perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA 4.1. Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Karanganyar Sebagian dari wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki karakteristik geografis yang berbukit dan memiliki kelerengan yang curam. Hal tersebut mengakibatkan sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar rentan akan bencana longsor. Penyebab terjadinya tanah longsor di Kabupaten Karanganyar terkait dengan 3 faktor utama yaitu ; kemiringan lahan, curah hujan dan jenis tanah dimana kriteria kemiringan lahan >16% (agak curam s.d. curam), curah hujan >1.250 mm/th, dan jenis tanah andosol, grumosol, serta latosol coklat (RTRW Karanganyar, 2013-2032). Pembahasan terkait kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar secara lebih jelas di sampaikan pada pembahasan berikut. 4.1.1. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Karanganyar Berdasarkan karakteristik kerentanan dan kerawanannya, tipologi kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar di kategorikan menjadi 3, yaitu kawasan rawan bencana longsor tinggi, sedang dan kawasan yang aman dari bencana longsor. Berdasarkan Peta Rawan Bencana dalam RTRW Kabupaten Karanganyar 2013-2032, wilayah yang termasuk dalam kategori kawasan dengan tingkat rawan longsor tinggi meliputi sebagian kecamatan Ngargoyoso, Tawangmangu, Matesih, Jatiyoso, dan Jumapolo. 4.1.2. Karakteristik Bencana Longsor di Kabupaten Karanganyar Bencana longsor di kawasan rawan tinggi Kabupaten Karanganyar memiliki karakteristik yang berbeda. Sifat longsoran yang terjadi di wilayah tersebut meliputi runtuhan tebing, dan rayapan tanah. Bencana longsor dengan karakteristik runtuhan merupakan longsor karena adanya runtuhan batu atau material tanah dari bukit atau lereng yang mengakibatkan kawasan di bawahnya tertimbun. Longsoran dengan sifat rayapan merupakan jenis gerakan tanah longsor yang bergerak lambat dengan karakteristik longsoran hampir tidak dapat dikenali dan gerakan tanah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Sebagian besar jenis longsoran yang terjadi di Kabupaten Karanganyar merupakan longsoran tebing atau lereng-lereng bukit. Longsoran tebing atau lereng bukit terjadi di seluruh desa pada wilayah kecamatan Ngargoyoso, Jatiyoso, Jumapolo dan sebagian desa di wilayah kecamatan Tawangmangu meliputi Desa Plumbon, Sepanjang dan Tengklik. Longsoran dengan karakteristik berbeda yaitu rayapan tanah terjadi di sebagian wilayah Kecamatan Tawangmangu yaitu di Desa Bandar Dawung. Longsor dengan karakteristik commit to user rayapan tanah juga terjadi di Desa Koripan, Kecamatan Matesih. Karakteristik bencana longsor yang terjadi di kawasan rawan tingkat tinggi di Kabupaten Karanganyar secara rinci 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dilihat dalam tabel 4.1. Karakteristik longsoran di kawasan rawan longsor tinggi di Kabupaten Karanganyar secara spasial dapat dilihat dalam gambar 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Longsoran di Kawasan Rawan Bencana Longsor Tinggi Kabupaten Karanganyar Kawasan Kecamatan Desa Jenis Longsoran Karaktersitik kawasan I Ngargoyoso Segoro Gunung Longsoran tebing/lereng Berjo Longsoran tebing/lereng, Jenis longsoran adalah longsoran galian Longsoran C tebing/lereng, Girimulyo Longsoran bukit longsoran galian C terdapat di Desa Berjo Tawangmangu Tengklik Longsoran tebing/lereng Plumbon Longsoran tebing/lereng II Tawangmangu Bandar Dawung Rayapan tanah Jenis longsoran yang terjdi adalah rayapan Matesih Koripan Rayapan tanah tanah III Tawangmangu Sepanjang Longsoran tebing/lereng Jenis longsoran adalah Jatiyoso Wukirsawit Longsoran Longsoran tebing/lereng tebing/lereng Beruk Longsoran tebing/lereng IV Jatiyoso Karangsari Longsoran tebing/lereng Tlobo Longsoran tebing/lereng Jatiyoso Longsoran tebing/lereng Jenis longsoran adalah Jatisawit Longsoran Longsoran tebing/lereng tebing/lereng Petung Longsoran tebing/lereng Wonorejo Longsoran tebing/lereng Jumapolo Kadipiro Longsoran tebing/lereng Sumber : Wawancara
4.1.3. Persebaran Pemukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Karanganyar Kawasan rawan longsor di Kabupaten Karanganyar terdiri dari bermacam jenis penggunaan lahan. Penggunaan lahan sebagai permukiman di kawasan kawasan rawan longsor menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan karena sangat berkaitan commit to user dengan penduduk yang bermukim di kawasan tersebut. Persebaran permukiman di kawasan rawan bencana longsor secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.2
Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Karanganyar Kawasan Jumlah Jumlah KK Desa Dusun KK Kawasan Segoro Gunung Segorogunung, Nglerak 62 Berjo Sukuh, Tambak 316 I Girimulyo Munggur 170 886 Tengklik Selere, Ngepeng 169 Plumbon Tarukan, Plumbon, Setugu 169 Bandar Dawung Bandar, Dawung, Gondang 567 II 872 Koripan Nglobang, Poncol 305 Sepanjang Ngledok, Genengan, Tapan, 667 Genengrejo, Tegalsari III Wukirsawit Sawit, Kramat, Swadine, 347 1315 Jekukir, Sidorejo Beruk Turus, Gunung Lading 301 Karangsari Tlobo Ledok, Pojok 98 Tlobo Mering, Tegalrejo, Duwetan, 558 Jenggrik, Tlobo Kidul, Tlobo Lor, Ngroto Jatiyoso Maju, Plamar, Puntuk, 914 Margorejo, Blimbing, IV 2447 Gempolan, Ngemplak Jatisawit Ngringo 157 Petung Manggisan 170 Wonorejo Glagah Malang, Tanjungsari, 411 Pelem Kadipiro Deres 139 5520 TOTAL 17 Desa 48 Dusun 5520 Sumber : Observasi Lapangan, Identifikasi Penulis
Kawasan rawan bencana longsor di Kecamata Jatiyoso tersebar di 8 Desa. Kawasan rawan longsor di Kecamatan Tawangmangu tersebar di 4 Desa, Kecamatan Ngargoyoso tersebar di 3 Desa , Kawasan rawan longsor di Kecamatan Matesih dan Kecamatan Jumapolo masing-masing tersebar di 1 Desa. Kecamatan Jatiyoso merupakan wilayah dengan luasan terdampak paling luas yang menyebabkan sebaran pemukiman di Kecamatan Jatiyoso lebih banyak dibanding kecamatan yang lainnya. Persebaran permukiman di Kawasan Rawan Bencana longsor secara spasial dapat dilihat dalam gambar 4.1.
commit to user
49
Gambar 4.1 Peta Karaktristik Longsor di Kabupaten Karanganyar 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2. Latar Belakang yang Mempergaruhi Masyarakat Tetap Bermukim di Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Karanganyar Latar belakang yang mempengaruhi masyarakat untuk tetap bermukim di kawasan rawan bencana longsor terdiri dari faktor kerentanan ekonomi dan faktor kerentanan sosial. Pembahasan terkait latar belakang yang mempengaruhi masyarakat bermukim di kawasan rawan bencana logsor di Kabupaten Karaganyar dapat disimak dalam pembahasan berikut. 4.2.1
Kerentanan Ekonomi
Faktor kerentanan ekonomi yang dilihat berdasarkan kemampuan financial masyarakat, dimana masyarakat kurang mampu biasanya tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk melakukan penyelamatan atau pencegahan terhadap terjadinya suatu bencana. Kemampuan financial masyarakat yang kurang mampu juga menjadi salah satu faktor dimana masyarakat tidak mampu melakukan tindakan penyelamatan termasuk mengusahakan lahan yag lebih aman dari bahaya longsor. Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi ekonomi masyarakat yang dilihat berdasarkan kondisi peghasilan di kawasan rawan bencana longsor dapat diketahui dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Penghasilan KK di Kawasan Rawan Bencana Longsor Di Kabupaten Karanganyar Jumlah Penghasilan Jumlah % < Rp.896.500,119 63,0 % Rp.896.500,0% >Rp.896.500,70 37,0% total 189 100%
Sumber : Kuisioner Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebesar 63,0% masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar memiliki penghasilan di bawah UMK Rp.896.500,-. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar masyarakat yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan penduduk yang kurang mampu atau memiliki kerentanan dalam aspek ekonomi. Sebagaian besar masyarakat merupakan petani dimana hasil dari bertani biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sisanya dijual. Penghasilan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu untuk berpindah lokasi atau mengusahakan lahan yang lebih aman dari lokasi yang ditinggali sekarang. 4.2.2
Kerentanan Sosial (Pemahaman terhadap Bencana)
Kerentanan sosial di lingkungan rawan bencana dilihat bedasarkan pemahaman mereka terhadap dampak longsor yang dapat ditimbulkan karena menempati lahan yang rentan akan gerakan tanah. Berdasarkan hasil observasi lapangan, masyarakat di kawasan rawan bencana sudah paham terhadap commit bahaya tolongsor user yang mungkin terjadi di lingkungan mereka. Untuk mengantisipasi bahaya longsor yang mungkin terjadi, masyarakat melalukan 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antisipasi untuk mencegah terjadinya resiko bencana yang lebih tinggi. Berdasarkan observasi lapangan dan jawaban kuisioner, kegiatan antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.4 Upaya Antisipasi yang Dilakukan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana Longsor Upaya antisipasi yang dilakukan Jumlah % Melakukan penguatan konstruksi bangunan dan lahan 134 70,9 serta penguatan vegetasi Hanya melakukan penguatan konstruksi saja 21 11,1 penguatan vegetasi saja 38 18,0 Tidak melakukan 0 Total 189 100
Sumber : Kuisioner Dari hasil kuisioner tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat telah melakukan antisipasi untuk menghadapi bahaya longsor yang mungkin terjadi di lingkungan hunian mereka. Sebagian masyarakat melakukan penguatan konstruksi bangunan atau penguatan konstruksi lahan saja, termasuk dengan pengaturan system drainase agar aliran air hujan lancar sehingga tidak menimbulkan permaslahan kestabilan tanah. Sebagian masyarakat hanya melakukan penguatan lahan dengan vegetasi atau penanaman pohon berakar kuat di lereng belakang rumah atau lahan pekarangan lainnya untuk mencegah adanya gerakan tanah di lingkungan hunian mereka. Sebagian besar masyarakat telah melakukan antisipasi berupa penguatan konstruksi dan penguatan vegetasi. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di kawasan rawan bencana sebenarnya telah paham terhadap bahaya longsor yang ada di lingkungan rumah mereka, sehingga masyarakat telah melakukan antisipasi untuk mengurangi kemungkinan adanya bahaya longsor di lingkungan hunian mereka. 4.3. Faktor yang Berpengaruh dalam Pemilihan Lokasi Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor 4.3.1. Faktor yang Berpengaruh Berdasarkan Karakteristik Lokasi Faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi permukiman di suatu wilayah rawan bencana yaitu meliputi faktor manajemen yang ada di kawasan rawan bencana, kondisi topografi, kenyamanan lingkungan, penyediaan sarana, penyediaan prasarana, aksesibilitas, harga lahan, serta peluang kerja. Tinjauan faktor lokasi di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar secara lebih rinci dijelaskan dalam pembahasan berikut ; 4.3.1.1. Manajemen bencana a. Mitigasi Penyediaan sarana penampungan longsor secara khusus belum di commit to korban user sediakan oleh semua desa di kawasan rawan longsor di Kabupaten Karanganyar. Keseluruhan desa menggunakan gedung serbaguna, aula desa maupun balai desa 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai tempat evakuasi korban sekaligus sebagai tempet pengungsian bagi korban longsor. Seluruh desa di kawasan rawan bencana longsor di kabupaten karangayar menggunakan gedung desa sebagai sarana evakuasi korban longsor. Hanya saja, terdapat perbedaan penyebutan jenis sarana pada setiap desa. Secara keseluruhan, konisi gedung desa yang di persiapkan sebagai tempat penampungan korban bencana longsor dalam kondisi yang baik, dengan luasan yang cukup luas. Karakteristik longsor yang pernah terjadi tidak bersifat fatal, sehingga gedung desa yang digunakan sebagai sarana evakuasi korban sejauh ini mampu menampung korban. Penyediaan gedung serbaguna maupun balai desa yang digunakan sebagai sarana evakuasi korban bencana longsor yang mungkin terjadi di kawasan rawan bencana mengindikasikan bahwa lokasi permukiman di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah menyediakan tempat penampungan korban bencana. Organisasi kebencanaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk sebagai wadah yang mampu mengatasi permasalahan kebencanaan yang terjadi di suatu kawasan bencana. Bencana alam yang terjadi memerlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk menciptakan keamanan bagi warga masyarakat yang tingal di lokasi rawan bencana. Organisasi kebencanaan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten karanganyar terdapat di masing-masing kelompo kerja Desa yang terindikasi rawan bencana longsor. Sebagian besar tanggung jawab permasalahan kebencanaan berada di bawah bagian perlindungan masyarakat (LINMAS). Disamping LINMAS, terdapat pula organisasi yang khusus dibentuk untuk menyikapi permasalahan kebencanaan yang ada, seperti organiasi kebencanaan khusus yang ada di Desa Sepanjang, Kecamatan Tawangmangu. Berdasarakan kondisi keberadaan organisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa desa yang terindikasi rawan terhadap bencana longsor di kabupaten karanganyar telah memiliki organisasi yang dibentuk khusus untuk mengatasi permasalahan bencana yang terjadi di wilayah tersebut. Tabel 4.5 Penyediaan Sarana Evakuasi Korban Longsor dan Organisasi Bencana Kawasan Penyediaan Sarana Kondisi Organisasi Desa Penampungan Korban Bencana Bencana I Segoro Gedung serba guna desa Baik LINMAS Gunung Berjo Balai desa Baik Girimulyo Balai desa, gedung serba guna Baik kecamatan Tengklik Aula desa Baik commit to user Plumbon Balai desa Baik II Bandar Gedung serba guna Baik LINMAS Dawung 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kawasan
