Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Kriteria Pemilihan Lokasi Permukiman Aman Gempa Di Kota Bengkulu Mega Rahmah. K¹) Happy Ratna Santosa²) Rimadewi Supriharjo³)
1). Mahasiswa Arsitektur Pasca Sarjana ITS Surabaya. Email :
[email protected] 2). Dosen Arsitektur ITS Surabaya 3). Dosen Perencanaan Wilayah Kota ITS Surabaya. ABSTRAK Pulau Sumatera termasuk Bengkulu merupakan daerah pegunungan aktif dan daerah lempeng tektonik. Letak Kota Bengkulu dipertemuan lempeng tektonik Samudera Hindia dan lempeng tektonik Asia menyebabkan Kota Bengkulu dalam beberapa tahun terakhir sering dilanda gempa tektonik. Terjadinya bencana alam gempa bumi di Kota Bengkulu, telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur lainnya serta menimbulkan trauma bencana yang cukup mendalam pada masyarakat. Selain itu adanya gempa-gempa susulan masih sering terjadi menimbulkan rasa takut pada masyarakat. Sehingga permasalahan dalam penelitian ini adalah kriteria apa yang tepat untuk lokasi perumahan aman gempa di Kota Bengkulu. Proses penelitian dilakukan dengan pendekatan rasionalistis dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, diawali dengan merumuskan konsep melalui kajian pustaka sebagai dasar penelitian. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori tentang geologi, lahan,lokasi, perumahan dan pemukiman serta mitigasi bencana. Teknik pengumpulan data melalui pengumpulan data primer dan data sekunder dari survey literature dan pihak-pihak terkait lainnya. Teknik analisa yang digunakan yaitu analisa deskriptif untuk memperoleh kriteria apa yang tepat untuk lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu. Dari penelitian ini dihasilkan kriteria pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu berupa lokasi dengan kemiringan dan ketinggian tanah yang rendah (datar/landai) yang berada pada zona aman gempa bumi sehingga mempunyai kelayakan untuk lokasi permukiman. Kata kunci : Gempa bumi, lokasi, Lahan, perumahan permukiman
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 1
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Selection Criteria of Secure Settlement Location from Earthquake in The Bengkulu City Mega Rahmah. K¹), Happy Ratna Santosa²), Rimadewi Supriharjo³)
1). Student of Architecture Pasca Sarjana ITS Surabaya. Email :
[email protected] 2). Lecture of Architecture ITS Surabaya 3). Lecture of Perencanaan Wilayah Kota ITS Surabaya. ABSTRACT
Sumatera island, including Bengkulu is a mountainous area and active plate tectonics area . Location of Bengkulu City is in the connect Indian Ocean tectonic plate and Asian tectonic plates. This caused Bengkulu City often tectonic earthquake in recent years. The Earthquake in Bengkulu city has resulted in many victions, infrastructure damage and traumatic conditions in the past of the people. The after shocks that are still frequently happened also cause fear to the people. The issue of this research issue is determining suitable criteria for secure settlement location from earthquake. This research conduet with rasionalistic approach which is qualitative descriptive, began with formulating the concept by considerable study as a basic of the research.The theory used in this study are geology, land, location, housing and settlements and disaster mitigation. The technique used for collecting primary and secondary data was survey, not only for literature but also for other partiesopinions. Analysis technique used is descriptive analysis to obtain what is appropriate criteria for the location of safe neighborhoods in the city of Bengkulu earthquake. Thie research, indicated that the selection concept of secure settlement location from earthquake in Bengkulu city are settlement location with land slope in secure zone of earthquake. Key Words : Erathquake, location, land, housing and settlement
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 2
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
I. PENDAHULUAN Secara histografi Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Setiap saat lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami salah satunya adalah Bengkulu. (www.pdat.co.id/hg/politica...19/po diakses pada 6 Mei 2009 jam 13.59 WIB). Gambar 1. memperlihatkan zona resiko bencana gempa bumi.
