Kinerja Pemerintah dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kawasan Rawan Bencana (KRB) di Kabupaten Magelang Oleh : Syifa Azmy Khoirunnisa, Hardi Warsono, Margaretha Suryaningsih Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email:
[email protected] Email:
[email protected]
ABSTRACT Rehabilitation and reconstruction is one effort contained in the disaster management cycle after mitigation and emergency response. Rehabilitation and reconstruction of post-disaster to be a need of the affected community disaster. Disaster management organizers in Magelang District in general is Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, and in particular for the rehabilitation and reconstruction activities organized by sector of Rehabilitation and Reconstruction. BPBD Kabupaten Magelang has a vision "realize Magelang Regency responsive, fast, accurate, and resilient in the face of disaster". The purpose of this study is to identify the performance of BPBD Kabupaten Magelang as the government in rehabilitating and reconstructing disaster-prone areas eruption of Mount Merapi in 2010. And identify determinants effectiveness of the achievement target of rehabilitation and reconstruction. Performance indicators views of the four indicators that have been formulated, namely effectiveness, efficiency, fairness, and responsiveness. The deciding factor the effectiveness of target achievement of the three factors that have implications for the performance, namely training, work discipline, and job satisfaction. This study used a qualitative descriptive type with informants of the implementers of rehabilitation and reconstruction post-disaster of the eruption of Mount Merapi in 2010 and from beneficiaries of rehabilitation and reconstruction. The results of overall this study is performance of BPBD Kabupaten Magelang n rehabilitating and reconstructing been not good when viewed from four performance indicators. Then the three factors that have implications for the performance, namely training, work discipline, and job satisfaction shown to affect the effectiveness the achievement of targets or performance of rehabilitation and reconstruction. Keywords: performance, rehabilitation, recontruction, post-disaster
PENDAHULUAN
lapisan
A. LATAR BELAKANG
didesak agar lebih memperhatikan
Bencana
adalah
kejadian
masyarakat.
Pemerintah
dimana
aspek bencana yang terjadi dan upaya
sumber daya, personal atau material
penanganannya dengan cepat dan tepat
yang tersedia di daerah bencana tidak
sehingga
dapat mengendalikan kejadian luar
dikurangi. Dalam hal ini diperlukan
biasa yang dapat mengancam nyawa
manajemen
atau sumber daya fisik dan lingkungan.
sistematis dan komprehensif untuk
UNDP mengelompokkan bencana atas
menanggulangi
tiga jenis yaitu bencana alam, bencana
bencana secara cepat, tepat, dan akurat
non alam, dan bencana sosial. Bencana
untuk menekan korban dan kerugian
alam itu sendiri yaitu bencana yang
yang ditimbulkannya.
bersumber dari fenomena alam seperti
timbulnya
korban
bencana,
yaitu
semua
dapat
upaya
kejadian
Pemerintah membentuk Badan
gempa bumi, letusan gunung api,
Nasional
meteor,
(BNPB) untuk tingkat nasional dan
pemanasan
global,
banjir,
topan, dan tsunami.
Penanggulangan
Badan
Penanggulangan
Bencana
Bencana
Indonesia memiliki wilayah yang
Daerah (BPBD) untuk tingkat propinsi,
luas dan terletak di garis khatulistiwa
kabupaten/kota. Dengan salah satu
pada posisi silang antara dua benua dan
tugas pokoknya yaitu memberikan
dua samudera, berada dalam wilayah
pedoman dan pengarahan terhadap
yang
usaha penanggulangan bencana yang
memiliki
kondisi
geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis
mencakup
yang
penanganan
rawan
terhadap
terjadinya
pencegahan
bencana,
tanggap
darurat,
bencana dengan frekuensi yang cukup
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara
tinggi. Indonesia juga berada di atas
adil dan setara. Serta memiliki dua
lempeng dunia yang aktif, dijejeri
fungsi yaitu pertama, perumusan dan
dengan deretan gunung api yang sangat
penetapan kebijakan penanggulangan
aktif
fire.
bencana dan penanganan pengungsi
Banyaknya kasus bencana di Indonesia
dengan bertindak cepat dan tepat serta
telah menimbulkan keprihatinan semua
efektif
yang
disebut
ring
of
dan
efisien,
dan
kedua,
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah
penanggulangan
Tahun 2011-2013.
