KONSUMSI NDF DAN ADF PELLET PAKAN KOMPLIT BERBASIS TONGKOL JAGUNG DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING KACANG JANTAN
SKRIPSI
OLEH :
ANDI NURFAINI I 111 11278
PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 i
KONSUMSI NDF DAN ADF PELLET PAKAN KOMPLIT BERBASIS TONGKOL JAGUNG DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING KACANG JANTAN
SKRIPSI
OLEH :
ANDI NURFAINI I 111 11278
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana padaFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 i
PERNYATAAN KEASLIAN
1.
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Andi Nurfaini
NIM
: I 111 11 278
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2.
Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Desember 2015
Andi Nurfaini
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang membawa perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab. Ucapan terima kasih dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda Andi Halika (Alm.) dan juga kepada Ayahanda Andi Muhammad Syukri (semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkahi segala aktivitasnya) atas kasih sayang, cinta, didikan dan dukungan yang tulus diberikan. Kepada adikku Andi Nurliah dan Andi Hijazi Fatahulah yang selalu memberi suasana hangat melalui canda tawa sehingga penulis semakin bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi. Penulis dengan rendah hati juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada Kedua Pembimbing
yaituBapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin
Natsir, M.Sc sebagai pembimbing utama dan BapakIr. H. Muhammad Zain Mide, MSselaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Alm. Dr. Harfiah, S. Pt., MP. yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian dengan penuh rasa hormat penulis
iv
mengucapkan terima kasih banyakkepadaProf. Dr. Ir, Ismartoyo, M. Agr. Sc sebagai pembimbing akademik yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini. Penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada rekan-rekan Penelitian Yuliana Padli, Asrianti, Suarti, Namira Arsa, S. Pt, Herilimiansyah, Silva Indah Sari Nurwan dan Eko Pramono atas kerjasama dan dukungannya. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan Praktek Kerja Lapang Yuliana Padli dan Herilimiansyah. Serta pihak PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) terutama kepada Pak Sigit Purnomo, S. Pt, pak Lucki Hakim, Pak Asmin, dan teman-teman anak kandang yang senantiasa berbagi ilmu membimbing, dan menemani penulis dalam canda dan tawa pada saat PKL. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat St. Nur Ramadhani, Yusri, Evy Harjuna Saad, Faisal Saade, Muh. Nur Chaedir, Muhammad Syukri, May Rismi Anisa, Rajma Fastawa, Trianta Tahir, Mustabsyirah Usman, Syamsul Mardi dan Adi Sofyan yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. Tak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada rekan-rekan SOLANDEVEN,
KOPTER
(Korps
Pecinta
Ternak),
kakak-
kakak
MATADOR’10, HUMANIKA UNHAS dan teman-teman KKN gel. 87 khususnya Desa Patangga (Hasriyanti, Joko Fitriyanto, Lewirson Talebong, Zuhria Dwi Arianti P., Hermansyah dan Kiki Frianti Arnas) yang terus memberi dukungan dan bantuan kepeda penulis selama penulis menjalani proses perkuliahan.
v
Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Amin.
Makassar,
Desember 2015
Andi Nurfaini
vi
Andi Nurfaini (I111 11 278).Konsumsi NDF dan ADF Pellet Pakan Komplit Berbasis Tongkol Jagung dengan Sumber Protein Berbeda pada Kambing Kacang Jantan.Dibawah bimbingan Asmuddin Natsir sebagai pembimbing utama dan Muhammad Zain sebagai pembimbing anggota.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi NDF dan konsumsi ADF dari pakan komplit pada kambing kacang jantan. Percobaan dilakukan berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) menggunakan empat ekor kambing selama empat periode waktu. Perlakuan pakan komplit dibuat dalam bentuk pellet dengan bahan utama tongkol jagung dengan sumber protein berbeda yakni, P1 = pellet dengan sumber protein tepung ikan, P2 = pellet dengan sumber protein urea, P3 = pellet dengan sumber protein bungkil kedelai, P4 = peelet dengan sumber protein tepung rese. Hasil penelitian memperlihatkan rataan konsumsi NDF masing-masing perlakuan P1=373, P2=387, P3=314 dan P4=541 (g/ekor/hari), sementara konsumsi ADF masing-masing perlakuan adalah P1=267, P2=201, P3=164, dan P4=238 (g/ekor/hari). Analisis ragam memperlihatkan perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap konsusi NDF dan ADF pakan komplit. Kesimpulan, penggunaan tepung rese sebagai sumber protein dalam pembuatan pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung merupakan sumber protein terbaik dibandingkan dengan tepung ikan, urea ataupun bungkil kedelai. Kata Kunci : Kambing Kacang, Konsumsi NDF dan ADF, Tongkol Jagung, Pellet, Sumber Protein.
vii
Andi Nurfaini (I111 11 278).NDF and ADF consumption corn cobs based complete feed containing differnt protein sources on male Kacang goat. (Under the supervision of Asmuddin Natsir as Main Supervisor andMuhammad Zain as coss supervisor).
ABSTRACT The aim of this study was to determine the NDF and ADF consumption of complete feed on male kacang goat. The experiment was carried out according to 4x4 Latin Square Design consisted of four kacang goats and four periods. The complete feed was provided in form of pellet using corn cobs as the main ingredients with four different protein sources, namely P1= pellet with fish meal as protein source, P2= pellet with urea as protein source, P3 pellet with soybean meal as protein source, P4 = pellet with rese meal as protein source. The result of study showed that the NDF consumption for P1 = 373, P2 = 387, P3 = 314 and P4= 541(g/head/d), respectively, while the ADF consumption for P1 = 267, P2 = 201, P3= 164, and P4 238 (g/head/d), respectively. Analysis of variance indicated that the treatment significantly (P<0,05) affected NDF and ADF consumption of complete feed. in conclusion. the use of rese meal as protein source in the formulation of corn cobs based pellet is best protein source compared with either fish meal, urea, or and soybean meal. Key words: Kacang Goat, Consumption of NDF and ADF, Corn Cob, Pellets, Protein Sources.
