KINERJA TERNAK KAMBING JANTAN LOKAL YANG MENDAPAT RANSUM KOMPLIT BERBASIS TONGKOL JAGUNG DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA (Performance of Local Male Goats Fed on Complete Ration Composed Mainly With Corn Cobs with Different Protein Sources) Asmuddin Natsir, Harfiah, M. Zain Mide, Rinduwati Staf Jurusan Nutrisi dan makanan Ternak, Fak. Peternakan Unhas Jl. Perintis Kemerdekan Km. 10, Makassar-90245 Corresponding email:
[email protected]
ABSTRAK Palatabilitas dan kandungan protein yang rendah dari tongkol jagung dapat diatasi dengan menyajikan tongkol jagung sebagai pakan ternak ruminansia dalam bentuk pakan komplit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja produksi ternak kambing jantan lokal yang diberi ransum komplit berbasis tongkol jagung mengandung sumber protein yang berbeda. Empat ekor kambing jantan lokal umur kurang lebih satu tahun dengan rataan bobot badan awal 13.3±1.4 kg, secara acak diberi satu dari empat macam ransum percobaan berdasarkan rancangan bujur sangkar latin 4 x 4. Ransum percobaan adalah: A. Ransum komplit dengan sumber protein ampas tahu, B. Ransum komplit dengan sumber protein tepung ikan, C. Ransum komplit dengan sumber protein tepung bulu, dan D. Ransum komplit dengan sumber protein urea. Keempat jenis ransum percobaan diformulasi sedemikian rupa sehingga mengandung protein kasar ± 10%. Percobaan dilaksanakan selama empat periode, yang mana setiap periode berlangsung selama 4 minggu. Kambing percobaan ditempatkan secara individu pada kandang individu ukuran 1,5 x 0,6 m2. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan dan minum yang terpisah. Parameter kinerja yang diukur adalah pertambahan bobot badan harian (PBB), konsumsi bahan kering (KBK) ransum, dan konversi pakan (KP). Hasil percobaan memperlihatkan bahwa rataan PBB untuk perlakuan A, B, C, dan D adalah 136, 115, 89, 79 g/hari. Rataan KBK adalah 587, 595, 508, 574 g/hari, masing-masing untuk perlakuan A, B, C, dan D, sementara KP masing-masing perlakuan adalah 4,78; 5,41; 6,17; dan 7.28. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ransum komplit tidak berpengaruh (P = 0,159) tehadap pertambahan bobot badan harian, tetapi perlakuan cenderung memberikan pengaruh terhadap KBK (P = 0,087) dan KP (P = 0,065). Kesimpulan, formulasi ransum komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan menggunakan ampas tahu atau tepung ikan sebagai sumber protein memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tepung blu atau urea sebagai sumber protein dalam hal konversi pakan pada ternak kambing kacan jantan yang sedang bertumbuh. Kata Kunci : Kambing kacang jantan, Ransum komplit, Tongkol jagung, Kinerja produksi ternak PENDAHULUAN Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan produksi ternak dan menentukan keberhasilan usaha peternakan oleh
175