bencana
secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh. Bencana erupsi Gunung Merapi
BPBD Kabupaten Magelang pun terlibat dalam upaya rehabilitasi dan
di akhir tahun 2010 lalu telah membuat
rekonstruksi
cemas semua orang, terlebih lagi orang
Gunung Merapi. Fakta di lapangan
yang tinggal dekat dengan Gunung
menunjukkan bahwa masih banyak
Merapi. Berdasarkan perhitungan nilai
pekerjaan rumah BNPB maupun BPBD
kerusakan,
dampak
dalam rehabilitasi dan rekonstruksi
perumahan,
pascabencana letusan Gunung Merapi
sosial, ekonomi produktif, prasarana,
yang belum terselesaikan. Berkaitan
dan lintas sektor, jumlah kerusakan dan
dengan hal ini, timbul pertanyaan
kerugian
mengenai bagaimanakah kinerja BPBD
ekonomi
kerugian, pada
yang
dan
sektor
ditimbulkan
oleh
pascabencana
bencana erupsi Gunung Merapi tahun
sebagai
perpanjangan
2010 ini adalah sebesar Rp 3,56
BNPB
dalam
Trilyun.
rekonstruksi
letusan
tangan
rehabilitasi
pascabencana
dari dan erupsi
Sejak status aktivitas Gunung
Gunung Merapi tersebut. Terutama
Merapi diturunkan dari status AWAS
BPBD Kabupaten Magelang yang akan
(level 4) menjadi SIAGA (level 3), hal
menjadi lokus penelitian ini.
ini menunjukkan bahwa upaya tanggap
B. TUJUAN
darurat
1. Untuk mengetahui kinerja BPBD
sudah
selesai.
Upaya
selanjutnya setelah tanggap darurat
Kabupaten
Magelang
adalah rehabilitasi dan rekonstruksi
rehabilitasi
dan
pascabencana. Untuk upaya rehabilitasi
kawasan rawan bencana (KRB)
dan rekonstruksi pascabencana erupsi
erupsi Gunung Merapi tahun 2010
Gunung Merapi telah diatur dalam
dalam
rekonstruksi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
Peraturan Kepala BNPB No. 5 Tahun
yang
2011 Tentang Penetapan Rencana Aksi
kinerja
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah
rekonstruksi pascabencana erupsi
Pascabencana Erupsi Gunung Merapi
Gunung Merapi tahun 2010
di
Provinsi
Daerah
Istimewa
menentukan
efektivitas
rehabilitasi
dan
(ancaman) bencana (Nurjanah dkk:
C. TEORI Rosenbloom
menyatakan
"Administrasi
bahwa,
publik
2012, hal 42).
adalah
Kumorotomo
(1995)
penggunaan dari teori-teori dan proses-
mengemukakan beberapa kriteria yang
proses manajerial, politik, dan hukum
dapat
untuk
kinerja organisasi publik, antara lain
memenuhi
kepemerintahan
mandat-mandat
legislatif,
eksekutif
dijadikan
pedoman
menilai
Efektivitas, Efisiensi, Keadilan, Daya
dan yudikatif demi ketetapan fungsi-
tanggap.
fungsi pengatur dan pelayanan bagi
efektivitas kinerja menurut Sinambela
masyarakat sebagai keseluruhan atau
(2012) yaitu pelatihan, disiplin kerja,
bagi beberapa segmen masyarakat."
dan kepuasan kerja
Manajemen
bencana
(disaster
Adapun
faktor
penentu
D. METODE
management) adalah ilmu pengetahuan
Metode
yang mempelajari bencana beserta
penelitian ini adalah metode penelitian
segala aspek yang berkaitan dengan
kualitatif. Tujuannya adalah untuk
bencana, terutama resiko bencana dan
mendapatkan data secara mendalam
bagaimana
resiko
dan untuk menjelaskan makna yang
bencana
terkandung dalam fenomena. Tipe yang
menghindari
bencana.