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kambing Kacang ...........................................................
4
Pemberian Pakan Komplit pada Ternak Kambing ......................................
5
Bahan Pakan untuk Pakan Komplit .............................................................
7
Konsumsi Ternak ........................................................................................
12
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) ............
13
HIPOTESIS ......................................................................................................
16
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ......................................................................................
17
Materi Penelitian .........................................................................................
17
Metode Penelitian ........................................................................................
17
Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung ...............................................
19
Kandang Metabolisme .................................................................................
20
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................
20
Pengambilan Sampel ...................................................................................
20
NDF .............................................................................................................
21
ADF .............................................................................................................
21
ix
Pengolahan Data ..........................................................................................
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi NDF ............................................................................................
25
Konsumsi ADF ............................................................................................
26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................................
28
Saran ............................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI
x
DAFTAR TABEL No.
Halaman
Teks 1. Denah Perlakuan Pellet Tongkol Jagung pada Kambing Kacang Jantan Selama Penelitian ........................................................................................
18
2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan ....................................................
18
3. Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumber protein berbeda pada setiap perlakuan ...........................................
23
4. Rataan konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan ................
24
5. Rataan Konsumsi NDF pellet tongkol jagung .............................................
33
6. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap konsumsi NDF .............................................................................................
33
7. Sidik Ragam Konsumsi NDFPellet tongkol jagung ....................................
33
8. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi NDF ................................................
34
9. Rataan konsumsi ADFpellet tongkol jagung ...............................................
34
10. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap konsumsi ADF .............................................................................................................
34
11. Sidik ragam konsumsi ADF pellet tongkol jagung ....................................
35
12. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi ADF...............................................
35
xi
DAFTAR GAMBAR No. Teks 1. Kambing Kacang .........................................................................................
Halaman 5
2. Skema pemisahan bagian-bagian hijauan agar pemotongan (forage) dengan menggunakan detergent ..................................................................
15
3. Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung untuk Kambing Jantan ..........
19
4. Kandang Metabolisme .................................................................................
36
5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan ...........................................
36
6. Proses Pembuatan Pellet ..............................................................................
37
7. Proses pengambilan Sampel ........................................................................
37
8. Proses Analisis di Laboratorium .................................................................
38
xii
PENDAHULUAN Kambing kacang adalah salah satu kambing lokal Indonesia yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan. Beternak kambing kacang cukup diminati dan telah menyatu dengan masyarakat Indonesia khsusnya masyarakat Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan pemeliharaannya yang mudah dan pertambahan bobot badannya gampang meningkat jika dipelihara secara intensif. Menurut Djufry (2012) pertumbahan berat badan kambing dapat mencapai 50-150 gr/hari jika pemeliharaannya ditingkatkan dari sistem tradisional (semi intensif) ke sistem intensif. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam beternak kambing adalah pakan. Hijauan adalah pakan utama kambing, hijauan dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan serat kasar. Produksi hijauan pakan umumnya berfluaktasi, pada musim hujan hijauan akan melimpah dan mudah didapatkan, namun pada musim kemarau hijauan akan sangat sulit. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan seratnya adalah dengan pemenfaatan limbah pertanian dan limbah perkebunan. Sulawesi Selatan memiliki lahan pertanian yang luas dan bervariatif sehingga limbah pertanian yang dihasilkan banyak dan beragam. Menurut Syamsu (2011) Sulawesi Selatan mengasilkan limbah petanian 5.883.996 ton. Limbah tanaman pangan yang dihasilkan dapat menyediakan pakan untuk ternak ruminansia sebesar 580.700 ST. Berdasarkan survei yang telah dilakukan penggunaan limbah tanaman pangan atau limbah agroindustri sebagai pakan ruminansia di tingkat peternak
1
masih rendah dengan masih banyaknya peternak yang tidak menggunakan limbah tanaman pangan sebagai pakan yaitu 6,12% peternak (Syamsu, 2011). Salah satu limbah agroindustri yang saat ini belum banyak dimamfaatkan adalah tongkol jagung.Sulawesi selatan pada tahun 2013 memproduksi jagung 1.250.202 ton dengan luas panen 274.046 Ha (BPS, 2014). Persentase masing-masing limbah antara lain 50% batang, 20% daun, 20% tongkol dan 10% klobot jagung (Furqaanida, 2004). Kendala utama dari pemanfaatan tongkol jagung adalah rendahnya palatabilitas. Menurut Wardhani dan Musofie ( 1991), palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu. Selain palatabilitas yang rendah kandungan protein kasar yang rendah juga menjadi kendala utama pemanfaatan tongkol jagung. Upaya untuk meningkatkan protein kasar pada tongkol jagung dapat dilakukan dengan penambahan sumber protein dan diolah menjadi pakan komplit. Salah satu bentuk pakan komplit adalah pellet. Pellet adalah ransum yang dibuat dengan menggiling bahan baku yang kemudian dipadatkan menggunakan die dengan bentuk, diameter, panjang dan derajat kekerasan yang berbeda (Pond et al, 1995). Upaya peningkatan kualitas tongkol jagung dengan pakan komplit berbentuk pellet ini diharapkan dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan palatabilitas tongkol jagung tanpa menyebabkan gangguan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap konsumsi Neutral Detergent Fiber (NDF)dan konsumsi Acid Detergent Fiber (ADF) pakan komplit
2
tongkol jagung dengan berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbeda pada kambing kacang jantan. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak kambing kacang tentang cara peningkatan nutrisi tongkol jagung sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan tongkol jagung menjadi pakan komplit, dengan penambahan berbagai jenis pakan sumber protein.
