HUBUN NGAN AN NTAR KEL LENTING GAN KELU UARGA, D DUKUNGAN SOS SIAL, DAN N KESEJA AHTERA AAN KELU UARGA N NELAYAN N AH RAWA AN BENC CANA DI DAERA
RAHM MA NUR PRAPTIWI
RTEMEN ILMU KELUA ARGA DAN N KONSUMEN DEPAR FAKULT TAS EKOLO OGI MANUSIA UT PERTANIAN BOG GOR INSITITU 9 2009
ABSTRACT
RAHMA NUR PRAPTIWI. The Correlation between Family Resilience, Social Support, and Fisherman Family Welfare at Disaster Gristle Region. Under Supervised by EUIS SUNARTI and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI Fisherman family is constitute vulnerable family because living at disaster gristle region as coast. Facing region that disaster gristle, fisherman shall have family robustness that one of part it is family resilience. To strengthen family resilience needed by social support of a variety part as family, neighbour, and government or society institute. Social support of various part will help most composes it family resilience in face crisis so will increase welfare. To the effect of observational it is subject to be elaborate fisherman family robustness especially analyze relationship among family resilience, social support and wellbeing fisherman family at disaster gristle region. The research methods is cross sectional study with 80 sample utilize proportional random sampling. Analysis data that is utilized Independent Sample's difference T-test to see the difference among manager fisherman family and labour, factor analysis, and Pearson's correlation. Key process on family resilience is family belief system, organizational pattern, and communication process. The third key process of family resilience on fisherman family comprises high. It may because of sensory accept or defenseless, easy access and dependable information society which high. In common, fisherman family resilience includes in high category. Have no distinctive on family resilience zoom that significantly among manager fisherman family and labour. According to factor analysis, prescriptive factors family resilience is family belief system, organizational pattern and communication process. Making meaning of diversity, positive outlook, trancendence and spirituality, conectedness, and open emotional sharing are family belief systems factor. Clarity and collaborative problem solving are communication process factor. Keyword: resilience, social support, fisherman family, family well-being
RINGKASAN RAHMA NUR PRAPTIWI. Hubungan Antar Kelentingan Keluarga, Dukungan Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Wilayah Rawan Bencana Alam. Dibimbing Oleh EUIS SUNARTI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI Keluarga nelayan merupakan keluarga yang rentan karena tinggal di daerah rawan bencana seperti pesisir. Oleh karena itu, nelayan harus memiliki ketahanan keluarga yang salah satu bagiannya adalah kelentingan keluarga. Untuk memperkuat kelentingan keluarga dibutuhkan dukungan sosial dari berbagai pihak seperti keluarga, tetangga, pemerintah atau lembaga masyarakat. Dukungan sosial dari berbagai pihak akan membantu terciptanya daya lenting keluarga dalam menghadapi krisis sehingga akan meningkatkan kesejahteraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ketahanan keluarga nelayan terutama menganalisis hubungan antar kelentingan keluarga, dukungan sosial dan kesejahteraan keluarga nelayan di daerah rawan bencana. Disain penelitian ini adalah cross sectional dan retrospektif. Metode retrospektif digunakan untuk mengetahui data tingkat kelentingan dan dukungan sebelum terjadi bencana alam serta pendapatan nelayan pada musim biasa dan panen. Pengumpulan data dilakukan di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis pada bulan Febuari-Maret 2009. Desa Pangandaran dipilih karena di desa tersebut memiliki banyak warga yang memiliki profesi sebagai nelayan dan termasuk dalam daerah rawan bencana. Populasi adalah nelayan yang tinggal di Desa Pangandaran. Total nelayan di Desa Pangandaran sebanyak 867 keluarga yang tersebar di 9 RW, tetapi hanya 3 RW yang penduduknya sebagian besar berprofesi nelayan, yaitu RW 3, RW 7, dan RW 9. Total contoh adalah 80 responden yang diambil secara proportional random sampling dan terdiri dari 53 keluarga nelayan juragan dan 27 keluarga nelayan buruh. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) karakteristik keluarga (umur, besar keluarga, tingkat pendidikan, lama pendidikan, pendapatan perkapita, jumlah kepemilikan aset, nilai kepemilikan aset, akses informasi, sumber informasi dan jenis informasi), (2) dukungan sosial (dukungan sosial keluarga, dukungan sosial tetangga, dukungan sosial pemerintah atau lembaga masyarakat), (3) kelentingan keluarga (sistem kepercayaan keluarga, pola organisasi, proses komunikasi) Walsh (2002), (4) kesejahteraan keluarga (kesejahteraan keluarga objektif dan kesejahteraan keluarga subjektif). Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum lokasi penelitian. Analisis data menggunakan komputer program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16. Data diolah melalui proses editing, coding, skoring, entry, cleaning, dan selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji-uji yaitu: uji beda independent sample T-test untuk melihat adanya perbedaan variabel antara keluarga nelayan juragan dan buruh, analisis faktor untuk melihat faktorfaktor yang menentukan terhadap daya lenting dan analisis korelasi Pearson untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti. Karakteristik keluarga digambarkan oleh besar keluarga, umur suami dan isteri, tingkat dan lama pendidikan, pendapatan per kapita, kepemilikan aset, akses, sumber, dan jenis informasi. Proporsi terbesar keluarga nelayan juragan (50.94%) dan keluarga nelayan buruh (74.07%) termasuk dalam keluarga kecil (≤ 4 orang). Kategori keluarga kecil banyak terlihat pada nelayan buruh. Proporsi terbesar umur contoh termasuk dalam kategori usia produktif. Umur suami
berkisar antara 22 tahun hingga 65 tahun, sedangkan umur isteri 20-62 tahun. Sekitar setengah dari isteri baik nelayan juragan maupun buruh memiliki tingkat pendidikan tamat SD, sedangkan suami buruh yang tamat SD lebih besar dari suami juragan. Lama pendidikan baik isteri maupun suami tidak tamat wajib belajar (≤9 tahun). Rata-rata lama pendidikan isteri juragan sebesar 6.09 tahun, isteri buruh 7.48 tahun, suami juragan 5.89 tahun, dan suami buruh 7.37 tahun. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga nelayan juragan (Rp 1 191 015) lebih besar dibandingkan keluarga nelayan buruh (Rp 513 018). Hampir seluruh keluarga nelayan juragan (98.11%) dan sebagian besar nelayan buruh (81.48%) memiliki aset lebih besar dari tiga kali kebutuhan minimum per bulan. Data ini menunjukkan, apabila terjadi kekurangan atau pendapatan, aset keluarga nelayan buruh tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga dalam 3 bulan. Sebagian besar keluarga nelayan juragan (84.90%) dan buruh (77.78%) mudah memperoleh informasi. Sumber informasi sebagian besar keluarga nelayan juragan (81.13%) dan buruh (74.07%) memiliki sumber informasi dari TV. Jenis informasi yang biasa diakses adalah cuaca. Dukungan sosial digambarkan dari dukungan sosial keluarga luas, tetangga, dan pemerintah atau lembaga masyarakat. Dukungan sosial keluarga besar dan tetangga termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan dukungan sosial pemerintah/lembaga masyarakat pada keluarga nelayan juragan termasuk dalam kategori tinggi dan pada keluarga nelayan buruh termasuk dalam kategori rendah dan sedang. Hal ini menunjukkan hubungan antara keluarga luas dan tetangga dengan keluarga contoh di Desa Pangandaran masih erat, sedangkan dukungan pemerintah/lembaga masyarakat sebagian besar diterima oleh keluarga nelayan juragan. Kelentingan keluarga dilihat dari proses kunci kelentingan keluarga menurut Walsh (2002) yaitu sistem kepercayaan keluarga, pola organisasi, dan proses komunikasi. Semua peubah kelentingan keluarga (sistem kepercayaan keluarga, pola organisasi, dan proses komunikasi) termasuk dalam kategori tinggi. Sistem kepercayaan keluarga terdiri dari pemaknaan terhadap kemalangan, pandangan positif, serta kesadaran dan spiritualitas. Tingginya sistem kepercayaan keluarga menandakan setiap dimensi sistem kepercayaan keluarga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini mungkin karena perasaan menerima atau pasrah yang tinggi pada keluarga contoh. Pola organisasi terdiri dari fleksibilitas, keterkaitan, dan sumberdaya sosial dan ekonomi. Tingginya pola organisasi mungkin karena mudahnya contoh mendapatkan informasi. Proses komunikasi terdiri