KINERJA RETURN JANGKA PANJANG INVESTASI SAHAM BUMN DAN NONBUMN PADA PASAR PERDANA DI BEJ MUSLIM TAMPUBOLON FX.SUPRIYONO BUDIANA GOMULYA Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara Abstract This Paper investigates the long run performance of the companies going public in the Jakarta stock Exchange . We observed that investing in stock by buying from the Initial Public Offering will provide the lower return than investing in one year bank deposits .The results obtained are confirmed with previous studies, such as Ritter (1991); Loghran and Ritter (1995). On the other hand, the returns of the State Owned Companies are higher than the returns of Private Companies, while investing in the Private companies are riskier than investing in the State Owned Companies. KEYWORDS: ipo, overpriced, BUMN; BEJ PENDAHULUAN Sejumlah penelitian ilmiah yang mencoba mengamati karakteristik tingkat pengembalian dari saham perdana (IPO) telah banyak dilakukan orang. Diantaranya adalah studi yang dilakukan oleh Loughran dan Ritter (1995); Tinic (1998); Loughran, at al (1994) , Jan and Kini (1994); Ritter (1991); dan Ruud (1991), serta Hwan Yi J (2001). Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan adanya dua anomali dari IPO, yaitu: * Paper ini disampaikan pada seminar bagian dari mata kuliah Advanced Corporate Finance, Program Doktor Universitas Katolik Parahyangan ♦ Phenomena Jangka Pendek : Tingkat pengembalian (return) dari saham perdana menunjukkan situasi yang abnormal, yaitu sangat tinggi. ♦ Dalam jangka panjang, tingkat pengembalian (return) saham cenderung rendah. Namun demikian, besarnya abnormalitas pada phenomena jangka pendek serta rendahnya tingkat pengembalian pada phenomena jangka panjang ternyata tidak sama untuk setiap negara. (Loughran, at all 1994). Hal inilah kiranya yang mendorong penelitian ini dilakukan, untuk menguji apakah karakteristik tersebut di atas juga berlaku di Bursa Efek Jakarta, yang jika ditinjau dari segi usianya masih sangatlah muda. Melalui data-data empiris yang telah ada, diketahui bahwa ‘in the short terms’ BUMN atau badan-usaha milik negara, memiliki ‘underprice’ yang lebih besar daripada nonBUMN (Katryn, 1997). Selanjutnya, yang menjadi perhatian kita dalam penelitian ini adalah apakah fenomena bahwa ada perbedaan returns juga terjadi dalam ‘longrun” ?
2002 digitized by USU digital library
1
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dipandang sangat perlu, karena beberapa alasan sebagai berikut: ♦ ♦ ♦ ♦
Ada kecenderungan yang sangat nyata dari masyarakat, untuk menjadikan saham sebagai salah satu instrumen dalam ber investasi Untuk keperluan menggerakkan dunia usaha di sektor swasta sehingga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, sumber pembiayaan masyarakat secara langsung melalui pasar modal sangat-lah diperlukan Untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat investor, dalam rangka melakukan kegiatan investasi Untuk mengetahui karakeristik IPO di Bursa Efek Jakarta dalam usaha menciptakan pasar yang effisien.
Selanjutnya, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakteristik IPO dalam jangka panjang di BEJ. 2. Untuk mengetahui perbedaan return antara BUMN dan perusahaan non-BUMN (swasta) 3. Apakah lebih menguntungkan melakukan investasi jangka panjang di BEJ
2002 digitized by USU digital library
2
METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian ini, pada dasarnya peneliti hanya menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari laporan resmi yang telah dipublikasikan, serta informasi-informasi tambahan menyangkut perusahaan. Di samping itu, dilengkapi dengan data dari statistik Bank Indonesia. Untuk lebih jelasnya, data-data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: data sekunder:, meliputi: a. b. c. d.