3
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kambing Kacang Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas oleh masyarakat karena sangat potensial untuk berkembang, selain dapat menghasilkan daging dan kulit, kambing juga dapat menghasilkan susu yang nilai bergizi lebih tinggi dibanding dengan susu dari ternak lainnya (Suparman, 2007). Kambing kacang merupakan kambing lokal asli Indonesia. Tubuh kambing kacang relatif kecil, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan, dengan kehidupan yang sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi. Jenis kambing ini juga terdapat di Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia dan sekitarnya (Murtidjo, 1993). Kambing kacang merupakan kambing yang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat hidupnya. Kambing kacang biasa digunakan sebagai ternak penghasil daging. Kambing kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar. Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak.Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi dari pada bahu (Myers et al., 2012). Kambing kacang memiliki warna tunggal, yakni : putih, hitam dan coklat, serta adakalanya warna campur dari ketiga warna tersebut. Kambing Kacang kelamin jantan maupun betina mempunyai tanduk 8 –10 cm. Berat tubuh kambing
4
kacang dewasa rata-rata sekitar 17 – 30 kg. Betina umumnya memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada bagian ekor dandagu (Murtidjo, 1993) Gambaran ciri-ciri kambing kacang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kambing Kacang Pemberian Pakan Komplit Pada Ternak Kambing Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk komersial bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber serat, energi, protein dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja produksi dan reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai. Secara umum pakan komplit adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat yang dicampur menjadi satu (Agustina, 2011). Manfaat penggunaan pakan komplit pada ternak kambing dapat pula dilihat dari aspek potensi sumber daya lokal berupa biomasa bahan pakan inkonvensional berupa hasil samping /sisa pertanian maupun industri-agro. Potensi biomasa bahan pakan alternatif ini sangat besar baik dalam jumlah maupun keragaman jenisnya. Pakan komplit juga dapat digunakan untuk meningkatkan taraf penggunaan hasil
5
sisa/samping industri agro yang tergolong limbah basah (wet by-products) yang relatif cepat rusak. Pencampuran limbah basah dengan bahan pakan lain yang relative kering untuk menyusun pakan komplit dapat mengurangi biaya pengeringan (Ginting, 2009). Pellet merupakan salah satu perlakuan pradigesti padapakan berserat secara fisik yang mampu meningkatkan kecernaan. Bentuk pakan lengkap berupa pellet memudahkan saat pemberian, dan penanganan pakan menjadi lebih praktis (Suhartanto dkk.,2003). McElhiney (1994) menyatakan bahwa pellet merupakan hasil proses pengolahan bahan baku ransum secara mekanik yang didukung oleh faktor kadar air, panas dan tekanan. Pemberian pakan bentuk pellet dapat meningkatkan performa dan konversi pakan ternak bila dibandingkan dengan pakan bentuk mash (Behnke, 2001). Kualitas pellet dapat diukur dengan mengetahui kekerasan pellet (hardness) dan daya tahan pellet dipengaruhi oleh penambahan panas yang mempengaruhi sifat fisik dan kimia bahan pakan (Thomas dan Van der Poel, 1997). Pakan pellet yang berdiameter kecil (<0,25 cm) akan menurunkan konsumsi bahan pakan, sedangkan pellet yang berukuran diameter lebih besar (>0,5 cm) akan menghasilkan pembuangan pakan lebih banyak (Maertens dan Villamide, 1998). Salah satu cara untuk menyediakan ransum yang bergizi seimbang adalah dengan memanfaatkan bahan pakan lokal menjadi tepung (mesh) dan dicampur sesuai dengan proporsinya di dalam ransum, lalu dibuat menjadi pellet menggunakan teknologi pelleting. Pemberian ransum dalam bentuk pellet selain
6
dapat mensuplai nutrient dalam jumlah yang cukup (kuantitif) dan seimbang, juga dapat mengurangi waktu dan biaya penyediaan pakan, meningkatkan skala usaha peternak (jumlah ternak yang dipelihara per peternak) dan meningkatkan produktivitas ternak serta efisiensi usaha peternakan (Fakhri dkk., 2011). Umumnya proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1)pengolahan pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran menjadi tepung, 2)pembuatan pellet meliputi pencetakan, pendinginan dan pengeringan, 3)perlakuan
akhir
meliputi
sortasi,
pengepakan
dan
penggudangan
(Tjokroadikoesoemo, 1989). Bahan baku mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap kualitas pellet. Kandungan perekat (binder) alami (misalnya pati), protein, serat, mineral dan lemak dari bahan baku akan mempengaruhi kualitas pellet. Barley, gandum, kanola dan rape seed meal mengandung perekat alami yang membentuk ikatan fisik – kimia selama proses untuk menghasilkan pellet yang berkualitas lebih baik (Dozier, 2001). Bahan Pakan untuk Pakan Komplit 1. Bahan Pakan Sumber Protein Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar ≥20% baik bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupunyang berasal dari hewan seperti silase ikan (Wahyono dan Hardiyanto, 2004).
7
a. Tepung Ikan Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang (poly unsaturated fatty acids – PUFA) yang diketahui banyak berperan dalam memperbaiki penampilan reproduksi ternak (Ashes et al., 1992). Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 5868%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0% (Boniran, 1999). Tepung ikan mempunyai variansi kualitas yang sangat tinggi, standarisasi pengolahan dan tingkat nutrient tepung ikan yang didatangkan dari luar negeri mempunya kadar protein antara 55 – 65 %, lemak 5 – 7 % (Nutrion Research Consil, 1994). Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Sitompul,2004). b. Bungkil Kedelai Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994). Bungkil kedelai mengandung
8
K 89,41 %, PK 52, 08%, LK 1,01%, SK 25,52%, dan TDN 40,27 % (Wahyono dan Hardiyanto, 2004). c. Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyl diamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme. Urea digunakan dalam UMB sebagai sumber nitrogen non protein (NPN) yang di perlukan dalam proses fermentasi dalam rumen sehingga sangat bermanfat bagi ternak ruminansia (Hatmono et al., 1997). d. Tepung Rese Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa tepung limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar, 6,62% lemak, 18,65% abu, 13,16 BETN. Tepung limbah udang yang digunakan dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai sebagai pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang mempunyai kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin(Poultry Indonesia, 2007). Kandungan protein kasar yang tinggi dalam kulit udang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena adanya faktor pembatas dalam kulit udang, yaitu kandungan khitin yang tinggi. Kandungan khitin pada kulit udang yaitu 30%
9
dari bahan keringnya.Protein yang terkandung dalam kulit udang berikatan erat dengan khitin dan kalsium karbonat (dalam ikatan protein-khitin-kalsium karbonat) sehingga dalam penggunaanya pada ternak akan menurun, terutama dalam pencernaan (Purwaningsih, 2000). Kandungan protein di dalam TCU berkisar antara 25-50%, yaitu tergantung pada jenis udang dan tempat hidupnya. Selain itu, TCU juga mengandung hampir semua jenis asam amino esensial (Bakrie, dkk 2011). 2. Bahan Pakan Sumber Energi Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah sisa penggilingan (Wahyono dan Hardiyanto, 2004). a. Dedak Padi Dedak padi (ricebran) merupakan sisa dari penggilingan padi, yang dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat kasar berkisar 27% (Putrawan dan Soerawidjaja, 2007). Dedak padi mengandung protein 19,2 %, lemak 13 %, dan serat kasar 11,4% (Anggarodi, 1995). b. Dedak Jagung/Tepung Jagung Dedak jagung adalah limbah dari hasil olahan tanaman jagung, dedak jagung biasa disebut tepung jagung atau empok jagung. Dedak jagung berbentuk mesh atau tepung dan berwarna kuning. Dedak jagung mengandung BK 84,980%, PK 9,379%, LK 5,591%, SK 0,577% dan 81,835%TDN (Wahyono dan Hardiyanto, 2004).