Gambar 1 Peta Pembagian wilayah gempa di Indonesia (Zona Resiko Gempa Bumi) (sumber: Departemen PU 1987, 16)
Letak Kota Bengkulu yang dipertemuan lempeng tektonik Samudera Hindia dan lempeng tektonik Asia menyebabkan Kota Bengkulu sering dilanda gempa tektonik. Pulau Sumatera termasuk Bengkulu merupakan daerah pegunungan aktif dan merupakan daerah lempeng tektonik. Terjadinya gempa bumi ini, telah menimbulkan korban jiwa, serta arus pengungsian. Bangunan rumah yang rusak berat dan kerusakan infrastruktur lainnya menimbulkan trauma bencana yang cukup mendalam pada masyarakat, adanya trauma pada masyarakat yang diakibatkan oleh gempa perlu suatu konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu, dan diharapkan memberikan pengetahuan tentang tempat tinggal yang tidak menakutkan dikarenakan gempa yang masih berpotensial terjadi di daerah ini. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 3
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Dari latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan permasalahan utama adalah lokasi permukiman yang terletak pada sesar gempa sehingga tidak aman atau tidak cocok untuk lokasi perumahan, maka permasalahan penelitian yang harus dijawab agar dapat memberikan masukan untuk konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu sehingga mempunyai kelayakan lokasi permukiman adalah : Kriteria apa saja yang tepat untuk lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu ? Karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu sehingga mempunyai kelayakan lahan permukiman. II. KAJIAN TEORI Geologi Secara Umum Kondisi geologi / topografi adalah kondisi yang menggambarkan kondisi kemiringan lahan, atau kontur lahan. Semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut mempunyai kemiringan yang semakin besar. Lahan yang baik untuk dikembangkan sebagai area perumahan adalah lahan yang relative landai, memiliki kemiringan yang kecil, sehingga mempunyai potensi pengembangan yang besar. (Supano Sastra M, 2005). Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa geologi/topografi suatu lahan yang baik untuk area perumahan dipilih lahan yang landai. B. Lahan Lahan pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena menjadi masukan utama yang diperlukan untuk aktifitas manusia. (Kustiawan, 1997). Menurut Sanggono dalam Wulandari, 2007, lahan merupakan tempat atau lokasi berdirinya suatu kegiatan. Secara umum lahan mempunyai karakteristik yang membedakan dengan sumberdaya lain, (Kaiser, Godschalk, and Chapin, 1995). Dari pengertian lahan tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting sebagai wadah aktivitas dan mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan sumberdaya alam yang lain. C. Teori Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun social. (Robinson Tarigan, 2004) Menurut Suprano, Sastra M (2005), untuk merencanakan lingkungan perumahan dengan baik, perlu diperhatian beberapa kriteria diantaranya lokasi. Lokasi, perumahan sebaiknya dipilih di daerah yang memberikan akses yang mudah bagi para pemukim (selama-lamanya 30 menit dengan menggunakan alat transportasi umum) untuk menuju tempat kerja dan pusatpusat kegiatan pelayanan yang lebih luas. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan tempat berlangsungnya suatu kegiatan misalnya kegiatan untuk permukiman. A.
Gambar 2 menunjukan kawasan yang terkena gempa bumi di kota Bengkulu
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 4
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Gambar 2 Lokasi Daerah Permukiman yang terkena gempa (Sumber : TIM BENGKULU, Juni 2006)
D. Perumahan dan Permukiman Menurut Doxiadis (1971), permukiman adalah paduan antara unsur manusia dan masyarakatnya, alam dan unsur buatan. Semua unsur pembentuk permukiman tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi serta saling menentukan satu dengan yang lainnya. Lingkungan permukiman merupakan system yang terdiri dari lima elemen, yaitu : Nature (unsur alam), mencakup sumber-sumber daya alam seperti geologi, topografi, hidrologi, tanah, iklim dan unsur hayati seperti vegetasi dan fauna.Man (manusia), mencakup segala kebutuhan pribadinya, seperti kebutuhan biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan dan persepsinya.Society (masyarakat), manusia merupakan bagian dari masyarakatnya. Shell (lindungan), tempat dimana manusia sebagai individu dan kelompok melakukan kegiatan dan kehidupannya. Network (jejaring), merupakan system alami atau yang dibuat manusia untuk menunjang berfungsinya lingkungan permukimannya, seperti jalan, jaringan air bersih, telepon, system persampahan dan lain sebagainya. Kajian dari teori di atas bahwa dalam pembangunan perumahan lingkungan permukiman harus diperhatikan. E. Mitigasi Bencana Mitigasi bencana, menurut Rachmat (2002) merupakan kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, terutama kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Menurut widodo (2007), resiko terjadinya bencana merupakan fungsi dari ancaman atau bahaya (hazards), fungsi kerentanan dan kemampuan. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non structural, seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 5