karena 60-80% dari biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pakan. Ternak ruminansia sangat tergantung pada padang penggembalaan untuk memperoleh hijauan sebagai pakan utama. Mengingat dewasa ini lahan yang dapat menyediakan hijauan semakin terbatas, maka penggunaan bahan pakan alternatif pengganti hijauan perlu diupayakan. Salah satu jenis limbah pertanian yang belum dioptimalkan pemanfaatannya adalah limbah tanaman jagung berupa tongkol jagung. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, sehingga potensi tanaman jagung dan hasil ikutannya sebagai pakan ruminansia cukup banyak tersedia. Batang, daun, dan tongkol berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Sebagai sentra produksi jagung, potensi tongkol jagung sangat melimpah. Sejauah ini, bahan ini sebagian besar hanya dibakar atau hanya dibuang yang berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini dapat dioptimalkan penggunaannya sebagai bahan pakan sumber serat alternatif pengganti hijauan. Hal ini dapat dilihat dari komposisi kimia yang dimiliki (Rohaeni dkk., 2006). Tongkol jagung mengandung selulosa 44,9%, hemiselulosa 31,8%, dan lignin 23,3% (Wardhani dan Musofie, 1991) sehinga cocok dimanfaatkan sebagai serat pengganti sebagian atau seluruh hijauan dalam ransum ruminasia. Namun demikian hal mendasar yang perlu mendapat perhatian dalam usaha pemanfaatan tongkol jagung sebagai pakan ruminansia adalah bentuk fisik, palatabilitas yang rendah, dan kandungan nutrisi terutama protein dan mineral yang rendah, sehingga perlu dicari solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat diatasi dengan pengolahan terlebih dahulu, misalnya dengan menyajikan bahan pakan ini dalam bentuk pakan komplit (total mixed ration). Mide dan Natsir (2013) melaporkan bahwa pemanfaatan tongkol jagung hingga 45% dalam ransum komplit tidak mempengaruhi tingkat kecernaan dan konsumsi ransum komplit, yang berarti bahwa penggunaan tongkol jagung dalam ransum komplit hingga 45% tidak berpengaruh negatif terhadap pemanfaatan nutrisi oleh ternak kambing secara umum. Pakan komplit (total mixed ration) merupakan suatu strategi pemberian pakan yang telah lama diterapkan, khususnya pada industri sapi perah. Penggunaan pakan komplit pada sapi yang sedang laktasi memang sangat relevan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan nutrisi (terutama energi) yang sangat tinggi, dan pada saat yang sama mampu menyumbang kebutuhan serat (NDF) yang sangat penting bagi stabilisasi ekosistem rumen. Selain itu, pakan komplit juga lebih menjamin meratanya distribusi asupan harian ransum, agar fluktuasi kondisi ekosistem di dalam rumen diminimalisir (Tafaj et al., 2007). Pada sistem produksi kambing di Indonesia penggunaan pakan komplit sampai saat ini masih sangat terbatas. Hal ini kemungkinan terkait dengan tipe usaha yang bersifat sambilan dengan skala usaha yang kecil, sehingga pemberian pakan secara konvensional lebih efektif. Teknologi pakan komplit memang lebih bersifat high input, sehingga implementasinya akan lebih sesuai pada sistem produksi yang intensif dan berorientasi komersial (Ginting, 2009). Manfaat penggunaan pakan komplit pada ternak kambing dapat pula dilihat dari aspek potensi sumberdaya lokal berupa biomasa bahan pakan inkonvensional berupa hasil samping/sisa pertanian maupun agroindustri. Potensi biomasa bahan pakan alternatif ini sangat besar baik dalam jumlah maupun keragaman jenisnya. Syamsu et al. (2003) memperkirakan bahwa dari produksi beberapa jenis tanaman pangan saja dapat dihasilkan jerami sekitar 52 juta ton bahan kering per tahun. Jumlah ini setara dengan kebutuhan sekitar 15 juta Satuan Ternak (ST).
