Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha)
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DI KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB) III DESA GLAGAHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN DALAM MENGHADAPI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI COMMUNITY PREPAREDNESS IN DISASTER PRONE AREAS III IN GLAGAHARJO VILLAGE CANGKRINGAN DISTRICT DEALING WITH ERUPTION DISASTER OF MERAPI VULCANO Zulaikha, Program Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, email:
[email protected] Oleh:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Desa Glagaharjo dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Merapi (2) upaya masyarakat Desa Glagaharjo untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi Gunungapi Merapi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang tinggal di KRB III Gunungapi Merapi Desa Glagaharjo, yakni Dusun Kalitengah Lor, dan Kalitengah Kidul dan Srunen dengan jumlah 459 kepala keluarga. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 kepala keluarga yang diambil menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10 %. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel proporsi atau imbangan. Variabel penelitian meliputi: pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana, rencana untuk keadaan darurat, sistim peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan instrument pedoman wawancara untuk responden kunci, observasi, dokumentasi, dan kuesioner berupa angket untuk masyarakat di KRB III. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Desa Glagaharjo dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Merapi tergolong pada kategori “siap” yaitu dengan rata-rata skor dari nilai keseluruhan responden yang menunjukan angka 53. (2) Upaya masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi erupsi meliputi : pembuatan kesepakatan berupa kebijakan untuk tinggal di kawasan rawan bencana bersama tim Pengurangan Risiko Bencana (PRB), pembentukan organisasi kebencanaan DESTANA Glagaharjo, pembuatan jalur evakuasi dan penentuan lokasi titik kumpul pengungsian, penyelesaian penyusunan Standart Operasional Procedure (SOP) kebencanaan Desa Glagaharjo, pembangunan dan perbaikan sarana prasarana untuk kondisi darurat, penggunaan perangkat pemantauan kondisi Gunungapi Merapi, serta perangkat penyebarluasan informasi darurat status Gunungapi Merapi. Kata kunci: Erupsi Gunungapi Merapi, Kesiapsiagaan
1
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha)
ABSTRACT This study aims to determine: (1) the level of community preparedness in Disaster Prone Areas III in Glagaharjo village dealing with eruption disaster of Merapi Volcano (2) Glagaharjo community efforts to improve preparedness to facing of eruption disaster of Merapi Volcano. This study is descriptive research with quantitative approach. The study population was all the heads of families living in KRB III Merapi Volcano in Glagaharjo village, specifically Kalitengah Lor and Kalitengah Kidul and Srunen with the number of 459 households. The sample in this study amounted to 82 heads of families taken from the total number of households in the three villages using the formula Slovin with standard error of 10%. Sampling technique are using proportions sampling techniques or counterbalance. The research variables include knowledge and attitudes to disaster risk, plan for emergencies, disaster-warning systems, and the mobilization of resources. Data collection techniques are using interview with interview guides, observation, documentation, and questionnaire with questionnaire form. Data analysis technique are using quantitative descriptive analysis technique. The results showed that: (1) the level of community preparedness Disaster Prone Areas III in Glagaharjo village to facing of eruption of Merapi Volcano belonging to the category of "ready" with an average score of all respondents score that shows the number 53. (2) community efforts to improve preparedness to facing of eruptions include the creation of an agreement in the form of a policy for staying in disaster-prone areas with Disaster Risk Reduction, the organization establishment of disaster DESTANA Glagaharjo, build evacuation path and determining the location of the rallying point of evacuation, the preparation completion of Standard Operating Procedures (SOP) disaster in Glagaharjo village, development and improvement of infrastructure for emergency situations, usedness of Merapi Volcano condition monitoring device, as well as the information device of status emergency of Merapi Volcano. Keywords: Eruption of Merapi Volcano, Preparedness
2
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) per
PENDAHULUAN Gunungapi
Merapi
merupakan
31
Desember
2010
dengan
menggunakan metode penilaian kerusakan
gunungapi tipe strato, terletak di D I
dan
Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan
bencana erupsi Gunungapi Merapi di D.I.
ketinggian 2980 meter dari permukaan
Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan
laut. Gunungapi Merapi adalah salah satu
erupsi besar yang terjadi pada tanggal 26-
gunungapi yang teraktif di dunia, periode
29
ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2–7
November
tahun. Aktivitas erupsi Gunungapi Merapi
kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 3,62
dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar
Triliun dengan rincian D.I Yogyakarta
dan awan panas, tanpa membentuk kaldera
sebesar Rp. 2,14 Triliun dan Jawa Tengah
(kawah).
sebesar Rp. 1,48 Triliun (Anonim, 2015).