Manajemen
yang
digunakan
dalam
merupakan proses dinamis tentang
digunakan
bekerjanya fungsi-fungsi manajemen
peneliti dapat menyampaikan makna
(planning,
actuating,
secara lebih jelas dan rinci kepada
controlling). Cara bekerja manajemen
pembaca. Lokasi penelitian adalah di
bencana
adalah
wilayah
kegiatan
yang
organizing,
melalui ada
kegiatan-
deskriptif,
kawasan
rawan
agar
bencana
tiap
(KRB) I: Desa Srumbung Kecamatan
yaitu
Srumbung, dengan informan dari para
dan
pelaksana, penduduk Desa Srumbung,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta
dan para mitra. Untuk mendukung
pemulihan. Tujuannya secara umum
proses
antara
dokumentasi,
kuadran/siklus/bidang pencegahan,
lain
pada
adalah
kerja
mitigasi,
untuk
melindungi
masyarakat beserta harta-bendanya dari
penelitian
wawancara,
digunakan studi
dan
studi
pustaka, pengamatan.
Kemudian data yang telah diperoleh
dari penelitian akan melaui proses
yaitu sektor infrastruktur (rehabilitasi
melalui reduksi data, penyajian data,
jalan) bekerja sama dengan Dinas
dan verifikasi data. Terakhir, kualitas
Pekerjaan Umum dan Energi Sumber
data
Daya
diperoleh
melalui
peningkatan
triangulasi,
ketekunan
Mineral,
sektor
ekonomi
dalam
produktif (bantuan tani dan ternak)
penelitian, dan diskusi dengan teman
bekerja sama dengan Dinas Pertanian,
sejawat.
Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan dan Dinas Peternakan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertanian, serta sektor lintas sektor
Penelitian ini membahas kinerja BPBD
(pembangunan
Kabupaten
Magelang
pengungsi) bekerja sama dengan Dinas
rehabilitasi
dan
dalam rekonstruksi
sarana
pendukung
Bina Marga.
pascabencana erupsi Gunung Merapi
Indikator kinerja yang dinilai
tahun 2010. Tujuannya yaitu untuk
dalam
mengetahui bagaimana kinerja BPBD
efektivitas, efisiensi, keadilan, dan
Kabupaten Magelang melalui beberapa
daya tanggap. berikut penjelasannya:
indikator penilaian kinerja menurut
a. Efektivitas
Kumorotomo
Indikator
(efektivitas,
efisiensi,
penelitian
ini
efektivitas
meliputi
dilihat
dari
keadilan, dan daya tanggap). Studi
keberhasilan
kasus yang diambil adalah di kawasan
terhadap program, dan pencapaian
rawan
secara menyeluruh. Melihat kepuasan
bencana
(KRB)
I,
Desa
Srumbung Kecamatan Srumbung.
program,
kepuasan
terhadap program, masyarakat yang
Target
rehabilitasi
dan
terdampak mengeluhkan tidak adanya
rekonstruksi
pascabencana
erupsi
bantuan ternak non ternaknya itu
Gunung Merapi tahun 2010 mencakup
sendiri, seperti kandang, peralatan,
lima sektor, yaitu: sektor perumahan,
pakan,
sektor infrastruktur, sektor ekonomi
minimnya pendampingan untuk petani
produktif, sektor sosial, dan sektor
salak. Waktu pelaksanaan kegiatan pun
lintas sektor. Di Desa Srumbung
ada
sendiri terdapat kegiatan rehabilitasi
dikarenakan faktor eksternal, serta
dan rekonstruksi dalam tiga sektor,
tahun
dll.
yang
Serta
melebihi
anggaran
mengeluhkan
rencana
yang
awal
tiba-tiba
dihentikan
oleh
Pusat
sehingga
masyarakat,
BPBD
Kabupaten
pekerjaan menjadi terburu-buru. Maka
Magelang tidak dapat memberikan
dapat
BPBD
bantuan
dalam
masyarakat peternak ikan. Maka dapat
disimpulkan
kinerja
Kabupaten
Magelang
merehabilitasi
dan
merekonstruksi
Kawasan Rawan Bencana (KRB) TIDAK
EFEKTIF
I
(terdapat
berdasarkan
disimpulkan
kebutuhan
BPBD
Kabupaten
Magelang dalam merehabilitasi dan merekonstruksi
Kawasan
Rawan
kekurangan pada dua sektor; sektor
Bencana (KRB) I adalah KURANG
infrastruktur
ADIL (terdapat kekurangan pada satu
dan
sektor
ekonomi
produktif).