Penyediaan Sarana Desa Penampungan Korban Bencana Koripan Balai desa III Sepanjang Balai desa Wukirsawit Balai desa Beruk Balai desa IV Karangsari Gedung serba guna desa Tlobo Balai desa Jatiyoso Gedung serba guna desa Jatisawit Balai desa Petung Balai desa Wonorejo Balai desa Kadipiro Gedung serba guna desa Sumber : Wawancara, Observasi Lapangan 2013
Jalur
evakuasi
merupakan
fasilitas
pendukung
Kondisi
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
kelengkapan
Organisasi Bencana
LINMAS
LINMAS
prasarana
permukiman di kawasan rawan bencana. Penyediaan jalur evakuasi harus diperhatikan karena akan terkait dengan kemudahan aksesiblitas penyelamatan masyarakat yang terdampak terhadap bencana yang terjadi. Penyediaan jalur evakuasi di kawasan rawan bencana bersifat insidental dimana jalur evakuasi yang digunakan akan tergantung pada situasi dan kondisi medan dimana lokasi bencana terjadi. Jalur evakuasi pada umumnya merupakan jalan utama penghubung permukiman menuju jalan utama atau lokasi penampungan/evakuasi korban. Sebagian besar jalur evakuasi merupakan jalan lingkungan yang sudah diperkeras dengan bahan bermaterial aspel dan beton beton yang merupakan penghubung lingkungan permukiman menuju jalan utama desa. Lebar jalan lingkungan sebagai jalur evakuasi rata-rata adalah 3-4,5m. Kondisi jalan rata-rata baik, hanya sebagian jalan di Desa Wukirsawit, Koripan Beruk dan Girimulyo mengalami kerusakan di beberapa titik. Jalan bergelombang terdapat di desa Tengklik, Plumon, dan Segoro Gunung. Jalan kolektor sebagai jalur evakuasi terdapat di Desa Girimulyo, Bandar Dawung, Koripan, wukirsawit, dan Jatiyoso bermaterial aspal dengan lebar jalan 4-5m. Sebagian besar jalan dalam kondisi baik, hanya jalan kolektor di Desa Wukirsawit mengalami kerusakan di jalur penghubung perbatasan dengan Desa Bandardawung. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan permukiman di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah menyediakan jalur evakuasi. b. Tanggap Darurat Tangap darurat merupakan upaya yang dilakukan pada saat terjadinya bencana sebagai upaya penyelamatan pada korban yang tertimpa bahaya bencana longsor. Upaya tanggap commit to user darurat di kawasan rawan bencana longsor di lingkungan warga masyarakat dilakukan dengan gotong royong warga sekitar. Upaya tangap darurat yang dilakukan oleh pemerintah 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan paling cepat oleh pemerintah desa dengan melakukan evakuasi terhadap korban, memberikan bantuan yang bersifat mendesak serta memberikan berita laporan kejadian bencana kepada Kecamatan untuk kemudian diteruskan ke pemerintah Kabupaten. Bantuan tanggap darurat oleh pemerintah kabupaten diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karanganyar yang mendapatkan laporan dari pemerintah desa ataupun kecamatan. Berdasarkan data lapangan, dapat disimpulkan bahwa kawasan rawan bencana di Kabupaten Karanganyar menyelenggarakan upaya tanggap darurat yang baik sebagai upaya melindungi keselamatan warga masyarakat yang berada di kawasan tersebut. c. Penanganan Pasca Bencana Penanganan pasca bencana merupakan usaha pemulihan kondisi kawasan yang terdampak oleh bencana longsor yang terjadi. Penanganan pasca bencana yang ada di kawasan rawan bencana di Kabupaten Karanganyar dilakukan sesegera mungkin sebagai upaya pemulihan terhadap kondisi yang mengalami kerusakan. Usaha tersebut segera dilakukan sehingga aktivitas yang terhambat karena adanya bencana dapat kembali normal sebagaimana mestinya. Kegiatan pemulihan kebencanaan di Kabupaten Karanganyar untuk kejadian bencana dengan dampak kecil berasal dari swadaya masyarakat yang dikoordinir dibawah pemerintah desa. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten diberikan untuk bencana dengan dampak yang cukup besar. Pemulihan kondisi kawasan terdampak bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah dilakukan baik secara swadaya maupun dari bantuan pemerintah. 4.3.1.2. Status Hukum a. Tinjauan Kesesuaian dengan RTRW dan regulasi terkait Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah memenuhi kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Berdasarkan tinjauan RTRW Kabupaten Karanganyar 2013-2033, kawasan rawan bencana longsor tidak diperbolehkan dilakukan adanya pembangunan selain pembangungan sebagai fungsi evakuasi dan ekologi. Hal tersebut sesuai dengan Permen PU No.22 Tahun 2007, peruntukan kawasan dengan tingkat kerawanan bencana tinggi baik yang berada di kawasan lindung atau budidaya diarahkan sebagai peruntukan kawasan lindung yang mutlak untuk dilindungi. Kawasan rawan bencana dengan tingkat tinggi seharusnya tidak diperuntukan sebagai fungsi permukiman. Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar yang seharusnya berfungsi sebagai peruntukan lindung
masih
digunakan
sebagai
fungsi
permukiman,
sehingga
penyelenggaraan
pemanfaatannya belum sesuai dengan regulasi yang terkait. commit to user b. Kepastian Kepemilikan Lahan 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepastian kepemilikan lahan adalah salah satu faktor yang dipertimangkan dalam pemilihan lokasi. Hal tersebut akan terkait dengan kekuatan stats hukum terhadap lahan yang mereka tempati. Berdasarkan wawancara dengan perangkat desa terkaitpada desa yag terindikasi rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar, sebagian besar lahan permukiman di kawasan tersebut leha memiki sertifikat lahan yang jelas. Sebagian lainya merupakan tanah hak milik namun belum memiliki sertifikat yang sah dari pemerintahan. Hanya sebagian kecil lahan permukiman yang merupakan tanah yang sama sekali belum memiliki sertifikat. Berdasarkan kondisi tersebut, lahan permukiman di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah memiliki kepastian lahan yang jelas. 4.3.1.3. Kondisi Topografi Karakteristik fisik lingkungan yang dilihat dari kelerengan lahan pada lokasi permukiman dikawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar di bedakan menjadi 4 kategori yaitu karakteristik datar dengan keleregan 0-2%, landai yaitu 2-15% , agak curam sampai curam dengan kelerengan 15-40%, dan karakteristik sangat curam yaitu kelerengan >40%. Karakteristik Kelerengan lahan pada kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar secara lebi rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Karakteristik Kelerengan di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Karanganyar Kawasan I
Desa Segoro Gunung Berjo
Girimulyo
II
Kelerengan
Sukuh, Tambak
15->40%
Nglerak
15->40%
>40%
Tengklik
Selere, Ngepeng
15->40%
Plumbon
Tarukan, Plumbon, Setugu
15->40%
Bandar Dawung
Bandar, Dawung, Gondang
2->40%
Nglobang, Poncol Ngledok, Genengan, Tapan, Genengrejo,
2-15%
Koripan III
Dusun Terdampak Segoro gunung
Sepanjang
Sifat Kelerengan
Karakteristik Kawasan
Sangat curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar sangat curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar sangat curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar curam Landai sampai dengansangat curam, sebagian besar datar landai
0 - >40%, commit to user Datar,
Curam dengan curam,
landai, sampai sangat sebagian
Sebagian besar sangat curam >40%
Sebagian besar landai 0-15%
Sebagian besar sangat curam > 40%
56
perpustakaan.uns.ac.id Kawasan
Desa Wukirsawit
Beruk IV
Karangsari
Tlobo
Jatiyoso
Jatisawit
Petung Wonorejo
Kadipiro
digilib.uns.ac.id Dusun Terdampak Tegalsari Sawit, Kramat, Swadine, Jekukir, Sidorejo Turus, Gunung Lading Tlobo Ledok, Pojok
Kelerengan
15->40%
>40% 15->40%
besar sangat curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar sangat curam Sangat curam Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar curam Datar, landai, Curam sampai dengan sangat curam, sebagian besar sangat curam
Mering, Tegalrejo, Duwetan, Jenggrik, Tlobo Kidul, Tlobo Lor, Ngroto Maju, Plamar, Puntuk, Margorejo, Blimbing, Gempolan, Ngemplak Ngringo
2 - >40%,
Manggisan Glagah Malang, Tanjungsari, Pelem Deres
15-40%, >40%
Landai-curam, sebagian besar agak curam-curam Agak curam-curam Sangat curam
15-40%,
Agak curam-curam
2 - >40%,
2-15-40%,
Karakteristik Kawasan
Sifat Kelerengan
Landai sampai dengan sangat curam, sebagian besar agak curamcuram
Sebagian besar sangat curam > 40%
Sumber : Overlay peta
Sebagian besar kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar merupakan perbukitan dan juga wilayah yang berada di kaki gunung Lawu. Karakteristik kelerengan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar sebagian besar bersifat agak curam sampai dengan curam dengan tingkat kelerengan antara 15-40%, lebih dari 40%. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi topografi di lingungan permukiman di kawasan rawan bencana berada pada topografi yang curam. 4.3.1.4. Kenyamanan Lingkungan a. Kebisingan Kenyamanan lingkungan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi permukiman. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencaaan Lingkungan Perkotaan kawasan permukiman diharuskan berjarak lebih dari 2 km dari pusat kebisingan seperti dari kegiatan industri. Dalam jangkauan 2 km, tidak ada pabrik atau kegiatan industri yang ada di kawasan rawan bencana longsor di kabupaten karanganyar, sehingga kondisi kebisingan di lokasicommit tersebutto terbebas dari kebisingan yang ditimbulkan user dariaktivitas industri. Sumber kebisingan lain yang ada adalah aktivitas kendaraan di sekitar jalan arteri atau jalan local, namun kondisi tersebut tidak menyebabkan adanya gangguan 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kenyamanan. Aktivitas masyarakat lain yang menyebabkan gangguan kebisingan adalah adanya aktifitas pemotongan kayu yang ada di Desa Sepanjang dan sebagian desa lain di Kecamatan Jatiyoso. Namun, kondisi tersebut masih dapat diterima karena lokasi pemotongan kayu biasanya terdapat di luar lingkungan permukiman warga. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terjadi gangguan kebisingan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. b. Kualitas Udara Kondisi kenyamanan lingkungan terkait kualitas udara merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi. Kawasan permukiman setidaknya berjarak lebih dari 2 km di luar area industri yang menyebabkan polusi atau pencemaran udara. Tidak terdapat aktivitas industri di Kawasan rawan bencana longsor, sehingga tidak terjadi pencemaran udara dari aktivitas industri di lingkungan tersebut. Pencemaran udara yang kadang terjadi adalah pencemaran yang terjadi di Desa Bandar Dawung akibat adanya penambangan batu kapur di Gunung Gamping, Kecamatan Mateseh. Aktifitas penambangan melalui proses pembakaran kapur seringkali menyebabkan asap yang ditimbulkan dari pembakaran tersebut sampai ke lingkungan permukiman warga. Namun sekarang aktifitas penambangan kapur di batasi sehingga polusi akibat pembakaran kapur dapat ditekan sumber polutan lain yang ada adalah dari aktivitas kendaraan yang melintas di jalan raya. Namun, kendaraan yang melintas di sekitar wilayah tersebut bukanlah kendaraan berat yang dapat menyebabkan gangguan kenyamanan atau polusi udara. Wilayah rawan bencana longsor di Kabupaten karanganyar sebagian besar berasa di kaki gunung lawu yang masih merupakan daerah pegunungan dengan kualitas udara yang sejuk dan baik. Berdasarkan kondisi tersebut, kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar masih memiliki kualitas udara yang baik sehingga tidak terjadi adanya gangguan kenyamanan terkait polusi udara. c. Kualitas Air Kualitas air bersih merupakan yang yang dipertimbangkan untuk tinggal di suatu lokasi. Hal tersebut akan sangat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat serta untuk memenuhi segala aktivitas masyarakat yang membutuhkan air.. Kondisi kualitas air yang ada di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam tabel berikut :
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.7 Penyediaan Jaringan Air Bersih Keterangan
Kawasan
I
Desa
Segoro Gunung Berjo Girimulyo Tengklik
Plumbon
II
Bandar Dawung
Koripan
III
Sepanjang
Wukirsawit Beruk IV
Karangsari
Tlobo
Jatiyoso Jatisawit Petung Wonorejo Kadipiro
SumberAir
Mata air desa Segoro Gunung Mata air Desa Berjo Mata air Desa Segoro Gunung Mata Air Gunung Lawu dari Desa Kalisoro Mata Air Gunung Lawu dari Desa Kalisoro dan Nglebak Mata air Desa Karanglo, Nglebak, dan Kalisoro , PAMSIMAS Mata air desa Karanglo dan Desa Nglebak, PAMSIMAS Mata air desa sepanjang, PAMSIMAS Mata air desa wukirsawit Mata air desa Beruk Mata air desa Wukirsawit, dan Desa Tlobo Mata ait desa Tlobo, PAMSIMAS Mata air desa Jatiyso, SIPAS SIPAS PAMSIMAS Mata air desa Beruk Mata air, PAMSIMAS
Kualitas air baik (tidak berbau, berwarna, berasa)
Kualitas air tidak baik (berbau/ berwarna/ berasa)
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
Karakteristik Kawasan
Kualitas air baik (tidak berbau, berwarna, berasa)
Kualitas air baik (tidak berbau, berwarna, berasa) √
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√ √
-
√
-
√
-
Kualitas air baik (tidak berbau, berwarna, berasa)
Kualitas air baik (tidak berbau, berwarna, berasa)
Sumber : Wawancara
Sebagian besar masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar menggunakan sumber mata air pegunungan, dan sebagian kecil lainya menggunakan sumber dari PDAM. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten committidak to user Karanganyar dalam kondisi yang tidak berbau berasa, dan tidak berwarna.