Aktivitas
erupsi
akan
kerugian,
Oktober
teridentifikasi
2010 2010
serta telah
bahwa
tanggal
5
menimbulkan
mempengaruhi morfologi puncak sehingga
Usaha untuk mengurangi dampak
puncak gunungapi ini selalu nampak
erupsi selanjutnya, pemerintah melakukan
berubah dari waktu ke waktu. Puncak
kebijakan relokasi bagi masyarakat yang
Gunungapi Merapi yang pada intinya
berada di Kawasan Rawan Bencana III
merupakan tumpukan dari lava yang
karena
keluar
akan
Langsung I dimana lahan yang berada di
terhancurkan/ berubah oleh letusannya
kawasan tersebut pasca erupsi hanya dapat
atau terjadi guguran lava akibat gaya
digunakan untuk lahan usaha pertanian/
gravitasi sehingga menyebabkan terjadinya
kehutanan
awan panas.
bukan untuk hunian lagi sebagai hunian
dari
dalam
gunung
Gunungapi Merapi terakhir meletus
tetap.
merupakan
yang
Kawasan
Areal
berbasis
Rawan
Terdampak
masyarakat,
Bencana
III
pada tahun 2010 lalu, krisis ini diawali
mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk
dari peningkatan status dari aktif, normal
dihuni karena hanya berjarak 4- 5 km dari
ke waspada pada bulan September 2010,
gunungapi. Peta KRB menurut sejarahnya
dan terus meningkat sampai situasi darurat
dapat menjelaskan bahwa zona KRB III
mulai tanggal 26 Oktober 2010 sampai
adalah wilayah yang terkena dampak
dengan awal Januari 2011. Material yang
langsung
dikeluarkan akibat erupsi kurang lebih 140
primer) seperti batuan besar, lapili, bahan
juta m³ dan mengakibatkan 398 orang
piroklastika lainnya seperti abu, pasir
meninggal dunia, dan puncak gelombang
panas, dan awan panas yang mematikan
pengungsian
sehingga sangat tidak dianjurkan untuk
sejumlah
151.336
orang
tersebar di 553 lokasi. Berdasarkan data
erupsi
gunungapi
(bahaya
tempat tinggal (Sudibyakto, 2011: 93). 3
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) Desa Glagaharjo merupakan salah
yang
sama
mengenai
satu desa yang memiliki tingkat kerawanan
(kebersamaan),
bahaya cukup tinggi karena sebagian besar
masyarakat berperan aktif dalam upaya
berada
Rawan
penolakan tetapi bukan merupakan faktor
Bencana III. Keadaan yang demikian dapat
utama, 3) Sumber penghidupan ada di
membahayakan warga di tiga dusun di
dusun “urip kudu bareng- bareng sapi”
Desa Glagaharjo yaitu Dusun Kalitengah
dan lokasi dusun cocok untuk beternak
Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, dari
sapi perah yang sudah dijalankan selama
tiga dusun tersebut tercatat ada 459 KK
10 tahun oleh masyarakat,4) Wilayah
dengan total penduduk 1334 jiwa yang
tersebut
terancam
masyarakat memiliki lahan yang cukup
di
wilayah
Kawasan
bahaya
sehingga
harus
direlokasi. Kebijakan relokasi penduduk ternyata
tidak
sepenuhnya
2)
relokasi
sudah
Penggerak/
turun
tokoh
temurun
dan
luas (Syamsul Maarif,dkk, 2015:5)
ditanggapi
Penolakan relokasi yang dilakukan
dengan positif, beberapa dusun di Desa
beberapa dusun di Desa Glagaharjo juga
Glagaharjo
terungkap
menyatakan
penolakan
dan
mewakili
semangat
relokasi.Warga sendiri berpendapat bahwa
perlawanan yang diinspirasi kebijakan
tanah
lokal (local wisdom) yaitu “sedumuk
hasil
erupsi
Merapi
dapat
bumi”
tanah
yang
artinya
bathuk
pada sumber pendapatan ekonomi mereka.
sejengkal
Kepala Desa Glagaharjo Bapak Suroto
dipertahanakan
menyatakan ada ±400 Kepala Keluarga di
merupakan tanah kelahiran dan tanah yang
Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul,
dimiliki merupakan hak milik masyarakat,
dan Srunen tetap menolak relokasi (Ado,
oleh karena itu akan tetap dipertahankan.