sektor; sektor ekonomi produktif).
b. Efisiensi
d. Daya Tanggap
Indikator efisiensi dilihat berdasarkan
Indikator daya tanggap dilihat dari
pertimbangan
kepekaan
dalam
hal
rasionalitas penggunaan
ekonomi
terhadap
suatu
keadaan,
anggaran,
sikap reaktif dan responsif, serta cepat
hemat, dan menggunakan input (dana)
menangani tuntutan/keluhan. Melihat
yang ada untuk mencapai tujuan secara
dari
maksimal. BPBD Kabupaten Magelang
tuntutan/keluhan,
dapat memenuhi semua kriteria dalam
Magelang dalam kegiatan rehabilitasi
indikator
dan
efisiensi.
Maka
dapat
kriteria
cepat
menangani
BPBD
Kabupaten
rekonstruksi
tidak
memiliki
disimpulkan kinerja BPBD Kabupaten
kecepatan
Magelang dalam merehabilitasi dan
tuntutan/keluhan.
merekonstruksi
rawan
rekonstruksi tidak dapat membantu
bencana (KRB) I adalah EFISIEN
kesulitan warga dalam hal penyediaan
(tidak terdapat kekurangan).
pakan ternak, obat-obatan, penggantian
c. Keadilan
biaya kandang, perbaikan irigasi, serta
Indikator keadilan dilihat dari distribusi
pengolahan salak menjadi makanan
yang
olahan.
adil
berdasarkan
kawasan
atas
sumber
kebutuhan
daya,
masyarakat,
dalam
Maka
menangani
Rehabilitasi
dapat
dan
disimpulkan
kinerja BPBD Kabupaten Magelang
non diskriminasi, harus proporsional,
dalam
dan tidak melanggar hukum. Melihat
merekonstruksi
dari kriteria berdasarkan kebutuhan
bencana (KRB) I adalah TIDAK
merehabilitasi kawasan
dan rawan
TANGGAP (terdapat kekurangan pada
2. Disiplin
kerja
dua sektor; sektor infrastruktur dan
rehabilitasi
sektor ekonomi produktif).
berupa
Penulis
menggunakan
faktor
dalam
dan
kegiatan
rekonstruksi
ketepatan
pada
time
schedule/batas waktu pelaksanaan
penentu efektivitas kinerja menurut
kegiatan.
Sinambela (2012), yaitu pelatihan,
dimiliki
disiplin kerja, dan kepuasan kerja.
rehabilitasi
Kemudian
membantu efektivitas pencapaian
dilakukan
pembuktian
Disiplin oleh
kerja
para dan
yang
pelaksana rekonstruksi
kepada para pelaksana dalam kegiatan
target
rehabilitasi dan rekonstruksi.
diselesaikan tepat waktu. Disiplin
1. Sebelum
pelaksanaan
rehabilitasi
dan
pascabencana
kegiatan
rekonstruksi
erupsi
karena
pekerjaan
dapat
kerja juga membuat para pelaksana kompak
bekerja
sama
dalam
Gunung
menyelesaikan pekerjaan sehingga
Merapi tahun 2010, ada pelatihan
pekerjaan/target tercapai dengan
berupa
efektif. Maka dapat disimpulkan
pelatihan
penghitungan
DaLA (damage loss assesment)
bahwa
dan pelatihan untuk pengelolaan
MENENTUKAN
keuangan.
kinerja.
Kedua
tersebut
pelatihan
dapat
efektivitas
membantu
kerja efektivitas
3. Kepuasan kerja di sini berupa rasa
target
senang/puas terhadap pekerjaan,
pelatihan
baik itu menyangkut tugas, gaji,
dijelaskan peraturan, tata cara,
rekan kerja, dsb. Kepuasan kerja
pendanaan, hingga pelaksanaan.
yang dimiliki para pelaksana dapat
Adanya pelatihan membuat para
menimbulkan
pelaksana tidak buta arah dalam
komitmen
melaksanakan kegiatan rehabilitasi
kegiatan
dan
rekonstruksi
karena
pencapaian
disiplin
di
dalam
rekonstruksi.
disimpulkan
bahwa
MENENTUKAN kinerja.