176
Berkaitan kandungan protein kasar tongkol jagung, kandungan protein yang relatif rendah dapat dikoreksi dengan kombinasi pemberian bersama dengan bahan pakan sumber protein dan mineral. Namun pemilihan sumber protein berbeda yang akan dikombinasikan dengan tongkol jagung perlu memperhatikan beberapa factor, terutama karakteristik dari sumber protein yang akan digunakan disamping mempertimbangkan harga bahan pakan sumber protein tersebut agar diperoleh ransum yang ekonomis (Natsir, 2012). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengevaluasi kinerja produksi ternak kambing jantan lokal yang diberi ransum komplit berbasis tongkol jagung yang disusun dengan menggunakan bahan sumber protein yang berbeda. MATERI DAN METODE PENELITIAN Perlakuan dan Rancangan Percobaan Empat ekor ternak kambing kacang jantan dengan kisaran umur kurang lebih satu tahun dengan rataan bobot badan 13.3±1.4 kg, secara acak ditempatkan pada kandang percobaan (satu ekor/petak kanang) berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4, terdiri dari empat perlakuan ransum komplit dan empat periode waktu (Steel an Torrie, 1980). Setiap periode berlangsung selama 4 minggu sebagai ulangan. Ternak percobaan ditempatkan dalam kandang individu (1,5 m x 0,6 m) yang telah dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Empat macam perlakuan ransum komplit dibedakan oleh sumber protein dari keempat ransum tersebut. Ransum A: ransum komplit mengandung protein nabati (ampas tahu) Ransum B: ransum komplit mengandung protein hewani (tepung ikan) Ransum C: ransum komplit mengandung protein limbah peternakan (tepung bulu) Ransum D: ransum komplit mengandung non protein nitrogen (urea). Formulasi kandungan protein kasar ransum komplit berkisar 10% didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kandungan protein ransum komplit yang berkisar antara10-17% tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kecernaan ransum dan estimasi asupan protein mikroba pada ternak kambing local (Natsir dkk., 2013). Kandungan protein ini sudah berada diatas batas minimal yakni 7,5%. Komponen utama dari ransum komplit adalah tongkol jagung ditambah bahan pakan lain yang tersedia secara lokal. Pakan diberikan dua kali dalam sehari pada jam 08.00 dan 16.00, diberikan secara ad libitum. Pembuatan ransum komplit dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: semua bahan yang digunakan, tongkol jagung dan bahan pakan lainnya, terlebih dahulu digiling untuk mempermudah pencampuran. Kemudian setiap bahan ditimbang sesuai proporsinya dalam perlakuan dan dicampur secara merata. Campuran dihangatkan dan dicetak dalam cetakan. Terakhir dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari. Parameter yang diukur
Komposisi kimia ransum komplit: komposisi kimia proksimat (bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN, dan abu) dan komposisi serat (NDF, ADF, sellulose, hemisellulose, dan lignin) Tingkat konsumsi sukarela ternak
177
Pertambahan bobot badan harian Konversi pakan ransum komplit
Tabel 1. Komposisi bahan dan kandungan protein ransum percobaan Bahan (%) Tongkol jagung Dedak Tumpi jagung Bungkil Kelapa Tapioka Ampas tahu Tepung bulu Tepung Ikan Urea Garam Mineral Mix Total Kandungan Protein Ransum (%)*
Ransum A
Ransum B
Ransum C
Ransum D
45 5 3 10 10 25 0 0 0 1 1 100
45 15 10,5 10 10 0 0 7,5 0 1 1 100
45 15 13 10 10 0 5 0 0 1 1 100
45 15 16,5 15 10 0 0 0 1.5 1 1 100
10.1
10,5
10,4
10,6
*Hasil perhitungan Ransum A: ransum komplit dengan sumber protein ampas tahu, Ransum B: ransum komplit dengan sumber protein tepung ikan, Ransum C: ransum komplit dengan sumber protein tepung bulu, Ransum D: ransum komplit dengan sumber protein urea.
Koleksi sampel Sampling terhadap pakan komplit yang diberikan pada ternak dilaksanakan pada awal periode sampling. Begitu pula sisa pakan (jika ada) dari setiap ternak dikumpulkan untuk masing-masing ternak. Dari sampel yang terkumpul dilakukan subsampling (10%) untuk keperluan analisis. Sampel pakan dan sisa pakan diovenkan pada suhu 65 0C selama 48 jam, kemudian digiling dengan ukuran 1 mm untuk analisis kandungan bahan kering, bahan organik, kandungan nitrogen, fraksi serat, lemak, dan BETN, dan abu. Pengukuran konsumsi sukarela ternak percobaan dilaksanakan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan setiap hari serta menimbang sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan dengan jalan menimbang ternak percobaan menggunakan timbangan ternak. Sementara efisiensi penggunaan makanan tidak diukur tetapi merupakan hasil perhitungan berupa rasio antara pertambahan bobot badan dan tingkat konsumsi Analisis laboratorium Bahan kering (BK) dan bahan organik (BO), lemak, BETN, dan abu dari pakan dan feses ditentukan berdasarkan metode AOAC (2000). Fraksi serat dari pakan ditentukan menurut metode Van Soest (Goering dan Van Soest, 1970). Kandungan Nitrogen dari pakan, feses, cairan dan urin ditetapkan menurut metode Kjehdahl (AOAC, 2000).