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.1.5. Penyediaan Sarana/Fasilitas Umum a. Sarana Pendidikan Penyediaan sarana pendidikan merupakan sarana yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di suatu lokasi. Penyediaan sarana pendidikan di kawasan rawan bencana kabupaten karanganyar dapat dilihat dalam tabel 4.9. Fasilitas pendidikan yang ada di kawasan rawan bencana longsor yang meliputi 17 desa terdiri dari TK, SD, dan SMP. Terdapat 39 TK, 49 SD, 4 SMP rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. Belum tersedia SMA di kawasan tersebut. peta Sebaran Sarana Pendidikan dapat di lihat pada gambar 4.2. b. Sarana Perdagangan Penyediaan sarana perdagangan dibutuhkan untuk mendukung ativitas ekonomi serta sebagai sarana yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. Penyediaan sarana pendidikan di kawasan rawan bencana kabupaten karanganyar dapat dilihat dalam tabel 4.9. Terdapat 5 pasar di 17 desa yang rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar yang berlokasi di Desa Girimulyo, Bandardawung, Jatiyoso, Karangsari dan Desa lobo. Sebagian masyarakat juga menggunakan sarana perdagangan atau pasar di lingkungan terdekat lainya meliputi pasar Tawangmangu, pasar Matesih dan Pasar Karangpandan. Peta sebaran sarana perdagangan dapat di lihat dalam peta 4.2 c.
Sarana Kesehatan Sarana kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Penyediaan sarana kesehatan yang cukup akan mampu pula mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di kawasan tersebut. penyediaan sarana kesehatan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat di lihat dalam tabel 4.9. Terdapat 130 posyandu yang tersebar pada masing-masing dusun di kawasan rawan bencana longsor. Puskesmas pembantu terdapat di Desa Berjo, Bandar Dawung, dan Karang sari. Masing-masing desa telah memiliki balai pengobalatan lingkungan atau poliklinik desa. Sementara itu terdapat 2 puskesmas yaitu di desa Jatiyoso dan Kadipiro. Peta sarana kesehatan dapat dilihat dalam peta 4.3 d.
Sarana Peribadatan
Fasilitas peribadatan dibutuhan untuk memenuhi commit to user kebutuhan rohani dan religius warga masyarakat yang bermukim di suatu lingkungan permukiman. Data terkait penyediaan sarana 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peribadatan di lokasi rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam Tabel 4.9. Terdapat 215 masjid yang tersebar di 17 desa yang terindikasi rawan terhadap bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. terdapat 4 gereja, namun tidak tersedia pura dan vihara dilokasi tersebut. Penyediaan sarana peribadatan menyesuaikan kondisi dan komposisi penduduk yang tinggal di lokasi tersebut. Sebagian besar masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut beragama islam. Peta sarana peribadatan dapat dilihat dalam peta 4.4 e.
Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga Sarana ruang terbuka dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan rekreasi
masyaakat yang bermukim di kawasan tersebut. penyediaan ruang terbuka dan olah raga di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam tabel 4.9. Penyediaan sarana bermain lingkup RT dan RW belum disediakan di masing-masing desa di Kawasan rawan bencana ongsor di Kabupaten Karanganyar. Namun, anak-anak di kawasan tersebut biasa bermain di lingkungan pekarangan mereka masing-masing di mana luas pekarangan masyarakat rata-rata cukup luas untuk area bermain. Sementara itu, terdapat 17 lapangan, masing-masing 1 lapangan di setiap desa. Peta sarana ruang terbuka dan olah raga dapat dilihat dalam peta 4.5.
commit to user
61
Gambar 4.2 Peta Sarana Pendidikan dan Perdagangan 62
Gambar 4.3 Peta Sarana Kesehatan 63
Gambar 4.4 Peta Sarana Peribadatan 64
Gambar 4.5 Peta Sarana Ruang Terbuka 65
Tabel 4.8 Penyediaan Sarana Permukiman Kawasan
Kawasan I
Kawasan II
Desa
Jumlah Penduduk
Jumlah Sarana Pendidikan
Jumlah sarana kesehatan
Jumlah sarana ruang terbuka dan olah raga
Jumlah sarana peribadatan
Pasar TK
SD
SMP
SMA
Posyandu
Pustu
Puskesmas
Masjid
Gereja
Pura
Vihara
Tempat Main RT
Tempat Main RW
Lapangan
Desa Berjo
5119
2
4
0
0
0
6
2
0
24
0
0
0
0
0
1
Desa Girimulyo
3912
2
2
0
0
1
7
1
0
18
2
0
0
0
0
1
Segoro Gunung
1666
1
2
0
0
0
6
1
0
7
0
0
0
0
0
1
Desa Tengklik
3748
2
2
0
0
0
4
0
11
0
0
0
0
0
1
Desa Plumbon
4520
2
4
0
0
0
4
1
0
12
0
0
0
0
0
1
Desa Bandardawung
3759
0
2
1
0
1
5
2
0
15
2
0
0
0
0
1
3847
2
3
0
0
0
7
1
0
12
0
0
0
0
0
1
Desa Sepanjang Desa Wukirsawit
3677
2
2
0
0
0
5
1
0
6
0
0
0
0
0
1
5558
3
4
0
0
0
11
1
0
21
0
0
0
0
0
1
Desa Beruk
4731
3
2
0
0
0
10
1
0
9
0
0
0
0
0
1
Desa Jatisawit
3733
3
3
1
0
0
7
1
0
12
0
0
0
0
0
1
Desa Jatiyoso
1725
3
3
1
0
1
9
1
1
5
0
0
0
0
0
1
Desa Karangsari
4538
2
4
1
0
1
9
2
0
14
0
0
0
0
0
1
Desa Petung
3448
2
2
0
0
0
7
1
0
7
0
0
0
0
0
1
Desa Tlobo
2486
4
3
0
0
1
9
1
0
13
0
0
0
0
0
1
Desa Wonorejo
5061
3
4
0
0
0
15
1
0
17
0
0
0
0
0
1
Desa Kadipiro
2915
3
3
0
0
0
9
1
1
12
0
0
0
0
0
1
64443
39
49
4
0
5
130
20
2
215
4
0
0
0
0
17
Desa Koripan Kawasan III
Kawasan IV
TOTAL
Sumber : Monografi Desa
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.1.6. Penyediaan Prasarana a. Jaringan Jalan Kondisi jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi permukiman. Kondisi jalan di kawasan rawan bencana di Kabupeten Karanganyar secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Penyediaan Jaringan Jalan Kawasan I
Lokasi Desa Segoro Gunung Berjo Girimulyo Tengklik Plumbon
II
III
Bandar Dawung Koripan Sepanjang Wukirsawit
IV
Beruk Karangsari Tlobo Jatiyoso Jatisawit Petung Wonorejo Kadipiro
Penyediaan Jaringan Jalan Perkerasan kondisi beton Baik, sebagian bergelombang 3-4m aspal baik 4-5m aspal Baik, Sebagian rusak 3-3,5m Aspal Baik, sebagian bergelombang 3-3,5m Beton Baik, sebagian bergelombang 3-4,5m Aspal baik 3-3,5m Beton Baik, sebagian bergelombang 4-5 m Beton Baik 3-3,5m Beton Baik 3-4,5m Aspal baik 4-4,5m Aspal Baik 3-4m Aspal Baik 3-4,5m Beton Baik 3-4m Aspal Baik 3-4m Aspal baik 3-4m Aspal baik 4-4,5m Aspal Baik 3-4m Beton baik 3-4m Aspal baik 3-3,5m Aspal baik 3-3,5m Beton baik Lebar 3-3,5m
Karakteristik Kawasan Kondisi jalan baik, sebagian bergelombang di Desa Segoro Gunung, Berjo, Girimulyo, Tengklik, dan Plumbon
Baik, sebagian bergelombang di Desa Bandar Dawung
Kondisi jalan baik
Kondisi jalan baik
Sumber : Observasi Lapangan
Berdasarkan data tersebut dapat di ketahui bahwa lebar jalan yang ada di kawasan rawan bencana telah disediakan lebih dari standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencaaan Lingkungan Perkotaan dimana standar penyediannya yaitu disediakan jalan lingkungan dengan lebar > 0,8 m dan jalan utama > 2m dengan perkerasan. Kondisi jalan juga sudah berupa perkerasan aspal maupun beton. Sementara itu kondisi jalan sebagian besar baik, hanya beberapa titik mengalami kerusakan. Peta kondisi jaringan jalan dapat dilihat dalam peta berikut :
commit to user
67
Gambar 4.6 Peta Jaringan Jalan 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Jaringan Air Bersih Penyediaan jaringan air bersih pada kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah terpenuhi pada masing-masing desa. Keseluruhan masyarakat di Kecamatan Tawang Mangu dan Ngargoyoso menggunakan sumber mata air pegunungan untuk mencukupi kebutuhan air bersih mereka. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Jatiyoso dan Desa koripan Kecamatan Matesih
juga menggunakan sumber mata air
pengunungan dan PAMSIMAS, hanya sebagian kecil yang menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, sebagian besar masyarakat di Desa Kadipiro Kecamatan Jumapolo menggunakan sumber mata air dari PAMSIMAS untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Data penyediaan jaringan air bersih dapat dilihat dalam tabel 4.10 Penyediaan pelayanan air bersih telah mencakup di semua desa yang terindikasi rawan longsor di kabupaten karananyar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perangkat desa, pemenuhan kebutuhan air bersih lebih dari cukup. Kualitas air bersih yang ada baik dan layak untuk dikonsumsi. Sebagian dari mata air yang mereka pakaijuga merupakan sumber yang digunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah perkotaan Kabupaten Karanganyar. biaya yang dibebankan kepada masyarakat lebih kurang Rp.2.000,- s.d Rp.10.000,- setiap bulan. Iuran tersebut dibayarkan kepada mantra pengairan dan digunakan untuk pengatasan permasalahan jaringan jika ada kerusakan. Biaya awal untuk pemasalahan pipa sampai dengan masing-masing rumah bervariasi, tergantung jarak rumah dengan sumber mata air yang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, biaya awal yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa berkisar antara Rp.500.0000,- s.d Rp.2.500.000,-. c.
Jaringan Listrik Pemenuhan kebutuhan listrik untuk penerangan dan pendukung aktivitas masyarakat
lainnya telah tersedia di setiap desa di kawasan rawan longsor Kabupaten Karanganyar. Data terkait pemenukahan jaringan listrik di kawasan rawan bencana longsor dapat dilihat dalam tabel 4.10. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa lingkungan permukiman di kawasan rawan bencana longsor di Kabupeten Karanganyar telah memenuhi penyediaan jaringan listrik dengan tercukupi kebutuhan minimal 450 VA/rumah. d.
Jaringan Drainase Kondisi jaringan drainase merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam
pemilihan lokasi. Kondisi drainase di kawasan rawan bencana sangat diperhatikan karena commit to user kondisi drainase yang baik akan mampu mengalirkan air hujan dengan baik sehingga tidak 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meimbulkan gangguan kestabilan lereng di lokasi tersebut. Kondisi jaringan drainase di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam tabel 4.10. Jaringan drainase telah tersedia di jalan utama yang biasanya merupakan drainase tertutup. Jaringan drainase terbuka maupun tertutup juga telah disediakan diruas kanan dan kiri jalan lingkungan serta jalan utama desa. Sebagian desa yang terlintasi sungai menggunakanya sebagai saluran drainase alami. Secara umum kondisi jaringan drainase dikawasan tersebut dikatakan baik dan jarang terhambat. e. Jaringan Sanitasi Jaringan sanitasi merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangnkan dalam pemilihan lokasi permukiman. Hal tersebut akan terkait dengan jaringan pembuangan yang mampu mendukung kebutuhan masyarakat serta berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat. Kondisi jaringan sanitasi di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dapat diihat dalam tabel 4.10 , Sebagian besar masyarakat telah memiliki MCK pribadi di rumahnya masing-masing. Beberapa desa menyediakan MCK umum, namun masyarakat tidak menggunakannya untuk keperluan setiap hari. Kondisi MCK masyarakat sudah memenuhi syarat sanitasi yang layak yaitu masing-masing MCK yang dimiliki masyarakat telah ditengkapi dengan septic tank. f. Jaringan Persampahan Jaringan persampahan merupakan salah satu prasarana pendukung lingkungan yang harus ada di setiap lingkungan permukiman. Kondisi jaringan persampahan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten karanganyar sebagian besar masih menggunakan cara tradisional. Masyarakat masing-masing memiliki bak sampah atau lobang tanah yang digunakan untuk menimbun sampah di pekarangan mereka. Sampah tersebut kemudian di bakar atau di jadikan kompos untuk sampah organik. Penyediaan TPS sementara juga masih menggunakan system tradisional dimana sampah yang terkumpul nantinya dibakar. Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar, system jaringan persampahan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan adanya gangguan kesehatan akibat penumpukan sampah.