dari kejelasan, ekspresi emosi secara terbuka, dan kolaborasi penyelesaian masalah. Tingginya proses komunikasi mungkin karena ketergantungan dan kedekatan masyarakat yang tinggi sehingga proses komunikasi dapat berjalan baik. Berdasarkan analisis faktor, faktor yang menentukan sistem kepercayaan keluarga adalah pemaknaan terhadap kemalangan, pandangan positif, kesadaran dan spiritualitas, keterkaitan dan ekspresi emosi secara terbuka. Faktor yang menentukan pola organisasi adalah fleksibilitas dan sumberdaya sosial ekonomi. Faktor yang menentukan proses komunikasi adalah kejelasan dan kolaborasi penyelesaian masalah. Kesejahteraan keluarga digambarkan dari kesejahteraan objektif yang diukur berdasarkan pendapatan per kapita per bulan dan kesejahteraan subjektif berdasarkan kepuasan contoh. Kesejahteraan keluarga nelayan tergantung kepada musim. Kesejahteraan objektif pada musim panen baik keluarga nelayan juragan maupun buruh termasuk dalam kategori tidak miskin, pada musim paceklik baik keluarga nelayan juragan termasuk dalam kategori sangat miskin, dan pada musim biasa keluarga nelayan juragan termasuk dalam kategori tidak miskin dan pada keluarga nelayan buruh termasuk dalam kategori sangat miskin.
Menurut kesejahteraan subjektif, keluarga nelayan juragan dan buruh termasuk dalam kategori sejahtera. Terdapat hubungan yang positif (r=-0.247, p<0.05) antara pendapatan per kapita total per bulan dengan tingkat kelentingan keluarga. Terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial keluarga luas (r=0.222, p<0.05) dan dukungan sosial pemerintah (r=0.398, p<0.01) dengan tingkat kelentingan. Hal ini menunjukkan kelentingan berhubungan erat dengan pendapatan dan dukungan sosial. Terdapat hubungan yang positif antar lama pendidikan isteri dengan kesejahteraan objektif pada musim paceklik (r=0.275, p<0.05) dan biasa (r=0.228, p<0.05). Hal ini menunjukkan pendidikan berhubungan erat dengan kesejahteraan. Terdapat hubungan yang negatif antara tingkat kelentingan, sistem kepercayaan, dan proses komunikasi dengan kesejahteraan objektif pada musim paceklik. Hal ini karena kelentingan muncul saat terjadi krisis berupa pendapatan yang menurun. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat kelentingan (r=0.362, p<0.01), sistem kepercayaan (r=0.298, p<0.05), dan proses komunikasi (r=-0.304, p<0.01) dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukkan semakin lenting keluarga semakin tinggi rasa puas keluarga (kesejahteraan subjektif tinggi). Hubungan yang positif pada variabel kelentingan keluarga menandakan dengan meningkatkan salah satu variabel kelentingan keluarga maka variabel kelentingan keluarga yang lainnya akan meningkat. Terdapat hubungan yang positif pada variabel-variabel dukungan sosial. Hal ini menandakan dengan meningkatkan satu variabel dukungan sosial akan meningkatkan variabel dukungan sosial yang lain. Terdapat hubungan yang negatif (p=-0.280, p<0.05) antara kesejahteraan objektif di setiap musim dengan kesejahteraan subjektif. Adanya perasaan puas (kesejahteraan subjektif tinggi) membuat mereka dapat bertahan dari krisis yang menerpa. Tingkat kelentingan pada keluarga contoh termasuk tinggi, tetapi ada beberapa yang perlu diperbaiki seperti bagaimana membangun keamanan finansial berupa manajemen keuangan keluarga. Bagi pemerintah desa sebaiknya mengadakan penyuluhan mengenai membangun keamanan finansial, manfaat, dan cara menabung di bank. Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan, sebaiknya pemerintah Desa Pangandaran memerhatikan kualitas pendidikan terutama pendidikan wajib belajar. Bagi Dinas Perikanan dan Kelautan sebaiknya memberikan penyuluhan, pemantauan, dan pendampingan kepada keluarga nelayan tentang bagaimana memanfaatkan sumberdaya pesisir yang terbaik agar tidak menganggu keseimbangan ekosistem sumberdaya pesisir. Kelentingan keluarga merupakan isu baru di Indonesia, maka sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai kelentingan diri maupun keluarga di tempat dan karakteristik yang berbeda. Berdasarkan hasil uji analisis faktor, sub peubah kelentingan keluarga belum sesuai dengan teori proses kunci kelentingan keluarga, sehingga untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan elaborasi instrumen kelentingan keluarga yang lebih mendalam.