178
Analisis data Semua data dianalisis dengan analisis ragam menggunakan prosedur GLM berdasarkan rancangan acak lengkap dengan bantuan paket SPSS versi 16. Perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia ransum percobaan Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia pakan komplit yang dibuat dengan bahan dasar tongkol jagung dengan tambahan sumber protein berbeda. Sejatinya, kandungan protein ransum percobaan diformulasi sedemikian rupa sehingga kadar protein kasar masing-masing ransum percobaan berkisar kurang lebih 10%, akan tetapi hasil analisis laboratorium terhadap keempat jenis ransum menunjukkan adanya variasi kandungan protein kasar. Hasil analisis komposisi kimia ransum percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia ransum percobaan untuk setiap perlakuan Kandungan Nutrisi (g/kg)
Ransum A
Ransum B
Ransum C
Ransum D
Bahan kering
799.0
832.5
838.7
907.0
Bahan organic
753.7
776.2
787.4
840.9
Protein kasar
107.1
120.3
117.3
119.4
Serat kasar
188.5
149.9
208.3
156.7
Lemak kasar
52.4
36.4
47.5
33.3
BETN
595.3
625.8
565.8
617.7
Abu
56.7
67.6
61.2
72.9
NDF
612.2
536.2
551.5
572.9
ADF
279.5
238.9
245.1
253.7
Ransum A: ransum komplit dengan sumber protein ampas tahu, Ransum B: ransum komplit dengan sumber protein tepung ikan, Ransum C: ransum komplit dengan sumber protein tepung bulu, Ransum D: ransum komplit dengan sumber protein urea.
Walaupun terdapat variasi kandungan protein ranum hasil analisis laboratorium, namun semua ransum mengandung protein diatas level minimum kebutuhan minimal protein kasar ransum ruminansia yakni 7,5% (Arora, 1995). Berdasarkan kandungan serat, kandungan rserat NDF dan ADF untuk ransum A secara umum lebih tingi daipada kandungan NDF dan ADF ransum lainnya. Hal ini terjadi karena ransum A mengandung sumber proitein ampas tahu yang proporsinya cukup signifikan yakni 25% dari total ransum. Namun demikian kadar NDF dan DF untuk semua ransum percobaan relative tidak begitu besar perbedaannnya. Tidak ada analisis statistik yang dilakukan terhadap komposisi kimia ransum pecobaan. Kinerja produksi Kinerja produksi yang meliputi pertambahan bobot badan harian, konsumsi bahan kering harian, dan rasio antara konsumsi pakan harian dan pertambahan bobot
179
badan dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis statistik memperlihatkan bahwa kinerja produksi ransum ternak kambing cenederung memperlihatkan perbedaan dalam hal konsumsi harian pakan (P=0,087) dan koneversi pakan (P=0,065) tetapi tidak memperlihatkan perbedaan nyata (P=0,159) dalam hal pertambahan bobot badan harian. Tabel 3. Kinerja ternak percobaan yang mendapatkan ransum percobaan *) Pengukuran
Ransum A
Ransum B
Ransum C
Ransum D
Sig.
Konsumsi ransum (g/hari)
587
595
508
574
0,087
Pertambahan bobot badan (g/hari)
136
115
89
79
0,159
Konversi pakan
4,78
5,41
6,17
7,28
0,065
Ransum A: ransum komplit dengan sumber protein ampas tahu, Ransum B: ransum komplit dengan sumber protein tepung ikan, Ransum C: ransum komplit dengan sumber protein tepung bulu, Ransum D: ransum komplit dengan sumber protein urea.
