat pada sasarannaya, dan dapat diterima mad’unya khususnya, para ibu-ibu rumah tangga. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik, berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat di teliti. Metode deskriptif analisis yang penulis lakukan ini yaitu, sebuah metode yang mendeskripsikan gagasan primer yang diper oleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber yang akan menghasilkan penafsiran penulis. Dra Hj Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iah yang memiliki kemampuan dalam aktivitas dakwahnya menuju sasaran dengan baik sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat khususnya kalangan perempuan.
WAWANCARA Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Interviewee
: Fifin
Interviewer
: Odah Jubaedah
Tempat
: Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug
Hari / Tanggal
: Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar? J : Saya, alasannya ada enam hal mengaji kesinih; yang pertama menghilangkan kebodohan, yang kedua mencari ridha Allah, yang ke tiga mengharap surga Allah, yang ke empat menghidupkan Islam, yang ke lima mensyukuri nikmat Allah, apa yang telah Allah berikan atas kenikmatan sehatNya, ya, kalau saya ga sehat saya ga biasa ngaji kesinih dan yang ke enam memang saya harus bergaul sama orang alim, kitakan perempuan ustadzah perempuan karena di tempat saya kebanyakan da’inya laki-laki. Begitu. T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Kalau yang namanya dakwah saya harus sukai meskipun orang itu saya benci, jadi saya the, ngarah elmuna cek Sunda mah, bilang begitu. ibarat kita punya ayam , jadi apa-apa ibarat ayam kalau yang kita ambil telornya bukan ta’inya. T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar? j : Y, cukup penting kita kan yang namanya perempuan, bisa nanya apa saja, bebas walaupun masalahnya yang sangat pribadi, terutama kalau kita lagi
masalah mens (haid) kalau sama ustad da’i laki-laki kita ga berani jadi kalau sama beliau saya berani, jadi saya sama beliau seperti itu. T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Menurut saya cukup konkrit, saya senag tapi kan kalau masalah ilmu itu saya tidak sempurna dari satu orang tidak bisa . Mungkin kalau ustadzah pinter berdakwah mungkin yang lain pinter sesempurna
dimana gitu, jadi tidak
mungkin ada kesamaan antara ustad ini sama ustad ini, disinih kita hormati kekurangan orang. T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Banyak ilmunya, jadiakan Allah memang mencintai orang-orang yang alim. T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Ya, kan kita dalam kehidupan sehari-hari banyak kekurangan kalau di TV-TV lain atau masalah-masalah yang lain butuh penerangan dan banyak kejadian macem-macem, jadi disinih saya mendapatkan keterangan dari ilmu ustadzah yang di sampaikannya. Begitu.
WAWANCARA Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Interviewee
: Rital
Interviewer
: Odah Jubaedah
Tempat
: Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug
Hari / Tanggal
: Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar? J:
Ya, untuk memperbaiki diri, mencri tau apa yang tidak menjadi tau, kan, tujuan kita untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah beriman apa yang telah Allah katakana, jadi pada hakikatnya kita di ciptakan untuk beribadah karena banyak kekurangan-kekurangan jadi kita ikut pengajian-pengaajian ini hanya untuk memperbaiki diri dari yang tidak tahu memjadi tahu.
T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Ya, ..sangat menyukai karena begitu eksplisit, jelas, gamblang, saya menyukai karena mudah sekali untuk diresapi oleh otak kita, T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Waah, cukup baik dan bagus juga positif, beliau adalah serang ustadzah yang banyak berperan dalam bidang dakwah, mungkin suatu saat ada Lutfiah Sungkar-Lutfiah Sungkar yang akan datang. Seperti itu.
T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Ya, masuk diakal, jelas, tadi gamblang, jelas selalu berdalil dari Al-Qur’an jadi ga ada keraguan sama sekali, tiadak ada keraguan karena, pokoknya seneng deh! ikut pengajian ini. T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Cukup, gamblang, kalau nerangin, enak everything befress tidak pernah menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits, jadi kita srek dan mantep untuk mengikutin ini, kenapa mantep dan srek karena berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bukan berdasarkan apa-apa atau yang lainnya. Gitu Loh…. T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Peranannya, ya, bagus. Cukup aktif bagus euh….karena sekarang kurang karena udah ga ada di TV ga ada di Radio jadi harus banget ngikutin atau dengerin, kalau dulu ka nada di TV ada di Radio jadi mudah sekali di dapat dan terjadi waktu tinggal ctrek ada, sekarang tidak terjadwal untungnya ada di rumah beliau, kalau tidak ikut kita rugi-rugi banget.
WAWANCARA Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar Interviewee
: Sofiah
Interviewer
: Odah Jubaedah
Tempat
: Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug
Hari / Tanggal
: Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar? J : Euh….satu untuk menambah wawasan dan ilmu, karena dengan ilmu kan “nur” cahaya di hati kita menambah wawasan dan ilmu mudah-mudahan berharap dari ilmu ini bermanfaat tanpa ada yang tidak di inginkan. T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Saya, suka sekali, karena mengambilnya cuma dari Al-Qur’an karena itu pedoman hidup adalah Al-Qur’an,
T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Tentang figure ustadzah , menurut saya nie…pribadi saya, dia memang orangnya , apa istilahnya? bertanggung jawab untuk agamanya dia memberikan apa yang diberikan Allah , diberikan untuk manusia lain, manusia biasa seperti saya mungkin, lebih bermanfaat untuk ilmunya supaya bermanfaat begitu.
T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Pandangan menurut saya, yaitu: memang bagus ya…waktu isi penyampainya berkesan menurut saya karena semuanya yaitu kembali dari Al-Qur’an dan Hadits tidak menyeleweng dari itu jadi itu yang saya sangat sukai, karena kita semua ditinggalkan oleh Rasullah ada dua pesan yaitu Al-Qur’an dan Hadits Rasullah, nah….jadi yang disampaikan ustadzah memang betul, itu yang di amanatkan oleh Rasullah. T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Sosok ustadzah memang patut untuk kita tiru dan banggakan karena beliau orangnya, bagus dan pintar juga banyak ilmunya yang di dapat, lagi-lagi beliau ceramah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Begitu. T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar? J : Dakwahnya, ya….sebetulnya bukan apa-apa ya…itu satu, memang berkewajiban menyampaikan dakwah, ini wajib bagi manusia siapa saja, terutama bagi diri saya juga, bu Lutfiah juga, itu wajib menyampaikan apa yang di punya wajib menyampaikan apa yang diberikan oleh Allah, itu istilahnya bukan mencari seperti, apa namanya ? itu, mencari pujian orang, manusia, pujian siapa pun pujian hamba-hamba Allah yang apa beliau tidak di inginkan dan dipuji, tapi menyampaikan karena Allah semata-mata untuk ilmu bermanfaat dan menyampaikan kebenaran dan yang datang dari Allah SWT.