Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
KINERJA MUDHARABAH DITINJAU DARI RASIO CAMEL PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Kristin Natalia
[email protected]
Fidiana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of CAMEL ratio to the mudharabah performance which is proxy by the mudharabah profit portion. The population in this research is Syariah commercial banks which are listed in Bank Indonesia (BI). In this research, the sample collection technique has been determined by using purposive sampling, and based on the criteria 3 Syariah commercial banks have been selected as samples. The research data is secondary data which is the quarterly financial report of Syariah commercial Banks which have been published by Bank Indonesia during the year of 2009 until 2012. The data analysis is performed by using multiple linear regressions and classic assumption test analysis technique. The result of research shows that the NPF variable has negative influence to the performance of mudharabah since good financing management will reduce high problematic financing. The ROA variable has positive influence to the mudharabah performance since the bank position is getting better in terms of the use of assets so it can generate profit. Meanwhile, CAR, GWM and FDR variables do not have any influence to the mudharabah performance. Keywords:Performance, Mudharabah Financing, CAMEL Ratio.
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja mudharabah diproksikan dengan porsi laba mudharabah. Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI). Dalam penelitian ini, ditetapkan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka sampel yang layak digunakan sebanyak 3 bank umum syariah. Data penelitian ini merupakan data sekunder laporan keuangan triwulanan bank umum syariah yang dipublikasikan oleh BI selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPF berpengaruh negatif terhadap kinerja mudharabah karena pengelolaan pembiayaan yang baik akan mengurangi tingginya pembiayaan bermasalah. Variabel ROA berpengaruh positif terhadap kinerja mudharabah karena posisi bank semakin baik dari segi penggunaan aset sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Sedangkan variabel CAR, GWM dan FDR tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Kata-kata kunci: kinerja, pembiayaan mudharabah, rasio CAMEL
PENDAHULUAN Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan melihat, islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham liberalisme dan pragmatisme sempit menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2 Karakteristik dasar dari perbankan syariah yang antara lain melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat bank syariah diidentikan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompetitif bagi bank syariah. Operasional bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank). Bank syariah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1999 hingga saat ini. Pada tahun 2012 telah tercatat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2628 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah sehingga perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya lebih cepat lagi. Bank syariah memiliki beberapa macam pembiayaan, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih bisa menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk lebih berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki ke dalam pembiayaan mudharabah. Mudharabah pada dasarnya membutuhkan rasa saling percaya yang tinggi antara pemilik dana dan pengelola dana, pembagian keuntungan harus dalam bentuk nisbah atau persentase yang telah disepakati. Apabila terjadi kerugian, yang menanggung kerugian itu hanya si pemilik dana, pengelola dana tidak menanggung kerugian tersebut, kecuali kerugian itu terjadi akibat kesalahan yang dilakukan si pengelola dana. Sedangkan rentan waktu yang digunakan dalam akad mudharabah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Islam mensyariatkan dan membolehkan untuk memberi keringanan kepada manusia. Terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan memproduktifkan. Dan terkadang orang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan memproduktifkannya. Karena itu syariat membolehkan muamalah ini, supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya sehingga terwujud kerja sama harta dan amal. Berdasarkan data BI tahun 2012 akad mudharabah mampu menghimpun dana relatif besar, meskipun masih kalah jauh dari murabahah. Di kalangan praktisi perbankan syariah memang sering ada pendapat bahwa banyak masyarakat menyimpan uang di perbankan syariah dengan sistem mudharabah karena bagi hasilnya tinggi, sehingga masyarakat merasa “diuntungkan”. Sebaliknya dalam urusan pembiayaan masyarakat justru menghindari mudharabah, karena bagi hasilnya tinggi di mana yang diuntungkan adalah pemilik modal (bank). Hal ini memang sungguh disayangkan karena meskipun perbankan syariah berprinsip sistem bagi hasil, tetapi pada kenyataannya total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah). Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih mengembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor rill di Indonesia karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3 dan hanya pada usaha produktif. Dalam pandangan Islam, uang dapat berkembang hanya dengan suatu produktivitas yang nyata. Melihat peranan bank syariah yang besar dalam industri perbankan di Indonesia dengan kemampuannya dapat bertahan saat krisis melanda, kinerja perbankan syariah di Indonesia perlu untuk lebih ditingkatkan. Penilaian kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan analisis terhadap laporan keuangannya.Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh perusahaan perbankan. Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang masih didominasi struktur asetnya sekitar ±98% oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) relatif cukup baik, tercermin dari (a) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan rata-rata FDR sebesar 97,16%; (b) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan rata-rata CAR sebesar ±15,17%; dan (c) tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) masih di bawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,72% dan bahkan untuk posisi Desember 2012 mencapai 2,22%. Sedangkan laba tumbuh 72,3% menjadi Rp2,5 triliun.Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir cukup menggembirakan, dimana total asetnya meningkat menjadi Rp199,72 triliun dan melebihi tahun sebelumnya sebesar Rp187,2 triliun. Sebagai pelaksanaan salah satu fungsi pengawasan, BI telah menerapkan standar tingkat kesehatan yang berdasarkan pada lima komponen utama yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), kualitas manajemen (management), profitabilitas (earning), dan tingkat likuiditas (liquidity) atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja mudharabah. Yang terdiri dari rasio CAR(Capital Adequacy Ratio) sebagai ukuran capital, rasio NPF (Non Performing Financing) sebagai ukuran asset quality, rasio GWM (Giro Wajib Minimum) sebagai ukuran management, rasio ROA(Return On Asset) sebagai ukuran earning, dan rasio FDR (Financing To Deposit Ratio) sebagai ukuran liquidity. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah untuk penilaian kinerja menggunakan kinerja mudharabah diproksikan dengan laba mudharabah yang dihitung menggunakan porsi laba mudharabah, periode tahun penelitian dan mengambil tiga sampel bank umum syariah di Indonesia. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing),GWM (Giro Wajib Minimum), ROA(Return On Asset) dan FDR(Financing To Deposit Ratio). TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Mudharabah Mudharabah merupakan pembiayaan atau penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan untuk modal usaha seluruhnya berasal dari pihak pemilik dana (shahibul maal). Tujuan pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu tujuan untuk tingkat ekonomi makro dan mikro. Tujuan pembiayaan mudharabah untuk tingkat makro diantaranya, peningkatan ekonomi umat, tersedianya dana untuk peningkatan usaha, peningkatan produktifitas, pembukaan lapangan kerja baru, dan terjadinya distirbusi pendapatan. Sedangkan tujuan mikro adalah maksimalisasi laba, minimalisasi resiko,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4 pendayagunaan sumber daya ekonomi yang merupakan mixing antara sumber daya modal dan untuk menyalurkan kelebihan dana. Adapun fungsi pembiayaan mudharabah adalah meningkatkan daya guna uang dan barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan usaha, meningkatkan stabilitas ekonomi dan sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Kinerja perusahaan merupakan pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang berorientasi pada laba (profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri, tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba bank syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan atas penanaman dana dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien dan efektif, baik atas dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat (dana pihak ketiga), serta dana modal pemilik atau pendiri bank syariah maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana tersebut (Muhammad, 2005). Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir, 2004). Menurut Arifin (2009) fungsi penggunaan dana yang terpenting bagi bank komersial adalah fungsi pembiayaan. Pembiayaan merupakan indikator utama untuk mengukur perkembangan atau pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional. Kualitas pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja yang membaik dengan ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan perbankan syariah diproksikan dengan ukuran laba mudharabah yang dihitung menggunakan porsi laba mudharabah. Rasio CAMEL CAMEL digunakan pertama kali di Amerika pada tahun 1980an. Namun untuk di Indonesia sendiri, rasio CAMEL baru digunakan setelah Peraturan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR pada tahun 1997 dan Surat Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tahun 1998 tentang analisis CAMEL dikeluarkan.Analisis CAMEL dan ditetapkan sebagai panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Rasio model CAMEL yaitu pertama, komponen capital digunakan untuk menilai tingkat kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Kedua, komponen asset quality digunakan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Ketiga, komponen management digunakan untuk menilai kemampuan manajerial pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan komitmen bank kepada Bank Indonesia. Keempat, komponen earning digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Kelima, komponen liquidity digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5 tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul (Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS). Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bank, metode CAMELadalah metode standar yang digunakan oleh bank sentral hampir di seluruh dunia. Bank sentral mempunyai kewajiban dan wewenang untuk menjaga dan mengendalikan bank-bank yang ada di dalam industri perbankannya. Untuk melakukan kontrol terhadap kinerja maka bank sentral mewajibkan bank-bank untuk mengirimkan laporan keuangan secara berkala baik berupa laporan mingguan, triwulan, semester, maupun laporan tahunan. Capital Adequaty Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain-lain (Dendawijaya, 2000). CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Pada bank syariah perhitungan ATMR sedikit berbeda dengan bank konvensional. Aktiva pada bank syariah dibagi atas aktiva yang dibiayai dengan modal sendiri serta aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Muhammad,2005). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan hutang risikonya ditanggung modal sendiri, sedangkan yang didanai oleh rekening bagi hasil risikonya ditanggung oleh rekening bagi hasil itu sendiri. BerdasarkanPeraturan Bank Indonesia No.9/13/PBI/2007 tentang “Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar” tanggal 1 November 2007, bank wajib memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan baik risiko pasar maupun risiko kredit adalah minimal sebesar 8%. CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif, semakin rendah biaya dana (bunga dana) yang dikeluarkan oleh bank. Semakin rendah biaya dana akan semakin meningkatkan perubahan laba bank. Demikian sebaliknya semakin rendah dana sendiri maka akan semakin tinggi biaya dana dan semakin rendah perubahan laba bank. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doloksaribu (2012) dan Putri (2010) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba. Sehingga dalam penelitian ini berpengaruh pula terhadap porsi laba mudharabah. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H1: CAR berpengaruh positif terhadap kinerja mudharabah. Non Performing Finance (NPF) Kredit bermasalah merupakan hal yang tidak menggembirakan bagi pihak bank. Hal ini disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2005). Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya non performing loan (NPL), dalam terminologi bank syariah disebut non perfoming financing (NPF). NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6 Menurut Antonio (2001) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan sebaliknya. Menurut surat edaran BI No. 9/24/DPbs, NPF digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi NPF maka semakin kecil pula perubahan labanya. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima bank akan berkurang dan biaya untuk pencadangan penghapusan piutang akan bertambah yang mengakibatkan laba menjadi menurun atau rugi menjadi naik (Kasmir, 2009). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2012) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan diperkuat oleh Rahman (2009) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan laba. Sehingga dalam penelitian ini dapat berpengaruh pula terhadap porsi laba mudharabah. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H2:NPF berpengaruh negatif terhadap kinerja mudharabah. Giro Wajib Minimum (GWM) Giro wajib minimum (GWM) adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga bank atau DPK (merupakan kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing). Dalam perhitungan GWM, DPK berpedoman kepada laporan DPK dalam rupiah dan valuta asing pada Laporan Berkala Bank Umum. Ketentuan besarnya GWM rupiah yang harus dipelihara oleh Bank dari waktu ke waktu mengalami perubahan, misalnya pada tahun 1992 sebesar 2% tahun 1997 menjadi 3% dan tahun 1998 menjadi 5% sejak 1 Juli 2004.BerdasarkanPeraturan BI No. 10/25/PBI/2008 tentang GWM bagi Bank Umum dalam rupiah dan valuta asing tanggal 23 Oktober 2008, primary reserve yang ditetapkan oleh Bank Indonesia minimal 5% dari total dana pihak ketiga (DPK), secondary reserves 2,5% dari total dana pihak ketiga (DPK), dan 1% dari total DPK untuk valuta asing. GWM merupakan perbandingan giro pada Bank Indonesia dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun.Berdasarkan penelitian Pramesthi dalam Khasanah (2010), semakin besar dana pihak ketiga yang disimpan pada giro BI, maka pendapatan bunga akan menurun, karena BI memberikan bunga yang rendah untuk disimpan di BI, sehingga semakin besar BI semakin besar GWM semakin kecil perubahan laba. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruroh dalam Khasanah (2010) yang menunjukkan bahwa GWM berpengaruh terhadap kinerja perbankan. Sehingga dalam penelitian ini dapat berpengaruh pula terhadap porsi laba mudharabah. Maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H3: GWM berpengaruh negatif terhadap kinerja mudharabah. Return on Asset (ROA) ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. Menurut Dendawijaya (2000), alasan penggunaan ROA ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang mana sebagian besar dananya berasal dari masyarakat dan nantinya oleh bank, juga harus disalurkan kembali kepada masyarakat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, standar ROA yang baik adalah sebesar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7 1,5%, meskipun ini bukan suatu keharusan. Dan terdapat dua cara perhitungan rasio ini yaitu secara teoritis dan secara praktis (sesuai perhitungan Bank Indonesia). Jika secara teoretis yang digunakan adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset. ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut (Dendawijaya, 2003). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010) dan Wibowo (2007) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank. Sehingga dalam penelitian ini dapat berpengaruh pula terhadap porsi laba mudharabah. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H4: ROA berpengaruh positif terhadap kinerja mudharabah. Financing Deposit to Ratio (FDR) FDR adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada khususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran FDR, yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti memenuhi commitment financing, antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban bagi bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada di bawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money). FDR (Financing Deposit to Ratio) mencerminkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan modal. Semakin tinggi aset perbankan semakin tinggi pula kemampuan dalammemberikan pinjaman sehingga semakin tinggi pula FDRnya, yang mengakibatkan semakin tinggi pula pendapatan perbankan (Kasmir, 2009). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba. Hasil ini diperkuat oleh penelitianPutri (2010) menyatakan bahwa LDR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Dan Wifkiya (2008) juga menyatakan bahwa FDR berpengaruh terhadap laba. Sehingga dalam penelitian ini dapat berpengaruh pula terhadap porsi laba mudharabah. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut: H5 : FDR berpengaruh positif terhadap kinerja mudharabah. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia yang berjumlah 11 bank. Fenomena yang diteliti adalah kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8 mudharabah ditinjau dari rasio CAMEL. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia sampai dengan tahun 2012, (2) Bank syariah yang secara rutin mempublikasikan laporan keuangan triwulanan selama periode pengamatan yaitu triwulan I tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2012 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp), (3) Bank syariah yang beroperasi minimal selama 10 tahun, (4) Bank syariah yang memiliki kelengkapan data berdasarkan variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel hanya tiga bank umum syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Kinerja Mudharabah Kinerja mudharabah diproksikan dengan laba mudharabah yang dihitung menggunakan porsi laba mudharabah. Laba yang digunakan untuk perhitungan porsi laba mudharabah adalah laba tahun berjalan atau laba sebelum pajak. Hal ini dilakukan untuk menghindari besaran pajak yang berbeda-beda pada masing-masing periode (Wifkiya, 2008). Pembiayaan Mudharabah Porsi Laba Mudharabah = x 100% Laba tahun berjalan Variabel Dependen Capital Adequacy Ratio(CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2000). CAR dapat diperoleh rumus sebagai berikut: Jumlah Modal CAR = x 100% Jumlah ATMR Non Performing Financing (NPF) NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. NPF dapat diperoleh rumus sebagai berikut (Triasdini, 2010): Pembiayaan Bermasalah NPF = x 100% Total Pembiayaan yang Disalurkan Giro Wajib Minimum(GWM) GWM adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga bank atau DPK (merupakan kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing).GWM dapat diperoleh rumus sebagai berikut: Jumlah harian saldo rekening giro bank pada BI GWM = x 100% Rata-rata harian produk BPK bank