10
c. Molases Molases merupakan hasil sampingan dari pengolahan gula tebu, molases sering disebut sebagai tetes atau pith. Molases memiliki bentuk yang cair dan berwarna coklat. Molases mengandung 50,232% BK, 8,500% PK dan 63% TDN (Wahyono dan Hardiyanto, 2004). 3. Bahan Pakan Sumber Serat Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) ≥18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan (Wahyono dan Hardiyanto, 2004). Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat jagung bertongkol, diperkirakan 40-50% adalah tongkol jagung, yang besarnya dipengaruhi oleh varietas jagungnya. Tongkol jagung merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat 38,99%) yang mengandung xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk., 2004). Tongkol jagung atau janggel, merupakan bagian dari buah jagung setelah biji dipipil. Kandungan nutrisi tongkol jagung berdasarkan analisis di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak meliputi kadar air, bahan kering, protein kasar dan serat kasar berturut-turut sebagai berikut 29,54%; 70,45%; 2,67% dan 46,52% dalam 100% bahan kering (BK). Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu (Wardhani dan Musofie, 1991). Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa, dan hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong
11
berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak jika diberikan langsung, olehkarena itu, untuk memberikannya perlu penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003). Konsumsi Ternak Konsumsi pakan adalah total jumlah yang dimakan ternak atau kelompok ternak dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satuan waktu per hari (Forbes, 1986 ). Menurut Arora (1989) konsumsi pakan dipengaruhi oleh ukuran partikel pakan dan aliran pakan dalam saluran pencernaan karena semakin kecil ukuran partikel pakan dan semakin cepat aliran pakan dalam saluran pencernaan maka konsumsi pakan akan semakin meningkat pula. Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi)
mengkonsumsi
pakan dalam jumlah
yang
sesuai
dengan
kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian, sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan, serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakan pun akan meningkat pula. Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) yang meliputi (Kartadisastra, 1997) : a. Temperatur lingkungan, konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Semakin tinggi temperatur lingkungan tempat hidupnya, maka pada tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas sehingga kebutuhannya terhadap pakan akan menurun.
12
b. Palatabiltas, palatabilits merupakan keadaan fisik dan kimiawi bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh kenampakan, bau, rasa dan teksturnya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan yang memiliki rasa manis danhambar. c. Selera, pada kondisi laparternak akan berusaha mengatasinya dengan caramengkonsumsi pakan. d. Status fisiologis, status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin dan kondsi tubuh sangat mempengaruhi konsumsi pakannya. e. Konsentrasi nutrisi, konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi dalam pakan. Konsentrasi energi pakan berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. f.
Bentuk pakan, ternak ruminansia lebih menyukai pakan dalam bentuk butiran. Hal ini berkaitan dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna.
g. Bobot badan, bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot badannya, akan makin tinggipula tingkat konsumsi terhadap pakan. h. Produksi, pada ternak ruminansia produksi dapat berupa pertambahan bobot badan, air susu, tenaga, dan bulu/wol. Makin tinggi produksi yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat tanaman sedangkan ADF digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulosa
13
dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri (Harris, 1970). ADF dapat digunakan untuk megestimasi kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan menggunakan larutan detergent acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin (Ensminger dan Olentine, 1980).Selanjutnya dinyatakan mengestimasi konsumsi bahan kering hijauan makanan ternak, NDF mempunyai kolerasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi hijauan makanan ternak.Semakin tinggi NDF dan ADF maka kualitas hijauan makanan ternak semakin rendah. Alderman (1980), menyatakan bahwa analisis kimia untuk menetukan nilai makanan berserat dapat dilakukan melalui sistem Acid Detergen Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF). Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan dinding sel, sedangkan Acid Detergent Fiber (ADF) mewakili selulosa dan lignin dinding sel tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat untuk pakan ternak ruminansia dan herbivora lain. Untuk ternak non ruminansia dengan kemampuan pemanfaatan serat yang kecil, hanya membutuhkan analisis NDF (Suparjo, 2010). Analisis Kimia yang paling sering digunakan di Laboratorium untuk menguji
bahan
pakan
adalah
analisis
proksimat.