commit to user
70
Tabel 4.10 Penyediaan Prasarana Permukiman Air bersih Kawasan
Desa Sumber
Desa Berjo Desa Girimulyo Kawasan I
Segoro Gunung Desa Tengklik Desa Plumbon
Desa Bandardawung Kawasan II Desa Koripan
Desa Sepanjang Kawasan III
Desa Wukirsawit Desa Beruk Desa Jatisawit
Tidak mencukupi kebutuhan
Layak digunaan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLN
√
√
√
√
√
√
-
PLN
√
√
√
√
√
√
-
PLN
√
√
√
√
√
√
PLN
√
√
√
√
√
√
PLN
√
√
√
√
√
√
PLN
√
√
√
√
√
√
PLN
√
√
√
√
√
√
-
PLN
√
√
√
√
√
√
-
PLN
√
√
√
√
√
√
Mata air Desa Segoro Gunung Mata air Desa Segoro Gunung Mata air Gunung Lawu dari Desa Kalisoro Mata air Gunung Lawu dari Desa Kalisoro dan Nglebak Mata Air Desa Karanglo, Nglebak, Kalisoro, sebagian menggunakan PAMSIMAS Mata air Dsa Karanglo, dan Desa Nglebak, sebagian menggunakan PAMSIMAS Mata Air desa Sepanjang, sebagian menggunakan PAMSIMAS
√
-
√
-
Mata air Desa Wukirsawit
√
-
√
-
√
-
PLN
√
PLN PLN
PLN √
-
√
-
√
-
PLN
√ √
√
-
Desa Petung
PAMSIMAS
√
-
Desa Tlobo
Mata air desa Tlobo dan PAMSIMAS
√
-
Mata air, PAMSIMAS
√
PLN
Desa Karangsari
Desa Kadipiro
√
PLN
-
Mata air Desa Beruk
Tertutup
PLN -
√
Desa Wonorejo
Terbuka
Sanitasi Kondisi lancar
√
SIPAS
Tercukupi kebutuhan 450VA/rumah
Sumber
Mata air desa SBerjo
Mata air Desa Beruk
drainase
Sebagian besar memiliki MCK pribadi
Mata air dDesa Jatiyoso, SIPAS Mata air desa Wukirsawit dan Tlobo
Desa Jatiyoso
Kawasan IV
Listrik
Mencukupi kebutuhan 150lt/org/hr
√ √
Sumber : Profil Desa
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.1.7. Aksesibilitas a. Aksesibilitas Menuju Sarana Pendidikan Jarak menuju sarana pendidikan merupakan salah satu hal yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi permukiman. Jarak menuju sarana pendidikan yang terjangkau di asumsikan dengan skala pelayanan dari sarana pendidikan yang mampu menjangkau seluruh kawasan permukiman yang ada. Berdasarkan hasil overlay peta permukiman kawasan rawan bencana longsor dan buffer skala pelayanan sarana pendidikan yang ada berupa TK, SD, SMP dan SMA, dapat diketahui bahwa skala pelayanan sarana pendidikan sebagian belum mampu menjangkau kawasan permukiman rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan dapat dilihat pada gambar 4.7. Tabel 4.11 Kondisi Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan Kawasan I
II
III
IV
Desa TK Terjangkau
Kondisi jangkauan pelayanan SD SMP SMA Terjangkau Terjangkau Tidak terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Tidak terjangkau Tidak terjangkau Tidak terjangkau Tidak terjangkau Tidak terjangkau
Terjangkau
Terjangkau
Terjangkau
Tidak terjangkau
Sepanjang
Terjangkau
Terjangkau
Tidak terjangkau
Wukirsawit
Terjangkau
Terjangkau
Tidak terjangkau
Beruk Karangsari
Terjangkau Terjangkau
Sebgaian tidak terjangkau Sebagian tidak terjangkau Terjangkau Terjangkau
Tidak terjangkau Terjangkau
Tlobo
Terjangkau
Terjangkau Tidak terjangkau Tidak terjangkau Terjangkau
Terjangkau
Terjangkau Terjangkau Tidak terjangkau Tidak terjangkau
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Segoro Gunung Berjo Girimulyo Tengklik Plumbon Bandar Dawung Koripan
Jatiyoso
Terjangkau
Jatisawit Petung Wonorejo
Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Sebagian tidak terjangkau Sebagian tidak terjangkau Terjangkau Terjangkau Terjangkau
Kadipiro
Terjangkau
Terjangkau
Karakteristik Kawasan Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SD, SMP, tidak terjangkau pelayanan SMA Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SD, SMP, tidak terjangkau pelayanan SMA Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, dan SMP, sebagian tidak terjangkau SD (ds.Sepanjang dan Wukirsawit)
Terjangkau Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SMA. Sebagian tida terlayani SD (ds.Tlobo dan Jatiyoso), sebagian tida terlayani SMP (ds.Karangsari dan Tlobo)
Terjangkau
Sumber : Overlay Peta b. Aksesibilitas Menuju Sarana Perdagangan Kemudahan jarak menuju sarana commit perdagangan to userdapat menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan lokasi permukiman. Kedekatan jarak menuju fasilitas 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perdagangan akan memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Keterjangkauan permukiman menuju sarana perdagangan dapat dilihat berdasarkan jarak skala pelayanan sarana perdagangan terhadap permukiman yang ada di sekitarnya. Berdasarkan hasil overlay peta permukiman kawasan rawan bencana longsor dan buffer skala pelayanan sarana perdagangan, dapat diketahui bahwa skala pelayanan sarana perdagangan mampu menjangkau kawasan permukiman rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar pada kawasan I, dan II. Peta jangkauan pelayanan sarana perdagangan dapat dilihat pada gambar 4.8. c. Aksesibilitas Menuju Sarana Kesehatan Aksesibilitas menuju sarana kesehatan merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi tempat tinggal. Kedekatan menuju sarana kesehatan memungkinkan masyarakat mendapatkan kemudahan dalam mengakses menuju sarana tersebut. jangkauan pelayanan sarana kesehatan yang mampu melingkupi permukiman di sekitarnya merupakan indicator dimana lokasi permukiman tersebut memiliki akses yang baik terhadap sarana kesehatan. Berdasarkan hasil overlay peta permukiman kawasan rawan bencana longsor dan buffer skala pelayanan sarana Kesehatan yang meliputi posyandu, puskesmas pembantu, puskesmas, dapat diketahui bahwa skala pelayanan sarana kesehatan yang ada telah mampu menjangkau kawasan permukiman rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar. Peta jangkauan pelayanan sarana kesehatan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dalam peta 4.9. d. Aksesibilitas Menuju Sarana Peribadatan Akses menuju sarana peribadatan merupakan salah satu faktor yag mempengaruhi pertimbangan pemilihan lokasi hunian. Penyediaan sarana peribadatan akan tergantung pada kondisi dan komposisi masyarakat berdasarkan keyakinan di lingkungan tersebut. sebagian besar masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar adalah penduduk yang beragama islam. Jangkauan pelayanan sarana peribadatan berupa masjid adalah 100 m dari titik lkasi masjid tersebut. Jumlah masjid yang ada di kawasan tersebut juga sudah lebih dari cukup dimana setidaknya terdapat 1 masjid di setiap RW. Sementara itu, penyediaan sarana ibadah lain tergantung pada kondisi kepercayaan lain yang ada serta jangkauan pelayanannyapun tidak ditentukan. Berdasarkan hasil overlay permukiman di kawasan rawan dengan buffer masjid yang ada di lokasi tersebut, dapat di ketahui bahwa jangkauan pelayanan masjid mampu menjangkau seluruh wilayah permukiman rawan longsor di Kabupaten Karanganyar. Peta jangkauan pelayanan sarana perdagangan dapat dilihat pada commit to user gambar 4.10. 73
perpustakaan.uns.ac.id e.
digilib.uns.ac.id
Aksesibilitas Menuju Sarana Ruang Terbuka Dan Olahraga Fasilitas ruang terbuka dan sarana olah raga merupakan fasilitas yang dibutuhkan bagi
masyarakat yang berfungsi sebagai hiburan atau media sosial antar warga masyarakat di kawasan tersebut. Sarana ruang terbuka dan olahraga yang mampu menjangkau lingkungan permukiman di sekitarnya mengindikasikan bahwa lokasi tersebut memiliki kemudahan dalam menjangkau sarana ruang terbuka dan olahraga. Berdasarkan hasil overlay permukiman di kawasan rawan dengan sarana ruang terbuka dan olahraga yang ada berupa lapangan bermain, dapat di ketahui bahwa jangkauan pelayanan lapangan bermain Sebagian mampu menjangkau wilayah permukiman rawan longsor di Kabupaten Karanganyar. Namun terdapat pula kawasan yang tidak terjangkau, meliputi sebagian kawasan di Desa Berjo, Kawasan I, Desa Koripan dan Bandardawung Kawasan II, Desa Sepanjang, Beruk dan Wukirsawit di Kawasan III, dan Desa Tlobo di Kawasan IV. Peta jangkauan pelayanan sarana perdagangan dapat dilihat pada gambar 4.11. f.
Kemudahan Moda Angkutan Umum Aksesibilitas suatu lokasi permukiman menuju pusat kegiatan atau lokasi lainnya menjadi
salah satu pertimbagan yang penting dalam menentukan lokasi hunian. Aksesibilitas lokasi akan sangat terkait dengan kemudahan dalam melakukan interaksi dengan lokasi lainnya dalam berbagai kepentingan kehidupan masyarakat. salah satu aspek yang terkait dengan aksesibilitas suatu lokasi dengan lokasi lainnya adalah terkait dengan kemudahan moda transportasi atau angkutan umum. Berikut data terkait penyediaan jalur angkutan umum yang melewati kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar : Tabel 4.12 Rute Jaringan Trayek Waktu tunggu Trayek
Rute Trayek
Jalur G
Karangpandan-Gerdu-Giribangun-Matesih-Plaosan
20 menit
Jalur G2
Matesih-Plaosan
30 menit
Perdesaan
Karangpandan-Kemuning-NgargoyosoBatujamus/Kerjo
20 menit
Perdesaan
Karanganyar-Tunggul-Matesih-KarangloTawangmangu
35 menit
Perdesaan
Karanganyar (Terminal Tegal Gede-Term. Bejen) Jumapolo-Jatioso /Jatipuro
40 menit
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Karanganyar, 2013 , Observasi Lapangan, 2013
Sebagian Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah dilalui oleh commitmelewati to user kawasan I, II, dan III. Sementara itu, moda angkutan umum. Jalur trayek tersebut kawasan IV meliputi daerah jatiyoso dan Kadipiro tidak dilewati angkutan umum. 74
Peta4.7 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan 75
Gambar 4.8 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Perdagangan 76
Gambar 4.9 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan di Kabupaten Karanganyar 77
Gambar 4.10 Peta Jangkauan Pelayanan Ruang Terbuka 78
Gambar 4.11 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadatan 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.1.8. Peluang kerja Preferensi bermukim masyarakat di suatu lokasi salah satunya adalah adanya keterkaitan atau kesesuaian lokasi hunian dengan pekerjaan mereka. Sebaran aktivitas ekonomi di kawasan rawan bencana longsor didominasi oleh peruntukan pertanian. Peruntukan perdagangan dan perdagangan berada pada titik-titik yang mendekati jalan raya dan lokasilokasi yang dekat dengan fasilitas umum seperti pasar dan terminal. Sebaran aktivitas Wisata yang tersebar di Kecamatan Ngargoyoso juga menyebabkan beberapa masyarakat bekerja di lingkungan tersebut. Karakteristik kondisi perekonomian di kawasan rawan bencana longsor dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.13 Kondisi ekonomi di Kawasan Rawan Longsor kawasan Desa I
Segoro Gunung
Sebagian besar lahan peruntukan pertanian
Berjo
Sebagian besar lahan sebagai peruntukan pertanian, dan aktivitas wisata Sebagian wilayah merupakan peruntukan pertanian, dan sebagai pusat perkantoran, Sebagian wilayah merupakan peruntukan pertanian Sebagian wilayah merupakan peruntukan pertanian
Girimulyo Tengklik Plumbon
II
III
sebagai
Bandar Dawung
Sebagian besar lahan peruntukan pertanian
sebagai
Koripan
Sebagian besar lahan peruntukan pertanian
sebagai
Sepanjang