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9 Return on Asset (ROA) ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. ROA menurut ketentuan BI adalah sebagai berikut: Laba Sebelum Pajak ROA = x 100% Rata-rata Total Aset Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito) dan tabungan. FDR dapat diperoleh rumus sebagai
berikut: FDR =
Total Pembiayaan yang Disalurkan Dana Pihak Ketiga
x 100%
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini akan diuji dengan satu persamaan regresi yaitu: LMdrb = a + b1CAR + b2NPF + b3GWM + b4ROA + b5FDR + e Keterangan : LMdrb a b1, b2, b3, b4, b5 CAR NPF GWM ROA FDR e
= = = = = = = = =
porsi laba mudharabah konstanta koefisien regresi capital adequacy ratio non performing financing giro wajib minimum return on asset financing to deposit ratio error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu kinerja mudharabah, CAR(Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), GWM (Giro Wajib Minimum), ROA(Return On Asset) danFDR(Financing To Deposit Ratio). Tabel 1 Statistik Deskriptif N Lmdrb CAR NPF GWM ROA FDR Valid N (listwise) Sumber: Output SPSS, diolah
Minimum 48 48 48 48 48 48 48
.00 .10 .01 .05 .00 .78
Maximum 3.91 .15 .09 .07 .04 1.04
Mean .6709 .1251 .0371 .0528 .0201 .8932
Std. Deviation .78601 .01300 .01422 .00377 .00798 .06094
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10 Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari kinerja mudharabah adalah 67,09%, hal ini menunjukkan bahwa kinerja mudharabah ketiga bank syariah tersebut baik karena kualitas pembiayaan syariah menunjukkan kinerja yang membaik dengan ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan. CAR memiliki mean sebesar 12,51%, hal ini menunjukkan bahwa ketiga bank syariah tersebut tergolong sehat karena memiliki nilai rata-rata di atas standar BI yaitu CAR> 8%. NPF memiliki mean sebesar 3,7%, hal ini menunjukkan bahwa ketiga bank syariah tersebut tergolong sehat karena memiliki nilai rata-rata berada dibawah standar BI yaitu NPF < 5%. GWM memiliki mean sebesar 5,28%, hal ini menunjukkan bahwa ketiga bank syariah tersebut tergolong sehat karena telah memenuhi ketetapan BI yaitu GWM minimal 5%. ROA memiliki mean sebesar 2%, hal ini menunjukkan bahwa ketiga bank syariah tersebuttergolong sehat dan nilai rata-rata sesuai standar yang ditetapkan BI yaitu ROA > 1,5%. Sedangkan FDR memiliki mean sebesar 89,32%, hal ini menunjukkan bahwa ketiga bank syariah tersebut tergolong sehat karena memiliki nilai rata-rata masih berada pada standar nilai yang ditetapkan BI yaitu antara 85% sampai dengan 110%. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-Plot dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 1 Grafik Hasil Uji Normalitas Data
Berdasarkan grafik normal P-P Plot diatas dapat diketahui bahwa sumbu menyebar sekitar garis diagonal memberikan pola distribusi yang normal, maka dapat disimpulkan bahwa P-P Plot memberikan pola distribusi yang normal.
Uji Heterokesdastisitas Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11 Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Adapun grafik hasil pengujian heterokesdastisitas dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 2 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokesdastisitas dan model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel independen.
Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2005), cara yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah dengan cara menggunakan uji variance inflation factor (VIF). Jika tidak terjadi multikolinieritas maka nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Dan jika terjadi multikolinieritas maka nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10. Hasil pengujian model regresi yang diperoleh menunjukkan nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel CAR NPF GWM ROA FDR Sumber: Output SPSS, diolah
Collinearity Statistics Tolerance .982 .900 .947 .872 .929
VIF 1.019 1.112 1.056 1.147 1.076
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel independen menunjukkan angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinieritas. Maka model regresi yang ada, layak untuk dipakai. Uji Autokorelasi Pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson. Menurut Santoso (2002: 218), deteksi adanya autokorelasi bisa dilihat pada tabel Durbin-Watson, jika angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi diketahui nilai DW adalah 1,414. Berdasarkan hasil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12 tersebut nilai Durbin-Watson berada diantara -2 dan +2 yaitu -2 < 1,414 < 2 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi gejala autokorelasi atau dapat dikatakan bahwa uji autokorelasi terpenuhi. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1, 2, 3, 4 dan 5 Tabel 2 menunjukkan pengujian regresi, yang digunakan untuk menjawab hipotesis 1, 2, 3, 4, dan 5 serta untukmengetahui apakah variabel CAR(Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), GWM (Giro Wajib Minimum), ROA (Return On Asset) dan FDR (Financing To Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Tabel 3 Analisis Regresi LMdrb = a + b1CAR + b2NPF + b3GWM + b4ROA + b5FDR + e