Analisis
proksimat
menggolongkan bahan pakan menurut komposisi kimia dan fungsinya. Analisis proksimat kurang tepat digunakan untuk analisis serat kasar, sehingga dibutuhkan
14
analisis kimia lain yaitu analisis Van Soest (Suparjo,2010). Analisis Van Soest merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent (Sutardi, 1980). Van Soest (1982), melaporkan pembagian hijauan dengan sistem analisa detergent seperti tercantum pada Gambar 2. Bahan Makanan Neutral Detergent Solution
Isi Sel
NDF (Komponen Dinding Sel)
ADS (Acid Detergent Solution) (hemiselulosa, dinding sel yang mengandung N)
ADF (Acid Detergent Insoluble Fiber) (lignoselulosa) Dicerna dengan H2SO4 72%
Soluble (Selulosa)
Acid Insoluble (Lignin) Lignin hilang dengan Pembakaransampaimenjadi Acid Insoluble(ASH) abu tak larut dalam asam
Gambar 2. Skema pemisahana bagian-bagian hijauan segar pemotongan (forage) dengan menggunakan detergent
15
HIPOTESIS Diduga bahwa pengolahan tongkol jagung menjadi pakan komplit dalam bentuk pelletdengan penambahan berbagai jenis bahan pakan sumber protein (tepung ikan, urea, tepung kedelai dan tepung rese) dapat meningkatkankonsumsi Neutral Detergent Fiber (NDF)dan konsumsi Acid Detergent Fiber (ADF) ransum pada kambing kacang jantan.
16
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2015. Penelitian dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Analisis NDF dan ADF berdasarkan analisis Van Soest di Laboratorium Kimia Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kambing umur 1,5-2,0 tahun, tongkol jagung, dedak padi, tepung jagung, tepung tapioka, bungkil kedelai, tepung ikan, Urea, tepung rese, molasses,mineral sapi, garam dapur, larutan NDF, larutan ADF, aquades, dan alkohol. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, gilingan sampel,cetakan pellet,baskom, sintered glass, kompor listrik, pompa vakum, panci, dan tabung reaksi. Metode Penelitian Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan tersebut sebagai berikut: P1 : Ransum komplit mengandung protein tepung ikan P2 : Ransum komplit mengandung proteinurea P3 : Ransum komplit mengandung protein bungkil kedelai P4 : Ransum komplit mengandung tepung rese
17
Adapun denah perlakuan pellet tongkol jagung pada kambing kacang jantan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Denah Perlakuan Pellet Tongkol Jagung pada Kambing KacangJantan Selama Penelitian Kambing
Periode A
B
C
D
I
P1
P2
P4
P3
II
P2
P1
P3
P4
III
P4
P3
P1
P2
IV
P3
P4
P2
P1
Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada Tabel 8. Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan Perlakuan Bahan (%) P1 P2 P3
P4
Tongkol Jagung
50
50
50
50
Dedak padi
10
12,5
9
10
Tepung Jagung
8
13
7
5
Bungkil Kelapa
5
5
5
5
Tapioka
1
1
1
1
Tepung rese
0
0
0
12
Bungkil Kedelai
0
0
11
0
Urea
0
1,5
0
0
Tepung Ikan
9
0
0
0
Molases
15
15
15
15
Garam
1
1
1
1
Mineral Sapi
1
1
1
1
100
100
100
100
10,42
10,19
10,29
10,24
Total Protein Kasar
18
Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus terlebih dahulu dengan menggunakan grinder. Kemudian setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara merata. Dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan pellet. Adapun prosedur pembuatan pellet tongkol jagung untuk kambing kacang jantan dapat dilihat pada Gambar 3. Tongkol Jagung
Penggilingan
Bahan Pakan Yang Masih Kasar
Formulasi
Penimbangan
Mixing
Pencetakan
Diangin-anginkan
Pellet Tongkol Jagung Siap Saji Gambar 3. Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung untuk Kambing Kacang Jantan.
19
Kandang Metabolisme Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur 1,5–2,0 tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai kandang yang berfungsi sebagai filtrasi feses dan urine, corong plastik dan toples dipasang di bawah ram plastik untuk menadah urine, sehingga feses dan urine tertampung dalam penampungan masing-masing. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 9 hari dan tahap kedua yaitu periode koleksi data selama 6 hari. Pembiasaan pakan dimasudkan agar ternak terbiasa dengan pakan yang ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya sudah keluar semua selama 9 hari. Sedangkan periode koleksi data adalah data yang diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan.Sedangkan pemberian pakan dan air minum dilakukan secara ad-libitum. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pakan dilakukan setiap hari selama periode koleksi data tiap periode penelitian. Sampel pakan yang diberikan dan sisa diambil masing-masing sebanyak 50 g dan pada hari terakhir koleksi data dikompositkan kemudian masing-masing sampel diambil 10% untuk kebutuhan analisis di Laboratorium.
20
NDF Menimbang 0,25gram (a gram), lalu sampel tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi 50 ml, kemudian menambahkan larutan NDF, tabung kemudian ditutup rapat. Tabung kemudian dipanaskan selama 1 jam (sekali-kali dikocok). Setelah satu jam saring sampel ke sintred glass No.1 yang diketahui beratnya (b garm) sambil diisap dengan pompa vacuum Mencuci dengan air panas lebih kurang 100 ml (secukupnya)
lalu cuci dengan kurang lebih 50 ml alkohol.