2011).
Masyarakat di KRB III Desa Glagaharjo Masyarakat di Desa Glagaharjo
senyari
yang
mendatangkan kesuburan yang berdampak
dimiliki
selamanya
akan karena
juga mempunyai cara pandang tersendiri
sudah kembali ke tempat asal pada bulan
bahwa
Maret-April 2011 dan kembali beraktivitas
kehidupan telah menyatu dalam kehidupan
seperti sebelum erupsi. Dengan rumah-
dan
rumah yang sudah berdiri dan aktivitas
harmony with risk disaster), berbeda
pencaharian
dengan pemerintah yang menggunakan
masyarakat direlokasi.
yang
sudah
tetap Beberapa
berlangsung
menolak alasan
untuk
antara
ancaman
penghidupan
dan
masyarakat
sumber
(living
tindakan preventif dengan cara menjauhi
yang
bencana
terlebih
dahulu
baru
mendorong masyarakat menolak relokasi
meningkatkan kesipasiagaan di tempat
antara lain: 1) Masyarakat punya sikap
yang lebih aman. Aksi penolakan yang 4
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) dilakukan masyarakat akan berdampak
dalam
menghadapi
buruk, sebab kawah Gunungapi Merapi
mengurangi
kini sudah terbuka mengarah ke selatan
khususnya masyarakat di Desa Glagaharjo
tenggara yakni ke Desa Glagaharjo (Andi
yang berada di KRB III Gunungapi Merapi
Ikhbal, 2013).
Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kalitengah
resiko
bencana terhadap
untuk bencana,
Data hasil observasi menjelaskan
Kidul dan Dusun Srunen yang dihuni 1334
bahwa menurut Kepala Desa Glagaharjo
jiwa. Upaya- upaya untuk meningkatkan
pada saat terjadi erupsi tahun 2010 yang
kesiapsiagaan masyarakat di KRB III juga
lalu, seluruh rumah di Kawasan Rawan
sangat penting untuk dilakukan.
Bencana III rusak parah dan rata dengan
Berdasarkan
hasil
observasi,
tanah. Menurut data perkiraan rumah rusak
terdapat upaya- upaya untuk meningkatkan
di wilayah Kecamatan Cangkringan, di
kapasitas dan kesipasiagaan masyarakat di
Desa Glagaharjo sendiri ada 625 rumah
Desa Glagaharjo, misalnya dengan adanya
yang rusak, dengan rincian bahwa dusun
konsep Hidup Selaras Bersama Alam
Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan
(HSBA). Konsep tersebut dirumuskan oleh
Srunen yang merupakan wilayah KRB III
masyarakat
adalah wilayah terparah dengan total 393
Kalitengah Kidul dan Srunen dengan
rumah dengan keadaan rusak 100 persen
difasilitasi
(Anonim, 2010).
Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta,
Kesiapsiagaan
oleh
Kalitengah
Wahana
Lor,
Lingkungan
suatu
konsep tersebut menjelaskan mengenai
keadaan siap siaga dalam menghadapi
langkah- langkah hidup bersama ancaman
krisis, bencana, atau keadaan darurat
Gunungapi
lainnya (Bevaola Kusumasari, 2014: 23).
Glagaharjo juga menyatakan bahwa untuk
Tujuan dari kesiapsiagaan ini adalah untuk
meningkatkan
mengantisipasi masalah dan sumberdaya
masyarakatnya
yang
memberikan
penanggulangan bencana ditingkat dusun
respons secara efektif sebelum bencana
dan desa, akan tetapi untuk meningkatkan
terjadi (Kreps, 1991; Mileti, 1991 dalam
upaya- upaya kesiapsiagaan diperlukan
Bevaola
25).
adanya unsur-unsur berikut : 1) Kebijakan
bahwa
dan peraturan yang memadai, 2) Instansi/
diperlukan
untuk
Kusumasari,
Kesiapsiagaan
adalah
Dusun
2014:
mengasumsikan
Merapi.