Model (Constant)
Unstandardized Coefficients Std. B Error 3.578 1.766
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
T 2.026
Sig. .049
Tolerance
VIF
CAR
-9.714
5.894
-.164
-1.648
.107
.982
1.019
NPF
-34.071
10.261
-.346
-3.320
.002
.900
1.112
GWM
-32.733
21.170
-.157
-1.546
.130
.947
1.056
ROA
32.049
5.852
.580
5.477
.000
.872
1.147
FDR
-.520
1.323
-.040
-.393
.696
.929
1.076
a. Dependent Variable: LMdrb Sumber: Output SPSS, diolah
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio), GWM (Giro Wajib Minimum) dan FDR (Financing To Deposit Ratio) tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah dan memiliki hubungan yang negatif. NPF (Non Performing Financing) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah dan memiliki hubungan yang negatif dengan nilai p valuenya adalah 0,002. Dan ROA (Return On Asset) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah dan memiliki hubungan yang positif dengan nilai p valuenya adalah 0,000. Dengan demikian hipotesis 1,3 dan 5 ditolak, sedangkan hipotesis 2 dan 4 diterima. Pada pengujian ini variabel CAR tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Hal ini disebabkan karena modal yang cukup besar yang dimiliki bank syariah tidak dikelola secara efektif dan tidak menggunakan seluruh potensi modalnya untuk investasi-investasi yang menghasilkan keuntungan, yang menyebabkan adanya dana yang menganggur sehingga tidak dapat meningkatkan porsi laba mudharabah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wifkiya (2008) yang menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap laba. Variabel GWM tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Hal ini disebabkan karena saldo giro di BI merupakan salah satu alat likuid bank yang tergolong aset yang tidak menghasilkan sehingga tidak menyebabkan kenaikan pada porsi laba mudharabah.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Usman (2002) dan Pramesthi dalam Khasanah (2010) menyatakan bahwa GWM tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Hal ini dikarenakan kewajiban bank untuk menyetor dana ke Bank Indonesia sebagai jaminan Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas, karena sifatnya peraturan maka hal tersebut tidak mempengaruhi perubahan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13 Variabel FDR tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Hal ini disebabkan karena bank syariah tidak menggunakan seluruh dana yang dialokasikan baik untuk penyaluran pembiayaan atau pembelian surat-surat berharga untuk tujuan memperoleh penghasilan yang ada karena sebagian dikembalikan lagi dalam bentuk cadangan tunai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wifkiya (2008) yang menyatakan koefisien yang negatif menunjukkan semakin banyak manajemen bank melempar dana untuk pembiayaan maka semakin besar pengembalian yang akan diperoleh tetapi risiko yang harus ditanggung oleh manajemen bank juga semakin besar. Dan penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Doloksaribu (2012) yang menyatakan hal ini didasari oleh pemikiran bahwa perusahaan perbankan melakukan aktivitas pemberian kredit sebanyak mungkin dengan harapan akan memperoleh laba. Hal yang terjadi akibat aktivitas tersebut tidak sesuai, maka laba yang diharapkan tidak sesuai dan menghasilkan nilai yang tidak signifikan. Uji F Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model sudah tepat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Uji ini dilakukan dengan syarat, jika nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Model Regression Residual Total Sumber: Outpu SPSS, diolah
Tabel 4 Hasil Uji F Sum of Squares Df 17.118 5 11.919 42 29.037 47
Mean Square 3.424 .284
F 12.064
Sig. .000b
Berdasarkan tabel 3 uji ANOVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 12,064 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hasil menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima, artinya model regresi dapat dikatakan sudah tepat. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
R
R Square .768a
Adjusted R Square .590
.541
Std. Error of the Estimate .53272
Sumber: Output SPSS, diolah