Sampel kemudian diovenkan pada suhu 1350C selama 2 jam, Lalu didinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian timbang (c gram) Kadar proteinkasardihitungdenganmenggunakanrumus: 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑁𝐷𝐹 (%) =
c−b x 100% 𝑎
dimana : a = berat sample bahan kering b = berat sintered glass kosong c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan Konsumsi NDF dapat dihitung menggunakan rumus Konsumsi NDF= Konsumsi BK x % NDF ADF Menimbang sampel kurang lebih 0,3 gram kemudian masukkan kedalam tabung reaksi 50 ml (a gram) lalu menambahkan 40 ml larutan ADF kemudian tutup rapat tabung tersebut, lalu merebus tabung kedalam air mendidih selama 1 jam sambil sekali-kali dikocok. Saring dengan sintered glass No.1 yang telah diketahui beratnya (b gram) sambil diisap dengan pompa vacuum. Cuci dengan
21
lebih kurang 100 ml air mendidih dan 50 ml alkohol. Kemudian diovenkan pada suhu 1350C selama 2 jam. Lalu didinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c gram). Kadar ADFdihitungdenganmenggunakan rumus: 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝐴𝐷𝐹 =
𝑐−𝑏 x 100% a
dimana : a = berat sample bahan kering b = berat sintered glass kosong c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan Konsumsi ADF dihitung berdasarkan rumus : Konsumsi ADF = Konsumsi BK x % ADF Pengolahan Data Data yang dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan) dengan menggunakan software SPSS. Adapun perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diukur akandiuji dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Sudjana. 1991). Dengan model matematika sebagai berikut. Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk µ
= rataan umum
ßi
= pengaruh baris ke-i (i = 1, 2, 3, 4)
Κj
= pengaruh kolom ke-j (i = 1, 2, 3, 4)
Ƭk
= pengaruh perlakuan ke k (i = 1, 2, 3, 4)
ξ ijk
= pengaruh galat
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumsber protein berbeda pada setiap pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel. 3 Tabel 3. Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumber protein berbeda. Perlakuan Nutrien P1 P2 P3 P4 Bahan Kering (%) 93,88 95,92 92,59 96 Bahan Organik (%) 85,84 86,37 84,89 83,56 Serat Kasar (%) 32,96 10,68 31,96 32,76 Protein Kasar (%) 11,01 9,53 9,74 11,05 NDF (%) 47,12 56,93 47,93 54,24 ADF (%) 31,15 30,12 26,99 25,91 Sumber : hasil analisis Laboratorium Kimia Nutrisi dan Makanan Ternak Keterangan :*superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbadaan yang nyata. P1 = Ransum komplit menggunakan tepung ikan P2 = Ransum komplit menggunakan urea P3 = Ransum komplit menggunakan bungkil kedelai P4 = Ransum komplit menggunakan tepung rese Kandungan bahan kering pada setiap pakan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 secara 93,88%, 95,92%, 92,56% dan 96%. Kandungan bahan organik dan serat kasar P1 adalah 85,84 % dan 32,96%, P2 adalah 86, 37 % dan 10,68 %, P3 84,89 dan 31,92%, dan P4 adalah 96 % dan 32,76 %. Kandungan protein kasar pada penelitian ini pada setiap perlakuan P1, P2, P3, dan P4 secara berturut turut yaitu 11,01 %, 9,53 %, 9,74 %, dan 11,05 %. Kandungan protein kasar yang terdapat pada pakan perlakuan tidak seperti yang diharapkan. Kandungan protein dalam pakan yang diharapkan berada dikisaran 10%, tetapi pakan P2 dan P3 tidak memenuhi kisaran yang diharapkan, hal tersebut bukanlah sebuah masalah kerena kebutuhan protein kambing sudah terpenuhi. Menurut Arora (1995) kebutuhan minimum protein kasar untuk ruminansia adalah 7,5% .
23
Kandungan NDF pada setiap pakan perlakuan tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Kandungan NDF pada pakan bervariasi yaitu P2 memiliki persentase kandungan NDF yang paling tinggi yaitu 56,45 % dan P1 memiliki kandungan NDF yang paling rendah yaitu 47,12 %. P3 dan P4 memiliki kandungan NDF 47,93 % dan 54,24 %. Perbedaan persentase kandungan NDF yang tidak terlalu mencolok ini, juga berpengaruh pada kandungan ADF pakan. Kandunga ADF P1, P2, P3, dan P4 secara berturut-turut adalah 31,15 %, 30,12%, 26,99 % dan 25,91 %. Perbedaan kandungan NDF
dan ADF pada pakan
perlakuan yang hampir sama mungkin karena persentase tongkol jagung yang digunakan dalam ransum sama. Kandungan NDF dan ADF pada pakan perlakuan sudah memenuhi syarat untuk diberikan pada ternak. Anas dan Andy (2010) menyatakan persentase kandungan NDF dan ADF yang akan diberikan pada ternak sebaiknya 30–60% dan 25-45 %. Kandungan NDF dan ADF pada akan berpengaruh pada tingkat konsumsi NDF dan ADF. Rataan konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan yang mendapat pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan Perlakuan Parameter P1 P2 P3 P4 a a a Konsumsi NDF (garam) 373 387 314 541b c b a Konsumsi ADF(gram) 267 201 164 238c Keterangan :*superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi NDF *superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ADF P1 = Ransum komplit menggunakan tepung ikan P2 = Ransum komplit menggunakan urea P3 = Ransum komplit menggunakan bungkil kedelai P4 = Ransum komplit menggunakan tepung rese
24
Konsumsi NDF Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi NDF. Uji Duncan menunjukkan perlakuan P4 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan P1, P2, dan P3. Sedangkan P1,P2, dan P3 tidak nyata (P>0,05) berbeda terhadap konsumsi NDF pada kambing kacang jantan. Bahan pakan sumber protein urea, tepung ikan, dan bungkil kedelai sama pengaruhnya terhadap konsumsi NDF hal ini dikarenakan konsumsi pakan hamper sama. Ali (2008), menyatakan bahwa peningkatan konsumsi pakan bagi ternak selaras dengan meningkatnya kualitas dan kecernaan pakan yang diberikan, sedang kecernaan pakan tergantung dari kandungan serat yang tidak mampu dimanfaatkan ternak. Secara numerik P4 memiliki konsumsi NDF yang paling tinggi, dibandingkan dengan pakan perlakuan lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan pada saat penelitian tepung rese (P4) memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga membuat ternak mengkonsumsi pakan pada perlakuan P4 lebih banyak dibanding pakan perlakuan lainnya. Palatabilitas yang tinggi pada pakan perlakuan P4 dikarenakan aroma pada tepung rese menarik ternak untuk mengkonsumsi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung. Selain itu, zat kitin yang terkandung pada tepung rese tidak berpengaruh pada penambahan 4,1% terhadap konsumsi NDF. NDF sangat berpengaruh terhadap kemampuan ternak ruminansia untuk mengkonsumsi pakan (Van Soest, 1982). NDF adalah penyusun dinding sel berserat yang terdiri dari selulosa, hemiselulasa, lignin, silika dan N dinding sel.