Kepala
Desa
kesiapsiagaan dibentuk
unit
siap menghadapinya. Pemerintah dalam
permanen dan bersifat spesialis untuk
hal ini membutuhkan masyarakat yang
memantau
memiliki pengetahuan dan kesiapsiagaan
kesiapsiagaan, 3) Identifikasi, kajian dan
dan
bencana
tim
bencana akan terjadi dan masyarakat harus
5
penanggulangan
pula
menjaga
yang
tingkat
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) pemantauan bentuk ancaman bencana
Kalitengah Kidul, dan Srunen dengan
(sumber, kemungkinan korban, kerugian,
jumlah 459 KK.
gangguan layanan, gangguan kegiatan
2. Sampel Penelitian
ekonomi/sosial), 4) Perencanaan keadaan
Terdapat
beberapa
cara
untuk
darurat/ contingency planning, melibatkan
menentukan jumlah sampel yang biasa
berbagai organisasi sumberdaya, kejelasan
digunakan dalam penelitian, sampel dalam
tugas dan tanggung jawab, 5) Pemanfaatan
penelitian ini ditentukan dengan rumus
sumberdaya (perlu inventarisasi semua
Slovin
sumberdaya yang ada secara up-to-date)
sehingga dari 459 KK diperoleh sampel
(Deny Hidayati dkk, 2006: 8).
sejumlah 82 KK. Teknik pengambilan
dengan
taraf
kesalahan
10%
sampel dalam penelitian ini menggunakan METODE PENELITIAN
sampel
Desain Penelitian
random sampling), sampel diambil secara
Desain
penelitian
ini
adalah
acak
proporsi
(proportional
acak di masing-masing wilayah secara
penelitian deskriptif dengan analisis data
seimbang.
kuantitatif.
B. Metode Pengumpulan Data dan
Menurut
Saiffudin
Azwar
(2010: 7) penelitian deskriptif merupakan
Instrumen Penelitian
kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan
suatu
masalah
1. Metode Pengumpulan Data
atau
a. Observasi
keadaan berdasarkan fakta- fakta yang ada.
Peneliti
melakukan
observasi
Analisis data kuantitatif dalam penelitian
langsung di Desa Glagaharjo terkait
ini menggunakan tabel frekuensi, dengan
dengan keadaan masyarakat yang memiliki
tabel
tersebut
gambaran
maka
secara
akan
dihasilkan
pengalaman
deskriptif
mengenai
Gunungapi Merapi tahun 2010.
kesiapsiagaan masyarakat di KRB III dalam
menghadapi
bencana
terhadap
bencana
erupsi
b. Dokumentasi
erupsi
Dokumentasi
untuk
sekunder
yang
Gunungapi Merapi.
memperoleh
A. Populasi dan Sampel
digunakan dalam penelitian ini, berupa
1. Populasi Penelitian
data penduduk, data kondisi fisiografis,
Populasi
adalah
data kerusakan dan korban bencana erupsi
seluruh kepala keluarga yang berada di
tahun 2010 yang diperoleh dari BPBD
KRB
yakni
Kabupaten Sleman dan Pemerintah Desa
Lor,
Glagaharjo, data curah hujan dari bagian
III
masyarakat
penelitian
Desa Dusun
ini
data
digunakan
Glagaharjo Kalitengah
6
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) irigasi SDAEM, serta gambar- gambar
diperoleh tingkat kesiapsiagaan. Tingkat
yang terkait dengan penelitian.
kesiapsiagaan
c. Wawancara Teknik
masyarakat
terhadap
bencana erupsi Gunungapi Merapi dibagi dalam
menjadi lima parameter kesiapsiagaan
penelitian ini ditujukan kepada responden
yakni Sangat Siap, Siap, Kurang Siap,
kunci yang memiliki wewenang untuk
Tidak Siap, dan Sangat Tidak Siap.
mengkoordinasi
wawancara
masyarakat
untuk
Berikut penghitungan nilainya:
meningkatkan upaya- upaya kesiapsiagaan
a. Variabel pengetahuan terhadap
yakni Kepala Desa Glagaharjo dan tim
bencana masing- masing item
Pengurangan Risiko Bencana.
pertanyaan di beri skor:
d. Kuesioner
Ya
Peneliti menggunakan kuesioner
=2
Tidak Tahu = 1
atau angket langsung kepada responden
Tidak
untuk dapat dijawab secara langsung oleh
Total skor = Skor tertinggi x
diri sendiri. Jenis angket yang digunakan
jumlah item pertanyaan
adalah angket tertutup dengan beberapa
2 x 25 = 50
pilihan jawaban.