Maka
dapat
motivasi
dalam
dan
melaksanakan
rehabilitasi ini.
dan Dengan
pelatihan
dimilikinya kepuasan kerja oleh
efektivitas
para pelaksana, pekerjaan/target pun dapat tercapai dengan efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja MENENTUKAN
DAFTAR PUSTAKA
efektivitas kinerja.
Alwasiah, A. Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data
PENUTUP
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
A. SIMPULAN Secara
keseluruhan
dari
keempat
indikator di atas, penilaian kinerja
RajaGrafindo Persada Darmadi,
Damai.
Sukidin.
2009.
untuk BPBD Kabupaten Magelang
Administrasi Publik. Yogyakarta:
adalah
LaksBang PRESSindo
KURANG
BAIK.
BPBD
Kabupaten Magelang hanya dapat memenuhi
indikator
Keban, Yeremias T. 2008. Enam
efisiensi.
Dimensi Strategis Administrasi
Sedangkan untuk indikator efektivitas
Publik Konsep, Teori, dan Isu.
dan daya tanggap adalah tidak efektif
Yogyakarta: Penerbit Gavamedia
dan tidak tanggap, dan indikator
Kodoatie, Robert J. Sjarief, Roestam.
keadilan adalah kurang adil.
2006.
Tiga faktor penentu efektivitas kinerja, yaitu pelatihan, disiplin kerja, dan kepuasan kerja terbukti dapat menentukan
efektivitas
rehabilitasi
dan
kinerja
rekonstruksi
Pengelolaan
Bencana
Jakarta:
Yarsif
Terpadu. Watampone Nurjanah,
R.
Kuswanda,
Bencana.
tahun 2010.
Alfabeta
kinerja
pada
rehabilitasi
dan
rekonstruksi selanjutnya
efektivitas
BP,
Bandung:
Penerbit
Bencana. Jakarta: Dian Rakyat Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai.
2. Meningkatkan faktor yang dapat menentukan
Siswanto
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen
B. REKOMENDASI
kegiatan
Dede
Adikoesoemo. 2012. Manajemen
pascabencana erupsi Gunung Merapi
1. Meningkatkan
Sugiharto,
Yogyakarta:
Graha
Ilmu
kinerja,
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
seperti pelatihan, disiplin kerja,
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
dan kepuasan kerja pegawai.
Bandung: Alfabeta
Beck,
Bakri.
Jurnal
Membangun
Kebijakan
Kembali
dengan
Lebih Baik; Antara Prinsip dan
2012 pukul 22.10 WIB Syawal. (2010). Dapatkah Gunung Merapi “Mati” Menjadi Gunung
Kenyataan Rencana
Diunduh pada 10 November
Aksi
Rehabilitasi
Rekonstruksi
Erupsi
dan
Merapi.
Jakarta: BNPB
Merapi
Aktif.
Dalam
http://syawal88.wordpress.com/2 010/11/17/dapatkah-gunung-
BNPB. (2011,Maret, Vol. 2, No. 1).
mati-menjadi-gunung-aktif/.
Dari Wasior, Mentawai, Hingga
Diunduh pada 16 Juni 2013 pukul
Merapi. Gema BNPB
05.34 WIB
-----. (2012, 23 Oktober). Pemerintah Tak Paksa Warga Lereng Merapi.
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala BNPB No. 5 Tahun
Tribun Jogja Rukmorini, Regina. (2012, 26 Maret). Proyek
Pascabencana
Erupsi
Merapi
Belum
Tuntas.
2011 Tentang Penetapan Rencana Aksi
Rehabilitasi
Rekonstruksi Pascabencana
Kompas.com -----. (2013). Profil BPBD Kabupaten
Merapi
di
dan Wilayah
Erupsi
Gunung
Provinsi
Daerah
Magelang. Draf Bab II Buku
Istimewa
Putih Kabupaten Magelang
Provinsi Jawa Tengah Tahun
Gunung
Merapi.
Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunu ng_Merapi. Diunduh pada 10 November 2012 pukul 22.00 WIB Imine.
(2009).
Rekonstruksi.
Rehabilitasi
dan Dalam
http://id.shvoong.com/exactsciences/earth-sciences/1932968rekonstrusi-dan-rehabilitasi/.
2011-2013
Yogyakarta
dan