initial price, atau harga saham perdana harga saham penutupan setelah 3 tahun deviden tunai tahunan yang dibagikan selama 3 tahun Tingkat suku bunga rata-rata untuk deposito berjangka 1 tahun (1982-1997)
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini, adalah semua perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ), mulai sejak berdirinya Pasar Modal di Indonesia, sampai tahun 1999. Pengambilan sampel dilakukan masing-masing untuk BUMN, dan non-BUMN. Dengan adanya krisis moneter yang terjadi, dimana keadaan tersebut telah memperburuk sistem perbankan, maka sektor tersebut dikeluarkan dalam sampel. Untuk itu, sampel dari perusahaan BUMN hanya diambil 5 dari 6 perusahaan yang ada. Untuk sampel yang non-BUMN, diambil berdasarkan kapitalisasi terbesar yang diurutkan sedemikian rupa sehingga tercapai 80% total kapitalisasi di Bursa Efek Jakarta. Dalam hal ini tidak dimasukkan perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor perbankan. Diantara sampel tersebut, dibedakan sampel perusahaan-perusahaan negara, atau BUMN, dan perusahaanperusahan swasta, yang berturut-turut sebanyak 5 perusahaan negara, dan 28 perusahaan swasta. Pengolahan Data: Pengolahan data, dilakukan sebagai berikut: a. b.
Menghitung (P) awal, yang di sesuaikan dengan “corporate actions’ selama 3 tahun setelah dilakukannya IPO. Menghitung return dengan menggunakan metode “Buy and Hold” untuk kurun waktu 3 tahun, dengan rumus sebagai berikut:
R3
( P3 =
-
Po)
+
D1
+ D2
+
D3
Po0 Return per tahun, dapat diketahui melalui rumus: R”
=
R/3
Menghitung Rata-rata Return secara keseluruhan (Total sampel), baik untuk perusahaan-perusahaan swasta maupun perusahaan negara (BUMN). Pengujian Hipotesis: 2002 digitized by USU digital library
3
Untuk keperluan menguji hipotesis yang berbunyi: ♦ ♦
Return BUMN lebih besar daripada return non-BUMN Rata-rata return dari investasi saham di pasar perdana lebih rendah daripada return deposito berjangka 1 tahun.
Akan digunakan analisis statistika, sebagai berikut: 1.
2.
Untuk keperluan pengujian apakah sampel berdistrtibusi normal atau tidak, digunakan metoda statistika : test Lilliefors. Selanjutnya, setelah teridentifikasikan sifat distribusinya, maka pengujian digunakan statistika nonparametrik atau statistika parametrik. Untuk keperluan menguji apakah terdapat perbedaan return BUMN dan NonBUMN (dua sampel independent), akan digunakan uji t jika berdistribusi normal, dan statistik uji Kendal (Coefficien of concordance atau uji friedmen) jika kemudian berdistribusi tidak normal.
2002 digitized by USU digital library
4
KERANGKA PEMIKIRAN Perusahaan IPO dalam jangka pendek mengalami underpriced, gejala ini dapat dijelaskan sebagai berikut: ♦ Underwriters cenderung menghindari resiko ketidakberhasilan dari penjualan saham perdana ♦ Adanya monopsony power dimana underwriters (penjamin emisi) memiliki bargaining power yang lebih kuat daripada issuers (emitten) yang kapitalisasinya kecil, spekulatif dan relatif baru ♦ Adanya bubble conditions pada investors di pasar sekunder karena keberhasilan underwriters memasarkan IPO sehingga over subscribe ♦ Adanya informasi yang asimetris, dimana penjamin emisi lebih menguasai informasi pasar daripada perusahaan yang akan IPO. Perusahaan IPO dalam jangka panjang pada umumnya mengalami overpriced. Fenomena tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: ♦ Perubahan ownership structure yang potensial dapat meningkatkan agency costs ♦ Adanya usaha untuk window dressing oleh pihak manajemen ♦ Pada saat IPO kondisi perusahaan lazimnya berada pada kondisi yang sangat baik dan tidak mungkin dapat dipertahankan secara terus menerus. Akibatnya, earning-pershare (EPS) pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami penurunan. Terjadinya kemungkinan adanya perbedaan return antara perusahaan BUMN dan perusahaan Non-BUMN akan dapat dijelaskan oleh adanya perbedaan motivasi yang melatarbelakangi IPO. Lazimnya, perusahaan BUMN melakukan kapitalisasi tidak semata-mata untuk kepentingan perolehan modal, melainkan pula masih mempertimbangkan aspek non-finansial yang lain,diantaranya memperkuat pasar modal sebagai institusi keuangan, menyebar luaskan kepemilikan saham dan meningkatkan kineja perusahaan. Lebih jauh, perusahaan BUMN umumnya memiliki posisi yang lebih established dan usianya relatip lebih tua dari perusahaan Non BUMN. Pada umumnya BUMN beroperasi di berbagai sektor yang mendapat regulasi dari pemerintah. Ritter J (1991) mengamati bahwa terdapat perbedaan return dari perisahaan yang lebih mapan dibandingkan dengan yang lebih muda usianya. Return perusahaan yang lebih mapan serta berusia lebih tua cenderung lebih tinggi dibandingkan return dari perusahaan yang lebih muda usianya.