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Dari teori tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemilihan lokasi merupakan salah satu bentuk mitigasi non structural. Pemilihannya harus mencakup lokasi yang tidak berada pada zona gempa bumi. III. METODE Metode pembobotan (factor scoring) merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sebelumnya. Variabel yang akan dinilai sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana, dengan menganalisa kelerengan/kemiringan tanah, ketinggian tanah dan pemilihan lokasi aman gempa. Selanjutnya didapat criteria pemilihan lokasi dengan menggunakan metote deskriptif kualitatif. IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Identifikasi Lahan dengan Mitigasi Bencana Untuk mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana variabel yang akan dianalisa adalah : 1. Kondisi kemiringan tanah 2. Kondisi ketinggian tanah 3. Pemilihan lokasi berdasarkan zona gempa bumi Maka hasil yang di dapat dari analisa adalah : 1. Faktor Kemiringan/kelerengan Tanah Jenis tanah di wilayah Kota Bengkulu berdasarkan daerah endapan dibedakan dalam 3 daerah yaitu : 1. Daerah endapan tinggi yang terdapat di sekitar pantai 2. Daerah endapan rendah yang terdapat di tepi air Bengkulu 3. Daerah endapan rendah sekali yang berada di daerah genangan dan rawa. Berdasarkan Peta Tanah Explorasi Sumatera Selatan Tahun 1964, terdapat 2 jenis tanah yaitu : 1. Organosol yang berasosiasi dengan Cleihumus yang terdapat di daerah rawa, sebelah timur Wilayah Kota Bengkulu 2. Aluvial terdapat di daerah dangkalan, sebelah Selatan Wilayah Kota Bengkulu. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Bengkulu dalam buku “Laporan Pemetaan Daerah Rawan Gempa Daerah Sukaraja dsk, Kabupaten Bengkulu Selatan serta Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu”, Kota Bengkulu termasuk kedalam daerah rawan gempa, berdasarkan pada beberapa parameter yaitu : batuan/tanah, sesar/patahan/pelulukan, keairan, morfologi, sudut lereng yang mengakibatkan longsoran batuan/tanah dan kerusakan bangunan serta korban jiwa di daerah bencana. Diketahui bahwa semua daerah mempunyai kondisi kelerangan lahan yang relatif datar/ landai. pada kemiringan lahan di kecamatan yang ada di Kota Bengkulu, kemiringan lahan sangat baik dengan kemiringan 0 – 8% yaitu Kecamatan Sungai Serut, Kampung melayu, Teluk Segara, Muara Bangkahulu, Selebar. Kemiringan lahan sedang dengan kemiringan 9– 16 % kemiringan lahan baik yaitu Kecamatan Ratu agung. Dari analisa di atas maka lahan yang yang baik untuk permukiman adalah lahan yang kemiringannya rendah yaitu 0-3% terdapat pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu, lahan untuk permukiman ini harus disesuaikan dengan zona gempa. Maka berdasarkan analisis kemiringan tanah, daerah kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu adalah sangat baik untuk permukiman. Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 6
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
2.
Faktor Ketinggian Tanah Bahwa semua daerah mempunyai kondisi ketinggian tanah yang relatif datar/ landai. Pada kecamatan Sungai Serut dan Kampung melayu, ketinggian tanah sangat baik dengan ketinggian 0 – 10 m dpl. Sedangkan ketinggian 10 -25 m dpl yaitu ketinggian tanah baik, ada di Kecamatan Gading Cempaka, Ratu Samban, Ratu Agung , Teluk Segara, dan Muara Bangkahulu. Dari analisa di atas maka lahan yang yang baik untuk permukiman adalah lahan yang ketinggiannya rendah yaitu 0 – 10 m dpl terdapat pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu, lahan untuk permukiman ini harus disesuaikan dengan zona gempa. Maka berdasarkan anlisa ketinggian tanah daerah Kecamatan Sungai Serut dan Kampung melayu adalah sangat baik untuk permukiman. 3. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Zona Gempa Bumi Didapat zona kuat di kelurahan Pematang Gubernur, Bentiring dan Nakau (berada Pada Kecamatan Muara Bangkahulu). Daerah ini sangat baik untuk lokasi permukiman. Daerah inig mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil. Zona ini meliputi Daerah Pematang Gubernur, Bentiring dan Nakau. Secara geomorfologi merupakan daerah pada satuan dataran aluvial serta endapan aluvium hampir menempati tiga perempat daerah zona C dan sisanya satuan bergelombang sedang, dengan sudut lereng berkisar antara 10-20°. Kondisi tanah/batuan didominasi oleh endapan aluvial yang terdiri dari bongkah kerikil, pasir, lonan, lumpur dan lempung B.