b. Variabel keadaan
analisis
rencana darurat
data
dengan
masing-
skor :
analisis data kuantitatif, analisis data
Ya
=1
dengan
Tidak
=0
pendekatan
untuk
masing item pertanyaan diberi
C. Teknik Analisis Data Teknik
=0
kuantitatif
menggunakan analisis non statistik yaitu
Total skor = Skor tertinggi x
dengan menggunakan tabel frekuensi.
jumlah item pertanyaan
Berdasarkan tabel frekuensi, maka akan
1 x 10 = 10
dihasilkan gambaran secara deskriptif
c. Variabel
mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam
terhadap
menghadapi bencana erupsi Gunungapi
masing item diberi skor:
Merapi. Hasil penjumlahan dari seluruh
Ya
=1
nilai skoring dari empat variabel penelitian
Tidak
=0
pada masing- masing responden
Total skor = Skor tertinggi x
yaitu
pengetahuan dan sikap terhadap bencana,
sistem
peringatan
bencana
jumlah item pertanyaan
rencana keadaan darurat, sistem peringatan
1x 6 = 6
bencana, dan mobilisasi sumberdaya akan 7
masing-
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) d. Variabel
mobilisasi
sumberdaya
HASIL PENELITIAN
masing-masing
1. Tingkat
item pertanyaan diberi skor:
Masyarakat di KRB III Desa
Ya
=1
Glagaharo
dalam
Menghadapi
Tidak
=0
Bencana
Erupsi
Gunungapi
Total skor = Skor tertinggi x
Merapi
jumlah item pertanyaan
Tingkat kesiapsiagaan masyarakat
1 x 10 = 10 Berdasarkan total
Kesiapsiagaan
pada
penjumlahan
skor
diketahui
dari
penghitungan
rata-rata
variabel
jumlah skor responden yang telah dihitung
penelitian diatas diperoleh nilai skor
dari ke empat variable penelitian, yakni
tertinggi adalah 76 dan nilai skor terendah
pengetahuan dan sikap terhadap resiko
adalah 0. Skor tersebut digunakan untuk
bencana, rencana untuk keadaan darurat,
mencari interval skor dengan rumus:
sistem peringatan bencana, dan mobilisasi
(
sumber daya. Kesiapsiagaan masyarakat
i=
masing-masing
di KRB III Gunungapi Merapi dapat
)
dapat =
dihitung
menggunakan
rumus
berikut:
= 15,2 dibulatkan menjadi 15 Berdasarkan
hasil
perhitungan
tersebut diperoleh nilai interval skor yaitu 15.
Nilai
interval
digunakan
Keterangan:
untuk M = Rata-rata
menentukan nilai pada setiap kategori kesiapsiagaan yaitu:
fX = Jumlah nilai individu
Tabel 2.Nilai N = Jumlah individu
Parameter Kesiapsiagaan No. Kategori Interval Parameter skor 1 Sangat Siap 60 - 76 2 Siap 45 - 59 3 Kurang Siap 30 - 44 4 Tidak Siap 15 - 29 5 Sangat Tidak 0 - 14 Siap Sumber : peneliti, tahun 2016
Rumus rata-rata tersebut digunakan untuk menentukan kategori parameter kesiapsiagaan
masyarakat
bencana erupsi, yaitu: ∑fX = 4.358 N = 82
8
menghadapi
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) Sehingga:
memantau
dan
menjaga
tingkat
kesiapsiagaan, 3) Identifikasi, kajian dan pemantauan bentuk ancaman bencana (sumber, kemungkinan korban, kerugian, gangguan layanan, gangguan kegiatan ekonomi/sosial), 4) Perencanaan keadaan M = 53,1 dibulatkan menjadi
darurat/ contingency planning, melibatkan
53
berbagai organisasi sumberdaya, kejelasan
Berdasarkan
tugas dan tanggung jawab, 5) Pemanfaatan
perhitungan maka
sumberdaya (perlu inventarisasi semua
diperoleh nilai rata-rata kesiapsiagaan
sumberdaya yang ada secara up-to-date).
sebesar 53, maka dapat diketahui bahwa
Berikut ini adalah upaya- upaya yang telah
tingkat
dilakukan masyarakat di Desa Glagaharjo
menggunakan
rumus
tersebut,
kesiapsiagaan
masyarakat
di
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Desa
guna meningkatkan kesiapsiagaan :
Glagaharjo dengan nilai rata- rata 53
1) Kebijakan
khusus
yang
mengatur
kegiatan penanggulangan bencana
termasuk pada kategori “siap” .