HUBUNGAN ANTAR KELENTINGAN KELUARGA, DUKUNGAN SOSIAL, DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DAERAH RAWAN BENCANA
RAHMA NUR PRAPTIWI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSITITUT PERTANIAN BOGOR 2009
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Hubungan Antar Kelentingan Keluarga, Dukungan Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Daerah Rawan Bencana
Nama
:
Rahma Nur Praptiwi
NRP
:
I24053645
Disetujui
Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi
Dr. Ir. Euis Sunarti, MS Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui
Dr. Ir. Hartoyo, MSc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Penelitian ini berjudul Hubungan Antar Kelentingan Keluarga, Dukungan Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Daerah Rawan Bencana. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: −
Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si selaku pembimbing skripsi pertama atas bimbingannya
selama
penulis
kuliah
dan
menyelesaikan
skripsi
di
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen −
Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi selaku pembimbing skripsi kedua atas bimbingan arahan dan informasinya dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini
−
Dr. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen penguji atas saran-saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini
−
Staf BPS, Kesatuan Bangsa, Departemen Sosial, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis serta Staf kantor Kecamatan dan Desa Pangandaran yang sudah memberikan banyak bantuan dan informasi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik
−
Sri Rahayu, Bapak dan Ibu Sri, A’ Wanto, A’ Ian, Teh Santi dan segenap warga desa Pangandaran yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian.
−
Ayahanda, ibunda, Fauzia, dan almarhum Arkan atas segala perhatian, motivasi, dan kasih sayangnya.
−
Fitri, Christin, dan Esti sebagai teman satu penelitian, saudariku Teh Puspa dan Ka Nisa atas dukungan dan semangat yang diberikan.
−
Pril, Tias, Ratna, Hani, Wati, Indri, Jantri, dan teman-teman se-kostan yang selalu menemani baik dalam suka dan duka.
−
Sri Rahayu, Tante Epil, Dede Chandri, Om Febi, Mas Dayat, Novida, Ina, Nisun, Lusi, Ana, Asroheni, Ibu Endah, Jeng Shely, Jeng Ari, Wulan, Neng Tika, Dini, Anne, Nchi, Eka Wulida, Equ, Indri, Dhina, Vivi, Heni, Vina, Rani, Dinda dan semua yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian penelitian ini.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menyadari masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga hasil karya ini bisa bermanfaat luas bagi masyarakat, institusi pendidikan dan dapat memberikan masukan kepada pemerintah. Amin.
Bogor,
Agustus 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 13 Januari 1988 dari pasangan Drs Tri Widjatmaka, SE.ME dan Dra Praptilah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan dari TK Aisyiah 1 Depok pada tahun 1992, setelah itu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Depok Baru III dari tahun 1993 sampai lulus pada tahun 1999. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 2 Depok dari tahun 1999 sampai lulus pada tahun 2002, kemudian penulis meneruskan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Depok sampai lulus pada tahun 2005. Selepas lulus dari SMA tahun 2005, penulis berhasil diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Institut Pertanian Bogor. Setelah mengikuti Tahap Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun, akhirnya penulis diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi selama 3 semester sejak tahun ajaran 2007/2008 sampai tahun ajaran 2008/2009. Selain itu, penulis pun mendapat beasiswa PPA sejak tahun 2008 sampai 2009. Penulis merupakan bendahara dari klub konsumen, anggota klub bahasa Inggris, anggota klub tumbuh kembang anak, dan tim editing pada Creakkr’z (mading mahasiswa IKK) Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2008, peneliti merupakan Dirjen Ekologi Departemen Kebijakan Publik dan Ekologi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia IPB.