Analisis lebih jauh meperlihatkan bahwa konsumsi pakan terendah cenderung diperlihatkan oleh ternak yang mengkonsumsi ransum C dibanding dengan perlakuan lainnya. Tetapi untuk parameter konversi pakan, nilai terendah diperoleh pada ternak yang mendapatkan ransum D. Pada ransum D untuk kenaikan 1 kg bobot badan dibutuhkan pakan sebanyak 7,28 kg dibandingkan dengan kebutuhan 4,78 dan 5,41 kg, masing-masing pada perlakuan A dan B. Secara numerik, terdapat perbedaan nilai rataan pertambahan bobot badan harian yang cukup tinggi di antara perlakuan, akan tetapi analisis statistik memperlihatkan tidak ada perbedaan bobot badan. Hal ini terjadi karena tingginya variasi atau keragaman, baik keragaman antar periode percobaan maupun keragaman antar ternak percobaan. Jika konsumsi pakan dihitung berdasarkan persentase bobot badan maka secara umum tingkat konsumsi pakan berkisar 3,2% dari bobot badan. Tingkat konsumsi ini masih berada dalam kisaran normal konsumsi ternak kambing yang berkisar antara 2-4% dari bobot badan (Natsir dkk., 2013). KESIMPULAN Formulasi ransum komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan menggunakan ampas tahu atau tepung ikan sebagai sumber protein memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tepung bulu atau urea sebagai sumber protein dalam hal konversi pakan pada ternak kambing kacang jantan lokal. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Hasanuddin atas biaya penelitian BOPTN melalui skim Hibah unggulan Prodi tahun 2014. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada saudara Faisal Saade dan kawan-kawan atas bantuan dalam menangani ternak percobaan selama penelitian
180
DAFTAR PUSTAKA AOAC. 2000. Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of Analysis. 15th ed. Washington, DC., USA. Ginting, S.P. 2009. Prospek penggunaan pakan komplit pada kambing : Tinjauan manfaat dan aspek bentuk fisik pakan serta respon ternak. Wartazoa. Vol. 19 No. 2 : 65 – 75. Goering, H.K., and P.J. Van Soest. 1970. Forage Fibre Analysis (Apparatus, reagents, procedures, and some application). Agric. handbook 379, ARS., USDA., Washington, DC., USA. Mide, M. Z. dan A. natsir. 2013. Pengaruh penggunaan level tongkol jagung yang berbeda dalam ransum komplit pada ternak kambing. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Unhas. Natsir, A. 2012. Efficient Utilization of Fibre for Ruminants. Masagena Press. Natsir, A. Harfiah, M.Z. Mide , dan R. Islamiyati. 2013. Estimasi suplai protein mikroba pada ternak kambing yang diberi pakan komplit berbasis bahan baku lokal dengan level protein berbeda. Laporan penelitian, LP2M Universitas Hasanuddin. Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. 2006. Kajian penggunaan pakanlengkap dengan memanfaatkan janggel jagung terhadap pertumbuhan sapi. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Pontianak, 9-10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor, hal. 185 - 192. Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1981. Principles and procedures of statistics. A biometrical approach. 2nd Ed. McGraw-Hill International Book Company. Syamsu, J.A., L.A. Sofyan, K. Mudikdjo dan E.G. Sai’d. 2003. Daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa 13: 30 – 37. Tafaj, M. Q. Zebeli, C.H. Baes, H. Steingass and W.D. Rochner. 2007. A meta-analysis examining effects of particle size of total mixed rations on intake, rumen digestion and milk production in high-yielding dairy cows at early lactation. Anim. Feed Sci. Technol. 138: 137 – 161. Wardhani, N.K. dan A. Musofie. 1991. Jerami jagung segar, kering dan teramoniasi sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. 2(1)1-5.
181