Pasca erupsi 2010 pemerintah Desa Glagaharjo
2. Upaya Masyarakat di KRB III Desa Glagaharjo
untuk
mengatur
Meningkatkan
bersama kesepakan
masyarakat bersama
telah
melalui
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) baik
Kesiapsiagaan
ditingkat desa maupun dusun, terutama Kesiapsiagaan berkaitan dengan upaya-upaya
yang
diambil
untuk dusun yang berada di Kawasan
sebelum
Rawan
terjadinya bencana untuk memastikan
pemerintah
tindakan yang efektif terhadap dampak bahaya,
karena
mengasumsikan
bahwa
Upaya-
upaya
mengatur
Ketentuan yang telah disepakati bersama tersebut adalah metode atau kegiatan teknis yang harus dijalankan sesuai dengan
dan peraturan yang memadai, 2) Instansi/ bencana
ini
saat bencana, maupun pasca bencana.
untuk
adanya unsur- unsur berikut : 1) Kebijakan
penanggulangan
masyarakat
hal
bekerjasama dalam kondisi pra bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan di perlukan
unit
dalam
kawasan rawan sehingga harus saling
akan
terjadi dan masyarakat harus siap dalam menghadapinya.
dan
III,
kesepakatan untuk sama- sama tinggal di
kesiapsiagaan bencana
Bencana
tanggungjawab
yang
yang
telah
disepakati
dalam peraturan. Contoh dari kegiatan
permanen dan bersifat khusus untuk
dalam kebijakan ini adalah penyusunan 9
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) mekanisme yang harus dijalankan ketika
terjadi bencana, sehingga masyarakat akan
terjadi peningkatan aktivitas Merapi dari
mengetahui kemana arah mereka harus
“siaga 1” sampai “awas”, siapa saja yang
mengevakuasi diri dan keluarga pada saat
bertanggung jawab terhadap masyarakat
keadaan darurat. Penentuan jalur evakuasi
usia rentan maupun evakuasi ternak, disitu
dan titik kumpul yang telah disepakati
sudah ada yang bertanggung jawab sesuai
pemerintah dan masyarakat juga akan
kesepakatan.
memudahkan tim PRB untuk melakukan
2) Organisasi
yang
memantau
serta
pendataan dan penyaluran bantuan. Di
menjaga kesiapsiagaan masyarakat
Desa Glagaharjo sudah ada jalur evakuasi
Mengingat bahwa dampak yang
dan titik kumpul yang telah disepakati
terjadi pada erupsi 2010 lalu, maka
bersama, pertama masyarakat berkumpul
pemerintah Desa Glagaharjo membentuk
di dukuh masing- masing dusun, kemudian
organisasi yang sifatnya memantau dan
titik kumpul kedua berada di Barak
menjaga
Banjarsari, ketiga di Barak Gayam , dan
kesiapsiagaan
masyarakatnya,
yakni dengan pembentukan DESTANA
terakhir di Barak Sindumartani.
(Desa Tangguh Bencana). Dalam rencana
4) Standart Operasioanl Procedure (PRB)
kontijensi bencana erupsi Gunung Merapi,
Pemerintah Desa Glagaharjo baru
Pemerintah Desa Glagaharjo mengambil
membuat SOP kebencanaan untuk tingkat
beberapa kebijakan melalui DESTANA,
desa tahun 2015 sehingga belum lengkap
yang
datanya, oleh karena itu pemerintah belum
merupakan
penetapan
landasan
kegiatan untuk mencapai penanggulangan
bisa
bencana yang efektif dan strategi untuk
maupun datanya. Di KRB III sendiri yang
dikoordinasikan ke segenap jajaran yang
telah selesai membuat SOP baru dusun
terkait Selain ditingkat desa tersebut telah
Kalitengah Kidul saja yakni berupa SOP
dibentuk pula organisasi pengurangan
untuk warga usia rentan, SOP untuk ibu
bencana pada tingkat dusun, terutama
hamil dan SOP ternak.
untuk tiga dusun yang berada di Kawasan
5) Sarana dan prasarana untuk kondisi
Rawan Bencana III yakni PRB Srunen,
memberikan
pernyataan
resmi
darurat
PRB Parikesit di dusun Kalitengah Kidul,
Sarana dan prasarana ini akan
dan PRB Kalitengah Lor.