Berdasarkan tabel 5, hasil analisis regresi berganda didapatkan koefisien korelasi berganda Adjusted R Square (Adj R2) 0,541 atau 54,1%. Hal ini berarti 54,1% variabel kinerja mudharabah dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu CAR, NPF, GWM, ROA dan FDR. Sedangkan sisanya sebesar 45,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) CAR tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah; (2) NPF berpengaruh terhadap kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14 mudharabah. Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi NPF mengakibatkan tingkat resiko bank makin buruk dan kemungkinan suatu bank syariah dalam kondisi bermasalah semakin besar; (3) GWM tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah; (4) ROAberpengaruh terhadap kinerja mudharabah.Ini mengindikasikan bahwa ROA yang tinggi menunjukan bahwa laba mudharabahbank syariah yang stabil dengan kualitas aktiva yang sudah baik; (5) FDR tidak berpengaruh terhadap kinerja mudharabah. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa kurangnya periode yang digunakan sehingga mungkin belum dirasakan efek dari kinerja mudharabah pada bank umum syariah yang menjadi sampel. Serta sampel penelitian yang hanya menggunakan tiga bank umum syariah. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat menambah atau mengganti variabel-variabel yang dirasa kurang berpengaruh dan menggunakan laporan keuangan tahunan atau bulanan serta menambah sampel penelitian.Dapat pula mengganti kinerja mudharabah dengan kinerja musyarakah atau kinerja pembiayaan yang lain sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih bervariatif. DAFTAR PUSTAKA Adnan, A. 2005. Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah (Studi Kasus pada BMI). Sinergi Kajian Manajemen dan Bisnis. Edisi Khusus on Finance: 3552. Balai Diklat Keuangan III Yogyakarta dan FE UII. Yogyakarta. Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta. Arifin, Z. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Alvabet. Jakarta. _______. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Azkia Publisher. Jakarta. Bank Indonesia. Laporan Keuangan Publikasi. http://www.bi.go.id/publikasi/laporan-keuangan/ bank/umum-syariah/Default.aspx. 13 Desember 2013 (08:30). Daniariga, E. 2011. Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional. Yogyakarta. Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. ______________. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta ______________. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Ghalia Indonesia. Bogor. Doloksaribu, T. A. 2012. Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan Go Public (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2009-2011). Skripsi. Universitas Brawijaya. Tidak dipublikasikan. Fathoni, I. M., N. Sasongko, dan A. A. Setyawan. 2012. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hapsari, N. 2008. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Masa Mendatang pada Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15 Khasanah, I. 2010. Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Mega Syariah. Laporan Triwulan. http://www.megasyariah.co.id/report/quarterly. 30 Januari 2014 (11:20). Meriewaty, D dan A. Y. Setyani. 2005. Analisis Rasio Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Muamalat Bank. Laporan Triwulan. http://www.muamalatbank.com/home/investor/quarterly_ report_new. 30 Januari 2014 (10:50). Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syari’ah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. _______. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Nu’man. 2009. Analisis pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan EOQ terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris pada Bank Umum di Indonesia periode Laporan Keuangan Tahun 2004-2007). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Edisi Pertama. CV Andi Offset. Yogyakarta. Prasetyo, W. 2006. Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank. Skripsi. Universitas Brawijaya. Tidak dipublikasikan. Putri, E. Y. 2010. Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dan Ukuran Bank, Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2007. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Rahman, T. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, NPL terhadap Perubahan Laba. Tesis. Universitas Diponegoro. Semaramg. Santoso, S. 2002. Statististik Multivariat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Binis: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta. Simorangkir, O. P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. _______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta. Bandung. Syariah Mandiri. Laporan Triwulan. http://www.syariahmandiri.co.id/category/investorrelation/laporan-triwulan/. 30 Januari 2014 (11:00). Tarmidzi, A. dan W. K. Kusumo. 2003. Analisis Rasio-rasio Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia. Media Ekonomi dan Bisnis 15(1): 54-75. Triasdini, H. 2010. Pengaruh CAR, NPL, dan ROA Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2009). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan. Jakarta. Wibowo, T. dan B. Nugroho. 2007. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Pertumbuhan Laba Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tidak dipublikasikan. Wifkiya, R. 2008. Pengaruh Return on Equity (ROE), Financing to Deposit Ratio (FDR), Debt Ratio (DR), dan Capital Adequaty Ratio (CAR) terhadap Laba PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Tahun 2003-2005. Skripsi. Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga. Yogyakarta.