2002 digitized by USU digital library
5
ANALISIS DATA PENELITIAN ANALISIS KUANTITATIF Sebelum masuk pada pembahasan lebih lanjut, akan ditunjukkan seberapa besar tingkat reliabilitas data penelitian yang digunakan. Untuk itu, dengan uji Cronbach alpha diperoleh angka –angka perhitungan sebagai berikut: ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _ RELIABILITY
ANALYSIS
-
SCALE
(A L P H A)
Correlation Matrix RS RS RP RTOT
RP
1.0000 . 1373 1.0000
1.0000 .1373
N of Cases = Item Means Variance
1.0000
5.0 Mean
.8907 Reliability Coefficients Alpha =
RTOT
.6348
Minimum
-5.6600
Maximum
13.9920
Range
19.6520
Max/Min
-2.4721
128.7337
3 items Standardized item alpha =
.6891
Nilai koefisien cronbach alpha, yang diperoleh adalah 0.6348. Menurut Uma Sekaran, nilai koefisien sebesar tersebut telah cukup menggambarkan reliabilitas data. Selanjutnya, atas dasar data-data yang telah diolah, dihasilkan nilai rata-rata return dan standar deviasi sebagai berikut:
♦ ♦
Return total Standar deviasi
♦ ♦
Return deposito berjangka 1 tahun Standard deviasi
♦ ♦
Return BUMN Standar deviasi
♦ Return non BUMN ♦ Standar deviasi Sumber: pengolahan data
2002 digitized by USU digital library
11.64 % 33.18 % 16.22% 2.62 %
13.99 % 19.18 % 11.2 % 35.18 %
6
Dari tabel di atas, dapat di-estimasi bahwa returns jangka panjang investasi saham pada pasar perdana di bursa efek Jakarta, adalah sebesar 11.64% dengan standar deviasi sebesar 33.18. Hal tersebut menggambarkan bahwa investasi saham di pasar modal Jakarta (stocks investment) tidak menguntungkan dalam jangka panjang jika dibandingkan dengan investasi di deposito berjangka 1 tahun, Jika dilihat dari perbandingan return antara perusahaan-perusahaan BUMN dan perusahaan-perusahaan non-BUMN, maka diperoleh angka rata: 13.99 %, sebaliknya untuk swasta adalah : 11.2 % Disamping itu, resiko BUMN lebih rendah daripasda resiko non-BUMN., yang ditunjukkan dengan standard deviasi masingmasing: 19.18 % dan 35.18 %. Dengan kata lain, investasi dalam saham BUMN lebih menguntungkan baik dilihat dari segi return maupun dari segi resikonya. Tabel 2. RETURN JANGKA PANJANG INVESTASI SAHAM PADA PASAR PERDANA DI BERBAGAI NEGARA
Country Indonesia Brazil Findland Germany Japan Korea Singapore Sweden U.K U.S
Study Sampel Unpar (2202) 32 Aggarfal, et al 62 (1993) 79 Keloharju (1993) 119 Ljungqvist (1993) 182 Hwang (1992) 99 Kim at al, (1993b) 45 Hin/mahmood 162 (1993) 712 Loghran,et al 4753 (1994) lewis (1993) Loghran/ritter(199 4) Sumber : Loughran, et al 1994 dan perhitungan Notes : * include Initial return
return 11.64 n.a -10.36 3.97 21.37 3.13 7.5* 11.5 13.87 -0.53