membantu
3) Jalur evakuasi dan titik kumpul untuk
evakuasi baik warga maupun ternak pada
keadaan darurat bencana
saat
berjalannya
proses
saat kondisi darurat bencana, pemerintah
Jalur evakuasi dan titik kumpul
Desa Glagaharjo baru dapat memberikan
berguna untuk keefektifan waktu saat
sarana dan prasarana berupa jalan aspal 10
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) dan barak pengungsian, untuk jalan aspal
dalam KRB III di Srunen dan Kalitengah
sendiri kini juga baru berjalan dalam
Lor.
proses penyempurnaan aspal. Selanjutnya
7) Sarana
dan
prasarana
untuk
di KRB III untuk penyediaan sarana
penyebarluasan informasi darurat status
evakuasi yang telah disiapkan ditingkat
Gunungapi Merapi.
dusun ada ambulan dan HT.
Informasi yang didapat dari bagian
6) Sarana dan prasarana untuk pemantauan
pemantauan di Kalitengah Kidul yang
kondisi Gunungapi Merapi
dinaungi oleh Komunitas Siaga Merapi
Sarana untuk sistem pemantauan mengenai aktivias
kondisi
dan
Gunungapi
(KSM) disebarluaskan kepada masyarakat
perkembangan
Merapi
di
desa biasanya terkait perubahan status
Desa
kondisi Gunungapi Merapi. Informasi
Glagaharjo dikelola oleh bagian sendiri,
status
yakni oleh induk radio Kalitengah Kidul
kondisi waspada hingga awas. Perangkat
yang menaungi semua informasi di Desa
yang digunakan adalah sirine, dan Handy
Glagaharjo, repiter radio ini dipasang di
Talky (HT). Saat ini semua ketua RT di
dusun Singlar. Radio induk ini juga sudah
Desa Glagaharjo telah memiliki HT,
memiliki frekuensi jaringan sendiri yaitu
bahkan sebagian masyarakat juga telah
153630 MHz yang diberi nama Komunitas
memiliki kesadaran untuk memperoleh
Siaga Merapi (KSM),
informasi
sehingga melalui
yang
disebarkan
tentang
dimulai
aktivitas
dari
Merapi
jaringan radio ini komunikasi melalui
sehingga secara pribadi masyarakat sudah
jaringan radio dan melalui Handy Talky
memiliki, informasi yang akan diterima
(HT) dapat dilakukan ke seluruh kawasan
masyarakat
lingkar Gunungapi Merapi. Selain itu juga,
Satuan
masyarakat akan lebih mudah melakukan
Kecamatan Pakem sebagai posko utama,
komunikasi ke beberapa lembaga seperti
kemudian
BPPTK Gunung Merapi, SARDA dan
Kecamatan Cangkringan dan selanjutnya
lainnya.
diinfokan
Sarana lain untuk pemantauan
berasal
Pelaksana
dari yang
diterima
pada
pos
Unit
pemantauan berada
di
Pelaksan
pantau
Desa
Glagaharjo dan kemudian ke masyarakat.
Gunungapi Merapi yang akan memberikan peringatan akan bahaya
yakni Early
SIMPULAN DAN SARAN
warning System (EWS), untuk Desa Glagaharjo
memiliki
2
EWS
A. SIMPULAN
untuk
1) Tingkat Kesiapsiagaan masyarakat di
yang
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Desa
dipasang di dua dusun atas yang termasuk
Glagaharjo dalam menghadapi bencana
peringatan bahaya awan panas
11
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) erupsi Gunungapi Merapi tergolong pada
B. SARAN
kategori “siap” yaitu dengan rata-rata skor yang
diambil
dari
skor
1. Bagi Pemerintah
keseluruhan
Pemerintah
Kabupaten
Sleman
responden yang menunjukkan angka 53.
melalui Badan Penanggulangan Bencana
Masyarakat telah memiliki pengetahuan
Daerah
dan sikap terhadap bencana, rencana
mengadakan
keadaan darurat, sistim peringatan bencana
peningkatan
dan mobilisasi sumberdaya dengan baik
khususnya
sehingga
siap
menghadapi bencana erupsi Gunungapi
apabila sewaktu- waktu terjadi bencana
Merapi yang sewaktu- waktu dapat terjadi.