Analisis Kriteria Pemilihan Lokasi Dalam menentukan kriteria penentu lokasi dapat diambil berdasarkan faktor kemiringan/kelerengan tanah, faktor ketinggian tanah dan pemilihan lokasi berdasarkan zona gempa bumi, yaitu : 1. Kemiringan lahan yang baik untuk permukiman adalah lahan landai / datar antara 0-3% yang berada pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu. 2. Ketinggian lahan, yang rendah adalah 0 – 10 m dpl yang berada pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu. 3. Penentuan lokasi untuk permukiman harus disesuaikan dengan zona gempa bumi di daerah itu yang merupakan daerah rawan gempa bumi, jadi daerah yang dipilih adalah daerah yang berada pada zona kuat dimana pada zona ini mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil. Dari analisa pembahasan didapat zona kuat di kelurahan Pematang Gubernur, Bentiring dan Nakau (berada Pada Kecamatan Muara Bangkahulu), selain itu daerah pada zona sedang juga baik untuk daerah permukiman, daerah pada zona sedang adalah di kelurahan Kandang Limun, Kampung Bali, Sukamerindu, Sawah Lebar, Surabaya, Tanjung Agung, Air Sebakul, dan Betungan. Dari anlisa zona gempa bumi, lokasi yang terbaik untuk permukiman adalah daerah yang berada pada zona kuat yaitu kelurahan Pematang Gubernur, Bentiring dan Nakau yang berada Pada Kecamatan Muara Bangkahulu. Adanya zona-zona gempa bumi ini memudahkan dalam pemilihan lokasi permukiman, yaitu dengan memilih zona yang kuat atau zona sedang sebagai daerah permukiman. V. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang berhasil diperoleh dari penelitian ini adalah hasil identifikasi lahan dan menentukan criteria penentu lokasi untuk permukiman aman gempa di Kota Bengkulu sebagai berikut : Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 7
Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010
Kemiringan tanah untuk daerah permukiman, adalahkemiringan tanah yang paling landai / datar adalah 0 – 3 % terdapat pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu. Ketinggian lahan dalam pemilihan lokasi permukiman,adalah ketinggian lahan yang kecil adalah 0 – 10 m dpl berada pada kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Kampung Melayu. Dalam pemilihan lokasi permukiman, maka zona yang aman adalah zona kuat yaitu daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil. Zona ini meliputi Daerah Pematang Gubernur, Bentiring dan Nakau. Secara geomorfologi merupakan daerah pada satuan dataran aluvial serta endapan aluvium hampir menempati tiga perempat daerah zona C dan sisanya satuan bergelombang sedang, dengan sudut lereng berkisar antara 10-20°. Kondisi tanah/batuan didominasi oleh endapan aluvial yang terdiri dari bongkah kerikil, pasir, lonan, lumpur dan lempung B. Saran-saran. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kriteria pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu, maka dapat disarankan untuk kawasan rawan bencana di Kota Bengkulu yang meliputi kawasan rawan bencana gempa bumi, meskipun memiliki resiko keamanan, kawasan ini tidak seutuhnya tidak dapat dibangun, melainkan pemanfaatannya harus disertai dengan upaya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam. Mitigasi bencana di Kota Bengkulu perlu menjadi pertimbangan di dalam penataan ruang mengingat Kota Bengkulu rawan terjadi bencana Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari sisi lain, untuk menambah wacana pemilihan lokasi perrmukiman aman gempa mengingat banyak Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa bumi. VI. DAFTAR PUSTAKA.
Rapoport, Amos, (1980), Human Aspect of Urban Form, Pergamon Press, Oxford. Doxiadis, Constantinos A, (1968), Ekisticks an Introduction To The Science Of Human Settlement. Pemerintah Kota Bengkulu, (2007), Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pemerintah Kota Bengkulu. Pemerintah Kota Bengkulu, (2008), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu. Pemerintah Kota Bengkulu, (2008), Kota Bengkulu Dalam Angka. Sastra M Suparno, (2005), Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi, Yogyakarta. Tarigan, Robinson, (2005), Perencanaan Pembangunan Wilayah, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Rachmat, Agus, (2002), Manajemen Dan Mitigasi Bencana, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat. Dardak, Hermanto, (2006), Peranan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sebagai Instrumen Mitigasi Bencana, Paper, Disampaikan Pada Seminar Nasional dalam pengendalian Pemanfaatan Ruang Sebagai Instrumen Mitigasi Bencana, Surabaya. Surakhmad, Winarno, (1994), Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar Metode Widodo, Amien, (2008), Usulan Pemetaan Kawasan Beresiko di Sekitar Tanggul Lumpur. Hhtp://www.hotmudflow.com/tanggal akses 2 mei 2008.
Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | 8