Sebagian wilayah merupakan peruntukan pertanian, aktivitas perdagangan berpusat di pasar yang juga terdapat di jalur penghubung Matesih-Tawangmagu Sebagian wilayah merupakan peruntukan pertanian
Wukirsawit Beruk IV
Karakteristik kegiatan ekonomi
Karangsari Tlobo Jatiyoso Jatisawit Petung Wonorejo Kadipiro
Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian
merupakan
Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian Sebagian wilayah peruntukan pertanian
merupakan
merupakan
merupakan merupakan merupakan merupakan merupakan
commit to user
Karakteristik mata pencaharian masyarakat Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan buruh bangunan Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan berpartisipasi dalam menukung aktivitas wisata Masyarakat sebagian besar merupakan petani Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Sebagian besar masyarakat adalah buruh bangunan, sebagian lain bekerja pada sektor pertanian Masyarakat sebagian besar merupakan petani, buruh bangunan dan swasta Masyarakat sebagian besar merupakan petani, buruh bangunan dan swasta Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang
Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan buruh bangunan Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan buruh bangunan Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan pedagang Masyarakat sebagian besar merupakan petani dan buruh bangunan
Karakteristik Lokasi Kerja Kawasan
65% masyarakat bekerja di dalam lingkungan Desa
Sebagian besar masyarakat bekerja di dalam desa sebanyak 63%
Sebagain besar bekerja di luar desa sebanyak 43%
Sebagian besar bekerja di luar desa namun masih dalam lingkup kecamatan, sebesar 47%
Sumber : Monografi Desa, Wawancara 2013 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui, kawasan rawan bencana sebagian besar merupakan peruntukan pertanian yang merupakan komoditas utama di kawasan tersebut bahkan di Kabupaten Karanganyar. hal tersebut juga mendukung kondisi dimana sebagian masyarakatnya bekerja di sektor pertanian. Kegiatan ekonomi lain yag terdapat di kawasan tersebut adalah kegiatan perdagangan dan pariwisata. Sebagian besar masyarakat bekerja di lingkungan permukiman mereka, dan hanya sebagaian kecil yang merantau atau bekerja di luar lingkungan permukiman mereka. 4.3.1.9. Resume Kondisi Eksisting di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Karanganyar Tabel 4.14 Resume Kondisi Eksisting Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi di kawasan rawan bencana longsor Manajemen Tempat bencana penampungan sementara Jalur evakuasi Organisasi bencana Tanggap darurat Penaganan Pasca bencana Status hukum
Kondisi topografi Kenyamanan lingkungan
Penyediaan fasilitas umum
Penyediaan prasarana
Tinjauan kesesuaian dengan regulasi terkait Kepastian kepemilikan lahan Kondisi topografi di permukiman Kebisingan Kualitas udara
Kualitas air Sarana pendidikan Sarana perdagangan Kesehatan Peribadatan Ruang terbuka dan olahraga Jaringan jalan Jaringan air bersih
Kawasan I
Kawasan II di
Kawasan III
Kawasan IV
Disediakan di balai desa
Disediakan desa
balai
Disediakan di balai desa
Disediakan di balai desa
Disediaan jalur evakuasi Terdapat organisasi yang menangani kebencanaan Dilakukan upaya tanggap darurat
Disediaan jalur evakuasi Terdapat organisasi yang menangani kebencanaan Dilakukan upaya tanggap darurat
Disediaan jalur evakuasi
Disediaan jalur evakuasi
Terdapat organisasi yang menangani kebencanaan
Terdapat organisasi yang menangani kebencanaan
Dilakukan tanggap darurat
Dilakukan upaya tanggap darurat
Dilakukan pemulihan pasca bencana Tidak sesuai sebagai peruntukan permukiman
Dilakukan pemulihan pasca bencana
Dilakukan pemulihan pasca bencana
Dilakukan pasca bencana
Tidak sesuai sebagai peruntukan permukiman
Tidak sesuai sebagai peruntukan permukiman
Tidak sesuai sebagai peruntukan permukiman
Sebagian besar memiliki kepastian lahan yang jelas
Sebagian besar memiliki kepastian lahan yang jelas
Sebagian besar memiliki kepastian lahan yang jelas
Sebagian besar memiliki kepastian lahan yang jelas
Sebagian besar sangat curam >40%
Sebagian besar landai 0-15%
Sebagian besar sangat curam > 40%
Sebagian besar curam > 40%
Tidak terdapat sumber kebisingan Tidak terdapat sumber polutan
Tidak terdapat sumber kebisingan Tidak terdapat sumber polutan
Kualitas air baik
Kualitas air baik
Tidak terdapat sumber kebisingan Tidak terdapat sumber polutan
Tidak terdapat sumber kebisingan Aktifiktas penampangan gunung gamping kadang menimbulkan polusi udara Kualitas air baik Kualitas air baik Terdapat 39 TK, 49 SD, Terdapat 4 SMP Tidak terdapat fasilitas SMA
upaya
pemulihan
sangat
Terdapat 5 pasar Terdapat 130 posyandu, 20 pustu/balai pengobatan lingkungan, dan 2 puskesmas Terdapat 215 masjid, Terdapat 4 gereja, Tidak terdapat vihara, Tida terdapat pura Belum terdapat taman main lingkup RT dan lingkup RW, Terdapat 17 lapangan Jalan lingkungan 3Jalan lingkungan 34m 3,5m user Jalan utama 4-5mcommit Jalan to utama 4-5m Cukup memenuhi Cukup memenuhi kebutuhan 150 kebutuhan 150 lt/org/hari lt/org/hari
Jalan lingkungan 4-4,5 m Jalan utama 3-4m Cukup memenuhi kebutuhan 150 lt/org/hari
Jalan lingkungan 3-4m Jalan utama 4-4,5m Cukup memenuhi kebutuhan 150 lt/org/hari
81
perpustakaan.uns.ac.id Faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi di kawasan rawan bencana longsor Jaringan listrik
Aksesibilitas
Peluang kerja
Jaringan drainase Jaringan sanitasi Jaringan persampahan Jarak Menuju Sarana Pendidikan
digilib.uns.ac.id Kawasan I
Kawasan II
Kawasan III
Kawasan IV
Tercukupi kebutuhan 450 VA/rumah Jaringan drainase baik
Tercukupi kebutuhan 450 VA/rumah
Tercukupi kebutuhan 450 VA/rumah
Tercukupi kebutuhan 450 VA/rumah
Jaringan drainase baik
Jaringan drainase baik
Jaringan drainase baik
Terlayani sanitasi
Terlayani sanitasi
Terlayani sanitasi
Terlayani jaringan sanitasi
jaringan
jaringan
jaringan
disediakan
disediakan
disediakan
disediakan
Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SD, SMP
Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SD, SMP,
Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, dan SMP, sebagian tidak terjangkau SD (ds.Sepanjang dan Wukirsawit)
Jarak Menuju Sarana Perdagangan
Terlingkupi skala pelayanan pasar
Terlingkupi skala pelayanan pasar
Jarak Menuju Sarana Kesehatan
Terlingkupi skala pelayanan kesehatan
Terlingkupi skala pelayanan kesehatan
sebagian tidak terlingkupi skala pelayanan pasar (ds.Wukirsawit, Ds.Beruk) Terlingkupi skala pelayanan kesehatan
Terlingkupi skala pelayanan pendidikan TK, SMA. Sebasian tida terlayani SD (ds.Tlobo dan Jatiyoso), sebagian tida terlayani SMP (ds.Karangsari dan Tlobo) Sebagiian tidak terlingkupi skala pelayanan pasar (ds.Tlobo, Jatiyoso, Wonorejo)
Jarak Menuju Sarana Peribadatan
Terlingkupi pelayanan peribadatan
Terlingkupi skala pelayanan peribadatan
Terlingkupi skala pelayanan peribadatan
Terlingkupi skala pelayanan peribadatan
Jarak Menuju Sarana Ruang Terbuka Dan Olahraga
Sebagian Tidak Terlingkupi Skala Pelayanan Sarana Ruang Terbuka (Desa Berjo)
Sebagian Tidak Terlingkupi Skala Pelayanan Sarana Ruang Terbuka (Desa Spanjang, Beruk dan Wukirsawit)
Sebagian Tidak Terlingkupi Skala Pelayanan Sarana Ruang Terbuka (Desa Tlobo)
Kemudahan angkutan umum
Dilewati umum
Sebagian Tidak Terlingkupi Skala Pelayanan Sarana Ruang Terbuka (Koripan dan Bandardawung) Dilewati angkutan umum
Dilewati angkutan umum
Tidak dilewati angkutan umum
Sebagian besar (63%)
Sebagian besar (43%) bekerja di luar lingkungan desa namun masih di lingkup kecamatan
Sebagian besar (47%) bekerja di luar lingkungan desa namun masih di lingkup kecamatan
skala
angkutan
Sebagian besar (65%) bekerja di dalam lingkungan desa
bekerja
di
lingkungan desa
dalam
Terlingkupi skala pelayanan kesehatan
Sumber : identifikasi Kondisi Eksisting Keterangan : Faktor yang mampu disediakan di lokasi eksisting Faktor yang belum mampu disediakan di lokasi eksisting
4.3.2.
Faktor yang Berpengaruh Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap pemilihan lokasi permukiman merupakan karakteristik pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kondisi permukiman mereka terkait fakktorfaktor yang mempengaruhi mereka untuk tetap bermukim di kawasan rawan bencana. Faktorfaktor tersebut kemudian dapat didefinisikan sebagai faktor yang berpengaruh, cukup berpengaruh, dan tidak berpengaruh dalam penyediaan serta kualitas pelayanannya bagi commit to user masyarakat untuk menunjang kehidupan dan penghidupan mereka di suatu lokasi permukiman. Data terkait persepsi masyarakat didapat dari hasil kuisioner yang disebar di 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lokasi penelitian. Persepsi masyarakat terhadap faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi meliputi persepsi faktor manajemen yang ada di kawasan rawan bencana, kondisi topografi, kenyamanan lingkungan, penyediaan sarana, penyediaan prasarana, aksesibilitas, harga lahan, serta peluang kerja. Kriteria persepsi masyarakat terkait faktor yang berpengaruh pada pemilihan lokasi hunian secara lebih rinci dilakukan dalam pembahasan berikut : 4.3.2.1. Manajemen Bencana a. Mitigasi Sarana evakuasi merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan di kawasan rawan bencana. Pengadaannya biasa secara khusus didirikan, namun biasanya sarana evakuasi korban menggunakan fasilitas balai desa yang ada. Sebagian kecil masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanaganyar berpendapat tedapat tempat penampungan korban yang digunakan masyarakat untuk mengungsi saat terjadi longsor. Sementara itu, sebagian besar masyarakat menjawab tempat penungsian telah disediakan, namun mereka tidak mengungsi di sarana itu saat terjadi bencana longsor. Hal tersebut terjadi karena masyarakat biasanya lebih memilih untuk mengungsi di tempat kerabat atau tetangga mereka pada saat terjadinya bencana longsor. Jalur evakuasi dibutuhkan sebagai akses dalam upaya evakuasi korban bencana yang terjadi. Sifat dari jalur yang ditetapkan adalah insidental atau tergantung pada situasi dan kondisi yang memungkinkan. Sebagian besar masyarakat menjawab bahwa jalur evakuasi ditetapkan oleh pemerintah saat terjadinya bencana longsor dan masyarakat mengaksesnya sebagai jalur penyelamatan diri. Sebagian kecil masyakarat menjawab lebih memilih untuk menyelamatkan diri dengan jalan yang dipilih sendiri. Hal tersebut terjadi karena sifat keadaan yang mendesak, sehingga apabila penentuan jalur evakuasi tidak segera dilakukan, masyarakat akan berusaha menyelamatkan diri dengan caranya masing-masing. Sebagian besar warga masyarakat berpendapat telah terdapat organisasi kebencanaan di lingkungan tempat tinggal mereka dan mampu menangani masalah kebencanaan yang terjadi. Sebagian kecil lainya berpendapat organisasi kebencanaan yang dibentuk kurang dapat menjalankan masalah kebencanaan yang ada. Hal tersebut terjadi karena sebagian organisasi yang dibentuk hanya bersifat mendadak sehingga persiapan yang dilakukan untuk menghadapi bencana masih kurang.