berada
dalam
kondisi
(BPBD)
diharapkan
selalu
kegiatan-kegiatan
guna
kapasitas Desa
masyarakat
Glagaharjo
untuk
erupsi Gunungapi Merapi. 2)
Upaya
yang
dilakukan
2. Bagi Masyarakat
masyarakat di Kawasan rawan Bencana III
Masyarakat
Desa
Glagaharjo
Desa Glagaharjo untuk meningkatkan
khususnya yang berada di KRB III
kesiapsiagaan dilakukan dalam berbagai
sebaiknya telah menyiapkan perlengkapan
cara yakni antara lain dengan membuat
darurat saat evakuasi yang akan dibawa ke
kesepakatan bersama berupa kebijakan
posko
untuk tinggal di kawasan rawan bersama
layanan
tim Pengurangan Resiko Bencana (PRB),
penting seperti rumah sakit, apabila pada
pembentukan
kebencanaan
saat kondisi darurat keluarga ada yang
DESTANA Glagaharjo, pembuatan jalur
hilang atau sakit bisa segera menghubungi
evakuasi
rumah sakit terdekat, selain itu masyarakat
organisasi
dan
penentuan
lokasi
titik
pengungsian, telepon
nomor
fasilitas-fasilitas
kumpul yakni di Barak Banjarsari, ketiga
sebaiknya
di Barak Gayam ,dan Barak Sindumartani,
ketrampilan
penyelesaian
penyusunan
Standart
ketrampilan P3K dan manajemen posko
Operational
Procedure
(SOP)
cara mengolah makanan agar masyarakat
kebencanaan
Desa
Glagaharjo,
bisa secara mandiri saat berada di posko
pembangunan
kesiapsiagaan
lagi seperti
pengungsian. Masyarakat di KRB III
darurat,
diharapkan pula untuk memiliki tabungan
penggunaan perangkat pemantauan kondisi
khusus untuk yang dapat membantu pasca
Gunungapi
perangkat
bencana. Bagi masyarakat yang sering
penyebarluasan informasi darurat status
mengikuti pelatihan maupun sosialisasi
Gunungapi Merapi
kesiapsiagaan
untuk
Merapi,
perbaikan
meningkatkan
sarana
prasarana
dan
lebih
dari
memiliki
kondisi
serta
12
diharapkan
dapat
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha)
lainnya.
Bevaola Kusumasari. ( 2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal. Yogyakarta: Gava Media.
DAFTAR PUSTAKA
Deny
membagikan
ilmu
pada
masyarakat
Ado. (2011). Warga Dilarang Tempati Kawasan Rawan Merapi. Diakses dari http:// news.liputan6.com//read//2363421/w arga-dilarang-tempati-kawasanrawan-merapi pada tanggal 22 Desember 2015. Andi
Hidayati dkk. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta: Deputi Ilmu pengetahuan Kebumian LIPI.
Nurjanah dkk. (2013). Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar. (2010). Metode penelitian edisi 1.Yogyakarta. : Pustaka Pelajar.
Ikhbal. (2013). 400-an Warga Merapi Enggan di Relokasi.Diakses dari Http//news.republika.co.id//read//23 9900/400an-warga-merapi-enggandi-relokasi pada tanggal 22 Desember 2015.
Sudibyakto. (2011). Manajemen Bencana di Indonesia Ke Mana?. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sutrisno Hadi. ( 2000). Statistik Jilid 1. Yogakarta: ANDI.
Anonim. (2010). Rumah Warga Rusak Akibat Erupsi Gunung Merapi. Diakses dari www.slemankab.go.id pada tanggal 22 Desember 2015.
Syamsul Maarif dkk. (2015). Kapital Sosial Dalam Relokasi Permukiman Pasca Erupsi Merapi Pembelajaran Dari Studi Kasus Di Cangkringan Sleman, Yogyakarta. Jurnal Riset Kebencanaan Indonesia. Bogor: IABI.
Anonim. (2015). Laporan Komando Tanggap Darurat Merapi 2010. Yogyakarta: BPBD Sleman.
13
Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana…..(Zulaikha) Reviewer Yogyakarta, Pembimbing I
Juli 2016
Pembimbing II
Dr. Hastuti, M.Si
Suhadi Purwantara, M.Si
NIP. 19620627 198702 2 001
NIP. 19591129 198601 1 001
14