Return rata rata pertahun diberbagai negara diperlihatkan pada Tabel 2. Ternyata tingkat return tersebut mengindikasikan adanya ‘overpriced’ harga saham perdana untuk investasi selama 3 tahun, kecuali negara Jepang; Untuk negara Indonesia, pengertian overprised karena ternyata return rata rata pertahun investasi saham pada pasar perdana lebih kecil dibandingkan dengan deposito berjangka 1 tahun pada bank pemerintah. Sedangkan untuk negara lain diluar Indonesia yang terdapat pada Tabel 2, disebut overpriced karena return investasi saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan return jika diinvestasikan pada saham padanan yang dibeli dari pasar sekunder. Ritter J.R ( 1991) menemukan dari bahwa investasi pada saham IPO pada penutupan hari pertama dan memegangnya selama tiga tahun, ternyata hanya menghasilkan return sebesar 34,47 % untuk masa tiga tahun.Pada hal investasi pada saham padanan di pasar sekunder dengan masa simpan selama tiga tahun menghasilkan return sebesar 61,86% Loughran T & Jay R.Ritter (1995) mengamati bahwa phenomena overpriced dari saham IPO berlangsung sampai dengan tahun kelima. Berdasarkan pengamatannya dari saham saham IPO sepanjang tahun 1970 sampai 1990 di pasar bursa AmexNYSE dan Nasdaq, Amerika Serikat hanya memberikan return rata rata pertahun 2002 digitized by USU digital library
7
sebesar 5 % untuk masa simpan lima tahun.Sedangkan untuk saham saham padanan dengan kapitalisasi yang hampir sama dan tidak mengeluarkan saham baru selama lima tahun terakhir memberikan return rata rata pertahun sebesar 7 % dengan masa simpan yang sama lima tahun. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa karakteristik jangka panjang IPO di Indonesia mengalami overpriced, yaitu mengikuti pola yang sama dengan negaranegara lain.
2002 digitized by USU digital library
8
PENGUJIAN HIPOTESES Uji normalitas: Jumlah sampel yang ada, sebesar: 32 buah sampel. (lihat lampiran 1). Hipoteses yang akan di uji adalah : H-1: sampel berdistribusi tidak normal Dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95% , L = 0.886 ( tabel Lillifors). Sedangkan L hitungnya (Lo) 1.1627), maka kesimpulannya: H-0 di tolak, dan H-1 diterima. Uji beda: Uji beda antara sampel return BUMN, dan sampel return non-BUMN, masing-masing : 5 dan 27, dengan hipoteses yang berbunyi: H-1 : terdapat perbedaan return antara BUMN dan return swasta. Hasil pengujian dengan menggunakan Kendal coefficient of concordance serta diperkuat dengan Friedman, diperoleh Chi square hitung sebesar: 1.800, sedangkan chi square tabel : 0.0390. maka kesimpulannya adalah : H-0 ditolak, dan H-1 diterima. Hal ini berarti memang ada perbedaan return antara BUMN dan non-BUMN.