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.15 Persepsi Kepentingan Upaya Mitigasi
Indikator
Kawasan I ∑ %
Disediakan jalur evakuasi, tempat penampungan sementara, serta organisasi khusus kebencanaan Disediakan jalur evakuasi/ tempat penampungan sementara/organisasi khusus kebencanaan Tidak disediakan jalur evakuasi, tempat penampungan sementara, serta organisasi khusus kebencanaan Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
27
90,0
26
86,7
37
82,2
72
85,7
3
10,0
4
13,3
8
17,8
12
14,3
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
b. Tanggap darurat Upaya tanggap darurat dilakukan pada saat terjadinya bencana. Sebagian besar menjawab telah dilakukan kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan dasar, pengungsian serta pemulihan sarana prasarana yang rusak akibat bencana longsor. Penangangan upaya tanggap darurat segera dilakukan untuk
memberikan kepastian
keselamatan kepada masyarakat dan segera memulihkan aktivitas yang terhambat karena adanya bencana longsor. Sebagian kecil masyarakat berpendapat hanya dilakukan kegiatan penyelamatan evakuasi/pemenuhan dasar/pengungsian/pemulihan sarana saja. Hal tersebut terjadi karena tergantung oleh dampak kebencanaan yang terjadi. Tabel 4.16 Persepsi kegiatan Tanggap darurat bencana Indikator
Kawasan I ∑ %
Dilakukan kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, , pemenuhan dasar, pengungsian, dan pemulihan sarana prasarana Dilakukan kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban/ pemenuhan dasar/ pengungsian/ pemulihan sarana prasarana Tidak dilakukan Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
26
86,7
23
76,6
33
73,3
58
69,0
4
13,3
7
23,3
12
26,7
26
31,0
0 30
0 100%
0 30
0 100%
0 45
0 100%
0 84
0.0 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa upaya tanggap telah terpenuhi dengan dilakukannya kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, , pemenuhan dasar, pengungsian, dan pemulihan sarana prasarana di kawasan rawan bencana longsor. c. Penanganan Pasca bencana Sebagian besar masyarakat penaganan pasca bencana yang dilakukan berupa pemulihan kondisi lingkungan telah dilakukan dengan kondisi yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Sebagian kecil masyarakat berpendapat upaya pemulihan yang dilakukan setidaknya telah commit to user sesuai dengan kondisi semula. Namun masih terdapat pula masyakarat berpendapat upaya pemulihan yang dilakukan tidak lebih baik dari kondisi sebelumnya. 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.17 Persepsi Penanganan Pasca Bencana Kawasan I ∑ %
Indikator Dilakukan pemulihan dan perbaikan yang lebih baik dari kondisi semula Dilakukan pemulihan dan perbaikan yang sesuai kondisi semula Dilakukan perbaikan namun tidak lebih baik dari kondisi semula Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
20
66,7
19
63,3
27
60,0
38
45,2
7
10
2
6,7
14
31,1
34
40,5
3
10
2
6,7
4
8.9
12
14,3
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat penanganan setelah terjadinya bencana dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor 4.3.2.2. Status Hukum a. Tinjauan Kesesuaian dengan peruntukan lahan Sebagian besar masyarakat berpendapat lahan yang mereka tempati sesuai peruntukanya dengan aturan yang berlaku yang bukan merupakan daerah sempadan sungai, buka daerah lindung, bukan kawasan budidaya pertanian, menghindari sawah irigasi teknis. Meskipun tinggal di kawasan rawan longsor, sebagian masyarakat tetap berpendapat lingkungan rumahnya aman dari kemungkinan longsor. Sementara itu sebagian kecil masyarakat peruntukan permukimannya kurang sesuai karena berada di kawasan yang rawan bencana longsor. Tabel 4.18 Persepsi Kesesuaian Dengan Peruntukan Lahan Indikator Sesuai Bukan merupakan daerah sempadan sungai, buka daerah lindung, bukan kawasan budidaya pertanian, menghindari sawah irigasi teknis bukan kawasan rawan bencana Kurang sesuai merupakan daerah sempadan sungai/ daerah lindung/ / kawasan budidaya pertanian/ sawah irigasi teknis / kawasan rawan bencana Semuanya tidak sesuai Total
Kawasan I ∑ %
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
27
90,0
26
86,6
31
68,9
49
58,3
3
10,0
4
13,3
14
31,1
35
41,7
0 30
0 100%
0 30
0 100%
0 45
0 100%
0 84
0 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat kesesuaian dengan regulasi terkait cukup dipertimbangkan oleh masyarakat di kawasan rawan commit to user bencana longsor. 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kepastian Kepemilikan Lahan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV menjawab telah memiliki hak milik atas tanah yang bersertifikat. Sebagian lainnya menjawan tanah yang ditempati sudah hak milik namun belum memiliki sertifikat yang sah. Hanya sebagian kecil yang belum memiliki sertifikat atau surat hak milik sama sekali. Tabel 4.19 Persepsi kepentingan kepemilikan lahan Kawasan I ∑ %
Indikator Lokasi hunian merupakan Tanah hak milik bersertifikat Lokasi hunian merupakan Tanah hak milik namun tidak bersertifikat Lokasi hunian bukan hak milik dan/atau tidak bersertifikat Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
24
80,0
23
76,7
28
62,2
59
70,2
5
16,7
7
23,3
14
31,1
21
25,0
1
3,3
0
0
3
6,6
4
4,8
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kepastian lahan dipertimbangkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor 4.3.2.3. Kondisi Topografi Kondisi topografi dalam suatu lokasi permukiman akan terkait dengan kemudahannya dalam pengerjaan atau pembangunan hunian. Wilayah yang berbukit mengakibatkan masyarakat harus melakukan pemotongan lereng untuk menempati lokasi tersebut. sebagian besar masyarakat berpendapat lokasi permukiman mereka dalam kondisi curam. Hal tersebut terjadi sesuai kondisi lapangan dimana lokasi rawan bencana ongsor di Kabupaten Karanganyar berada di kaki Gunung Lawu yang berbukit. Berdasarkan persepsi masyarakat, kemudahan dalam pembangunan hunian terkait dengan kondisi topografi wilayah dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.20 Persepsi Topografi lingkungan permukiman Indikator Datar - Landai Agak curam Curam-sangat curam Total
Kawasan I ∑ % 3 10,0 9 30,0 18 60,0 30 100%
Kawasan II ∑ % 21 70,0 9 30,0 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 5 11,1 14 31,1 26 57,8 45 100%
Kawasan IV ∑ % 9 10,7 29 34,5 46 54,8 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat kondsi topografi tidak dipertimbangkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor di kawasan I, III dan IV yang memiliki karakteristik lahan yang curam sampai dengan sangat curam. commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.2.4. Kenyamanan Lingkungan a. Kebisingan Kondisi kenyamanan lingkungan terkait kondisi permukiman yang tidak bising merupakan hal yang dipertimbangkan oleh masyarakt di kawasan I, II, III, dan IV dimana sebagian besar masyarakat menjawab Tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area permukiman mereka. Sebagian lainya berpendapat Terdapat sumber kebisingan, namun tidak bising dan tidak menganggu kenyamanan yang dikarekanakn ativitas lalu lintas atau kegiatan lain seperti pemotongan kayu/mebel. Tabel 4.21 Persepsi Kondisi Kebisingan Kawasan I ∑ %
Indikator Tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area permukiman Terdapat sumber kebisingan, namun tidak bising dan tidak menganggu kenyamanan Terjadi gangguan kebisingan dari sumber yang menimbulkan kebisingan dan menganggu kenyamanan Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
25
83,3
23
76,6
29
64,4
67
79,8
5
16,7
7
23,3
16
35,6
17
20,2
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat kondisi kebisingan dipertimbangkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor b. Kualitas Udara
Kualitas lingkungan permukiman yang aman dari polusi udara akan menyebabkan warga di lingkungan tersebut nyaman untuk tinggal. Kawasan I, II, III, dan IV mampu menyediakan lingkungan hunian dengan kualitas udara yang nyaman dimana sebagian besar masyarakat di sana menjawab tidak terdapat pabrik/industri/sumber lain di sekitar permukiman yang menyebabkan polusi udara . Tabel 4.22 Persepsi Kualitas Udara Di Lingkungan Permukiman Indikator Tidak terdapat pabrik/industri/sumber lain di sekitar permukiman yang menyebabkan polusi Terdapat pabrik/indutri /sumber lain tetapi tidak menyebabkan polusi Terdapat pabrik/industri/sumber lain yang menyebabkan polusi Total
Kawasan I ∑ %
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
25
83,3
8
26,7
31
68,9
61
72,6
5
16,7
15
50,0
14
31,1
23
27,4
0
0
7
23,3
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat commit to user berpendapat kualitas udara yang baik dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor Kabupaten Karanganyar. 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kualitas Air Sebagian besar masyarakat berpendapat sumber air di lingkungan permukiman mereka dalam kondisi yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Sebagian kecil masyarakat berpendapat terkadang sumber air bersih dilingkungan mereka mengalami gangguan pencemaran yang kadang berbau/berwarna/berasa. Tabel 4.23 Persepsi Kualitas Air Bersih Indikator Tidak berwarna, berasa, berbau Berbau/berasa/berwarna Berbau, berasa, dan berwarna Total
Kawasan I ∑ % 28 93,3 2 6,7 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 27 90 3 10,0 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 40 88,9 5 11,1 0 0 45 100%
Kawasan IV ∑ % 70 83,3 14 16,7 0 0 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat kualitas air dikawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar dalam kondisi yang baik dan layak digunakan. 4.3.2.5. Penyediaan Sarana/Fasilitas Umum a.
Sarana Pendidikan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II III, dan IV berpendapat kapasitas sarana
pendidikan yang ada di lingkungan mereka memiliki kapasitas kelas yang baik dalam menampung siswa. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang menjawab kapasitas kelas masih kurang dalam menampung siswa yang ada. Tabel 4.24 Persepsi Penyediaan Sarana Pendidikan Indikator Kapasitas kelas baik Kapasitas kelas cukup Kapasitas kelas kurang Total
Kawasan I ∑ % 32 57,1 22 39,3 2 3,6 56 100%
Kawasan II ∑ % 23 48,9 21 44,7 3 6,4 47 100%
Kawasan III ∑ % 35 53,8 24 36,9 6 9,2 65 100%
Kawasan IV ∑ % 82 73,2 19 17,0 11 9,8 112 100%
Sumber : Kuisioner Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan sebagian besar masyarakat berpendapat kapasitas sarana pendidikan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah memiliki kapasitas penyediaan yang baik, sehingga kapasitas kelas yang disediakan mampu menampung siswa yang ada.
b. Sarana Perdagangan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat sarana perdagangan yang ada telah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sebagian kecil lainya berpendapat sarana perdagangan yang ada cukup mampu memenuhi kebutuhan seharhari. Tidak ada masyarakat yang menjawab keberadaan pasar di lingkungan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka. commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.25 Persepsi Penyediaan Sarana Perdagangan Kawasan I
Indikator
∑
Mampu memenuhi kebutuhan seharihari Cukup mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari Tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari Total
Kawasan II
∑
%
Kawasan III
∑
%
Kawasan IV
∑
%
%
24
80,0
25
83,3
24
53,3
58
69,0
6
20,0
5
16,7
21
46,6
26
31,0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, penyediaan sarana perdagangan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c.
Sarana Kesehatan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV menjawab pelayanan sarana
kesehatan telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan. Sebagian lainya menjawab penyediaan sarana kesehatan yang ada hanya cukup memenuhi kebutuhan akan fasilitas kesehatan. Hanya sebagian kecil masyarakat di kawasan III dan IV yang menjawab penyediaan sarana kesehatan. Tabel 4.26 Persepsi Penyediaan Sarana Kesehatan Indikator
Kawasan I ∑ %
Mampu memenuhi kebutuhan kesehatan Cukup mampu memenuhi kebutuhan kesehatan Tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
23
76,6
19
63,3
19
42,2
58
69,0
7
23,3
11
36,7
23
51,1
24
28,6
0
0
0
0
3
0
2
2.4
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui penyediaan sarana kesehatan dikawasan rawan longsor Kabupaten Karanganyar telah disediakan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. d. Sarana Peribadatan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat sarana peribadatan yang disediakan di lingkungan hunian mereka mampu memenuhi kebutuhan peribadatan masyarakat. Sebagian kecil lainnya berpendapat sarana peribadatan yang disediakan hanya cukup mampu memenuhi kebutuhan peribadatan. Hal tersebut terjadi karena kondisi saran peribadatan khususnya masjid biasanya tida mampu menampung seluruh masyarakat khususnya pada saat bulan Ramadhan. commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.27 Persepsi Penyediaan Sarana Peribadatan Indikator
Kawasan I ∑ %
Mampu memenuhi kebutuhan peribadatan Cukup mampu memenuhi kebutuhan peribadatan Tidak mampu memenuhi kebutuhan peribadatan Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
28
93,3
27
90,0
38
84,4
71
84,5
2
6,7
3
10,0
7
15,6
13
15,5
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
e.
Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat sarana ruang
terbuka dan olah raga yang diakses mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga. Sebagian lainnya berpendapat sarana yang ada hanya cukup mampu menyediakan kebutuhan rekreasi dan olah raga. Hanya sebagian kecil masyarakat di kawasan III dan IV yang menjawab sarana ruang terbuka dan olah raga yang disediakan Tidak mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga. Hal tersebut terjadi karena jarak yang diangap cukup jauh sehingga penyediaannya kurang mampu melayani kebutuhan mereka. Tabel 4.28 Persepsi Penyediaan Sarana Ruang Terbuka dan Olah Raga Indikator
Kawasan I ∑ %
Mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga Cukup mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga Tidak mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga Total
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
26
86,7
24
80,0
30
66,7
60
71,4
4
13,3
6
20,0
13
28,9
21
25,0
0
0
0
0
2
4,4
3
3,6
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, penyediaan sarana ruang terbuka dan olahraga telah disediakan di kawasan permukiman rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar yang penyediaannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas tersebut. 4.3.2.6. Penyediaan Prasarana a.
Jaringan Jalan Kondisi jaringan jalan yang baik akan mampu mempenggaruhi masyarakat untuk tinggal
di suatu lokasi karena hal tersebut akan terkait dengan kemudahan menuju lokasi atau sarana yang akan dituju. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV menjawab kondisi jalan di lingkungan mereka dalam kondisi yang baik sehingga nyaman digunakan. Sebagian kecil lainnya berpendapat prasarana jalan yang disediakan perlu diperbaiki sehingga akses menuju lokasilain dapat lebih lancar. Pesepsi masyarakat terhadap kenyamanan dalam commit to user penyediaan jaringan jalan yang ada di lingkungan mereka dapat dilihat dalan tabel berikut : 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.29 Persepsi Kualitas Jaringan Jalan Kawasan I ∑ % 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100%
Indikator Disediakan dalam Kondisi baik Sebagian perlu perbaikan Kondisi sebagian besar rusak Total
Kawasan II ∑ % 25 83,3 5 16,7 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 35 77,8 7 15,6 3 6,7 45 100%
Kawasan IV ∑ % 57 67,9 24 28,6 3 3,6 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat jaringan jalan yang baik telah disediakan di ligkungan hunian masyarakat di kawasan rawan longsor di Kabupaten Karanganyar, sehingga keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat. b. Jaringan Air Bersih Air merupakan kebutuhan yang utama dalam kehidupan. Pelayanan air bersih terkait pengadaannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat. sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III dan IV nerpendapat penyediaan jaringan air bersih di lingkungan mereka Disediakan dengan baik dan memenuhi kebutuhan. Hanya sebagian kecil yang berpendapat penyediaan air di lingkungan mereka hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada masyarakat yang menjawab penyediaan air bersih di lingkungan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan. Persepsi pelayanan kebutuhan jaringan air bersih berdasarkan jawaban masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.30 Persepsi Kuantitas Pelayanan Air Bersih Indikator Disediakan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan Disediakan namun kurang memenuhi kebutuhan Disediakan namun tidak mampu memenuhi kebutuhan Total
Kawasan I ∑ %
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
29
96,7
28
93,3
38
84,4
60
71,4
1
3,3
2
6,7
7
15,6
24
28,6
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa penyediaan air bersih di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan tersebut. c.