25
NDF merupakan fraksi serat kasar yang sulit dicerna sehingga konsumsi bahan kering yang berbeda nyata menyebabkan konsumsi NDF juga berbeda nyata. Konsumsi ADF Sidik ragam menunjukkan bahawa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ADF pellet pakan komplit yang mengandung bahan pakan sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan. Uji Duncan menunjukkan bahwaperlakuan P1 dan P4 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P3. Sedangkan perlakuan P2 nyata (P<0,05) berbeda dibanding perlakuan P1, P3, dan P4. Perlakuan P1 tidak nyata berbeda (P>0,05) dengan perlakuan P4. Adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan P1 dan P4 dengan P3 dikarenakan konsumsi ADF pada perlakuan P4 dan P1 lebih tinggi dibandingkan dengan P3. Secara numerik perlakuan memiliki perbedaan yang cukup tinggi. Konsumsi kambing yang mendapat perlakuan P3 paling rendah dan P1 paling tinggi. Hal ini dikarenakan P1 memiliki kadar ADF paling tinggi. Menurut Biyatmoko (2014) kandungan
ADF dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi ADF pada
ternak.ADF merupakan bagian dari serat kasar yang yang terdiri dari lignin dan silika, sedangkan NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan protein dinding sel. Kandungan serat kasar yang tinggi pada tongkol jagung, membuat konsumsi dan kecernaannya rendah. Penambahan protein pada pellet dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaannya. Hal ini terjadi karena protein yang ditambahkan pada tongkol jagung akan meningkatkan pertumbuhan perkembang biakan mikroba dan aktivitas mikikroba meningkat dalam rumen. Sehingga terbentuk
26
enzim selolutik yang dapat mempercepat pencernaan selulosa, selain itu tingginya mikroba rumen dan aktifitas mikroba yang tinggi akan membuat ikatan lignin pada tongkol jagung merenggang sehingga dapat mempercepat kecernaannya. Kecernaan yang cepat pada selulosa dan lignin ini dapat meningkatkan konsumsi pada pakan, sehingga Konsumsi NDF dan ADF juga meningkat.
27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan pakan sumber protein tepung rese dalam pembuatan pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung paling baik terhadap konsumsi NDF dan ADF dibandingkan bahan pakan sumber protein tepung ikan,urea dan bungkil kedelai terhadap kambing. Saran Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa banyak level tongkol jagung yang dapat dipadukan dengan tepung rese untuk meningkatkan konsumsi NDF dan ADFpellet pakan komplit kambing kacang jantan.
28
DAFTAR PUSTAKA Agustina, 2011. Prospek Pengembangan Sapi Perah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Alderman, G. 1980. Aplication of pratical rationing system agri, SCl. Servis. Ministring of Agric and food England. Ali, U. 2008. Pengaruh Penggunaan Onggok dan Isi Rumen Sapi dalam Pakan Komplit Terhadap Penampilan Kambing Peranakan Etawah. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Islam,Malang. Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan ndf dan adf silase campuran jerami jagung (zea mays) dengan beberapa level daun gamal (Gricilidia maculate). Jurnal Aggrisistem. 6 (2) : 77-81. ISN 1858-4330. Anggarodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Garmedia Pustaka Utama. Jakarta. Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh :Retno Muwarni. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. . 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Ashes, J.R., B.D. Sieber, S.K. Gulati, A.Z. Cuthbertson, and T.W. Scott. 1992. Incorporation of nfatty acids of fish oil into tissue and serum lipids of ruminants. Lipids. 27 (8) : 629-631. Aylianawaty dan E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah tongkol jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasil fermentasi substrat padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at http://www. lppm.wima.ac.id/ailin.pdf.[15 April 2015]. Bakrie, B., E. Manshur dan I. M Sukadana. Pemberian Berbagai Level Tepung Cangkang Udang Ke Dalam Ransum Anak Puyuh dalam Masa Pertumbuhan (Umur 1–6 Minggu). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 12 (1). Hal 58-68. Behnke, K. C. 2001. Processing factors influencing pellet quality. Feed Tech. 5(4):1-7. Biyatmoko, D. 2014. Profil acid detergen fiber (adf) dan neutral detergen fiber (ndf) produk fermentasi jerami padi menggunakan mikrobia cairan rumen. Media sains. 7 (1) : 7-11. ISN 2085-3548.
29
Boniran.1999. Qualiti control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak. Kumpulan makalah feed quality manajemen workshop. American Soyabean Association dan Balai penelitian Ternak. Hal 2-7. Djufry, F. 2012. Teknologi budidaya kambing.http://sulsel.litbang.pertanian.go.id /ind/index.php. (22 Maret 2015). Dozier, W.A. 2001. Kualitas pellet pakan ungas pedaging (terhubung berkala). http://www. alabio.cjb.net. (22 Maret 2015). Ensamiger, M.E and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The Ensminger Publishing Company, USA. Fakhri, S., Adrisal, Nelson dan Akmal. Aplikasi teknologi pelleting pelepah sawit sebagai pakan ternak di sentra peternakan kambing perkecamatan bajubang kabupaten Batanghari. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN: 1410-0770. Forbes, J., M. 1986. The Voluntary Food Intake. Butter Worts. London. Furqaanida, N. 2004.Pemanfaatan Klobot Jagung Sebagai Subtitusi Sumber Serat Ditinjau dari Kualitas Fisik dan Palatabilitas Ransum Komplit. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ginting, S.P, 2009. Prospek penggunaan pakan komplit pada kambing : tinjauan manfaat dan aspek bentuk fisik pakan serta respon ternak. Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatra Utara. Harris. L. E. 1970. Neutritional Research Techniques for Domestik and Wild Animal.Anim.Sci. Dept. Vol 2. Utah State University, USA.