2002 digitized by USU digital library
9
ANALISA KUALITATIF Beberapa hipotesis penyebab kinerja return yang lebih kecil dari yang diharapkan adalah diantaranya penetapan harga perdana yang lebih tinggi dari harga yang wajar. Dalam hal ini pemegang saham lama mendapat keuntungan agio yang lebih besar dari yang fair. Hipotesis ini menjadi anomali ketiga pada phenomena IPO, karena kecenderungan IPO dalan waktu pendek adalah underprice yang berarti penetapan harga perdana lebih rendah dari harga yang wajar. Hipotesis lain , rendahnya return pada jangka panjang adalah disebabkan kinerja perusahaan yang menurun. Jain B.A & Kini O ( 1994) menemui bahwa ternyata kinerja perusahaan menurun setelah perusahaan menjadi perusahaan publik. Mereka menyimpulkan bahwa penurunan kinerja terjadi sampai pada tahun kelima dan keenam setelah melakukan IPO. Kedua hipotesis diatas dapat kita kategorikan sebagai pengaruh finansial intern perusahaan. Hipotesis lain adalah diluar pengaruh intern finansial perusahaan. Return yang lebih rendah bisa terjadi karena untuk suatu periode tertentu keadaan pasar menjadi lesu (Bearish), misalnya karena krisis keuangan yang menimpa negara yang bersangkutan atau krisis dan kejadian yang terjadi diluar negara yang bersangkutan tetapi mempunyai dampak terhadap negara dimana pasar modal yang distudy. Sebagai akibat dari krisis moneter tahun 1997, Bursa Efek Jakarta menerima pengaruh yang sangat signifikan. Sebelum krisis moneter index harga saham gabungan (IHSG) berada pada kisaran angka 700 an dan setelah terjadi krisis IHSG menurun secara drastis hingga mencapai angka 200 an. Penurunan drastis IHSG juga akan mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga penutupan tiga tahun sahan yang sedang diteliti . Akan terdapat perbedaan return yang besar antara saham penelitian pada tahun sebelum 1997 dan tahun sesudah 1997. Kesimpulan dan Rekomendasi Tulisan ini menelaah kinerja return tiga tahun setelah IPO pada Bursa Efek Jakarta serta membandingkan kinerja return perusahaan BUMN dan Non BUMN. Strategi melakukan investasi dengan membeli saham melalui pasar perdana serta menyimpanya selama tiga tahun ternyata hanya memberikan return sebesar 11.64 % yang masih dibawah tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun. Investasi pada saham Non BUMN justru memberikan return yang lebih kecil dibandingkan dengan melakukan investasi pada saham BUMN. Sebaliknya resiko melakukan investasi di saham BUMN lebih kecil dibandingkan dengan resiko melakukan investasi pada saham Non BUMN Penelitian ini akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan pengamatan pada saham saham Non BUMN Asing. Perusahaan Non BUMN Asing relatip lebih mapan serta usianya lebih tua dibandingkan dengan perusahaan Non BUMN Nasional. Membandingkan return yang diperoleh dengan rata rata inflasi pada periode penelitian juga bermanfaat bagi investor jangka panjang, seperti perusahaan reksa dana , Asuransi dan pengelola jaminan pensiun. Pada umumnya bidang usaha BUMN adalah industri yang terregulasi seperti bidang telekomunikasi dan semen. Perusahaan BUMN juga dapat dikategorikan lebih mapan dibandingkan dengan perusahaan Non BUMN nasional. Penemuan bahwa return dari 2002 digitized by USU digital library
10
BUMN lebih tinggi dibandingkan dengan return dari Non BUMN di Bursa Efek Jakarta ***
Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Deventer K.L & Malatesta, 1997, “ Public Offerings of State-Owned And Privately-Owned Enterprises: An International Comparison”, The Journal of Finance Hwan Yi-Jong, 2001, “Pre-Offering Earnings And The Long – Run Performance of IPOs”, International Review of Financial Analysis. Jain Bharat A & Omesh Kini,1994, “The Post-issue Operating Performance of IPO Firms”, The Journal of Finance. Loughran,T et al, 1994, “Initial Public Offering : International Insight”, PacificBasin Finance Journal. Loughran, T & Jay.R. Ritter, 1995, “The New Issue Puzzle”, The Journal of Finance Ruud,J.S, 1991, “Another View of the Underpricing of Initial Public Offerings”, FRBNY Quarterly Review. Ritter, Jay R, 1991, “The Long run Performance of Initial Public Offerings”, The Journal of Finance. Tinic, Seha M, 1988, “Anatomy of Initial Public Offerings of Common Stock”, The Journal of Finance
2002 digitized by USU digital library
11