Jaringan Listrik Jaringan listrik menjadi kebutuhan dasar dalam mendukung aktivitas masyarakat.
sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV menjawab penyediaan jaringan listrik di lingkungan mereka disediakan dalam kondisi yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka. Hanya sebagian kecil yang berpendapat layanan listrik di lingkungan commit topelayanan user mereka terkadang mati. Persepsi kepentingan jaringan listrik berdasarkan hasil kuisioner dapat dilihat dalam tabel berikut : 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.31 Persepsi Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik
Indikator Disediakan dengan baik Disediakan kadang mati Disediakan namun sering mati Total
Kawasan I ∑ % 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 28 93,3 2 6,7 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 39 86,7 6 13,3 0 0 45 100%
Kawasan IV ∑ % 75 89,3 9 10,7 0 0 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah mampu menyediakan pelayanan jaringan listrik yang baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. d. Jaringan Drainase Kondisi jaringan drainase yang baik di kawasan rawan longsor sangat dibutuhkan agar air hujan mampu dialirkan dengan baik sehinga tidak menggangu kestabilan lereng di lingkungan permukiman. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan Iv menjawab penyediaan jaringan drainase yang ada di lingkungan permukiman mereka dalam kondisi yang baik, lancar dalam mengalirkan air hujan. Sebagian kecil lainnya berpendapat kondisi drainase di lingkungan mereka terkadang mampet. Hat tersebut biasanya disebabkan karena salurang air hujan yang tersumbat oleh sampah. Tabel 4.32 Persepsi Kualitas Pelayanan Jaringan Drainase Kawasan I Indikator Kondisi lancar Disediakan namun kadang mampet Disediakan namun sering mampet Total
∑
% 28 2 0 30
93,3 6,7 0 100%
Kawasan II
Kawasan III
Kawasan IV
∑
∑
∑
% 26 4 0 30
86,7 13,3 0 100%
% 41 4 0 45
91,1 8,9 0 100%
% 72 12 0 84
85,7 14,3 0 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jaringan drainase dilingkungan permukiman kawasan rawan longsor di Kabupaten Karanganyar dalam kondisi lancar dan faktor tersebut dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor. e.
Jaringan Sanitasi Penyediaan jaringan sanitasi di lingkungan permukiman diperlukan karena akan sangat
terkait dengan kondisi kesehatan lingkungan di kawasan tersebut. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV menjawab telah mengusahakan jaringan sanitasi pribadi berupa MCK pribadi di rumah masing-masing. Sebagian kecil lainnya berpendapat telah menggunakan jaringan sanitasi secara komunal di MCK umum atau menumpang di MCK tetangga. Sementara itu, tidak ada masyarakat yang menggunakan keperluan MCK di sungai. commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel 4.33 Persepsi Kualitas Pelayanan Jaringan Sanitasi
Indikator Menggunakan MCK pribadi Mengggunakan MCK umum/ menumpang tetangga Belum menggunan MCK / di sungai Total
Kawasan I ∑ % 28 93,3
Kawasan II ∑ % 29 96,7
Kawasan III ∑ % 43 95,6
Kawasan IV ∑ % 79 94,0
2
6,7
1
3,3
2
4,4
5
6,0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui penyediaan jaringan sanitasi di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah disediakan dengan baik. f.
Jaringan Persampahan Penyediaan jaringan persampahan di lingkungan permukiman akan terkait dengan konsisi
kesehatan dan kenyamanan masyarakat yang bermukim di lingkungan tersebut. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat jaringan persampahan telah disediakan dan tidak terjadi gangguan kesehatan/kenyamanan akibat penumpukan sampah. Sebagian lainnya berpendapat meskipun telah disediakan, penumpukan sampah terkadang masih terjadi. Hanya sebagian kecil masyarakat di kawasan III, dan IV yang berpendapat meskipun jaringan persampahan telah disediakan di lingkungan hunian mereka, sampah sering menumpuk sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat yang bermukim di lingkungan tersebut. Tabel 4.34 Persepsi Kualitas Pelayanan Jaringan Persampahan Indikator Disediakan dan Tidak terjadi gangguan kesehatan/kenyamanan akibat penumpukan sampah Disediakan namun kadang terjadi penumpukan sampah Disediakan namun sering terjadi penumpukan sampah yang menganggu kenyamanan/kesehatan Total
Kawasan I ∑ %
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
27
90,0
23
76,6
35
77,8
75
89,3
3
10,0
7
23.3
7
15,6
6
7,1
0
0
0
0
3
6,7
3
3,6
30
100%
30
100%
45
100%
84
100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jaringan persampahan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah disediakan dan tidak terjadi gangguan kesehatan atau kenyamanan. Hal tersebut mengindikasikan penyediaannya dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan rawan bencana longsor. 4.3.2.7. Aksesibilitas a.
Aksesibilitas Menuju Sarana Pendidikan commitpendidikan to user akan memberikan kemudahan bagi Aksesibilitas yang baik menuju sarana
masyarakat untuk menjangkau sarana tersebut. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan dan IV berpendapat sarana pendidikan terjangkau dari lokasi permukiman mereka. Sebagian lainnya berpendapat sarana pendidikan cukup terjangkau, dan hanya sebagian kecil yang lokasi rumahnya jauh dari sarana pendidikan berpendapat akses menuju sarana pendidikan tidak terjangkau. Hal berbeda terjadi pada persepsi masyarakat di kawasan III dimana sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut berpendapat sarana pendidikan terjangkau dari permukiman mereka. Tabel 4.35 Persepsi Jarak Menuju Sarana Pendidikan Kawasan I ∑ % 42 75,0 11 19,6 3 5,4 56 100%
Indikator Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Total
Kawasan II ∑ % 38 80,9 7 14,9 2 4,3 47 100%
Kawasan III ∑ % 24 36,9 33 50,8 8 12,3 65 100%
Kawasan IV ∑ % 55 49,1 45 40,2 12 10,7 112 100%
Sumber : Kuisioner Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui aksesibilitas menuju sarana pendidikan telah terjangkau oleh masyarakat yang mengakses sarana tersebut.
b. Aksesibilitas Menuju Sarana Perdagangan Aksesibilitas menuju pasar akan terkait dengan kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga akses menuju sarana yang mudah akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagian besar masyakat di kawasan I dan II berpendapat aksesibilitas menuju sarana perdagangan terjangkau. Sebagian kecil lainnya berpendapat dari jarak permukiman menuju pasar cukup terjangkau. Hal yang berbeda terjadi di kawasan III dan IV dimana sebagian besar masyarakat berpendapat aksesibilitas menuju sarana perdagangan terjangkau. Tabel 4.36 Persepsi Jarak Menuju Sarana Perdagangan Indikator Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Total
Kawasan I ∑ % 28 93,3 2 6,7 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 16 35,6 23 51,1 6 13,3 45 100%
Kawasan IV ∑ % 36 42,9 37 44,0 11 13,1 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, menurut persepsi masyarakat akses menuju pasar di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar setidaknya telah terjangkau. c. Aksesibilitas Menuju Sarana Kesehatan Kemudahan menuju sarana kesehatan menadi hal yang penting bagi masyarakat untuk menjamin kebutuhan akan pelayanan sarana kesehatan di lingkungan tempat tinggal mereka. commit to user Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II , III, dan IV berpendapat sarana kesehatan yang diakses memiiki jarak yang terjangkau . Sebagian lainnya berpendapat akses menuju sarana 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesehatan cukup terjangkau. Tidak ada yang berpendapat akses menuju sarana kesehatan di lingkungan mereka tidak terjangkau. Tabel 4.37 Persepsi Jarak Menuju Sarana Kesehatan Indikator Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Total
Kawasan I ∑ % 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 26 86,7 4 13,3 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 32 71,1 13 28,9 0 0 45 100%
Kawasan IV ∑ % 67 79,8 17 20,2 0 0 84 100%
Sumber : Kuisioner
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, jarak menuju sarana kesehatan di lingkungan permukiman kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar memiliki aksesibilitas yang terjangkau. d. Aksesibilitas Menuju Sarana Peribadatan Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III dan IV berpendapat sarana peribadatan yang diakses memiliki jarak yang terjangkau. Sebagian kecil masyarakat berpendapat sarana peribadatan yang diakses terjangkau. Sementara itu, tidak ada masyarakat yang masyarakat berpendapat sarana peribadatan yang diakses tidak terjangkau. Tabel 4.38 Persepsi Jarak Menuju Sarana Peribadatan Indikator Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Total
Kawasan I ∑ % 28 93,3 2 6,7 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 29 96,7 1 3,3 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 40 88,9 5 11,1 0 0 45 100%
Kawasan IV ∑ % 75 89,3 9 10,7 0 0 84 100%
Sumber : Kuisioner
Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa sarana peribadatan di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar menurut pendapat masyarakat mudah untuk diakses. e.
Aksesibilitas Menuju Sarana Ruang Terbuka Dan Olahraga Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, III dan IV berpendapat sarana ruang terbuka
dan olahraga yang diakses memiiki jarak yang terjangkau. Sebagian lainnya berpendapat aksesibilitasnya cukup terjangkau. Hanya sebagian kecil masyarakat di kawasan III dan IV yang berpendapat pelayanan sarana tersebut tidak terjangkau. Tabel 4.39 Persepsi Jarak Menuju Sarana Ruang Terbuka dan Olah Raga Indikator Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Total
Sumber : Kuisioner
Kawasan I ∑ % 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100%
Kawasan II ∑ % 26 86,7 4 13,3 0 0 30 100%
commit to user
Kawasan III ∑ % 23 51,1 21 46,7 1 2,2 45 100%
Kawasan IV ∑ % 52 61,9 29 34,5 3 3,6 84 100%
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data tersebut dapat disimpulkan, masyarakat berpersepsi aksesibilitas menuju sarana ruang terbuka hijau dan olah raga di lingkungan permukiman mereka terjangkau. f. Kemudahan Moda Angkutan Umum Kemudahan angkutan umum di suatu lokasi akan memberikan kemudahan mobilitas bagi masyarakatnya menuju lokasi lainnya. Berdasarkan data jawaban kuisioner masyarakat dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat waktu tunggu moda angkutan umum di kawasan I dan II kurang dari 30 menit. Masyarakat di kawasan III sebagian besar menjawab waktu tunggu angkutan umum antara 30-45 menit. Sementara itu, sebagian besar masyarakat di kawasan IV menjawab waktu tunggu angkutan umum di lingkungan mereka lebih dari 45 menit. Tabel 4.40 Persepsi Kemudahan Moda Angkutan Umum Indikator Waktu tunggu <30 menit Waktu tunggu 30-45 menit Waktu tunggu >45menit Total
Kawasan I ∑ % 26 86,7 3 10,0 1 3,3 30 100%
Kawasan II ∑ % 25 83,3 5 16,7 0 0 30 100%
Kawasan III ∑ % 1 2,2 23 51,1 21 46,7 45 100%
Kawasan IV ∑ % 7 8,3 29 34,5 48 57,1 84 100%
Sumber : Kuisioner
4.3.2.8. Peluang kerja Lokasi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan akan menarik masyarakat untuk bermukim di sekitarnya. Masyarakat akan cenderung memilih lokasi permukiman yang dekat dengan lokasi di mana mereka bekerja. Sebagian besar masyarakat di kawasan I, II, dan Iv berpendapat Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja dan lokasi pekerjaan berada di lingkungan tersebut. sebagian lainnya berpendapat Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja namun lokasi pekerjaan mereka tidak berada di lingkungan tersebut. hanya sebagian kecil yang berpendapat Lokasi ligkungan permukiman kurang dapat meyediakan lapangan pekerjaan. Sementara itu, sebagian masyarakat di kawasan III berpendapat Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja namun lokasi pekerjaan masyarakat tidak berada di lingkungan tersebut. Tabel 4.41 Persepsi Peluang Kerja di Lokasi Tempat Tinggal Indikator Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja dan lokasi pekerjaan berada di lingkungan tersebut Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja namun lokasi pekerjaan tidak berada di lingkungan tersebut Lokasi ligkungan permukiman kurang dapat meyediakan lapangan pekerjaan Total
Kawasan I ∑ %
Kawasan II ∑ %
Kawasan III ∑ %
Kawasan IV ∑ %
22
73,3
16
53,3
15
33,3
54
64,3
5
16,7
11
36,7
24
53,3
19
22,6
3
10,0
6
13,3
11
13,1
30
100%
45
100%
84
100%
3 10,0 commit to user 30
100%
Sumber : Kuisioner 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berpendapat lokasi permukiman di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Karanganyar telah menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup.