Hatmono, H. dan Indriyadi, H. 1997. Urea Molase Blok Pakan Suplemen untuk Ternak Ruminansia. PT. Trubus Agriwidya. Ungaran. Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing ). Kanisius. Yogyakarta. Maertens, L., & M. J. Villamide. 1998. Feeding systems for intensive production. CABI Publishing, London. p 241. McElhiney, R., R. 1994. Feed Manufacturing Technology IV. American Feed Industry Association, Inc. Arlington, Virginia. Murtidjo, B., A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius.Jakarta. Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2012. The animal diversity web (online). http://animaldiversity.org. Last modified in 2012 [21 maret 2015]. 30
Nutrion Research Consil, 1994.Nutrient Requrements of Poultry.6th Ed. National Academic Press. Washington, D.C. Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta. Putrawan, I. D. G. A., dan T.H. Soerawidjaja.2007.Stabilisasi dedak padi melalui pemasakan ekstrusif. Jurnal teknik kimia Indonesia. 6 (3) Desember 2007; 681-688. Pond, W. G., D. C. Church., & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. John Wiley and Sons, New York. Poultry Indonesia. 2007. Limbah Udang Pengganti Tepung Ikan. http://www. poutryindonesia.com/ 5 / 09 /2015. Hal 1.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler.Kanisius.Yogyakarta. Richana, N., P. Lestina dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa : xilan dari limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171176. Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil kedelai. Buletin teknik pertanian.Vol 9 nomor 1, 2004. Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo.2003. Produksi ransum lengkap (completefeed) dan suplementasi undegraded protein untuk meningkatkan produksi dan kualitasdaging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan (Hibah Bersaing X/3). Lembaga Penelitian Universitas GadjahMada. Yogyakarta. Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi : Analisi Proksimat dan Analisis Serat. Labolatorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Suparman. 2007. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta. Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Syamsu, A. J. 2011. Reposisi Paradigma Pengembangan peternakan. Absolute Media. Yogyakarta. Thomas, M., and A. F. B. Van der Poel. 1997. Physical quality of pelleted animal feed 2. contribution of processes and its conditions. Animal Feed Science and Technology. 61 (1): 89-109.
31
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1989.HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia, Jakarta. Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant.Oregon.United Straters of America. Wahyono, D. E. dan R. Hardiyanto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. Hal 66-76. Wardhani, N. K. dan A. Musofie. 1991. Jerami jagung segar, kering dan teramoniasi sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. 2. (1):1-5. Zulkarnaini. 2009. Pengaruh Suplementasi Mineral Fosfor dan Sulfur pada Jerami Padi Amoniasi Terhadap Kecernaan NDF,ADF, Selulosa dan Hemiselulosa.Jurnal Ilmiah Tambua 8: 473-477.
32
LAMPIRAN Tabel. 5 Rataan Konsumsi NDF pellet tongkol jagung KAMBING
PERIODE A I II III IV TOTAL RATA-RATA
B 467(P1) 501(P2) 766(P4) 363(P3) 2097 524,25
C 486(P2) 572(P1) 412(P3) 696(P4) 2166 541,5
D 578(P4) 379(P3) 301(P1) 464(P2) 1722 430,5
416(P3) 663(P4) 483(P2) 527(P1) 2089 522,25
Tabel 6.Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap konsumsi NDF PERLAKUAN JUMLAH P1 P2 P3 P4
1867 1934 1570 2703
RATAAN 373,4 386,8 314 540,6
Tabel 7. Sidik Ragam Konsumsi NDFPellet tongkol jagung Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:NDF Type III Sum of Source
Squares
Corrected Model
209798.750a
9
23310.972
4.946
.033
Intercept
4074342.250
1
4074342.250
864.460
.000
PERIODE
4652.250
3
1550.750
.329
.805
KAMBING
30200.250
3
10066.750
2.136
.197
174946.250
3
58315.417
12.373
.006
Error
28279.000
6
4713.167
Total
4312420.000
16
238077.750
15
PERLAKUAN
Corrected Total
Df
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,881 (Adjusted R Squared = ,703)
33
Tabel. 8 Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi NDF NDF Subset PERLAKUAN Duncana
N
1
2
P3
4
392.500
P1
4
466.750
P2
4
483.500
P4
4
675.750
Sig.
.120
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 4713,167. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Tabel 9. Rataan konsumsi ADFpellet tongkol jagung KAMBING PERIODE I II III IV TOTAL RATA-RATA
A 326(P1) 264(P2) 302(P4) 172(P3) 1064 266
B
C 250(P2) 394(P1) 211(P3) 322(P4) 1177 294,25
D 270(P4) 213(P3) 297(P1) 243(P2) 1023 255,75
224(P3) 298(P4) 247(P2) 316(P1) 1085 271,25
Tabel 10.Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap konsumsi ADF PERLAKUAN P1 P2 P3 P4
JUMLAH 1333 1004 820 1192
RATAAN 266,6 200,6 164 238,4
34
Tabel. 11 Sidik ragam konsumsi ADF pellet tongkol jagung
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:ADF Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
42879.062a
9
4764.340
9.277
.007
1182112.562
1
1182112.562
2.302E3
.000
PERIODE
2267.188
3
755.729
1.472
.314
KAMBING
3182.188
3
1060.729
2.065
.206
37429.688
3
12476.562
24.294
.001
Error
3081.375
6
513.562
Total
1228073.000
16
45960.437
15
Corrected Model Intercept
PERLAKUAN
Corrected Total
a. R Squared = ,933 (Adjusted R Squared = ,832)
Tabel 12. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi ADF ADF Subset
PERLA KUAN Duncana
N
1
2
3
P3
4
P2
4
P4
4
298.000
P1
4
333.250
Sig.
205.000 251.000
1.000
1.000
.070
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 513,563. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
35
DOKUMENTASI
Gambar 4. Kandang Metabolisme
Gambar 5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan
36
Gambar 6. Proses Pembuatan Pellet
Gambar 7. Proses pengambilan Sampel
37
Gambar 8. Proses Analisis di Laboratorium
38
RIWAYAT HIDUP ANDI NURFAINI, lahir pada tanggal 01 November 1993 di Makassar. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Anak dari pasangan bapak Andi Muhammad Syukri dan ibu Andi Halika.Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Inpres 31 Macinna di Desa Bonto Tallasa Kab. Maros pada tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Simbang di Desa Bonto Tallasa Kab.Marosdan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan diSMK Negeri 1 Maros, lulus pada tahun 2011.Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan diUniversitas Hasanuddin Fakultas Peternakan Prodi Ilmu Peternakan.
39