4.3.2.9. Resume Hasil Persepsi Masyarakat A. Managemen Bencana Secara umum masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat upaya managemen bencana berupa mitigasi, tanggap darurat, serta upaya penanganan pasca bencana telah dilaukan. Persepsi upaya penanganan mitigasi paling tinggi dilakukan di kawasan I. persepsi upaya penanganan tanggap darurat paling tinggi terdapat di kawasan I. sementara itu, persepsi terhadap upaya yang dilaukan pasca bencana paling tinggi adalah pada kawasan I. dari hasil tersebut, dapat disimpulkan upaya manajemen bencana yang tertinggi dilakukan di kawasan I. TANGGAP DARURAT
MITIGASI
20,0
Tidak dilakukan
10,0 0,0
Dilakukan pemulihan dan perbaikan yang lebih baik dari kondisi semula
80,0 70,0 60,0 50,0
Dilakukan pemulihan dan perbaikan yang sesuai kondisi semula
40,0 30,0 20,0 10,0
KAWASAN III
0,0 KAWASAN IV
Tidak disediakan jalur evakuasi, tempat penampungan sementara, serta organisasi khusus kebencanaan
90,0
KAWASAN I
0,0
40,0
PENAGANGAN PASCA BENCANA
KAWASAN II
10,0
Dilakukan kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban/ pemenuhan dasar/ pengungsian/ pemulihan sarana prasarana
50,0
30,0
30,0 20,0
60,0
KAWASAN III
40,0
Disediakan jalur evakuasi/ tempat penampungan sementara/organi sasi khusus kebencanaan
KAWASAN IV
50,0
80,0 70,0
70,0 60,0
Dilakukan kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan dasar, pengungsian, dan pemulihan sarana prasarana
KAWASAN I
80,0
90,0
KAWASAN II
90,0
Disediakan jalur evakuasi, tempat penampungan sementara, serta organisasi khusus kebencanaan
Dilakukan perbaikan namun tidak lebih baik dari kondisi semula
Gambar 4.12 Grafik Persepsi Managemen Bencana
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Status Hukum Kondisi status hukum yang meliputi kesesuaian dengan regulasi dan status kepemilikan lahan telah dilaukan di kawasan I, II, III, dan IV. Sebangian besar masyarakat menjawab daerah permukiman mereka Bukan merupakan daerah sempadan sungai, buka daerah lindung, bukan kawasan budidaya pertanian, menghindari sawah irigasi teknis bukan kawasan rawan bencana. Sebagian besar masyarakat juga menjawab lokasi hunian merupakan tanah hak milik bersertifikat. Persepsi kondisi kesesuaian dengan regulasi dan status kepemilikan lahan yang tertinggi dilakukan di kawasan I. Pada kawasan I, kondisi kondisi kesesuaian regulasi lebih tinggi daripada status kepemilikan lahan. Begitu pula pada kawasan II, dan III dimana kondisi kesesuaian regulasi lebih tinggi daripada status kepemilikan lahan. Pada kawasan IV, kondisi ststus kepemilikan lahan lebih tinggi daripada kondisi kesesuaian peruntukan lahan dengan regulasi yang terkait. STATUS KEPEMILIKAN LAHAN
KESESUIAN DENGAN REGULASI 80,0
90,0 80,0 70,0 60,0
Bukan merupakan daerah sempadan sungai, buka daerah lindung, bukan kawasan budidaya pertanian, menghindari sawah irigasi teknis bukan kawasan rawan bencana
70,0
60,0
50,0 50,0 40,0 30,0
merupakan daerah sempadan sungai/ daerah lindung/ / kawasan budidaya pertanian/ sawah irigasi teknis / kawasan rawan bencana
0,0
30,0
20,0
20,0 10,0
40,0
Lokasi hunian merupakan Tanah hak milik bersertifikat
Lokasi hunian merupakan Tanah hak milik namun tidak bersertifikat
Lokasi hunian bukan hak milik dan/atau tidak bersertifikat
10,0 Semuanya tidak sesuai 0,0
Gambar 4.13 Grafik Persepsi Kondisi Status Hukum
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kualitas Lingkungan Kondisi kualiatas lingkungan akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat dalam bermukim di suatu lokasi permukiman. Kondisi topografi di kawasan I, II, III adalah curamsangat curam. Sementara itu, kawasan II memiliki kondisi topografi yang datar-landai. Kondisi kebisingan dan kualitas air telah terpenuhi di kawasan I, II, III dan IV, dimana kondisi kebisingan dan kondisi penyediaan air yang tertinggi terdapat di kawasan I. Pada kawasan I, kondisi akan kualitas air adalah yang paling tinggi diantara yang lainnya. Pada kawasan II, urutan persepsi kondisinya yaitu kualitas air, kebisingan, topografi, dan kualitas udara. Pada kawasan III, kondisi yang tertinggi adalah kualitas air, diikuti dengan kualitas udara, dan kebisingan. Pada kawasan IV, urutan kondisi kondisi kualitas lingkungan meliputi kualitas air, kebisingan, lalu kualitas udara. TOPOGRAFI
KEBISINGAN
80,0
90,0
70,0
80,0
60,0
70,0 60,0
50,0
Datar - Landai
40,0 Agak curam
30,0
Curam-sangat curam
10,0 0,0
40,0
20,0
70,0 60,0 50,0 40,0 30,0
0,0
KUALITAS AIR Tidak terdapat pabrik/industri/sumber lain di sekitar permukiman yang menyebabkan polusi Terdapat pabrik/indutri /sumber lain tetapi tidak menyebabkan polusi
20,0 10,0 0,0
Terjadi gangguan kebisingan dari sumber yang menimbulkan kebisingan dan menganggu kenyamanan
10,0
KUALITAS UDARA
80,0
Terdapat sumber kebisingan, namun tidak bising dan tidak menganggu kenyamanan
50,0
30,0
20,0
90,0
Tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area permukiman
100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0
Berbau/berasa/ber warna
40,0 30,0 20,0
Terdapat pabrik/industri/sumber lain yang menyebabkan polusi
Tidak berwarna, berasa, berbau
Berbau, berasa, dan berwarna
10,0 0,0
Gambar 4.14 Grafik Persepsi commit Kondisi to user Kualitas Lingkungan
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sarana Secara umum pesepsi masyarakat di kawasan I, II, III dan IV menyatakkan penyediaan sarana pendidikan, perdagangan, kesehatan, peribadatan, serta ruang terbuka dan olahraga telah disediakan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi akan penyediaan sarana pendidikan yang tertinggi terdapat di kawasan IV. Kondisi sarana perdagangan yang tertinggi terdapat di II. Sementara itu, kondisi akan sarana kesehatan, peribadatan, serta ruang terbuka dan olah raga yang tertinggi dinyatakan oleh masyaratat di kawasan I. Pada kawasan I, urutan kondisi akan penyediaan sarana permukiman adalah kondisi akan sarana pendidikan, sarana peribadatan, ruang terbuka dan olah raga, perdagangan, lalu sarana kesehatan. Pada kawasan II urutan kondisi penyediaan sarananya meliputi sarana peribadatan, perdagangan, ruang terbuka dan olah raga, pendidikan dan kesehatan. Pada kawasan III, urutan kondisinya yaitu peribadatan, pendidikan, ruang terbuka dan olahraga, perdagangan, dan kesehatan. Pada kawasan IV, urutan kondisi akan penyediaan sarananya meliputi pendidikan, peribadatan, ruang terbuka dan olah raga, kesehatan, serta perdagangan.
KAWASAN III
KAWASAN IV
KAWASAN I
KAWASAN II
Cukup mampu memenuhi kebutuhan kesehatan Tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
Tidak mampu memenuhi kebutuhan peribadatan
Mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga
KAWASAN IV
KAWASAN IV
KAWASAN II
Cukup mampu memenuhi kebutuhan peribadatan
90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 KAWASAN III
Mampu memenuhi kebutuhan peribadatan
KAWASAN III
Mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
SARANA RUANG TERBUKA DAN OLAH RAGA
KAWASAN II
100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
Cukup mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari Tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
KAWASAN IV
KAWASAN I
SARANA PERIBADATAN
KAWASAN I
KAWASAN III
Kapasitas kelas kurang
KAWASAN IV
KAWASAN I
KAWASAN II
Kapasitas kelas cukup
KAWASAN II
Kapasitas kelas baik
SARANA KESEHATAN
Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 KAWASAN III
80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
SARANA PERDAGANGAN
KAWASAN I
SARANA PENDIDIKAN
Cukup mampu memenuhi kebutuhan rekreasi dan olah raga
Gambar 4.15 Grafik Persepsi Kondisi Penyediaan Sarana Permukiman
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Prasarana Secara umum, masyarakat di kawasan I, II, III dan IV berpendapat penyediaan prasarana permukiman meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan listrik, drainase serta persampahan telah disediakan dalam kondisi yang baik. Persepsi terhadap kondisi jaringan jalan, air bersih, drainase serta persampahan terdapat di kawasan I. Sementara itu, kondisi akan penyediaan jaringan listrik dan jaringan sanitasi terdapat di kawasan II. Urutan kondisi penyediaan prasarana permukiman di kawasan I meliputi jaringan sir bersih, drainase, sanitasi, jaringan jalan, listrik dan persampahan. Pada kawasan II, urutan kondisi prasarana yang disediakan meliputi kondisi jaringan sanitasi, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan drainase, persampahan, lalu jaringan jalan. Pada kawasan III urutannya meliputi jaringan sanitasi, drainase, listrik, air besih jalan, serta persampahan. Urutan di kawasan IV yaitu jaringan sanitasi, listrik, persampahan, drainase, air bersih, serta jaringan jalan. JARINGAN AIR BERSIH
0,0
JARINGAN SANITASI Menggunakan MCK pribadi
100,0 Kondisi lancar
80,0
0,0 KAWASAN III
Disediakan namun sering mampet
20,0 KAWASAN IV
KAWASAN III
KAWASAN IV
KAWASAN II
KAWASAN I
0,0
40,0
KAWASAN I
Disediakan namun kadang mampet
20,0
KAWASAN II
40,0
0,0
Mengggunakan MCK umum/ menumpang tetangga Belum menggunan MCK / di sungai
Disediakan namun sering mati
Disediakan dan Tidak terjadi gangguan kesehatan/kenyaman an akibat penumpukan sampah
PERSAMPAHAN 100,0 80,0
80,0 60,0
60,0
20,0
Disediakan namun kadang terjadi penumpukan sampah
60,0 40,0 20,0 0,0 KAWASAN IV
JARINGAN DRAINASE 100,0
Disediakan namun tidak mampu memenuhi kebutuhan
Disediakan kadang mati KAWASAN IV
20,0
40,0
KAWASAN III
40,0
60,0
KAWASAN III
Kondisi sebagian besar rusak
60,0
Disediakan dengan baik
80,0
KAWASAN I
Sebagian perlu perbaikan
80,0
100,0
KAWASAN I
Disediakan dalam Kondisi baik
Disediakan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan Disediakan namun kurang memenuhi kebutuhan
100,0
KAWASAN II
120,0
90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
JARINGAN LISRIK
KAWASAN II
JARIINGAN JALAN
Disediakan namun sering terjadi penumpukan sampah yang menganggu kenyamanan/kesehat an
Gambar 4.16 Grafik Persepsi Kondisi Penyediaan Prasarana Permukiman
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Aksesibilitas Secara umum, masyarakat di kawasan I, II, III, dan IV berpendapat kondisi akesibilitas menuju saran perdagangan, kesehatan, peribadatan, serta sarana olah raga terjangkau dari permukiman mereka. Kondisi aksesibilitas sarana pendidikan dianggap terjangkau di kawasan I, II, dan IV, dan dianggap cukup terjangkau di kawasan III. Begitu pula dengan akses menuju sarana perdaganagn di kawasan I, dan II dianggap terjangkau oleh masyarakat, dan cukup terjangkau di kawasan III, dan IV. Masyarakat di kawasan I dan II berpendapat waktu tunggu angkutan umum adalah kurang dari 3 menit, di kawasan IV waktu tunggunya 30-45 menit, sedangkan di kawasan III waktu tunggu angkutan umum adalah lebih dari 45 menit. Kondisi aksesibilitas menuju sarana pendidikan, kesehatan, serta peribadatan yang tertinggi terdapat di kawasan II. Sementara itu aksesibilitas tertinggi menuju sarana perdagangan, ruang terbuka dan olah raga, serta kemudahan angkutan umum terdapat di kawasan I. Urutan penilaian terhadap kondisi aksesibilitas lingkungan di kawasan I meliputi akses menuju perdagangan, peribadatan, ruang terbuka, kemudahan angkutan umum, sarana kesehatan, serta aksesibilitas menuju sarana pendidikan. Urutan pada kawasan II meliputi aksesibilitas menuju sarana peribadatan, perdagangan, kemudahan angkutan umum, kesehatan, ruang terbuka dan olah raga, serta akses menuju sarana pendidikan. Uritan pada kawasan III adalah akses menuju sarana peribadatan, kesehatan, ruang terbuka, perdagangan pendidikan, dan kemudahan angkutan umum. Pada kawasan IV urutannya meliputi peribadatan, kesehatan, ruang terbuka, pendidikan, perdagangan, serta kemudahan angkutan umum. Gambaran terkait kondisi persepsi masyarakat terhadap aksesibilitas lingkungan permukiman dapat dilihat dalam grafik berikut :
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id SARANA PERDAGANGAN
Terjangkau
60,0 40,0
100,0 80,0 Terjangkau
60,0
40,0
40,0
KAWASAN IV
KAWASAN III
0,0
Tidak terjangkau
KAWASAN I
KAWASAN III
KAWASAN IV
KAWASAN I
KAWASAN II
0,0
Cukup terjangkau
20,0 KAWASAN II
Cukup terjangkau
20,0
Cukup terjangkau
20,0 0,0
Tidak terjangkau
RUANG TERBUKA DAN OLAHRAGA
SARANA PERIBADATAN
Terjangkau
60,0
KAWASAN III
80,0
KAWASAN IV
100,0
80,0
KAWASAN I
100,0
SARANA KESEHATAN
KAWASAN II
SARANA PENDIDIKAN
Tidak terjangkau
KEMUDAHAN ANGKUTAN UMUM
100,0
KAWASAN III
Tidak terjangkau
KAWASAN IV
Tidak terjangkau
Waktu tunggu <30 menit
KAWASAN I
KAWASAN III
KAWASAN IV
KAWASAN I
KAWASAN II
0,0
Cukup terjangkau
100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 KAWASAN II
Cukup terjangkau
20,0
Terjangkau
KAWASAN IV
40,0
KAWASAN III
60,0
100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 KAWASAN I
Terjangkau
KAWASAN II
80,0
Waktu tunggu 3045 menit Waktu tunggu >45menit
Gambar 4.17 Grafik Persepsi Kondisi Aksesibilitas
G. Peluang Kerja Masyarakat di kawasan I, II, dan III berpendapat Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja dan lokasi pekerjaan berada di lingkungan tersebut. Sementara itu masyarakat di kawasan III berpendapat Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja namun lokasi pekerjaan tidak berada di lingkungan tersebut. Kondisi lokasi yang mampu memberikan peluang kerja tertinggi terdapat pada kawasan I. PELUANG KERJA 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja dan lokasi pekerjaan berada di lingkungan tersebut Lokasi lingkungan permukiman menyediakan lapangan kerja namun lokasi pekerjaan tidak berada di lingkungan tersebut Lokasi ligkungan permukiman kurang dapat meyediakan lapangan pekerjaan
commit to user Gambar 4.18 Grafik Persepsi Kondisi Peluang Kerja
103